Upload
muhammad-alpanda
View
7.095
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
A. Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk
Persiapan kolam pemeliharaan induk meliputi pengangkatan lumpur dan pengeringan
dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanah akibat pengendapan bahan
organik dari ikan maupun dari sumber air. Pengangkatan lumpur kolam tujuannya untuk
membuang gas-gas beracun, seperti ammonia dan hidrogen sulfida (H2S). untuk mengurangi
bahan organik di dasar kolam trsebut lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam dicangkul
sedalam 5-10 cm. lumpur tersebut diangkat kemudian dipindahkan dari lahan kolam
pemeliharaan.
Pengeringan dasar kolam selain untuk mengistirahatkan lahan juga bertujuan untuk
membasmi hama penyakit, menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, mempercepat proses
mineralisasi dari sisa bahan organik dan memperbaiki struktur tanah menjadi gembur sehingga
aerasi dalam tanah menjadi baik. Proses pengeringan dan penjemuran dasar kolam dilakukan
selama 3-7 hari tergantung kondisi cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan koalam dianggap
selesia jika tanah dasar kolam menjadi retak-retak.
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah kolam beton, berbentuk persegi
panjang dengan luas kolam 200 m2, kedalaman air berkisar 100-125 cm dengan padat tebar 2
ekor/m2. Sedangkan Keramba Jaring Apung (KJA) konstruksi terbuat dari kerangka bambu, kayu
dan besi. Ukuran 4 m x 4 m x 4 m, jaring terbuat dari polyethyline. Ukuran mata jaring 1 inchi
dengan padat tebar 3 ekor/m3. Sirkulasi air secara kontinyu dengan debit lebih kurang 0,5
liter/detik.
B. Seleksi Induk
Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu untuk memilih indukkan
ikan patin jantan dan ikan patin betina yang siap dipijahkan. Seleksi induk dilakukan dengan
menangkap induk menggunakan jaring (mesh size ± 10 cm) yang dilakukan secara hati-hatiagar
indukan ikan patin siam tidak mengalami stress atau luka, karena hal ini dapat mempengaruhi
kondisi induk.
a. Ciri-ciri indukan patin siam jantan yang siap dipijahkan:
Umur diatas 1,5 tahun
Kulit perut lembek dan tipis
Bila bagin perut diurut kearah kelamin keluar cairan putih (sperma) yang kental
b. Ciri-ciri indukan patin siam betina yang siap dipijahkan:
Umur diatas 2 tahun
Perut membesar kearah anus
Lubang urogenital membengkak dan berwarna merah
Bila dilakukan kanulasi menggunakan kateter, maka telurnya kental, berbentuk bundar
dengan ukuran yang seragam.
Pemeriksaan morfologi luar sulit untuk menentukan tingkat kematang gonad secara pasti
terutama pada induk ikan patin siam betina. Secara fisik ikan patin tidak memperlihatkan
karakteristik eksternal yang jelas, sehingga tidak mudah membedakan induk patin jantan dan
betina, apalagi menentukan tingkat kematangan gonadnya (Khairuman, 2007). Tingkat
kematangan gonad induk patin siam betina dapat dilakukan dengan pemeriksaan oosit (sel telur)
dengan cara kanulasi. Kanulasi dilakukan menggunakan kateter. Kateter dimasukkan ke dalam
ovari melalui lubang papila sedalam 8 – 10 cm. Agar mendapatkan sampel telur dari semua
bagian ovari, batang penyedot yang ada dibagian tengah kateter ditarik keluar bersamaan dengan
menarik kateter dari ovari. Sehingga sampel telur pada semua bgain ovari dapat terambil secara
rata (Sularto et al., 2007).
a b
c d
Gambar 2. (a) Seleksi induk, (b) Proses menangkap indukan menggunakan jaring, (c) Pengecakan TKG Induk Patin Betina menggunakan Kateter dan (d) Alat Kateter
Telur yang tertampung di dalam kateter dituangkan pada lempeng kaca atau gelas objek
untuk diukur diameternya. Pengukuran diameter telur sebaiknya dilakukan dengan mikroskop,
namun karena kegiatan dilakukan dilapangan ada orang-orang yang sudah ahli dalam
mengetahui diameter telur ikan patin siam. Induk ikan patin siam yag siap dipijahkan memiliki
ukuran sel telur seragam dengan diameter rata-rata ≥ 1 mm (Sularto et al., 2007).
C. Perawatan Induk
Induk yang telah diseleksi serta siap dipijahakan ditampung di dalam kolam berukuran 4
x 2 meter, untuk memudahkan menangkap indukan ketika proses penyuntikan, didalam kolam
sudah terpasang jaring apung yang ukurannya hampir sama dengan ukuran kolam. Antara
indukan jantan dan betina dipelihara secara terpisah.
a b
Gambar 3. (a) pelepasan indukan yang telah diseleksi dalam kolam penampungan dan (b) pemasangan
jaring apung
Induk yang sudah diseleksi dan siap untuk dipijahkan harus dipelihara di dalam wadah
yang mudah untuk ditangkap (sempit), namun tetap mendapatkan kualitas air yang baik yakni
oksigen yang cukup (≥ 3 mg/l) serta suhu air yang relatif tinggi (≥ 28 oC). Selama pemeliharaan
ini, induk dipuasakan. Selain itu induk juga dihindari jangan sampai stres misalnya akibat
penanganan yang tidak hati-hati atau gangguan dari pengaruh lingkungan (Sularto et al., 2007).
D. Penyuntikan Indukan
Induk ikan patin siam yang dipelihara dalam wadah budidaya tidak dapat memijah secara
alami. Untuk pemijahannya perlu dirangsang secara hormonal. Hormon yang digunakan adalah
ekstrak kelenjar hipofisa, Gonadotropin, Ovaprim (Sularto et al., 2007).
Kelenjar hipofisa adalah sebuah kelenjar berukuran sebesar kacang polong, yang terletak
di dasar otak dan menghasilkan sejumlah hormon. Gonadotropin adalah hormon yang di
keluarkan oleh kelenjar hipofisa serta dapat mempengaruhi gonad. Kelenjar hipofisa banyak
sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan
pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin (GTH) I dan
Gonadotropin (GTH) II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang
pematangan gonad. Ovaprim adalah hormon untuk pemijahan ikan, tersedia dalam kemasan 10
ml. Hormon ini berguna untuk melancarkan proses pematangan dan pelepasan telur pada ikan
betina dan untuk memperbanyak jumlah sperma pada ikan jantan.
Penyuntikan induk ikan patin siam di BPBAT Cijengkol menggunakan dua jenis hormon,
yaitu HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan Ovaprim. human Chorionic Gonadotropin
(HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta dalam kehamilan. HCG
berfungsi untuk menyempurnakan kematangan gonad. Sedangkan hormon ovaprim berfungsi
untuk memacu ovulasi dan pembentukan sperma.
Penyuntikan ikan patin dilakukan sebanyak dua kali pada induk betina, penyuntikan
pertama menggunakan hormon HCG 500 IU/kg yang dilarutkan kedalam solvent sebanyak 1 ml
yang berfungsi menyempurnakan kematangan telur. Penyuntikan kedua menggunakan hormon
Ovaprim 0,6 ml/kg yang berfungsi untuk memacu Ovulasi. Pada induk jantan penyuntikan
dilakukan satu kali yaitu pada saat penyuntikan ke dua induk betina, penyuntikan menggunakan
hormon Ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg (Slembrouck et al., 2003).
Penyuntikan untuk induk patin siam betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan
pertama dilakukan dengan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg induk di suntikan kebagian
punggung induk sebelah kiri. Penyuntikan kedua dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,6
ml/kg induk disuntikan dibagian punggung sebelah kanan. Selang waktu dari penyuntikan
pertama ke penyuntikan kedua adalah 24 jam. Sedangkan Penyuntikan induk patin siam jantan
dilakukan sebanyak satu kali bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Induk jantan
disuntik dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg, yang bertujuan untuk memacu
produksi sperma.
a b
Gambar 4 : (a) Hormon HCG dan solvent dan (b) ovaprim
Untuk mencegah induk stres atau cairan hormon yang telah disuntikkan keluar kembali
Penyuntikan harus dilakukan secara hati-hati. Penyuntikan dilakukan di bagian dorsal atas kiri
atau kanan, karena dorsal punggung memiliki daging yang tebal sehingga jarum suntik tidak
akan mengenai usus dan organ penting lainnya. Jika penyuntikan dilakukan di daerah perut
dikhawatirkan jarum suntik akan mengenai telur patin. Jika penyuntikan dilakukan di ekor maka
penyuntikan yang dilakukan tidak efektif, karena bagian ekor banyak melakukan pergerakan.
Induk yang disuntik, kepalanya dibalut dengan kain basah. Penyuntikan dilakukan secara
intramascular di daerah dorsal dengan penyuntikan 45 oC.
E. Pengurutan (Stripping)
Kegiatan pengurutan (stripping) dilakukan setelah penyuntikan yang di diamkan selama
10-14 jam. Sebelum dilakukan pengurutan (stripping) perlu dilakukan pengecekan dengan cara
memijit perut ikan kearah papila secara hati-hati, apabila keluar telur dengan lancar dan sedikit
encer, maka pengurutan (stripping) dilanjutkan.
Pengurutan (stripping) pada induk jantan dilakukan dengan cara mengurut bagian
perutnya dari atas ke bawah secara perlahan-lahan sampai sperma keluar. Sperma hasil
pengurutan (stripping) dimasukkan ke dalam botol kemudian diencerkan dengan larutan NaCl
fisiologis (0,9%), dengan perbandingan sperma dan larutan fisiologis sebanyak 1:5. Penambahan
larutan fisiologis pada sperma bertujuan untuk mempertahankan motilitas sperma agar bertahan
lebih lama. Sperma yang diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis akan menjadi tidak motil dan
dapat bertahan selama 24 jam apabila disimpan pada suhu 5 oC.
Telur dan sperma hasil pengurutan (stripping) tidak boleh terkena air atau sinar matahari
secara langsung karena akan aktif sehingga waktu hidup sperma semakin pendek dan mati.
Pengurutan (stripping) dilakukan pada pagi hari, pukul 06.00 WIB.
a b
c dGambar 5. (a) stripping telur, (b)stripping sperma, (c) nacl fisiologis, (d) sperma yang telah di tampung
dalam botol
F. Inseminasi (Pembuahan)Telur yang telah dikeluarkan ditampung dalam wadah, lalu tambahkan campuran NaCl
fisiologis dengan sperma secukupnya. Setelah sperma dan telur tercampur didalam wadah aduk
secara perlahan selama ± 1 menit. Setelah teraduk rata dimana telur sudah terbungkus sperma
langkah selanjutnya adalah pembuahan. Pembuahan dilakukan dengan cara menambahkan air
yang kaya oksigen ke dalam wadah telur yang sudah tercampur dengan sperma. Pemberian air
yang kaya oksigen ini bertujuan untuk mengaktifkan sperma agar dapat menembus mikrofil telur
sehingga terjadilah pembuahan. Telur yang terbuahi (fertil) dan yang tidak terbuahi (infertil)
memiliki pebedaan yang dapat dilihat secara kasat mata. Telur yang terbuahi (fertil) akan
berwarna bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi (infertil) akan berwarna putih susu.
Setelah proses pembuahan, langkah selanjutnya adalah pencampuran dengan
menggunakan air tanah yang sebelumnya sudah disaring. Tujuan penggunaan air tanah tersebut
adalah untuk mengurangi daya rekat telur sehingga telur akan terpisah satu sama lain dan dapat
bergerak dengan dorongan air selama periode inkubasi. Larutan tanah yang digunakan berasal
dari campuran 1 kg tanah liat dengan 2 liter air. Pencampuarn air tanah dilakukan secara
perlahan-lahan dengan diaduk searah jarum jam. Setelah telur merata teraduk dengan air tanah,
selanjutnya telur disaring dengan menggunakan saringan lalu dibilas hingga bersih.
Setelah proses pencampuran air tanah, langkah selanjutnya adalah memasukkan telur ke
dalam corong penetasan yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi pada bagian dasar corong
sehingga telur akan tetap teraduk (tidak mengendap) dan berputar secara pelan. Corong
penetasan juga dapat memisahkan antara telur yang terbuahi dan telur yang tidak terbuahi.
G. Penetasan Telur
Setelah kurang lebih 20 – 24 jam telur yang terdapat di dalam corong akan menetas.
Telur yang menetas dan menjadi larva yang sehat akan berenang ke atas mengikuti arus dari
saluran pembuang yang terdapat di corong penetasan dan ditampung di dalam bak yang sudah
terpasang hapa. Sedangkan telur yang tidak menetas dan larva yang abnormal akan tetap berada
di dasar corong penetasan (Sularto et al., 2007).