3
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami akan mencoba membuat sediaan larutan injeksi dari Natrii Thiosulfas,. Dalam pembuatan sediaan ini, di buat dengan metoda pembuatan injeksi pelarutnya adalah air. Natrium thiosulfat merupakan garam yang dapat di berikan secara empiris pada orang yang keracunan sianida, zat ini pun stabil dalam larutan pembawa air. Pada penambahan pembawa air yang digunakan (aqua pro injeksi),contoh tiosulfat yang beredar di pasaran berdasarkan sedian injeksi Menurut FORNAS (Formularium Nasional) sediaan steril tiap thiosulfat mengandung dosis 100 mg dengan penambahan Zat tambahan yang cocok secukupnya lalu add API ad 1 ml. Massa Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari cahaya. Sediaan injeksi ini mempunyai stabilitas pH antara 8 – 9,5 menurut USP dan biasanya tidak pernah menggunakan bahan pengawet dan anti oksidan, penggunaan stabilatornya kita bisa menggunakan dapar phospat yang di aliri dengan gas N 2. Dapar phospat mempunyai selisih pH yang tidak boleh melebihi lebih dari 3, dikarenakan dapar harus mempunyai rentang tipis yang berupa penyangga agar tidak terjadi lingkungan nya terlalu asam, sebab dapar mempunyai sifat yang agak sedikit basa yang fungsinya untuk menstabilkan pH thiosulfat yakni 8 – 9,5. Metode sterilisasi yang digunakan untuk membuat injeksi ini pun dibuat dengan dengan metode aseptis. Metode ini didasarkan pada kestabilan bahan pada pemanasan, dimana

Pembahasan Na Thisulfat 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thiosul

Citation preview

PEMBAHASANPada praktikum kali ini kami akan mencoba membuat sediaan larutan injeksi dari Natrii Thiosulfas,. Dalam pembuatan sediaan ini, di buat dengan metoda pembuatan injeksi pelarutnya adalah air. Natrium thiosulfat merupakan garam yang dapat di berikan secara empiris pada orang yang keracunan sianida, zat ini pun stabil dalam larutan pembawa air. Pada penambahan pembawa air yang digunakan (aqua pro injeksi),contoh tiosulfat yang beredar di pasaran berdasarkan sedian injeksi Menurut FORNAS (Formularium Nasional) sediaan steril tiap thiosulfat mengandung dosis 100 mg dengan penambahan Zat tambahan yang cocok secukupnya lalu add API ad 1 ml. Massa Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari cahaya. Sediaan injeksi ini mempunyai stabilitas pH antara 8 9,5 menurut USP dan biasanya tidak pernah menggunakan bahan pengawet dan anti oksidan, penggunaan stabilatornya kita bisa menggunakan dapar phospat yang di aliri dengan gas N2. Dapar phospat mempunyai selisih pH yang tidak boleh melebihi lebih dari 3, dikarenakan dapar harus mempunyai rentang tipis yang berupa penyangga agar tidak terjadi lingkungan nya terlalu asam, sebab dapar mempunyai sifat yang agak sedikit basa yang fungsinya untuk menstabilkan pH thiosulfat yakni 8 9,5.Metode sterilisasi yang digunakan untuk membuat injeksi ini pun dibuat dengan dengan metode aseptis. Metode ini didasarkan pada kestabilan bahan pada pemanasan, dimana berdasarkan literatur resmi bahwa natrium thiosulfat tidak tahan pemanasan dan akan terurai, sehingga dengan pertimbangan tersebut dilakukan dengan metode aseptis. Metode aseptis dibuat dengan menjaga kemungkinan terkontaminasinya sediaan dengan mikroorganisme pada saat pembuataan. Dalam pembuatan injeksi ini terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan disterilkan terkecuali bahan karena dalam hal ini tidak tahan pemanasan dan zat aktif bisa di anggap (dispensasi) steril. Pada pembuatan injeksi dengan metode sterilisasi aseptis kemungkinan sediaan terkontaminasi dengan mokroorganisme harus diperkecil untuk menjaga agar sediaan yang dihasilkan nantinya tetap dalam keadaan steril. Selama pembuatan injeksi natrium thiosulfat ini, dibuat dengan menggunakan metode intermediate add, dimana setiap wadah yang digunakan nantinya harus dibilas untuk menjaga kadar yang telah ditentukan. Dalam pembuatan injeksi ini juga, pH harus diperhatikan agar tetap dalam rentang kestabilan bahan. Injeksi tidak boleh mengandung partikulat sehingga sebelum dimasukkan ke dalam wadah ampul, sediaan harus terlebih dahulu disaring. Sedapat mungkin injeksi yang dibuat harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam keadaan tertentu. Perlunya sediaan injeksi ini dibuat isotonis ataupun hipertonis agar pada saat penyuntikan tidak menimbulkan rasa nyeri. Untuk membuat injeksi yang isotonis dapat dibuat dengan menamabahkan NaCl dalam jumlah tertentu yang telah dihitung dari perhitungan tonisitas sediaan (injeksi yang isotonis hanya mutlak untuk injeksi yang pemakaiannya secara intravena).Evaluasi sediaan yang dapat kami lakukanya setelah sediaan injeksi selesai dibuat, adalah evaluasi penampilan sediaan injeksi yang dihasilkan diperoleh larutan bening, hal ini dikarenakan natrium thiosulfat ini terjadi tidak terjadi reaksi dan stabil pada saat penyimpanan dan pembuatan.Kemudian untuk evaluasi kebocoran pada ampul kita lakukan dengan melakukan pembalikan ampul pada beaker glass yang telah berisi kapas dan di lapisi dengan kertas saring, lalu memasukan nya ke dalam autoklaf selama kurang lebih 15 menit pada suhu 1150 - 1160 c.Setelah Itu kita melakukan pengambilan ampul dalam autoklaf dan mendinginkan nya sejenak, lalu amati apakah ada kebocoran yang di perlihatkan ampul pada beakerglassnya.