Upload
geechance
View
226
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
f
Citation preview
Pemeriksaan Fisik
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organutama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana Pemeriksaan Fisik pada system Integumen yang terdiri dari pemeriksaan kulit,rambut dan kuku?1.2.2 Bagaimana Pemeriksaan Fisik pada kepala yang meliputi pemeriksaan wajah, mata dan penglihatan telinga dan pendengaran, hidung dan sinus, pemeriksaan mulut dan kerongkongan?1.2.3 Bagaimana pemeriksaan Fisik pada leher yang meliputi tyiroid dan kelenjar lymphe?1.2.4 Bagaimana pemeriksaan Fisik pada thoraks yang meliputi paru, dada, jantung dan payudara?
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mempelajari pemeriksaan fisik pada manusia, mahasiswa diharapkan mampu memahami pemeriksaan fisik pada manusia 1.3.2 Tujuan Khususa. Sistem Integumen : Untuk mengetahui cara pemeriksaan kulit, rambut dan kuku.b. Kepala : Untuk mengetahui cara pemeriksaan wajah,mata dan penglihatan,telinga dan pendengaran,hidung dan sinus,mulut dan kerongkongan.
c. Leher : Untuk mengetahui cara pemeriksaan Tyroid, dan kelenjar lymphe.d. Thoraks : Untuk mengetahui cara pemeriksaan paru, dada,jantung dan Payudara.
1.4 ManfaatManfaat dari pembuatan tugas ini adalah :
1.4.1 Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang pemeriksaanfisik pada manusia.
1.4.2 Dapat menjadi inspirasi kita dalam praktik keperawatan.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Sistem Integumen
Kulit, atau sistem integumen, adalah sistem organ yang bisa dengan mudah dilakukan pemeriksaan. Kulit memberikan perlindungan antara individu dengan lingkungan eksternal, yaitu:1. Kulit akan bereaksi terhadap perubahan lingkungan eksternal.2. Kulit juga mencerminkan adanya perubahan yang terjadi dalam tubuh.3. Pemeriksaan yang seksama pada kulit akan mendapatkan informasi tentang status kesehatan umum klien. kulit juga akan memberikan informasi spesifik yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyakit sistemik atau masalah pada kulit.
Kulit dan organ pendukung yaitu rambut, kuku, kelenjar sebasea, ekrin dan apokrin; adalah organ tubuh terbesar. Fungsi penting kulit adalah menjaga kehilangan atau keseimbangan cairan dan elektrolit, melindungi tubuh dari agen luar penyebab injuri dan infeksi yang masuk ke dalam tubuh, menjaga regulasi temperatur dan tekanan darah, organ perasa dari sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri, memelihara integritas permukaan tubuh dengan penggantian sel berkelanjutan dan meningkatkan regenerasi untuk penyembuhan luka, memelihara fungsi perlindungan kulit oleh ekrin dan kelenjar sebasea untuk melindungi melindungi mikroorganisme dan jamur, membantu memproduksi vitamin D,memperlambat reaksi hipersensitivitas substansi asing,mengindikasikan emosi melalui perubahan kulit
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, ekszema, pucat,purpura, eritema, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur kulit, dan edema.Penilaian warna kulit untuk mengetahui adanya pigmentasi dan kondisi normal yang dapat disebabkan oleh melanin pada kulit.Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup teknik inspeksi dan palpasi.
A. Teknik – teknik pemeriksaan1. Pemeriksaan Kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik.inspeksi dan palpasi setiap area.Perhatikan :
Warna : sianosi, ikterus, kerotenemia,perubahan melamin Kelembapan : lembap ,kering, berminyak Temperatur : dingin, hangat Tekstur : licin, kasar Mobilitas-kemudahan : menurun pada idema
lipatan kulit untuk dapat digerakkan.
Turgor—kecepatan : menurun pada dehidrasilipatan kulit kembali kekeadaan semula.perhatikan adanya lesi dan
Lokasi dan distribusi : merata Terlokalisasi anatomisnya Susunan dan bentuknya : linier, berkumpul, dermatomal Tipe : makula, papula, pustula, bula, tumor Warna : merah, putih, cokelat, lembayung muda2. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian tubuh kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam. Rambut yang kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi. Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat dan lain-lainnya.Inspeksi dan palpasi rambut.Perhatikan
Kuantitas : tipis, tebal Distribusi : alopesia sebagian atau total Tekstur : halus, kasar3. Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh (clubbed fingers) dapat menunjukkan penyakit pernafasan kronis, atau penyakit jantung. Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera defisiensi besi, atau infeksi.Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kakiPerhatikan
Warna : sianosis, pucat Bentuk : jari tubuh (clubbing) Adanya lesi : paronkia, onikolisis
Bantuan interpretasiwarna / mekanisme Penyebab khususCokelat : peningkatan melanin (lebih besar kuantitasnya dari norma genetik seseorang)
Biru (sianosis) :Peningkatan deoksihemoglobin karena hipoksia
Perifer Sentral
Hemoglobin abnormal
Merah : peningkatan visibilitas oksihemoglobin karena :
Dilatasi pembuluh darah superfisial atau peningkatan aliran darah kekulit
Penurunan penggunaan oksigen
Kuning : peningkatan bilirubin ikterik (sklera tampak kuning)Karotenemia (sklera tidak tampak kuning)Pucat : penurunan melaninPenurunan visibilitas oksihemoglobin karena :
Penurunan aliran darah kekulit Penurunan jumlah oksihemoglobin
Adema (dapat menyamarkan pigmen kulit)
Terpajan sinar matahariKehamilan (melasma)Penyakit addison
Ansietas atau lingkungan yang dinginPenyakit jantung paru – paruMethemoglobinemia, sulfhemoglobinemia
Demam, kulit menyemu, asupan alkohol, inflamasi setempatPemajanan terhadap dingin(mis... telinga dingin)
Penyakit hepar, hemilisis sel-sel darah merahPeningkatan asupan karoten dari buah-buahan atau sayuran yang berwana kuningAlbinisme, vitiligo, tinea versikolorSinkope atau syokAnemiaSindrom nefrotik
Lesi kulit yang menonjolLesi primer lesi datar, ada perubahan warna kulit makula bercak datar dan keil, berukuran sampai 1,0 cm vitiligoPenonjolan dapat teraba : massa padat nevus yang menonjol berukuran 1,0 cm
plak – lesi permukaan yang menonjol 1,0 cm atau lebih, sering dibentk oleh kumpulan papula
Elevasi yang dapat dipalpasi pada rongga yang berisi cairan herpes simpleks
cacar (impetigo)Lesi skunder (dapat muncul dari lesi primer) kulit kering
keloid – pembentukan jaringan parut hipertrofik yang meluas melewati batas cedera aslinyaLesi kulit dalam ulkus – hilangnya epidermis dan dermis dapat berdarah dan membentuk jaringan parut
erosi – kehilangan epidermis superfisial tanpa jaringan parut; permukaannya lembap tetapi tidak berdarah.Lasi vaskular dan purpura kulit
Lesi GambaranAngioma ceri
Spider angioma
Spider nevi
Petekia dan purpura
Ekimosis
Tampilan : merah terang atau rubi, dapat menjadi kecokelatan sesuai usia ; 1-3 mm; bulat, datar, kadang menonjol; dapat dikelilingi suatu halo pucatPenyebaran : ditemukan pada tubuh atau epidermistasMakna : tidak ada; peningkatan ukuran dan jumlah sesuai penuaan
Tampilan : merah api; sangat kecil sampai 2 cm; ditengah tubuh;, kadang menonjol, menyebar seperti eritemaPenyebaran : wajah, leher, lengan, dan tubuh atas, tetapi hampir ridak pernah dibawah pinggangMakna : penyakit hati, kehamilan, defisiensi vitaminB; normal pada beberapa orang
Tampilan : kebiruan; bervariasi dari yang berukuran sangat kecil sampai beberapa inci; dapat menyerupai laba-laba atau suatu bentuk linier, tidak teratur, atau kaskadePenyebaran : sebagian besar sering terjadi di kaki, vena terdekat; juga pada dada anteriorMakna : sering disertai dengan peningkatan tekanan dalam vena superfisal, seperti pada verises vena
Tampilan : merah gelap atau ungu kemerahan; memudar setiap saat; berukuran 1-3 mm atau lebih besar; melingkar, kadang-kadang tidak teratur, datarDistribusi : berveriasiMakna : darah diluar pembuluh darah; dapat menunjukkan gangguan perdarahan atau, jika itu merupakan petekia, emboli pada kulit
Tampilan : ungu atau birukeunguan, memudar menjadi berwarna hijau, kuning, dan cokelat setiap saat; brukuran lebih lebar dari petekia; melingkar, oval, atau tidak teraturPenyebab : bervariasiMakna : darah diluar pembuluh darah; sering akibat memar atau trauma;juga terlihat pada gangguan perdarahan
Tumor kulitKeratosis Aktinik adalah papula superfisialn datar yang dilapisi kerak kulit kering. Sering bersifat multipel, bentuk melingkar atau tidak teratur, dan berwarna merah muda, kecokelatan,atau keabu-abuan. Tampak pada kulit lansia yang terpajan matahari dan individu yang berkulit terang. Walaupun bersifat benigna, 1 dari 1,000 per tahun lesi ini mungkin berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa(ditandai dengan pertumbuhan yang cepat, indurasi, kemerahan pada dasarnya, dan ulserasi). Biasanya berlokasi pada wajah dan tangan.
Keratosis seborea merupakan lesi yang menonjol berwarna kekuningan sampai cokelat, bersifat benigna yang umum, teraba sedikit berminyak dan seperti beludru atau berkutil. Biasanya bersifat multipael dan distribusi simetrisdi batang tubuh pada lansia, kemungkinan juga tampak pada wajah dan di bagian ini mungkin tampak seperti papula terpigmentasi dalam, kecil pada bagian pelipis (dermatosis papulosa nigra).
Karsioma sel basal walaupun bersifat maligna, karsioma ini tumbuh perlahan dan jarang bermetastasis. Karsioma ini sangat umum terjadi pada orang yang berusia diatas 40 tahun. Berkulit terang, dan biasanya muncul pada wajah. Awalnya, timbul sebagai pelebaran dari nodul transparan, menyisakan bagian tengah yang melesap berbatas tegas, dan menonjol. Pembuluh darah telangiktatik sering terlihat.
Karsioma sel skuamosa biasanya muncul pada kulit yang terpanjan sinar matahari pada lansia yang berkulit terang yang berusia diatas 60 tahun. Karsioma ini dapat berkembang menjadi keratosis aktinik. Biasanya tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karsioma sel basal, bentuknya tegas dan tampak lebih merah. Wajah dan bagian punggung tangan merupakan bagian yang sering terserang.
Sarkoma kaposi pada AIDS dapat muncul dalam berbagai bentuk: makula, papula, plak, atau nodul pada setiap bagian tubuh. Lesi sering bersifat multipel dan dapat melibatkan struktur internal.
Karakteristik Nevus (Tahi Lalat)Normal
Melanoma maligna (ABCDE)
Diameter lebih kecil dari 6 mmSimetris; batas terarur; bahkan distribusi warnanya
Asimetris
Batas tidak teratur
Warna (Colour) bervariasi diameter lebih dari 6 mmmenonjol (Elevation)
Kerontokan rambut
Alopesia areata area kulit kepala tanpa rambut berbatas bulat yang jelas atau oval, biasanya mengerang dewasa, muda dan anak-anak tidak ada jaringan parut atau inflamasi yang tampak.Trikolomania area tanpa rambut karena penarikan, pencabutan atau pemuntiran rambut. Batang rambut patah dan berbgai ukuran. Lebih umum terjadi pada anak, sering pada situasi stres keluarga atau stres psikologis.Tinea Kapitis (“ringworm”)Area alopesia parut yang bulat. Rambut patah sangat dekat dengan pangkalnya di kulit kepala. Biasanya disebabkan oleh infeksi jamur karena tinea tonsurans. Menyerupai dermatitis seborea.
Kuku jari tanganJari tubuhParonika
Falang dorsal membulat dan menggelumbung, kecembungan dari lempeng kuku meningkat. Sudut antara lempeng dan lipatan kuku proksimal bertambah sampai 180° atau lebih. Lipatan kuku proksimal teraba seperti busa. Banyak penyebab dari kondisi ini, termasuk hipoksiakronis dan kanker paru.
Inflamasi pada lipatan kuku proksimal dan lateral, dapat akut atau kronis. Lipatan berwarna merah, bengkak, mungkin terdapat nyeri tekan.
Pelepasan lempeng kuku yang tidak terasa sakit dari bantalan kuku, dimulai dari distal. Banyak penyebab dari kondisi ini.
Keputihan pada kuku disertai dengan pita distal kemerahan atau cokelat. Terlihat pada penuaan dan beberapa penyakit kronis.
Bercak putih yang disebabkan oleh trauma. Tumbuh keluar bersama dengan tumbuhnya kuku.
Garis kurva puth yang serupa dengan kurva lunula. Pertumbuhan ini menyertai penyakit dan tumbuh ke luar bersama pertumbuhan kuku.
2.2 Pemeriksaan KepalaPemeriksaan ini melihat lingkar kepala. Lingkar kepala yang lebih besar dari normal
disebut makrosefanli, biasanya dapat di temukan pada penyakit hidrocephalus sedangkan lingkar kepala yang kurang dari normal di sebut mikrosefali. pemeriksaan yang lain di lakukan pada umbun-ubun atau fontanel. Dalam keadaan normal,ubun-ubun berbentuk datar.ubun-ubun besar menonjol dapat di temukan pada keadaan tekanan intrakranial meninggi dan ubun-ubun cekung dapat di temukan pada kasus dehidrasi dan malnutrisi.
1. Pemeriksaan Kepala terdiri atas :A. Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimetris atau tidak. wajah asimetris dapat disebabkan oleh adanya paralsisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
B. Pemeriksaan mata dan penglihatanPemeriksaan mata menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus
ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya ( khusus pada umur neonatus ).Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah palpebra simetris atau tidak.
Kelainan yang muncul antara lain ptosis, yaitu palpebra tidak dapat terbuka ; lagoftalmos, yaitu klopak mata tidak dapat menutup sempurna sehingga sebagian kornea tidak di lindungi oleh kelopak mata ; pseudo logoftamos di tandai dengan kedua belah mata tidak tertupup sempurna ; dan hordeolum yang merupakan infeksi lokal pada palpebra.
Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus nasolakrimalis juga dapat diketahui dengan jumlah produksi air mata. Produksi air mata yang berlebihan disebut epifora. Selain itu, pemeriksaan konjungtiva menilai ada atau tidaknya pendarahan subkonjungtifa yang dapat di tandai dengan adanya hiperemia dan edema konjungtiva palpebra.
Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal berwarna putih. Apabila di temukan warna lain, kemungkinan ada indikasi penyakit lain. Pemeriksaan juga menilai kejernihan kornea. Apabila ada radang, kornea akan tampak keruh.
Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil. Secara normal, pupil berbentuk bulat, simetris, atau apabila diberikan sinar dengan reflek cahaya langsung akan mengecil. Midriasis atau dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan simpatis, sedangkan miosis menunjukkan keadaan pupil yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya penyakit katarak.
Pemeriksaan jernih atau keruhnya lensa untuk memeriksa adanya kemungkinan katarak, sebab lensa yang keruh dapat menjadi indikasi adanya katarak. Kondisi bola mata yang menonjol di namakan eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan enoftalmos. Strabismus atau juling merupakan keadaan dimana sumbu visual tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata. Selain itu juga terdapat nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmiuk yang cepat dan horisontal.
C. Pemeriksaan telinga dan pendengaranPemeriksaaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian
tengah, dan telinga bagian dalam.Pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan
liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, dan posisinya. Pemeriksaaan liang telinga dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membran timpani. Membran timpani yang normal bentuknya sedikit cekung dan mengkilap. Kemudian, dapat dilihat apakah terdapat perforasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid. Pemeriksaaan pendengaran dilaksanakan dengan bantuan garputala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan apa tidak.
D. Pemeriksaan hidung dan sinusPemeriksaan hidung bertujuan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung dan juga
menentukan ada atau tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan Rhinoskopi anterior dan posterior.
E. Pemeriksaan mulut dan kerongkonganPemeriksaaan mulut bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya trimus, yaitu kesukaran
membuka mulut; halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena kurang dijaga kebersihannya; dan labioskisis yaitu bibir yang tidak simetris. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai adanya edema atau tanda-tanda radang.
Pemeriksaan lidah juga bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kogenital atau tidak. Keadaan yang dapat ditemukan adalah makroglosia, yaitu lidah yang terlalu besar; mikroglasia, yaitu lidah terlalu kecil; atau glosoktosis, yaitu lidak tertarik ke belakang. Kemudian juga dapat diperiksa ada atau tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah.
a. FaringPemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hipermia, edema, absesretrofaringeal,
peritonsilar, atau lainnya. Edema faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat (pseudomembran).
b. LaringPemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernafasan. Apabila
ditemukan obstruksi pada laring, maka suara akan mengalami stridor yang disertai batuk dan serak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan menggunakan alat laringoskop, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan cara dimasukkan kedalam secara perlahan-lahan sementara lidah tertarik keluar.2. TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAANPemeriksaan Kepala dan Wajah Kemungkinan TemuanRambut, termasuk kuantitas, distribusi, dan tekstur
Rambut kasar dan distribusinya jarang terlihat pada miksedema, halus pada hipertiroidisme
Kulit kepala, termasuk benjolan atau lesi Kista pilar, psoriasisTengkorak, termasuk ukuran dan kontur Hidrosefalus, depresi tulang tengkorak
karena traumaWajah, mencakup kesimetrisan dan ekspresi wajah
Paralisis fasial; afek depresi datar, mood seperti marah, kesedihan
Kulit, termasuk warna, tekstur, distribusi rambut, dan lesi
Pucat, halus, berbulu, berjerawat, kanker kulit
Pemeriksaan Mata Kemungkinan TemuanUji ketajaman penglihatan masing-masing mata
Ketajaman penglihatan menurun
Kaji lapang pandang penglihatan, jika diperlukan
Hemianopsia, defek kuadrantik pada stroke
Inspeksi Kemungkinan TemuanPosisi dan kesejajaran mata Eksoftalmos, strabismusAlis mata Dermatitis seboreaKelopak mata Bengkak pada tepi kelopak mata, kalazion,
ektropion, ptosis, xantelasmaAparatus lakrimal Pembengkakan sakus lakrimalisKonjungtiva dan sklera Mata merah, ikterikKornea, iris, dan lensa Opasitas kornea, katarak
Teknik Pemeriksaan Kemungkinan temuanPeriksa pupil untukUkuran, bentuk, dan kesimetrisan Miosis, midriasis, anisokorReaksi terhadap cahaya dan apakah reaksi tersebut tidak normal
Tidak ada paralisis Saraf Otak III
Reaksi dekat Bermanfaaat untuk pupil tonik dan Argyll Robertson; melambat pada pupil tonik; tidak ada pada pupil Argyll Robertson yang sifilis
Kaji otot ekstraokular dengan memantauReflek kornea terhadap cahaya Ketidakseimbangan muskular
tengahEnam arah kardinal pandangan Strabismus paralitik atau nonparalitik,
nistagmus, kelambanan kelopak mataKonvergensi Buruk pada hipertiroisme
Inspeksi fundus dengan oftalmoskopKiat menggunakan oftalmoskop
Gelap ruangan. Putae diskus lensa hingga lingkaran sorotan cahaya putih berukuran besar. Kurangi brightness cahaya untuk membuat pemeriksaan nyaman bagi pasien.
Putar diskus lensa sampai diopter menunjukkan 0 (diopter mengukur kekuatan lensa untuk menciptakan konvergensi cahaya).
Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan untuk memriksa mata kanan pasien; pegang dengan tangan kiri untuk memeriksa mata kiri pasien, untuk menghindari menekan hidung pasien.
Pegang oftalmoskop dengan cara disangga kuat-kuat pada bagian media tulang orbita anda dengan pegangannya miring ke atas sekitar 20 . Anjurkan pasien untuk melihat langsung sebuah titik di dinding.
Posisikan diri anda sekita 38 cm dari pasien dan pada sudut 15 derajat lateral ke arah garis penglihatan pasien, perhatikana adanya cahayaoranye pada pupil – refleks merah. Perhatikan adanya opasitas lensa katarak (lapisan buram) yang menutupi refleks merah. Tidak adanya refleks merah menunjukkan opasitas lensa (katarak) atau kemungkinan vitreous.
Letakkan ibu jari tangan yang lain menyilang terhadap alis pasien.pertahankan sorotan cahaya berfokus pada refleks merah, gerakkan dengan sudut 15 ke arah pupil sampai anda hampir menyentuh bulumata pasien. Atur posisi oftalmoskop anda dan sudut penglihatan sebagai satu kesatuan sampai anda melihat fundus.
Infeksi fundus untuk hal berikut :Refleks merah Katarak, mata palsuDiskus optik Papiledemta, lengkung glaukomatosa,
atrofi optika.
Arteri, vena, dan persilangan A-V Perubahan hepertensiPersambungan retina (perhatikan adanya lesi)
Hemoragi, eksudat, tameng kain wool, mikroaneurisma, pigmentasi
Teknik pemeriksaan Kemungkinan temuanArea makular Degenerasi makularStuktur anterior Vitreous floater, katarak
Kiat pemeriksaan diskus optik dan retina Temukan diskus optik. Perhatikan lingkungan struktur oranye – kekuningan. Sekarang fokuskan pada diskus optik dengan cara mengatur lensa pada oftalmoskop
anda Inspeksi diskus optik. Perhatikan gambaran berikut ini: Ketajaman atau kejelasan garis diskus
Warna diskus Ukuran mangkuk fisiologis (pembesaran mangkuk menunjukkan glaukoma sudut
terbuka kronis) Pulsasi vena dalam vena retina saat pulsasi muncul dibagia tengah diskus
(gungguan pulsasi vena dalam keadaan patologis seperti trauma kepala, meningitis atau lesi massa kemungkinan merupakan tanda awal peningkatantekanan intrakranial)
Inspeksi retina, bedakan arteri dengan vena berdasarkan gambaran karakteristik berikut.
Arteri Vena Warna
Ukuran
Refleks cahaya (refleksi)
Merah terang
Berukuran lebih kecil ( )
Terang
Merah gelap
Berukuran lebih besar
Tidak segera diketahui atau tidak ada
Ikuti alur pembuluh darah prefer pada keempat arah. Inspeksi fovena dan sekitar makula. Tipe degenerasi makular antara lain atrofik
kering (lebih lazim terjadi tetapi tidak terlalu parah) dan eksudat basah (neovaskular). Debris seluler yang tidak diserap, disebut drusen, mungkin keras atau lunak.
Kaji adanya pepiledema.
TelingaPeriksa masing-masing telinga:AurikulaInspeksi aurikula keloid, kista epidermoidJika anda mencurigai otitis:
Gerakkan aurikula ke atas dan kebawah, dan tekan pada tragunya.
Tekan dengan kuat belakang telinga.
Nyeri pada otitis eksterna (“uji tug”)
Kemungkinan nyeri tekan pada kasus otitis media dan mastoiditis
Liang teling dan gendang telingaTarik aurikula ke atas, kebelakang, dan sedikit keluar.Inspeksi, melalui spekulum otoskop:
Liang telinga Serumen, bengkak dan eritema pada otitis eksterna
Gendang telinga Gendang yang menonjol kemerahan terlihat pada otitis media akut; otitis media serosa, timpanosklerosis, perforasi.
PendengaranKaji ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau suara bicara.
Jika pendengaran menhilang, gunakan garpu tala 512-Hz
Uji lateralisasi (uji weber).Letakkan garpu tala pada verteks tulang tengkorak dan periksa pendengaran.
Bandingkan koduksi tulang dan konduksi tulang (uji rinne). Letakkan garpu tala dengan garpu getar pada os mastoideus, kemudian angkat dan periksa pendengaran.
Tes tersebut membantu membedakan antara gangguan pendengaran sensorineural dan gangguan pendengaran konduksi
Hidung dan SinusInspeksi hidung eksternal.Inspeksi, melalui spekulum,Mukosa nasal yang melapisi septum dan turbinat, perhatikan warnanya dan pembengkakan
Pembengkakan dan kemerahan pada rinitis virus, bengkak dan pucat pada rinitis alergika; polip; ulkus kerena penggunaan kkokain
Septum nasal terhadap posisi dan integritas
Deviasi, perforasi
Palpasi sinus frontalia dan maksilaris untuk adanya nyeri tekan.
Nyeri tekan pada sinusitis akut
Mulut dan FaringInspeksi Bibir Sianosis, pucat, keilosisMukosa oral Luka syangkerGusi GingivitisGigi Karies dentis, ompongLangit-langit mulut Torus palatinusLidah termasukPapila GlositisKesimetrisan Deviasi ke salah satu sisi karena
paralisis saraf otak XII akibat strokeAdanya lesi Kanker
Dasar mulut KankerFaring, termasukWarna atau adanya eksudat FaringitisAdanya dan ukuran tonsil Tonsilitis, abses peritonsilarKesimetrisan palatum durum ketika pasien mengucapkan “ah”
Palatum lunak gagal naik pada paralisis saraf otak X karena stroke
2.3 Pemeriksaan LeherPemeriksaan leher bertujuan untuk menilai adanya tekanan vena jugularis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengondisikan pasien dalam posisi telentang dengan deda dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, kemudian dicek apakah terdapat distensi pada vena jugularis. Selanjutnya, lakukan pemeriksaaan untuk menilai ada atau tidaknya massa dalam leher. Pada bayi, posisikan tubuh dalam keadaan telentang dan kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jati-jari telunjuk dan tengah, lalu perhatikan adanya pergerakan keatas tiroid apabila pasien menelan.Inspeksi leher Jaringan parut, massa, tortikolisPalpasi kelnjar limfe Limfadenopati servikal karena inflamasi,
keganasanInspeksi dan palpasi posisi trakea Deviasi trakea karena massa leher atau
pneumotoraksInspeksi kelenjar tiroid: Abnormalitas kelenjar tiroid
Pada saat istirahat Ketika pasien menelan air
Dari arah belakang pasien, palpasikelenjar tiroid, termasuk ismus dan lobus lateral :
Pada saat istirahat Ketka pasien menelan air
Setelah memeriksa kelenjar tiroid dari arah belakang pasien, anda dapat melanjutkan pemeriksaan muskuloskeletal dari bagian leher dan punggung atas serta memeriksa nyeri tekan sudut kostovesterbral.
2.4 Pemeriksaan Thoraks (Dada)Pemeriksaan dada hendaknya dilakukan se-efisien mungkin. Tidak baik membuat pasien duduk kemudian berbaring secara terus menerus. Lebih baik, selesaikan pemeriksaan yang mengharuskan pasien dalam keadaan duduk, setelah itu lakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan berbaring.
1. Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk
a. Inspeksi Melihat bentuk dada anterior dan posterior Melihat ada tidaknya deviasi Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada
b. Palpasi
NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu Membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri Merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan"tujuh – tujuh"
Gambar posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :
c. Perkusi
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange (tulang jari).Ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusiProsedur perkusi Tempatkan jari pleksi meter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik dari pada melakukan pengetukan lebih keras.
Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari dengan cepat agar getaran tidak teredam.
Pemeriksaan : Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan Menentukan batas bawah paru
d. Auskultasi
Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi anterior. (kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh para dokter muda.
Auskultasi pada pernafasan normal :
2. Pemeriksaan Paru pada saat berbaringa. Inspeksi
Melihat keadaan selaigase waktu bernafas (secara normal : sela iga akan ekspansi atau meregang saat inspirasi dan kembali keposisi semula sewaktu ekspirasi)
b. PalpasiMembandingkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas dan merasakan getaran fremitus suara
Gambar posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior
c. Perkusi
Membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara berurutan
Menentukan batas paru - heparPerkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru hepar
ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor kepekak
Menentukan batas paru - lambungPerkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas paru –
lambung ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonorke timpani. (secara normal : batasparu - lambung orang Indonesia berada di Intercostae VII atau intercostae VIII) Menentukan batas peranjakan paru
Perkusi dilakukan di batas paru - hepar. Setelah pasien diminta untuk menahan nafas, batas paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi "sonor".
Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru adalah 2 cm atau sebesar 2 jari orang dewasa).
d. Auskultasi Membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronchial pada pasien
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada Melihat pulsasi iktuscordis
b. Palpasi Mencari pulsasi iktuscordis (secara normal : iktuscordis terletak di garis midklavikulasi nistra Intercostae V) Denyut jantung dapat dihitung pada iktuscordis (walaupun cara ini tidak lazim dilakukan).
c. Perkusi Menentukan batas kanan jantung Batas kanan jantung ditentukan setelah batas paruh hepar ditemukan Menentukan batas kiri jantung Batas kiri jantung ditentukan setelah batas paru – lambung ditemukan
d. Auskultasi Mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dan bunyi jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal menutup) pada masing – masing katup jantung.4. Pemeriksaan PayudaraPayudara terletak secara bilateral pada dinding anterior diantara spasium interkostalis kedua sampai keenam atu ketujuh payudara mengandung 3 jaringan:-jaringan glandula-jaringan fibrosa stroma-jaringan adiposePada pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan cara :
a. Inspeksi1. Bantu pasien mengatur posisi duduk meng hadap kedepan, telanjang dada dengan
kedua lengan rilex disisi tubuh.2. Mulai inspeksi mengenau ukuran bentuk dan keseimbangan payudara normalnya
melingkar dan agak simetris dan dapat didiskripsikan kecil, sedang dan besar.3. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan edema.4. Inspeksi warna areola pada wanita hamil umumnya berwarna lebih gelap.
5. Inspeksi payudara dan puting susu mengenai setiap adanya penonjolan atau reaksi akibat adanya sekar atau lesi
6. Inspeksi puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus, pergerakan, atau pembengkakan, amati juga posisi kedua putting.
7. Inspeksi ketiak dan klapikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda kemerah merahan.b. palpasi1. Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran.2. Palpasi daerah klapikula dan ketiak terutama pada area limfenodi.
3. Lakukan palpasi setiap payudara denagan tehnis bimanual terutama untuk payudara yang berukuran besar dengan sabar.
- Tekankan telapak tangan / tiga jari tengah pada kuadran samping atas- Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju
areola dan memutar searah jarum jam4. Lakukan palpasi payudara sebelahnya
5. Bila diperlukan pda pengkajian dengan posisi supi nasi dan diganjal bantal / selimut dibawah bahunya.
BAB IIIPENUTUP
3.1. KesimpulanPemeriksaan fisik pada kulit meliputi rambut dan kuku yang dilakukan adalah Inspeksi dan palpasi pada warna, susunan bentuknya, tipe dll. Kalau pada pemeriksaan fisik kepala meliputi inspeksi dan palpasi, sedangkan pemeriksaan pada leher meliputi inspeksi dan palpasi yang memeriksa kelenjar tyroid, dan terakhir pemeriksaan fisik pada thoraks,dada dan jantung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Sedangkan pada pemeriksaan payudara hanya inspeksi dan palpasi saja pada warna dan ukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Internet :1. Buckman. 2009. Pemeriksaan SADARI. http://www.info-rollet.com. diakses
tanggal 29 Desember 2011Sumber dari Buku :
1. Bickley, Lynn.2008.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Jakarta : EGC