58
PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Skripsi) Oleh AHMAD MEDIKA YUSTISI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG

DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Skripsi)

Oleh

AHMAD MEDIKA YUSTISI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

ABSTRAK

PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG

DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Oleh

AHMAD MEDIKA YUSTISI

Pemerintahan daerah memiliki kewenangan dalam rangka mengelola dan

mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri, salah satunya

melalui pemekaran daerah. Pemekaran daerah dalam UU 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah adalah pemecahan provinsi atau daerah kabupaten/kota

untuk menjadi dua atau lebih daerah baru. Pemerintahan daerah Kabupaten

Lampung Utara saat ini melakukan pembentukan kabupaten baru yaitu Kabupaten

Sungkai Bunga Mayang. Permasalahan yang dikaji penulis dalam penelitian ini

adalah bagaimana proses pememekaran Kabupaten Sungkai Bunga Mayang dari

segi Hukum Administrasi Negara dan apa saja faktor penghambat dalam proses

pembentukannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan

pendekatan yuridis empiris.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemekaran Kabupaten Sungkai

Bunga Mayang terdiri dari Proses penjaringan aspirasi dari masyarakat,

persetujuan bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota serta Persetujuan

Gubernur dan Rekomendasi Menteri. Syarat pemekaran calon Kabupaten Sungkai

Bunga Mayang secara admintratif dan teknis sudah terpenuhi tetapi secara fisik

terdapat dua indikator yang tidak terpenuhi yaitu lokasi calon ibukota yang belum

ditetapkan dan tidak adanya perencanaan sarana dan prasarana pusat

pemerintahan. Faktor penghambat pemekaran Kabupaten Sungkai Bunga Mayang

diantaranya faktor sosial yaitu adanya masyarakat yang tidak menyetujui

pemekaran, faktor dana yang kurang, faktor lokasi pusat pemerintahan yang

belum tetap dan moratorium sehingga proses pemekaran Kabupaten Sungkai

Bunga Mayang belum selesai. Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan

pemerintah Lampung Utara dapat melaksanakan seluruh prosedur dan syarat

pemekaran sesuai dengan peraturan yang ada dan melakukan sosialisasi mengenai

pemekaran daerah untuk menghindari kesalahpahaman dalam masyarakat.

Kata kunci: Faktor penghambat pemekaran, Kabupaten Sungkai Bunga Mayang

Pemekaran Daerah, Prosedur dan Syarat-Syarat Pemekaran.

Page 3: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG

DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Oleh:

Ahmad Medika Yustisi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten
Page 5: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten
Page 6: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten
Page 7: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

RIWAYAT HIDUP

Dengan rahmat Allah SWT. Penulis dilahirkan di Kotabumi,

Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung, pada tanggal 11

Juni 1995. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Hj. Ahmad Yani, S.H. dan Ibu Hj. Dra Tina

Riyanti, M.pd. Penulis memiliki dua orang adik yang bernama Muhammad

Farhan Aufa dan Nabil Fahri Yafi.

Penulis menyelesaikan pendidikan TK di TK Bhayangkari Kotabumi pada tahun

2001, Pendidikan SD di SD Negeri 4 Kotabumi pada tahun 2007, Pendidikan

SMP di SMP Negeri 1 Kotabumi pada tahun 2010, dan SMA di SMA Negeri 3

Kotabumi pada tahun 2013. Penulis diterima di Universitas Lampung pada tahun

2013 melalui jalur SBMPTN sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung

Gedung Karya Jitu, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang.

Penulis selama menjalani studi mengikuti beberapa organisasi kampus yaitu

FOSSI FH Unila 2013, Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara

(HIMA HAN) 2013, Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) sebagai anggota muda

2014 dan organisasi luar kampus yaitu Gerakan Pelajar & Mahasiswa

Pembaharuan (GPMP) 2017 sampai saat ini.

Page 8: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

Motto

“Jangan berhenti sebelum berhasil”

Page 9: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

PERSEMBAHAN

Bissmilahirrahmannirahim

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, Penulis mempersembahka karya

ini kepada:

Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan limpahan cinta kasih, nasihat,

dukungan dan doa yang selaluenjadi kekuatan bagi Penulisuntuk menyelesaikan

skripsi ini. Adik adikku tersayang yang senantiasa memberikan limpahan kasih

sayang, dukungan, serta mendoakan Penulis

Dan Almamaterkku tercinta…Universitas Lampung

Page 10: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, shalawat serta salam kepada

junjungan Rasulullah Muhamad SAW, atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini

dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

Sungkai Bunga Mayang Ditinjau Dari Segi Hukum Administrasi Negara”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Universitas

Lampung. Penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan saran berbagai pihak, untuk

itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Yani S.H dan Ibu Dra Tina Riyanti Mpd

yang penulis cintai, Adik Muhammad Farhan Aufa, Nabil Fahri Yafi, yang

selalu memberikan doa dan dukungan kepada Penulis;

2. Ibu Nurmayani, S.H,. M.H , selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya

meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

(bimbingan skripsi) saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H, sebagai pembimbing kedua atas kesediaannya

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk emberikan bimbingan, saran

dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

Page 11: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

iv

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H,. M.H, selaku Penguji Utama, atas

kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H,.M.H, Selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara dan sebagai Penguji Kedua atas kesediaannya meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H,.M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

7. Miss Rehulina, S.H,.M.H, selaku Pembimbing Akademik, yang telah

membimbing penulis selama kuliah;

8. Segenap Dosen Pengajar dan Staff Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu selama

proses perkuliahan;

9. Anggota Naga Hitam (Abdul Rahman Pn, Achmad Fachrur, Ade Oktariatas

Ky, Agus Pidarta, Andi Kurniawan, Dimas Abimayu, Edius Pratama, Erik

Budi Darmawan, Ferdi Arianto, Firdaus Pardede, Ahmad Sawal, Andre

Rinaldy) yang sudah membantu dan menemani penulis sejak awal kuliah;

10. Teman-teman KKN (Gita Bahana Simarmata, Chairunissa, Nurul Desfajaya,

Abdillah E. Kurniaji, Wardatul Aini Putri) atas pengalaman yang kalian

berikan. Akan selalu mengingat hari dimana kita bersama di Desa Gedung

Karya Jitu;

11. Teman-teman FH angkatan tahun 2013 untuk cinta kasi, tawa, dan dukungan

dan kebersamaannya selama ini;

Page 12: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

v

12. Keluarga besar Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia dan Kushin Ryu M

Karate-do Indonesia untuk persaudaraannya selama ini;

13. Kepada semua pihak yang terlibat namun tidak dapat disebutkan satu persatu,

Penulis Mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Desember 2018

Ahmad Medika Yustisi

Page 13: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ....................................................... 7

1.2.1 Rumusan Masalah ....................................................................... 7

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ......................................... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian .................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah ................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah ....................................................... 9

2.1.2 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Ahli ................................ 10

2.1.3 Pengertian dan Konsep Desentralisasi ........................................ 11

2.2 Pemekaran Daerah ............................................................................... 13

2.2.1 Konsep Pemekaran Wilayah ....................................................... 13

2.2.2 Alasan Pemekaran ...................................................................... 17

2.2.3 Tujuan Pemekaran Wilayah ....................................................... 19

2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Pemekaran Daerah . ................................. 20

2.2.5 Syarat-Syarat Pemekaran ............................................................ 22

2.2.5.1 Syarat Pemekaran Sesuai UU No. 23 Tahun 2014 ......... 22

2.2.5.2 Syarat Pemekaran Sesuai PP No. 78 Tahun 2007 .......... 24

2.2.6 Dampak Pemekaran .................................................................... 27

2.2.7 Perkembangan Wilayah .............................................................. 30

2.2.8 Permasalahan Pemekaran ........................................................... 32

2.3 Dasar Hukum Pembentukan Daerah ................................................... 35

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah ............................................................................ 36

3.2 Sumber Data ........................................................................................ 36

3.3 Penentuan Narasumber ........................................................................ 37

3.4 Karakteristik Responden ...................................................................... 38

3.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................................... 39

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 39

3.5.2 Prosedur Pengolahan Data .......................................................... 40

3.6 Analisis Data ....................................................................................... 40

Page 14: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

vii

Halaman

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Lampung Utara dan Calon Daerah

Otonomi Baru Sungkai Bunga Mayang ............................................. 41

4.1.1 Kecamatan Bunga Mayang........................................................ 43

4.1.2 Kecamatan Muara Sungkai........................................................ 43

4.1.3 Kecamatan Sungkai Jaya .......................................................... 44

4.1.4 Kecamatan Sungkai Utara ......................................................... 44

4.1.5 Kecamatan Hulu Sungkai ......................................................... 44

4.1.6 Kecamatan Sungkai Tengah ..................................................... 45

4.1.7 Kecamatan Sungkai Selatan ..................................................... 45

4.1.8 Kecamatan Sungkai Barat ........................................................ 46

4.2.Proses Pembentukan Kabupaten Sungkai Bunga Mayang ................. 47

4.2.1 Syarat-Syarat Pemekaran Kabupaten Sungkai Bunga Mayang 47

4.2.1.1 Syarat Pemekaran Sesuai UU No. 23 Tahun 2014 ....... 47

4.2.1.2 Syarat Pemekaran Sesuai PP No. 78 Tahun 2007 ........ 48

4.2.2 Proses Penjaringan aspirasi, Persetujuan Bupati/DPRD

Lampung Utara, Persetujuan Gubernur dan Rekomendasi

Menteri ...................................................................................... 51

4.2.2.1 Proses Penjaringan Aspirasi Masyarakat ...................... 51

4.2.2.2 Proses Persetujuan Bupati/Walikota danPersetujuan

DPRD Kabupaten/Kota ................................................ 52

4.2.2.3 Proses Penyetujuan Gubernur........................................ 53

4.2.2.4 Rekomendasi Menteri .................................................... 54

4.3.Faktor Penghambat ............................................................................ 55

4.3.1 Faktor Internal ........................................................................... 55

4.3.2 Faktor Eksternal......................................................................... 57

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 58

5.2 Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60

LAMPIRAN Gambar ............................................................................................................. 63

Page 15: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.1 Tujuan pemberian otonomi

daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Daerah

diharapkan mampu meningkatkan daya saing berdasarkan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah.

Otonomi daerah di Indonesia dapat terlaksana dengan adanya kebijakan

desentralisasi. Pelaksanaan kebijakan desentralisasi adalah adanya perubahan pola

perkembangan wilayah. Sejak keluarnya UU Otonomi Daerah tahun 1999 dan PP

Pemekaran Daerah tahun 2000, jumlah daerah otonom hampir dua kali lipat dari

jumlah daerah awal. Sebelum UU berlaku jumlah daerah otonom sebanyak 249

kabupaten, diakhir tahun 2007 jumlahnya menjadi 370 kabupaten.

1 Nordiawan, Deddi, Iswahyudi SP dan Maulidah Rahmawati, 2007, Akuntansi Pemerintahan,

Salemba Empat, Jakarta. Hlm.284

Page 16: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

2

Pemekaran daerah di Indonesia pada tahun 1999 ditentukan oleh pemerintah

pusat, sementara setelah berlakunya UU Nomor 22 tahun 1999 pemerintah daerah

dapat mengusulkan pemekaran wilayah asalkan memenuhi kriteria kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial-budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luas

daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya pemekaran

wilayah.2Setiap daerah dituntut untuk memajukan daerahnya sendiri dengan

melihat potensi yang ada pada daerah tersebut. 3

Pada tahun 2014 pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia

mengalami perubahan setelah ditetapkannya Undang-Undang nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini mengatur tentang tata

cara, mekanisme, dan syarat-syarat dari pemekaran itu sendiri, dimana setelah

disahkannya UU No 23 Tahun 2014 membuat UU No 23 Tahun 2007 tidak sah

karena tidak lagi sesuai dengan ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Hal ini dilakukan karena banyaknya daerah yang ingin

memekarkan daerahnya sehingga pemekaran suatu daerah diperketat dengan UU

No 23 Tahun 2014.4

Hal yang diperbarui pada UU No 23 Tahun 2014 ini dari UU sebelumnya adalah

pengetatan prosedur pemekaran daerah baru. Prosedur pemekaran tersebut antara

lain usulan pemekaran itu harus melewati pemerintah pusat, setelah mendapat

2Layla Sabeita El Fitri, Irwan Noor, Suwondo. 2013. Pemekaran Kecamatan Dalam Peningkatan

Pelayanan Kependudukan. Jurnal Administrasi Publik. 1 (3). Hlm 1 3Himawan Hariyoga, 2008, Studi Evaluasi (Impact) Penataan Daerah Otonom Baru Tahun 2008,

Direktorat Otonomi Daerah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Jakarta. Hlm 4 4 NiLuh Putu Suartami Dewi dan Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, 2015, Analisis Yuridis Terkait

Pemekaran Daerah Berdasarkan Prinsip Otonomi Daerah, http://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/viewFile/15236/10092, diakses tanggal 10 Maret, pukul 14:39

Page 17: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

3

usulan pemerintah melakukan kajian menggunakan Peraturan Pemerintah (PP).

PP yang digunakan adalah PP Nomor 78 Tahun 2007 sebagai payung hukum dari

pembentukan daerah persiapan atau daerah administrative. Menurut PP Nomor 78

Tahun 2007 dalam pembentukan daerah kabupaten/kota berupa pemekaran

kabupaten/kota dan penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada

wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat administratif,

teknis, dan fisik kewilayahan.

1. Persyaratan Administratif

a. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan

calon kabupaten/kota;

b. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten/kota

c. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten /kota

d. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten/kota; dan

e. Rekomendasi Menteri.

2. Persyaratan Teknis

Syarat teknis pembentukan wilayah kabupaten/kota meliputi faktor kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,

pertahanan, kemanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat,

dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah. Suatu calon daerah

otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila calon daerah

otonom dan daerah induknhya mempunyai total nilai seluruh indikator dan

Page 18: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

4

perolehan nilai seluruh indikator dan perolehan nilai indikator faktor

kependudukan, faktor kemapanan ekononomi, faktor potensi daerah, dan faktor

kemampuan keuangan dengan kategori sangat mampu dan mampu.

3. Syarat Fisik

Syarat fisik kewilayahan meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana

dan prasarana pemerintahan. Cakupan wilayah tersebut dimaksudkan untuk;

a. Pembentukan provinsi paling sedikit 5 kabupaten/kota;

b. Pembentukan kabupaten paling sedikit 5 kecamatan; dan

c. Pembentukan kota paling sedikit 4 kecamatan.

Daerah persiapan otonomi ini diberi waktu tiga tahun untuk menjalankan

administrasi pemerintahannya, termasuk mengurus sumber keuangan daerahnya.

Jika dalam waktu tiga tahun daerah persiapan itu dapat memenuhi persyaratan,

maka daerah itu akan ditetapkan menjadi Daerah Otonomi Baru.

Salah satu daerah yang rencananya akan dimekarkan sebagai Kabupaten adalah

Kabupaten Sungkai Bunga Mayang, yang terletak di Lampung Utara. Calon

Kabupaten Sungkai Bunga Mayang terdiri dari delapan kecamatan, diantaranya

adalah Kecamatan Bunga Mayang, Kecamatan Muara Sungkai, Kecamatan

Sungkai Jaya, Kecamatan Sungkai Utara, Kecamatan Hulu Sungkai, Kecamatan

Sungkai Tengah, Kecamatan Sungkai Selatan, dan Kecamatan Sungkai Barat.

Sehubungan dengan itu, proses pembentukan calon Kabupaten Sungkai Bunga

Mayang dimulai dari tahun 2015 dengan tujuan untuk mempercepat pelaksanaaan

pembangunan perekonomian daerah, memperpendek rentang kendali

pemerintahan Panitia Khusus Pemekaran Kabupaten Sungkai Bunga Mayang

Page 19: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

5

telah terbentuk oleh DPRD Lampung Utara.5 Tujuan dibentukknya Panitia Khusus

Pembentukan adalah untuk menilai kelengkapan syarat-syarat pembentukan

wilayah. Dengan demikian dapat mengurangi masalah-masalah pembentukan

daerah yang terjadi saat ini. Salah satu cara untuk mengurangi masalah

pembentukan adalah dengan dikeluarkannya moratorium pembentukan yang

dikeluarkan oleh pemerintah pusat, yang bertujuan untuk membatasi dibentuknya

daerah baru karena anggaran pemerintahan yang terbatas. Hal ini disebabkan

karena dalam menjalankan pembentukan daerah baru membutuhkan biaya yang

sangat banyak sementara kondisi keuangan negara terbatas.

Pembentukan daerah baru dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk atau

merugikan daerah lain, karena anggaran untuk daerah induk akan dikurangi untuk

membiayai daerah yang baru. Rencana pemnbentukan daerah baru bisa

mematikan ekonomi, sumber daya kabupaten induk yaitu Lampung Utara jika

tidak didukung dengan kesiapan yang matang. Karena Kabupaten Lampung Utara

terdiri dari kecamatan yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dimana

wilayah yang terletak di kecamatan-kecamatan sumber PAD berada dalam

wilayah pembentukan daerah baru. Maka dari itu PAD kabupaten induk akan

tertarik pada kabupaten baru karena daya dukung dari kabupaten induk akan

dipergunakan untuk membangun daerah baru. Daerah yang akan diambil alih oleh

daerah baru tersebut adalah sumber perekonomian, pertanian, industri, ternak, dari

daerah induk yaitu Kabupaten Lampung Utara. Pada wilayah tersebut terdapat

jumlah penduduk yang cukup besar. Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang

5http://www. lampungekspres-plus.com/2016/11/28/pemekaran-sungkai-bunga-mayang-DPRD-

lampura-rencanakan-persetujuan-bersama/ diakses tanggal 8 Maret 2017 Pukul 20.00

Page 20: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

6

peneliti lakukan dengan mewawancarai narasumber Bapak Haikal selaku tokoh

masyarakat, ditemukan adanya beberapa hal sebagai berikut:

1. Rencana penempatan letak ibukota yang tidak tepat yaitu terlalu jauh dari

pusat kabupaten;

2. Penempatan calon ibukota yang berubah-ubah/belum memiliki kepastian,

adanya tarik ulur antara pihak-pihak yang berkepentingan;

3. Rentang kendali pemerintahan yang tidak efektif, karena pusat

pemerintahan terlalu jauh berada di ujung batas wilayah dan tidak berada

di tengah kabupaten Bunga Mayang;

4. Distribusi barang dan jasa dapat terganggu karena jauhnya lokasi ibukota

dengan wilayah pendukung.

5. Percepatan pembangunan wilayah pembentukan menjadi tidak optimal,

karena daya dukung pertumbuhsan ekonomi belum memadai.

Berdasarkan fakta di atas membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian di

Kecamatan Sungkai Bunga Mayang dengan judul “Pemekaran Wilayah

Kabupaten Sungkai Bunga Mayang Ditinjau Dari Segi Hukum Administrasi

Negara” untuk mengkaji apakah persyaratan pembentukan daerah ini sudah

sesuai dengan Undang-Undang atau tidak, untuk dijadikan kabupaten baru.

Page 21: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

7

1.2 Permasalahan Dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan memperhatikan pokok-pokok pikiran di

atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah proses pembentukan Kabupaten Sungkai Bunga Mayang dari

segi Hukum Administrasi Negara.

2. Apa saja faktor penghambat dalam proses pembentukan Kabupaten Sungkai

Bunga Mayang?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah Hukum Administrasi Negara dengan

kajian mengenai syarat untuk pembentukan suatu Kabupaten, dan Persiapan dari

Masyarakat kecamatan Bunga Mayang, Sungkai Selatan, Sungkai Utara, Sungkai

Barat, Hulu Sungkai dan Sungkai Tengah untuk mendukung terbentuknya

kabupaten baru.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembentukan Kabupaten Sungkai Bunga Mayang

dalam memenuhi syarat menjadi kabupaten.

Page 22: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

8

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pembentukan Kabupaten

Sungkai Bunga Mayang.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak, antara lain:

1. Kegunaan bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan

wawasan dan kemampuan berfikir mengenai penerapan teori dan praktik yang

telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima ke dalam penelitian yang

sebenarnya.

2. Kegunaan bagi dunia akademik

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan Ilmu Hukum

Administrasi Negara, khususnya yang mengkaji masalah Pembentukan daerah

khususnya Pembentukan Kabupaten.

Page 23: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Secara etimologis, pengertian otonomi berasal dari bahasa latin yaitu “ autos

“yang mempunyai arti “sendiri” dan “nomos” yang dapat diartikan sebagai aturan.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.6

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan Kepentingan masyaraat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian otonomi

yang seluas luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

peran serta masyarakat.7

6 Ibid hlm 36

7 Pemda Lampung Utara, Kajian Pembentukan Daerah Persiapan Kabupaten Sungkai Bunga

Mayang, 2015, hlm 1-1

Page 24: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

10

2.1.2 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Ahli

Otonomi Daerah menurut F. Sugeng Istianto, adalah “Hak dan wewenang untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerah”. Menurut Ateng Syarifuddin,

“Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan

kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud

pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggung jawabkan”. Syarif Saleh,

mendefinisikan Otonomi Daerah sebagai “Hak mengatur dan memerintah daerah

sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah

pusat”.8

Selain dari pendapat para pakar diatas, ada juga beberapa pendapat ahli lain yang

memberikan pengertian yang berbeda mengenai otonomi daerah. Menurut

Benyamin Hoesein, otonomi daerah adalah “Pemerintahan oleh dan untuk rakyat

di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar

pemerintah pusat”. Menurut Phillip Mahwood, otonomi daerah adalah “Suatu

pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri dimana keberadaannya

terpisah dengan otoritas yang disrahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan

sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda”.

Pengertian otonomi daerah menurut Mariun, adalah “Kebebasan (kewenangan)

yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang memungkinkan mereka untuk

membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan mengoptimalkan sumber

daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan kebebasan

untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat”. Pengertian

8 Ibid hlm 2-1

Page 25: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

11

Otonomi daerah menurut Vincent Lemius, adalah “Kebebasan (kewenangan)

untuk megambil atau membuat suatu keputusann politik maupun administrasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di dalam otonomi daerah terdapat

kebebasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk menentukan apa yang

menjadi kebutuhan daerah namun apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut

senantiasa harus disesuaikan dengan kepentingan nasional sebagaimana yang

telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”.

2.1.3 Pengertian dan Konsep Desentralisasi

Desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan

pemerintahan dari Pemerintah Pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang

lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi

urusan rumah tangga daerah itu. Dengan demikian, prakarsa, wewenang, dan

tanggung jawab mengenai urusan-urusan yang diserahkan tadi sepenuhnya

menjadi tanggung jawab daerah itu, baik mengenai politik, kebijaksanaan,

perencanan, dan pelaksanaannya maupun mengenai segi-segi pembiayannya.

Perangkat pelaksanaannya adalah perangkat daerah sendiri.9

Desentralisasi merupakan suatu alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara,

khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan

menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis.

Desentralisasi dapat diwujudkan dengan pelimpahan kewenangan kepada tingkat

pemerintahan di bawahnya untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk

9 Kansil C.S.T dan Christine Kansil, Pemerintahan Daerah Di Indonesia Hukum Administrasi Daerah

Jakarta: Sinar Grafika, 2004 hlm 3 h

Page 26: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

12

memungut pajak (taxing power), terbentuknya Dewan yang dipilih oleh rakyat,

Kepala Daerah yang dipilih oleh DPRD, dan adanya bentuan dalam bentuk

transfer dari Pemerintah Pusat.

Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari

Pemerintah Pusat atau kepada wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat yang

lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Tanggung jawab tetap ada pada

Pemerintah Pusat. Baik perencanaan dan pelaksanaannya maupun pembiayayaan

menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. Unsur pelaksanaannya dikoordinasian

oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku wakil Pemerintah Pusat.

Latar belakang diadakannya sistem dekonsentrasi ialah bahwa tidak semua urusan

Pemerintah Pusat dapat diserahkan kepana Pemerintah Daerah menurut asas

desentralisasi.10

Konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan desentralisasi (otonomi

daerah) adalah adanya perubahan pola perkembangan wilayah. Dalam waktu lima

belas tahun sejak diterbitkannya UU Otonomi Daerah tahun 1999 dan PP

Pemekaran Daerah tahun 2000, jumlah daerah otonom hampir berlipat ganda.

Sebelum UU tersebut berlaku, jumlah daerah otonom berjumlah 249 kabupaten,

65 kota dan 27 provinsi. Di akhir Desember tahun 2007, jumlahnya menjadi 370

kabupaten, 95 kota dan 33 provinsi. Hingga Akhir Desember tahun 2013 telah

terdapat 413 kabupaten, 98 kota dan 34 provinsi.

Pemekaran wilayah di Indonesia sebelum tahun 1999 ditentukan oleh pemerintah

pusat dengan tahap persiapan yang cukup lama. Tahapan persiapan ini

10

Ibid hlm 4

Page 27: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

13

menyangkut penyiapan infrastruktur pemerintahan, aparatru pemerintah daerah

hingga terbangunnya fasilitas-fasitas umum. Munculnya wilayah pertumbuhan

ekonomi, pemukiman maupun dinamik nya kehidupan sosial politik menjadi

penilaian sebelum. Daerah tersebut ditetapkan sebagai daerah otonom.

Kewenangan pemerintah pusat yang tinggi justru tidak banyak menimbulkan

gejolah sosial politik yang berat di daerah.

2.2 Pemekaran Daerah

2.2.1 Konsep Pemekaran Wilayah

Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua

daerah atau lebih.11

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk

meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat di samping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat local. Untuk

itu pembentukan daerah harus memperhatikan berbagai faktor, seperti

kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan , dan

pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan,

serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat

menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya

otonomi daerah12

.

PP Nomor 78 Tahun 2007 juga menjadi landasan dalam Pemekaran daerah, yang

didalam PP tersebut berisikan tata cara pemekaran, pembentukan, penghapusan,

11

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Pasal 1. 12

Sunarno, Siswanto, 2006 Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 15

Page 28: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

14

dan Penggabungan Daerah.Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun

2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah,

Pemekaran Daerah merupakan pemecahan Provinsi atau Kabupaten/kota menjadi

dua daerah atau lebih. Dalam hal pemekaran ini dapat berupa pembentukan daerah

yaitu pemberian status pada wilayah tertentu sebagai daerah provinsi atau daerah

Kabupaten/kota. Penghapusan daerah yaitu pencabutan status sebagai daerah

Provinsi atau daerah Kabupaten/kota. Penggabungan daerah yang merupakan

penyatuan daerah yang dihapus ke dalam daerah lain yang bersandingan. 13

Pemekaran wilayah merupakan pembagian kewenangan administratif dari satu

wilayah menjadi dua atau beberapa wilayah. Pembagian tersebut juga menyangkut

las wilayah maupun jumlah penduduk sehingga lebih mengecil. Pada level

provinsi menghasilkan satu pola yakni dari satu provinsi menjadi provinsi baru

dan provinsi induk. Sementara pada level kabupaten terdiri dari beberapa pola

yakni, pertama, dari satu kabupaten menjadi satu kabupaten baru (Daerah Otonom

Baru) dan kabupaten induk. Kedua, dari satu kabupaten menjadi satu kota baru

dan kabupaten induk. Ketiga, dari satu kabupaten menjadi dua kabupaten baru dan

satu kabupaten induk (Bappenas, 2010).

Secara teoritis, pemekaran wilayah pertama kali di ungkapkan oleh Charles Tibout

(1956) dalam Nurkholis (2005) dengan pendekatan public choice school. Dalam

artikelnya “A Pure Theory of Local Expenditure”, ia mengemukakan bahwa

pemekaran wilayah dianalogikan sebagai model ekonomi persaingan sempurna,

dimana pemerintahan daerah memiliki kekuatan untuk mempertahankan tingkat

13

PP No 78 tahun 2007

Page 29: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

15

pajak yang rendah, menyediakan pelayanan yang efisien, dan mengijinkan setiap

individu masyarakatnya untuk mengekspresikan preferensinya untuk setiap jenis

pelayanan dari berbagai tingkat pemerintahan yang berbeda dengan “vote witch

their feet” (Bappenas, 2010).

Selain itu, Swianiewicz (2002) dalam Nurkholis (2005) juga mengungkapkan

bahwa komunitas lokal yang kecil lebih homogeni, dan lebih mudah untuk

mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan preferensi sebagian besar

masyarakatnya. Kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam komunitas

yang kecil memiliki peluang lebih besar. Lalu pemerintahan daerah yang kecil

memiliki birokrasi yang rendah, contohnya fungsi administrasinya. Pemekaran

juga mendukung adanya persaingan antar pemerintahan darah dalam

mendatangkan modal ke daerahnya masing-masing, dimana pada hal ini dapat

meningkatkan produktifitas. Terakhir, pemekaran mendukung berbagai

eksperimen dan inovasi (Bappenas, 2010).

Pemekaran wilayah di Indonesia sebelum tahun 1999 ditentukan oleh pemerintah

pusat dengan tahap persiapan yang cukup lama. Tahapan persiapan tersebut

menyangkut persiapan infrastruktur pemerintahan, aparatur pemerintahan daerah

hingga terbangunnya fasilitas-fasilitas umum. Munculnya wilayah pertumbuhan

ekonomi, pemukiman dan juga dinamisnya kehidupan sosial politik menjadi

penilaian sebelum daerah tersebut dapat ditetapkan menjadi daerah otonom.

Kewenangan pemerintah pusat yang tinggi justru tidak banyak menimbulkan

gejolak sosial politik yang berarti di daerah (Bappenas, 2010).

Page 30: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

16

Sementara sejak UU No. 23 Tahun 2014 berlaku, pemerintahan daerah dapat

mengusulkan pemekaran wilayah asalkan memenuhi kriteria kemampuan

ekonomi, potensi darah, sosial-budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luas

daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi

darah. Kriteria lebih lanjut diatur dalam PP No. 78 Tahun 2007 yang diperinci

dalam 19 indikator dan 43 sub indikator. Suatu daerah dinyatakan “lulus: menjadi

daerah otonom apabila darah induk maupun calon daerah yang akan dibentuk

mempunyai total skor sama atau lebih besar dari skor minimal kelulusan, dan

“ditolak” apabila sebagian besar (lebih dari separuh) skor sub indikator bernilai 1

(skor terendah).

Aturan diatas menegaskan bahwa darah akan memiliki kecenderungan untuk

dimekarkan apabila daerah tersebut, a) terletak di luar jawa dan Bali; b) daerah

berstatus Kabupaten; c) memiliki rasio Pendapatan Daerah Sendiri terhadap

pengeluaran total yang besar; d) bukan daerah baru hasil pemekaran; e) memiliki

PDRB yang berkontribusi dominan terhadap PDRB total (atas dasar harga

berlakku) seluruh Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi; f) mempunyai jumlah

penduduk yang besar; g) mempunyai wilayah yang cukup luas; h) mendapatkan

alokasi DAU yang besar; dan i) memiliki nilai PDRB yang relatif kecil

(Bappenas,2010).

Setelah UU No 22 Tahun 1999 direvisi dengan UU No. 23 Tahun 2014, maka

pengaturan teknis pemekaran wilayah diatur dalam PP No 78 Tahun 2007 tentang

tata cara pembentukan , penghapusan, dan penggabungan daerah yang memiliki

persyaratan pemekaran wilayah yang lebih ketat dibandingkan PP No. 129 Tahun

Page 31: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

17

2000. Walaupun PP ini telah berlaku namun dampaknya belum cukup kuat

membuat pemekaran berjalan lebih baik.

2.2.2 Alasan Pemekaran

Secara umum terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Bagi pemerintah pusat, ketika merumuskan PP 129 Tahun 2000

berkeinginan untuk mencari daerah otonom baru yang dapat berdiri sendiri dan

mandiri. Di lain pihak, ternyata pemerintah daerah yang memiliki pendapat yang

berbeda. Pemerintahan daerah melihat pemekaran wilaya sebagai upaya untuk

secara cepat keluar dari keterpurukan (David Jackson et.al. 2008).

Daerah melakukan pemekaran wilayah didasari atas berbagai macam alasan,

pertama, dasar preference for homogeneity (kesamaan kelompok) atau historical

etnic memungkinkan ikatan sosial dalam suatu etnik yang sama dan itu perlu

diwujudkan didalam satu wilahyah yang sama pula. Keinginan untuk membuat

wilayah baru seiring dengan semakin menguatnya kecenderungan pengelompokan

etnis pada wilayah lama. Hal ini muncul karena mengingat dalam wilayah lama,

mereka tidak banyak mendapat kesempatan ekonomi dan politik yang bisa

dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok masyarakat tersebut. Disamping faktor

sejarah etnik tersebut di masa lalu, Fitriani et. Al., (2005) membuktikan bahwa

historikal etnik menjadi alasan dalam pemekaran wilayah melalui model

ekonometrik dan hasilnya secara statistik signifikan.

Alasan kedua adalah, fiscal spoil (insentif fiscal untuk memekarkan diri, didapat

dari DAU/DAK), adanya jaminan transfer dana, khususnya Dana Alokasi Umum,

Page 32: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

18

dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah, yang menghasilkan keyakinan

bahwa daerah tersebut akan dibiayai. Pembiayaan itu melalui alokasi untuk

Pegawai Negeri Sipil Daerah maupun peluang kesempatan kerja melalui

peningkatan jumlah staf pemerintah daerah. Jaminan itu diharap dapat berampak

terhadap meningkatnya aktivitas perekonomian, baik melalui belanja langsung

pegawai meupun pembelanjaan barang dan jasa dari aktivitas pemerintahan.

Dalam halnya ini, akumulasi aktivitas ekonomi diharapkan ber-implikasi positif

terhadap kesejahteraan masyarakat secara umum.

Alasan Ketiga adalah, beaurocratic and political rent seeking (alasan politik, dan

untuk mencari jabatan penting/mobilitas vertikal). Alasan politik dimana dengan

adanya wilayah baru akan memunculkan suatu wilayah kekuasaan politik baru,

sehingga aspirasi politik masyarakat menjadi lebih dekat. Pada level daerah tentu

saja kesempatan tersebut akan muncul melalui kekuasaaan eksekutif maupun

legislatif. Pada level nasional, muncul nya wilayah baru bisa dimanfaatkan

sebagai peluang untuk dukungan yang lebih besar pada kekuatan politik tertentu.

Pada akhirnya keberadaan wilayah akan muncul dalam kalkulasi politik yang

lebih representatif.

Alasan keempat adalah, administrative dispersion, untuk mengatasi rentang

kendali dalam pemerintahan. Alasan ini semakin kuat mengingat daerah-daerah

pemekaran merupakan daerah yang cukup luas, sementara pusat pemerintahan dan

pelayanan masyarakat sulit untuk dijangkau. Posisi Ibukota pemerintahan menjadi

faktorpenentu. Hal ini juga nyata terbukti bahwa daerah-daerah pemekeran

Page 33: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

19

merupakan daerah tertinggal dan miskin yang dukungan pelayanan publik nya

maupun infrastruktur pendukungnya sangat minim14

2.2.3 Tujuan Pemekaran Wilayah

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang penataan daerah yang terdiri dari

pembentukan daerah dan penyesuaian daerah, penataan daerah di Indonesia

ditujukan untuk:

a. Mewujudkan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

b. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat

c. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik

d. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan

e. Meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah

f. Memelihara keunikan adat istiadat, tradisi dan budaya daerah

Berdasarkan PP No. 78 Tahun 2007, menyebutkan bahwa yang menjadi tujuan

dari pemekaran daerah yaitu,

1. Peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat

2. Percepatan kehidupan pertumbuhan kehidupan demokrasi

3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah

4. Percepatan pengelolaan potensi daerah

5. Peningkatan keamanan dan ketertiban

6. Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

14

Andik Wahyun Mukhoyyidin. 2013. Pemekaran wilayah dan otonomi daerah pasca reformasi di Indonesia: konsep, fakta empiris dan rekomendasi ke depan. Jurnal Kostitusi, 10(2). 23 hlm.

Page 34: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

20

2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Pemekaran Daerah

Adapun tata cara pembentukan daerah Kabupaten/kotasebagaimana dimaksud

dalam PP No. 78 Tahun 2007 Pasal 1615

tentang Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah adalah sebagai berikut:

1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD

untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk

Kelurahan diwilayah yang menjadi calon cakupan wilayah Kabupaten/kota

yang akan dimekarkan;

2. DPRD Kabupaten/kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak

aspirasi tersebut dalam bentuk Keputusan DPRD berdasarkan aspirasi

sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh BPD untuk desa atau

nama lain dan Forum Komunikasi Kelurahan untuk kelurahan atau nama lain;

3. Bupati/Walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi dalam

bentuk Keputusan Bupati/Walikota berdasarkan hasil kajian daerah;

4. Bupati/Walikota mengusulkan pembentukan kabupaten/kotakepada Gubernur

untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan:

a. Dokumen aspirasi masyarakat calon Kabupaten/kota;

b. Hasil kajian daerah;

c. Peta wilayah calon Kabupaten/kota; dan

d. Keputusan DPRD Kabupaten/kota dan Keputusan Bupati/Walikota (syarat

administratif).

15

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 Pasal 16

Page 35: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

21

5. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan

Kabupaten/kota berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah

6. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan calon Kabupaten/kota kepada

DPRD Provinsi

7. DPRD memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan

Kabupaten/kota; dan

8. Dalam hal Gubernur menyetujui usulan pembentukan Kabupaten/kota,

Gubernur mengusulkan pembentukan Kabupaten/kota kepada Presiden

melalui Menteri dengan melampirkan:

a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon Kabupaten/kota;

b. Hasil kajian daerah;

c. Peta wilayah calon Kabupaten/kota;

d. Keputusan DPRD Kabupaten/kotadan keputusan Bupati/Walikota (syarat

administratif); dan

e. Keputusan DPRD Provinsi dan Keputusan Gubernur (syarat administratif).

Dengan demikian usul pembentukan suatu daerah tidak dapat diproses apabila

hanya memenuhi sebagian persyaratan saja, seperti halnya sebagian besar usul-

usul pembentukan daerah sebelumnya hanya didasarkan pada pertimbangan faktor

politis atau faktor sejarah saja. Pembentukan daerah harus bermanfaat bagi

pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan daerah pada khususnya

denga tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang secara tidak langsung

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah16

.

16

Sunarno Siswanto, 2006, Hukum Pemerintahan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 17

Page 36: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

22

2.2.5 Syarat-Syarat Pemekaran

2.2.5.1 Syarat Pemekaran Sesuai UU No. 23 Tahun 2014

Pemekaran daerah dilakukan melalui tahapan daerah persiapan provinsi atau

daerah persiapan kabupaten/kota. Pembentukan daetah persiapan tersebut harus

memenuhi persyaratan dasar dan persyaratan administratif.

a. Persyaratan dasar; meliputi persyaratan dasar kewilayahan dan persyaratan

dasar kapasitas daerah.

1. Persyaratan dasar kewilayahan meliputi:

a. Luas wilayah minimal dan jumlah penduduk minimal ditentukan

berdasarkan pengelompokan pulau atau kepulauan.

b. Jumlah penduduk minimal ditentukan berdasarkan pengelompokan pulau

atau kepulauan.

c. Batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam dibuktikan dengan titik

koordinat pada peta dasar. Cakupan Wilayah sebagaimana dimaksud

meliputi:

a. paling sedikit 5 (lima) Daerah kabupaten/kota untuk pembentukan

Daerah provinsi;

b. Paling sedikit 5 (lima) Kecamatan untuk pembentukan Daerah

kabupaten; dan

c. paling sedikit 4 (empat) Kecamatan untuk pembentukan Daerah kota.

d. Cakupan Wilayah untuk Daerah Persiapan yang wilayahnya terdiri atas

pulau-pulau memuat Cakupan Wilayah dan rincian nama pulau yang

berada dalam wilayahnya.

Page 37: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

23

e. Batas usia minimal meliputi:

a. batas usia minimal Daerah provinsi 10 (sepuluh) tahun dan Daerah

kabupaten/kota 7 (tujuh) tahun terhitung sejak pembentukan; dan

b. batas usia minimal Kecamatan yang menjadi Cakupan Wilayah Daerah

kabupaten/kota 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan.

2. Persyaratan dasar kapasitas daerah didasarkan pada: geografi, demografi,

keamanan, sosial politik adat dan tradisi, potensi ekonomi , keuangan

daerah dan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan.

b. Persyaratan administratif disusun sebagai berikut:

1. Daerah provinsi meliputi: persetujuan bersama DPRD kabupaten/kota

dengan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah persiapan

provinsi dan persetujuan anggota DPR induk dengan gubernur daerah

provinsi induk.

2. Untuk daerah kabupaten/kota meliputi: keputusan musyawarah desa yang

akan menjadi cakupan wilayah daerah kabupaten/kota, persetujuan

bersama DPRD kabupaten/kota induk dengan bupati/walikota daerah

iinduk dan persetujuan bersama DPRD provinsi dengan gubernur dari

daerah provinsi yang mencakupi daerah persiapan kabupaten/kota yang

akan dibentuk.

Page 38: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

24

2.2.5.2 Syarat Pemekaran Sesuai PP No.78 Tahun 2007

Menurut PP Nomor 78 Tahun 2007 Dalam pembentukan daerah kabupaten/kota

berupa pemekaran kabupaten/kota dan penggabungan beberapa kecamatan yang

bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat

administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

1. Persyaratan Administratif

a. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan

calon kabupaten/kota;

b. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten/kota

c. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten /kota

d. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon

kabupaten/kota; dan

e. Rekomendasi Menteri.

2. Persyaratan Teknis

Syarat teknis pembentukan wilayah kabupaten/kota meliputi faktor kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,

pertahanan, kemanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat,

dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah. Suatu calon daerah

otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila calon daerah

otonom dan daerah induknhya mempunyai total nilai seluruh indikator dan

perolehan nilai seluruh indikator dan perolehan nilai indikator faktor

Page 39: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

25

kependudukan, faktor kemapanan ekononomi, faktor potensi daerah, dan faktor

kemampuan keuangan dengan kategori sangat mampu dan mampu.

Suatu calon daerah otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru

apabila calon daerah otonom dan daerah induknya mempunyai total nilai seluruh

indikator dan perolehan nilai indikator kependudukan, faktor kemampuan

ekonomi, faktor potensi daerah dan faktor kemampuan keuagan dengan kategori

sangat mampu atau mampu.

Daerah otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila

mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori sangat mampu (420-

500) atau mampu (340-419) serta perolehan total nilai indikator faktor

kependudukan (80-100), fakor kemampuan ekonomi (60-75), faktor potensi

daerah (60-75) dan faktor kemampuan keuangan (60-75).

Tabel 1. Kriteria kelulusan daerah otonomi baru berdasarkan PP No 78 2007

Kategori Total Seluruh Indikator Keterangan

Sangat mampu 420 s/d 500 Rekomendasi

Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi

Kurang Mampu 260 s/d 339 Ditolak

Tidak Mampu 180 s/d 259 Ditolak

Sangat Tidak Mampu 100 s/d 179 Ditolak

Sumber: PP No 78 Tahun 2007

Usulan pembentukan daerah otonom baru ditolak apabila calon daerah otonom

baru atau daerah induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh

indikator dengan kategori kurang mampu, tidak mampu dan sangat tidak mampu

dalam melakukan otonomi daerah.

Page 40: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

26

3. Syarat Fisik

Syarat fisik kewilayahan meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana

dan prasarana pemerintahan.

a. Cakupan wilayah tersebut dimaksudkan untuk;

1) Pembentukan provinsi paling sedikit 5 kabupaten/kota;

2) Pembentukan kabupaten paling sedikit 5 kecamatan; dan

3) Pembentukan kota paling sedikit 4 kecamatan.

b. Lokasi calon ibukota ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan

DPRD Provinsi untuk ibukota Provinsi, keputusan Bupati dan keputusan

DPRD kabupaten untuk Ibukota Kabupaten. Penetapan lokasi calon ibukota

hanya dilakukan untuk satu lokasi ibukota setelah adanya kajian daerah.

c. Sarana dan prasarana meliputi bangunan dan lahan untuk kantor kepala

daerah, kantor DPRD dan kantor perangkat daerah yang dapat digunakan

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bangungan dan lahan

sebagaimana dimaksud berada dalam wilayah calon daerah baru. Lahan yang

dimaksud adalah lahan yang dimiliki pemerintah daerah dengan bukti

kepemilikan yang sah.

Page 41: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

27

2.2.6 Dampak Pemekaran

David Jackson et. Al (2008) melalui suatu studi kerjasama Bappenas dan UNDP,

menjelaskan tentang hasil-hasil pemekaran dimana Daerah Otonom Baru (DOB)

sepanjang tahun 2000 hingga 2005 secara umum menunjukkan keadaan yang

tidak lebih baik dibandingkan dengan darah induknya. Pada aspek ekonomi,

pertumbuhan ekonomi nya masih relatif belum stabil, disamping perannya juga

masih lebih kecil dibandingkan dengan wilayah lainnya. Kemiskinan juga

relatiflebih tinggi meskipun terjadi trend penurunan. Apalagi tingkat kesejahteraan

yang diukur dengan PDRB per Kapita juga masih ketinggalan dibanding dengan

daerah induk.

Pada aspek pelayanan publik, khususnya pendidikan pun juga penunjukan DOB

belum berkembang. Hal ini dilihat dari ketersediaan pendidik tingkat menengah

maupun infrastruktur pendukung. Kondisi yang sama juga dengan jumlah tenaga

kesehatan. Pelayanan publik yang juga tak kalah penting, yaitu jalan dimana DOB

memiliki kualitas jalan yang lebih rendah disbanding daerah induknya. Studi

Bappenas-UNDP (2008) menegaskan kesimpulan yang diperoleh sebelumnya

oleh LAN (2005) dimana rasio penjang jalan keseluruhan dengan luas wilayah

juga menunjukan penurunan kualitas. Studi Qibthiyah (2008) melaporkan bahwa

tingkat kematian bayi jauh lebih sering dijumpai di daerah pemekaran daripada di

daerah bukan pemekaran, begitu pula dengan tingkat kelulusan siswa. Sedangkan

untuk aparatur pemerintah daerah menunjukan secara kuantitas, aparatur

fungsional pendidikan dan kesehatan jumlahanya juga terbatas. Bahkan, kualitas

pendidikan aparatur DOB juga lebih rendah dibandingkan dengan daerah induk.

Page 42: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

28

Temuan ini juga mempertegas studi Bappenas sebelumnya (2004) bahwa

kapasitas aparatur di DOB perlu banyak perbaikan dan perubahan.

Pada aspek keuangan daerah terlihat jjumlah daerah secara aggregat yang

bertambah meningkatkan kebutuhan belanja daerah pemerintah pusat. SEjak

ditetapkannya PP Nomor 129 Tahun 2000, alokasi belanja pemerintah untuk

belanja daerah terus mengalami peningkatan baik secara nominal maupun secara

proporsional. Pada tahun 2002 saja, alokasi belanja daerah mengalami

peningkatan dari Rp.81.054 Miliar di tahun 2001 menjadi Rp.97.809 Miliar di

tahun 2002, atau mengalami peningkatan sebesar 20,67%. Empat tahun kemudian

ketika untuk kabupaten dan kota secara administratif bertambah sekitar 86 daerah,

alokasi belanja daerah mencapai Rp.219,380 Miliar atau meningkat lebih dari

126% dibandingkan tahun 2002.

Sejatinya, alokasi belanja darah ini dapat lebih dioptimalkan, baik sebagai sumber

pembiayaan pembangunan darah ataupun pembiayaan pembangunan secara

nasional. Disisi lain, dengan berbagai upaya dalam otonomi dan desentralisasi

fiscal salah satunya pemekaran daerah; kapasitas fiscal pemerintah darah dapat

ditingkatkan. Namun pada kenyatannya pemerintah daerah masih memiliki

ketergantungan yang cukup besar terhadap alokasi anggaran pemerintah pusat

untuk membiayai pembangunan di daerah. Untuk pemerintah provinsi sekitar 70-

80% APBD berasal dari pemerintah pusat, sedangkan untuk kabupaten/kota

sekitar 80-90% APBD juga berasal dari pemerintah pusat (Studi Pemearan

Bappenas, 2008).

Page 43: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

29

Secara khusus, daerah otonom baru menunjukan depensdensi fiscal yang lebih

tinggi meskipun terdapat kecenderungan penurunan. Hal ini menunjukan kapasitas

pemerintah nya belum dapat secara cepat mengambil alih fungsi penerimaan

daerah. Anggaran pemerintah juga kurang optimal mendorong pusat-pusat

perekonomian. Hal ini juga tercermin porsi alokasi belanja modal dari pemerintah

darah yang rendah. Fenomena yang menarik adalah adanya “kebocoran” anggaran

belanja modal ke daerah lain yang justru menghambat kemajuan daerah otonom

baru tersebut17

.

Dengan demikian, tak dapat dipungkiri bahwa pemekaran pemerintah daerah ini

telah menimbulkan tekanan terhadap APBN akibat adanya sejumlah dana yang

harus di transfer kepada pemerintah daerah baru. Komponen terbesar dalam dana

transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah DAU. Dampak dari

adanya pemekaran daerah terhadap alokasi DAU dan akhirnya membebani APBN

sebenarnya lebih bersifat tidak langsung. Hal ini disebabkan DAU yang

dialokasikan didasarkan pada perhitungan daerah induk dan baru kemudian

dibagikan berdasarkan proporsi tertentu antara daerah induk dan daerah

pemekaran.

Walaupun ada kenaikan transfer pemerintah ke daerah namun jumlah dana

transfer.perimbangan ke masing-masing daerah akan semakin kecil karena harus

dibagi ke daerah yang jumlahnya semakin banyak karena peningkatan jumlah

DOB secara drastis. Untuk membuktikan hal tersebut dapa tmenggunakan proksi

17

Rozali Abdullah, 2007, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 11-12

Page 44: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

30

rasio belanja daerah (rasio belanja daerah terhadap total penerimaan APBN) dan

belanja per daerah.

Dampak makro diungkapkan oleh LAN (2005), yakni kesenjangan pembangunan

manusia antara wilayah Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur

semakin membesar. Studi-studi lainnya juga melaporkan bahwa biaya pemekaran

terhitung mahal, sedangkan manfaatnya relatif terbatas (DSF, 2007). Pandangan

lain tentang dampak pemekaran juga bernilai positif, meskipun dari sisi jumlah

belumlah terlalu banyak. Ciri khas daerah yang dinilai lebih baik dibandingkan

daerah induknya yaitu, pertama, merupakan daerah yang secara administratif

adalah kota; kedua, daerah dengan sumberdaya alamnya melimpah, khususnya

migas, untuk menopang sumber keuangan daerahnya; ketiga, banyak nya inovasi

dibidang tata pemerintahan yang memungkinkan pelayanan publik jauh lebih baik

dibandingkan sebelumnya.

2.2.7 Perkembangan Wilayah

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasif

dan/atau aspek fungsional18

, ditinjau dari fungsional, wilayah merupakan suatu

sistem kompleks yang terdiri dari sistem ekonomi, system ekologi, sistem sosial

politik (Blair dalam Abdurrahman, 2005). Miraza (2005) wilayah memiliki

sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat

18

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 4.

Page 45: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

31

diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang

komprehensif.

Secara normatif, wilayah juga didefinisikan sebagai ruang yang merupakan

kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan

sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi atau aspek fungsional

(Undang-Undang Penataan Ruang No.26, 2007). Adapun pemekaran wilayah

merupakan wujud implementasi otonomi daerah dalam mengakomodasi aspirasi

masyarakat untuk membentuk suatu kabupaten/kota yang baru, yang terpisah dan

tidak berhierarki dengan kabupaten induk, sedangkan wilayah kecamatan

merupakan wilayah kerja perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang

dipimpin oleh kepala kecamatan (Undang-Undang Otonomi Daerah No.32, 2004).

Dalam hal ini, kabupaten merupakan daerah otonom yang terdiri dari beberapa

kecamatan sebagai perangkat perwilayahan. Perkembangan ekonomi adalah

perbaikan terhadap kesejahteraan material yang terus menerus dan berjangka

panjang yang dapat dilihat dari lancarnya distribusi barang dan jasa (Okun dan

Richardson dalam Jhingan, 2010), sedangkan perkembangan suatu wilayah

merupakan integral pertumbuhan setiap sistem yang terdiri dari sosial, ekonomi,

infrastruktur, berkurangnya kesenjangan antarwilayah, serta terjaganya kelestarian

lingkungan hidup pada suatu wilayah (Riyadi, 2002).

Perkembangan wilayah menurut Schumpiter dalam (Jhingan, 2010) adalah

perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa

mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, dimana

dapat diasumsikan bahwa indikator perkembangan wilayah dapat ditinjau dari

Page 46: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

32

perkembangan aspak ekonomi, sosial dan infrastruktur. Kriteria yang dipilih

untuk menyatakan tingkat perkembangan suatu daerah adalah tingkat kemudahan

bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan kehidupannya, baik berupa

kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan kegiatan usaha.

Pemakaian kriteria pendapatan daerah perkapita sangat sulit untuk mencari

keterkaitannya dengan mekanisme pengembangan wilayah, karena belum dapat

memberikan gambaran yang memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari

masyarakat, dimana pendapatan tinggi belum berarti merupakan suatu jaminan

bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya. Menurut Hill dan Williams

dalam (Huzain, 2008), untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang

perkembangan wilayah, diperlukan variabel yang cukup banyak macamnya yang

berfungsi untuk menilai suatu daerah. Berkaitan dengan analisis variabel-variabel

ekonomi perlu ditambahkan indikator-indikator yang mengacu pada Kebutuhan

Fisik Minimum (Minimum Physical Needs), yang terdiri dari tiga area kunci

indikator-indikator sosial yang mempengaruhi nilai perkembangan suatu daerah

yaitu kesehatan, kemiskinan dan pendidikan.

2.2.8 Permasalahan Pemekaran

Syafarudin (2010: 50-55) menyebutkan faktor penyebab langsung maupun tidak

langsung munculnya persoalan pasca pembentukan daerah baru dapat

diidentifikasi dalam 3 (tiga) aspek sebagai berikut:

Pertama, manipulasi data awal dan proses pembentukan. Apabila daerah

pemekaran baru benar-benar memenuhi syarat dan memenuhi semua prosedur

Page 47: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

33

substantif maka problem pasca pemekaran bisa dihindari. Kuat dugaan bahwa

selama ini ada pemaksaan dan manipulasi syarat-syarat teknis, administrasi, dan

kewilayahan. Politik uang (money politics) di tingkat lokal dan nasional, meski

sulit untuk dibuktikan, nampaknya kuat sekali menjadi faktor memuluskan

persyaratan dan memenuhi prosedur formal. Kedua, nafsu politik elit lokal dan

nasional memberangus kesadaran kolektif. Walaupun daerah tidak layak

dimekarkan, namun kenyataannya hampir semua riset kampus dan lembaga

penelitian menyatakan layak 179 daerah untuk dimekarkan. Nafsu elit lokal dan

nasional memekarkan wilayah demi motif ekonomi dan politik ini didukung pula

dengan sikap DPR dan DPD sebagai penyambung aspirasi rakyat. Akibatnya

kesadaran kolektif hilang, tenggelam oleh histeria/euforia politisi dan massa yang

ikut-ikutan terbuai bayang-bayang kenikmatan pemekaran daerah.

Ketiga, kemanjaan fiskal yang dijamin UU bagi daerah-daerah pemekaran seperti

DAU, bagi hasil dari SDA, PAD, dll. Salah satu sebab terjadinya gelombang

pemekaran daerah karena adanya jaminan dalam UU 32/2004, PP 129/2000, dan

PP 78/2007 bahwa daerah baru hasil pemekaran akan memperoleh DAU (dana

alokasi umum) dari pusat. DAU pusat diharapkan turun sebanyak-banyaknya ke

daerah yang akan dipergunakan untuk membangun. Kenyataan ini semakin ironis

mengingat PAD daerah minim dan banyak mengandalkan pembiayan

pembangunan dari pusat. Akibatnya daerah makin banyak bergantung ke pusat

dan APBN pusat kini mengalami “blooding”.

Page 48: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

34

Badan Perencanaan dan pembangunan Nasional dalam penelitian mengenai Studi

Evaluasi Pemekaran Daerah, menyebutkan dua masalah utama yang diidentifikasi

dalam pemekaran daerah, yaitu:

1. Pembagian Potensi Ekonomi Tidak Merata. Dari perkembangan data yang ada

menunjukkan bahwa dari aspek ekonomi, daerah-daerah DOB menunjukkan

potensi ekonomi yang lebih rendah daripada daerah induk. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai PDRB daerah DOB yang lima tahun terakhir masih di bawah daerah

induk meskipun PP 129/2000 mensyaratkan adanya kemampuan yang relatif

tidak jauh berbeda antara daerah induk dengan calon daerah DOB. Secara riil

potensi yang dimaksud yakni kawasan industri, daerah pertanian dan

perkebunan yang produktif, tambak, pertambangan, maupun fasilitas

penunjang perekonomian.

2. Beban Penduduk Miskin Lebih Tinggi. Terdapat suatu kesimpulan bahwa

daerah pemekaran umumnya memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif

lebih besar, khususnya daerah DOB. Hal ini membawa implikasi bahwa untuk

menggerakkan perekonomian daerah sehingga terjadi peningkatan pendapatan

masyarakat memerlukan upaya yang jauh lebih berat. Penduduk miskin

umumnya memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, baik pendidikan,

pengetahuan maupun kemampuan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Di

samping itu, sumberdaya alam di kantungkantung kemiskinan umumnya juga

sangat terbatas, misalnya hanya dapat ditanami tanaman pangan dengan

produktivitas rendah.

Page 49: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

35

2.3 Dasar Hukum Pembentukan Daerah

Dasar-dasar Hukum dalam pembentukan wilayah terdapat dalam:

1. UUD 1945 Bab VI Pemerintahan Daerah Pasal 18;

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap

provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan undang-undang.

2. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

3. PP Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan,

dan Penggabungan Daerah

Page 50: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif

dan pendekatan yuridis empiris.

a. Pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat dan

mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen serta peraturan-peraturan

lainnya yang berlaku dan berhubungan dengan judul dan pokok bahasan yang

akan diteliti.

b. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan

pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada melalui

wawancara kepada para responden di lokasi penelitian.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari studi

lapangan melalui metode wawancara dengan pihak yang terkait dalam

pemekaran wilayah Sungkai Bunga Mayang.

Page 51: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

37

b. Data Sekunder

Datasekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,

terdiridari:

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang bersifat

mengingat berupa peraturan perundang-undangan Yaitu Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Bahan Hukum Sekunder, bahan hukum sekunder dalam penelitian

bersumber dari bahan-bahan hukumyang dapat membantu pemahaman

dalam menganalisa serta memahamipermasalahan, terdiri dari

berbagai buku atau literatur hukum.

c. Bahan Hukum Tersier, bahan hukum tersier dalam penelitian

bersumber dari bahan-bahan penujanglainyya seperti arsip, dokumen

atau sumber dari internet.

3.3 Penentuan Narasumber

Narasumber adalah pihak-pihak yang dijadikan sumberin formasi di dalam suatu

penelitian dan memiliki pengetahuan sertain formasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan yang dibahas. Narasumber dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wakil Ketua DPRD Lampung Utara : 1 Ora ng

2. Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Lampung Utara : 1 Orang

3. Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : 1 Orang

4. Tokoh Pemuda : 1 Orang

Total jumlah responden : 4 Orang

Page 52: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

38

3.4 Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah berbagai pihak atau subjek hukum yang terkait

dengan analisis proses pembentukan kabupaten baru sungkai bunga mayang

1. Responden Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Lampung Utara

a. Nama : HJ Firmansyah. SPd. MM

NIP : 196411221991031004

Pangkat : Pembina Tk 1

Pekerjaan : Kepala Kesbangpol Provinsi Lampung

Alamat : Kotabumi Lampung Utara

2. Responden Tokoh Masyarakat

a. Nama : Haikal

Pangkat :-

Pekerjaan : PNS

Alamat : Sungkai Selatan

3. Responden dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Lampung Utara

a. Nama : Drs Syahrizal Adhar MM

NIP : 19640220 199103 1 010

Pangkat : Pembina Utama Muda (IV/c)

Pekerjaan : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Lampung Utara

Alamat : Kotabumi Lampung Utara

Page 53: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

39

4. Responden dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lampung Utara

a. Nama : Nurdin Habim SE

Pekerjaan : Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Lampung Utara

Alamat : Kotabumi Lampung Utara

3.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan melakukan

serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari bahan

kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan.

2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data

secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang

dibutuhkan. Studi lapangan ini dilaksanakan dengan cara:

(a) Observasi (observation), yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan

terhadap data dan fakta yang ada di lokasi penelitian.

(b) Wawancara (interview), yaitu mengajukan tanya jawab kepada informan

penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan sebelumnya dan akan dikembangkan pada saat wawancara

berlangsung. Wawancara dilakukan pada Pemerintah Daerah Kecamatan

Sungkai.

Page 54: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

40

3.5.2 Prosedur Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan sehingga data yang

didapan dipergunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti yang pada

umumnya dilakukan dengan cara19

:

1. Identifikasi data (editing)

Yaitu melakukan pemeriksaan data yang terkummpul apakah sudah cukup

lengkap, sudah cukup benar, dan sudah sesuai dengan permasalahan.

2. Klasifikasi Data (reconstructing)

Yaitu menusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah

dipahami dan diinterpretasikan.

3. Sistemasi data (systematizing)

Yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan

uraian masalah.

3.6 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data, sehingga diperoleh

kesimpulan berdasarkan deskriptif kualitatif, artinya hasil penelitian ini

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca

dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan secara umum

yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang

diteliti.

19

Ibid

Page 55: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka dapat disimpulkan beberapa

hal:

1. Proses pemekaran calon Kabupaten Sungkai Bunga Mayang terdiri dari:

Proses penjaringan aspirasi dari masyarakat, persetujuan bupati/walikota dan

persetujuan DPRD kabupaten/kota serta Persetujuan Gubernur dan

Rekomendasi Menteri, sementara syarat pemekaran calon Kabupaten Sungkai

Bunga Mayang secara admintratif dan teknis sudah terpenuhi tetapi secara

fisik terdapat dua indikator yang tidak terpenuhi yaitu lokasi calon ibukota

serta sarana dan prasarana pusat pemerintahan.

2. Faktor Penghambat Pemekaran Kabupaten Sungkai Bunga Mayang

Proses pemekaran calon Kabupaten Sungkai Bunga Mayang sudah berjalan

dan memenuhi syarat, namun terhalang beberapa kendala yang terdiri dari

faktor internal dan eksternal:

a. Faktor internal diantaranya yaitu faktor sosial pada masyarakat yang tidak

menyetujui adanya kegiatan pemekaran karena akan menyulitkan

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan administrasi, faktor dana yaitu

kurangnya hibah dana untuk melakukan proses pemekaran Kabupaten

Page 56: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

59

Sungkai Bunga Mayang dan faktor lokasi calon ibukota karena belum

jelasnya hibah tanah untuk dijadikan sebagai lokasi pusat pemerintahan

calon ibukota Kabupaten Sungkai Bunga Mayang.

b. Faktor eksternal yaitu adanya moratorium yang menyebabkan proses

pemekaran ditunda untuk masa yang belum ditentukan artinya Kabupaten

Sungkai Bunga Mayang belum dimekarkan.

5.2 Saran

Pemerintah Provinsi Lampung Utara seharusnya memperhatikan berbagai

permasalahan yang ada dalam proses pemekaran calon Kabupaten Sungkai Bunga

Mayang yang diantaranya adalah menetapkan satu lokasi pusat pemerintahan dan

membuat perencanaan sarana dan prasarana pemerintahan, mencari sumber donasi

yang tepat seperti tanah donasi utuk mendirikan lokasi pusat pemerintahan

kabupaten yang baru, mensosialisasikan kepada masyarakat awam tentang apa itu

pemekaran dan keuntungan yang didapatkan daerahnya setelah daerahnya

dimekarkan.

Page 57: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Abdullah, R. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Fitri, L.S.E., Noor, I dan Suwondo. 2013. Pemekaran Kecamatan Dalam

Peningkatan Pelayanan Kependudukan. Jurnal Administrasi Publik. 1 (3).

Hariyoga, H 2008. Studi Evaluasi (Impact) Penataan Daerah Otonom Baru

Tahun 2008. Direktorat Otonomi Daerah Deputi Bidang Pengembangan

Regional dan Otonomi Daerah. Jakarta.

Ida, L. 2005. Permasalahan Pemekaran Daerah di Indonesia. Media Indonesia.

Jakarta.

Kansil, C.S.T dan Kansil, X. 2004 Pemerintahan Daerah Di Indonesia Hukum

Administrasi Daerah. Sinar Grafika. Jakarta.

Mukhoyyidin, A. W. 2013. Pemekaran wilayah dan otonomi daerah pasca

reformasi di Indonesia: konsep, fakta empiris dan rekomendasi ke depan.

Jurnal Kostitusi, 10(2).

Nordiawan., Deddi., Iswahyudi dan Rahmawati, M. 2007.Akuntansi

Pemerintahan.Salemba Empat. Jakarta.

Rudy. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah Perspektif Konstitusionalisme

Indonesia. Indepth Publishing. Bandar Lampung.

Sakti, H. S. 2011. Gubernur Kedudukan, peran, dan Kewenangannya. Graha

Ilmu.Yogyakarta.

Siswanto, S. 2006 Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar

Grafika.Jakarta.

Page 58: PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SUNGKAI BUNGA MAYANG …digilib.unila.ac.id/55729/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemekaran Wilayah Kabupaten

61

Perundang-Undangan

Undang-Undang No 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan

Komite Nasional Daerah.

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan-Pemerintah No 129 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembentukan

Penghapusan dan Penggabungan Daerah

Peraturan-Pemerintah No 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan

Penghapusan dan Penggabungan Daerah

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Website

http: //ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/viewFile/15236/10092,

http://www. lampungekspres-plus.com/2016/11/28/pemekaran-sungkai-bunga-

mayang-dprd-lampura-rencanakan-persetujuan-bersama