10
A. Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk Persiapan kolam pemeliharaan induk meliputi pengangkatan lumpur dan pengeringan dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanah akibat pengendapan bahan organik dari ikan maupun dari sumber air. Pengangkatan lumpur kolam tujuannya untuk membuang gas-gas beracun, seperti ammonia dan hidrogen sulfida (H 2 S). untuk mengurangi bahan organik di dasar kolam trsebut lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam dicangkul sedalam 5-10 cm. lumpur tersebut diangkat kemudian dipindahkan dari lahan kolam pemeliharaan. Pengeringan dasar kolam selain untuk mengistirahatkan lahan juga bertujuan untuk membasmi hama penyakit, menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, mempercepat proses mineralisasi dari sisa bahan organik dan memperbaiki struktur tanah menjadi gembur sehingga aerasi dalam tanah menjadi baik. Proses pengeringan dan penjemuran dasar kolam dilakukan selama 3-7 hari tergantung kondisi cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan koalam dianggap selesia jika tanah dasar kolam menjadi retak-retak. Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah kolam beton, berbentuk persegi panjang dengan luas kolam 200 m 2 , kedalaman air berkisar 100-125 cm dengan padat tebar 2 ekor/m 2 . Sedangkan Keramba Jaring Apung (KJA) konstruksi terbuat dari kerangka bambu, kayu dan besi. Ukuran 4 m x 4 m x 4 m, jaring terbuat dari polyethyline. Ukuran mata jaring 1 inchi dengan padat tebar 3 ekor/m 3 . Sirkulasi air secara kontinyu dengan debit lebih kurang 0,5 liter/detik.

Pemijahan ikan patin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemijahan ikan patin

A. Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk

Persiapan kolam pemeliharaan induk meliputi pengangkatan lumpur dan pengeringan

dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanah akibat pengendapan bahan

organik dari ikan maupun dari sumber air. Pengangkatan lumpur kolam tujuannya untuk

membuang gas-gas beracun, seperti ammonia dan hidrogen sulfida (H2S). untuk mengurangi

bahan organik di dasar kolam trsebut lapisan tanah dasar kolam yang berwarna hitam dicangkul

sedalam 5-10 cm. lumpur tersebut diangkat kemudian dipindahkan dari lahan kolam

pemeliharaan.

Pengeringan dasar kolam selain untuk mengistirahatkan lahan juga bertujuan untuk

membasmi hama penyakit, menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, mempercepat proses

mineralisasi dari sisa bahan organik dan memperbaiki struktur tanah menjadi gembur sehingga

aerasi dalam tanah menjadi baik. Proses pengeringan dan penjemuran dasar kolam dilakukan

selama 3-7 hari tergantung kondisi cuaca dan keadaan tanah. Pengeringan koalam dianggap

selesia jika tanah dasar kolam menjadi retak-retak.

Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah kolam beton, berbentuk persegi

panjang dengan luas kolam 200 m2, kedalaman air berkisar 100-125 cm dengan padat tebar 2

ekor/m2. Sedangkan Keramba Jaring Apung (KJA) konstruksi terbuat dari kerangka bambu, kayu

dan besi. Ukuran 4 m x 4 m x 4 m, jaring terbuat dari polyethyline. Ukuran mata jaring 1 inchi

dengan padat tebar 3 ekor/m3. Sirkulasi air secara kontinyu dengan debit lebih kurang 0,5

liter/detik.

B. Seleksi Induk

Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu untuk memilih indukkan

ikan patin jantan dan ikan patin betina yang siap dipijahkan. Seleksi induk dilakukan dengan

menangkap induk menggunakan jaring (mesh size ± 10 cm) yang dilakukan secara hati-hatiagar

indukan ikan patin siam tidak mengalami stress atau luka, karena hal ini dapat mempengaruhi

kondisi induk.

Page 2: Pemijahan ikan patin

a. Ciri-ciri indukan patin siam jantan yang siap dipijahkan:

Umur diatas 1,5 tahun

Kulit perut lembek dan tipis

Bila bagin perut diurut kearah kelamin keluar cairan putih (sperma) yang kental

b. Ciri-ciri indukan patin siam betina yang siap dipijahkan:

Umur diatas 2 tahun

Perut membesar kearah anus

Lubang urogenital membengkak dan berwarna merah

Bila dilakukan kanulasi menggunakan kateter, maka telurnya kental, berbentuk bundar

dengan ukuran yang seragam.

Pemeriksaan morfologi luar sulit untuk menentukan tingkat kematang gonad secara pasti

terutama pada induk ikan patin siam betina. Secara fisik ikan patin tidak memperlihatkan

karakteristik eksternal yang jelas, sehingga tidak mudah membedakan induk patin jantan dan

betina, apalagi menentukan tingkat kematangan gonadnya (Khairuman, 2007). Tingkat

kematangan gonad induk patin siam betina dapat dilakukan dengan pemeriksaan oosit (sel telur)

dengan cara kanulasi. Kanulasi dilakukan menggunakan kateter. Kateter dimasukkan ke dalam

ovari melalui lubang papila sedalam 8 – 10 cm. Agar mendapatkan sampel telur dari semua

bagian ovari, batang penyedot yang ada dibagian tengah kateter ditarik keluar bersamaan dengan

menarik kateter dari ovari. Sehingga sampel telur pada semua bgain ovari dapat terambil secara

rata (Sularto et al., 2007).

a b

Page 3: Pemijahan ikan patin

c d

Gambar 2. (a) Seleksi induk, (b) Proses menangkap indukan menggunakan jaring, (c) Pengecakan TKG Induk Patin Betina menggunakan Kateter dan (d) Alat Kateter

Telur yang tertampung di dalam kateter dituangkan pada lempeng kaca atau gelas objek

untuk diukur diameternya. Pengukuran diameter telur sebaiknya dilakukan dengan mikroskop,

namun karena kegiatan dilakukan dilapangan ada orang-orang yang sudah ahli dalam

mengetahui diameter telur ikan patin siam. Induk ikan patin siam yag siap dipijahkan memiliki

ukuran sel telur seragam dengan diameter rata-rata ≥ 1 mm (Sularto et al., 2007).

C. Perawatan Induk

Induk yang telah diseleksi serta siap dipijahakan ditampung di dalam kolam berukuran 4

x 2 meter, untuk memudahkan menangkap indukan ketika proses penyuntikan, didalam kolam

sudah terpasang jaring apung yang ukurannya hampir sama dengan ukuran kolam. Antara

indukan jantan dan betina dipelihara secara terpisah.

a b

Gambar 3. (a) pelepasan indukan yang telah diseleksi dalam kolam penampungan dan (b) pemasangan

jaring apung

Induk yang sudah diseleksi dan siap untuk dipijahkan harus dipelihara di dalam wadah

yang mudah untuk ditangkap (sempit), namun tetap mendapatkan kualitas air yang baik yakni

Page 4: Pemijahan ikan patin

oksigen yang cukup (≥ 3 mg/l) serta suhu air yang relatif tinggi (≥ 28 oC). Selama pemeliharaan

ini, induk dipuasakan. Selain itu induk juga dihindari jangan sampai stres misalnya akibat

penanganan yang tidak hati-hati atau gangguan dari pengaruh lingkungan (Sularto et al., 2007).

D. Penyuntikan Indukan

Induk ikan patin siam yang dipelihara dalam wadah budidaya tidak dapat memijah secara

alami. Untuk pemijahannya perlu dirangsang secara hormonal. Hormon yang digunakan adalah

ekstrak kelenjar hipofisa, Gonadotropin, Ovaprim (Sularto et al., 2007).

Kelenjar hipofisa adalah sebuah kelenjar berukuran sebesar kacang polong, yang terletak

di dasar otak dan menghasilkan sejumlah hormon. Gonadotropin adalah hormon yang di

keluarkan oleh kelenjar hipofisa serta dapat mempengaruhi gonad. Kelenjar hipofisa banyak

sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan

pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin (GTH) I dan

Gonadotropin (GTH) II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang

pematangan gonad. Ovaprim adalah hormon untuk pemijahan ikan, tersedia dalam kemasan 10

ml. Hormon ini berguna untuk melancarkan proses pematangan dan pelepasan telur pada ikan

betina dan untuk memperbanyak jumlah sperma pada ikan jantan.

Penyuntikan induk ikan patin siam di BPBAT Cijengkol menggunakan dua jenis hormon,

yaitu HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan Ovaprim. human Chorionic Gonadotropin

(HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta dalam kehamilan. HCG

berfungsi untuk menyempurnakan kematangan gonad. Sedangkan hormon ovaprim berfungsi

untuk memacu ovulasi dan pembentukan sperma.

Penyuntikan ikan patin dilakukan sebanyak dua kali pada induk betina, penyuntikan

pertama menggunakan hormon HCG 500 IU/kg yang dilarutkan kedalam solvent sebanyak 1 ml

yang berfungsi menyempurnakan kematangan telur. Penyuntikan kedua menggunakan hormon

Ovaprim 0,6 ml/kg yang berfungsi untuk memacu Ovulasi. Pada induk jantan penyuntikan

dilakukan satu kali yaitu pada saat penyuntikan ke dua induk betina, penyuntikan menggunakan

hormon Ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg (Slembrouck et al., 2003).

Penyuntikan untuk induk patin siam betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan

pertama dilakukan dengan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg induk di suntikan kebagian

punggung induk sebelah kiri. Penyuntikan kedua dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,6

Page 5: Pemijahan ikan patin

ml/kg induk disuntikan dibagian punggung sebelah kanan. Selang waktu dari penyuntikan

pertama ke penyuntikan kedua adalah 24 jam. Sedangkan Penyuntikan induk patin siam jantan

dilakukan sebanyak satu kali bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Induk jantan

disuntik dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg, yang bertujuan untuk memacu

produksi sperma.

a b

Gambar 4 : (a) Hormon HCG dan solvent dan (b) ovaprim

Untuk mencegah induk stres atau cairan hormon yang telah disuntikkan keluar kembali

Penyuntikan harus dilakukan secara hati-hati. Penyuntikan dilakukan di bagian dorsal atas kiri

atau kanan, karena dorsal punggung memiliki daging yang tebal sehingga jarum suntik tidak

akan mengenai usus dan organ penting lainnya. Jika penyuntikan dilakukan di daerah perut

dikhawatirkan jarum suntik akan mengenai telur patin. Jika penyuntikan dilakukan di ekor maka

penyuntikan yang dilakukan tidak efektif, karena bagian ekor banyak melakukan pergerakan.

Induk yang disuntik, kepalanya dibalut dengan kain basah. Penyuntikan dilakukan secara

intramascular di daerah dorsal dengan penyuntikan 45 oC.

E. Pengurutan (Stripping)

Kegiatan pengurutan (stripping) dilakukan setelah penyuntikan yang di diamkan selama

10-14 jam. Sebelum dilakukan pengurutan (stripping) perlu dilakukan pengecekan dengan cara

memijit perut ikan kearah papila secara hati-hati, apabila keluar telur dengan lancar dan sedikit

encer, maka pengurutan (stripping) dilanjutkan.

Pengurutan (stripping) pada induk jantan dilakukan dengan cara mengurut bagian

perutnya dari atas ke bawah secara perlahan-lahan sampai sperma keluar. Sperma hasil

pengurutan (stripping) dimasukkan ke dalam botol kemudian diencerkan dengan larutan NaCl

fisiologis (0,9%), dengan perbandingan sperma dan larutan fisiologis sebanyak 1:5. Penambahan

Page 6: Pemijahan ikan patin

larutan fisiologis pada sperma bertujuan untuk mempertahankan motilitas sperma agar bertahan

lebih lama. Sperma yang diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis akan menjadi tidak motil dan

dapat bertahan selama 24 jam apabila disimpan pada suhu 5 oC.

Telur dan sperma hasil pengurutan (stripping) tidak boleh terkena air atau sinar matahari

secara langsung karena akan aktif sehingga waktu hidup sperma semakin pendek dan mati.

Pengurutan (stripping) dilakukan pada pagi hari, pukul 06.00 WIB.

a b

c dGambar 5. (a) stripping telur, (b)stripping sperma, (c) nacl fisiologis, (d) sperma yang telah di tampung

dalam botol

F. Inseminasi (Pembuahan)Telur yang telah dikeluarkan ditampung dalam wadah, lalu tambahkan campuran NaCl

fisiologis dengan sperma secukupnya. Setelah sperma dan telur tercampur didalam wadah aduk

secara perlahan selama ± 1 menit. Setelah teraduk rata dimana telur sudah terbungkus sperma

langkah selanjutnya adalah pembuahan. Pembuahan dilakukan dengan cara menambahkan air

yang kaya oksigen ke dalam wadah telur yang sudah tercampur dengan sperma. Pemberian air

yang kaya oksigen ini bertujuan untuk mengaktifkan sperma agar dapat menembus mikrofil telur

sehingga terjadilah pembuahan. Telur yang terbuahi (fertil) dan yang tidak terbuahi (infertil)

Page 7: Pemijahan ikan patin

memiliki pebedaan yang dapat dilihat secara kasat mata. Telur yang terbuahi (fertil) akan

berwarna bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi (infertil) akan berwarna putih susu.

Setelah proses pembuahan, langkah selanjutnya adalah pencampuran dengan

menggunakan air tanah yang sebelumnya sudah disaring. Tujuan penggunaan air tanah tersebut

adalah untuk mengurangi daya rekat telur sehingga telur akan terpisah satu sama lain dan dapat

bergerak dengan dorongan air selama periode inkubasi. Larutan tanah yang digunakan berasal

dari campuran 1 kg tanah liat dengan 2 liter air. Pencampuarn air tanah dilakukan secara

perlahan-lahan dengan diaduk searah jarum jam. Setelah telur merata teraduk dengan air tanah,

selanjutnya telur disaring dengan menggunakan saringan lalu dibilas hingga bersih.

Setelah proses pencampuran air tanah, langkah selanjutnya adalah memasukkan telur ke

dalam corong penetasan yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi pada bagian dasar corong

sehingga telur akan tetap teraduk (tidak mengendap) dan berputar secara pelan. Corong

penetasan juga dapat memisahkan antara telur yang terbuahi dan telur yang tidak terbuahi.

G. Penetasan Telur

Setelah kurang lebih 20 – 24 jam telur yang terdapat di dalam corong akan menetas.

Telur yang menetas dan menjadi larva yang sehat akan berenang ke atas mengikuti arus dari

saluran pembuang yang terdapat di corong penetasan dan ditampung di dalam bak yang sudah

terpasang hapa. Sedangkan telur yang tidak menetas dan larva yang abnormal akan tetap berada

di dasar corong penetasan (Sularto et al., 2007).