159
PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL A’MĀL ISLĀMY KARYA ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Samsul Komar: 1112024000020 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/ 1440 H

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL A’MĀL ISLĀMY

KARYA ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum)

Oleh:

Samsul Komar: 1112024000020

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M/ 1440 H

Page 2: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

ii

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Samsul Komar

NIM : 1112024000020

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENERJEMAHAN BUKU NAHWA RAJUL

A‟MĀL ISLĀMY KARYA ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH adalah benar

merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan

sumbernya. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagain atau keseluruhannya

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat utuk dipergunakan seperlunya

Jakarta, 11 April 2019

Samsul Komar

NIM. 1112024000020

Page 3: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL A’MĀL ISLĀMY

KARYA ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh

SAMSUL KOMAR

NIM. 1112024000020

Pembimbing

Drs. Ikhwan Azizi, M.A.

NIP. 19570816 199403 1 001

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 4: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudu "Penerjemahan Komunikatif Nahwa Rajul A„māl Islāmy

Karya Asyraf Muhammad Dawābah" diajukan kepada Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam

Ujian Munaqasyah, pada 06 Mei 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program studi

Tarjamah

Jakarta, 06 Mei 2019

Sidang Munaqasyah

Panitia Ujian Munaqashyah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Sidang (Ketua Jurusan)

Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum ____________ _______________

NIP. 19791229 200501 1 004

Sekretaris Sidang

Dr. Rizqi Handayani, M.A ____________ _______________

NIP. 19831108 200912 2 005

Penguji I

Prof. Dr. Achmad Satori Ismail, M.A ____________ _______________

NIP. 19551206 199203 1 001

Penguji II

Dr. Zamzam Nurhuda, S.S., M.Hum ____________ _______________

Dekan

Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D

NIP. 19671208 199303 1 002

Page 5: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

v

Pedoman Transliterasi

B = ب Z = ز F = ف

T = ت S = س Q = ق

Th = ث Sy = ش K = ك

J = ج Ṣ = ص L = ل

Ḥ = ح Ḍ = ض M = م

Kh = خ Ṭ = ط N = ن

D = د Ẓ = ظ H = ه

Dz = ع = „ ذ W = و

R = ر Gh = غ Y = ي

Pendek : a = i = u =

Panjang : ā = ا ī = ي ū = و

Diftong : ay = ا ي aw = ا و

Ta Marbuṭah : ح apabila waqaf menjadi “h”

Syaddah : ditulis dobel

Contoh :

Ḥawla : دي Ḥusayn : دغ

ب Fāṭimah : فبطخ Rabbanā : سث

‟al-Nisā : اغبء al-Syams : اشظ

سح al-Madīnah al-Munawwarah : اذخ ا

Trasliterasi ini tidak berlaku pada kata-kata yang telah diserap ke dalam

bahasa Indonesia seperti kata hadis, zakat, wakaf, nash, dan lain sebagainya.

Page 6: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

vi

Abstrak

Samsul Komar

Penerjemahan Komunikatif Nahwa Rajul A‘māl Islāmy Karya Asyraf

Muhammad Dawābah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerjemahan buku Nahwa

Rajul A„māl Islāmy karya Asyraf Muhammad Dawābah menggunakan metode

komunikatif yang digagas oleh Peter Newmark dalam A Textbook of Translation.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang

bersifat deskriptif. Teknik analisis yang dilakukan melalui beberapa tahap berikut;

menerjemahkan buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy, memilih sample teks, membuat

terjemahan pembanding menggunakan metode semantik, terakhir

mendeskripsikan strategi penerjemahan yang dilakukan. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan, proses menerjemahkan objek buku di atas menggunakan 4

strategi, yaitu: Taqdim wa Ta‟khir (mengedepankan dan mengakhirkan), Ziyādah

(menambahkan), Ḥadzf (membuang) dan Tahwil (mengalihkan).

Dalam penerjemahan ini peneliti menemukan bahwa menerjemahkan tidak

melulu soal padanan, tapi juga rasa. Dalam beberapa kasus, peneliti harus berani

membuang, menambah, bahkan menggabungkan teks. Langkah tersebut dipilih

guna mencapai satu tujuan, yakni pemahaman pembaca. Mempertahankan

keutuhan suatu teks justru menghambat tujuan tersebut.

Page 7: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

vii

Kata Pengantar

5

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt

atas selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan

Humaniora di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam.

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi yang berjudul

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL A’MĀL

ISLĀMY KARYA ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH ini tidak mungkin

terselesaikan tanpa izin Allah, kemudian bantuan, bimbingan dan dorongan dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa

terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Dr. Moch Syarif Hidayatullah, selaku Ketua Jurusan Tarjamah dan

Skretaris Jurusan Dr. Rizqi Handayani, M.A., yang selalu memotivasi

peneliti untuk tidak pernah menyerah.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah ikhlas memberikan ilmu mereka untuk

mengisi hati kami.

4. Drs. Ikhwan Azizi, M.A. selaku Pembimbing skripsi yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing.

5. Prof. Dr. Achmad Satori Ismail, M.A., selaku penguji 1 dan Dr. Zamzam

Nurhuda, S.S., M.Hum. selaku penguji 2 yang telah rela mengorbankan

waktunya untuk mengkaji, memberikan kritik serta arahan berharga demi

perbaikan skripsi ini.

Page 8: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

viii

6. Dr. Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah memberikan rekomendasi

untuk peneliti mendapatkan beasiswa BIDIKMISI.

7. Kepada mamah tercinta, Marianah yang selalu mendoakan kebaikan tanpa

pernah bosan. Segalanya beliau korbankan demi kesuksesan putranya.

Serta adik-adik tersayang yang selalu mendorong penelitian ini dengan

segenap moril maupun meteri.

8. Kepada rekan-rekan mahasiswa jurusan Tarjamah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Serta semua individu yang berperan secara langsung dan tidak langsung

yang sangat mungkin tidak disadari oleh peneliti. Semoga Allah

memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah mereka lakukan.

Āmīn.

Akhirnya peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin luput dari

kekurangan dan kelemahan. Karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik serta

saran yang konstruktif dari semua pihak sangat peneliti harapkan untuk perbaikan

pada kajian-kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.

Jakarta, 30 April 2019

Hormat saya,

Samsul Komar

Page 9: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

ix

Daftar Isi

PERNYATAAN ......................................................................................................................... II

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................ III

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................................................... IV

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................................... V

ABSTRAK ............................................................................................................................... VI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. VII

DAFTAR ISI .............................................................................................................................IX

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1 B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 3 C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................................................. 4 D. MANFAAT PENELITIAN .............................................................................................................. 4 E. PENELITIAN TERDAHULU .......................................................................................................... 4 F. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................................ 6

a. Metode Penelitian ............................................................................................................... 6 b. Sumber Data ........................................................................................................................ 6 c. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................. 6 d. Analisis Data ....................................................................................................................... 7

H. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORI................................................................................................... 9

A. PENGERTIAN PENERJEMAHAN ................................................................................................... 9 B. PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF ............................................................................................... 11 C. STRATEGI PENERJEMAHAN ...................................................................................................... 13

1. Mengedepankan dan Mengakhirkan (Taqdim wa Ta’ khir) ............................................... 13 2. Menambahkan (Ziyādah) .................................................................................................... 14 3. Membuang (Ḥadzf) ............................................................................................................. 15 4. Mengalihkan (Tahwīl) ........................................................................................................ 17

BAB III BIOGRAFI ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH DAN SEKILAS TENTANG

BUKU NAHWA RAJUL A’MĀL ISLĀMY ........................................................................... 18

A. ASYRAF MUHAMMAD DAWĀBAH ............................................................................................ 18 B. BUKU NAHWA RAJUL A‟MĀL ISLĀMY..................................................................................... 19

BAB VI PERTANGGUNGJAWABAN TERJEMAHAN TEKS BUKU ................................ 23

a. Teks Judul Buku ................................................................................................................. 23 b. Teks Sub Bab ...................................................................................................................... 25 c. Teks Klausa Verba .............................................................................................................. 27 d. Teks Kalimat Nomina ......................................................................................................... 29 e. Teks Paragraf ...................................................................................................................... 29 f. Teks Daftar .......................................................................................................................... 31 g. Teks Tasybih ...................................................................................................................... 35 h. Teks Bab ............................................................................................................................. 37 i. Teks Penghubung ................................................................................................................ 39

Page 10: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

x

BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 42

A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 42 B. REKOMENDASI ........................................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 43

INTERNET .................................................................................................................................... 44

LAMPIRAN TERJEMAH NAHWA RAJUL A‘MĀL ISLĀMY ........................................... 45

Page 11: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sejak dulu produk terjemahan berupa buku telah banyak dihasilkan

masyarakat, seperti penerjemahan yang dilakukan para ulama salaf terhadap buku-

buku Yunani dalam Bait al-Hikmah. Kegiatan itu dikenal juga dalam bahasa

Inggris sebagai “translation” yang memiliki dua arti yang berlaku. Arti pertama,

ialah “mengungkapkan makna dari suatu ujaran, buku atau puisi dalam bahasa

lain”, yaitu “menerjemahkan”, sedangkan arti kedua adalah “pindahnya seseorang

dari suatu tempat atau suatu keadaan lain, dsb.”1

Selain sebagai aktifitas penyampaian pesan, penerjemahan disadari sebagai

salah satu media yang dapat memantau kesepakatan perkembangan ilmu

pengetahuan. Banyak buku dan artikel tentang terjemahan, ditulis para ahli dalam

suatu cabang ilmu tertentu dengan pendekatan yang beraneka ragam sesuai

dengan disiplin ilmu masing-masing.2

Pendekatan yang dimaksud adalah proses menerjemahkan yang berupa

usaha untuk mengalihkan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber tanpa

1 Henri Chambert Loir, Sadur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2009) Cet.ke-1,h.49

2 Suhendra Yusuf,Teori Terjemahan, Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan

Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994) Cet.ke-1,h.7

Page 12: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

2

mengubah maksud dan pesan tersebut. Begitu pula dalam membentuk kalimat ke

dalam bahasa sasaran haruslah jelas.3

Dalam penerjemahan perlu kirannya seorang penerjemah memiliki

pengetahuan mengenai tahapan-tahapan, syarat-syarat dan ragam penerjemahan,

serta pendekatan apa yang sebaiknya diambil.

Selain semua itu, seorang penerjemah harus mengerti kemampuan

berbahasa pembaca sehingga mudah dicerna. Usaha itu juga mesti dibarengi

dengan mempertahankan konsep yang terdapat dalam bahasa sumber, guna

menghindari penyimpangan dalam teks keagamaan khususnya.

Penerjemah tidak ayalnya adalah seorang penulis kedua. Ia memiliki

peranan penting untuk menyampaikan informasi dan pesan yang terdapat dalam

suatu buku. Poin terpenting inilah yang harus digunakan saat menggunakan kosa

kata, diksi dan nuansa yang ada.

Seorang penerjemah haruslah menimbulkan kecintaan pada kosa kata, diksi,

dan eksplorasi kata.4 Sulit untuk menjadi penerjemah yang baik jika kosa kata

yang dimiliki terbatas, terlebih saat mengalihkan pesan yang berakibat pada

kekakuan bahasa.

Kasus serupa terkadang kita dapatkan pada beberapa terjemahan kitab klasik

terlepas dari kemampuan penerjemah yang terbatas oleh beberapa hal, peneliti

tidak berhak mengkritik buku-buku tersebut. Sebagai kompensasi dari itu, peneliti

3 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Ende Flores-NTT:Nusa Indah,

1986), h.24.

4 Isa Alamsyah, 101 Dosa Penulis Pemula, Mengupas Inti Sari Workshop Menulis Asma

Nadia, (Depok: AsmaNadia Publishing House, 2014) Cet.ke-1,h. 206.

Page 13: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

3

akan mencoba menerjemahkan buku modern yang telah berkembang dari sisi

bahasa.

Nahwa Rajul A„māl Islāmy adalah judul buku yang akan peneliti

terjemahkan. Ditulis oleh seorang doktor dalam bidang administrasi bisnis

bernama Asyraf Muhammad Dawābah dan diterbitkan pertama kali pada tahun

2015.

Kitab Nahwa Rajul A„māl Islāmy adalah buku motivasi religi berbahasa

Arab, yang mendorong pelaku bisnis untuk menanamkan nilai-nilai keislaman

dalam segala kegiatan wirausaha mereka, seperti jujur dan tidak mengambil riba.

Namun, terdapat sejumlah kendala saat dilakukan penerjemahan yang berupa

keragaman kemampuan berbahasa pembaca yang akhirnya mendorong peneliti

memilih metode komunikatif sebagai metode yang cenderung pada keterbacaan

teks sasaran.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan demi menyamakan

persepsi agar kajian yang ditulis tidak melebar pembahasanya, peneliti perlu untuk

memberikan batasan dan rumusan masalah yang akan dikaji.

Terkait dengan buku tersebut, banyak sekali hal yang dapat dikaji. Namun

dalam skripsi ini, peneliti mencoba menerjemahkannya dengan metode

komunikatif hingga dapat dipahami. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini

dicantumkan dalam bentuk pertanyaan berikut:

Bagaimana penerjemahan buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy menggunakan

metode komunikatif?

Page 14: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah, mengetahui

penerjemahan buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy dalam metode komunikatif.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi bagi peneliti,

pembaca, serta penerjemah secara umum bagaimana menerjemahkan

teks modern menggunakan metode komunikatif.

2. Memacu mahasiswa Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah untuk

melakukan penelitian serupa, yakni menerjemahkan buku.

3. Penelitian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk dijadikan

bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian terkait.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah mendalami beberapa bahan rujukan, peneliti menemukan beberapa

penelitian yang memiliki keserupaan baik metode ataupun gagasan, yakni

menerjemahkan karya tulis. Di antaranya:

Pertama, Hurul Hikmah pada tahun 2018 dengan judul

"Pertanggungjawaban Dalam Pengaplikasian Penerjemahan Berita Tentang Krisis

Suriah di BBC Arabic" Program Studi Tarjamah. Sebuah skrispsi yang

memaparkan bagaimana aplikasi strategi penerjemahan yang dia lakukan terhadap

berita di website BBC. Ini yang membedakan, karena skripsi yang digarap peneliti

adalah sebuah buku.

Page 15: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

5

Kedua, M. Mawardi pada tahun 2018 dengan judul "Penerjemahan

Komunikatif Buku 'Asrar al-Rashm Fi Khat al-Naskhi karya Mohamed Amzil"

Program Studi Tarjamah. Skrispsi tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi

dalam menerjemahkan buku bertemakan kaligrafi dengan metode yang sama,

yang membedakan adalah buku yang diterjemahkan peneliti adalah tema ekonomi

dan bisnis.

Ketiga, Al Muhtarom pada tahun 2017 dengan judul "Penerjemahan

Komunikatif Muhammad Farid Wajdi Dalam Terjemahan Kitab al-Hikam Karya

Ibnu Athaillah as-Sakandari" Program Studi Tarjamah. Walau sama-sama

menggunakan metode komunikatif, saudara Al Muhtarom berperan dalam

menganalisis terjemahan Farid Wajdi. Sedangkan karya ilmiah yang digarap

peneliti sendiri bukan menganalisis, namun menerjemahkan.

Keempat, Ida Nur Jannah pada tahun 2017 dengan judul "Penerjemahan

Kitab Qasas al-Qur`ȃn li al-Aṯfȃl (Metode Komunikatif)" Program Studi

Tarjamah. Skripsi tersebut bertujuan menerjemahkan buku, juga menggunakan

metode komunikatif. Yang membedakan di sini adalah Ida menggunakan teknik

yang dikutip oleh Anindia Ayu Rahmawati dari Journal of Linguistics yang terdiri

18 teknik. Sementara peneliti hanya menggunakan 4 strategi.

Kelima, Qisthina Amajida pada tahun 2017 yang berjudul "Penerjemahan

Buku al-Qira'ah al-Rasyidah Karya Abul Hasan Ali Nadwi" Program Studi

Tarjamah. Skripsi tersebut mendeskripsikan proses menerjemahkan buku cerita

anak dengan metode komunkatif. Namun, yang berbeda adalah skripsi tersebut

tidak menyebutkan adanya strategi yang dilakukan selama proses penerjemahan.

Page 16: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

6

F. Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Dalam kajian ini, digunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih

ditonjolkan dalam penelitian ini. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan maksud penulis buku.

Dengan menggunakan buku-buku pendukung peneliti dapat lebih mudah

memahami penulis berdasarkan aturan tata bahasa sumber.

b. Sumber Data

Adapun pencarian data yang dilakukan terbagi 2. Pertama, Primer. Data

yang didapat ialah pengolahan dari buku yang akan diterjemahkan, yakni “Nahwa

Rajul A„māl Islāmy” karya Asyraf Muhammad Dawābah. Kedua, Skunder. Data

yang tentunya penting juga, diraih dengan membaca-baca literatur Islam yang

berkaitan dengan kitab itu.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tahap sebagaimana berikut:

Tahap pertama, menentukan objek penelitian. Dalam hal ini objeknya

adalah buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy.

Tahap kedua, peneliti membaca keseluruhan buku untuk memahami.

Tahap ketiga, melakukan klasifikasi teks.

Tahap keempat, menerjemahkan isi buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy

Page 17: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

7

Kelima, mementukan metode dan strategi pendukung yang dapat digunakan

peneliti.

Keenam, mengaplikasikan metode dan strategi terhadap objek buku Nahwa

Rajul A„māl Islāmy.

d. Analisis Data

Adapun analisis data dilakukan agar penelitian ini berjalan sistematis adalah

sebagai berikut:

Tahap pertama, peneliti membaca seluruh isi buku Nahwa Rajul A„māl

Islāmy. Langkah ini dilakukan untuk memahami isi buku tersebut secara utuh dan

memperhatikan maksud dari penulis secara umum.

Tahap kedua, peneliti menerjemahkan secara harfiah. Langkah ini berguna

untuk mengetahui kontruksi gramatikal Tsu agar tidak salah memadankan Tsa.

Tahap ketiga, peneliti menyajikan terjemah semantik sebagai pembanding

dan alternatif.

Tahap keempat, peneliti menerjemahkan menggunakan metode komunikatif

yang akan digunakan sebagai objek pertanggungjawaban.

Kelima, mempertanggungjawabkan terjemahan berserta strategi yang telah

dilakukan.

Keenam, membuat kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan, peneliti telah menyusun sistematika

penulisan skripsi ini dalam lima bab, yaitu:

Page 18: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

8

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang

Masalah, Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penelitian Terdahulu, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penelisan.

Bab kedua berbicara seputar kerangka teori penerjemahan yang meliputi:

Pengertian Penerjemahan secara umum, Pengertian Penerjemahan Komunikatif,

dan Strategi Penerjemahan yang digunakan peneliti.

Bab ketiga memaparkan biografi Asyraf Muhammad Dawābah, dan

penjelasan singkat Tentang Buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy.

Bab keempat difokuskan pada deskripsi dan pertanggungjawaban

penerjemahan secara umum dan hasil terjemahan dari buku itu sendiri.

Bab kelima yaitu bab penutup, yang terdiri dari kesimpulan dari

pembahasan skripsi ini dan saran.

Page 19: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

9

BAB II

Kerangka Teori

A. Pengertian Penerjemahan

Telah banyak definisi para pakar yang berusaha mengungkap hakikat dari

terjemah dan aktifitas penerjemahan. Hal itu tidak lepas dari pengalaman dan

sudut pandang serta pendekatan mereka yang berbeda.1 Berhubung dengan

banyaknya pengertian tersebut, peneliti berharap dapat menjelaskan makna

penerjemahan berdasarkan pendapat para ahli yang dikenal kompeten dalam

bidang penerjemahan.

Mari kita mulai dengan mengutip perkataan Nida dan Taber mengenai

penerjemahan, keduanya menyatakan:

Translation consists of reproducing in the receptor language the closest

natural equivalent of the souce languang message, first in terms of meaning

and secondly in terms of style.2

Secara bebas kutipan di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah upaya mereproduksi pesan ke dalam bahasa penerima

(BSa) dengan padanan sealami mungkin sesuai bahasa sumber (BSu),

pertama dalam hal makna, kemudian dari gaya bahasa.

1 Frans Syogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidyatullah, 2008) h. 9.

2 Nida, E.A. dan Ch. R. Taber. The Theory and Practice of Translation. Help for Translator,

(Den Haag: Brill, 1969) h. 12.

Page 20: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

10

Menurut Sayogie, penerjemahan adalah usaha pengungkapkan pesan

kedalam bahasa lain. Karenanya, benar atau salah suatu terjemahan tidak

selamanya mutlak, jika melihat siapa sasaran dari terjemahan tersebut.

Menurutnya juga, kata reseptor dalam kutipan di atas menunjukkan bahwa

penerjemahan adalah kegiatan komunikasi.3 Komunikasi inilah yang menjadikan

hasil terjemahan sebagai produk yang memiliki sifat relatif.

Mendukung dua ahli di atas, Suryawinata dan Hariyanto juga

mengungkapkan hal yang sama, bahwa penerjemahan adalah mencari padanan

yang semirip mungkin sehingga pesan dalam bahasa sumber dapat tersampaikan

ke dalam bahasa sasaran.4 Sedangkan menurut Ibnu Burdah, terjemah adalah

usaha memindahkan pesan dari teks sumber dengan padanannya ke dalam bahasa

sasaran.5

Dalam Sayogie, Newmark mendefinisikan penerjemahan:

rendering the meaning of a text into another language in the way that the

author intended the text (mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa

lain sesuai maksud pengarang).6

Definisi yang sama juga diungkapkan oleh Syarif Hidayatullah, bahwa

penerjemahan adalah memindahkan pesan ke dalam bahasa lain secara sepadan

3 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidyatullah, 2008) h.7.

4 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penunjuk

Praktis Menerjemah, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 12.

5 Ibnu Burda, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 10.

6 Frans Syogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidyatullah, 2008) h. 7.

Page 21: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

11

dengan ungkapan yang wajar, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dalam

mengangkap pesan.7

Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana penerjemahan dapat

dimengerti sebagai aktifitas pengalihan pesan dari satu bahasa sumber, ke dalam

bahasa lain yang berbeda, namun mengandung konsep yang sama atau sepadan.8

Karena terjemah erat kaitannya dengan pesan dan amanat, penerjemah adalah

orang yang bertanggungjawab untuk memahami suatu teks dalam bahasa sumber

sekaligus menyuguhkan kepada pembaca pengguna bahasa sasaran. Sudah tugas

penerjemah adalah memahami sekaligus memahamkan. Penerjemah yang tidak

memahami teks sumber berarti telah gagal sebelum melangkah dan kemungkinan

terburuknya ia akan menyajikan karya terjemahan yang tidak berkualitas. Lebih

parah lagi jika yang ia terjemahkan adalah teks al-Quran, karena penerjemah

adalah penyambung lidah penulis atau pembicara.9

B. Penerjemahan Komunikatif

Penerjemahan Komunikatif adalah metode menerjemahkan dengan

mereproduksi makna kontekstual bahasa secara tepat.10

Sebagaimana yang pernah

ditulis Newmark:

7 Moh. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah, (Tengerang: UIN Press, 2014) h. 17.

8 Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)

h. 20.

9 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah, (Tengerang: UIN Press, 2014) h. 15.

10 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah, (Tengerang: UIN Press, 2014) h. 63.

Page 22: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

12

Communicative translation attempts to render the exact contextual meaning

of the original in such a wav that both content and language are readily

acceptable and comprehensible to the readership.11

Metode ini sangat memperhatikan efek terjemahan terhadap pembaca target.

Hasil terjemahan diupayakan memiliki bentuk, makna dan fungsi yang selaras

dalam BSa.12

Dengan kata lain, terjemahan komunikatif berusaha menciptakan

efek yang dialami BSa sama dengan efek yang dialami oleh pembaca BSu.13

Menurut Sayogie, Newmark menyatakan bahwa penerjemahan dalam

metode ini diperbolehkan untuk mengoreksi dan mengubah logika penulisan, gaya

penulisan, mengklarifikasi ketaksaan dan penggunaan jargon. Dalam hal ini,

penerjemah bekerja dalam konteks variasi bahasa dan budaya sasaran dalam

mengadaptasi pikiran, pesan, budaya, gaya bahasa, struktur semantik dan sintaksis

dalam teks BSu.14

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

penerjemahan komunikatif sangat mengutamakan kenyamanan pembaca teks

bahasa sasaran tanpa mengesampingkan amanat penulis teks sumber. Bentuk

kalimat dalam BSu pun tidak perlu dipertahankan jika dianggap dapat

menimbulkan kekeliruan informasi. Dalam metode ini makna sangat

11

Peter Newmark, A Textbook of Translation, (London: Prentice Hall, 1988) h. 41.

12 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-indonesia, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011) h. 57.

13 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penunjuk

Praktis Menerjemah, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 49.

14 Frans Syogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidyatullah, 2008) h. 90.

Page 23: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

13

dipentingkan, sehingga pembaca terjemahan dapat lebih mudah memahami

maksud dan pesan penulis TSu.15

Pernyataan ini juga diperkual oleh Zuchridin dan Sugeng. Keduanya

memaparkan, bahwa penerjemahan komunikatif merupakan metode yang

subjektif karena ia berusaha mencapai efek pikiran dan tindakan tertentu pada

pihak pembaca Bsa.16

Dalam prosesnya, sangat mungkin dilakukan penerjemahan

adaptasi bahkan semantis terlebih dulu, baru kemudian dimodifikasi menjadi

penerjemahan komunikatif untuk memunculkan efek yang diinginkan. Jadi,

penerjemahan komunikatif bukanlah metode yang berkutat di seputar benar atau

salahnya hasil terjemahan, tapi “sudahkan hasil terjemahan ini memuaskan?”

C. Strategi Penerjemahan

Telah kita ketahui bersama, bahwa bahasa Arab memiliki struktur dan

kontruksi yang berbeda dibanding bahasa Indonesia. Perbedaan ini kerap menjadi

kendala dalam keterbacaan teks, khususnya untuk metode penerjemahan

komunikatif. Karenanya, untuk mengatasi kendala tersebut, penerjemah akan

mencoba memaparkan beberapa strategi yang akan dilakukan untuk menghasilkan

terjemahan yang baik menurut metode komunikatif.

1. Mengedepankan dan Mengakhirkan (Taqdim wa Ta’khir)

Struktur yang sering digunakan dalam bahasa Arab adalah bentuk

verba, mendahulukan kata kerja sebagai predikat kemudian disusul

15

M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-indonesia, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011) h. 58.

16 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan Penunjuk

Praktis Menerjemah, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 50.

Page 24: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

14

benda sebagai subjek.17

Dengan menggunakan strategi ini peneliti dapat

mengedepankan kata, bahkan frasa TSu yang diakhirkan dalam BSa,

dan mengakhirkan kata dalam TSu yang dikedepankan dalam TSa.18

Contoh:

اؤ أفخ لذ19

3 2 1

Orang-orang beriman telah beruntung.

3 1 2

Perhatiakan susunan kata 123 pada Tsu bahasa Arab di atas. Saat

dialihbahasakan, susunan di atas berubah menjadi 312, kata di depan

pindah ke belakang, begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena

susunan kata dalam bahasa Arab tidak seperti bahasa Idonesia yang

cenderung Subjek mendahului predikat20

terlepas adanya kalimat

inversi. Dalam bahasa Arab lebih struktur Predikat-Subjek dikenal

dengan jumlah fi‟liyah.

2. Menambahkan (Ziyādah)

Dalam strategi ini penerjemah dapat menambahkan kata yang

memudahkan keterbacaan teks sasaran, meskipun kata tersebut tidak

terdapat dalam teks sumber. Contoh:

17

Nur Mufid dan Kaseruan AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007) h. 47.

18 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah, (Tengerang: UIN Press, 2014) h. 54.

19 Al-Muminun: 1

20 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Tengerang Selatan: Alkitabah,

2012) h. 104.

Page 25: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

15

21امبخ ظبد اظ 4 3 2 1

Kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat.

1 T 2 T 3 4

Pada contoh tersebut, TSu terdiri dari 4 kata, sementara kata

dalam TSa bertambah menjadi 6 kata. Tambahan (T) itu merupakan

konsekuensi dari perbedaan struktur dalam BSu dan BSa. Dalam TSu,

tidak diharuskan adanya pemarkahan predikat untuk predikat berupa

nomina, karena sudah diwakili oleh struktur gramatikal yang

menyimpan hal itu. Sementara dalam TSa, predikat berupa nomina

mengharuskan adanya pemarkahan predikat. Begitu juga yang terjadi

pada keterangan waktu, perlu adanya pemarkahan keterangan pada TSa,

karenanya ada penambahan kata.

3. Membuang (Ḥadzf)

Dengan strategi ini peneliti dapat membuang atau tidak

menerjemahkan beberapa unsur kebahasaan yang terdapat dalam TSu

guna menghindari penyimpangan pesan karena gaya dan tata bahasa

Indonesia memang menghendaki demikian.

22اصؼثبد ج اشؼت أاػب

Bangsa ini menghadapi bermacam-macam kesulitan.

Perhatikan harfu jar di atas, penerjemahannya sengaja

dihindari karena dapat merusak makna. Sifatnya hanya tambahan yang

21

Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, (Jakarta: Dar al-Kutub al-

Islamiyah, 2002) h. 382.

22 Dr. Rofi’I, Dalil Fi al-Tarjamah 1, (Ciputat: Persada Kemala) h. 106.

Page 26: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

16

tidak memiliki arti spesifik. Coba rasakan jika harfu jar tersebut turut

diterjemahkan sebagaimana berikut; Bangsa ini menghadapi

bermacam-macam dari kesulitan.

Berikut kami juga memaparkan contoh ḥadzf beberapa kata dalam satu

TSu:

طغ لا دشصف ػالج ب شب أخلال فىش شء وب

Andai manusia mau berpikir panjang, moralnya tidak akan rusak oleh

kerakusan.

Di sini ada beberapa kata yang tidak turut diterjemahkan;

pertama, وب yang bermakna leksikal menjadi.23

Kedua, دشص

memiliki makna keinginan.24

Tidak diterjemahkan terkait kelaziman

dalam penggunaan konsep struktur TSa. Antara دشص dan طغ ada

makna yang saling berdekatan, maka cukup diterjemahkan salah

satunya dengan memperhatikan konteks yang melingkupinya.25

Ketiga,

konjungsi untuk menghubungkan dua kata di atas. Tidak لا

diterjemahkan karena tidak lagi berfungsi karena kata yang

dihubungkan tidak turut diterjemahkan.

23

Munir Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, (Surabaya: Halim Jaya, 2006)

h.744.

24 Ibid., h. 289.

25 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah, (Tengerang: UIN Press, 2014) h. 56.

Page 27: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

17

4. Mengalihkan (Tahwīl)

Seperti telah disebutkan di atas oleh para pakar, penerjemahan

adalah usaha mengungkapkan pesan yang melibatkan dua bahasa yang

berbeda, meliputi aspek struktur dan kultur. Perbedaan inilah yang

terkadang sulit dicarikan padanannya dalam TSa. Karenanya, lahirlah

strategi mengalihkan kategori sintaksis suatu kata dalam TSu ke

kategori lain dalam TSa. Contoh:

26ػجبدته دغ نشىش ن روش أػ ب ػىا

Duhai Allah, tolonglah kami untuk selalu ingat, bersyukur dan

meningkatkan ibadah kepada-Mu.

Perhatikan pada tiga kata yang digarisbawahi dalam TSu.

Ketiganya adalah kelas kata dari masdar atau nonverba. Namun, saat

diterjemahkan, kategori sintaksisnya beralih menjadi verba. Startegi ini

mengalihkan kelas kata BSu ke kelas kata lain dalam BSa, namun tetap

berpadanan.

Inilah beberapa strategi penerjemahan yang akan digunakan peneliti untuk

mempermudah proses pengalihan pesan dalam teks buku Nahwa Rajul A„māl

Islāmy.

26

Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2004) h.

57.

Page 28: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

18

BAB III

Biografi Asyraf Muhammad Dawābah dan Sekilas

Tentang Buku Nahwa Rajul A’māl Islāmy

A. Asyraf Muhammad Dawābah

Dia adalah pria kelahiran 1965, atau 54 yang lalu, di kota Rahmania, Mesir.

Ia berhasil menduduki peringkat keempat sebagai Sarjana Muda, Program Studi

Manajemen Keuangan di Universtas Alexandria pada tahun 1987. Di kota yang

sama, dia berhasil meraih gelar Diploma dalam bidang Ilmu Administrasi,

tepatnya di Sekolah Tinggi Sadat, tahun 1994.1

Pada tahun 2000, ia menamatkan S-1 dalam bidang Syariah dan Hukum di

Univertsitas al-Azhar. Di tahun yang sama, dia juga meraih gelar Master

Administrasi Bisnis2 dengan judul tesis “Investment Funds in Islamic banks

between theory and practice, systematic presentation, a proposed model” di

akademi tempat ia mendapat gelar diplomanya dulu.

Kurang-lebih 3 tahun kemudian, di akademi yang berdiri sejak 19813 itu ia

meraih gelar Ph.D dalam bidang Administrasi Bisnis dengan judul disertasi “Role

of financial markets to strengthen the long-term investment in Islamic banks”. 4

1 http://www.drdawaba.com/drdawaba//tabid/54/Default.aspx (diakses pada

26/04/2017, pukul 14.50 WIB).

2 https://www.abjjad.com/author/2799992922/ دواب-محمد-اشرف /books (diakses pada

24/02/2019, pukul 3.49 WIB).

3 Akedemi Sadat, http://www.sams.edu.eg/ الأكادمة-عن-تارخة-الأكادمة/نبذة-عن (diakses pada

26/04/2017, pukul 14.19 WIB).

Page 29: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

19

Dua tahun setelah meraih gelah sarjana mudanya, tepatnya tahun 1989, ia

bekerja di bank syariah pertama di Mesir, yakni Faisal Islamic Bank yang mulai

beroprasi sejak Juli 1979.5 Dia juga pernah menjabat sebagai kepala jurusan Ilmu

Administrasi di salah satu fakultas di Univeristas Sarjah tahun 2008-2010.

Dia pun aktif dalam bidang ekonomi Islam. Tercacat, beliu pernah menjadi

anggota berbagai organisasi yang berkenaan dengan ekonomi, di antaranya: The

Global Islamic Economy and Finance Institution, Egyptian Society of Political

Economy, Statistics and Legislation, International Union of Muslim Scholars.

Selain berpengalaman menjadi pembicara internasional di berbagai

pelatihan di dunia Arab, dia telah menulis lebih dari 20 buku terkait ekonomi,

perbankan dan bisnis, diantaranya:6 buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy, Ṣanādiq al-

Istithmar fī al-Bunuk al-Islāmy, al-Istithmar fī al-Islām, Baitu Iqtiṣad Muslim, Sūq

Māliyah Islāmiyah, Sayyidah A„māl Muslimah, Durus Iqtiṣadiyah min Ramadhān.

B. Buku Nahwa Rajul A’māl Islāmy

Nahwa Rajul A„māl Islāmy adalah salah satu buku yang dikarang oleh Dr.

Asyaf Muhmmad Dawābah. Diterbitkan oleh Dar Es-Salam Kairo sebagaimana

15 buku karangan dia lainnya.

4 Asyraf Dawaba, “Curriculum Vitae,”

http://www.drdawaba.com/drdawaba/en/CurriculumVitae/tabid/378/language/ar-

EG/Default.aspx (diakses pada 26/04/2017, pukul 14.51 WIB)

5 Faisal Islamic Bank, “Incorporate and History,”

http://www.faisalbank.com.eg/FIB/arabic/about-us/incorporation-history.html (diakses pada

26/04/2017, pukul 13.58 WIB).

6 Abjjad, “Asyaf Muhmmad Dawābah,”

https://www.abjjad.com/author/2799992922/ دوابه-محمد-اشرف /books (diakses pada 26/04/2017,

pukul 14.49 WIB).

Page 30: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

20

Buku seri bisnis muslim ini merupakan bentuk kekhawatirannya karena

banyaknya orang Islam yang melupakan urgensi bisnis dan kaya (wealth) dalam

Islam; agar ia mampu mempertahankan agamanya dan menolong saudarnya.

Sementara itu banyak juga pengusaha muslim yang melupakan jati dirinya sebagai

orang Islam hingga mengabaikan bahwa agama ini telah mengajarkan semua

tentang bisnis secara mendetail. Mereka tidak peduli bahwa dalam bisnis ada etika

di luar legalitas hukum. 7

Dalam waktu yang bersamaan, betapa banyak muslim yang terpedaya oleh

kekayaan hingga berbangga diri, melupakan Allah sebagai pemberi nikmat dan

kemudian bersikap kikir pada sesamanya. Betapa banyak muslim pula yang saling

bersaudara dan mecintai kemudian berbalik 180 derajat menjadi musuh karena

tidak mampu bersikap terhadap harta.8

Karenanya, buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy ditulis. Melalui buku tersebut,

pengarangnya mencoba menjelaskan bahwa bisnis dalam Islam merupakan salah

satu bagian dari ibadah, tidak pantas bagi seorang muslim meninggalkan perannya

sebagai khalifah yang memiliki tanggung jawab atas ekonomi dunia.9 Buku

Nahwa Rajul A„māl Islāmy banyak memaparkan prinsip-prinsip, etika dan akhlak

seorang muslim saat berbisnis yang tentunya tidak diajarkan oleh agama selain

Islam. Semua itu dijelaskan secara gelobal dalam 4 bab pembahasan berikut:

1. Pandangan Islam terhadap harta

7 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h.9.

8 Ibid., h. 10.

9 Ibid., h. 25.

Page 31: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

21

Pada bab pertama buku tersebut dijelaskan; esensi harta dalam

pandangan Islam dan hukum, klasifikasinya, dan yang tidak kalah

pentingnya adalah bagaimana sesuatu itu menjadi hak milik seseorang

hingga pantas dipertahankan dan dimenangkan di mata syariah dan

hukum.

2. Standar pengusaha muslim

3. Kode etik pengusaha.

4. Standar kemajuan bisnis pengusaha muslim.

Menurut peneliti, buku berbahasa Arab ini sangat relevan dengan

permasalah ekonomi yang tengah dihadapai umat Islam. Setiap halamannya

dipenuhi literatur ke-Islaman yang merujuk pada kitab-kitab para ulama klasik

dan kontemporer. Tampak sekali sang pengarang benar-benar ingin menggugah

para pembaca bahwa Islam adalah agama yang paripurna. Dia tidak ingin

tulisannya melencengkan pemahaman agama yang murni, hingga tidak ada ruang

untuk pemikiran tokoh barat yang cenderung hedonis.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang

referensial, Dr. Dawābah tidak lupa mencantumkan banyak ayat al-Quran dan

hadits. Karena jumlahnya yang cukup besar, dan khawatir mengganggu

kenyamanan pembaca, pengarang meletakkan informasi-informasi tersebut di

dalam footnote.

Menurut pengamatan peneliti, sang pengarang sangat jeli dalam menulis

buku ini, hingga hampir tidak dijumpai kesalahan dalam pengetikan huruf dan

angka, kecuali beberapa saja. Di antarnya:

Page 32: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

22

Penulisan nomer ayat di halaman 53 tercatat al-Qalam: 3, padahal

yang benar al-Qalam: 4. Kesalahan serupa juga terdapat pada

halaman 69. Di sana tertulis al-Baqarah: 028, yang benar adalah al-

Baqarah: 208.

Pada halaman 85. Terdapat beberapa keterangan yang dijelaskan

menggunakan poin-poin. Penulis mengurutkan 18 poin, padahal

hanya ada 17 poin, karena ia tidak menulis poin ke-11.

Pada halaman 122, tertulis ي -س –ن – - ي- padahal yang benar

tanpa huruf “” ي -س –ن -ي– . Pada paragraf yang sama juga

tertulis أدخ padahal yang benar adalah أسد .

Beberapa kali pengarang menggunakan kata atau istilah yang dipakai oleh

al-Quran dan al-Hadits. Seolah buku yang dia tulis hanyalah untuk dibaca bangsa

Arab dan mereka yang memahami Kitabullah dan as-Sunnah. Pasalnya untuk

menerjemahkan kalimat-kalimat itu tidak cukup melihat makna tekstual

berdasarkan kamus, bahkan perlu melihat kitab tafsir dan syarah hadits agar

mencapai pemahaman yang sempurna.

Walau demikian, penulis buku tampaknya telah berusaha sebaik mungkin

dalam memaparkan bukunya dengan memberikan keterangan tambahan -- untuk

beberapa kasus – yang memang membutuhkan contoh sebagai pendukung agar

lebih mudah dipahami. Misalnya, beberapa poin tentang Eksepsi Bai al-Garar10

dalam bab ke-3 dan istilah “syarat” pada bab ke-4.11

10

Ibid., h. 83.

11 Ibid., h. 83.

Page 33: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

23

Bab VI

Pertanggungjawaban Terjemahan Teks Buku

Pada bab ini peneliti mencoba memberikan pertanggungjawaban terhadap

hasil terjemahan kitab Nahwa Rajul A„māl Islāmy. Peneliti akan mendeskripsikan

penerapan metode penerjemahan komunikatif dan strategi penerjemahan yang

digunakan dalam menerjemahkan. Namun, karena jumlah korpus dalam Tsu

begitu banyak, tidak memungkinkan untuk dideskripsikan semua. Peneliti hanya

mengambil beberapa sampel yang dirasa cukup mewakili korpus lain.

Berikut ini sebagai pertanggungjawaban peneliti mengenai terjemahan kitab

Nahwa Rajul A„māl Islāmy.

a. Teks Judul Buku

ذ سج أػبي إعلا1

Semantik Komunikatif

Menuju Pengusaha yang Islami Rambu Pengusaha Muslim

Jika kita merujuk pada pembahasan yang terkandung dalam buku Nahwa

Rajul A„māl Islāmy, maka tarkib سج أػبي dapat dipadankan dengan istilah

pelaku ekonomi. Karena pelaku ekonomi itu sendiri adalah orang yang bergerak

1 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005).

Page 34: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

24

dalam bidang ekonomi,2 tanpa terkecuali termasuk di dalamnya pengusaha,

investor, supplier dan konsumen.3 Namun, jika diterjemahkan demikian, maka

maknanya mengalami pergeseran lebih luas. Istilah pelaku ekonomi kurang begitu

dikenal masyarakat BSa.

Namun, jika diterjemahkan pengusaha maknanya berbalik mengalami

penyempitan. Masyarakat umum cenderung memahami bahwa pengusaha adalah

pemilik perusahaan besar saja, adapun orang-orang yang bekerja di bawahnya

hanya sebatas karyawan. Padahal karyawan suatu perusahaan merupakan pelaku

ekonomi dalam rangka menjalankan tugas perusahaan. Di lain waktu karyawan itu

pun konsumen untuk suatu produk. Tetapi kata pengusaha lebih akrab digunakan

oleh masyarakat BSa.

Berikutnya kata إعلا terdiri dari 2 unsur; ism yaitu إعلا dan harfu ya

al-nisbah yaitu ي. Nisbah sendiri berfungsi menunjukkan nama turunan4 atau

keterkaitan sifat terhadap nama yang dihubungkan huruf tersebut.5 Maka,

terjemah Islami dengan memberikan imbuhan akhiran -i dan tambahan „yang‟

2 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pelaku%20ekonomi (diakses pada 28/02/2019, pukul

01.49 WIB).

3 https://blogs.itb.ac.id/wikia/pelaku-bisnis-entrepreneur-investor/ (diakses pada

28/02/2019, pukul 01.49 WIB).

4 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pelaku%20ekonomi (diakses pada 28/02/2019, pukul

03.42 WIB).

5 Musthofa al-Ghalayini, Jami al-Durus al-Arabiyah, (Beirut: Dar Al-Kotob Al-Islamiyah,

2009) h.49.

Page 35: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

25

dalam contoh semantik adalah ketepatan tersendiri. Karena makna yang

dikandungnya pun menyatakan „memiliki sifat‟.6

Namun, makna menuju pengusaha yang islami dirasa kurang nikmat

ditelinga pengguna BSu. Kata pengusaha adalah turunan kata usaha dengan

prefiks pe- yang menyatakan pelaku. Maka, peneliti berpendapat bahwa frasa

yang tepat untuk membentuk makna tarkib di atas adalah frasa yang berstruktur N

+ N yang memiliki makna gramatikal „pelaku‟,7 dengan mengubah kata islami

menjadi muslim.

Selanjutnya pada terjemah komunikatif kata ذ di atas, kata menuju pada

terjemahan semantik digantikan dengan kata rambu pada terjemah komunikatif.

Karena rambu itu sendiri bermakna petunjuk, yang artinya yang menunjukkan

arah.

b. Teks Sub Bab

اعتمشاس تذ ساػتجب8

Harfiah Komunikatif

Pertimbangan Tidak Bergerak dan Berdasarkan Bergerak dan Tidaknya

6 Pusat Bahasa Kemdiknas Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)

h.131.

7 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia : Pendekatan Proses, (Jakarta, Rineka Cipta,

2009) h. 128.

8 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005). h.

16.

Page 36: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

26

Geraknya

Sebagaimana pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dalam karya ilmiah ini

peneliti mencoba menggunakan metode penerjemahan yang berorientasi pada Tsa,

atau lebih tepatnya metode komunikatif. Melalui strategi Ḥadzf. meskipun terdiri

dari dua kata yang berbeda makna, frasa تذ اعتمشاس, dapat diterjemahkan

menjadi satu kata yang mampu mewakili keduanya. Karena dihubungkan dengan

huruf athaf atau konjungsi koordinatif yang menunjukkan bahwa ada kesetaraan

nilai antara dua kata di atas.

Jika merujuk pada makna leksikal, kata تذي berarti perubahan, peralihan,

pergeseran, sebaliknya kata اعتمشاس berarti stabil, konstan9 dengan kata lain tidak

ada perubahan alias tidak bergerak. Karena adanya satu medan makna yang dapat

menjelaskan dua kata tersebut dalam Tsu,10

maka keduanya diterjemahkan

menjadi Bergerak dan Tidaknya.

Pada dasarnya dua kata tersebut diterjemahkan menjadi bergerak dan tidak

bergerak, namun pada umumnya sub bab lebih menarik ditulis secara ringkas,

terlebih jika isi bab tersebut tidak terlalu panjang, untuk menghasilkan kesan lugas

dan komunikatif.

9 Munir Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, (Surabaya: Halim Jaya, 2006).

10 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 16.

Page 37: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

27

c. Teks Klausa Verba

ػ سثم الإغب ثبخلافخ ف الأسض بثخ 11

Semantik Komunikatif

manusia menjalanakan12

khilafah di

bumi mewakili Tuhannya

manusia memosisikan diri sebagai

wakil Allah di dunia

Dalam penerjemahan kalimat ini, peneliti menggunakan 2 strategi Ḥadzf

dan Taqdim wa Takhir.

سث ػ بثخ الأسض ف ثبخلافخ الإغب م 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

manusia memosisikan diri sebagai wakil Allah di dunia

2 1 3 T 8 7 9 10 5 6

Semula, Tsu terdiri dari 10 kata, ketika diterjemahkan menyusut menjadi 8

kata termasuk tambahan (T).

Kata اخلافخ adalah objek dari kerja ة م , kata بثخ pun maf‟ul liajlih

yang menerangkan motif kata kerja itu sendiri.13

Keduanya memiliki makna yang

sama, yakni wakil, suksesi, dan pengganti. Pada dasarnya, kata اخلافخ juga

11

Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 25.

12 Munir Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, (Surabaya: Halim Jaya, 2006)

13 Hifni Bek Dayyab, dkk., Qawa’idu ‘l-Lughati ‘l-‘Arabiyah. Penerjemah Chatibul Umam

(Jakarta: Darul Ulum Press, 2007), h. 252.

Page 38: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

28

bermakna kepemimpinan atas seluruh dunia14

. Namun, melihat konteks yang ada

bahwa kitab Nahwa Rajul A„māl Islāmy adalah buku pengembangan diri untuk

masyarakat umum, peneliti menangkap bahwa makna yang dimaksud bukanlah

khilafah kepemimpinan umat Islam. Ditambah, adanya 2 objek yang bersinonim,

maka peneliti mencoba penerjemahan yang lebih efisien dengan cara meleburkan

2 kata tersebut melalui terjemahan memosisikan diri sebagai wakil.

Kata سث diterjemahkan menjadi Allah,15

karena sangat cocok untuk

digunakan dalam buku-buku wawasan ke-Islaman. Praktik ini secara tidak

langsung menghilangkan pronomina orang ketiga yang terdapat dalam Tsu,

karena dianggap tidak lazim dan sudah mewakili.

Kata dalam Tsu yang semula 12345678910, saat diterjemahkan urutannya

berubah menjadi 312T8791056. Dengan demikian, ada kata yang asalnya

akhirkan dalam Tsu, kemudian ketika diterjemahkan menjadi diakhirkan. Begitu

juga sebaliknya, karena terkait kelaziman kalimat dalam Tsu dan Tsa yang

berbeda. Sedangkan kata tambahan di atas sengaja dimunculkan agar aspek

kebahasaan dapat mudah dimengerti.

14

Almaany, https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/خلافة (diakses pada 01/05/2017, pukul

23.16 WIB).

15 Almaany, https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/ رب (diakses pada 02/05/2017, pukul

06.56 WIB).

Page 39: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

29

d. Teks Kalimat Nomina

اذبفظخ ػ مبصذ اششؼخ ف اؼجبدح16

Harfiah Komunikatif

Menjaga Tujuan Syariat dalam Ibadah

Konservatif Terhadap Intensi Syariat

dalam Ibadah

Dalam kasus ini tidak ada perubahan susunan kata antara Tsu dan Tsa.

اؼجبدح ف اششؼخ مبصذ ػ اذبفظخ 6 5 4 3 2 1

Konservatif Terhadap Intensi Syariat dalam Ibadah

1 2 3 4 5 6

Kata اذبفظخ yang merupakan masdar dalam gramatika mengalami proses

tahwīl saat diterjemahkan menjadi adjektiva, konservatif.

e. Teks Paragraf

تشج عؼت أ تجت سج الأػبي ؼب اصذق

خ ػ اغؼخ أ تمذ ؼبد ض رةثبذػبخ اىبرثخ اذف اىب

تغشي اشتشي17

16 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 46.

17 Ibid., h. 56.

Page 40: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

30

Terjemah Komunikatif

Juga, termasuk makna integritas bagi pengusaha muslim ialah menghindari

promosi komoditas dengan iklan dan sumpah palsu, atau informasi menyesatkan

yang dapat menipu konsumen.

Teks di atas diterjemahkan di atas pendekatan komunikatif dengan strategi

Ziyādah, Ḥadzf, dan Taqdim wa Takhir, sebagaimana berikut:

ثبذػبخ عؼت تشج لأػبيا سج تجت أ اصذق ؼب 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

تغشي ؼخاغ ػ ضخ ؼبد تمذ أ اىبرة اذف اىبرثخ 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12

اشتشي

23

Juga, termasuk makna integritas bagi pengusaha muslim ialah menghindari

1 2 3 4 T 7 8 T 5 6

promosi komoditas dengan iklan dan sumpah palsu, atau informasi

9 10 11 13 14 12 15 16 18

yang menyesatkan hingga menipu konsumen.

T 19 T 22 23

Peneliti memberlakukan strategi Taqdim wa Takhir terhadap Tsu nomer 7

dan 8 demi mentaati urutan yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam

frasa سج الأػبي peneliti juga memperaktikan strategi Ḥadzf. Karena kata

pengusaha adalah padanan yang tepat untuk frasa tersebut. Kemudian

memberikan tambahan berupa kata muslim, sebagai konsekuensi makna

kontekstual. Dalam hal ini, pengusaha yang dimaksud penulis tentu saja seorang

muslim. Sementara tambahan lain adalah pengaruh struktur gramatikal dalam Tsa

agar aspek kebahasaanya mudah dipahami.

Page 41: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

31

Peneliti juga menghilangkan beberapa arti kata yang seharusnya berada

dalam Tsa, agar terjemahan menjadi lebih lugas, tanpa memunculkan kata dan

istilah yang sama berkali-kali dalam waktu yang berdekatan sebagaimana yang

terjadi pada nomer 12 dan 15. Sementara diterjemahkan menjadi juga adalah

karena huruf tersebut merupakan istinab atau ibtida.18

f. Teks Daftar

شش امائ ابخ عبئ الإفصبح ف اششوبد اؼبصشح :

ػب خلاي ىبتت سعبب غب اشلبثخ اخبسجخإشوخ ش

دساعخ تلؼبد اغقت اى اطبد ؼثب دج اجاذبعجخ

اتخبر ب أعبتشبو اتغك وزه ثب بو الإداسح صلادت

ى سأط ابي إ خغبستأاس لاءخ اششع غجخ سثذت امش

تذشف أذذذ اغئخ اجضاء ػى إخفبء اذمم فضلا ػ ت

أصذبة الأاي ب غ دبخ ااجت الإفصبح ػ اؼبد اجببد

س اتمصش أ اتؼذياعتشداد دمل ػذ ظ19

Terjemah Komunikatif

Di antara media transparansi dalam perusahaan modern adalah:

1) Laporan data finansial perusahaan kepada para pemegang saham di

bawah pengawasan akuntan publik,

18

Shalahuddin Abu Said Khalil, al-Fusul al-Mufidah fii al-Wawi al-Mazidah, (Amman: Dal

al-Basyir, 1990) h. 56.

19 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 59.

Page 42: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

32

2) Visibilitas seluruh pembelanjaan dan tagihan, riset peluang pasar

serta kendala pemasaran,

3) Visibilitas struktur administratif dan wewenang, serta metode

pengambilan keputusan, ketentuan hukum, pembagian untung-rugi,

di samping perincian tanggung jawab dan sanksi atas penggelapan

atau distorsi informasi dan data yang seharusnya diketahui para

pemegang saham.

4) Serta adanya jaminan pengembalian hak-hak mereka ketika

terjadinya kelalaian dan pelanggaran.

Sebagaimana teks-teks sebelumnya, peneliti menggunakan strategi yang

sama dalam menerjemahkan teks paragraf ini. Namun, kali ini peneliti mengubah

format tulisan.

المالة الموائم نشر: المعاصرة الشركات ف الإفصاح وسائل من و 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

خلال من علها الخارجة الرلابة و للمساهمن ارسالها و للشركة

مكاتب 25 24 23 22, 21 20 19 18 17, 16 15, 14 13 12, 11

تولعات دراسة و الكل الطلاب و اتعالمب حجم بان و المحاسبة السوق

37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26

أسالب و صلاحتها و الإدارة هاكل بان كذلن و التسوك مشاكل و50 49 48, 47 46 45 44 43 42 41 40 39 38

رأس إلى خسارته او ربحته نسبة و المشروع ملاءمة و لمرارا اتخاذ 64 63 62, 61 60 59, 58 57 56 55 54 53 52 51

او إخفاء على الجزاء و المسئولة تحدد عن فضلا الحمم المال تحرف

76 75 74 73 72 71 70 69 68 67 66 65

Page 43: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

33

أصحاب حماة مع عنها الإفصاح الواجب البانات و المعلومات الأموال

87 86 85 84, 83, 82 81 80 79 78 77

التعدي أو التمصر ورظه عند حمولهماسترداد و 96 95 94 93 92 91, 90 89 88

Di antara media transparansi dalam perusahaan modern adalah:

2 3 4 5 6 7 T

1) Laporan data finansial perusahaan kepada para pemegang saham di

8 9 10 12 16 17 23

bawah pengawasan akuntan publik,

24 19 26 20

2) Visibilitas seluruh pembelanjaan dan tagihan, riset peluang pasar

28 33 30 31 32 35 36 37

serta kendala pemasaran,

38 39 40

3) Visibilitas struktur administratif dan wewenang, metode

43 44 45 46 47, 48 50

pengambilan keputusan, ketentuan hukum, pembagian untung -

51 52 54 55 57 58 60

rugi, di samping perincian tanggung jawab dan sanksi atas

61 68 67 69 70 71 72 73

penggelapan atau distorsi informasi dan data yang seharusnya

74 75 76 77 78 79 T 80

diketahui para pemegang saham.

81 86, 87

4) Serta adanya jaminan pengembalian hak-hak mereka ketika

84 T 85 89 90 91 92

terjadinya kelalaian dan pelanggaran.

93 94 95 96

Page 44: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

34

Pada Tsu nomer 27 dan 41 di atas terdapat فبا الاعتئ yang

menunjukkan tidak adanya partisipasi20

antara satuan gramatika sebelumnya dan

sesudahnya. Itu terlihat dari pergeseran topik antar frasa, inilah mengapa huruf

tersebut tidak diterjemahkan bahkan menjadi acuan penentu format berdaftar.

Pada dasarnya, penggunaan format berdaftar hanyalah strategi untuk

membantu pembaca. Dalam keadaan tertentu, teknik ini juga dapat dimanfaatkan

untuk menerjemahkan ا اؼطف. Berhubung terdapat topik-topik yang berbeda,

maka peneliti hanya membagi paragraf Tsu ke dalam 4 kelompok saja, bukan

sebagaimana jumlah kata penghubungnya. Di antara isi kandungan daftar di atas

adalah:

1. Transparansi finansial.

2. Transparansi progress.

3. Kejelasan status dan hukum.

4. Jaminan hak.

1) Teks Frasa

Perhatikan tarkib pada nomer 19-26:

اذبعجخ ىبتت خلاي ػب اخبسجخ اشلبثخ 26 25 24 23 22, 21 20 19

di bawah pengawasan akuntan publik,

23 24 19 26 20

20

Shalahuddin Abu Said Khalil, al-Fusul al-Mufidah fii al-Wawi al-Mazidah, (Amman: Dal

al-Basyir, 1990) h. 119.

Page 45: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

35

Dengan merujuk pada metode komunikatif, peneliti mencoba mereproduksi

makna kontekstual agar makna yang terkandung dalam TSu dapat langsung

dipahami. Dalam penerjemahan frasa ini terdapat 2 strategi setidaknya; ḥadzf dan

taqdim wa ta‟khir.

Kata pada nomer 21, 22 dan 25 dilesapkan dan sengaja tidak diterjemahkan

karena sudah terwakilkan oleh klausa sebelumnya, serta masih lebih dapat

dipahami dibandingkan jika dua kata tersebut diterjemahkan.

Selanjutnya, terdapat taqdim wa ta‟khir pada terjemahan frasa tersebut. Jika

diurut berdasarkan nomer 19, 20, 23, 24, 26, tanpa memperhatikan konteks yang

terkandung, maka diterjemahkan:

pengawasan eksternal di bawah akuntan

Tentu saja frasa ini sulit dipahami apa dan bagaimana bentuk pengawasan

eksternal di bawah akuntan. Maka, yang benar dan mudah dipahami adalah di

bawah pengawasan akuntan publik. Ini jelas bahwa akuntan yang melakukan

pengawasan berasal dari lembaga eksternal.

g. Teks Tasybih

, , غائ ع, ففائذ تشبلتشبقث دخ فب ع ابي

غتذس , أى أ ذتشص شش ;ئ فائذف ػشف غا

21خش.

21

Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 22.

Page 46: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

36

Harfiah Komunikatif

Harta bagai ular yang mengandung

racun dan obat. Manfaatnya itu obat

dan petakanya itu racun. Orang yang

menyadari petaka dan manfaatnya;

memungkinkan dirinya selamat dari

bahaya dan memperoleh manfaatnya.

Harta itu ular yang mengandung racun

berupa petaka dan obat berupa manfaat.

Orang yang menyadari petaka dan

manfaanya; niscaya selamat dari

bahaya dan memperoleh manfaat.

TSu di atas merupakan bentuk tasybih atau perumpamaan. Melihat dari

sudut pandang adat tasybih-nya, maka tarkib ابي ث دخ adalah tasybih mursal

karena ada kata ث di dalamnya.22 Secara harfiah, kata tersebut lebih berpadanan

dengan kata seperti, bagaikan, dan umpama. Namun, dalam kasus ini peneliti

mencoba memanfaatkan kata itu sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah:

Harta itu ular

Perlakuan ini tentu beralasan, di antaranya; untuk mencela23

harta sebagai

musyabbah hingga menghasilkan efek segera dan waspada. Saat melihat ular,

orang seharusnya berhati-hati dan menjaga jarak agar selamat. Inilah mengapa

yang digunakan oleh TSu adalah diksi ular. Dapat dibayangkan, saat melihat ular,

orang akan berteriak “itu ular!” bukan “bagai ular” atau “umpama ular”.

Jika kita cari di kamus, tentu tidak akan ditemukan kata itu makna dari kata

tapi kita tidak boleh lupa bahwa kata tersebut adalah bagian dari adat tasybih ث

22

Ahmad Syatibi, Balaghah I (Ilmu Bayan) Pengantar Memahami Bahasa al-Quran,

(Jakarta: Tarjamah Center, 2014) h. 17.

23 Ibid., 59.

Page 47: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

37

yang memiliki definisi; kata yang artinya menunjukkan.24

Definisi ini serupa

dengan definisi dari kata itu menurut KBBI; kata petunjuk.25

Kemudian, karena alasan yang sama, ingin menimbulkan efek segera sadar,

peneliti menggabungkan terjemahan beberapa frase setelahnya :

Dengan metode harfiah, seharusnya terjemah yang dihasilkan adalah; Harta

bagai ular yang mengandung racun dan obat. Manfaatnya itu obat dan petakanya

itu racun.

Tetapi, menggunakan metode komunikatif, peneliti menerjemahkan; Harta

itu ular yang mengandung racun berupa petaka dan obat berupa manfaat.

Kalimat kedua lebih mudah dibaca dan langsung dapat dipahami oleh

pembaca BSa meskipun ada ḥadzf dan ziyādah di dalamnya.

h. Teks Bab

26بخ شج الأػبي, اضاثظ الإبثاجذث ا

Semantik Komunikatif

Pembahasan Kedua, Standar Keimanan

Untuk Pengusaha

Bab 2, Standar Iman Pengusaha

Muslim

الأػبي شج الإبخ اضاثظ, ىبثا اجذث

7 6, 5 4 3 2 1

Bab 2, Standar Iman Pengusaha Muslim

24

Ibid,. 8.

25 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/itu (diakses pada 26/03/2019, pukul 04.00 WIB).

26 Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 25.

Page 48: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

38

1 2 3 4 6, 7 T

TSu di atas diterjemahkan menggunakan 3 strategi; tahwil, ḥadzf dan

ziyādah.

Pada nomer 2 teks sumber penulis mencantumkan al-naat wa al-man‟ut

بثاجذث ا yang kemudian diterjemahkan menjadi Bab 2, اجذث sendiri

bermakna pembahasan. Karena makna tersebut dianggap terlalu kaku, maka

peneliti memberikan makna bab yang dirasa lebih akrab didengar dan diucapkan

oleh penutur bahasa sasaran. Bab bermakna bagian isi buku27

yang tentunya tidak

bertentangan dengan konteks ini.

Adapun kata بثا di-Tahwīl dari huruf menjadi angka, 2. Karena angka

dianggap lebih mudah dibaca, sedangkan huruf harus dieja terlebih dahulu.

Selanjutnya, huruf ي pada nomer 5 merupakan huruf syibh al-tamlik28

tidak

diterjemahkan karena dirasa sudah terwakil oleh struktuk frase nominal

subordinatif N + N yang juga bermakna „milik‟.29

Kemudian, nomer 5 & 6 diberikan satu makna sesuai konteks komunikatif,

pengusaha dan ditambahkan kata muslim untuk menegaskan topik yang dibahas

dalam bab sesuai tema yang termaktub pada judul buku.

27

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bab, (diakses pada 26/03/2019, pukul 07.31 WIB).

28 Musthofa al-Ghalayini, Jami al-Durus al-Arabiyah, vol.3, (Beirut: Dar Al-Kotob Al-

Islamiyah, 2009) h.49.

29 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia : Pendekatan Proses, (Jakarta, Rineka Cipta,

2009) h. 123.

Page 49: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

39

i. Teks Penghubung

ىا ،ذػ تشثا صلى الله عليه وسلم جثخ بلذ شذ تبسخ الإعلا صذ

ػجذ اشدب ث غ أثبي: ػثب ث ػفب ب أاي اذب

30إلا لشثب إى اللهصاد زا ابي فب ػف عؼذ ث أث لبص

Sejarah Islam telah membuktikan para sahabat yang secara langsung

diedukasi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki kekayaan materi

yang melimpah, di antaranya: Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Saad

bin Abi Waqas. Bahkan harta tersebut lebih mendekatkan mereka pada Allah.

Mari kita bahas satu persatu.

ىا , ذ ػ تشثاصلى الله عليه وسلم ج صبدجخ الإعلا تبسخ شذ لذ 14 13 12, 11, 10 9 8, 7 6 5 4 3 2 1

غ ب اذب أاي 20, 19 18 17 16 15

Sejarah Islam telah membuktikan para sahabat yang secara langsung diedukasi

4 5 2 3 6 T 10 11 9

oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki kekayaan materi yang

T 8 14 16 17 18

melimpah,

19

Pada teks ini, peneliti menggunakan strategi; ḥadzf, ziyādah, takdim wa

takhir dan tahwīl.

Parhatikan nomer 4, 5, 2, 3, 6 pada TSa, perubahan struktuk urutan terjadi

karena kalimat aktif bahasa Indonesia menganut paham subjek-predikat. Tentu

30

Asyraf Muhammad Dawābah, Nahwa Rajul A‘māl Islamy, (Kairo: Dar Es-Salam, 2005)

h. 53.

Page 50: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

40

saja sulit dipahami saat memberlakukan penerjemahan 2, 3, 4, 5, 6 sebagiamana

tertulis pada TSu, telah membuktikan sejarah Islam para sahabat.

Kasus serupa juga terjadi pada urutan 6, T, 10, 11, 9, T, 8. Frasa (6, 7, 8)

dipisahkan maknanya untuk menggantikan posisi dhamir pada nomer 12 صبدجخ ج

yang merujuk pada nomer 8 agar lebih mudah dipahami. Ini juga alasan mengapa nomer

12 mengalami ḥadzf. Bayangkan jika nomer 12 tetap diterjemahkan sebagaimana berikut:

… para sahabat Rasulullah yang secara langsung diedukasi olehnya …

Lagi pula, kaum muslimin sudah sangat mengenal konteks ini, kata para sahabat

yang dipahami adalah sekelompok orang yang beriman dan hidup bersama Nabi

Muhammad hingga akhir hayat. Apalagi, kata sahabat dan rasul termaktub dalam satu

kalimat. Itulah sebab terjadinya takdim wa takhir dalam terjemahan di atas.

Selain nomer 12, strategi ḥadzf dilakukan karena tidak memiliki makna spesifik

atau karena keberadaanya tidak lagi dibutuhkan.

Selanjutnya ziyādah (T) dimasukkan ke dalam TSa hanya berbentuk partikel yang

berfungsi menimbulkan makna dalam gramatikal.

Adapun tahwīl yang terjadi pada nomer 8, karena kata rasul dianggap lebih akrab

ditelinga penutur BSa dan berkesan lebih memuliakan.

الله إى لشثب إلا ابي زا صاد فب 30 29 28 27 26 25 24, 23 22,21

Bahkan harta tersebut lebih mendekatkan mereka pada Allah.

22 26 25 23 28 24 29 30

Jika merujuk pada TSu, teks di atas masih dalam salam satu kalimat dengan

teks sebelumnya. Kemudian terjemahnya dipisahkan ke dalam 2 kalimat berbeda

karena peneliti ingin mempermudah keterbacaan pesan pada kalimat TSu yang

sudah terlalu panjang melalui pemadanan huruf athaf ف yang bermakna cepat

Page 51: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

41

tanpa jeda31

dengan kata bahkan yang merupakan kata penghubung antar kalimat

untuk menyatakan penguatan.32

Nomer 22 dan 27 tidak diterjemahkan karena keduanya adalah perangkat

kalimat negatif yang memang harus dilesapkan jika ada dua kalimat negatif dalam

satu kalimat. Contoh; “Bukan karena Ibrahim tidak mencintai anak-istrinya di

lembah gersang, tapi karena ia ingin mentaati Allah.”. Artinya, Ibrahim

mencintai anak-istrinya.

Selanjutnya, peneliti menggunakan strategi tahwīl pada nomer 28 dengan

mengubah kelas kata masdar (لشثب ) dalam TSu, menjadi verba (mendekatkan)

dalam TSa untuk mempermudah keterkaitan antar kata dalam satu kalimat.

31

Musthofa al-Ghalayini, Jami al-Durus al-Arabiyah, vol.3, (Beirut: Dar Al-Kotob Al-

Islamiyah, 2009) h.185.

32 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bahkan, (diakses pada 28/03/2019, pukul 07.13

WIB).

Page 52: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

42

Bab V

Penutup

A. Kesimpulan

Buku Nahwa Rajul A„māl Islāmy Karya Asyraf Muhammad Dawābah

adalah karya yang syarat akan informasi, dari hal ini peneliti mengambil

kesimpulan bahwa buku tersebut sangat pantas diterjemahkan menggunakan

metode komunikatif yang beroritentasi pada bahasa sasaran yang mengharuskan

berterimanya pesan dari TSa ke TSu. Untuk beberapa kasus dijumpai kesulitan

untuk menemukan padanan. Untuk itu peneliti melakukan improvisasi kata,

misalnya mengganti kata menuju menjadi rambu.

Selama proses menerjemahkan juga, peneliti menggunakan 4 strategi yang

sangat bermanfaat, tentunya baik juga dimanfaatkan untuk rekan-rekan

penerjemah lainnya. Di antaranya adalah, taqdim wa ta'khir, mengubah posisi

urutan kata; ziyādah, menambahkan kata pada TSa yang tidak dijumpai di Tsu;

hadzf berlawanan dengan ziyādah; tahwīl, mengubah kelas kata menjadi kelas

kata lain.

B. Rekomendasi

Penelitian ini hanya baru berkutat seputar meotde penerjemahan dan

strateginya. Sementara pembahasan seperti morfologi, sintaksis, semantik,

balaghah belum dibahas. Karenanya, ilmu kebahasaan lain yang belum dibahas

diharapkan ikut diteliti.

Page 53: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

43

Daftar Pustaka

A, Nida E and Ch R Taber. The Theory and Practice of Translation. Help for Translator.

Den Haag: Brill, 1969.

Alamsyah, Isa. 101 Dosa Penulis Pemula, Mengupas Inti Sari Workshop Menulis Asma

Nadia. Depok: AsmaNadia Publishing House, 2014.

al-Asqalani, Ibn Hajar. Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam. Jakarta: Dar al-Kutub al-

Islamiyah, 2002.

al-Ghalayini, Musthofa. Jami al-Durus al-Arabiyah. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Islamiyah,

2009.

Baalbaki , Munir dan Rohi Baalbaki. Kamus al-Maurid. Surabaya: Halim Jaya, 2006.

Burda, Ibnu. Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia : Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta,

2009.

Dawābah, Asyraf Muhammad. Nahwa Rajul A„māl Islāmy. Kairo: Dar Es-Salam, 2005.

Dayyab, Hifni Bek, et al. Qawa‟idu „l-Lughati „l-„Arabiyah. Penerj. Chatibul Umam.

Jakarta: Darul Ulum Press, 2007.

Hanafi, Nurachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Ende Flores-NTT:: Nusa Indah,

1986.

Hidayatullah, Moch Syarif. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang Selatan: Alkitabah,

2012.

Hidayatullah, Moch Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer:

Dasar, Teori dan Masalah. Tengerang: UIN Press, 2014.

Pusat Bahasa Kemdiknas Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung:

Pustaka Setia, 2012.

Khalil, Shalahuddin Abu Said. al-Fusul al-Mufidah fii al-Wawi al-Mazidah. Amman: Dal

al-Basyir, 1990.

Loir, Henri Chambert. Sadur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2009.

M. Zaka Al Farisi, M.hum. Metode Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Mufid, Nur dan Kaseruan AS Rahman. Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.

Page 54: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

44

Nababan, Rudolf. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,,

2008.

Newmark, Peter. A Textbook of Translation. London: Prentice Hall, 1988.

Rifa‟i, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2004.

Rofi‟I. Dalil Fi al-Tarjamah 1. Ciputat: Persada Kemal, t.thn.

Rofi'i. Dalil Fi al-Tarjamah 2. Ciputat: Persada Kemala, 2002.

Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasa Teori dan Penuntun

Praktis Penerjemahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.

Syatibi, Ahmad. Balaghah I (Ilmu Bayan) Pengantar Memahami Bahasa al-Quran.

Jakarta: Tarjamah Center, 2014.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidyatullah, 2008.

Yusuf, Suhendra. Teori Terjemahan, Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan

Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994.

Internet

Abjjad. “Asyaf Muhmmad Dawābah.“ Artikel diakses pada 26 April 2017.

(https://www.abjjad.com/author/2799992922/داة-محمد-اششف/books)

Academy, Sadat. “Nubdzatu Tārīkhiyah a‟n al-Akādīmīyah.” Artikel diakses pada 26

April 2017. (http://www.sams.edu.eg/الأوبدخ-ػ-تبسخخ- جزح/الأوبدخ-ػ)

Alfa, Alfa. “Megenal 4 Pelaku Bisnis: Entrepreneur, Investor, User, dan Business

Partner.” Artikel diakses pada 24 September 2018.

(https://blogs.itb.ac.id/wikia/pelaku-bisnis-entrepreneur-investor/).

Bank,Faisal. “Incorporate and History.” Artikel diakses pada 26 April 2017.

(http://www.faisalbank.com.eg/FIB/arabic/about-us/incorporation-history.html).

Dawābah, Asyraf. “al-Sīrah al-Dzātiyah.” Artikel diakses pada 26 April 2017.

(http://www.drdawaba.com/drdawaba/tabid/54/Default.aspx).

Online, Hukum. “Mengenai Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak.” Artikel diakses

pada 30 April 2017.

(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4712/mengenai-benda-bergerak-

dan-benda-tidak-bergerak).

Kemendikbud, “KBBI Daring.” 30 Maret 2019. (https://kbbi.kemdikbud.go.id).

Page 55: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

45

Lampiran

Terjemah Nahwa

Rajul A‘māl

Islāmy

Page 56: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

ii

Pengantar Penulis

Pengusaha adalah bagian dari geliat ekonomi yang tidak mengenal waktu dan

tempat. Mereka merupakan penopang terbesar kemajuan suatu negeri dan perkembangan

umat. Terlebih di tengah terpuruknya kaum muslimin karena ketidakberdayaan dalam

mengelola sumber daya seperti sekarang, hingga memaksa mereka bergantung pada orang

lain dalam memenuhi kebutuhan. Yang paling menyedihkan adalah pudarnya syiar-syiar

Islam dengan ditinggalkannya ajaran muamalah nan bernilai dakwah, yakni sistem

ekonomi berketuhanan; yang unik, bijak, aplikatif serta tepat-guna.

Kemudian mereka mulai mengais serpihan dunia dengan mencabik agama mereka,

kadang dengan mengekor pada sosialisme, kadang kapitaslime atau menggabungkan

keduanya, bahkan meleburkan syariah kedalamnya. Akibat membebek pada nonmuslim,

umat Islam kehilangan rasa percaya diri, wibawa, dan kehormatan.

Meski keterpurukan menimpa umat saat ini, namun di benak para pengusaha muslim

terpaut harapan: bangkitnya kejayaan Islam berserta kekuatan ekonomi, kemajuan sains,

dan kelapangan hidup hingga baytul mal dipenuhi harta benda yang banyak sampai tidak

ada lagi orang fakir, jomblo dan perbudakan.

Nyata hari ini masih ada sejumlah pengusaha yang sesuai gambaran al-Quran,

“Lelaki yang tidak lalai berdzikir, mendirikian shalat, menunaikan zakat karena jual-beli.

Mereka takut akan hari di mana hati dan mata penuh dengan kegelisahan.”1

Para pengusaha itu memanfaatkan harta melimpah dan nikmat pemberian Allah yang

banyak untuk mengembangkan produksi, memakmurkan negeri, menggiatkan para pemuda

dalam produktifitas serta mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai usaha karena rakus

1 Al-Nur: 37.

Page 57: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

iii

akan kebaikan dunia dan akhirat. Kekayaan menjadikan mereka rendah hati dan takut pada

Allah, itulah syukur.

Sebaliknya, sejumlah pengusaha tertipu oleh harta bahkan membutakan hati mereka.

Syahwat pada wanita, miras, gedung megah, emas, perak, mobil mewah, pelayanan dan

perlindungan diri menjadi momok bagi mereka. Cinta harta adalah kesenangan keliru yang

melupakan Tuhan dan hakikat dari nikmat itu sendiri, menyibukkan hati lagi menghinakan.

Nyata hari ini, para pengusaha yang awalnya bersaudara dan saling mencintai, tiba-

tiba berputar 180 derajat menjadi saling bertikai dan mencaci setelah bertransaksi dengan

dinar dan dirham.

Dalam hal ini, pendidikan tolong-menolong pada setiap muslim diharapkan

membantu para pengusaha untuk memahami karakter transaksi dan tugas mereka dalam

kehidupan yang digariskan al-Quran al-Karim, “Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk

menyembah- Ku.”2

Menyembah Allah bukan ibadah ritual semata, namun mencakup semua gerak dan

diam. Allah berfirman, “Katakanlah! ‘Shalat, ibadah, hidup, dan matiku seluruhnya

karena Allah. Tiada sekutu baginya, begitulah aku diperintahkan, dan aku adalah orang

pertama yang ber-Islam’.”3

Etika mencari penghidupan bagi manusia adalah cara hidup yang memiliki sebab dan

akibat. Ia adalah bagian dari siklus ibadah. Ibadah itu sendiri tidak mungkin terealisasi

tanpa ilmu yang menjadi syarat utama baginya. Maka, sudah semestinya pengusaha

muslim menguasai ilmu hukum syariat dalam segala bentuk transaksi agar mampu meraih

yang halal, menjauhi yang haram dan menyingkirkan yang syubhat. Dengan demikian,

siklus ibadah dapat dilaksanakan dengan fisik yang tumbuh dari yang halal, sebagaimana

2 Al-Dzariat: 56. 3 Al-An’am: 162-163.

Page 58: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

iv

sabda Rasulullah, “Allah enggan memasukan orang yang ditubuhnya ada daging haram ke

dalam surga, bahkan akan memasukannya ke dalam neraka.”4

“Tidak akan pernah bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat, kecuali setelah

ditanya tentang 4 hal:

1. untuk apa usianya dihabiskan,

2. untuk apa masa mudanya digunakan,

3. dari mana dia mendapat harta dan ke mana dia pakai, dan

4. apa yang sudah dia perbuat dengan ilmunya.”5

Menguasai ilmu muamalah adalah mutlak bagi setiap pengusaha muslim. Karena

menimba ilmu adalah kewajiban setiap orang Islam, dalam hal ini ilmu yang dibutuhkan

oleh pengusaha, yakni ilmu muamalah. Agar dapat melihat batasan mana yang boleh dan

mana yang terlarang, mana yang paradoks dan mana yang jelas. Diriwayatkan bahwa

Umar bin al-Khattab kerap berkeliling pasar dan memukup pedagang dengan tongkat

sambil berkata, “hanya yang faqih yang boleh berjualan di pasar kami, atau dipastikan ia

memakan riba tanpa sengaja.”6

Islam telah meletakkan fondasi dan pakem keimanan, akhlak, kemajuan yang

diridhai Sang Pencipta kehidupan dan makhluk; agar terciptanya keadilan dalam

muamalah, pengelolaan harta dan permodalan yang baik hingga keseimbangan antara

maslahat pribadi dan umum, demi tercapainya kebahagiaan dunia-akhirat.

Pengusaha muslim yang ingin unggul dan mendapatkan kebaikan dunia-akhirat,

hendaklah memegang erat pakem ini, letakan dunia ditempat semestinya, makan yang

4 Muhammad bin Abd Allah Abu Abd Allah al-Hakim Al-Naisaburi, al-Mustadrak ala al-

Sahihaini, tahqiq Musthafa abd al-Qadir Atha, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, cet ke-1, 1411H, 1990M, vol. 4, h. 141. Menurut al-Hakim, ini adalah hadits hasan shahih.

5 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Abu al-Qasim al-Thabarani, al-Mujam al-Kabir, Tahqiq Hamady bin Abd al-Majid al-Salafi, Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, Cet ke-2, 1410H, 1983M vol. 20, hal. 60.

6 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Maktabah al-Iman, al-Manshurah, vol. 2, h. 59.

Page 59: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

v

baik-baik saja, gemar berinfak dan berbuat baik. Dunia hanya di tangan bukan di hati dan

tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Namun, tidak lupa bahwa harta adalah

penopang kehidupan, maka dia tidak menyia-nyiakan bahkan menjadikannya tunggangan

menuju akhirat. Raihlah akhirat yang telah Allah berikan padamu, tapi jangan lupa bagian

nikmat duniamu.7 Dengan demikian itu bermanfaat untuk dirinya, dan bertumbuh untuk

masyaratnya.

Rasulullah shallalhu alaihi wa sallah pernah berdoa di Ka’bah antara rukun yamani

dan rukun hijr, tepat tersuci di muka bumi, sebagaimana firman Allah, “Duhai Allah

Pencipta kami, berikanlah kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.”8 Pertanyaanya,

sudahkah pengusaha muslim menciptakan dunia, pabrik, pertanian, bisnis dan ekonomi

yang baik?

Kebaikan yang dimaksud itu tidak mungkin tercapai sempurna sebagaimana

diharapkan agama Islam, tanpa kemandirian umat Islam dari bergantung pada umat lainnya

dan berdampingannya adzan shalat dengan produktifitas pabrik. Hidupnya rohani harus

berbarengan berkembangnya jasmani.

Buku ini terdiri dari kata pengantar yang disusul 4 pembahasan:

1. Bab 1: Perspektif Harta dalam Islam

2. Bab 2: Standar Iman Pengusaha Muslim

3. Bab 3: Standar Akhlak Pengusaha Muslim

4. Bab 4: Standar Kemajuan Bagi Pengusaha Muslim

Wallahu l-Muwaffiq wa l-Musta’an wa akhiru da’wana an l-hamdulillahi rabb al-

a’lamin,

Dr. Asyraf Muhammad Dawabah

7 Al-Qashas: 77. 8 Al-Baqarah: 201.

Page 60: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

vi

Daftar Isi

Pengantar Penulis....................................................................................................... ii Daftar Isi ................................................................................................................. vi Bab 1: Perspektif Harta Dalam Islam ..................................................................... 1

Pertama, Berdasarkan Perlindungan Syariat ............................................................. 1

Kedua, Berdasarkan Mobilitasnya ........................................................................... 2 Ketiga, Berdasarkan Keidentikan Jenis .................................................................... 2

Keempat, Berdasarkan Eksistensinya ....................................................................... 3 Kelima, Berdasarkan Dapat atau Tidaknya Diakuisisi ............................................... 3

Bab 2: Standar Iman Pengusaha Muslim ...................................................................... 8 Pertama, Allah Pemilik Modal dan Manusia Mandataris ............................................ 8 Kedua, Menghadirkan Niat dalam Bekerja ............................................................. 11 Ketiga, Iman Kepada Qadha dan Qadar Dibarengi Rasa Syukur Kepada Allah Dalam

Keadaan Senang Maupun Susah ........................................................................... 14 Keempat, Menikmati Pekerjaan Sebagai Proses Menjemput Rezeki Sambil Bertawakal

.......................................................................................................................... 17 Kelima, Istighfar dan Takwa Sebab Datangnya Rezeki ............................................ 21

Keenam, Allah Melebihkan Rezeki Seseorang Di atas Sesamanya ............................ 23 Ketujuh, Konservatif Terhadap Intensi Syariat ....................................................... 26

Bab 3: Standar Akhlak Seorang Pengusaha Muslim .................................................... 33 Pertama, Interaksi dengan Akhlak ......................................................................... 34

1. Jujur............................................................................................................ 34

2. Amanah ....................................................................................................... 39 3. Murah Hati .................................................................................................. 43

4. Berkomitmen ............................................................................................... 50 Kedua, Transaksi Halal dan Baik .......................................................................... 52

1. Menghindari Transaksi Komoditas dan Jasa Haram ......................................... 52 2. Menghindari Mata Pencarian Haram .............................................................. 53

Bab 4. Standar Kemajuan Pengusaha Muslim ............................................................ 78

Pertama: Perlindungan Terhadap Harta dan Pertumbuhannya ................................... 81

1. Melakukan yang Terbaik ............................................................................... 81

2. Menjauhkan Anak-anak ................................................................................ 81 Kedua, Tunduk Terhadap Prioritas Islam ............................................................... 82

Ketiga, Komit Terhadap Prinsip Ajaran Islam dalam Transaksi ................................ 84 1. Hukum asal semua transaksi adalah halal ........................................................ 84

2. Tidak berbahaya dan membahayakan ............................................................. 85

3. Kerja maksimal ............................................................................................ 86

4. Profit berbanding lurus dengan modal ............................................................ 86

5. Profit adalah preservasi modal ....................................................................... 87 6. Praduga Tak Bersalah ................................................................................... 88

7. Niat bagian dari bisnis .................................................................................. 88 8. Segala yang mengarahkan pada keharaman, adalah haram ................................ 89 9. Manipulasi hal haram adalah haram ............................................................... 90

10. Niat yang tulus tidak dapat menghalalkan yang haram .................................... 90 11. Menghindari syubhat demi menjaga kehormatan diri dan agama ..................... 91

12. Keadaan darurat adalah pengecualian ........................................................... 92

Page 61: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

vii

13. Semua piutang yang menghasilkan keuntungan adalah riba ............................. 93 14. Muslim berkomitmen pada syarat ................................................................. 93

15. Perdamaian adalah kebaikan ........................................................................ 95 16. Semua yang boleh dijual, boleh diakadkan .................................................... 95

Page 62: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

1

Bab 1: Perspektif Harta Dalam Islam

Harta adalah salah satu kebutuhan hidup terbesar yang tidak bisa dinafikan manusia.

Lebih dari 9 ayat termaktub dalam al-Quran dan tak terhingga jumlahnya yang disebutkan

dalam al-Hadits. Bahkan Allah menjadikannya satu di antara 2 perhiasan hidup di dunia,

“Harta dan anak-keturunan adalah hiasan kehidupan dunia.”9

Menurut istilah ulama fiqih, harta adalah segala yang dapat dimiliki dan

dimanfaatkan. Menurut wujudnya, harta dibagi 2 unsur:

1. Fisik: Wujud materi yang dapat dirasakan oleh indra manusia, contohnya bentuk

mobil itu sendiri.

2. Nilai: Berupa manfaat yang didapat dari fisik tersebut, contohnya manfaat mobil,

dan kenyamanan tinggal dalam rumah.

Kemudian harta dibagi dalam berbagai golongan sebagai berikut:

Pertama, Berdasarkan Perlindungan Syariat

1. Harta Berharga

Adalah harta yang memiliki nilai jual dan setiap kerusakannya memiliki

konsekuensi ganti rugi. Untuk memiliki nilai jual, ada 2 syarat yang harus

dipenuhi; pertama, didapat dengan usaha dan ada pemiliknya; kedua,

pemanfaatannya dalam keadaan darurat maupun tidak, diperbolehkan menurut

syariat, seperti uang, rumah tinggal dsb.

9 Al-Kahfi: 46

Page 63: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

2

2. Harta Tak Berharga

Adalah harta yang tidak memenuhi 2 syarat di atas, seperti ikan di lautan yang

tidak dimiliki siapapun juga miras dan daging babi yang haram bagi muslim tidak

boleh dikonsumsi.

Kedua, Berdasarkan Mobilitasnya

1. Tetap

Adalah harta yang tidak mungkin dipindahkan, seperti: tanah, bangunan dsb.

2. Bergerak

Harta yang dapat berpindah tempat, seperti: mobil, mebel dsb.

Ketiga, Berdasarkan Keidentikan Jenis

1. Identik

Adalah benda yang memiliki keserupaan bentuk tanpa adanya perbedaan penting

dalam jenis maupun satuaanya, contoh: beras, kurma dan yang serupa lainnya.

2. Nonidentik

Adalah benda yang asalnya tidak memiliki kemiripan rupa, seperti karya-karya

yang langka, atau memiliki kesamaan tapi di antara keduanya ada perbedaan yang

berarti dari segi penggunaannya.

Page 64: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

3

Keempat, Berdasarkan Eksistensinya

1. Konsumsi

Barang yang dapat habis ketika dimanfaatkan, seperti: makanan dan minuman.

2. Nonkonsumsi

Benda yang digunakan namun tidak habis, seperti: buku dan mobil.

Kelima, Berdasarkan Dapat atau Tidaknya

Diakuisisi

1. Harta yang tidak boleh dimiliki

Semua yang dikhususkan untuk digunakan masyarakat umum, seperti: jalan umum

dan jembatan.

2. Harta yang tidak boleh dimiliki kecuali dengan legalitas hukum

Seperti benda-benda wakaf yang tidak dibenarkan untuk dijual, namun renovasi

atau pembiayaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh.

3. Harta yang boleh dimiliki

Semua yang tidak termasuk dalam 2 jenis di atas.

Islam telah menjamin perlindungan terhadap harta. Rasulullah shallallhu alaihi wa

sallam melarang pemborosan10 dan menjanjikan mati syahid bagi siapa saja yang terbunuh

10 Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Tahqiq

Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, vol. 4, hal. 1986.

Page 65: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

4

karena membela hartanya.11 Beliau juga menyetarakan harta secara umum untuk menjaga

dan melindungi hak kepemilikan, selama tidak bertentangan dengan maslahat umum.12

Islam memandang harta sebagai salah satu kemuliaan hidup dan media untuk

mempermudahnya bagi manusia. Harta tidaklah tercela sehingga tidak diposisikan sebagai

sesuatu mungkar dan haram. Tidak pula mulia sehingga tidak dipuja. Ia hanyalah alat, yang

akan baik jika digunakan untuk kebaikan, sebaliknya jika digunakan untuk keburukan

maka ia buruk. Allah berfirman:

“5. Adapun orang yang mendermakan hartanya dan bertakwa, 6. dan membenarkan

balasan yang baik (surga), 7. maka akan kami siapkan baginya jalan yang mudah, 8.

Adapun orang-orang kikir dan merasa dirinya cukup, 9. serta mendustakan balasan yang

baik, 10. maka akan Kami siapkan baginya kesukaran, 11. dan hartanya tidak bermanfaat

apabila ia telah binasa.”13

Hakikatnya harta tidaklah tercela, justru yang hina adalah tendensi manusia yang

rakus, menghalalkan segala cara, menahan hak orang lain, boros lagi bangga diri.

Berdasarkan fakta ini Allah berfirman:

“Ketahuilah, harta dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan di sisi Allah-lah

kompensasi yang besar.” 14

“Sungguh manusia benar-benar melampaui batas. karena dia melihat dirinya serba

cukup.”15

“Pandangan manusia dijadikan indah, mencintai hasratnya, yaitu: wanita, anak,

banyak harta berupa emas, perak, kuda terbaik, binatang-binatang ternak dan sawah

11 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Jufi, Shahih Bukhari, Tahqiq Dr.

Mustafa Dib al-Baga, Dar Ibn Katsir, al-Yamamah, Beirut, cet-3, 1407H, 1987M, vol. 2, hal. 518. 12 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Abu al-Qasim al-Thabarani, al-Mujam al-Awsath,

Tahqiq Thariq bin Audillah bin Muhammad, Abd al-Muhsin bin Ibrahim al-Hasini, Dar al-Haramain, Kairo, 1410H, vol. 8, hal. 93.

13 Al-Lail: 5-11 14 Al-Anfal: 28 15 Al-Alaq: 6-7

Page 66: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

5

ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga).”16

“Katakanlah! ‘jika bapak, anak, saudara, istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu

usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang

kamu sukai, lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka

tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang fasik.”17

Dari Amru bin Auf al-Anshari, “Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, ‘Demi Allah aku tidak

takut jika kefakiran menimpa kalian, tapi aku takut jika dunia dibentangkan sebagaimana

kaum sebelum kalian, kemudian kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu

dunia menghancurkan kalian seperti mereka.’”18

Dari ka’ab bin Malik radiallahuanhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata “Bengisnya 2 ekor

serigala lapar yang memangsa kambing tidak lebih parah dibanding kerakusan manusia

terhadap harta dan kemuliaan yang merusak agamanya.”19

Dari Ka’ab bin Iyadh radiallahuanhu, ia berkata “Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم

berkata, ‘Setiap umat memiliki cobaannya masing-masing, dan cobaan umatku adalah

harta’”.20

16 Ali Imran: 14 17 At-Taubah: 24 18 Muslim, Shahih Muslim, vol. 4, hal. 2273. 19 Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Tahqiq Ahmad Muhammad

Syakir, dkk, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, vol. 4, hal. 588. Hasan Sahih. 20 Ibid., hal. 569. Hasan Gharib.

Page 67: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

6

Al-Quran telah meyampaikan bahwa harta bukanlah sesuatu yang harus dicintai atau

dibenci karena Allah telah menjadikanmya sebagai salah satu perhiasan, penunjang hidup

manusia, dalam beberapa kesempatan menjulukinya sebagai “kabaikan”.

Amru bin Ash pernah meriwayatkan perkataan Nabi صلى الله عليه وسلم: “Harta terbaik adalah yang

dimiliki orang saleh.”21

Ibnu Abbas, “Dirham dan dinar adalah stempel Allah di dunia. Tidak bisa dimakan

dan diminum. Saat engkau memerlukannya, ia memenuhi kebutuhanmu.”22

Said bin al-Musyab, “Tiada kebaikan bagi orang yang enggan mengumpulkan harta

halal. Dengannya kehormatan terjaga dari meminta-minta, menjalin silaturahim dan

memberikan orang miskin.”23

Ada yang pernah berkata pada Abu al-Zinad, “Engkau tidak mencintai dirham

padahal ia mendekatkanmu pada dunia?” Kemudian ia jawab, ”Jika ia mendekatkanku

pada dunia, sebenarnya ia menjagaku darinya.”

Pepatah bijak berkata, “Orang yang mengatur hartanya, sebenarnya telah menjaga 2

kemuliaan: agama dan harga dirinya.”24

Pada prinsipnya harta dalam Islam bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya media

barter. Siapa yang mengimplementasikan hal ini maka tepat guna lah harta itu ditangannya

dan masyarakat. Berbalik 180 derajat bagi siapa yang menjadikannya sebagai puncak cita-

cita, ia hanya akan menjadi gerbang kehancuran bagi pemiliknya dan orang lain.

21 Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah al-Syaibani, Musnad Ahmad, Institut Kordoba, Mesir, vol.

4, hal. 197. 22 Abi al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bashri al-Mawardi. Adab al-Dunya wa al-Din.

Dar al-Furjani: Kairo, 1983, hal. 195-196. 23 Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi, Mukhtashar Minhaj al-Qosidin, Dar al-

Turats, 1398h, hal. 196. 24 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, hal. 196.

Page 68: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

7

Imam Ghazali berkata, “Harta itu ular yang mengandung racun berupa petaka dan

obat berupa manfaat. Orang yang menyadari petaka dan manfaanya; niscaya selamat dari

bahaya dan memperoleh manfaat.”25

Yahya bin Muadz berkata, “Dirham adalah kalajengking yang tidak boleh disentuh

tanpa mantra, mematikan jika menyengat. Mantranya adalah didapat dengan halal dan

diinfakkan dijalan-Nya.”

“Seorang hamba akan ditimpa 2 musibah yang berasal dari hartanya ketika ia mati;

sisa hartanya akan jadi warisan, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas keselurah

hartanya termasuk yang belum ia nikmati.”26

Bagaimanapun harta adalah hiasan duniawi yang tidak direndahkan Islam sehingga

lepas dari genggaman, tidak pula dimuliakan sampai jadi ambisi orang-orang Islam, ia

hanyalah alat untuk melakukan kebaikan. Agama ini menginginkan pemeluknya menjadi

pejuang sejati yang menyibukkan diri dalam kebaikan untuk umat dan keluarganya

menggunakan harta, agar dapat bernilai ibadah murni.27

Dari sini pengusaha muslim dituntut untuk menggunakan harta Allah hanya dalam

ketaatan, yakni mendapatkannya dengan halal, mengeluarkannya dengan cara yang

diridhoi, tidak melupakan dunia dan peka akan kebaikan-Nya berupa keluasan rezeki.

Harta adalah anugerah Tuhan yang harus diterima dan disalurkan dengan cara yang baik,

serta dibarengi dengan upaya mendekatkan diri dan syukur. Selanjutnya, kita akan

membahas poin standar iman, kode etik dan progres yang diarahkan Islam.

25 Al-Ghazali. Ihya Ulumiddin, vol. 3, hal. 221. 26 Ibnu Qudamah, Muhtashar Minhaj al-Qasidin, hal. 196. 27 Hasan Albana, Hadits al-Tsulasa, Maktabah al-Quran, Kairo, hal. 402.

Page 69: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

8

Bab 2: Standar Iman Pengusaha Muslim

Iman dan amal adalah pasangan yang saling berkorelasi layaknya ruh dengan jasad.

Lebih dari 200 ayat al-Quran mengaitkan iman dan amal saleh, sehingga al-Hasan al-

Bashri mendefinisikan iman sebagai “Sesuatu yang bersemayam dalam hati dan tercermin

dengan amal.”28 Maka, iman adalah faktor penting untuk menggerakkan hubungan sosial,

bahkan kehidupan secara menyeluruh. Dari sini tampak betapa urgennya integrasi antara

iman dengan amal saleh bagi seorang pengusaha yang harus dimilikinya, sebagaimana

berikut:

Pertama, Allah Pemilik Modal dan Manusia

Mandataris

Islam memandang manusia, dunia dan kehidupan sebagai eksistensi yang

komprehensif. Sebagaimana dunia, manusia pun demikian diciptakan hanya untuk ibadah

menyembah-Nya. 29

Pencapaian yang dimaksud ibadah itu sendiri adalah manusia memosisikan diri

sebagai wakil Allah di dunia terhadap segala yang telah disediakan-Nya, bertanggung

jawab terhadap fasilitas yang telah diberikan, mengakomodir, dan mewujudkan

28 Ahmad bin Abd al-halim bin Taimiyah al-Harani Abu al-Abbas, Majmu al-Fatawa,

Maktabah Ibnu Taimiyah, cetakan ke-2. Tahqiq Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim al-Asyimi al-Najdi, vol. 12, hal. 477.

29 Ad-Dzariat: 56.

Page 70: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

9

keberhasilan tertingginya yang berupa kemakmuran dan peningkatan taraf hidup sesuai

kehendak Allah, sebagai pemilik sejati dunia ini.30

Kesejahteraan dan kemakmuran adalah perintah Allah yang mutlak tidak dapat

ditawar-tawar. Karenanya, upaya untuk itu harus dilakukan setiap muslim, sesuai

kapasitasnya masing-masing.

Karenanya, Allah telah memudahkan jalan untuk itu. Dengan syarat, kita mau

menggeluti aktivitas perekonomian hingga berperan aktif dalam masyarakat. Allah

berfirman: “Allah telah memudahkan bumi untukmu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada Allah lah kamu

dibangkitkan.”31

Dalam upayanya untuk merealisasikan hal itu, seorang pengusaha menyadari bahwa

harta hanyalah media, bukan tujuan. Bahkan, sekalipun ia memperoleh hasil yang baik,

maka hal itu harus dicapai dan dikelola dengan cara yang Allah cintai32 agar tidak bernasib

sama sebagaimana Karun.

Dulu Karun dikaruniakan harta melimpah yang kuncinya saja tidak mampu dipikul

oleh sekelompok pria kuat. Dengan kekayaan itu, ia mendapat kemapanan sosial dan

ekonomi di mata setiap orang. Namun, ketika ia diminta mengakui Allah sebagai sumber

nikmat tersebut dengan mendermakan sebagian harta dan pengetahuannya, ia menolak.

Dengan angkuh, ia menafikan nikmat-nikmat itu seolah tidak ada campur tangan Allah di

dalamnya. Hingga perkataan sombongnya itu dicatat dalam al-Quran, “Kesukses saya

karena pengetahuan yang saya miliki.”33

30 Hud: 61 31 Al-Mulk: 15 32 Tidak menahan hak orang lain, menunaikan zakat hartanya, membelanjakan untuk

keperluan yang diperbolehkan syariat, tidak berbangga diri atas harta tersebut, menyadari bahwa semua itu karena Allah.

33 Al-Qasas: 78

Page 71: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

10

Ini adalah ungkapan arogan dari pribadi yang mengira aspek fenomena adalah sebab

segalanya. Akhirnya, semua kekayaan itu dibenamkan bersama rumah dan gudangnya.

Dahulu kekayaan Karun adalah impian semua orang, kini tidak seorang pun yang ingin

seperti dirinya.

Seorang pengusaha muslim tidak memandang harta sebagaimana Karun –menilai

harta adalah hak dirinya karena kunggulan pengetahuan, sehingga ia merasa pantas untuk

sombong dan meremehkan sesama-- Sebaliknya, ia meyakini Allah lah yang telah

memberinya anugerah berupa kapabilitas ilmu dan amal, serta kesehatan. Dengan semua

nikmat ini, memungkinkan dirinya untuk menyusun kesejahteraan.

Ketahuilah ketika Allah memberikan harta pada seseorang karena rida dan kebaikan

di dalamnya, Ia tidak akan membinasakan pemilik harta sebagaimana Karun dan orang-

orang terdahulu. Harta bukanlah bukti rida Allah pada seseorang, karena Ia Maha

berkehendak, bukan karena seseorang itu mulia kemudian ia kaya, bukan pula karena bejat

kemudian melarat.

Selaku mandataris, seorang pengusaha beriman bahwa hartanya adalah titipan yang

kelak harus dikembalikan sebagaimana dirinya. Selaku satu-satunya pemilik sejati, Allah

memandatkannya harta untuk digunakan sesuai keinginan-Nya. Allah pun akan meminta

pertanggungjawaban atas harta tersebut. Sebagaimana firman-Nya, “Allah menjadikan

kamu khalifah di bumi, maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.”34, “Kemudian

Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya

Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.”35

Rasulullah bersabda, “Jika manusia mati, kesempatannya untuk mendapat pahala

dari amalnya kecuali 3:

1. Sedekah jariyah,

34 Al-Araf: 129 35 Yunus: 14

Page 72: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

11

2. Amal yang bermanfaat, dan

3. Anak saleh yang mendoakan.36

Dengan demikian, seorang pengusaha muslim akan menyingkirkan arogansi dari

dalam hatinya dan memaksimalkan fasilitas yang telah Allah berikan di alam dengan

segenap potensi akal, pengetahuan serta semangat pendayagunaan yang baik.

Kedua, Menghadirkan Niat dalam Bekerja

Niat adalah ruhnya amal, sekaligus inti dan pondasinya. Jika baik, amal pun akan

baik, jika rusak, amal turut rusak. Mengenai ini, Rasulullah bersabda, “Usaha itu

tergantung niatnya dan setiap orang akan memperoleh keinginannya.37 Setiap pekerjaan

pasti memiliki tujuan, dan tujuan pengusaha muslim tidak terbatas pada ibadah semata,

bahkan transaksi dan hal lazim lain dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah.

Pengusaha yang mencari nafkah di bidang pertanian, industri, niaga ataupun

kerajaninan tangan dsb. dapat dikatakan beribadah dan berjihad di jalan Allah selama

tujuannya bekerja untuk menjaga diri dari harta haram, mencukupi diri dengan yang halal,

memenuhi kebutuhan keluarga, berprilaku adil dan baik ketika bertransaksi dengan

siapapun, memberikan nasihat kepada sesama muslim, dan memenuhi kebutuhan mereka,

serta mencintai mereka sebagaimana mencintai diri sendiri. Satu pekerjaan dapat memiliki

hukum syariah, nilai akhlak dan pahala yang berbeda tergantung niat pelakunya,

36 Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah bin Abu Bakar al-Salami al-Naisaburi, Sahih Ibnu

Khuzaimah, Tahqiq Dr. Muhammad Mustafa al-A’dzomi, al-Maktab al-Islamy, Beirut, 1390M, 1970M, vol. 4, hal. 122.

37 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju’fi, Sahih al-Bukhari, Tahqiq Mustafa Dib al-Bugo, Dar Ibnu Katsir, al-Yamamah, Beirut, Cetakan Ke-3, 1407H, 1987M, vol. 1, h. 1.

Page 73: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

12

sebagaimana termaktub dalam hadits, “Seorang muslim diberi ganjaran untuk setiap

pekerjaan yang ia lakukan, hingga makanan yang disuapkan suami kepada istrinya.”38

Islam memandang pekerjaan adalah varian dari ibadah jika dibarengi dengan niat

karena Allah. Pengusaha yang mengelola dunia dan meningkatkan kesejahteraannya

dengan bercocok tanam, mengoperasikan mesin, menambang mineral, serta berniaga akan

meraup profit di dunia dan akhirat.

Karenanya, seorang pengusaha muslim diharapkan memiliki pandangan yang sama

dalam ibadah dan transaksi. Hal itu dapat terjadi hanya dengan ikhlas karena Allah dan

membebaskan diri dari cengkeraman hawa nafsu, harta dan segala gemerlap kenikmatan

dunia yang fana. Rasul bersabda, “Sungguh sengsara budak harta dan busana. Jika diberi,

ia baik, jika tidak, maka sebaliknya. Celaka ia, dan begitu selamanya.”39

Pengusaha muslim dituntut untuk selalu mengarahkan aktivitas perekonomiannya

pada rida Allah. Hal ini berlandaskan firman Allah:

“Katakanlah: ‘Sungguh shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah,

Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; itulah yang diperintahkan kepadaku

dan aku adalah orang yang pertama menyerahkan diri kepada Allah.’".40,

“Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan memurnikan

ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus,”41,

“Siapa saja yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia

mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan seorang pun

dalam ibadah."42

38 Ahmad, Musnad Ahmad, vol. 1, h. 173. 39 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 3, h. 1057. 40 Al-An’am: 162-163. 41 Al-Bayyinah: 5. 42 Al-Kahfi: 110

Page 74: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

13

Sebesar keikhlasan seorang pengusaha, sebesar itu pula pertolongan Allah

kepadanya. Naungan-Nya tergantung kadar ketulusan niat dalam hati. Hal ini terefleksikan

dalam kisah yang diriwayat oleh Rasulullah tentang seorang pengusaha jujur berikut:

“Dahulu, ada 3 orang yang berpergian kemudian bermalam di gua. Setelah masuk,

tiba-tiba batu raksasa jatuh dari atas gunung dan menutup mulut gua tersebut. Melihat

besarnya batu tersebut hingga tidak mungkin digeser, mereka sepakat bahwa mereka tidak

akan selamat kecuali dengan satu cara, berdoa pada Allah dengan bertawasul

menggunakan amal saleh.

Salah seorang dari mereka berdoa: ‘Ya Allah, aku memiliki ayah dan ibu yang tua

renta. Sekalipun aku tidak pernah menghidangkan minuman susu pada keluarga dan

ternakku, kecuali setelah memberikan keduanya, dan kutunggu mereka hingga lelap. Suatu

ketika setelah memeras susu dan ku bawakan, kutemui ayah dan ibu sudah terlelap. Aku

pun bertekad tidak akan memberikan minuman kepada siapapun sebelum keduanya.

Hingga aku berjaga sambil menggenggam gelas tersebut sampai terbit fajar dan mereka

terbangun. Ya Allah, jika saat itu yang ku lakukan adalah ikhlas karena-Mu, maka

keluarkanlah kami dari batu ini.’ Seketika bongkahan itu bergeser sedikit, tapi belum

memungkinkan mereka keluar.

Lalu, seorang lagi berdoa: ‘Ya Allah, aku memiliki sepupu perempuan yang sangat

kucintai melebihi siapapun. Aku pun berhasrat padanya dan seketika itu ia melarangku

hingga sakit menimpa selama setahun. Sampai ia pun datang dan aku memberikannya 120

dinar43 agar mau menyerahkan dirinya. Ketika aku hendak menyentuhnya, ia berkata:

‘engkau diharamkan mengenakan cincin yang bukan milikmu.’ Maka aku pun

mengurungkan perbuatan itu dan pergi meninggalkannya bersama emas-emas itu, padahal

43 Mata uang emas 22 karat. Satu dinar senilai Rp.2,269,669. http://geraidinar.com/, dilihat

13 April 2017.

Page 75: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

14

ia adalah wanita yang paling aku cintai. Ya Allah, jika yang telah aku lakukan dulu karena

mengharapkan keridaanmu, maka keluarkanlah kami dari batu ini.’ Seketika bongkahan itu

bergeser sedikit, tapi belum memungkinkan mereka keluar.

Yang ketiga pun berdoa: ‘Ya Allah, aku pernah menyewa jasa beberapa orang dan

aku pun membayar upah mereka, kecuali satu orang yang pergi. Kemudian aku

investasikan upah orang itu hingga berkembang. Tidak lama, orang itu kembali dan

meminta haknya. Aku pun mengatakan, ‘Semua unta, sapi, kambing dan budak yang

engkau lihat ini adalah upahmu.’ Spontan ia berkata ‘wahai hamba Allah, jangan

mengejekku.’, ‘Aku tidak mengejekmu’ jawabku. Ia pun membawa semuanya tanpa

tersisa. Ya Allah, jika yang telah aku lakukan dulu karena mengharapkan keridaanmu,

maka keluarkanlah kami dari batu ini.’ Seketika bongkahan itu bergeser dan mereka pun

dapat keluar.”44

Ketiga, Iman Kepada Qadha dan Qadar

Dibarengi Rasa Syukur Kepada Allah Dalam

Keadaan Senang Maupun Susah

Beriman kepada qadha dan qadar yang baik dan buruk adalah salah satu rukun iman

yang harus ada dalam diri seorang hamba. Seorang pengusaha muslim pun harus benar-

benar yakin bahwa segala yang menimpanya bukanlah kekeliruan, karena semua hal baik

dan buruk merupakan ketentuan Allah.

Ibnu Abbas meriwayatkan, suatu hari beliau dibonceng oleh Rasulullah shallallahu

alaihi wa sallam yang berkata, “Nak, ku ajarkan engkau beberapa kalimat; Jagalah

44 Al-Bukhari, Sahih Bukhari, vol. 2, h. 793.

Page 76: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

15

perintah dan larangan Allah, maka Ia akan menjaga mu. Jagalah hak Allah, maka Ia akan

menjagamu dari kesulitan dunia dan akhirat. Minta dan berlindunglah hanya kepada

Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh dunia bersepakat ingin berbuat baik ataupun buruk

padamu, niscaya itu tidak akan terjadi kecuali telah Allah tentukan. Takdir telah ditulis

dan tidak akan dapat dihapus.45

Dengan meresapi hadits di atas, seorang pengusaha muslim akan menyikapi profit

dengan rasa syukur, bukan malah berbagga diri.46 Sebaliknya, ia akan menyikapi kerugian

dengan optimisme bahwa Allah menghendaki kebaikan untuknya. Buktinya, kerugian itu

tidak menimpa agamanya. Kemudian, ia akan menjaga diri dari sikap tercela yang Allah

singgung, “Adapun manusia apabila diuji melalui kemuliaan dan kesenangan, ia berkata:

‘Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila diuji melalu rezeki sesuai kebutuhannya, ia

berkata: ‘Tuhanku telah menghinakanku.’”47 “Di antara manusia ada orang yang

menyembah Allah dengan kecanggungan; jika memperoleh kebajikan, ia tetap beriman.

Jika dilanda bencana, ia berpaling. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Inilah kerugian

yang nyata.”48

Dari Sohaib, Rasulullah bersabda, “Mengagumkan! Ciri orang beriman, semua

urusannya baik: Jika mendapat nikmat, ia bersyukur. Jika tertimpa musibah, ia

bersabar.”49

Umar bin al-Khattab berkata, “Allah memberikanku 4 nikmat di setiap musibah yang

menimpaku:

1. Musibah itu tidak menimpa agamaku.

2. Musibah itu tidak lebih besar dari yang aku alami,

45 Ahmad, Musnad Ahmad, vol. 1, h. 293. 46 Al-Qasas: 76 47 Al-Fajar: 15-16 48 Al-Hajj: 11 49 Muslim, Sahih Muslim, vol. 4, h. 2295.

Page 77: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

16

3. Musibah itu tidak menghalangiku untuk rida pada ketentuan Allah

4. Karena musibah itu, aku dapat mengharapkan pahala.50

Ibnu Masud berkata, “Seseorang dapat sangat berambisi terhadap kekayaan dan

kekuasaan hingga hal itu memudahkannya. Kemudian Allah memerintahkan malaikat

untuk melenyapkan hal itu darinya, karena berpotensi menjerumuskan orang itu ke dalam

neraka. Lalu orang itu mengumpat dan menyalahk-nyalahkan orang lain, padahal yang

menimpa dirinya adalah kebaikan dari Allah.”51

Perlu diingat, sebagian orang Islam memiliki pemahaman yang salah mengenai

qadha dan qadar, sehingga menjadikannya alasan untuk malas dan frustrasi. Entah mereka

lupa atau sengaja melupakan bahwa keuntungan dalam Islam berbanding lurus dengan

resiko52. Di zaman keemasan Islam, Iman kepada qadha dan qadar telah memotivasi untuk

berani mengambil resiko dan gigih. Keyakinan itulah yang telah melahirkan pengusaha

besar seperti Abdurrahman bin Auf.

Beliau berhijrah ke Madinah tanpa membawa harta benda. Kemudian Nabi

Muhammad mempersaudarakannya dengan orang Ansar, Saad bin al-Rabi. Seketika itu

Saad berkata, “Saya adalah orang Ansar yang paling kaya, saya akan membagi harta itu,

setengahnya untukmu. Saya memiliki dua orang istri, silakan pilih yang paling menarik

hatimu, kemudian akan saya ceraikan, setelah habis masa idahnya, silakan nikahi dia.”

Abdurrahman bin Auf pun membalas dengan doa, “Semoga Allah memberkahi keluarga

dan hartamu. Tunjukan saja kepada saya letak pasar Bani Qainuqa.”53 Hari itu ia membawa

pulang keju dan mentega, kemudian keesokannya ia berangkat lebih pagi. Hingga pada

suatu hari terlihat bekas parfum Zafaron di pakainnya, melihat hal itu Nabi bertanya,

50 Al-Gazali, Ihya Ulumiddin, vol. 3, h. 121. 51 Zainuddin Abi al-Faraj bin Rajab al-Hanbali, Jami al-Ulum wa al-Hikam, Dar al-Dawah, hal.

164. 52 http://shamela.ws/browse.php/book-21786/page-534 (diakses pada 09/05/2017, pukul

05.30 WIB). 53 Pasar milik komunitas Yahudi.

Page 78: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

17

“Apa ini?” Ia menjawab, “Saya baru saja menikah.”, “Berapa mahar yang kau berikan

padanya?” lanjut Rasul. “Sebiji emas” jawab Abdurrahman.54

Dengan rasa hormat, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran baik Saad bin al-Rabi.

Ia malah pergi ke pasar untuk berdagang, sambil menyakini qadha dan qadar yang telah

Allah tulis; hingga mampu mengalahkan orang Yahudi di pasar mereka sendiri. Ia sukses

mengumpulkan harta berlimpah, bahkan ketika wafat, ia meninggalkan 80.000 dinar untuk

satu orang istrinya, itu pun hanya senilai 1/32 dari total seluruh kekayaannya.55

Keempat, Menikmati Pekerjaan Sebagai Proses

Menjemput Rezeki Sambil Bertawakal

Seorang pengusaha dituntut untuk selalu bekerja sebagai media menjemput rezeki

dan meningkatkan kekayaan, serta bertawakal kepada Allah. Ia memberikan rezeki pada

burung yang pulang-pergi mencari makan, pun begitu juga manusia yang segalanya sudah

ditundukkan untuknya. Hal ini tercermin dalam hadits Rasulullah, “Jika benar kalian

bertawakal pada Allah, Ia akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung yang pergi

dalam keadaan lapar dan pulang dengan perut kenyang.”56 Allah berfirman, “Allah akan

mencukupi orang yang bertawakal.”57, “Jika kamu benar-benar beriman, maka

bertawakallah hanya kepada Allah.”58, “Allah sungguh mencintai orang yang bertawakal

kepada-Nya.”59

54 Al-Bukhari, Sahih Bukhari, vol. 3, h. 1378. 55 Muhammad Amin, Hasyiah Ibni Abidin, Dar al-Fikri, Beirut, cetakan ke-4, 1386H, vol. 2,

hal. 191. 56 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 4, h. 573. Hasan Sahih menurut Abu Isa. 57 Al-Thalaq: 3. 58 Al-Maidah: 23. 59 Ali Imran: 159.

Page 79: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

18

Cukup banyak ayat Al-Quran yang menunjukkan perintah berusaha mencari nafkah

dan rezeki, di antaranya:

“Telah kami jadikan siang hari kondusif untuk bekerja.”60

“Telah Kami kokohkan posisi kalian di muka bumi dan Kami sediakan sumber

penghidupan di dalamnya. Sedikit sekali kalian bersyukur.”61

“Allah Yang memudahkan bumi ini untukmu, maka bekerjalah di mana saja dan

makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu kembali.”62.

“Hai orang-orang yang beriman, sedekahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang

terbaik63 dan sebagian dari mineral yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.”64

“… maka bekerjalah karena Allah serta perbanyaklah mengingat-Nya supaya kamu

beruntung.”65

“Bekerja bukanlan perbuatan dosa … “66

“Allah mengetahui bahwa sebagian dari kalian ada orang-orang yang melakukan

perjalanan dinas; dan sebagian lain yang berperang di jalan Allah…” 67

Al-Qurtubi berkata, “Melalui ayat ini Allah memberikan ekualitas antara mujahid

dan orang yang bekerja dengan cara halal untuk menafkahi dan memenuhi kebutuhan diri

dan keluarganya. Karenanya Ibnu Umar berkata, ‘Tidak ada kematian yang paling aku

cintai setelah jihad, kecuali mati saat bekerja.’68

60 Al-Naba: 11. 61 Al-Araf: 10. 62 Al-Mulk: 15. 63 Ibnu Katsir, vol. 1, hal. 69. 64 Al-Baqarah: 267. 65 Al-Jumuah: 10. 66 Al-Baqarah: 198. 67 Al-Muzzammil: 20. 68 Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Faraj al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Tahqiq oleh

Ahmad Abdul Alim al-Barduni, Dar el-Sha’bi, Kairo, cetakan ke-2, 1372H, vol. 19, h. 49.

Page 80: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

19

Rasulullah pun kerap memotivasi untuk berusaha dan bekerja dalam beberapa hadits

beliau. Dari Ibunda Aisyah, Rasul bersabda, “Bekerjalah walau dalam perut bumi.”69

Dari Shakhra bin Wadaah al-Ghamidi, Rasul berdabda, “Ya Allah berkahi pagi hari

umatku.”70

Shakhra pun mengimplementasikan hadits di atas dalam bisnisnya dengan selalu

membuka lapaknya sejak pagi hari. Ia pun menjadi hartawan yang sangat kaya.71

Kaab bin Ajrah meriwayatkan, “Suatu hari para sahabat melihat seorang pria

bertubuh kekar yang sedang sibuk, melintas di hadapan Nabi Muhammad. Kemudian

mereka berkata, ‘Andai fisiknya digunakan untuk berjuang di jalan Allah.’ Rasul pun

menanggapi hal itu, ‘Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka ia fisabilillah.

Jika ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia fisabilillah. Jika ia

bekerja untuk dirinya sendir agar terjaga kehormatannya, maka ia fisabilillah. Sebaliknya,

jika ia bekerja untuk pujian dan prestisi, maka ia berjuang di jalan setan.’”72

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Di antaranya banyaknya dosa, ada dosa

yang tidak bisa di hapus oleh shalat, puasa, haji ataupun umrah,” Para sahabat bertanya,

“Lalu dengan apa dosa tersebut dapat terhapus?” Beliau menjawab, “dengan jerih payah

dalam bekerja.”73

Rasul bersabda, “Menjual kayu bakar lebih baik daripada mengemis.”74

Ibnu Umar meriwayatkan, Rasul bersabda, “Allah mencintai mukmin yang

professional.”75

69 Al-Thabarani, al-Mujam al-Awsath, vol. 1, h. 274. 70 Abdul Adzim bin Abdul Qawi al-Mundziri, a-Targhib wa al-Tarhib, Tahqiq Ibrahim

Syamsuddin, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, cetakan pertama, 1417H, vol. 2, h. 335. 71 Ibid. 72 Ibid. 73 Al-Thabarani, al-Mujam al-Awsath, vol. 1, h. 38. 74 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 73. 75 Muhammad bin Salamah bin Jafar Abu Abdullah al-Qadai, Musnad al-Syihab, ditahqiq

oleh Hamadi Abdul Majid al-Salafi, cetakan ke-2, Institut al-Risalah, Beirut, 1407H, 1986M, vol. 2, h. 148.

Page 81: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

20

Diriwayatkan Ibunda Aisyah, Rasulullah bersabda, “Siapa yang kemarin dibebani

pekerjaan, kemarin Allah telah mengampuni dosanya.”76

Dari Muqoddam bahwa Rasulullah bersabda, “Makanan terbaik adalah yang didapat

dari jerih payah usaha sendiri. Nabi Daud pun makan dari hasil kerjanya sendiri.”77

Rasulullah ditanya mengenai pekerjaan terbaik, beliau menjawab, “Berdagang

dengan jujur, dan pekerjaan yang dilakukan menggunakan tangan.”78

Dalam riwayat lain, sembilan dan sepuluh pintu rezeki adalah perniagaan.79

Diriwayatkan Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah bersabda, “Wahai manusia,

bertakwalah pada Allah dan perindahlah proses mencari nafkah kalian. Ketahuilah,

manusia tidak akan mati kecuali setelah rezekinya sempurna tepat pada waktunya.

Bertawakal lah dan perindah proses mencari nafkah kalian. Carilah yang halal, dan

tinggalkan yang haram.”80

Secara global, hadits ini berbicara tentang mencari nafkah, karena berusaha adalah

prasyarat mendapatkan rezeki. Mengenai hal ini Umar bin al-Khattab berkata, “Janganlah

kalian hanya berdoa ketika meminta rezeki, padahal kalian tahu bahwa langit tidak

mungkin menurunkan hujan emas dan perak.”81

Rasulullah bersabda, “Pemuda yang menjadikan mengemis sebagai profesinya, di

hari kiamat akan dibangkitkan sebagai tengkorak.”82

Umar bin al-Khattab pernah berkata pada Zaid bin Maslamah yang ditemuinya

sedang bercocok tanam, “Tepat yang kau lakukan, sikap mandiri telah menjaga agamamu,

dan memuliakan dirimu di mata manusia.”83

76 Al-Mundziri, al-Targib wa al-Tarhib, vol. 2, h. 335. 77 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 73. 78 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 3, h. 466. 79 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi, al-Magna, Dar al-Fikri, Beirut, cetakan

pertama, 1405H, vol. 2, hal. 495. 80 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Tahqiq Muhammad

Fuad Abdul Baqi, Dar al-Fikri, Beirut, vol 2, h. 725. 81 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 56. 82 Al-Bukhari, Sahih Bukhari, vol. 2, h. 536.

Page 82: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

21

Dikisahkan Nabi Isa alaihissalam bertanya pada pria yang ia temui, “Apa yang

sedang engkau lakukan?”, “Beribadah” jawab orang itu. “Siapa yang menyuplai

kebutuhanmu?” Orang itu membalas, “Saudaraku.”, “Berarti ia lebih beribadah daripada

engkau” tukas Nabi Isa.84

Imam Ahmad pernah ditanya, “Apa pendapatmu mengenai seseorang yang duduk di

rumahnya atau masjid sambil berkata, ‘aku tidak bekerja agar rezeki dapat menemuiku’”

Beliau berkomentar, “Dia orang bodoh, tidakkah ia mendengar bahwa Nabi bersabda,

‘Allah tetapkan berburu sebagai prosesku mendapat rezeki.”85

Seorang pengusaha seharusnya mengambil tindakan nyata dalam mencari rezeki,

bukan hanya berpangku tangan dan berharap pada Allah. Hendaklah ia meyakini bahwa

usahanya bukanlah yang memberikannya rezeki. Rezeki-Nya telah dibagikan sementara

takdirnya telah ditentukan dan segala yang telah Allah tentukan untuknya pasti terjadi. Ia

berfirman, “Di langit terdapat sebab rezekimu dan janji Tuhanmu. Maka demi Tuhan langit

dan bumi, sungguh yang dijanjikan itu benar-benar akan terjadi tanpa dapat dipungkiri.”86

Kelima, Istighfar dan Takwa Sebab Datangnya

Rezeki

Dalam sejumlah ayat al-Quran, Allah kerap merangkaikan: istighfar, takwa dan

perolehan rezeki. Karena hal itu ada kaitannya secara spiritual, emosional manusia

dihubungkan dengan entitas Penciptanya secara langsung. Dengan ini, ia terlindungi dari

tindakan bunuh diri – naudzubillah-- yang disebabkan oleh stres karena kehilangan zona

83 Al-Ghazali, Ihya, vol. 2, h. 85. 84 Ibid. 85 Ibid., Riwayat al-Bukhari, Sahih, vol. 3, h. 1067. 86 Al-Dzariat: 22-23.

Page 83: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

22

nyaman. Sebagaimana yang dialami oleh penyembah materialistis ketika berhadapan

dengan problem, mereka mencemaskan harta bendanya.

Islam secara esensi dan substansi mempedulikan fisik manusia. Saat bersamaan,

memerintahkan untuk bertakwa dan memohon ampunan pada Allah demi kebaikan

manusia itu sendiri serta petunjuk-Nya secara kontinu. Kemudian membentangkan rezeki

dengan kemudahan manusia tersebut.

Dari sini seorang pengusaha muslim dituntut senantiasa bertakwa pada Allah

terhadap harta yang telah dititipkan-Nya. Ia juga diminta untuk memperbanyak istighfar

dan menjauhi kemaksiatan. Dengan itu, ia memperoleh kecukupan dan kemudahan rezeki

yang dapat diduga maupun tak terduga, bukti keberkahan dan kesejahteraan. Mengenai ini

al-Quran memberi isyarat, “maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada

Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan

kepadamu dengan lebat.”87

Allah berfirman, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah dan bertaubat

kepada-Nya. Niscaya Dia akan terus menerus memberi kenikmatan yang baik sampai

kepada waktu yang telah ditentukan dan memberikan rezeki kepada setiap orang yanb

berusaha88.”89

“Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan

melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi …”90

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa yang

membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan menyediakan kemudahan untuk setiap

87 Nuh: 10-11. 88 Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar, Tafsir Mujahid, hal. 384. 89 Hud: 3. 90 Al-Araf: 96.

Page 84: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

23

kesulitannya dan jalan keluar untuk setiap penderitaannya, serta memberinya rezeki dari

arah yang tidak disangka.”91

Diriwayatkan Tsauban dari Rasulullah, “Dosa yang diperbuat seseorang, sungguh

telah menghalangi rezekinya.”92

Yang juga harus dipertimbangkan adalah menjaga hubungan kekerabatan termasuk

media yang efektif untuk memperlancar rezeki, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Siapa

yang ingin dilapangkan rezekinya dan ajalnya ditunda, hendaklah ia menyambung tali

kekerabatan.”93

Keenam, Allah Melebihkan Rezeki Seseorang

Di atas Sesamanya

Kesenjangan dalam hal rezeki antar manusia adalah sunatullah, pun manusia

berbeda-beda berdasarkan kelebihan bakat yang dibawanya sejak lahir atau manfaat yang

didapat dari bakat itu sendiri. Allah berfirman, “Kami telah menentukan eksistensi antar

manusia dalam kehidupan dunia, dan Kami tinggikan sebahagian mereka atas sebahagian

yang lain beberapa derajat, agar mereka saling membutuhkan. Ketahuilah, rahmat

Tuhanmu lebih berharga dari sekedar harta94.”95

Karakter kehidupan manusia berlandaskan perbedaan bakat manusia itu sendiri.

Perbedaan ini memungkinkan setiap orang untuk bekerja, selama perbedaan itu masih

dalam lingkup kecakapan kerja. Perbedaan ini sangat diperlukan untuk diversifikasi peran

91 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 1254. 92 Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim al-Tamimi, Sahih Ibnu Hibban, Tahqiq

Syuaib al-Aurnout, Muassasah al-Risalah, Beirut, cetakan ke-2, 1414H, 1993M, vol. 3, h. 153. 9393 Al-Bukhari, Sahih Bukhari, vol. 2, h. 728. 94 Abu al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisyi, Tafsir al-Quran al-Adzim, Dar Thaybah

li al-Nasyri wa al-Tauzi, 1420H, 1990M, vol. 7, h. 226. 95 Al-Zukhruf: 32.

Page 85: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

24

yang dibutuhkan untuk mengelolaan bumi. Seandainya seluruh manusia adalah duplikasi

sesamanya, mustahil kehidupan dunia dapat seperti sekarang ini. Tentu saja karena

banyaknya profesi tanpa adanya pihak yang mau membayar dan yang mengerjakan. Demi

Allah yang telah menciptakan kehidupan dan menghendakinya adanya kontinuitas dan

progres; Ia menciptakan kompetensi dan kecenderungan yang beranekaragam sebagaimana

peran yang dibutuhkan. Dari diversifikasi peran ini, terjadilah kesenjangan rezeki.96

Pengusaha muslim hendaklah beriman terhadap kebenaran ini, dan tidak tergiur

melihat orang yang lebih kaya darinya, dan memandang kondisi orang yang lebih miskin di

bawahnya, dengan begitu ia akan bersyukur dan memuji Allah atas segala nikmat yang

dimilik. Terkadang, kelancaran rezeki adalah ujian untuk melihat apakah seorang hamba

bersyukur atau kufur. Sebagaimana kesulitan menguji sabar atau putus asa. Allah

berfirman, “Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki,

tetapi orang-orang yang dilebihkan itu tidak mau memberikan rezeki mereka kepada

budak-budak yang mereka miliki, agar mereka merasakan rezeki itu. Maka mengapa

mereka mengingkari nikmat Allah?”97

Allah berfirman, “Janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang Allah lebihkan

kepada sebagian kamu. Laki-laki memiliki bagian atas usaha mereka, dan para wanita pun

memiliki bahagian atas usaha mereka. Maka mintalah karunia kepada Allah. Allah

sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu.”98

96 Sayyid Qutub, Fi Dzilal al-Quran, Dar al-Syuruq, Beirut, cetakan ke-2, 1406H, 1986M, vol.

5, h. 3187 97 Al-Nahl: 71. 98 Al-Nisa: 32.

Page 86: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

25

Menanggapi ayat di atas, Ibnu Abbas berkata, “Janganlah seseorang iri hati dengan

berkata, ‘seandarinya aku memiliki harta dan keluarga seperti fulan”. Itu adalah perbuatan

yang dilarang Allah, tapi berdoalah kepada Allah agar memberikan karunianya.”99

Ayat di atas tidak sedang mengkonversi antara ambisi menumpuk kekayaan dengan

aktivitas ekspansi seorang pengusaha serta ikhtiar. Sebagaimana tidak adanya kontradiksi

dengan sabda Rasulullah, “Hasad hanya diperbolehkan kepada 2 hal:

1. Orang yang diberikan kekayaan oleh Allah, kemudian ia infaqkan di jalan yang

benar.

2. Orang yang diberikan ilmu al-Quran, kemudian ia beramal dan

mengajarkannya.”100

Hal ini tidak termasuk yang dilarang, karena hadits di atas menghimbau untuk

“dengki”, sementara ayat sebelumnya melarang untuk dengki terhadap nikmat yang

dimiliki orang lain. Allah Maha Mengetahui siapa yang pantas kaya, lantas

memberikannya. Dia pun mengetahui siapa yang pantas untuk melarat, lantas

memiskinkannya. Dia juga mengetahui siapa yang pantas masuk surga, lantas

menakdirkannya mengerjakan amal saleh. Dia mengetahui siapa yang pantas gagal, lantas

menelantarkannya dalam kemalasan.

Ummu Darda berkata, “Mengapa ada saja orang yang berdoa – tanpa usaha--, ‘ya

Allah berikan aku rezeki’ padahal dia tahu bahwa Allah tidak menurunkan hujan emas dan

perak, tapi memberikan rezeki sebagian manusia melalui sebagian yang lain. Siapa yang

diberikan sesuatu, maka terimalah. Jika merasa tidak membutuhkannya, maka berikanlah

99 Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisyi, Tafsir al-Quran al-Adzim, Dar al-Fikr Beirut, 1401H,

vol. 1, h. 488. 100 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1, h. 39.

Page 87: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

26

kepada yang membutuhkan. Jika merasa membutuhkannya, maka manfaatkanlah

sekadarnya. Manusia tidak dapat menolak rezeki yang Allah berikan.”101

Islam menginginkan pribadi seorang pengusaha suci dari penyakit hati berupa iri dan

dengki yang merusak agama. Dengan begitu, ia akan hidup dengan hati yang sehat, bebas

dari obsesi yang memicu permusuhan. Jika melihat nikmat yang menguntai pada dirinya

atau orang lain, ia turut merasakan karunia Allah dan mengingat sabdar Rasul, “Ya Allah,

semua nikmat yang aku dan makhluk-Mu rasakan hanya berasal dari-Mu, tiada mitra bagi-

Mu, dan hanya Engkaulah yang berhak atas pujian dan rasa syukur.”102

Jika melihat kesedihan menimpa sesorang, ia pun turut merasakan duka itu dan

berharap pada Allah agar menghilangkan kesulitan itu dan memberinya pertolongan.

Diriwayatkan Abdullah bin Amru bahwa Rasullah pernah ditanya, “Siapa manusia

terbaik?”, Beliau menjawab, “Setiap insan yang hatinya transparan dan lisannya jujur.”

Mereka bertanya, “kami paham apa itu lisan yang jujur, tapi apa itu hati transparan?”

Beliau menjawab, “hati transparan adalah yang bertakwa lagi bersih, tidak ada dosa,

kedzaliman, benci dan dengki di dalamnya.”103

Ketujuh, Konservatif Terhadap Intensi Syariat

Mengingat bahwa dunia adalah ladang amal untuk akhirat, dan manusia akan diminta

bertanggungjawaban dari mana hartanya didapat dan untuk apa digunakan. Di sini tampak

betapa erat korelasi antara dunia dan akhirat dalam tindak-tanduk pengusaha muslim.

Janganlah harta sampai menyibukkan dirinya dari kewajiban agama, berdzikir, shalat,

zakat, haji, berbakti pada orang tua, bersilaturrahim, qonaah, tenggang rasa dll.

101 Yusuf bin al-Zaki Abdurrahman Abu al-Hajjaj, Tahdzib al-Kamal, Tahqiq Dr. Basyar Iwad

Maruf, Muassis al-Risalah, Beirut, cetakan pertama, 1400H, 1980H, vol. 53, h. 365. 102 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 3, h. 143.

103 Ibnu Majah, Sahih Ibnu Majah, vol. 2, h. 1409.

Page 88: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

27

Tidak layak bagi seorang pengusaha muslim melupakan akhirat karena disibukkan

oleh mata pencarian, hingga usianya lenyap begitu saja dan transaksinya merugi. Tidak

tersisa baginya keuntungan dunia yang mencukupi bekalnya di akhirat, jadilah ia orang

yang membeli dunia dengan akhirat. Orang berakal seharusnya mengasihani dirinya sendiri

dengan menjaga modalnya, yakni agama dan bisnis di dalamnya.

Muadz bin Jabal berwasiat, “Porsi duniamu pasti ada, dan engkau lebih

membutuhkan porsi akhirat. Mulai dan ambillah akhiratmu, karena engkau akan

mendapatkan bagian dunia yang harus dikelola. Allah berfirman, ‘Gapailah akhiratmu,

dan janganlah lupakan bahagianmu di duniaw’”104 Dengan kata lain, jangan lupakan

kenikmatan dunia karena akhirat, karena dunia adalah ladang amal untuk akhirat.”105

Al-Quran sungguh memuji mereka yang mengkombinasikan antara ibadah dan

menjemput rezeki, Allah berfirman, “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah

diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, di pagi dan petang

hari, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah,

mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut hari di mana hati dan

penglihatan mereka terguncang. Itu karena mereka berharap balasan yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada

mereka. Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”106

Mereka adalah pengusaha yang sibuk, tapi jika dipanggil adzan untuk menunaikan

kewajiban terhadap Tuhan, mereka selalu siaga. Tidak lupa mereka menunaikan zakat dan

ingat akhirat. Maka baiklah pribadi mereka, suci harta mereka dengan keberkahan dari

104 Al-Qasas: 77. 105 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 76. 106 An-Nur: 36-38.

Page 89: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

28

Allah. Allah berfirman, “Apabila shalat telah ditunaikan, maka bekerjalah karena Allah

dan perbanyaklah mengingat-Nya supaya kamu beruntung.”107

Lihatlah bagaimana Qotadah mendeskripsikan para sahabat Rasulullah, “Mereka

adalah pedagang, tapi jika tiba waktu menunaikan salah satu hak Allah, mereka tinggalkan

bisnis itu hanya untuk menunaikan kewajiban itu.”108

Imam al-Ghazali berkata, “Sahabat Rasulullah adalah para pandai besi dan penjahit.

Jika terdengar adzan saat mereka mengangkat besi atau memasukkan jarum, segera mereka

shalat meninggalkan pekerjaan, sebelum jarum itu keluar dan martil menyentuh bara.”109

Mereka sangat memahami bahwa profesi adalah ibadah yang seharusnya akuntabel, -

- “Katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya beserta orang-orang beriman

akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang

Mengetahui hal gaib dan yang nyata, lalu ditampakkan-Nya kepada kamu apa yang telah

kamu kerjakan.’"110 – sebagaimana mereka memahami shalat sebagai ibadah terbaik, maka

tidak ada kebaikan pada pekerjaan yang melalaikan shalat, sedangkan kerugian karena

ketinggalan takbiratul ihram tidak bisa digantikan oleh seisi dunia.

Bagi pemilik hata yang mau menunaikan kewajibannya, Allah akan lapangkan

hatinya dan memberikan ketenangan batin, doa serta amalnya akan diterima. Allah pun

akan mengintensifkan aktivitas orang tersebut dan mendongkrang resolusinya. Seorang

sahabat Rasulullah yang bernama Irak bin Malik, seusai melaksanakan shalat jumat,

sebelum keluar ia berhenti di pintu masjid dan berdoa, “Ya Allah, telah ku respon seruan

shalat-Mu tepat waktu, aku pun keluar sebagaimana perintah-Mu, maka karuniakanlah aku

rezeki karena Engkau satu-satunya pemberi rezeki.”111

107 Al-Jumuah: 10. 108 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 726. 109 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2. H. 78 110 Al-Taubah: 105. 111 Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-Adzim, vol. 4, h. 368.

Page 90: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

29

Bagi seorang pengusaha muslim, seharusnya pekerjaan tidak dapat melalaikannya

dari mengingat Allah, menuaikan kewajibannya dan menjauhi segala yang haram. Bisnis

itu terpuji, ketika prosedurnya halal, dan dianggap tercela jika keluar dari prosedural di

atas. Mengenai ini al-Quran telah memberikan panduan, “Jika mereka melihat perniagaan

atau permainan, mereka bubar untuk menuju ke sana dan meninggalkan kamu sedang

berkhutbah. Katakanlah, ‘profit dari Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan

itu’, dan Allah adalah Pemberi rezeki terbaik.”112

Jabir berkata, “Ayat di atas diturunkan ketika kami sedang melaksanakan shalat

jumat bersama Nabi. Saat itu terdengar kedatangan kafilah yang membawa suplai makanan

dari negeri Syam, kemudian orang-orang berduyun-duyun menuju kafilah tersebut dan

meninggalkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersama 12 orang yang tersisa.”

Terkait peristiwa di atas, Rasulullah telah menerangkan akibat buruk dan asosiasi

mereka yang selalu sibuk dengan kekuasaan, jabatan, kekayaan dan bisnis hingga

melupakan shalat. Beliau berkata, “Siapa yang menjaga shalat, ia akan mendapat cahaya

dan keselamatan di hari kiamat. Sedangkan mereka yang tidak menjaganya, tidak akan

mendapatkan cahaya dan keselamatan, hari itu mereka menjadi rekan Karun, Haman,

Firaun dan Ubay bin Khalaf.”113

Seorang pengusaha muslim hendaklah gemar mengingat Allah dan menjadikannya

penyokong bisnis serta wasilah untuk kelancaran rezekinya.

Muhammad bin Wasi berkata, “dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah

berkata, ‘Siapa yang masuk pasar dengan membaca:

شريك له له الملك وله الحمد يحي و يميت بيده الخير و هو على لا اله الا الله وحده لا

يء قديركل ش

112 Al-Jumuah: 11. 113 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 43, h. 329.

Page 91: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

30

Ia akan diberikan satu juta kebaikan dan proteksi dari satu juta keburukan, lalu Allah

akan bangunkan satu rumah di surga untuk dirinya.’ Kemudian aku pergi menuju Khurasan

untuk bertemu Qutaibah bin Muslim dan menyampaikan hadits di atas. Seketika itu ia

menuju pasar, sampai di sana ia berdoa, lalu pergi.”114

Juga, al-Hasan berkatan, “Orang yang selalu mengingat Allah di pasar, kelak di hari

kiamat akan memiliki cahaya seperti bulan dan pelita seperti matahari. Siapa saja yang

beristigfar kepada Allah di pasar, Allah akan mengampuninya sebanyak jumlah

keluarganya.”

Dahulu ketika masuk pasar, Umar bin al-Khattab selalu berdoa, “Ya Allah, aku

berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefasikan dan segala keburukan yang Engkau

ketahui. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sumpah palsu serta transaksi yang

merugikan.”115

Selayaknya pengusaha muslim gemar mensucikan hartanya. Bukan dari sudut

pandang bahwa ia memberikan orang miskin, tapi orang miskin lah yang memiliki hak atas

dirinya, demi membersikan dan meningkatkan keberkahan harta tersebut. Dalam saat yang

sama, agar memperkuat jiwa keberagamaan, melatih diri untuk tenggang rasa, dan

menghindari sifat kikir, “pemberian terburuk adalah sifat kikir dan pengcut”.116 Juga,

membantu mereka yang membutuhkan sehingga tidak adalagi rasa benci dan permusuhan

karena harta tersebut tidak beredar di sekitar orang kaya saja.

Pengusaha muslim tidak boleh merasa kewajibannya finansialnya terlalu banyak,

sehingga memberikan setan kesempatan untuk menggodanya melakukan perbuatan keji

atau takut kemiskinan. Allah berfirman, “Setan menakut-nakutimu dengan kemiskinan dan

menyuruh kamu berbuat kejahatan; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dan

114 Al-Naisaburi, al-Mustadrak ala al-Sahihaini, vol. 1, h. 721. 115 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2. H. 78 116 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 8, h. 42

Page 92: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

31

karunia. Sungguh Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.”117 Dia juga

berkata, “Apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah

Pemberi rezeki yang terbaik.”118, “… kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu,

niscaya kamu memperoleh balasan terbaik dari Allah dan paling besar pahalanya. …“119

Pengusaha muslim juga harus menyegerakan kewajiban haji ketika mampu

melaksanakannya. Karena dalam pelaksanaan manasik ada mengingat padang mahsyar di

mana saat itu manusia terpisah dari harta dan keluarganya, tunduk penuh takut dan harap

kepada Allah. Sepulang dari perjalanan ibadah ini, ia tersucikan dari dosa bagaikan bayi

yang baru dilahirkan, memperbarui aktivitas dan profesinya. Begitulah gambaran umum

bagaimana keutamaan melaksanakan ibadah wajib dan sunah yang Allah perintahkan,

“Ibadah wajib adalah cara terbaik hamba untuk mendekati-Ku. Secara simultan ia

mendekati-Ku dengan ibadah sunah hingga Aku pun mencintainya. Ketika mencintainya,

Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya yang menggenggam dan

kakinya yang berjalan. Jika ia memintaku, pasti Aku kabulkan, jika ia berlindung kepada-

Ku, pasti akan Aku kabulkan.”120

Hendaklah pengusaha muslim memperbanyak perbuatan baik dan terpuji karena hal

itu dapat menyentuh banyak hati dengan lembut, dan menimbulkan rasa cinta, “Saling

menolonglah dalam kebaikan dan takwa.”121 Dalam ketakwaan ada rida Allah, sedangkan

dalam perbuatan baik ada rida manusia. Siapa saja yang mampu meraih cinta Allah dan

sesamanya, maka sempurnalah kebahagian dan nikmatnya.

117 Al-Baqarah: 268. 118 Saba': 39. 119 Al-Muzzammil: 20. 120 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 5, h. 2384. 121 Al-Maidah: 2.

Page 93: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

32

Karenanya, pengusaha haruslah menyeimbangkan antara orientasi profesi, kerja

keras dan usaha duniawi dengan ibadah. Dengan begitu hatinya akan hidup, dan usahanya

tercapai dengan adanya peningkatan pada amanat sesuai kemampuan yang Allah berikan.

Page 94: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

33

Bab 3: Standar Akhlak Seorang Pengusaha

Muslim

Akhlak terpuji adalah kemuliaan manusia yang selalu dituntut oleh Islam. Agama ini

menjadikan akhlak sebagai hasil dari ibadah yang diperintahkan, dan bukti kesempurnaan

manusia itu sendiri di puncak hierarkinya sendiri. Hingga Nabi Muhammad digelari

dengan hal itu untuk menggambarkan kemuliaanya. Allah berfirman, “Kamu benar-benar

berakhlak agung.”122

Sejarah Islam telah membuktikan para sahabat yang secara langsung diedukasi oleh

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki kekayaan materi yang melimpah, di

antaranya: Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Abi Waqas. Bahkan

harta tersebut lebih mendekatkan mereka pada Allah. Karena mereka adalah al-Quran

berjalan.123 Melalui orang-orang semacam sahabat Rasul ini, tanpa peperangan, berduyun-

duyun manusia masuk Islam karena berinteraksi dengan akhlak bisnis seorang muslim,

Seorang pengusaha muslim haruslah berkomitmen terhadap akhlak dan etika Islam,

tentu saja hal ini perlu dilatih agar aplikatif untuk setiap profesi pengelolaan dunia

berdasarkan keagaman sesamanya. Dengan Akhlak mulia, seorang pengusaha mampu

mencapai tingkat tertinggi. Allah pun melapangkan hatinya dan membukakan baginya

berbagai gerbang rezeki yang hanya dapat diraih dengan akhlak mulia, seperti: bersahaja,

lemah lembut, ceria, simpati, berkata manis, menghormati yang lebih tua, menyayangi

122 Al-Qalam: 4. 123 Tidak hanya hafal, tapi juga mengaplikasikan kandungan kitabullah dalam kehidupan.

Page 95: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

34

yang lebih muda, sebagaimana sabda Rasulullah, “penghuni surga adalah setiap orang

yang simpel, lembut, penolong dan supel.”124

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang paling

aku cintai di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya, senang membantu, dan

mereka yang saling menjaga hubungan.”125

Diriwayatkan oleh Anas bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang hamba benar-benar

dapat mencapai derajat yang sangat mulia dengan akhlak yang baik walaupun ibadahnya

sedikit. Sebaliknya, ia akan mendapat derajat yang amat rendah karena akhlak yang

buruk.”126

Pepatah bijak mengatakan, “Dia yang menciptakan hamba, mampu menyempitkan

rezekinya.”

Pepatah lain berkata, “Akhlak yang baik pangkal rezeki yang banyak.”127

Jika dimensi keimanan saja berpengaruh terhadap transaksi. Tentu dimensi ini juga

memberikan profit yang terefleksikan dalam etika kehidupan seorang pengusaha muslim.

Karenanya, dia harus mempercantik diri dengan seluruh kode etik yang terperinci sebagai

berikut:

Pertama, Interaksi dengan Akhlak

1. Jujur

Jujur adalah kemuliaan dan akhlak yang tinggi dalam Islam. Kosisten dan berpegang

teguh terhadapanya dalam segala keadaan adalah pilar yang harus ada dalam akhlak dan

124 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub al-Qasim al-Thabarani, al-Mujam al-Shagir, Tahqiq

Muhammad Syakur Mahmud al-Haj Amrir, al-Maktabah al-Islami, Beirut, Dar Ammar, Oman, cetakan pertama, 1405H, 1985M, vol. 1, h. 72.

125 Al-Thabarani, al-Mujam al-Awsath, vol. 7, h. 72. 126 Al-Thabarani, al-Mujam al-Kabir, vol. 1, h. 26. 127 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, h. 216.

Page 96: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

35

etika seorang muslim. Ia adalah media koreksi dan mendapatkan ampunan atas dosanya.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki pekerjaanmu dan

mengampuni dosa-dosamu. Siapa patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia sungguh

telah mendapat kemenangan yang besar.”128

Dalam hadits dikatakan, “Bersikap jujurlah, karena ia mengantarkan pada kebaikan

dan kebaikan mengantarkan ke surga. Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang

konsisten dalam kejujuran hingga ketingkat shiddiq.”129

Di antara makna integritas bagi seorang pengusaha adalah: Komit dalam jual-beli

secara terus terang dan transparan untuk menjaga kepercayaan, agar Allah memberikan

keberkahan pada transaksinya dan meninggikan derajatnya di surga hingga setingkan para

nabi, orang-orang shiddiq dan syuhada. Abu Said meriwayatkan dari Nabi, “pedagang

yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq dan syuhada.”130

Diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah bersabda, “Dua orang yang

bertransaksi secara bebas, jujur dan terbuka131 akan diberkahi sampai selesai. Sebaliknya

jika diisi kecurangan, maka Allah akan cabut keberkahan itu.”132

Juga, termasuk makna integritas ialah seorang pengusaha muslim ialah menghindari

promosi komoditas dengan persuasi dan sumpah palsu, atau informasi yang inkonsisten

hingga menipu konsumen. Sebagaimana yang kita dapati dewasa ini, media massa

dipenuhi iklan-iklan yang tidak mencerminkan esensi produk tersebut. Islam telah

mewaspadai profesi yang merusak sektor bisnis dan memudarkan kepercayaan seperti ini.

Dari Ismail bin Ubaid bin Rafaah, dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ia pernah pergi

128 Al-Ahzab: 70-71. 129 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 244. 130 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, h. 515. 131 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Tahqiq Muhammad Zahir bin Nasir al-Nasir, Dar Tawq al-

Najah, cetakan pertama, 1422H, vol 3, h. 58. 132 Muslim, Sahih Muslim, vol. 1, h. 102.

Page 97: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

36

menuju tanah lapang bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Melihat masyarakat yang

sedang melakukan aktivitas jual-beli, beliau bersabda, “Wahai para pedagang sekalian.”

Orang-orang pun merespon perkataan Rasul dengan mengangkat kepala dan melihat ke

arah beliau. Nabi pun melanjutkan, “Para pedagang di hari kiamat akan dibangkitkan

sebagai orang yang berlumuran dosa, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah, berbuat

baik dan berintegritas.”133

Diriwayatkan Abu Dzar bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Tiga macam manusia

yang tidak akan Allah pandang dan sucikan di hari kiamat, bagi mereka adzab yang pedih.”

Abu Dzar mengatakan, “Rasulullah mengatakan hal yang sama 3 kali, aku pun berkata,

‘mereka benar-benar pailit, siapakah mereka wahai Rasulullah?’” Lanjut beliau, “Laki-laki

yang mengenakan pakaian hingga di bawah mata kaki, orang yang mengungkit-ungkit

pemberian, orang yang berjualan dengan sumpah palsu.”134

Dalam satu riwayat, “Orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangan,

membeli dengan sumpah dan menjual dengan sumpah.”135

Dalam hadits lain, “Orang yang menjadikan sumpah sebagai komoditas, bersumpah

untuk hal yang benar dan salah.”136

Seorang pengusaha dianggap telah mencatut nama Allah ketika memperdagangkan

komoditiasnya dengan sumpah, meskipun sumpahnya itu benar apa adanya. Sungguh dia

telah rugi, karena dunia ini lebih busuk dari sekadar melariskan barang dagangan dengan

menyebut-nyebut nama Allah. Apabila sumpahnya palsu, maka ia telah berbuat

kebohongan yang menjerumuskan pada dosa di dunia, dan neraka di akhirat. Allah pun

133 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, h. 515. 134 Muslim, Sahih Muslim, vol. 1, h. 102. 135 Al-Mundzari, al-Targib Wa al-Tarhib, vol. 2, h. 367/ 136 Ibid.

Page 98: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

37

tidak akan memandangnya di hari kiamat, dan memiskinkannya dengan melenyapkan

hartanya.137 Naudzubillah.

Pengusaha yang selalu menjual nama Allah dan enggan takut bersumpah palsu, serta

mengikis imannya setiap kali bertransaksi, ia akan ditimpa dosa yang besar. Pada hari

kiamat, Allah tidak akan mempedulikannya dan memberikan rahmat kepadanya. Nama

Allah haruslah dimuliakan dan disakralkan, bukan sebaliknya, “Janganlah engkau

bersembunyi di balik sumpah …”138 Mengherankan, bagaimana bisa seorang pengusaha

mencatut nama Allah dalam sumpah untuk melariskan dagangannya! Bagaimana bisa akal

mengorbankan surga yang indah dengan profit semu? Mereka membeli sesuatu yang

remeh dengan yang mewah dengan memprioritaskan profit dunia di atas surga.

Diriwayatkan Abdullah bin Abu Ubay Awfa, suatu ketika ada seorang laki-laki

menjual barang di pusat perbelanjaan sambil bersumpah agar menarik orang lain untuk

membeli. Kemudian turun firman Allah, “Orang-orang yang menukar janjinya Allah

dengan sumpah mereka yang murah, kelak tidak akan mendapat bahagian pahala di

akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat mereka

pada hari kiamat serta tidak pula akan menyucikan mereka. Bagi mereka adzab yang

pedih.”139

Seorang pengusaha muslim dinilai tidak bertintegritas serta berkhianat, jika

melakukan kebohongan dan melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu

mengatasnamakan Allah agar mendapat keuntungan berlipat atau menutupi cacat pada

komoditasnya. Karena perbuatan ini, Allah berhak mencabut keberkahan niaganya.

Rasulullah bersabda, “Sungguh besar khianatmu, menipu saudaramu yang

137 Abu Muhammad al-Huszain bin Masud bin al-Fara al Baghawi, Syarh al-Sunnah, Tahqiq

Syuaib al-Aurnout. Zuhair al-Syawisy, al-Maktabah al-Islami, Damaskus, cetakan ke-2,1403H, 1983M vol 1, h. 85.

138 Al-Baqarah: 224. 139 Ali Imran: 77.

Page 99: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

38

mempercaraimu.”140 Beliau juga berkata, “Sumpah palsu itu melariskan dagangan dan

melenyapkan keberkahan.”141

Juga, di antara makna integritas bagi pengusaha muslim adalah: mempertahankan

mitranya dan mencintainya sebagaimana ia mencintai diri sendiri, menyesuaikan gaji

antara dirinya dengan rekannya, kemudian diharuskan adanya transaparansi dalam

transaksi tanpa memonopoli informasi untuk dirinya yang menutupi fakta peredaran uang

mereka. Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku

adalah pihak ketiga dari dua orang yang berkongsi selama mereka berintegritas. Jika salah

seorang dari mereka berkhianat, Aku pun keluar dari mereka.’”142

al-Saib bin Abi al-Saib pernah berkata kepada Nabi, “Engkau adalah mitra terbaikku

di zaman jahiliyah karena engkau sangat solider143.” 144

Di antara media transparansi dalam korporasi modern adalah:

1) Laporan data finansial perusahaan kepada para pemegang saham di bawah

pengawasan lembaga auditor eksternal,

2) Visibilitas seluruh pembelanjaan dan tagihan, riset peluang pasar serta

kendala pemasaran,

3) Visibilitas struktur administratif dan wewenang, serta metode

pengambilan keputusan, ketentuan hukum, pembagian untung-rugi, di

samping perincian tanggung jawab dan sanksi atas penggelapan atau distorsi

informasi dan data yang seharusnya diketahui para pemegang saham.

4) Serta adanya jaminan pengembalian hak-hak mereka ketika terjadinya

kelalaian dan pelanggaran.

140 Sulaiman bin al-Asat Abu Daud al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Daud, Tahqiq Muhammad

Muhyiddin Abd al-Hamid, Dar al-Fikr, Beirut, vol. 4, h. 223. 141 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 11, h. 271. 142 Abu Daud, Sunan Abu Daud, vol. 3, h. 256. 143 Ibnu Majah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Tahqiq

Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Dar Ihya al-Kutub al-Arabi, vol. 2, h. 768. 144 Ibid.

Page 100: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

39

2. Amanah

Islam menginginkan setiap pengusaha memiliki hati yang selalu awas terhadap hak

Allah dan manusia, serta menjaga transaksinya dari segala motif kecerobohan. Karenanya,

Islam mewajibkan pengusaha untuk selalu amanah terhadap dirinya dan orang lain. Dia

tidak boleh meremahkan atau melalaikan hak orang yang dititipkan kepadanya, karena

amanah adalah tanggung jawab besar yang dibebankan kepadan setiap manuslia, Allah

berfirman, “Kami sungguh telah pamerkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-

gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan

mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sungguh manusia itu amat

dzalim dan amat bodoh,”145

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak beriman, orang yang tidak

amahan, dan tidak berislam, orang yang mengingkari janji.”146

Sebelum diutus menjadi rasul, Nabi Muhammad adalah orang yang dijuli sebagai al-

Shadiq al-Amin.147 Sebelum hijrah, Rasulullah memerintahkan sepupunya, Ali bin Abi

Thalib untuk memulangkan barang orang- orang musyrik yang dititipkan kepada Nabi.

Padahal mereka adalah kaum yang mendesak dan mengusir beliau dari Mekkah.

Juga, tampak jelas bukti sifat amanah Nabi Musa ketika menimba air untuk dua

orang wanita, kemudian menemani keduanya dengan penuh rendah hati dan hormat. Allah

berfirman, “Wahai ayah, jadikanlah ia sebagai karyawan. Dia orang terbaik untuk

dipekerjaan karena dia orang yang kuat lagi dapat dipercaya."148

Amanah menimbulkan rasa tanggung jawab dan melindungi dari dunia. Hal itu

terjadi hanya ketika amanah telah melekat pada diri seseorang. Mengenai ini, Hudzaifah

bin Yaman telai meriwayatkan sabda Rasulullah yang berbunyi, “Amanah bersemayam di

145 Al-Ahzab: 2. 146 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 3, h. 135. 147 Julukan untuk orang yang paling jujur dan amanah. 148 Al-Qasas: 26.

Page 101: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

40

dasar hati, kemudian mereka mempelajarinya dari al-Quran, lalu mempelajarinya dari al-

Sunnah.”149

Di antara makna amanah bagi seorang pengusaha adalah: adil saat menimbang dan

menakar; janganlah seseorang mengurangi hak sesamanya dan menimbang sebagaimana

dia juga tidak mau diperlakukan seperti itu. Allah berfirman, “Adil lah saat menakar dan

menimbang.”150

Juga, “Fungsikanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi

neracanya.”151

“Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila

menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, apabila mereka menakar atau

menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa

sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika

manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”152

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para

pedagang, “Kalian bertanggung jawab atas satu urusan yang telah membinasakan banyak

umat sebelum kalian.”153

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Rasulullah pernah berkata pada kami, “Wahai

kaum Muhajirin sekalian, ada lima bencana yang akan menimpa kalian, – aku berlindung

pada Allah agar tidak terjadi pada kalian – jika perzinaan merajalela dalam suatu kaum,

maka mereka akan dijangkiti wabah penyakit menular yang belum pernah di alami orang-

orang sebelum mereka; jika mereka gemar mengurangi timbangan, Allah akan timpakan

kepada mereka kekeringan, kesulitan pangan dan pemimpin yang kejam; jika mereka

149 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol 5, h. 2382. 150 Al-An’am: 152. 151 Al-Rahman: 9. 152 Al-Muthaffifin: 1-6. 153 Al-Naisaburi, al-Mustadrak ala al-Sahihain, vol. 2, h. 36.

Page 102: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

41

menahan zakat harta, Allah akan tahan hujan dari mereka, kalaulah bukan karena hewan

ternak, mereka tidak akan pernah disirami hujan; jika mereka melanggar janji Allah dan

Rasul-Nya, maka Allah akan jadikan musuh mereka berkuasa dan mengambil harta

mereka; jika pemimpin muslim mereka enggan menggunakan al-Quran sebagai hukum,

Allah akan rundung mereka dengan ketakutan.154

Ali bin Abi Thalib – karamallah wajhahu – berkata, “Jangan kau tanyakan apa itu

kehormatan kepada orang yang wibawanya berada di atas takaran dan timbangan, Ibnu

Umar pernah melintasi pedagang dan berkatan, ‘bertakwalah kepada Allah’.”155

Imam al-Ghazali berkata, “Larangan curang dalam takaran bukan karena alat ukur itu

sendiri, tapi masalah dari ketidakadilan yang ditimbulkan, dan hal itu terjadi dalam semua

profesi. Pemilik neraca beresiko untuk celaka, dan semua mukallaf adalah pemilik nerasa

dalam setiap pekerjaan, perkataan serta besitan hatinya. Sedangkan kecelakaan itu ketika

berpaling dari keadilan dan integritas.”156

Para sahabat Rasulullah dan pengikut mereka adalah pedagang di daratan dan laut,

sebagian mereka berprofesi sebagai petani, tapi mereka tidak pernah menggadaikan agama

dalam bisnis. Bahkan mereka sadar bahwa keuntungan akhirat lebih utama dibandingkan

profit dunia. Maka mereka lari sejauh mungkin, menghindari sifat orang-orang yang

digambarkan al-Quran, “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,

maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”157

Mereka pun berhati-hati dalam menimbang karena takut akan kecelakaan yang Allah

siapkan untuk orang yang curang. Sebagian mereka berkata, “Aku tidak akan membeli

adzab Allah dengan benih,” jika menerima takaran benih, ia akan menguranginya setengah.

Jika ia menakar untuk orang lain, ia melebihkannya. Sebagian lain berkata, “Celakalah

154 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 1332. 155 Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkami al-Quran al-Karim, vol. 12, h. 253. 156 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 71. 157 Al-Baqarah: 16.

Page 103: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

42

orang yang menukar surga yang seluas langit dan bumi dengan sebiji benih. Betapa

ruginya orang yang membeli kebahagiaan dengan kesengsaraan.”158

Juga, di antara makna amanah bagi seorang pengusaha adalah: menjelaskan harga

barang dan keuntungan, jika pembelian komoditas menggunakan sistem bagi hasil;

menerangkan aib barang kepada pembeli, jika terdapat kekurangan, berdasarkan hak

nasihat seorang muslim. Jarir al-Banjali jika berdagang, ia akan menunjukkan aib barang

itu kepada orang yang akan membelinya. Kemudian ia menganjurkan, “jika engkau mau,

silakan ambil, jika tidak, silakan tinggalkan.” Pembeli itu mengomentari, “Semoga Allah

merahmatimu, kalau begini cara berjualanmu, engkau tidak akan dapat untung.” Dia pun

membalas, “Kami telah berbaiat kepada Rasulullah untuk memberikan nasihat kepada

sesama muslim.”159

Sahabat mulia ini telah mengerti bahwa nasehat adalah mencintai orang lain

sebagaimana mencintai diri sendiri. Tidak hanya memandang hal itu sebagai nilai plus, tapi

juga pondasi keislaman yang disumpah secara langsung oleh Rasulullah.

Walaupun demikian, sebagian pengusaha terkadang ragu untuk menjelaskan aib

dagangannya, karena mereka mengira hal itu mengaktualkan kehancuran bisnis mereka.

Tetapi Allah akan selamatkan mereka yang menjalankan nilai-nilai agamanya dan

memberikah hasil yang dia harapkan, karena prinsipnya selalu, “aku dengar dan aku taat”.

Diriwayatkan Watsilah bin al-Asqa bahwa Rasulullah berkata, “Seseorang tidak boleh

menjual barang yang tidak ia jelaskan.”160

158 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 71. 159 Al-Thabarani, al-Mujam al-Kabir, vol. 2, h. 359. 160 Ibid.

Page 104: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

43

Diriwayatkan Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah bersabda, “Sesama muslim itu

bersaudara, seorang muslim tidak boleh menjual barang cacat pada saudaranya tanpa

adanya penjelasan.”161

Ketahuilah, menutupi aib barang dan promosi tidak dapat menambah rezeki, bahkan

dapat melenyapkan dan menghilangkan keberkahan. Harta tidak dapat diraih dengan

penipuan sebagaimana tidak dapat berkurang karena kejujuran. Satu dirham yang Allah

berkahi dapat menjadi sebab kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat lebih baik dari

jutaan tanpa berkah yang menjadi sebab kesengsaraan pemiliknya di dunia dan akhirat.

Tentu orang cerdas akan menyadari bahwa keuntungan akhirat adalah fakta dan lebih baik

dari keuntungan seisi dunia. Kenikmatan dari harta akan lenyap bersamaan berkurangnya

usia, sedangkan kedzaliman dan tanggung jawab atas harta akan selalu ada, yang terbaik

adalah keselamatan di akhirat.

3. Murah Hati

Kemurahan hati adalah kunci rezeki dan sarana mencapai kehidupan yang baik. Di

antara manfaatnya adalah: meluweskan interaksi, memudahkan transaksi dan mempercepat

perputaran modal. Rasulullah bersabda, “Allah merahmati orang yang murah hati saat

menjual, saat membeli, dan saat menagih hutang.”162

Di antara makna murah hati bagi pengusaha musliam adalah: memudahkan jual-beli,

yakni tidak meninggikan harga hingga membebani hidup saudaranya. Mengenai ini Muaqil

bin Yasar meriwayatkan dari Rasulullah, “siapa yang meninggikan harga barang untuk

orang-orang Islam, maka Allah berhak memasukanya kedalam neraka pada hari kiamat.”

161 Al-Qazawini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, 1322.

162 Al-Bukhari, Sahih sl-Bukhari, vol. 2, h. 730.

Page 105: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

44

Dia ditanya, “apakah mendengar hal ini dari Nabi?” Dia menjawab, “tidak hanya sekali-

dua kali.”163

Dengan kata lain, Beliau menyampaikan hal itu berkali-kali.

Lalu mengapa masih saja ada pengusaha yang merasa belum cukup dengan

keuntungan yang wajar, hingga tidak perlu lagi ada kenaikan harga, sebagaimana yang

terjadi di zaman modern ini! Kerakusan macam apa ini? Kekayaan apa ini sampai harus

menyedot darah orang lain? Orang cerdas adalah mereka yang banyak menjual dengan

selisih untug sedikit. Secara teknis banyak transaksi yang dilakukan, kecepatan perputaran

modal pun meningkat, di sanalah profit besar didapatkan. Dengan begitu, tampak

keberkahan yang menghimpun keuntungan dunia dan akhirat. Walaupun Islam tidak

membatasi rasio keuntungan, seorang pengusaha muslim hendaklah memiliki jiwa

berkeadilan. Adil adalah sifat alamiyah yang diajarkan dan diperintahkan Islam.

Ali bin Abi Thalib pernah berkeliling pasar Kufah dengan membawa pecut sambil

berkata, “wahai para pedagang ambillah hak kalian saja, kalian akan selamat, jangan tolak

keuntungan kecil dan hindari keuntungan yang besar.”

Abdurrahman bin Auf pernah ditanya, “Apa faktor kesuksesanmu?” Beliau

menjawab, “Tiga hal: aku tidak pernah menolak keuntungan sedikitpun, tidak juga

menunda penjualan hewan yang dipesan kepadaku, aku pun tidak berjualan dengan sistem

kredit" Beliau pernah menual 1000 ekor unta dengan keuntungan berupa tali unta-unta

tersebut. Kemudia dia menjual setiap tali senilai 1 dirham, maka hari itu dia mendapat

keuntungan 1000 dirham dan 1000 lain berupa kebaikan.164

Yang juga termasuk kemurahan hati bagi pengusaha muslim adalah:

163 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 5, h. 27. 164 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 74.

Page 106: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

45

1. mau menerima kekurangan barang yang ia beli dari saudara muslimnya yang

lemah, maka ia telah membebaskan dirinya dari menyembah harta;

2. menerima pengembalian barang yang sudah dibeli, dan menghidari prinsip,

“barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan.” Hal ini terjadi

karena konsumen merasa keliru dan kecewa. Sudah seharusnya, muslim tidak

berbahagia di atas penderitaan saudaranya, sebaliknya ia lebih senang membantu

kesulitannya karena terdapat pahala yang besar di dalamnya. Diriwayatkan Abu

Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa yang meringankan kesulitan saudara

muslimnya, Allah akan ringankan dosanya pada hari kiamat.”165

Murah hati bagi seorang pengusaha muslim adalah: menimbang sesuai takaran, dan

memberikan tambahan sebagai verifikasi. Ali bin Abi Thalib pernah melintas dan berkata

pada pedagang yang sedang menimbang zafaron hingga penuh kemudian

mengosongkannya, “Timbang dengan benar hingga stabil, kemudian baru tambahkan

sesuka hatimu.”166

Murah hati juga berarti berusaha melunasi hutang beserta bonusnya,167 wujud dari

apresiasi. Seorang pengusaha muslim hendaklah menjaga diri dari memakan uang haram,

baik itu milik bank ataupun personal. Diriwayatkan oleh Abu Huraihah, pernah ada

seorang laki-laki menagih hutang unta dengan usia tertentu kepada Nabi, beliau berkata

“berikan kepadanya”. Para sahabat pun tidak mendapati unta dengan usia tersebut, yang

ada hanyalah unta yang usianya di atas itu. Beliau berkata, “berikan kepadanya”. Laki-laki

itu pun berkata, “engkau telah menepati janji kepadaku, semoga Allah mencukupimu”.

165 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 11, h. 405. 166 Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkami al-Quran al-Karim, vol. 19, h. 253. 167 Tambahan suka rela melebihi nilai hutang yang semestinya dibayarkan.

Page 107: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

46

Seketika itu Rasulullah bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah yang paling besar

preminya”168

Jabir bin Abdillah berkata, “Rasulullah memiliki hutang kepadaku, tidak lama beliau

melunasinya beserta bonus.”169

Diriwayatkan Abi Rabiah al-Mukhzawami dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa

Rasulullah pernah meminjam uang kepadanya ketika perang Hunain sebesar 30.000

sampai 40.000. Ketika melunasi hutang tersebut, Beliau bersabda, “Semoga Allah

memberkahi keluarga dan hartamu. Sungguh, loyalitas dan sanjungan adalah balasan atas

perbuatanmu”.170

Sebaliknya, jika seorang pengusaha terkendala dalam melunasi hutang, hendaklah

dia bertekad untuk membayarnya dan tidak memperbayak dalih dalam menunda.

Diriwayatkan Abu Umamah, bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang berhutang dan

berniat untuk menunaikannya, Allah akan melunasinya di hari kiamat. Sedangkan, siapa

yang sengaja berhutang tanpa berniat untuk melunasinya, kemudian dia mati; Allah akan

berkata kepadanya di hari kiamat, ‘Apakah engkau mengira Aku tidak memperhatikan hak

hambaku?’ Lalu, Allah mengambil pahala kebaikan debitur dan memberikannya kepada

kreditor; jika orang itu tidak memiliki pahala, Allah akan mengambil dosa kreditor dan

memberikannya kepada debitor.”

Abdullah bin Utbah meriwayatkan bahwa Maimunah pernah berhutang sebesar 800

dirham, kemudian keluarganya bertanya kepadanya, “Bagaimana bisa engkau berhutang,

sementara engkau tidak memiliki jaminan dapat melunasinya?” Dia berkata, “Aku pernah

168 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 843. 169 Abu Zakariya Yahya bin Syarif bin Muriy al-Nawawi, Syarah al-Nawawi ala Sahih Muslim,

Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, Beirut, cet-2, 1392H, vol. 5, h. 228. 170 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 809.

Page 108: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

47

mendengar Rasulullah berkata, ‘siapa saja yang berutang dan bertekad untuk melunasinya,

Allah akan membantunya.’”171

Dalam riwayat lain, “Allah akan menolong orang yang berusaha membayar

hutangnya.”172

Bahkan jika kreditor menagih haknya dengan perkataan kasar, hendaklah kita

bertoleransi dan menghadapinya dengan lembut, meniru sikap Rasulullah ketika ditagih

hutangnya secara tiba-tiba, padahal sebelum jatuh tempo pembayaran. Laki-laki itu berkata

kasar pada beliau, hingga para sahabat pun marah, maka Nabi bersabda, “Biarkan, karena

dia berhak berkata demikian.”173

Juga, murah hati berarti lunak terhadap mereka yang mengalami kesulitan untuk

melunasi. Sesekali dengan toleransi pembayaran separuhnya, sesekali dengan kelonggaran

tempo pelunasan. Allah berfirman, “Tangguhkan lah hutang mereka yang kesulitan

melunasi sampai mereka mampu. Menyedekahkannya lebih baik, jika kamu

mengetahui.”174

Rasulullah bersabda, “Allah merahmati orang yang bersahaja saat menjual, pemurah

saat membeli, seperlunya saat mengambil, mudah memberi, lancar melunasi hutang, dan

lunak saat menarik piutang.”175

Beliau juga berkata, “Murah hatilah, Allah pun akan merahmatimu.”176

“Siapa yang ingin Allah selamatkan dari kesedihan di hari kiamat, hendaklah ia

membebaskan orang lain dari kesulitan.”177

171 Ibid., vol. 24, h. 28. 172 Ibid. 173 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 809. 174 Al-Baqarah: 208. 175 Ahmad bin Ali bin al-Mutsni Abu Yala al-Maushuliy al-Tamimiy, Musnad Abu Yala,

ditahkik oleh Hasan Sulaim Asad, Dar al-Mamun li at-Turats, Damaskus, cet-1, 1404H, 1984M, vol. 12, h. 312.

176 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 1, h. 248. 177 Muslim, Sahih Muslim, vol. 3, h. 1196

Page 109: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

48

Sulaiman bin Baridah meriwayatkan dari ayahnya, “Aku mendengar Rasulullah

berkata, ‘Siapa yang memberi kelunakan pada debitor yang kesulitan, maka satu harinya

dihitung sedekah yang senilai dengan hutang.’ lalu beliau berkata kembali, ‘Siapa yang

memberi kelunakan pada debitor yang kesulitan, maka satu harinya dihitung sedekah yang

senilai.’ lanjutnya, ‘Baginya satu sedekah setiap harinya selama tenggang waktu. Jika telah

jatuh tempo, maka ulurlah waktunya. Dia pun akan mendapat pahala 2 sedekah senilai

setiap harinya.’”178

Diriwayatkan Kaab bin Ajrah bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Siapa yang

memberi kelunakan ataupun mengulur tempo hutang, Allah akan menaunginya di hari

kiamat.”179

Hudzaifah bin al-Yamani meriwayatkan dari Nabi, “Para Malaikat bertanya kepada

ruh seorang laki-laki di zaman dahulu yang mereka temui, ‘Kebaikan apa yang pernah

engkau lakukan?’ Dia berkatan, ‘Tidak ada.’, ‘Ingat kembali’ tukas mereka. Dia berkata,

‘Dulu masyarakat meminjam uang dariku, aku pun perintahkan 2 anakku untuk

memberikan kelonggaran kepada mereka yang kesulitan dan toleransi kepada yang

mampu.”180

Tidak dibenarkan memberlakukan denda karena keterlambatan hutang pembeli,

dengan atau tanpa kesepakatan sebelumnya. Karena itu adalah praktik riba yang

terlarang.181 Perlu diketahui, menunda pelunasan tanpa adanya alasan, amat pantas

mendapat hukum di dunia dan akhirat. Sanksi ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad,

“Menunda hutang adalah kedzaliman.”182

178 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 5, h. 260. 179 Al-Thabarani, al-Mujam al-Kabir, vol. 19, h. 106. 180 Muslim, Sahih Muslim, vol. 3, h. 1194 181 Lih. Keputusan Majmu al-Fiqh al-Islami keluaran Muhadzamah al-Mutamar al-Islami,

pertemuan ke-6, keputusan ke-2, Jeddah, Syaban 1411H, Maret 1992M. Keputusan serupa juga terdapat dalam pertemuan ke-14 di Doha, Dzu al-Qidah 1423H, Januari 2003M.

182 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 799.

Page 110: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

49

Beliau berkata, “Kesengajaan menunda pelunasan hutang, pantas dihardik dan

dipenjara”183

Menurut pendapat sebagian orang, lambatnya tindakan perutangan184 dan tidak

adanya sanksi atas keterlambatan, hanya akan memperpanjang masa penunggakan, dan

memperbesar pembiayaan. Untuk menangkalnya, hendaklah pengusaha muslim meninjau

pihak yang ia hadapi, selektif dalam menentukan klien melalui kepribadian dan reputasi,

tekad untuk melunasi, kemampuan untuk melaksanakan komitmen, kapabel dalam

mengelola proyeknya, sebagaimana tindak lanjut yang saling berkesinambungan yang

semestinya mencegah penunggakan. Allah berfirman, “Di antara Ahli Kitab ada orang

yang jika kamu mempercayakan harta yang banyak, ia akan mengembalikannya; dan di

antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu Dinar, ia tidak

akan mengembalikannya, kecuali jika kamu selalu menagihnya.”185

Imam al-Ghazali berkata, “Manusia terbagi 2; orang yang pantas, dan orang yang

tidak boleh diajak berkongsi. Hendaklah yang pantas diajak berkongsi lebih sedikit.

Ada zaman di mana seorang pengusaha bertanya di pusat ekonomi dan bisnis,

‘Tunjukan saya, orang yang pantas diajak berbisnis?’ Mereka berkata, ‘silakan dengan

siapa saja.’ Kemudian datang zaman lain, mereka berkata, ‘silakan dengan siapa saja,

kecuali si A.’ Lalu, tiba zaman mereka berkata, ‘jangan bekerjasama dengan siapapun

kecuali si B dan si C.’ Aku pun takut zaman yang terakhir ini ikut lenyap. Inilah hal yang

harus diwaspadai akan terjadi.”186

Juga, termasuk makna murah hati bagi pengusaha muslim adalah menghargai hak

rekan-rekannya, dan tidak menjadikan harta sebagai alat memonopoli hak mereka,

khususnya setelah meraih kesuksesan dalam proyek. Serta tidak merasa paling berjasa,

183 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 2, h. 486. 184 Menagih hutang, KBBI. 185 Ali Imran: 75. 186 Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, vol. 2, h. 80.

Page 111: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

50

kalaulah bukan karena pertolongan Allah dan sokongan dana dari mitranya, niscaya

korporasi yang ia kelola tidak akan maju dan berkembang. Adapun jika terjadi likuidasi

atau pecah kongsi, haruslah dengan cara yang baik.

4. Berkomitmen

Islam telah mewajibkan pemeluknya untuk menunaikan kontrak dan menepati janji.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, tunaikanlah kontrak.”187 “Tepatilah janji,

karena ia akan diminta pertanggunjawaban.”188

Dengan begitu, seorang muslim telah keluar dari lingkar kemunafikan menuju

wilayah keimanan. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi, “Indikasi hipokritis ada 3:

ucapan yang inkonsisten, merusak komitmen dan mengkhianati kepercayaan.”189

Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah “Nabi berkata kepadaku, ‘Jika jizyah Bahrain

telah tiba, akan ku memberikan engkau sekian dan sekian.’ Namun jizyah itu belum tidak

kunjung datang hingga Rasulullah wafat. Sampai akhirnya Abu Bakar memanggil semua

orang yang terikat perjanjian dengan Beliau, setelah tibanya jizyah itu. Aku pun

mendatanginya dan berkata, ‘Rasulullah berkata kepadaku begini dan begitu.’ Sambil

berkata, ‘Ambil 2 kali lipatnya.’ Dia pun memberikan sebuah kantung yang berisi 500

dinar.”190

Saking pentingnya sifat wafa, Abu Bakar al-Shiddiq sebagai pengganti Rasulullah

sangat cermat menepati janji-janji Nabi Muhammad sebagai sahabatnya.

Agar seorang pengusaha dapat menyempurnakan janjinya, sudah semestinya ia

waspada terhadap penyakit lemah ingat dan lemah tekad. Al-Quran telah mengarahkan hal

ini via perintah Allah kepada Nabi Adam, untuk tidak mendekati pohon terlarang. Namun

187 Al-Maidah: 1. 188 Al-Isra: 34. 189 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1, h. 21. 190 Ibid., vol. 2, h. 803.

Page 112: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

51

ia lalai akan hal itu. Allah berfirman, “Dulu, Kami telah perintahkan kepada Adam,

kemudian ia lupa akan hal itu, sementara Kami tidak mendapatinya bersabar,191 sebagai

refleksi dari tekad yang kuat.”192

Islam sangat memperhatikan aplikasi terhadap kontrak selama dalam rambu-rambu

syariat, melalui dokumentasi untuk mencegah kelalaian. Dalam Islam ada banyak metode

dokumentasi, termasuk di antaranya:

a. Pencatatan,

Allah berfirman, “Hai orang beriman, jika kalian mengadakan transaksi hutang-

piutang, maka catatlah.”, “Janganlah kalian merasa jemu untuk mencatat yang kecil

maupun yang besar hingga tempo pembayaran.”193

b. Saksi

Allah berfirman, “Persaksikanlah transaksi kalian.”194

c. Agunan

Allah berfirman, “… maka agunkan sesuatu.”195

d. Garansi

Nabi Yusuf berkata, “… aku menjamin hal itu.”196

Empat poin di atas mampu mendorong realisasi yang diharapkan al-Quran, “Sebab,

semua itu lebih adil menurut syariat Allah, lebih kuat kebenaran persaksiannya dan lebih

meningkatkan rasa saling percaya.”197 Karena dokumentasi, pencatatan kontrak, adanya

saksi, dan garansi penjaminan adalah hal yang krusial untuk afirmasi dan perlindungan hak

serta menutup celah terjadinya konflik antar individu. Dalam konteks ini, syariat pun

191 Abu Muhammad Izzu al-Din bin Abdullah bin Abu al-Qasim bin al-Hasan al-Silmi al-

Dimasyqi, Tafsir al-Quran, Dar Ibn Hazm, Beirut, cet-1, 1416H, 1996M, vol. 2, h. 314. 192 Al-Taha: 115. 193 Al-Baqarah: 282. 194 Ibid.

195 Al-Baqarah: 283. 196 Yusuf: 72. 197 Al-Baqarah: 282.

Page 113: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

52

mengecualikan dokumentasi transaksi tunai yang umumnya berlangsung secara singkat,

demi kemudahan transaksi. Allah berfirman, “Kecuali transaksi tunai yang lazim kalian

jalankan, tidak bedosa jika kalian meninggalkannya.”198

Al-Sarkhasi berkata, “Dalam syariat dokumentasi tulis terdapat banyak manfaat,

diantaranya: melindungi harta, memutus mata rantai sengketa antar pihak, mencegah cacat

kontrak, menghapus keraguan dan mengikat kebenaran.”199

Komit terhadap ajaran ini sangat diperlukan bagi seorang pengusaha, karena

kealpaan terhadapnya dapat menimbulkan banyak masalah dalam transaksi mereka, sampai

kepada baku tuduh saat kalkulasi. Tentu akan lebih mudah memuaskan, seandainya dulu

mereka bersepakat mendokumentasikan.

Kedua, Transaksi Halal dan Baik

1. Menghindari Transaksi Komoditas dan Jasa

Haram

Sudah semenstinya seorang pengusaha muslim komit dalam transaksi komoditas laik

yang Allah halalkan, “Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah

yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pulakah yang

mengharamkan rezeki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu disediakan bagi orang-

orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus untuk mereka di hari kiamat.’”200

Serta menjauhi komoditas “najis” yang telah diharamkan-Nya, “Katakanlah: "Tidak sama

198 Ibid. 199 Muhammad bin Abu Sahal al-Sakhasi Abu Bakar, al-Mabsuth, Dal al-Marifat, Beirut, 1406H, vol. 3, h. 68.

200 Al-Araf: 32

Page 114: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

53

antara yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik

hatimu,…"201

Dengan kata lain, seorang pengusaha hanya diperbolehkan menggunakan hartanya

untuk berjual-beli barang yang diizinkan syariat yang tentunya halal. Secara umum, ia

dituntut selalu bertransaksi dalam hal yang laik dan bermanfaat, serta menjauhi segala

macam hal yang merusak agama dan kehidupan masyarakat, seperti miras dan narkotika.

Karena keduanya dapat mengundang keresahan seperti hilangnya kesadaran, pemborosan

dan pertikaian.

Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah berkata, “Allah dan

Rasulnya telah mengharamkan jual-beli miras, bangkai, babi dan patung.” Lalu ada yang

bertanya, “Bagaimana pendapat Anda mengenai minyak dari bangkai, padahal ia

bermanfaat untuk cat perahu dan bahan kulit, serta bahan bakar lampu?” Beliau berkata,

“Ia tetap haram.” Lanjutnya, “Allah membinasakan kaum Yahudi, karena mereka melebur

lemak, menjualnya dan menjadikannya mata pencarian, setelah jelas diharamkan.”202

Abu Masud al-Anshary berkata, “Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم telah mengharamkan uang

hasil penjualan anjing, upah pelacuran dan paranormal.”203

Abu Juhaifah berkata, “Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم telah mengharamkan uang hasil

penjualan anjing dan darah. Beliau juga melaknat penato, orang yang minta dibuatkan tato,

pemakan riba, orang yang memberikan riba, dan pelukis.”204

2. Menghindari Mata Pencarian Haram

Termasuk di antaranya:

201 Al-Maidah: 100 202 Muslim, Sahih Muslim, vol. 3, h. 1207. 203 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 779. 204 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 735.

Page 115: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

54

a. Riba

Berdasarkan pengertian ulama fiqih, riba adalah penambahan dalam barter 2

komoditas sejenis yang semestinya tidak perlu adanya tambahan. Riba terbagi 2 bagian:

Pertama, Riba Hutang-Piutang (Nasiah)

Adalah bunga yang disyaratkan kreditor kepada debitur sebagai biaya atas

keterlambatan pelunasan. Hukumnya haram menurut al-Quran, al-Sunnah dan kesepakatan

ulama. Riba ini pernah dilakukan oleh al-Abbas bin Abd al-Muthallib kemudian

diharamkan Rasul ketika haji wada. Riba yang serupa, juga berlaku pada bank-bank

konvensional dewasa ini.205

Al-Jassos berkata, “Riba yang berlaku pada bangsa Arab dahulu adalah pinjaman

dirham dan dinar hingga tenggat waktu tertentu dengan bunga sesuai jumlah pinjaman

yang disepakati.”206

Kedua, Riba Jual-Beli (Fadl)

Adalah barter uang dengan uang atau makanan dengan makanan beserta adanya

tambahan. Hukumnya haram menurut al-Sunnah dan kesepakatan ulama, wujud dari

langkah preventif untuk menghindari riba nasiah.207 Contohnya: menjual 1 dirham dengan

harga 2 dirham, menjual 1 takaran gandum dengan nilai 2 takaran gandum, dsb.

Abu Said al-Khudry meriwayatkan sabda Rasulullah, “Barter emas dengan emas,

perak dengan perak, terigu dengan terigu, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma,

garam dengan garam, komoditas dengan yang sejenisnya, adalah riba jika ditambah

maupun minta ditambah, sama saja entah itu yang meminta maupun pemberinya.”208

205 Secara detil diterangkan dalam Dr. Asyraf Dawaba, Fawaidh al-Bunuk baina al-Ibahah wa

al-Tahrim, Dar Khairi li al-Nasyri wa li al-Tauzi, Alexandria, 1434H, 2003M. 206 Al-Jassos, Ahkam al-Quran, Dar al-Kitab al-Araby, 1325H, vol. 1, h. 425. 207 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Dar al-Fikri, Beirut, 1403H, vol. 3, h. 178. 208 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 3, h. 97.

Page 116: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

55

Islam sangat melarang praktik riba dan menetapkanya sebagai salah satu dosa

terbesar. Saking besarnya dosa itu, Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap

pelakunya. Allah berfirman, “Para pelaku riba di hari kiamat akan seperti orang

kerasukan syaitan karena penyakit gila. Keadaan demikian, karena mereka berkata “ jual

beli itu sama saja dengan riba”, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Siapa saja yang mengetahui larangan dari Tuhannya, kemudia ia

bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosanya. Sedangkan mereka yang kembali

melakukan praktik riba, akan dimasukkan ke dalam neraka; mereka kekal di

dalamnya.”209

Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan tinggalkan sisa riba jika kalian benar beriman. Jika kalian tidak juga meninggalkan

riba, ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Sedangkan jika kamu

bertaubat, maka kalian berhak atas modal kalian; kalian tidak dzalim dan tidak pula

didzalimi.”210

Islam tidak pernah memberangus budaya jahiliyah setegas membasmi riba. Syariat

Islam juga tidak pernah mengancam secara harfiah dan signifikansi sekeras ancaman

terhadap riba. … Manusia sesat yang memakan atau menyuapi riba akan mengundang

petaka yang benar-benar menghancurkan, disebabkan sistem ribawi yang mengakar dalam

akhlak, agama, kesehatan dan ekonomi mereka, yang tentunya menyulut peperangan

kepada Allah, sudah pasti isinya murka dan adzab-Nya.211

Imam al-Sarakhsy berkata, “Allah telah meyiapkan5 hukuman bagi pelaku riba:

209 Al-Baqarah: 275. 210 Al-Baqarah: 278-279. 211 Lih. Sayyid Qutub, Fii Dzilal al-Quran, Dar al-Syuruq, Beirut, cet-12, 1406H, 1986M, vol.

1, h. 318.

Page 117: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

56

1) Stres dan masalah. Allah berfirman, “mereka seperti orang kerasukan syaitan

karena penyakit gila.”212

2) Kehancuran. Firman-Nya, “Allah membinasakan riba,”213 Maksudnya adalah

kehancuran dan kebinasaan atau hilangnya keberkahan dan kenikmatan harta

baginya dan anak-anaknya.

3) Perang. Allah berfirman, “Bersiaplah berperang melawan Allah dan

Rasulnya.”214

4) Kekafiran. “Tinggalkanlah praktik riba, jika kalian benar beriman.”215

Setelah membahas tentang riba, Allah berkata, “Allah tidak menyukai setiap

orang kafir lagi berbuat dosa.”216 Maknanya adalah kafir karena

menghalalkan riba dan berdosa karena memakan riba.

5) Kekal dalam neraka. Allah berfirman, “Siapa yang kembali pada praktik

riba, mereka akan di jebloskan ke dalam neraka untuk selama-lamanya.”217

Betapa kita sepakat akan buruk dan mengerikannya dosa zina, tidak kah kita

membayangkan bahwa ada maksiat yang lebih parah dari itu, yakni melakukan praktik

riba. Lantas, bagaimana mungkin kita mencela perbuatan zina, sementara praktik riba kita

biarkan bagaikan angin lalu! Rasulullah bersabda, “Ada 73 level riba. Yang terendah dosa

bagaikan menzinai ibu kandung dan riba tertinggi adalah mengganggu kehormatan

muslim.”218

212 Al-Baqarah: 275. 213 Al-Baqarah: 276. 214 Al-Baqarah: 279. 215 Al-Baqarah: 278. 216 Al-Baqarah: 276. 217 Al-Baqarah: 275. 218 Secara ringkas diriwayatkan Ibnu Majah dan mendetil oleh al-Hakim, disahihkan oleh

Ibnu Hajar al-Asqalany, lih. Bulugh al-Maram, bab Adillah al-Ahkam, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Kairo, h. 175.

Page 118: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

57

Beliau bersabda, “Satu dirham hasil riba yang diambil secara sadar, lebih besar

dosanya dari 30 kali berzina.”219

Lantas, bagaimana dengan riba yang jumlahnya hingga jutaan dan milyaran?

Riba adalah salah satu dosa terbesar, praktiknya terlaknat dan akhirnya membawa

sengsara. Mengenai ini Rasul صلى الله عليه وسلم telah memberikan lampu merah, “Jahuhilah 7 dosa besar.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, dosa apakah itu?” Lanjutnya, “Menyekutukan

Allah, sihir, membunuh nyawa tak berdosa, berpenghasilan dari riba, merampas hak anak

yatim, kabur dari medan perang, menuduh wanita sebagai pezina.”220

Rasulullah pun melaknat kreditor riba, debiturnya, beserta pihak yang mencatat dan

menjadi saksi, serta menyetarakan mereka dalam golongan yang sama.221

Beliau bersabda, “Meskipun melimpah, omzet riba akan berakibat pada

kehancurang.”222

Inilah refleksi dari realita bencana yang ditimbulkan oleh seorang pengusaha yang

berani menantang Allah dan rasul-Nya dengan transaksi ribawi. Sebagaimana

menjamurnya bank-bank dengan piutang yang mencekik, tentu saja mengancam status

harta dan mendorong pihak debitur melakukan hal-hal tak terduga, seperti: melarikan diri

ke luar negeri, menjebloskan diri dalam penjara, bahkan bunuh diri.

Secara detil media-media masa Mesir memberitakan sebuah kasus pembunuhan sadis

yang terjadi di distrik Zamalik, kota Kairo. Tepat pada bulan November 2003, seorang

pengusaha membunuh istrinya, dan direktur perusahaan beserta istrinya, kemudian bunuh

diri dengan meninggalkan secarik wasiat yang berisi pesan untuk tidak berutang dengan

219 Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, vol. 8, h. 223. 220 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalany, Fath al-Bari bi Syarhi Sahih al-Bukhari, Tahqiq

Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Muhib al-Din al-Khatib, Qusoy Muhib al-Din al-Khatib, Dar al-Rayyan li al-Turats, Kairo, cet-2, 1407H, vol. 3, h. 48.

221 An-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarhi an-Nawawi, vol. 2, h. 82-83. 222 Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, vol. 8, h. 495.

Page 119: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

58

bank, karena transaksi tersebut telah memerasnya dan menjebaknya dalam masalah besar

hingga mendorongnya berpikir untuk bunuh diri.223

Begitu lah cara riba menjadikan pelakunya miskin mental bersamaan dengan miskin

materil dan akhirnya bunuh diri. Di sinilah letak relevansi antara kufur dan faqir yang

diajarkan Rasul dalam doanya, “Ya Allah aku berlindung pada-Mu dari kekufuran da

kefakiran.”224

Aneh, dewasa ini kejahatan riba sudah merajalela – betapa sedihnya – menguasai

pola pikir kita hingga tidak lagi mampu mengingkari dosa itu. Terkait hal ini, Nabi

Muhammad telah mengabarkan tentang zaman di mana manusia menghalalkan riba atas

nama bisnis.225 Boleh jadi, zaman ini juga yang pernah disabdakan Rasul, “Akan datang

satu masa, manusia terbiasa memakan riba, kalau pun ada yang tidak, ia terpapar debu-

debu riba.”226

Beliau bersabda, “Berlahan namun pasti, kalian akan membebek kepada norma dan

tradisi umat terdahulu. Bahkan, ketika mereka masuk ke dalam lubang dob,227 kalian tetap

mengikutinya.” Aku bertanya, “Apakah mereka itu orang Yahudi dan Nasrani?”, “Siapa

lagi!” Tegas beliau.228

a) Inilah Zaman Globalisasi Riba

Imam al-Qurtubi menegaskan, “Sudah semestinya pergerakan ribawi dibendung dan

dipersempit. Karena legitimasi terhadapnya sama saja menggali lubang untuk menjerat

umat Islam dalam kehancuran.”229

223 Surat kabar al-Ahram, Kairo, 1/12/2003. 224 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 3, h. 203. 225 Lih. Ibnu Qoyyim al-Jauzy, Ighatsatu al-Lahfan min Mashaidi al-Syayatin, Dar al-Marifat,

Beirut, Fashlun fi Thaifati Tastahillu al-Riba. 226 Al-Suyuti, Sunan al-Nasai, Dar al-Hadits, Kaifo, 1407h, vol. 8, h. 109. 227 Hewan reptil mirip iguana, berhabitat di padang pasir. 228 al-Asqalany, Fath al-Bari bi Syarhi Sahih al-Bukhari, vol. 3, h. 236. 229 Al-Qurtubi, al-Jami li Ahkami al-Quran al-Karim, vol. 3, h. 360.

Page 120: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

59

Seorang pengusaha yang cerdas akan selalu waspada menjaga agama dan harga

dirinya, serta berusaha dengan sepenuh ketakwaan menjauhi aktifitas riba. Terlebih,

setelah ia mengetahui bahwa ayat al-Quran yang terakhir diturunkan adalah tentang

haramnya riba. Allah berfirman, “Bertakwalah pada Allah, karena suatu hari engkau pasti

akan kembali pada-Nya. Kemudian, setiap individu akan diberikan ganjaran yang adil

atas setiap pekerjaannya.”230

Serharusnya seorang pengusaha pandai memilih jalan selamat daripada diperangi

Allah dan rasul-Nya, karena pailit adalah keniscayaan tak terbantahkan untuk orang yang

berani mengambil riba.

b. Garar

Dalam konteks ini, garar meliputi: minimnya informasi, adanya celah kecurangan,

spekulasi, tidak adanya jaminan barang akan diterima, berpotensi pada kezaliman, adanya

indikasi komoditas fiktif, ketidakjelasan, tidak mampu terlaksananya serah-terima barang

yang disepakati, dan awam secara menyeluruh atau sebagian.

Ibnu Taimiyah berkata, “Garar adalah ketidakjelasan.”231 Sebagaimana telah

diharamkan oleh agama Islam. Diriwayatkan Abu Hurairah, “Nabi telah melarang transaksi

hashah dan transaksi garar.”232

Imam al-Nawawi berkata, “Interdiksi terhadap transaksi garar adalah salah satu dari

asas syariah yang mencakup banyak persoalan.”

a) Eksepsi Garar yang Diperbolehkan

Pertama, adanya bundle barang yang menjadi syarat dan ketentuan tercapainya

kesepatakan transaksi.

230 Al-Baqarah: 281. 231 Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyah al-Harani Abu al-Abbas, al-Qawaid al-Nuraniyah,

Matbaah al-Sunnah al-Muhammadiyah, Kairo, cet pertama, 1951M, h. 38. 232 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 2, h. 436.

Page 121: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

60

Kedua, adanya toleransi penukaran karena hal buruk ataupun sulitnya membedakan

barang.233

Ini adalah kaidah dasar diperbolehkannya “garar” untuk kemaslahatan sebagaimana

jual-beli properti tanpa harus membongkar pondasi untuk mengetahui kedalaman, luas dan

kekuatannya.

b) Macam-macam Bai al-Garar yang Diharamkan

1) Bai al-Hashah:

Transaksi yang dilakukan antara 2 pihak yang saling tidak mengetahui komoditas

apa yang akan mereka jual atau beli. Lalu salah satu pihak diizinkan melemparkan

kerikil ke arah tertentu. Pada benda apapun kerikil itu jatuh, maka benda tersebut

adalah barang yang harus dijual dengan kesepakatan harga di muka. Atau, 2 pihak

bersepakat melakukan transaksi jual-beli tanah dengan luas berdasarkan termpat

terakhir kerikil (hashah) terjatuh.

2) Bai al-Mulamasah:

Jual-beli kain dengan menyentuh bagian yang tampak saja, tanpa diperbolehkan

membuka dan melihat bagian dalamnya serta berapa ukurannya.

3) Bai al-Munabadzah:

Transaksi barter antar 2 pihak tanpa mengetahui barang apa yang akan mereka

saling terima.

4) Bai al-Muzabanah:

Menjual kurma kering yang masih di pohon dengan kurma kering, anggur dengan

kismis, bibit dengan makanan. Namun, Rasulullah memberikan keringanan untuk

transaksi Araya, yakni menjual kurma basah di pohongnya dengan kurma kering

untuk kebutuhan tertentu. Dengan syarat, tidak melebihi 5 wasak.

233 al-Nawawi, Syarah al-Nawawi ala Sahih Muslim, vol. 4, h. 357.

Page 122: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

61

5) Bai al-Muhaqolah:

Menjual benih yang masih di tangkainya dengan benih serupa.

6) Bai al-Nitaj:

Menjual produksi hewan ternak sebelum dihasilkan, contohnya menjual susu sapi

yang masih di dalam ambing.

7) Bai Habal ul-Habalah:

Menjual anak unta dengan pembayaran setelah dilahirkan.

8) Bai al-Madomain:

Menjual sperma.

9) Bai al-Malaqih:

Menjual janin dalam rahim.

10) Bai al-Mukhadoroh:

Menjual buah-buahan sebelum dipastikan masak tanpa cacat (ijon).

11) Bai al-Muawamah:

Menjual hasil panen beberapa tahun yang akan datang.

12) Bai Dorbah al-Gowas:

Terkadang penyelam akan menjual temuannya di dasar laut. Lain halnya dengan

bai dorbah gowas, membayar barang temuan itu di muka meski penyelam

tersebut belum menceburkan diri ke dalam laut.

13) Beli Mutiara dalam Kerang:

Seseorang membeli sekarung kerang dengan harapan, setidaknya ada satu kerang

berisi mutiara. Kalau tidak dapat, ia rugi. Sebaliknya, kalau ketemu walau satu ia

akan dapat untung senilai 10 karung mutiara.

Page 123: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

62

14) Menjual ikan di laut:

Termasuk juga transaksi semacam ini, menjual burung terbang di angkasa, wol di

tubuh domba yang masih hidup, janin dalam kandungan, susu dalam ambing,

mentega yang masih berwujud susu.

15) Asuransi Niaga:

Adalah polis yang berisi kewajiban nasabah untuk menyetor premi kepada pihak

penjamin (perusahaan asuransi) dengan kesepakatan klaim tertentu saat terjadi

resiko tertentu. Kompensasi tersebut diberikan kepada pihak yang sudah

ditertentukan, apakah nasabah ataupun ahli waris.

Kontrak ini pun hukumnya haram karena condong pada garar. Pasalnya,

klien tidak dapat memastikan apakah ia akan ditimpa musibah atau tidak. Ia akan

meraup lebih banyak dari premi yang telah dibayarkan pada perusahaan asuransi.

Itu pun jika musibah yang disepakati benar-benar terjadi, jika tidak? Harta yang

telah disetorkan selama ini akan lenyap begitu saja. Karenanya para ulama telah

memberikan solusi berupa asuransi al-taawun yang dibangun atas dasar

solidaritas, bukan transaksi garar. Asuransi ini adalah kumpul sejumlah orang

yang memiliki resiko bahaya serupa. Kemudian mereka mengumpulkan sejumlah

uang secara berserikat. Sejumlah uang ini dikhususkan untuk kompensasi kepada

orang yang tertimpa kerugian.

16) Menjual barang bukan miliknya:

Islam telah melarang umat berjualan yang bukan miliknya. Hakim bin Hizam

berkisah, “Aku berkonsultasi pada Rasulullah tentang seseorang yang mengajukan

pembelian barang yang tidak aku miliki (stok), kemudian aku membelinya dari

pasar. Beliau bersabda, ‘jangan kau jual yang tidak kau miliki.’”234

234 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, h. 525.

Page 124: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

63

Ibnu Qoyyim berkata, “Orang yang menjual barang bukan miliknya

termasuk dalam kategori pedagang garar yang kadang dapat barangnya dan

kadang tidak. Inilah alasan dikategorikan sebagai spekulasi dan gambling.

Dalam hal ini ada 2 spekulasi:

Pertama, pedagang tersebut membeli barang yang dimaksud dengan tujuan

menjualnya kembali agar mendapat profit, sambil bertawakal kepada Allah.

Kemungkinan kedua, pedagang itu bermain curang. Inilah yang diharamkan

syariat… Terlepas apakah ia membeli barang kemudian menurunkan harganya,

yang jelas Allah tidak dapat ditipu siapapun. Tidak dibenarkan berdagang seperti

ini, menjual yang bukan miliknya tergolong gambling dan spekulasi; karena

tujuannya adalah meraup keuntungan dari transaksi tersebut, sementara pelanggan

tidak tahu bahwa sang pedagang menjualnya sebelum membelinya. Mayoritas

orang tidak akan mau beli kalau prosesnya seperti ini, bahkan beralih ke penjual

pertama. Yang seperti ini bukanlah spekulasi bisnis, tapi spekulasi tergesa-gesa

menjual sebelum serah terima barang. Spekulasi bisnis yang dihalalkan adalah

dengan memiliki barang sepenuhnya, baru kemudian menjualnya.”235

Secara gamblang Islam telah melarang umat menjual yang bukan miliknya

karena serupa dengan transaksi garar tanpa kepastian barang diterima. Jika dapat

dipastikan barang dapat diserahterimakan, maka sah-sah saja sebagaimana

transaksi al-salam, dengan syarat:

Pembayaran kontan di muka,

Adanya kejelasan spesifikasi barang,

Harganya jelas,

235 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Zadul Maad fii Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq Syuaib al-Aurnout,

Abdul Qadir al-Aurnout, Muassasah al-Risalah, Beirut, 1407H, vol. 5, h.274.

Page 125: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

64

Jelas kapan dan dimana barang akan diterima, serta

Tidak adanya hal yang berpotensi pada gurur dan ketidakjelasan.

17) Menjual barang belum di tangan:

Islam telah melarang siapapun menjual barang sebelum dipastikan benda tersebut

berada di bawah kontrol dirinya, meskipun benda itu adalah miliknya. Abdullah

bin Umar meriwayatkan sabda Rasulullah, “Janganlah kalian menjual makanan

yang sudah kalian beli, sebelum diserahterimakan sepenuhnya.” Ibnu Umar

berkata, “Dulu, kami biasa membeli makanan dari kafilah-kafilah yang kami

temui, Beliau pun melarang kami menjualnya sebelum dibawa dari tempat

dibelinya.”236

Hakim bin Hizam pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, aku membeli banyak

barang untuk dijual kembali. Apa saja yang halal dan haram aku lakukan?” Beliau

bersabda, “Jangan dijual sebelum jatuh ketanganmu sepenuhnya.”237

Zaid bin Tsabit meriwayatkan, bahwa Rasulullah melarang penjualan barang di

tempat pembeliannya, sampai dipindahkan ke tunggangannya.238

Konsekuensi hukum transaksi seperti ini sama seperti menjual barang yang

bukan milikinya, dengan pengecualian transaksi salam. Ketika meriwayatkan

hadits, “Janganlah kalian menjual makanan yang baru dibeli, sebelum berpindah

tangan sepenuhnya” Ibnu Abbas berkata, “Saya menganalogikan semua

komoditas sebagaimana makanan tersebut.”239

Alasan diharamkannya menjual barang yang belum diserahterimakan adalah

karena barang tersebut masih di bawah tanggung jawab penjual pertama selama

236 Muslim, Sahih Muslim, vol. 3, h. 1161. 237 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 5, h. 227. 238 Al-Daruqutni, Sunan al-Daruqutni, Tahqiq Abdullah Hasyim al-Madani, Dar al-Mahasin,

Kairo, 1382H, vol. 3, h. 13. 239 al-Nawawi, Syarah al-Nawawi ala Sahih Muslim, vol. 1, h. 180.

Page 126: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

65

belum dipindahkan. Kalau terjadi suatu, rusak misalnya, maka kerugian harus

ditanggung penjual pertama bukan penjual kedua. Sebaliknya, jika barang itu laku

terjual, penjual pertama tidak mendapat keuntungan sebagaimana jika rugi.

Karenanya, Rasulullah melarang penjualan berlaba yang tidak ada

pertanggungjawabannya. Sama halnya dengan seseorang membayar suatu barang

agar rekannya mau membeli barang miliknya, demi meraup keuntungan lebih

besar dengan kamuflase dua akad dalam satu transaksi yang juga bagian dari riba.

Mengenai menjual barang yang sebelum diserahterimakan ini, dengan cerdasnya

Ibnu Abbas menjelaskan, “Hakikatnya mereka menjual dirham (uang) dengan

dirham (uang), bukan makanan.240”241

Mengenai cara serah-terima barang tergantung jenis mobilitasnya; aktiva tetap

atau aktiva bergerak. Aktiva tidak bergerak dinyatakan telah diserahterimakan

dengan ditinggalnya oleh pemilik lama dan dimanfaatkan oleh pemilik baru

sebagaimana mestinya. Adapun serah-terima aktiva bergerak dengan dipenuhinya

pesanan, “Jika kalian menjual dengan satuan tertentu, maka takarlah sebelum

diserahterimakan.”242 Atau dengan berpindahnya ke tempat lain, jika barang

tersebut tidak memiliki satuan tertentu. Selain dua jenis barang ini, berlaku hukum

serah-terima yang disepakati.243

18) Menjual hutang dengan hutang:

Penjualan hutang ini dapat terjadi dalam beberapa kasus;

hutang dijual debitur,

hutang dijual nondebitur, atau

240 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Tahqiq Muhammad Zahir bin Nasir al-Nasir, Dar Tawq al-

Najah, cetakan pertama, 1422H, vol 3, h. 68. 241 al-Asqalany, Fath al-Bari bi Syarhi Sahih al-Bukhari, vol. 4, h. 207. 242 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 75. 243 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, vol. 3, h. 183.

Page 127: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

66

keduanya dapat menjual hutang secara tunai maupun kredit.

Menjual hutang dengan cara kredit dikenal dengan istilah bai al-kali dalam

syariat. Hukumnya haram, apakah penjualan itu dilakukan oleh debitur atau

selainnya, karena Nabi telah melarang penjualan al-kali bi l-kali.

Ibnu Qoyyim berkata, “al-Kali artinya tertunda yang belum ada di tangan,

ditukar dengan sesuatu yang juga belum ada di tangan. Ini seperti orang yang

melakukan akad salam untuk barang yang masih dalam tanggungan dengan

bayaran tertunda, sehingga keduannya tertunda. Jual beli semacam ini tidak boleh

dengan sepakat ulama. itulah bai al-kali bi l-kali.”244

Contoh penjualan hutang oleh debitur:

Seorang berkata, “Saya beli barang dagangan milikmu dengan harga satu

dinar dan serah terima dilakukan setelah satu bulan.”

Sseseorang membeli barang – secara kontan – yang akan diserahkan pada

waktu tertentu. Lalu ketika jatuh tempo, penjual tidak berhasil mendapatkan

barang yang sudah dipesan untuk menutupi utangnya, lantas ia berkata

kepada pembeli, “Juallah barang ini kepadaku dengan tambahan waktu.”

Lalu pembeli setuju untuk menjualnya, padahal belum pernah terjadi serah-

terima barang.245 Inilah mengapa akad seperti ini juga termasuk riba

berdasarkan kaidah, “Berikan saya kelonggaran waktu, saya akan

memberikan Anda tambahan barang.”

244 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Ilam al-Muwaqqiin an Rabb al-Alamin, Tahqiq Taja Abd al-Rauf

Saad, Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah, Kairo, vol. 2, h. 8. 245 Contoh lain: Tejo memesan komputer pada Basuki seharga 5 juta yang akan dikirim 2

bulan kemudian. Tejo membayar kontan sehingga Basuki berhutang untuk menyerahkan seperangkat komputer. Hingga tenggat waktu 2 bulan, Basuki belum mampu menyerahkan komputer tersebut. Basuki pun berkata pada Tejo, “Anggap saja komputer itu sudah ditangan sampean, sekarang saya beli kembali dengan harga lebih tinggi.” Akhirnya, Tejo sepakat untuk menjualnya.

Page 128: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

67

Gambaran penjualan hutang oleh nondebitur: Seseorang berkata pada

rekannya, “Saya jual kepadamu barang dagangan milikku yang dipinjam oleh

fulan dengan harga sekian dan kamu bisa membayarnya kepadaku setelah satu

bulan.”

Asas diharamkannya menjual hutang dengan hutang adalah hadits sahih yang

melarang transaksi garar. Berdasarkan nash ini para ulama telah bersepakat

bahwa jual-beli hutang dengan hutang termasuk garar kebanyakan. Bukan hadits

bai al-kali bi al-kali sebagaimana yang dipahami sebagian orang, pasalnya hadits

tersebut dinyatakan dhaif dari segi sanadnya. Karenanya, menangguhkan

pelunasan dinyatakan bentuk dari bai al-kali bi al-kali menurut kesepakatan para

ulama akan keharamannya.

Ibnu Rusydi berkata, “Adapun kredit dinyatakan haram berdasarkan ijma dari 2

sisi; barang dan hutang. Maka, akad jual hutang dengan hutang pun dilarang.”246

Adapun menjual piutang secara tunai saat transaksi kepada debitur

diperbolehkan. Karena alasan utama dilarangnya menjual hutang dengan hutang

adalah tidak adanya kepastian serah-terima barang. Dalam hal ini, tidak

diperlukan adanya serah-terima dan yang dijual kreditor kepada hutang debitur

yang telah diterimanya. Misalnya:

Kreditor menjual piutangnya kepada debitur dengan sesuatu yang tidak sejenis

dengan piutangnya. Seketika itu gugurlah hutang itu dan debitur diharuskan

menyerahkan benda yang telah disepakati. Sebagaimana seseorang berhutang

1000 dinar, kemudian bersepakat bersama kreditor untuk barter barang tertentu

saat itu juga. Umar bin al-Khattab berkata, “Aku berkonsultasi kepada

Rasulullah, ‘Wahai Rasul, aku menjual beberapa unta di pasar Baqi dengan nilai

246 Ibnu Rusydi, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Tahqiq Abd al-Halim

Muhammad Abd al-Halim, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, Kairo, cet. 2, 1403H, 1983M, vol. 2, h. 157.

Page 129: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

68

tukar dinar, tapi yang aku terima adalah pembayaran menggunakan dirham. Aku

juga menjual dengan nilai tukar dirham, tapi yang aku terima adalah pembayaran

menggunakan dinar.’ Belaiu bersabda, ‘Tidak mengapa jika engkau mengambil

keduanya dengan nilai harga yang sama di hari tersebut, selama kalian berdua

belum berpisah dan selama tidak ada sesuatu yang belum diserahterimakan.’”247

Sementara penjualan piutang secara tunai saat transaksi kepada nondebitur

diperbolehkan menurut kesepakatan ulama madzhab Maliki dengan syarat-syarat

khusus yang terperinci sebagai berikut:248

o Nondebitur (pembeli) membayarkan hutang debitur secara kontan agar

terhindar dari bai al-kali bi al-kali (hutang dengan hutang).

o Debitur berdomisili di wilayah pembeli hutang agar ia dapat memastikan

kondisi debitur, apakah dalam keadaan mampu atau tidak.

o Debitur mengakui hutangnya, sebalikanya jika ia mengingkari; maka tidak

dibenarkan menjual hutang tersebut meskipun telah diperjelas dengan

adanya bukti yang sah; demi menghindari konflik dan sengketa.

o Piutang tersebut dijual dengan sesuatu yang tidak sejenis dengannya, atau

dengan sesuatu yang sejenisnya dengan syarat; harus ada kesamaan dari segi

jumlah.249

o Piutang yang dijual tidak berupa uang dan dibeli dengan uang juga.

Meskipun jenis uang bebeda-beda, namun syarat ini diperlukan demi

keabsahan transaksi.

247 Al-Naisaburi, al-Mustadrak ala al-Sahihaini, vol. 2, h. 50. Hadits Sahih berdasarkan

metode Imam Muslim meskipun beliau tidak meriwayatkan. 248 Al-Dasuqi, Hasyiyatu al-Dasuqi ala Syarhi al-Kabir, vol. 3, h. 63, al-Mausuah al-Fiqhiyah,

vol. 21, h. 32, Dr. Hamid Hasan, Qabiliyah Tadawul Ashum al-Syirkat wa al-Muassasat al-Maliyah, waraqatu amalin muqaddimatin ila al-Mahad al-Islamiyah li l-buhuts wa al-Tadrib al-Tabi li l-bank al-Islamiyah li l-Tanmiyah bi Jiddah, fii nadwah al-Shinaiyah al-Maliayah al-Islamiyah bi l-Iskandariyah, Rajab 1421H = Oktober 2000M, h. 24-32.

249 Agar terhindar dari praktik ribawi.

Page 130: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

69

o Piutang yang akan dijual adalah benda yang boleh diperdagangkan sebelum

diserahterimakan.

o Tidak adanya permusuhan antara pembeli hutang (nondebitur) dan debitur

atau kemungkinan yang dapat merugikan salah satu pihak.

Menjual piutang diperbolehkan jika semua syarat ini terpenuhi. Sebaliknya,

jika kurang satu syarat saja, maka haram menjualnya.

C. Menimbun Harta (Iktinaz)

Islam telah melarang praktik menimbun harta yang dapat melumpuhkan ekonomi

dan menutup ruang sirkulasi, manfaat serta hak orang lain di dalamnya. Tentu saja hal ini

secara langsung mempersempit daya transaksi masyarakat. Allah berfirman, “Kabar

gembira bagi orang-orang yang menimbun emas dan perak serta tidak menzakatkannya,

mereka akan mendapat adzab yang pedih; hari itu logam mulia mereka dipanaskan dalam

nerakan jahanam, lalu dituangkan pada kening, perut dan punggung mereka. Lalu

dikatakan, “Rasakan, ini harta-benda yang dulu kalian timbun.”250

Umar bin al-Khattab berkata, “Kelolalah harta anak-anak yatim, hingga tidak habis

dimakan zakat.”251

Karenanya Islam sangat mendorong sirkulasi dan investasi aset kekayaan agar

nantinya permbayaran zakat dapat diambil dari profit, bukan dari modal.

Pada kenyataannya, nilai suatu aset akan tetap terjaga saat disirkulasikan. Nilai ini

pun berpindah dari satu tangan ke tangan lain bersamaan dengan sirkulasi tersebut. Maka

manfaatnya pun dapat dinikmati setiap orang yang bersentuhan dengannya. Sementara

mengisolasinya dari peredaran, hanya akan berakibat pada hilangnya peran aset tersebut,

250 Al-Taubah: 34-35. 251 Malik bin Anas, al-Muatho, Tahqiq. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Dar Ihya al-Kutub al-

Arabiyah, Isa al-Bab al-Halabi dkk., 1951M, vol. 1, h. 251.

Page 131: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

70

menghentikan manfaatnya, menafikan kebutuhan orang lain terhadapnya serta

menghambatnya berfungsi pada wilayah produktivitas yang dapat membuka banyak

kesempatan kerja dan lapangan menjeput rezeki bagi umat.

Sudah menjadi tugas seorang pengusahan muslim memutar aset kekayaan dan

menginvestasikannya untuk menggerakkan masyarakat berekonomi, dari sana iklim sosial

yang sejahtera dan nyaman akan tercipta. Dengan begitu tugasnya sebagai wakil Tuhan di

muka bumi dapat teraplikasikan. Sementara mereka yang menimbun harta di dunia, suatu

hari pasti hanya akan jadi warisan, tanpa membawa manfaat bagi dirinya, harta itu akan

dimintai pertanggungjawaban.

Saat menafsirkan ayat pertama surat al-Takatsur Rasulullah bersabda, “Manusia

berkata: ‘Hartaku! Hartaku!’ Ketahuilah manusia, hartamu adalah yang engkau makan lalu

habis, yang engkau kenakan lalu lapuk dan yang engkau sedekahkan lalu berbuah.”252

Diriwayatkan Al-Harits bin Suwaid, dari Abdullah: Rasulullah bertanya, “Siapa di

antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Kami

pun menjawab, “Tidak ada ya Rasul, tentu kali lebih cinta harta kami sendiri.” Beliau

bersabda, “Hartamu adalah yang telah engkau gunakan, dan harta ahli warismu adalah

yang masih kau simpan.”253

D. Royal, Boros dan Mewah

Jika sebelumnya Islam melarang praktik menimbun harta, saat bersamaan ia juga

melarang tindakan ekstrim yang berseberang dengannya, yaitu boros dan royal.

Maksud dari royal di sini adalah melampaui batas kesederhanaan dari yang

semestinya dikeluarkan. Sedangkan boros adalah mengeluarkan harta untuk sesuatu yang

tidak bermanfaat. Tentu saja dua hal itu dilarang karena tanpa disadari dapat menguras

252 Muslim, Sahih Muslim, vol. 4, h. 2273. 253 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 5, h. 2366.

Page 132: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

71

sumber daya individu maupun kelompok yang semestinya dijaga dengan baik dan dihemat.

Allah berfirman, “Makan dan mimumlah kalian tanpa beroyal-royal, karena Allah sangat

tidak menyukai perbuatan royal.”254, “Berikanlah hak-hak kerabat, orang miskin dan ibnu

sabil tanpa pemborosan. Ketahuilah para pemboros adalah saudaranya setan yang telah

kufur pada Allah.”255, “Janganlah kamu bersikap bakhil, jangan pula beroyal-royal,

karena kamu sendiri yang akan tercela dan menyesal.”256 Ayat terakhir ini menunjukkan

kesetaraan antara bakhil dan royal, yang sama-sama merupakan perbuatan buruk dan

tercela.257 Yang terbaik adalah sebagaimana yang wasiatkan Rasulullah, “Orang yang

berhemat tidak akan melarat”258

Pun Islam mengharamkan gaya hidup mewah yang kerap berlebihan dalam

menikmati hidup dan menilainya sebagai ketidakwajaran yang menjadi sebab

diturunkannya adzab dan kehancuran suatu bangsa. Allah berfirman, “Ketika hendak

membinasakan suatu negeri, terlebih dahulu kami perintahkan orang-orang yang hidup

mewah di dalamnya itu untuk mentaati Allah, sebaliknya mereka bermaksiat. Maka

pantaslah mereka mendapat adzab dan dihancurkan berkeping-keping.”259 “… dan

golongan kiri, siapakah golongan kiri tersebut? Mereka disiksa dalam angin yang sangat

dingin dan air yang sangat panas serta asap yang sangat hitam. Tiada kesejukan dan

kenyamanan di dalamnya. Karena mereka dahulu hidup dalam kemewahan.”260

E. Persaingan Tidak Sehat

Islam telah memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada para pengusaha untuk

mendapatkan keuntungan di pasar selama masih dalam bingkai syariah. Pada dasarnya,

254 Al-Araf: 31. 255 Al-Isra: 26-27. 256 Al-Isra: 29. 257 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, h. 168. 258 Al-Thabarani, al-Mujam al-Kabir, vol. 1, h. 108. 259 Al-Isra: 16. 260 Al-Waqiah: 41-45.

Page 133: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

72

agama ini tidak melakukan intervensi memaksakan harga tertentu untuk komoditas yang

beredar di pasar. Yang utama dalam transaksi di mata syariat adalah kebebasan dan

keabsahan yang disepakati dua pihak yang saling berbisnis. Dari sini, Islam melarang

segala bentuk kegiatan yang dapat membahayakan geliat bisnis di pasar, khususnya

kerugian yang dihadapi pemilik barang dan produsen. Allah berfirman, “Janganlah kalian

mengambil harta sesama kalian dengan cara yang terceala.”261

Karenanya, Islam mengharamkan sejumlah bisnis bermotif permintaan palsu atau

penawaran palsu yang dapat merugikan pasar dan mendzalimi masyarakat yang butuh

mendapatkan barang dengan mudah. Diantaranya:

a) Monopoli

Adalah membeli barang dan menimbunnya dari peredaran, kemudian menjualnya

saat harga melambung. Praktik monopoli ini telah dilarang dalam Islam karena adanya

indikasi kerakusan pelakuanya yang dapat mempersulit masyarakat, serta dapat membuka

peluang munculnya sekelompok orang bermental lintah darat yang berambisi meraup

keuntungan sebesar-besarnya tanpa didasari etika. Dari Ma’mar bin Abdillah, Rasulullah

bersabda, “Berdosalah orang yang memonopoli.”262

Dari Umar bin al-Khattab, Rasulullah bersabda, “Seorang importir akan dikaruniai

rezeki sementara orang yang memonopoli akan dilaknat.”263

Dari Ma’qil bin Yasar, Nabi bersabda, “Siapa yang mengintervensi harga suatu

barang untuk memberatkan kaum Muslimin, maka ia telah memberikan hak kepada Allah

untuk mendudukkannya di atas tulang yang terbuat dari api neraka pada hari kiamat.”264

Islam sangat merekomendasikan kemudahan dan harga yang sewajarnya. Ibnu

Mas’ud berkata, “Pengusaha manapun yang mengimpor barang ke dalam negeri kaum

261 Al-Baqarah: 188. 262 Muslim, Shahih Muslim, vol. 3, h. 1227. 263 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 728. 264 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 5, h. 27.

Page 134: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

73

muslimin dengan cara yang benar, kemudian ia menjualnya dengan harga yang berlaku

pada hari tersebut, maka di sisi Allah ia setingkat dengan para syuhada.”265

Dahulu, ada orang yang hidup sebelum abad ke-4 hijriah di provinsi Wasit yang

kerap menyuplai gandum dengan jumlah besar ke kota Basrah dikawal dengan surat yang

ditujukan kepada agennya yang berisi, “Juallah makanan ini di hari ia tiba di Basrah,

jangan ditunda hingga esok. Berikanlah toleransi dan harga karet.” Penjual gandum itu

berkata pada sang agen, “Jika engkau tunda penjualannya satu Jumat (pekan), engkau akan

mendapat keuntungan yang berlipat ganda.” Agen tersebut pun menunda penjualan selama

satu Jumat dan mendapat untung berlipat. Ia pun melaporkan hal itu pada penyuplai.

Penyuplai gandum pun membalas, “Sadarlah, kami sudah merasa puas dengan keuntungan

ringan selama agama kami selamat. Engkau sungguh telah merugikan kami. Setelah surat

ini engkau terima, bersedekahlah dengan uang hasil penjualan kepada fuqara di Basrah.

Bantu kami menghindari praktik monopoli.”266

b) Curang (Ghisy) dan Menipu (Tadlis)

Islam telah melarang kecurangan dan penipuan karena unsur dosa dan merugikan di

dalamnya, yang tentu saja dapat mengundang permusuhan dan kebencian. Hal tersebut

tidak dapat diterma oleh fitrah yang lurus dan jiwa yang suci. Nabi shallallahu alaihi wa

sallam pernah melintasi setumpuk makanan. Kemudian beliau memasukan tangan ke

dalamnya, ternyata jemari beliau menyentuh sesuatu yang basah. Beliau bertanya, “Apa

ini wahai pemilik makanan?” Dia menjawab, “Makanan itu tersiram hujan ya Rasulallah.”,

“Mengapa tidak diletakkan di atas yang lain, agar pembeli tahu? Bukan termasuk kaumku,

orang yang berbuat curang.”267

265 Al-Qurtubi, al-Jami Li Ahkami al-Quran al-Karim, vol. 19, h. 49. 266 Ibid,. 267 Muslim, Shahih Muslim, vol. 1, h. 99.

Page 135: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

74

Curang sendiri artinya mengubah takaran dari timbangan yang semestinya, atau

mengurangi saat menjual dan menambah saat membeli. Allah berfirman,

“Sempurnakanlah takaran jika kalian menakar dan timbangan dengan adil dan jujur.”268

Sementara menipu, adalah bagian dari kecurangan. Sebagaimana yang pernah

berlangsung pada masyarakat Arab dulu. Beberapa hari sebelum menjual ternak di pasar,

ambing sapi, domba atau unta akan dibuat penuh agar terlihat susunya banyak oleh

pembelinya hingga tidak segan membeli dengan harga tinggi. Padahal ketika diperah,

hasilnya biasa-biasa saja. Praktik yang dinamakan al-tashriyah ini pun telah dilarang

Rasulullah. Dari Abu Hurairah, beliau bersabda, “Janganlah kalian menahan susu unta dan

kambing. Bagi siapa yang sudah terlanjur membelinya, dia diperbolehkan memutuskan

antara 2 pilihan setelah memerahnya: jika dia suka boleh mengambil susu itu, atau

mengembalikannya dan menukar dengan satu sha’ kurma.”269

Yang juga termasuk penipuan (tadlis) adalah najasy. Yakni persekongkolan

pedagang dengan seseorang yang seolah-olah juga pembeli, untuk menghasut pembeli lain

agar mau membeli dengan harga tinggi. Atau memberi tahu bahwa dia membeli banyak di

toko itu, untuk mendorong pembeli tersebut untuk percaya.270

Islam pun menentang praktik tipu daya semacam ini. Ibnu Umar berkata, “Nabi telah

melarang al-najasy.”271

Dari Ibnu Abi Aufa, “Pelaku najasy sama seperti pemakan riba dan pengkhianat.

Najasy adalah perbuatan haram. Nabi bersabda, ‘Tipu-menipu tempatnya di neraka, barang

268 Al-Isra: 35. 269 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 755. 270 Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nail al-Authan Syarh Muntaqi al-Akhbar

min Ahadits Sayid al-Akhyar, Dar al-Hadits, Kairo, 1407H, 1986M, vol. 5, h. 166. 271 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 753.

Page 136: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

75

siapa yang melaksanakan amalan tertentu tanpa ada perintah dari kami, maka amalnya

tertolak.’”272

Seseorang bercerita pada Rasulullah bahwa dirinya sering ditipu dalam bisnis. Beliau

bersabda, “Jika engkau berniaga, katakan: tidak boleh ada penipuan di antara kita.”273

Perbedaan mendasar antara curang (ghisy) dan penipuan (tadlis): al-Ghisy biasanya

berhubungan dengan kondisi yang tampak dari komoditas saat dipasarkan, misalnya;

mencampur susu dengan air sebelum dijual. Atau penampakan setelah terjadinya transaksi,

misalnya; seseorang membeli kurma kwalitas bagus, ternyata yang dibungkuskan oleh

penjual adalah kurma yang buruk atau campuran. Adapun tadlis adalah keseluruhan

penipuan yang dilakukan dalam pemasaran.

c) Inah

Adalah menjual barang secara kredit, kemudian dibeli kembali (buy back) secara

tunai dengan harga di bawah penjualan pertama. Transaksi semacam ini adalah celah

terjadinya penipuan yang dapat merugikan pasar. Wajar jika Islam mengharamkan praktik

tersebut. Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda, “Saat manusia telah kikir terhadap dinar

dan dirham, dan berbisnis dengan inah, serta sibuk dengan dunia, lalu mereka

meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan turunkan bencana kepada mereka

yang tidak akan hilang sampai mereka kembali pada agama.”274

d) Mencegat Pedagang dan Menjual Untuk Orang Desa

Maksud dari Islam melarang mencegat pedagang di sini adalah dilarang membeli

dari siapapun yang membawa barang dagangan dari suatu daerah atau negara ke daerah

lain sebelum rombongan barang tersebut masuk ke pasar dan mengetahui harga yang

berlaku di pasar. Karena hal ini dapat merusak persaingan bisnis, merugikan konsumen

272 Ibid,. 273 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 742. 274 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 2, h. 28.

Page 137: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

76

yang semestinya mendapat harga lebih murah, merugikan penjual yang berhak mengetahui

hilai suatu barang. Dari Abdullah bin Umar, “Rasulullah telah melarang mencegat barang

sebelum masuk pasar.”275

Dari Ibnu Abbasa, Rasulu bersabda: “Jangan cegat rombongan pedagang.”276

Adapun menjual untuk orang desa maksudnya, penduduk kota setempat mendatangi

orang desa yang sedang berdagang di kota untuk memborong dengan harga hari itu

dengan berkata, “Biarkan saya beli, untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi.” Islam

melarang hal ini karena adanya kerugian yang ditimbulkan. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah

bersabda: “Penduduk setempat dilarang menjualkan dagangan untuk orang desa.” Ibnu

Abbas pun menjelaskan maksud hadits ini, “tidak menjadi pialang untuknya.”277

Dari Jabir, Rasulullah bersabda: “Orang kota dilarang menjualkan untuk orang desa,

biarkan Allah memberikan rezeki sebagian manusia atas sebagian yang lain.”278

Anas berkata, “Rasulullah melarang kami untuk menjualkan milik orang desa,

meskipun dia saudara ataupun ayah kami.”279

e) Menawarkan Di Bawah Pedagang dan Menawar Di Atas Pembeli

Islam telah melarang tawar-menawar setelah adanya kesepakatan, contohnya:

Menawarkan di bawah harga pedagang; Ada 2 orang yang telah bersepakat

dalam transaksi barang tertentu dengan harga tertentu. Kemudian datang

orang ketiga menawarkan barang kepada pembeli (pihak ke-2) bahwa dia

menjual barang serupa dengan harga yang lebih rendah dari pedagang (pihak

pertama). Maka, pembeli pun membatalkan akad pertama.

275 Ibnu Hibban, Sahih Ibnu Hibban, vol. 11, 334. 276 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 757. 277 Ibid,. 278 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, h. 526. Disahihkan oleh Abu Isa. 279 Muslim, Shahih Muslim, vol. 3, h. 1258.

Page 138: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

77

Menawar di atas harga pembeli; Saat seorang konsumen hampir selesai

membeli suatu barang dari seorang pedagang, datang orang ketiga meminta

barang tersebut dengan tawaran harga lebih tinggi. Karena melihat

keuntungan yang menggiurkan, pedagang itu pun membatalkan akadnya.

Dua penawaran di atas dilarang setelah adanya kesepakatan harga dan kepercayaan

satu pihak kepada yang lain.280 Abu Hurairah berkata, ”Rasulullah telah melarang

penduduk setempat menjualkan barang komuter, berdagang dengan bersekongkol dan

menawar di atas transaksi orang lain.”281

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menjual di atas

transaksi saudaranya.”282

“Janganlah seseorang menawar di atas akad saudaranya.”283

280 Lih. Al-Syaukani, Nail al-Authon, vol. 5, h. 205. 281 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 2, h. 752. 282 Ibid,. 283 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, h. 587.

Page 139: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah
Page 140: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

78

Bab 4. Standar Kemajuan Pengusaha Muslim

Islam memiliki visi tersendiri mengenai kemajuan dari sudut pandang

kepemimpinan, gagasan serta hubungannya dengan manusia, alam dan Allah Tuhan jagat

raya. Kemajuan menurut Islam adalah terwujudnya kemakmuran; terbebas dari kelaparan

dan ketakutan. “Karena kebiasaan orang Quraisy: Mereka terbiasa mengadakan

perjalanan bisnis di musim panas dan dingin. Patutlah mereka menyembah Allah pemilik

Ka’bah. Dia lah yang telah memberikan mereka makan dan keamanan.”284 Allah

berfirman, “Bukanakan telah kami kokohkan kota mereka dengan keamanan dan impor

segala macam buah-buahan…”285

Dalam aplikasinya, Islam menginginkan kemajuan berbanding lurus dengan

meningkatnya taraf hidup setiap individu. Allah berfirman, “Sungguh Kami akan berikan

kehidupan yang sejahtera bagi siapa saja yang berbuat baik, laki-laki maupun perempuan

yang beriman. Mereka akan diberikan ganjaran yang lebih dari apa yang telah mereka

perbuat.”286 Kehidupan yang dicanangkan Islam adalah hidup yang kondusif untuk

spiritual dan fisik; kental dengan semangat persaudaraan, solidaritas, serta kasih sayang;

menjamin tegaknya keamanan dan keadilan; bebas dari momok kelaparan, ketakutan, dan

dendam; meratanya kekayaan tanpa adanya kesenjangan sosial karena dikuasai segelintir

orang. Kehidupan yang dapat mengeluarkan orang-orang Islam dari berkeja di bawah

naungan orang kafir dan menjadikan mereka mandiri secara ekonomi.

Allah telah memberikan segala yang ada di alam untuk mempermudah manusia

meningkatkan dan menginvestasikan hartanya kepada hal yang bermanfaat bagi sesama.

Al-Quran telah meninggung soal sumber daya dan mendorong kita untu

284 Al-Quraisy: 1-4. 285 Al-Qashas: 57. 286 Al-Nahl: 97.

Page 141: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

79

mengeksplorasinya. Allah berfirman, “Allah telah memudahkan bumi untukmu, maka

berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Hanya

kepada Allah lah kamu dibangkitkan.”287

Azza wa Jalla berfirman, “Berkat rahmat dan kasih sayang Allah, semua yang ada di

langit dan di bumi dapat tunduk kepada kalian. Inilah bukti keagungan Allah bagi orang

yang berpikir.”288

“Allah telah menciptakan banyak langit dan bumi. Dari satu langitnya Dia

menurunkan hujan yang dapat menumbuhkan buah-buahan untuk kalian makan;

menundukkan kapal untuk berlayar di lautan dengan perintahnya; menjinakkan sungai-

sungai; melunakkan matahari dan bulan yang selalu beredar; serta mengatur malam dan

siang. Lalu kami berikan segala yang kalian minta. Jika kalian hitung banyaknya nikmat

Allah, pasti tidak akan ada habisnya. Sayangnya manusia terlalu dzalim karena

mengingkari semua nikmat Allah.”289

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah menurunkan hujan hingga menumbuhkan

bebuahan yang beraneka warna; di antara banyaknya gunung ada alur-alur berwarna

merah, putih beraneka warna hingga hitam pekat; begitu pula manusa, satwa dan hewan

ternak berbagai macam jenisnya. Hanya manusa berilmu yang memiliki rasa takut kepada

Allah.”290

“Telah Aku ciptakan hewan ternak bersama manfaatnya; kulitnya dapat dikenakan

sebagai pakaian penghangat, ia dapat ditunggangi, dan dikonsumsi. Dari atas unta kalian

dapat melihat pemandangan yang menyejukkan mata saat memasukannya ke kandang di

sore hari dan saat melepasnya di pagi hari. Di atasnya kalian dapat membawa beban

berat dengan mudah sampai ke suatu negeri yang jauh dan sulit ditempuh, itu karena

287 Al-Mulk: 15. 288 Al-Jatsiyah: 13. 289 Ibrahim: 32-34. 290 Fatir: 27-28.

Page 142: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

80

Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Juga, Dia menjadikan kuda, bigal dan keledai

sebagai kendaraan dan perhiasan hidup, pun Dia menciptakan segala yang tidak kalian

ketahui. Maka hanya Allah lah yang dapat menunjukan jalan yang lurus di antara jalan

yang bengkok. Jikalau Dia menghendaki, tentulah Allah akan mengarahkan kalian kepada

jalan yang benar.”291

Allah berfirman, “Telah kami turunkan besi – dari langit – yang mengandung

kekuatan besar dan berbagai manfaat bagi manusia.”292

Rasulullah bersabda, “Seandainya hari kiamat telah tiba, sementara di tangan kalian

ada benih tumbuhan, maka tanamlah selama kalian sempat melakukannya.”293

Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah menulis surat kepada gubernurnya di Mesir yang

berisi, “Hendaklah visimu dalam mengelola bumi lebih luas dari sekadar menarik upeti.

Karena upeti tidak akan mampu memenuhi pengeluaran tanpa adanya pengelolaan bumi.

Menarik upeti tanpa pengelolaan bumi hanya akan menghancurkan negara dan membunuh

warga.”294

Islam sangat gencar menanamkan standar kemajuan kepada para pengusaha muslim,

terkait perlindungan dan pertumbuhan kekayaan serta kemakmuran masyarakat

sebagaimana poin berikut:

291 Al-Nahl: 5-9. 292 Al-Hadid: 25. 293 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 3, h. 191. 294 Lih. Abhats Nadwah Isham al-Fikri al-Islami fii al-Iqtishad al-Maashir, Markaz Shalih Kamil

bi Jamiati al-Azhar, al-Mahad al-Alami li al-Fikri al-Islami, 1401H = 1981M, h. 396.

Page 143: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

81

Pertama: Perlindungan Terhadap Harta dan

Pertumbuhannya

Islam telah mendeskripsikan urgensi investasi dan sirkulasi harta demi perlindungan

dan pertumbuhannya, bahkan agar tidak habis dimakan zakat. Bahkan Islam memasukan

hal ini sebagai bagian dari 5 hal yang mendapat perhatian syariat yang menjadi fokus

aplikatif dari ibadah, yakni: nyawa, akal, agama, kehormatan dan harta. Demikianlan misi

yang harus diemban seorang pengusaha muslim dalam setiap langkah investasinya dengan

cara:

1. Melakukan yang Terbaik

Ajaran Islam mendorong para pelaku bisnis untuk mengelola sumber daya alam yang

telah Allah sediakan sebaik mungkin, memanfaatkannya dengan optimal, meningkatkan

hasil produksi dan sumber daya manusianya. Bersamaan dengan semangat meningkatkan

keahlian kerja dan berinovasi dengah hal-hal baru yang positif. Juga, selalu memperhatikan

faktor yang dapat berpengaruh pada kualitas dan mutu. Tentu saja demi memenuhi

kebutuhan setiap individu dan masyarakat, dikatakan dalam hadits, “Allah mencintai

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli.”295

Rasulullah bersabda, “Allah mewajibkan kamu bebuat sebaik mungkin terhadap

segala sesuatu.”296

2. Menjauhkan Anak-anak

Pertama, tidak memberikan wewenang pada anak-anak dalam mengelola harta. Allah

berfirman: “Jangan serahkan harta yang telah Allah jadikan sebagai penyokong hidup

kepada anak-anak karena masih belum sempurna akalnya.”297

295 Abu Yala, Musnad Abu Yala, vol. 7, h. h. 349. 296 Muslim, Sahih Muslim, vol. 3, h. 1458.

Page 144: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

82

Kedua, selektif dalam memilih rekan kerja, spekulan, tenaga ahli dan terampil, dan

tentu saja berakhlak baik. Allah berfirman, “Wahai ayahku, pekerjakanlan dia karena

orang itu tekun lagi amanah.”298

Islam menuntut kita untuk benar-benar teliti saat memilih orang yang akan berurusan

dan harta, baik itu orang yang mengumpulkan, mengeluarkan, menginvestasikan, atau

mengelolanya dalam bentuk apapun. Dengan begitu, ilmu manajemen ekonomi dapat

terwujud dengan manifestasi manfaat secara khusus dan umum dalam konteks

keseimbangan pembiayayaan yang benar. Dalam waktu bersamaan, harta itu tidak

disembunyikan hingga tidak dapat dirasakan manfaatnya.

Kedua, Tunduk Terhadap Prioritas Islam

Islam adalah agama yang mengikat pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan

sosial, seolah-olah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karenanya ia mewajibkan

setiap pengusaha untuk menyokong kebutuhan pokok masyarakat dalam geliat bisnisnya

yang tentu saja dapat mengantarkan pada harapan semua masyarkat dan manifestasi

kesejahteraan serta kemudahan hidup untuk diri dan negerinya.

Dia dituntut untuk mengarahkan bisnisnya pada kebutuhan yang telah Islam susun:

primer, skunder, tersier. Primer maksudnya, kebutuhan vital dalam menjalani hidup dan

beragama, seperti: nyawa, akal, agama, kehormatan, dan harta. Adapun susunannya,

sebagaimana berikut:

1. Terjaminnya keamanan bagi warga saat melindungi diri, kehormatan dan harta.

Dalam hal ini pemerintah atau bahkan kaum muslimin dituntut mnyelenggarakan

297 Al-Nisa: 5. 298 Al-Qashah: 26.

Page 145: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

83

berbagai bentuk pelayanan masyarakat tersebut, termasuk terciptanya sumber-

sumber pendapatan untuk menyokong poin pertama ini.

2. Menyediakan fasilitas utama penunjang kesehatan masyarakat.

3. Meningkatkan kesejahteraan pangan dan sandang.

Terkait 3 poin kebutuhan pokok di atas, Rasulullah pun telah memberikan isyarat

“Siapa yang bagun pagi dalam kondisi lingkungannya aman, badannya sehat dan

memiliki makanan untuk hati itu, patutlah dia bersyukur bahwa dunia adalah

tempat yang nyaman untuk dirinya.”299

4. Publikasi ilmu dunia dan agama.

5. Memfasilitasi kebutuhan tempat tinggal.

Penetapan batas minimum berupa 5 kebutuhan primer di atas adalah hal yang wajib,

bukan sekedar boleh. Adapun sekunder, dianggap sebagai nilai tambah sebagaimana

sunnah muakad. Sementara tersier adalah pelengkap yang sebaiknya dapat terealisasikan

sesuai kebutuhan.

Islam sangat menginginkan terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat dengan

standar setiap individu berkecukupan tanpa bergantung pada orang lain. Inilah makna

berkecukupan bukan bertahan hidup. Bertahan hidup didefinisikan sebagai usaha

memenuhi kebutuhan hidup primer oleh seseorang atau keluarga dengan standar di bawah

garis kemiskinan. Sebagaimana figur yang ditampakkan oleh orang yang rendah hati pada

kesejahteraan ekonomi. Adapun Islam, mengajak pada semangat kemajuan untuk

meningkatkan taraf hidup manusia dan memperbaikinya secara sistematis. Dengan cara

memberdayakan setiap individu hingga mampu menafkahi dirinya dan orang lain yang

membutuhkan hingga dikenal di lingkungannya sebagai orang yang mapan.

299 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 4, h. 547. Hadits sahih menurut Abu Isa.

Page 146: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

84

Inilah beban yang harus dipikul oleh pelaku bisnis, menyediakan berbagai macam

sektor ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Artinya,

terbukanya sektor industri, pertanian, perdagangan dan pelayang adalah syarat tercapainya

kesejahteraan dan kemandirian ekonomi masyarakat.

Islam telah memberikan cetak biru untuk mewujudkan cita-cita mualia di atas selama

para pelaku bisnis mau mematuhi prioritas baku yang telah ditentukannya serta mau

berkontribusi untuk kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat yang dibuktikan dengan

komitmen mengarahkan seluruh aset-asetnya untuk bisnis, pembiayaan usaha

perekonomian primer masyarakat secara merata di berbagai wilayah dan daerah.

Keikutsertaan modal pokok adalah salah satu faktor pendukung produksi sebagaimana

faktor-faktor lain yang menargetkan hasil produksi bukan sekadar demi meraup

keuntukungan lebih besar.

Ketiga, Komit Terhadap Prinsip Ajaran Islam

dalam Transaksi

Islam memiliki banyak prinsip yang tidak boleh dilanggar dalam bertransaksi, di

antaranya:

1. Hukum asal semua transaksi adalah halal

Semua transaksi dan akad jual-beli asalnya diperbolehkan selama tidak ada dalil

shahih yang mengharamkannya.300 Sebaliknya, hukum asal semua ibadah adalah haram

300 Selengkapnya baca Dr. Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fii al-Islam, Maktabah

Wahbah, Kairo, cet-16, 1405 = 1985M, h. 19-22.

Page 147: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

85

kecuali ada dalil yang memperbolehkannya agar tidak ada manusia yang membuat syariat

tanpa perintah Allah.”301

Hukum asal transaksi tidaklah haram dan tanpa batasan selama tidak bertentangan

dengan syariat, bab ini pun masih terbuka lebar untuk pembahasan lain terkait budaya.

Menurut prinsip dasar syariat, adat dan budaya dapat dijadikan hukum yang dapat

diberlakukan selama tidak bertentangan dengan dalil syarak. Inilah dasar pengembangan

yang mestinya dilakukan para pengusaha dalam transaksi mereka sesuai hukum fiqih

realitas selama terdapat maslahat terbaik untuk manusia dan tidak bertentangan dengan

dalil al-Quran dan al-Hadits.

2. Tidak berbahaya dan membahayakan

Islam telah melarang campur aduk bahaya dengan selainnya dan menebar kerusakan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Tidak boleh ada bahaya dan yang

membahayakan.”302

Erat kaitannya dengan prinsip ini, seorang pengusaha dituntut untuk menimbang

antara maslahat dirinya dan masyarakat luas saat menginvestasikan hartanya. Sementara,

syariat Islam memandang aktifitas manusia bernilai ekonomi jika terdapat adanya tukar-

menukar manfaat, dengan syarat adanya profit yang bebas dari bahaya. Maka pelaku bisnis

harus berpihak kepada masyarakat dan melaksanakan kewajiban mendayagunakan

hartanya hanya dalam lingkup hal yang bermanfaat, serta tidak membatasi diri dalam

kondisi apapun selama ada kemaslahatan manusia.

301 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Ilam al-Muaqqiin an Rabb al-Alamiin, Tahqiq Taha Abd al-Rauf

Saad, Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah, Hasani Muhammad, Kairo, tanpa tahun terbit, vol. 1, h. 385.

302 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 724.

Page 148: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

86

3. Kerja maksimal

Islam mengkaitkan proses mencari nafkah dengan bersungguh-sungguh. Setiap usaha

harus maksimal dan setiap kesungguhan harus dibarengi usaha. Berdasarkan konsep ini,

seorang pelaku bisnis akan sadar adanya kaitan antara alokasi modal pokok dan

penanganan resiko ketika dikelola dan diperdagangkan. Setiap kali tingkat perputaran

modal meningkat, bertambah pula resiko, selanjutnya bertambah keuntungan. Sebaliknya,

setiap kali tingkat perputaran modal menurun, berkurang pula resiko bersamaan dengan itu

keuntungan juga menurun. Hubungan ini telah disinggung Ibnu Khaldun secara tajam

dalam buku Muqaddimahnya, “Seorang pedagang dapat meraih keuntungan yang lebih

besar saat komoditasnya diimpor dari wilayah yang jauh atau beresiko tinggi selama

perjalanan. Karena saat itu komoditas yang dimaksud mengalami kelangkaan atau rawan

resiko. Akibatnya, nilai barang melambung dan harganya pun melonjak secara otomatis.

Sebaliknya yang terjadi jika jarak pengiriman barang terlalu dekat dan mudah, yang

menyuplai pun banyak, secara otomatis harganya akan menurun.”303

4. Profit berbanding lurus dengan modal

Para ulama fiqih telah mengintisarikan sebuah prinsip yang menjadi acuan dasar

investor muslim yang terlahir dari sabda Rasulullah, “Laba adalah imbalan dari resiko.”304

Artinya, orang yang menanggung resiko kerugian atau sebagainya adalah orang yang

berhak mendapat keuntungan.

Tidak dibenarkan seseorang mendapatkan laba namun tidak menanggung kerugian

saat resiko itu terjadi. Pemilik modal adalah orang yang paling berhak mendapat profit saat

perniagaanya laris dan menguntungkan, dan dia pula yang paling pantas menerima

kerugian saat terjadi resesi dan stagnasi.

303 Abd al-Rahman bin Khaldun al-Magribi, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Dar Ibn Khaldun,

Alexandria, h. 278. 304 Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, h. 754.

Page 149: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

87

Al-Kasani mengatakan, “Profit berhak dimiliki atas dasar harta maupun usaha.

Alasannya, modal pokok adalah cikal-bakal tumbuhnya profit, hal ini dibenarkan

berdasarkan transaksi mudarabah. Begitu pula orang yang ikut andil mengelola modal

tersebut dengan usaha dan kerja kerasnya, berhak atas profit. Adapun jika pengelola harus

menanggung dan menjamin keutuhan modal, maka profit hanya boleh dinikmati pengelola

seutuhnya, karena profit tersebut menjadi imbalan atas jaminan.”305

5. Profit adalah preservasi modal

Salah satu tujuan yang mendasari praktik investasi dalam Islam adalah meraih

keuntungan yang dilakukan demi menjaga keutuhan modal, baru kemudian

engembangkannya. Tanpa adanya profit, lambat laun modal pokok akan mengalami erosi,

kemudian pailit.

Karenanya, ada prinsip fiqih terkenal yang berbunyi: Profit adalah pemelihara modal,

pailit erat kaitannya dengan modal, dan pembiayaan erat kaitannya dengan profit.

Pantas, dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa ketidakjelasan lama dalam akad

perseroan dapat merusak akad itu sendiri. Maka, siapa saja yang berkecimpung dalam

korporasi ataupun mudarabah dengan menanamkan hartanya, mereka wajib memberikan

kejelasan porsi dan pembagian keuntungan antar kedua belah pihak. Hendaknya teori ini

digunakan sebagai acuan umum dan tidak terbatas pada bilangan tertentu, misalnya: setiap

mitra mendapat bagian seperseratus, atau pecahan ½, 1/3 dsb. tergantung rezeki yang Allah

karuniakan. Hendaklah pembagian keuntungan sesuai kesepakatan dua belah pihak, baik

secara merata maupun deferensial. Adapun kerugian materil, ditanggung oleh pemilik

modal sesuai alokasi dana yang diberikan antar mitra korporasi, selama kerugian

disebabkan oleh faktor eksternal. Sebaliknya, jika kerugian disebabkan kelalaian pengelola

305 Alau al-Din Abu Bakar bin Mas;ud bin Ahmad al-Kasani, Badai al-Shanai fii Tartibi al-

Syarai, al-Nasyir Zakariya Ali Hasan, Kaifro, vol. 7, hal. 3545.

Page 150: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

88

modal atau pelanggaran yang dilakukannya terhadap prasyarat kesepakatan, maka

pengelola modal yang harus menanggungnya sendiri senilai dana yang ia telah terima

dalam perkongsiannya.

6. Praduga Tak Bersalah

Pada dasarnya, setiap individu terbebas atas segala dakwaan, serta tidak boleh

dituntut atas segala kewajiban sebelum adanya bukti nyata. Gugatan tanpa adanya

perangkat hukum yang didukung argumen yang tepat saja, tidak cukup. Karena itu semua

harus dapat meyakinkan hingga melunturkan keyakinan tak bersalah di atas menggunakan

bukti dan fakta. Keyakinan hanya dapat diganti dengan keyakinan lain.

Siapapun yang menggugat orang lain karena hutang tanpa adanya bukti keterangan,

maka klaimnya ditolak. Alasannya, penggugat membebankan kewajiban kepada orang

tersebut, sedangkan pada dasarnya manusia tidak memiliki hutang. Maka penggugat telah

bertentangan dengan kaidah dasar, karenanya ia harus menghadirkan bukti.

Termasuk dalam prinsip ini, kaidah “penggugat harus menghadirkan bukti dan yang

tergugat harus bersumpah jika ia menyangkal”. Siapa saja yang ingin gugatannya diterima,

harus membuktikan dakwaannya, dan pihak tergugat harus bersumpah jika ingin terbebas

dari gugatan tersebut.

7. Niat bagian dari bisnis

Maksudnya adalah nilai dari kesepakatan bukanlah yang tersurat, melainkan tujuan

sebenarnya yang tersirat dalam hati kedua belah pihak. Jika ada perbedaan antara hitam di

atas putih dan niat, maka yang dinilai dihadapan Allah adalah niat.

Ibnu Qoyyim mengatakan, “Ada banyak dalil syariat yang menyatakan bahwa tujuan

dalam akad memiliki nilai tersendiri yang berpengaruh terhadap sah atau tidaknya

kesepakatan serta halal-haramnya. Lebih dari itu, dapat mempengaruhi proses

Page 151: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

89

pelaksanaanya. Contohnya, menyembelih hewan adalah perbuatan halal untuk tujuan

konsumsi, tapi haram hukumnya jika untuk dikurbankan kepada selain Allah … Rasulullah

bersabda, “Pekerjaan apapun haruslah dibarengi niat, dan setiap orang akan menuai

niatnya.”306

Pada penggalan kalimat pertama dijelaskan bahwa setiap pekerjaan pasti dilakukan

bersama niat. Kemudian penggalan kedua menerangkan bahwa pelakunya akan

mendapatkan apa yang ia niatkan. Secara umum hadits ini berlaku untuk ibadah, transaksi

bisnis, sumpah, nazar, dan seluruh kesepakatan serta pekerjaan. Orang yang berniat

melakukan riba dengan cara berdagang, maka ia mendapat dosa riba. Kemasan

perdagangan tidak akan mampun menyelamatkannya dari adzab Allah. Orang yang berniat

melakukan akad nikah al-tahlil secara otomatis menjadi seorang muhallil yang tidak dapat

dibenarkan meskipun dengan akad nikah yang benar menurut syariat.

8. Segala yang mengarahkan pada keharaman,

adalah haram

Saat mengharamkan sesuatu, Allah menyegelnya dengan larangan yang menutup

semua celah yang menuju ke sana. Maka, media perbuatan haram adalah haram sebagai

langkah preventif. Dosa perbuatan dosa pun tidak terbatas pada pelakunya saja, tapi setiap

orang yang campur tangan di dalamnya. Dalam kasus riba Rasulullah melaknat orang yang

meberikannya, menerimanya, notarisnya dan dua saksinya. Dalam kasus arak anggur

Beliau melaknat buruh perasnya, kurir, penadah serta penjualnya. Setiap orang yang

berperan menyukseskan agenda haram mendapat dosa yang sama.

306 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, vol. 1, h. 3.

Page 152: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

90

9. Manipulasi hal haram adalah haram

Jika sebelumnya agama Islam telah melarang segala media yang nyata mengarahkan

pada perbuatan haram. Islam pun tegas menutup celah muslihat tak tampak yang mengarah

kepada perbuatan setan. Dalam hal ini, memberikan nama lain untuk hal yang haram dan

mengganti kemasannya tanpa mengubah esensinya tidak akan dapat menjadikannya halal.

Memanipulasi hal haram adalah kebiasaan orang yahudi, Rasul bersabda: “Janganlah

kalian mengerjakan kebiasaan yahudi, yakni menghalalkan yang telah Allah haramkan

dengan tipu muslihat rendahan.”

Beliau pun telah mengabarkan bahwa akan ada zaman manusia menghalalkan riba

dengan istilah jual-beli.307 Padahal sekali riba tetap riba, tidak akan berubah meskipun

diganti dengan istilah imbalan, bunga ataupun bisnis. Dalam hal ini Ibnu Qoyyim al-Jauzi

berkata, “Kerusakan besar yang terdapat dalam riba tidak dapat dihilangkan dengan

mengganti naman ‘riba’ menjadi ‘transaksi’ ataupun mengubah wujudnya menjadi bentuk

lain.”308

10. Niat yang tulus tidak dapat menghalalkan yang

haram

Yang haram akan tetap haram meskipun dikerjakan dengan niat yang ikhlas dan

tujuan yang mulia. Karena Islam ingin menjaga kemurnian cita-cita yang dibarengi usaha

nyata. Tujuan tidak dapat menghalalkan cara karena tujuan haruslah tulus dikerjakan

dengan cara yang benar. Diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Hai sekalian

manusia, Allah Maha Baik dan hanya mencintai yang baik. Dia memerintahkan orang-

orang beriman sebagaimana orang-orang berislam diperintahkan. Dia berfirman; ‘Hai

sekalian para rasul, konsumsilah makanan yang baik dan beramal shalihlah, sungguh Aku

307 Qoyyim al-Jauzy, Ighatsatu al-Lahfan min Mashaidi al-Syayatin, Dar al-Marifat, Beirut,

Fashlun fi Thaifati Tastahillu al-Riba. 308 Ibid, Fashlun fii Makidati al-Hiyal wa al-Makar.

Page 153: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

91

mengetahui segala yang kalian kerjakan.’ Dia berfirman; ‘Hai orang-orang beriman,

makanlah sebagian rezeki Kami yang baik.’ Ada seorang laki-laki melakukan perjalanan

dengan kaki penuh debu menengadahkan tangannya ‘ya rabb, ya rabb’ sementara

makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dibesarkan dengan

yang haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan.”309

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: “Siapa yang mengumpulkan harta

haram, kemudian bersedekah dengannya, ia tidak akan mendapat pahala darinya,

sementara dosanya tetap menjadi tanggungannya.”310

Tidak dibenarkan seorang pengusaha muslim berpenghasilan dari yang haram seperti

riba dsb, kemudian menggunakannya untuk menafkahi keluarga, membangun masjid,

kegiatan sosial, melaksanakan haji serta umrah, karena amalnya tidak akan Allah terima.

11. Menghindari syubhat demi menjaga

kehormatan diri dan agama

Di antara sifat wara adalah seorang muslim menghindari harta syubhat agar tidak

terjerumus dalam hal haram, manifestasi dari upaya preventif yang didasari sabda

Rasulullah, “Yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, di antara keduanya ada syubhat

yang tidak diketahui banyak orang. Siapa yang menghindari syubhat, ia telah menjaga

agama dan kehormatannya. Siapa yang terjerembab dalam hal syubhat, sebenarnya ia telah

terjerumus dalam hal haram. Sebagaimana penggembala yang meruput di sekeliling

wilayah terlarang, ia rawan memasukinya. Ketahuilah, setiap raja memiliki wilayah

terlarang dan wilayah itu bagi Allah adalah semua yang telah diharamkan-Nya. Ketahuilah,

309 Muslim, Sahih Muslim, vol. 2, h. 703. 310 Ibnu Hibban, Sunan Ibnu Hibban, vol. 8, h. 153.

Page 154: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

92

dalam tubuh ada segumpal daging yang jika baik maka seluruh tubuh akan baik, dan jika

buruk maka buruklah seluruh tubuh. Dialah hati.”311

Rasulullah, “Seorang hamba tidak akan sampai pada derajat orang bertakwa hingga

ia meninggalkan hal mubah karena menghindari hal yang haram.”312

Sabdanya, “Tinggalkan hal yang meragukan dan pilih yang meyakinkan, kejujuran

sungguh ketenangan, dan dusta kegelisahan.”313

Zain bin Tsabit berkata, “Tidak ada hal yang lebih mudah dari wara, cukup dengan

meninggalkan perkara yang meragukanmu.”

Al-Hasan mengatakan, “Ketakwaan akan selalu melekat pada diri seorang muttaqin

selama dia meninggalkan perkara mubah karena takut berbuat haram.”

Ibnu Umar pun berkata, “Aku sangat ingin membuat dinding pemisah antara diriku

dengan hal haram menggunakan perkara halal yang tidak akan aku bongkar.”314

Umar bin Abdul Aziz pernah mengirim surat kepada al-Jarah bin Abdullah al-

Hakimi yang berisi, “Jika engkau mampu meninggalkan perkara yang telah Allah halalkan

untukmu agar menjadi sekat antara dirimu dan perkara haram, kerjakanlan. Karena orang

yang mampu bertahan dari yang halal, ia akan berhati-hati pada yang haram.”315

12. Keadaan darurat adalah pengecualian

Prinsip ini didasari firman yang berbunyi, “tidak berdosa bagi siapa yang terdesak

tanpa rasa senang dan berlebihan karena Allah Maha Pengampun dan Maha

Penyayang.”316

311 Muslim, Sahih Muslim, vol. 2, h. 58. 312 Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, vol. 4, h. 634. Abu Isa: Hasan Garib. 313 Ibid,. vol. 4, h. 668. Abu Isa: Hasan Sahih. 314 Ibnu Rajab al-Hanbali, Jami al-Ulum wa al-Hikam, h. 64. 315 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, h. 191-192. 316 Dr. Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fii al-Islam, h. 38.

Page 155: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

93

Dalam prinsip ini orang yang terpaksa disyaratkan tidak merasa senang dan

melebihin batas kewajaran terdesak. Dari syarat ini, ulama fiqih melahirkan kaidah lain,

“Yang diperbolehkan dalam keadaan darurat sebatas kebutuhannya.”

Darurat bukanlan pakaian gombrong yang dapat ditafsirkan berdasarkan nafsu

manusia. Dengan mengatasnamakan darurat, yang tadinya haram boleh dilakukan. Darurat

adalah segala yang benar-benar dapat membahayakan hidup manusia, “Saat terdesak oleh

masalah darurat, tidak semestinya manusia menyerah hingga begitu mudahnya

dikendalikan oleh keadaan. Sebaliknya, ia harus berpegang erat pada yang halal agar tidak

perlu melegalkan yang haram dengan alasan darurat.”317

13. Semua piutang yang menghasilkan keuntungan

adalah riba

Maksudnya, riba nasiah. Piutang yang melahirkan keuntungan tertentu adalah riba

secara nyata. Modal pokok berbentuk uang tidak berhak memiliki keuntungan di

dalamnya, kecuali disirkulasikan dalam aktifitas produksi dan hasilnya diberikan kepada

pihak-pihak yang berkecimpung. Barulah modal tersebut mendapatkan pertumbuhan

berdasarkan porsi masing-masing. Begitu juga kerugian ditanggung oleh setiap pihak

dalam pendanaan aktifitas produksi. Sampai kapanpun, uang tidak berhak menapat

imbalan dari hutang-piutang.

14. Muslim berkomitmen pada syarat

Maksudnya adalah setiap orang harus melaksanakan perjanjian mereka berdasarkan

prasyarat yang telah disepakati sepanjang tidak menghalalkan yang haram atau sebaliknya.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, hukum asal transaksi bisnis diperbolehkan.

317 Al-Daruqutni, Sunan al-Daruqutni, vol. 3, h. 28.

Page 156: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

94

Dasarnya, sabda Rasulullah: “Orang-orang Islam berkomitmen pada syarat yang mereka

sepakati sesuai nilai kebenaran.”318

Beliau bersabda, “Mengapa ada orang-orang yang mengajukan syarat tidak sesuai

dengan al-Quran? Siapa yang membuat persyaratan tidak sesuai al-Quran, permintaannya

tidak akan ditunaikan meskipun 100 kali.”319

Rasulullah tidak mengingkari prasyarat mereka, yang beliau sangkal adalah

ketidaksepakatan mereka dengan al-Quran. Berdasarkan kaidah semua syarat

diperbolehkan kecuali bertentangan dengan hukum Allah.

Prinsip ini berkaitan dengan hadits, “Tidak halal menggabungkan hutang dengan jual

beli, dua syarat dalam satu transaksi, keuntungan tanpa resiko, dan menjual yang bukan

milikmu.”320

Tidak dibenarkan menggabungkan hutang dengan jual-beli, yakni menjual barang

demi mendapat pinjaman atau meminjamkan uang. Tidak pula mengumpulkan dua syarat

dalam satu transaksi karena aktivitas ini merusak dalam bentuk riba, garar atau

kedzaliman lain.

Di antara syarat-syarat, ada yang disebut dengan syarat retribusi yang diberlakukan

demi kemaslahatan akad dan stimulus agar tepat waktu. Hal ini diperbolehkan dalam

segala bentuk akad komersial di luar akad yang menjadi kewajiban dasarnya berkaitan

dengan hutang. Meskipun syarat ini tergolong riba.

Berdasarkan hal ini, syarat retribusi tidak diperkenankan – contoh – dalam penjual

dengan kredit karena keterlambatan debitor melunasi angsuran sisa, baik disebabkan

insolven ataupun kelalaian.

318 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. 3, h. 174. 319 Al-Naisaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, vol. 2, h. 21, Hadits Shahih. 320 Lihat, Qararat Majmu al-Fiqh al-Islami al-Tabi Limunadzamati al-Mutamar al-Islami,

Konfrensi ke-14 di Doha, Dzu al-Qidah 1423H, Januari 2003M.

Page 157: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

95

Tidak berlaku pula untuk akad pemesanan khusus ketika mengalami keterlambatan

dalam pengadaan barang.

Tidak juga boleh diberlakukan pada akad salam saat serah-terima barang mengalami

keterlambatan.

Al-Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Sirin tentang seorang laki-laki

yang berkata dengan berat hati, “Pergilah menunggangi untamu. Jika saya tidak pergi

bersamamu, engkau berhak mendapat 100 dirham dariku.” Ternyata laki-laki itu tidak

pergi. Syuraih pun mengomentari hal ini, “Siapa yang mensyaratkan dirinya untuk taat

tanpa terpaksa, maka ia harus menepatinya.”321

15. Damai itu baik

Perdamaian adalah puncak segala hukum dan cara terbaik memperbaiki perselisihan

antar individu dan masyarakat. Kaidah ini berlaku secara umum tak terbatas. Perdamaian

yang hakiki adalah yang mampu menentramkan jiwa dan melerai pertikaian, diantaranya

dalam urusan bisnis dan transaksi. Dari sinilah tampak pentingnya mengambil langkah

arbitrase terhadap segala pertikaian yang terjadi antara pelaku bisnis khususnya dewasa ini.

16. Semua yang boleh dijual, boleh diakadkan

Maksudnya adalah setiap hal yang dapat diperjualbelikan menurut syariat, dapat

dihibahkan, disedekahkan dan digadaikan.

321 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. 2, h. 981.

Page 158: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

96

Penutup

Cukup banyak pelajaran yang dapat diambil para pengusaha muslim untuk menapaki

jalan yang Allah ridai, dari cara pandang Islam terhadap harta, standar yang harus dipenuhi

guna tercapainya manajemen dan investasi harta yang baik; dalam konsep Islam, harta

bukanlah tujuan, tapi alat tukar manfaat dan hajat. Di tangan pribadi seperti ini, harta akan

membawa kebaikan untuk dirinya dan masyarakat. Sebaliknya, pribadi yang menjadikan

harta sebagai tujuan dan kenikmatan; dia akan membinasakan pemiliknya dan kerusakan

masyarakat.

Inilah mengapa pengusaha muslim dituntut mencari kekayaan agar dapat ia kuasai,

tentunya jangan sampai hartinya diperbudak, hendaklah ia manfaatkan untuk kebaikan

pribadi, umat dan keluarganya, mencarinya dengan cara halal, menafkahkan di jalan yang

Allah cintai, dan bersyukur. Berkaitan dengan itu, Islam telah memberikan panduan

standar iman, akhlak dan kemajuan yang baik dalam manajemen harta.

Standar Iman

Pengusaha muslim harus menyadari bahwa sejatinya harta adalah milik Allah

sementara manusia hanya diamanahi. Dengan itu dirinya akan berusaha memanfaatkan

segala aspek yang telah Allah sediakan di alam dengan memeras otak dan otot demi meraih

hasil yang baik, tanpa dikotomi dunia-akhirat. Ia rida pada ketentuan untung-rugi yang

Allah tentukan, karena ia telah bertawakal atas segala peluh keringat. Itu dibuktikan

dengan memperbanyak istighfar dan menjauhi maksiat. Pengusaha muslim menyadari,

perbedaan penghasilan adalah sunatullah yang pasti terjadi. Hartanya tida mampu

melalaikan dirinya dari ibadah pada Allah dan menjaga intensi syariah.

Page 159: PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU NAHWA RAJUL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50552/1/ST1902… · Contoh : ϩϷغد: Ḥusayn ... Ahmad Saekhudin, M.Ag. yang pernah

97

Standar Akhlak

Hendaklah pengusaha muslim menghias dirinya dengan akhlak dan adab-adab Islam.

Karena akhlak tersebut dapat memastikan seorang pengusaha muslim berada pada jalur

manajerial bumi yang benar, inilah keunggulan muslim dibanding nonmuslim. Dengan itu

ia terbiasa jujur dalam jual-beli dan transparan.