32
16 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga 1. Kedudukan Orang Tua Dalam Keluarga Peranan ( role ) mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan yang namanya kedudukan ( status ), status dapat di definisikan sebagai suatu peringkat atau proses seseorang dalam suatu kelompok ( Horton dan Chester, 1991 : 118 ). Untuk peranan Horton dan Chester ( 1991 : 118 ) memberikan batasan bahwa peranan sebagai perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status. Jadi peranan merupakan aspek dinamis kedudukan ( status ) ( Soerjono Soekanto, 1990 : 268 ). Soerjono soekanto (1990 ; 269 ), mengemukakan bahwa peranan mencangkup ke dalam 3 hal yaitu : 1. Peranan meliputi norma – norma yang menghubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkuman peraturan – peraturan yang membimbing seoran dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi 3. Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Seorang akan mempunyai seperangkat peranan, karena suatu status yang di sandangnya tidak mempunyai satu peran tunggal, tetapi sejumlah peran yang

pendidikan anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

zzz

Citation preview

Page 1: pendidikan anak

16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga

1. Kedudukan Orang Tua Dalam Keluarga

Peranan ( role ) mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan yang

namanya kedudukan ( status ), status dapat di definisikan sebagai suatu peringkat

atau proses seseorang dalam suatu kelompok ( Horton dan Chester, 1991 : 118 ).

Untuk peranan Horton dan Chester ( 1991 : 118 ) memberikan batasan

bahwa peranan sebagai perilaku yang di harapkan dari seseorang yang

mempunyai suatu status. Jadi peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (

status ) ( Soerjono Soekanto, 1990 : 268 ).

Soerjono soekanto (1990 ; 269 ), mengemukakan bahwa peranan

mencangkup ke dalam 3 hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma – norma yang menghubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkuman peraturan – peraturan yang membimbing

seoran dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Seorang akan mempunyai seperangkat peranan, karena suatu status yang

di sandangnya tidak mempunyai satu peran tunggal, tetapi sejumlah peran yang

Page 2: pendidikan anak

17

saling berhubungan dan cocok. ( Merton dalam Horton dan Chester, 1991 : 120 ).

Perangkat peran dan seseorang itu misalnya seorang suami, ia juga seorang anak

laki-laki, seorang pencari nafkah, tokoh politik, pendidik bagi anak- anak tersebut.

Soerjono Soekanto ( 1990 : 165-267 ) membagi status menjadi Ascribed

status, Aschieved status, dan Assigned status. Status yang di tentukan ( Ascribed

status ) misalnya seorang Raja, Status yang di perjuangkan ( Aschieved status )

misalnya seorang guru, untuk status yang di berikan ( Assigned status ) misalnya

orang tua.

Lain di kemukakan oleh pendapat Singgih dan Ny. Singgih ( 1991 : 185 )

yang mengartikan keluarga sebagai unit sosial yang paling kecil dalam

masyarakat. Peranan keluarga terhadap perkembangan sosial sangat besar, terlebih

pada awal perkembangan kepribadian selanjutnya. Sementara itu, menurut

pendapat F,J Brown yang di kutif oleh M.I Soelaeman ( 1994 : 6 ) keluarga dapat

di artikan dua macam yang di tinjau dari sudut pandang sosiologis yaitu dalam arti

yang luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah dan atau

keturunan, sedangkan dalam arti yang lebih sempit keluarga meliputi orang tua

dan anak-anaknya.

Pandangan Maciver dan Page yang di kutif oleh M.L.Soelaeman ( 1994 : 9

) menyebutkan lima ciri khas keluarga yaitu :

1. Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis ( pria dan wanita )

2. Di kukuhkan oleh suatu pernikahan

3. Adanya pengakuan terhadap keturunan ( anak ) yang di lahirkan

dalamhubungan tersebut.

Page 3: pendidikan anak

18

4. Adanya kehidupan ekonomis yang di selenggarakan bersama orang tua

dan anak- anaknya.

5. Diselenggarakan kehidupan berumah tangga

1. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga

Orang tua sebagai pemimpin dalam suatu keluarga dan orang tua

mempunyai tanggung jawab yang sangat besar yang harus di jalankan dengan

baik. Orang tua dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut di laksanakan

melalui berbagai fungsi M.I Soelaeman mengemukakan delapan fungsi keluarga

yang harus di lakukan oleh orang tua yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi Edukasi

Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga merupakan realisasi salah satu

tanggung jawab yang di pikul orang tua, dengan salah satu momen momen dari tri

pusat pendidikan, keluarga merupakan lingkngan pendidikan yang pertama dan

utama bagi anak dalam kedudukan ini wajarlah apabila kehidupan keluarga

sehari-hari. Pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi kehidupan keluarga

yang di hayati si terdidik sebagai iklim pendidikan yang mengundangnya untuk

melakukan perbutan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.

b. Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencangkup

pengembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi

Page 4: pendidikan anak

19

meliputi pula upaya membentunya dan mempersiapkannya menjadi anggota

masyarakat yang baik.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki

kedudukan sebagai penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma

sosial yang meliputi penerangan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dapat di

mengerti dan di tangkap makanya oleh anak selanjutnya pelaksanaan fungsi

sosialisasi anak itu memerlukan fasilitas, pola komunikasi serta iklim psikologis

yang memadai sesuai dengan tujuannya. ( M. I. Soelaeman 1994 : 89 ).

c. Fungsi Proteksi/ Fungsi Lindungan

Dengan perkataan lain fungsi ini melindungi anak dari

ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya, melindunginya

dari sergapan pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancamnya dari

lingkungan hidupnya, lebih-lebih dalam kehidupan dewasa ini yang serba

kompleks. ( M.I. Soelaeman 1994 : 92 ).

Mendidik pada hakekatnya bersifat melindungi yaitu melindungi anak dari

tindakan-tindakan yang tidak baik dari hidup yang menyimpang dari norma,

dengan kata lain fungsi ini melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul

dengan lingkungan pergaulannya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik.

d. Fungsi Afeksi

Page 5: pendidikan anak

20

Pada saat ini masih kecil perasaan memegang peranan yang sangat

penting, secara inisiatif dia bisa merasakan atau mencangkup suasana perasaan

orang tua saat berkomunikasi. Fungsi afeksi lebih banyak menggunakan suasana

kejiwaan dari orang tua.

e. Fungsi Religius

Keluarga terutama orang tua berkewajiban memperkenalkan, mengajak

serta memberikan pengertian sedini mungkin terhadap anak dan anggota keluarga

lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuanya bukan sekedar untuk mengetahui

kaidah-kaidah agama, melainkan agar anak memiliki keyakinan yang kuat untuk

menjadi insan beragama.

Menurut M.I Soelaeman (1994 : 100 ) ada aspek usaha-usaha yang dapat

di laksanakan dalam keluarga yaitu :

1. Aspek Fisik

Yamg berupa penyediaan lingkungan fisik yang mengandung nilai-nilai

dan ciri-ciri keagamaan seperti penyediaan fasilitas untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan, gerak dan prilaku yang

mengandung nilai religius baik berupa ritual ibadah yang dapat di lihat

seperti shalat, berdoa dll.

2. Aspek Psikologi

Emosional yang dapat mengugah rasa keagaman seperti : kesungguha

dan kekhususan dalam melaksanakan ibadah.

3. Aspek Sosial

Page 6: pendidikan anak

21

Berupa hubungan sosial antara anggota keluarga serta antara keluarga

yang satu dengan keluarga yang lain seperti : hubungan dengan

lembaga-lembaga keagamaan yang di landasi ataupun di warnai

kehidupan keagamaan.

f. Fungsi Ekonomis

Dalam kaitannya dengan fungsi ekonomi keluarga kiranya patut kita bina

pengertian kesadaran dan sikap anak dan seluruh anggota terhadap uang dan harta

kekayaan pada umumnya yaitu uang dan harta itu sekedar alat yang dapat kita

manfaatkan bagi kesejahtraan hidup. Maka pengertian-pengertian sikap yang tepat

terhadap materi di sertai solidaritas serta pertanggungjawaban bersama di antara

sesama anggota keluarga kiranya dapat membantu pelaksanaan fungsi ekonomi

keluarga dengan tepat dan wajar. Serta fungsi ekonomi keluarga meliputi :

pencairan nafkah, perencanaannya serta pembelajaran dan pemanfaatannya.

g. Fungsi Rekreasi

Fungsi reaksi di artikan sebagai pemberian sebagai pemberian rasa aman

dan nyaman yaitu suasana yang tenang, damai, jauh dari ketegangan bathin, segar

dan santai yan dapat di rasakan oleh anggota keluarga.

Fungsi reaksi dalam keluarga sangatlah penting untuk di laksanakan. Hal

ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh M.I. Soelaeman ( 1994 : 110-111 )

yaitu bahwa :

1). Reaksi itu kemungkinan untuk menggugah keseimbangan kepribadian

anggota keluarga

Page 7: pendidikan anak

22

2). Reaksi itu dapat menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi

ketenganhan-ketengahan yang mungkin timbul dalam keadaaan lelah

karena kesibukan tugas sehari-hari, maka reaksi dapat di pandang

sebagai selingan yang sehat yang dapat mengembalikan kita kepada

keseimbangan kepribadian itu.

3). Rasa nyaman dan santaiyang di timbulkan reaksi itu mempermudah

lahir dan langsung mengerti, memperkokoh kerukunan dan solidaritas

serta saling memperhatikan kepentingan masing-masing.

4). Rasa nyaman dan betah dalam keluarga dapat menimbulkan pula rasa

tentram dan damai serta kasih sayang kepada kelurga yang

menimbulkan dan merealisasikan keinginan untuk memelihara

bersama, kerjasama dan tanggung jawab bersama.

5). Menghormati serta memperhatikan kepentngan masing-masing artinya

dalam menghadapi suatu perkara mereka itu tidak hanya melihat hal

tersebut dari sudut pandang sendiri untuk kepentingan sendiri

melainkan juga dari sudut pandang pihak lain serta mengkaitkannya

dengan kepentingan pihak lain.

h. Fungsi Biologis

Dalam kehidupannya manusia memiliki berbgai kebutuhan, salah satunya

yang cukup vital adalah kebutuhan biologis.

Page 8: pendidikan anak

23

Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan biologis antara anggota keluarga di antara kebutuhan biologis ini

adalah kebutuhan akan keterlindngan fisik guna melangsungkan kehidupannya,

keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa rasa lapar, haus, kedinginan,

kepanasan, kelelahan, bahkan juga kenyamanan dan kesegaran fisik termasuk

juga kebutuhan biologis ialah kebutuhan seksual.

B. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Moral Anak

1. Pendidikan Moral Anak Sebagai Generasi Muda

Istilah generasi muda di Indonesia tidak selalu di artikan sebagai golongan

individu tertentu dalam masyarakat Indonesia yang usianya masih muda. Tidak

sedikit orang yang berusia tua mengikuti organisasi sedangkan mereka amsih

muda tidak mengikuti organisasi sama sekali.

Terdapat berbagai pendapat mengenai konsep generasi muda itu sendiri

yang tentunya masing-masing memiliki kekhususan meskipun masih belum dapat

di sepakati dengan jelas. Lebih lanjut kita dapat mengkaji deviinisi generasi muda

yang di uraikan dalam pengembangan moral gnerasi muda yang di kemukakan

oleh Mahmud tentang urusan pemuda di Jakarta pada tahun 1982 ( Simanjuntak

dan Pasaribu, 1990 : 84-85 ) bahwa :

“Generasi muda dalam pengertian umum adalah golongan manusia berusia

muda, yang dapat di pergunakan sebagai pegangan dalam pembinaan dan

pengembangan anak-anak pada khususnya dan generasi muda pada

umumnya“.

1.1. Pengertian Moral

Page 9: pendidikan anak

24

Moral bersal dari bahasa latin dari kata Mores yang artinya tata cara,

kebiasaan, adat istiadat ( Hurlock, 1994 : 74 ). Dengan kata lain menurut

Sumarsono Mestopo ( 1984 : 48 ) Mores berarti kaidah tentang perbuatan dan

sikap manusia yang baik dan benar.

Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia

jadi bkan mengenal baik buruknya begitu saja. Tentang moralitas, ( Suggih

Gunarso 1998 : 36 ) menyebutkan moralitas dapat di artikan sebagai nilai dan

moral dalam hubungan dengan kelompok.

Moral adalah sesuatu yang benar-benar ada dan tidak dapat di pungkiri.

Menurut W. Poeseoprodjo ( 1999 : 13 & 119 ) moralitas adalah kualitas dalam

perbutan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benaratau salah, baik

atau buruk, pendapat tersebut lebih di tegaskan oleh Soemarsono Mestoko ( 1981

: 3 ) yang mengungkapkan bahwa :

“ Pengertian moral berarti kesanggupan manusia memilih mana yang benar

dan mana yang salah karena itu manusia dapat memilih dan menentukan

sikap dan tingkah laku mana yang baik dan yang buruk serta mana yang

benar dan yang salah dalam pembentukan watak pribadi seseorang “.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat ( 1985 : 63 ) mengartikan prilaku

moral adalah kelakuan yang sesuai dengan nilai- nilai masyarakat, yang timbul

dari hati dan bukan merupakan paksaan dari luar yang di sertai pula oleh rasa

tanggung jawab atas kelakuan ( tindakan ) tersebut. Tindakan tersebut haruslah

mendahulukan kepentingan umum bukan kepentingan pribadi.

Page 10: pendidikan anak

25

Masalah moral di nyatakan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa

moral adalah suatu tentang baik buruk, benar salah, ( Purwadarminta, 1984 : 204 )

dan menurut asal usul kata kata moral berasal dari kata mos atau moris ( Bahasa

Latin ) yang berarti adat istiadat, kebiasaan atau tata cara kehidupan ( Singgih.D.

Gunarsa, 1986 : 46 ).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa moral berkaitan dengan

tindakan atau perbuatan manusia sebagai individu, di mana ia di tuntut untuk

dapat menilai dan memilih mana yang baik dan yang buruk,atau mana yang benar

dan yang salah.

Moral sebagai segala hal yang di anutkan, di yakini atau di lakukan oleh

masyarakat dan setiap orang yang terikat di dalamnya untuk menerima dan

menganutnya. Serta melaksanakan dan juga di dasarkan atas tanggung jawab yang

tinggi terhadap setiap apa yang di lakukannya.

Menurut Franz Magnis Suseno ( 1987 : 14 ) bahwa moral adalah ajaran,

wejangan, khotbah-khotbah , patokan – patokan, kumpulan peraturan dan

ketetapan entah lisan ataupun tertulis tentang bagaimna manusia harus hidup dan

bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.

Dalam kehidupan sehari-hari istilah moral seringkali di samakan dengan

istilah etika sehingga kadang-kadang seseorang membicarakan etika padahal

merupakan moral dan sebaliknya membicarakan moral sesungguhnya

membicarakan etika. Sebagai ukuran untuk membedakan hal tersebut Achmad

Charris Zubair ( tanpa tahun : 13 )mengenkakan bahwa :

”Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaiansehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral ( moris ) di pakai untuk perbuatan yang sedang di

Page 11: pendidikan anak

26

nilai sedangkan etika di pakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Moral ini dalam bahasa arab di kenal dengan istilah ahlak”.

Sedangkan Franz Magnis Suseno ( 1987 : 14 ) mengenai hal tersebut pula

menjelaskan bahwa :

”Etika adalah sebuah ilmu bukan etika sebuah ajaran. Yang mengajarkan bagaimana kita harus hidup bukan etika melainkan moral. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu dan berusaha untuk mengerti mengapa dan atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma tertentu. Dalam hal ini etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh kita lakukan dan yang tidak boleh kita lakukan”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa moral memiliki

istilah yang berbeda –beda tetapi mempunyai pengertian dan maksud yang relatif

sama yakni merupakan sustu ukuran bagi prilaku atau tindakan manusia serta

memberi arah bagi manusia untuk memilih perbuatan mana yang baik dan buruk

untuk di lakukan. Benar dan salah serta merupakan kaidah yang harus di taati oleh

manusia dalam hidupnya. Dengan pengertian tersebut maka dapat di kemukkan

bahwa prilaku yang bermoral adalah prilaku yang sesuai dengan ketentuan dan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Penjelasan ini sesuai dengan pendapat

Yulia Singgih D. Gunarsa ( 2012 : 69 ) yang mengemukakan bahwa “ prilaku

bermoral terdiri dari kumpulan tingkah laku seseorang yang di lakukan sesuai

dengan peraturan-peraturan yang di amalkan dalam suatu suasana atau keadaan

sosial tertentu.”

Moral seseorang tidak lahir, tumbuh dan berkembang dengan begitu saja

akan tetapi perkembangan moral seorang anak banyak di pengaruhi oleh

lingkungannya. Anak memperoleh nilai moral dari lingkungannya, terutama dari

Page 12: pendidikan anak

27

orang tuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berprilaku sesuai dengan

nilai-nilai tersebut.

a. Perkembangan Moral Anak

sebelum penulis menjelaskan mengenai perkembanga moral anak, terlebih

dahulu perlu dikemukakan tentang perkembangan anak itu sendiri. Menurut A.

Subino Hadisubroto (1992:72) perkembangan anak dapat menjadi enam periode

yaitu:

1. Periode Pertama 0-3 Tahun

Pada periode ini dijelaskan bagaimana seorang anak memulai

perkembangan fisik secara penuh. Anak yang dilahirkan dari keluarga

yang berkecukupan tentunya perkembangan fisiknya akan berjslsn

dengan baik karena ditunjsng dengan makanan yang lebih bergizi.

Sedangkan mereka yang kondisinya dibawah rata-rata cenderung tidak

bisa memenuhi gizinya dengan baik.

2. periode kedua umur 3-6 tahun

pada masa ini perkembangan yang paling dominan adalah

perkembangan bahasanya. Oleh karena itu segala anak akan bertanya

tentang segala macam hal. Terkadang apa yang ditanyakan membuat

orang tua kesulitan untuk menjawabnya.

3. periode ketiga, umur 6-9 tahun.

Periode ini terjadi masa mencontoh, dimana pada masa ini seorang anak

akan selalu mencontoh perbuatan orangtuanya sehari-hari. Oleh karena

itu, pada masa inilah waktu yang sangat baik untuk menanamkan

Page 13: pendidikan anak

28

contoh-contoh teladan prilaku yang baik, misalnya, kita berikan teladan

sholat yang ditegakan tepat pada waktunya.

4. periode keempat,umur 9-12 tahun.

Pada periode ini disebut juga sebagai tahap individualisasi. Dimana

seorang anak pada usia ini sudah timbul back ide dan sudah timbul

pemberontakan, dalam arti menentang apa yang tadinya dipercayai

sebagai nilai atau morma.

5. periode kelima, umur 12-15 tahun.

Pada masa ini disebut juga sebagai masa penyesuaian diri secara sosial.

Disini sudah mulai terjadi pematangan dan sudah menyadari adanya

lawan jenis.

6. periode keenam, umur 15-18 tahun

pada periode ini sering disebut sebagai masa penentuan hidup. Dimana

seorang anak mulai menentukan jalan hidupnya, bagaimana dia dan

mau apa dia nantinya. Pada masa ini, ternyata yang banyak menentukan

adalah orang tuanya sendiri.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perkembangan anak dibagi kedalam enam periode. Dimana masing-masing

periode mempunyai ciri-ciri atau tanda-tanda tertentu. Pada periode pertama yang

menonjol adalah terjadinya perkembangan fisiknya. Periode kedua yang dominan

adalah perkembangan bahasanya. Periode ketiga disebut juga sebagai masa

mencontoh. Periode keempat adalah tahap individualisasi. Periode kelima yang

Page 14: pendidikan anak

29

domonan adalah penyesuaian diri secara sosial. Sedangkan pada periode keenam

disebut dengan masa penentuan hidup.

F.J Monk’s dkk ( 1982 : 196 ) mengutif Kohlber ( dalam Lerner dan

Spanier, 1980 ) membegi perkembangan moralitas menjadi 3 yang masing-masing

dibagi menjadi 2 stadium hingga keseluruhannya menjadi 6 stadium, yakni

sebagai berikut :

Tahapan I Penalaran moral yang pra-konvensional

Pada tahap ini anak mengenal baik-buruk, benar-salah suatu perbuatan,

dari sudut konsekuensi ( dampak/akibat ) seorang anak dapat menilai suatu

perbuatan di nilai benar bila tidak di hukum, dan suatu tingkah laku di nilai salah

bila di hukum serta seorang anak berbuat baik karena mengharapkan hadiah.

Tahapan II Penalaran moral konvensional

Pada tingkat ini anak memandang perbuatan itu baik atau berharga bagi

dirinya apabila dapat memenuhi harapan/persetujuan keluarga, kelompok, atau

bangsa. Di sini seorang anak menilai suatu perbuatan itu baik bila ia dapat

menyenangkan orang lain serta bila ia dapat di pandang sebagai anak wanita atau

anak laki-laki yang baik, yaitu bila ia dapat berbuat seperti apa yang di harapkan

oleh orang lain atau oleh masyarakat. Dan seorang anak melihat aturan sosial yang

ada sebagai sesuatu yang harus di jaga dan di lestarikan.

Tahapan III Penalaran moral yang post konvensional

Pada tingkatan ini seorang anak memandang bahwa aturan-aturan yang

ada dalam masyarakat tidak absolut tetapi relatif dapat di ganti serta seorang anak

memahami bahwa peraturan yang ada dalam masyarakat perjanjian antara diri

Page 15: pendidikan anak

30

orang dan masyarakat. Individu harus memenuhi kewajiban-kewajibannya, tetapi

sebaliknya masyarakat juga harus menjamin kesejahteraan individu.

Pada tingkatan ini juga ada usaha individu untuk mengartikan nilai-nilai

atau prinsip-prinsip moral yang dapat di terapkan atau di laksanakan terlepas dari

otoritas kelompok, pendukung atau orang yang memegang prinsip-prinsip moral

tersebut. Kohlberg menyebut prinsip ini sebagai prinsip moral yang universal,

suatu norma moral yang pada dasarnya ada dalam konsiensa orangnya sendiri.

Berdasarkan kutipan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat

perkembangan moral anak dibagi kedalam tahapan-tahapan yang berbeda. Pada

tahapan pertama seorang anak akan menurut untuk menghindari hukuman dan

untuk memperoleh hadiah. Pada tahapan kedua seorang anak bersikap

konformistis untuk menghindari celaan dan untuk disenangi orang lain, serta anak

bersikap konformistis untuk mempertahankan sistem peraturan sosial yang ada

dalam kehidupan bersama. Pada tahapan ketiga seorang anak bersikap

konformistis karena memenuhi perjanjian bersama yang ada dalam peraturan

sosial serta tidak melakukan konformistis, karena perintah atau norma dari luar,

melainkan karena keyakinan sendiri untuk melakakukannya.

2.2 Pengertian prilaku moral

a. Pengertian Prilaku

Kamus besar bahasa Indonesia mendevinisikan prilaku sebagai tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan sedangkan menurut

Singgih D. Gunarsa ( 2012 : 1 ) prilaku di artikan sebagai :

Page 16: pendidikan anak

31

Hasil interaksi artinya dirinya dengan lingkungannya yang harus di

pelajari dalam hubungan dengan lingkungan sehinga prilaku itu merupakan aksi

dan reaksi terhadap rangsangan lingkungan ( segala sesuatu yang bisa merangsang

individu ) sehingga menimbulkan suatu tingkah laku yang terdiri dari kumpulan

respons meliputi segala hal yang di dalam dan di luar dirinya menyangkut fisik

maupun sosial.

b. Metode Pendidikan Moral Anak

Pembentukan moral anak yang baik tidak semudah seperti membalikan

telapak tanagan. Tentunya harus di terapkan beberapa metode pendidikan

terhadap anak yang cocok dan sesuai yang di harapkan.

Metode adalah cara yang telah di atur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai sesuatu maksud dan menurut Kamus Besar Bhasa Indonesia ( 1999 :

693 ) : metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan. Jadi jelas berdasarkan

pengertiannya metode adalah prosedur yang di susun secara teratur dan logis yang

di tuangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

Metode Penanaman Nilai-Nilai yang di ungkapkan oleh Abdullah Nashih

Ulwan 1-153 ) menjelaskan beberapa metode pendidikan yang berpengaruh

terhadap anak yaitu :

1. Pendidikan berdasarkan keteladanan

Metode pendidian dengan keteladanan dalam pendidikan merupakan

bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan

membentuk anak secara moral. Sebab seorang pendidik merupakan contoh ideal

Page 17: pendidikan anak

32

dalam pandangan anak, tingkah laku dan sopan sntun akan di tiru, di sadari atau

tidak bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik

dalam bentuk ucapan, perbutan, hal yang bersifat material, indrawi maupun

spiritual. Karena keteladanan merupkan faktor penentu baik buruknya anak didik.

Dengan demukian hendaklah para orang tua dan semua pendidik

mengetahui bahwa pendidikan dengan keteladanan merupakan tiang penyngga

dalam upaya meluruskan penyimpangan moral dan prilaku anak. Bahkan

keteladanan merupakan asas dalam meningkatkan kualitas anak menuju

kemuliaan, keutamaan dan tata cara masyarakat. Tanpa adanya keteladanan ini,

pendidikan, metode dan nasihat tidak akan berguna dan tidak akan berpengaruh

bagi anak.

2. Pendidikan Berdasarkan Adat Kebiasaan

Diantara masalah-masalah yang di akui dan di tetapkan dalam syariat

islam bahwa pada awal penciptaannya seorang anak itu dalam keadaan suci dan

bertauhid murni, beragama yang lurus dan beriman kepada Allah. Dari sinilah

peran pembiasaan, pengajaran, dan pendidikan dalam menumbuhkan dan

mengiring anak ke dalam tauhid murni, ahlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk

melakukan syariat yang lurus. Kemudian juga pendidik harus memberikan

contoh-contoh kebiasaan yang baik seperti mengajarkan anak tentang tata cara

sholat. Orang tua atau pendidik harus mengajarkan juga hukum halal dan haram

Page 18: pendidikan anak

33

karena seorang anak yang telah mengetahui hukum halal dan haram di harapkan

anak tersebut nantinya dapat mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi

larangannya. Dan selanjutnya orang tua atau pendidik harus mengajarkan kepada

anak untuk mencintai nabi mereka, mencintai keluarganya dan mencintai Al-

Quran sebagai petunjuk hidupnya. Dan kemudian mengajarkan kepada mereka

baca tulis Al-Quran sehingga mereka akrab dengan sepak terjang kepahlawanan,

dan jihad generasi pertama islam. Sehingga mereka terikat secara emosional

dengan sejarah islam, dan terikat dengan undang-undang dan sistem Al-Quran.

”Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakannsalah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya. Hal ini berangkat dari perhatian temu muka, memberi peringatan dan motivasi, serta berbagai petunjuk dan pengarahan. ( Abdullah Nashih Ulwan, 1992: 12 )”. 3. Pendidikan Melalui Nasihat

Salah satu metode pendidikan anak yang perlu di lakukan oleh orang tua

selain dari metode keteladanan dan kebiasaan adalah metode pendidikan anak

dengan nasihat. Sebab nasihat sangat berp[eran dalam menjelaskan kepada anak

tentang segala hakikat menghiasinya dengan moral yang mulia dan mengajarinya

tentang prinsip-prinsip islam. Dalam metode ini banyak di gunakan yaitu yang

terdapat dalam Al-Quran karena dengan metode ini akan memberikan nasihat

yang bisa menyentuh langsung ke dalam hati metodenya yaitu :

a. Seruan persuasif yang di iringi istinkar ( penolakan ) yaitu dengan

menggunakan gaya bahasa secara emosional sangat membekas pada

Page 19: pendidikan anak

34

jiwa. Ketika Al-Quarn berbicara pada hati dan akal manusia menurut

kadar perbedaan bentuk, jenis kelamin, stara sosial mereka melalui

lidah para Nabi dan da’i.

b. Gaya bahasa bercerita yang mengandung ibrah ( pelajaran ) dan

nasihat, cara ini yaitu di lakukan dengan bercerita tentang hal-hal yang

menarik terutama kisah-kisah Rasul dan dapat di sisipkan nasihat-

nasihat di dalamnya.

c. Pengarahan Al-Quran yang diiringi dengan pesan dan nasihat, dalam

Al-Quran penuh dengan ayat-ayat yan di iringi dengan pesan-pesan

dan nasihat agar pembaca memanfaatkan agama, dunia, dan akhirat

agar rohani, akal, dan fisiknya terbentuk sehimgga kelak akan menjadi

orang yang berguna.

Perlu juga di perhatikan bahwa memberikan nasihat itu tidak semudah

memberikan telapak tangan karena, kalau memberikan nasihat harus memang di

berikan contoh oleh pendidiknya, karena kalau tidak di lakukan oleh pendidiknya

maka nasihat itu tidak akan berbekas dalam jiwa anak.

4. Pendidikan Dengan Pengawasan

Maksud pendidikan yang di sertai pengawasan yaitu mendampingi anak

dalam upaya membentuk akidah dan moral, dan mengawasinya dalam

mempersiapkannya secara psikis dan sosial dan menanyakan secara terus menerus

tentang keadaan baik dalam hal pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya

5. Pendidikan Dengan Hukuman

Page 20: pendidikan anak

35

Pendidikan dengan hukuman maksudnya yaitu memberikan hukuman

apabila anak menyeleweng atau melakukan hal yang salah, akan tetapi tidak

semua hukuman dapat di terapkan kepada anak karena anak berbeda dengan orang

dewasa maka ada metode dalam islam dalam memberi sanksi terhadap anak :

a. Memperlakukan anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang,

maka seorang anak akan memasuki pembinaan awal yang

mendapatkan pengawasan dan kelembutan.

b. Memberi sanksi pada anak yang salah, tidak semua kesalahan di

berikan sanksi apabila memang betul-betul di butuhkan, karena tidak

semua anak memiliki respon yang sama, bahkan ada yang cukupdi

peringati.

c. Mengatasi dengan bertahap, dari yang paling ringan sampai pada yang

paling berat.

2.2 Warga Negara Yang baik

a. Pengertian warga negara yang baik

Warga negara yang baik yaitu terdiri dari kata warga, negara dan baik. Di

dalam kamus bahasa Indonesia kata warga berarti anggota ( perserikatan keluarga

dan sebagainya ). Negara berarti 1). Persekutuan bangsa di suatu daerah yang

tentu batas-batasnya yang di perintah dan di urus oleh badan pemerintah yang

teratur. 2). Daerah di lingkungan satu pemerintahan yang teratur baik berarti :

teratur, rapi dan berguna.

Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang

berdasarkan keturunan yang mempunyai kewajiban dan hak sebagai seorang

Page 21: pendidikan anak

36

warga negara dari negara itu. Sedangkan yang di maksud warga negara menurut

koernitmanto Soetaprowiro ( 1996 : 37 ) adalah :

”Orang-orang yang berdasarkan perundang-umdangan atau perjanjian atau juga peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia. Dengan demikian yang tetap di akui kewarganegaraan Indonesianya berdasarkan undang-undang no 62 / 1958 ini adalah mereka yang memperoleh status tersebut terutama berdasarkan undang-undang no 3 / 1946 dan PPPWN”.

Pengertian warga negara ini lebih di jelaskan lagi oleh Koerniatmanto

Soetaprowiro ( 1996 : 4 ) bahwa yang di maksud dengan kewarganegaraan negara

adalah segala jenis hubungan antara seseorang dan negara yang mengakibatkan

adanya kewajiban negara untuk melindungi orang yang bersangkutan.

Berdasarkan undang-umdang dasar 1945 pasal 26 yang di maksud warga

negara Indonesia adalah :

(1). Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli

dan orang-orang bangsa lain yang di syahkan dengan undang-undang

sebagai warga negara.

(2) Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang

bertempat tinggal di Indonesia. ( A-2 ).

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk di atur dalam Undang –

Undang

Berdasarkan uraian di atas, menurut pendapat penulis bahwa yang di

maksud dengan warga negara adalah peserta atau anggota dari suatu negara, atau

berarti pula anggota yang terikat dengan ketentuan – ketentuan suatu organisasi

Page 22: pendidikan anak

37

yang menurut undang – undang di tetapkan menjadi warga negara dengan

mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

b. Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Sudah sepantasnya di dalam kehidupan berbangsa dan brnegara segala

sesuatunya telah di atur oleh negara. Begitupun juga menyangkut dengan hal hak

dan kewajiban warga negara. Hal tersebut telah di atur dalam UUD 1945, di mulai

dari pasal 27 sampai dengan pasal 31. isi pasal – pasal itu adalah :

Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjumg hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

(2) Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara.

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya di tetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28 A

Page 23: pendidikan anak

38

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membengun masyarakat, bangsa dan

negaranya.

Pasal 28 D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaran.

Page 24: pendidikan anak

39

Pasal 28 E

(1) Setap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih temoat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28 G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas

rasa aman dan perlindungan dari ancaman kekuatan untuk berbuat atau tdak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suatu politik

dari negara lain.

Page 25: pendidikan anak

40

Pasal 28 H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtra lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh

kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan

(3) Setiap orang berhak ats jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik tersebut tidak boleh di ambil alih

secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

Pasal 28 I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak di siksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak di akui sebagai

pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar hkum

yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat di kurangi

dalam keadaan apa pun

(2) Setiap orang berhakbebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas

dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan

yang bersifat diskriminatif itu.

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional di hormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban.

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

Page 26: pendidikan anak

41

(5) Untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip

negara hukum yang demokratis maka pelaksanaan hak asasi manusia di

jamin, di atur, dan di tuangkan dalam peraturan perundang undangan.

Pasal 28 J

(1) Setiap orag wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang di tetapkan dengan undang-undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketrtiban umum

dalam suatu masyarakat demokratis.

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas ktuhnan Yang Maha Esa

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu.

Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahann

dan keamanan ngara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara di laksanakan melalui sistem

pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia

Page 27: pendidikan anak

42

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan

rakyat sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,

dan memelihara kebutuhan dan kedaulatan negara.

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,

melayani masyarakat, serta menegakan hukum.

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Nasional

Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan

kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya,

syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan

keamanan negara, serta hal – hal yang terkait dengan pertahanan dan

keamanan di atur dengan undang-undang.

Pasal 31

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan

wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan

undang-undang.

Page 28: pendidikan anak

43

(4) Negara memproitaskan anggaran pendidikan sekurang-kuragnya 20 % dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan sosial dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahtraan umat manusia.

(6)

b. Ciri-ciri Warga Negra Yang Baik

Inpres no : 12 tahun 1984 yang di kutif Ahmad Rayyan ( 2012 : 41 )

mengatakan bahwa ciri-ciri watak dan pribadi warga negara sebagai generasi

muda Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah :

a. Sadar akan hak dan kewajibannya serta tanggung jawab terhadap

kepentingan bangsa dan negara yang terutama di wujudkan dalam

keteladanan

b. Secara sadar taat pada hukum dan UUD 1945

c. Memiliki disiplin pribadi sosial dan nasional

d. Berpandangan jauh ke depan serta memiliki tekad perjuangan untuk

kehidupan yang lebih maju yang di dasarkan pada kemajuan objektif

bangsa

e. Secara sadar mendukung sistem kehidupan berbangsa dan bernrgara secara

demokratis

f. Aktif dan kreatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya

dalam pembagunan nasional

Page 29: pendidikan anak

44

g. Aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dengan kesadaran akan

keanekaragaman bangsa

h. Sadar akan pentingnya pemeliharaan lngkungan hidup dan alam secara

selaras, serasi dan seimbang.

i. Mampu melaksanakan penilaian terhadap gagasan, nilai secara umum

yang bersumber dari pancasila dan UUD 1945.

2.3 Tanggung Jawab Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Moral

Untuk Membentuk Warga Negara Yang Baik

1. mengarahkan Anak Agar Mempunyai Moral Yang Baik

Hidup di dunia ini tidak akan mendapatkan hasil yang di peroleh dengan

Cuma-Cuma, semuanya itu memerlukan usaha, dan juga harus di lakukan sekeras

mungkin dengan mengarahkan tenaga, pikiran, dan cucuran keringat. Apabila di

inginkan perkara yang di anggap baik seperti ingin mempunyai anak yang

bermoral dan bertingkah laku baik yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Anak adalaha anugrah yang di berikan Allah kepada kita selaku orang tua. Anak

memerlukan curahan perhatian, kasih sayang dari orang tua. Anak memerlukan

pemeriharaan dengan sebaik-baiknya. Bila pemeliharaan yang di berikan orang

tua baik, maka baik pula apa yang di contoh oleh anak dan apabila pemeliharaan

yang di lakukan orang tua buruk maka hasilnya akan buruk pula, maka dengan itu

orang tua sangat penting peranannya dalam kehidupan keluarga. Bahwa

pendidikan anak harus benar-benar di perhatikan oleh orang tua. Hal ini di

kemukakan oleh Ahmad Tafsir ( 1991 : 155 ) sebagai berikut :

Page 30: pendidikan anak

45

”Sehubungan dengan tugas serta tanggung jawab itu maka, ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai apa dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya”.

Orang tua harus benar-benar dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab sebagai orang tua terhadap anaknya agar anak tidak terjerumus ke dalam

jurang kehinaan. Lebih lanjut Ahmad Tafsir ( 1991 : 155 ) menjelaskan :

Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang

secara maksimal. Maka seluruhnya itu meliputi seluruh aspek perkembangan

anaknya, yaitu jasmani, akal dan rohani.

Berdasarkan sebuah ayat Al ’Quran Surat At- Tahrim ayat 6 yang artinya :

”Hai orang-orang yang beriman, perihalalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahnya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkannya ( Depag RI, 2012 : 448 )”.

Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa tanggung jawab orang

tua terhadap anaknya adalah menjaga dan siksa api neraka, dalam artian mendidik,

memelihara dan mengembangkan kemanusian anak agar menjadi manusia yang

sempurna sesuai dengan fitrahnya, maka kepadanyalah tercurah harapan keluarga

di kemudian hari. Oleh sebab itu tanggung jawab orang tua yang paling utama

adalah mengarahkan anak untuk mempunyai moral yang baik.

Pembahasan selanjutnya akan diarahkan bagaimana arah pembinaan yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anak. OIeh sebab itu, orang tua harus dapat

mengarahkan anak-anaknya, kemana dan apa yang ingin dicapai serta apa yang

perlu ditanamkan dalam pendidikan tersebut. Pendidikan/ pembinaan dalam

Page 31: pendidikan anak

46

lingkungan keluarga diarahkan pada pembentukan akhlak dan moral yang baik.

Hal ini dijelaskan oleh M. Athiyah Al-Abrasy (1987:104) bahwa:

Arah pembinaan anak adalah membentuk orang yang bermoral baik dan berakhlak

juga keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah

laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempuma, sopan dan beradab, ikhlas, jujur

dan suci. Jiwa dan pendidikan Islam adalah pendidikan moral dan akhlak.

Melihat kenyataan diatas pendidikan akhlak dan moral harus dilakukan

sejak kecil, sesual dengan umurnya. Apabila kalau disadari bahwa tiap anak yang

lahir belum mengerti mana yang benar dan mana salah serta belum tahu batas-

batas dan ketentuan moral yang berku dalam lingkungannya. Pendidikan akhlak

dan moral dilakukan dengan latihan terhadap tindakan yang dipandang balk

menurut ukuran

lingkungan dimana anak hidup. Dijelaskan oleh Muhamad Ali Quthb (1988:22)

bahwa yang diharapkan dad anak-anak adalah keluhuran ahlak dan terangkatnya

akal serta kepribadiannya.

Setelah anak terbiasa bertindak sesuai dengan yang dkehendaki aturan-

aturan moral dan kecerdasan juga kematangan berfikir telah terjadi, barulah

pengertian-pengertian yang abstrak deajarkannya. Iyah Al-Abrasy (1987:105)

menjelaskan bahwa suatu moral yang tinggi adalah tujuan utama mengerjakan

kepada anak-anak yang tidak diketahui mereka, tetapi lebih dari itu menanamkan

keutamaan, dan

biasakan bermoral tinggi, serta sopan santun yang islami, bertingkah yang balk

sehingga, hidup ini menjadi manusia yang seutuhnya.

Page 32: pendidikan anak

47

Disamping itu pendidikan Islam menghendaki setiap orang tua

yang mengihtiarkan cara-cara yang bermanfaat untuk pembentukan

adat istiadat yang baik, pendidikan ahlak, keagunan hati nurani mengarahkan

pembawaan-pembawaan di waktu kecil kejalan yang lurus, dan membiasakan

berbuat amal baik dan menghindari setiap kejahatan. Hal ini sebagaimana

dijelaskan oleh M.Athiyah Al-Abrasy (1987: 119) bahwa:

Pendidikan Islam mewajibkan kita selalu ingat bahwa kita tidak butuh ilmu

pengetahuan semata-mata tapi butuh lebih banyak akhlak dan kesopanan. Ilmu

cukup banyak, buku tidak terhitung, tetapi akhlak dan moral yang tinggi dewasa

ini jarang sekali terdapat. Moral yang tinggi inilah yang diserukan oleh para

pendidik Islam dan dituntut supaya ditanamkan di dalam jiwa anak-anak dalam

bidang pendidikan dimana saja, sehingga kita dapat melaksanakan risalah dan

misi islam sebaikbaiknya.

Oleh karena itu, setiap orang tua dalam upaya mendidik, hendaknya

dengan sungguh-sungguh memahami dan sekaligus memenuhi kebutuhan jiwa

anaknya sesempuma mungkin. Sehingga akhimya akan sampailah kepada suatu

keluarga yang sempurna dari segi moral dan akhlak yang diharapkan karena

problema kita bukan sekedar kebodohan, kemiskmnan, penyakit semata-mata,

tetapi problema kita ahklak dan moral yang baik. Dengan terbentuknya moral

yang baik maka apa yang diharapkan oleh negara membina warga negara yang

baik akan tercapai.