45
1 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CTL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA POKOK BAHASAN TEMPAT HIDUP MAKHLUK HIDUP SISWA KELAS II SLB-B YAAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 SKRIPSI Oleh : Susmiyati X.5107666 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

  • Upload
    vungoc

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CTL UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR IPA PADA POKOK BAHASAN TEMPAT HIDUP

MAKHLUK HIDUP SISWA KELAS II SLB-B YAAT KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

SKRIPSI

Oleh :

Susmiyati X.5107666

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 2: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya

yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap

individu. Setiap individu dituntut untuk terus belajar untuk menyesuaikan diri

sebaik-baiknya. Pada masyarakat terbuka setiap individu mempunyai kesempatan

yang sama untuk berkembang di segala aspek kehidupannya dan berkompetisi

untuk maju mengikuti kemajuan di luar dirinya, karena jika tidak memiliki

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai akan tertinggal. Jalan untuk menuju

kesana adalah dengan pendidikan, karena dengan pendidikan dapat dikembangkan

sumber daya manusia, sehingga setiap jenjang perlu ditingkatkan kualitas

lulusannya.

Dalam kaitannya dengan kepentingan untuk meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM), serangkaian proses pendidikan perlu terus

menerus diupayakan peningkatan kualitasnya untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Anak tuna rungu mempunyai hak yang sama untuk mengenyam

pendidikan dengan anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan UU No 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional khususnya pasal 5 ayat 1 yang berbunyi :

‘setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu’.

Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah

masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih

rendah. Rendahnya kualitas pendidikan ini terlihat dari capaian daya serap siswa

terhadap materi pelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan melalui

1

Page 3: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

3

pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Pendekatan ini mensyaratkan para

peserta didik untuk dapat belajar pada setiap tahapan hingga mencapai tahap

penguasaan tertinggi. (Radno Harsanto, 2007: 11).

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah menerapkan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di semua jenjang pendidikan. Sedangkan

baru-baru ini mulai dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Pada kedua kurikulum ini, tidak lagi menggunakan pendekatan yang

dalam pembelajarannya didominasi oleh guru (teacher centered), tetapi guru

lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek didik, sehingga kurikulum ini

menuntut diterapkannya penggunaan metode pembelajaran yang lebih berpusat

pada siswa (student centered). Dengan kurikulum ini, guru dituntut untuk

berperan sebagai seseorang yang merancang pembelajaran. Agar suasana dalam

kelas menjadi ‘hidup’, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih metode

maupun model pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya.

Dengan desentralisasi kurikulum terutama pada pengembangan silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didukung oleh manajemen berbasis

sekolah memungkinkan tiap-tiap sekolah untuk merancang dan mengembangkan

pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan

sekolah, dan kondisi daerah masing-masing. Hasil pengembangan tersebut akan

menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang akan diselenggarakan

pada sekolah masing-masing. Hal ini mengacu pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang dikeluarkan oleh badan standar nasional pendidikan

(BSNP). Pendidikan luar biasa untuk anak tuna rungu mempunyai dasar dan

tujuan yang tidak jauh berbeda dengan dasar dan tujuan pendidikan bagi anak

normal pada umumnya. Perbedaan yang ada disebabkan kondisi fisik anak tuna

rungu yang mengalami kelainan dalam pendengarannya. akibat kelainan dari

pendengaran dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasanya.

Seorang guru atau pendidik harus banyak mengoleksi alternatif metode

dalam pembelajaran. Guru akan memilih metode mana yang terbaik dipakai dalam

situasi yang tepat pada saat itu. Guru tidak hanya mengembangkan metode

Page 4: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

4

mengajar konvensional atau ceramah saja tetapi guru lebih banyak memakai

metode yang secara intensif menggali potensi anak didik.

Dengan prinsip acting freely (kemerdekaan bertindak) mengisyaratkan

guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan

potensi dan menggunakan kebebasan yang dimilikinya secara bertanggung jawab.

Dengan demikian guru diharapkan mampu menciptakan suasana kondusif.

Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap

materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak

memahaminya. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara

apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dipergunakan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep

akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan

sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk

dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan

masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup.

Siswa sekolah dasar luar biasa khususnya anak tuna rungu merupakan

anak yang miskin akan kosakata, dan kurang cakap dalam memikirkan yang

bersifat abstrak, dan sering terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Sehingga mereka memerlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik mereka.

Berdasarkan perolehan hasil belajar IPA dengan metode konvensiaonal /

ceramah biasa, mayoritas siswa memperoleh nilai yang kurang memuaskan. Dari

4 siswa, 3 anak mendapatkan nilai di bawah 6, dengan kata lain sebanyak 75 %

siswa belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran.

Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan tranfer

Page 5: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

5

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil (Nurhadi, 2002: 1).

Kontekstual juga mengarahkan pemikiran kita pada pengalaman. Ketika

gagasan-gagasan dialami, digunakan di dalam konteks, mereka akan memiliki

makna (Elaine B Johnson, 2009: 46).

Dalam Sosialisasi Pembelajaran Kontekstual Oleh Diknas: 2007,

dinyatakan bahwa : Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan

prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara

drastis pada saat; 1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi

(pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka

miliki atau mereka kuasai.

2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana

konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas.

3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative)

Meningkatnya minat dan prestasi siswa tersebut dicapai, karena guru

menggunakan suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran kontekstual.

• Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL

1. Kerjasama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan

4. Tidak membosankan

5. Belajar dengan bergairah

6. Pembelajaran terintegrasi

7. Menggunakan berbagai sumber

8. Siswa aktif

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul : Penerapan pembelajaran berbasis CTL untuk

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten pada

pokok bahasan tempat hidup makhluk hidup Tahun Pelajaran 2008 / 2009.

Page 6: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

6

B. Perumusan Permasalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah pembelajaran berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi belajar

IPA pada pokok bahasan tempat hidup makhluk hidup siswa kelas II SLB-B

YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009?

C. Tujuan penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah yang ada, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

Meningkatkan prestasi belajar IPA pada pokok bahasan tempat hidup

makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

a. Memberikan konsep secara nyata kepada siswa sesuai dengan keadaan

lingkungan sekitar.

b. Memudahkan proses belajar siswa, karena siswa melihat dan membangun

pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengamatan yang dilakukannya.

Page 7: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Rungu

a. Pengertian anak tuna rungu

Pada dasarnya anak tuna rungu merupakan anak yang tidak jauh

berbeda dengan anak normal, hanya saja mereka mempunyai keterbatasan

dalam pendengaran.

Definisi anak tuna rungu menurut Moores (1982: 6) dalam buku

Muljono Abdurrachman dan Sudjadi S (1995: 59) dijelaskan pengertian

mengenai orang yang tuli adalah sebagai berikut: “Orang dikatakan tuli jika

pendengarannya rusak, sampai pada syaraf tertentu (biasanya 70 dB atau

lebih) sehingga menghalangi pengertian terhadap suatu pembicaraan melalui

indra pendengaran, baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar (hearing

Aid)”.

Sedangkan menurut Heward dan Orlansky (1988) dalam buku

Muljono Abdurrachman dan Sudjadi S (1995: 60), dijelaskan bahwa :“Tuli

merupakan kerusakan sensori, akibatnya, suara atau bunyi tersebut tidak

mempunyai arti dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang tuli tidak dapat

menggunakan pendengarannya untuk mengerti pembicaraan, walaupun

sebagian suara dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar”.

Pengertian tersebut sekaligus menunjukkan adanya rentang

ketidakmampuan seseorang dalam menerima informasi melalui pendengaran,

dari yang mengalami ketidakmampuan taraf ringan hingga taraf berat (tuli

total). Di sini juga menunjukkan adanya klasifikasi penyandang tuna rungu,

yaitu yang tergolong kurang dengar dan tuli berat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak tuna rungu adalah

seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar, sehingga tidak mengerti

pembicaraan orang lain, tanpa menggunakan alat bantu dengar.

Page 8: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

8

b. Sebab-sebab ketunarunguan

Ketunarunguan tidak terjadi secara begitu saja, tetapi ketunarunguan

terjadi dengan adanya beberapa penyebab, diantaranya adalah sebgaimana

disebutkan oleh beberapa ahli berikut:

Menurut Brown, dikutib oleh Heward dan Orlansky (1998) dalam

buku Muljono Abdurahman dan Sudjadi S (1995: 71), dijelaskan penyebab

kerusakan pendengaran itu, antara lain:

1) Materna rubella (campak), pada waktu ibu mengandung muda, terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak.

2) Faktor keturunan, yang tampak dari adanya anggota keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran.

3) Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru dan sebagainya.

4) Meningtis (radang otak), sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.

5) Kecelakaan / trauma / penyakit. Jika seorang ibu yang sedang mengandung mengidap penyakit ini pada masa tiga bulan pertama kehamilannya, dia mungkin tidak akan merasa sakit sama sekali, tetapi penyakit tersebut dapat berdampak kepada bayi di dalam kandungannya melalui placenta, dengan akibat yang serius.

Menurut waktu terjadinya: 1) Sebelum lahir (prenatal)

Kondisi ibu yang terkena infeksi atau campak juga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak, terutama pada 3 bulan pertama usia kandungan. Sebab – sebab pada saat sebelum lahir ini, termasuk juga faktor darah.

2) Pada saat kelahiran (natal) Pada saat terjadi kecacatan seperti pada bagian luar telinga, gendang suara bagian tengah, dan perkembangan mekanisme saraf yang terhambat. Penurunan fungsi saraf yang dibawa, karena keturunan dapat terjadi pada saat anak lahir, atau terjadi segera sesudah anak lahir. Penyebabnya antara lain adalah tertekan oleh pinggul ibu atau akibat penggunaan alat yang meyebabkan pendarahan otak sehingga merusak sistem saraf, anoxia, dan lain-lain.

3) Pada saat sesudah kelahiran (post natal) Misalnya karena penyakit atau kecelakaan . apabila terjadinya pada tahun-tahun awal, yaitu sebelum anak berbahasa maka pelayanan pendidikan bagi anak ini sama seperti anak tuli sejak lahir.

6

Page 9: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

9

Sedangkan menurut Trybus (1985) dalam buku Dra. H.T. Sutjihati

Soemantri, PsyCIL (1996: 32), ada 6 penyebab ketunarunguan.

1) Keturunan 2) Penyakit campak dari ibu 3) Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran 4) Radang selaput otak (meningitis) 5) Otitis media (radang pada bagian telinga tengah) 6) Penyakit anak – anak, radang dan luka – luka.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan

bahwa penyebab ketunarunguan antara lain :

1) Keturunan

2) Penyakit campak waktu ibu mengandung

3) Komplikasi waktu dalam kandungan atau kelahiran

4) Meningitis

5) Penyakit dari anak tersebut atau karena kecelakaan.

c. Klasifikasi ketunarunguan

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi.

Klasifikasi anak tuna rungu menurut Andreas Dwijosumarto (1995:

29): dalam buku Dra. H.T. Sutjihati Soemantri, PsyCIL adalah sebagai

berikut:

1) 0 dB : menunjukkan pendengaran yang optimal 2) 0 - 26 dB : menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran

yang normal 3) 27 – 40 dB : menunjukkan mempunyai kesulitan mendengar bunyi –

bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara ( tergolong tuna rungu ringan)

4) 41 – 55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tuna rungu sedang)

5) 56 – 70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tuna rungu agak berat)

6) 71 – 90 dB : hanya mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa

Page 10: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

10

yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tuna rungu berat)

7) 91 dB ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli (berat sekali)

Adapun klasifikasi anak tuna rungu menurut Andreas

Dwidjosumarto (1991) dalam buku Dra. H. T Sutjihati Somantri, PsyCH

(1996:76), mengemukakan :

Tingkat I, Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.

Tingkat II, Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB penderitanya kandang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan bebahasa secara khusus.

Tingkat III, Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB, dan

Tingkat IV, Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB keatas.

Dari kedua pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

klasifikasi anak tuna rungu berdasarkan tingkatan gangguan pendengaran

yang dialami anak tuna rungu dapat dibagi menjadi:

1) Tuna rungu dengan tingkatan gangguan pendengaran Sangat Ringan.

2) Tuna rungu dengan tingkatan gangguan pendengaran Ringan.

3) Tuna rungu dengan tingkatan gangguan pendengaran Sedang.

4) Tuna rungu dengan tingkatan gangguan pendengaran Berat.

5) Tuna rungu dengan tingkatan gangguan pendengaran Sangat Berat.

d. Karakteristik anak tuna rungu

karakteristik anak tuna rungu bersifat komplek dan saling

mempengaruhi antara karakter satu dengan yang lainnya. Secara lahiriyah

penampilan anak tuna rungu tidak berbeda dengan anak normal. Namun bila

diperhatikan secara teliti, maka akan terlihat karakteristik tersendiri, yaitu:

1) Intelegensi

Page 11: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

11

Perkembangan intelegensi anak tuna rungu terhambat, yang disebabkan

oleh tidak dapatnya menyerap informasi secara penuh melalui indera

pendengaran. Sedangkan segala sesuatunya yang didengarkan merupakan

latihan berfikir, dan ini tidak terjadi pada anak tuna rungu, sehingga

prestasinya rendah. Prestasi rendah juga disebabkan oleh perkembangan

bahasa yang terlambat, sehingga kesulitan memahami bahasa. Padahal

kemampuan intelektual secara potensial anak tuna rungu umumnya sama

seperti yang normal pendengarannya, yaitu ada yang memiliki intelegensi

tinggi, rata – rata atau rendah.

Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan

intelektualnya yang rendah, tetapi umumnya disebabkan karena

intelegensinya. Tidak dapat kesempatan untuk berkembang secara

maksimal.

2) Perkembangan Bahasa dan Bicara

Kemampuan berbahasa dan bicara anak tuna rungu berbeda dengan anak

yang mendengar. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.

Kesulitan berbahasa adalah masalah pokok bagi anak tuna rungu, sehingga

memiliki prestasi ketinggalan bila dibandingkan dengan anak normal

seusianya. Bahasa merupakan alat untuk mengetahui makna kata, aturan

atau kaedah bahasa secara serta penerapannya. Sedangkan kemampuan

membaca, menulis, berbicara dan mendengar sebagai alat komunikasi

bahasa. Anak yang mendengar umumnya memperoleh kemampuan

berbahasa dengan sendirinya bila dibesarkan dalam lingkungan berbahasa

dan selanjutnya anak akan mengetahui makna kata atau aturan atau kaedah

bahasanya. Kalimat yang diungkapkan anak tuna rungu baik lisan maupun

tulisan adalah berbelit – belit, relatif kaku, kesatuan bahasanya kurang atau

tidak menunjukkan hubungan untuk mengikuti kesatuan yang lain dan

sedikit tumpang tindih. Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan

anak tuna rungu tertinggal bila dibandingkan anak mendengar, hal ini

disebabkan karena kurang atau tidak berfungsinya pendengaran. Sehingga

mereka hanya memiliki sedikit kosakata serta struktur kalimatnya sangat

Page 12: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

12

sederhana dan sulit difahami. Dengan melihat keterlambatan

perkembangan bahasa dan bicara anak tuna rungu yang tidak sesuai

kaedah tata bahasa. Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis yang setiap aspek akan mempengaruhi dan tidak terpisahkan.

Anak tuna rungu tidak dapat mendengar dengan bahasa yang baik, maka

kemampuan bahasanya kurang. Oleh karena itu perlu mendapat latihan

atau pendidikan.

Sedangkan menurut kurikulum pendidikan luar biasa tentang

pedoman pembimbingan di sekolah, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan dan Kebudayaan (1994: 51) karakteristik anak tuna rungu adalah

sebagai berikut:

1) Gangguan dalam segi bahasa bicara dan bahasa 2) Perbendaharaan bahasa terbatas 3) Konsep diri negative yang dapat berakibat rendah diri 4) Cenderung lebih suka berkelompok dengan tuna rungu 5) Penyesuaian sosial terhambat 6) Kepekaan dalam bidang music dan irama terganggu

Dari pendapat di atas, peneliti simpulkan bahwa karakteristik anak

tuna rungu meliputi segi intelegensi, segi bahasa dan bicara, segi emosional

dan sosial, segi pendidikan.

2. Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk

perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari

prestasi belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa selama

mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat digunakan sebagai

masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

menguasai materi yang diberikan.

Menurut Slameto (2003:93) ada lima kemampuan manusia yang

merupakan hasil dari belajar, yaitu :

a. Ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang

Page 13: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

13

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah

e. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional

yang dimiliki seseorang.

Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama.

Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar

individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain:

motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan

faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.

Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan

hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan

menggulirkan program Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada sekitar

tahun 2004 dimulai dari beberapa sekolah. Pelaksanaan KBK mengharuskan

semua guru untuk menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Dengan

sistem ini diharapkan penilaian tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan

kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor dan afektif. Hal ini selaras

dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas Nomor 012/U/2002 tanggal 28

Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas dan ujian meliputi aspek

atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir berkaitan dengan

ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal

perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan

karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut

merupakan hasil belajar.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi kemampuan menghafal, menerapkan, menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya (Depdiknas, 2003:1).

Page 14: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

14

2. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi dan nilai. Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk

diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini melibatkan perasaan

dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria

lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan target. Intensitas

menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat

dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu sebagian

orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.

Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang dengan

pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas

dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam

suatu skala yang kontinum.

Target mengacu pada objek, aktivitas atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, situasi sosial, atau pengajaran. Tiap unsur ini bila merupakan target dari kecemasan, Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003:5).

3. Ranah Psikomotorik

Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan

aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain

sebagainya. Aspek psikomotorik sering disebut juga dengan aspek keterampilan.

Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium, aspek

keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada keterampilan

dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat, keterampilan

kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Mulyati Arifin, 1995 :

197).

Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa /

praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai

teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan,

pengumpulan data, klasifikasi data, generalisasi data, meramalkan, dan

Page 15: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

15

menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah

menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan

terhadap aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang

dilakukan langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan

bekerja di laboratorium.

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih

terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah

menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi

belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak

mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang

mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Melalui landasan filosofis konstruktivisme, CTL diharapkan dapat menjadi

alternatif strategi belajar baru sehingga melalui strategi CTL siswa diharapkan

belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan

situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

Negara, dan tenaga kerja (U.S. Department of Education and the National School

to Work Office yang dikutip oleh Blanchard dalam Nurhadi, 2002:7). CTL

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontrukstivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat

belajar(Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya

(Authentic Assesment).

a. CTL ditinjau dari Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)

pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan

Page 16: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

16

tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide

bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi

kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik

mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

menkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses

belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apapun materi yang diajarkannya.

Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut:

1) Observasi (Observation)

2) Bertanya (Questioning)

3) Mengajukan dugaan (Hyphotesis)

4) Pengumpulan data (Data gathering)

5) Penyimpulan (Conclussion)

Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan

untuk memecahkan masalah tersebut.

Page 17: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

17

Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain:

1) Merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun)

2) Mengamati atau melakukan observasi

3) Menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya.

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien lain.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’.

Questioning (bertanya) merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing

dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu

menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna

untuk:

1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis

2) mengecek pemahaman siswa

3) membangkitkan respon kepada siswa

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan: antara

siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas

bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat

menimbulkan keinginan untuk bertanya.

Page 18: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

18

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru

belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya

“Bagaimana caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa,

menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah

membentuk masyarakat belajar (learning community)

Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan

antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar

kelas, semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan

selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang

pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang

cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan

segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi

bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas

atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke

kelas.

e. Permodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu

berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu,

dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.

Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi

contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan

sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar”

kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi

Page 19: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

19

merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru

diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang

dipelajari, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran

dan lain-lain.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan

siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami

proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan oleh guru

mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka guru bisa

segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses

pembelajaran, maka assesment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester)

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti

EBTA/EBTANAS), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak

terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment),

bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar

memang seharusnya ditekankan pada upaya membentuk siswa agar mampu

mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya

sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

Karena assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka data

yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada

saat melaksanakan proses pembelajaran bukan semata-mata hasil.

Menurut Nurhadi (2002: 9) Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah

yang ditempuh secara garis besarnya antara lain:

1) Mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

Page 20: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

20

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok)

5) Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Melakukan penilaian autentik

Dalam pengelolaannya metode CTL ini dilakukan dengan model daur

belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:

1) Kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali

pengetahuan awal siswa

2) Kegiatan inti (eksplanasi), guru membimbing siswa merumuskan masalah dan

hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan

menyimpulkan data

3) Pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui

kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar

4) Penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi

dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode pembelajaran CTL

memiliki kelebihan antara lain:

1) Meningkatkan akademik siswa

2) Siswa menjadi lebih aktif

3) Siswa praktik, bukan menghafal

4) Siswa dilatih untuk berfikir kritis

5) Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah

Disamping memiliki kelebihan, metode pembelajaran CTL juga

memiliki beberapa kekurangan yaitu:

1) Kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama

2) Keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu

sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok

3) Memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya

Page 21: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

21

4. Materi Tempat Hidup Makhluk Hidup

Lihatlah gambar di bawah ini!

Gambar 1. Tempat hidup makhluk hidup

Ikan dan angsa berenang di air

Katak duduk di daun teratai

Kelinci berkejaran di lapangan rumput

Burung bertengger di dahan

Hewan-hewan itu tampak senang

Teratai terlihat subur di air

Ada juga pohon besar di sekitarnya

Kelinci hidup di darat

Kelinci makan tumbuhan, misalnya wortel

dan kangkung

Kelinci mencari makanannya di darat

Kelinci membuat rumahnya di tanah

Kelinci tinggal di lubang tanah.

Page 22: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

22

Bebek hidup di darat

Bebek senang makan cacing

Bebek mencari cacing di tanah berair

Bebek sering berenang di air mencari makanan

Bebek tinggal di sarangnya di darat

Ikan hidup di air

Ikan mencari makanan di air

Ikan tinggal di air

Katak hidup di darat dan di air

Katak dapat mencari makanan di

darat

Katak dapat makan nyamuk

Katak dapat mencari makanan di air

Katak makan hewan kecil di air

Katak tinggal di darat, akan tetapi katak tidak dapat terus ada di darat

Kulit katak harus basah

Jika kulitnya mulai kering, katak segera melompat ke air

Lihatlah alam sekitarmu

Di halaman sekolah tumbuh rumput

Di kebun ada pohon pisang dan pohon mangga

Di taman tumbuh bunga mawar dan melati

Banyak sekali tumbuhan yang hidup di darat

Page 23: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

23

Dapatkah kamu menyebutkan nama-nama tumbuhan lain yang

hidup di darat?

Pernahkah kamu melihat teratai?

Teratai hidup di air tawar, misalnya danau

Teratai hidup di air tawar

Bentuk daun teratai bundar

Teratai berbunga indah

Daun dan bunga teratai muncul ke

permukaan air

Akar dan batang teratai ada di dalam air

Tahukah kamu tumbuhan enceng gondok?

Enceng gondok hidup di air tawar

Enceng gondok mudah tumbuh di rawa

Enceng gondok berbunga indah

Bunga, daun dan batang muncul ke

permukaan

Akar enceng gondok ada di dalam air

Di batang pohon besar itu ada tumbuhan lain

Namanya tumbuhan paku

Tumbuhan paku menempel pada pohon besar

Tumbuhan seperti ini banyak dijumpai di

hutan lebat

Anggrek juga dapat menempel pada pohon

lain

Tahukah kamu tumbuhan tali putri?

Bentuk tali putri seperti mi kuning

Tali putri hidup di tumbuhan lain

Tali putri mengambil makanan tumbuhan itu

Akibatnya tumbuhan itu menjadi tidak subur

Page 24: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

24

B. Kerangka Pemikiran

Dengan metode konvensional, siswa hanya mendapatkan pengetahuan

yang bersifat sementara, dengan kata lain prestasi belajar yang telah diberikan

guru belum tertanam secara mantap. Karena siswa hanya dijadikan sebagai obyek

belajar.

Karakteristik pembelajaran IPA seyogianya tidak hanya mengacu pada

hasil atau nilai kognitif saja, tetapi juga perlu mengacu pada bagaimana

pengetahuan itu didapat oleh siswa.

Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual ini, proses perolehan

pengetahuan oleh siswa juga diperhatikan, pelibatan indera siswa dalam proses

belajar lebih banyak. sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Hal ini akan lebih memperdalam kepahaman siswa, karena pelibatan siswa dalam

proses belajar lebih ditonjolkan. Siswa bukan lagi sebagai obyek belajar yang

hanya disuruh untuk menghafal, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek belajar

yang aktif membangun sendiri pengetahuannya, melakukan proses belajar dengan

aktif, tidak membosankan.

Dengan metode CTL diharapkan prestasi siswa meningkat. Adapun

skema kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Skema kerangka pemikiran

C. Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini, hipotesis yang peneliti ajukan adalah sebagai

berikut:

Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA pada pokok bahasan tempat hidup makhluk hidup siswa kelas

II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009.

Kondisi awal prestasi siswa

Pembelajaran dengan metode

CTL

Kondisi akhir prestasi siswa

Page 25: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas II SLB-B YAAT Klaten, pada bulan

Maret - Juni 2009.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten yang

berjumlah 4 siswa.

C. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data tentang

keadaan siswa yang meliputi aspek kualitatif, yaitu tentang perilaku siswa di

lingkungan pembelajaran, misalnya mengenai antusiasme siswa dalam

melaksanakan kegiatan belajar, keaktifan siswa dalam bertanya dan sebagainya.

sedangkan data kuantitatif tentang prestasi belajar IPA setelah penerapan model

pembelajaran IPA berbasis CTL.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi juga dapat disebut pengamatan terhadap obyek kajian

tertentu.

Menurut suharsimi Arikunto (2001: 75), observasi dilakukan dalam proses penelitian untuk memperoleh gambaran secara umum maupun khusus tentang anak tuna rungu serta pola penanganannya. Adapun fungsi pengamatan dalam penelitian kualitatif adalah: a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung. b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi dalam keadaan sebenarnya.

c. Mengecek kepercayaan dan penanganan langsung.

Page 26: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

26

d. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi rumit.

e. Dalam kasus-kasus tertentu, dimana teknik komunikasi lainnya yang tidak

memungkinkan pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Adapun yang ingin peneliti peroleh dalam melakukan observasi ini adalah:

a. Untuk memperoleh gambaran terhadap subyek penelitian, khususnya

mengenai gambaran perilaku anak dalam lingkungan.

b. Untuk memperoleh gambaran terhadap subyek penelitian, khususnya

mengenai respon mereka terhadap lingkungan.

c. Untuk memperoleh gambaran terhadap subyek penelitian, khususnya

mengenai sifat ketertarikan mereka untuk belajar dengan lingkungan.

2. Tes

Hasil tes dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana daya

serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru dengan

memperhatikan nilai yang diperoleh untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

E. Validitas Data

Trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu, yaitu observasi dan wawancara. Menurut Elliot

trianggulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang guru,

sudut pandang siswa dan sudut pandang yang melakukan pengawasan atau

observan (Rochiati, 2005:169). Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang

digunakan adalah trianggulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan

dengan mengumpulkan data tetap, menggunakan metode pengumpulan data yang

berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan

data melalui teknik arsip, observasi, dan tes prestasi.

Page 27: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

27

Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat

dilihat dalam gambar berikut ini:

F.

Gambar 3. Skema Pemeriksaan Validitas Data

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

komparatif, artinya membandingkan hasil belajar melalui metode CTL dari setiap

siklus.

Jika peningkatan hasil belajar siswa belum memenuhi target, peneliti

perlu melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya dengan mengatasi segala

hambatan dan kekurangan yang ditemukan pada siklus sebelumnya.

Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus pertama digunakan sebagai

dasar pelaksanaan pembelajaran pada siklus ke dua, agar terjadi peningkatan lebih

signifikan.

G. Indikator Kinerja.

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan indikator kinerjanya adalah :

75% siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam melaksanakan

penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.

Taggart yaitu model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral

refleksi diri yang dimulai dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting),

Data Observasi

Tes

Arsip

Sumber Data

Page 28: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

28

pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Kegiatan ini disebut dengan satu

siklus kegiatan pemecahan masalah (Suharsimi Arikunto dkk, 2001: 117).

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kali

pre test dan dua kali siklus. Dalam masing – masing siklus, terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

Adapun rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelasnya adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas Perencanaan Merencanakan pembuatan soal

Perenca

naan Pelaksanaan 1. Melaksanakan pre test

2. Mengevaluasi

Perencanaan I

1. Merencanakan pembelajaran IPA pokok bahasan

tempat hidup hewan

2. Merencanakan pembelajaran IPA pokok bahasan

tempat hidup tumbuhan

Tindakan I Pembelajaran menggunakan metode CTL

Pengamatan I

1. Melaksanakan pengamatan dengan memakai

format observasi

2. Menilai hasil tes siswa

Siklus

I

Refleksi I Melakukan evaluasi tindakan yang telah

dilaksanakan selama proses pembelajaran

Perencanaan II

1. Menyelesaikan masalah dan menambah

kekurangan yang ada pada siklus I

2. Pengembangan dan penyempurnaan pembelajaran

ada siklus II

Tindakan II Melaksanakan tindakan kelas ke II dengan metode

CTL

Pengamatan II Pengumpulan data tindakan ke II

Siklus

II

Refleksi II Evaluasi tindakan ke II

Page 29: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

29

Adapun prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Observasi II

Refleksi II

SIKLUS I

SIKLUS II

Observasi I

Permasalahan

Belum terselesaikan/

muncul masalah baru

Terselesaikan

Terselesaikan

Perencanaan Tindakan I

Page 30: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Kelas

Kegiatan belajar mengajar di kelas II SLB-B YAAT Klaten sebelum

diterapkannya metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning terlihat

pasif, karena guru hanya menyampaikan materi pelajaran secara klasikal,

meskipun diselingi dengan pertanyaan yang diajukan kepada murid. Sehingga

yang terjadi adalah suasana pembelajaran yang monoton, kurang variatif,

penyampaian materi yang terkesan searah sehingga mengakibatkan belum

optimalnya prestasi belajar yang didapat oleh anak didik. Hal ini dapat dilihat dari

prestasi hasil belajar siswa.

Dari empat siswa, semuanya mendapat nilai di bawah 6, artinya siswa

belum dapat dikatakan cukup menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Adapun daftar nilai selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Daftar nilai hasil ulangan siswa semester 1 No. Nama Nilai Keterangan

1. N D H 45 Kurang

2. H D S 50 Hampir cukup

3. N I 55 Hampir cukup

4. S L 45 Kurang

Berdasarkan nilai di atas, maka perlu adanya peningkatan kualitas hasil

belajar siswa, sehingga semua siswa dapat menyerap pelajaran, aktif dalam

pembelajaran, dan mendapatkan nilai yang optimal. Salah satu cara yang dapat

diusahakan antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran yang baru,

yaitu CTL. Dengan adanya pembelajaran CTL ini diharapkan siswa dapat aktif,

mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang mereka dapat dari pengamatan,

sehingga pengalaman belajar siswa ini dapat lebih terekam dalam memori (selalu

diingat), yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.

29

Page 31: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

31

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti telah merencanakan penelitian

hanya sampai pada siklus II saja, karena menyesuaikan terhadap alokasi waktu

yang telah ditetapkan oleh peneliti. Diharapkan dengan pelaksanaan dua siklus

tersebut siswa sudah mampu meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan target

yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga 75 %

siswa mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 60.

B. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap proses

pembelajaran dan prestasi siswa sebelumnya, serta konsultasi dengan kepala

sekolah dan guru lain, maka peneliti merencanakan untuk melaksanakan

pembelajaran kontekstual, yaitu pembelajaran yang sesuai untuk materi khususnya

IPA, karena dengan metode ini siswa dapat langsung melihat sendiri apa yang

sedang dipelajari, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, siswa

dapat termotivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar mereka. Pada tahap ini

peneliti menyusun beberapa perencanaan.

Pertama, menyiapkan bahan ajar yang akan digunakan. Misalnya buku –

buku penunjang sebagai referensi bagi guru dan tempat yang dapat digunakan

sebagai sumber belajar terkait dengan materi tempat hidup makhluk hidup.

Kedua, perencanaan pembuatan silabus mata pelajaran IPA, khususnya

pada sub materi pokok tempat hidup makhluk hidup.

Ketiga, peneliti membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan

metode Contextual Teaching and Learning.

Keempat, peneliti membuat lembar observasi mengenai kualitas proses

belajar mengajar di luar ruang kelas / di lingkungan sekitar yang memungkinkan

siswa untuk belajar dengan konsentrasi. Adapun indikator kualitas proses belajar

mengajar yang ada yaitu; keaktifan siswa dalam proses pengamatan terhadap

obyek belajar, keaktifan siswa dalam bertanya, dan konsentrasi siswa pada

pelajaran.

Page 32: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

32

Kelima, soal yang digunakan dalam instumen kognitif sengaja dibuat

bervariasi, yaitu ada yang berbentuk pilihan ganda, isian, dan melengkapi kolom

pertanyaan, sehingga dengan adanya variasi soal tersebut, dapat mengurangi

kejenuhan anak dalam mengerjakan soal.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), maka dapat penulis kemukakan bahwa langkah – langkah yang ditempuh

dalam melaksanakan tindakan siklus 1 ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Berdo’a

2) Guru memberikan pengantar tentang maksud pembelajaran kontekstual

kepada siswa, hal – hal apa saja yang akan dilakukan siswa selama proses

belajar mengajar. Dan sedikit memberikan contoh lembar kerja yang akan

diisi oleh siswa, berikut dengan tindak lanjut setelah pembelajaran selesai.

b. Kegiatan inti

1) Guru membimbing siswa untuk lebih memahami konsep materi tempat

hidup makhluk hidup dengan proses pembelajaran kontekstual yang

mendorong siswa untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan yang

didapat dari lingkungan sekitar.

Adapun teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut; siswa diberi lembar

kerja yang nantinya harus diisi oleh masing-masing siswa sebagai panduan

dalam mereka berinteraksi dengan sumber belajar yang baru, yaitu

lingkungan sekitar.

Dengan adanya lembar kerja tersebut, maka kegiatan belajar siswa akan

semakin terarah, walaupun seakan-akan mereka belajar dengan sendirinya.

2) Secara bergilir, guru membimbing siswa untuk mencermati, dan

menemukan pengetahuan – pengetahuan yang didapat oleh siswa dari

proses pengamatan terhadap sumber belajar di lingkungan terbuka, untuk

diisikan pada lembar kerja yang telah diberikan.

Page 33: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

33

c. Kegiatan akhir

Guru memberikan penjelasan tambahan terhadap konsep yang belum

sepenuhnya dipahami siswa (dari hasil pengamatan), dan memberikan pujian pada

siswa yang telah mengisi lembar kerja dengan lengkap.

3. Pengamatan

Pengamatan / observasi dilakukan oleh guru lain / teman sejawat, yaitu

Arini Wulansari, S.Pd pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalannya kegiatan belajar

mengajar, sekaligus mengetahui permasalahan – permasalahan yang muncul pada

saat proses pembelajaran berlangsung, baik permasalahan yang muncul dari siswa

ataupun dari guru, sehingga dapat digunakan untuk mencari solusi atas masalah –

masalah yang ada pada siklus berikutnya.

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dapat dilihat

pada table berikut:

Table 3. hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I No. Nama Keaktifan Konsentrasi Antusiasme Nilai /

Prestasi 1. N D H Kurang Cukup Cukup 50

2. H D S Kurang Cukup Cukup 55

3. N I Cukup Cukup Cukup 60

4. S L Kurang Kurang Cukup 50

Keterangan:

1. Keaktifan siswa meliputi:

a. Keaktifan dalam mendengarkan penjelasan guru.

b. Keaktifan dalam mengamati obyek pembelajaran.

c. Keaktifan dalam bertanya kepada guru.

d. Keaktifan dalam mengerjakan lembar jawab yang telah disediakan.

2. Konsentrasi, yang dimaskud adalah konsentrasi siswa pada saat

berlangsungnya proses belajar mengajar.

Page 34: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

34

3. Antusiasme, yang dimaksud adalah ketertarikan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Misalnya ketertarikan untuk mengamati lingkungan / sumber

belajar.

Apabila dibuat dalam bentuk tabel prestasi siswa adalah sebagai berikut:

50

55

60

50

44

46

48

50

52

54

56

58

60

Nilai

Nita Dwi H Henik DewiS

NurIstiqomah

SariLismawati

Nama Siswa

Nilai / Prestasi

Garfik 5. prestasi belajar siswa pada siklus I

Dari grafik di atas tampak bahwa hanya Nur Istiqomah yang mendapat

nilai 60 (nilai minimal target penelitian) sehingga masih ada 3 siswa lagi yang

perlu perhatian khusus agar nilai yang didapat pada siklus ke II dapat mencapai

kriteria ketuntasan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

40

45

50

55

60

65

70

Kat

ego

ri

Nita Dwi H Henik DewiS

NurIstiqomah

SariLismawati

Nama Siswa

Series1

Series2

Series3

keaktifan

konsentrasi

antusiasme

Grafik 6. keaktifan, konsentrasi, dan antusiasme siswa pada siklus I

C

K

B

kate

gori

Page 35: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

35

Pada saat diterapkannya metode pembelajaran kontekstual selama siklus

I ini, secara umum antusiasme siswa cukup ada, karena mereka merasa senang

dengan metode pembelajaran yang dilakukan di luar kelas seperti pada saat

penerapan metode pembelajaran kontekstual ini. Mereka cukup antusias dalam

melakukan pengamatan terhadap lingkungan khususnya tentang tempat hidup

makhluk hidup. Mereka terlihat betah dengan suasana belajar di luar ruangan.

Keadaan ini berbeda ketika dibandingkan dengan suasana pembelajaran di dalam

kelas secara penuh.

Meskipun demikian, ada satu siswa yang kurang berkonsentrasi pada saat

pembelajaran berlangsung, yaitu Sari Lismawati. Siswa ini terkadang melakukan

hal – hal di luar kegiatan yang bertujuan untuk belajar, misalnya bermain air atau

menulis di tanah. Adapun ketiga siswa yang lain, yaitu Nita, Henik, dan Istiqomah

sudah menunjukkan konsentrasi yang cukup pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Keaktifan siswa pada pelaksanaan siklus I ini belum terlihat, meskipun

ada satu anak yang cukup aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, yaitu Nur

Istiqomah. Keaktifan Istiqomah ini ditunjukkan dengan sesekali waktu bertanya

mengenai nama – nama hewan yang ia belum mengerti, misalnya jenis tertentu

dari serangga (wawung). Tetapi siswa ini cukup lengkap dalam mengisi lembar

jawab yang disediakan oleh guru. Lain halnya dengan ketiga siswa yang lain,

yaitu Nita, Henik dan Sari kurang menunjukkan keaktifannya. Mereka terkesan

pasif, sehingga lembar jawabnyapun kurang terisi lengkap.

Adapun nilai yang diperoleh dari keempat siswa tersebut, ternyata yang

memperoleh nilai cukup hanyalah Nur Istiqomah, sedangkan yang lainnya

mendapat nilai kurang dari cukup, yaitu nilai 50 untuk nita dan sari, dan nilai 55

untuk Henik. Nilai ini ternyata sejalan dengan sikap yang mereka tunjukkan pada

saat pembelajaran. Mereka yang pada saat pembelajaran aktif, konsentrasi, dan

antusias cenderung memperoleh nilai yang lebih besar.

Page 36: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

36

4. Refleksi Tindakan

Secara umum pelaksanaan tindakan 1 berjalan lancar. Meskipun

demikian, masih ada beberapa siswa yang belum melaksanakan kegiatan

pembelajaran secara optimal. Antara lain masih ada beberapa siswa yang kurang

aktif dalam mengamati sumber belajar, bertanya kepada guru, dan mendengarkan

penjelasan guru. Sehingga dengan adanya situasi yang belum kondusif ini

berdampak pada belum tercapainya indikator kinerja yang telah direncanakan,

yaitu sebesar 75 % siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60.

Diagram 7. pie ketuntasan siswa pada siklus I

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Sesuai dengan data yang telah didapat dari hasil pengamatan pada siklus

I, maka target yang belum tercapai pada siklus I akan berusaha untuk dicapai pada

siklus II ini.

Sebelum peneliti menyususn rencana pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada siklus II, peneliti juga meminta pendapat dari pengamat siklus

I, yaitu Arini Wulansari, S.Pd mengenai hal – hal apa saja yang perlu ditekankan

pada siklus ke II, sehingga target yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat

terwujud.

25%

75% belum tuntas

tuntas

Page 37: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

37

Adapun beberapa hal yang akan dibenahi dari pelaksanaan siklus I adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti akan mengadakan evaluasi labih lanjut terhadap jalannya proses

pembelajaran pada siklus I, khususnya mengenai penekanan pada anak untuk

lebih cermat dalam mengamati lingkungan sebagai sumber belajar.

2. Peneliti akan lebih memberikan penjelasan kepada siswa terhadap apa dan

bagaimana siswa belajar dengan metode kontekstual ini.

3. Peneliti akan memberikan motivasi kepada siswa untuk secepat dan setepat

mungkin dalam menyelesaikan lembar kegiatan siswa.

4. Peneliti akan membimbing siswa secara lebih intensif, khususnya terhadap

siswa yang mengalami kesulitan belajar.

5. Peneliti akan menyusun RPP yang dapat mendukung pelaksanaan proses

pembelajaran pada siklus II ini.

Dengan demikian diharapkan dengan disusunnya rencana pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II ini, target persentase ketuntasan sebesar 75% siswa

mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 60 dapat tercapai.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), maka dapat penulis kemukakan bahwa langkah – langkah yang ditempuh

dalam melaksanakan tindakan siklus II ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Berdo’a

2) Guru memberikan evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

kepada siswa, sehingga siswa lebih sadar mengenai bagaimana sikap yang

diperlukan pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode

kontekstual ini.

3) Guru memberikan beberapa contoh kesalahan yang dilakukan pada saat

siklus I, dan menyampaikan kepada siswa bagaimana yang seharusnya.

4) Guru juga memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam

mengikuti pembelajaran pada siklus II ini.

Page 38: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

38

b. Kegiatan inti

1) Guru membimbing siswa untuk lebih memahami konsep materi tempat

hidup makhluk hidup dengan proses pembelajaran kontekstual yang

mendorong siswa untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan yang

didapat dari lingkungan sekitar.

Adapun teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut; siswa diberi lembar

kerja yang nantinya harus diisi oleh masing-masing siswa sebagai panduan

dalam mereka berinteraksi dengan sumber belajar yang baru, yaitu

lingkungan sekitar.

Dengan adanya lembar kerja tersebut, maka kegiatan belajar siswa akan

semakin terarah, walaupun seakan-akan mereka belajar dengan sendirinya.

2) Secara bergilir, guru membimbing siswa untuk mencermati, dan

menemukan pengetahuan – pengetahuan yang didapat oleh siswa dari

proses pengamatan terhadap sumber belajar di lingkungan terbuka, untuk

diisikan pada lembar kerja yang telah diberikan.

c. Kegiatan akhir

Guru memberikan penjelasan tambahan terhadap konsep yang belum

sepenuhnya dipahami siswa (dari hasil pengamatan), dan memberikan pujian pada

siswa yang telah mengisi lembar kerja dengan lengkap.

3. Pengamatan

Pengamatan / observasi yang dilakukan pada siklus ke II ini masih

dilaksanakan oleh guru lain / teman sejawat, yaitu Arini Wulansari, S.Pd pada saat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Observasi ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui jalannya kegiatan belajar mengajar, sekaligus mengetahui

permasalahan – permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran

berlangsung, baik permasalahan yang muncul dari siswa ataupun dari guru.

Page 39: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

39

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dapat dilihat

pada table berikut:

Table 4. hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus II No. Nama Keaktifan Konsentrasi Antusiasme Nilai /

Prestasi 1. N D H Cukup Cukup Baik 60

2. H D S Baik Baik Baik 65

3. N I Baik Baik Baik 70

4. S L Kurang Cukup Cukup 60

Apabila dibuat dalam bentuk tabel prestasi siswa adalah sebagai berikut:

60

65

70

60

54

5658

60

6264

66

6870

nilai

Nita Dwi H Henik DewiS

NurIstiqomah

SariLismawati

nama siswa

Grafik 8. prestasi belajar siswa pada siklus II

Dari grafik prestasi di atas dapat dilihat, ternyata pada siklus ke dua ini

semua anak telah mencapai criteria ketuntasan penelitian yaitu 75% siswa

mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60.

Adapun grafik mengenai sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung

dapat dilihat pada tabel di bawah:

Page 40: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

40

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kategori

Nita Dwi H Henik DewiS

NurIstiqomah

SariLismawati

Nama Siswa

Keaktifan

Konsentrasi

Antusiasme

Garfik 9. keaktifan, konsentrasi, dan antusiasme siswa pada siklus II

Pada saat diterapkannya metode pembelajaran kontekstual selama siklus

II ini, secara umum antusiasme siswa sudah mengalami peningkatan, karena

mereka merasa senang dengan metode pembelajaran yang dilakukan di luar kelas

seperti pada saat penerapan metode pembelajaran kontekstual ini. Mereka cukup

antusias dalam melakukan pengamatan terhadap lingkungan khususnya tentang

tempat hidup makhluk hidup. Mereka terlihat betah dengan suasana belajar di luar

ruangan. Keadaan ini berbeda ketika dibandingkan dengan suasana pembelajaran

di dalam kelas secara penuh.

Demikian pula halnya dengan konsentrasi siswa, semua siswa terlihat

berkonsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan

sikap mereka yang terfokus pada obyek yang diamati. Meskipun demikian, ada

dua siswa yang konsentrasinya ‘cukup’, yaitu Sari Lismawati dan Nita Dwi. Hal

ini dikarenakan mereka berdua terkadang keasyikan dengan suatu obyek

pengamatan, sehingga sulit untuk beralih ke obyek pengamatan yang lain.

Keaktifan siswa pada pelaksanaan siklus II ini sudah mulai terlihat,

meskipun ada satu anak yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, yaitu Sari Lismawati, sedangkan ketiga siswa yang lain sudah

memiliki kecenderungan keaktifan yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan

keaktifan dalam bertanya kepada guru mengenai hewan tertentu yang belum

mereka ketahui, ataupun bertanya mengenai hewan yang ternyata memiliki tempat

hidup di dua tempat.

C

K

B

Page 41: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

41

4. Refleksi Tindakan

Pada siklus ke II ini, baik ditinjau dari proses pembelajaran maupun hasil

belajar siswa sudah cukup baik. Dilihat dari proses pembelajarannya, keaktifan,

konsentrasi, dan antusiasme siswa sudah menunjukkan kemajuan dari pada siklus

I. pada siklus ke II ini, hampir semua anak telah memiliki antusiasme dan

konsentrasi yang baik saat pemelajaran berlangsung. Hanya saja untuk keaktifan

siswa masih ada satu siswa yang kurang aktif, dikarenakan anak tersebut memang

cenderung untuk berlaku pasif.

Adapun peningkatan nilai siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat

pada grafik berikut:

Table 5. peningkatan prestasi belajar siswa sampai pada siklus II Nama Nilai pada siklus I Nilai pada siklus II Peningkatan (%)

N D H 50 60 20 %

H D S 55 65 18 %

N I 60 70 17 %

S L 50 60 20 %

Jika dilihat dari prestasi atau nilai yang didapat setelah siklus II ini, maka

indikator keberhasilan kinerja penelitian ini sudah mencapai target, yaitu 75%

siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60. Terlebih lagi Nur

Istiqomah, mampu mendapatkan nilai 70. Sehingga 100% siswa telah tuntas

dalam pembelajaran tempat hidup makhluk hidup, dengan metode kontekstual.

D. Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka PTK yang dilakukan

menunjukkan bahwa hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penerapan

metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas

II SLB-B YAAT Klaten terbukti benar.

Page 42: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

42

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua

bagian, yaitu, data tentang proses pembelajaan siswa dan hasil belajar siswa.

Adapun data tentang proses pembelajaran siswa secara keseluruhan dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Rekapitulasi keadaan siswa pada saat pembelajaran Keaktifan Konsentrasi Antusiasme

No. Nama Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1. N D H Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Baik

2. H D S Kurang Baik Cukup Baik Cukup Baik

3. N I Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik

4. S L Kurang Kurang Kurang Cukup Cukup Cukup

Sedangkan dari sisi pencapaian nilai siswa yang didapat dalam dua siklus

ini dibandingkan dengan kondisi awal adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Rekapitulasi nilai siswa sebelum dan sesudah diterapkannya CTL Nama Nilai pada

kondisi awal Nilai pada

siklus I Nilai pada siklus II

Peningkatan (%)

N D H 45 50 60 33 %

H D S 50 55 65 30 %

N I 55 60 70 27 %

S L 45 50 60 33 %

Rata - rata 49 54 64 28 %

Dari data hasil penelitian yang tertulis di atas dapat dikatakan bahwa dari

sisi proses pembelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan tempat hidup

makhluk hidup dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan antusiasme, konsentarsi, dan keaktifan siswa. Meningkatnya

antusiasme siswa dapat ditunjukkan dengan adanya ketertarikan siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Misalnya ketertarikan untuk mengamati lingkungan /

sumber belajar.

Page 43: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

43

Sedangkan meningkatnya keaktifan siswa dapat ditunjukkan dengan

beberapa hal, diantaranya:

a. Keaktifan dalam mendengarkan penjelasan guru.

b. Keaktifan dalam mengamati obyek pembelajaran.

c. Keaktifan dalam bertanya kepada guru.

d. Keaktifan dalam mengerjakan lembar jawab yang telah disediakan.

Dan peningkatan konsentrasi siswa dapat ditunjukkan dengan perhatian

siswa yang cukup terpusat pada apa yang disampaikan guru dan pada obyek

kajian pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Sedangkan dari sisi nilai atau hasil belajar siswa, rata – rata menunjukkan

peningkatan sebesar 28 % dibandingkan dengan nilai sebelum diterapkannya

metode pembelajaran kontekstual.

Page 44: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

44

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan selama

dua siklus pada mata pelajaran IPA, pokok bahasan tempat hidup makhluk

hidup dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual pada siswa

kelas II SLB-B YAAT Klaten, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi belajar IPA

pada pokok bahasan tempat hidup makhluk hidup siswa kelas II SLB-B

YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009.

B. Implikasi

Sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran siswa, khususnya

siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten, maka penelitian tindakan kelas yang

berjudul ‘penerapan pembelajaran berbasis CTL untuk meningkatkan prestasi

belajar IPA siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten pada pokok bahasan tempat

hidup makhluk hidup tahun pelajaran 2008 / 2009 mempunyai beberapa

implikasi sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan tempat

hidup makhluk hidup dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa,

dalam beberapa aspek, diantaranya antusiasme, keaktifan dan konsentrasi

siswa sehingga guru perlu mengembangkan metode pembelajaran tersebut.

2. Penerpan metode pembelajaran kontekstual perlu dikembangkan sesuai

dengan kondisi siswa dan lingkungan, sehingga penggunaannya dapat

lebih optimal.

C. Saran - saran

Sesuai dengan kesimpulan dan hasil penelitian, serta dalam rangka

ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru untuk meningkatkan prestasi

Page 45: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL untuk Meningkatkan... · makhluk hidup siswa kelas II SLB-B YAAT Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan

45

belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA, maka dapat disampaikan saran –

saran sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru yang mengajar mata pelajaran IPA, khususnya di kelas II

SLB-B YAAT Klaten, hendaknya menggunakan metode CTL, sehingga

akan mendukung peningkatan proses maupun hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa

a. Bagi siswa yang sudah berhasil mencapai prestasi yang baik,

hendaknya diberikan pengayaan atau pendalaman materi dengan tetap

menggunakan metode CTL.

b. Bagi siswa yang belum berhasil mencapai prestasi yang baik,

hendaknya dilakukan penyederhanaan konsep, namun tetap

menggunakan metode CTL