5
MONDAY, MAY 7, 2012 Audiometri Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar). Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah : - Tuli Konduktif - Tuli Saraf (Sensorineural) - Serta derajat ketulian. Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran: digunakan untuk mengukur ambang pendengaran mengindikasikan kehilangan pendengaran pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi) pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang yang heningpun hasilnya memuaskan berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah/kejadian yang terus- menerus, atau selain itu dapat menggunakan fasilitas di rumah sakit setemapat. Audiogram adalah catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB). (http://id.wikipedia.org/wiki/Audiometri) Yang biasa dilakukan di poliklinik THT ialah audiometer nada murni. Audiometer nada murni adalah suatu alat elektronik akustik yang dapat menghasilkan nada murni mulai dari frekuensi 125 Hz sampai 8000 Hz. Dengan alat ini dapat ditentukan keadaan fungsi masing-masing telinga secara kualitatif (normal, tuli konduktif, tuli sensori neural, tuli campuran) dan kuantitatif (normal, tuli ringan, tuli sedang, tuli berat).

Pemeriksaan Audiometri 2.doc

  • Upload
    doelnia

  • View
    102

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan Audiometri

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Audiometri 2.doc

MONDAY, MAY 7, 2012

Audiometri

Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar).

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah :

-   Tuli Konduktif

-   Tuli Saraf (Sensorineural)

-   Serta derajat ketulian.

Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman

pendengaran:

    digunakan untuk mengukur ambang pendengaran

    mengindikasikan kehilangan pendengaran

    pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis

    mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda

    menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi)  

    pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang yang heningpun hasilnya memuaskan

    berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat

menggunakan fasilitas di rumah sakit setemapat.

Audiogram adalah catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang

pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Audiometri)

 Yang biasa dilakukan di poliklinik THT ialah audiometer nada murni. Audiometer nada murni adalah suatu alat elektronik akustik

yang dapat menghasilkan nada murni mulai dari frekuensi 125 Hz sampai 8000 Hz. Dengan alat ini dapat ditentukan keadaan

fungsi masing-masing telinga secara kualitatif (normal, tuli konduktif, tuli sensori neural, tuli campuran) dan kuantitatif (normal, tuli

ringan, tuli sedang, tuli berat).

Page 2: Pemeriksaan Audiometri 2.doc

 Contoh Audiogram

Perlu diingat baik-baik:

-       Gunakan tinta merah untuk telinga kanan, dan tinta biru untuk telinga kiri

-       Hantaran udara (Air Conduction = AC)

Kanan = O

Kiri = X

-       Hantaran tulang (Bone Conduction = BC)

Kanan = C Kiri = כ

-       Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus (                       ) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan

biru untuk telinga kiri

-       Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putus-putus  (  - - - - - - - - ) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan

dan biru untuk telinga kiri

1. CONTOH AUDIOGRAM PENDENGARAN NORMAL (TELINGA KANAN)

                Normal :   AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB                        AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

2. CONTOH AUDIOGRAM TULI SENSORI NEURAL (TELINGA KANAN)

Page 3: Pemeriksaan Audiometri 2.doc

        Tuli sensori neural  :  AC dan BC lebih dari 25 dB  AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

3. CONTOH AUDIOGRAM TULI KONDUKTIF (TELINGA KANAN)

        Tuli Konduktif        :    BC normal atau kurang dari 25 dB  AC lebih dari 25 dB

                                          Antara AC dan BC terdapat air-bone gap

4. CONTOH AUDIOGRAM TULI CAMPUR (TELINGA KANAN) 

Page 4: Pemeriksaan Audiometri 2.doc

        Tuli Campur  :    BC lebih dari 25 dB AC lebih besar dari BC, terdapat air-bone gap

Sumber: Buku THT FKUI

Catatan :

          Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2

frekuensi yang berdekatan.

          Untuk menghitung ambang dengar (AD), akumulasikan AD pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz (merupakan ambang

dengar percakapan sehari-hari), kemudian dirata-ratakan.

AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz3

Derajat ketulian (menurut buku FKUI) :

-       Normal                    : 0 – 25 dB

-       Tuli ringan               : 26 – 40 dB

-       Tuli sedang             : 41 – 60 dB

-       Tuli berat                 : 61 – 90 dB

-       Tuli sangat berat     : > 90 dB

Ada pula referensi yang menggolongkan derajat ketulian sebagai berikut (berlaku di Poliklinik THT RSWS) :

-       Normal                    : -10 – 26 dB

-       Tuli ringan              : 27 – 40 dB

-       Tuli sedang            : 41 – 55 dB

-       Tuli sedang-berat  : 56 – 70 dB

-       Tuli berat                : 71 – 90 dB

-       Tuli total                 : > 90 dB

Pada diagnosis dapat ditulis hasil pemeriksaan:

          NH (Normal Hearing)

          SNHL (Sensory Neural Hearing Lose)

          CHL (Conductive Hearing Lose)

          MHL (Mix Hearing Loose)

Page 5: Pemeriksaan Audiometri 2.doc

          Jangan lupa sertakan nilai derajat ambang dengarnya    

Referensi1.     Adams Boies Higler, BOIES Buku AjarPenyakit THT edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta, 1997.2.     Arfandy Boy, Otoskopi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2000.3.     Rukmini Sri, Teknik Pemeriksaan THT, Penerbit EGC, Jakarta, 2005.4.     Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala Leher Edisi ke 6 Cetakan ke 1,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.5.     http://id.wikipedia.org/wiki/Audiometri