Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lahirnya pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjaga suatu sistem
ketertiban di dalam masyasrakat, sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan
kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan masyarakat modern yang
ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah kemudian berubah
menjadi melayani masyarakat. Pemerintah modern, dengan kata lain pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan
untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan
kondisi yang memungkinkan setiap anggota mengembangkan kemampuan dan
kreatifitasnya demi mencapai kemajuan bersama (Rasyid, 2000 : 13). Osborne dan
Gaebler dalam Rasyid (2000 : 192) bahkan menyatakan bahwa pemerintah yang
demokratis lahir untuk melayani warganya dan karena itulah tugas pemerintah
adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya.
Dengan demikian, lahirnya pemerintahan memberikan pemahaman bahwa
kehadiran suatu pemerintahan merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat
yang bertujuan untuk berbuat baik bagi kepentingan masyarakat, bahkan Van
Poelje dalam Hamdi (1999 : 31) menegaskan bahwa pemerintahan dapat
dipandang sebagai suatu ilmu yaitu yang mengajarkan bagaimana cara terbaik
dalam mengarahkan dan memimpin pelayanan umum. Ndraha (2000 : 70)
mengatakan bahwa pemerintah memegang pertanggungjawaban atas kepentingan
rakyat. Lebih lanjut Ndraha juga mengatakan bahwa pemerintah adalah semua
2
beban yang memproduksi, mendistribusikan, atau menjual alat pemenuhan
kebutuhan masyarakat berbentuk jasa publik dan layanan civil. Sejalan dengan itu,
Kaufman dalam Thoha, (1996 : 101) menyebutkan bahwa:
Tugas pemerintahan adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat.Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas pelayanan lebihmenekankan upaya mendahulukan kepentingan umum, mempermudahurusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik, sedangkantugas mengatur lebih menekankan kekuasaan power yang melekat padaposisi jabatan birokrasi.
Lebih lanjut di bagian lain Rasyid (2000 : 59), menyatakan bahwa
tugastugas pokok tersebut dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi hakiki yaitu:
pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan
(development). Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat,
pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan
menciptakan kemakmuran dalam masyarakat. Oleh Ndraha (2000 : 85), fungsi
pemerintahan tersebut kemudian diringkus menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu:
Pertama, pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan(service), sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan danlayanan civil termasuk layanan birokrasi.Kedua, pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsipemberdayaan (empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan danmelakukan program pemberdayaan.
Dengan begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan,
menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar.
Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumber daya, dukungan
lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh aparat yang
memiliki perilaku dan disiplin kerja yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat dan pemerintahan. Langkah ini perlu dilakukan oleh
pemerintah, mengingat dimasa mendatang perubahan-perubahan yang terjadi di
3
dalam masyarakat akan semakin menambah pengetahuan masyarakat untuk
mencermati segala aktivitas pemerintahan dalam hubungannya dengan pemberian
pelayanan kepada masyarakat.
Aparatur merupakan ujung tombak pelaksanaan publik yang mencangkup
berbagai program pembangunan dan kebijakan pemerintah. Dalam pelaksanaan
pelayanan publik aparat pemerintah diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang ramah, cepat, tepat, dan murah kepada masyarakat. Pemerintah diharapkan
memberikan kewenangan kepada aparat yang berhadapan langsung kepada
masyarakat, agar dalam mengambil kebijakan alternatif dapat terhindar dari
keraguan dan ketergantungan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,
aparat pemerintah harus mengembangkan paradigma pelayanan publik dari
pelayanan yang bersifat sentralistik kepelayanan yang lebih fokus pada
pengelolaan yang berorienrasi pada kepuasan masyarakat. Aparat gampong
sebagai bagian dari abdi negara memiliki hubungan langsung dan lebih
memahami kondisi kehidupan masyarakat, diharap dapat menjadi motor
penggerak dalam tugas pelayanan administrasi kepada masyarakat dengan disiplin
yang tinggi.
Khusus aparat pemerintah gampong sebagai ujung tombak pelayanan
penyelengaraan pembangunan dan operasional kegiatan pemerintah pada tingkat
yang paling rendah, diharapkan memiliki tingkat disiplin kerja yang tinggi dalam
melaksanakan fungsi utamanya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara efektif dan efisien. Ada 3 (tiga) asas penyelenggaraan pemerintah yang
menekankan pada pelayanan umum, yaitu :
4
1. Asas kepentingan umum, mengutamakan kesejahteraan umum dengan
cara akomodatif, aspiratif, dan selektif.
2. Asas keterbukaan, kemauan membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara.
3. Asas profesionalisme, mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Gampong Beureugang merupakan salah satu gampong yang berada dalam
wilayah administratif Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Secara
geografis, letak Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI dipandang cukup
strategis karena berdekatan atau tetangga dari kecamatan Johan Pahlawan yang
merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, desa ini juga berada dijalan
utama penghubung antar Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Pidie, apalagi
setelah terjadinya bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh Tahun 2004
lalu, populasi penduduk di gampong beureugang semakin bertambah dengan
banyaknya pendatang dari kecamatan lain yang masuk dan bertempat tinggal di
desa tersebut sehingga membuat aktifitas masyarakat di gampong tersebut cukup
ramai dan semakin berkembang.
Guna memenuhi tuntutan pelayanan administrasi yang prima, aparatur
pemerintah gampong beureugang dituntut untuk memiliki displin kerja yang baik
terutama dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki sistem kerja
dan prosedur pelayanan yang transparan, terpadu, responsive dan adaptif terhadap
setiap perubahan. Namun demikian, sampai saat ini kondisi tersebut belum terlihat
di lapangan. Pelayanan administrasi yang selama ini diberikan terlihat masih
5
belum lancar dan maksimal, tentunya hal tersebut berkaitan erat dengan disiplin
kerja para aparatur gampong dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Masih terlihat pegawai yang datang terlambat, tidak teratur dalam bekerja,
berpakaian tidak rapi, tidak memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap
pekerjaan dan lain-lain sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang
baik sebagaimana mestinya. Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong untuk
melakukan penelitian di gampong beureugang tersebut dengan juduk “Analisis
disiplin kerja aparatur gampong terhadap pelayanan administrasi kepada
masyarakat di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah disiplin kerja aparatur gampong dalam memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat di Gampong Beureugang
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin kerja aparatur
gampong dalam memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat
di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat?
1.3. Batasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, maka
penulis membatasi ruang lingkup penelitian kali ini pada analisis terhadap disiplin
kerja aparatur gampong dalan memberikan pelayanan administrasi kepada
6
masyarakat di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui disiplin kerja aparatur gampong dalam memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat di Gampong Beureugang
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
aparatur gampong dalam memberikan pelayanan administrasi kepada
masyarakat di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat?
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat dijelaskan manfaat
penelitiannya, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan terutama yang berkaitan dengan Analisis kinerja aparatur
gampong dalan memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat.
2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan para
aparatur pemerintahan gampong khususnya, agar menyadari bahwa
pentingnya disiplin kerja dalam memberikan pelayanan administrasi
kepada masyarakat.
7
1.6. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terbagi dalam beberapa bab atau
bagian, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian
dan pembahasan serta penutup. Pada bab pendahuluan memuat latar belakang,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan. Pada bab tinjauan pustaka terdiri dari pemaparan tentang
konsep-konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti, sedangkan pada bab metode penelitian memuat tentang bentuk
penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan
teknik analisa data.
Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan memuat hasil penelitian yang
diperoleh dari lapangan dan dokumentasi seperti jawaban dari informan dan
tertulis. Selain itu, bab ini juga berisi tentang pembahasan dan uraian data-data
yang diperoleh setelah melakukan penelitian. Bagian terakhir dari sistematika
pembahasan dalam penelitian ini adalah bab penutup yang memuat kesimpulan
dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melihat berbagai
referensi tentang disiplin kerja pegawai termasuk hasil penelitian terdahulu yang
telah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian yang menjadi salah satu referensi
penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana Kr Lebang pada tahun
2011 dengan judul “Pengaruh Penerapan Disiplin Kerja Terhadap Peningkatan
Kinerja Pegawai Dalam Memberikan Pelayanan Pada Kantor Gubernur Sulawesi
Selatan”.
Dari hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa Sistem disiplin kerja
mempunyai arti yang sangat penting dan mempengaruhi kinerja Pegawai. Masalah
ini menjadi sangat penting karena disiplin kerja merupakan suatu dorongan atau
semangat utama seseorang untuk bekerja. Menerapkan sistem disiplin kerja
merupakan masalah yang kompleks karena akan mempengaruhi semangat dan
kegairahan kerja pegawai yang juga akan berdampak pada peningkatan
produktifitas kerja. Tujuan suatu organisasi memberlakukan disiplin kerja kepada
pegawainya adalah agar mereka semakin termotivasi untuk bekerja secara
maksimal, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan
efisien. Berdasarkan hasil analisis disiplin kerja dan kinerja pegawai sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa penerapannya sudah baik dan layak serta memuaskan
para Pegawai Negeri Sipil.
9
Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi sebelumnya, dapat dinyatakan
bahwa hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan adalah positif dan
erat kaitannya. Hal ini berarti bahwa pemberian sangsi atau ketidakdisiplinan
pegawai secara tidak langsung dapat meningkatkan kapasitas kerja mereka.
Disiplin di tempat kerja tidak hanya semata-mata patuh dan taat terhadap sesuatu
yang kasat mata, seperti penggunaan seragam kerja, datang dan pulang sesuai jam
kerja, tetap juga patuh dan taat terhadap sesuatu yang tidak kasat mata tetapi
melibatkan komitmen, baik dengan diri sendiri ataupun komitmen dengan
organisasi (kelompok kerja). Jika dikaitkan dengan tujuan organisasi, maka
disiplin kerja pada dasarnya merupakan upaya untuk menyesuaikan diri dengan
aturan organisasi sehingga tujuan organisasi tercapai. Hal itu berarti, terpenuhinya
standar ukuran prestasi. Hal ini sesuai dengan pengertian disiplin kerja yaitu sikap
dan perilaku yang berniat untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi.
Disiplin kerja merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil uji signifikansi antara pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan pada Kantor Gubernur Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa displin
kerja mampu mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini bahwa produktifitas
pegawai meningkat karena pegawai bekerja secara produktif sebagai wujud dari
ketaatan mereka dan kesadaran diri sendiri, serta ikut merasa memiliki perusahaan
sebagai tempat dimana mereka bekerja. Hasil Pembahasan ini berarti bahwa
kinerja karyawan akan meningkat sebesar 82,6 % jika disiplin kerja meningkat
sebesar 109,5 %.
10
2.2. Disiplin Kerja
2.2.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin cenderung diartikan sebagai hukuman dalam arti sempit, namun
sebenarnya disiplin memiliki arti yang lebih luas dari hukuman. Menurut
Moekijat (2005:75) “Disiplin adalah kesanggupan menguasai diri yang diatur”.
Disiplin berasal dari bahasa latin, yaitu diciplina yang berarti latihan atau
pendidikan, kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Menurut
Prijodarminto dalam Moekijat (2005:75) mengatakan bahwa disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin
menitik beratkan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap
yang baik terhadap pekerjaan. Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat
tercapainya tujuan organisasi, sedangkan disiplin yang rendah akan menjadi
penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Singodimedjo (2002:53) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang
berlaku disekitanya”. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001:31)
menyatakan bahwa “disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak
tertulis”. Disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan
taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-
sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Disiplin kerja dibutuhkan untuk menjaga agar prestasi kerja pegawai meningkat.
11
2.2.2. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu: disiplin preventif dan
disiplin korektif (Siagian, 2008: 56).
1. Disiplin Preventif. Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang
mendorong para pegawai untuk taatkepada berbagai ketentuan yang
berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui
kejelasan dan penjelasan tentang pola, sikap, tindakan dan perilaku yang
diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan
sampai para pegawai berperilaku negatif. Keberhasilan penerapan disiplin
preventif terletak pada pribadi para anggota organisai. Agar disiplin
pribadi tersebut semakin kokoh, paling sedikit tiga hal perlu mendapatkan
perhatian manajemen yaitu:
a. Para anggota organisasi perlu didorong agara mempunyai rasa
memiliki organisasi, karena segala logika seorang tidak akan merusak
sesuatu yang menjadi miliknya.
b. Para pegawai perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang
wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud
seyogianya disertai informasi yang lengkap mengenai latar belakang
berbagi ketentuan yang bersifat normatif.
c. Para pegawai didorong menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan
diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi
seluruh anggota organisasi.
2. Disiplin korektif. Disiplinan yang bersifat korektif adalah jika pegawai
yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan
12
yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan,
kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi
tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan
sanksi biasanya mengikuti prosedur yang sifatnya hirarki. Artinya
pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung pegawai yang
bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan
keputusan akhir pengenaan sanksi terrsebut diambil oleh pejabat pimpinan
yang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua
maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara objektif dan sifat
sanksi sesuai dengan bobot pelangaran yang dilakukan. Disamping faktor
objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan
sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap
dan perilaku di masa mendatang dan bukan terutama menghukum
seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus
mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang melakukan
pelanggaran yang serupa.
Menurut Siagian (2008:58), bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada
suasana-suasana sebagai berikut:
1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan
perusahaan
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam
melakukan pekerjaan
13
3. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan
pegawai
5. Meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai
2.2.3. Manfaat Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik
bagi kepentingan organisasi maupun bagi para pegawainya. Bagi organisasi
adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran
pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi
pegawai akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan
menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian,
pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat
mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya
tujuan organisasi (Sutrisno, 2009:86).
2.2.4. Pelaksanaan Disiplin Kerja
Organisasi yang baik harus berupaya menciptakan peraturan atau tata
tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh pagawai
dalam organisasi. Menurut Singodimedjo (2002:55), peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan disiplin antara lain:
1. Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat.
2. Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan
14
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit
kerja lain.
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.
Moekijat (2005:76) menyatakan indikator yang dapat digunakan untuk
mengkaji disiplin kerja pegawai adalah:
1. Ketaatan terhadap peraturan
2. Kepatuhan terhadap perintah kedinasan
3. Ketaatan terhadap jam kerja
4. Kepatuhan berpakaian seragam
5. Kepatuhan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
kantor
6. Bekerja sesuai prosedur.
2.2.5. Faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja
Malayu S.P. Hasibuan (1994: 214) menyebutkan banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti pekerjaan yang
dibebankan kepada seseorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan
15
karyawan bersangkutan, agar dia bekerja bersungguh-sungguh dan berdisiplin
baik untuk mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberikan contoh yang bak, berdisiplin baik, jujur, adil serta
sesuai kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, maka kedisiplinan
bawahan pun akan ikut baik. Tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang
berdisiplin), maka para bawahan juga akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan,
maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang dijadikan dasar
kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, maka
manajer yang cakap dalam kepemimpinannya selalu bersikap adil terhadap semua
bawahannya. Hal ini dilakukan karena dia menyadari bahwa dengan keadilan
yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5. Waskat
16
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan, karena dengan waskat ini berarti
atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja
dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti harus selalu berada di tempat
pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada
bawahannya yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Waskat
efektif untuk merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, karena
karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan
pengawasan dari atasannya.
6. Sanksi/hukuman
Sanksi/hukuman memberikan peranan penting dalam memlihara
kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi/hukuman yang semakin berat karyawan
akan semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan dan sikap
serta perilaku karuawan yang indispliner akan berkurang. Berat ringannya
sanksi/hukuman yang akan diterapkan akan ikut mempengaruhi baik atau
buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan
pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua
karyawan. Sanksi hukuman itu jangan terlalu ringan atau terlalu berat, supaya
hukuman itu dapat mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya.
Sanksi/hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan indisipliner,
bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan
karyawan itu.
7. Ketegasan
17
Ketehasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak
untuk menghukum sikap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sangsi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menerapkan hukuman yang indisipliner akan disegani dan diakui
kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian pemimpin tersebut akan dapat
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara semua karyawan akan
ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-
hubungan itu baik bersifat vertikal maupun horisontal yang terdiri dari direct
single relationship, direct group relationship dan cross relationship hendaknya
harmonis. Jika tercipta human relationship yang baik dan harmonis, diharapkan
akan terwujud lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
2.3. Aparatur Pemerintah
Siapa yang disebut aparatur pemerintah, adalah kumpulan manusia yang
mengabdi pada kepentingan negara dan pemerintahan dan berkedudukan sebagai
pegawai negeri (Ndraha 2003 :91). Sedangkan menurut Hamdi (1999:22)
mengatakan;
Aparatur pemerintah adalah seluruh jajaran pelaksana pemerintah yangmemperoleh kewenangannya berdasarkan pendelegasian dari PresidenRepublik Indonesia. Dengan kata lain aparatur negara atau aparaturadalah para pelaksana kegiatan dan proses penyelenggaraanpemerintahan negara, baik yang bekerja di dalam tiga badan eksekutif,legislatif dan yudikatif maupun mereka yang sebagai TNI dan pegawainegeri sipil pusat dan daerah yang ditetapkan dengan peraturanperaturan pemerintah.
18
Dari aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut
adanya kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku
yang memadai, sesuai dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini.
Sementara itu, konsep lain mendefinisikan kemampuan atau ability sebagai sifat
yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang melakukan
sesuatu yang bersifat mental atau fisik ,sedangkan skill atau keterampilan adalah
kecakapan yang berhubungan dengan tugas.
Berkaitan dalam hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan aparat
sangat berperan penting dalam hal ikut menentukan kualitas pelayanan publik
tersebut. Untuk itu indikator- indikator dalam kemampuan aparat adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat pendidikan aparat
2. Kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal
3. Kemampuan melakukan kerja sama
4. Kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dialami
organisasi
5. Kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan
6. Kecepatan dalam melaksanakan tugas
7. Tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik
8. Tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada
atasan
9. Tingkat keikutsertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan
bidang tugasnya. Singodimedjo (2002:59)
19
2.4. Pelayanan Administrasi
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Service/layanan pada dasarnya merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud (intangible)
serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Kotler (dalam Tjiptono, 1996 : 6).
berbicara tentang layanan (service), maka ada dua pihak yang terlibat didalamnya,
yaitu pelayan dan pelanggan. Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang
menyediakan layanan bagi kebutuhan pelanggan. Konsep ini lebih identik dengan
organisasi private, sebab dalam organisasi publik pengertian pelanggan masih
jarang digunakan sebgai istilah pengganti masyarakat dalam hubungannya dengan
pelayanan.
Di Indonesia, pada umumnya organisasi publik belum mendapatkan
memberikan pelayanan administrasi yang berkualitas kepada masyarakat. Hal ini
menyebabkan masyarakat selalu kecewa dan frustasi bila harus berurusan dengan
intitusi pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan administrasi, tetapi
masyarakat tidak punya pilihan lain untuk memperoleh jenis layanan tertentu yang
dibtuhkan, sehingga dengan segala keterpaksaan harus berurusan dengan
pemerintah untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan.
Gasperzs (1997 : 2) menyebutkan adanya beberapa dimensi atau atribut
yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa/layanan, yaitu:
1. Ketepatan waktu pelayanan
20
2. Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan realibilitas pelayanan dan bebas
dari kesalahan-kesalahan
3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.
4. Tanggung jawab, yang berkaitan dengan penerimaan pesanan, maupun
penanganan keluhan.
5. Kelengkapan, menyangkut ketersediaan sarana pendukung
6. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan.
7. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi.
8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas (penanganan permintaan
khusus).
9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi,
ruang, kemudahan, informasi.
10. Atribut, yaitu pendukung pelayanan lainnya, seperti kebersihan
lingkungan, AC, fasilitas ruang tunggu, fasilitas music atau TV dan lain-
lain.
Melalui berbagai langkah yang telah dikemukakan tersebut, diharapkan
pemerintah sebagai institusi yang berkewajiban memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat dapat meningkatkan kualitas layanannya dan
menghilangkan citra buruk yang selama ini melekat. Apalagi pemerintah sebagai
organisasi publik mampu menerapkan berbagai dimensi yang berkaitan dengan
kualitas pelayanan tersebut serta menjadikan kualitas pelayanan sebagai
kebutuhan dan tujuan, maka bukan tidak mungkin akan tercipta suatu kualitas
pelayanan administrasi yang benar-benar memuaskan bagi masyarakat yang pada
21
akhirnya pemerintah akan mendapatkan dukungan secara legitimasi dari
masyarakat.
Dilihat dari sisi pemerintahan maka pelayanan administrasi adalah proses
kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan hak-hak dasar dan
hak berian, yang wujudnya dapat berupa jasa dan layanan administratif. Bagi
pemerintah, masalah pelayanan menjadi sangat semakin menarik untuk diberikan
karena menyangkut salah satu dari tiga fungsi hakiki pemerintah, disamping
fungsi pemberdayaan fungsi pemberdayaan dan pembangunan (Rasyid, 2000 :
48). Berkaitan dengan pengertian pelayanan administrasi tersebut di atas, dan
dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintahan gampong yang bermuara pada
tugas-tugas pemerintah umum. Maka tugas-tugas pelayanan administrasi
masyarakat oleh aparatur pemerintah gampong dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pelayanan berkaitan dengan persoalan-persoalan kependudukan
2. Pelayanan yang berikaitan dengan persoalan-persoalan ketertiban
keamanan
3. Pelayanan yang berkaitan dengan perizinan
4. Pelayanan yang berkaitan dengan kesejahteraan
5. Pelayanan yang berkaitan dengan pengawasan kegiatan masyarakat
6. Pelayanan yang berkaitan dengan pengembangan perekonomian
7. Pelayanan yang berkaitan dengan pembinaan politik
8. Pelayanan yang berkaitan dengan pembinaan sosial budaya
9. Pelayanan yang berkaitan dengan tugas pembantuan, seperti pelayanan
pelaksanaan Haji atau yang lainnya.
22
10. Pelayanan yang berkaitan dengan surat menyurat bagi kepentingan warga
dan sebagainya.
Jika diuraikan satu persatu sesuai dengan bidang tugasnya, maka jenis
pelayanan administrasi masyarakat yang dikelola pemerintahan gampong sangat
luas, karena pada dasarnya dalam diri pemerintahan gampong melekat fungsi-
fungsi pemerintah yang merupakan cermin kegiatan negara. Pelayanan yang
diberikan memang kebanyakan tidak bersifat teknis, tetapi lebih bersifat
administratif.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Narbuko dan Achmadi
(2004:44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ia juga
bisa bersifat komperatif dan korelatif. Taylor dan Bogdan dalam Danim (2002:41)
mengatakan bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.
3.2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang
diperoleh melalui:
1. Observasi, yaitu suatu teknik dengan mengamati langsung serta
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Chalid
Narbuko dan Abu Achmadi, 2004: 76-77); Pada penelitian kualitatif,
observasi merupakan salah satu mengumpulkan data yang populer.
Untuk terlaksananya observasi dengan baik perlu disusun instrumen,
24
yaitu pedoman observasi. Pedoman tersebut biasanya dalam bentuk
daftar cek (chek list) atau daftar isian. Adapaun aspek yang diobservasi
meliputi keperilakuan, keadaan fisik, pertumbuhan dan perkembangan
subjek tertentu dan sebagainya. (Danim, 2002: 140)
2. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan sebuah percakapan
antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti
kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab
(Danim, 2002: 130). Instrumen yang digunakan dalam melakukan
wawancara yaitu pedoman wawancara. Wawancara biasanya dilakukan
kepada sejumlah responden/informan yang jumlahnya relatif terbatas
dan memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak langsung
secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun
telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian
ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan
dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-
peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk
teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
3.2.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
25
3.2.1.2. Informan
Informan adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi
terhadap jumlah objek penelitian (Mardalis, 2003: 56). Dalam melakukan teknik
pengambilan informan penulis menggunakan metode non probability sampling di
mana dalam teknik ini jumlah atau ukuran informan disesuaikan dengan masalah
dan tujuan dari penelitian ini.
Spesifikasi metode non probability sampling yang dipakai penulis adalah
purposive sampling, yakni teknik penentuan sampel (informan) secara sengaja
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006: 96). Maksudnya, peneliti
menentukan sendiri informan yang akan di ambil karena ada pertimbangan
tertentu. Jadi, informan yang diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri
oleh peneliti. Yang menjadi informan penelitian ini adalah: Keuchik gampong
beureugang, para aparatur pemerintah gampong Beureugang, Tuha Peut, Tokoh
Masyarakat dan beberapa perwakilan masyarakat yang dianggap mengetahui dan
mengerti tentang permasalahan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang. Jumlah
informan penelitian sebanyak 20 orang tersebut diambil karena telah mencapai
titik jenuh yaitu para informan telah memberikan jawab yang sama tentang
masalah penelitian dan telah dapat diambil sebuah kesimpulan, maka pengambilan
sampel (informan) telah dapat dihentikan.
26
3.2.1.3. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan siap dalam 4 bulan, mulai dari bulan Maret s/d
Juni Tahun 2013 dengan perincian sebagai berikut:
No Rencana Kegiatan
Bulan Dan Minggu
Mar 2013 Apr 2013 Mei 2013 Jun 2013
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Menyusun Proposal Skripsi
2. Seminar Proposal
3. Pelaksanaan Penelitian dananalisis data
4. Pengolahan data
5. Penulisan Laporan
6. Bimbingan tahap akhir danpenulisan hasil koreksi
7. Ujian Skripsi
8 Perbaikan skripsi
Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sesuai dengan kondisi
di lapangan
27
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Observasi.
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang
diselidiki, disebut juga observasi langsung. Sedangkan observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki (Danim, 2002: 140).
Dalam kegiatan pengumpulan data, metode observasi merupakan salah
satu metode utama disamping metode wawancara. Dalam hal ini,
pengamatan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1) Pengamat berperan serta, yaitu seorang pengamat melakukan dua
peran sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari
objek atau kelompok yang diamati.
2) Pengamatan tanpa berperan serta, yaitu seorang pengamat hanya
berfungsi untuk melakukan pengamatan saja, tanpa ikut menjadi
anggota dari objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung
yaitu pada Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat. Pengamatan dilakukan sendiri secara langsung ditempat yang
menjadi objek penelitian, sedangkan objek yang diamati adalah aktifitas
28
masyarakat dan aparatur pemerintah gampong dalam memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135). Ada
bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
dalam kepustakaan, diantaranya dikemukakan oleh Patton (dalam
Moleong, 2002:197) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
model wawancara yaitu :
a Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis
wawancara yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok
yang dinyatakan dalam proses wawancara
2) Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara
dilakukan.
3) Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara
berurutan.
4) Penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal
tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.
5) Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar
tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-
pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.
29
b Wawancara baku terbuka, yaitu jenis wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian (Rachman, 1999:96). Dokumen
dalam penelitian ini digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsir, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2002:191).
Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang
berdiri sendiri, akan tetapi seringkali bersamaan dengan penggunaan
teknik pengumpulan data yang lainnya. Disaat kita mempelajari
dokumentasi pasti diawali dengan wawancara terutama yang menyangkut
pembicaraan yang ada kaitannya dengan dokumen yang akan dipelajari.
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai
pelengkap dari teknik pengumpulan data lainnya. Data-data yang diambil
dari dokumen hanya meliputi gambaran umum wilayah penelitian, yang
diperoleh dari data monografi gampong beureugang yang meliputi luas
wilayah, jumlah penduduk mata pencaharian penduduk, sarana
perekonomian dan tingkat pendidikan serta sarana umum.
30
3.3. Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka
peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Moleong, 2002;4). Peneliti merupakan
instrumen kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan
skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan informan.
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian dimaksudkan untuk
mendapatkan data-data yang valid dan realible. Namun, untuk membantu
kelancaran dalam melaksanakannya, peneliti juga didukung oleh instrumen
pembantu sebagai panduan wawancara. Oleh karena itu, sebelum turun ke
lapangan maka peneliti akan membuat terlebih dahulu panduan wawancara untuk
memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data yaitu dokumen, laporan-laporan dan lain sebagainya.
3.4. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002:103). Analisa data
menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta
hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka
analisis data yang digunakan non statistik.
31
Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif,
dimana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun
tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi
kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatam pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data serat verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah
atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan atau balur verifikasi data (Miles, 2007:15-19).
1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-
catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007:17). Reduksi
data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh
kesimpilan yang dapat ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses
reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara ,
observasi dan dokumentasi kemudian dipilih dan dikelompokkan
berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian data, adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
(Miles dan Huberman, 2007:18). Dalam hal ini, data yang telah
dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian
data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek
yang diteliti.
32
3. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data adalah sebagian
dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-makna yang muncul dari data
telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya
(Miles dan Huberman, 2007:19). Penarikan kesimpulan berdasarkan pada
pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan
singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan
yang diteliti.
3.5. Uji Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketentuan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiono, 2008:270). Adapun
pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan Pengamatan. Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan
karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang
diperoleh masih kurang memadai. Menurut Moleong (2001:327)
perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Peneliti berperan sebagai
anggota masyarakat tempat penelitian dilakukan, berbaur dengan
masyarakat dan mengikuti segara aktivitas dalam masyarakat sampai
diarasakan data yang diperoleh telah cukup dan memadai.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan
33
dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun
dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk
memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak. Dalam hal ini
peneliti berperan untuk melihat dan mengamati lebih mendalam tentang
fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, peneliti juga lebih banyak membaca dan mencari referensi
lainnya yang terkait dengan temuan yang ditemui dalam penelitian,
sehingga dapat mengambil suatu kesimpulan yang benar dan dapat
dipercaya.
3. Triangulasi. Analisa triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk
mengatasi masalah akibat dari kajian mengandalkan suatu teori saja, satu
macam data atau satu metode penelitian saja (Sugiono, 2007:225).
Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara. Menurut (Sugiono, 2008:273-274), terdapat
minimal 3 (tiga) macam triangulasi, yaitu :
a) Triangulasi sumber data. Pada triangulasi ini, data di cek
kredibilitasnya dari berbagai sumber data yang berbeda dengan
teknik yang sama, misalnya mengecek sumber data antara
bawahan, atasan dan teman.
b) Triangulasi teknik pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan
sumber data yang sama.
34
c) Triangulasi waktu pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya
dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan
teknik yang sama.
Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi
lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data
(Sugiono, 2008:241)
4. Pemeriksaan teman sejawat. Dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan
yang berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis kasus negatif. Menurut Sugiono (2008:275) melakukan analisis
kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
6. Member Check. Dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian
kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek
kebenaran data dan interprestasinya. Menurut Moleong (2002:336)
pengecekan dilakukan dengan jalan :
a. Penilaian dilakukan oleh responden
b. Mengkoreksi kekeliruan
c. Menyediakan tambahan informasi
d. Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data
e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan
35
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang
telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04
km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan
kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung
Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam
(perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah
dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km².
Kabupaten Aceh Barat terdiri dari 321 gampong dalam 12 kecamatan yang
ada. Keduabelas kecamatan tersebut adalah sebagai berikut;
1. Arongan Lambalek, luas 130,06 km2 (4,44% luas Aceh Barat) (27
desa/kelurahan)
2. Bubon, luas 129,58 km2 (4,43% luas Aceh Barat) (17 desa/kelurahan)
3. Johan Pahlawan, luas 44,91 km2 (1,53% luas Aceh Barat) (21
desa/kelurahan)
4. Kaway XVI, luas 510,18 km2 (62 desa/kelurahan)
5. Meureubo, luas 112,87 km2 (26 desa/kelurahan)
6. Pantai Ceureumen, luas 490,25 km2 (25 desa/kelurahan)
7. Panton Reu, luas 83,04 km2 (19 desa/kelurahan)
8. Samatiga, luas 140,69 km2 (32 desa/kelurahan)
9. Sungai Mas, luas 781,73 km2 (18 desa/kelurahan)
37
10. Woyla, luas 224 km2 (43 desa/kelurahan)
11. Woyla Barat, luas 123 km2 (24 desa/kelurahan)
12. Woyla Timur, luas 132 km2 (26 desa/kelurahan)
Beureugang merupakan salah satu gampong yang ada di Kecamatan
Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat. Gampong ini terdiri dari beberapa dusun
diantaranya Dusun Blang Kulam, Dusun Muda Nyakhim, Dusun Cet Mane, dan
Dusun Gaki Gunong.
Kehidupan sosial masyarakat di gampong ini cukup baik, karna
didalamnya terdapat masyarakat gampong yang tumbuh dalam lingkungan rasa
sosial yang tinggi, rukun dan damai dalam hidup yang berdampingan satu dengan
yang lainnya. Mayoritas dari penduduk gampong berprofesi sebagai petani dan
buruh bangunan, namun ada juga yang bekerja di instansi pemerintah. Adapun
bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari adalah bahasa aceh, selain itu mereka
juga dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia apabila mereka
berhadapan dengan etnis lain.
Kondisi lingkungan pada Gampong Beureugang ini terbilang sangatlah
sederhana, tampak rumah penduduk juga beberapa bangunan lainnya. Jarak
Gampong Beureugang dengan pusat kota meulaboh tidak terlalu jauh, bisa
ditempuh dengan 20 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Pasca
bencana alam gempa bumi dan tsunami yang melanda Kabupaten Aceh Barat
beberapa tahun lalu, jumlah penduduk di gampong ini sudah mulai meningkat
karena banyaknya pendatang yang masuk, terutama mereka yang menjadi korban
bencana alam tersebut. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan pusat kota
38
menjadikan gampong ini sebagai salah satu tujuan tempat pindah para korban
bencana alam.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kedisiplinan Kerja Aparatur Pemerintah Gampong Beureugang
Disiplin kerja adalah merupakan modal yang penting yang harus dimiliki
oleh aparatur negara sebab menyangkut pemberian pelayanan publik. Namun
ironisnya, kualitas etos kerja dan disiplin kerja aparatur pemerintahan secara
umum masih tergolong rendah. Perwujudan pemerintah yang bersih dan
berwibawa diawali dengan penegakan disiplin nasional di lingkungan aparatur
negara khususnya aparatur pemerintah gampong sebagai ujung tombak pelayanan
kepada masyarakat. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan fakta bahwa
pemberian pelayanan administrasi kepada masyarakat di gampong beureugang
berjalan dengan lancar, berikut petikan wawancaranya;
“Pemberian pelayanan selama ini berjalan dengan lancar sebagaimanabiasanya. Sama seperti kantor-kantor keuchik lainnya. Pelayanan yangdiberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat” (Kamarudin, KeuchikGampong Beureugang)
“Menurut saya, pemberiaan pelayanan kepada masyarakat selama initelah berjalan. Kantor keuchik terlihat dibuka dan dikunjungi olehbeberapa warga yang memerlukan pelayanan” (Abu Bakar, Tuha PeutGampong Beureugang)
“Secara umum pemberian pelayanan kepada masyarakat telahberlangsung, karena memang itu sudah menjadi tugas para aparatpemerintag gampong dalam melayani kebutuhan masyarakat”(Yusrizal, Warga Gampong Beuregang)
Pelayanan administrasi sebagaimana yang kita pahami sebagai pelayanan
yang harus diberikan kepada masyarakat secara baik sering kali menemukan
berbagai kendala. Baik itu kendala yang muncul dari eksternal maupun internal
39
aparatur pemerintahan. Namun demikian, dari hasil penelitian yang penulis
lakukan di gampong beureugang ditemukan bahwa apapun kendala yang dihadapi,
tetap saja pelayanan administrasi kepada masyarakat tersebut harus tetap berjalan
sebagaimana mestinya, berikut petikan wawancaranya;
“Setiap perkerjaan tentunya memiliki kendala, apalagi yang sifatnyaseperti pelayanan sosial kepada masyarakat. Namun demikian walaupunkendala itu muncul, tetap saja pelayanan harus terus berlangsung dantidak boleh terhenti” (Akbar Zakaria, Sekretaris Gampong Beureugang)
“Ada, dalam pemberian pelayanan selama ini saya melihat ada beberapakendala yang berimbas pada masyarakat. Kendala tersebut biasanyamuncul dari para petugas yang bekerja di kantor keuchik contohnyaketerlambatan dalam datang ke kantor” (Maskur Abas, Warga GampongBeureugang)
“Kendala itu pasti ada dalam setiap pekerjaan, jadi saya pikr kendala itusesuatu yang wajar saja, yang penting kendala-kendala itu jangan sampaimerugikan kepentingan masyarakat umum” (Zubaili, Ketua PemudaGampong Beureugang)
Selain itu, kedisiplinan seorang aparatur pemerintah dalam memberikan
pelayanan sering di ukur dari ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan ditemukan fakta
bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur gampong bereugang belum tepat
waktu, berikut petikan wawancaranya;
“Kalau itu sangat tergantung dengan kondisi di lapangan, kalau tidak ada
halangan, pelayanan dapat diberikan tepat pada waktunya. Kalaupun agak
terlambat, tapi tidak terlalu lama lah” (Kamarudin, Keuchik Gampong
Beureugang)
“Kadang-kadang sih, Karena menurut yang saya lihat selama ini masihbanyak dan sering para pegawai kantor keuchik datang telat tidak sesuaidengan waktu yang seharusnya. Selain itu ada juga yang janji jam 10datangnya justru jam 12, seperti-seperti itulah” (Rosmiati, WargaGampong Beureugang)
40
“Kalau menurut saya belum terlalu maksimal, karena masih ada
beberapa pegawai yang datang terlambat, tidak tepat pada waktunya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat” (Ibrahim Us, Tuha Peut Gampong
Beureugang)
Dalam hal ketaatan dan kepatuhan aparatur pemerintahan gampong
terhadap peraturan yang ada, para informan penelitian memberikan jawabannya
melalui petikan wawancara berikut;
“Menurut saya ketaatan terhadap paraturan yang ada terutama dalamproses pemberian pelayanan memang masih terlihat kurang dan perluditingkatkan lagi, seperti peraturan jam masuk dan pulang kantor. Harusada perbaikan, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanansebagaimana mestinya” (Yusrizal, Warga gampong Beureugang)
“Masalah kepatuhan dan ketaatan pada peraturan di kantor keuchikbereugang masih terlihat sangat kurang. Kedisiplinan dalam berpakaianmisalnya, sering beberapa pegawai kantor datang ke kantor memberikanpelayanan dengan berpakaian bebas atau tidak pakai baju dinas,datangnya juga masih ada yang telat-telat” (Zubaili, Ketua PemudaGampong Beureugang)
“Kepatuhan dan ketaatan pegawai terhadap peraturan yang ada masihsangat kurang dan perlu terus ditingkatkan agar terlihat lebih disiplin,terutama tentang kepatuhan terhadap jam kerja” (Abu Bakar, Tuha PeutGampong Beureugang)
Selain masalah ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan yang ada,
ketertiban dan keteraturan dalam memberikan pelayanan administrasi kepada
masyarakat juga menjadi hal penting yang harus selalu diperhatikan demi
terciptanya tertib administrasi pelayanan publik. Dari hasil penelitian di lapangan
tentang keteraturan dan ketertiban aparatur gampong dalam memberikan
pelayanan ditemukan fakta bahwa pelayanan administrasi di gampong beureugang
masih belum dapat dilaksanakan dengan baik, berikut petikan wawancaranya;
“Menurut saya, pelayanan yang diberikan masih kurang tertib. Kerjanya
41
sering tidak teratur dan terpola. Siapa yang mengerjakan apa dan bagaimana
masih belum teratur” (Maskur Abas, Warga Gampong Beureugang).
“Kalau saya lihat dengan jujur, memang belum begitu tertib dan teratur,
masih perlu perbaikan dan peningkatan lagi secara administrasi” (Akbar Zakaria,
Sekretaris Gampong Beureugang)
“Lumayan, tapi masih terus ditingkatkan lah agar pelayanan kepada
masyarakat bisa lebih maksimal” (Rusdi, Aparatur Pemerintah Gampong
Beureugang)
“Pelayanan yang diberikan terlihat belum tertib, karena biasanya siapa yang
kenal dengan petugas akan cepat selesai urusannya, bukan karena siapa yang
duluan datang, tapi karena sapa yang kenal” (Rosmiati, Warga Gampong
Beureugang)
Kondisi pelayanan yang tidak tertib dan tidak teratur di atas tentunya akan
sangat merugikan masyarakat sebagai pihak yang memerlukan pelayanan
maksimal dari aparatur pemerintah gampong. Hal tersebut ditambah lagi dengan
kurangnya kepedulian aparatur pemerintah gampong dalam pencapaian pelayanan
yang maksimal, berikut petikan wawancaranya;
“Tidak, pelayanan yang diberikan selama ini ya biasa-biasa saja. Bagi
aparatur gampong yang penting pekerjaannya selesai, mengenai maksimal atau
tidaknya pelayanan yang diberikan mereka tidak terlalu memperdulikan”
(Ruzwan, Warga Gampong Beureugang)
“Kurang, maksimal atau tidaknya pelayanan yang diberikan tidak menjadi
bahan pertimbangan, yang penting masyarakat yang perlu pelayanan dilayani dan
42
tugas-tugas yang diberikan kepada kami selesai dikerjakan” (Rusdi, Aparatur
Pemerintah Gampong)
“Tidak terlihat usaha dari pihak aparatur gampong untuk memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, semua berjalan dengan biasa-biasa
saja” (Yusrizal, Warga Gampong Beureugang)
Dalam hal semangat dan gairah kerja para aparatur pemerintah gampong
beureugang dalam memberikan pelayanan administrasi, para informan
memberikan tanggapannya masing-masing, berikut patikan wawancaranya;
“Ada yang semangat, ada yang tidak. Tergantung suasana hati masing-masing. Kalau lagi enak hati, maka kerjanya semangat dan sangatbergairah, saya fikir itu hal yang lumrah terjadi” (Kamarudin, KeuchikGampong Beureugang)
“Kalau masalah semangat ini sangat relatif menurut saya, tergantungsama orang masing-masing dan tergantung suasana hati masing-masing.Ada beberapa orang yang memiliki semangat yang baik, terutamamereka yang masih muda-muda, ada juga yang kurang semangat danmalas pergi ke kantor” (Abu Bakar, Tuha Peut Gampong Beureugang)
“Semangat atau gairah kerja aparatur gampong beureugang dalammemberikan pelayanan administrasi masih terlihat sangat kurang danperlu diberikan dorongan atau motivasi agar lebih bersemangat lagi”(Ruswan, Warga Gampong Beureugang)
Hal tersebut ditambah lagi dengan tidak adanya inisiatif dari aparatur
pemerintah gampong dalam memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
kepada masyarakat, berikut petikan wawancaranya;
“Selama ini tidak ada inisiatif dari aparatur gampong untuk membuat
sesuatu yang baru terutama dalam memudahkan pelayanan, semua berjalan
dengan apa adanya saja” (Rosmiati, Warga Gampong Beureugang)
“Belum terlihat upaya-upaya atau inisiatif yang dilakukan pemerintahgampong dalam memberikan pelayanan yang lebih efektif dan efisien.Semua berjalan berdasarkan kebiasaan yang telah berjalan sebelumnya”(Zubaili, Ketua Pemuda Gampong Beureugang)
43
Dalam hal rasa tanggung jawab aparatur pemerintah gampong beureugang
terhadap pekerjaan atau tugas yang diberikan dalam pelayanan administrasi
kepada masyarakat, tuha peut gampong beureugang memberikan tanggapannya
sebagai berikut;
“Menurut saya memang rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para
aparatur kami sudah cukup baik, tapi memang perlu terus diperbaiki dan
ditingkatkan” (Akbar Zakaria, Sekretaris Gampong Beureugang)
“Kalau saya lihat masing sangat kurang dan perlu ditingkatkan lagi demi
terciptanya pelayanan yang maksimal kepada masyarakat” (Abu Bakar, Tuha Peut
Gampong Beureugang)
“Manurut saya, selama ini alhmdulillah kami selalu bertanggung jawabterhadap pekerjaan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Namun demikian kami mengakui masih banyak kelemahan-kelemahanyang perlu diperbaiki untuk menjadi lebih baik” (Rusdi, AparaturPemerintah Gampong Beureugang)
“Rasa tanggung jawab aparatur pemerintahan gampong beureugang
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat masih sangat kurang dan
harus ditingkatkan” (Maskur Abas, Warga Gampong Beureugang)
Namun demikian, dalam hal solidaritas di antara sesama aparatur
pemerintah gampong terlihat masih sangat baik. Tidak hanya sesama aparatur
pemerintahan, solidaritas masyarakat gampong beureugang pun secara
keseluruhan sangat tinggi dan baik, berikut petikan wawancaranya;
“Iya, kalau masalah solidaritas, itu memang terlihat tinggi. Tidak hanya di
kantor pemerintahan gampong saja, seluruh masyarakat di gampong ini memiliki
solidaritas yang sangat tinggi” (Munir, Tuha Peut Gampong Beureugang)
44
“Dalam hal solidaritas diantara sesama, terlihat sangat baik. Ketika adateman yang tertimpa musibah, sama-sama membantu. Tidak terlihatterjadinya pertengkaran diantara aparatur gampong, semuanya salingrukun dan saling menghargai” (Kamarudin, Keuchik GampongBeureugang)
Dalam hal lain, efektivitas dan efisiensi pelayanan aparat gampong
merupakan sesuatu yang memang harus dilakukan. Dari hasil penelitian di
lapangan, ditemukan fakta bahwa aparatur pemerintah gampong beureugang
belum efisien dalam memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat,
berikut petikan wawancaranya;
“Pelayanan yang diberikan kurang efisien, terutama dalam masalah waktu.
Pelayanan yang diberikan biasanya harus memakan waktu yang lama dan
berulang-ulang” (Chairuman, Warga Gampong Beureugang)
“Menurut pengamatan kami, pemeberian pelayanan terlihat kurang efisien,
pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan dalam 15 menit, bisa sampai seharian
pengerjaannya” (Yusrizal, Warga Gampong Beureugang).
Kondisi pelayanan yang tidak efisien tersebut seharusnya diimbangi dengan
adanya upaya dari aparatur pemerintah gampong untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi kerja. Menanggapi hal tersebut, masing-masing informan
memberikan jawabannya melalui petikan wawancara berikut ini;
“Tidak ada upaya untuk meningkatkan prestasi kerja, semuanyaberjalan biasa saja. Mungkin karena tidak ada penghargaan yang sesuai,makanya prestasi kerja tidak terlalu diperhatikan” (Zubaili, KetuaPemuda Gampong Beureugang)
“Mungkin hanya sebagian kecil yang memiliki hal tersebut, tetapihampir rata-rata tidak ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkanprestasi kerja. Hal ini bisa kita mengerti karena pelayanan pemerintahadalah sektor publik yang prestasi kerja tidak terlalu mendapatkanperhatian dari pimpinan” (Akbar Zakaria, Sekretaris GampongBeureugang)
45
Dalam hal kehadiran kerja para aparatur pemerintah gampong, Keuchik
gampong beureugang memberikan tanggapannya sebagai berikut;
“Itu yang masih sangat kurang, ada yang rajin masuk, ada juga yangjarang-jarang. Sama jugalah seperti ditempat lain, saya fikir jugademikian. Namun sebagai pimpinan saya terus memberikan pengarahankepada mereka untuk masuk kerja sesuai peraturan yang ada”(Kamarudin, Keuchik Gampong Beureugang)
“Kehadiran para pegawai kantor keuchik ini memang perluditingkatkan lag. Ada beberapa pegawai yang memang jarang-jarangdatang. Hal ini mungkin ini karena mereka mencari kesibukan diluaruntuk memperoleh penghasilan tambahan” (Ibrahim Us, Tuha PeutGampong Beureugang)
“Menurut saya tingkat kehadiran aparatur gampong masih sangatkurang, ada yang datang tepat waktu, ada juga yang terlambat bahkantidak masuk kantor sebagaimana biasanya” (Chairuman, WargaGampong Beureugang)
Hal tersebut diperkuat dengan seringnya para aparatur pemerintah gampong
datang ke kantor tidak tepat pada waktunya sesuai jam kerja yang telah
ditetapkan;
“Tidak, selama ini kehadiran aparatur pemerintah gampong masih tidak
sesuai dengan jam kerja, datang ke kantor sering telat-telat. Sehingga banyak
masyarakat yang harus menuggu dahulu kalau mau mendapatkan pelayanan”
(Rosmiati, Warga Gampong Beureugang).
“Harus diakui memang masih banyak pegawai yang datang terlambat dan
tidak tepat waktu. Namun demikian ada juga para pegawai yang datang tepat pada
waktunya” (Akbar Zakaria, Sekretaris Gampong Beureugang)
Dari beberapa keterangan di atas maka penulis mencoba untuk menarik
sebuah kesimpulan awal tentang disiplin kerja para aparatur gampong beureugang
dengan mengajukan pertanyaan kepada informan penelitian, berikut petikan
wawancaranya;
46
“Secara umum, masih kurang baik dan perlu diperbaiki dan ditingkatkan
agar masyarakat dapat terlayani dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada”
(Yusrizal, Warga Gampong Beureugang)
“Secara keseluruhan saya melihat bahwa disiplin kerja aparaturpemerintahan gampong di gampong beureugang ini masih kurang baikdan perlu ditingkatkan demi pelayanan kepada masyarakat yangmaksimal” (Abu Bakar, Tuha Peut Gampong Beureugang)
“Harus diakui memang disiplin kerja aparatur pemerintah gampongbeureugang ini masih sangat rendah dan perlu terus ditingkatkan lagiagar masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik” (Kamarudin,Keuchik Gampong Beureugang)
4.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja aparatur pemerintah
Gampong Beureugang
Dalam memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat tentunya
harus diiringi dengan kemampuan yang baik, terutama bagi aparatur pemerintahan
gampong sebagai pelayan masyarakat. Ketika ditanyakan mengenai kemampuan
aparatur pemerintah gampong dalam memberikan pelayanan administrasi kepada
masyarakat, informan penelitian yang penulis temui memberikan tanggapannya
sebagai berikut;
“Kalau menurut saya, kemampuan aparatur pemerintah gampong yang
ada masih sangat kurang baik, hal ini terlihat dari kondisi aparatur yang tidak bisa
menguasai aplikasi komputer yang ada” (Zubaili, Ketua Pemuda Gampong
Beureugang)
“Masih sangat terbatas, terutama dalam membuat surat yang baik dan
benar, kemudian ditambah lagi dengan kemampuan mengoperasikan computer
yang masih jauh dari kata baik” (Abu Bakar, Tuha Peut Gampong Beureugang)
47
“Kemampuan para aparatur gampong saat ini memang tidak cukupbaik, sudah lumayan. Tapi dengan perkembangan zaman yang terusterjadi, hendaknya sumberdaya para aparatur gampong harus terusditingkatkan, terutama yang berhubungan dengan teknologi komputeragar pelayanan yang diberikan bisa lebih cepat dan tepat” (AkbarZakaria, Sekretaris Gampong Beureugang)
Keteladan seoarang pemimpin mereupakan sesuatu yang sangat penting
dalam menegakkan disiplin kerja aparatur pemerintah gampong. Berdasarkan hal
tersebut, para informan memberikan tanggapannya tentang keteladanan pemimpin
di kantor pemerintah gampong beureugang melalui petikan wawancara berikut
ini;
“Menurut saya, keuchik sebagai pimpinan di pemerintahan gampong ini
cukup memberikan keteladanan kepada para pegawai. Keuchik terlihat selalu
datang ke kantor kalau tidak ada halangan apapun” (Abdurrahman, Aparatur
Pemerintah Gampong)
“Menurut saya, keuchik tidak terlalu memberi keteladanan kepada para
pegawai, karena kita melihat bahwa keuchik juga sering datang terlambat dan
tidak masuk kantor. Terkadang kalau perlu tanda tangan keuchik harus di telpon
dulu” (Marzuki, Warga Gampong Beureugang)
“Kalau saya lihat, keteladanan yang diberikan oleh pimpinan terutama pak
keuchik masih sangat kurang dan perlu untuk ditingkatkan lagi, sehingga para
pegawai bisa mengikutinya” (Yusrizal, Warga Gampong Beureugang)
Disisi lain, ketika ditanyakan mengenai bagaimana gaji atau pendapatan
yang diperoleh para aparatur pemerintah gampong beureugang, para informan
penelitian kompak memberikan tanggapannya yang selaras. Berikut petikan
wawancara penulis dengan para informan;
48
“Kalau masalah gaji atau pendapatan, itu yang memang belum sesuai.Gaji yang kami peroleh sangat belum layak dan belum mampumemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kalau bisa harus ditingkatkanlagi “(Abdurrahman, Aparatur Pemerintah Gampong)
“Masalah gaji memang selalu menjadi kedala dalam pemerintahangampong. Honor yang selama ini diberikan oleh pemerintah daerahsaya rasa belum layak dan perlu ditingkatkan lagi, karena mengingatbahwa kita di gampong ini adalah ujung tombak pemerintahan yanglangsung berhadapan dengan masyarakat” (Kamarudin, KeuchikGampong Beureugang)
“Selama ini pendapatan yang dihasilkan oleh para aparatur pemerintahgampong belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,sehingga mereka terpaksa harus mencari pekerjaan sampingan untukmencukupi kebutuhan sehari-hari tersebut” (Ibrahim Us, Tuha PeutGampong Beureugang)
Ketika ditanyakan mengenai keadilan atau perlakuan keuchik terhadap
para aparatur pemerintahan yang bekerja selama ini, para informan memberikan
tanggapannya sebagai berikut;
“Selama ini kami diperlakukan sama oleh pak keuchik, tidak ada yang
berbeda. Begitu juga dalam hal pendapatan, diberikan sesuai dengan pekerjaan”
(Rusdi, Aparatur Pemerintah Gampong)
“Menurut saya pak keuchik cukup bijak dalam mengambil setiapkeputusan terutama yang berhubungan dengan aparatur pemerintahgampong. Selama ini semua diperlakukan sama tidak ada anak tiri atauanak kandung” (Abdurrahman, Aparatur Pemerintah Gampong)
“Selama bertugas, terus terang saya tidak pernah membedakan parapegawai. Tidak ada yang special. Semuanya sama sebagai aparaturpemerintahan yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakatsecara maksimal” (Kamarudin, Keuchik Gampong Beureugang)
Dalam hal pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian pelayanan
administrasi kepada masyarakat yang selama ini berlangsung, keuchik gampong
beureugang dan beberapa informan lain memberikan komentarnya;
49
“Ada, saya selalu memantau dan mengawasi setiap proses pemberian
pelayanan kepada masyarakat” (Kamarudin, Keuchik Gampong Beureugang)
“Ada, pak keuchik dan sekretaris gampong selama ini juga seringmelakukan pengawasan terhadap aparatur pemerintah gamponglainnya, bahkan tidak jarang pak keuchik dan sekretaris langsungterlibat dalam memberikan pelayanan” (Marzuki, Warga GampongBeureugang)
Penegakan disiplin kerja hendaknya terus dilakukan, salah satunya dengan
memberikan sanksi kepada pelanggar. Ketika ditanyakan tentang pemberian
sanksi hukuman yang tegas terhadap para aparatur pemerintah gampong yang
melanggar disiplin kerja, keuchik selaku pimpinan di gampong memberikan
jawaban. Berikut petikan wawancaranya;
“Selama ini memang belum ada sanksi berupa hukuman yang kamiberikan kepada para pegawai yang melanggar disiplin. Paling-palingsaya hanya menegur dan memberikan arahan kepada mereka untuklebih disiplin lagi dalam bekerja. Hanya sebatas itu saja” (Kamarudin,Keuchik Gampong Beureugang)
“Saya fikir belum ada sanksi yang berarti kepada para pegawai yangkurang disiplin. Kerana memang kita juga harus bisa mengerti kondisimereka. Mereka harus bekerja di tempat lain, bersawah, kerjabangunan dan lain-lain. Mereka tidak mungkin menggantungkankehidupan kalau hanya bekerja di kantor keuchik, karena memangtidak bisa menjamin dan mencukupi kebutuhan” (Abu Bakar, TuhaPeut Gampong Beureugang)
“Belum begitu maksimal, karena memang rata-rata mereka yangbekerja adalah mereka yang rela meluangkan waktunya untukmembantu gampong, ibaratnya seperti relawan, gaji pun tidak sesuai.Kalau kita beri hukuman yang keras, nanti justru tidak ada lagi yangbekerja” (Akbar Zakaria, Sekretaris Gampong Beureugang)
“Selama ini saya melihat tidak ada sanksi hukuman apapun yangdiberikan oleh pimpinan digampong terhadap para pegawai yang tidakdisiplin. Semuanya dibiarkan begitu saja tanpa ada sanksi” (Rosmiati,Warga Gampong Beureugang)
50
Hal berbeda muncul ketika ditanyakan tentang hubungan antara sesama
pegawai pada kantor pemerintahan gampong beureugang, para informan satu
suara dalam menanggapi hal tersebut, berikut petikan wawancaranya;
“Sepengetahuan saya hubungan diantara sesama pegawai yang berjadisini cukup baik, tidak ada pertengkaran ataupun pertentangandiantara sesama. Semuanya sudah seperti keluarga sendiri karenasetiap hari bertemu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kalaupun ada perselisihan yang kecil itu saya fikir hal yang biasa dalamkehidupan dan bisa langsung diredam, ibarat sendok dan piring, pastiberbunyi kalau ketemu” (Kamarudin, Keuchik Gampong Beureugang)
“Hubungan kami diantara sesama para pegawai cukup baik, tidak ada
masalah apapun. Saling bercerita, berbagi dan bercengkrama itu yang selalu
kami lakukan” (Rusdi, Aparatur Pemerintah Gampong)
“Kalau saya melihat selama ini hubungan dianatara sesama pegawai
maupun antara pegawai dan pak keuchik baik-baik saja. Semua berjalan
dengan normal. Tidak ada pertengkaran yang terjadi” (Rosmiati, Warga
Gampong Beureugang)
Ketika ditanyakan tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
disiplin kerja para aparatur pemerintah gampong beureugang dalam memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat, para informan memberikan
tanggapannya sebagai berikut;
“Menurut hemat saya, ada beberapa faktor yang menyebabkanrendahnya disiplin kerja aparatur pemerintah gampong dalammemberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat sepertirendahnya honor yang diterima para pegawai, karena kebanyakanmereka yang bekerja di kantor keuchik adalah para pegawai bakti atauhonorer” (Kamarudin, Keuchik Gampong Beureugang)
“Seperti kita ketahui bersama bahwa kebanyakan aparatur pemerintahgampongyang selama ini bekerja statusnya masih pegawai honoreratau bakti, belum ada kejelasan tentang nasib mereka yang masihhonor itu untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil, itu saya fikir
51
salah satu penyebabnya” (Akbar Zakaria, Sekretaris GampongBeureugang)
“Saya fikir mungkin honor yang terlalu rendah membuat para aparatur
gampong tidak bekerja sebagaimana mestinya, kurang bergairah dan kurang
teratur dalam bekerja” (Ibrahim Us, Tuha Peut Gampong Beureugang)
“Mungkin kurangnya penghargaan yang diberikan dari pimpinandaerah terhadap mereka yang bekerja memberikan pelayanan digampong, sehingga tidak ada upaya-upaya untuk memaksimalkanpelayanan kepada masyarakat” (Ruswan, Warga GampongBeureugang)
“Terus terang, pendapatan yang masih sangat rendah berpengaruhterhadapat kinerja para aparatur gampong. Selain itu, belum adanyakejelasan tentang nasib kami untuk diangkat menjadi PNS jugamenjadi penyebab. Kami perlu mencari pekerjaan lain diluar kantorkeuchik untuk memcukupi kebutuhan hidup sehari-hari” (Rusdi,Aparatur Pemerintah Gampong)
4.3. Pembahasan
Sebagai unsur utama sumber daya manusia dalam pelayanan publik
aparatur negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok aparatur yang mampu
memainkan peranan tersebut adalah aparatur pemerintahan yang mempunyai
kompetensi yang diindikasikan dari sikap disiplin yang tinggi, kinerja yang baik
serta sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada
negara, bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan tanggung jawabnya
sebagai pelayan publik serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa. Disiplin kerja adalah merupakan modal yang penting yang harus dimiliki
oleh aparatur negara sebab menyangkut pemberian pelayanan publik. Namun
52
ironisnya, kualitas etos kerja dan disiplin kerja aparatur pemerintahan secara
umum masih tergolong rendah.
4.3.1. Kedisiplinan Kerja Aparatur Pemerintah Gampong Beureugang
Perwujudan pemerintah yang bersih dan berwibawa diawali dengan
penegakan disiplin nasional di lingkungan aparatur negara khususnya aparatur
pemerintah gampong sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat.
Tuntutan reformasi yang bergulir sejak tahun 1998, mendorong pemerintah untuk
kembali memahami arti pentingnya suatu kualitas pelayanan serta pentingnya
dilakukan perbaikan mutu pelayanan terhadap rakyatnya. Perbaikan pelayanan
pemerintah ini, tidak saja ditujukan untuk memberi iklim kondusif bagi dunia
usaha nasional dan meningkatkan daya tarik arus investasi ke Indonesia karena
kredibilitas dan akuntabilitas pemerintahan yang meningkat, namun sudah
merupakan kuwajiban pemerintah dalam penyediaan pelayanan yang berkualitas,
yang merupakan bagian dari good governance, demokratisasi dan transparansi.
Penyedian pelayanan publik yang berkuwalitas merupakan salah satu alat untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang menurun akibat
krisis global yang menerpa kita. Menurut Singodimedjo (2002:53) Disiplin adalah
sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma-
norma peraturan yang berlaku disekitanya.
Menurut Siagian (2008:58), bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada
suasana-suasana sebagai berikut: tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap
pencapaian tujuan perusahaan/organisasi, tingginya semangat dan gairah kerja dan
inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan, besarnya rasa tanggung jawab
para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, berkembangnya
53
rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan pegawai, meningkatkan
efisiensi dan prestasi kerja pegawai. Sedangkan disisi lain, Moekijat (2005:76)
menyatakan indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji disiplin kerja
pegawai adalah ketaatan terhadap peraturan, kepatuhan terhadap perintah
kedinasan, ketaatan terhadap jam kerja, kepatuhan berpakaian seragam, kepatuhan
dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, bekerja sesuai
prosedur. Beberapa aspek yang disampaikan oleh para ahli tesebut menjadi
indikator bagi penulis dalam melakukan penilaian terhadap disiplin kerja aparatur
pemerintah gampong beureugang.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Gampong Beureugang
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, terlihat bahwa pelayanan
administrasi kepada masyarakat telah berjalan dengan lancar. Dalam
pelaksanaannya masih ditemukan berbagai kendala yang biasanya datang dari
pihak internal pemerintah gampong seperti alat kelengkapan kantor yang rusak,
keterlambatan para aparatur gampong dan lain-lain. Namun demikian, kendala
yang dihadapi tersebut masih bisa di atasi dan tidak sampai menghentikan proses
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah gampong. Masalah keterlambatan
dalam pemberian pelayanan, para aparatur gampong melalui keuchik memang
mengakui hal tersebut. Kondisi ini sangat berkaitan dengan kepatuhan dan
ketaatan para aparatur pemerintah gampong terhadap peraturan yang berlaku. Dari
hasil penelitian penulis menemukan bahwa, secara umum para aparatur
pemerintah gampong beureugang tidak patuh dan taat terhadap peraturan yang ada
54
seperti jam masuk dan pulang kantor dan pakaian dinas yang sering tidak
digunakan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Selain masalah ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan yang ada,
ketertiban dan keteraturan dalam memberikan pelayanan administrasi kepada
masyarakat juga menjadi hal penting yang harus selalu diperhatikan demi
terciptanya tertib administrasi pelayanan publik. Pelayanan administrasi yang
diberikan oleh aparatur pemerintah gampong beureugang selama ini masih belum
teratur dan tertib. Hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya pembagian tugas
yang jelas dalam memberikan pelayanan dan masih adanya prinsip kedekatan
emosional dalam memberikan pelayanan, yang kenal atau dekat dengan aparatur
pemerintah gampong maka akan lebih didahulukan pemberian pelayanannya.
Kondisi inilah yang membuat pelayanan administrasi di gampong
beureugang tidak tertib dan teratur. Suasana pelayanan yang tidak tertib dan tidak
teratur oleh aparatur pemerintah Gampong Beureugang di atas tentunya akan
sangat merugikan masyarakat sebagai pihak yang memerlukan pelayanan
maksimal dari aparatur pemerintah gampong. Hal tersebut ditambah lagi dengan
kurangnya kepedulian aparatur pemerintah gampong beureugang dalam
pencapaian pelayanan yang baik.
Selain itu, dalam penelitian yang penulis lakukan juga ditemukan fakta
bahwa sebagian besar para aparatur pemerintah Gampong Beureugang tidak
memiliki semangat yang baik atau kurang bergairah dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat. Hanya berberapa orang yang terlihat masih
bersemangat, terutama bagi mereka yang masih berusia muda. Perlu adanya
pemeberian motivasi lebih kepada pegawai baik secara mroril maupun materil
55
agar pelayanan masyarakat di Gampong Beureugang dapat diberikan secara
maksimal. Hal tersebut ditambah lagi dengan tidak adanya inisiatif dari aparatur
pemerintah gampong beureugang dalam memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien kepada masyarakat serta kurangnya rasa tanggung jawab para aparatur
pemerintah gampong terhadap pelayanan kepada masyarakat. Kondisi ini
berbanding terbalik dengan tingkat solidaritas aparatur pemerintah dan
masyarakat gampong beureugang yang terlihat sangat tinggi atau baik.
Dengan melihat konsep tentang pelayanan publik yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya, bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang
dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa
efektivitas dan efisiensi pelayanan aparat adalah tercapainya suatu tujuan yang
dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dari hasil penelitian di lapangan, ditemukan fakta bahwa aparatur
pemerintah Gampong Beureugang belum efisien dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat.
Kondisi pelayanan yang tidak efisien tersebut ditambah lagi dengan tidak
adanya upaya dari aparatur pemerintah gampong untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi kerja terutama dalam memberikan pelayanan, justru yang
terlihat selama ini adalah tingkat kehadiran aparatur pemerintah Gampong
Beureugang sangat rendah dan tidak tepat waktu. Dari penjelasan di atas, kita
melihat terdapat keterkaitan antara teori yang disampaikan oleh para ahli dengan
kondisi di Gampong Beureugang yaitu tidak terpenuhinya indikator-indikator
56
tingkat kedisiplinan yang seharusnya dimiliki aparatur/pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka secara keseluruhan dapat kita
katakan bahwa disipilin kerja para aparatur pemerintah gampong dalam
memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat masih sangat rendah dan
perlu terus ditingkatkan.
4.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja aparatur
pemerintah Gampong Beureugang
Penyelenggaraan pelayanan publik oleh aparatur pernerintah dewasa ini
masih ditemukan banyak kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas
yang diharapkan masyarakat dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat
masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan baik secara
langsung maupun melalui media massa sehingga menimbulkan citra yang kurang
baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat salah satu fungsi pemerintah adalah
melayani masyarakat maka pernerintah perlu terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan.
Disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh
setiap aparatur pemerintah dalam menunjang keberhasilan dalam bidang
pelayanan, disamping harus memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan yang
tinggi di bidangnya dan kemampuan yang memadai. Hal ini berarti pula bahwa
setiap pegawai harus menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, diikuti
dengan semangat dan moral kerja yang tinggi.
Penerapan disiplin harus dimulai dari stiap diri pribadi secara sadar dan
ikhlas, berusaha mematuhi semua ketentuan bukan karena adanya perintah dan
57
ancaman sangsi, tetapi semua itu dilaksamakan atas kesadaran diri sendiri dengan
penuh rasa tanggung jawab. Jika disiplin diri pribadi telah dapat ditumbuhkan,
tentu akan mendorong terciptanya disiplin dalam hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berorganisasi dan bernegara.
Malayu S.P. Hasibuan (1994: 214) menyebutkan banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya tujuan
dan kemampuan aparatur/pegawai, teladan pimpinan, balas jasa (gaji dan
kesejahteraan), keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi/hukuman,
ketegasan, hubungan kemanusiaan. Beberapa aspek yang disampaikan oleh
Malayu S.P. Hasibuan ini menjadi konsep teori atau indikator-indikator dalam
memahami dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja
aparatur pemerintah gampong beureugang.
Dalam penegakan disiplin kerja para aparatur pemerintahan gampong
beureugang, tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga aparatur
pemerintahan Gampong Beureugang kurang disiplin dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat seperti yang dipaparkan di atas. Dari hasil
penelitian yang penulis lakukan dilapangan ditemukan fakta bahwa dari faktor-
faktor yang disampaikan oleh Malayu S.P. Hasibuan ada beberapa faktor yang
menyebabkan kurang disiplinnya para aparatur pemerintah Gampong Beureugang
dalam memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat
Pertama, kemampuan kerja dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kemampuan para aparatur pemerintah
gampong beureugang dalam mengoperasikan komputer. Dengan perkembangan
zaman yang begitu cepat, komputer memang telah menjadi sebuah media yang
58
sangat diperlukan dalam rangka mempermudah pekerjaan. Dengan komputer
idealnya pelayanan kepada masyarakat akan lebih efektif dan efisien. Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa dari hasil penelitian dilapangan, ditemukan fakta
bahwa secara keseluruhan para aparatur pemerintah Gampong Beureugang belum
menguasai teknologi komputer. Ketidak mampuan para aparatur dalam menguasai
komputer, membuat para aparatur terkesan menghindari pekerjaan atau tugas-
tugas yang diberikan dengan tidak hadir atau datang terlambat ke kantor. Kondisi
inilah yang membuat menurunnya disiplin kerja para aparatu pemerintah
gampong beureugang.
Kedua, faktor gaji atau honor yang diterima oleh aparatur pemerintah
gampong beureugang. Secara keseluruhan gaji yang diterima oleh para aparatur
pemerintah gampong beureugang selama ini tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup para aparatur pemerintah Gampong Beureugang, sehingga
mereka berupaya untuk mecari pekerjaan tambahan seperti bersawah, berkebun,
bertukang dan lain-lain. Kondisi ini membuat pelayanan kepada masyarakat
sering terbengkalai atau terhambat karena kesibukan para aparatur pemrintah
gampong. Hal tersebut ditambah lagi dengan belum adanya kejelasan bagi para
aparatur pemrintah gampong yang bekerja untuk diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Kita ketahui bersama bahwa hampir keseluruhan para
aparatur pemerintah gampong yang bekerja di Gampong Beureugang bukanlah
pegawai negeri, tetapi pegawai honorer atau bakti yang mengabdi kepada
gampong. Kondisi gaji yang tidak memadai dan tidak adanya kejelasan tentang
pengangkatan para paratur gampong sebagai pegawai negeri membuat semangat
59
atau motivasi aparatur pemerintah gampong dalam memberikan pelayanan
administrasi menjadi berkurang.
Ketiga, tidak adanya hukuman atau sanksi yang tegas dari pimpinan
gampong terhadap para aparatur pemerintah gampong yang tidak disiplin. Selama
ini memang keuchik selaku pemimpin pemerintahan gampong belum pernah
memberikan sanksi tegas kepada anggotanya yang melakukan tindakan tidak
disiplin dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selama ini tindakan
yang dilakukan keuchik selaku pimpinan hanyalah berupa peringatan dan
pengarahan untuk melaksanakan disiplin kerja. Pimpinan di Gampong
Beureugang juga sangat memahami kondisi pendapatan para aparatur
gampongnya sehingga mereka harus mencari pekerjaan lain sebagai tambahan
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Untuk memenuhi tuntutan pelayanan administrasi yang prima, aparatur
pemerintah Gampong Beureugang dituntut untuk memiliki displin kerja yang baik
terutama dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, memiliki sistem kerja
dan prosedur pelayanan yang transparan, terpadu, responsive dan adaptif terhadap
setiap perubahan. Namun demikian, sampai saat ini kondisi tersebut belum terlihat
di lapangan. Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan
beberapa hal, sebagai berikut:
5.1.1. Disipli kerja para aparatur pemerintah Gampong Beureugang Kecamatan
Kaway XVI masih sangat rendah. Pelayanan administrasi yang selama ini
diberikan oleh aparatur pemerintah Gampong Beureugang terlihat masih
belum lancar dan maksimal, tentunya hal tersebut berkaitan erat dengan
disiplin kerja para aparatur gampong dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Masih terlihat pegawai yang datang terlambat, tidak teratur
dalam bekerja, berpakaian tidak rapi, tidak memiliki tanggungjawab yang
tinggi terhadap pekerjaan dan lain-lain sehingga masyarakat tidak
mendapatkan pelayanan yang baik sebagaimana mestinya.
5.1.2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidak disiplinnya para
aparatur pemerintah Gampong Beureugang dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat, seperti kurangnya kemampuan dari para
aparatur pemerintahan gampong dalam menyelesaikan tugas-tugas
61
pelayanan, terutama dalam hal mengoperasikan komputer yang memang
telah menjadi bagian penting dalam pelayanan publik. Selain itu, faktor gaji
atau honor yang diterima para aparatur pemerintah gampong selama ini
juga tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta
ditambah lagi dengan tidak adanya kejelasan dari pemerintah daerah
tentang pengangkatan para aparatur pemerintah gampong sebagai pegawai
negeri sipil sehingga menyebabkan kurangnya motivasi dan disiplin kerja
para aparatur Gampong Beureugang. Kondisi tersebut diperkuat dengan
tidak adanya tindakan tegas dari pimpinan pemerintah gampong terhadap
para aparatur pemerintah gampong yang melakukan tindakan indisipliner
dalam memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat.
5.2. Saran
Berdasarkan pada uraian di atas, jelas bahwa upaya pembinaaan disiplin
kerja harus terus menerus dilakukan agar pelayanan administrasi kepada
masyarakat dapat dilakukan dengan baik sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,
melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran atau
rekomendasi yang kiranya dapat digunakan untuk perbaikan disiplin kerja
aparatur pemerintah gampong di masa yang akan datang sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kapasitas aparatur
pemerintah gampong dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terutama dalam hal penguasaan teknologi komputer sehingga para aparatur
pemerintah gampong dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan baik.
62
2. Mengingat tugas aparatur pemerintahan gampong yang begitu vital dalam
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat di gampong, maka
perlu adanya perbaikan atau peningkatan gaji atau honor para aparatur
pemerintahan.
3. Kepada pihak pemerintah daerah, diharapkan segera memberikan
kejelasan tentang pengangkatan para aparatur pemerintah gampong yang
selama ini bekerja ntuk menjadi pegawai negeri sipil dilingkungan
pemerintah Aceh Barat, sehingga dapat memberikan motivasi kepada para
aparatur pemerintah gampong dalam memberikan pelayanan administrasi
kepada masyarakat.
4. Bagi pimpinan atau keuchik gampong beureugang hendaknya lebih
bersikap tegas terhadap bawahannya yaitu dengan memberikan sanksi
kepada para aparatur pemerintah gampong yang melakukan tindakan
indisipliner, sehingga para aparatur pemerintah gampong beureugang
dapat menerapkan disiplin kerja sebagaimana mestinya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Gaspersz, Vincent, 2002. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa (terjemahan),
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hamdi, Mukhlis, 1999. Desentralisasi dan Pembangunan Daerah. Makalah pada
likakarya pengembangan kemampuan pemda TK II, Jakarta
Hasibuan, Malayu S.P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar danKunci Keberhasilan. Jakarta: Haji Masagung.
Lexy,J Moleong, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Mardalis. 2003, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi
Aksara,
Moekijat, 2005, Manajemen Kepegawaian, Penerbit Alumni, Bandung.
Narbuko, Cholid, dan Achmadi, Abu, 2004. Metodologi Penelitian, Jakarta:
Bumi Aksara
Ndara, Taliziduhu,. 2000. Ilmu Pemerintahan Jilid I – IV. Jakarta: Institut Ilmu
Pemerintahan.
......., 2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jilid 2, Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Nitisemito, 2001. Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Pamudji, S. 1992. Kepemeimpinan pemerintahan di Indonesia, Jakarta: Bumi
Aksara
Rasyid, Muhammad Ryaas, 2000, Makna Pemerintahan – Tinjauan dari segi
Etika dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.
64
Sugiyono. 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang P, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara
Singodimedjo, Markum, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit
SMMA, Surabaya.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Penerbit Kencana, Jakarta.
Thoha, Miftah1996, Perilaku Organisasi-Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta
: PT. Raja Grafindo.
Tjiptono, Fandy. 1996. Total Quality Management, Yogyakarta : Andi Ofset.