Upload
dinhphuc
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning Dengan Memanfaatkan Media
Video Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA
Studi Kasus di SMP Pangudi Luhur Salatiga
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun oleh :
Herkulanus Riki (702010099)
Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
ii
iii
iv
v
vi
vii
Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning Dengan Memanfaatkan
Media Video Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA Studi Kasus
di SMP Pangudi Luhur Salatiga
1)
Herkulanus Riki, 2)
Adriyanto Juliastomo Gundo
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
This study was undertaken to implement learning model contextual teaching and
learning by using video media which aims to improve students' motivation. The method used
was classroom action research. The instrument used in this study a sheet of observation and
documentation. The sample used in this study VIIIA grade students of SMP Pangudi Luhur
Salatiga with a total sample of 14 students. Based on the results of the study showed that
students' motivation to apply the learning contextual teaching and learning by using video
media over increased from learning that uses konvensioal previous models. This can be
evidenced by the differences in the percentage of students motivation in the first cycle and
the second cycle.
Keywords: Media Video, Contextual Learning Model of Teaching and Learning, classroom
action research, learning motivation
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran contextual teaching
and learningdengan memanfaatkanmedia video yang bertujuan meningkatkan motivasi
belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan dokumentasi. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini siswa kelas VIIIA SMP Pangudi Luhur Salatiga dengan total
sampel 14 siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi belajar siswa
yang menerapkan pembelajaran contextual teaching and learning dengan memanfaatkan
media video lebih meningkat dari pembelajaran yang menggunakan model konvensioal
sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan persentase motivasi belajar siswa
pada siklus I dan Siklus II.
Kata Kunci : Media Video, Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning,Penelitian Tindakan Kelas, Motivasi belajar 1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika
dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.2)
Staff Pengajar Fakultas
Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
1
1. Pendahuluan
Berhasilnya sebuah proses pembelajaran dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor
yang menunjang seperti; tenaga pendidik yang berkompeten, metode belajar yang variatif,
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, meningkatnya pemahaman, wawasan,
keterampilan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan meningkatnyamotivasi belajar siswa.
Banyak kendala/ Masalah yang dihadapi guru didalam proses pembelajaran saat melakukan
pengamatan di SMP Pangudi luhur Salatigaseperti halnya; siswa mudah bosan menerima
materi pelajaran, tidak ada gairah dan minat belajar, tidak bersemangat, terlihat pasif, malas
mengerjakan tugas-tugas, mudah menyerah dan terkesan masa bodoh dengan nilai-nilai
ulangan. Faktor yang menyebabkan masalah tersebut adalah metode pembelajaran yang tidak
variatif dan rendahnya motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan
adalah metode ceramah. Gaya belajar yang konvensional ini menjadikan pembelajaran hanya
berpusat pada guru dan terkesan monoton. Hal ini memicu suatu masalah yang dialami dalam
proses pembelajaran karena siswa lambat untuk memahami materi,sulit untuk menerapkan
materi, tidak dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bahkan tidak berminat
mengikuti pembelajaran. Kondisi ini diperkuat dengan adanya lembar hasil observasi berupa
kuesoiner yang bertujuan mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa kelas VIIIA.
Berdasarkan hasil lembar kuesoiner, menunjukkan dari 29 jumlahsiswa kelas VIIIA masih
ditemukan 14 siswa yang yang memiliki motivasi belajar rendah. Kasus ini menimbulkan
masalah bahwa penggunaan metode konvensional menyebabkan motivasi belajar siswa
rendah. solusi untuk mengatasi masalah ini adalah bagaimana menerapkan metode
pembelajaran Contextual teaching and learning dengan memanfaatkan media video untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIIA.
Rumusan Masalah : Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menerapkan metode pembelajaran
contextual teaching and learning dengan memanfaatkan media video?”
Tujuan Penelitian :Sesuai dengan rumusan masah yang diteliti, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah “Menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning
dengan memanfaatkan media video untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIIA.
Manfaat Penelitian :Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian ini diharapkan mampu
menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian tindakan kelas mengenai penerapan
pembelajaran Contextual Teaching and Learningdi SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Berdasarkan yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian tindakan kelas pada siswa
kelas VIIIA di SMP Pangudi Luhur dengan judul “Penerapan pembelajaran contextual
teaching and learning dengan memanfaatkan media video untuk meningkatkanmotivasi
belajar siswa Kelas VIIIA di SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester I Tahun Pelajaran
2014/2015”
2. Tinjauan Pustaka Penelitian Tasrif Rantenai yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar siswa pada
pelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching
Learning) dalam kurikulum berbasis kompetensi pada siswa XI IPS SMA Negeri 5 palu”.
Hasil penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis CTL dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dapat meningkatkan antusias belajar siswa, keterampilan guru dalam
pengembangan model berbasis CTL, serta pengalaman belajar siswa. [1]
Penelitian Eswantini yang berjudul, “Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar IPS materi sejarah melalui model matriks ingatan pada siswa kelas VIIsemester II di
SMP3 Sewon tahun ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitiannya yang menunjukkan
bahwa dengan menggunakan model matriks ingatan pada IPS materi sejarah di SMP 3 Sewon
2
mendapatkan perolehan motivasi rata-rata kelas VIIB pada siklus I sebelum tindakan adalah
sebesar 74,46 %, sedangkan motivasi setelah tindakan Iadalah sebesar 76,33 % . Pada siklus
II rata-rata motivasi siswa kelas VIIB sebelum tindakan adalah sebesar75,48 %, sedangkan
setelah tindakan adalah sebesar 76,42 %, dan pada siklus III rata-rata motivasi siswa kelas
VIIB sebelum tindakan adalah sebesar 75,60 %, sedangkan motivasi setelah tindakan adalah
sebesar 83,35 %. [2]
Persamaan penelitian ini sama sama menggunakan metode Pembelajaran contextual
teaching learning dan sama-sama meneliti motivasi maupun hasil belajar siswa. Sedangkan
perbedaaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu dapat dibedakan oleh
beberapa hal misalnya, masalah yang melatar belakangi penelitian, subjek penelitian, media
pembelajaran, materi pembelajaran, waktu dan tempat penelitian, dan tentunya hasil
penelitian yang diperoleh.
Pendapat Para Ahli Tentang Contextual Tecahing and Learning :
Menurut Sanjaya dalam Sukarto, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
meraka. [5]
Menurut Ahmad Sudrajad, pembelajaran berbasis contextual teaching learning (CTL)
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yaitu; Konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment),
Konstruktivisme (constructivism) adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasar pengalaman. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari
obyek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subyek yang menangkap
setiap objek yang diamatinya. Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu berasal
dari luar akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang. Karena itu pengetahuan terbentuk
oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
menginterprestasikan objek tersebut. Inkuiri (inquiry), artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukuan melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, membuat
kesimpulan. Penerapan asas inkuiri pada Contextual Teaching Learning (CTL) dimulai
dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa
untuk menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir
sistematis akan dapat menumbuhan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan
kreatifitas. Bertanya (questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapatberkembang. Dalam
pembelajaran model contextual teaching learning (CTL) guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan
jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya
sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih
produktif yaitu berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan pelajaran, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu yang didinginkan,
membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.Masyarakat Belajar
(learning community) didasarkan pada pendapat Vygotsky dalam Sugianto, bahwa
“pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain”.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain
untuk saling membutuhkan. Dalam model contextual teaching learning (CTL) hasil belajar
3
dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan
bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan dalam
kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatau yang
menjadi fokus pembelajaran. Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh, membaca berita,
membaca lafal bahasa, mengoperasikan instrument memerlukan cotoh agar siswa dapat
mengerjakan dengan benar. Dengan demikian modeling merupakan asas penting dalam
pembelajaran melalui Contextual Teaching Learning (CTL), karena melalui Contextual
Teaching Learning (CTL) siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang
bersifat teoritis-abstrak. Refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang
bernilai positif atau bernilai negatif. Melalui refleksi siswa akan dapat memperbaharui
pengetahuan yang telah dibentuknya serta menambah khazanah pengetahuannya. Penilaian
nyata(authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk
mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan
siswa baik intelektual, mental maupun psikomotorik.Pembelajaran CTL lebih menekankan
pada proses belajar daripada sekedar hasil belajar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa
mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir
periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan
bersama-sama secara terintegrasi atau tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran.[9]
Menurut Anonim, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran CTL, yaitu: Pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), Pembelajaran untuk memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge), Pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge), Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), Melakukan refleksi (reflecting knowledge). [10]
Perbedaan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Dengan Model
Pembelajaran Konvensional : Ahmad Sudrajad, mengemukakan empat belas perbedaan antara model pembelajaran CTL
dengan model pembelajaran konvensional, yaitu:
No Model Pembelajaran CTL Model Pembelajaran Konvensioanl
1 Menyandarkan pada pemahaman dan
makna
Menyandarkan pada hafalan
2 Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa
Pemilihan informasi lebih banyak
ditentukan oleh guru
3 Siswa terlihat aktif dalam setiap
proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima
informasi, khususnya dari guru
4 Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata / masalah yang
disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis. Tidak bersandar pada realitas
kehidupan
5 Selalu mengkaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa
Memberikan tumpukan informasi pada
siswa sampai saatnya diperlukan
6 Cenderung mengintegrasi beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang
4
bidang (disiplin) tertentu
7 Siswa menggunakan waktu
belajarnya untuk menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan proyek dan
pemecahan masalah (melalui kerja
kelompok)
Waktu belajar siswa sebagian besar
digunakan mengerjakan buku tugas,
mendegar ceramah, dan mengisi
latihan (kerja individual)
8 Perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri
Perilaku dibangun atas kebiasaan
9 Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan
10 Hadiah dari perilaku adalah
kepuasan diri yang bersifat subjekif
Hadiah atau perilaku baik adalah
pujian dan nilai rapor
11 Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena karena hal tersebut
merugikan
Siswa tidak melakukan hal buruk
karena takut hukuman
12 Perilaku baik berdasarkan motivasi
intrinsik
Perilaku baik bedasarkan motivasi
entrinsik
13 Pembelajaran terjadi diberbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran terjadi hanya dalam
ruang kelas
14 Hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik
Hasil belajar diukur melalui kegiatan
akademik dalam bentuk tes/ ujian
ulangan.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa perbedaan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan model pembelajaran
konvensional adalah peran siswa dalam pembelajaran pada pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) adalah sebagai pencari informasi sedangkan pada pembelajaran
konvensional siswa sebagai penerima informasi. [11]
Mengapa Memilih Contextual Teaching and Learning (CTL) :
Menurut Muslich, Pembelajaran CTL dianggap perlu dilaksanakan di dalam sebuah
sistem pendidikan karena sebagai besar siswa tidak mampu menghubungkan apa
yangdipelajari dengan bagiamana mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata. Hal
tersebut karena konsep akademik yang masih bersifat abstrak. Pembelajaran yang selama ini
mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dan sekian banyaknya topik
pembelajaran, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman yang mendalam yang bisa
diterapkan,ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya.Permasalahan
yang telah mengakar di dalam pendidikan tradisional, berupa pembelajaran yang hanya
menekankan pada kuantitas dan bukan pada kualitas. Para pengajar terlalu sibuk mengajar di
kelas sepanjang hari untuk mengejar materi dengan waktu yang terbatas, sehingga siswa tidak
punya waktu untuk bertanya, diskusi, mencari tahu, berfikir kritis atau terlibat dalam proyek
kerja nyata dan pemecahan masalah. Waktu siswa hanya dihabiskan untuk mengerjakan
tugas, menerima materi dan, menyelesaikan soal-soal latihan. Alih-alih mengikuti ujian yang
bisa mengungkapkan pemahaman siswa, mereka hanya mengikuti ujian yang mengukur
kemampuan siswa menghafal . [12]
Pembelajaran CTL mampu mengembalikan pembelajaran yang alamiah, dimana
siswa dapat menerapkan apa yang dia pelajari kedalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
kontekstual (CTL) dianggap berhasil karena sistem ini meminta siswa bertindak dengan cara
yang alami bagi manusia. Semua orang memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk
menemukan makna dalam kehidupan mereka. Ketika siswa menemukan makna di dalam
5
pelajaran mereka, mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka peajari. CTL membuat
siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek dengan konteks kehidupan keseharian
mereka untuk menemukan makna. Pemberian pengalaman-pengalaman baru yang
merangsang otak membuat hubungan-hubungan baru, dapat membantu mereka menemukan
makna baru. Jhonson [13]
Media Video :Menurut Azhar Arsyad, bahwa video merupakan gambar gambar dalam
frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan,
bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan
suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri.
Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep konsep yang
rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap. [14]
Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa video merupakan salah satu jenis media
audio-visual dan dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan
suara alamiah atau suara yang sesuai. Video menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau
memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
Motivasi :Menurut Sardiman, motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual.Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasasenang dan
semangat untuk belajar.Banyak peserta didik yang tidak berkembang dalam belajar karena
kurangnya motivasi yang dapat mendorong semangat peserta didik dalam belajar. Martinis,
juga berpendapat bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukankegiatan belajar dan menambah keterampilan, dan
pengalaman. [17]
Agus Suprijono, menjelaskan motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku.Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Indikator Motivasi Belajar : Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri
orang tersebut. Ciri-ciri orang termotivasi antara lain tidak mudah putus asa dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin
meningkat. Nana Sudjana, berpendapat motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara
lain : “Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, Semangat siswa untuk melakukan
tugas-tugas belajarnya, Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya,
Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, Rasa senang dan puas
dalam mengerjakan tugas yang diberikan”. [18]
Kerangka fikir : faktor utama hasil belajar pada siswa adalah rendahnya motivasi belajar
siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa terlihat dari siswa yang merasa bosan ketika
menerima materi pelajaran, pasif, dan tidak fokus pada pembelajaran. Membantu siswa dalam
meningkatkan motivasi belajar secara positif, berarti membantu meningkatkan rasa
tanggungjawab, kemandirian, dan kemampuan untuk mengembangkan diri secara positif.
Penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam berbagai cara yang kreatif,
guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar.
6
3. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas jenis kualitatif untuk menentukan cara
mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil penemuan tersebut.
Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial misalnya
wawancara mendalam sehingga ditemukan pola-pola yang jelas. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan kelas jenis kualitatif dengan deskriptif, yaitu penelitian yang
memberi gambaran secara cermat mengenai individu dan kelompok tertentu dengan keadaan
dan gejala yang terjadi, Koentjaraningrat.[19]
Data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu mengenai perkembangan motivasi belajar
siswa selama proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi dan dokumentasi. Observasi
pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap
keterlaksanaan pembelajaran dengan metode contextual teaching learninguntuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Desain Pembelajaran :
CTL Guru Siswa Keterangan
Konstruktif Membangun
pengetahuan siswa
dalam memahami
materi TIK dengan
memanfaatkan media
video
Memahami materi
TIK dengan
berdasarkan
pengalaman
dengan menyimak
video
Siswa
menggabungkan
pengalaman
tentang materi
yang sudah
dimiliki dengan
materi yang akan
diterima
Bertanya Memberikan
pertanyaan
pemahaman siswa
terhadap materi ms.
Word 2007 setelah
menyimak video
Menjawabpertanya
an guru setelah
memahami materi
materi ms. word
dan menyimak
video
Pertanyaan
pemahaman
tentang materi ms
word 2007 dan
kontribusinya
Menemukan Membimbing siswa
untuk menemukan
sebuah kreatifitas
setelah mempelajari
materi ms. word
dengan
memanfaatkan video
Memikirkan
sebuah kreatifitas
setelah
mempelajari materi
ms. word dengan
menyimak video
Masyarakat
Belajar
Mengajak siswa
berdiskusi, bertukar
pendapat dengan
teman sekelas tentang
mata pelajaran
ms.word 2007
Berdiskusi,bertukar
pendapat dengan
teman sekelas dan
memecahkan
masalah dalam
pembelajaran ms,
word
siswa
mendiskusikan,
bertukar pendapat
untuk
membuatketerampi
lan setelah
mempelajari ms
word.
7
Pemodelan Mengajak siswa
untuk membuat suatu
kreatifitas setelah
menyimak video
tentang ms. word
Menerapkan
pembelajaran ms
word 2007 setelah
menyimak video
Membuat cover
majalah, brousur
dan kartu nama
menggunakan ms
word 2007
Refleksi
Penilaian
Mengevaluasi
pembelajaran yang
disampaikan dengan
memanfaatkan media
video
Memberikan
penilaian terhadap
pemahaman siswa
berupa tes
Melakukan refleksi
dan pembaharuan
setelah
menerapkan materi
ms word.
Mengerjakan soal
soal tes dan
eskuioner
Tahapan Penelitian, Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menerapkan
pembelajaran contextual teaching and learning dengan memanfaatkan media video untuk
meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIIIA SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Penelitian ini menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi :
Tahap Perencanaan; Pada tahap ini PTK siklus I dan II dimulai dari menyiapkan RPP,
materi/bahan ajar, menerapkan pembelajaran CTL dan memanfaatkan media video,
menyiapkan lembar observasi dan soal-soal latihan. Pada tahap ini perlu juga diperhitungkan
segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan
melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik
sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan
Tahap Pelaksanaan; Pada tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua
rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas. Langkah-langkah
yang dilakukan guru adalah menerapkan pembelajaran CTL ke dalam materi TIK microsoft
word 2007 word dengan memanfaatkan media video untuk membantu proses pembelajaran.
setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan bertanya, berdiskusi, memecahkan topik
permasalahan dalam materi, memikirkan kegiatan dan keterampilan, dan menerapkan materi
yang sudah dilaksanakan. Dalam proses rini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori
pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
Tahap Observasi; Pada tahap ini, kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan penerapan CTL. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan
hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh guru. Tahap ini guru mengamati proses pembelajaran dengan melakukan
kegiatan pemodelan dalam komponen CTL yaitu untuk menerapkan materi yang dapahami
siswa, menggabungkan pengetahuan siswa dengan keterampilan yang mereka miliki.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi berupa kuesioner
dan soal soal latihan yang bertujuan mengukur sejauh mana tingkat pemahaman , kreatifitas
dan motivasi siswa dalam belajar.
Tahap Refleksi ; Pada tahap ini, merupakan tahapuntuk memproses data yang didapat saat
dilakukan pengamatan. Pada tahap refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori
instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan pada
penerapan CTL disetiap disiklusnya, tahap ini menjadi bahan pertimbangan dan
perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Proses refleksi ini memegang peran
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan PTK siklus I ke siklus I . hasil refleksi
8
dari siklus I menentukan langkah untuk PTK siklus II. Apabila Siklus II belum menunjukkan
peningkatan maka akan dilanjutkan dengan Siklus III.
Gambar 1. prosedur penelitian Arikunto [20]
Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan topik
yang dipilih. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan memulai siklus I
dengan pertemuan ke I melalui empat langkah; perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi kemudian dilanjutkan dengan siklus II dengan pertemuan ke II melalui empat
langkah yang sama. Keempat langkah ini berjalan sesuai alur yang sudah ditentukan. Apabila
siklus I dan siklus II sudah berhasil berjalan dengan baik serta mengalami peningkatan pada
motivasi belajar siswa maka penelitian cukup dihentikan pada siklus II saja. Jika pada siklus
Ke II Masih belum berhasil dan tidak terjadi perubahan maka perlu di lakukan PTK siklus III
seperti yang terlihat pada gambar (1)
Data observasi motivasi belajar siswa kemudian dinilai menggunakan ketentuan penskoran
sebagai berikut :
Skor 4 : jika aspek tersebut berkembang sangat baik (BSB)
Skor 3 : jika aspek tersebut berkembang sesuai harapan (BSH)
Skor 2 : jika aspek tersebut mulai berkembang (MB)
Skor 1 : jika aspek tersebut belum berkembang (BB)
Untuk mengetahui jumlah persentase motivasi belajar dilakukan perhitungan menggunakan
persamaan berikut :
Keterangan:
P: Persentase
F: Frekuens
N: Jumlah sampel yang diambil
Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
tantan
Refleksi
Perencanaan
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
?
9
Tabel 2. Kisi- Kisi Lembar Observasi motivasi siswa
Materi : TIK
Hari / Tanggal : 13 - 15 agustus 2015
Petunjuk :
Isilah lembar observasi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dalam setiap mengamati
kegiatan belajar siswa. Berilah skor antara 4 sampai dengan 1 yang menunjukkan motivasi
yang dilakukan siswa.
Individu:
Indikator Deskripsi
Minat
Semangat
Tanggungjawab
4). Siswa mengikuti pembelajaran atas minat sendiri
dengan penuh perhatian
3). Siswa mengikuti pembelajaran dengan arahan guru
2). Siswa mengikuti pembelajaran atas minat sendiri
1). Siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran
4).Siswa semangat mengikuti pembelajaran sendiri serta
mengerjakan tugas
3).Siswa semangat mengikuti pembelajaran dengan
arahan guru dan mengerjakan tugas
2).Siswa semangat mengikuti pembelajaran dan tidak
mengerjakan tugas
1).Siswa tidak semangat mengikuti pembelajaran dan
tidak mengerjakan tugas
4).Siswa bertanggungjawab mengikuti pembelajaran atas
minat dan semangat sendiri
3).Siswa bertanggungjawab mengikuti pembelajaran
dengan arahan guru
2).Siswa bertanggungjawab mengikuti pembelajaran dan
tidak berminat
1).Siswa tidak bertanggungjawab mengikuti pembelajaran
dan tidak bersemangat
Sudjana Nana [21]
Tabel 3. Deskripsi Observasi Motivasi belajar siswa
No Deskripsi Pengamatan Skor (Persentase)
1 Berkembang Sangat Baik 4 (76% -100%)
2 Berkembang Sesuai Harapan 3 (51% -75%)
3 Mulai Berkembang 2 (26% -50%)
4 Belum Berkembang 1 (0% -25 %)
Acep yonny [22]
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas VIIIA di SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melakukan penenilitan terbilang cukup lengkap
untuk mendukung proses pembelajaran diantaranya Lab Komputer, buku buku,dan internet
yang dapat menunjang kebutuhan belajar siswa.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Pangudi Luhur kelas
yang berjumlah 14 orang siswa yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 5 orang siswa
perempuan. Guru memilih 14 siswa kelas VIIIA dikarenakan hasil observasi terhadap
10
motivasi belajar siswa menggunakan instrumen lembar observasi menemukan masih ada 14
siswa kelas VIIIA yang motivasi belajarnya rendah.
Penerapan CTL & Media Video Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Pembelajaran CTL perlu dilaksanakan di dalam sebuah sistem pendidikan karena sebagian
besar siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagiamana
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata. Hal tersebut karena konsep akademik yang
masih bersifat abstrak. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan
tingkat hafalan dan sekian banyaknya topik pembelajaran, tetapi tidak diikuti dengan
pemahaman yang mendalam yang bisa diterapkan, ketika mereka berhadapan dengan situasi
baru dalam kehidupannya Muslich. [24]
Penerapan CTL & Media Video Dalam PTK siklus I :
Penerapaan pembelajaran CTL dalam PTK dilaksanakan mulai pada siklus I yang memiliki 4
tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Ke empat tahapan ini
lakukan sesuai alur dan mengacu pada komponen pembelajaran CTL.
Perencanaan pada tahap ini menentukan langkah-langkah pengembangan seperti menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), absensi kelas, jurnal kelas, kuesioner,menyiapkan
mapel TIK tentang mirosoft word 2007, menyiapkan media video pembelajaran, menetapkan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran CTL,
menyiapkan lembar observasi motivasi siswa, menyiapkan lembar penilaian motivasi belajar.
Pelaksanaan : pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan
dengan menggunakan komponen pembelajaran CTL yang pertama yaitu, mengkonstruksi
(constructivism). Pada tahap ini gurumenyampaikan singkat mata pelajaran TIK tentang
materi microsoft word 2007. Selama proses pembelajaran belangsung siswa dibantu dengan
media video. Media video berisi tentang informasi, pengetahuan, wawasan, dan keterampilan
dalam mengoperasikan dan memanfaatkan microsoft word 2007. Media video juga berfungsi
untuk membangun pengetahuan siswa, merangsang minat dan semangat siswa,
tanggungjawab belajar siswa, dan motivasi siswa untuk mengetahui pentingnya mempelajari
microsoft word 2007 dalam perlajaran TIK.
Pada tahap Pelaksanaan juga digunakan kompoenCTL yang kedua yaitu , d bertanya
(questioning), selama pembelajaran berlangsung guru mengarahkan siswa untuk mengaitkan
materi pelajaran yang sudah didapatkan. Siswa diberikan kebebasan untuk membangun
pengetahuan tentang mircosoft word 2007, menggali informasi seputar materi yang dipelajari,
menghubungkan materi dengan kehidupan nyata sehari-hari yang ada disekitar, bertukar
pendapat dengan teman sekelas, siswa menjawab petanyaan yang diberikan guru tentang
pemahaman materi ms. word dan menyimak video, berdiskusi, dan membahas hasil
diskusidengan teman sekelas, mencari solusi untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini
siswa mampu berdiskusi dan memecahkan masalah yang diarahkan oleh guru untuk
memahami dan menerapkan materi yang telah diterima. pada tahap bertanya siswa mampu
melaksanakan dengan baik.
Observasi : Pada tahap ini, guru menggunakan komponen pembelajaran CTL yaitu
menemukan dan masyarakat belajar. pada tahap ini penerapan pembelajaran contextual
teaching learning dilakukan dengan memanfaatkan media video yang membantu siswa
memahami materi pelajaran dan menghubungkan pengetahuan mereka dalam kehidupan
sehari hari, saling bertukar pemahaman dengan teman sekelas, dan membahas hasil
pembahasan melalui pendapat teman sekelas, serta memikirkan kegiatan yang dilakukan, dan
pemahaman yang diperoleh dengan mampu menanggapi dan membuat sebuah kesimpulan.
Penerapan metode CTL juga dibantu dengan pendekatan memanfaatkan media video yang
berkatian dengan materi TIK yang sangat membantu memudahkan siswa mencerna materi
dengan suguhan audio visual dan mengaitkan materi yang diterima kedalam kehidupan
situasi nyata. Komponen CTL pemodelan belajar berjalan seiring dengan tahapan PTK yaitu
11
observasi ataupun mengamati pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebelum melanjutkan
ke tahap refleksi guru meyakinkan siswa agar dapat memahami pembelajaran dan
menerapkannya dengan baik.
Refleksi : Pada tahap refleksi, guru menggunakan komponen pembelajaran CTL yang
terakhir yaitu refleksi dan penilaian. Pada tahap ini, Refleksi pada PTK dan CTL berjalan
seiring untuk menerapkan pembelajaran CTL dengan materi TIK microsoft word, setelah
diberikan tindakan dengan menerapkan metode pembelajaran contextual teaching learning
dengan memanfaatkan media video kemudian siswa diberikan refleksi terhadap pembelajaran
evaluasi pembelajaran berupa lembar kuesioner dan soal soal latihan untuk mengukur sejauh
mana motivasi belajar siswa. Kuesioner dan Soal-soal evaluasi berisi pertanyaan seputar mata
pelajaran TIK yang telah disampaikan dengan menerapkan metode CTL dengan
memanfaatkan media video. Hasil refleksi dan penilaian pembelajaran CTL dalam PTK
siklus I telah menunjukan bahwa minat, semangat, dan tanggungjawab siswa dalam belajar
mengalami perubahan yang baik dengan kategori berkembang sesuai harapan sebesar 57%
namun belum sesuai dengan target yang diharapkan. Maka akan dilanjutkan dengan PTK
siklus kedua (II).
Penerapan CTL & Media Video Dalam PTK Siklus II :
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, masih belum ditemukan motivasi belajar siswa
yang berkembang sangat baik, sehingga diperlukan untuk melanjutkan pada tahap siklus II,
dimana metode yang diberikan masih sama yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran
CTL dengan memanfaatkan media video, pada disiklus II strategi pembelajaran CTL lebih
ditingkatkan lagi, media video kembali berperan seperti pada siklus I untuk membantu proses
pembelajaran,dan mendongkrak motivasi belajar siswa.
Perencanaan pada tahap ini, dilakukan penelitian tindakan kelas Siklus II. Berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I adalah, pada tahap ini guru mengevaluasi materi pembelajaran dan
lembar observasi siklus I yang menunjukan perkembangan motivasi belajar siswa belum
berkembang sangat baik. Hasil daripada siklus I dijadikan sebagai dasar untuk menyusun
perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mapel TIK tentang microsoft word
2007. perbedaan antara siklus I dengan siklus II adalah, siklus II lebih intensif lagi dalam
menerapkan metode pembelajaran CTL dengan memanfaatkan media videountuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbaikan ini dilakukan guna menyempurnakan hasil
dari siklus I yang belum memuaskan.
Pelaksanaan : Pada tahap ini, pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
CTL dalam PTK siklus II. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
komponen-komponenCTL sama seperti siklus I dengan memanfaatkan media video untuk
mendukung proses pembelajaran, selama proses pembelajaran media video dimanfaatkan
kembali untuk membantu menggali informasi, membangun pengetahuan siswa untuk
menemukan keterampilan, strategi yang diterapkan pada CTL adalah melakukan pendekatan.
dengan media video akan memicu motivasi siswa untuk memahami dan menerapkan materi
ke dalam situasi nyata yang mereka alami setelah mempelajari materi pelajaran lanjutan TIK
yaitu Mircosoft word 2007 yang baru saja dipelajari. Setelah siswa memahami materi,
kemudian siswa diberikan kebebasan berdiskusi, berfikir, bertanya , memecahkan masalah
dan mencari solusi atas atas apa yang mereka alami, untuk menerapkan apa yang mereka
dapatkan kedalam kehidupan nyata sehari-hari. siswa diajak untuk menemukan, menggali,
dan membangun kreatifitas dengan menyaksikan video-video tutorial membuat keterampilan
dengan microsoft word 2007, video-video yang berkatian dengan seputar mata pelajaran TIK.
Siswa diarahkan untuk mengakses internet di laboratorium agar menemukan sumber sumber
belajar yang menarik ,dan memicu motivasi mereka
Observasi : Pada tahap ini, guru melakukan observasi terhadap pemebelajaran CTLdalam
PTK siklus II, setelah menerapkan metode pembelajaran contextual teaching learning dengan
12
memanfaatkan media video untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Pada tahap ini guru
melakukan penilaian motivasibelajar siswa dilakukan dengan menggunakan soal-soal latihan
dan lembar observasi siswa. Lembar observasi yang digunakan bertujuan mengukur sejauh
mana peningkatan motivasi belajar siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung guru juga
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. dokumentasi menggunakan kamera foto yang
bertujuan sebagai salah satu bukti penelitian.
Refleksi : pada tahap ini, guru melakukan refleksi pembelajaran CTL dalam PTK siklus II
yang telah dilaksanakan. setelah hasil observasi dan penilaian dianalisis, kemudian dilakukan
refleksi terhadap penelitian tindakan kelas siklus II dari pembelajaran CTL. Pada tahap ini,
guru berusaha untuk mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap apa yang baru saja
mereka pelajari. Kemudian guru memberikan kuesioner motivasi belajar siswa sebagai
refleksi setelah proses pembelajaran. Proses ini sebagai evaluasi pengendapan pemahaman
yang sudah dilakukan terhadap materi ms word 2007. Hasil refleksi penerapan CTL dalam
PTK siklus II menunjukan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sangat baik dengan
kategori berkembang sangat baik (BSB) sebesar 79% atau 11 siswa. Hal ini dikarenakan
adanya suatu kondisi dimana adanya sebuah penerapan pemeblajaran CTL yang mengubah
gaya belajar dari pembelajaran konvensional sebelumnya. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
dan Siklus II telah dilaksanakan sesuai tahapan pada PTK yang mengacu pada komponen
pembelajaran CTL telah selesai dilaksanakan dan terbukti mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Tabel 4. Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
Aspek yang dinilai
Kriteria /
skor
Pra
Siklus
Siklus 1 Siklus II
Frekuensi/
Persentase
Frekuensi
/
Persentase
Frekuensi
/
Persentase
Minat BSB (4) 0/0% 0/0% 10/71%
BSH( 3) 10/71% 1071% 4/29%
MB (3) 4/29% 4/29% 0/0%
BB (1) 0/0% 0/0% 0/0%
Semangat BSB(4) 0/0% 0/0% 10/71%
BSH(3) 12/86% 12/86% 3/21%
MB(2) 2/14% 2/14% 1/7%
BB(1) 0/0% 0/0% 0/0%
Tanggungjawab
BSB(4) 2/14% 2/14% 11/79%
BSH(3) 10/71% 10/71% 3/21%
MB(2) 2/14% 2/14% 0/0%
BB(1) 0/0% 0/0% 0/0%
Total
Persentase
BSB/ 4 0/0% 5/36% 11/79%
BSH/3 0/0% 8/57% 2/14%
MB/2 13/93% 1/7% 1/7%
BB/1 1/7% 0/0% 0/0%
Keterangan tabel :
Aspek yang dinilai : Minat, Semangat, dan Tanggungjawab
Kriteria / kategori pemberian skor :
4 = BSB (jika aspek minat, semangat, dan tanggungjawab berkembang sangat baik)
3 = BSH (jika aspek minat, semangat, dan tanggungjawab berkembang sesuai harapan)
2 = MB (jika aspek minat, semangat, dan tanggungjawab mulai berkembang)
1 = BB (jika aspek minat, semangat, dan tanggungjawab belum berkembang)
13
Berdasarkan tabel rekapitulasi data motivasi belajar siswa pada tahap pra siklus yang
dilakukan dengan mengobservasi kondisi awal motivasi belajar siswa pada kriteria MB
(mulai berkembang) 93% dan kriteria BSB (berkembang sangat baik) 0%. Rendahnya
motivasi belajar siswa yang ditunjukan dari hasil pengamatan lapangan pada tahap pra siklus
maka akan dilanjutkan penelitian tindakan kelas siklus I. Pada tahap siklus I kriteria BSB
(berkembang sangat baik) 36%, BSB (berkembang sangat baik)57%, MB (mulai
berkembang)7%, namun pada kriteria BB (belum berkembang) 0%. Penelitian tindakan
siklus I telah menunjukan perubahan yang sudah baik namum belum mencapai target yang
diharapkan ,Maka akan dilakukan penelitian tindakan kelas siklus II. Pada siklus II kriteria
BSB (berkembang sangat baik) telah meningkat dengan persentase 79%, BSH (berkembang
sesuai harapan) 14%, MB(mulai berkembang) 7%, dan BB (belum berkembang) 0%.
Perubahan yang signifikan dari siklus I ke siklus II menunjukan bahwa motivasi belajar siswa
meningkat sesuai target yang diharapkan.
Tabel 5 Rekapitulasi Data Deskripsi Pengamatan Motivasi Belajar siswa Pra Siklus, Siklus
I, dan Siklus II
Kriteria Pra Siklus
Frekuensi
/Persentase
Siklus I
Frekuensi
/Persentase
Siklus II
Frekuensi
/Persentase
Berkembang
Sangat Baik
Berkembang
Sesuai Harapan
Mulai
Berkembang
Belum
Berkembang
0 / (0%)
0 / (0%)
13 / (93%)
1 / (7%)
5 / (36%)
8 / (57%)
1 / (7 %)
0 / (0%)
11 / (79%)
2 / (14%)
1 / (7%)
0 / (0%)
Berdasarkan tabel rekapitulasi data deskripsi pengamatan motivasi dilihat bahwa
motivasi belajar siswa pada siklus I yang memiliki kriteria berkembang sangat baik sebanyak
5 siswa dengan presentase 36%, kemudian pada kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak
8 siswa dengan presentase 57%. Sementara itu pada kriteria mulai berkembang sebanyak 1
siswa dengan presentase 7%, dan pada hasil pelaksanaan Siklus I sudah tidak ada siswa yang
berada pada kriteria rendah. Pada siklus II yang memiliki kriteria berkembang sangat baik
sudah sesuai target yang diharapkan yaitu sebanyak 11 siswa dengan presentase 79%,
kemudian pada kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 2 siswa dengan presentase 14%.
Sementara itu pada kriteria mulai berkembangsebanyak 1 siswa dengan presentase 7%, dan
pada hasil pelaksanaan Siklus II sudah tidak ada siswa yang berada pada kriteria rendah.
Terlihat pada grafik rekapitulasi data motivasi belajar siswa.
Penerapan metode pembelajaran CTL dengan memanfaatkan media video memiliki
andil besar dalam mengubah sistem pembelajaran yang ada di sekolah terkhusus untuk
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Salatiga untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan indikator keberhasilan sebesar 79% (11) siswa
dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 14 orang siswa yang bermasalah.
Berdasarkan hasil penelitian, terkait dengan menerapkan metode pembelajaran
Contextual teaching and learning (CTL) dengan menerapkan media video untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa menunjukkan hasil sesuai sangat baik. Penelitian
tindakan kelas pada pembelajaran CTL, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa menunjukkan hasil seperti pada observasi siklus I (36%), dan siklus II diperoleh (79%).
14
Berdasarkan dari hasil yang telah dicapai maka penelitian ini dianggap berhasil
karena terlihat pada setiap siklus motivasi belajar siswa meningkat setalah menerapkan
metode pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL) dengan memanfaatkan media
video. Dengan melihat pencapaian hasil ini, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang
menyatakan: “Penerapan pembelajaran contextual teaching learning dengan memanfaatkan
media video untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIIA di SMP Pangudi Luhur
Salatiga, sangat baik, dapat diterapkan, dan berhasil”.
5. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa masalah motivasi belajar siswa di kelas VIIIA SMP Pangudi Luhur
meningkat melalui pembelajaran contextual teaching learning dengan memanfaatkan media
video dan mampu mencapai target yang telah ditentukan, yaitu 79% ( 11 ). Siswa telah
memiliki motivasi belajar, dengan rincian pada observasi awal 93% (14 orang) siswa
menduduki posisi mulai berkembang, pada siklus I setelah tindakan mengalami peningkatan
yaitu 36% atau (5 orang) siswa menduduki posisi berkembang sangat baik, pada siklus II
mencapai hasil 79% atau (11 orang) siswa menduduki posisi berkembang sangat baik. Tujuan
penerapan pembelajaran contextual teaching learning dengan memanfaatkan media video
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIIA di SMP Pangudi Luhur Salatiga.
penelitian tindakan kelas tentang motivasi belajar siswa sudah dilaksanakan sangat baik, dan
dapat terlihat jelas bahwa hasil penelitian motivasi belajar siswa meningkat sesuai target
yang diharapkan.
Saran :Bagi penelitian selanjutnya, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sebaiknya
terlebih dahulu mengetahui penyebab dari masalah yang timbul dari proses belajar mengajar.
Kemudian sebaiknya mencari solusi dengan menerapkan metode pembelajaran yang
disarankan yaitu pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL) dengan
memanfaatkan media video agar pembelajaran lebih variatif , aktif , tidak membosankan dan
siswa termotivasi untuk belajar.
15
DAFTAR PUSTAKA
(1). Dharma Kesuma dkk, Op.cit h. 58 Elaine B.Johnson, CTL Contextual Teaching and
Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-MengajarMengasyikkan dan Bermakna (Bandung:
Kaifa, 2011) h. 19
(2). Moh.Rudiyanto, “The Implementation of Contextual Teaching and Learning (CTL) in
English Class” Jurnal OKARA , Volume II, Nomor 4 (Nopember, 2009), 232.
(3). Moeloeng, Lexi J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosda
Karya
(5). Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning: what it is and why it's here to
stay (terj.)Bandung:Penerbit MLC
(6). Arikunto. (2006). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka
Cipta.
(7). Rasyad Aminuddin 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran.Cet.Ke-3. Uhamka Press,
Jakarta
(8). Dimyanti dan Mudjiono. 2011 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
(8). Ahmad Sudrajad. 2008. Pembelajaran Kontekstual.Jakarta.
(9). Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran.
(10). Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2007)
(11). Suryabarata. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: PT Grafindo Persada
(12).Arikunto.2006.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta:Rineka Cipta.
(13). Hamalik. 1983, Strategi Belajar dan Pembelajaran, Jakarta ; Sinar Utama.
(14). Ani Widayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia. Vol. VI. No. 1. Tahun 2008.
(15). Sukanti. 2008. Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Tahun 2008.
(16).Acep Yonny, S.S, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta:
Familia.
(17).Rasyad, Aminuddin 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cet. Ke-3. Uhamka Press,
Jakarta
(18).Jhonson, B Elaine. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Menjadikan.
(19). Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
(20). Sadirman, A,M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Rajawali
(21). Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
(22). Sudjana, Nana. 2002 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja
Rosdakarya.
(23). Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
16