Upload
karina-patricia-liem
View
44
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Keluhan Mata Lelah pada Pekerja Perusahaan
Karina Patricia (102010157/E-2)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
Email: [email protected]
Pendahuluan
Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer maupun
gadget. Pemakaian komputer saat ini telah meluas, hampir setiap kegiatannya tidak terlepas
dari hal tersebut. Komputer banyak digunakan di kantor, lembaga, maupun perusahaan.
Manusia sudah seolah-olah sangat tergantung pada kemampuan komputer. Umumnya,
sebagian besar pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer, ditambah
dengan penggunaan internet.
Meskipun demikian, pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah
tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu yang lama dan terus-menerus.
Dari segi energi radiasinya, sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia secara langsung.
Namun harus diperhatikan lamanya radiasi yang menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas
yang rendah tetapi dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara,
2005). 1 Kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna komputer disebut dengan
Computer Vision Syndrome (CVS). Berikut akan dibahas mengenai hal tersebut berkaitan
dengan skenario yang diberikan.
7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penelusuran riwayat pajanan dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pasien sangat
diperlukan dalam penegakan diagnosis okupasi. Hal ini penting karena penatalaksanaan PAK
dan bukan PAK sama dalam segi klinis, namun berbeda dalam beberapa aspek, termasuk
aspek hukum. Jenis-jenis PAK sendiri sudah diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres)
No.22 tahun 1993 tentang penyakit akibat hubungan kerja. Pada peraturan yang sama, di pasal
2 dinyatakan bahwa setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena
hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja (JKK) baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Batas pengajuan klaim bahwa
tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan kerja adalah 3 tahun sejak tenaga
kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya, dengan dilampiri hasil diagnosis dokter yang
merawatnya. 2
Diagnosis Klinis
Skenario yang diberikan adalah mengenai nona A berusia 28 tahun yang bekerja di PT. P
datang dengan keluhan mata berair. Diagnosis ditegakkan setelah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan khusus. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui riwayat pajanan
maupun faktor-faktor yang berkaitan.
Anamnesis. Didapatkan keluhan utama penglihatan buram, mata pegal sejak 1
minggu yang lalu, namun memberat dalam 3 hari terakhir. Riwayat penyakit sekarang;
matanya tidak gatal, merah, maupun keluar kotoran. Riwayat pekerjaan; bekerja di PT. P
bagian keuangan sejak 5 tahun yang lalu. Sepanjang jam 8 pagi sampai dengan 4 sore
menggunakan komputer. Ruangan ber-AC dan bersih, posisi bekerja adalah duduk statis,
menunduk (karena layar komputer di bawah), repetitif (yang bekerja lebih banyak adalah
kedua tangannya), sering meeting 1 divisi. Aktivitas meningkat di akhir bulan karena kejar
target dan sering lembur. Tidak ada konflik dalam kantor. Riwayat penyakit dahulu; pernah
mengalami hal seperti ini, tetapi waktu ambil cuti hilang. Keluhan juga berkurang kalau tidak
bekerja. Pencahayaan di kantor dan di rumah baik. Hobi membaca buku.
Riwayat DM, hipertensi, maupun penyakit kronis tidak ada dan tidak pernah
mengalami trauma mata. Tidak merokok maupun mengkonsumi alkohol. Pasien
menggunakan kacamata, bukan softlens, dan belum pernah kontrol mata lagi. Riwayat
pengobatan; sudah menggunakan tetes mata namun belum membaik.
Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) pasien, didapatkan
nadi 80 kali/menit, napas 18 kali/menit, tekanan darah (TD) 110/70 (duduk), dan suhu 36,7°
C. Kesadaran kompos mentis, pasien tidak tampak sakit. Berat badan (BB) pasien 56 kg,
dengan indeks massa tubuh (IMT) 21,9 kg/m2 yang menunjukkan pasien ada dalam batas
normal.
2 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
Pemeriksaan khusus. Dilakukan pemeriksaan mata pada pasien dan didapatkan hasil
visus kedua mata 6/21 tanpa koreksi, konjungtiva dan kelopak mata kanan-kiri normal, serta
lensa kanan-kiri tidak keruh.
Pemeriksaan penunjang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan
antara lain pemeriksaan optometri; untuk menilai kekuatan penglihatan pasien, serta
pemeriksaan tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular. Selain itu, dapat dilakukan tes
Schirmer, yang merupakan indikator tidak langsung untuk menilai produksi air mata. Tes ini
dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan strip Schirmer (kertas
saring Whartman no.41) ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah
dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit setelah
dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal. 3
Melihat hasil anamnesis (khususnya riwayat pekerjaan dan pajanan) maupun hasil
pemeriksaan, didapatkan diagnosis klinis Computer Vision Syndrome (CVS) dengan
gangguan refraksi (miopia). Menurut American Optometric Association (AOA), CVS adalah
masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang
selagi atau berhubungan dengan komputer. 4,5
Pajanan yang Dialami
Pajanan atau paparan/exposure (asal kata, pajan; membiarkan terbuka, menampakkan,
mengekspos) adalah kontak antara manusia dengan sesuatu yang menjadi sebab tertentu
(agent). Di mana pajanan dibedakan menjadi 5, yakni pajanan fisik, kimia, biologi,
fisiologis/ergonomi, dan psikososial. Biasanya pajanan mempunyai nilai ambang batas
(NAB).
Pajanan fisik. Misalnya kebisingan, pencahayaan, suhu, kelembaban, vibrasi, dll.
Dalam kasus ini pasien mendapat pajanan fisik, yaitu pencahayaan berlebihan dari komputer
karena bekerja sebagai pengelola laporan keuangan yang bekerja sepanjang hari dengan
komputer.
Pajanan kimia. Yang termasuk golongan ini adalah semua bahan kimia yang dapat
ditemukan di tempat kerja, baik dalam bentuk padat, cair, maupun gas. Misalnya cairan yang
mudah terbakar, meledak, bersifat korosif, atau bahkan jika terhirup dalam jangka waktu lama
3 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karsinogen, teratogen, mutagen, dll). Dalam kasus
ini, pasien tidak mendapat pajanan kimia.
Pajanan biologi. Yang termasuk golongan ini adalah mikroorganisme (bakteri, virus,
parasit, jamur, dsb), maupun tumbuhan (debu organik) atau binatang. Tidak ada NAB untuk
pajanan biologi, karena walaupun pajanan rendah namun mikroorganismenya virulen atau
daya tahan seseorang rendah dapat menimbulkan reaksi infeksi atau alergi. Jika dalam kasus
ini didapatkan penggunaan AC sentral, maupun AC biasa yang jarang dibersihkan, ada
kemungkinan untuk terpapar mikroorganisme. Namun pada kasus ini pasien tidak diketahui
mendapat pajanan biologi yang jelas.
Pajanan fisiologis/ergonomi. Merupakan pajanan yang berasal dari rancangan
peralatan, sistem lingkungan kerja, maupun sikap tubuh seseorang itu sendiri. Dalam kasus
yang dibahas, pajanan yang paling besar adalah pajanan jenis ini. Dimana pasien ada dalam
posisi kerja duduk statis, repetitif, menunduk, dan matanya memandang ke layar komputer.
Ada kemungkinan untuk mengalami nyeri pada tulang leher maupun tulang belakang.
Pajanan psikososial. Merupakan pajanan yang akan berimbas kepada perilaku dan
mental pasien. Pada kasus ini, ada sedikit pajanan psikososial yang perlu diperhatikan, dimana
pekerjaan pasien akan bertambah banyak bahkan sampai lembur apabila telah mendekati akhir
bulan karena kejar target. Namun untungnya saat di kantor pasien tidak menemui konflik
dengan rekan kerja, maupun atasan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk kepada perilaku
dan mental pasien.
` Pada kasus ini pajanan yang sangat besar adalah pajanan fisik dan ergonomi.
Hubungan Pajanan dengan Penyakit
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Richard, Cabrera, dkk. pada agen call-center,
ditemukan bahwa CVS terjadi pada karyawan yang bekerja di depan komputer dengan
keluhan kelelalahan mata/astenopia (68 %), nyeri kepala (66 %), dan pandangan kabur. Hal
ini juga tergantung dari lama bekerja di depan komputer dalam sehari.
Sementara itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Bhanderi, dkk., gejala CVS
yang timbul yakni astenopia pada 46,3 % responden yang bekerja dengan komputer, dan
4 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
ditemukan lebih banyak pada wanita, serta berasosiasi signifikan dengan usia menggunakan
komputer, adanya kelainan refraksi, jarak penglihatan, tinggi layar monitor terhadap mata,
penggunaan layar antiglare, dan penyesuaian terhadap kontras dan kecerahan layar monitor. 6
Pada pasien didapatkan pajanan lainnya, yaitu pajanan fisik. Seringkali jika pasien
terus dalam keadaan duduk sambil menunduk, maka akan mengalami sakit bagian tulang
belakang. Namun dalam kasus ini, pasien hanya datang dan mengeluhkan matanya.
Jumlah Pajanan
Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya
sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan
perhatian pada monitor. Pemusatan penglihatan dilakukan dengan cara mata menatap lurus
dan fisura interpalpebra terbuka lebar. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya pajanan
udara terhaap mata dan mengurangi frekuensi berkedip. Apalagi jika terpajan berulang-ulang
selama kurun waktu 5 tahun.
Keadaan ini diperberat oleh beberapa faktor, antara lain penggunaan AC atau alat
pemanas sentral yang akan mengalirkan udara kering dengan aliran cepat, pencahayaan
ruangan dengan tingkat iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang berlebihan antara
monitor dengan lingkungan kerja akan mengganggu fungsi akomodasi dan berkibat pada
ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan lebih tinggi dari
ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang terpajan oleh lingkungan
menjadi lebih luas.
Keluhan mata tegang dan mata lelah terutama disebabkan oleh aktivitas akomodasi
dan konvergensi mata yang berlebihan ketika bekerja di depan komputer. Aktivitas yang
berlebihan itu terjadi karena mata membutuhkan penyesuaian terhadap jarak antara mata
dengan monitor serta karakter huruf dan gambar pada komputer. Berbagai faktor yang
memperberat keluhan ini antara lain astigmatisme, hipermetropia, miopia, cahaya berlebihan,
kesulitan koordinasi mata, dll. Penggunaan AC juga berkontribusi terhadap kejadian mata
tegang karena AC yang digunakan di ruangan berdebu dapat mengalirkan partikel debu ke
mata sehingga keluhan mata tegang menjadi lebih parah.
5 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
Nyeri kepala pada pekerja pengguna komputer dipicu oleh berbagai macam stress,
seperti kecemasan dan depresi. Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi mata, dan kondisi
lingkungan kerja yang tidak layak (silau, kurang pencahayaan, penyusunan letak komputer
yang tidak layak).
Nyeri pada leher dan punggung bisa diakibatkan oleh postur tubuh yang kurang tepat
ketika bekerja di depan komputer. Postur tubuh tersebut bisa berasal dari usaha untuk
menyesuaikan monitor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian horizontal mata,
selain itu juga sebagai usaha untuk menyesuaikan penglihatan akibat kelainan refraksi atau
keadaan presbiopia.
Pekerjaan yang dilakukan dengan komputer merupakan pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan kedua mata untuk dapat memfokuskan penglihatan pada jarak dekat. Penglihatan
jarak dekat memerlukan konvergensi kedua mata yang dikoordinasi oleh otak agar mata dapat
mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat setara di kedua retina. Kemampuan
konvergensi dapat menurun akibat bekerja secara terus-menerus di depan komputer sehingga
kedua mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Otak yang bekerja menekan
atau menghilangkan bayangan pada satu mata semakin lama akan mengalami kelelahan
sehingga terjadi penglihatan ganda.
Penglihatan kabur terjadi bila mata tidak dapat memfokuskan objek penglihatan secara
tepat di retina sehingga tidak terbentuk bayangan yang jelas. Penglihatan kabur disebabkan
oleh kelainan refraksi (astigmatisme, miopia, hipermetropia), selain itu bisa disebabkan oleh
kacamata koreksi yang tidak tepat kekuatan dan setelannya. Suatu keadaan yang disebut
presbiopia juga berkaitan dengan timbulnya keluhan penglihatan kabur. Faktor lingkungan
kerja dapat berpengaruh pula terhadap timblnya keluhan ini, yaitu layar monitor yang kotor,
sudut penglihatan yang kurang baik, adanya refleksi cahaya yang menyilaukan, atau monitor
komputer yang berkualitas buruk atau rusak. 5
Jumlah pajanan fisik dan ergonomi yang didapatkan sehari-hari kerja selama kurang
lebih 5 tahun sangat cukup untuk membuat beberapa gejala CVS muncul. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Bhanderi dkk., didapatkan bahwa angka kejadian CVS
didapatkan lebih tinggi pada orang yang bekerja dengan komputer selama bahkan kurang dari
5 tahun.
6 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
Faktor Individu
Faktor individu dengan lingkungan sekitarnya mempengaruhi keadaan pasien. Tipe
kepribadian yang dipunyai pasien juga sangat menentukan respon kerjanya. Apakah pasien
tipe orang dengan kepribadian yang ambisius dan suka bekerja keras tanpa kenal waktu atau
bukan, tentu hal itu akan tergali dari anamnesis. Hubungan individu pasien dengan atasan dan
relasi diketahui sangat baik, tidak ada trauma, konflik, dsb. Pada lingkungan fisik pasien
diketahui tidak ada masalah, hanya saja dengan posisi yang tidak ergonomis selama pekerjaan
berlangsung amat mempengaruhi kesehatan fisik pasien.
Faktor usia. Pertambahan usia akan menyebabkan kepadaran sel pada kornea
menurun dan perubahan morfologi dari sel endotel kornea yang berakibat kornea menjadi
lebih rentan terhadap stress atau jejas. Daiamter pupil mengecil menyebabkan jumlah sinar
yang masuk untuk diteruskan ke retina berkurang. Hal tersebut menyebabkan orang dengan
usia lebih lanjut sulit melihat d tempat redup dan membutuhkan penerangan hingga tiga kali
lipat daripada orang dewasa. 7,8
Jenis kelamin. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kejadian CVS pada
perempuan lebih banyak daripada laki-laki walaupun tidak berbeda secara bermakna. Secara
fisiologis, lapisan tear-film pada perempuan cenderung lebih cepat menipis seiring dengan
meningkatnya usia. Penipisan tear-film menyebabkan mata terasa kering, yang juga
merupakan salah satu gejala CVS. Selain itu, perempuan memiliki tingkat stress yang lebih
tinggi yang tidak berkaitan dengan pekerjaan yaitu mengurus pekerjaan rumah. Perempuan
juga lebih sering mendatangi pelayanan kesehatan jika merasakan suatu ketidaknyamanan
pada tubuhnya.
Riwayat penyakit dan pengobatan tertentu. Beberapa penyakit dapat mengurangi
sekresi air mata atau meningkatkan penguapan air mata yang memperberat terjadinya mata
kering pada pekerja komputer. Penurunan sekresi air mata bisa terjadi akibat diabetes
mellitus, hipertensi, Sjogren’s syndrome (suatu keadaan autoimun yang mempengaruhi
kelenjar air mata dan ludah), dll. Obat-obatan seperti antidepresan, antibiotik, anthistamin,
stimulan, antihipertensi (misalnya diuretik), terapi sulih hormon, steroid, atau vitamin akan
meningkatkan insidensi mata kering pada pekerja komputer.
Penggunaan kacamata atau lensa kontak. Kacamata dan lensa kontak digunakan
untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi yang buruk merupakan salah satu risiko
7 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
terjadinya mata lelah pada pengguna komputer. Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh
Edema, dkk. tentang kejadian astenopia pada pengguna komputer yang menggunakan
kacamata. Hasil yang diperoleh ialah terdapat perbedaan yang signifikasn antara pengguna
VDT (Video Display Terminal) yang memakai kacamata dengan kejadian astenopia
dibandingan dengan pengguna VDT yang tidak memakai kacamata. Beberapa studi terdahulu
mendapatkan bahwa kejadian CVS lebih tinggi dan lebih berat pada pekerja pengguna
komputer yang menggunakan lensa kontak dibandingkan dengan pekerja pengguna komputer
yang tidak menggunakan lensa kontak. Hal tersebut bisa terjadi berkaitan dengan peningkatan
risiko terkena infeksi bakteri, kerusakan epitel konjungtiva, reaksi inflamasi, penurunan
break-up time, selain itu juga menyebabkan mata kering dan teriritasi. Pekerja pengguna
komputer juga menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu ruangan dan kelembaban udara
yang lebih rendah.
Lama bekerja di depan komputer. Peningkatan jam kerja di depan komputer tanpa
diselingi oleh aktivitas lain dapat menurunkan kemampuan akomodasi sehingga akan
memperberat gejala CVS pada pekerja komputer. Ye dkk. dengan penelitiannya mengenai
hubungan antara penggunaan VDT terhadap keadaan fisik dan mental pada pegawai
administrasi di jepang melaporkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kejadian mata
tegang terhadap bukan pengguna VDT, pengguna VDT yang bekerja kurang dari 5 jam, dan
yang bekerja lebih dari sama dengan 5 jam sehari.
Lama istirahat setelah menggunakan komputer. National Institute of Occupatinal
Safety and Health (NIOSH) mengemukakan bahwa istirahat sejenak tapi sering dapat
menurunkan tingkat ketidaknyamanan pekerja pengguna komputer dan meningkatkan
produktivitas kerja jika dibandingkan dengan istirahat 15 menit pada pagi hari dan istirahat
pada jam makan siang. Ada banyak pendapat yang menyatakan tentang lamanya beristirahat
setelah berhadapan dengan komputer. Aturan yang paling banyak digunakan adala aturan
20/20/20 yaitu setelah bekerja 20 menit, sebaliknya mengalihkan pandangan dari monitor
dengan melihat objek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.
Frekuensi berkedip. Frekuensi berkedip para pekerja komputer turun secara
bermakna pada saat bekerja di depan komputer dibandingkan dengan sebelum atau sesudah
bekerja. Frekuensi tersebut berkurang akibat adanya keharusan untuk berkonsentrasi pada
tugas atau kisaran gerak mata yang relatif terbatas. Faktor lingkungan juga berperan yaitu
akibat kondisi penerangan lingkungan kerja dengan tingkat iluminasi tinggi, suhu, dan
8 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
kelembaban udara ruangan kerja yang rendah. Faktor komputer seperti ukuran huruf yang
lebih kecil dan tingkat kontras yang lebih rendah ternyata juga berpengaruh terhadap
penurunan frekuensi berkedip.7-9
Faktor Lain di Luar Pekerjaan
Pada kasus, pasien mempunyai hobi membaca buku. Namun hal tersebut dilakukan pasien di
rumah dengan penerangan yang baik, sama baiknya dengan penerangan kantor. Yang perlu
diperhatikan membaca adalah kegiatan yang melibatkan aktivitas mata, berat atau tidaknya
tergantung sejumlah aktivitas pasien yang dilakukan hari itu. Saat membaca mata juga
cenderung jarang berkedip karena seringkali terlalu terkonsentrasi pada bahan bacaan.
Dengan sibuknya pekerjaan pasien, porsi membaca buku pasti tidak sebesar porsi bekerja
menggunakan komputer.
Menentukan Diagnosis PAK
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka kita akan
mendapatkan diagnosis klinis. Penegakkan diagnosis okupasi dilakukan setelah mnelurusi
riwayat pajanan dan faktor lain yang berkaitan, seperti yang telah dibahas di atas. Maka
didapatkan bahwa diagnosis okupasinya adalah Computer Vision Syndrome (CVS) akibat
kerja.
Computer Visual Syndrome (CVS)
Seperti yang telah dipaparkan, menurut American Optometric Association (AOA), CVS
adalah masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami
seseorang selagi atau berhubungan dengan komputer. CVS merupakan PAK yang sering
terjadi pada sektor formal, yaitu perkantoran. Banyak literatur dan hasil penelitian yang
melaporkan bahwa etiologi CVS belum dapat ditentukan secara pasti karena sebenarnya
sindrom ini terjadi akibat multifaktor yang berhubungan. 4, 5
9 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
Selain faktor individu seperti yang telah dibahas di atas, faktor risiko CVS meliputi
faktor lingkungan kerja dan faktor komputer. Faktor lingkungan kerja yang dimaksud adalah
sumber pencahayaan ruangan yang berlebihan sehingga menyilaukan mata, serta suhu yang
tinggi dan kelembaban udara ruangan yang rendah dapat menurunkan frekuensi berkedip.
Faktor komputer. Dimana posisi bagian atas monitor lebih tinggi daripada
ketinggian horizontal mata menyebabkan sudut penglihatan lebih besar yang kemudian dapat
menurunkan frekuensi berkedip sehingga mengurangi produksi air mata. Tidak heran jika
akan timbul keluhan mata kering.
Polaritas monitor, dimana ada dua macam polaritas monitor yaitu polaritas positif
dan negatif. Polaritas positif mengacu pada latar belakang monitor yang berwarna gelap dan
karakter (huruf atau gambar) yang berwarna putih. Polaritas negatif mengacu pada latar
belakang monitor yang berwarna putih dan karakter yang berwarna gelap. Polaritas monitor
yang dapat memperparah gejala CVS adalah polaritas positif, yang secara visual berbeda
dengan dokumen tertulis.
Sudut dan jarak penglihatan. Sudut penglihatan ke arah bawah sebesar 10-20°
merupakan sudut penglihatan yang ideal dan akan memberikan penglihatan jarak dekat yang
optimum. Kualitas penglihatan yang optimum akan menurun seiring dengan meningkatnya
sudut penglihatan. Sudut penglihatan yang lebih besar juga dapat menurunkan frekuensi
berkedip sehingga mengurangi produksi air mata yang berfungsi untuk melubrikasi dan
membersihkan lapisan permukaan mata. Mata juga memiliki resting poiny of accomodation
(RPA) yaitu suatu titik dimana mata akan fokus tanpa suatu stimulus visual atau ketika dalam
keadaan gelap. Nilai RPA masing-masing individu bervariasi antara 20-37 inci (50,8 - 93,98
cm). Penelitian oleh Chiemeke dkk. melaporkan bahwa keluhan adanya gangguan penglihatan
lebih banyak pada pekerja dengan jarak penglihatan kurang dari 10 inci (25,4 cm). Semakin
jauh monitor diletakkan, maka dapat meminimalisasi timbulnya keluhan penglihatan. 10
Gejala CVS dikategorikan menjadi 4, yakni gejala astenopia, gejala yang berkaitan
dengan permukaan okuler, gejala visual, dan gejala ekstraokuler. 7, 11
Gejala astenopia. Terdiri dari mata lelah, mata tegang, mata terasa sakit, mata kering,
dan nyeri kepala. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mata lelah menjadi salah satu gejala
dominan di CVS. Kejadian mata lelah berasosiasi secara signifikan dengan usia saat
menggunakan komputer, adanya kelainan refraksi, jarak pengliatan, posisi layar monitor
10 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
terhadap mata, penggunaan layar antiglare, dan penyesuaian terhadap kontras dan kecerahan
layar monitor. The International Headache Society mengemukakan ada beberapa tipe nyeri
kepala, salah satunya adalah tipe nyeri kepala tegang yang sering dialami pekerja komputer.
Nyeri kepala sering muncul di daerah kepala bagian frontal, timbul menjelang tengah atau
akhir hari, jarang muncul di pagi hari, dan dalam pola yang berbeda pada hari libur
dibandingkan hari kerja.
Gejala yang berkaitan dengan permukaan okuler. Berupa mata berair, mata
teriritasi dan akibat penggunaan lensa kontak. Berdasarkan penelitian di India, kejadian mata
berair lebih tinggi daripada mata teriritasi. Penyebabnya yaitu pantulan cahaya dan bayangan
yang terbentuk pada monitor.
Gejala visual. Terdiri dari penglihatan kabur, penglihatan ganda, presbiopia, kesulitan
dalam memfokuskan penglihatan. Penglihatan kabur merupakan gejala yang banyak
dikeluhkan oleh pekerja komputer. Diikuti oleh kesulitan dalam memfokuskan penglihatan,
yang sangat berkolerasi degan lama bekerja di depan komputer sehari dan lama bekerja di
kantor.
Gejala esktraokuler. Terdiri dari nyeri bahu, nyeri leher, dan nyeri punggung. 7, 11
Manajemen Penatalaksanaan dan Pencegahan
Selain memperbaiki dari faktor individu, faktor dari luar juga perlu dimodifikasi.
Monitor komputer sebaiknya diposisikan dengan jarak 50-100 cm dari mata. Posisi
monitor diatur sedemikian rupa, sedikit miring ke belakang 10-20° dari posisi tegak. Bagian
atas monitor sejajar atau sedikit lebih rendah dari ketinggian horizontal mata. Posisi duduk
dan jenis kursi yang digunakan sudah semestinya diperbaiki dan dirancang secara ergonomis
agar tidak terjadi nyeri pada otot bahu dan punggung, serta memenuhi kenyamanan kerja.
Sumber cahaya ditempakan pada bidang tegak lurus terhadap komputer dan sebaiknya
disesuaikan sebesar setengah kali dari pencahayaan ruangan. Pencahayaan ruangan juga bisa
dibuat tidak terlalu terang sehingga cahaya tidak menyilaukan mata dan tidak terlihat
pantulannya pada monitor. Sumber cahaya tersebut bisa berasal dari lampu dengan intensitas
rendah, penggunaan tiga buah lampu di ruangan kerja, dan penggunaan korden pada jendela.
11 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
Pemasangan penapis antiglare dapat digunakan jika timbul masalah kesilauan akibat
pemantulan cahaya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengatur monitor komputer pada
tingkat kecerahan dan kontras yang dirasakan paling nyaman. Huruf atau karakter pada
komputer disesuaikan dengan ukuran yang cukup besar.
Pekerja diharapkan untuk lebih sering berkedip. Istirahat sejenak diperlukan setelah
bekerja dengan komputer. Istirahat bisa dilakukan dengan mengalihkan pandangan dan
melihat ke objek lain, berjalan-jalan di sekitar ruangan dan berbincang-bincang dengan rekan
kerja. Seperti yang telah disebutkan, aturan yang paling banyak digunakan sekarang adalah
aturan 20/20/20 yaitu setelah bekerja 20 menit, sebaliknya mengalihkan pandangan dari
monitor dengan melihat objek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik. 12
Deteksi dini melalui diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dapat meningkatan
daya guna pekerja komputer dan menurunkan timbulnya risiko gangguan penglihatan. NIOSH
menyarankan kepada para pekerja komputer untuk melakukan pemeriksaan mata secara
reratur ketika memulai bekerja dengan komputer secara periodik sebanyak setahun sekali.
Pemeriksaan mata terutama dilakukan untuk pekerja yang sebelumnya sudah didagnosis
dengan penyakit mata dan menggunakan kacamata atau lensa kontak karena adanya
kemungkinan gejala CVS yang dirasakan lebih berat.
Kacamata khusus untuk memakai komputer mungkin diprlukan oleh pekerja komputer
yang berusia lebih dari 40 tahun, menggunakan lensa kontak, dan kacamata bifokal. Dapat
diberikan lubrikasi (air mata buatan) untuk mengurangi keluhan mata kering bila perlu. Jika
ada nyeri punggung berlebihan, berikan analgetika. Pekerja dengan riwayat penyakit tertentu
yang dapat mempengaruhi pekerjaannya sebaiknya sering berkonsultasi ke dokter.
Suhu ruangan sebaiknya diatur sebesar 24-27° C dan kelembaban udara sebaiknya
dipertahankan sebesar 40-70 %. Pengaturan ventilasi udara yang baik dan menjaga kebersihan
ruangan. Ruangan kerja sebaiknya dibuat sebagai ruangan bebas rokok. 6
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pasien mengalami CVS akibat kerja.
Pajanan yang dialami pasien sangat kuat setiap harinya sehingga menimbulkan gejala
kelelahan mata. Hal ini sangat sering dialami pekerja di sektor formal, khususnya perkantoran
12 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
yang telah banyak mengandalkan sistem komputerisasi. Banyak faktor yang harus
dimodifikasi dengan adanya hal ini. Selain dari faktor individu pasien, perlu diberlakukan
adanya sistem manajemen yang baik dari perusahaan tempat pasien bekerja sehingga faktor
lingkungan kerja dapat menjadi lebih bersahabat.
Daftar Pustaka
1. Siahaan. 2011. Pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer terhadap gejala
computer vision syndrome pada pegawai negeri sipil di kantor pemerintah kota
Medan. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34860, 5 Oktober
2013.
2. Suma’mur. 4 Maret 2010. Diagnosa dan penilaian cacat penyakit akibat kerja.
Diunduh dari http://www.jamsostek.co.id/content_file/diagnosa.pdf, 5 Oktober 2013.
3. Rostijawati. Sindrom dry eye pada pengguna VDT. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran; 2007. h. 154.
4. American Optometric Association. 2006. Computer vision syndrome. Diunduh dari
http://www.aoa.org/x5374.xml, 5 Oktober 2013.
5. Affandi ES. Sindrom penglihatan komputer. Maj Kedokt Indon. 2005; 55 (3): 297-
300.
6. Azkadina. 2012. Hubungan antara risiko individual dan komputer terhadap kejadian
computer visual syndrome. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/37339/1/AMIRA_AZKADINA_G2A008018_LAP_KTI.pdf,
5 Oktober 2013.
7. Das B, Ghosh T. Assesment of ergonomical and occupational health related problems
among VDT workers of West Bengal, India. Asian Journal of Medical Sciences. 2010;
1: 26-31.
8. Lata H, Walia L. Aging: physiological aspects. Jk Science. 2007; 9 (3): 111-5.
9. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, Mitra S, Yee RW. CVS: a review. J Surv Ophthal.
2005; 50 (3): 253-62.
10. Anshel J. Visual ergonomic handbook. USA: CRC Press; 2005.
11. Talwar R, Kapoor R, Puri K, Bansal K, Singh S. A study of visual and musculoskeletal
health disorders among computer professionals in NCR Delhi. Indian J Comunity
Med. 2009; 34 (4): 326-8.
13 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i
12. Tribley J, McClain S, Karbasi A, Kaldenberg J. Tips for computer vision syndrome
relief and prevention. Work. 2011: 39 (1): 85-7.
14 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i