Upload
lyduong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI MAJELIS TAKLIM MAHABBATUR RASUL MENTENG
ATAS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I)
Oleh
Rachmawati
NIM: 102052025660
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI MAJELIS TAKLIM
MAHABBATUR RASUL MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos I)
Oleh
Rachamawati
NIM: 102052025660
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar srata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2008
Rahmawati
PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI
DZIKIR DI MAJELIS TAKLIM MAHABBATUR RASUL MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Rahmawati
NIM: 102025025660
Di bawah bimbingan
Dra.Hj. Zorina Yuniar
NIP: 150198858
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PEMBINAAN AKHLAK REMAJA MELALUI DZIKIR DI MAJLIS TAKLIM MAHABBATUR RASUL telah ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos. I ) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 28 Agustus 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Murodi, M.A. Nasichah, M.A. NIP: 150254102 NIP: 150276298
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. M. Lutfi, M. Ag. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP: 150268782 NIP: 150299324
Pembimbing
Dra. Hj. Zorina Yuniar NIP:150198858
ABSTRAK
Rahmawati
Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir di Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
Menteng Atas Jakarta Selatan
Dzikir adalah menyebut nama Allah dengan lisan yang harus diresapkan dalam hati dan melakukan dengan perbuatan-perbuatan shaleh agar manusia juga terhindar dari tabiat yang buruk, kerugian dan sebagainya.
Dzikir adalah kehidupan hati dan merupakan faktor yang menyebabkan hati manusia menjadi hidup. Bahkan ia juga merupakan faktor yang menghidupkan rumah seseorang. Mengingat Allah baik lisan maupun hati merupakan salah satu sarana untuk meraih “simpatik” Allah sehingga cahaya petunjuknya selalu menyertai kehidupan insani beriman. Sebaliknya jika meninggalkan dzikir, Allah pun akan meninggalkannya baik di dunia maupun di akhirat.
Dzikir merupakan suatu cara untuk mendekatkan manusia kepada Tuhannya agar hatinya selalu tentram dan damai dalam menjalankan hidup.
Penelitian ini ingin mengetahui seberapa jauh peranan dzikir dalam membina akhlak para remaja. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa stressor utama subyek yang diteliti adalah para remaja yang pernah melakukan penyimpangan-penyimpangan kenakalan remaja seperti narkotika, mabuk-mabukan dan lain-lain.
Dzikir yang digunakan disini berupa tahlil, pembacaan ratib, surat yasin serta shalawat yang mana dengan dzikir tersebut remaja akan merasakan ketenangan dalam jiwa mereka sehingga mereka mampu berpikir dengan jernih dan melakukan hal yang baik. Dzikir yang dilakukan berpengaruh terhadap akhlak dan kehidupan remaja yang aktif mengikuti majlis. Selain pembacaan dzikir tersebut para remaja perlu diajarkan pelajaran fiqih dan hadits agar adanya keseimbangan didalam hidup mereka.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena hanya dengan rahmat dan petunjukNya-lah penulis menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan pada junjungan Nabi
Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat dan pengikut-nya hingga akhir zaman.
Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak, karena itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat dan kerendahan
serta ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Untuk Ayahanda dan Ibunda. H. Djamhari Akhfas dan Hj Siti Rosyadah yang
telah membesarkan, mendidik dan mendo’akan dengan penuh kesabaran serta
terus memberikan motivasi kepada penulis, terima kasih atas segala pengorbanan
kalian selama ini.
2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Selaku Rektor UIN Syahid Jakarta.
3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Bapak Dr. Murodi, M.A.
4. Bapak Drs. M. Lutfi, M. Ag., sebagai ketua jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam dan Ibu Nasichah, M. A, selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Dra. Hj. Zorina Yuniar, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu
dan memberikan motivasi kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan banyak memberikan ilmu
pengetahuan sehingga meningkatkan wawasan penulis.
7. Bapak pimpinan beserta karyawan perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, perpustakaan Utama yang memberikan fasilitas berupa kemudahan
bagi penulis dalam meminjam buku-buku referensi.
8. Habib Salim bin Umar Alatas yang telah memberikan informasi, bimbingan, do’a
dan dorongan kepada penulis.
9. Adik-adik (Dayat, Faisal, Ria, Ijin dan Faruk) yang memberikan kebahagiaan di
kala penulis bersedih, serta memberikan semangat kepada penulis, terima kasih,
kakak sayang kalian semua.
10. Maryani dan Husnul yang ikut serta membantu dan terus memberikan semangat
kepada penulis.
11. Teman-teman Fakultas Dakwah (Jubed, Siti Zubaedah, Icoh, Yuli, Anita dan
semuanya yang penulis tidak sebutkan satu persatu), terima kasih atas
kebersamaan selama ini, kenangan saat kita bersama tidak akan penulis lupakan.
12. Semua abang-abang di MR (Zenal, Muhammad, Ochit, Sopi, ijal dan semuanya
yang penulis tidak sebutkan satu persatu) yang memberikan semangat dan siap
membantu di saat penulis butuhkan.
13. Juga untuk abang ma’sum dan teman abbas yang telah banyak membantu serta
memberi semangat kepada penulis.
14. Serta semua pihak yang ikut memberikan bantuan dan semangat kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini.
Seiring dengan ucapan terima kasih tersebut, penulis panjatkan do’a semoga
Allah SWT, membalas amal baik tersebut dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Penulis pun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi semua
orang yang membacanya umumnya bagi UIN dan khususnya bagi BPI.
Jakarta, Oktober 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………… i
ABSTRAK…………………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................
........................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 9
E. Sistematika Penulisan........................................................ 12
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian upaya dan pembinaan…………………….... 13
B. Pengertian Dzikir dan manfaatnya .................................. 14
C. Macam-macam Dzikir...................................................... 16
D. Pengertian Remaja ........................................................... 19
E. Remaja dan Permasalahannya .......................................... 22
F. Pengertian akhlak ............................................................ 25
G. Pengertian pembinaan akhlak………………………….. 26
H. Hal yang dapat mempengaruhi akhlak............................. 26
H. Manfaat akhlak................................................................ 31
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS MAHABBATUR RASUL
A. Sejarah dan Tujuan berdirinya ............................................. 33
B. Letak Geografis…………………………………………..... 35
C. Visi dan Misi......................................................................... 35
D. Sarana dan Prasarana ............................................................
36
E. Struktur organisasi ................................................................
37
F. Program Kerja....................................................................... 39
BAB IV PENERAPAN DZIKIR DALAM UPAYA PEMBINAAN
AKHLAK REMAJA
A. Temuan Penelitian………………………………………… 42
1. Identifikasi Remaja…………………………………… ........ 42
2. Keadaan Akhlak Remaja ...................................................... 45
3. Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir…………. .......... 48
a) KegiatanDzikir……………………………………….... 48
b) MetodeDzikir………………………………………….. 52
c) Pembinaan Akhlak Dalam Dzikir……………………… 58
.4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan ..................... 63
5. Hasil-hasl yang dicapai ....................................................... 65
B. Analisa Hasil Penelitian ………………………………… 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 68
B. Saran.................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 69
LAMPIRAN………………………………………………………………… 72
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran beragama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan
latihan-latihan yang dilalui pada masa kecilnya. Apabila dalam pertumbuhan seseorang
terbentuk dalam kepribadian yang harmonis disegala unsur-unsur pokok yang terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin maka dalam menghadapi dorongan-
dorongan, baik yang bersifat fisik (biologis), maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia
akan selalu wajar, tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum serta peraturan
masyarakat dimana ia tinggal. Akan tetapi orang yang dalam pertumbuhannya dahulu
mengalami kekurangan terutama yang berhubungan dengan batin, maka kepribadiannya
akan mengalami kegoncangan. Dalam menghadapi kebutuhannya, baik yang bersifat
jasmani maupun rohani, ia akan dikendalikan oleh kepribadian yang kurang baik dan
banyak di antara sikap dan tingkah lakunya akan merusak atau mengganggu orang lain.
Faktor agama adalah hal yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian
seseorang lebih-lebih remaja, karena pada remaja sifatnya masih labil. Agama yang
ditanamkan sejak kecil kepada remaja sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur
kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala
keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul karena keyakinan terhadap
agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku
seseorang secara otomatis dari dalam.
Belakangan ini, masalah kemorosotan moral, penyalahgunaan obat terlarang,
kenakalan remaja serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku lain bukan lagi
masalah baru, dan masalah ini sangat memprihatinkan karena telah melanda remaja
Indonesia.
Remaja merupakan sekelompok orang yang berada pada usia peralihan menuju
kedewasaan, yang mana ditandai dengan situasi psikologis yang tidak seimbang sehingga
pada waktu melewati tahapan sosialisasi memungkinkan mereka akan terbawa pada arus
budaya dan norma-norma yang keliru. Dan mereka akan memiliki kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan keinginan sendiri, dan tidak lagi berpedoman pada ajaran agama
yang selalu menganjurkan untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai
akhlak yang baik. Dan pada masa pubertas remaja, sikap atau perbuatan yang negatif
seperti merokok, arogan, sok jantan, sikap kasar, tidak ingin terlalu diatur dan lain-lain.
Semua hal di atas adalah karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya serta faktor dari
lingkungan yang juga ikut berperan.
Dan menurut Zakiah Daradjat, bahwa masa remaja adalah masa pertumbuhan
fisik cepat, dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai mencapai titik tertentu.
Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadinya perubahan lain
pada segi sosial dan kejiwaan, remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak
stabil, kelakuannya demikian pula. Kadang-kadang ia penakut, ragu, cemas dan sering
melontarkan kritikan, kadang-kadang berontak pada keluarga, masyarakat atau terhadap
adat kebiasaan.1
1 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h.14
Pada saat sekarang ini dunia sedang dilanda oleh kegoncangan moral, baik
terlihat dalam penyelewengan-penyelewengan hak dan kepentingan orang lain, maupun
dalam penyelewengan-penyelewengan hak dan kemurnian keluarga, mungkin juga
karena persoalan anak-anak yang sedang berada dalam usia remaja. Jika meninjau
keadaan masyarakat modern terutama di kota-kota besar, maka akan di dapatkan bahwa
moral sebagian anggota masyarakat telah rusak, atau mulai merosot. Dalam masyarakat
tersebut moral tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan
pribadilah yang menonjol pada banyak orang.
Seiring dengan kemajuan zaman terdapat suatu kontradiksi yang mencolok antara
kemajuan sektor teknologi disatu pihak, dan kemerosotan akhlak dipihak lain. Bukan hal
yang aneh bila terdapat dalam media masa seperti: koran, majalah, yang hampir setiap
hari memuat kejadian yang mengerikan, baik yang terjadi dalam negeri maupun luar
negeri. Misalnya: pemerkosaan, korupsi, narkotika dan lain-lain. Semua seolah-olah
saling berlomba-lomba untuk mendapatkan target teratas dalam kejahatan. Apalagi
pembangunan terhadap generasi muda, hal ini berhubungan dengan pencarian diri dan
makna hidup.2
Yang dihinggapi oleh kemerosotan moral itu tidak saja kepada anak-anak remaja,
akan tetapi telah menjalar sampai kepada orang tua. Belakangan ini penulis banyak
mendengar keluhan-keluhan orang tua, ahli didik dan orang yang berkecimpung dalam
bidang agama dan sosial, karena yang berumur belasan tahun dan dalam usia remaja yang
sukar dikendalikan.
2 Idrus H.A., Menuju Insan Kamil Profil Manusia Berkualitas, (Jakarta: CV Aneka, 1996)
Sebenarnya faktor-faktor yang menimbulkan gejala-gejala kemerosotan moral
datang dari daya keimanan yang lemah, keluarga serta lingkungan. Dan yang terpenting
di dalamnya adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati orang-orang yang tidak
dilaksanakannya ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun
oleh masyarakat. Dalam zaman seperti sekarang ini, orang kelihatannya kurang
memperhatikan ajaran agama. Anak-anak dibesarkan dan menjadi dewasa tanpa
mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama dalam rumah tangga.
Keluarga banyak yang menumpahkan perhatiannya kepada pengetahuan umum
agar menjadi orang pandai, tetapi jarang dididik menjadi orang baik dalam arti yang
sesungguhnya. Agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi kehidupan orang
tua maupun remaja.
Majelis taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan dalam
aktifitasnya mengacu pada fungsi merubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi
keadaan yang lebih baik, dari kebodohan menjadi terdidik, dari ketidakmampuan menjadi
kecukupan dan pemberian bimbingan agama Islam dalam rangka membentuk prilaku
yang islami. Dan salah satunya adalah dengan membiasakan pada remaja untuk
mengingat Allah melalui dzikir dan membaca shalawat, serta menyampaikan materi-
materi yang lainnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya memberikan sugesti bahwa dzikir
adalah suatu cara untuk menghilangkan kegelisahan-kegelisahan dan menentramkan batin
seseorang.
Dengan memperhatikan lingkungan di sekitar khususnya di jakarta, melihat
banyaknya tawuran-tawuran, film-film, buku-buku dan mendengar pembicaraan orang
yang kesemuanya bermuara kepada perilaku para remaja yang kurang baik, oleh sebab
itu ketika saya memperhatikan itu semua maka saya datang ke Majelis Taklim ini yang
mengelola remaja, maka terbersitlah dalam hati saya untuk memilih majelis ini sebagai
tempat untuk penelitian saya.
Zikrullah atau berdzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya merupakan hal
yang essensial bagi setiap muslim dalam rangka proses penyempurnaan iman dan
pembentukan jati dirinya sebagai seorang muslim.3 Sebagaimana firman Allah SWT:
�
☯ ⌧
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.4 (QS. Al-Ahzaab : 41)
Berdzikir kepada Allah dapat dilakukan secara individu dan dapat pula dilakukan
secara bersama-sama dalam sebuah majelis, karena melakukan dzikir secara berjamaah,
dalam sebuah majlis dzikir sangat besar sekali faedahnya, sedikitnya ada empat faedah
yang dapat diperoleh,5 sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits:
قال رسول الله :عن أبى هريرة وعن أبى سعيد رضي الله عنهما قاال
, قعد قوم يذ آرون الله اال خفتهم الملئكةال ي: م.ص
رواه . (ه فيمن عندهوذآرهم الل, ونزلت عليهم السكينة,الرحمةوغشيتهم
)مسلم 3 M. Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah Dzikir Berjamaah, (Jakarta : Republika, 2004), h. 4 4 Al-quran Surat Al-Ahzaab ayat 41. 5 H. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 112.
Artinya :” Sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah pasti dikelilingi para malaikat, diliputi rahmat, dituruni ketenangan dan disebut-sebut Allah dikalangan makhluk yang berada di sisinya”. (HR. Muslim)6 Dengan mengingat Allah secara intens yang dilakukan dengan banyak berdzikir
akan menjadikan seseorang memiliki berbagai pengalaman keagamaan. Agar manusia
memiliki karakteristik pribadi yang tangguh, maka kepadanya perlu diberikan
kesempatan memiliki pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengalaman keagamaan
itu dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas mengingat Tuhan secara intens berupa
dzikir.7
Dzikir menghasilkan ketenangan dan ketenangan menghasilkan kemampuan
konsenterasi secara terarah, menghasilkan kesadaran akan tuhan dan tanggung jawab
yang di embannya sebagai manusia, menghasilkan kebijaksanaan.8
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal
tersebut dalam buku skripsi dengan judul “Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir
di Majelis taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan dalam hal ini penulis membatasinya yaitu
pada bentuk kegiatan Dzikir yang dilakukan. Sedangkan dzikir yang dimaksud penulis di
sini adalah suatu usaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT melalui pengucapan
6 Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h. 360 7 H. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islami,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet-1. h.112.
8 Ibid.,h.. 63.
do’a-do’a berupa tahlil, tahmid, tasbih dan lain-lain. Tetapi hal yang paling ditekankan
adalah mengerti makna arti bacaan dzikir tersebut.
2. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan Masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk Dzikir yang dilakukan dalam pembinaan akhlak remaja?
b. Apa manfaat Dzikir berjamaah bagi pengikutnya?
c. Metode apa yang dipakai?
d. Apa faktor Pendukung dan Penghambat dalam pembinaan akhlak remaja?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kegiatan yang ada di Majelis taklim Mahabbatur Rasul dalam
pembinaan akhlak Remaja.
2. Untuk mengetahui manfaat dzikir yang dilakukan secara bersama-sama.
3. Untuk mengetahui metode apa yang dipakai dalam membina akhlak.
4. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pembinaan akhlak
Remaja.
Sedangkan Manfaat Penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pentingnya dzikir
dalam upaya pembinaan akhlak remaja dan bagi masyarakat umumnya.
2. Sebagai acuan untuk menarik lebih banyaknya remaja agar tetap berada dalam jalur
keimanan.
3. Untuk UIN sendiri sebagai tempat untuk menyebarkan dakwah serta sarana
pembelajaran bagi anak didik.
4. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan penambahan referensi dan memberikan
konstribusi dalam khazanah keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
D. Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah universum, dimana universum itu dapat berupa orang, benda atau
wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah para jamaah yang mengikuti majelis taklim Mahabbatur Rasul yang berjumlah 90
orang.
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi. Elemen-elemen anggota
sample, merupakan anggota populasi darimana sample diambil. Berdasarkan populasi
yang telah disebutkan diatas, dalam menetapkan sample penulis berpedoman kepada
pendapat Suharsimi Arikunto “apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua”.9 Oleh karena itu maka yang dijadikan sample penelitian ini yakni semua
populasi yang ada di Majlis yakni sebanyak 90 orang.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survai,
dalam konteks ini dilakukan melalui penyebaran questioner terhadap 90 responden yang
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10, edisi revisi III, h.107
NF
terdiri dari 65 laki-laki dan 25 perempuan. Kemudian hasilnya dianalisis dengan
menggunakan prosentase. Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikit:
P = X 100
Ket : P = Angka prosentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Number of cases ( jumlah atau banyaknya individu yang di analisa)
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang
bertujuan untuk menggambarkan fenomena social tentang setting social secara lengkap.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (peroleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau kuantitatif.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer yakni data lapangan yang didapat
dari sumber pertama data sekunder.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, baik data primer maupun data
sekunder penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data primer diperoleh dari sumber utama yaitu mengumpulkan buku-buku yang ada
relevansinya dengan judul skripsi ini.
2. Data sekunder yaitu dengan mengadakan:
a) Dokumentasi yaitu penulis melakukan penelusuran data ini dengan
menyebarkan angket atau kuesioner, menelaah buku, majalah dan surat kabar
yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
b) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan yang sifatnya tanpa partisipasi
terhadap kegiatan dzikir dalam pembinaan akhlak remaja. Data Observasi ni
dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara.
c) Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab langsung dengan beberapa
orang yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan dzikir yang ada di Majelis
taklim Mahabbatur Rasul.
Dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada “pedoman penulisan karya ilmiah
(skripsi, tesis dan disertasi)” yang diterbitkan oleh UIN Syahid Jakarta tahun 2007
8. Alat Bantu Pengumpulan Data
Alat bantu yang digunakan adalah buku-buku yang ada kaitannya dengan
masalah yang diteliti, tape recorder dan angket.
9. Analisis data
Dalam menganalisa data tersebut peneliti menggunakan analisis “kualitatif” yang
menggambarkan dan mengabsraksikan suatu kenyataan menjadi fakta dengan fakta lain,
sehingga terbentuk suatu pengertian data yang bersifat kualitatif tersebut akan diolah
secara prosentase.
Didalam penelitian ini, peneliti menganalisa data dengan menggunakan teknik
analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun dan disajikan
yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut, menggambarkan
keadaan sasaran apa adanya.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini penulis susun secara sistematis dalam lima bab, setiap bab terdiri dari
beberapa bagian yang diuraikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah, Pembatasan dan
perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian
dan sitematika penulisan.
Bab II Landasan atau tinjauan teoritis terdiri dari: Pengertian upaya dan
pembinaan, pengertian dzikir dan manfaatnya, macam-macam dzikir,
pengertian remaja dan permasalahannya, pengertian akhlak, faktor yang
mempengaruhi akhlak, manfaat akhlak.
Bab III Laporan hasil penelitian terdiri dari: gambaran umum tentang Majelis
taklim Mahabbatur Rasul mencakup sejarah dan tujuan berdirinya, letak
geografis, Visi dan Misi, sarana dan prasarana, struktur organisasi dan
program kerja yang di tangani di Majelis taklim tersebut.
Bab IV Temuan dan analisis penelitian. Temuan penelitian terdiri dari:
Menjelaskan identifikasi remaja, keadaan akhlak remaja dan pembinaan
akhlak remaja melalui dzikir. Analisis hasil penelitian.
Bab V Penutup terdiri dari: berupa kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr.Achmad Mubarok, MA, Psikologi Qur’ani,(pustaka firdaus,2001), cet-1
2. M.HamdaniBakran Adz-Dzaky, Konseling dan psikoterapi Islam,penerapan
metode sufistik, (Yogyakarta, Fajar Pustaka,2002), Cet-2
3. As-Sayid Abu Bakar Ibn Muhammad Syata, Menapak jejak kaum
sufi,(Surabaya, Dunia Ilmu,1997).
4. Dr.M.Solihin,M.Ag, Terapi Sufistik,(Bandung, Pustaka Setia,2003).
5. H. Fuad Nashori, Agenda psikologi Islami,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2002),
Cet-1.
6. Idrus H.A.,Menuju Insan Kamil Profil Manusia Berkualitas,(Jakarta: CV
Aneka,1996).
7. Prof. Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta:
Ruhama,1995),Cet-2.
8. M.Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah Dzikir Berjama’ah, (Jakarta:
Republika,2004).
DAFTAR ISI
ABSRAK.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
F. Latar Belakang .................................................................. 1
G. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................. 7
H. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 7
I. Metode Penelitian.............................................................. 8
J. Sistematika Penulisan........................................................ 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dzikir dan manfaatnya..................................... 13
B. Macam-macam Dzikir ....................................................... 15
C. Pengertian Remaja ............................................................. 18
D. Remaja dan Permasalahannya............................................ 24
E. Pengertian akhlak .............................................................. 26
F. Hal yang dapat mempengaruhi akhlak............................... 29
G. Manfaat akhlak................................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS TAKLIM
MAHABBATUR RASUL
G. Sejarah dan Tujuan Berdirinya majlis Rasulullah ............. 36
H. Letak Geografis.................................................................. 38
I. Visi dan Misi...................................................................... 38
J. Sarana dan Prasarana ……………………………………. 39
K. Struktur Organisasi ……………………………………… 40
L. Program Kerja …………………………………………… 41
BAB IV PENERAPAN DZIKIR DALAM UPAYA PEMBINAAN
AKHLAK REMAJA
A. Kegiatan Dzikir yang dilakukan………………………….. 43
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan……………. 57
C. Hasil-hasl yang dicapai…………………………………… 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran-saran.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN…………………………………………………………………
Nomor : Istimewa Lamp : I (satu) bundel Hal : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yth.
Bapak Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di-
Tempat Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera saya sampaikan kepada Bapak, semoga Bapak senantiasa dalam lindungan Allah SWT sehingga dapat melaksanakan tugas sehari-hari sebagaimana biasanya. Selanjutnya saya: Nama : Rachmawati NIM : 102052025660 Fa/Jur : Dakwah& Komunikasi/ BPI Semester : VII (Tujuh)
Bermaksud mengajukan judul skripsi “ UPAYA PEMBINAAN AKHLAK
REMAJA MELALUI KEGIATAN DZIKIR DI MASJID AL-MUNAWAR PANCORAN JAKARTA SELATAN.”. Sebagai bahan pertimbangan saya melampirkan Out Line, Bab Pendahuluan dan Daftar Pustaka sementara.
Besar harapan saya judul ini dapat diterima dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 18 Januari 2006 Penasehat Akademik Pemohon Drs. M. Luthfi, M. Ag. Rachmawati NIP. 150268782 NIM: 102052025660
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Upaya dan Pembinaan
A.1 Pengertian Upaya
upa·ya : usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan,
mencari jalan keluar, dsb); daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan;
1
Kata upaya jika dilihat dalam kamus bahasa Indonesia adalah usaha atau ikhtiar
agar tercapai satu tujuan atau maksud dengan mencari jalan keluar atau memecahkan
persoalan.2
Upaya merupakan kata yang selalu ada dalam semua langkah kehidupan kita, baik
dalam hal pendidikan, kehidupan bermasyarakat, pekerjaan dan lain-lain dengan
tujuan demi tercapainya keinginan kita masing-masing.
A.2 Pengertian pembinaan
Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu: ى ى –بن اء – يبن yang بن
artinya: membangun, mendirikan, membina3
1 “Artikel diakses pada 17 juni 2008 dari http://www. Pusat bahasa. Diknas.go.id/kb bi/index.php 2 Depdikpud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h..1250 3 Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Alquran, 1973), h. 73
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan mengandung arti 1) Proses,
cara, perbuatan, membina 2) Pembaharuan, penyempurnaan 3) Usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.4
Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan
menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya. 5
Berdasarkan referensi yang tertera di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih
membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan
seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara efektif dan efisien.
B. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir berasal dari bahasa arab (dzakara-yudzakiru-dzikran) artinya menyebut,
mengingat.6 Dalam kaitannya dengan dzikrullah, dzikir adalah mengingat dan menyebut
asma Allah. Mengingat dengan gerak hati sedangkan menyebut adalah gerak lisan.7
Di bawah ini merupakan pengertian dzikir yang penulis kutip dari para ahli:
1. Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash siddieqi: “dzikir adalah menyebut
Allah dengan membaca tasbih ( subhanallah ), membaca tahlil ( laa-ilaaha-
illallahu ), membaca tahmid ( alhamdulillah ), membaca hauqalah ( lahaula wala
quwwata illa billahi ) membaca basmalah”8
4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 152 5 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 17 6 Mahmud Yunus, Terjemahan Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hida karya Agung, 1985), h.134 7 Yunasril Ali, Jalan Kearifan Sufi : Tasawuf sebagai terapi derita Manusia, (Jakarta: Serambi,2002), h.144 8 Teungku M. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Semarang: pustaka Rizki Putra, 1999) h.36
2. Menurut Mir Valiudin: “Dzikir adalah senantiasa dan terus menerus mengingat
Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah SWT serta mengosongkan hati
dari kecintaan pada dunia yang fana ini”.9
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dzikir
adalah ucapan atau perkataan yang diulang-ulang yang sengaja dilakukan untuk
mengingat, menyebut serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Manfaat Dzikir
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan dzikir adalah sebagai
berikut:
a. Dzikir sebagai sarana “komunikasi” untuk mendekatkan diri kepada Allah. Firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 15210
Artinya:“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
b. Dzikir dapat mewariskan perasaan selalu diawasi oleh allah SWT, sehingga pelakunya masuk dalam kategori ihsan.
c. Dzikir dapat menguatkan hati dan badan, menerangi wajah dan hati serta mendatangkan rejeki.
d. Dzikir menyebabkan hati hidup. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Syaikhul islam Ibnu Taimiyah Ra, fungsi dzikir dengan hati ibarat fungsi air dengan ikan. Bagaimanakah nasib ikan apabila ia dipisahkan dari air?
e. Dzikir dapat menyebabkan hati bersih dari noda maksiat. Setiap sesuatu mempunyai noda. Yang menyebabkan hati ternoda adalah lalai dari dzikrullah dan memperturutkan hawa nafsu.
9 Mir Valiudin, Dzikir dan kontemplasi dalam tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), h.84 10 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam menuju PsikologiIslami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 158-159
f. Dzikir merupakan penyebab turunnya rahmat dan ketenangan, sebagaimana sabda Nabi: “Tidaklah suatu kelompok manusia berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Alquran dan mengkajinya diantara mereka, melainkan turunlah atas mereka ketenangan, terlindungi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan mereka disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada disisinya (HR Muslim dan Tirmidzi).
g. Dzikir merupakan penawar bagi hati yang keras. Ada seorang laki-laki berkata kepada Hasan Al-Bushri, “wahai Abu Sa’idalah, saya hendak mengadukan tentang kerasnya hatiku kepadamu! Hasan menjawab, “leburlah kerasnya hatimu itu dengan dzikrullah”.
h. Dzikir memberikan kekuatan kepada pelakunya dalam hati dan badannya, sampai-sampai ia mengerjakan sesuatu perbuatan bersama dzikir secara refleks (tanpa disadari).
i. Dzikir dapat menyebabkan pelakunya terhindar dari virus kemunafikan, karena orang-orang munafik itu sedikit sekali mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 142.11:
☺
⌧
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.
3. Macam-macam Dzikir
A. Dzikir jahar
Dzikir lisan atau dikenal dzikir jelas atau jahar (dzikir jaly) adalah dzikir dengan
suara yang keras (bersuara) pentingnya dengan suara keras ini diistilahkan bagaimana
memecahkan batu. Hal ini dijelaskan oleh K. H. A. Shohibul Wafa Tajul Arifin dalam
11 Cahaya Ditakariawan dan Ghazali Mukri, kitab Tazkiyah, Metode Pembersihan Hatiaktivis Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2003), h. 129-135.
bukunya” miftahus sudur”. Beliau mengatakan sebagaimana batu tidak dapat dipecahkan
kecuali dengan kekuatan yang luar biasa , maka dengan demikian pula hati manusia,
dzikir tidak akan berbekas pada seluruh gangguan jiwa, kecuali dengan kekuatan yang
luar biasa pula.12
Menurut al-Ghazali dalam bukunya “rahasia dan do’a”, mengatakan bahwa pada
awal seseorang ingin melakukan dzikir kepada Allah SWT, terlebih dahulu ia harus
memalingkan hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu), baru setelah itu
menunjukkan untuk dengan Allah. Apabila berhasil secara kontinyu, maka ia akan
merasakan kedekatan dan kecintaan kepada Allah SWT13.
Dzikir jahar ada yang sifatnya terikat (muqayyad) dengan waktu dan amaliah
tertentu, misalnya ucapan-ucapan dalam shalat, bacaan ibadah haji, do’a-do’a amaliah
sehari-hari dan sebagainya. Ada pula yang sifatnya mutlaq (tidak terikat dengan waktu,
tempat dan keadaan). Misalnya mengucapkan tahlil, tahmid, takbir dan lain sebagainya
dimanapun dan kapanpun14.
B. Dzikir khafi
Gazur Ilahi menjelaskan bahwa zikir khafi tidak dijelaskan dengan lisan tetapi
cukup dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak bergambar lagi
bentuk kata itu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang abstrak dari kata Allah yang selalu
hadir.15
12 K.H.A.Shohibul Wafa, Tajul Arifin, Miftahus Shudur, (Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti, 1969), h. 25 13 Al Ghazali, Asrar al-dzikr wa dakwat, (terj): muhammad al-Bagir, (Bandung: Karidna,1996), h. 38 14 H.M. Quraish Shihab, Ensiklopedi islami.,h. 35 15 Shayk Ibrahim Gazur Ilahi, The Secret of Ana Al-haq, ( Jakarta: Rajawali, 1986), h. 22
Dzikir ini memenuhi kalbu dengan kesadaran yang sangat dekat kepada Allah,
seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluarnya napas. Keadaan semacam ini
adalah pertanda bahwa qalbu itu hidup dan berkomunikasi langsung dengan Allah16.
Menurut Imam Nawawi “ dzikir ada kalanya dilakukan dengan hati dan ada
kalanya dilakukan dengan lisan, tetapi yang lebih utama dilakukan dengan hati dan lisan
secara bersamaan serta membulatkan niatnya hanya karena Allah SWT. Jika hanya
dilakukan salah satunya maka yang lebih utama adalah dilakukan dengan hati.17
K.H.A. Shohibul Wafa dalam bukunya “Miftahus Shudur” mengatakan dzikir
jiwa adalah dzikir yang bersifat batiniah, yang demikian ini dilakukan dengan isbat
(reception), tidak dengan naïf, lafadz, “ismu dzat”18. Beliau lebih lanjut mengatakan,”
bukanlah mata yang buta, melainkan hati”19. Ini menunjukan bahwa hati merupakan
pusat jiwa, yang ia sendiri merupakan pintu gerbang hati yang lebih mulia yaitu ruh, dan
ruh inilah sebagai alat untuk dapat mencintai Allah. Prof. Dr.Harun Nasution dalam
bukunya “Falsafat dan mistisisme dalam islam” mengatakan bahwa qalbu tidak sama
dengan jantung (heart) dalam bahasa inggris karena, qalbu selain dari alat untuk merasa
juga sebagai alat untuk berfikir. Perbedaannya dengan akal adalah bahwa akal tidak bisa
memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang tuhan, sementara qalbu bisa
mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya tuhan bisa mengetahui
rahasia-rahasia tuhan20.
Seorang sufi ternama Ibnu Atta, membagi zikir dalam tiga bagian yaitu:
16 Qamaruddin SF, (ed.), Dzikir lisan dan Dzikir Kalbu, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Demesta, 2000), h. 176 17 Imam Nawawi, Khasiat dzikir dan Doa.Terjemahan kitab Al-adzkaarun Nawawiyah, (Bandung: Algensindo, 2002), h. 13 18 KH.A.Shohibul Wafa, Tajul a’rifin Miftahus Shudur,(Tasikmalaya: Yayasan Seraba Bakti, 1969), h. 30 19 Ibid.,h.30 20 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-7, h. 77.
1. Dzikir jaly: yaitu suatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk ucapan-ucapan
menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerakan hati.
2. Dzikir khafi: yaitu zikir yang dilakukan secara khusus oleh ingatan hati, baik disertai
dengan zikirlisan atau tidak.
3. Dzikir haqiqi: yaitu zikir yang dilakukan seluruh jiwa raga lahiriah dan batiniah.
Kapan saja dan dimana saja dengan mempererat upaya memelihara seluruh jiwa raga
dari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan mengerjakan hal-hal yang diperintahkan.
Dalam melakukan zikir hendaknya dilakukan dengan berkesinambungan, tidak
hanya terbatas pada zikir lisan saja, tetapi dilanjutkan dengan zikir qabliyah, aqliyah dan
amaliyah. Disamping itu juga zikir juga harus dilakukan dengan khusu dan benar,
sehingga zikir yang dilakukan itu berdampak dalam kehidupan sehari-hari, seperti
memiliki ketulusan hati untuk meraih ridho Allah.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Dalam pembahasan mengenai remaja, titik tolaknya adalah adanya macam-
macam gejala perubahan pada remaja. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perubahan
yang dialami dilatar belakangi oleh masa peralihan. Masa peralihan yang dialami oleh
remaja, setelah meninggalkan masa anak dalam peningkatannya ke masa dewasa.
Peningkatan ini meliputi segala tuntutan yang harus dipersiapkan untuk
menghadapi masa dewasa. Persiapan tuntutan masa dewasa, berarti pula perubahan-
perubahan yang harus dialami dan dihayati pada masa peralihan ini. Perubahan-
perubahan yang tiba-tiba, yang menyebabkan orang lain dan remaja itu sendiri
mengalami kesulitan untuk mengertikan perubahan itu.21
Masa remaja merupakan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari
anak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja yakni
perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.
Remaja dalam masa peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak,
mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam
maupun di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa
remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi
tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.22
Umur remaja adalah sebenarnya umur yang goncang karena pertumbuhan pribadi
cepat yang sedang dilaluinya dari berbagai segi, baik jasmani, mental/ pikiran, maupun
pribadi dan social. Remaja tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan kadang-
kadang melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya, disinilah timbulnya
kelainan-kelainan kelakuan yang biasa disebut nakal.23
Proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan permasalahan bagi
mereka sendiri dan mereka yang berada dekat dengan lingkungan hidupnya. Dari semua
perubahan yang telah dan akan dialami pada masa remaja, tertinggal aspek-aspek yang
berarti bagi remaja, yang akan dipersatukan dalam suatu identitas diri. Sesungguhnya
21 Dra.Ny.Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1978), h. 13 22 Ibid., h. 16 23 Dr. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 46
semua permasalahan selama masa peralihan ini diwarnai oleh masalah utama, yakni
pembentukan identitas diri.24
Khusus mengenai Remaja, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, mereka
dalam keadaan yang sangat bingung, goncang dan tidak pasti itu dikuasai oleh emosi,
karena kemantapan belum ada, dan suasana luar sering pula menyebabkan mereka
semakin tidak mampu menyesuaikan diri, sehingga kegelisahan yang tidak terselesaikan
itu dihamburkan keluar dalam bentuk kelakuan yang mungkin membahayakan orang lain
seperti merampok, menganiaya, memperkosa, berkelahi dan sebagainya, dan mungkin
pula mengganggu serta membahayakan dirinya sendiri dengan menghisap ganja, morphin
dan macam-macam narkotika lainnya, atau menyebabkan dirinya luka, sakit, dan
sebagainya. Dalam hal seperti ini maka ketentraman batin dan kesehatan jiwalah yang
akan dapat menolong mereka.25
Jadi masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semakin
maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa,
semakin panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai
pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh
remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut. 26
2. Remaja dan Permasalahannya
Akhir-akhir ini melalui berbagai macam alat komunikasi masa, baik melalui
bacaan maupun sandiwara-sandiwara dilayar televisi, remaja banyak dijadikan obyek
pembahasan. Para ahli pendidikan menganggap bahwa melihat kejahatan pada layar
24 Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, h. 13 25 Dr. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, h. 40 26 Ibid., h.11
bioskop dapat merangsang remaja untuk turut mencoba melakukan kejahatan dan
kenakalan. Bahkan telah dianggap perlu untuk membatasi pemutaran film yang bernada
kekejaman mupun kekerasan. Ternyata kenakalan remaja sampai sekarang masih saja
melanda kota-kota besar dan tidak lupa menjangkit pada remaja di kota-kota kecil.27
Segala persoalan dan problema yang terjadi pada remaja, sebenarnya bersangkut-
paut dan kait-berkait dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh lingkungan dimana mereka hidup. Dalam hal itu, suatu factor penting yang
memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama. Tapi
sayang sekali, dunia modern kurang menyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh
agama dalam kehidupan manusia, terutama pada orang-orang yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa, dimana umur remaja terkenal dengan umur goncang, karena
pertumbuhan yang di laluinya dari segala bidang dan segi kehidupan.28
Adapun masalah yang dihadapi oleh remaja antara lain:
1. Masalah hari depan
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian, akan jadi
apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak
dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku Universitas atau mereka yang berada di
dalam kampus. Tidak jarang kita mendengar remaja mengeluh menyatakan bahwa hari
depannya suram, tidak jelas, mau jadi apakah ia nanti, dimana ia akan bekerja, professi
apa yang cocok baginya dan sebagainya. Umur itu juga berkhayal dan membayangkan
segala yang indah, hari depan yang gemilang, hidup yang enak, bahagia dan sebagainya.
Akan tetapi dilain pihak ia tidak melihat jalan untuk itu, karena kenyataan hidup dalam
27 Ibid,. h. 28 28 Ibid,.h.69
masyarakat lingkungannya, tidak memberikan kepastian kepadanya. Hal ini banyak
hubungannya dengan macam sekolah dan sistim pendidikan yang dilaluinya.29
Sehubungan dengan hari depan itu, akan terdapat pula masalah angan-angan
tentang berkeluarga nanti, bahkan kadang-kadang angan-angan itu terpantul dalam
pergaulannya dengan teman yang lain jenis.
2. Masalah hubungan dengan orang tua
Yang seringkali menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah,
kurangnya pengertian orang tua terhadap perubahan yang dilaluinya. Orang tua biasanya
masih cenderung kepada memperlakukannya seperti memperlakukan anak dengan
memerintah, melarang, mencampuri urusan pribadinya, terlalu banyak menasehati dan
memperingatkannya. Di samping itu, orang tua sering dalam perlakuannya itu tidak tetap,
kadang-kadang ia diperlakukan seperti anak-anak, tapi kadang-kadang dianggap sebagai
orang dewasa, karena tubuhnya telah seperti orang dewasa.30
3. Masalah moral dan agama
Tampaknya masalah ini, semakin memuncak, terutama di kota-kota besar
barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui
film, bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang
datang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh
sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan
terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang
berubah-ubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup
tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama,
29 Ibid,. h.126 30 Ibid,. h.116,114
karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh
waktu, tempat dan keadaan. Oleh karena itu, maka orang yang kuat keyakinan
beragamanyalah yamg mampu mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam
kehidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang
terjadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.31
D. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluk yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.32
Secara terminologi ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang
akhlak, diantaranya:
A. Menurut Zakiah Daradjat "akhlak" adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan buruk.33
B. Menurut istilah banyak di kemukakan oleh para ulama antara lain yang dikemukakan oleh imam Al-Ghozali, yaitu: “akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama)”. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan Norma agama, dinamakan akhlak yang baik, tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. 34
C. Pengertian yang hampir sama terdapat dalam Al-Mu'zam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:" akhlak" adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa membutuhkan, tanpa pemikiran dan pertimbangan.35
31 Ibid,. h. 127 32 Sudarsono,Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet ke-1, h. 129 33 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dan Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 10 34 AL-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Cairo: Maktabah Matbah al-Masyad, Al-Husain, 1958), juz III, h. 56 35 Anis Ibrahim, Al-M’jam Al-Wasit, (Mesir: Daarul Ma’rif, 1972), Cet. Ke-2, h. 202
Dari definisi diatas dapat kita ketahui bahwa akhlak: adalah kondisi-kondisi sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Jika dari kondisi ini
menimbulkan perbuatan baik dan terpuji, maka dia dinamakan budi pekerti mulia
(Akhlakul Karimah), apabila dari kondisi ini menimbulkan perbuatan buruk dan jahat
maka dinamakan budi pekerti yang jahat dan tercela (Akhlakul Madzmumah).
3. Pengertian Pembinaan Akhlak
Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bertindak.
Adapun tabiat yang sudah ada pada masing-masing orang disebut watak. Dapat diambil
kesimpulan bahwa watak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing-masing
orang, sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan
dalam diri masing-masing pribadi. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi
terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT, dan antar sesama manusia.
Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba, akan
tetapi membutuhkan waktu yang panjang yaitu melalui proses pembinaan akhlak.
Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan
sikap yang baik sebagai watak remaja.. Maka dari itu proses pembinaan akhlak itu harus
diberikan sejak dini.36
Dalam islam, tolak ukur kelakuan baik dan buruk merasuk kepada ketentuan
Allah berupa Alquran dan tuntunan Rasulullah SAW, jadi Rasulullah yang membawa
akhlakul kharimah, seperti yang telah di rumuskan para ulama sesuatu yang dinilai baik
menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula esensinya.
2. Faktor yang mempengaruhi akhlak
36 Nur A. Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1999), Cet. Ke-4. h. 178.
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (seperti kertas putih, dia belum dapat
mengetahui apapun) yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan
sebagai Muslim. Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati
fitrahnya, sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang anak yang baik, tetapi untuk
kelanjutannya tergantung orang tuanya dalam memelihara dan memberikan pendidikan
kepada anak tersebut. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه و : عن ابي هريرة رضي الله عنه قال
و ينصرانهرة فابواه يهودانه و يولد على الفطاال ما من مولد: سلم
)مسلم هروا(يمجسانه
Artinya:"Dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah bersabda “Seorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang membuatnya yahudi atau nasrani atau majusi (H.R. Muslim).37
“Rahmat Djatnika dalam bukunya “Sistem Etika Islam” mengemukakan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku yaitu faktor yang
berasal dari dalam dirinya: Instink, Adat, Kepercayaan, Keinginan,-keinginan, Hawa
nafsu, Hati nurani. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: Keturunan,
Lingkungan, Keluarga atau Rumah tangga, Sekolah, Pergaulan, Pengusaha atau
pemimpin”.38
37 M. Nashiruddin Al- Albani, Ringkasan Shoheh Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005),h. 938 38 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1992), Cet. Ke-1, h. 73
Faktor di atas menggabung menjadi satu turut membentuk dan mempengaruhi
nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang. Mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi
corak pada mentalnya.
Perilaku Remaja seringkali diwarnai oleh faktor sekolah dan pergaulannya,
dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan mampu merubah semua
tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan keluar dari kontrol norma-norma agama
yang baik.
H.M.Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam berpendapat bahwa: Faktor
yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik yang meliputi faktor dalam yaitu
Intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar yaitu
kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik
antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan) dan
psikomotorik (pengalaman) ajaran yang di ajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan
inlah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya. 39
Abbudin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya, ada tiga aliran yang sudah populer. Pertama aliran Nativisme, Kedua aliran
Empirisme, Ketiga aliran Konvergensi.40
Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling mempengaruhi terhadap
pembentukan diri seorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
39 H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1994), h. 60 40 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 165
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik. 41
Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan
pembinaan dan pendidikan, karena begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam
diri manusia.
Selanjutnya menurut aliran Empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan pada anak itu baik, maka anak itu baik. Demikian juga sebaliknya. Aliran
ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.42
Aliran Konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan
kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif
melalui berbagai metode.43 Aliran Konvergensi ini tampak sesuai dengan ajaran Islam,
hal ini dapat di pahami dari ayat berikut:
☺ ⌧
☺
41 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h. 158 42 Ibid., h. 158 43 Ibid., h.167
Artinya:“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik,
yaitu: penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri
dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.
Ayat di atas, selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan
dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orangtua. Itulah
sebabnya orang tua khususnya Ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat
berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi akhlak
ada dua macam:
a) Faktor dari dalam
Yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang di bawa sejak lahir
b) Faktor dari luar
Dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh
serta pemimpin di masyarakat.
Melalui kerjasama antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (penghayatan) dan pskomotorik (pengalaman) ajaran yang
diajarkan akan terbentuk pada diri remaja. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah
manusia seutuhnya.44
44 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), Cet. Ke-1, h. 169-171
3. Manfaat Akhlak
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi
yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu, Allah SWT dalam firmannya memuji akhlak
Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut:
Artinya: “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS:al-
Qalam, 68:4)
Allah pun menyatakan di dalam firmanNya, agar umat islam membina
kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.
⌧
☺
⌧
⌧
⌧
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.( QS. Al-ahzab, 33:21)
Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari harus selalu
mencontoh rasulullah, dan harus yakin bahwa setiap tingkah lakunya itu selalu
mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji.
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak-akhlak hasil dari pendidikan, latihan,
pembinaan dan perjuangan keras serta sungguh-sungguh.45 Pada kenyataannya di
lapangan, usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga
pendidikan dan berbagi metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak
memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat
kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk tuhan dan seterusnya. Keadaan
sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau
dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang
nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.
Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina atau dibentuk.46
45 Imam al Ghazali, ihya’ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz. III, h.an 46 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.154-155
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS MAHABBATUR RASUL
A. Sejarah dan Tujuan Berdirinya
Sebelum mendirikan Majelis Mahabbatur Rasul, Habib Salim bin Umar Alatas
terelebih dahulu menjadi pengajar di berbagai Majlis Taklim yang dipimpin oleh
sejumlah ustadz dan kiyai. Beliau selalu berpindah-pindah, dari majlis taklim yang satu
ke Majelis Taklim lainnya. Pada saat itu Habib Salim belum punya keinginan untuk
membuka dan mendirikan sebuah Majlis Taklim yang dipimpin oleh beliau sendiri.
Keinginan untuk membuka dan membangun majlis sendiri muncul ketika beliau
melihat banyaknya orang-orang terutama remaja yang belum mengenal majlis taklim,
mereka terlalu asyik dengan urusan duniawi mereka yang membuat mereka terlalu jauh
dalam mengingat Allah. Oleh sebab itu, Habib berkeinginan ingin mendirikan sebuah
Majlis Taklim yang dipimpin oleh beliau sendiri. Namun pada saat Habib ingin
mendirikan sebuah Majlis Taklim, beliau (Habib Salim) merasa bingung mengingat
sudah banyak majlis-majlis taklim berdiri dan beliaupun bingung harus dimulai
darimana. Akan tetapi dikala Habib merasa bingung tersebut, beliau mendapat ilham
(isyarat) dari para auliya (para wali) di dalam mimpi. Di dalam mimpi tersebut Habib di
sarankan membuka Majlis Taklim, hal ini terjadi selama tiga hari berturut-turut. Seperti
apa yang beliau katakan “Awal saya membuka majlis ini lewat isyarat, isyarat dari
beberapa wali, selain itu juga saya berziarah ke makam waliyullah, karena kita ingin di
dalamnya selain mengajak untuk berdzikir dan mengingat Allah juga mengajarkan ilmu
fiqih dan hadits untuk bekal mereka. Melalui isyarat dari mimpi yang terjadi selama tiga
kali berturut-turut maka terbentuklah nama Mahabbatur Rasul mengenai kapannya saya
lupa yang saya ingat waktu saya mimpi itu malam senin”.1 Pada saat itu Habib belum
yakin hingga kemudian beliau berziarah ke makam para wali yang ada di Jakarta, setelah
itu beliau mendapatkan ilham yang sama seperti hari-hari yang lalu, barulah saat itu
beliau merasa yakin untuk mendirikan sebuah majlis taklim.
Pada awal Habib ingin mendirikan Majlis Taklim, beliau sempat berkali-kali
gagal mencari tempat yang cocok dan pas di hati untuk mendirikan sebuah Majlis
Taklim, itu pun terjadi hingga tiga kali sampai akhirnya beliau merasa cocok mendirikan
Majlis Taklim yang terletak di daerah Menteng Atas Jakarta selatan. Oleh pendiri
mushola setempat, beliau diberi kepercayaan penuh untuk memimpin sebuah majlis
taklim didaerah tersebut. Maka berdirilah Majlis Taklim Mahabbatur Rasul pada awal
tahun 2006 lalu, nama Mahabbatur Rasul itu sendiri juga merupakan ilham dari para wali
lewat mimpinya.2
Di awal pembukaan majlis taklim ini beliau mengajak para tetangga terutama para
remaja untuk mengikuti Majlisnya. Karena kesigapan beliau dalam bergaul dengan para
remaja, maka tanpa butuh waktu yang lama beliau sudah dapat mengumpulkan anak
didik sendiri. Habib Salim tahu betul bagaimana cara agar murid-muridnya tidak jenuh,
beliau menciptakan suasana yang menyenangkan bagi murid-muridnya, hal ini ditandai
dengan adanya acara diskusi atau acara bebas selepas majlis dan inilah yang membuat ke
akraban di antara mereka.
1 Wawancara pribadi dengan Habib Salim, Jakarta, 24 Mei 2007. 2 Wawancara pribadi dengan Habib Salim
Adapun tujuan Habib Salim mendirikan majlis taklim ini adalah ”memberikan
pembenahan kepada umat islam yang bersifat ibadah seperti yang tidak mengenal sholat,
tidak berbakti kepada orang tua, tidak tahu cara bakti kepada Allah dan Rasulnya menjadi
lebih baik”. 3
B. Letak Geografis
Majelis taklim Mahabbatur Rasul terletak di tengah-tengah perumahan warga
yang berada di daerah Menteng Atas Selatan 2 Rt 08 Rw 04 Kecamatan Setia Budi
Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan. Di sebelah Timur berbatasan dengan
perumahan warga, di sebelah Barat berbatasan dengan tanah perkuburan Cina, di sebelah
Utara berbatasan dengan dengan sebuah masjid Al-Bakri yang letaknya persis di
belakang sebuah Apartemen Rasuna Said, di sebelah selatan berbatasan dengan sebuah
pasar. Lokasi Majlis ini berdiri cukup strategis, namun berada cukup jauh dari jalan raya
yang banyak menyediakan angkutan umum, sehingga harus dilalui dengan naik motor
atau ojek.
C. Visi dan Misi
Majlis taklim Mahabbatur Rasul memiliki visi tersendiri dalam melaksanakan
atau menyebar luaskan ajaran islam. Visi tersebut adalah meningkatkan manusia hamba-
hamba Allah untuk cinta kepada Allah dan Rasulnya tidak lain hanya untuk ibadah.4
Berdasarkan visi tersebut, terdapat misi penting majlis taklim Mahabbatur Rasul
dalam menyampaikan ajaran islam kepada para jamaah. Adapun misi tersebut adalah:
3 Wawancara pribadi dengan habib Salim di Secretariat Majlis 4 Wawancara dengan Habib Salim di Secretariat Majlis
a) Mengenalkan kepada jamaah akan rasa cinta kepada Allah dan Rasulnya.
b) Menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
D. Sarana dan Prasarana
Kegiatan berdzikir akan berjalan dengan baik dan efektif jika didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Dengan adanya sarana yang memadai, akan
memberikan kemudahan aktifitas berdzikir itu sendiri. Selain itu pula orang yang
berdzikir akan merasa nyaman dan mudah terkondisikan dengan baik.
Sarana dan prasarana yang dimaksud penulis adalah segala sesuatu yang
menunjang dalam proses pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Majlis Taklim Mahabbatur
Rasul selain menyediakan tempat yakni sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman
berlantai dua, suasana di dalam majlis pun sangat menyenangkan hal ini di karenakan
adanya rasa persaudaraan dan kekeluargaan antara guru dan murid.
Selain itu prasarana yang dipersiapkan majlis taklim ini berupa:
a) Buku-buku fiqih dan Hadits
b) Alat-alat hadrah dan marawis
c) Peralatan sound system
d) Al-quran dan buku rattib
E. Struktur Organisasi
Organisasi adalah sekumpulan orang yang secara bersama melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan, yang telah ditetapkan. Dengan adanya tujuan maka segala sesuatu
yang dikerjakan akan menjadi tanggung jawab bagi setiap personil, dan adanya struktur
organisasi segala kegiatan akan tersusun dengan rapi serta akan mempermudah dalam
mencapai tujuan.
Adapun struktur organisasi yang ada di majlis taklim Mahabbatur Rasul terdiri dari:
a) Penasehat sekaligus pemimpin : Habib Salim bin Umar Alattas
b) Wakil ketua : Habib Ali al-Juned
c) Secretaris : Bapak Komarudin
d) Bendahara : Ustadz Badri
Istri Ustadz Badri
e) Koordinator- koodinator :
Koodinator jamaah dzikir Rijal : Ustadz Deden
Koordinato jamaah dzikir Nisa : Ibu Silviana Sinagar
: Ibi nonon
Koodinator Perhubungan : Bapak Buyung
: Bapak Madi
Koordinator Perlengkapan : Bapak Ending
: Bapak dede
Secretariat : Di Aula Masjid Al-Makmur
Adapun tugas ataupun wewenang para pengurus, itu semua telah tedapat atau
diatur pada ketetapan yang di buat oleh para ketua, seperti Perincian di bawah ini:
a) Tugas ketua memegang penuh kekuasaan, mengawasi, mengontrol dan memberi
motivasi kepada para anggota untuk selalu semangat dalam melaksanakan tugas.
b) Tugas wakil disini mendampingi ketua, menggantikan ketua jika ketua
berhalangan hadir.
c) Bendahara bertugas menghimpun dana, mengontrol pemasukan dan pengeluaran
dana serta mengatur dana yang terdapat di majlis taklim ini.
d) Koordinator jamaah dzikir rijal dan Nisa bertugas khusus menghimpun jamaah
rijal dan mengaturnya. Begitu pula untuk jamaah Nisa. mengundang serta
mencari donator untuk dijadikan sebagai penyumbang tetap
e) Koordinator perhubungan bertugas untuk mengatur dan menghubungi majlis
taklim yang lain untuk ikut bergabung dalam ziarah bersama.
f) Koordinator perlengkapan bertugas menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan. Seperti menyiapkan alat-alat, tempat
g) Secretariat berfungsi sebagai tempat untuk mengatur segala program yang akan
dikerjakan dalam Majlis.
F. Program Kerja
Dalam menjalankan dan mendirikan sebuah Majlis Taklim terdapat program kerja
yang akan atau ingin dikerjakan, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Program jangka pendek: Majlis Mahabbatur Rasul berusaha: 1. memberikan
pelajaran agama hanya untuk pengetahuan tidak difokuskan. Bisa lancar membaca dzikir
serta memperdalam fiqih dan hadits. Mendidik remaja agar bisa serta lancar membaca
Al-quran dalam jangka waktu satu tahun dan mengamalkan sendiri.
Adapun program jangka panjang: Majlis taklim ini menginginkan bisa dakwah
keluar daerah seperti Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain. karena sampai saat ini belum
juga terlaksana.
Kegiatan di Majlis taklim ini yakni: Melakukan Dzikir yang selalu dibaca pada
awal pengajian. Adapun dzikir yang dibaca berupa: tahlil, pembacaan ratib haddad, surah
yasin dan sholawat serta bertawassul kepada para aulia dan ulama yang meninggal dunia
akan keberkahan, karamah dan ilmu dengan mendoakan mereka. Setelah itu membaca
asmaul husna. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah terbiasa dan mengamalkan dzikir
ini. Dari dzikir yang dilakukan pelajaran fiqih dan hadits merupakan program sambilan.
Setiap dua minggu sekali membacakan maulid yang dimaksudkan mengambil
keberkahan sekaligus mengenalkan serta menambah kecintaan dari pembacaan riwayat
Nabi tersebut. Setelah dzikir selesai kemudian dilanjutkan dengan sedikit memberikan
pelajaran fiqih atau hadits yang dilakukan secara bergantian setiap pertemuan. Hal ini
dimaksudkan agar jamaah bisa bertambah ilmu mereka akan kedua pelajaran tersebut,
mengingat kedua pelajaran tersebut penting bagi mereka untuk bekal mereka. Majlis
taklim ini diadakan setiap seminggu sekali pada hari Rabu bada magrib di tempat
kediaman Habib Salim di Menteng Atas Selatan 2, dan di hadiri sekitar Sembilan puluh
jamaah. Jamah yang hadir sebagian kecil wanita sekitar dua puluh lima orang selebihnya
jamaah rijal. Adapun tempat untuk jamaah wanita tidak digabung dengan jamaah rijal,
untuk jamaah wanita berada diatas sedangkan untuk jamah rijal dibawah.
Di samping itu Majlis ini mengadakan salat subuh berjamaah dan belajar mengaji
yang di lakukan setiap hari kamis di masjid Jami’ Al-Makmur yang terletak di jalan
Abdullah Syafei, dalam mengaji dilakukan secara berkelompok dan sendiri secara
bergantian dengan pengawasan habib. Pengajian dilakukan sejak setelah sholat subuh
hingga jam Sembilan pagi. Di aula masjid inilah secretariat atau markas Majlis
Mahabbatur Rasul. Majlis ini juga mengadakan ziarah dan konvoi bersama pada malam
jumatnya.
Disamping dzikir dilakukan dikediaman habib salim setiap malam kamis, dzikir
juga dilakukan dimakam para wali. Untuk dzikir dimakam, majlis Mahabbatur Rasul
merangkul majlis taklim lain untuk ikut bergabung. Majlis taklim yang dirangkul adalah
majlis taklim dimana habib pernah mengajar sebelumnya seperti yang telah penulis
katakan sebelumnya. Dzikir yang dilakukan yakni pertama-tama ketika jamaah sampai
ketempat makam wali jamaah memberikan penghormatan dengan membaca bacaan yang
tertera di dinding atas makam tersebut, hal ini dimaksudkan agar jamaah mengingat akan
perjuangan dan jerih payah beliau dalam membela dakwah. Dalam memberikan
penghormatan jamaah diharuskan berdiri, Setelah memberikan penghormatan barulah
jamaah duduk. Untuk selanjutnya habib kemudian membaca tahlil, tahmid, surah yasin,
serta sholawat yang diikuti oleh jamaah dan dzikir diakhiri dengan membaca doa.
Tidak jarang pula Majlis ini ikut bergabung dalam konvoi dengan Majlis yang
lain. Hal ini bertujuan agar terjalinnya hubungan silaturahmi, rasa kebersamaan dengan
jamaah yang lain serta mengenalkan kepada khalayak ramai bahwa umat islam bersatu
dalam menegakkan dakwah Nabi.
Hasil wawancara dengan pemimpin dari Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
Nama : Hb Salim bin Umar alatas
Tempat : Sekretariat Majlis Mahabbatur Rasul
1. T: Mengapa Majlis ini dinamakan Majlis Mahabbatur Rasul?
J: Karena kita menganggap orang yang hadir itu sebagai orang yang dicintai oleh
Rasulullah, maka kita menginginkan mereka cinta pula kepada Rasul.
2. T: apa yang melatar belakangi didirikannya Majlis ini?
J: Isyarat, isyarat dari beberapa wali Allah lewat mimpi selama tiga hari berturut-
turut, setelah itu saya juga ziarah kemakam wali Allah namun tetap mimpi yang
sama, saya mendirikan majlis ini selain mengajak jamaah untuk berdzikir dan
mengingat Allah, saya juga ingin mengajarkan ilmu fiqih dan hadits untuk
menunjang kehidupan mereka.
3. T: Kapan Majlis ini didirikan dan apa tujuan didirikannya?
J: Berdiri tahun 2006 waktunya saya lupa, tujuannya untuk membuat pembenahan
kepada umat islam, yang bersifat ibadah seperti yang tidak pernah mengenal
sholat, tidak berbakti kepada orang tua, tidak berbakti kepada Allah dan Rasulnya.
4. T: Apa visi dan misi didirikannya Majlis ini?
J: Meningkatkan hamba-hamba Allah untuk cinta kepada Allah dan Rasulnya tidak
lain hanya untuk ibadah.
5. T: Program kegiatan apa sajakah yang ada dan dilakukan di Majlis ini?
J: Sementara ini dzikir, pengajian dan konvoi ziarah bareng gabungan dengan Majlis
Taklim yang lain.
6. T: Dzikir seperti apa yang habib berikan?
J: Biasa, kita membiasakan membaca ratib dan wirid, menyebut asamaul husna,
shalawat dan sesekali membaca mauled.
7. T: Untuk apa ziarah itu dilakukan ya habib? Apa yang dikerjakan disana?
J: Kita mengadakan ziarah ini untuk mengingat jasa dan jerih payah para wali Allah
dalam menegakkan dakwah Nabi, selain itu kita juga ingin mengenalkan kepada
jamaah dengan para wali Allah itu agar mereka timbul semangat untuk
menegakkan dakwah. Tujuannya tidak lain hanya meminta berkah dari wali Allah
tersebut. Adapun disana kita biasanya membaca tahill, tahmid, kita baca surat
yasin dan berdoa kepada Allah, ini dimaksudkan agar dengan karamah dari wali
Allah tersebut kita berharap agar Allah mengabulkan hajat-hajat kita.
8. T: Apa saja program jangka pendek dan jangka panjang pada Majlis ini?
J: Jangka pendek, kita ingin agar jamaah bisa lancar membaca dzikir, memberikan
pelajaran agama untuk pengetahuan mereka serta membuat program anak-anak
bica baca Al-quran, misalnya selama 2 tahun mereka sudah hatam Al-quran dan
bisa mengajarkan kembali kepada orang lain.
Jangka panjangnya kita ingin dakwah keluar, seperti Kalimantan dan lain-lain.
artinya kita ingin memperluas bagaimana masyarakat itu senang dengan
keberadaan majlis ini.
9. T: Dalam menjalankan program kegiatan yang habib lakukan, hambatan apa saja
yang dihadapi serta bagaimana cara mengatasinya?
J: Hambatan biasa banyak yang menghasud dan iri tapi biarkan saja, seperti kata
pepatah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Jangan kita pikirin, yang
penting kita sama-sama dakwah, ulama dijadikan berbagai macam ada yang yang
tegas ada juga yang lembut, yang penting kita dukung.
10. T: Disamping factor penghambat tentu ada factor pendukung perkembangan Majlis
ini, bisa tolong dijelaskan ya habib?
J: Karena ada gabungan dari majlis taklim yang lain, sehingga kuat jamaah. Ada
dukungan dari para habaib dan ulama.
11. T: Apa yang habib harapkan dengan berdirinya Majlis taklim ini dalam jangka
pendek maupun jangka panjang?
J: Semoga umat islam yang dulunya kurang dekat kepada Allah dan Rasul serta para
habaib dan ulama dengan adanya Majlis Mahabbatur Rasul saya berharap mereka
lebih dekat dan cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul serta para habaib dan
ulama di sekitar. Mereka akan menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangannya.
12. T: Bagaimana respon masyarakat disekitar dengan adanya Majlis taklim ini?
J: Alhamdulillah mereka banyak mendukung, bahkan jika majlis ini libur terlalu
lama mereka akan menanyakan. Mereka senang jika majlis tetap berjalan.
13. T: Bagaimanakah pembinaan generasi di Majlis taklim ini?
J: Kita ajarkan kepada mereka untuk selalu ingat kepada Allah dimanapun mereka
berada, selain itu kita juga mengimbangi mereka dengan pelajaran fiqih dan
hadits.
14. T: Apakah ada nuansa yang berbeda di majlis ini dengan majlis yang lain?
J: Berbeda, sebab kita selalu bersenda gurau, becanda dan ada tanya jawab setelah
pengajian selesai.
15. T: Bagaimana pendapat habib jika seandainya jama’ah mengalami penurunan seiring
dengan berjalannya waktu?
J: Itu biasa, pengajian dimana-mana pasti akan mengalami pasang surut, jangan
terlalu dipikirkan, jika jamaah lagi sedikit kita tetap ngajar jangan kita terpaku
oleh jamaah, sebab kita tidak akan tahu jamaah itu berhalangan hadir karena apa.
16. T: Menurut pandangan habib apa yang menjadi ukuran keberhasilan seorang murid?
J: Yang paling penting niat, jika niat mereka hadir majlis karena Allah dan Rasul
mantap maka mereka akan merasakan kesejukan dan ketenangan batin, lain
halnya jika niat mereka bukan karena Allah dan Rasul maka mereka tidak akan
merasakan perubahan sama sekali.
17. T: Sarana dan prasarana apa saja yang ada di Majlis ini?
J: Untuk sementara ini saya baru menyiapkan buku-buku fiqih usul Fiqihiyah karya
Habib Abdurrahman Sagaf bin Husain Assegaf dan hadits Tahiqul Hadits, hadrah,
marawis dan sound system.
18. T: Maaf ya habib, adakah susunan secara structural kepengurusan di Majlis ini? Bisa
tolong disebutkan nama-nama pengurus tersebut ya habib?
J: Pada intinya semua saya yang menanggung, namun tetap ada juga yang mengatur
juga. Diantaranya ada habib Ali al-Juned sebagai wakil, secretaries bapak
Komarudin, bendahara Ustadz Badri, ustadz deden sebagai kordinator jamaah
rijal. Koordinator perhubungan ada bapak Buyung dan bapak Madi, Kordinator
perlengkapan Bapak ending dan bapak Dede. Sedangkan untuk bendahara jamah
nisanya di kordinir oleh istri saya Silvia Sinagar dan idu nonon, bendaharanya
dikordinir oleh istri Ustadz Badri.
Tanda Tangan
( Habib Salim)
Hasil wawancara dengan beberapa jamaah majlis Mahabbatur Rasul
Nama : Rasdi
Umur : 18 tahun
Alamat : Menteng Atas
Tempat : Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
1. T : Dari mana adik tahu keberadaan majlis Mahabbatur Rasul ini?
J : Dari teman, saya sering melihat teman pergi majlis lalu saya bertanya kepada
dia majlis dimana, kemudian saya diajak untuk ikut majlis.
2. T : Sudah berapa lama adik mengikuti kegiatan majlis taklim ini?
J : Kalau tidak salah sejak pertengahan berdirinya majlis ini kak.
3. T : Apa alasan adik mengikuti majlis ini?
J : Saya ingin mengetahui majlis seperti apa yang sering dikunjungi teman saya
itu, apa yang diajarkan, saya juga tertarik ikut majlis ini karena kata teman
saya yang hadir kebanyakan usianya sebaya dengan saya.
4. T : Bagaimana tanggapan adik dengan adanya majlis taklim ini?
J : Bagus, majlis ini benar-benar sesuai dengan saya, karena apa yang diajarkan
bermanfaat bagi saya, dan yang paling penting banyak teman-teman yang
seumur dengan saya.
5. T : Apa adik merasakan adanya perubahan di diri adik setelah mengikuti majlis
ini?
J : Saya bisa merasakan adanya perubahan di diri saya sedikit demi sedikit. Baik
dari sikap maupun bergaul.
6. T : Apakah adik merasa terpaksa berada di majlis ini?
J : Tidak kak
7. T : Apakah adik selalu menghadiri majlis ini?
J : Alhamdulillah
8. T : Menurut adik, sudah baguskah kegiatan majlis taklim ini?
J : Bagus, seperti yang saya bilang tadi majlis ini sesuai dengan saya, selain itu
saya bisa kenal banyak teman yang lain.
9. T: Menurut adik, kegiatan dzikir yang dilakukan sulit untuk kamu ikuti dan
kerjakan?
J : Tidak, sebab dzikir yang dibaca saya sering mendengarnya.
10. T : Kegiatan apa saja yang adik ikuti?
J : Saya ikut semua kak, saya akan usahakan untuk bisa ikut semua kegiatan
dimajlis.
Tertanda Tangan
(Rasdi)
Hasil wawancara dengan beberapa jamaah majlis Mahabbatur Rasul
Nama : Ahmad Maulana
Umur : 17 tahun
Alamat : Kuningan
Tempat : Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
11. T : Dari mana adik tahu keberadaan majlis Mahabbatur Rasul ini?
J : Dari kakak saya, dia awalnya juga dari temannya lalu kemudian dia mengajak
saya untuk menemani.
12. T : Sudah berapa lama adik mengikuti kegiatan majlis taklim ini?
J : Belum lama kak.
13. T : Apa alasan adik mengikuti majlis ini?
J : Karena awalnya saya diajak kakak tapi lama kelamaan saya tertarik juga, yang
membuat saya tertarik karena gurunya asyik.
14. T : Bagaimana tanggapan adik dengan adanya majlis taklim ini?
J : Baik, dalam majlis ini kita diajarkan bagaimana menghormati dan menyayangi
sesama.
15. T : Apa yang adik rasakan setelah mengikuti majlis ini?
J : Saya merasakan adanya perubahan di diri saya. Baik dari perkataan maupun
sikap saya.
16. T : Apakah adik merasa terpaksa berada di majlis ini?
J : Awalnya si iya, tapi sekarang tidak
17. T : Apakah adik selalu menghadiri majlis ini?
J : Tidak juga kak
18. T : Menurut adik, sudah baguskah kegiatan majlis taklim ini?
J : Bagus, majlis ini sangat cocok khususnyabagi remaja seperti saya.
19. T: Menurut adik, kegiatan dzikir yang dilakukan sulit untuk kamu ikuti dan
kerjakan?
J : Pada mulanya memang agak sulit, tapi lama kelamaan tidak lagi.
20. T: Kegiatan apa saja yang adik ikuti?
J : Saya aktif dalam taklimnya, untuk ziarah hanya sesekali saya ikut.
Tertanda Tangan
(A. Maulana)
Hasil wawancara dengan beberapa jamaah majlis Mahabbatur Rasul
Nama : Refliansyah
Umur : 17 tahun
Alamat : Menteng Atas
Tempat : Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
21. T : Dari mana adik tahu keberadaan majlis Mahabbatur Rasul ini?
J : Dari teman, awalnya saya malas mengikuti majlis taklim, lalu temansaya
mengajak, dia bilang di majlis ii enak, gurunya asyik. Makanya saya coba.
22. T : Sudah berapa lama adik mengikuti kegiatan majlis taklim ini?
J : Belum lama.
23. T : Apa alasan adik mengikuti majlis ini?
J : Saya ingin tahu siapa yang mengajar dan apa yang diajarkan
24. T : Bagaimana tanggapan adik dengan adanya majlis taklim ini?
J : Bagus, gurunya enak, gaul mengerti apa yang kami mau. Pokoknya enggak
ngebosenin dah.
25. T : Apa yang adik rasakan setelah mengikuti majlis ini?
J : Saya merasakan adanya perubahan di diri saya. Yng tadinya istilah katanya
badung susah diatur, bertindak semaunya kini tidak lagi. Banyak yang bilang
saya ini berubah sejak ikut majlis.
26. T : Apakah adik merasa terpaksa berada di majlis ini?
J : Awalnya si iya, tapi sesudahnya tidak lagi.
27. T : Apakah adik selalu menghadiri majlis ini?
J : Engga juga, jika saya sempat saya hadir.
28. T : Menurut adik, sudah baguskah kegiatan majlis taklim ini?
J : Bagus, selain kita bisa banyak menimba ilmu, kita bisa kenal banyak
teman.majlis ini sangat cocok khususnyabagi remaja seperti saya.
29. T: Menurut adik, kegiatan dzikir yang dilakukan sulit untuk kamu ikuti dan
kerjakan?
J : Tidak, sebab saya tinggal mengikuti habib saja lagipula saya bisa baca
bukunya..
30. T: Kegiatan apa saja yang adik ikuti?
J : Semua mba, saya sering ikut majlis dan konvoi bersama, tapi untuk mengaji
dan solt subuh bersama saya jarang habis suka kesiangan.
Tertanda Tangan
(Refliansyah)
Hasil wawancara dengan beberapa jamaah majlis Mahabbatur Rasul
Nama : Ahmad Maulana
Umur : 17 tahun
Alamat : Kuningan
Tempat : Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
31. T : Dari mana adik tahu keberadaan majlis Mahabbatur Rasul ini?
J : Dari kakak saya, dia awalnya juga dari temannya lalu kemudian dia mengajak
saya untuk menemani.
32. T : Sudah berapa lama adik mengikuti kegiatan majlis taklim ini?
J : Belum lama kak.
33. T : Apa alasan adik mengikuti majlis ini?
J : Karena awalnya saya diajak kakak tapi lama kelamaan saya tertarik juga, yang
membuat saya tertarik karena gurunya asyik.
34. T : Bagaimana tanggapan adik dengan adanya majlis taklim ini?
J : Baik, dalam majlis ini kita diajarkan bagaimana menghormati dan menyayangi
sesama.
35. T : Apa yang adik rasakan setelah mengikuti majlis ini?
J : Saya merasakan adanya perubahan di diri saya. Baik dari perkataan maupun
sikap saya.
36. T : Apakah adik merasa terpaksa berada di majlis ini?
J : Awalnya si iya, tapi sekarang tidak
37. T : Apakah adik selalu menghadiri majlis ini?
J : Tidak juga kak
38. T : Menurut adik, sudah baguskah kegiatan majlis taklim ini?
J : Bagus, majlis ini sangat cocok khususnyabagi remaja seperti saya.
39. T: Menurut adik, kegiatan dzikir yang dilakukan sulit untuk kamu ikuti dan
kerjakan?
J : Pada mulanya memang agak sulit, tapi lama kelamaan tidak lagi.
40. T: Kegiatan apa saja yang adik ikuti?
J : Saya aktif dalam taklimnya, untuk ziarah hanya sesekali saya ikut.
Tertanda Tangan
(A. Maulana)
Hasil wawancara dengan beberapa jamaah majlis Mahabbatur Rasul
Nama : Refliansyah
Umur : 17 tahun
Alamat : Menteng Atas
Tempat : Majlis Taklim Mahabbatur Rasul
41. T : Dari mana adik tahu keberadaan majlis Mahabbatur Rasul ini?
J : Dari teman, awalnya saya malas mengikuti majlis taklim, lalu temansaya
mengajak, dia bilang di majlis ii enak, gurunya asyik. Makanya saya coba.
42. T : Sudah berapa lama adik mengikuti kegiatan majlis taklim ini?
J : Belum lama.
43. T : Apa alasan adik mengikuti majlis ini?
J : Saya ingin tahu siapa yang mengajar dan apa yang diajarkan
44. T : Bagaimana tanggapan adik dengan adanya majlis taklim ini?
J : Bagus, gurunya enak, gaul mengerti apa yang kami mau. Pokoknya enggak
ngebosenin dah.
45. T : Apa yang adik rasakan setelah mengikuti majlis ini?
J : Saya merasakan adanya perubahan di diri saya. Yng tadinya istilah katanya
badung susah diatur, bertindak semaunya kini tidak lagi. Banyak yang bilang
saya ini berubah sejak ikut majlis.
46. T : Apakah adik merasa terpaksa berada di majlis ini?
J : Awalnya si iya, tapi sesudahnya tidak lagi.
47. T : Apakah adik selalu menghadiri majlis ini?
J : Engga juga, jika saya sempat saya hadir.
48. T : Menurut adik, sudah baguskah kegiatan majlis taklim ini?
J : Bagus, selain kita bisa banyak menimba ilmu, kita bisa kenal banyak
teman.majlis ini sangat cocok khususnyabagi remaja seperti saya.
49. T: Menurut adik, kegiatan dzikir yang dilakukan sulit untuk kamu ikuti dan
kerjakan?
J : Tidak, sebab saya tinggal mengikuti habib saja lagipula saya bisa baca
bukunya..
50. T: Kegiatan apa saja yang adik ikuti?
J : Semua mba, saya sering ikut majlis dan konvoi bersama, tapi untuk mengaji
dan solt subuh bersama saya jarang habis suka kesiangan.
Tertanda Tangan
(Refliansyah)