Upload
trinhthuy
View
248
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KAPSUL PATI-ALGINAT DARI EKSTRAKSI RUMPUT LAUT
COKLAT (Sargassum sp.) SEBAGAI MATERIAL DRUG DELIVERY SYSTEM
SKRIPSI
MAWADDATUL KARIMAH
PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
i
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KAPSUL PATI-ALGINAT DARI EKSTRAKSI RUMPUT LAUT
COKLAT (Sargassum sp.) SEBAGAI MATERIAL DRUG DELIVERY SYSTEM
SKRIPSI
MAWADDATUL KARIMAH
PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
ii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
iii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk digunakan sebagai
referensi kepustakaan dengan pengutipan seijin penulis serta harus menyebutkan
sumbernya. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
v
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pembuatan dan Karakterisasi Kapsul Pati-Alginat dari Ekstraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Material Drug Delivery System”. Naskah skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam menempuh pendidikan S1-Kimia di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
Dalam penulisan naskah skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Siti Wafiroh, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi selama penyusunan naskah skripsi ini.
2. Dr. Pratiwi Pudjiastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan saran dan nasehat selama penulis menempuh studi S1-Kimia di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
3. Bapak Dr. Purkan, M.Si. selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga atas saran, nasehat, dan motivasinya selama ini.
4. Ibu Dr. Nanik Siti Aminah, M.Si. selaku dosen wali yang selalu memberikan saran, nasehat, dan motivasi selama ini.
5. Ibu Dr. Alfinda Novi Kristanti dan Bapak Dr. Ir. Suyanto, M.Si. yang selalu memberikan saran, nasehat, dan motivasi selama ini.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga atas ilmu, bimbingan, dan saran yang telah diberikan.
7. Seluruh laboran dan karyawan di Laboratorium Kimia Fisik, Kimia Organik dan Kimia Analitik.
8. Kedua orang tua dan semua keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan moral kepada penulis selama ini.
9. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama menempuh pendidikan S1.
10. Teman-teman prodi S1 Kimia angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini
11. Teman-teman CSS MoRA Unair 2012 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini
12. Teman-teman MTQ Unair yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini
13. Teman-teman skripsi kapsul Aulala, Niyyah dan Ulil yang selalu memberikan semangat, saran dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini
Penulis menyadari masih banyak kelemahan pada naskah skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Selain itu, skripsi ini
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
vi
dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hal yang sama dan bermanfaat untuk masyarakat.
Surabaya, 13 Juli 2016 Penulis,
Mawaddatul Karimah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
vii
Karimah, M., 2016, Pembuatan dan Karakterisasi Kapsul Pati-Alginat dari Ekstraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Material Drug
Delivery System, skripsi ini di bawah bimbingan Siti Wafiroh, S.Si., M.Si. dan Dr. Pratiwi Pudjiastuti, M.Si., Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK
Penelitian tentang material drug delivery system mengalami perkembangan yang sangat cepat. Kapsul komersil dengan material gelatin merupakan kapsul yang banyak digunakan, namun kapsul gelatin ini mudah mengalami cracking. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan material drug delivery salah satunya kapsul dari pati dan alginat dengan crosslinker STPP (sodium tripolyphosphat). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan megkarakterisasi kapsul pati-alginat. Alginat yang digunakan adalah hasil dari ekstraksi rumput laut coklat jenis Sargassum sp. Metode yang digunakan adalah maserasi jalur asam alginat. Kedua bahan ini dikompositkan dengan 5 macam perbandingan yaitu (2:1), (3:2), (1:1), (1:2), (2:3). Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji tarik, uji swelling air, uji disolusi, uji FTIR dan uji SEM. Kapsul pati-alginat optimal memiliki nilai stress, strain, modulus Young dan swelling air berturut-turut sebesar 8.018,18 kN/m2; 0,1225; 65.823,12 kN/m2 dan 248,12%. Hasil uji disolusi kapsul yang mengandung ciprofloxacin pada pH 1,2; 4,5 and 6,8 selama 90; 2 dan 4 menit berturut-turut adalah 92%; 79% and 86%. Dengan demikian, kapsul dari komposit pati-alginat dapat digunakan sebagai drug delivery system. Kata kunci : pati, natrium alginat, STPP, material drug delivery system
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
viii
Karimah, M., 2016, Production and Characterization of Starch-Sodium Alginate Capsule from Extraction of Brown Algae (Sargassum sp.) as Material of Drug Delivery System, final project was under guidance of Siti Wafiroh, S.Si., M.Si. and Dr. Pratiwi Pudjiastuti, M.Si., Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
Research of material of drug delivery system has developed so fast. Commercial capsule with gelatin material is often consumed, but this capsule is easy to crack. Therefore, more drug release material development is needed. One of them is capsule from starch-sodium alginate using STPP (sodium tripolyphosphat) as crosslinker. The purposes of this research are to produce and characterise of starch-sodium alginate capsules. Alginate was extracted from brown algae (Sargassum sp.). The method was alginate acid pathway. Both of the materials were divided to 5 variation of compositions, (2:1), (3:2), (1:1), (1:2) and (2:3). The characterizations was performed by using tensile, water swelling, dissolution, FTIR and SEM tests. The optimum of starch-alginate capsules include stress, strain, modulus Young and swelling water values are 8,018.18 kN/m2; 0.1225; 65,823.12 kN/m2; 248.12%, respectively. The dissolution of capsules contain of ciprofloxacin at pH 1.2; 4.5 and 6.8 for 90; 2 and 4 minutes are 92%; 79% and 86%, respectively. Based on this research, capsule from starch-alginate composite can be used as drug delivery system. Keywords : starch, sodium alginate, STPP, material of drug delivery system
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
ix
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PENYATAAN ................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ....................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7 1.3 Tujuan ........................................................................................................... 7 1.4 Manfaat ......................................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8 2.1 Material Drug Delivery System ..................................................................... 8 2.2 Pati ................................................................................................................ 9 2.3 Alginat dari Estraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) ........................ 11 2.4 Crosslinker pada Drug Delivery System ....................................................... 14 2.5 Sodium Tripoliphosphat (STPP) ................................................................... 16 2.6 Metode Pencetakan Kapsul ........................................................................... 17 2.7 Prinsip Kerja Material Drug Delivery System ............................................... 18 2.8 Karakterisasi Material Drug Delivery System ............................................... 21
2.8.1 Fourier Transformed Infra Red (FTIR) .................................................. 21 2.8.2 Scanning Electron Membrane (SEM) ..................................................... 23 2.8.3 Penentuan berat molekul polimer............................................................ 24 2.8.4 Uji swelling air ........................................................................................ 25 2.8.5 Uji tarik ................................................................................................... 26 2.8.6 Uji desolusi ............................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 29 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 29 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 29
3.2.1 Bahan penelitian ...................................................................................... 29 3.2.2 Alat penelitian ......................................................................................... 29
3.3 Diagram Alir Penelitian ................................................................................ 31 3.4 Prosedur Penelitian........................................................................................ 32
3.4.1 Preparasi reagen ..................................................................................... 32
Halaman
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
xi
3.4.2 Ekstraksi natrium alginat dari Sargassum sp. ......................................... .33 3.4.3 Karakterisasi natrium alginat .................................................................. .34
3.4.3.1 Penentuan berat molekul ..................................................................... 34 3.4.3.2 Penentuan gugus fungsi dengan FTIR ................................................ 34
3.4.4 Pembuatan komposit pati-alginat .............................................................. 35 3.4.5 Pencetakan kapsul pati-alginat .................................................................. 35 3.4.6 Karakterisasi kapsul pati-alginat ............................................................... 36
3.4.6.1 Uji mekanik ......................................................................................... 36 3.4.6.2 Uji kinerja............................................................................................ 36 3.4.6.3 Uji SEM .............................................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 39 4.1 Hasil Ekstraksi Natrium Alginat dari Sargassum sp ..................................... 39 4.2 Hasil Karakterisasi Natrium Alginat ............................................................. 43
4.2.1 Hasil uji penentuan berat molekul ............................................................ 43 4.2.2 Hasil uji FTIR ........................................................................................... 45
4.3 Hasil Pembuatan Komposit Pati-Alginat ...................................................... 47 4.4 Hasil Pencetakan Kapsul Pati-Alginat .......................................................... 48 4.5 Hasil Karakterisasi Kapsul Pati-Alginat ....................................................... 50
4.5.1 Hasil uji tarik ............................................................................................. 50 4.5.2 Hasil uji swelling air.................................................................................. 53 4.5.3 Hasil uji FTIR kapsul pati-alginat optimum ............................................ 54 4.5.4 Hasil uji disolusi kapsul pati-alginat optimum.......................................... 57 4.5.5 Hasil uji SEM kapsul pati-alginat optimum .............................................. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 61 5.2 Saran .............................................................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62 LAMPIRAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman 2.1 Karakteristik amilosa dan amilopektin .................................................. 10 2.2 Karakteristik natrium alginat ................................................................ 13 2.3 Karakteristik sodium tripolyphosphate................................................. 16 2.4 Kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan ................................. 17 4.1 Data spektra FTIR natrium alginat ...................................................... 45 4.2 Karakteristik kapsul pada masing-masing variasi ................................ 49 4.3 Data spektra FTIR Na-alginat ekstraksi dan kapsul pati-Na alginat .... 54
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Struktur kimia pati ................................................................................. 10 2.2 Sargassum sp. ......................................................................................... 11 2.3 Struktur kimia alginat M ( β-D mannuron acid) dan G (α-L glucuronic
acid…………………………………………………………………....... 13 2.4 Struktur kimia natrium alginat ................................................................ 13 2.5 Struktur kimia sodium tripolyphosphate ................................................. 16 2.6 Skema release suatu obat ........................................................................ 21 2.7 Desain rangkaian alat disolusi ................................................................. 28 4.1 Persamaan reaksi kimia pada saat proses demineralisasi ........................ 40 4.2 Pemisahan antara filtrat dan padatan setelah maserasi ........................... 40 4.3 Persamaan reaksi kimia natrium alginat dengan HCl ............................. 41 4.4 Persamaan reaksi kimia konversi asam alginat menjadi natrium alginat 41 4.5 Persamaan reaksi kimia oksidasi lignin oleh NaOCl .............................. 42 4.6 Serbuk natrium alginat ............................................................................ 43 4.7 Grafik hubungan antara konsentrasi Na-alginat dan viskositas reduksi . 44 4.8 Hasil spektra natrium alginat .................................................................. 47 4.9 Kapsul pati-natrium alginat ..................................................................... 48 4.10 Autograph ................................................................................................ 50 4.11 Diagram antara variasi komposisi membran dengan nilai stress ............ 51 4.12 Diagram antara variasi komposisi membran dengan nilai strain ............ 52 4.13 Diagram antara variasi komposisi membran dengan nilai modulus young53 4.14 Diagram antara variasi kapsul dengan nilai swelling air ......................... 53 4.15 Hasil spektra FTIR kapsul pati-alginat dan Na-alginat ekstraksi............ 56 4.16 Hipotesis ikatan antara pati-STPP-alginat .............................................. 57 4.17 Grafik hasil uji disolusi pH 1,2 ............................................................... 58 4.18 Grafik hasil uji disolusi pH 4,5 ............................................................... 59 4.19 Grafik hasil uji disolusi pH 6,8 ............................................................... 59 4.20 Morfologi permukaan membran kapsul pati-alginat dan kapsul komersil
................................................................................................................ 60 4.21 Morfologi penampang lintang kapsul pati-alginat .................................. 60
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Lampiran
1. Pembuatan Larutan untuk Ekstraksi Natrium Alginat 2. Hasil Penentuan Viskositas dan Berat Molekul Natrium Alginat 3. Rendemen Hasil Ekstraski Natrium Alginat 4. Spektra FTIR Natrium Alginat Hasil Ekstraksi 5. Spektra FTIR Natrium Alginat Komersil 6. Spektra FTIR Natrium Alginat Campuran (Ekstraksi-Komersil) 7. Spektra FTIR Kapsul Pati-Natrium Alginat dengan crosslinker STPP 8. Hasil Pembuatan Komposit Pati – Alginat 9. Hasil Uji Tarik 10. Hasil Uji Swelling Air 11. Hasil Uji Disolusi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kapsul sebagai drug delivery system dalam dunia farmasi sudah banyak
digunakan sejak lama. Dalam pengembangannya, modifikasi swelling, cracking,
hingga mekanisme pelepasan obat sudah banyak dilakukan (Bertrand, 2012).
Beberapa macam metode drug delivery diantaranya secara oral, parenteral, lokal,
rektal, transdermal dan inhalasi (Shargel et al., 2007).
Pemberian obat secara oral yaitu pemberian obat secara langsung melalui
mulut, sedangkan parenteral yaitu pemberian obat melalui suntikan. Pemberian
obat secara lokal yaitu obat diteteskan atau dioleskan secara langsung seperti obat
tetes mata dan rektal yaitu pemberian obat melalui dubur. Transdermal yaitu
pemberian obat melalui permukaan kulit seperti plester dan inhalasi yaitu
pemberian obat dengan cara dihirup maupun disemprotkan melalui hidung atau
mulut (Anief, 1995). Diantara macam-macam metode drug delivery, metode drug
delivery secara oral merupakan metode yang paling diminati di masyarakat karena
cara pemberian obat yang mudah, aman dan praktis (Shargel et al., 2007). Bentuk-
bentuk obat yang dapat diberikan secara oral antara lain kapsul, tablet, sirup dan
puyer. Pemberian obat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan.
Kapsul berada pada urutan pertama dalam pengembangan obat karena
dinilai lebih sederhana untuk dalam produksinya dibandingkan dengan sediaan
oral lainnya. Kapsul memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sediaan
oral lainnya seperti kombinasi bahan bervariasi sesuai kebutuhan pasien, dosis
1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
2
lebih tepat, tidak berbau dan hambar sehingga mudah untuk ditelan, dan release
dalam waktu yang sesuai (Saputra, 2014).
Kapsul pertama kali dibuat oleh J. C Lehuby pada tahun 1846 yang
dikenal dengan kapsul gelatin (Augsburger, 2002). Berdasarkan sifatnya, kapsul
gelatin dibedakan menjadi dua macam, yaitu cangkang kapsul gelatin lunak dan
cangkang kapsul gelatin keras (Allen et al., 2011). Cangkang kapsul gelatin lunak
biasanya plastis dengan bentuk bervariasi dengan packing yang tertutup.
Umumnya isi kapsul ini berupa cairan, suspensi maupun pasta. Sedangkan
cangkang kapsul gelatin keras umumnya berisi serbuk dengan satu macam bentuk
yang umumnya lonjong yang terdiri dari dua bagian yaitu body dan cap
(Augsburger, 2002).
Pada umumnya, cangkang kapsul gelatin banyak digunakan di pasaran
karena material dalam pembuatannya murah dan mudah diproduksi. Namun,
material cangkang kapsul gelatin ini memiliki kelemahan yaitu kurang stabil
dalam lingkungan berair sehingga waktu swelling dan cracking cenderung sangat
cepat dan menyebabkan efek efikasi obat (Daberte, et al., 2011).
Modifikasi cangkang kapsul gelatin dapat berupa penambahan crosslinker
guna meningkatkan ketahanan mekanik suatu kapsul. Crosslinker merupakan
suatu metode dalam mengurangi kelarutan membran dalam air (Ma, J and Sahai,
Y., 2013). Selain itu, modifikasi kapsul berupa pembentukan dan penggunaan
polimer yang sesuai. Kapsul terus mengalami perkembangan yang cepat dengan
berbagai modifikasi dalam hal komposisi dan zat aditif yang ditambahkan. Bahan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
3
yang digunakan dalam drug delivery system harus biodegradable dan memiliki
biokompabilitas tinggi (Zhou, 2008).
Polimer telah banyak digunakan sebagai bahan pembuat material drug
delivery system (Vilar et al., 2012). Berdasarkan kemampuannya untuk
terdegradasi, drug delivery system dapat diklasifikasikan menjadi material polimer
nondegradable dan polimer biodegradable. Polimer biodegradable banyak dipilih
sebagai drug delivery system agar aman dikonsumsi (Paolino et al., 2006).
Polimer alam yang berpotensi menjadi material drug delivery system
adalah pati. Penelitian tentang drug delivery system menggunakan pati telah
dilakukan oleh Wang et al., (2010), Zhang et al., (2013), Lopez et al., (2013) dan
Hosseini et al.,(2014), Fakharian et al., (2015), Marto et al., (2015), Lozano-
Vazquez et al.,(2015) dan Mary and Sasikumar, (2015). Dalam penelitiannya,
Wang et al., (2010) menggunakan komposit polimer pati – alginat sebagai bahan
material local drug delivery system menggunakan bantuan crosslinker CaCl2.
Variasi rasio komposisi pati – alginat yang digunakan adalah (90:10), (70:30),
(50:50) and (30:70) dan penambahan CaCl2 : etanol sebesar 50 : 50. Uji kontrol
release obat meningkat seiring dengan meningkatnya komposisi pati di dalam
komposit pati – alginat. Hal ini menunjukkan potensi pati yang sangat besar
dalam drug delivery system.
Lopez et al., pada tahun 2013 menguji release antioksidan tumbuhan
yerba mate, sejenis tanaman yang tumbuh di Amerika Selatan yang dikemas
dalam kapsul yang dibuat dari pati - alginat. Karakterisasi yang dilakukan yaitu uji
porositas, swelling air dan uji SEM untuk alginat dan komposit dari pati – alginat.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
4
Pada hasil swelling, komposit pati-alginat memberikan hasil swelling yang stabil
daripada alginat saja dan porositas kapsul alginat menurun seiring dengan
meningkatnya pati yang ditambahkan. Namun dalam penelitian ini hasil release
kurang maksimal dan cenderung cepat karena kapsul yang dihasilkan terlalu tipis
dengan porositas yang cukup tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan tidak adanya
crosslinker yang ditambahkan sehingga tidak adanya penghubung antara pati dan
alginat yang menyebabkan ketahanan mekanik rendah.
Modifikasi materi drug delivery system terbaru dengan pati dan alginat
dilakukan oleh Mary and Sasikumar (2015). Dalam penelitiannya, drug delivery
diuji kinetika release dari antibiotik ciprofloxacin hydrochloride dengan cara in
vitro. Variasi komposisi yang digunakan yaitu (1:1), (1:2), (1:3) dan (1:4). Setelah
diamati selama 2 jam, hasil release tercepat yaitu pada komposisi pati – alginat
1:1 sebesar 65% dan release terlama yaitu pada perbandingan 1:4.
Selain pati, salah satu material pembuatan drug delivery system yang
sering digunakan adalah alginat. Alginat dikenal dengan biopolimer yang
serbaguna dan digunakan dalam berbagai aplikasi. Penggunaan konvensional
alginat sebagai drug delivery dalam produk obat umumnya tergantung pada
penebalan, pembentuk gel, dan sifat penstabilannya. Hidrokoloid seperti alginat
dapat memainkan peran penting dalam desain produk control-release (Tonnesen
and Karlsen, 2002). Dalam sebuah penelitian, alginat dapat diperoleh dari rumput
laut dari genus Sargassum (Purwanti, 2013). Alginat merupakan kandungan
utama dari dinding alginofit, yang tersusun atas asam guluronat dan manuronat,
dengan ikatan 1,4 𝛽-D-asam manuronat dan 𝛼-L-guluronat (Ertesvag et al., 2015).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
5
Dalam pembuatan material drug delivery system, selain pati dan alginat
juga ditambahkan crosslinker yang berguna dalam menjembatani terjadinya ikatan
antara dua gugus fungsi sehingga kinerja drug delivery system dapat meningkat
(Giri, 2012). Jika crosslinker ditambahkan, maka tingkat swelling air membran
dapat diperkecil dan kestabilannya meningkat. Crosslinker juga mempengaruhi
besarnya kerapatan rantai polimer karena banyaknya tarikan yang dapat terjadi,
sehingga mengurangi fleksbilitas dan menjadi kaku. Senyawa-senyawa
crosslinker antara lain glutaraldehid, sodium tripolyphosphate (STPP), N,N’-
metilen-bis-akrilamida (MBA), asam oksalat, formaldehid, ion sulfat, ion fosfat,
dan beberapa senyawa lainnya yang dapat berikatan dengan bahan utama
membran (Berger et al., 2004).
Berdasarkan sifatnya, crosslinker dapat dibedakan menjadi kovalen dan
ionik (Berger et al., 2004). Mekanisme yang paling tepat dalam menurunkan
kebebasan molekul adalah ikatan silang kimia yang mengikat silang bersama
rantai-rantai polimer melalui ikatan kovalen atau ikatan ion untuk membentuk
suatu jaringan (Katz, 2008). Crosslinker kovalen seperti glutaraldehid,
formaldehid dan asam oksalat. Sedangkan untuk crosslinker ionik contohnya
sodium tripolyphosphate (STPP) dan CaCl2.
Pada tahun 1998, Genta, menguji pengaruh glutaraldehid pada drug
delivery system dengan bahan dasar kitosan. Matriks drug delivery system diuji
secara in vitro dengan uji disolusi dengan larutan buffer fosfat pH 7.4 pada suhu
37℃. Hasil uji menunjukkan penambahan glutaraldehid bermanfaat dalam
mengatur terurainya kitosan, variasi 7%-10% dan 15-25% glutaraldehid
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
6
menujukkan hasil yang tidak jauh berbeda, disarankan untuk menggunakan
glutaraldehid dalam konsentrasi kecil guna meminimalisir efek toksik yang
disebabkan oleh crosslinker tersebut.
Pieróg (2009) menguji pengaruh crosslinker ionik pada swelling hydrogel
kitosan. Crosslinker yang diujikan adalah asam sulfat (H2SO4), trisodium sitrat
(Na3C6H5O7), tripolifosfat dan natrium alginat. Variasi pH yang digunakan adalah
1.2, pH 7.4 dan pH 8.5. Pada uji swelling, kitosan murni memiliki nilai swelling
yang tinggi dan ketahanan mekanik yang rendah sementara kitosan-tripolifosfat
memiliki nilai swelling yang rendah dan ketahanan mekanik yang tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa potensi tripolifosfat sebagai crosslinker sangat besar.
Pada penelitian ini diekstraksi natrium alginat dari rumput laut coklat
(Sargassum sp.) dan pembuatan drug delivery system berupa kapsul pati - alginat
menggunakan crosslinker sodium tripolyphosphate (STPP). Pati berfungsi sebagai
emulgator untuk menstabilkan alginat yang membentuk gelasi. Dalam penelitian
ini dilakukan lima variasi perbandingan komposit pati dan natrium alginat, yaitu
(2 : 1), (3 : 2), (1 : 1), (2 : 3) dan (1:2). Kapsul pati-alginat dikarakterisasi dengan
uji mekanik berupa uji tarik dan uji swelling air. Kapsul optimal yang dihasilkan
diuji kinerjanya dengan uji disolusi pada variasi pH 1,2; 4,5 dan 6,8. Setelah
diperoleh kapsul pati-alginat optimal diuji morfologi menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM) dan uji spektroskopi menggunakan Fourier
Transformed Infra Red (FTIR).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Dapatkah dibuat kapsul dari pati - alginat sebagai drug delivery system?
2. Bagaimana pengaruh variasi komposisi pati – alginat terhadap sifat
mekanik drug delivery system?
3. Bagaimana kinerja material kapsul pati – alginat dibandingkan dengan
kapsul dari bahan-bahan komersil?
1.3 Tujuan
1. Membuat kapsul dari pati-alginat sebagai drug delivery system
2. Mengetahui pengaruh variasi komposisi pati – alginat terhadap sifat
mekanik drug delivery system
3. Mengetahui kinerja material kapsul pati – alginat dibandingkan dengan
kapsul dari bahan-bahan komersil
1.4 Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya di bidang kimia. Penelitian ini diharapkan menjadi salah
satu informasi ilmiah dalam pengembangan material drug delivery system.
Pembuatan kapsul dari pati-alginat diharapkan dapat menggantikan material
kapsul yang bersifat komersil yang tengah berkembang di masyarakat. Selain itu
juga dapat mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri dengan cara
memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Drug Delivery System
Penelitian tentang drug delivery system menggunakan bahan baku polimer
alam sudah banyak dilakukan (Vilar et al., 2012). Polimer alam yang sering
digunakan dalam pembuatan drug delivery system adalah kitosan yang diperoleh
dari deasetilasi kitin. Salah satunya telah dilakukan oleh Tahtat, et al., (2013)
dengan membuat material drug delivery system dari alginat - kitosan dengan
bantuan crosslinker glutaraldehid untuk oral delivery insulin.
Selain kitosan, polimer alam lain yang berpotensi menjadi material drug
delivery system adalah pati. Penelitian tentang drug delivery system menggunakan
pati telah dilakukan oleh Wang et al., (2010), Zhang et al., (2013), Lopez et al.,
(2013) dan Hosseini et al., (2014), Fakharian et al., (2015), Marto et al., (2015)
dan Lozano-Vazquez et al., (2015).
Menurut penelitian Wang et al., (2010) drug delivery system dibuat
dengan cara mengkompositkan dua polimer alam yaitu pati dan alginat yang
diperoleh dari ektraksi rumput laut coklat (Sargassum sp.). Hidrokoloid seperti
alginat dapat memainkan peran penting dalam desain produk control-release. Hal
ini menunjukkan alginat dari hasil ekstraksi rumput laut coklat (Sargassum sp.)
sangat berpotensi menjadi material drug delivery system.
Modifikasi materi drug delivery system dengan pati terbaru dilakukan oleh
Farakhian et al., (2015) dengan komposit lain berupa karaginan. Variasi karaginan
yang ditambahkan 0.25, 0.5, 0.75 dan 1%. Karakterisasi yang dilakukan adalah uji
8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
9
viskositas dan viskoplastisitas. Kemampuan release kapsul pati – karaginan
sebanding dengan kapsul gelatin yang beredar di pasaran. Hal ini membuktikan
bahwa potensi pati sangat besar dalam drug delivery system.
2.2 Pati
Pati adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan karbohidrat dengan berat
molekul tinggi yang terdapat pada tanaman dan mampu mensuplay 70 hingga
80% kalori yang dibutuhkan manusia dari bahan pangan yang dikonsumsi.
Namun, selain sebagai sumber kalori utama, pati juga mempunyai sejumlah
kegunaan pada makanan, seperti : sebagai bahan pelekat, pengikat, pembentuk
lapisan, penstabil, pembentuk tekstur, pengental, dll (Mason, 2009). Kandungan
amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4) unit glukosa.
Derajat polimerisasi amilosa berkisar antara 500 − 6.000 unit glukosa, bergantung
pada sumbernya. Amilopektin merupakan polimer α-(1,4) unit glukosa dengan
rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Dalam suatu molekul pati, ikatan α-(1,6) unit
glukosa ini jumlahnya sangat sedikit, berkisar antara 4 − 5%. Namun, jumlah
molekul dengan rantai yang bercabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan
derajat polimerisasi 105 − 3x106 unit glukosa (Jacobs dan Delcour, 1998).
Amilosa merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati letaknya tidak
pada satu tempat, tetapi bergantung pada jenis pati. Umumnya amilosa terletak di
antara molekul-molekul amilopektin dan secara acak berada selang-seling di
antara daerah amorf dan kristal (Oates, 1997).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
10
Ketika dipanaskan dalam air, amilopektin akan membentuk lapisan yang
transparan, yaitu larutan dengan viskositas tinggi dan berbentuk lapisan-lapisan
seperti untaian tali. Pada amilopektin cenderung tidak terjadi retrogradasi dan
tidak membentuk gel, kecuali pada konsentrasi tinggi (Belitz dan Grosch, 2009).
Gambar 2.1 Struktur kimia pati dengan A (α-(1,6) unit glukosa dan B (α- (1,4) unit glukosa (Thomas, 1998)
Tabel 2.1 Karakteristik amilosa dan amilopektin (Thomas, 1998) Karakteristik Amilosa Amilopektin
Bentuk lurus bercabang Ikatan α-(1,4) kadang α-(1,6) α-(1,4) dan α-(1,6) Berat molekul <0,5 juta 50-500 juta Formasi gel rapat tidak membentuk gel - lembut Reaksi dengan I2 biru coklat kemerahan
Pati dikenal sebagai polimer biodegradable dengan biocompability yang
sempurna dan tidak toksik (Herman et al., 1989). Wang et al., (2010) juga
mengkompositkan pati - alginat dalam sintesis material drug delivery system dan
hasil penelitiannya menunjukkan uji control release meningkat seiring dengan
meningkatnya komposisi pati dalam komposit pati – alginat. Mengkompositkan
A
B
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
11
alginat - pati sebagai pengembangan teknologi internal gelasi merupakan
kombinasi yang cocok karena dapat meningkatkan efisiensi daripada
menggunakan alginat sendiri (Martin et al., 2013). Hal ini mengindikasikan
bahwa pati yang berpotensi besar dalam pengembangan drug delivery system.
2.3 Alginat dari Ekstraksi Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.)
Rumput laut coklat adalah salah satu jenis ganggang yang diklasifikasikan
berdasarkan pigmen yang dihasilkan. Pigmen yang menyebabkan warna coklat
pada rumput laut jenis ini adalah xantofil. Beberapa kandungan yang terdapat
pada rumput laut coklat adalah alginat, yodium, vitamin E dan polifenol (Aslan,
1991). Beberapa spesies rumput laut coklat yaitu Colpmenia sinuosa, Lobophora
variegate, Chnoospora implexa, Padina gymnospora, Sargassum tenerrium, dan
Dictyota dichotoma (Viswanathan and Nallamuthu, 2014).
Gambar 2.2 Sargassum sp.
Rumput laut coklat merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang
ada di Indonesia. Salah satu jenis dari rumput laut coklat yang banyak
penyebarannya adalah Sargassum sp. yang banyak tumbuh antara bulan Agustus-
Oktober (Rasyid, 2009). Selain itu, keunggulan dari tumbuhan laut ini adalah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
12
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki
masa tanam yang relatif pendek.
Malviya dan Srivastava (2011) telah meneliti tentang drug delivery system
dari bahan polimer alam alginat yang diektraksi dari rumput laut coklat
(Sargassum sp.) yang dikombinasikan dengan kitosan. Dilakukan crosslink antara
alginat dan kitosan secara ionik dengan perbandingan komposisi 1 : 1
menghasilkan material kompleks kitosan dan alginat. Polimer yang dihasilkan
tidak rapuh, memiliki kekerasan yang baik, dan waktu desintegrasinya rendah
sehingga dapat digunakan sebagai bahan drug delivery yang cepat terdesintegrasi.
Hal ini menunjukkan alginat dari hasil ekstraksi rumput laut coklat (Sargassum
sp.) sangat berpotensi menjadi material drug delivery system.
Berdasarkan penelitian Viswanathan pada tahun 2012, kandungan terbesar
pada Sargassum sp. adalah alginat. Senyawa ini merupakan polimer murni dari
asam uronat, tersusun dalam bentuk rantai linier panjang (Swift et al., 2014).
Alginat telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan pengental
(Bangun, 2001), Alga Sargassum sp. atau alga coklat merupakan salah satu genus
Sargassum yang termasuk dalam kelas Phaeophyceae.
Kandungan terbesar dalam rumput laut coklat seperti Sargassum sp.
adalah alginat yang sebagian besar terdiri dari unit β-D-mannuronacid (asam
manuronat) dan α-L-guluronic acid (asam guluronat) (Viswanathan et al., 2014).
Alginat merupakan bentuk garam dari asam alginat. Garam alginat dapat berupa
asam alginat, natrium alginat, kalsium alginat, kalium alginat, dan ammonium
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
13
alginat (Jayanudin dkk, 2014). Namun yang larut dalam air hanya natrium alginat,
kalium alginat dan ammonium alginat (Biopolymer F.M.C, 2003).
Gambar 2.3 Struktur kimia alginat dengan M (β-D-mannuronacid) dan G (α-
L-guluronic acid)
Gambar 2.4 Struktur kimia natrium alginat
Tabel 2.2 Karakteristik natrium alginat (Sumber : IRO Alginat Industry, 2010)
Parameter Deskripsi Bentuk, warna dan bau Serbuk atau serat, berwarna
putih atau kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan dalam air 0,3% Kadar air 16,86% Densitas 874 kg/m3 Panas pembakaran 2,5 kal/g Titik leleh >300℃ pH 6-8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
14
Pada pH rendah, asam alginat mengarah pada pembentukan viskositas
tinggi gel asam. Alginat juga mudah membentuk gel dengan adanya kation
divalen sebagai ion kalsium (Tonnesen and Karlsen, 2002).
2.4 Crosslinker pada Drug Delivery System
Cross link merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengurangi
kelarutan membran dalam air (Ma, J and Sahai, Y., 2013). Penambahan
crosslinker berfungsi untuk menjembatani terjadinya ikatan antara dua gugus
fungsi sehingga crosslinker dapat meningkatkan kinerja drug delivery system
(Giri, 2012). Ikatan yang terjadi dapat berupa ikatan kovalen maupun ionik. Jika
crosslinker ditambahkan maka tingkat swelling air membran dapat diperkecil dan
kestabilannya meningkat. Senyawa-senyawa crosslinker antara lain glutaraldehid,
sodium tripoliphosphate (STPP), N,N’-metilen-bis-akrilamida (MBA), asam
oksalat, formaldehid, ion sulfat, ion fosfat, dan beberapa senyawa lainnya yang
dapat berikatan dengan bahan utama membran (Berger et al., 2004).
Berdasarkan sifatnya, crosslinker dapat secara kovalen dan ionik (Gunter,
1985). Mekanisme yang paling tepat dalam menurunkan kebebasan molekul
adalah ikatan silang kimia yang mengikat silang bersama rantai-rantai polimer
melalui ikatan kovalen atau ikatan ion untuk membentuk suatu jaringan (Katz,
2008). Glutaraldehid termasuk dalam crosslinker kovalen, contoh lainnya seperti
formaldehid dan asam oksalat. Sedangkan untuk crosslinker ionik contohnya
sodium tripolyphosphate (STPP).
Sifat-sifat fisik material drug delivery system seperti kestabilan kristal,
sensitivitas termal, rasio swelling, dan kekuatan mekanis dapat ditingkatkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
15
melalui modifikasi cross link secara kovalen (Giri, 2012). Beberapa crosslinker
yang berikatan secara kovalen adalah glutaraldehid, genipin, dan N,N’-metilen-
bis-akrilamida (MBA).
Pada tahun 1998, Genta, menguji pengaruh glutaraldehid pada drug
delivery system dengan bahan dasar kitosan. Matriks drug delivery system diuji
secara in vitro dengan uji disolusi dengan larutan buffer fosfat pH 7.4 pada suhu
37℃. Hasil uji menunjukkan penambahan glutaraldehid bermanfaat dalam
mengatur terurainya kitosan, variasi 7%-10% dan 15-25% glutaraldehid
menujukkan hasil yang tidak jauh berbeda, disarankan untuk menggunakan
glutaraldehid dalam konsentrasi kecil guna meminimalisir efek toksik yang
disebabkan oleh crosslinker.
Pieróg (2009) membandingkan hasil swelling kitosan murni dan kitosan
yang dimodifikasi dengan crosslinker tripolifosfat. Kitosan modifikasi memiliki
ketahanan mekanik lebih kuat dengan waktu swelling yang rendah sedangkan
kitosan memiliki ketahanan mekanik yang rendah dengan waktu swelling yang
tinggi.
Cross link secara ionik juga banyak dilakukan pada material drug delivery
system. Karakteristik kelarutan, rasio swelling, dan proses pelepasan obat pada
material drug delivery system seringkali disebabkan oleh proses ionisasi dan
protonasi gugus fungsi pada polimer yang digunakan. Untuk mengurang ionisasi
dan protonasi tersebut, selain dengan penambahan material polimer lain, juga
dapat ditingkatkan dengan crosslinker ionik seperti sodium tripolyphosphate
(STPP).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
16
2.5 Sodium tripolyphosphate (STPP)
Sodium tripolyphosphate merupakan senyawa anorganik dengan rumus
molekul Na5P3O10 dan merupakan bentuk garam dari polyphosphat penta-anion
yang berikatan dengan triphosporic acid. Garam STPP berwarna putih dan
terdapat dalam dua bentuk yaitu anhidrat dan hexahidrat.
Struktur sodium tripolyphosphate (STPP) ditunjukkan pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Struktur kimia sodium tripolyphosphate
Tabel 2.3 Karakteristik sodium tripolyphosphate
Karakteristik Keterangan Berat molekul 367,87 g/mol Densitas 2,52 g/cm3 Kelarutan dalam air 14,5 g/100 mL (25°C) Bentuk Serbuk berwarna putih
Sodium tripolyphosphate dapat dibuat dengan cara mencampurkan
Na2HPO4 dan NaH2PO4 dengan kondisi yang terkontrol (Greenwood, 1997).
Berikut reaksi yang terjadi :
2 Na2HPO4 + NaH2PO4 → Na5P3O10 + 2 H2O
Garam ini memiliki nilai toksisitas yang rendah dari hasil uji LD50 secara oral
sebesar > 1.000 mg/Kg berat badan (Boyd et al., 2001). LD50 (lethal dose)
menggambarkan konsentrasi bahan bahan kimia yang dapat menyebabkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
17
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD50 digunakan untuk
mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi.
Tabel 2.4 Kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan (per-berat badan manusia ~70 Kg) (Gosselin et al., 1984)
Kriteria Dosis
Praktis tidak toksik >15g/Kg
Sedikit toksik 5-15 g/Kg
Toksik sedang 0,5-5 g/Kg
Sangat toksik 50-500 mg/Kg
Amat sangat toksik 5-50 mg/Kg
Super toksik <5 mg/Kg
2.6 Metode Pencetakan Kapsul
Penemuan kapsul pertama kali yaitu oleh F.A.B Mothes, 1834. Pada
awalnya kapsul memiliki bentuk lonjong dan hanya terdiri atas 1 bagian.
Selanjutnya pada tahun 1846 dikembangkan kapsul yang terdiri atas 2 bagian
cangkang oleh seorang farmasis dari Paris yang bernama J.C. Lehubby. Bentuk
kapsul yang terdiri atas 2 cangkang ini masih digunakan hingga sekarang (Banker
and Rhodes, 2002).
Proses penentuan komposit pati-alginat dilakukan dengan membuat variasi
pati-alginat yang ditambahkan sebagai bahan utama pembuatan cangkang kapsul.
Campuran bubuk didalam gelas beker ditambah dengan akuades dalam
perbandingan 1:15 (b/v) secara bertahap sehingga terbentuk larutan koloidal.
Campuran diaduk selama lima menit dalam suhu ruang. Larutan campuran
dipanaskan didalam water bath selama kurang lebih 60-90 menit pada rentang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
18
suhu 70-80 oC dan tertutupi dengan aluminium foil. Setelah rasio b/b pati dan
alginat telah didapatkan, selanjutnya ditentukan komposisi crosslinker yang akan
ditambahkan. Untuk cangkang kapsul yang disertai crosslinker sodium
tripolyphosphate (STPP), larutan STPP 2% ditambahkan pada komposisi
campuran pati-alginat optimal yang sudah didapatkan dalam perbandingan
tertentu. Penambahan dilakukan sebelum pemanasan larutan.
Proses pemanasan diakhiri ketika larutan campuran telah homogen.
Campuran dituangkan pada dipping bath yang sudah dipanaskan pada rentang
suhu 65-75 oC. Pencetakan dilakukan dengan pencelupan dipping pen yang sudah
terlebih dahulu dilumasi oleh pelumas makanan. Material yang menempel pada
dipping pen dikeringkan pada suhu ruang (Kristanto, 2014).
2.7 Prinsip Kerja Material Drug Delivery System
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja material drug delivery
system, di antaranya morfologi permukaan kapsul, ukuran kapsul, ada tidaknya
suatu plasticizer atau crosslinker, dan kesesuaian sifat fisikokimia obat dengan
karakteristik dari polimer seperti hidrofobik atau hidrofilik, kemampuan dalam
membentuk gel, dan juga kapasitas swelling air (Bansal, 2011).
Pada morfologi permukaan kapsul, semakin halus permukaan yang
diperoleh, maka semakin mudah ditelan dan kinerja release obat meningkat.
Besar-kecil ukuran kapsul mempengaruhi volume obat di dalamnya, semakin
kecil ukuran kapsul maka semakin sedikit volume obat yang bisa dimasukkan
sehingga waktu sempurna release obat cenderung cepat. Penambahan plasticizer
berfungsi dalam menambah fleksibilitas suatu kapsul, semakin banyak plasticizer
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
19
yang ditambahkan maka tingkat kelunakan kapsul semakin tinggi, sedangkan
penambahan crosslinker sebaliknya, semakin banyak crosslinker yang
ditambahkan, maka ketahanan mekanik suatu kapsul yang diperoleh semakin
tinggi. Sifat hidrofobik dan hidrofilik suatu polimer mempengaruhi dalam kinerja
drug delivery, kapsul yang terbuat dari polimer hidrofilik cenderung release lebih
cepat karena kesesuaiannya dengan kondisi tubuh yang lebih dari 60% tersusun
oleh air (Guyton and Hall, 2006). Kemampuan polimer dalam membentuk gel
juga mempengaruhi kinerja suatu drug delivery, polimer yang mampu membentuk
gel akan menghasilkan kapsul yang cenderung lunak dan tidak terlalu keras
karena berasal dari sifat gel itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi drug
delivery suatu kapsul adalah kapasitas swelling air, polimer hidrofilik yang
mempunyai ketahanan mekanik rendah akan mengalami swelling air yang cepat,
begitupun sebaliknya.
Larutan buffer yang digunakan dalam disolusi disesuaikan dengan pH
bagian tubuh yang akan dituju, seperti pada lambung maka larutan buffer yang
digunakan adalah larutan dengan pH 1,2. Pada usus 12 jari digunakan larutan
buffer dengan pH 4,5 (Ovesen et al., 1986) dan pH 6,8 untuk usus halus
(Fallingborg, 1999).
Drug delivery merujuk pada sebuah proses dimana solut (zat terlarut)
sebuah obat bermigrasi dari posisi awal sistem polimer menuju bagian luar
permukaan obat dan kemudian bermigrasi menuju media release (Fu et al., 2010).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
20
Sementara itu, proses drug delivery secara umum dapat dibagi menjadi 3
mekanisme yaitu erosi, difusi, dan release melalui permukaan material (Bansal et
al., 2011).
Pada mekanisme difusi, obat berdifusi keluar melalui sistem matriks. Inti
obat dienkapsulasi dalam membran dalam hal ini berupa kapsul, sehingga difusi
obat dapat dikendalikan kecepatan pelepasannya. Mekanisme pelepasan obat yang
terjadi berawal dari terlarutnya obat di dalam membran dan diikuti oleh difusi dan
terlepasnya obat dari permukaan pada sisi lain dari membran (Shargel et al.,
2007).
Pada proses erosi, polimer pada matriks akan mengalami erosi atau
pengikisan karena terbentuk ikatan labil akibat reaksi yang terjadi secara hidrolisis
maupun enzimatis. Seiring dengan terkikisnya polimer, maka obat akan
dilepaskan ke dalam medium di sekitarnya (Shargel et al., 2007).
Selanjutnya pada proses release, kecepatan disolusi polimer menentukan
kecepatan pelepasan (release) obat. Sistem ini dapat digunakan untuk menahan
pelepasan obat melalui cara yang berbeda-beda. Salah satunya dengan
menempatkan partikel-partikel obat ke dalam kapsul yang masing-masing
memiliki ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan obat akan terjadi secara
bertahap. Partikel obat yang memiliki lapisan kapsul yang paling tipis akan
memberikan pelepasan yang segera, sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat
yang dibutuhkan pada tahap awal pemberian dosis, sedangkan lapisan kapsul yang
lebih tebal akan memenuhi kadar obat yang dibutuhkan untuk menjaga agar
konsentrasi obat tetap konstan di dalam tubuh. Pada saat melewati permukaan,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
21
obat yang telah diserap tubuh akan diuraikan dengan sangat cepat dan
menyebabkan terjadinya pemecahan. Dari tahap ini maka obat yang tersimpan di
dalam material akan terserap oleh tubuh melalui lambung dan usus halus (Cairns,
2004).
Gambar 2.6 Skema release suatu obat (Fu, et al., 2010)
2.8 Karakterisasi Material Drug Delivery System
Karakterisasi material drug delivery system dapat dilakukan menggunakan
spektrofotometer Fourier Transformed Infra Red (FTIR), uji morfologi dengan
Scanning Electron Microscopy (SEM), penentuan berat molekul, uji swelling air,
uji tarik, dan uji disolusi.
2.8.1 Fourier Trasform Infra Red (FTIR)
Tujuan utama pengujian dengan spektrofotometer FTIR adalah untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada suatu senyawa.
Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan
spektrum inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar
inframerah direkam, kemudian diteruskan ke interferometer. Secara umum,
spektrofotometer FTIR sama seperti spektrofotometer IR, yang membedakan
Membran polimer
Zat terlarut
Waktu
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
22
antara keduanya adalah sistem optik yang dikembangkan pada berkas sinar
inframerah. Pada spektrofotometer FTIR, sistem optik yang digunakan adalah
laser dan neon sedangkan pada spektofotometer IR adalah cermin diam dan nernst
glower. Atom-atom dalam suatu molekul selalu bervibrasi. Bila radiasi sinar
inframerah sesuai dengan frekuensi vibrasi dari atom-atom tersebut, maka akan
terjadi serapan pada molekul dan terjadi transisi antara tingkat energi vibrasi dasar
dengan tingkat energi vibrasi dalam keadaan tereksitasi. Tidak semua ikatan
dalam molekul dapat menyerap energi inframerah meskipun memiliki frekuensi
radiasi sesuai dengan gerakan ikatan. Ikatan-ikatan yang memiliki momen dipol
dapat menyerap radiasi dari sinar inframerah ini (Sastrohamidjojo, 2001).
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini
kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak.
Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah
sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan
menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju
mundur akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan berfluktuasi.
Sinar akan saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak yang sama
terhadap detektor, dan akan saling melemahkan jika kedua cermin memiliki jarak
yang berbeda. Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan
sinyal pada detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini akan diubah
menjadi spektra IR dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
23
sehingga diperoleh spektrum IR yang menggambarkan besar % transmitan (%T)
dan bilangan gelombangnya (cm-1) (Stuart, 2004).
Natrium alginat memberikan pita berupa O-H stretching pada daerah
3.242 cm-1 (Lawrie et al., 2007). Tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Sankalia et al., (2005) bahwa stretch O-H natrium alginat
muncul pada daerah 3.263,33 cm-1, karbonil 1.600,81 cm-1 dan karboksilat pada
1.000-1.400 cm-1. Sedangkan pada penelitian terbaru oleh Nagpal et al., 2013,
natrium alginat memberikan O-H stretching pada daerah 3.430,30 cm-1, karbonil
pada 1.616,03 cm-1 dan karboksilat pada 1416,39 cm-1.
Pada alginat, terdapat dua macam kandungan yaitu asam manuronat dan
asam guluronat sehingga memberikan proporsi dan pita yang berbeda (Pereira et
al., 2013). Berdasarkan hasil penelitian Sakugawa et al., (2014) rasio konsentrasi
karakteristik tertentu M/G dari sampel alginat dapat disimpulkan dari intensitas
relatif rasio dari dua band yaitu sebesar 1030/1080 cm-1 pada kalsium alginat dan
1.019/1.025 cm-1 pada mangan alginat. Absorbansi pada 1.030 cm-1 langsung
mencerminkan perubahan konsentrasi manuronat alginat dan 1.025 cm-1
dikaitkan dengan OH lentur dari guluronat. Rasio alginat M/G tentatif
diperkirakan sekitar 1030/1080 cm-1 pada spektrum inframerah.
2.8.2 Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM digunakan untuk mengetahui struktur morfologi, topografi,
komposisi dan informasi kristalografi material. Dengan SEM, dapat diketahui
struktur permukaan dan penampang lintang suatu polimer dengan batas resolusi
mikroskopelektron 0,01µm (10 nm) (Mulder, 1996).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
24
Suatu berkas elektron dengan energi kinetik sebesar 1-25 kV dan diameter
5 – 10 nm, diarahkan melewati suatu permukaan sampel yang dilapisi dengan
film konduktor sehingga terjadi interaksi dengan berkas elektron dan
menghasilkan sinyal (Mulder, 1996). Berkas elektron ini disebut elektron primer
yang mempunyai energi tinggi sedangkan yang dipantulkan disebut elektron
sekunder yang mempunyai energi rendah. Interaksi berkas elektron ini dengan
sampel ini akan menghasilkan pola difraksi elektron (Nursanto dkk, 2011).
Sinyal yang dihasilkan dari penembakan elektron ditangkap oleh detektor
lalu diteruskan ke monitor. Dari monitor diperoleh gambar yang khas yang
menggambarkan permukaan atau penampang lintang dari sampel (Sutiani, 2009).
2.8.3 Penentuan Berat Molekul Polimer
Polimer merupakan unit monomer yang tersusun berulang-ulang
(Patterson, 2012). Pada prinsipnya, polimer tersusun atas banyak polimer tak
terbatas yang dihubungkan oleh ikatan kovalen kimia . Namun biasanya setiap
monomer dibuat lebih dari 5 dan kurang dari 500 atom (Arndt, 2013).
Penentuan berat molekul rata-rata suatu polimer dapat ditentukan dengan
viskometer Ostwald. Penentuan ini diawali dengan membuat variasi konsentrasi
polimer dalam pelarut tertentu dan diukur waktu alirnya. Dari proses ini dapat
dihitung viskositas spesifik dan viskositas reduksi dengan persamaan berikut :
ηsp = (t1−t0)
t0 .………………………………………………………...….. (1)
ηred = ηsp
C …………………………………………………………...…....(2)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
25
Setelah itu dibuat grafik hubungan antara viskositas reduksi dan
konsentrasi. Intercept yang diperoleh selanjutnya dimasukan dalam persamaan
Mark Houwink-Sakurada yang ditunjukan oleh Persamaan 4.
ηred = [η] + k [η]2C…………………………………...…………………..….. (3)
η = K [Mv]a …………….…………………………...………………………. (4)
Keterangan :
ηsp = viskositas spesifik
ηred = viskositas reduksi
t0 = waktu alir pelarut (s)
t1 = waktu alir akhir (s)
Mv = berat molekul polimer (g/mol)
k = konstanta pelarut
a = tetapan spesifik polimer
(Brandrup dan Immergut, 1989)
2.8.4 Uji Swelling air
Swelling merupakan peningkatan volume suatu material pada saat kontak
dengan cairan, gas, atau uap. Pengujian ini dilakukan antara lain untuk
memprediksi ukuran zat yang bisa terdifusi melalui material-material tertentu.
Ketika suatu biopolimer kontak dengan cairan misalnya air maka akan terjadinya
pembengkakan yang disebabkan adanya termodinamika yang bersesuaian antara
rantai polimer dan air serta adanya gaya tarik yang disebabkan efek ikatan silang
yang terjadi pada rantai polimer. Polimer yang mengalami swelling ketika berada
di dalam pelarut air disebut hydrogel. Keseimbangan swelling dicapai ketika
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
26
kedua kekuatan ini sama besar. Berikut adalah persamaan untuk menghitung %
swelling air :
% 𝑠𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 = (Wbasah−W kering)
W kering 𝑥 100% ................................................... (5)
Dengan W adalah massa basah dan massa kering membran (gram) (Kaban et al.,
2006).
2.8.5 Uji Tarik
Dalam penentuan tingkat ketahanan material terhadap gaya luar,
diperlukan uji mekanik berupa uji tarik. Adalah salah satu uji stress (tegangan)-
strain (regangan) mekanik yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan bahan
terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, bahan uji ditarik sampai putus (Sukandi
dan Santoso, 2014).
Uji tarik dapat dilakukan dengan menggunakan Autograph. Membran
yang akan diuji dipotong dengan ukuran ± 6 x 1 cm dan dikaitkan pada alat
Autograph. Ujung-ujung membran dikaitkan dengan alat uji dan penarik dipasang
pada satuan beban kgF (kilogram-Force). Membran ditarik dengan kecepatan 1
cm/menit hingga putus. Besar beban penarik dan perubahan panjang membran
pada saat putus dicatat. Berikut adalah persamaan untuk menghitung stress, strain
dan Modulus Young :
Stress (σ) = 𝐹
𝐴............................................................................ (6)
Strain (ε) = ∆𝑙
𝑙........................................................................... (7)
Modulus Young = σ
𝜀............................................................................ (8)
keterangan :
F = gaya (kN)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
27
l = panjang awal (cm)
A = luas permukaan (cm2)
Δl = hasil selisih dari panjang awal dengan panjang akhir sebelum membran
terputus (Sukandi dan Santoso, 2014).
2.8.6 Uji Disolusi
Disolusi merupakan suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk
padat ke dalam suatu media berupa larutan. Uji disolusi bertujuan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di
dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada pemberian yang
dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberiannya (Syamsuni,
2007).
Disolusi yang dilakukan untuk evaluasi bentuk kapsul ini berbeda dengan
sediaan konvensional, baik dari segi alat maupun lamanya proses disolusi. Salah
satu metode disolusi yang sangat baik, seperti yang dipublikasikan oleh Gohel et
al., 2004. Dalam uji disolusi ini, digunakan gelas beker yang dimodifikasi dengan
menambahkan suatu saluran tempat sampling yang menempel pada dasar
bekerglass. Medium yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dilambung baik
pH, jumlah cairan maupun kecepatan motilitas lambung (Gohel et al., 2004;
Saifullah et al., 2007).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
28
Gambar 2.7 Desain rangkaian alat disolusi (Gohel et al., 2004)
Sampel yang akan dianalisis
Magnetic stirrer (75 rpm)
25 ml larutan pH Kapsul
Gelas beaker kapasitas 100 ml
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2016.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik, Departemen Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Uji spektroskopi
menggunakan FTIR dilaksanakan di Laboratorium Instrumen FMIPA Institut
Teknologi Sepuluh November, uji tarik menggunakan Autograph dilaksanakan di
Laboratorium Dasar Bersama (LDB) Farmasi Unair, uji morfologi menggunakan
SEM dilaksanakan di Laboratorium Energi Institut Teknologi Sepuluh November
dan Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya Malang dan uji disolusi
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Surabaya.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung pati,
rumput laut coklat (Sargassum sp.), akuades, asam klorida (HCl; 1% dan 10%),
natrium hipoklorit (NaOCl; 4%), natrium karbonat (Na2CO3; 2%), isopropil
alkohol, kalium hidroksida (KOH; 0,1%), sodium tripolyphosphate (STPP) 2%,
dan ciprofloxacin.
3.2.2 Alat – alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, hotplate,
pengaduk magnetik, timbangan analitik, mortar, ayakan, loyang, indikator
universal, viskometer Ostwald, alat cetak kapsul, dan seperangkat alat gelas di
29
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
30
Laboratorium Kimia Fisik. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji disolusi, SEM JEOL JSM-8360LA, FTIR Shymidzu tipe 8400 s, dan
spektrofotometer UV-VIS.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
31
3.3 Diagram Alir Penelitian
Ekstraksi natrium alginat dari rumput laut coklat (Sargassum sp.)
Diekstraksi dengan Na2CO3 2% selama 2 jam. Kemudian
disaring dan diendapkan dengan HCl 10%
Dititrasi dengan Na2CO3 2% hingga netral, ditambahkan NaOCl 4%
hingga filtrat kuning bening
Filtrat dituang ke dalam isopropil alkohol, diaduk, didiamkan selama 30 menit, dikeringkan dan digiling
Sargassum sp. Dipotong-potong dan dicuci dengan akuades, direndam
dalam KOH 0.1% dan dikeringkan
Sargassum sp. Direndam dalam HCl 1% selama 1 jam, dinetralkan dengan akuades
Uji spektroskopi dengan FTIR
Natrium alginat Uji penentuan berat molekul
Membuat kapsul pati – alginat (ekstraksi dan komersil) dengan perbandingan 1:1 ; 2:1 ; 3:2 ; 1:2 dan 2:3 dengan crosslinker STPP 2%
Kapsul pati - alginat
Uji kinerja
Uji disolusi
Variasi pH 1,2; 4,5; 6,8
Uji mekanik
Uji tarik
Stress Strain Modulus Young
Uji swelling
Kapsul pati-alginat optimum Uji SEM Uji FTIR
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
32
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Preparasi reagen
1. Pembuatan larutan KOH 0,1 % (b/v)
Larutan dibuat dengan cara melarutkan 1 g KOH 85% dengan akuades
pada gelas beaker 50 mL. Kemudian KOH yang telah larut dipindahkan ke
dalam labu ukur 1000 mL dan ditambahkan akuades sampai tanda batas.
2. Pembuatan larutan HCl 1 % (v/v)
Larutan ini dibuat dengan cara diambil 27 mL larutan HCl 37%
menggunakan gelas ukur, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 1000
mL dan ditambahkan akuades sampai tanda batas.
3. Pembuatan larutan HCl 10 % (v/v)
Larutan ini dibuat dengan cara diambil 27 mL larutan HCl 37%
menggunakan gelas ukur, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100
mL dan ditambahkan akuades sampai tanda batas.
4. Pembuatan larutan NaOCl 4% (v/v) dari NaOCl 12%
Larutan dibuat dengan cara diambil 33,3 mL NaOCl 12% menggunakan
gelas ukur, kemudian dipindahkan ke labu ukur 100 mL dan ditambahkan
akuades sampai tanda batas.
5. Pembuatan larutan Na2CO3 2% (b/v)
Larutan dibuat dengan cara melarutkan 2 g Na2CO3 99,9% dengan akuades
dalam gelas beaker 50 mL kemudian dipindahkan ke labu ukur 100 mL
dan ditambahkan akuades sampai tanda batas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
33
3.4.2 Ekstraksi natrium alginat dari Sargassum sp.
Metode ektraksi alginat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
modifikasi dari jalur asam alginat yang dikembangkan oleh Balai Besar Riset
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Sebelum
dilakukan ekstraksi, rumput laut coklat (Sargassum sp.) dipotong kecil-kecil dan
dicuci dengan akuades hingga bersih. Hasil potongan rumput laut yang telah
dibersihkan direndam dalam KOH 0.1 % selama 1 jam dan dijemur sampai kadar
air berkurang 15% (Husni dkk, 2012).
Ekstraksi alginat diawali dengan perendaman hasil rumput laut yang telah
dikeringkan dengan HCl 1 %, perbandingan yang digunakan 1 : 30 (b/v) selama 1
jam. Kemudian rumput laut dinetralkan dengan cara dicuci dengan akuades
berulang. Rumput laut netral diektraksi dengan Na2CO3 2% selama 2 jam dengan
perbandingan 1 : 30 (b/v) dan suhu dijaga antara 60° - 70° C. Filtrat hasil ekstraksi
ditambahkan HCl 10% hingga pH 2.8 – 3.2 guna mengendapkan asam alginat
(Husni dkk, 2012).
Selanjutnya ditambahkan Na2CO3 2% sampai pH netral dilakukan guna
mengkonversi asam alginat menjadi natrium alginat. Untuk menghilangkan
pigmen coklat, dilakukan pemucatan dengan penambahan NaOCl 4%. Kemudian
pembentukan serat natrium alginat dengan cara dituangkan sedikit demi sedikit ke
dalam isopropil alkohol. Setelah terbentuk serat natrium alginat, selanjutnya
dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari selama ± 12 jam sampai kadar air
12%. Serat yang sudah kering digiling dan terbentuk natrium alginat (Husni dkk,
2012)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
34
3.4.3 Karakterisasi natrium alginat
3.4.3.1 Penentuan berat molekul
Penentuan berat molekul natrium alginat yang telah disintesis yaitu dengan
menggunakan viskometer Ostwald. Sebanyak 0,15 gram natrium alginat
dilarutkan dalam akuades dan diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda
batas. Konsentrasi yang diperoleh adalah C yang selanjutnya diencerkan hingga
diperoleh konsentrasi 0,1 C; 0,2 C; 0,3 C; dan 0,4 C. Sebanyak 5 mL masing-
masing larutan ditentukan waktu alirnya (t) dengan menggunakan viskometer
Ostwald. Ditentukan juga waktu alir akuades sebagai t0. Dari data tersebut
ditentukan viskositas spesifik dan reduksinya sesuai persamaan 1 dan 2.
Selanjutnya dibuat grafik dimana sumbu x merupakan konsentrasi (C) dan sumbu
y viskositas reduksi. Nilai intercept yang diperoleh dimasukan dalam persamaan 3
(Mark-Houwink Sakurada) sehingga diperoleh berat molekulnya.
3.4.3.2 Penentuan gugus fungsi dengan FTIR
Natrium alginat dapat ditentukan gugus fungsinya menggunakan FTIR
(Fertah et al., 2014). Teknik yang digunakan adalah pembentukan pelet KBr.
Sebanyak 2 gram masing-masing sampel dihaluskan dan dicampur dengan KBr.
Agar terbentuk lempengan tipis campuran ditekan dengan alat tekan hidrolik
10.000-15.000 Psi. Lempengan tipis dipasang dalam sel dan ditempatkan pada
berkas jalannya sinar.
Alginat memberikan pita C=O pada daerah 1.612 cm-1 dan 1413 cm-1 C-H
bending. Kemudian pada komposit pati-alginat, muncul pita pada daerah 3.397
sebagai O-H stretching, 2.924 mengindikasikan adanya N-H dan C-H alifatis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
35
(Mary and Sasikumar, 2015). Pada alginat, terdapat dua macam kandungan yaitu
asam manuronat dan asam guluronat sehingga memberikan proporsi dan pita yang
berbeda (Pereira et al., 2013). Rasio alginat M/G tentatif diperkirakan sekitar
1030/1080 cm-1 pada spektrum inframerah (Sakugawa et al., 2013).
3.4.4 Pembuatan komposit pati - alginat
Pembuatan komposit kapsul dari pati - alginat dilakukan dengan
modifikasi metode yang dikembangkan oleh Dixit and Kulkarni (2012). Pada
tahap awal, komposit dibagi menjadi 5 variasi perbandingan pati-alginat yaitu
(2:1), (3:2), (1:1), (2:3) dan (1:2). Pada perbandingan (2:1), diambil 2,67 gram
pati dan 1,33 gram alginat, kemudian dilarutkan dalam akuades 60 mL.
selanjutnya ditambahkan STPP 2%. Lalu dihomogenkan dengan pengadukan
disertai pemanasan sekitar 70-80℃ dengan ditutup menggunakan alumunium foil.
Selanjutnya, komposit didiamkan selama 24 jam. Setelah didiamkan, komposit
dihomogenkan kembali, dilakukan pemanasan dan pengadukan dan diatur suhu
sekitar 70℃ dengan kekentalan yang tepat, kemudian komposit dicetak menjadi
kapsul dan sebagian dituangkan ke dalam cawan petri untuk dibuat membran guna
uji tarik.
3.4.5 Pencetakan kapsul pati-alginat
Komposit yang telah dibuat dituangkan pada dipping bath yang sudah
dipanaskan pada rentang suhu 65-75oC. Pencetakan dilakukan dengan pencelupan
dipping pen yang sudah terlebih dahulu dilumasi oleh pelumas makanan. Material
yang menempel pada dipping pen dikeringkan pada suhu ruang (Kristanto, 2014).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
36
3.4.6 Karakterisasi kapsul pati – alginat
3.4.6.1 Uji mekanik
Uji mekanik terhadap komposit pati – alginat meliputi uji swelling air dan
uji tarik.
1. Uji swelling air
Uji swelling air bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapsul untuk
menyerap air. Uji ini dilakukan dengan cara mengeringkan sampel membran
dalam oven sehingga didapatkan berat kering membran (Wkering). Sampel
membran kering direndam dalam air kemudian ditimbang dan didapatkan berat
basah membran (Wbasah). Selanjutnya % swelling ditentukan dengan persamaan 5.
(Kaban et al., 2006)
2. Uji tarik
Tingkat ketahanan material terhadap gaya luar ditentukan dengan uji tarik
menggunakan Autograph. Membran yang akan diuji dipotong dengan ukuran 6 ×
1 cm dan dikaitkan pada alat Autograph. Ujung-ujung membran dikaitkan dengan
alat uji dan penarik dipasang pada satuan beban kilogram-Force. Membran ditarik
dengan kecepatan 1 cm/menit hingga putus. Besar beban penarik dan perubahan
panjang membran pada saat putus dicatat. Selanjutnya stress, strain, dan Modulus
Young ditentukan dengan persamaan 6 sampai 8 (Sukandi dan Santoso, 2013).
3.4.6.2 Uji kinerja
Uji kinerja terhadap komposit pati – alginat yaitu uji disolusi.
1. Uji disolusi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
37
Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui laju kelarutan zat aktif dari
sediaan obat berada dalam tubuh untuk diabsorbsi (Hasibuan, 2011). Kapsul diisi
dengan 100 mg ciprofloxacin kemudian dimasukkan dalam gelas beaker
modifikasi kapasitas 100 ml yang berisi larutan buffer sebanyak 25 ml dengan pH
1,2; 4,5 dan 6,8 sebagai media disolusi. Selanjutnya alat dirangkai. Kapsul
dibiarkan tenggelam dan pengaduk dijalankan dengan kecepatan 75 rpm dalam
15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit pada pH 1,2. Sedangkan variasi waktu yang
digunakan pada pH 4,5 yaitu 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 detik. Pada pH 6,8 yaitu
40, 80, 120, 160, 200 dan 240 detik. Sebanyak 10 mL larutan diambil untuk
diukur absorbansinya. Untuk mempertahankan volume larutan, setiap
pengambilan 10 mL sampel, ditambahkan 10 mL larutan pH ke dalam larutan
(Gohel et al., 2004; Saifullah et al., 2007). Kemudian larutan yang telah diambil
diuji konsentrasi ciprofloxacin yang dilepaskan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis dengan λmax 278 nm (Mary and Sasikumar, 2015) untuk pH 1,2.
Sedangkan untuk pH 4,5 pada λmax 272,5 nm dan pH 6,8 pada λmax 271 nm
(Gummadi et al., 2012).
3.4.6.3 Uji SEM
Material yang memiliki karakteristik paling baik dianalisis struktur
morfologi permukaan dan penampang lintangnya menggunakan SEM. Sampel
dipotong dalam bentuk balok berukuran 3 x 3 x 2 mm dengan rapi untuk
kemudian ditempelkan pada specimen holder berdiameter 1 cm dan dengan tebal
0,5 cm. Specimen holder sebelumnya dibersihkan dengan aseton dan diolesi
dengan pasta dotite. Sekeliling sampel diolesi dengan dotite agar tidak ada rongga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
38
antara specimen holder dengan sampel. Kemudian, sampel dikeringkan di atas hot
plate selama 10 –15 menit dan ditiup dengan blower agar pengeringan dapat
dipastikan. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam fine coat agar analisis SEM
dapat dilakukan. Sehingga diperoleh mikroskopi dari permukaan dan penampang
lintang membran dengan pembesaran 1000x (Dixit and Kulkarni, 2012).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraski Natrium Alginat dari Sargassum sp.
Metode ekstraksi natrium alginat yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan metode yang dikembangkan oleh Balai Besar Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jakarta melalui jalur asam alginat. Pada
prosesnya, ekstraksi ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu delignifikasi,
demineralisasi dan maserasi (Husni, dkk., 2012).
Pada tahap pertama, Sargassum sp. dicuci dengan air bersih guna
menghilangkan pengotor dari sisa pasir laut yang tertinggal, kemudian ditimbang
100 gram dan dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm. Pemotongan ini dilakukan agar
mempercepat proses maserasi yang berlangsung. Setelah itu direndam dalam
KOH pa 0,1% secukupnya selama 1 jam untuk degradasi lignin. Ibrahim et al.,
(2005) dalam Misson et al., (2009) mengemukakan bahwa lignin merupakan
rantai dengan karbon-karbon terikat dan ikatan lainnya yang terdiri dari jaringan
yang dihubungkan dengan polisakarida yang terdapat di dalam dinding sel.
Kandungan lignin dalam Sargassum sp. sebesar 15,625% setiap gram
(Anggarawati, 2012). Degradasi lignin dilakukan dengan cara ditambahkan basa
seperti KOH, NaOH dan NH4OH (Julfana, et al., 2010). Setelah proses
perendaman selama 1 jam, Sargassum sp. dijemur di bawah sinar matahari sampai
kadar airnya berkurang 15% (Husni, dkk., 2012).
Tahapan kedua adalah proses demineralisasi dengan cara Sargassum sp.
direndam dalam HCl 1% selama 1 jam. Kandungan mineral yang terdapat dalam
39
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
40
Sargassum sp. seperti atom Mg, Fe, Na dan Ca (Bachtiar, dkk., 2012). Kemudian
Sargassum sp. dinetralkan dengan akuades sampai mendekati pH 7.
Persamaan reaksi yang terjadi pada saat demineralisasi berlangsung ditunjukkan
pada Gambar 4.1.
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + H2CO3(aq)
H2CO3(aq) H2O(aq) + CO2(g)
Gambar 4.1 Persamaan reaksi kimia pada saat proses demineralisasi (Anis, 2016)
Proses ekstraksi tahap ketiga yaitu maserasi Sargassum sp. dengan larutan
NaCO3 2% pada suhu 60-70% selama 2 jam. Tujuan penambahan NaCO3 2%
yaitu guna pembentukan natrium alginat dan terpisah dari senyawa lain yang
terdapat dalam Sargassum sp. Setelah maserasi 2 jam, Sargassum sp. dipisahkan
antara padatan dan filtratnya sesuai Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pemisahan antara filtrat dan padatan setelah maserasi
Kemudian filtrat ditetesi dengan HCl 10% hingga pH 2,8-3,2 agar suasana
menjadi asam sehingga asam alginat dapat mengendap. Asam alginat mengendap
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
41
+ Na2CO3
pada pH < 3,5 (Amalia, 2014). Persamaaan reaksi kimia natrium alginat dengan
HCl terdapat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Persamaaan reaksi kimia natrium alginat dengan HCl (Sari, 2015)
Selanjutnya asam alginat dikonversi menjadi natrium alginat kembali
dengan cara ditambahkan sedikit demi sedikit NaCO3 2% disertai pengadukan
agar cepat larut hingga pH netral (Husni dkk., 2012). Persamaan reaksi kimia
konversi asam alginat menjadi natrium alginat ditunjukkan pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Persamaan reaksi kimia konversi asam alginat menjadi natrium alginat (Sari, 2015)
Filtrat natrium alginat ditambah dengan NaOCl 4% sampai warna filtrat
berubah dari coklat menjadi kuning bening. NaOCl merupakan bleaching agent
yang dapat mengoksidasi zat warna yang gelap menjadi warna yang lebih terang
(Mushollaeni, et al., 2011). Persamaan reaksi yang terjadi pada saat bleaching
dengan NaOCl ditunjukkan pada Gambar 4.5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
42
Gambar 4.5 Persamaan reaksi kimia oksidasi lignin oleh NaOCl (Sari, 2015)
Filtrat bening dituangkan ke dalam gelas beaker yang berisi isopropil
alkohol sehingga terbentuk serat putih kekuningan. Penambahan isopropil alkohol
berfungsi untuk presipitasi (Basmal et al., 2013). Serat yang telah terbentuk
dikeringkan di bawah sinar matahari, atau dengan cara lain menggunakan bantuan
Buchner untuk menyerap air agar lebih cepat kering. Setelah mengering, serat
ditumbuk dengan mortar agar terbentuk serbuk natrium alginat putih kekuningan
sesuai Gambar 4.6 dengan luas permukaan yang semakin besar. Ketika luas
permukaan semakin besar, kecepatan serbuk untuk menjadi gel semakin besar.
Rendemen yang dihasilkan sebesar 29%.
Faktor yang mempengaruhi banyaknya rendemen alginat yang dihasilkan
adalah suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan, maka semakin banyak alginat
yang terlarut. Alginat yang terdapat dalam Sargassum sp. berbentuk asam alginat
yang sulit larut dalam air. Asam alginat yang dihasilkan dikonversi menjadi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
43
natrium alginat yang larut dalam air. Semakin tinggi suhu ekstraksi maka semakin
tinggi hasil konversi. Namun, batas suhu optimal ekstraksi adalah 60℃, karena
suhu yang terlalu tinggi menyebabkan natrium alginat terdegradasi (Jayanuddin,
dkk., 2014).
Gambar 4.6 Serbuk natrium alginat
4.2 Hasil Karakterisasi Natrium Alginat
4.2.1 Hasil uji penentuan berat molekul
Natrium alginat dilarutkan dalam akuades untuk uji kelarutan. Serbuk
natrium alginat tidak dapat terlarut sempurna dalam akuades dengan suhu kamar
dan membentuk sedikit gel, sesuai dengan karakteristik natrium alginat yang larut
dalam air hanya 0,3% (Viswanathan et al., 2014). Pada pemanasan 60-70℃
natrium alginat dapat terlarut sempurna (Jayanuddin, dkk., 2014).
Grafik hubungan antara konsentrasi natrium alginat dan viskositas reduksi
ditunjukkan oleh Gambar 4.7
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
44
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara konsentrasi natrium alginat dan viskositas reduksi (𝝶red)
Pada penelitian ini, berat molekul natrium alginat yang diperoleh sebesar
68.397,96 gram/mol. Menurut Illanes (2014) dalam penelitiannya, berat molekul
natrium alginat berkisar 30.000-370.000 gram/mol. Perbedaan hasil berat molekul
natrium alginat menunjukkan adanya degradasi ketika proses ekstraksi
berlangsung. Degradasi ini terjadi ketika suhu melebihi 60℃. Semakin tinggi suhu
maka viskositas dan berat molekul akan menurun. Hal ini disebabkan karena
alginat merupakan senyawa polimer dengan bentuk rantai panjang yang mudah
sekali terdegradasi. Ketika suhu semakin tinggi maka banyak rantai panjang
alginat terdegradasi menjadi rantai pendek sehingga menyebabkan viskositas
turun dan berat molekul cenderung kecil (Jayanuddin, dkk., 2014). Hal inilah yang
menyebabkan kemampuan gelling alginat berkurang (Mushollaeni dan Rusdiana.,
2011).
y = -1.3347x + 1.7982
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Vis
kosi
tas
Re
du
ksi (𝜼
red
)
Konsentrasi Natrium Alginat (C)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
45
4.2.2 Hasil uji FTIR
Uji FTIR ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang ada dalam
natrium alginat. Natrium alginat hasil ekstraksi dikarakterisasi dengan instrumen
FTIR dan dibandingkan dengan natrium alginat komersil dan campuran alginat
ekstraksi-komersil. Data spektra FTIR natrium alginat ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data spektra FTIR natrium alginat
Jenis Vibrasi
Bilangan gelombang Natrium Alginat
Ekstraksi (cm-1)
Bilangan gelombang Natrium Alginat
Komersil (cm-1)
Bilangan gelombang Natrium Alginat
Campuran (cm-1)
Bilangan gelombang
Natrium Alginat (cm-1)
(Sumber : Bahar dkk., 2012)
Gugus hidroksil (O-H)
3446,91 3437,26 3435,34 3446,79
Gugus karbonil (C=O)
1629,90 1616,40 1612,54 1614,42
O-H bending 1031,95 1031,95 1030,02 1029,99
C-O-C stretching 1091,75 1091,75 1093,67 1091,71
Na dalam isomer alginat
1413,87 1415,80 1413,87 1415,75
Dari spektra FTIR yang di atas dapat diketahui bahwa FTIR natrium
alginat ekstraksi relatif sama dengan natrium alginat komersil dan natrium alginat
literatur karena nilai bilangan gelombang tidak ada perbedaan yang signifikan.
Begitupula hasil bilangan gelombang campuran alginat ekstraksi dan komersil.
Gugus hidroksil/O-H stretching natrium alginat ekstraksi muncul pada bilangan
gelombang 3446,91 cm-1, sedangkan pada natrium alginat komersil 3437,26 cm-1,
campuran natrium alginat ekstraksi dan komersil 3435,34 cm-1 dan literatur pada
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
46
bilangan gelombang 3446,79 cm-1. Gugus karbonil (C=O) untuk natrium alginat
ekstraksi terdapat pada bilangan gelombang 1629,90 cm-1, sedangkan pada
natrium alginat komersil 1616,40 cm-1, campuran natrium alginat ekstraksi dan
komersil 1612,54 cm-1 dan literatur 1614,42 cm-1. Senyawa lain yang terdapat
dalam natrium alginat adalah asam manuronat yang ditandai dengan O-H bending
pada panjang gelombang 1029,9 cm-1 dan asam guluronat yang ditandai dengan
C-O-C stretching pada panjang gelombang 1091,71 cm-1. Hal ini berdasarkan
penelitian Sakugawa (2004) dalam Pereira (2013), gugus O-H bending dan C-O-C
stretching berturut-turut terdapat pada panjang gelombang 1030 dan 1080 cm-1.
Pada natrium alginat hasil ekstraski dan komersil, gugus O-H bending dan C-O-C
stretching muncul pada panjang gelombang yang sama yaitu 1031,95 cm-1
dan1091,75 cm-1, sedangkan pada campuran natrium alginat ekstraksi dan
komersil yaitu 1030,02 dan 1093,67 cm-1 Menurut literatur, Natrium yang
berikatan dengan isomer alginat terdapat pada bilangan gelombang 1415,75 cm-1,
sedangkan pada hasil ekstraksi dan komersil terdapat pada 1413,87 cm-1 dan
1415,80 cm-1 dan campuran 1413,87 cm-1. Jadi, secara keseluruhan gugus fungsi
pada sodium alginat hasil ekstraksi telah memenuhi standart. Perbandingan
spektra sodium alginat hasil ekstraksi, campuran ekstraksi-komersil dan komersil
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
47
Gambar 4.8 Hasil spektra natrium alginat
4.3 Hasil Pembuatan Komposit Pati-Natrium Alginat
Komposit pati-natrium alginat sebagai drug delivery dibentuk dalam bentuk
kapsul. Komposit dibuat dengan 5 variasi yaitu A, B, C, D, E dengan
perbandingan pati : natrium alginat masing-masing 2 : 1; 3 : 2; 1 : 1; 1 : 2 dan 2 :
3. Selain itu juga ditambahkan crosslinker berupa STPP sebanyak 2% (b/v).
Crosslinker berfungsi untuk peningkatan kekuatan ikatan antara pati dan natrium
alginat. Pelarut yang digunakan adalah akuades. Dalam proses pelarutan juga
dilakukan pemanasan agar komposit homogen dengan cepat dan tidak ada
gelembung udara yang terjebak. Pemanasan dilakukan pada rentang suhu optimal
70-80℃ untuk mendapatkan komposit dengan kekentalan yang tepat. Pemilihan
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
%T
Bilangan Gelombang (cm-1)
Alginat Komersil Alginat Ekstraksi Alginat Ekstraksi komersil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
48
suhu di atas suhu optimal menyebabkan kerusakan pada komposit karena terjadi
degradasi polimer yang menyebabkan turunnya viskositas sehingga diperoleh
hasil cetakan kapsul yang tipis (Jayanuddin, dkk., 2014).
4.4 Hasil Pencetakan Kapsul Pati-Alginat
Proses pencetakan kapsul diawali dengan persiapan berupa pemanasan
dipping bath menggunakan penangas air dan pengolesan dipping pen dengan
pelumas makanan. Pemanasan ini berguna untuk penghilangan gelembung udara
yang mungkin terjebak ketika proses pencetakan. Sedangkan pengolesan pelumas
makanan berfungsi agar memudahkan pengambilan hasil cetakan kapsul setelah
dikeringkan. Komposit yang telah homogen dicetak dengan cara dituang pada
dipping bath dan dibiarkan untuk beberapa saat sampai kekentalan tepat.
Kemudian dipping pen dicelupkan pada dipping bath yang telah berisi komposit.
Pencelupan dilakukan beberapa kali hingga didapatkan ketebalan kapsul yang
tepat. Selanjutnya dikeringkan di udara bebas untuk mengurangi kadar air dalam
kapsul. Setelah kering, kapsul dilepas dan dianalisis kinerjanya.
Gambar 4.9 Kapsul pati-natrium alginat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
49
Tabel 4.2 Karakteristik kapsul pada masing-masing variasi
Perbandingan Komposisi
Karakteristik Kapsul Gambar
A (2 : 1) Lembek (++), bentuk
tidak beraturan, plastis (+)
B (3 : 2) Plastis (++), halus, kuat
C (1 : 1) Sedikit plastis, halus
D (2 : 3) Kaku, kuat, halus
E (1 : 2) Sangat kaku, kuat, bentuk tidak beraturan
Berdasarkan data pengamatan pada Tabel 4.2, kapsul A plastis, memiliki
tekstur yang lembek dan tidak dapat mempertahankan bentuknya. Kemudian
kapsul B memiliki tekstur yang lebih kuat daripada kapsul A dan sama-sama
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
50
bersifat plastis. Kapsul C memiliki tekstur lebih kuat dari kapsul B namun
keplastisitasannya berkurang. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar
penambahan natrium alginat maka kapsul semakin kaku. Pada kapsul D, tekstur
beraturan, kuat, sedikit plastis. Sedangkan pada kapsul E, kapsul sangat kaku, kuat
namun tekstur tidak beraturan.
4.5 Hasil Karakterisasi Kapsul Pati-Alginat
4.5.1 Uji tarik
Membran komposit pati-alginat masing-masing variasi komposisi diuji
mekanik berupa uji tarik menggunakan Autograph seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Autograph
Pada uji tarik, membran dipotong dengan ukuran 6 x 1 cm sehingga
diperoleh nilai gaya (kgF) dan pertambahan panjang yang diperoleh sampai
sebelum putus (∆𝑙). Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan nilai
stress, strain dan Modulus Young. Membran yang memiliki nilai stress yang
tinggi, strain yang rendah serta Modulus Young yang tinggi dipilih sebagai
membran yang optimal.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
51
Gambar 4.11 Diagram antara variasi komposisi membran dengan nilai stress
Diagram nilai stress ditunjukkan pada Gambar 4.11. perbandingan di atas
merupakan perbandingan pati : natrium alginat. Menurut diagram di atas, semakin
banyak penambahan alginat maka menaikkan nilai stress. Tegangan atau stress ini
menunjukan gaya maksimal yang dapat bekerja pada setiap satuan luas
permukaan membran (Anis, 2016). Nilai stress mengalami kenaikan ketika cukup
banyak natrium alginat yang ditambahkan, hal ini terjadi karena kandungan L-
guluronat pada alginat yang berperan utama dalam proses pembentukan gel.
Pembentukan gel sendiri terjadi karena adanya rantai panjang polimer alginat
yang saling berikatan. Selain itu, sifat alginat yang sedikit larut dalam air sehingga
strukturnya cukup stabil.
Nilai strain komposit A dan B cukup besar karena plastisitas yang
disebabkan oleh pati cukup memberi pengaruh. Plastisitas pada membran
membuat nilai pertambahan panjang semakin besar sehingga didapatkan hasil
strain yang besar. Diagram nilai strain ditunjukkan oleh Gambar 4.12.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
A B C D E
Stre
ss (k
N/m
2 )
Variasi komposisi pati - alginat
Keterangan : A = 2 : 1 B = 3 : 2 C = 1 : 1 D = 2 : 3 E = 1 : 2
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
52
Gambar 4.12 Diagram antara variasi komposisi membran dengan nilai strain
Setelah diperoleh nilai stress dan strain, diperoleh nilai Modulus Young.
Nilai Modulus Young menunjukkan ukuran kekakuan suatu material. Diagram
Modulus Young ditunjukkan oleh Gambar 4.13. Komposit dengan penambahan
pati yang cukup banyak memiliki nilai Modulus Young yang kecil karena sifat
plastisitasnya yang besar. Sedangkan penambahan alginat membuat komposit
semakin kaku dan mengurangi sifat plastis. Komposit D (2:3) mencapai nilai
optimum karena nilai stress dan strain yang saling mendukung, setelah mencapai
optimum, Modulus Young mengalami penurunan.
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0.2
A B C D E
Stra
in
Variasi komposisi pati - alginat
Keterangan : A = 2 : 1 B = 3 : 2 C = 1 : 1 D = 2 : 3 E = 1 : 2
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
53
0
50
100
150
200
250
300
350
A B C D E
Swel
ling
air (
%)
Variasi komposisi pati-alginat
Gambar 4.13 Diagram antara variasi komposit pati-alginat dengan nilai Modulus Young
4.5.2 Hasil uji swelling air
Uji swelling air bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapsul untuk
menyerap air. Diagram hasil uji swelling air ditunjukkan dalam Gambar 4.14.
Gambar 4.14 Diagram antara variasi kapsul dengan nilai swelling air
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
A B C D E
Mod
ulus
You
ng (k
N/m
2 )
Variasi komposisi pati - alginat
Keterangan : A = 2 : 1 B = 3 : 2 C = 1 : 1 D = 2 : 3 E = 1 : 2
Keterangan : A = 2 : 1 B = 3 : 2 C = 1 : 1 D = 2 : 3 E = 1 : 2
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
54
Berdasarkan diagram pada Gambar 4.14, swelling terbesar ditunjukkan
oleh kapsul C dengan perbandingan 1 : 1. Nilai swelling air mempengaruhi
kekuatan mekanik kapsul ketika dalam air. Semakin besar nilai swelling air, maka
semakin cepat waktu release obat. Waktu yang dibutuhkan kapsul pati-alginat
untuk cracking yaitu 10 detik. Hal ini terjadi karena keduanya bersifat polar
karena gugus hidroksil yang terkandung dalam senyawa pati dan alginat itu
sendiri sehingga membentuk ikatan dipol-dipol. Oleh karena itu, disiapkan obat
yang sesuai dengan cepatnya cracking kapsul ini. Sedangkan swelling terkecil
pada kapsul D dengan perbandingan 2 : 3. Hal ini menunjukkan adanya interaksi
stabil antara pati-alginat sehingga jumlah air yang terserap lebih sedikit.
4.5.3 Hasil uji FTIR kapsul pati-alginat optimum
Uji FTIR ini dilakukan untuk menentukan gugus fungsi yang ada pada
kapsul pati-alginat. Hasil uji FTIR kapsul pati-natrium alginat dengan crosslinker
STPP ditunjukkan oleh Tabel 4.2.
Tabel 4.3 Data Spektra FTIR natrium alginat ekstraksi dan kapsul pati-natrium alginat
Jenis Vibrasi
Bilangan gelombang
Natrium Alginat Ekstraksi (cm-1)
Bilangan gelombang Kapsul Pati-Natrium
Alginat dengan crosslinker STPP (cm-1)
Bilangan gelombang pati (Holder, B. H,
2012) Gugus hidroksil (O-H)
3446,91 3446,91~2854,74 2911
Gugus karbonil (C=O)
1629,90 1616,4 -
O-H bending 1031,95 1028,09 -
Na dalam isomer alginat
1413,87 1413,87 -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
55
Streching C-O-C dan C-O-H bending
1091,75 1084,03 1083
Ikatan P=O - 1211,34 -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat gugus hidroksil (O-H)
pada alginat ekstraksi, kapsul pati-alginat dengan crosslinker STPP dan pati.
Panjang gelombang pada ekstraksi alginat yaitu 3446,91 cm-1, sedangkan pada
kapsul pati-alginat pita untuk gugus hidroksil mengalami kelenturan dari 3446,91-
2854,74 cm-1. Hal ini membuktikan bahwa adanya interaksi baru dari pati dan
STPP. Menurut Holder (2012), gugus hidroksil pati muncul pada panjang
gelombang sekitar 2911 cm-1. Kemudian gugus karbonil dari kapsul pati-alginat
muncul pada panjang gelombang 1616,4 cm-1, tidak jauh berbeda dengan alginat
ekstraksi yaitu pada panjang gelombang 1629,90 cm-1. Selanjutnya gugus O-H
bending sesuai literatur muncul pada panjang gelombang 1031,95 cm-1, sedangkan
pada kapsul terdapat pada panjang gelombang 1028,09 cm-1. Natrium pada isomer
alginat muncul secara identik antara alginat ekstraksi dan kapsul yaitu pada
panjang gelombang 1413,87 cm-1. Pada panjang gelombang 1091,75 cm-1
menunjukkan adanya streching gugus C-O, C-C dan C-O-H bending, pita yang
sama muncul pada hasil FTIR kapsul yaitu pada panjang gelombang 1084,03 cm-1
dan sesuai literatur untuk streching C-O, C-C dan C-O-H pada 1083 cm-1.
Selanjutnya gugus fungsi P=O dari STPP muncul pada pita 1211,34 cm-1
sedangkan menurut literatur muncul pada pita 1200 cm-1. Perbandingan spektra
kapsul pati-natrium alginat optimal dan natrium alginat hasil ekstraksi dapat
dilihat pada Gambar 4.15.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
56
Gambar 4.15 Hasil spektra FTIR kapsul pati alginat optimal dan natrium alginat hasil ekstraksi
Hipotesis ikatan yang mungkin terjadi antara pati-STPP-natrium alginat
ditunjukkan pada Gambar 4.16
4000 3000 2000 1000
%T
Bilangan Gelombang (cm-1)
Alginat Ekstrak Komposit Pati Alginat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
57
Gambar 4.16 Hipotesis ikatan antara pati-STPP-alginat
4.5.4 Hasil uji disolusi kapsul pati-alginat optimum
Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui laju kelarutan zat aktif dari
sediaan obat berada dalam tubuh untuk diabsorbsi (Hasibuan, 2011). Parameter
dalam disolusi tergantung pada pengukuran kecepatan pelepasan dan pelarutan zat
aktif dari sediannya (Sari, 2013). Kecepatan pelepasan dari kedua proses tersebut
ditentukan oleh swelling dan kekuatan membran (Dixit and Kulkarni, 2012).
Uji disolusi dilakukan menggunakan obat antibiotik berupa ciprofloxacin.
Pemilihan obat ini disesuaikan dengan kemampuan cangkang kapsul dalam
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
58
melepaskan obat di dalamnya. Dalam penelitian ini, uji disolusi dilakukan pada 3
variasi pH, yaitu pH 1,2; 4,5 dan 6,8. Hal ini menyesuaikan pH dalam lambung,
usus 12 jari dan usus halus. Masing-masing pH memberikan waktu yang berbeda
pada saat terjadi cracking. Waktu yang dibutuhkan kapsul pada pH 1,2 untuk
cracking adalah 90 menit. Hal ini terjadi karena pada suasana asam, kapsul yang
salah satu komposisinya terdiri dari natrium alginat berubah menjadi asam alginat
sehingga menjadi stabil dan distribusi obat menjadi sangat lambat. Sedangkan
pada pH 4,5 dan 6,8, waktu yang dibutuhkan sampai terjadi cracking masing-
masing adalah 2 menit dan 4 menit. sedangkan kapsul komersil mengalami
cracking pada menit ke-15 untuk pH 1,2. Sedangkan pada pH 4,5 dan 6,8, kapsul
komersil cracking pada menit ke-6 dan ke-10. Grafik hasil uji disolusi
ditunjukkan pada Gambar 4.16, 4.17 dan 4.18.
Gambar 4.17 Grafik hasil uji disolusi pH 1,2
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100
Kon
sent
rasi
Rel
ease
(%)
Waktu (menit)
Kapsul pati-alginat
Kapsul komersil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
59
Gambar 4.18 Grafik hasil uji disolusi pH 4,5
Gambar 4.19 Grafik hasil uji disolusi pH 6,8
4.5.5 Hasil Uji SEM kapsul pati-alginat optimum
Karakterisasi dengan SEM (Scanning Microscopy Electron) dilakukan untuk
mengetahui morfologi membran. Bagian yang diuji adalah permukaan dan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150
Kon
sent
rasi
Rel
ease
(%)
Waktu (detik)
Kapsul pati-alginat
Kapsul komersil
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150 200 250 300
Kon
sent
rasi
Rel
ease
(%)
Waktu (detik)
Kapsul pati-alginat
Kapsul komersil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
60
penampang lintang dari suatu membran. Hasil uji SEM ditunjukkan pada Gambar
4.19 dan 4.20
Gambar 4.20 Morfologi permukaan membran pati-alginat (A) dan permukaan material drug release komersil (B) (Angela, 2013).
Gambar 4.21 Morfologi penampang lintang kapsul pati-alginat (C)
Dapat dilihat dari hasil SEM bahwa kondisi pada permukaan tidak rata dan
terdapat banyak pori jika dibandingkan dengan hasil SEM komersil. Kondisi
morfologi ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak gelembung udara yang
terjebak pada saat pembuatan komposit. Begitupula pada sisi melintang dari
membran, terdapat banyak pori dibandingkan dengan kapsul karaginan-alginat.
Diameter pori kapsul pati-alginat mencapai 6,38 µm.
A B
C
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
61
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan :
1. Pati-alginat dapat dibuat kapsul dan digunakan sebagai material drug
delivery system
2. Perbandingan komposisi pati – natrium alginat berpengaruh dalam uji
sifat mekanik. Semakin besar komposisi alginat yang ditambahkan,
maka semakin besar kekuatan tariknya dan semakin kecil swelling
airnya. Nilai Modulus Young kapsul D (2:3) sebesar 65.823,12 N/m2
dan nilai swelling air sebesar 248,12%
3. Berdasarkan uji disolusi, kinerja kapsul pati-alginat dalam
mendistribusikan ciprofloxacin lebih baik dari kapsul komersil pada
pH 1,2. Kapsul pati-alginat pada pH 1,2 mendistribusikan 92%
ciprofloxacin dalam waktu 90 menit. Kapsul pati-alginat pada pH 4,5
dalam waktu 2 menit 79,22% dan pada pH 6,8 dalam waktu 4 menit
mendistribusikan 86,82% ciprofloxacin. Sedangkan kapsul komersil
pada pH 1,2 mengalami cracking pada menit ke-15.
5.2 Saran
Penelitian menggunakan crosslinker yang lain perlu dilakukan untuk
meningkatkan mekanik kapsul.
61
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
62
DAFTAR PUSTAKA Allen, L. V., Popovich, N.G., Ansel, H. C., 2011, Ansel's Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 9th Edition., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia-New York, p. 204
Amalia, I.S., 2014, Pengaruh Penambahan Serbuk Pati Sagu (Metroxylon
Spp.) pada Bahan Cetak Alginat terhadap Stabilitas Dimensi Hasil Tuangan, Skripsi, Universitas Hasanuddin
Angela, A., 2013, Chitosan Based Hydrogels for Transmucosal Drug Delivery, Thesis, Pharmaceutical Science, University of Bologna. p. 122
Anggarawati, Desi, 2012, Aktivitas Enzim Selulosa Isolat SGS 2609 BBP4B-
KP Menggunakan Substrat Limbah Pengolahan Rumput Laut yang Dipretreatment dengan Asam, Skripsi, Universitas Sumatera Utara
Anief, Moh., 1995, Prinsip Umum dan Dasar-dasar Farmakologi, UGM Press, Yogyakarta, hal. 45
Anis, M.Y., 2016, Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Sodium Alginat-Karaginan dari Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) dan Rumput Laut Merah (Eucheuma cottoni) sebagai Material Drug Release, Skripsi, Universitas Airlangga
Arndt, K, F., Jipa, S., Krahl, F., Steiner, G., Zaharescu, T., Zimmerer, C., 2013, Polymers, Definitions and Physical Properties I, Vol. 6: 1
Aslan, M. L., 1991, Budidaya Rumput Laut, Kanisius, hal. 11-34
Augsburger, L.L., 2002, Hard and Soft Shell Capsules, Drugs And The Pharmaceutical Sciences, Vol. 121: 335-380
Bachtiar, S.Y., Tjahjaningsih, W., Sianita, N., 2012, Pengaruh Ekstrak Alga Cokelat (Sargassum sp.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli, Journal of Marine and Coastal Science Vol. 1: 53-60.
Bahar, R., Arief, A., Sukriadi, 2012, Daya Hambat Ekstrak Na-Alginat dari Alga Coklat Jenis Sargassum sp. terhadap Proses Pematangan Buah Mangga dan Buah Jeruk, Indonesia Chimica Acta. Vol. 2 (2) : 22-31
Bangun, H., 2001, Alginat sebagai Dasar Salep - Pelepasan Obat, Penyerapan Air, Aliran Reologi, dan Uji Iritasi Kulit, Cermin Dunia Kedokteran, Vol. 130: 37-42
62
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
63
Bansal, V., Sharma, P.K., Sharma, N., Pal, O.P., & Malviya, R., 2011, Applications of Chitosan and Chitosan Derivatives in Drug Delivery, Advances in Biological Research, Vol. 5: 28-37
Basmal, J., Utomo, B.S.B., Tazwir, Murdinah, Marraskuranto, E.W.T., Kusumawati, R., 2013, Membuat Alginat dari Rumput Laut Sargassum, Penebar Swadaya Grup, Bandung
Belitz, H.D., Grosch, W., Schieberle, P., 2009, Food Chemistry, 4th Revised and Extended Edition., p. 315-316
Berger, J., Reist, M., Mayer, J. M., Felt, O., Peppas, N.A., & Gurny, R., 2004, Structure and Interactions in Covalently and Ionically Crosslinked Chitosan Hydrogels for Biomedical Applications, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, Vol. 57: 19-34
Bertrand, N., & Leroux, J.C., 2012, The Journey of a Drug-Carrier in the Body: an Anatomo-Physiological Perspective, Journal of Controlled Release, Vol. 161: 152-163
Biopolymer, F.M.C., 2003, A World of Possibilities Lies Just below the Surface: Alginates, Brochure, p. 14
Boyd, H.B., Nylen, D., Pedersen, A.R., Petersen, G.I., & Simonsen, F., 2001, Environmental and health assessment of substances in household detergents and cosmetic detergent products. Danish Environmenal Protection Agency, p. 96
Cairns, D., 2004, Intisari Kimia Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 39
Daberte, I., Barene, I., Rubens, J., Daugavietis, M., & Sazhenova, N., 2011, Stability of Soft Gelatin Capsules Containing Thick Extract of Pine Needles, Medicina (Kaunas), Vol. 47: 71-77
Desiraju, G.R., Steiner, T., 2001, The weak hydrogen bond: in structural chemistry and biology, Vol. 9, Oxford University Press, Demand. p. 3
Dixit, M and Kulkarni, P.K., 2012, Lyophilization Monophase Solution Technique for Improvement of the Solubility and Dissolution of Piroxicam, Research in Pharmaceutical Sciences, Vol. 7: 13-21
Ertesvag, H., 2015, Alginate-Modifying Enzymes: Biological Roles and Biotechnological Uses, Frontiers in Microbiology, Vol. 6: 523
Fallingborg, J., 1999, Intraluminal pH of the Human Gastrointestinal Tract, Danish Medical Bulletin, Vol. 46: 183-196
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
64
Fakharian, M.H., Tamimi, N., Abbaspour, H., Nafchi, A.M., & Karim, A.A., 2015, Effects of Κ-Carrageenan on Rheological Properties of Dually Modified Sago Starch: Towards Finding Gelatin Alternative for Hard Capsules, Carbohydrate Polymers, Vol. 132: 156-163
Fu, Y., & Kao, W.J., 2010, Drug Release Kinetics and Transport Mechanisms of Non-Degradable and Degradable Polymeric Delivery Systems, Expert Opinion on Drug Delivery, Vol 7: 429-444
Genta, I., Costantini, M., Asti, A., Conti, B., & Montanari, L., 1998, Influence of Glutaraldehyde on Drug Release and Mucoadhesive Properties of Chitosan Microspheres. Carbohydrate Polymers, Vol. 36: 81-88
Giri, T.K., Thakur, A., Alexander, A., Badwaik, H., & Tripathi, D.K., 2012, Modified Chitosan Hydrogels as Drug Delivery and Tissue Engineering Systems: Present Status and Applications. Acta Pharmaceutica Sinica B, Vol. 2: 439-449
Gohel, M.C., Mehta, P.R., Dave, R.K., Bariya, N.H., 2004, A More Relevant Dissolution Method for Evaluation of Floating Drug Delivery System, Dissolution Technologies, Vol. 11: 22-26
Gosselin, R.E., Smith, R.P., & Hodge, H.C., 1984, Clinical Toxicology of Commercial Products, Williams & Wilkins, Baltimore, p. 214
Greenwood, N.N., & Earnshaw, A., 1997, Chemistry of the Elements, 2nd Edition., Elsevier, p. 523
Gummadi, S., Thota, D., Varri, S. V., Vaddi, P., & Jillella, V. L. N. S. R., 2012, Development and Validation of UV Spectroscopic Methods for Simultaneous Estimation of Ciprofloxacin and Tinidazole in Tablet Formulation. International Current Pharmaceutical Journal, Vol. 1(10) : 317-321
Guyton, A., & Hall, J., 2006, Textbook of Medical Physiology, 11th Edition.,
Elsevier Saunders, Philadelphia, p. 293
Hasibuan, D.E., 2011, Uji Disolusi Tablet Gliseril Guaiakolat Yang Diproduksi Oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, Universitas Sumatera Utara
Herman, J., Remon, J.P., & De Vilder, J., 1989, Modified Starches as Hydrophilic Matrices for Controlled Oral Delivery. I. Production and Characterisation of Thermally Modified Starches, International Journal of Pharmaceutics, Vol. 56: 51-63
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
65
Hosseini, S.M., Hosseini, H., Mohammadifar, M. A., German, J.B., Mortazavian, A.M., Mohammadi, A., ... & Khaksar, R., 2014, Preparation and Characterization of Alginate and Alginate-Resistant Starch Microparticles Containing Nisin, Carbohydrate Polymers, Vol. 103: 573-580
Husni, A., Subaryono, Y.P., & Tazwir, U., 2012, Pengembangan Metode Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut Sargassum sp. sebagai Bahan Pengental, Agritech, Vol. 32: 1-8
Ibrahim, M.N.M., Rosli, W.D.W., Chuah, S.B., 2005, Monitoring Quality of Soda Black Liquor of Oil Palm Empty Fruit Bunch Fibers in terms of Storage Time and Temperature, Journal of Technology, Vol. 42 (C), 21–28
Illanes, O.C., Masuelli, A.M., 2014, Review of the Characterization of Sodium Alginate by Intrinsic Viscosity Measurements Comparative Analysis between Conventional and Single Point Methods, International Journal of BioMaterials Science and Engineering, Vol. 1: 1-11
Iman, M. S., 2010, Peran Mikroorganisme: Studi Kasus Perbandingan Fermentasi Antibiotik Oleh Streptomyces sp. S-34 dan Dua Rekombinasinya pada Beberapa Medium, Skripsi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
IRO., 2015, http://www.iroalginate.com/Alginates/Sodium-Alginate.htm, 12 Desember 2015
Jacobs, H., & Delcour, J.A., 1998, Hydrothermal Modifications of Granular Starch, with Retention of the Granular Structure: A Review, Journal of Agricultural and Food Chemistry, Vol. 46: 2895-2905
Jayanudin, J., Lestari, A.Z., & Nurbayanti, F., 2014, Pengaruh Suhu dan Rasio Pelarut Ekstraksi terhadap Rendemen dan Viskositas Natrium Alginat dari Rumput Laut Cokelat (Sargassum sp), Jurnal Integrasi Proses, Vol. 5: 51-55
Julfana, R., Zaharah, A.T., Idiawati, N., 2010, Hidrolisis Enzimatik Selulosa dari Ampas Sagu Menggunakan Campuran Selulase dari Trichoderma reesei dan Aspergillus niger, Vol. 2: 52-57
Kaban, J., Bangun, H.D., Asteria, K.D., 2006, Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat Kitosan, Jurnal Sains Kimia, Vol. 10: 10–16
Katz, A. David., 2008, Polyurethane Foam ,Craft Cast TM
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
66
Kristanto, W., 2014, Komposit Alginat-Karaginan dari Alga Merah (Eucheuma Spinosum) sebagai Material Drug Delivery, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya, hal. 12
Lawrie, G., Keen, I., Drew, B., Chandler-Temple, A., Rintoul, L., Fredericks, P., & Grøndahl, L., 2007, Interactions Between Alginate and Chitosan Biopolymers Characterized Using FTIR and XPS, Biomacromolecules, Vol. 8(8): 2533-2541
Lopez-Cordoba, A., Deladino, L., & Martino, M., 2014, Release of Yerba Mate Antioxidants from Corn Starch–Alginate Capsules as Affected by Structure, Carbohydrate Polymers, Vol. 99: 150-157
Lozano-Vazquez, G., Lobato-Calleros, C., Escalona-Buendia, H., Chavez, G., Alvarez-Ramirez, J., & Vernon-Carter, E. J., 2015, Effect of the Weight Ratio of Alginate-Modified Tapioca Starch on the Physicochemical Properties and Release Kinetics of Chlorogenic Acid Containing Beads, Food Hydrocolloids, Vol. 48: 301-311
Ma, J, Sahai Y., 2013, Chitosan Biopolymer for Fuel Cell Applications, Carbohydrate Polymer, Vol: 92: 955-975
Malviya, R., Srivastava, P., 2011, Preparation, Characterization and Application of Chitosan-Alginate Based Polyelectrolite Complex as Fast Disintegrating Drug Delivery Carrier, Polimery w Medycynie, Vol. 41: 45-54
Martin, M.J., Lara-Villoslada, F., Ruiz, M.A., & Morales, M.E., 2013, Effect of Unmodified Starch on Viability of Alginate-Encapsulated Lactobacillus Fermentum CECT5716, LWT-Food Science and Technology, Vol. 53: 480-486
Mary, C.S.M., & Sasikumar, S., 2015, Sodium Alginate/Starch Blends Loaded with Ciprofloxacin Hydrochloride as a Floating Drug Delivery System-In Vitro Evaluation, Iranian Journal of Chemistry and Chemical Engineering (IJCCE), Vol. 34: 25-31
Marto, J., Gouveia, L., Jorge, I.M., Duarte, A., Gonçalves, L.M., Silva, S.M.C., & Ribeiro, H.M., 2015, Starch-Based Pickering Emulsions for Topical Drug Delivery: A QbD Approach, Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, Vol. 135: 183-192
Mason, W.R., 2009, Starch Use in Foods, Starch: Chemistry and Technology, Elsevier, p. 749
Misson, M., Haron, R., Kamaroddin, M.F.A., Amin, N.A.S., 2009, Pretreatment of Empty Palm Fruit Bunch for Production of Chemicals via
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
67
Catalytic Pyrolysis, Bioresource Technology, Vol. 100: 2867-2873
Mulder, M., 1996, Basic Principles of Membrane Technology, Kluwer Academic Publisher, Netherlands, p. 163
Mushollaeni, W., Rusdiana, E., 2011, Karakterisasi Natrium Alginat dari Sargassum sp., Turbinaria sp. Dan Padina sp., Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. 22: 26-32
Nagpal, M., Singh, S. K., & Mishra, D., 2013, Synthesis Characterization and In Vitro Drug Release from Acrylamide and Sodium Alginate Based Superporous Hydrogel Devices, International journal of pharmaceutical investigation, Vol. 3(3):131
Nursanto, E., Idrus, A., Amijaya, H., & Pramumijoyo, S., 2011, Keterdapatan dan Tipe Mineral pada Batubara serta Metode Analisisnya, Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 4: 1-10
Oates, C.G., 1997, Towards an Understanding of Starch Granule Structure and Hydrolysis. Review. Trends Food Science Technology, Vol. 8: 375−382
Ovesen, L., Bendtsen, F., Tage-Jensen, U., Pedersen, N.T., Gram, B.R., & Rune, S.J., 1986, Intraluminal pH in the Stomach, Duodenum, and Proximal Jejunum in Normal Subjects and Patients with Exocrine Pancreatic Insufficiency, Gastroenterology, Vol. 90: 958-962
Paolino, D., Fresta, M., Sinha, P., Ferrari, M., 2006, Drug Delivery Systems, WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim, p. 437-486
Patterson, G., 2012, A Prehistory of Polymer Science. Springer, New York, p. 1
Pereira, L., Gheda, S.F., & Ribeiro-Claro, P.J., 2013, Analysis by Vibrational Spectroscopy of Seaweed Polysaccharides with Potential Use in Food, Pharmaceutical, and Cosmetic Industries, International Journal of Carbohydrate Chemistry, Vol. 2013: 1-8
Pierog, M., Gierszewska-Druzynska, M., & Ostrowska-Czubenko, J., 2009, Effect of Ionic Crosslinking Agents on Swelling Behavior of Chitosan Hydrogel Membranes, Progress on Chemistry and Application of Chitin and its Derivatives, Polish Chitin Society, Vol. 14: 75-82
Purwanti, A., 2013, Optimasi Kondisi Proses Pengambilan Asam Alginat dari Alga Coklat, Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol. 5: 125-133
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
68
Rasyid, A., 2009, Perbandingan Kualitas Natrium Alginat Beberapa Jenis Algae Coklat, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, Vol. 35 : 57-64
Ridwan, R., Wiseno, E., & Suwargo, P.G., 2012, Pembuatan dan Pengujian Viskometer Tabung, Skripsi Program Studi Teknik Informatika
Saifullah, T.N., Syukri, Y., & Utami, R., 2007, Profil Pelepasan Propanolol HCl dari Tablet Lepas Lambat dengan Sistem Floating Menggunakan Matriks Methocel K15M, Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 18: 48-55
Saito, N., Murakami, N., Takahashi, J., Horiuchi, H., Ota, H., Kato, H., & Takaoka, K., 2005, Synthetic Biodegradable Polymers as Drug Delivery Systems for Bone Morphogenetic Proteins, Advanced drug delivery reviews, Vol 57: 1037-1048
Sakugawa, K., Ikeda, A., Takemura, A., & Ono, H., 2004, Simplified Method for Estimation of Composition of Alginates by FTIR, Journal of Applied Polymer Science, Vol. 93: 1372-1377
Sankalia, M. G., Mashru, R. C., Sankalia, J. M., & Sutariya, V. B., 2005, Papain Entrapment in Alginate Beads for Stability Improvement and Site-specific Delivery: Physicochemical Characterization and Factorial Optimization Using Neural Network Modeling, AAPS PharmSciTech, Vol.6(2): E209-E222.
Sankalia, M.G., Mashru, R. C., Sankalia, J.M., & Sutariya, V.B., 2005, Papain Entrapment in Alginate Beads for Stability Improvement and Site-Specific Delivery: Physicochemical Characterization and Factorial Optimization Using Neural Network Modeling, AAPS Pharmaceutical Science Technology, Vol. 6: 209-222.
Saputra, F.R., 2014, Aplikasi Metode Sds-Page (Sodium dodecyl sulphate poly
acrylamyde gel electrophoresys) untuk Mengidentifikasi Sumber Gelatin pada Kapsul Keras, Skripsi, Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta, p. 1
Sari, I.I., 2015, Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit Kitosan – Sodium Alginat dari Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.)
Tersulfonasi sebagai Proton Exchange Membrane Fuel Cell
(PEMFC), Skripsi, Universitas Airlangga Sari, D.P., Sulaiman, T.N.S., Mafruhah, O.R., 2013, Uji Disolusi Terbanding
Tablet Metformin Hidroklorida Generik Berlogo Dan Bermerek, Majalah Farmasuetik, Vol. 9, Universitas Gadjah Mada
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
69
Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Liberty Press, Yogyakarta, hal. 4-5
Shargel, L., Wu-Pong, S., & Yu, A.B., 2007, Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 5th Edition., Physiologic Factors Related to Drug Absorption, McGraw-Hill, New York, p. 268-269, 373
Syamsuni, H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 166-171
Stuart, B., 2004, Infrared Spectroscopy : Fundamental and Application, John Wiley & Sons, Ltd., p. 24
Sukandi, A., & Santoso, B., 2014, Aplikasi Instrumentasi Ultrasonik pada Pengujian Sifat Mekanik Logam, Poli-Teknologi, Vol. 12: 119-125
Sutiani, A., 2009, Metoda Karakterisasi Bahan Polimer, Kultura, Vol. 10: 1-10
Swift, S. M., Hudgens, J. W., Heselpoth, R. D., Bales, P. M., & Nelson, D. C., 2014, Characterization of AlgMsp, an Alginate Lyase from Microbulbifer sp. 6532A, PLoS One, Vol. 9: 112939
Tahtat, D., Mahlous, M., Benamer, S., Khodja, A.N., Oussedik-Oumehdi, H., & Laraba-Djebari, F., 2013, Oral Delivery of Insulin from Alginate /Chitosan Crosslinked by Glutaraldehyde, International Journal of Biological Macromolecules, Vol. 58: 160-168
Tonnesen, H.H., & Karlsen, J., 2002, Alginate in Drug Delivery Systems, Drug Development and Industrial Pharmacy, Vol. 28: 621-630
Vilar, G., Tulla-Puche, J., Albericio, F., 2012, Polymers and Drug Delivery System, Current Drug Delivery, Vol. 9: 1-28
Viswanathan, S., & Nallamuthu, T., 2014, Extraction of Sodium Alginate from Selected Seaweeds and Their Physiochemical and Biochemical Properties, Extraction, Vol. 3: 10999-11003
Wang, Q., Hu, X., Du, Y., & Kennedy, J.F., 2010, Alginate/Starch Blend Fibers and Their Properties for Drug Controlled Release, Carbohydrate Polymers, Vol. 82: 842-847
Zhang, N., Liu, H., Yu, L., Liu, X., Zhang, L., Chen, L., & Shanks, R., 2013, Developing Gelatin–Starch Blends for Use as Capsule Materials, Carbohydrate Polymers, Vol. 92: 455-461
Zhou, Y., 2008, Nanotubes: A New Carrier for Drug Delivery Systems, The Open Nanoscience Journal, Vol. 2: 1-5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pembuatan Larutan untuk Ekstraksi Natrium Alginat
1. KOH 0,1% (b/v)
0,1% = 1
1000 b/v
b = 1 gram
2. HCl 1% V1 x N1 = V2 x N2 V1 x 37% = 1000 x 1%
V1 = 1000
37
= 27,03 mL
3. HCl 10% V1 x N1 = V2 x N2 V1 x 37% = 100 x 10%
V1 = 1000
37
= 27,03 mL
4. NaOCl 4% dari NaOCl 12%
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x 12% = 100 x 4%
V1 = 400
12
= 33,3 mL
5. Na2CO3 2% Na2CO3 y%(b/v) = y g/100mL Na2CO3 2%(b/v) = 2 g/100 mL
70 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 2
Hasil Penentuan Viskositas dan Berat Molekul Natrium Alginat
Tabel laju alir natrium alginat
Konsentrasi Waktu Alir (s) t1 t2 t3 trata-rata
Akuades 9,6 9,6 9,6 9,6 0,1 C 12,7 12,5 12,5 12,5 0,2 C 12,4 12,6 12,7 12,5 0,3 C 13,7 13,7 13,4 13,6 0,4 C 15,9 16,1 15,1 15,7 0,5 C 17,00 16,9 16,4 16,7
Menghitung nilai C
C = Massa Natrium Alginat
Volume =
0,15 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 𝐿 = 1,5
Menghitung Viskositas Spesifik dengan persamaan :
𝜂 sp = (t1-t0)/t0
Sehingga dihasilkan perhitungan sebagai berikut :
Konsentrasi 0,1 C
𝜂 sp = (t1 - t0) / t0 = (12,5 − 9,6)
9,6 = 0,302
Berikut Tabel Viskositas Spesifik (𝜂 sp)
Konsentrasi Viskositas Spesifik (𝜼 sp)
0,1 C 0,302 0,2 C 0,302 0,3 C 0,416 0,4 C 0,636 0,5 C 0,739
Menghitung viskositas reduksi dengan persamaan :
𝜂 red = 𝜂 sp
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
sehingga dihasilkan perhitungan sebagai berikut :
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
𝜂 red = 𝜂 sp
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0,302
0,1 𝐶 = 0,302
0,1 𝑥 15 = 0,201
Berikut Tabel Viskositas Reduksi
Konsentrasi Viskositas Reduksi (𝜼 red)
0,1 C 2,013 0,2 C 1,006 0,3 C 0,924 0,4 C 1,060 0,5 C 0,985
Kemudian dibuat regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi dan sumbu y adalah viskositas reduksi (𝜂 red) sebagai berikut :
Konsentrasi Viskositas Reduksi (𝜼 red)
0,15 2,013 0,3 1,006 0,45 0,924 0,6 1,060 0,75 0,985
Setelah didapatkan regresi linear, dicari nilai berat molekul natrium alginat dengan persamaan Mark Houwink Sakurada :
𝜂 sp
𝐶 = k [𝜂]2 C + [𝜂]
y = -13347x + 1,7982
[𝜂] = 1,7982
y = -1.3347x + 1.7982
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Vis
kosi
tas
Re
du
ksi (𝜼
red
)
Konsentrasi Natrium Alginat (C)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
[𝜂] = K x Ma (dengan nilai K = 10-4 dan a = 0,88)
1,7982 = 10-4 x M0,88
M0,88 = 1,7982
0,0001
M = √17.9820,88
= 68.397,96 gram/mol
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 3
Rendemen Hasil Ekstraski Natrium Alginat
Massa Sargassum sp. = 100 gram
Massa natrium alginat yang dihasilkan = 29 gram
Rendemen = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑢𝑚𝑝𝑢𝑡 𝑙𝑎𝑢𝑡 x 100%
= 29
100 x 100%
= 29%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 4
Spektra FTIR Natrium Alginat Hasil Ekstraksi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 5
Spektra FTIR Natrium Alginat Komersil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 6
Spektra FTIR Natrium Alginat Campuran (Ekstraksi-Komersil)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 7
Spektra FTIR Kapsul Pati-Natrium Alginat dengan crosslinker STPP
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 8
Pembuatan Komposit Pati – Alginat
Perbandingan Pati : Alginat (2 : 1)
Komposisi pati = 2
2+1 x 4 gram = 2,67 gram pati
Komposisi alginat = 1
2+1 x 4 gram = 1,33 gram pati
Volume akuades = Perbandingan (1 : 15) = 4 x 15 = 60 mL Penambahan STPP 2% dalam 60 mL larutan
STPP y% (b/v) = 𝑦 𝑔𝑟𝑎𝑚
100 𝑚𝐿
STPP 2% (b/v) = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100 𝑚𝐿
Dalam 60 mL = 2 gram x 60 𝑚𝐿
100 𝑚𝐿
= 1,2 gram
Berikut tabel komposit pati - alginat
No Perbandingan (Pati : Alginat)
Massa Pati (gram)
Massa Alginat Campuran
(gram)
Volume Aquades
(mL)
Massa STPP (gram)
1 2 : 1 2,67 gram 1,33 gram 60 mL 1,2 gram 2 3 : 2 2,40 gram 1,60 gram 60 mL 1,2 gram
3 1 : 1 2,00 gram 2,00 gram 60 mL 1,2 gram
4 2 : 3 1,60 gram 2,40 gram 60 mL 1,2 gram
5 1 : 2 1,33 gram 1,67 gram 60 mL 1,2 gram
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 9
Hasil Uji Tarik
Tabel hasil uji sifat mekanik
Variasi F (10-3kN) ∆𝒍 (m) l (m)
p
(10-2 m)
A (10-6 m2)
Data 1 Data 2 Data 1 Data 2 Data 1 Data 2 Data 1
Data 2
2 : 1 12,74 12,25 0,0118 0,0106 0,0009 0,00011 0,01 9 1.1 3 : 2 8,82 8,33 0,0092 0,0090 0,0008 0,0008 0,01 8 8 1 : 1 7,35 8,33 0,0098 0,0030 0,0008 0,0008 0,01 8 8 2 : 3 8,82 8,82 0,0079 0,0068 0,00011 0,00011 0,01 1 1 1 : 2 11,27 9,31 0,0098 0,0079 0,00011 0,00011 0,01 1 1
Hasil uji sifat mekanik membran dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Membran variasi 2 : 1 (Data 1)
Stress = 𝐹
𝐴 =
12,74 𝑥 10−3
9 𝑥 10−6 = 1.415,55 kN/m2
Strain = ∆𝑙
𝑙(0) =
0,0118
0,06 = 0,196
Modulus Young = 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 =
1.415,5
0,196 = 7.221,94 kN/m2
Tabel Stress, Strain dan Modulus Young
Variasi Stress (kN/m2) Strain Modulus Young
(kN/m2) Data 1 Data 2 Data 1 Data 2 Data 1 Data 2
2 : 1 1.415,56 11.136,36 0,1967 0,1767 7.197,74 63.036,02 3 : 2 1.102,50 1.041,25 0,1533 0,1500 7.190,22 6.941,67 1 : 1 918,75 1.041,25 0,1633 0,0500 5.625,00 20.825,00 2 : 3 8.018,18 8.018,18 0,1317 0,1133 60.897,58 70.748,66 1 : 2 10.245,45 8.463,64 0,1633 0,1317 62.727,27 64.280,78
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Tabel stress, strain dan Modulus Young rata-rata
Variasi Stress (kN/m2) Strain Modulus Young (kN/m2) 2:1 6.275,96 0,1867 35.116,88 3:2 1.071,87 0,1517 7.065,94 1:1 980,00 0,1067 13.225,00 2:3 8.018,18 0,1225 65.823,12 1:2 9.354,54 0,1475 63.504,02
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 10
Hasil Uji Swelling Air
Hasil uji swelling air
Variasi W kering (g) W basah (g)
Data 1 Data 2 Data 1 Data 2 2:1 0,063 0,060 0,261 0,252 3:2 0,083 0,088 0,217 0,232 1:1 0,073 0,075 0,327 0,318 2:3 0,076 0,070 0,237 0,271 1:2 0,102 0,102 0,363 0,350
Hasil uji swelling air dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Variasi 1 : 1 (Data 1)
Swelling air = 𝑤 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑤 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑤 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100% =
0,327−0,073
0,073 x 100% = 344,5%
Tabel hasil uji swelling air
Variasi Swelling air (%) Data 1 Data 2 Rata-rata
2 : 1 313,78 319,30 316,54 3 : 2 319,23 336,00 327,62 1 : 1 344,50 321,19 332,84 2 : 3 209,66 286,59 248,12 1 : 2 255,27 242,99 249,13
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Lampiran 11
Hasil Uji Disolusi
1. Pembuatan kurva standart pH 1,2
C (ppm) Absorbansi 2 0,271 4 0,395 6 0,558 8 0,723 10 0,910
pH 4,5
C (ppm) Absorbansi 2 0,262 4 0,354 6 0,494 8 0,639 10 0,772
y = 0,0803x + 0,0896R² = 0,9952
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 2 4 6 8 10 12
Abs
orba
nsi
Konsentrasi (ppm)
Kurva Standart Ciprofloxacin
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
pH 6,8
C (ppm) Absorbansi 2 0,213 4 0,314 6 0,431 8 0,561 10 0,722
y = 0,0653x + 0,1127R² = 0,9947
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 2 4 6 8 10 12
Abs
orba
nsi
Konsentrasi (ppm)
Kurva Standart Ciprofloxacin
y = 0,0633x + 0,0687R² = 0,992
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 2 4 6 8 10 12
Abs
orba
nsi
Konsentrasi (ppm)
Kurva Standart Ciprofloxacin
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
2. Uji Disolusi Kapsul pH 1,2
Waktu (menit)
Absorbansi Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Kapsul
Komersil 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0,322 0,333 0,232 0,361 0,343 0,291 0,561 30 0,405 0,564 0,321 0,452 0,485 0,378 0,654 45 0,526 0,699 0,341 0,469 0,531 0,458 0,699 60 0,648 0,789 0,417 0,596 0,672 0,542 0,742 75 0,799 0,810 0,798 0,685 0,781 0,647 0,785 90 0,804 0,831 0,857 0,778 0,851 0,850 0,878
Perhitungan pada t = 15 menit : y = 0,0803x + 0,0896 x = (y – 0,0896) : 0,0803 x = (0,322 – 0,0896) : 0,0803 x = 2,894 ppm x = 2,894 mg/L Konsentrasi obat awal sebelum disolusi = 100 mg
25 mL = 100 mg
0,025 L = 4000 ppm
Konsentrasi = konsentrasi setelah pengenceran x faktor pengenceran = 2,894 ppm x 400 = 1.157,6 ppm Jadi persentase obat yang terdistribusi = 1.157,6 ppm
4000 ppm x 100% = 28,94%
Jadi, untuk pH 1,2 persentase obat yang release masing-masing :
Waktu (menit)
% Release Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Rata-rata
0 0 0 0 0 0 0 0 15 28,94 30,31 17,73 33,79 31,55 25,08 27.90 30 39,28 59,08 28,82 45,13 49,24 35,92 42.91 45 54,35 75,89 31,31 47,25 54,97 45,88 51.60 60 69,54 87,10 40,77 63,06 72,53 56,34 64.89 75 88,34 89,71 88,22 74,15 86,10 69,41 82.66 90 88,97 92,33 95,57 85,73 94,82 94,69 92.02
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Waktu (menit)
% Release Rata-rata
kapsul pati-alginat
Kapsul Komersil
0 0 0 15 27.90 58,70 30 42.91 70,28 45 51.60 75,89 60 64.89 81,24 75 82.66 86,60 90 92.02 98,18
pH 4,5
Waktu (detik)
Absorbansi Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Kapsul
Komersil 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0,185 0,194 0,214 0,187 0,185 0,202 0,121 40 0,324 0,337 0,296 0,199 0,203 0,223 0,136 60 0,394 0,402 0,695 0,218 0,227 0,238 0,145 80 0,458 0,472 0,720 0,327 0,259 0,249 0,149 100 0,554 0,628 0,742 0,504 0,421 0,398 0,154 120 0,809 0,774 0,785 0,709 0,727 0,752 0,167
Perhitungan pada t = 20 detik : y = 0.0653x + 0.1127 x = (y – 0.1127) : 0.0653 x = (0.185 – 0.1127) : 0.0653 x = 0,889 ppm x = 0.889 mg/L Konsentrasi obat awal sebelum disolusi = 100 mg
25 mL = 100 mg
0,025 L = 4000 ppm
Konsentrasi = konsentrasi setelah pengenceran x faktor pengenceran = 0,889 ppm x 320 = 284,6 ppm Jadi persentase obat yang terdistribusi = 284,6 ppm
4000 ppm x 100% = 7,11%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Jadi, untuk pH 4,5 persentase obat yang release masing-masing :
Waktu (detik)
% Release Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Rata-rata
0 0 0 0 0 0 0 0 20 8,86 9,96 12,41 9,10 8,86 10,94 10,02 40 25,89 27,48 22,46 10,57 11,06 13,51 18,49 60 34,46 35,44 71,34 12,90 14,00 15,35 30,58 80 42,30 44,02 74,40 26,25 17,92 16,69 36,93 100 54,06 63,13 77,09 47,94 37,77 34,95 52,49 120 85,30 81,02 82,36 73,05 75,26 78,32 79,22
Waktu (detik)
% Release Rata-rata
kapsul pati-alginat
Kapsul Komersil
0 0 0 20 10,02 1,01 40 18,49 2,85 60 30,58 3,95 80 36,93 4,44 100 52,49 5,05 120 79,22 6,65
pH 6,8
Waktu (detik)
Absorbansi Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Kapsul
Komersil 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0,125 0,161 0,090 0,102 0,102 0,123 0,125 80 0,197 0,199 0,267 0,275 0,137 0,224 0,256 120 0,205 0,266 0,446 0,443 0,334 0,487 0,291 160 0,566 0,598 0,571 0,578 0,468 0,538 0,348 200 0,688 0,704 0,646 0,698 0,549 0,638 0,563 240 0,804 0,715 0,724 0,725 0,778 0,788 0,589
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.
Perhitungan pada t = 40 detik : y = 0.0633x + 0.0687 x = (y – 0.0687) : 0.0633 x = (0.125 – 0.0687) : 0.0633 x = 1,107 ppm x = 1,107 mg/L konsentrasi obat awal sebelum disolusi = 100 mg
25 mL = 100 mg
0,025 L = 4000 ppm
konsentrasi = konsentrasi setelah pengenceran x faktor pengenceran = 1,107 ppm x 320 = 354,3 ppm Jadi persentase obat yang terdistribusi = 354,3 ppm
4000 ppm x 100% = 8,86%
Jadi, untuk pH 6,8 persentase obat yang release masing-masing :
Waktu (detik)
% Release Kapsul
1 Kapsul
2 Kapsul
3 Kapsul
4 Kapsul
5 Kapsul
6 Rata-rata
0 0 0 0 0 0 0 0 40 7,11 11,66 2,69 4,21 4.20 6.86 6,12 80 16,21 16,47 25,06 26,07 8.63 19.63 18,67 120 17,23 24,93 47,68 47,30 33.52 52.86 37,25 160 62,85 66,89 63,48 64,37 50.46 59.31 61,22 200 78,27 80,29 72,96 79,53 60.70 71.95 73,95 240 92,93 81,68 82,82 82,94 89.64 90.90 86,82
Waktu (detik)
% Release Rata-rata
kapsul pati-alginat
Kapsul Komersil
0 0 0 40 6,12 7,11 80 18,67 23,67 120 37,25 28,09 160 61,22 35,29 200 73,95 62,47 240 86,82 65,75
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ... MAWADDATUL K.