Upload
mas-cokro-wibowo
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
top
Citation preview
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................1
B. Pemasalahan ...........................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................1
BAB II. OSTEOARTRITIS ........................................................................2
A. Definisi
2
B. Patogenesis 2
C. Klasifikasi OA 3
D. Faktor Resiko 3
E. Manifestasi Klinik 5
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Diagnosis Banding
H. Penatalaksanaan
I. Prognosis
BAB III. KESIMPULAN .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat lebih dari 100 kelainan sendi dengan proses patofisiologi,
manifestasi klinis dan terapi yang berbeda. Meskipun reaksi inflamasi dan atau
degenerasi merupakan faktor utama penyebab kelainan sendi, dapat terlihat
perbedaan nyata diantara kelainan-kelainan tersebut. Osteoartritis merupakan
penyakit yang umum ditemukan, bersifat kronis, progresif dan umumnya
melibatkan sendi-sendi dan jaringan sekitar. Osteoarthritis pernah dianggap sebagai
suatu proses penuaan normal, sebab insidensinya bertambah dengan meningkatnya
usia. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan OA diderita pada usia muda.(1)
Di Amerika, OA diderita lebih dari 6% dari total penduduk berusia diatas 30
tahun dan 50% dari penduduk diatas 60 tahun. Dalam 10 besar penyakit yang
diderita oleh wanita, OA menduduki peringkat ke empat dan peringkat ke delapan
untuk pria. OA merupakan penyebab utama kecacatan di Amerika dengan
pengeluaran biaya kesehatan yang cukup besar untuk pengobatan dan tindakan
bedah. (2,3)
Sebagai ujung tombak dalam pelayan kesehatan dokter wajib memikirkan OA
sebagai penyebab terhadap pasien dengan nyeri sendi. Menurut hasil survei, 2%
dari total kunjungan pasien ke pelayanan kesehatan disebabkan oleh OA. OA juga
termasuk dalam 10 besar diagnosa paling sering ditemui dalam praktik keseharian.
(3)
B. Permasalahan
Bagaimanakah penegakan diagnosis dan penatalaksanaan osteoartritis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang
diagnosis serta penatalaksanaan osteoartritis
2. Memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian program pendidikan profesi
di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
BAB II. OSTEOARTRITIS
A. Definisi
Osteoartritis atau suatu penyakit degenarasi sendi ialah suatu penyakit
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui
penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan
ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar
yang menanggung beban secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatan gerak.(4)
Osteoartritis adalah suatu proses dalam suatu kelompok kelainan. Dalam
proses ini keseimbangan normal antara degradasi dan sintesis rawan sendi dan
tulang subkondral terganggu. Gangguan ini cenderung merusak lapisan rawan dan
menimbulkan perubahan khas pada tulang subkondral.(5)
B. Patogenesis
Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai OA yaitu kerusakan
fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar
lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi. (4)
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa perubahan-perubahan metabolisme
tulang rawan sendi telah timbul sejak awal proses patologis OA. Perubahan
tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan
penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya
kadar air tulang rawan sendi. Dengan adanya perubahan-perubahan pada
makromolekul tersebut, sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi rentan terhadap
beban yang biasa. Permukaan tulang rawan sendi menjadi tak homogen, terbelah
pecah dengan robekan-robekan dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya
penyakit, tulang rawan sendi dapat hilang seluruhnya sehingga tulang dibawahnya
menjadi terbuka (gambar 1). (1,4)
Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai
suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian. Dengan menambah
luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit mungkin dapat
memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada OA. (3,4)
Gambar 1. Patogenesis OA
C. Klasifikasi OA
Berdasarkan etiologi yang mendasari OA dapat terbagi menjadi dua, yaitu OA
primer dan sekunder.(6)
1. OA Primer
OA primer atau idiopatik merupakan OA yang tidak diketahui penyebabnya.
Idiopatik OA dapat bersifat lokal (menyerang 1-2 sendi) atau bersifat umum
(menyerang 3 atau lebih sendi).
2. OA sekunder
OA sekunder merupakan OA yang dapat diketahui penyebab yang mendasari,
seperti pada :
Cidera lutut
Kelainan sendi kongenital dan dapatan saat pertumbuhan
Keadaan yang menyebabkan akumulasi kalsium didalam sendi.
Kondisi tulang dan sendi lain, termasuk nekrosis avaskular, RA, gout, infeksi
artritis
D. Faktor Resiko Osteoartritis
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. OA hampir tdak pernah ditemukan pada anak-anak, jarang dibawah usia 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa
pasien OA bukan oleh karena ketuaan saja.(6)
2. Jenis kelamin.
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah umur 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada lelaki dan
perempuan, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak
pada wanita daripada pria.(6)
3. Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan
pada masing-masing bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.(6)
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA. Penelitian pada saudara
kembar dengan keluarga yang mempunyai kelainan genetik mempunyai peranan
besar dalam resiko OA. Genetik berperan sekitar 40-65% terjadinya OA tangan dan
lutut, 50% pada panggul dan 70% tulang punggung.(6)
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan berlebih secara nyata berkaitan dengan menigkatnya resiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA
sendi lain. Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (dengan
meningkatnya beban mekanis) diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada
kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA
dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi.(6)
6. Pekerjaan
Pekerjaan berat dengan memakai satu sendi yang terus-menerus yang sering
menimbulkan cedera sendi bertkaitan dengan resiko OA yang lebih tinggi. Beban
benturan yang berulang dapat menjadi faktor penentu lokasi pada orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA.(6)
7. Olah raga
Resiko OA meningkat pada orang yang akif dalam olahraga tertentu seperti
gulat, tinju, dan sepakbola. Resiko ini berhubungan dengan kondisi sendi
sebelumnya dan tipe olahraga yang digeluti. Pada sendi yang sehat, olahraga yang
teratur dapat melindungi terhadap perkembangan OA. Olahraga beban rendah
berulang berhubungan dengan peningkatan resiko OA pada orang yang mempunyai
abnormalitas sendi sebelumnya tetapi tidak pada orang dengan sendi yang sehat.
Sedangkan olahraga beban berat berulang meningkatkan resiko OA baik pada orang
dengan abnormalitas sendi maupun sehat.(6)
8. Kepadatan Tulang
Tingginya kepadatan terutama pada wanita, dikatakan dapat meningkatkan
resiko timbulnya OA terutama pada lutut dan panggul. Tulang yang lebih padat
tidak membantu dalam mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Tulang rawan sendi lebih mudah sobek. Penurunan masa tulang
berhubungan dengan peningkatan resiko progresivitas OA.(6)
9. Kelemahan Otot
Kondisi otot yang lemah dipercaya dapat mempercepat onset dan progresivitas
OA. Kelemahan otot tungkai sering terjadi sebelum timbulnya gejala OA pada
lutut. Kelemahan ini dapat membuat perkembangan OA menjadi lebih parah. (6)
10. Kekuatan Otot
Otot yang kuat terutama disekitar sendi lutut dapat mencegah atau melindungi
terjadinya OA lutut. Tetapi kekuatan otot tangan berhubungan dengan peningkatan
resiko OA sendi tangan tertentu.(6)
11. Penurunan Sensibilitas
Penurunan rasa atau hipoasthesia pada kaki meningkatkan resiko terjadinya
OA lutut. Hipoasthesi dapat disebabkan oleh kerusakan saraf sendi atau gangguan
saraf. (6)
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala
Gejala yang timbul pada OA biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun dan
sangat bervariasi pada tiap individu.
Nyeri
Gejala utama OA sendi adalah rasa nyeri yang diperburuk dengan aktivitas
fisik dan berkurang dengan istirahat. Pada OA lanjut, nyeri dapat terjadi pada saat
istirahat ataupun malam hari. Nyeri dirasakan terutama pada sendi yang terkena,
meskipun demikian, pada beberapa kasus, nyeri dapat berpindah pada tempat lain.
Misalnya, OA panggul dapat dirasakan di lutut. Tingkatan nyeri biasanya menetap.
Peningkatan rasa nyeri disebabkan oleh adanya kristal dalam sendi (misalnya, asam
urat).
Kekakuan
Kekakuan pagi hari merupakan gejala utama pada OA. Kekakuan biasanya
berkurang setelah 30 menit beraktivitas, tetapi dapat timbul kembali pada saat
inaktivitas.
Bengkak
OA dapat bermanifestasi dengan kebengkakan karena efusi. Efusi berhasal
dari akumulasi cairan pada sela sendi.
Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien
OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang.
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar
untuk kemandirian pasien OA yang sudah tua.
2. Pemeriksaan Fisik
Krepitasi
Pada sendi yang terkena OA pada saat aktivitas akan terdapat suara krepitasi.
Krepitasi terjadi karena OA menimbulkan kekasaran pada bagian permukaan yang
seharusnya halus.
Osteofit
OA biasanya menimbulkan pertumbuhan tulang yang dinamakan osteofit atau
penulangan. Tulang ini dapat dirasakan dibawah kulit dekat persendian dan
biasanya terus bertumbuh.
Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit,
sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja).
Tanda-tanda
Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai dijumpai pada OA
karena sinovitis.
Pembengkakan sendi yang sering asimetris
Pembengkakan sendi yang pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi
yang biasanya tak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang
dapat mengubah permukaan sendi.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologi
Pada beberapa sebagian besar kasus, radiografi pada sendi dapat memberikan
gambaran diagnostik. Gambaran sendi yang mendukung diagnosis OA adalah :
Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban).
Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral.
Kista tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi.
Gambar 2. OA pada lutut
2. Laboratorium
Hasil pemeriksaan lab pada OA tidak banyak bermanfaat. Draah tepi (hb,
leukosit, LED) dalam batas normal, kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan
komplemen) juga normal.
G. Diagnosis Banding
1. Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang dapat menimbulkan
gambaran radiologi OA (misalnya hiperparatiroidisme).
2. Penyakit sendi peradangan atau kristal : gout, pseudo gout, artritis bakterial,
atau RA.
3. Penyakit rematik jaringan ikat, misalnya periartritis bahu, bursitis anserin,
sindrom carpal tunnel).
H. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
a. Pengurangan Beban Sendi
OA dapat disebabkan atau diperberat oleh adanya bentuk atau postrur tubuh
yang salah. Koreksi terhadap bentuk tubuh yang kurang proporsional sangat
bermanfaat. Beban terhadap persendian harus dihindari, misalnya pasien dengan
OA pada panggul atau lutut sebaiknya menghindari berdiri terlalu lama dan
berlutut. Pada pasien dengan obesitas penurunan berat badan wajib dilakukan.
Menurut hasil penelitian, penurunan berat badan sebesar 5 kg dapat menurunkan
resiko terkena OA lutut sebesar 50%.
b. Terapi Suhu
Penggunaan panas dapat bermanfaat untuk mengurangi asa sakit dan
kekakuan. Pemanasan superfisial dilakukan dengan kantung air panas dan radiasi
infra merah. Terapi panas dapat menurunkan rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas
dan menurunkan pembengkakan. Pemanasan internal dilakukan oleh ahli fisioterapi
dengan menggunakan ultrasonik atau pemanasan dengan gelombang pendek.
”Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), sering digunakan unatuk
menurunkan rasa sakit dan kekakuan pada OA.
c. Olahraga
Disuse persendian akibat rasa sakit dapat menyebabkan atropi otot-otot
disekitar persendian. Muskulus disekitar sendi mempunyai peranan untuk menjaga
kartilago sendi dari tekanan dan memperkuat sehingga mempertahankan otot-otot
ini sangat penting dalam penanganan OA. Gerakan latihan ditujukan untuk
mempertahankan mobilitas dan memperkuat otot-otot.
Meskipun sendi meradang dan sakit, latihan gerak tetap diperlukan. Beberapa
petunjuk dibawah ini dapat dijadikan pedoman.
- Latihan dilakukan tiap hari saat rasa sakit dan kekakuan dirasa paling minimal.
- Mandi dengan air hangat saat rasa sakit ringan dan terus menerus.
- Lakukan latihan ringan di malam hari untuk mengurangi kekakuan di pagi hari
dan rasa sakit saat pemanasan di pagi hari.
- Lakukan gerakan yang tidak meningkatkan rasa sakit sendi. Jika perlu
konsultasikan dengan ahli fisioterapi.
- Kurangi jumlah ulangan gerakan saat sendi meradang.
d. Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan oleh pasien OA karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Pasien OA seringkali merasa
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Suplemen
Pemberian diet yang mengandung glucosamin sulfat dan chondroitin dapat
membantu ”menyebuhkan” artritis. Akan tetapi pemberian glucosamin dan
chondroitin masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Farmakologis
a. Analgesik, OAINS, dan COX-2 Inhibitor.
Terapi OA merupakan terapi paliatif oleh karena tidak ada obat yang dapat
mencegah, memperlambat atau melawan penyakit ini. Non Steroid Anti
Inflamatorry drugs (NSAIDs) menurunkan rasa sakit dan meningkatkan mobilitas
akan tetapi keuntungan yang didapat masih rendah. Pengobatan yang dianjurkan
dengan menggunakan analgetik seperti parasetamol atau parasetamol/kodein dan
NSAIDs dikombinasikan dengan terapi non farmakologis. Prasetamol merupakan
terapi pilihan pertama karena tingkat keamanan dan efektivitasnya yang cukup baik.
Terapi OAINS bermanfaat dapat digunakan meskipun tanda inflamasi tidak ada.
OAINS sebaiknya dievaluasi tiap 6 bulan untuk melihat efektivitas dan efek
samping obat. Pemberian OAINS juga perlu memperhatikan kontraindikasi dari
obat tersebut. Berikut ini beberapa kontra indikasi relatif yang perlu diperhatikan
dalam pemberian OAINS:
Toksisitas terhadap gastrointestinal
Usia diatas 65 tahun
Pasien dengan riwayat ulkus peptik
Perokok
Pasien dengan terapi kortikosetroid dan antikoagulan
Peminum alkohol
Toksisitas terhadap ginjal
Usia diatas 65 tahun
Hipertensi
Gagal jantung kongesti
Pasien dengan terapi ACEi dan diuretik
Obat COX-2 inhibitor selektif dapat digunakan dan efektif untuk menghambat
mediator inflamasi. Obat ini mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi tetapi
efek terhadap traktus digestivus ringan atau tidak ada sehingga relatif aman untuk
digunakan. Obat ini bekerja dengan selektif memblokade enzim COX-2 yang
merubah asam arachidonat menjadi prostaglandin.
b. Terapi Topikal
Pengobatan topikal merupakan pengobatan alternatif pada pasien dengan OA
yang kurang efektif dengan analgetik sitemik. Obat topikal terbaik adalah dengan
pemberian OAINS dan Capsaicin. Menurut hasil penelitian 65% pasien dengan
terapi topikal OAINS menunjukan respon yang lebh baik dibandingkan dengan 30%
pasien yang menerima plasebo. Capsicin secara reversibel menurunkan
penyimpanan neurotransmitter dari ujung saraf sensorik perifer, sehingga
menurunkan transmisi nyeri dari saraf perifer ke saraf pusat. Menurut hasill
penelitian yang ada capsaicin dapat ditoleransi tubuh dan mempunyai efek
analgesik yang baik.
c. Terapi Intraartikular
Asam Hialuronat
Asam hialuronat merupakan polisakarida yang secara alami terdapat di cairan
sinovial, yang diperkirakan berfungsi sebagai ”shock absorbtion” dan pelumas.
Pada pasien dengan OA, jumlah asam ini berkurang meyebabkan viskositas cairan
menurun. Pasien dengan OA berat, sebelum dilakukan operasi, diberikan injeksi
intraartikular dengan asam hialuronik. Terapi ini terbukti dapat memperbaiki nyeri
sendi setara dengan efek kortikosteroid intraartikular tetapi mempunyai masa kerja
yang lebih lama.
Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sistemik bukan terapi yang digunakan dalam
mengatasi OA. Kortikosteroid dapat diberikan secara intra artikular atau para
artikular injeksi sebagai terapi simptomatis untuk beberapa minggu – bulan.
Pemberian kortikosteroid injeksi diberikan pada pasien dengan OA lutut, umumnya
pada pasien dengan efusi yang banyak dan tanda inflamasi aktif. Oleh karena terapi
ini berpotensi menyebabkan kerusakan kartilago sebaiknya jangan diulangi dalam
tempo 4-6 bulan dan jangan diberikan pada pasien OA kronik dan stabil.
d. Operasi
Operasi pasien perlu dipertimbangkan pada pasien OA dengan kerusakan
sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dapat dilakukan ialah osteotomi (untuk mengkoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian), debridemen sendi (menghilangkan fragmen tulang rawan sendi),
pembersihan osteofit, artroplasti total atau parsial dan artrodesis.
Operasi penggantian sendi biasanya dilakukan pada pasien OA lanjut dimana
pengobatan yang cukup agresif tak dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan
mobilitas. Osteomi dapat merupakan metode operasi yang lebih konservatif, dapat
mengurangi nyeri, terutama pada OA lutut.
Skema Terapi OA
I. Prognosis
Prognosis pada pasien OA pada umumnya baik. Dengan obat-obat
konservatif, sebagian besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus berat
membutuhkan terapi operasi. Akan tetapi perlu diingat pasien-pasien OA
dilaporkan mempunyai resiko hipertensi dan penyakit jantung lebih tinggi.
BAB. III KESIMPULAN
Terapi Non Farmakologis
Parasetamol 4 x 1 gr
Jika terdapat efusi, lakukan aspirasi dan injeksi
AINS, COX-2 Inhibitor
NSAIDs / Capsaicin
Tidal irigasiIntra artikular hialuronatArtrhroskopiOperasi
Osteoartritis merupakan kelainan penyebab utama nyeri dan kecacatan di
populasi secara umum. Saat ini OA banyak ditangani oleh dokter di pelayanan
kesehatan primer sehngga perlu dipikirkan upaya pencegahan dan terapi yang tepat
bagi penderita OA. Alternatif pemilihan terapi bagi pasien OA saat ini telah banyak
dikembangkan, meskipun terapi yang diberikan hanya bersifat paliatif. Terapi non
bedah yang dapat dieberikan berupa penyuluhan, olahraga, obat-obat analgesik,
AINS, dan terapi topikal serta pemberian terapi intraartikular. Penanganan pasien
OA sebaiknya ditangani secara multidisipliner dimana peranan edukasi dan
fisioterapi termasuk didalamnya.
Pemahaman definisi, faktor resiko, manifestasi klinis sampai penatalaksanaan
sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan pemberian terapi yang optimal
demi meningkatkan kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Osteoarthritis –The Most Common Musculoskeletal Disorder. http://www.medpharm.co.za/sapj/2002/april/osteo.html. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
McNamara PS. The Medical Management of Osteoarthritis. http://www.gdhfa.org/MedicalManagementofOsteoarthritis.htm. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
Medical management of osteoarthritis http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/321/7266/936. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
Hirsh MJ dan Carlos JL. Medical Management of Osteoarthritis. http://www.turner-white.com/pdf/hp_feb02_osteo.pdf#search='Medical%20management%20of%20osteoarthritis'. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
Osteoarthritis: Current Concepts in Diagnosis and Management. http://www.aafp.org/afp/20000315/1795.html. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
Regular review: Medical management of Osteoarthritis. http://bmj.bmjjournals.com/cgi/reprint/321/7266/936.pdf#search='Medical%20management%20of%20osteoarthritis. Diakses tanggal 15 Januari 2006.
4. Handono K. Penyakit Sendi Degenratif dalam Buku Ajar Penyakit Dalam I. FKUI. Jakarta. 1996.
5. Darmawan J. Pencegahan dan Terapi Osteoartritis Lutut. IDI. Jakarta, 1996.