6
Pemeriksaan fisik 1. Batu empedu Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar. 2. Sirosis Hepatis a) INSPEKSI 1. Area Tangan Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan hepar ) Kuku ( normal = putih , kuning = terjadi gangguan di hepar ) Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger 2. Wajah Sklera pada mata ( normal = putih ) Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis ) 3. Abdomen

Pemeriksaan fisik

Embed Size (px)

Citation preview

Pemeriksaan fisik

1. Batu empedu

Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan

dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis

akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum

didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif

apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung

empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti

menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba

hepar.

2. Sirosis Hepatis

a) INSPEKSI

1. Area Tangan

Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan hepar )

Kuku ( normal  = putih , kuning = terjadi gangguan di hepar )

Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger

2. Wajah

Sklera pada mata ( normal = putih )

Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis )

3. Abdomen

Memeriksa hernia dengan disuruh batuk ( jika ada benjolan maka indikasi ada

hernia )

Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)

b) PALPASI

Palpasi ringan kedalaman 1 cm , sambil melihat ekspresi wajah klien

c) PERKUSI

Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes terdengar dibagian lien .

bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 . normal jarak 6-12 cm pada orang dewasa

d) AUSKULTASI

Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising usus

3. Hepatitis A

sklera ikterik, hepatomegali, nyeri tekan regio hipokondria kanan, murphy sign negatif.

Pemeriksaan penunjang

1. Batu empedu

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan

pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi

lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin

serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi

mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali serum

dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi

serangan akut.

PENCITRAAN

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena

hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung

empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan

foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops,

kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas

yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang

tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

intrahepatic maupun ekstra hepatic. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung

empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan

maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit

dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum

rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi

biasa.

Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik

karena relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen

sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Cara ini memerlukan lebih banyak

waktu dan persiapan dibandingkan ultrasonografi. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih

bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.

Penataan hati dengan HIDA, metode ini bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi

di duktus sistikus misalnya karena batu. Juga dapat berguna untuk membedakan batu

empedu dengan beberapa nyeri abdomen akut. HIDA normalnya akan diabsorpsi di hati

dan kemudian akan di sekresi ke kantong empedu dan dapat dideteksi dengan kamera

gamma. Kegagalan dalam mengisi kantong empedu menandakan adanya batu sementara

HIDA terisi ke dalam duodenum.

Computed Tomografi (CT) juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat

untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis.

Walupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.

Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic Retrograde

Cholangio-pancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi direk yang amat

bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya seperti

koledokolitiasis. Selain untuk diagnosis ERCP juga dapat digunakan untuk terapi dengan

melakukan sfingterotomi ampula vateri diikuti ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan

opasifikasi lansung batang saluran empedu dengan kanulasi endoskopi ampula vateri dan

suntikan retrograde zat kontras. Resiko ERCP pada hakekatnya dari endoskopi dan

mecakup sedikit penambahan insidens kolangitis dalam saluran empedu yang tersumbat

sebagian.

2. Sirosis hepatis

Pemeriksaan fungsi hepar abnormal

Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian kadar

globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek), penurunan enzim

kolinesterse, serta peninggian SGOT dan SGPT.

Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)

Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)

Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)

PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)

Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan

radiologis tak dapat menyimpulkanUltrasound, skan CT atau MRI dilakukan untuk

mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatik. 

3. Hepatitis A

Pemeriksaan lab

lekopeni, hiperbilirubinemia, peningkatan enzim hepar, HbsAg negatif, Anti HAV

positif, darah tebal tipis malaria negatif, serologi untuk Salmonella thypi, leptospirosis,

dan DHF negatif.