Upload
mirabelladonna
View
12
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Pemeriksaan fisik
1. Batu empedu
Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan
dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis
akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum
didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung
empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti
menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba
hepar.
2. Sirosis Hepatis
a) INSPEKSI
1. Area Tangan
Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan hepar )
Kuku ( normal = putih , kuning = terjadi gangguan di hepar )
Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger
2. Wajah
Sklera pada mata ( normal = putih )
Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis )
3. Abdomen
Memeriksa hernia dengan disuruh batuk ( jika ada benjolan maka indikasi ada
hernia )
Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)
b) PALPASI
Palpasi ringan kedalaman 1 cm , sambil melihat ekspresi wajah klien
c) PERKUSI
Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes terdengar dibagian lien .
bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 . normal jarak 6-12 cm pada orang dewasa
d) AUSKULTASI
Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising usus
3. Hepatitis A
sklera ikterik, hepatomegali, nyeri tekan regio hipokondria kanan, murphy sign negatif.
Pemeriksaan penunjang
1. Batu empedu
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan
pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi
lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin
serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi
mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali serum
dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi
serangan akut.
PENCITRAAN
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan
foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops,
kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas
yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang
tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatic maupun ekstra hepatic. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung
empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan
maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum
rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi
biasa.
Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik
karena relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Cara ini memerlukan lebih banyak
waktu dan persiapan dibandingkan ultrasonografi. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih
bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.
Penataan hati dengan HIDA, metode ini bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi
di duktus sistikus misalnya karena batu. Juga dapat berguna untuk membedakan batu
empedu dengan beberapa nyeri abdomen akut. HIDA normalnya akan diabsorpsi di hati
dan kemudian akan di sekresi ke kantong empedu dan dapat dideteksi dengan kamera
gamma. Kegagalan dalam mengisi kantong empedu menandakan adanya batu sementara
HIDA terisi ke dalam duodenum.
Computed Tomografi (CT) juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat
untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis.
Walupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.
Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic Retrograde
Cholangio-pancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi direk yang amat
bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya seperti
koledokolitiasis. Selain untuk diagnosis ERCP juga dapat digunakan untuk terapi dengan
melakukan sfingterotomi ampula vateri diikuti ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan
opasifikasi lansung batang saluran empedu dengan kanulasi endoskopi ampula vateri dan
suntikan retrograde zat kontras. Resiko ERCP pada hakekatnya dari endoskopi dan
mecakup sedikit penambahan insidens kolangitis dalam saluran empedu yang tersumbat
sebagian.
2. Sirosis hepatis
Pemeriksaan fungsi hepar abnormal
Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian kadar
globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek), penurunan enzim
kolinesterse, serta peninggian SGOT dan SGPT.
Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)
Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)
Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)
PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)
Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tak dapat menyimpulkanUltrasound, skan CT atau MRI dilakukan untuk
mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.
3. Hepatitis A
Pemeriksaan lab
lekopeni, hiperbilirubinemia, peningkatan enzim hepar, HbsAg negatif, Anti HAV
positif, darah tebal tipis malaria negatif, serologi untuk Salmonella thypi, leptospirosis,
dan DHF negatif.