23
PEMERIKSAAN FESES 1. Tujuan Pemeriksaan Feses a. Mikrobiologi ; mendeteksi adanya kuman seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela. b. Parasitology : dicurigai cacingan lihat ada telur cacing, kista. 2. Indikasi Pemeriksaan Feses a. Adanya diare dan konstipasi Diare Noninflamatori usus halus proksimal. Penyebab Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia. Diare Inflamatori usus besar. Mikroba yang menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms). Penyebab Diare Inflamatori adalah Entamoeba histolytica, Shigella spp., EIEC, EHEC,Salmonella enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile. Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori. Diare Pada Penyakit Sistemik Demam Enterik /demam Tifoid. usus halus distal. Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik adalahSalmonella typhi, Slamonella non- typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp. b. Adanya ikterus

pemeriksaan fese

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhjh

Citation preview

PEMERIKSAAN FESES

1. Tujuan Pemeriksaan Feses

a. Mikrobiologi ; mendeteksi adanya kuman seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus,Sigela.

b. Parasitology : dicurigai cacingan lihat ada telur cacing, kista.

2. Indikasi Pemeriksaan Feses

a. Adanya diare dan konstipasi

Diare Noninflamatori usus halus proksimal. Penyebab Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC,Vibrio cholerae,Clostridium perfringens,Bacillus cereus,Staphylococcus aureus,Giardia lamblia,Cryptosporidium parvum,Isospora belli,Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia.

Diare Inflamatori usus besar. Mikroba yang menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms). Penyebab Diare Inflamatori adalahEntamoeba histolytica,Shigella spp., EIEC, EHEC,Salmonella enteridis,Campylobacter jejuni,Vibrio parahaemolyticus, danClostridium difficile. Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori.

Diare Pada Penyakit Sistemik Demam Enterik /demam Tifoid. usus halus distal. Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik adalahSalmonella typhi,Slamonellanon-typhi,Yersinia enterocolitica, danCampylobacter spp.

b. Adanya ikterus

c. Adanya gangguan pencernaan

d. Adanya lendir dalam tinja

e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

f. Adanya darah dalam tinja

3.7Syarat Pengumpulan Feses

a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.

b. Pasien dilarang menelan barium, bismuth dan minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.

c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.

d. Paling baik dari defekasi spontan atauRectal Toucher

e. Pasien konstipasi

3. Pengambilan Spesimen Feses

Spesimen feses diperlukan untuk skrining infeksi gastrointestinal, biasanya diperlukan sampel feses sebesar kenari.Prosedur Pengambilan Specimen Feses (Dewasa)

Informed consent prosedur pada pasien dan pihak keluarg

Siapkan alat :P

ispot bersih.

Wadah specimen feses dengan alat pengambil feses.

c)Sarung tangan bersih

3.Minta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontaminasi dengan urine.

4.Cuci tangan dan pakai sarung tangan.

5.Dengan alat pengambil feses, ambil dan masukkan feses ke dalam wadah specimen, kemudian tutup dan bungkus.

6.Observasi warna, konsistensi, dan adanya parasite pada sampel.

7.Buang alat dengan benar.

8.Cuci tangan.

9.Beri label pada wadah specimen dan kirim ke laboratorium.

10.Lakukan pendokumentasi dan tindakan yang sesuai.

b.Prosedur Pengambilan Specimen Feses (Bayi)

Ikuti prosedur di atas, dapatkan persetujuan tindakan dari orang tua dan ambil sempel langsung dari popok.

Peran dan tanggung jawab bidan

Secara garis besar peran dan tanggung jawab bidan adalah :

1.Menjelaskan prosedur dan mendapatkan persetujuan tindakan.

2.Melakukan pengambilan specimen dengan benar.

3.Melakukan pendokumentasian yang benar.

3.9 Jenis Pemeriksaan Sampel Feses

3.9.1 Pemeriksaan Lengkap

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan kimia.

3.9.1.1 Pemeriksaan Makroskopis

a. Pemeriksaan warna pada feses

Warna feses

Keterangan

Warna kuning coklat

Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan

Warna kuning

Dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

Warna hijau

Disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

Warna merah muda

Disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

b. Pemeriksaan Bau pada Feses

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

c. Pemeriksaan Konsistensi pada Feses

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.

d. Pemeriksaan Lendir pada Feses

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

e. Pemeriksaan Darah pada Feses

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atauvaricesdalamoesophagus.

2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

f. Pemeriksaan Nanah pada Feses

Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif kolon , fistula colon sigmoid, dan lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

3.9.1.2 Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop.

a.Pemeriksaan Leukosit pada Feses

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.Eusinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.

b.Pemeriksaan Eritrosit pada Feses

Eritrositnya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

c.Pemeriksaan Epitel pada Feses

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyakkalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

d.Pemeriksaan Amilum pada Feses

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelahbanyakmakanlemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

e.Pemeriksaan TelurCacing pada Feses

Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metodeharada mori.Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode kato.

1.Pemeriksaan Kualitatif

a.Metode Natif

Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.

1)Maksud: Menemukan telur cacing parasit pada feses yang diperiksa.

2)Tujuan: Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa fesesnya.

3)Dasar teori: Eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feses dengan kotoran yang ada.

4)Kekurangan: dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.

5)Kelebihan: mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang di perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan sedikit.

b.Metode Apung (Flotation method)

Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telurNematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus,telur yang berpori-pori dari familiTaenidae, telur-telurAchantocephalaataupun telurAscarisyang infertil.

1)Maksud: Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.

2)Tujuan: Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa fesesnya.

3)Dasar teori: Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.

4)Kekurangan: penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi

5)Kelebihan: dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.

c.Metode Harada Mori

Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacingAncylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides StercolarisdanTrichostronngilusyang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.

1)Maksud: Mengidentifikasi larva cacingAncylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides StercolarisdanTrichostronngilus spataumencari larva cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes

2)Tujuan: Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang

3)Dasar teori: Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7 hari menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.

4)Kekurangan: Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang banyak.

5)Kelebihan: lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuik larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.

2.Pemeriksaan Kuantitatif

a.Metode Kato

Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.

1)Maksud: Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur

2)Tujuan: Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat ringannya infeksi cacing parasit usus

3)Dasar teori: Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau. Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feses mengandung 100 telur maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.

4)Kekurangan: Bahan feses yang di gunakan banyak.

5)Kelebihan: Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis.

Macam-macam Cacing

1.Cacing Gelang(Ascaris lumbricoides)

Cacing gelang juga dapat masuk dan tumbuh dalam tubuh manusia dengan menghisap sari-sari makanan. Cacing gelag ini merupakan cacing yang paling umum menginfeksi tubuh manusia. Cacing gelang dapat tumbuh dewasa smapai mencapai ukuran 10-30 cm dengan tebal sebesar pensil dan dapat hidup hingga 1-2 tahun.

Cacing gelang mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengan telur dari cacing gelang, sehingga kawin dan berkembang biak menghasilkan telur dalam waktu yang singkat, yakni 2 bulan kemudian telur akan menetas. Penyakit cacingan yang sangat rentan menyerang anak anak ini umumnya tidak menunjukkan gejala yang terlihat. Gejala akan terlihat ketika sang anak terlihat lemas, lesuh, perut buncit, dan gejala kurang gizi. Kemungkinan anak tersebut mengalami infeksi cacing gelang yang cukup bercampur dengan lendir atau darah.,

2.Cacing Benang (Strongyloides stercoralis)

Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentukparasitik didalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah parthenogenetik dan telur dapat berkembang diluar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yangbersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan betina.

3.Cacing Tambang (Ankylostomiasis)

Cacing tambang merupakan jenis cacing kecil dengan panjang sekitar 8-15 cm. Cacing ini hidup dalam usus dan sering menggigit dinding usus sehingga menyebabkan pendarahan dan meracuni penderita. Telur cacing tambang dapat keluar bersama feses. Penyebab dari timbul dan tumbuhnya caing tambang yang masuk dalam tubuh akibat dari kebersihan yang kurang diperhatikan. Selain masuk melalui mulut, cacing tambang juga masuk ke tubuh melalui kulit, terutama kulit kaki.

Seseorang yang terkena penyakit cacing tambang ini umumnya akan mengalami gejala seperti mual, pucat, sakit kepala, telinga berdengung, dan napas menjadi sesak sehingga mudah merasa lelah.

4.Cacing Cambuk(Trichinella spiralis)

Cacing cambuk umumnya ditularkan melalui konsumsi daging hewan yang tercemar dan mengandung larva cacing ini. Cacing cambuk merupakan jenis cacing dengan ukuran paling kecil dibandingkan dengan jenis cacing lainnya yaitu 1-2 mm. Larva dari cacing cambuk mengkista dalam 1-2 bulan dan hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut jika larva yang mengkista dicerna oleh karnivora lain. Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.

5.Cacing Pita (Taeniasis)

Cacing pita berbentuk panjang pipih menyerupai pita, kepala kecil dan mempunyai kait untuk meletakkan diri pada dinding usus. Tubuhnya memiliki ruas-ruas, ruasnya dapat mengeluarkan ratusan telur. Cacing pita mempunyai banyak jenis, tetapi ada tiga yang biasa dikenal yaitu cacing pita daging, cacing pita ikan, dan cacing pita babi.

Ada dua jenis cacing pita yang tumbuh dalam tubuh manusia :

a.Cacing Pita Sapi (Taenia saginata)

Cacing pita sapi merupakan cacing terbesar dalam tubuh manusia. Ukurannya mencapai 8 cm dan jenis cacing ini hampir ada di saluran pencernaan tubuh manusia. Cacing ini memiliki ciri : berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus, dan tanpa saluran pencernaan. Cacing ini dapat bertahan hidup dalam usus hingga 25 tahun.

b.Cacing Pita Babi (Taenia solium)

Cacing pita babi merupakan jenis cacing pita yang hidup dalam saluran pencernaan hewan babi. Cacing ini memiliki siklus yang sama dengan cacing pita sapi. Apabila tubuh membunuh parasit itu, parasit yang terbentuk di tempat akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang akan mengganggu kesehatan.

Gejala apabila seseorangterkena infeksi cacing pita :

1)Perut tersa mulas dan mual

2)Terkadang perut tersa perih seperti di tusuk tetapi akan hilang sesudah makan

3)Badan terlihat kurus

4)Wajah pucat

5)Kepala pusing

6)Kurang nafsu makan

7)Feses berlendir

f.Pemeriksaan Amuba pada Feses

g.Pemeriksaan Sisa Makanan pada Feses

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastisdan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut, emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanyaamilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti padasteatorrhoe.Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

h.Pemeriksaan Protozoa pada Feses

Biasanya didapati pada kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

3.9.1.3 Pemeriksaan Kimia

a.Pemeriksaan Darah Samar pada Feses

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hariMacam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).

a)Metode benzidine basa

1.Membuat emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.

2.Menyaring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.

3.Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

4.Menambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

5.Membubuhi 2 ml filtrate emulsi tinja, campur.

6.Memberi 1 ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

7.Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama ).

b)Metode Benzidine Dihidrochlorida

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya tes menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan di atas.

c)Cara Guajac

Prosedur Kerja :

1)Membuat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml asam acetat glacial, campur.

2)Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.

3)Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

4)Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe,chlorofil, extractdaging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan leukosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkanpositif (+) palsu.

b.Pemeriksaan Urobilin pada Feses

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.

Prosedur kerja :

1.Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja.

2.Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

3.Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam

4.Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

c.Pemeriksaan Urobilinogen pada Feses

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterusobstruktif.Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

d.Pemeriksaan Bilirubin pada Feses

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan FouchetInterpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :

Makroskopi dan Mikroskopi

Interpretasi

Butir, kecil, keras, warna tua

Konstipasi

Volume besar, berbau dan mengambang

Malabsorbsi zat lemak atau protein

Rapuh dengan lendir tanpa darah

Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot- jonjot

Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata)

Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas

Hitam, mudah melekat seperti ter

Perdarahan saluran cerna bagian atas

Volume besar, cair, sisa padat sedikit

Infeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan olehstafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)

Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik

Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit

Agak lunak, putih abu- abu sedikit

Obstruksi jaundice, alkoholik

Cair bercampur lendir dan eritrosit

Tifoid, kolera, amubiasis

Cair bercampur lendir dan leukosit

Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus

Lendir dengan nanah dan darah

Kolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC

Alat yang perlu disiapkan untuk pemeriksaan lengkap :

1.Alat-alat untuk BAK dan BAB (untuk pasien wanita yang tidak dapat berjalan disediakan 2 buah pispot).

2.Tempat spesimen untuk pemeriksaan

3.2 buah lidi

4.Sarung tangan

5.Vaselin

6.Kapas lembab

7.Bengkok

8.Sampiran kalau perlu

Cara kerja :

1.Pada pasien yang tidak kuat / tidak boleh berjalan

-Pertama-tama menjelaskan pada pasien mengenai tujuan pengambilan spesimen.

-Bila pasien hendak BAB, di berikan terlebih dahulu pispot / urinal untuk BAK, kemudian baru memberikan pispot yang kering.

-Setelah selesai BAB, sebelum pasien cebok, mengambil sedikit feses dengan lidi lalu dimasukkan ke dalam tempat yang disediakan.

-Membereskan alat dan membantu pasien merapikan diri

-Member etiket yang jelas pada botol : mengisi formulir dan segera mengirimnya ke laboratorium

2.Pada pasien yang dapat berjalan

-Menyiapkan alat-alat yang diperlukan di kamar mandi

-Memberitahukan pada pasien bahwa sesudah BAK ia harus BAB di dalam pispot yang telah disediakan dan jangan sampai feses bercampur dengan air

3.Pada pasien yang tidak dapat BAB kita bisa melakukan klisam atau memberikan obat-obat pencahar. Akan tetapi,feses harus diambil langsung dengan jari yang memakai sarung tangan. Cara pengambilan spesimen adalah sebagai berikut :

-Menjelaskan pada pasien mengenai tujuan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan.

-Melepas pakaian bawah pasien

-Membantu pasien mengambil posisi dorsal rekumben

-Memasang sampiran jika perlu

-Memakai sarung tangan,oleskan jari telunjuk dengan vaselin, lalu memasukkan jari telunjuk dengan perlahan-lahan ke dalam anus kemudian putar ke kiri dan ke kanan sampai teraba feses

-Setelah feses didapat, keluarkan perlahan lalu masukkan kedalam wadah

-Membersihkan anus dengan kapas lembap

-Melepas sarung tangan dan meletakkan dalam bengkok

-Membereskan alat dan membantu pasien merapikan diri

-Member etiket pada botol : mengisi formulir laboratorium lalu mengirim ke laboratorium.

3.9.2Pemeriksaan kultur

Pengambilan feses untuk pemeriksaan kultur dilakukan dengan teknik steril. Pelaksanaanya adalah dengan caratoucher, namun alat-alat yang digunakan harus steril ( sarung tangan, kapas sublimat, dan botol bertutup). Tujuan pemeriksaan kultur adalah mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman sepertisalmonella, Escherichia coli, staphylococcus,dan lain-lain. Pemeriksaan dengan bahan feses terdiri atas dua, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).

1. Pemerikasaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses nyangterdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan lain-lain.

2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan caratoucher.

4.2 Saran

Mahasiswa sebaiknya dapat mengetahui tujuan pemeriksaan feses, serta bagaimana prosedur pengambilan sampel feses. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat mendiagnosa suatu penyakit.