97
PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh WIDIYA DAMAYANTI NIM. 141000219 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM

UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI

RUMAH SAKIT UMUM IMELDA

PEKERJA INDONESIA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

WIDIYA DAMAYANTI

NIM. 141000219

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM

UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI

RUMAH SAKIT UMUM IMELDA

PEKERJA INDONESIA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

WIDIYA DAMAYANTI

NIM. 141000219

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

i Universitas Sumatera Utara

Page 4: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

ii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 25 Juni 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., M.NS.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Pelaksanaan Manajemen Patient Safety dalam Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2018”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juni 2019

Widiya Damayanti

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

iv

Abstrak

Keselamatan pasien merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk

melaksanakan kegiatannya sehingga hal tersebut dijadikan standar guna

meningkatkan mutu pelayanan. Adapun salah satu bentuk masalah di RSU Imelda

Pekerja Indonesia yaitu kurang memperhatikan dan meningkatkan Pelaksanaan

Manajemen Patient Safety. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan wawancara dan observasi untuk mendapatkan informasi dan

bertujuan untuk mendapatkan bagaimana pelaksanaan manajemen patient safety

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit Imelda Pekerja

Indonesia. Berdasarkan hasi penelitian ditemukan bahwa manajemen patient

safety di RSU Imelda Pekerja Indonesia masih banyak kekurangan dalam faktor

pendukung meliputi :pra pelayanan, proses pelayanan dan pasca pelayanan.

Kemudian dalam faktor penunjang meliputi: budaya borganisasi, struktur

organisasi dan manajemen stategik. Aktivitas langsung yang merupakan kegiatan

dalam pemberian pelayanan patient safety meliputi pra pelayanan, proses

pelayanan, dan pasca pelayanan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Ada

beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan manajemen patient safety

diantaranya pada saat pra pelayanan masih ada staff yang tidak mengikuti

perencanaan program patient safety. Pada saat proses pelayanan jika terjadi

kecelakaan tidak ada alur pelaporan yang menjadi panduan untuk mempermudah

pelaporan. Kemudian Layanan follow-up (tindak lanjut) terhadap pasien juga

tidak berjalan dengan baik, karena tidak adanya pihak yang bertanggung jawab

dalam bidang tersebut. Dari sisi petugas yang masih kurang dalam melaksanakan

tugasnya, minimnya budaya pelaporan insiden keselamatan pasien dan

sumberdaya manusia yang masih kurang guna menunjang pelaksanaan

manajemen patient safety di rumah sakit. Diharapkan RSU Imelda Pekerja

Indonesia dapat membuat alur pelaporan untuk insiden keselamatan pasien untuk

memudahkan pelaporan guna memperbaiki atau mencegah kembali terjadinya

insiden keselamatan pasien, memberi sanksi tegas untuk staff yang tidak

mengikuti pelatihan, hal tersebut menyangkut keselamatan pasien yang dapat

berpengaruh terhadap mutu rumah sakit dan menambah jumlah staf yang sesuai

kebutuhan dan kemampuan untuk menangani keselamatan pasien dan Sebaiknya

RSU Imelda Pekerja Indonesia dapat memberi informasi ataupun pelaporan

insiden keselamatan pasien agar semua laporan dapat teridentifikasi sebagai

pencegahan supaya tidak terjadi kejadian yang sama.

Kata kunci : Manajemen, patient safety

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

v

Abstract

Patient safety is a reference for hospitals in Indonesia to carry out their activities so

that it becomes a standard in order to improve service quality. One of the problems at

the Imelda Indonesian Workers Hospital is to pay less attention and improve Patient

Safety Management Implementation. This research is a descriptive study using

interviews and observations to obtain information and aims to find out how the

implementation of patient safety management in an effort to improve the quality of

services at the Indonesian Worker Imelda Hospital. Based on the results of the study,

it was found that the management of patient safety at Imelda Indonesian Workers

Hospital still lacks many supporting factors including: pre-service, service process

and post-service. Then the supporting factors include: organizational culture,

organizational structure and strategic management. Direct activities that are

activities in providing patient safety services include pre-service, service process, and

post-service have not been fully implemented properly. There are several things that

become obstacles in the implementation of patient safety management including when

pre-service there are still staff who do not follow the planning of patient safety

programs. At the time of the service process in the event of an accident there is no

flow of reporting that becomes a guide to facilitate reporting. Then the follow-up

service (follow-up) for patients is also not going well, because there are no

responsible parties in that field. In terms of officers who are still lacking in carrying

out their duties, the lack of a culture of reporting patient safety incidents and human

resources is still lacking to support the implementation of patient safety management

in hospitals. It is hoped that the Indonesian Workers Imelda Hospital can make a flow

of reporting for patient safety incidents to facilitate reporting to correct or prevent re-

occurrence of patient safety incidents, impose strict sanctions on staff who do not

attend training, it concerns patient safety which can affect the quality of the hospital

and increase the appropriate number of staff and the ability to handle patient safety.

It is best for Imelda Indonesian Workers Hospital to provide information or report on

patient safety incidents so that all reports can be identified as prevention so that the

same event does not occur.

Keywords: Management, patient safety

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pelaksanaan Manajemen Patient Safety dalam Upaya Peningkatan

Mutu Pelayanan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun

2018”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan, dan arahan

selama proses pembuatan skripsi ini berlangsung.

4. Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp. M.NS. selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan bimbingan , kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

vii

5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II

yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

7. dr. Hedy Tan, MARS, MOG, Sp.Og dan Wakil Direktur RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis.

8. Seluruh staf yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian di

RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.

9. Teristimewa untuk orang tua (Sumarno dan Samira) yang selalu senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Julham Afandi, S.T., kakak Ulfa

Larasaty S.Pdi.,) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Juni 2019

Widiya Damayanti

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

viii

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Tujuan umum 6

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Manajemen 8

Pengertian manajemen 8

Fungsi manajemen 8

Keselamatan Pasien (Patient Safety) 9

Pengerian keselamatan pasien 10

Keselamatan pasien rumah sakit 10

Tujuan keselamatan pasien (patient safety) 10

Standar keselamatan pasien 11

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit 12

Sasaran keselamatan pasien 13

Pelaporan insiden 17

Cara membuat laporan insiden 18

Rumah Sakit 18

Pengertian rumah sakit 18

Asas dan tujuan rumah sakit 19

Tugas dan fungsi rumah sakit 19

Kewajiban rumah sakit 20

Standar pelayanan rumah sakit 20

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

ix

Mutu Pelayanan Kesehatan 21

Pengertian mutu 21

Komponen mutu 21

Aspek mutu 22

Penerapan mutu dan keselamatan pasien 22

Rantai Nilai Program Patient Safety 22

Aktifitas Langsung 24

Sebelum pelayanan 24

Saat pelayanan kesehatan diberikan 25

Pasca pelayanan 25

Aktifitas Pendukung 25

Budaya organisasi 25

Struktur organisasi 26

Sumber daya strategik 26

Landasan Teori 26

Kerangka Berpikir 26

Metode Penelitian 29

Jenis Penelitian 29

Lokasi dan Waktu Penelitian 29

Lokasi penelitian 29

Waktu penelitian 29

Subjek Penelitian 29

Definisi Konsep 30

Aktifitas langsung 30

Aktifitas penunjang 31

Metode Pengumpulan Data 31

Metode Analisis Data 31

Hasil Penelitian dan Pembahasan 33

Gambaran Umum RSU Imelda Pekerja Indonesia 33

Sejarah RSU Imelda Pekerja Indonesia 33

Profil RSU Imelda Pekerja Indonesia 33

Fasilitas Pelayanan Medis RSU Imelda Pekerja Indonesia 34

Fasilitas penunjang diagnostik medis unggulan 36

Fasilitas mutu dan keselamatan pasien di RSU 36

Fasilitas pekerja Indonesia 37

Gambaran Umum Komite Mutu dan Keselamatan Pasien di RSU

Imelda Pekerja Indonesia 37

Komite mutu dan keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja

Indonesia 37

Aktifitas Langsung Pelaksanaan Manajemen Patient Safety 42

Pra pelayanan 42

Perencanaan program patient safety 42

Pelaksanaan program patient safety 45

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

x

Pasca pelayanan 49

Aktifitas Penunjang Manajemen Patient Safety 51

Struktur organisasi 57

Sumber daya strategik 60

Keterbatasan Penelitian

Kesimpulan dan Saran 65

Kesimpulan 65

Saran 66

Daftar Pustaka 67

Lampiran 69

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

xi

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakterstik Informan 30

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Analisis rantai nilai program patient safety 24

2 Kerangka berpikir 28

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara Mendalam 69

2 Surat Izin Survei Pendahuluan 73

3 Surat Izin Melakukan Penelitian 74

4 Dokumentasi Penelitian 75

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

xiv

Daftar Istilah

KKPRS Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

KARS Komite Akretasi Rumah Sakit

KTD Kejadian Tidak Diharapkan

KNC Kejadian Nyarin Cedera

KTC Kejadian Tidak Cedera

KPC Kondisi Potensial Cedera

IGD Instalasi Gawat Darurat

PERSI Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

PMKP Peningkatan Mutu dan keselamatan Pasien

RS Rumah Sakit

RSU Rumah Sakit Umum

SDM Sumber Daya Manusia

UU Undang-Undang

WHO World Health Organization

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Widiya Damayanti berumur 22 Tahun, dilahirkan di Desa

Bantan 07 Desember 1996. Penulis beragama Islam, anak kedua dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Sumarno dan Ibu Samira.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar di SDN 106456 Sibarau

Tahun 2006-2008, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Dolok Masuhul Tahun

2008-2011, Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Dolok Masihul Tahun 2011-

2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Program S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2019

Widiya Damayanti

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan dalam menjaga hak

setiap orang pada pelayanan kesehatan supaya menerima layanan yang aman dan

bermutu. Indonesia sudah mengimplementasikannya mulai Tahun 2005 sejak

berdirinya KKPRS yang didirikan PERSI (Priyoto dan Widyaastuti,2014). Dalam

kegitannya rumah sakit di Indonesia menggunakan keselamatan pasien sebagai

acuan dan dijadikan stadar untuk menaikan mutu pelayanan. Menerima asuhan

yang aman merupakan salah satu standar keselamatan pasien yang menjadi hak

bagi pasien (Permenkes RI, 2011).

Patient safety yaitu cara yang digunakan agar asuhan pasien menjadi

bertambah aman, supaya mampu menghindari cidera akibat salah dalam

melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan yang harusnya dilakukan. Hal ini

tidak berarti keselamatan pasien harus tidak ada resiko sama sekali agar semua

tindakan medis dapat dilakukan (Firawati, dkk 2012). Pasien memiliki hak yang

tidak boleh di abaikan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Pada UUD 1945

yang sudah diamandemenkan dalam pasal 28 H menuturkan, bahwa masyarakat

memiliki hak menerima layanan kesehatan yang semestinya. Kemudian terpaut

hak pasien diatur pada UU No 23 (1992) mengenai kesehatan, UU perlindungan

konsumen, UU No 36 2009 mengenai kesehatan dan UU No 44 2009 mengenai

rumah sakit (Priyoto dan Widyaastuti,2014).

Institute of Medicine di Amerika Serikat Tahun 2000 mempublikasikan

laporan “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health System. Pelaporan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

2

tersebut menyatakan tentang riset RS Utah dan Colorado dan NewYork. Dalam

penelitiannya didapatkan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9% di Utah dan

Colorado, dimana 6,6% diantaranya meninggal. (Institute of Medicine, 2000).

Ditemukan angka KTD di New York yaitu 3,7% dan kematian 13,6%.

Kematian karena KTD pasien rawat inap seluruh Amerika dengan jumlah 33,6

juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Tahun 2004 WHO menemukan

angka penelitian beberapa negara yang dilakukan RS di Amerika, Inggris,

Denmark, dan Australia, mendapatkan KTD yaitu 3,2-16,6%. hal tersebut

membuat berbagai negara melaksakan penelitian dan memajukan sistem

keselamatan pasien (Depkes RI, 2006).

Laporan Indonesia mengenai KTD dan KNC sulit ditemukan (KKPRS,

2008). Berdasarkan laporan provinsi Tahun 2007 tentang insiden keselamatan

pasien, di Jakarta menduduki angka 37,9% yang kemudian dilanjutkan oleh Jawa

Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%, Jawa Timur 11,7%, SumateraSelatan

6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7%

(KKP-RS, 2008). keselamatan pasien yang dilakukan pada 15 rumah sakit dengan

pasien rawat inap pada 4500 rekam medik menemukan jumlah KTD yang

berbeda-beda antara lain 8,0% sampai 98,2%, diagnostic error dan 4,1% sampai

91,6% medication error (Utarini ,2011).

Isu keselamatan pasien di Indonesia sudah di adopdsi oleh Akreditasi

Rumah Sakit sejak diterbitkan Standar Akreditasi KARS Tahun 2012. Mulai saat

itu pelaksanaan keselamatan pasien menjadi bagian dari isu utama. Berkembang

isu tersebut membuat pergerakan paradigma untuk keselamatan pasien. Rumah

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

3

sakit dan tenaga profesional sudah banyak terpaut untuk mempelajari dan

melaksanakan keselamatan pasien. Masalah yang muncul disebabkan karena

belum menerima pemahaman yang sama kemudian mengakibatkan perdebatan

antara pemberi pelayanan di rumah sakit itu sendiri (Ristekdikti, 2015).

Astuti (2013), mengatakan bahwa Keselamatan pasien adalah langkah

awal guna memperbaiki kualitas pelayanan. Peraturan patient safety dilakukan

agar memajukan mutu dan kualitas pelayanan dengan manajem resiko melalui

semua aspek pelayanan yang tersedia dalam fasilitas pelayanan kesehatan

(Permenkes, 2017). Rumah sakit merupakan sarana pelayanan yang dibutuhkan

ketika seseorang sakit dan butuh bantuan untuk tujuan menyelamatkan pasien

(Herawati, 2015). Patient safety merupakan bebasnya pasien karena cedera yang

harusnya tak terjadi atau hendak terjadi seperti fisik, social, psikologis, cacat, mati

dll terpaut pelayanan kesehatan (PERSI,KKPRS 2017).

Dapat disimpulkan bahwa salah satu yang menjadi bentuk keselamatan

pasien adalah setiap kesalahan yang dilaksanakan semua profesi yang menangani

serta memberikan penanganan langsung di RS. Contohnya asesmen risiko,

pengenalan, dan pengelolaan risiko, laporan dan analisa insiden, mampu

menindaklanjuti insiden, dan memberi penyelesaian agar meminimalisir terjadi

risiko (Priyoto dan Widyaastuti,2014).

Mutu pelayanan perlu ditingkatkan oleh setiap rumah sakit untuk

membuat masayarakan kembali percaya dengan adanya program keselamatan

pasien, yang sudah dilakukan World Health Organization (WHO) sejak Tahun

2004. Depkes (2008), mengatakan bahwa insiden patient safety dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

4

beberapa bagian eksternal rumah sakit seperti pengorganisasian dan pengelolaan,

area tempat kerja, tim, petugas dan kinerja, tugas, pasien, serta komunikasi.

Kemudian AHRQ menegaskan insiden patient safety depengaruhi beberapa

faktor yaitu komunikasi, informasi tak jelas, SDM, hal berkaitan pada pasien,

berbagit pengetahuan, teknik kerja yang gagal, peraturan dan mekanisme yang tak

jelas (Hadi, 2017).

RSU Imelda Pekerja Indonesia merupakan rumah sakit peringkat B Non

pendidikan yang dimiliki oleh PT Imelda Pekerja Indonesia yang berdiri pada 3

Desember 1983. Terdapat jumlah tempat tidur 320 TT dan jumlah SDM 401

orang, letak lokasi rumah sakit ini strategis dan mempunyai fasilitas lengkap

kemudian memiliki Sumber Daya Manusia berkualitas. Bukti kepercayaan dari

publik, peringkat rumah sakit ini telah naik menjadi peringkat B non Pendidikan.

Menurut S. Pohan (2017), setiap pihak yang ikut andil pada pelayanan

kesehatan yaitu pasien,masyarakat,dan organisasimasyarakat, profesi layanan

kesehatan dari dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, semuanya memiliki

panilaian berbeda tentang elemen apa yang penting dalam mutu payanan

kesehatan. Semua itu karena pendidikan,pengetahuan,pengalaman, lingkungan,

dankepentingan yang berbeda. Karena penilaian setiap orang terhadap kualitas

layanan kesehatan didasarkan pada standar dan / atau kriteria mereka.

Adapun salah satu bentuk masalah di RSU Imelda Pekerja Indonesia yaitu

kurang memperhatikan dan meningkatkan Pelaksanaan Manajemen PatientSafety

Dalam Upaya Peningkatan MutuPelayanan Di Rumah Sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia Kota Medan. Dampak yang terjadi yaitu membuat kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

5

masyarakat menurun dan mutu pelayanan juga menurun. Mutu dan keamanan

untuk pasien merupakan sesuatu yang sangat berhubungan dan tak terpisahkan.

RSU Imelda Pekerja Indonesia memiliki Komitmen yaitu mendahulukan

layanan kesehatan prima dan cepat terhadap pasien. Fasilitas dan penunjang

pemeliharaan yang komplet telah tersedia, didukung oleh staff ahli serta tenaga

medis yang berpengalaman, RSU Imelda Pekerja Indonesia berusaha memberikan

pelayanan kesehatan bermutu dan akurat untuk pasien.

Berdasarkan laporan kasus dari rumah sakit Umum Imelda Pekerja

Indonesia, terdapat kasus KTD dan kasus KNC tahun 2016 sampai tahun 2018.

Kasus I, KNC tahun 2016 yaitu, Pegawai Farmasi Depo Poli Spesialis lalai

sehingga menyebabkan salah pemberian etiket plastic klip obat. Kasus II, KTD

tahun 2016 yaitu kesalahan dalam pemasangan kateter. Dilanjutkan laporan kasus

2017 KTD tentang Kesalahan dalam pemberian obat . Kemudian pada Januari

tahun 2018 kembali terjadi kasus KTD yaitu pasien jatuh dari kamar mandi yang

menyebabkan pasien meninggal dunia.

Hasil dari survei pendahuluan yang penulis lakukan masih terdapat hal

yang belum terpenuhi dalam upaya penanganan patient safety. Hal ini dapat

dilihat dari kejadian yang tercatat dalam laporan kasus dan masih rendahnya

budaya pelaporan kasus kecelakaan yang tarjadi di rumah sakit. Dari analisis

setiap kejadian terdapat beberapa masalah yang menyebabkan terjadinya insiden

Pateint safety di RSU Imelda Pekerja Indonesia yaitu, kurangnya perawat dalam

mengidentifikasi pasien dan kurangnya tenaga perawat.

Dari penelitian Rachmawati, dkk (2017) mengenai Analisis Pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

6

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien di RSI Sultan AgungSemarang,

teknologi seperti komputer di unit kerja tidak cukup dan memadai, semua itu

dapat menghambat dalam mebuat catatan dan laporan. Teknologi informasi yang

belum teritegrasi sampai penundaan pelaporan dan sisitem pelaporan yang

dekembangkan belum optoma. Penundaan pelaporan bulanan setiap unit kerja,

budaya menghukum dan menyalahkan unit kerja banyak membuat insiden yang

terjadi tidak dilaporkan di RS itu.

Dengan adanya permasalahan diatas maka penulis ingin meneliti tentang

Pelaksanaan Manajemen PatientSafety dalam Upaya Peningkatan MutuPelayanan

di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah aktivitas pelaksana kegiatan langsung( meliputi: pra

pelayanan, proses pelayanan, dan pasca pelayanan) pada program patient

safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2019.

2. Bagaimanakah aktivitas pelayanan penunjang (meliputi: budaya organisasi,

stuktur organisasi, dan sumber daya strategis) pada program patient safety

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di RSU Imelda PekerjaIndonesia

Medan Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen patient safety

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit Umum Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

7

Tujuan khusus. Adapun Tujuan khusus yaitu:

1. Untuk mengetahui aktivitas pelaksana kegiatan langsung( meliputi: pra

pelayanan, proses pelayanan, dan pasca pelayanan) pada program patient

safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2019.

2. Untuk mengetahui aktivitas pelayanan penunjang (meliputi: budaya

organisasi, stuktur organisasi, dan sumber daya strategis) pada program

patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2019.

Manfaat Penelitian

1. Untuk rumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) dapat

dijadikan masukan informasi untuk menyusun kebijakan - kebijakan program

kesehatan terutama yang berhubungan keselamatan pasien (patient safety).

2. Memberikan informasi mengenai Pelaksanaan Manajemen Patient Safety

Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

8

Tinjauan Pustaka

Manajemen

Pengertian manajemen. Manajemen yaitu capaian sasaran organisasi

efektif dan efesien menggunakan rencanaan, organisasian, pemimpin dan

pengendalian sumberdaya organisasi (L. Draf, 2002). Sementara George R. Terry

mengartikan manajemen merupakan tahapan yang khusus seperti tindakan

planning, organizing, actuanting serta controling yang dalam ilmu dan seni untuk

mendapatkan sesuatu yang sudah ditentukan. Semua organisasi membutuhkan

perencanaan, karena usaha yang dilakukan dapat tidak berguna serta tujuan yang

dicapai menjadi sulit, tiga penyebab yang di paparkan oleh George R. Terry yaitu:

1. Dalam memenuhi tujuan manajemen maka diperlukan tujuan organisasi serta

pribadi.

2. Keseimbangan dapat dipertahankan dengan menyeimbangkan tujuan yang

saling bertentangan, mengimbangi tujuan yang saling bertentangan, tujuan

dan kegiatan oleh para pihak dalam keperluan organisasi, misalnya pemilik

dan perusahaan, kreditor, pembeli, pemasok, pekerja, masyarakat dan

pemerintah.

3. Efisiensi dan efektivitas yang dicapai dalam pekerjaan organisasi bisa dinilai

demenggunakan berbagai cara contohnya dengan mengukur efisiensi dan

efektivitas.

Fungsi manajemen. Adapun fungsi manajemen diantaranya:

1. Perencanaan (planning) merupakan penetapan sasaran sebagai acuan kinerja

organisasi dimasa depan serta penetapan tugas dan alokasi sumberdaya yang

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

9

dibutuhkan untuk memperoleh sasaran organisasi. Perencanaan merupakan

manfaat manajemen yang berkaitan dengan penetapan tujuan yang akan

dicapai oleh organisasi, penetapan tugas dan alokasi sumberdaya untuk

tercapainya tujuan.

2. Pengorganisasian (organizing) menyertakan penetapan tugas, pengelompokan

kedalam departemen dan alokasi beraneka ragam sumberdaya kedalam

berbagai departemen.

3. Kepemimpinan berguna untuk memotivasi karyawan. Memimpin

menciptakan budaya dan nilai-nilai bersama, mengarahkan target kepada

karyawan melalui organisasi dan memberikan inspirasi yang didukung supaya

karyawan berprestasi

4. Pengendalian (controlling) merupakan mengawasi aktivitas karyawan,

melindungi organisasi supaya berjalan menuju sasaran, membuat koreksi

apabila diperlukan. Para manajer menjamin organisasi harus bergerak

mencapai tujuannya.

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Pengertian keselamatan pasien. Keselamatan Pasien adalah sistem untuk

perawatan pasien menjadi aman termasuk: penilaian bahaya, pengenalan serta

manajemen bahaya, laporan dan analisa insiden, mampu mempelajari insiden serta

tindak lanjutnya, dan juga pelaksanaan guna mengurangi bahaya serta mencegah

cedera akibat salah dalam bertindak atau tidak melakukan tindak mengambil

dindakan yang seharusnya diambil. (PERMENKES No.11,2017)

Keselamatan Pasien merupakan keadaan pasien bebas cedera yang

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

10

terjadi atau tidak terjadi seperti penyakit, cedera fisik / sosial / psikologis, cacat,

meninggal berkaterkait dengan layanan kesehatan. Penilaian risiko, pelaporan

serta mengelola hal yang berkaitan terhadap risiko pasien, melaporkan dan

menganalisis masalah, mampu mempelajari masalah dan tindaklanjut dan

membuat cara untuk menurunkan risiko yang timbul adalah kegiatan keselamatan

pasien yang aman (KKPRS, 2015).

Keselamatan pasien rumah sakit. merupakan teknik perawatan pasien

yang menjadi aman yaitu penilaian bahaya, keluhan serta pengolahan risiko

pasien, laporan serta analisis laporan, mampu untuk meningkatkan pelaporan seta

mencari lebih jauh penyebab cedera akibat salah atau tidak mengambil

tindakan.Kemungkinan terjadinya insiden dalam pengambilan tindakan dapat

terjadi dalam pelayanan kesehatan. Insiden merupakan kejadian tidak disengaja

dan kondisinya menyebabkan cedera yang bisa dihindari terhadap pasien.

Macam-macam insiden yaitu:

1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) merupakan kejadian yang menyebabkan

pasien cedera.

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yaitu kejadian yang belum terpapar pada

pasien.

3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang telah terpapar kepasien,

namun tidak menimbulkan kerugian.

4. Kondisi potensial Cedera (KPC) yaitu keadaanyang membuat timbulnya

cidera, namun insiden belum terjadi

5. Kejadian sentinel adalah KTD yang berakibat mati/cedera parah.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

11

Tujuan keselamatan pasien (patient safety). Dibawah ini merupakan

Tujuan keselamatan pasien yaitu:

1. Budaya keselamatan pasien terbentuk.

2. Menaikan akuntabilitas RS pada pasien dan masyarakat;

3. Menurunkan KTD.

4. Teraplikasinya program pencegahan hingga KTD tidak terjadi lagi.

Standar keselamatan pasien. Berpedoman pada “hospital Patient Safety

standards” yang diterbitkan oleh joint commission on Accreditation of health

Organizations, Illinois, USA (2002) sesuai situasi dan kondisi perumahsakitan

Indonesia (Ismaniar, 2015). Tujuh standar keselamatan pasien yaitu:

Hak pasien. Pasien serta keluarganya memiliki hak memperoleh penjelasan

mengenai persiapan, hasil layanan serta KTD yang mungkin terjadi.

Pasien dan keluarga di didik. Mengajarkan pasien, keluarga pasien

mengenai kewajiban dan perawatan yang dilakukan rumah sakit.

Berkesinambungan keselamatan pasien. Terjaminnya kelangsungana

pelayanan serta terjaminnya pengaturan antara pegawai dan unit pelayanan.

Penerapan cara pengembangan kemampuan agar membuat evaluasi

Serta strategi pengembangan.Merancang tahapan baru/memperbaiki yang ada,

mengevaluasi peningkatan kinerja menggunakan data, menganalisis peningkatan

Kejadian Tak Terduga, serta membuat perubahan agar mengembangkan kinerja.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Adapun

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, yaitu:

I. Dukungan serta jaminan pemimpin pelaksanaan program keselamtan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

12

pasien dengan mengaplikasikan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan

Pasien".

II. Program proaktif dalam meningkatkan risiko serta progran patient

safety untuk menurunkan Kejadian Tak Terduga.

III. Kepemimpinan mendukung dan meningkatkan komunikasi antara

unit serta individu terkait dengan pengambilan keputusan .

IV. Pemimpin memberikan sumber daya yang akurat.

V. Kepemimpinan mengukur dan menilai efektivitas kontribusinya.

Mendidik staf mengenai patient safety. Pelaksanaan pendidikan serta

pelatihan yang didukung dalam mendongkrak kompetensi staf serta dukungan

untuk perawatan.

Komunikasi hal utama yang dilakukan staf dalam pencapaian.

Persiapan dan perancangan proses informasi agar terpenuhinya informasi dari luar

dan tepat waktu serta akurat.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit. Rumah sakit harus

bisa mensain baru, meningkatkan yang lama, memantau atau mengevaluasi

kemampuan menggunakan informasi yang dikumpulkan, menganalisa mendalam

KTD, kemudian menerapkan perubahan dalam peningkatan kinerja patient safety

yang mengacu pada standar keselamatan pasien. Tahapan desain dipandu oleh

visi, misi, tujuan, petugas kesehatan, aturan klinis saat ini, kebutuhan pasien,

bisnis yang sehat di rumah sakit itu(Ismainar, 2015).

Penyebab lainnya yang menimbulkan risiko menurut "Tujuh Langkah

Keselamatan Pasien" dapat dilihat antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

13

1) Sadar keselamatan pasien

2) Memimpin dan mendukung pegawai

3) Mengintegrasikan kegiatan proses bahaya

4) Mengembangkan sistem laporan

5) komunikasi sama pasien

6) Pelajari keselamatan pasien

7) Pencegahan cedera menggunakan penerapan sistem keselamatan pasien

Sasaran keselamatan pasien. Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, Sasaran

Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit

yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini

mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient

Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).

Tujuan dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan

spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang

bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari

konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai

berikut :

a. Identifikasi pasien yang tepat

Kelalaian dalam mengidentifikasi merupakan salah dalam diagnosis serta

pengobatan. Indentifikasi salah dapat tejadi saat pasien dibius, disorientasi, tak

sadar, tempat tidur ditukar, tukar kamar, lokasi rumah sakit, kelalian sensorik, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

14

keadaan lainnya. Tujuan dari ini semua untuk mengidentifikasi pasien dan

perawat sesuai layanan yang diterima dan diberikan.

Elemen Penilaian Sasaran I

1. Dalam identifikasi nomor kamar dan lokasi tidak dipakai.

2. Melakukan identifikasi harus pada saat obat atau darah belum diberikan.

3. Identifikasi pasein sebelum darah diambil dan kegiatan pemeriksaan klinis

lainnya.

4. Identifikasi pasien sebelum pengobatan atau tindakan lain diberikan.

5. Identifikasi yang kosisiten karena peraturan dan prosedur untuk seluru lokasi

dan keadaan.

b. Komunikasi efektif meningkat

Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,

penyampaian informasi dapat dimengerti pelanggan untuk menurunkan kesalahan

saat menangani pasien serta keselamatan pasien meningkat. Bentuk komunikasi

yaitu, elektronik, lisan, serta tulisan.kesalahan yang sering terjadi dalam perintah

komunikasi yaitu saat menggunakan telepon dan lisan. Selain itu kesalahan yang

sering terjadi melaporkan kembali hasil laboratorium melalui telepon.

Elemen Penilaian Sasaran II:

1. Perintah dengan telepon yang lengkap serta hasil pemeriksaan yang ditulis

si penerima perintah.

2. Hasil pemeriksaan harus dibaca ulang oleh penerima perintah.

3. Pemberi perintah harus mengofirmasi hasil pemeriksaanya pada penerima.

4. Peraturan dan prosedur harus mempertahankan komunikasi lisan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

15

tulisan yang akurat.

c. Kemanan obat harus lebih di awasi (High Alert Medications)

Kewaspadaan obat harus dilakukan pada obat menyebabkan kesalahan

sentinel, menyebabkan efek merugikan, seperti obat yang mirip dilihat dan

didengar saat disebutkan (Nama Obat, bentuk, NORUM yang mirip, atau Look

Alike Sound Alike / LASA). Memanajemen obat merupakan cara ampu untuk

mengurangi bahaya tersebut dengan memindakan elektrololit pekat dari tempat

pasien ke apotek.

Elemen Penilaian Sasaran III:

1. dentifikasi, menetapkan lokasi, pemberi berlabel, dan penyimpanan

konsentrat elektrolit dibuat atas perturan dan cara yang berkembang.

2. Pelaksanaan peraturan serta prosedur.

3. Konsentrat elektrolit tak sesuai dengan unit layanan pasien, terkecuali

apabila diperlukan untuk bantuan diarea yang tak memadai sesuai dengan

peraturan.

4. Penyimpanan Konsentrat elektrolit di unit layanan pasien seharusnya

tandai dengan jelas dan pada area yang ketat (terbatas).

d. Kepastian yang tepat - lokasi, prosedur kanan, operasi pasien kanan

Kesalahan Lokasi, prosedur serta operasi adalah kejadian yang sering

terjadi di rumah sakit. tidak efektifnya komunikasi antara anggota tim bedah,

pasien tidak ikut sertakan, tidak adanya prosedur verifikasi tempat operasi yang

membuat kesalahan saat menangani pasien.

Faktor-faktor yang dianggap sering terjadi adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

16

1. Nilai pasien yang tidak memenuhi persyaratan.

2. Memeriksa ulang rekam medis tidak memenuhi persyaratan.

3. tidak adanya dukungan untuk keterbukaan komunikasi antar anggota tim

bedah.

4. tidak terbacanya tulisan tangan..

5. Pengggunaan singkatan.

Elemen Penilaian sasaran IV:

1. Penggunaan tanda yang jelas, dapat dimengeti tempat operasi dan

melibatkan pasien dalam penandaan dirumah sakit.

2. Verifikasi lokasi sebelum pra operasi, sesuai prosedur, operasi pasien dan

tepat nya peralatan yang dibutuhkan harus siperiksa menggunakan daftar

ceklis.

3. Lengkapnya Tim operasi berlaku dan mencatat prosedur "sebelum

sayatan" (batas waktu).

e. Risiko Infeksi dikurangi terkait Pelayanan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan urutan layanan yang

menjadi tantangan kesehatan dan peningkatan biaya dalam menangani infeksi

yang melibatkan lebih banyak pasien dengan profesional perawatan. Sering

ditemukan dalam semua layanan kesehatan (infeksi saluran kemih, infeksi aliran

darah dan pneumonia). Pusat infeksi eliminasi ini serta infeksi lainnya adalah

mencuci tangan dengan benar (kebersihan tangan).

Elemen Penilaian Sasaran V

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

17

1. Persetujuan serta penyesuai dengan pedoman kebersihan tangan terbaru

yang dipublikasikan dan diterima (WHO Patient Safety).

2. Penerapan kebersihan tangan yang efektif di RS.

3. Peraturan serta prosedur dikembangkan guna mengurangi bahaya infeksi

pelayanan kesehatan.

f. Meminimalkan bahaya pasien jatuh.

Fasilitas pelayanan rumah sakit perlu mengambil tindakan untuk

mengurangi pasien jatuh. Penilaian dapat mencakup riwayat jatuh, pengobatan

serta peninjauan obat yang di minum, gaya jalan dan keseimbangan, dan alat yang

dipakai untuk membantu pasien.

Elemen Penilaian Sasaran VI

1. Penilaian pertama yang dilakukan rumah sakit kepada pasien dan

mengulangi saat terjadinya perubahan kondisi pasien.

2. Cara yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh pada orang dalam

penilaian risiko jatuh.

3. Cara yang digunakan untuk memantau hasil, yaitu mengurangi cedera

karena jatuh dan akibat yang ditimbulkan dari keadaan yang tak di

sangkah.

4. Peraturan atau cara dikembangkan untuk mengurangi pasien yang

mengalami cedera akibat jatuh di rumah sakit.

Pelaporan insiden. Dalam KKPRS, 2015 Berbagai cara digunakan untuk

mengenali risiko, cara yang biasa dilakukan adalah memperbaiki tatacara laporan

dan analisa. Tatacara laporan melibatkan semua pihak rumah sakit untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

18

memperhatikan bahaya atau hal yang dapat membahayakan pasien. Laporan

digunakan juga dalam memantau usaha untuk menghalangi kesalahan agar

mampu mendukung kelanjutan penyelidikan.

Melaporkan insiden penting untuk permulaan dalam mempelajari

pencegahan terjadinya kecelakaan yang sama. Laporan dapat di mulai dengan

membuat sistim laporan kejadian di rumah sakit seperti membuat kebIjakan,

formulir laporan, tatacara pelaporan. Laporan adalah peristiwa yang telah terjadi,

memiliki potensi untuk terjadi atau hampir terjadi. Laporan kejadian dapat dibuat

oleh semua orang atau semua pegawai yang pertama sekali melihat kejadian dan

juga semua pegawai yang ikut serta dalam insiden tersebut.

Cara membuat laporan insiden. Pemberian pelatihan untuk Karyawan

terkait tatacara pelaporan kejadian mulai dari maksud, tujuan dan manfaat

laporan, alur pelaporan, cara mengisi formulir laporan kejadian, waktu pelaporan,

pemahaman yang dipakai untuk tatacara pelaporan dan cara menganalisis laporan.

Masalah yang Sering Menghambat Pelaporan Insiden :

a. Laporan dianggap sebagai pekerjaan perawat.

b. Penyembunyian laporan / tidak dilaporkan, karena takut disalahkan.

c. Terlambat melaporkan.

d. Tidak adanya data laporan karena budaya menyalahkan.

Rumah sakit

Pengertian rumah sakit. Sistem perawatan kesehatan yang memberikan

layanan kepada masyarakat dalam bentuk layanan kesehatan di Indonesia

meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

19

1. Layanan medis.

2. Layanan dukungan medis.

3. Rehabilitasi medis.

4. Layanan perawatan.

Awalnya rumah sakit hanya menyediakan layanan kuratif dan disertifikasi

untuk pasien melalui rawat inap. Majunya ilmu pengetahuan, terutama teknologi

kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan publik membuat rumah sakit

lebih berkembang. Layanan kesehatan rumah sakit sekarang ini tidak hanya

menyembuhkan namun juga merehabilitasi. Kedua layanan ini terintegrasi pada

upaya promosi kesehatan (promotif) serta pencegahan (preventif). Rumah Sakit

merupakan lembaga layanan kesehatan yang menyelenggarakan layanan individu

secara komprehensif dan menyediakan layanan rawat inap, rawat jalan dan darurat

(Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Asas dan tujuan rumah sakit. Penyelenggaraan rumah sakit dibuat atas

dasar Pancasila serta berdasarkan nilai kemanusiaan, etika, profesionalisme,

manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti-diskriminasi, kesetaraan, perlindungan

dan keselamatan pasien, dan memiliki fungsi sosial (Undang-Undang Nomor 44

tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Peraturan rumah sakit bertujuan:

1. Memfasilitasi masyarakat ke layanan kesehatan.

2. Melindungi untuk keselamatan masyarakat, lingkungan dan SDM.

3. Menambah kualitas serta mempertahankan standar layanan.

4. Pemberian hukum yang pasti pada pasien, masyarakat SDM dan juga

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

20

rumah sakit.

Tugas dan fungsi rumah sakit. Tugasnya yaitu menyediakan layanan

kesehatan pribadi yang lengkap. Saat menjalankan tugasnya rumah sakit memiliki

fungsi-fungsi berikut:

1. Membuat perawatan medis serta layanan pemulihan sesuai standar layanan

rumah sakit.

2. Pemeliharaan serta peningkatan kesehatan individu menggunakan layanan

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Membuat pendidikan dan pelatihan SDM guna meningkatkan kapasitas

penyedian kesehatan.

4. Implementasi penelitian, pengembangan serta penyaringan teknologi

kesehatan untuk menaiikan layanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmiah dari sektor kesehatan.

Kewajiban rumah sakit. Herlambang dan Muwarni, 2012 menyatakan

Ada dua kewajiban rumah sakit, yaitu:

1. Mengaplikasikan fungsi manajemen untuk pengeelolaan Rumah Sakit

dengan hospital by laws agar tercipta “ Good Corporate Goverrnance”.

2. Mengaplikasikan fungsi manajemen klinis sesuai standar pelayanan medis

dan standard operating procedure yang telah ditetapkan agar terciptanya

“good Clinical Governance”.

Standar pelayanan rumah sakit. Standar kualitas untuk perawatan

kesehatan rumah sakit tidak lain adalah struktur, proses, dan hasil dari sistem

layanan rumah sakit. Standar kualitas layanan kesehatan juga dapat dinilai melalui

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

21

tingkat fasilitas layanan yang digunakan oleh masyarakat, kualitas layanan dan

tingkat efisiensi rumah sakit (Herlambang dan Muwarni, 2012).

Kualitas layanan rumah sakit dapat dilihat melalui angka standar

berbanding dengan standar nasional. Apabila angka standar nasional tidak ada,

maka dapat menggunakan hasil catatan kualitas pada tahun-tahun sebelumnya di

rumah sakit yang setelah persetujuan manajemen atau direktur yang bersangkutan

dengan masing-masing SMF dan staf terkait lainnya dikembangkan. Indikator

layanan yang memacu keselamatan pasien adalah:

1. Jatuhnya pasien dari tempat tidur atau kamar mandi.

2. Salah dalam pemberian obat.

3. Tidak ada obat atau darurat.

4. Oksigen habis.

5. Alat penyedot lendir yang tidak tersedia.

6. Alat pemadam api yang tidak tersedia.

7. Obat yang dipakai tidak sesuai standar.

8. Penggunaan air, listrik, gas dan sebagainya.

Mutu Pelayanan Kesehatan

Pengertian mutu. Mutu (kualitas) adalah keputusan yang terkait dengan

proses layanan, berkontribusi pada hasil, Pemenuhan kebutuhan untuk

menggunakan layanan atau barang yang bersifat multi-dimensi (Ismainar, 2015).

Ketentuan layanan kesehatan harus memenuhi keinginan dan harapan pengguna

layanan dengan meningkatkan kesinambungan dari semua proses termasuk pasien,

keluarga dan pengguna.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

22

Secara umum, definisi kualitas layanan kesehatan yaitu tingkat layanan

yang sempurna sesuai standar profesional dan standar layanan yang menggunakan

sumber daya yang ada di rumah sakit, pusat kesehatan yang masuk akal, efisien

dan efektif dan disediakan sesuai dengan norma, etika , hukum dan budaya sosial

memberitahukan batasan dan kapabilitas pemerintah dan komunitas konsumen.

Komponen mutu. Menurut Ismainar, 2015 kesulitan dalam pengukuran

mutu dikarenakan hasilnya resultan dari faktor yang mempengaruhi, komponen

tersebut yaitu:

a. Strutur merupakan sarana fisik, perlengkapan dan peralatan organisasi dan

manajemen, keuangan, sumber daya manusia yang lainnya.

b. Proses merupakan sarana dalam pemberian pelayanan maupun jasa.

c. Outcome adalah hasil jangka pendek contohnya cepat sembuh dari sakit,

outcome jangka pendek seperti kemungkinan kambuh dimasa datang.

Aspek mutu. Aspek mutu pelayanan di rumah sakit dilihat dari aspek

yang berpengaruh yang secara langsung atau tidak mempengaruhi penilaian.

Aspek-aspek ini yaitu:

1. Klinis (dokter, perawat dan teknik medis).

2. Efisiensi dan efektivitas layanan berbiaya rendah, dapat digunakan,

diagnosa serta terapi tidah berlebihan.

3. Keselamatan pasien merupakan usaha untuk melindungi pasien (jatuh dari

tempat tidur dan kebakaran).

4. Kepuasan pasien merupakan terkait kenyamanan, keramahan dan

kecepatan layanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

23

Penerapan mutu dan keselamatan pasien. Manajemen keselamatan

pasien memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas layanan. Adanaya

insiden buruk dapat membuat kerugian untuk pasien dan rumah sakit. Dalam

Konstitusi Indonesia kesehatan adalah bagian hak asasi manusia, yaitu

sebagaimana seperti dinyatakan pada pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang

memiliki hak untuk hidup secara fisik dan spiritual, hidup dan mendapatkan

lingkungan yang baik dan sehat, dan memiliki hak untuk mendapatkan layanan

kesehatan (Ismainar, 2015).

Rantai Nilai Program Patient Safety

Konsep rantai nilai keselamatan pasien (Value Chain Analysis) adalah

analisis dokumen perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan penunjang dan

kegiatan pendukung pada perusahaan. Analisis rantai nilai bagi perusahaan

merupakan bagian dari aspek rantai nilai produk. Hubungan nilai tersebut

melibatkan aktivitas karena hubungan dengan penyedia layanan dan hubungan

dengan konsumen. (Hakam, 2017, hlm. 81)

Dalam Swayne (2006), organisasi pelayanan kesehatan mempunyai

peluang untuk mengahasilkan nilai tambah bagi pasien dan pemangku

kepentingan lainnya. Rantai nilai organisasi adalah metode yang efektif dalam

menggambarkan bagaimana dan di mana nilai dapat dibuat. Kegiatan layanan

langsung (pra-layanan, proses layanan, dan pasca-layanan) ditempatkan di atas

kegiatan pendukung karena merupakan kegiatan penciptaan nilai dasar tetapi

didukung oleh, kegiatan yang memfasilitasi dan meningkatkan pemberian

layanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

24

Budaya, struktur, dan sumber daya strategis adalah hal yang mendukung

kegiatan layanan langsung dengan memastikan undangan dan dukungan,

organisasi yang efektif, dan sumber daya yang memadai (keuangan), staff

berkualifikasi tinggi, sistem informasi, serta fasilitas dan peralatan yang sesuai.

Meskipun tidak selalu jelas, sistem pendukung seperti itu sangat penting untuk

organisasi yang efektif dan efisien.

Gambar 1. Analisis rantai nilai program patient safety

Aktifitas langsung

Sebelum pelayanan. Sebelum pelayanan merupakan kegitan pemasaran,

penentuan target, layanan yang akan diberikan, penawaran harga,

mempromosokan produk yang tersedia. Menawarkan produk dalam bentuk

layanan dokter umum dan dokter spesialis, dari kegiatan ini ada banyak tantangan

yang harus dihadapi, misalnya ada pasien yang memilih dokter yang akan

menangani mereka dan beberapa yang tidak. Promosi rumah sakit dapat dilakukan

dengan berbagai kegiatan, misalnya sunatan massal, mendidik masyarakat

mengenai kesehatan, operasi katarak, pengobatan, serta pemeriksaan kesehatan

gratis pada waktu-waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

25

Pada program keselamatan pasien yang dinilai dalam pra pelayanan adalah

perencanaan program patient safety. Perencana program Kegiatan adalah cara

yang digunakan untuk melakukan kegiatan tujuan dan sasaran guna mengetahui

pencapaian keberhasilan dari sasaran dan sasaran tersebut. Sedangkan yang

dimaksud dengan program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan

terintegrasi untuk mendapatkan hasil guna mencapai tujuan tertentu. Keberadaan

program dan kegiatan diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dalam program keselamatan pasien indikator yang dapat dilihat yaitu

1. Rapat tim kerja

2. Sosialisasi upaya keselamtan pasien

3. Kebijakan keselamatan

4. Analisis masalah

5. Rapat koordinasi

Saat pelayanan kesehatan diberikan. Saat memberikan pelayan medis

(clinical operation) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat pasien

puas terhadap pelayanan yang diberikan.yang dimaksud dengan mutu pelayanan

disini harus sama dengan standart minimal pelayanan atau melebihi standart

pelayanan minimal yang diharapkan pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan

petugas dapat membuat pasien datang kembali kerumah sakit untuk berobat.

Pasca pelayanan. Pasca Pelayanan seperti follow-up terhadap program

patient safety merupakan hal penting bagi kelangsungan program. Keamanan dan

kenyamanan merupakan hal sangat berpengaruh terhadap pasien untuk merasa

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

26

puas dengan pelayanan yang diberikan. Berhubung pasien dalam kondisi sakit hal

tersebut lebih banyak dirasakan oleh keluarga pasien.

Aktifitas Pendukung

Budaya organisasi. Budaya organisasi pembentuk perilaku berdasarkan

nilai-nilai dan norma-norma. Setiap berorganisasi semua pegawai baik tenaga

kesehatan ataupun bukan tenaga kesehatan memiliki pemikiran yang berbeda-

beda. Pemimpin sangat berperan dalam membangun budaya organisasi yang aman

dalam visi dan misinya. Dari hasil penelitian sebelumnya budaya organisasi

berpengaruh pada motivasi dan kinerja karyawan, yang pada akhirnya

mempengaruhi kualitas layanan kepada pasien dan menentukan kepuasan

pelanggan.

Budaya organisasi dalam program patient safety dapat dinilai dari tingkat

kedisiplinan dan pola kerja pegawai dirumah sakit. kedisiplinan dan pola kerja

yang baik merupakan bentuk tanggung jawab rumah sakit untuk memberikan

pelayanan yang bermutu. Pasien akan mersa senang apabila keinginannya dapat

terpenuhi dengan sikap pegawai yang disiplin dan taat pada aturan. Keadaan ini

dapat membangun keamanan dan kenyamanan bagi semua pasien karena merasa

tepat memilih rumah sakit.

Struktur oganisasi. Struktur organisasi merupakan tempat pengambilan

keputusan yang mempengaruhi dalam setiap penyampaian pelayanan yang dapat

berbentuk fungsional, devisional ataupun matrik. Dalam hal ini struktur organisasi

sangat berpengaruh dalam kelangsungan kegiatan organisasi yang sedang

dijalankan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

27

Sumber daya strategik. sumber daya strategik merupakan sumber daya

finansial, sumber daya manusia, informasi, dan teknologi yang harus dimiliki

untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Apabila rumah sakit tidak memmiliki

sumber daya strategi secara cukup maka dapat membuat rumah sakit sulit dan

lemah dalam pemberian pelayanan yang membuat pasien puas. pelanggan yang di

maksud yaitu baik pelanggan internal (pegawai), maupun pelanggan eksternal

(terutama psien).

Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, pelaksanaan manajemen patient

safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dapat Imelda

Pekerja Indonesia digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka berpikir

Kegiatan utama atau aktivitas langsung terdiri dari tiga kegiatan yaitu pra

pelayanan, proses pelayanan, dan pasca pelayanan. Pada kegiatan pra pelayanan

kegiatan yang dinilai adalah perencanaan program patient safety. Kemudian pada

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

28

saat proses pelayanan kegiatan yang akan dinilai adalah pelaksanaan program

patient safety. Yang terakhir adalah pasca rujukan yaitu pollow up terhadap

program patient safety. Ketiga kegiatan langsung ini akan memberikan gambaran

pelaksanaan manajemen patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.

Aktivitas penunjang yang terdiri dari budaya organisasi, struktur

organisasi dan sumber daya strategi juga memberikan gambaran tentang

pelaksanaan manajemen patient safety. Budaya organisasi yang dinilai adalah

tingkat kedisiplinan dan pola kerja SDM. Kemudian struktur organisasi yang

dinilai adalah pengambilan keputusan. Dan yang terakhir ketersediaan sumber

daya strategik seperti sumber daya manusia, pendanaan, dan teknologi juga dapat

meningkatkan mutu pelayanan manajemen patient safety di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

29

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

wawancara dan observasi untuk mendapatkan informasi dan yang bertujuan untuk

mendapatkan bagaimana pelaksanaan manajemen patient safety dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) yang

beralamat di Jalan Bilal No 24, Kelurahan Pulo Brayan Darat I Kecamatan Medan

Timur, Medan. Waktu penelitian dari bulan Agustus tahun 2018 sampai 15 Mei

2019.

Subjek Penelitian

Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2019

- 12 Februari 2019 di RSU Imelda Pekerja Indonesia. Informan diambil dari

komite mutu dan keselamatan pasien yaitu ketua, sekretaris, serta anggota yang

bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan berkaitan dengan peningkatan mutu

dan keselamatan pasien di rumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia.

Adapun karekteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

30

Tabel 1

Karekteristik Informan

Nama Umur Jenis

kelamin

Pendidikan

Terakhir

Jabatan

Informan 1 35 Thn P S2 Ketua KMKP

Informan 2 31 Thn P D3 Keperawatan Wakil Ketua KMKP

Informan 3 30 Thn P D3 Kebidanan Anggota KMKP

Informan 4 38 Thn P D3 Keperawatan Anggota KMKP

Informan 5 28 Thn P D3 Kebidanan Anggota KMKP

Informan 6 28 Thn P D3 Keperawatan Anggota KMKP

Informan 7 31 Thn P D3 Keperawatan Anggota KMKP

Informan 8 32 Thn P S1 Keperawatan Anggota KMKP

Informan 9 29 Thn P SMA Pasien

Informan 10 56 Thn P SD Pasien

Definisi Konsep

Aktivitas langsung. adalah kegiatan yang dilakukan dalam pemberian

pelayanan patient safety meliputi : pra pelayanan, proses pelayanan, dan pasca

pelayanan.

Pra pelayanan. adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pelayanan patient

safety dilaksanakan yaitu perencanaan program patient safety.

Proses pelayanan. adalah kegiatan pelaksanaan program patient safety.

Pada saat proses pelayanan patient safety hendaknya membuat pasien merasa

puas dengan mutu pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan yang dimaksudkan

adalah sesuai dengan standar pelayanan atau melebihi standar pelayanan minimal

dan sesuai dengan harapan atau melebihi harapan pasien.

Pasca pelayanan. adalah kegiatan yang dilakukan setelah program patient

safety dilaksanakan meliputi : layanan follow-up terhadap patient safety.

Aktifitas Penunjang. adalah aktivitas yang mendukung terjadinya program

pelaksanaan petient safety meliputi: budaya organisasi, struktur organisasi, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

31

sumber daya organisasi.

Budaya organisasi. adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh

anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku

dari para anggota organisasi tersebut yaitu tingkat kedisiplinan SDM dan pola

kerja SDM.

Struktur organisasi. adalah suatu susunan dari komponen kerja yang

saling berhubungan antara tiap bagian untuk menjalankan kegiatannya dalam

pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Sumber daya strategis. adalah sumber daya yang dapat memberikan

dukungan pelayanan patient safety meliputi : SDM, Pendanaan, Informasi dan

Teknologi.

Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara dan observasi mengenai pelaksanaan manajemen patient safety

dalam peningkatan mutu di rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia.

2. Dokumentasi melalui pelaporan data yang diperoleh dari profil rumah sakit

Imelda Pekerja Indonesia.

Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010) yang mengutip metode Milles dan Huberman,

analisa data kualitatif dengan dilakukan secara simultan dengan proses

pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah

dalam melihat data secara lebih sistematis. Data yang sudah terkumpul dibahas

secara mendalam dalam bentuk naratif atau menjabarkan unit-unit.

Reduksi data. Data yang diperoleh dilokasi penelitian (data lapangan)

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

32

dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting

kemudian dicari tema atau polanya. Selanjutnya pada saat pengumpulan data

berlangsung diadakan tahap reduksi data, kemudian membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan menulis memo.

Penyajian data. Dalam penelitian ini, penyajian data diwujudkan dalam

bentuk uraian, dan foto. Akan tetapi, paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian ini adalah dengan teks naratif.

Penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan

dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian

berdasarkan obskrvasi, wawancara serta dokumentasi hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

33

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum RSU Imelda Pekerja Indonesia

Sejarah RSU Imelda Pekerja Indonesia. Rumah Sakit Umum Imelda

(RSU Imelda), Jalan Bilal No 24 Medan, sebuah rumah sakit swasta yang berdiri

sejak tahun 1983. Rumah sakit yang terletak di lokasi strategis di kota Medan

telah memiliki fasilitas penunjang pelayanan kesehatan yang lengkap dan

didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Sebagai bukti

kepercayaan dari publik, pemerintah juga telah meningkatkan kelas RS Imelda

menjadi kelas B Non Pendidikan. Selain itu, RS Imelda juga telah lulus akreditasi

dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Profil RSU Imelda Pekerja Indonesia. Adapun Profil RSU Imelda

Pekerja Indonesia, yaitu:

Visi. Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia menjadi Rumah Sakit

Rujukan dan Pendidikan Dengan Standar Joint Committee International (JCI)

Tahun 2020.

Misi. Adapun misi RSU. Imelda Pekerja Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan kesehatan mengacu pada standar medik yang

dikeluarkan oleh persatuan profesi masing-masing keahlian di Indonesia

yang terus disempurnakan oleh Rumah Sakit sesuai kondisi dan berorientasi

kepada pelayanan bermutu.

b. Memberikan pelayanan dengan mengutamakan kebutuhan pasien dan

keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

34

c. Memberikan pelayanan dengan mengutamakan keamanan dan keselamatan

pasien.

d. Mengembangkan budaya komunikasi, informasi dan edukasi serta melibatkan

pasien dan keluarga dalam pelayanan.

e. Mengembangkan budaya akademik yang mengutamakan peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang bekerja di Rumah Sakit.

f. Mengembangkan budaya komunikasi dan kerjasama tim yang komprehensif.

Motto . Memberikan pelayanan “PRIMA” Profesional, Ramah, Ikhlas,

Mutu dan Antusias.

Fasilitas Pelayanan Medis RSU Imelda Pekerja Indonesia

RSU Imelda Pekerja Indonesia memiliki fasilitas pelayanan medis sebagai

berikut:

a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam

b. Klinik Umum / Klinik Rawat Jalan

c. Klinik Spesialis

1. Klinik Penyakit Dalam

2. Klinik Spesialis Anak

3. Klinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan

4. Klinik Spesialis Bedah

5. Klinik Spesialis Bedah Anak

6. Klinik Spesialis Bedah Plastik

7. Klinik Spesialis Bedah Mulut

8. Klinik Spesialis Mata

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

35

9. Klinik Spesialis Telinga Hidung & Tenggorokan

10. Klinik Spesialis Saraf

11. Klinik Spesialis Paru

12. Klinik Spesialis Penyakit Jantung

13. Klinik Spesialis Kulit & Kelamin

14. Klinik Rehabilitasi Medik

15. Klinik Spesialis Jiwa

16. Klinik Spesialis Ortopedik/Tulang

d. Klinik Gigi

e. Kamar Operasi/ Bedah

1. Bedah Umum 10. Bedah Vaskular

2. Bedah Anak 11. Bedah Kulit Kelamin

3. Bedah Syaraf 12. Bedah THT

4. Bedah Plastik 13. Bedah Mata (Phaco)

5. Bedah Gigi Dan Mulut

6. Bedah Urology

7. Bedah Ortopedi (PCN, TUR)

8. Bedah Onkology Obgyn

9. Bedah Laparascopy

f. Kamar Bersalin (Delivery Room)

g. Kamar Perawatan Intensive (Intensive Care Unit-ICU)

h. Cuci Darah (Haemodialisa)

i. Ruang Perawatan Anak/Bayi

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

36

j. Ruang Kemotheraphy (Pengobatan Kanker)

k. Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisiotherapi)

l. Unit Luka Bakar

m. Unit Perawatan Luka

n. Unit CSSD

Fasilitas penunjang diagnostik medis unggulan. RSU Imelda Pekerja

Indonesia Memiliki Fasilitas Penunjang Diagnostik Medis Unggulan sebagai

berikut:

a. Radiologi

1. X-Ray

2. CT Scan 16 Slices

3. Ultrasonography (USG)

4. EKG (Elektro Cardiography/ Rekam Jantung)

5. EEG (Elektro Enchepalography/ Rekam Otak)

b. Laboratorium Klinik 24 Jam

c. Treadmill

d. Endoscopy : (Gastroscopy, Colonoscopy, Ligasi Varices)

Fasilitas penunjang pelayanan. RSU Imelda Pekerja Indonesia memiliki

fasilitas penunjan pelayanan sebagai berikut:

a. Instalasi Farmasi 24 Jam

b. Instalasi Gizi

c. Mobil Ambulan 24 Jam

d. Lapangan Parkir Luas

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

37

Fasilitas ruang rawat inap. Untuk perawatan rawat inap di RSU Imelda

Pekerja Indonesia menyediakan berbagai pilihan kelas perawatan yaitu antara lain:

Ruang Rawat Inap Umum :

a. Kamar VIP

b. Kamar Kelas I

c. Kamar Kelas II

d. Kamar Kelas III

Ruang Rawat Inap Kebidanan :

a. Kamar VVIP

b. Kamar VIP

c. Kamar Kelas I

d. Kamar Kelas II

e. Kamar Kelas III

Klinik – Klinik Satelit :

a. Klinik Imelda Pekerja Indonesia: Jalan Veteran Raya Pasar VIII Marelan /

Helvetia

Gambaran Umum Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Di Rsu Imelda

Pekerja Indonesia

Komite mutu dan keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja

Indonesia. Berdasarkan Surat keputusan direktur RSU Imelda Pekerja Indonesia

No: ..…/sk-dir/rsu-ipi/rev-i/pmkp/01/2019 tentang pembentukan Komite Mutu

Dan Keselamatan Pasien berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas

keseluruhan kegiatan berkaitan dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien

di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan ketentuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

38

Berdasarkan hasil wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari

komite mutu dan keselamatan pasien diketahui bahwa ketua, sekretaris, serta

seluruh anggota bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan berkaitan dengan

peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

Berikut uraian tugas tenaga gizi di Komite Mutu dan Keselamatan Pasien

di RSU Imelda Pekerja Indonesia:

a. Ketua Sub Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

1. Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan penjaminan mutu dan keselamatan

pasien di RSU Imelda Pekerja Indonesia

2. Fungsi : Melaksanakan urusan penjaminan mutu dan keselamatan pasien

3. Uraian tugas :

a. Sebagai Motor Penggerak Penyusunan Program PMKP RS

b. Me-Monitor Dan Memandu Penerapan Program PMKP Di Unit Kerja

c. Membantu Dan Melakukan Koordinasi Dengan Pimpinan Unit Pelayanan

Dalam Memilih Prioritas Perbaikan, Pengukuran Mutu/Indikator Mutu

Dan Menindaklanjuti Hasil Capaian Indikator. (Lihat Juga TKRS.11 Dan

TKRS.11.2)

d. Melakukan Koordinasi Dan Pengorganisasian Pemilihan Prioritas

Program Di Tingkat Unit Kerja Serta Menggabungkan Menjadi Prioritas

RS Secara Keseluruhan. Prioritas Program RS Ini Harus Terkoordinasi

Dengan Baik Dalam Pelaksanaanya

e. Menentukan Profil Indikator Mutu, Metode Analisis Dan Validasi Data

Dari Data Indikator Mutu Yang Dikumpulkan Dari Seluruh Unit Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

39

di Rumah Sakit.

f. Menyusun Formulir Untuk Mengumpulkan Data, Menentukan Jenis Data

Dan Bagaimana Alur Data Dan Pelaporan Dilaksanakan

g. Menjalin Komunikasi Yang Baik Dengan Semua Pihak Terkait Dan

Menyampaikan Masalah Terkait Perlaksanaan Program Mutu Dan

Keselamatan Pasien.

h. Terlibat Secara Penuh Dalam Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan PMKP

i. Bertanggung Jawab Untuk Mengkomunikasikan Masalah - Masalah

Mutu Secara Rutin Kepada Semua Staf.

j. Menyusun Regulasi Terkait Dengan Pengawasan Dan Penerapan

Program PMKP

k. Mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka penyusunan Kebijakan dan

Strategi Manajemen Mutu dan Keselamatan Pasien

l. Mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka penyusunan Program

Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

m. Melakukan koordinasi dengan unit kerja dalam penyusunan program

penjaminan mutu dan keselamatan pasien lainnya

n. Memantau pelaksanaan seluruh program penjaminan mutu dan

keselamatan pasien

o. Mengevaluasi pelaksanaan seluruh program penjaminaan mutu dan

keselamatan pasien

p. Menyusun laporan hasil pencapaian program indikator mutu keselamtan

pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

40

q. Mensosialisasikan hasil pencapaian program penjaminan mutu dan

keselamatan pasien

r. Memfasilitasi tindak lanjut hasil rekomendasi

s. Memfasilitasi koordinasi tentang patient safety dengan unit terkait dalam

pembuatan RCA dan FMEA

t. Memfasilitasi rapat atau pertemuan koordinasi bulanan dengan direksi

dan unit kerja terkait

u. Melakukan koorddinasi kepada bagian/ bisdang/komite/unit terkait

terhadap iplementasi standar pelayanan yang berfokus kepada pasien dan

manajemen

b. Wakil ketua Komite Peningkatan Mutu

1. Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan program peningkatan mutu di RSU

Imelda Pekerja Indonesia

2. Fungsi : Mengkoordinasikan terlaksananya monitoring dan evaluasi indikator

mutu di RSU Imelda Pekerja Indonesia

3. Uraian tugas ;

1) Membuat rencana strategis program pengembangan mutuklinik dan

manajerial

2) Menyusun panduan pemantaun indikator mutu dan clinical pathways

3) Menyusun alat ukur pemantaun indikator mutu dan clinical pathways

4) Berkoordinasi dengan unit terkait dalam penyelenggaraan pemantauan

indikator mutu dan clinical pathways

5) Menganalisa hasil pencapaian indikaror mutu pelaksanaan clinical pathways

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

41

6) Menbuat laporan periodik hasil pemantauan indikator mutu pelaksanaan

clinical pathways

7) Menyelenggarakan dan meyiapkan kegiatan sosialisasi internal rumah sakit

tentang pencapaian indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathways

8) Menyusun bahan rekomendasi terhadap pencapaian hasil pemantauan

indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathways

9) Mendistribusikan bahan rekomendasi hasil pemantauan indikator mutu dan

pelaksanaan clinical pathways ke unit terkait

10) Menyusun panduan pelaksanaan validasi data internal khusus indikator

mutu

11) Membuat alat ukur validasi khusus indikator mutu

12) Menyelenggarakan kegiatan validasi hasil pencapaian indikator mutu

berkoordinasi dengan unit terkait

13) Membuat laporan hasil validasi internal khusus indikator mutu

c. Aggota Komite Peningkatan Mutu

1. Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan program peningkatan mutu di RSU

Imelda Pekerja Indonesia

2. Fungsi : Mengevaluasi Dan Menganalisa indikator mutu di RSU Imelda

Pekerja Indonesia

3. Uraian tugas ;

1) Menyusun indikator mutu area klinis dan manajerial

2) Menyusun format pengumpulan indikator mutu area klinis dan manajerial

3) Menganalisa hasil pencapaian indikator mutu area klinis dan manajerial

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

42

4) Membuat laporan periodik hasil pematauna indikator mutu dan manajerial

5) Menyelenggarakan dan menyiapkan kegiatan sosialisasi internal rumah sakit

tentang pencapaian indikator mutu area klinis dan manajerial

6) Menyusun rekomendasi terhadap hasil pemantauan indokator mutu area

klinis dan manajerial

7) Membantu berkoordinasi dalam kegiatan internal dan eksternal program

PMKP

Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan di

RSU Imelda Pekerja Indonesia dalam pelaksanaan manajemen patient safety

dalam peningkatan mutu pelayanan adalah sebagai berikut :

Aktivitas Langsung Pelaksanaan Manajemen Patient Safety

Pra pelayanan. Pra pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan

sebelum pelayanan patient safety dilaksanakan yaitu perencanaan program patient

safety.

Perencanaan program patient safety. Perencanaan program patient safety

merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan untuk berjalannya suatu kegiatan

keselamatan pasien. Dalam hal ini perencanaan dapat dilakukan dengan

pembentukan program mutu dan keselamatan pasien.

Berikut merupakan hasil wawancara mendalam tentang perencanaan

program patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan diperoleh

informasi sebagai berikut :

“Kalau untuk perencanaan program pasti ada, karena kalau

tidak kan pasti program tidak akan terlaksana. Biasanya kami

selalu merencanakan atau melakukan rapat untuk kelanjutan

program yang kami laksanakan, biasanya rapat di pinpin sama

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

43

direktur rumah sakit. dan nanti ada orang komite mutu dan

keselamtan pasien kayak kak kami ikut dalam rapat program ini

”. (informan 1)

Dari hasil wawancara dari informan diatas menunjukkan bahwa program

yang akan dilaksanakan sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang ada.

Karena jika program tidak direncanakan program tidak akan bisa terlaksana.

Perencanaan program dibuat berdasarkan rapat dengan diketahui derektur, ketua

serta anggota komite mutu dan keselamatan pasien dirumah sakit Imelda Pekerja

Indonesia.

“Untuk program tentang keselamatan pasien disini itu ada,

misalkan aja membuat indikator program kerja unit dan

melakukan diklat atau pelatihan kepada staf atau pegawai yang

ada disini kemudisn mempromosikan keselamatan pasien di

seluu unit ruangan. Tapi terkadang ada juga yang tidak datang

untuk melakukan pelatihan”. (informan 2)

Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara dengan informan 2

didapatkan informasi bahwa program keselamatan pasien sudah direncanakan

sebelumnya dan sudah dilaksanakan namun yang menjadi kendala terkadang ada

staf yang tidak mengikuti diklat atau pelatihan dari rumah sakit itu sendiri.

“Perncaanaan programnya ada, tapi gak selalu berjalan

dengan baik. Kalau evaliasi ada juga untuk program tp

seringnya kalau sudah ada kejadian baru dilakukan. Setau saya

sih paling sanksinya kenak tegur, ya terkadangkan tidak semua

pegawai taat sama aturan jadi ya ada juga yang tidak hadir

dalam diklat atau pelatihan”. (informan 3)

Pernyataan informan 3 memberitahu bahwa belom ada sanksi tertulis bagi

pegawai yang tidak mengikut pelatihan. Dan dari pernyataannya masih ada

pegawai yang tidak mengikuti diklat karena tidak ada sanksi yang tegas.

“Ya gimana ya, kan gak semua pegawai bisa ikut dalam pelatihan

karena kita juga masih punya tanggung jawab sama pasien, jadi

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

44

ya ada yang ikut dan ada juga yang gak ikut”. ( Informan 4)

Dari pernyatan informan 4 dapat diketahui bahwa tidak semua pegawai

mendapat pelatihan karena tenggung jawab yang ada pada pasien membuat

mereka juga tidak dapat meninggalkan kewajiban mereka.

“Programnya ada, dan sering diadakan pelatihan kok. Kami

seringnya ngikut aja. Kalau ada pelatihan kami ikut. Biasanya

kalau mau buat kegiatan gitu kami dikasih tau. Kalaupun ada

rapat ya kami pasti dikabari”. (Informan 5)

Berdasarkan pernyataan dari pernyataan informan 5 menegaskan bahwa

rumah sakit telak melalukan perencnaan program pastient safety sebelum program

dilaksanakan. Perencanaan program dapat menentukan kelangsungan

kelangsungan program untuk meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit umum

Imelda Pekerja Indoneseia.

“Saya sebagai anggota seringnya ngikut aja. Ya adalah pasti.

Sering kok kami dilakukan pelatihan tapi kadang ada juga yang

gakk dateng. Biasanya itu kalau ada kasus pasti diadakan rapat

buat pelatihan untuk keselamatan pasien”. (Informan 6)

Berdasarkan pernyataan informan 6 dapat kembali menguatkan bahwa di

rumah sakit Umum imelda pekerja Indonesia sudah membuat program patient

safety. Namun yang menjadi kendala terkadang masih ada staf yang tidak

mengikuti pelatihan tersebut. Kurangnya pemberitahuan terhadap setiap unit

ruangan tentang keselamatan pasien juga masih menjadi kendala dalam

manajemen keselamatan pasien di rumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia.

Berdasarkan dari beberapa pernyataan informan didapat informasi bahwa

rumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia telah melakukan pelaksanaan

program patient safety sebelum melaksanakan program tersebut. Perencanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

45

program merupakan langkah awal dalam pelaksanakan suatu program untuk

kematangan suatu program. Program yang telah direncanakan sudah pasti

dilakukan dengan penuh pertimbangan untuk kemajuan dan kelangsungan

program kedepan. Program yang terlaksana dengan baik dan membuat keamanan

dan kenyamanan bagi pasien dapat membantu peningkatan mutu pelayanan

dirumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia.

Menurut Sulahyuningsih, E. dkk (2017) fungsi planning atau

perencanaan merupakan landasan dari pelaksanaan fungsi manajemen yang lain.

Fungsi perencanaan keselamatan pasien dituangkan dalam perumusan program

kerja terkait keselamatan pasien. Program kerja yang sudah ditetapkan tentunya

membutuhan suatu strategi pendekatan agar bisa terlaksanan sesuai dengan

harapan, sehingga dapat meningkatkan mutu dan budaya keselamatan pasien.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa

perencanaan program dirumah sakit umum Imelda Pekerja Indonesia sudah

terlaksana namun masih ada kendala, apabila program ingin berjalan sesuai

dengan yang diinginkan tentunya membutuhkan stategik dalam

melaksakannyanya agar terlaksanan sesuai dengan harapan. Terlaksananya

program sesuai harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit

Imelda Pekerja Indonesia.

Proses pelayanan. Proses pelayanan yang baik dapat membuat pasien

lebih nyaman dan aman kemudian dapat membuat pasien datang kembali untuk

datang sebagai pelanggan.

Pelaksanaan program patient safety. Pelaksanaan program patient safety

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

46

merupakan kegiatan yang berlangsung dalam pelaksanaan keselamatan pasien.

Kegiatan harus terlaksaana sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan.

Terlaksananya program patient safety berarti sudah berupaya untuk mengurangi

insiden patient safety atau bahkan tidak terjadi insiden keselamatan pasien yang

dapat menurunkan mutu pelayanan di rumah sakit umum Imelda pekerja

Indonesia. Terlaksananya program keselamatan pasien sesuai dengan kebutuhan

pasien dapat membuat pasien lebih aman dan nyaman serta dapat meningkatkan

mutu rumah sakit.

Berikut merupakan hasil wawancara mendalam terkait pelaksanaan

program patient safety terhadap informan yang terdapat di rumah sakit umum

imelda pekerja indonesia didapatkan informasi sebagai berikut:

“Sistem pelaksaan programnya ya apabila terjadi kecelakaan

pada pasien siapa saja berhak untuk melakukan pelaporan

kepada petugas komite mutu dan keselamatan pasien. Tapi

sebelumnya insden tersebut harus ditangani terlebih dahulu.

Kemudian saksi menceritakan alur kejadiannya Baru kita

analisis kejadian tersebut”. (informan 1)

Dari pernyataan informan diatas menyatakan bahwa setiap orang yang

menemukan kejadian berhak melaporkan kejadian tersebut, kemudian melakukan

penanganan kepada pasien, untuk tindakan selanjutnya akan dilakukan analisis

terhadap kejadian yang ada. Melaporkan siuatu kejadian merupakan salah satu

tindakan yang diilakukan guna mengurangi angka kecelakaan. Dengan adasnya

pelaporan setiap kejadiuan insiden dapat dianalisis dan ditangani untuk

mengurangi kejadian insiden selanjutnya.

“Sistem pelaksanaan pasien disini masih ya standar aja sih,

kalau ada kejadian kecelakaan ya dilaporkan dulu kemudian

baru dianalisis, kita gak boleh sembarangan mengatakan itu

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

47

KNC, KTD atau sebagainya. Karena semua kan ada

prosedurnya jadi tidak boleh sembarangan. Untuk alurnya

sendiri mereka (siapa saja yang melihat kejadian harus

melaporkan kejadian tersebut kepada petugas kemudian mereka

mengisi form yang sudah di tentukan. Dari laporan tersebut

baru dianalisis jika memang itu insiden ya kita lakukan rapat

untuk menyelesaikan masalah tersebut”. (informan 2)

Kemudian pernyataan informan 1 dikuatkan oleh informan 2 yang

menyatakan bahwa semua orang yang menemukan kerjadian berhak melaporkan

keerjadian terebut. Dan untuk alur pelaporan belum ada alur khusus atau alur

tertulis yang sudah di buat oleh pihak manajemen rumah sakit itu sendiri.

“kalau untuk pelaksana program keselamatan pasien disini itu ya

kami tim mutu dan keselamatan pasien, tapi kalau untuk yang

melaporkan setiap kejadian itu boleh siapa aja yang pertama kali

menemukan kejadian kecelakaan.” (informan 4)

Informan 4 menyatakan bahwa yang paling bertanggung jawab adalah tim

mutu dan keselamatan pasian untuk menindaklanjuti kejadian insiden yang terjadi.

Semua kejadian keselamatan pasien di rumah sakit Imelda Indonesia dapat

dilaporkan kepada tim mutu dan keselamtan pasien yang kemudian akan dijadikan

laporan untuk dilaporkan kepada direktur rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia.

“Untuk alur pelaporan itu ya paling kalau terjadi kecelakaan

pasien mengaduh kepada petugas yang ada diruangan atau

yang mengetahui kejadian itu, kalau untuk menyatakan itu

insiden kecelakaannya ya pasti harus di analisis”. (Informan 5)

Selanjutnya informan 5 juga mengatakan hal yang sama bahwa setiap orang

yang melihat kejadian tersebut harus melapor dulu kepada petugas kemudian baru

ditindaklanjuti. Kegiatan pelaporan di rumah sakit umum Imelda Pekerja

Indonesia belum mempunyai alur pelaporan yang tertulis. Untuk tindakan yang

dilakukan rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia langsung menangani insiden

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

48

yang berlangsung pada saat kejadian.

“Kalau untuk komunikasi menjelaskan kepada pasien sih gak

ada, karena kalau terjadi apa-apa juga pasti langsung melapor

kepada petugas yang ada” (informan 6)

Dari keterangan informan 6 didapat informasi bahwa pihak rumah sakit

tidak memberikan informasi kepada pasien ataupun keluarga untuk tindakan apa

yang harus dilakukan saat terjadi insiden keselamatan pasien. Informasi

merupakan bentuk komunikasi yang baik untuk mengurangi insiden yang terjadi.

Komunikasi merupakan salah satu tindakan yang harus dilakukan untuk membuat

pasien merasa lebih aman, dengan komunikasi yang baik membuat pasien lebih

yakin bahwa mereka ditangani dengan baik.

Berdasarkan dari pernyataan informan-informan yang ada di rumah sakit

umum Imelda Pekerja Indonesia dapat di ketahui bahwa pelaporan insiden

keselamatan pasien sudah dilaksanakan dengan baik dengan berbagai prosedur

yang ada. Pelaporan dilakukan dengan berberapa tahap sesuai dengan aturan yang

dianut oleh rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia. Setiap orang yang mengetahui

kejadian berhak melaporkan kejadian tersebut, yang diatur dalam Permenkes RI.

Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien dan rumah sakit imelda

Pekerja Indonesia sudah menerapkan hal tersebut.

Keselamatan pasien merupakan hal pokok yang harus diperhatikan untuk

kenyamanan dan keamanan bagi pasien. Pasien yang merasa puas dengan

pelayanan rumah sakit yang dapat membantu peningkatan mutu pelayanan.

Dengan image rumah sakit yang baik membuat pelanggang akan kembali

berkunjung untuk melakukan pengobatan kembali.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

49

Pasca pelayanan. adalah kegiatan yang dilakukan setelah program

patient safety dilaksanakan meliputi : layanan follow-up terhadap patient safety.

follow-up. Tindak lanjut (follow-up) adalah kegiatan setelah pasien sudah

mendapatkan pelayanan oleh fasilitas kesehatan. Kegiatan ini merupakan bentuk

perhatian kepada pasien yang penah mengalami insiden keselamatan pasien di

rumah sakit tersebut dengan memberikan sebuah perhatian agar pasien kembali

memeriksakan kondisi kesehatannya pada fasilitas kesehatan yang sama.

Berikut merupakan hasil wawancara terhadap informan mengenai follow

up kepada pasien usai dirawat di rumah sakit umum Imelda pekerja Indonesia:

“Tidak ada dari kami ataupun pihak rumah sakit untuk

menanyakan kembali, tapi pada saat masa pengobatan atau

dirawat kami akan melakukan pengobatan secara maksimal.

Kalau sudah pulang kami tidak ada untuk nanya-nanya lagi.

Paling kami memngingatkan obatnya harus diminum, kalau

memang perlu kami akan mengingatkan untuk kontrol atau

pasien memerisakan kembali kesehatannya kerumah sakit ini”. (

informan 1)

Berdasarkan pernyataan informan diatas didapatkan informasi bahwa

pihak rumah sakit baikpun dokter tidak ada tindakan follow up atau menanyakan

kembali keadaan pasien. Pihak rumah sakit hanya mengingatkan pada saat pasien

barada di rumah sakit saja.

“Biasanya kami ngambil dari identitas pasien itu sendiri,

kemudian yang melihat kejadian harus menceritakan klonologis

kejadian untuk dijadikan bukti bahwa memang terjadi

kecelakaan. Kalau masih ada identitas pasien yang kurang kami

akan menanyakan kepada keluarga pasien untuk identitas yang

lain jika diperlukan”. (Informan 2)

Dari wawancara informan 2 untuk bahwa identitas setiap pasien didapat

dari data pasien yang sudah terdaftar dirumah sakit kemudian jika ada yang

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

50

kurang mereka akan menanyakan kembali kepada keluarga pasien yang

bersanguta atau yang tau mengenai pasien.

“ Untuk menanyakan kembali gak ada ya, paling kalau masih

dirumah sakit kan kami tau keadaannya disitu paling kami

memberikan perhatian kepada pasien tersebut. Apabila pasien

belum boleh pulang ya kami rawat sampai kondisi pasien benar-

benar sembuh”. (Informan 3)

Informan tiga menegaskan bahwa memang tidak ada menanyakan kembali

tentang keadaan pasien. Pasien yang ada dirumah sakit sudah ditangani jadi tidak

ada menanyakan informasi kebali setelah pulang kerumah. Perawatan yang ada

dirumah sakit sudah cukup bagi mereka karena saat dirumah sakit sudah mendapat

perhatian dan perawatan yang baik.

“Biasanya itu harus dilaporkan dulu 2x24 jam, kemudian kami

akan membuat rapat bila benar itu kejadian insiden

keselamatan pasien. Setelah itu kami juga akan memriksa

secara terus menerus keadaan pasien itu agar kami tau kondisi

pasien tersebut”. ( Informan 5)

Dalam pernyataan informan lima menegaskan bahwa kecelakaan langsung

ditangani dan mendapat perhatian langsung dari pihak rumah sakit. pada saat itu

juga pasien harus dilaporkan terus selama 2 x 24 jam untuk mengetahui kondisi

pasien selanjutnya.

Berdasarkan pernyataan daril hasil wawancara dengan informan dapat

diketahui bahwa jika pasien dinyatakan sehat dan keadaannya stabil, maka pasien

dapat dinyatakan pulang. Dokter juga akan memberitahukan kepada pasien untuk

tentang jadwal kontrol serta cara-cara minum obat. Tetapi setelah itu RSU Imelda

Pekerja Indonesia tidak akan memberikan tindakan apapun lagi terhadap pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

51

Berdasarkan dari beberapa pernyataan informan diatas tentang tindak

lanjut (follow-up) dalam pelaksanaan manajemen patient safety tidak terlaksana

dengan baik karena tidak ada tindak lanjut (follow-up) terhadap pasien yang

selesai melakukan pengobatan, sehingga tidak diketahuinya kondisi pasien setelah

pulang dari rumah sakit. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya yang

bertanggung jawab dan tidak ada ketetapan tersendiri dari pihak rumah sakit.

Tetapi ada sebagian dokter yang mengingatkan pasien dengan jadwalnya sebelum

pasien tersebut pergi, jika pasien sudah pulang maka dokter maupun RSU Imelda

Pekerja Indonesia sudah tidak ada lagi memberikan tindakan apapun terhadap

pasien.

Follow-up adalah langkah selanjutnya (tentang penyelesaian perkara,

perbuatan, dsb) usaha ini akan gagal jika tidak ada tindak lanjutnya. Dalam hal

ini, setelah dilakukan kegiatan perencanaan, kemudian dilakukannya evaluasi dari

perencanaan tersebut, pada akhirnya ketika sudah melakukan evaluasi akan

sampai pada perlakuan tindak lanjut (follow-up) dikarenakan jika tidak dipantau

segala pengobatan dari awal sampai akhir maka akan sia-sia saja semua yang telah

dilakukan dari awal hingga akhir.

Aktifitas Penunjang Manajemen Patient Safety

Aktifitas Penunjang merupakan aktivitas yang mendukung terjadinya

program pelaksanaan petient safety meliputi: budaya organisasi, struktur

organisasi, dan sumber daya organisasi.

Budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi yang dianut bersama oleh

anggota organisasi untuk memajukan anggota organisasi tersebut, yang kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

52

mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi tersebut

yaitu tingkat kedisiplinan SDM dan pola kerja SDM.

Berikut merupakan hasil wawancara mendalam terkait budaya organisasi

yaitu tingkat kedisiplinan dan pola kerja SDM terhadap informan yang terdapat di

rumah sakit umum imelda pekerja indonesia didapatkan informasi sebagai berikut:

“Kami disini sesama pekerja komunikasinya baik, saling

memberi informasi, dan kalau ada yang perlu di bantu ya kami

saling membantu. Kalaupun ada kecelakaan perawat yang ada

di tempat langsung melihat keadaan pasien tersebut. Kemudian

kami akan terima laporan dari pihak keluarga yang melaporkan

kejadian tersebut untuk kami tangani”. (informan 1)

Dari pernyataan dari informan satu menyatakan bahwa komunikasi di

rumah sakit umum imelda pekerja Indonesia sudh terjalin bagus, mereka saling

membantu dan tolong menolong dalam melakukan pekerjaannya. Apabila

menerima laporan mereka langsung melaporkan kepihak yang menanganinya dan

untuk melakukan tindakan selanjutnya.

“Untuk kedisiplinan staf disini ya ada yang disiplin ada yang

tidak, karenakan tidak semua orang sama. Kalau misalkan

diadakan pelatihan masih ada juga yang tidak hadir tapi ya itu

juga karena tuntutan tugas. Kan gak mungkin pasien di

tinggal”. (Informan 3)

Informan 3 menjelaskan masih banyak petugas yang kurang disiplin dalam

melakukan tugasnya kemudian mereka juga belum semua mengikuti pelatihan

keselamatan pasien. Diakibatkan oleh pihak rumah sakit yang tidak membuat

pelatihan keselamatan pasien.

“Kami kerja ya mengikuti aturan yang ada, misalkan ada

terkadang susah ngatur orang-orangnya. Saya susah kalau mau

ngatur mereka. Ini saja saya susah ngatur mereka”. (informan

2)

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

53

Pernyataan informan 2 menegaskan masih banyak staf yang tidak

mengikuti aturan kemudian masih banyak staf yang susah diatur. Ini membuktikan

masih banyak staf yang tidak mengikuti atauran yang ada namun banyak juga staf

yang tetap mengikuti aturan di rumah sakit imelda Pekerja indonesia.

“Kalau untuk insedennya disini gak sering ya terjadi, ada tapi

itupun jarang. Yang pernah terjadi paling pasien jatuh tapi itu

juga jarang. Mungkin kadang ada kecelakaan tapi tidaak

dilaporkan“ (informan 4)

Berdaasarkan pernyataan informan 4 bahwa kejadian kecelakaan atau

insiden keselamatan pasien di rumah sakit umum imelda jarang terjadi. Namun

bukan berarti tidak adanya kecelakaan terkadang kecelakaan yang terjadi tidak

dilaporkan.

“Kalau untuk pelaporan sih disini jarang ya insiden terjadi,

mungkin budaya pelaporan masih rendah disini. Kalaupun ada

kejadian gak semua dilaporkan insiden keselamtan pasien. Paling

kalau masih bisa ditangani langsung ditangani oleh perawat atau

dokter yang ada”. ( Informan 5)

Berdasarkan pernyataan informan 5 bahwa budaya pelaporan dirumah

sakit Imelda Pekerja Indonesia Masih rendah. Pernyataan tersebut dapat

mempengaruhinya manajemen keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja

Indonesia. Laporan yang rendah dapat tidak diketahuinya kerjadian atau insiden

yang paling sering terjadi, sehingga apabila pasien mengalami kecelakaan

dianggap itu kelalaian atau kesalahan dari pasien itu sendiri.

“Selama disini saya gak pernah terjadi kesalahan apapun ya,

kalaupun keluarga saya lagi gak jagai saya ya saya minta tolong

perawatnya. Mereka mau kok bantu saya. kayak sekarang ini

keluarga saya belum datang ya ada perawat yang bisa saya

mintai tolong. Kalau kekamar mandi atau yang lainnya tetap

mereka bantu. Tapi terkadang datangnya lama”. (informan 9)

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

54

Berdasarkan pernyataan informan 9 yang merupakan pasien menyatakan

beliau selama dirumah sakit imelda pekerja indonesia tidak pernah mengalami

insiden keselamatan pasien. Perawat yang ada mau membantu bila pasien

membutuhkan pasien. Namun terkadng penanganan perawat lama karena lama

datang.

“Disini perawatnya baik-baik, tapi mungkin kalau lama datang

karena pasienkan juga bukan saya aja, jadi dia gantian lihat

pasien yang lain. Ya paling itu sih jadi lama datangnya”.

(Informan 10)

Berdasarkan pernyataan Informan 10 perawat menangani pasien dengan

baik. Namun sering terlambat saat pasien membutuhkan. Keterlambatan tersebut

membuatb pasien Menunggu untuk penanganan yang cepat.

Berdasarkan dari pernyataan beberapa informan diatas dapat diketahui

budaya organisasi dirumah sakit umum Imelda pekerja Indonesia sudah berjalan

dengan baik namun masih ada kendala yang terjadi yaitu kedisiplinan dari petugas

yang masih kurang dalam melaksanakan kegiatan di rumah sakit umum Imelda

Pekerja Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari lambatnya perawat untuk datang

keruangan pasien yang membutuhkan. Kemudian dapat dilihat kembali masih ada

staf yang tidak mengikuti pelatihan insiden keselamatan pasien yang di adakan

pihak rumah sakit, padahal hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keselamatan

pasien bahkan nyawa pasien.

Budaya keselamatan harus ada di setiap bagian di rumah sakit, dari tingkat

individu hingga tingkat organisasi. Dimensi budaya keselamatan di tiap tingkatan

tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Namun keberhasilan budaya

keselamatan menjadi budaya bagi organisasi memerlukan keterpaduan dari setiap

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

55

dimensi tersebut. Setiap rumah sakit memiliki karakteristik masing-masing untuk

keberhasilan membangun dimensi budaya keselamatan pasien di organisasinya.

Oleh karena itu, rumah sakit perlu mengetahui dimensi budayanya yang dapat

berkontribusi pada keberhasilan program keselamatan pasien di tempatnya.

Kegiatan lain yang dapat menggambarkan budaya keselamatan pasien

adalah pelaporan insiden yang sistematis. Pelaporan insiden menjadi titik awal

dalam program keselamatan pasien. Melalui mekanisme pelaporan yang baik akan

mampu mengidentifikasi permasalahan yang kemudian dapat dirumuskan solusi

perbaikannya. Menjadikan pelaporan sebagai sumber informasi dalam proses

belajar, memerlukan setidaknya dua hal yang harus disiapkan oleh rumah sakit.

Pertama adalah tersedianya SDM yang mampu melakukan analisis terhadap

insiden. Perihal kedua yaitu adanya kebijakan yang dikembangkan rumah sakit

untuk menjabarkan kriteria pelaksanaan analisis akar masalah dan analisis dampak

dan kegagalan.

Melaporkan insiden penting untuk permulaan dalam mempelajari

pencegahan terjadinya kecelakaan yang sama. Laporan dapat di mulai dengan

membuat sistim laporan kejadian di rumah sakit seperti membuat kebijakan,

formulir laporan, tatacara pelaporan. Laporan adalah peristiwa yang telah terjadi,

memiliki potensi untuk terjadi atau hampir terjadi. Laporan kejadian dapat dibuat

oleh semua orang atau semua pegawai yang pertama sekali melihat kejadian dan

juga semua pegawai yang ikut serta dalam insiden tersebut.

Pemberian pelatihan untuk Karyawan terkait tatacara pelaporan kejadian

mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, cara mengisi

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

56

formulir laporan kejadian, waktu pelaporan, pemahaman yang dipakai untuk

tatacara pelaporan dan cara menganalisis laporan.

Masalah yang sering menghambat pelaporan insiden :

e. Laporan dianggap sebagai pekerjaan perawat.

f. Penyembunyian laporan / tidak dilaporkan, karena takut disalahkan.

g. Terlambat melaporkan.

h. Tidak adanya data laporan karena budaya menyalahkan.

Menurut Firawati, dkk (2012) Faktor budaya sangat berpengaruh terhadap

keselamatan pasien, karena menyangkut pemahaman kesalahan terhadap insiden

yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, banyak faktor yang menghambat

pelaksanaan program keselamatan pasien, agar pelaksanaan program keselamatan

pasien ini terlaksana, maka rumah sakit perlu lebih mengupayakan

pelaksanaannya, seperti, membudayakan pelaporan, menciptakan lingkungan

kerja yang kondusif.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi di rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia sudah berjalan namun

masih ada kendala tentang kedisiplinan staf yang ada. Budaya sangat berpengaruh

terhadap keselamatan pasien untuk terlaksananya program patient safety dengan

baik maka pihak rumah sakit perlu memperketat kedisiplinan para pegawai agar

keselamatan pasien dapat terjaga dan mengurangi terjadi insiden keselamatan

pasien. Dari hal diatas juga dapat di ketahui bahwa pelaporan insiden keselamatan

di rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia juga belum sesuai ketentuan. Itu semua

dapat diketah dari pernyataan salah satu iforman bahwa setiap kejadian

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

57

kecelakaan jika masih bisa ditangani maka tidak harus dilaporkan dan akan

langsung ditangani oleh petugas kesehatan.

Struktur organisasi. adalah suatu susunan dari komponen kerja yang

saling berhubungan antara tiap bagian untuk menjalankan kegiatannya dalam

pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur

organisasi merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan untuk kemajuan organisasi tersebut.

Berikut merupakan hasil wawancara terhadap informan mengenai budaya

organisasi di rumah sakit umum Imelda pekerja Indonesia:

“Biasanya saya hanya terima laporan yang ada untuk

melaporkan atasan saya, supaya keputusan dapat segera kami

ambil, untuk menyelesaikan kejadian tersebut. Kan wakil saya

ada jadi laporan yang ada atau sampai ke dia ya pasti akan

disampaikan ke saya.Apabila sudah diketahui kronologis

kejadian dan itu kesalahan dari pegawai kami ya kami akan

mengadakan diklat atau pelatihan”. (Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dari informan 1 menyatakan bahwa beliau sebagai

ketua komite dan keselamatan pasien hanya menerima laporan yang sampai

kepadanya untuk melakukan penanganan kasus insiden keselamatan pasien yang

ada. Jika kasus berlanjut beliau akan melaporkan pada diriktur rumah sakit unruk

penyelesaiaan kasus tersebut.

“Kan setiap ruangan ada penanggungjawabnya jadi kalau ada

laporan insiden pasti dari mereka dulu baru kemudian laporan

tersebut sampai ke saya. Tapi pasien harus tetap ditangani

terlebih dahulu. Baru kemudian saya melapor ke ketua komite

dan keselamatan pasien. Biasanya jugakan kami buat laporan

bulanan untuk dijadikan data rumah saki”. ( Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan 2 menyatakan bahwa setiap ruangan

mepunyai penanggungjawab ruangan yang akan bertanggung jawab atas

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

58

terjadinya insiden kselamatan pasien. Setiap kepala ruangan yang

bertangungjawab akan melaporkan kepada beliau apabila ada insiden keselamatan

pasien. Kemudian informan 2 selaku wakil komite mutu dan keselamatan pasien

akan melaporkan kepada atasannya yaitu ketua komite mutu dan keselamatan

pasien.

“Untuk cara-cara pelaporan tertulis setau saya gak ada.

Kalaupun ada kejadian pasti langsung manggil dokter kemudian

langsung ditangani. Nantikan kalau misalkan terjadini

pemasangan katetr atau sebagainya ya dokter memiriksa dan

dia akan bilang itu disebabkan oleh apa kelalaiaan petugaskah

atau yang lainnya. Langsunglah diananlisis. Kejadiannya.

Nantikan pihak keluarga ada ngisi form yang dikasi, disitu dia

menceritakan awal kejadian itu. Baru tim KMKP menindak

lanjuti kejadia itu”. ( Informan 3)

Dari pernyataan informan 3 bahwa pihak rumah sakit tidak memiliki alur

pelaporan tertulis yang duat sebagai petunjuk pelaporan bagi pasien yang

mengalami kecelakaan. Alur pelaporan merupakan hal yang sangat membantu

pasien atau keluarga pasien untuk memudahkan dalam melaporkan kejadian yang

dialami pasien. Alur pelaporan hal yang harus dimiliki untuk mempermudah

dalam melaporkan kejadian insiden keselamatan pasien.

“Biasanya kami kalau ada kejadian langsung memanggil

dokter, misalkan pasien jatuh kan dokrter harus memriksa

keadaan pasien tersebut, baru melapor pihak KMKP”.

(Informan 7)

Berdasarkan pernyataan informan 7 menyatakan bahwa setiap pegawai

yang menemukan kejadian kecelakaan akan langsung memanggil dokter untuk

melakukan pemeriksaan kepada pasien. Kemudian akan dilaporkan ke [ohak

KMKP untuk penyelesaiaan masalah yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

59

“Disini jarang sih kalau kecelakaan pasien, terus kalaupun ada

ya pasti langsung ditangani”.(Informan 8)

Berdasarkan pernyataan informan 8 menyatakan bahwa kecelakaan yang

ada di rumah sakit Imelda sangat jarang terjadi. Apabila ada laporan pihak rumah

sakit akan segera menangani kejadian tersebut.

Berdasarkan dari hasil wawancara kepada informan dapat diketahui bahwa

rumah sakit sudah mempunyai struktur organisasi, namun masih belem

sepenuhnya berfungsi dengan baik. Masih ada kendala dalam stuktur rganisasi

membuat laporan rendah yaitu minimnya budaya pelaporan dan rendahnya

kedisiplinan pegawai untuk menjaga keselamatan pasien. Pernyataan diatas juga

menyatakan bahwa tidak ada alur pelaporan tertulis yang dapat memudahkan atau

sebagai petunjuk untuk siapa saja yaang menemukan kejadian insiden kecelakaan

patient safety.

Menurut Firawati, dkk (2012) Pengorganisasian merupakan kegiatan

pengaturan pekerjaan, yang menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan serta

tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan pengaturan yang sebaik-baiknya,

serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut memiliki penanggungjawab

pelaksanaannya.

Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai peluang untuk mengahasilkan

nilai tambah bagi pasien dan pemangku kepentingan lainnya. Rantai nilai

organisasi adalah metode yang efektif dalam menggambarkan bagaimana dan di

mana nilai dapat dibuat. Kegiatan layanan langsung (pra-layanan, proses layanan,

dan pasca-layanan) ditempatkan di atas kegiatan pendukung karena merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

60

kegiatan penciptaan nilai dasar tetapi didukung oleh, kegiatan yang memfasilitasi

dan meningkatkan pemberian layanan (Swayne 2006).

Rumah sakit harus memastikan staf agar lebih mudah dapat melaporkan

kejadian serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dan melaporkan juga insiden yang terjadi dan

insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga karena mengandung bahan

pelajaran yang penting. Setiap kesalahan harus dimunculkan sebagai upaya

memperbaiki sistem pelayanan dengan cara melaporkan setiap kesalahan,

meskipun kesalahan tersebut tidak menimbulkan kerugian. Kesalahan baru akan

tampak apabila staf telah memiliki kesadaran untuk melaporkan setiap KTD yang

terjadi dan tidak menutup KTD yang terjadi.

Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa Tidak terdapat SOP

maupun panduan khusus terkait pelaporan insiden. Informan menyatakan

pelaporan insiden dilaksanakan dengan menghubungi Tim Mutu dengan langsung

menemui Tim Mutu sesaat setelah terjadinya insiden keselamatan pasien.

Kemudian tim mutu dan kelamatan pasienlah yang akan menganalisi kejadian

insiden tersebut.

Sumber daya strategis. adalah sumber daya yang dapat memberikan

dukungan pelayanan patient safety meliputi : SDM, pendanaan, Informasi dan

Teknologi.

“Untuk SDM disini bisa dikatakan cukup. Tapi kadangkan kita

gak tau kapan pasien itu banyak dan kapan sedikit. Ya kalau pas

pasien sedikit cukup. Kalau pasien banyak staf disini saling

membantulah. Pelatihan juga dilakukan untuk beberapa bulan

sekali . jadi setiap perawat sudah mendapatkan pelatihan untuk

keselamatan pasien”. (Informan 1)

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

61

Berdasarkan pernyataan dari informan 1 menyatakan bahwa SDM yang

ada di rumah sakit Umum Imeldaa Pekerja Indonesia sudah cukup. Mereka juga

saling membantu untuk menangani pasien yang ada.

“Kalau untuk SDM masih kurang ya. Karena kami suka

kualahan menaganni pasien yang ada. Kemudian untuk

pelatihan keperawatan sendiri itu ada, jadi 3 bulan sekali kami

buat pelatihan, terus kalaupun ada insiden setelah kami analisis

kami akan membuat pelatihan keselamatan pasien juga”.

(informan 2)

Berdasarkan pernyataan dari informan 2 menyatakan bahwa SDM yang

ada di rumah sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia masih kurang. Keadaan itu

dapat menjadikan kendala bagi rumah sakit dan dapat memberi peluang kejadian

insiden keselamatan pasien akibatnya kurang pengawasan.

“ Untuk dananya sendiri ya setau saya rumah sakit yang

memberikan, kan setiap komite mempunyai diberi anggaran

masing-masing untuk mengembangkan organisasinya”.

(Informan 3)

Berdasarkan pernyataan dari informan 3 menyataka bahwa rumah sakit

sudah mempunyai anggaran khusus untuk mendanai organisasi yang ada di rumah

saakit termasuk Komite mutu dan keselamatan pasien. Itu menunjukkan bahawa

staf tidak mempunya kendala dalam pengenbangan staf untuk memberikan

pelatihan yang dilakukan pihak rumah sakit.

“Iya ada pelatihannya,biasanya itu dilakakukan oleh komite

mutu dan keselamatan pasien. Kami ya harus mengikuti

pelatihan tersebut apalagi kalau sudah terjadi kecelakaan

pasien dirumah sakit ini”. (Informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan 4 menyatakan bahwa rumah sakit umum

Imelda Pekerja Indonesia sudah melakukan pelatihan untuk pengembangan SDM

yang ada dirumah sakit. mereka semua dapat mengikuti pelatihan tersebut guna

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

62

menangani insiden keselamatan pasien.

”Menurut saya SDM disini masih kurang, karena terkang kami

1 orang perawat bisa menangani 5 pasien. Sampek kadang-

kadang kami bingung mana yang mau kami duluankan. Kadang

semua pasienkan mau di tangai duluan, tapi mana mungkin

kami langsung tangani semua. Pasti harus gantiankan”. (

Informan 5 )

Berdasarkan pernyataan informan 5 menyatakan bahwa SDM yang kurang

menjadi kendala bagi pihak rumah sakit dalam menangani pasien yang ada

dirumah sakit Umum Imelda pekerja Indonesia. Tidak semua pasien dapat di

tangani sesuai dengan kebutuhan Pasien yang minta ditangani dengan cepat.

Keadaan ini membuat pegawai kewalahan dalam melakukan tugasnya. Semua

pasien minta ditangani dengan cepat dan maksimal namun kurangnya perawat

tidak membuat pasien ditangani dengan tepat waktu.

Bagi setiap pasien rumah sakit merupakan tempat yang dapat mereka

harapkan untuk menolong mereka dalam keadaan sakit. Namun pada kenyataanya

rumah sakit tidak selalu aman bagi pasiennya. Cedera medis yang banyak terjadi

di rumah sakit menjadi bukti atas hal ini. Akses informasi yang mudah bagi

masyarakat, akan meningkatkan kesadaran mereka tentang adanya risiko

keselamatan dalam pelayanan kesehatan. Hal ini dapat berakibat pada penurunan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dapat berkibat pada

kelangsungan hidup rumah sakit. Oleh karena itu program keselamatan pasien

harus menjadi strategi pemasaran dan pengembangan rumah sakit di masa depan.

Pelaksanaan pengembangan program keselamatan pasien berpedoman

pada standar keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien. Melalui

penerapan 7 langkah menuju keselamatan pasien, akan mampu mendorong upaya

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

63

perbaikan yang lebih mengutamakan pasien dalam setiap pelayanannya. Melalui

struktur dan proses yang terstandarisasi, dengan penyediaan fasilitas dan

sumberdaya yang adekuat serta peran serta aktif SDM akan menghasilkan

outcome yang baik. Didukung dengan peran kepemimpinan dalam menciptakan

budaya keselamatan akan sangat menentukan keberhasilan program ini.

Sumber daya manusia adalah individu dengan keterampilan khusus dan

komitmen untuk memberikan layanan kesehatan, suatu hal yang sangat penting

dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi dan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Teknologi adalah fasilitas dan

peralatan yang diperlukan untuk menyediakan layanan kesehatan, dan juga

berbagai keperluan serta sarana berbentuk aneka macam peralatan atau sistem

yang berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pasien.

Kualitas dan keselamatan pasien memiliki keterkaitan satu dengan yang

lain. Kualitas adalah suatu kondisi yang mensyaratkan struktur dan proses yang

terstandar dan keselamatan adalah hasil dari interaksi komponen struktur dan

proses. Keselamatan pasien dapat terpenuhi apabila komponen struktur dan proses

tersedia sesuai jumlah dan standar yang berlaku. Struktur dan system dalam

program keselamatan pasien dapat dilihat dari pembentukan struktur organisasi

tim keselamatan pasien. Pembentukan stuktur organisasi ini dimaksudkan agar

kebijakan dan prosedur keselamatan pasien dapat dilaksanakan secara optimal.

Struktur organisasi tim secara lebih spesifik dituangkan dalam kelompok-

kelompok kerja (pokja). Sebuah struktur organisasi dan pokja yang baik

memerlukan dukungan SDM yang terlatih di bidangnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

64

Menurut Lestari. N. P. dkk, 2014 faktor sumber daya yang dapat

memengaruhi diantaranya adalah jumlah staf, beban kerja dan ketersediaan alat

medis. Sedangkan keterbatasan SDM ditandai dengan ketrampilan dan

pengetahuan yang kurang. Kelelahan, lupa, kesulitan untuk konsentrasi dan hanya

berpedoman pada asumsi menjadi akibat dari keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Berdasarkan teori dan hasil wawancara dengan informan diatas kurangnya

SDM dapat menjadi suatu kendala dalam menjalankan manajemen keselamatan

pasien. Perawat yang menangani pasien lebih dari kapasitas seharusnya dapat

membuat pasien tidak terkontrol secara maksimal. Tidak terkontrolnya pasien

dapat mempertaruhkan keselamatan pasien tersebut. SDM merupakan salah satu

penunjang untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu. Dengan SDM yang

mencukupi pasien dapat ditangani dengan maksimal, dengan fasilitas dan

sumberdaya yang cukup keselamatan pasien dapat terpantau secara maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

65

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian mengenai pelaksanaan manajemen patient safety

dalam peningkatan mutu pelayanan dirumah sakit umum Imelda Pekerja

Indonesia Medan tahun 2019 dapat disimpulkan bahwa :

Kesimpulan

1. Pelaksanaan aktivitas langsung mulai dari pra pelayanan, proses pelayanan,

dan pasca pelayanan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Ada

beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan manajemen patient

safety diantaranya pada saat pra pelayanan masih ada staf yang tidak

mengikuti perencanaan program patient safety. Pada saat proses pelayanan

jika terjadi kecelakaan tidak ada alur pelaporan yang menjadi panduan untuk

mempermudah pelaporan. Kemudian Layanan follow-up (tindak lanjut)

terhadap pasien juga tidak berjalan dengan baik, karena tidak adanya pihak

yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dalam bidang tersebut.

2. Pelaksanaan aktivitas penunjang mulai dari budaya organisasi, struktur

organisasi dan sumber daya strategik masih terdapat kendala yang

menghambat proses pelaksanaan manjemen patient safety. Hal tersebut dapat

kita lihat dari kedisiplinan dari petugas yang masih kurang dalam

melaksanakan tugasnya, minimnya budaya pelaporan insiden keselamatan

pasien dan sumberdaya manusia yang masih kurang guna menunjang

pelaksanaan manajemn patient safety di rumah sakit umum Imelda Pekerja

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

66

Saran

Saran yang diberikan penulis untuk pihak RSU Imelda Pekerja Indonesia

yaitu:

1. Diharapkan tim keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja dapat membuat

alur pelaporan insiden keselamatan pasien untuk memudahkan pelaporan

guna memperbaiki atau mencegah kembali terjadinya insiden keselamatan

pasien.

2. Diharapkan direktur RSU Imelda Pekerja Indonesia dapat membuat pelatihan

keselamatan pasien untuk setiap staf rumah sakit karena hal tersebut

menyangkut keselamatan pasien yang dapat berpengaruh terhadap mutu

rumah sakit.

3. Diharapkan direktur RSU Imelda Pekerja Indonesia dapat menambah jumlah

staf yang sesuai kebutuhan dan kemampuan untuk menanganin keselamatan

pasien.

4. Diharapkan ketua tim keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja Indonesia

dapat membuat kebijakan untuk lebih membudayakan pelaporan insiden

keselamatan pasien agar semua laporan dapat teridentifikasi sebagai

pencegahan dan tidak terjadi atau terulang kejadian yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

67

Daftar Pustaka

Hadi, I. (2017). Manajemen keselamatan pasien. Yogyakarta: Deepublish

Herlambang, S., & Muwarni, A. (2012). Cara mudah memahami manajemen

kesehatan dan rumah sakit. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Herawati, Y.T. (2015). Budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah

Sakit X Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA, 11(1), 52-60.

Hidayah, N. (2017, Juni 21). Analisis rantai nilai pelayanan kesehatan rumah di

sakit. Diakses Oktober 1, 2018. dari http://nurhidayah.staff.

umy.ac.id/analisis-rantai-nilai-pelayanan-kesehatan-di-rumah-sakit/

Ismainar, H. (2015). Keselamatan pasien di rumah sakit. Yogyakarta: CV Budi

Utama.

Islami, K. (2018). Analisis pelaksanaan program keselamatan pasien Puskesmas

Mangkang, Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(4), 34-35.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Diakses dari

http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/website_ikprs/content/pedoman_pelap

oran.pdf

Keles, A., Kandou, D. G., & Tilaar. R. C. H. (2015). Analisis pelaksanaan standar

sasaran keselamatan pasien di unit gawat darurat RSUD Dr. Sam

Ratulangi Tondano sesuai dengan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(3), 253-258.

Richard. L. D. (2002). Manajemen (Edisi Ke 5). Jakarta: Erlangga.

Najihah. (2018). Budaya keselamatan pasien dan insiden keselamatan pasien di

rumah sakit: Literature Review. Journal of Islamic Nursing, 3(1), 1-6.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Keselamatan Pasien.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011

tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Priyoto & Widyaastuti, T. (2014). Kebutuhan dasar keselamatan pasien.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

68

Pohan, S. I. (2007). Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGD.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sulahyuningsih, E. (2017). Analysis of patient safety management in committee.

analysis of patient safety management in committee for quality

improvement and patient safety at Sumbawa Hospital, West Nusa

Tenggara. Journal of Health Policy and Management, 2(2), 147-156

Rachmawati, A. R. (2017). Analisis pelaksanaan tujuh langkah menuju

keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 1-8.

World Health Organization. (2009). Guidelines on Hand Hygiene in Health Care.

Diakses dari http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/4410

2/9789241597906_eng.pdf;jsessionid=E0ECB912FB8ED588AF20521FE

1838D0C?sequence=1.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

69

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Pelaksanaan Manajemen Patient Safety Dalam Upaya

Peningkatan Mutu Pelayanandi Rumah Sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia

Kota Medan

Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan

Umur : Tahun

Pendidikan Terakhir :

Aktifitas Langsung

Pra pelayanan :

1. Coba anda ceritakan bagaimana program keselamatan pasien dirumah

sakit ini?

2. Apakah sudah ada SOP untuk setiap jenis pelayanan pasien safety?

3. Siapa saja yang pelaksana keselamatan pasien di RS anda?

4. Adakah hambatan dalam pra pelayanan dan adakah yang menjadi faktor

pendukung pra pelayanan ini?

Proses Pelayanan :

1. Coba anda ceritakan bagaimana sistem pelaksanaan keselamatan pasien di

rumah sakit anda?

2. Adakah alur pelaporan pasien jika terjadi kecelakaan? Apakah ada

penunjuk arah yang jelas?

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

70

3. Bagaimana bentuk komunikasi dan informasi yang efektif dirumah sakit

anda?

4. Apa yang hambatan dalam melaksakanan proses pelayanan patient safety?

Pasca Pelayanan

1. Bagaimana proses penyelesaian berkas administrasi pasien apabila terjadi

pasca kecelakaan?

2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pasien rawat jalan dan rawat

inap yang mengalami kecelakaan?

3. Untuk pasien pasca rawat inap, apakah ada layanan follow up (misalnya

menelepon pasien untuk menanyakan ada tidaknya komplikasi obat dan

sebagainya)?

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

71

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Pelaksanaan Manajemen Patient Safety Dalam Upaya

Peningkatan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia

Kota Medan

Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan

Umur : Tahun

Pendidikan Terakhir :

Aktifitas Penunjang

Budaya Organisasi

1. Apa visi dan misi patient safety yang dianut rumah sakit Umum Imelda

Pekerja Indonesia?

2. Bagaimana tingkat kedisiplinan SDM dan pola kerja Pelaksanaan

Manajemen Patient Safety?

3. Kecelakaan apa saja yang sering terjadi?

4. Apabila terjadi kecelakaan berapa lama respon yang diberikan terhadap

kebutuhan dan keluhan pasien?

Struktur Organisasi

1. Coba anda jelaskan bagaimana struktur organisasi patient safety rumah

sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia?

a. Sudah sesuai aturan yang berlaku?

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

72

b. Sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit Umum Imelda Pekerja

Indonesia?

2. Apakah struktur tersebut sudah mampu mendukung proses pelayanan

patient safety di rumah sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia secara

efektif?

Sumber Daya Manusia

1. Coba anda ceritakan anggaran yang mendukung untuk pengembangan

kompetensi SDM dalam patient safety di rumah sakit ini?

2. Bagaimana sistem remunerasi yang berlaku saat ini?

3. Bagaimana sistem penilaian kinerja yang berlaku yang ada?

Keuangan

1. Darimana saja sumber biaya dalam pengembangan kompetansi SDM

patient safety?

Informasi

1. Bagaimana ketersediaan alat pelaporan manajemn patient safety Umum

Imelda Pekerja Indonesia?

2. Bagaimana sistem pelaporan manjemen patient safety di rumah sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia?

Teknologi

1. Coba anda ceritakan bagaimanamana penguasaan teknologi di sakit

Umum Imelda Pekerja Indonesia?

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

73

Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

74

Lampiran 3. Surat Izin Melakukan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

75

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Gambar 4. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

76

Gambar 5. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Gambar 6. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

77

Gambar 7. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Gambar 8. Wawancara dengan Petugas Rumah sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

78

Gambar 9. Wawancara dengan Pasien

Gambar 10. Wawancara dengan Pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

79

Gambar 11. Alat Penunjang Keselamatan Pasien

Gambar 12. Alat Penunjang Keselamatan Pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PELAKSANAAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA

80

Gambar 13. Alat Penunjang Keselamatan Pasien

Gambar 14. Alat Penunjang Keselamatan Pasien

Universitas Sumatera Utara