41
LAPORAN LENGKAP MODUL I MASALAH KESEHATAN DI PUSKESMAS Tuberculosis KELOMPOK 8A 1102070097 Muchlis Yusuf 1102080140 Dewi Suji Hanti Silondae 1102090098 Ece Nurreski Wati 1102090100 Dessy Anggraeni Dinatha 1102090115 Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090059 Ayu Arifitri Anadewi 1102090116 Resky Putri Indarwati A 1102090131 Fadli 1102090125 Soraya Eka Hadi Putri 1102090090 Sulfadli Anggunawan 1102090146 Nur Astiapriani FAKULTAS KEDOKTERAN

pbl kekom word.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pbl kekom word.doc

LAPORAN LENGKAP

MODUL I

MASALAH KESEHATAN DI PUSKESMAS

Tuberculosis

KELOMPOK 8A

• 1102070097 Muchlis Yusuf

• 1102080140 Dewi Suji Hanti Silondae

• 1102090098 Ece Nurreski Wati

• 1102090100 Dessy Anggraeni Dinatha

• 1102090115 Zarah Alifani Dzulhijjah

• 1102090059 Ayu Arifitri Anadewi

• 1102090116 Resky Putri Indarwati A

• 1102090131 Fadli

• 1102090125 Soraya Eka Hadi Putri

• 1102090090 Sulfadli Anggunawan

• 1102090146 Nur Astiapriani

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2012

Page 2: pbl kekom word.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering

menginfeksi organ paru-paru dibandingkan

bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang

sering terjadi di ndonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru. Penyakit

tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain

manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis

kepada manusia melalui kotorannya.

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka

kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis

dan terapinya. Pada tahun 1999, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai

negara dengan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak di dunia. WHO Global

Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita tuberkulosis

baru tiap tahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 tiap

100.000 penduduk dan kematian akibat tuberkulosis diperkirakan menimpa

140.000 penduduk tiap tahun. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian

nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada

semua golongan usia dan nomor satu dari golongan infeksi. Kasus tuberkulosis

terutama terjadi pada usia produktif kerja, yaitu kelompok umur 15 sampai 55

tahun yang berdampak pada SDM sehingga bisa mengganggu perekonomian

keluarga, masyarakat dan negara.

Page 3: pbl kekom word.doc

Dengan adanya peningkatan kasus penularan infeksi tuberkulosis paru (TB

Paru) yang telah dilaporkan saat ini maka perlu adanya kajian teoritis terkait

penentuan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap angka kejadian TB Paru,

hal ini dimaksudkan agar jumlah penderita TB Paru di Indonesia dapat

diminimalkan. Saat ini penyakit infeksi TB Paru menjadi salah satu prioritas

nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap

kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian.

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan Provinsi Papua

Barat sebagai provinsi penyumbang terbanyak angka kejadian TB Paru di

Indonesia dan Kabupaten Sorong Selatan sebagai daerah dengan kasus TB Paru

tertinggi di Provinsi Papua Barat. Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui

model yang mewakili variabel-variabel yang mempengaruhi angka kejadian

penyakit TB Paru di Kabupaten Sorong Selatan (Provinsi Papua Barat). Secara

umum, beberapa penelitian yang telah dilakukan selama ini tentang TB Paru

menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjangkitnya TB

Paru pada seseorang adalah faktor lingkungan diantaranya lingkungan fisik

meliputi ventilasi, suhu, pencahayaan, dan kelembaban, karakteristik individu

meliputi usia, jenis kelamin, kontak penderita, riwayat imunisasi, perilaku, dan

status gizi, dan lingkungan sosial meliputi kepadatan penghuni, pendidikan,

pengetahuan, dan penghasilan. Penelitian selanjutnya menyatakan variabel-

variabel yang diduga mempengaruhi TB Paru meliputi faktor umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, kepadatan hunian kamar,

ventilasi, kondisi rumah, kelembaban udara, status gizi, keadaan sosial ekonomi,

dan perilaku. Hasil penelitian menyatakan bahwa meningkatnya penularan infeksi

TB Paru yang dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan kondisi sosial

ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,

meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan

epidemi dari infeksi HIV.

Page 4: pbl kekom word.doc

Selain itu, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar menyatakan

bahwa terpaparnya penyakit TB Paru pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu kondisi sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan pola

hidup. Pemodelan data dengan menggunakan metode parametrik sesuai untuk data

yang sudah diketahui bentuk model dasarnya, selain itu asumsi terkait struktur

data juga harus dipenuhi namun seringkali pelanggaran asumsi terjadi sehingga

pendekatan nonparametrik sering dijadikan alternatif oleh para peneliti.

Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya

di antara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam satu tahun. Angka

penjaringan suspek ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien

dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari

waktu ke waktu yaitu triwulan atau tahunan (Setiyaningsih SM, 2008).

Berdasarkan angka penjaringan suspek secara umum menunjukkan peningkatan

dari tahun ke tahun, khususnya mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006,

terjadi peningkatan secara signifikan, meskipun pada tahun 2007 dan 2009 terjadi

penurunan. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 82 per 100.000 penduduk

dibandingkan dari tahun 2006 dan tahun 2009 terjadi penurunan sebesar sebesar 7

per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 2008. Untuk tahun 2010 triwulan 1

dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi penurunan sebesar 7 per

100.000 penduduk.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pelayanan dan penanggulangan mengenai penyakit TB

paru serta tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru di

wilayah kerja puskesmas mamajang Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Page 5: pbl kekom word.doc

Mengidentifikasi kepuasan penderita TB paru tentang bagaimana

pelayanan dan penanggulangan TB Paru di wilayah kerja puskesmas

Mamajang Makassar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui bagaimana pelayanan dan penanggulangan mengenai

penyakit TB paru di wilayah kerja puskesmas Mamajang Makassar.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis

dengan lebih benar pada masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi Puskesmas

Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pasien Tuberculosis (Tb)

2. Bagi Mahasiswa

Memperoleh pengalaman sehingga dapat menjelaskan konsep public

health dan manajemen puskesmas dengan cara membuat laporan modul

satu di Puskesmas Mamajang Makassar

3. Bagi Masyarakat

Memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik terutama pada

pelayanan kesehatan pasien Tuberculosis (Tb)

Page 6: pbl kekom word.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

EPIDEMIOLOGI

Badan Kesehatan sedunia World Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa TB saat ini telah menjadi ancaman global. Menurut data WHO tahun

2003, Indonesia adalah penyumbang kasus TB terbesar ketiga dunia setelah

India dan Cina. Dilaporkan jumlah kasus (prevalensi) TB dengan Basil Tahan

Asam (BTA) di India sebesar 1.761.000 orang, di Cina sebesar 1.459.000

orang, dan di Indonesia sebesar 557.000 orang. Dewasa ini sepertiga

penduduk di dunia telah terinfeksi TB, ada sekitar delapan juta penderita baru

TB di seluruh dunia pertahun dan hampir tiga juta meninggal akibat TB setiap

tahun. Artinya setiap detik akan ada satu orang yang terinfeksi TB dan setiap

sepuluh detik akan ada satu orang yang meninggal karena penyakit TB.

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, yang

diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, sekitar 30-40% di Indonesia

adalah penyakit paru. Menurut WHO setiap tahunnya tepat 175.000 orang

meninggal karena TB dari sekitar 500.000 kasus baru dengan 260.000 kasus

tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pelayanan yang tuntas. Menurut

data yang dilaporkan dunia pada tahun 1995, di Indonesia terdapat 460.190

penderita TB, angka tersebut relatif tinggi dibanding dengan negara lain dan

TB merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia.

WHO telah mengeluarkan data prevalensi kasus TB aktif di Indonesia

yang setiap tahunnya terjadi penurunan jumlah penderita. Apabila tahun

1998-1999 prevalensi TB 130 orang per 100.000 penduduk. Namun angka

ini masih tinggi karena masalah penularan TB sangat cepat, bila seorang

penderita TB tidak disembuhkan akan menularkan penyakitnya ke 10-15

orang lainnya dan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam

berobat TB, yang sedikitnya 6 bulan dan banyaknya kejadian putus obat

yang menyebabkan masalah resistensi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Page 7: pbl kekom word.doc

ETIOLOGI

Mycobakterium Tuberculosis merupakan penyebab tuberkulosis dan

patogen manusia yang sangat penting. Dalam jaringan basil tuberkel adalah

bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 – 3 nm. Pada media buatan,

bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke

spesies lain. Mikobakteria tidak dapat dikelopokkan sebagai gram positif.

Segera setelah diwarnai dengan pencelup dasar mereka tidak dapat

didekolorasi oleh alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine.

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel

infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada

tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam

suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai

berbulan-bulan.

Cara dan Masa Penularan TB

Sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu

batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan

di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila

droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman

tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui

Universitas Sumatera Utara. Pernafasan kuman tersebut dapat

menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke

bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

Page 8: pbl kekom word.doc

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Perlu diketahui, bahwa kuman TB Paru dari dalam paru tidak hanya

keluar ketika penderitanya batuk saja. Kuman ini juga dapat keluar bila

penderitanya bernyanyi, bersin atau bersiul. Secara umum, dapat dikatakan

bahwa penularan penyakit TB Paru lebih banyak bergantung dari beberapa

faktor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman, dan daya

tahan tubuh orang yang tertular

.

PATOGENESIS

Infeksi primer

Infeksi primer terjadi pada saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,

sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus dan terus

berjalan sehingga sampai di alveolus serta menetap di sana. Infeksi

dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan

diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe

akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan hal

ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi

sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya

infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin

dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer, tergantung dari banyaknya

kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas

seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat

menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada

beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant

(tidur). Ada saat di mana daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan

Page 9: pbl kekom word.doc

akan menjadi penderita TB. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan

mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 (enam) bulan.

TB Pasca Primer (Post Primary TB)

TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun

sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat

terinfeksi HIV atau satus gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca

primer yaitu kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura.

Gejala Klinis TB

Gejala klinis tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka

gejala lokal ialah gejala lokal (gejala lokal sesuai organ yang terlibat):

a. Gejala respiratori berupa batuk > 3 minggu, batuk darah, sesak, dan

nyeri dada. Gejala ini sangat bervariasi, dari mulai tanpa gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

a. Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia

dan berat badan menurun.

b. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,

misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang

lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis

tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis

tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada

sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin

ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu

demam (subfebris), badan kurus atau berat badan turun.

Page 10: pbl kekom word.doc

Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari

organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapatkan

tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal)

perkembangan penyakit umumya tidak (atau sulit sekali) menemukan

kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah paru lobus

superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta

daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat

ditemukan suara napas antara lain suara napas bronkial, amforik, suara

napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan

mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung

dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak,

pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi

yang terdapat cairan. Pada limfadentits tuberkulosis, terlihat pembesaran

kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan

metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar

tersebut dapat menjadi “cold abscess”.

KOMPLIKASI

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan

komplikasi lanjut :

a. Komplikasi Dini :

1) Efusi pleura/pleuritis eksudativa

2) Emfisema

3) Laringitis

4) Usus

5) Poncet’s arthtopathy

b. Komplikasi Lanjut

Page 11: pbl kekom word.doc

Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis, kerusakan parenkim berat

SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindroma

gagal napas (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Komplikasi berikut sering terjadi pada stadium lanjut : Hemoptisis

berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. Kolaps

dari lobus akibat retraksi bronkhial. Bronkiektasis dan fibrosis pada paru.

Pneumotoraks spontan : kolaps spontan akibat kerusakan jaringan paru.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan

sebagainya. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufisiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah

sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan yang lebih luas yang

telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan

ini sering kali dikeluhkan oleh kasus kambuh. Pada kasus seperti ini,

pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan

simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit

spesialistik.

PROGNOSIS

Tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50% dari penderita TB akan

meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan

25% sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO 1996). WHO

memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya.

Pada kasus TB paru di perkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB

dimana sekitar 1/3 penderita terdapat di sekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di

pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan

sisanya belum unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB

diperkirakan 175.000 per tahun. Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk

of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan

bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap

Page 12: pbl kekom word.doc

tahun diantara setiap penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar

dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari

yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut

diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1% maka di antara

100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita tuberkulosis setiap tahun,

dimana 50% penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi

kemungkinan seseorang menderita TB adalah daya tahan tubuh yang

rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

PENCEGAHAN

1. Pasien dengan gejala klinik yang signifikan pada hasil uji tes kulit

tuberkulin atau positif IGRA harus diatur sesuai dengan prinsip terapi

sekali ketika infeksi dan penyakit yang masih aktif dikesampingkan.

Petunjuk yang diterbitkan oleh CDC pada tahun 2000 sekarang mengacu

pada perawatan TB yang tersembunyi. Cara hidup yang

direkomendasikan disebutkan di bawah ini :

a. Isoniazid setiap hari selama 9 bulan

b. Isoniazid 2 kali seminggu selama 9 bulan (yang disebut sebagai

DOTS)

c. Isoniazid setiap hari selama 6 bulan (tidak boleh digunakan pada

pasien dengan lesi fibrotik pada gambaran foto toraks, pasien dengan

HIV, atau pada anak-anak)

d. Isoniazid 2 kali seminggu selama 6 bulan (disebut sebagai DOT

tidak boleh digunakan pada pasien dengan lesi fibrotik pada

gambaran foto toraks, pasien dengan HIV, atau pada anak-anak)

e. Rifampisin setiap hari selama 4 bulan.

2. Rifampisin kombinasi dengan pyrazinamide setiap hari selama 2 bulan

(cara hidup ini adalah tidak lagi direkomendasikan oleh karena

berhubungan dengan suatu tingkatan resiko untuk toxisitas hati).

Anak-anak harus diberikan isoniazid selama 9 bulan. Sebagai

tambahan, anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun dengan close

Page 13: pbl kekom word.doc

kontak dengan penderita kasus TB harus dimulai dengan pemberian

isoniazid jika hasil skin tes negatif, terapi pencegahan dapat dihentikan jika

skin tes yang dilakukan berulang negatif 2-3 bulan setelah kontak dengan

spenderita kultur positif.

Page 14: pbl kekom word.doc

BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MAMAJANG

A. Gambaran umum lokasi praktek

1. Keadaan Geografis

Secara umum lokasi puskesms mamajang terletak di jalan Baji

Minasa Makassar. Berada dikecamatan Mamajang yang terdiri atas 13

kelurahan dimana 6 kelurahan berada pada wilayah kerja puskesmas

Mamajang yaitu:

1. Kelurahan Mamajang luar

2. Kelurahan Bontobiraeng

3. Kelurahan Labuang baji

4. Kelurahan Mamajang dalam

5. Kelurahan Mandala

6. Kelurahan Maricayya selatan

Dengan luas wilayah kerja 2.712 km2 dengan 22 RW dan 177 RT berada

di barat daya Makassar dimana perbatasan dengan :

1. Sebelah utara dengan kecamatan ujung pandang /Makassar

2. Sebelah timur dengan kecamatan Panakukang

3. Sebelah selatan dengan kecamatan Tamalate

4. Sebelah barat dengan kecamatan Mariso.

2. Keadaan Demografis

Page 15: pbl kekom word.doc

Jumlah panduduk di wilayah kerja puskesmas mamajang, kecamatan

mamajang adalah 25.443 jiwa terdiri dari 12.425 jiwa laki laki dan 13.018

jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 3302 KK.

3. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi beragam , terdapat tingkatan ekonomi

rendah, menengah dan baik saling berhubungan dan masyarakatnya

sebagian menggunakan bahasa indonesia dan Makassar .

4. Keagamaan

Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mamajang,

kecamatan Mamajang, beragama Islam yaitu sebanyak 19.537 jiwa,

sebagian beragama kristen yaitu sebanyak 5.229 jiwa dan beragama

Budha sebanyak 646 jiwa sedangkan fasilitas ibadah yang terdapat di

wilayah kerja puskesmas mamajang yaitu terdapat 14 mesjid dan 4

gereja.

5. Pekerjaan

Pekerjaan penduduk di wilayah kerja puskesmas mamajang, kecamatan

mamajang yaitu terdapat 1.960 orang pegawai negri sipil, 1.329 orang

pensiunan, 1.207 orang ABRI, 959 orang buruh harian, 932 orang bekerja

sebagai pegawai swasta.

6. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja puskesmas mamajang,

kecamatan mamajang yaitu terdapat 415 orang yang belum sekolah, 426

orang di TK, 4868 orang di SLTP, 6.494 orang yang SMA, 6.972 orang

pengurus tinggi dan tidak sekolah 820 orang. Fasilitas pendidikan di

wilayah kerja Puskesmas Mamajang Kecamatan Mamajang yaitu terdapat 6

TK, 13 SD, 4 SMA, 4 Akademi dan 1 Fakultas yang digunakan dalam

proses belejar mengajar .

Page 16: pbl kekom word.doc

7. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Mamajang

Kecamatan Mamajang terdapat 1 Rumah Sakit bersalin, 1 BPS, 8 apotik dan

terdapat posyandu sebanyak 20 unit. Memiliki tenaga kesehatan dokter,

paramedis, apoteker, dan kader.

B. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang yang terdapat di puskesmas mamajang terdiri atas

kamar kartu, ruang kepala puskesmas, poli gigi, KIA, kantin, poli umum, tata

usaha, kamar obat, LAB dan UGD, lantai II kantor serta sebuah jamban.

BAB IV

KRITERIA

A. Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

No MASALAH

(INDIKATOR SPM)

Target

%

Cakupan

%

Selisih

%

Tuberkulosis

1 Penemuan kasus scr aktif

(oleh puskesmas)

2 Penemuan kasus scr pasif

(o/ pasien; Suspek BTA) 2.1 1.82 0.28

Page 17: pbl kekom word.doc

3 Periksa sputum (SPS) →

x-ray (+) , BTA (-)

4 Pengobatan penderita

BTA (+) (OAT) 0.21 0.22 - 0.01

5 Pengawasan minum obat

6 Penanganan putus obat

7 Pemeriksaan kontak

serumah

• Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan

rumus sebagai berikut:

• Kelas N = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 7

= 1 + 3.3 ( 0,845 )

= 1 + 2.7885

= 3.7885

= 4

• Interval = ( nilai tertinggi – nilai terendah )

Jumlah kelas

= ( 0.28 – (- 0.01) ) / 2

= 0.028 + 0.01 / 2

= 0.29 / 2

= 0.145

No Masalah Besar Masalah

Terhadap Pencarian

Program

Nilai

Page 18: pbl kekom word.doc

Interval

Nilai

1 Penemuan kasus scr aktif

(o/ puskesmas)

14.5

2 Penemuan kasus scr pasif

(o/ pasien; Suspek BTA)

3 Periksa sputum (SPS) → x-

ray (+) , BTA (-)

4 Pengobatan penderita BTA

(+) (OAT)

5 PMO

6 Penanganan putus obat

Page 19: pbl kekom word.doc

7Pemeriksaan kontak

serumah

B. Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

No Masalah Keganasan Urgensi Biaya ∑nilai

1 Penemuan

kasus 3.85 4.6 2.4 10.85

2

Periksa

sputum (SPS)

→ x-ray (+) ,

BTA (-)

4.3 5 5 14.3

3

Pengobatan

penderita BTA

(+) (OAT)

5 5 5 15

4 PMO 4.45 3.8 5 13.25

5 Penanganan

putus obat 5 4.2 5 14.2

Page 20: pbl kekom word.doc

6

Pemeriksaan

kontak

serumah

4.2 5 5 14.2

C. Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)

NO MASALAH KEMUDAHAN

1 Penemuan kasus 3.2

2 Periksa sputum (SPS) → x-ray (+) , BTA

(-) 2

3 Pengobatan penderita BTA (+) (OAT) 2

4 PMO 3

5 Penanganan putus obat 1

6 Pemeriksaan kontak serumah 5

Page 21: pbl kekom word.doc

D. Kriteria D: PEARL faktor (nilai 0 atau 1)

Propriety : Kesesuaian dengan program daerah/ nasional/ dunia

Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya

Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga

terkait

Resources : Tersedianya sumber daya

Legality : Tidak melanggar hukum dan etika  

Skor yang digunakan diambil melalui voting 6 anggota kelompok

1 = setuju

0 = tidak setuju

N

O

Masalah P E A R L Hasil

Kali

TUBERKULOSIS

1 Penemuan

kasus 1 1 1 1 1 1

2

Periksa

sputum (SPS)

→ x-ray (+) ,

BTA (-)

1 1 1 1 1 1

3

Pengobatan

penderita

BTA (+)

(OAT)

1 1 1 1 1 1

Page 22: pbl kekom word.doc

4 PMO 1 1 1 1 1 1

5 Penanganan

putus obat 1 1 1 1 1 1

6

Pemeriksaan

kontak

serumah

1 1 1 1 1 1

PENILAIAN PRIORITAS MASALAH

• Setelah Kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukan ke

dalam rumus ;

• Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B ) x C

• Nilai Prioritas Total ( NPT) = ( A+B ) x C x D

1. Penemuan kasus

NPD = (A + B)C = (9,99 + 10,66) 3,66= 75,57

NPT = (A + B)C .D = (9,99 + 10,66) 3,66 x 1 = 75,57

2. Periksa sputum (SPS) → x-ray (+) , BTA (-)

NPD = (A + B)C = (3,33 + 11,49) 4,83 = 71,58

NPT = (A + B)C .D = (3,33 + 11,49) 4,83 x 1 = 71,58

3. Pengobatan penderita BTA (+) (OAT)

NPD= (A + B)C = (6,66 + 11,5) 5 = 90,8

NPT = (A + B)C .D = (6,66 + 11,5 ) 5 x 1 = 90,8

4. PMO

NPD = (A + B)C = (3,33 + 11,65) 3,5 = 52,43

NPT = (A + B)C .D = (3,33 + 11,65) 3,5 x 1= 52,43

5. Penanganan putus obat

NPD = (A + B)C = (6,66 + 11,33) 3,66 = 65,84

NPT = (A + B)C .D = (6,66 + 11,33) 3,66 x 1= 65,84

6. Pemeriksaan kontak serumah

Page 23: pbl kekom word.doc

NPD = (A + B)C = (6,66 + 11,33) 3,66 = 65,84

NPT = (A + B)C .D = (6,66 + 11,33) 3,66 x 1= 65,84

PRIORITAS MASALAH:

1. Pengobatan penderita BTA (+) (OAT)

2. Penemuan kasus

3. Periksa sputum (SPS) → x-ray (+) , BTA (-)

4. Penanganan putus obat

5. Pemeriksaan kontak serumah

6. PMO

Komponen Kemungkinan Penyebab

Input MAN Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit

MONEY Tidak ada masalah

MATERIAL Obat untuk kategori II dan anak sedikit

METODE Tidak ada masalah

MARKETING Tidak ada masalah

Lingkungan Tingkat kesadaran masyarakat masih rendah

Proses P1 SOP sudah ada namun belum tertulis secara rinci

Page 24: pbl kekom word.doc

P2 Proses diagnosis TB yang masih sering tidak

tepat

P3 Tidak ada masalah

Analisis penyebab masalah

A. Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit

B. Obat untuk kategori II dan anak sedikit

C. Tingkat kesadaran masyarakat masih rendah

D. SOP sudah ada namun belum tertulis secara rinci

E. Proses diagnosis TB yang masih sering tidak tepat

A B C D E TOTAL

A A A A A 4

B B D E 1

C D E 0

D E 0

E 0

Total Vertikal 0 0 0 2 3

Total Horizontal 4 1 0 0 0

total 4 1 0 2 3

Page 25: pbl kekom word.doc

A 4 4/10X100% 40 % 40%

E 3 3/10X100% 30% 70%

D 2 2/10X100% 20% 90%

B 1 1/10X100% 10% 100%

C 0 0/10X100% 0% 100%

JUMLAH 10 100%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa

pengobatan penderita BTA (+) dengan OAT adalah cukup menyelesaikan 3

penyebab karena penyebab tersebut sudah mencapai 80%, diantarannya adalah :

1. Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit

2. Proses diagnosis TB yang masih sering tidak tepat

3. SOP sudah ada namun belum tertulis secara rinci

Rencana kegiatan :

A. Melatih petugas kesehatan agar yang terlatih dan terampil lebih banyak

lagi

B. Mengganti alat yang bagus agar diagnosis TB menjadi lebih akurat

C. Membuat SOP yang lebih terperinci

Page 26: pbl kekom word.doc

KRITERIA MUTLAK

Kegiata

n

Input

Outpu

t

Keteranga

n Ma

n

Mone

y

Materia

l

Method

e

Marketin

g

A 1 1 1 1 1 1 Dapat

dilakukan

B 1 0 1 1 1 1 Tidak dapat

dilakukan

C 1 1 1 1 1 1 Dapat

dilakukan

KRITERIA KEINGINAN

  Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan

(20)

Page 27: pbl kekom word.doc

A 4X60=240 4X40 =160 4X20 = 80 480

C 4X60=240 4X40 =160 4X20 = 80 480

Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, maka hanya 2 rencana

kegiatan di atas yang dapat dijadikan rencana kegiatan / Plain of Action (POA),

yaitu: melatih petugas kesehatan agar yang terlatih dan terampil lebih banyak lagi

dan membuat SOP yang lebih terperinci

Page 28: pbl kekom word.doc
Page 29: pbl kekom word.doc

BAB V

PLAN OF ACTION

No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Tempat Metode Tolak ukur

1 Mengikutsertakan

petugas kesehatan dalam

kegiatan pelatihan

pelayanan kesehatan TB

Untuk menghasilkan

tenaga kesehatan yang

terlatih dan terampil

Petugas

kesehatan

puskesmas

Sesuai

dengan

jadwal

pelatihan

yang

diadakan

Petugas

kesehatan yang

ditunjuk oleh

dinas kesehatan

setempat

Sesuai

lokasi

pelatihan

Pendidikan

dan

pelatihan

Tenaga terlatih

dan terampil

semakin banyak

Page 30: pbl kekom word.doc

2 Pembuatan SOP yang

terperinci

Untuk memaksimalkan

kerja petugas kesehatan

dalam menangani TB

secara sistematis dan

jelas

Pasien TB Sekali

setahun

Petugas

kesehatan

puskesmas

Puskesmas Lokakarya Terbentuknya

SOP yang

terperinci dan

jelas

Page 31: pbl kekom word.doc