27
BAB I Hakikat Manusia dan Pendidikan 1.1 Hakikat Manusia Banyak terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang dihubungkan dengan sifat dan ciri dan hakiki yang ada pada diri manusia itu sendiri. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan berikut ini: 1. Homo religius: pandangan tentang sososk manusia dan hakikat manusia sebagai mahkluk yang beragama. Manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pancipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka buni ini. 2. Homo Sapiens: pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang mebedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa bicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik. 3. Homo Faber: pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. 4. Homo Homini Socius: kendati sosok manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya. 5. Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahkluk yang memiliki kesadaran susila (etika). Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beuaty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sososk manusia yang memiliki cita, ras, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya. Begitu kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada dimensi atau dimensi kejiwaan, terlontar pamehaman lain tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yaitu: a. Manusia sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individual dan sosial. b. Manusia sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Lengeveld misalnya, menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila. 1.2 Pandangan Tentang Hakikat Manusia 1. Pandangan psikoanalitik: Suatu aliran dalam ilmu jiwa yg mencoba menganalisis kejiwaan manusia atas bagian-bagiannya. Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 komponen (Freud) a. Id yang berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya b. Ego berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dg lingkungan yang realistis

Pengantar Ilmu Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PIP

Citation preview

BAB I

Hakikat Manusia dan Pendidikan

1.1 Hakikat Manusia

Banyak terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang

dihubungkan dengan sifat dan ciri dan hakiki yang ada pada diri manusia itu sendiri. Ragam

pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan berikut ini:

1. Homo religius: pandangan tentang sososk manusia dan hakikat manusia sebagai mahkluk yang

beragama. Manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin

ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pancipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi

fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai

adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka buni ini.

2. Homo Sapiens: pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat

berfikir atau sebagai animal rationale. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat

tumbuh dan berkembang, namun yang mebedakan antara manusia dengan makhluk hidup

lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa bicara, berfikir, berbuat, belajar,

dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.

3. Homo Faber: pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas).

Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan

sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai

konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.

4. Homo Homini Socius: kendati sosok manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang

memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun

pada saat yang bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya.

5. Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahkluk

yang memiliki kesadaran susila (etika). Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang

hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beuaty) dan rasa

estetika (sense of estetics). Sososk manusia yang memiliki cita, ras, dan dimensi keindahan

atau estetika lainnya.

Begitu kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada

dimensi atau dimensi kejiwaan, terlontar pamehaman lain tentang hakikat manusia dan

kemanusiaan yaitu:

a. Manusia sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu

sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang

ditoleh dari segi individual dan sosial.

b. Manusia sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri

dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Lengeveld misalnya,

menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk

sosial, dan makhluk susila.

1.2 Pandangan Tentang Hakikat Manusia

1. Pandangan psikoanalitik: Suatu aliran dalam ilmu jiwa yg mencoba menganalisis kejiwaan

manusia atas bagian-bagiannya.

Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 komponen (Freud)

a. Id yang berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya

b. Ego berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dg lingkungan yang realistis

c. Super ego berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol tingkah laku seseorang agar sesuai

dengan aturan dan nilai-nilai moral

2. Pandangan Humanistik: Melihat manusia itu secara manusiawi

a. Roger

Manusia adalah makhluk yg terus berubah dan diibaratkan dengan air mengalir yg tanpa

hentinya.

b. Jean Jacues Rousseau

Pada dasarnya manusia itu adalah baik tapi dirusak oleh masyarakat atau lembaga.

3. Pandangan Behavioristik

Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu berada:

Dipelopori oleh Skinner, Kohler, Wetson, Thorndike

1. Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan di mana individu itu berada

2. Tingkah laku manusia dapat dikendalikan dengan mengatur lingkungan tempat individu itu

berada

1.3 Sifat Hakikat Manusia dan wujud sikap hakikat manusia

Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi.

Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek

yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya

filosofis normative. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara

prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan .

Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari

segi biologinya. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,

mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat

manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki

oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan

membenahi konsep pendidikan, yaitu:

a. Kemampuan menyadari diri

Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adnya

kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa

dirinya memiliki cirri khas atau karateristik.

b. Kemampuan bereksistensi

Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinyasebagai

objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau

menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini

bukan saja soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan menempatkan diri dan

menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.

c. Kata hati

Kata hati atau conscieice of Man juga serung disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati,

pelita hati, dan sebagainya. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang ap yang akan,

yang sedang, dan yang telah dibuatnya. Bahkan mengerti juga akibatnya baik atau buruk bagi

manusia sebagai manusia.

d. Moral

Jika kata hati dikatakan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang

dimaksud dengan moral adlah perbuatan itu sendiri. Di sini masih tampak bahwa masih ada

jarak antar kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam

belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk

menjembatanijarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu

kemauan.

e. Tanggung jawab

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab,

merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab ada

bermacam-macam, ada bertanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, dan kepada Tuhan.

f. Rasa kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai denagn tuntutan

kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu

“rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.

g. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia

sebagai mahluk sosial.Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk

menuntut sesuatu maka tentu ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu yang pada

saat itu belum di penuhi. Dalam relitas hidup sehari-hari umumnya hak diasosiasikan dengan

sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban di pndang sebagai sesuatu beban. Benarkah

kewajiban menjadi beban bagi manusia ?. ternyata bukan beban melainkan suatu keniscayaan.

Artunya selama orang itu menyebut diriny manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka

kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Ambillah missal

tentang sebutan senang, gembira, baahagia, dan sejumlah istilah lain yang mirip dengan itu.

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedangmengalami rasa senang

atau gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa

kebahagiaan itu rupanya tdk terletak pada keadaannya sendiri secara factual atuapun pada

rangkaian prosesnya tetapi terletak pada kesanggupannya menghayati semua itu dengan

keheningan jiwa, dan menundukan suatu hal di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu :

usah, norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi

masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu ada norma-norma dan kaidah-

kaidah. Kemudian takdir merupakan rangkaian yang terpisah dalam proses terjadinya

kebahagiaan. Komponen takdir ini erat bertalian dengan komponen usaha.

1.4 Hakikat Manusia dan Dimensi-dimensinya

1. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu

keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai

pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,

kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.

Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat

esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di

atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan

agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih

individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian

seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna

kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu

peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola

pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh

dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang

menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan

ini disebut pendidikan yang patologis.

2. Dimensi kesosialan

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling

berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan

menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan

untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul,.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi

dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi

sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di

cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan

memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3. Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di

dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam

yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka

pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang

mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika

(persoalan kebaikan). hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan

susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia

karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia

memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi

sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan

agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan

pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu

mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

1.5 Hubungan Hakikat Manusia dengan pendidikan

Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable artinya pada

hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat di didik. Disamping itu menurut lageveld,

manusia juga bisa di sebut sebagai animal edukandum yang artinya manusia pada hakikatnya

adalah mahluk yang harus di didik, dan homo educandus yang bermakna bahwa manusia

merupakan mahluk yang bukan hanya harus dan dapat dididik tetapi juga harus dapat mendidik.

Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Malahan pendidikan telah

di anggap sebagai salah satu hak asasi manusia yang harus dipenuhi. Persoalannya garapan

pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, mengapa manusia harus dididik dan

harus mendidik.

Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:

a. Hakikat anak sebagai manusia

Manusia yang baru lahir dalam keadaan yang serba lemah. Ia belum dapat berdiri

sendiri, masih butuh bantuan orang lain. Walaupun demikian ia telah menunjukkan

keunikannya kendati dalam takaran yang sederhana.

Paling tidak da empat pandangan yang bisa mempengaruhi perkembangan anak:

1. Pandangan nativisme

2. Pandangan Naturalisme

3. Pandanggan Environtalisme

4. Pandangan konfergensi

b. Manusia dengan sifat kemanusiaanya

Kegiatan mendidik adalah sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuelkant

mengatakan, “ manusia hanya dapat menjadi manusia karna pendidikan “. Jadi jika manusia

tak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Misalnya,

dilukiskan dalm cerita anak liar diindia yang dalam sejarah pendidikan terkenal dengan nama

Ramu dan diasuh oleh seorang dokter bernama Sorma. Konsepsi tersebut memberi penekanan

bahwa lingkungan pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi anak.

c. Manusia sebagai makhluk budaya

Manusia dengan budi, rasa, dan karsanya menciptakan kebudayaan. Agar manusia

dapat hidup dan menghayati dunia kebudayaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai –

nilai atau norma kebudayaannya sepatutnya disampaikan dengan harapan pendidikan.

pendidikan sebagai proses budaya guna meningkakatkan harkat dan martabat manusia,

merupakan [roses yang panjang dan berlangsung sepanjang hanyat. Kemudian proses

pendidikan itu diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil – hasinya dapat digunakan

dalam pembangunan kehidupan pribadi, agama, kelurga, masyarakat, bangsa dan Negara untuk

meningkatakan peradaban umat manusia.

BAB II

Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan

2.1 Penegertiann pendidikan

1. Batasan tentang pendidikan

Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya

sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang

cukup memdai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap.

Dibawh ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasrkan fungsinya:

a. Pendidikan sebagi transformasi budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan

budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses

transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai

yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

b. Pendidikan sebgai proses pembentukan pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang

sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses

pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum

dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara

Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang

terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta

didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari

pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e. Definisi pendidikan menurut GBHN

GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional

sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan

berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan

kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab

atas pembangunan bangsa.

2.2 Tujuan dan proses pendidikan

a. Tujuan pendidikan

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana

pendidikan itu diarahkan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan,

serta nilai dan sikap. Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem nilai yang disepakati

kebenaran dan kepentingannya dan ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik didalam jalur

pendidikan sekolah maupun di jalur pendidikan luar sekolah (Drs. Dirto Hadisusanto,

Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 59). Selain itu, pendidikan juga bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Proses pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan

oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaiman proses pendidikan itu

dilaksanakan sangant menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses

pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.

Pengelolaan pendidikan meliputi ruang linkup makro, meso, dan mikro. Yang menjadi tujuan

utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar

yang optimal.

c. Konsep pendidikan sepanjang hayat

Konsep ini akan dikekemukan secar rinci karena mendasari arah baru dunia pendidikan. Ide

dan konsep pendidikan sepanjang hayat (PHS) atau pendidikan seumr hidup yang secara

operasional sering pula disebut “pendidikan sepanjang raga” bukanlah sesuatu yang baru.

Sebagi konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai gerakan global yang merambah

keberbagai negara memeng baru mulai dirasakan pada tahun 70-an. Pada zaman Nabi

Muhamad saw. 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu

imabuan: tuntutlah ilmu mulai sejak dibuaian hingga keliang lahat.

d. Kemandirian dalam belajar

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya

lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari

pembelajaran. Konsep kemandirian, dalam belajar hanya bertumpu pada prinsip bahwa

individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai ketrampilan,

pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia

mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.

2.3 Unsur-unsur pendidikan

Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan moderen cenderung menyebut

demikian oleh karen peserta didik (tanpa pandangan usia) adalah subjek pribadi otonom, yang

ingin diakui keberadaanya.

2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga

lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah konikasi timbal balik antara peserta didik

dengan pendidikan yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secar

optimal ditempuh melalaui proses berkomunikasi intensif dengan memenipulasi isi, metode

serta alat-alat pendidikan.

4. Kearah mana bimbingan ditunjukka (tujuan pendidikan)

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam beberapa jenis, yaitu tujuan nasional,

institusional, kurikuler, dan instruksional. Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin

dicapai oleh suatu bangsa; Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai

suatu lembaga pendidikan; Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu mata pelajaran tertentu; Tujuan intruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai

oleh suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu.

Dr. M.J. Langeveld (Belanda) mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 6

macam, yaitu :

1. Tujuan umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu tercapainya

kedewasaan jasmani dan rohani anak didik. Maksud kedewasaan jasmani adalah jika

pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan

jasmani tidak akan berlangsung lagi. Sedangkan maksud kedewasaan rohani adalah peserta

didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung

jawab atas semua perbuatannya.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat,

inteligensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan,

dsb.

3. Tujuan tidak lengkap

Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya aspek

psikologis, biologis, atau sosiologis saja.

4. Tujuan sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya sementara. Ketika tujuan sementara berhasil

dicapai, tujuan itu akan ditinggalkan dan diganti dengan tujuan lain. Misalnya, orang tua ingin

anaknya berhenti merokok, dengan cara mengurangi uang sakunya. Kalautujuan tersebut sudah

tercapai, lalu diganti dengan tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.

5. Tujuan intermediet

Tujuan intermediet adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak

dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung

jawab.

6. Tujuan insidental

Tujuan insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, yang sifatnya seketika dan

spontan. Misalnya, orang tua menegur anaknya agar berbicara sopan.

Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Cognitive domain

Cognitive domain meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat tercapai setelah

dilakukannya proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis.

Artinya, untuk mencapai semuanya harus sudah memiliki kemampuan sebelumnya.

2. Affective domain

Affective domain berupa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai, membentuk, dan

mengarakterisasi.

3. Psychomotor domain

Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan, dan respons terpimpin

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

Yang termasuk dalam materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik yang langsung

diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Materi pendidikan

memuat gambaran tentang apa yang harus diberikan oleh pembimbing kepada peserta didik –

bahan ajar yang harus dipelajari dan dikembangkan oleh peserta didik. Dalam usaha pendidikan

baik yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, di mana dalam hal

pemilihan materi pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan hendaknya

disesuaikan juga dengan kemampuan peserta didik. Materi Pendidikan dibuat dan ditentukan

oleh pelaksana dan penyelenggara pendidikan dengan mengacu kepada ketetapan pemerintah

tentang standar proses, standar isi dan standar kelulusan.

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan

sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan

metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif

dan yang kuratif.

a. Alat

Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan

terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi

yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan terbagi dalam beberapa

kategori yakni:

1. Alat Pendidikan Positif dan Negatif

Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan

sesuatu yang baik. Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran

adalah baik. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang

buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut

ukuran norma adalah buruk.

2. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif

Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang

tidak baik. Misalnya peringatan atau larangan. Alat pendidikan korektif adalah alat untuk

memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya

hukuman.

3. Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan

Alat pendidikan yang menyenangkan marupakan alat yang digunakan agar peseta didik

menjadi senang. Misalnya dengan hadiah atau ganjaran. Alat pendidikan yang tidak

menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak

senang. Misalnya dengan hukuman atau celaan.

b. Metode

Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat

berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan

pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode

adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk

menentukah apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang

bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan

dicapai.

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan

sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan

metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif

dan yang kuratif.

a. Alat

Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan

terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi

yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan terbagi dalam beberapa

kategori yakni:

4. Alat Pendidikan Positif dan Negatif

Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan

sesuatu yang baik. Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran

adalah baik. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang

buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut

ukuran norma adalah buruk.

5. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif

Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang

tidak baik. Misalnya peringatan atau larangan. Alat pendidikan korektif adalah alat untuk

memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya

hukuman.

6. Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan

Alat pendidikan yang menyenangkan marupakan alat yang digunakan agar peseta didik

menjadi senang. Misalnya dengan hadiah atau ganjaran. Alat pendidikan yang tidak

menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak

senang. Misalnya dengan hukuman atau celaan.

b. Metode

Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat

berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan

pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode

adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk

menentukah apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang

bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan

dicapai.

7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkaran pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah

dan masyarakat. Situasi lingkungan pun bisa mempengaruhi proses dan hasil

pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses

pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

BAB III

Landasan Asas-asas pendidikan dan Penerapannya

3.1 Landasan dan asas-asas pendidikan

pendidikan sebagai suatu sistem memunculkan suatu fenomena bahwa perencanaan,

pelaksanaan, dan pembinaan pendidikan dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya.

Landasan dan asas-asas pendidikan sangat diperlukan sebagai satu pijakan dalam perencanaan

dan implementasi pendidikan. Faktor-faktor tersebuat akan sanagt memeberi warna dan

kontribusi terhadap program perencanaan dan pelaksanaan pendidikan, baik secara makro

maupun mikro.

Ada tiga landasan atau asas pokok patut dipertimbangkan dalam melaksnakan, membina,

dan mengembangkan pendidikan. Ketiga landasan atau asa pendidikan itu adalah sebagai

berikut:

a. Asas Filosofis

Filsafat adalah merupakan sistem nilai (value system) artinya filsafat dapat dianggap

sebagai pandangan hidup manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bila filsafat dianggap

sebagi sistem nilai, artinya setiap manusia mempunyai sistem nilai tersendiri yang memungkin

berbeda dengan sistem masyarakat yang dianut masyarakat lainnya. Dengan demikian sistem

nilai yang ada adalam suatu masyarakat dapat dipandang sebagai sistem nilai yang harus dianut

dalam garapan pendidikan yang dilakukannya. Dalam bidang pendidikan, filsafat akan

mengkaji persoalan yang berkaiatan dengan apa yang ingin diketahui, bagaimana cara

mendapatkannya, serta apa nilai kegunaan pendidikan bagi manusia. Dengan demikian filsafat

pendidikan merupakan pola pikr fisafat dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan

dengan perencanaan implementasi pendidikan.

b. Asas Sosiologis

Pendidikan adalah proses sosialisasi budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antarwarga

melalui interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Dalam konteks inilah peserta

didik dihadapkan dengan budaya manusia. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang

diwujudkan dalam kebudayaan manusia berupa:

1. Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagai hasil cipta dan karya manusia

2. Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat

3. Hasil karya cipta manusia

c. Asas Ilmiah dan Teknologis

Asas lain yang sangat mempengaruhi garapan penddiikan adalah perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek). Hal yang patut diakui, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini maju dengan pesat, sebagai buah dari

penelitian dalm bidang ilmu murni (pure science) dan ilmu terapan (applied science) yang

berkembang pesat pula. Perkembangan ini jelas memberi pengaruh dan dampak yang sanagt

kuat pada garapan pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan isi kurikulum

pendidikan.

3.1 Asas-asas Pokok Pendidikan

Selain ketiga landasan yang telah disebutkan diatas ada beberapa asas-asas pokok

pendidikan antara lain:

1. Asas Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya

merupakan slah satu dari “Asas 1992” yakni tuju buah asas dari Perguruan Nasional Taman

Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari

sistem among dari perguruan itu. Asas atau pun semboyan tut wuri handayani yang

dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P

Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambah dua semboyan untuk melengkapinya,

yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya karsa.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:

Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan, menjadi contoh)

Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah, membengkitkan kehendak, hasrat atau

motivasi)

Tut Wuri Handayani (jika dibelakang mengikuti dengan awas)

2. Asas belajar sepanjang hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain

terdapat pendidikan seumur hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup merupakan

a concept (P. Lengrand, 1970) yang new signifikance of an old idea (Dave, 1973) tetapi

universally acceptable defination is difficult (Cropley, 1979). Oleh karen itu UNESCO Institute

for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup

dalah pendidikan yang harus:

1. Meliputi seluruh hidup individu

2. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan secar

sistematis.

3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fufilment) setiap individu.

4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.

5. Mengakui semua kontibusi dari semua pengaruh pendididkan.

Dalam latar belakang pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengejar disekolah

seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik

dengan efisien dan efektif. Dan serentak dengan itu mwningkatkan kemauan dan kemampuan

belajar mandiri sebagai basis belajar dari pendidikan sepanjang hayat.

3. Asas kemandirian dalam belajar

Wujud asas kemandirian dalam beljar akan menempatkan gru dalam peran utama

sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: Informator, Organisai, dan

sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber

belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber

tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik

untuk memenfaatkan sumber belajar itu.

BAB IV

Pengertian, Fungsi, dan Jenis Lingkungan Pendidikan

4.1 Pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui

pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan

pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan,

khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Bedasarkan perbedaan ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan

pendidikan itu, maka ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal, pendidikan

formal, dan pendidikan non formal.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam

berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai

sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.

Perlu pula dikemukan bahwa tripusat pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan ykni

membimbing, mengajar, dan atau melatih (Ayat 1 Pasal 1 dari UU RI No. 2/1989). Meski

ketiga kegiatan itu pada hakikatnya tritunggal, namun dapat dibedakan aspek tujuan pokok dari

ketiganya:

1. Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi segi-segi perilaku

umum (aspek pembudayaan).

2. Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, dan

3. Melatih, tertama berkaitan dengan ketrampilan kemahiran (aspek terknologi).

4.2 Tripusat Pendidikan

Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan

pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan ketiganya disebut Tripusat pendidikan.

1. Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang

karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarfa inti (nucleus

family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (dismping inti, ada orang lain:

kakek, nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain). Faktor-faktor yang terdapat didalam

keluarga mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran,

keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi

oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.

Fungsi dan peran keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam Sisdiknas

Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta

bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya untuk pendidikan keluarga,

terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 tahun1989 tentang Sikdinas yang menegaskan

fungsi dan peran keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia

indonesia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan

temapt yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan

individual) maupun pendidikan sosial.

2. Sekolah

Diantara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja

dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting

peranan sekolah dalam mempersiapkan genersi muda sebelum masuk dalam proses

pembangunan masyarakat. Oleh karena itu kajian ini terutama diarahkan kepada pencarian

bebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan fungsi sekolah untuk

tantangan.

Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan

nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat

latihan (training centre) manusia indonesia dimasa depan. Suatu alternatif yang mungkin

dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain: pengajaran yang mendidik,

peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan,

pengembangan perpustakaan sekolah menjadi pusat sumber belajar, dan peningkatan dan

pemantapan program pengelolaan sekolah.

3. Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dengan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yakni:

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang diselenggarakan (jalur sekolah dan

jalur luar sekolah)nmaupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah)

b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan ataua kelompok sosial masyarakat, baik langsung

maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun

yang dimanfaatkan (utlity)

Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf

perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia didalamnya.

Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar pengaruhnya terhadap

pembentukkan kepribadin, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh

kekuasaan orang tua. Kelompok sebayaseringg disertai dengan adanya konflik dan ketegangan

yang bersumber dari pihak anak maupun dari pihak orang tua. Salah satu faktor dalam

lingkungan masyarakat yang makin penting peranannya yakni media massa. Pada umunya

media massa itu mempunyai tiga fungsi, yakni informasi, edukasi, dan rekreasi.Wayan

Ardhana (1989:modul 4/23) mengemukakan bahwa media massa memiliki tiga macam

pengaruh. Pertama, pengaruh sosial, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar masyarakat

serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, pengaruhkhusus jangka

pendek, media massa memungkin orang membeli produk tertentu atapu memberi

suara/pendapat dengan cara tertentu. Ketiga, media massa meberi pendidikan dlama pengrtian

yang lebih formal, yaitu dalam memberi informasi atau menyajikan pengajaran dalam suatu

bidang studi tertentu.

4.3 Pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik

Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada umunya,

dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hedereditas, lingkungan proses perkembangan, dan

anugerah. Khusunya untuk faktor lingkungan, peran tripusat itulah yang paling menentukan,

baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama. Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan

utama pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih seperti tersebut Ayat 1 Pasal 1 UU RI

No. 2/1989, peran ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga

kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga

kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati didri yang mantap, pengusaan pengetahuan, dan

kemahiran ketrampilan dilukiskan pada bagan 5.1 (hlm 183).

Dari bagan 5.1 tersebut dilukiskan bahwa setiappusat pendidikan dapat berpeluang

memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:

1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi

2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

3. Pelatihan dalam upaya pemahiran ketrampilan

BAB V

Aliran-Aliran pendidikan

5.1 Progresivisme

1. Pandangan tentang realita

Sejalan dengan pendukungnya yaitu aliaran filsafat pragmatisme, progresivme

berpendapat behwa tidak ada teori relita yang umum. Dalam kamus progresifme, tidak ada

istilah alam semesta. Progresiv,e menggunakan istilah alam semesta. Menurut progresivme,

dunia ialah suatu proses atau tata dimana manusia hidup didalamnya.

2. Pandangan tangtang nilai

Menurut progresivme, sedikitnya ada dua syarat agar nilai itu dapat dikatakan ada.

Yang pertama harus ada bahasa dan yang kedua adanya masyarakat pergaulan.

3. Pandangan tentang pendidikan

Dalam bagian ini akan dikemukakan pandangan progresivme terhadap belajar dan

kurikulum. Pengertian tentang belajar, menurut progresivme anak adalah wujud dari ilmiah

dan mempunyai hubungan dengan wujud alamiah lain. Progresivme membedakan antara

belajar edukatif dan dan belajar mis edukatif.

4. Pandangan mengnai pengetahuan

Dari pandangan progresivme tetang realita, dapat ditarik kesimpulan bahwa

progesivme lebih mengutamakan pembahasan mengenai soal-soal bersifat episotimogis dari

pada metafisis. Dan progresivme identik dengan pengetahuan.

5.2 Esensialisme

1. Pandangan realitas

Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan harus mempunyai pegangan yang cukup

kokoh kuat yaitu berupa nilai-nilai telah teruji telah mampu tegak berdiri walaupun dirongrong

waktu dan memilki tata yang jelas.

2. Pandangan tentang nilai

Menurut realisme kualitas nilai tidak dapat ditentukan secar konseptual melainkan

melainkan tergantung keadaannya. Menurur idealisme niali itu berakar pada eksistensi.

3. Pandangan mengenai pengetahuan

Menurut pandangan realisme manusia adalah makhluk yang padanya berlaku hukum

mekanis evolusionotis. Menurut asosianisme, gagsan atu jiwa terbentuk karena adanya

peraturan unsur-unsur. Menurut behaviorisme, pengetahuan berbentuk karena bersatunya

stimulus dan tanggapn tertentu (respon). Menurut idealisme mengnai pengetahuan bertolak

dari pengertian.

4. Pandangan mengenai pendidikan

Esensialisme berpendirian bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah

teruji keteguhan, ketangguhan dan kekuatannya sepanjang masa.

5.3 Perenialisme dan konttruktivisme

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengendalikan keadan kacau balau seperti

sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adlah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah

teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adlah dunia dengan segala isinya.

Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spriritual, sebab akibat

manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah baik.

Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Program pendidikan yang ideal harus didasarka atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal

(plato).

2. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat

untuk mencapainya (aristoteles).

3. Pendidikan adalah menuntut kemampua-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau

nyata (Thomas Aqhuines)

Adapun norma fundamental pendidikan menurut Jaques Maritain adalah cinta

kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi,

serta cinta kerja sama.

Beberapa pandangan kontruktivisme terhadap pembelajaran:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif

2. Tekanan proses belajar terletak pada siswa

3. Mengajar adalah membantu siswa belajar

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada hasil akhir

5. Kurikulum lebih menekankan pada partisipasi siswa

6. Guru adalah mediator dan fasilitator

BAB VI

Permasalahan Pendidikan

6.1 Permasalah pokok pendidikan dan penanggulangannya

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya

dan masyarakat sebagi supra sistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem

dengan sistem sosial budaya sebagai supro sistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi

bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalah interen sistem

pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Berdasarkan kenyataan tersebut maka

penanggulangan maslah pendidikan juga sanagt kompleks, menyangkut banayak komponen,

dan melibatkan banyak pihak.

Pada dasanya ada dua maslah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air

ini yaitu:

a. Bagaiman semua warga negar dapat menikmati kesempatan pendidikan

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik denga ketrampilan kerja yang mantap

untuk dapat terjun kekancah masyarakat

Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu,

relevansi, an juga efisiensi pendidikan.

6.2 Jenis permasalah pokok pendidikan

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah

pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan

penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:

1. Masalah pemerataan pendidikan

2. Masalah mutu pendidikan

3. Masalah efisiensi pendidikan

4. Masalah relevansi pendidikan

Keempat masalah tersebut akan dibahas secara berurutan pada bagian berikut ini:

1.Masalah pemerataan pendidikan

Masalah pemeretaan pendidikan adlah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk

memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber

daya manusia untuk menunjang pembangunan. Maslah pemerataan pendidikan timbul apabila

masih banyak warga negar khususnya anak usia sekolah yang tidak ditampung dalam sistem

atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan tersedia.

Pemecahan masalah pemerataan pendidikan:

Bnayk pemecahan masalah yang telah dan sedang diakukan oleh pemenrintah untuk

meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesisonal dan cara inovatif.

Cara konvensional:

a. Mebangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar

b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem berganti pagi dan sore)

Sehubung dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah

membangkitakan kemauan belajar bagi masyarakat/ kelurga yang kurang mampu agar mau

menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain:

a. Sistem pamong

b. SD kecil pada daerah terpencil

c. SMP Terbuka (ISOSA- In School Out off School Approach)

d. Kejar paket A dan B

e. Belajar jarak jauh, universitas terbuka

2.Masalah mutu pendidikan

Mutu pendidikan dipermaslahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti

yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga

penghasilan sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi.

Selanjutnya luaran tersebut terjun kelapangan kerja kerja penilaian dilakukan oleh lembag

pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja (pergormance test). Lazimnya

sesudah itu masih dilakukan pelatian0pemegangan bagi calaon untuk penyesuaian dengan

tuntutan persyaratan kerja lapangan.

Meskipun tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan,

namun namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan

kualitas komponen pendidikan. Upaya pemechan maslah mutu pendidikan dalam garis besar

meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai

berikut:

a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukkan mentah, khusunya SLTA dan PT.

b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjaut, misalnya berupa

pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.

c. Penyempurnaan kurikulum

d. Pengembangan prasrana yang menciptakan lingkungan tentram untuk belajar

e. Penyempurnaan sara belajar

f. Peningkatan administrasi manajemen

g. Kegiatan pengendalian mutu

3.Masalah efiensi pendidikan

Maslah efiensi pendidikan mempersioalakan bagaiman suatu sistem pendidikan

mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika

oenggunaanya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi, jika terjadi yang

sebliknya efisiensinya berarti rendah.

Beberapa maslah efisiensi pendidikan yang penting ialah:

a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan

b. Bagaiman sarana dan prasarana pendidikan digunakan

c. Bagaiman pendidikan diselenggarakan

4.Masalah relevansi pendidikan

Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas pendidikan ialah menyiapkan

sumber daya manusia untuk pembangunan. Maslah itu ilah menyiapkan sumber daya manusia

untuk pembangunan. Maslah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sitem pendidikan

dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan yaitu masalah-maslah

seperti yang digambarkan dalam rmusa tujuan pendidikan.

Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka

ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Umunya luara yang diproduksi oleh

sistem pendidikan (lembaga yang menyiapkan tenaga kerja) jumlahnya secara kumulatif lebih

besar dari pada yang dibutuhkan dilapangan. Sebaliknya ada jenis-jenis tenaga kerja yang

dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi atau bahkan tidak produktif.

Dari keempat macam-macam maslah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika

pendidikan:

1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar artinya, semua warga negra yang butuh

pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan

2. Dapat mencapai hasil yang bermutu. Artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat

mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan

3. Dapat terlaksana secar efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan

tujuan yang ditulis dalam rancangan

4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat pembangunan

6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan

Permaslah pendidikan seperti yang telah diuraka pada materi-materi diatas merupakan

maslah pembangunan mikro dan makro.berikut inin beberapa faktor yang

mempengaruhi berkembangnya maslah pendidikan:

1. Perkembangan iptek dan seni

2. Laju pertumbuhan penduduk

3. Aspirasi masyarakat

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

6.4 Permaslahan aktual pendidikan di Indonesia dan Penangulangannya

Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia

Pendidikan selalu menghadapi maslah, karena selalu terdapat kesenjangan antar apa

yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual

berupa kesenjangan-kesenjangann yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk

ditangulangi. Beberapa maslah aktual pendidikan antara lain:

1. Maslah keutuhan pencapaian sasaran

2. Kurikulum

3. Peranan guru

4. Pendidikan dasar 9 tahun

5. Pendayagunaan teknologi pendidikan

Upaya penanggulanga masalah aktual pendidikan

a. Pendidikan efektif perlu ditingktkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara

insidental

b. Pelaksanaan KO dan ekstra kurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya

diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir

c. Pemilihan siswa atas kelompok belajar yang akan melanjutkan belajar keperguruan tunggi.

d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajbatan dan jabatan).

e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib

belajar, perlu diadakan penelitian secar meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor

penunjang dan utmanya faktor penghambat.

BAB VII

Sistem Pendidikan Nasional

7.1 Pengertian sistem

Istilah sistem berasal dari bahsa Yunani ”systema”, yang berarti sehimpunan atau

komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Istilah

sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian misalnya:

a. Dipakai untuk menunjuk adanya suatu himpunayang saling berkaitan.

b. Sistem dapat menunjuk adanya alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan.

c. Sistem dapat dipakai untuk menunjuk sehimpunan gagasan atau ide.

d. Sistem dapat digunakan untuk menunjukkan suatu hipotesis atau uraian suatu teori.

e. Sistem dapat digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode.

Zahra Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdidri atas

komponen-kompone atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang

mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu

untuk mencapai suatu hasil.

Sedangkan menurut departemen pendidikan dan kebudayaan (1984/1985) setiap sistem

mepunyai cicri-ciri sebagai berikut:

a. Tujuan: setiap sistem mempunyai tujuan. Sebagai contoh sebuah sistem pendidikan memberi

pelayanan kepada yang membutuhkan.

b. Fungsi-fungsi: adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya

berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan.

c. Kompone-kompone: sistem terdiri dari koponen-kompone dan masing-masing komponen

mempunyai fungsi khussus.

d. Interaksi atau saling hubungan: semua komponen dalam suatu sistem, seperti kompone-

kompone intruksional tadi saling berhubungan satu sam lain, saling mempengaruhi dan saling

membutuhkan.

e. Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan: mislanya guru dalam kegiatan belajar

mengajar berusaha menimbulkan jalina keterpaduan antara berbagai komponen intruksional

dengan melaksanakan pengembangan sistem intruksional untuk mencapai hasil belajar yang

optimal.

f. Proses transformasi: semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan.

g. Umpan balik untuk koreksi: untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan

baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi.

h. Daerah batasan dan lingkungan: antara sustu sistem dan bagian-bagian lain atau lingkungan

disekitarnya akan terjadi interaksi.

7.2 Pendidikan sebagai suatu sistem

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Sustu usaha

pendidikan menyangkuttiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendidri,

dan ussur hasil usaha. Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri

yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan

jasmani).dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung

sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain. Sedangkan hasil pendidikan dapat meliputihasil

belajar.

Unsur dalam sistem pendidikan saling berkaitan dan pengaruh mepengruhi. Kelemahan

salah satu unsur dalam sistem tersebaut akan mempengaruhi sekuruh sistem pendidikan lain.

Oleh karena itu dalam usaha mengembangkan sistem pendidika. Setiap unsur pokok dalam

sistem pendidikan harus mendapatkan oerhatian dan pengembangan yang utama.

P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut:

a. Tujuan dan prioritas

b. Peserta didik

c. Manajemen atau Pengelolaan

d. Struktur dan Jadwal Waktu

e. Isi dan Bahan Pengajaran

f. Guru dan Pelaksana

g. Alat Bantu Belajar

h. Fasilitas

i. Teknologi

j. Pengawasan Mutu

k. Penelitian

l. Biaya

7.3 Pengertian Pendidikan Nasional

Menurut Sunarya (1969), pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri

diatas landasan dan dijiwaioleh falsafat hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi

kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.

Sementara itu departemen pendidikan dan kebudayaan (1976), merumuskan bahwa

pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara indonesia

menjadi pancasiala, yang berkepribadi, berdasarkan ketuhana berkesadaran masyarakat dan

mapu membudayakan alam sekitar,

Dalam undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pedidikan nasional Pada Bab

1 Pasal 2 berbunyi: pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan

bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari

pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.

7.4 Pendidikan Nasional Sebagi Suatu Sistem

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang sistem

pendidikan nasional dikemukakan pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk menyiapakan

peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya dimasa yang

akan datang.

Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang

dicantumkan pada undang-undang pendidikan. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional itulah

dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan

tujuan pendidikan nasional itu dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan

dijelaskan Dalam Gari-garis Besar Haluan Negara.

Zahra Idris (1987) mengemukakan bahwa “ pendidikan nasional sebagai suatu sistem

adalah karya manusia yang terdiri dari kompone-kompone yang mempunyai hubungan

fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku

seseorang sesuai dengan tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

Republik Indonesia 1945.

Reja Mudyaharjo dan Waini Rasyidi mengemukakan pendidikan nasional indonesia

merupakan sistem sosial dan salah satu sekor dalam keseluruhan kehidupan bangsa yang

sedang membangun. Lalu menurut Katz dan Kahn, sistem sosial merupakan sebiah peristiwa,

atau kejadian yang dilakukan suatu selompok orang untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri umum sistem terbuka yaitu:

a. Mengambil energi (masukan) dari lingkungannya.

b. Mentransformasikan energi yang tersedia

c. Memberikan hasil kepada lingkungan

d. Sistem merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus menerus berlangsung.

e. Untuk mendapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan proses entropi/kehancuran.

f. Masukkan sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat materiil, tetapi juga berupa informasi yang

mengmbilnya bersifat selektif dan balikannya merupaksn balikan negtif.

g. Dalam sistem terdapat keadaan statis dan keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis.

h. Sistem bergerak menuju untuk melakukan peranan-perana yang semakin berdiferensiasi.

i. Sistem dapat mencapai akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dan dengan cara-

cara pencapaian yang tidak sama.

Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Bab II Pasa4

dijelaskan pengertian manusia indonesia seutuhnya (lihat bagian 1.3 Landasan Operasional No.

6).

Pembangunan nasional indonesia (MIS) meliputi tujuh potensi kepribadian sikap dasar dan

lima wawasan dasar seperti berikut:

a. Potensi manusia indonesia secar integral

b. Sikap dasar yang menjadi substansi utama dalam pembinaan manusia indonesia

c. Wawasan dasar manusia indonesia seutuhnya

7.5 Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional

Pancasila yang tercantum dalam pembukaan undang-undamg dasar 1945 yang ditetapkan

pada tanggal 18 agustus 1945 adalah dasr negara. Kepribadian, tujuan, dan pandangan hidup

bangsa indonesia. Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat indonesia

mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secar bersama-sama mebangun

masyarakat. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal adalah pancasila, landasan

konstitusiona ialah UUD 1945, dan Landasan operasional MPR tentang GBHN.

7.6 Unsur-unsur Pokok dan Asas-asas Pelaksanaan pendidikan nasional

a. Unsur-unsur pokok

Unsur pokok pendidikan nasional pancasila terdiri dari pendidikan moral pancasila

berdasarkan pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila, pendidikan agama, pendidikan

watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan jasmani, pendidikan kesenian,

pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan ketrampilan, pendidikan kewarga negaraan dan

pendidikan kesadaran bersejarah.

b. Asas-asas Pelaksanaan

Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas pelaksanaan seperti

berikut:

1. Asas semesta menyeluruh dan terpadu

2. Asas pendidikan seumur hidup

3. Asa pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekola, dan masyarakat

4. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah

5. Asas keselarasan dan keterpaduan

6. Asas bhineka tunggal ika

7. Asas keselarasan, kesrasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan

pendidikan

8. Asas manfaat, adil, dan merata

9. Asas Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tutu Wuri Habdayani

10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efetifitas

11. Asas kepastian hukum

Dengan bertitik tolak pada asa pendidikan diatas sistem pendidikan nasional diharapkan

memungkinkan setiap rakyat indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya,

dan secara bersama-sama membangun masyarakat. Pada dasarnya melalui sistem pendidikan

nasional, setiap pendidikan nasional, setiap rakyat Indonesia harus mampu menghayati nilai-

nilai itu secar kreatif serta dapat meningkatkan kemampuan memperoleh dan menciptakan

pekerjaan melalui bermacam-macam kemungkinan.

7.7 Fungsi Pendidikan Nasional

Fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:

a. Alat membangun pribadi, pembangunan warga negara, pengembangan kebudayaan, dan

pengembangan bangsa indonesia.

b. Menurut Undang-Undang RI No. 2Tahun 1989 Bab II Pasal 3 “ pendidikan nasional berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa

indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.

Setiap jenis dan jenjang pendidikan mepunyai fungsi berbeda-beda yang akan diuraikan pada

jenjang pendidikan (lihat pada bagian H; 2 Jenjang Pendidikan).

7.8 Kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan

a. Kelembagaan pendidikan

Ditinjau dari segi kelembagaanya maka penyelenggaraan melaului dua jalur, yaitu jalur

pendidikan sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan

disekolah melalui belajar mengajar secar berkesinambungan, sedangkan jalur diluar sekolah

melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.

b. Jenis program pendidikan

1. Pendidikn umum

2. Pendidikan kejuruan

3. Pendidikan luar biasa

4. Pendidikan kedinasan

5. Pendidikan keagamaan

6. Pendidikan akademik

7. Pendidikan profesional

c. Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Selain jenjang pendidikan tersebut diselenggarakan

pendidikan pra sekolah sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar.

d. Kurikulum atau program pendidikan

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang

memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainya dengan lingkungan,

kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum secara

nasional ditetepkan oleh menteri atau menteri lain maupun pimpinan lembaga pemerintah non

departemen berdasarkan perlimpahan wewenang dari menteri.

Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat:

1. Pendidikan pancasila

2. Pendidikan agama

3. Pendidikan kewarganegaraan

Kurikulum sekolah yang berlaku sekarang adalah kurikulum yang sama untuk setiap

jenjang pendidikan. Akibat dari semua kurikulum yang sam untuk setiap murid untuk semua

daerah diseluruh indonesia, murid merasa asing atau kurang akrab terhadap lingkungannya,

baik lingkungan alam, sosial, dan budaya, serta pola tempat kehidupan masyarakat dibesrakan.

Mereka kurang mengenal unsur-unsur penting dan yang bermanfaat yang terdapat didalam

lingkungannya masing-masing. Dengan adanya muatan lokal dalam penyelenggaraan

pendidikan dengan keadaan dan situasi setempat.

e. Pengelolaan sistem pendidikan nasional

Penanggung jawab pendidikan nasional adalah presiden, sedangkan pengelolaannya

diatur sebagai berikut:

1. Pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan oleh presiden kepada

departemen/menteri yang bertanggungjawab atas pendidikan.

2. Dalam hal tertentu pendidikan nasional yang mengandung kekhususan, diantaranya keagamaan

dan kedinasan merupakan bagian intergral dari sistem pendidikan nasional, diserahkan oleh

presiden kepada departemen atau pemerintah lainnya.

3. Dalam mengelola pendidikan nasional presiden dibantu oleh dewan pendidikan nasional, yang

anggotanya antara lain, terdiri dari wakil-wakil pengelola dan unsur-unsur masyarakat.

Untuk kelancaran proses peleksanaan pendidikan nasional yang berasakan Bhinneka

Tunggal Ika maka dilakukan secar desntralisasi. Kewenangan dalam aspek-aspek tertentu dari

pengelolaan dan pelaksanaan sistem pendidikan nasional itu perlu dilimpahkan kedaerah-

daerah tingkat I/provinsi. Dengan demikian, disetiap provinsi perlu dibentuk dewan pendidikan

daerah yang diketahui oleh gubernur kepala daerah.

BAB VIII

Pendidikan dan Pembangunan

8.1 Pendekatan strategik pendidikan

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunana manusia indonesia

seutuhnya dan seluruh masyrakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan

UUD 1945. Manusia adalah inti pembangunan. Betapa tidak, ialah yang memikirkan,

merencanakan, mengawasi, dan merencanakan suka duka beserta pahit manisnya

pembangunan. “ kualitas manusialah yang menjadi andalan utama keberhasilan

pembangunan”.

Selama ini upaya telah dan sedang dijalankan dengan prioritaas pembangunann bidang

ekonomi. Banyak kemajuan dan keberhasilan sekalipun masih dianggap gejala-gejala

kesenjangan fundamental yaitu produktivitas manusia yang masih memerlukan peningkatan

dengan seksama. Hal itu dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi pendidikan. Prioritas

pembangunan bidang ekonomi, tampaknya menuntut prioritas pendekatan pendidikan yang

baik bila pembangunan nasional ingin tinggallandas dengan mulus. Salah satu pendekatan yang

mendekati ialah pendekatan presfektif terpadu.

Manusia dilengkapi dengan kemampua dasar yang penuh kemungkinan, sebagai alat

supaya dapat berbuat dan bekerja, cipta, ras, karsa, dan karya untuk kemudian mengabdikan

dirinya kepada pencipta. Kemampuan dasar yang tersedia supaya berfungsi sebagaimana

mestinya, diperlukan berbagai upaya.salah satu upaya utama ialah belajar sepanjang hayat yang

berintikan membaca baik yang terjadi dilingkungan keluarga, masyarakat, maupun, lembaga

pendidikan formal. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia dapat dididik dalam batsan-

batasan tertentu, yaitu tergantung pada kemampuan dasar yang tersedia, pengalaman yang

didapat, kemauan yang ulet, dan sudah barang tentu takdir ilahi bagi mereka yang

mempercayainya. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang memepelajari proses-prose pengaruh-

mempengaruhi antara peserta didik dengan pendidikam dalam berbagai sistuasi pendidikan

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ciri hakiki yaitu ilmu normatif, berbuat

dan tidak dapat melepaskan diri dari pandangan hidup. Ilmu pendidikan sebagai seni sangat

bertautan dengan profesi pendidikan, yang secar formal telah maju di Indonesia. Hal ini dilihat

pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebidayaan No. 0124/U/1979 yang kemudian

disempurnakan dengan surat keputusan No. 0211/U/1982. Dalam keputusan ini digariskan

bahwa di Indonesia ini hanya terdapat dua profesi besar yaitu profesi non kependidikan dan

profesi kependidikan. Kemajuan keduduan formal itu merupakan satu tonggak sejarah yang

harus diisi bila ilmu pendidikan tidak mau disebut telah mati. Sudah barang tentu ilmu

pendidikan tak dapat melepaskan diri dari ilmu-ilmu lainnya yang relevan. Oleh karena itu ilmu

pendidikan adalah ilmu yang interdisipliner, yang menuntut pendekatan dan teori-teori tertentu.

Sejauh mana peranan dan dampak ilmu pendidikan terhadap kehidupan, sangat dipengaruhi

oleh pengadministrasian atau penataan pendidikan itu sendidri. Itulah sebanya dalam

kesempatan ini diketengahkan administrasi pendidikan.

Hal yang penting dalam administrasi pendidikan.berbagai pendekatan dalam

administrasi pendidikan dapat dilakukan diantaranya:

1. Pendekatan presfektif terpadu

Presepektif terpadu (integratif) adalah suatu pendekatan yang berlandaskan kepada

norma dan keadaan-keadaan yang berlaku, menelaah kemassa silam, dan berorientasi kemassa

depan secar cermat dan terpadu dalam berbagai dimensi.

2. Pola dasar pengadministrasian pendidikan

Berpedoman kepada konsep dasar pendekatan persepekti terpadu yang dikemukakan,

terdapat tiga pola dasar pengadministrasian pendidikan yang perlu diperhatikan, secara makro

(tingkat nasional), meso (tingkat kelembagaan), dan mikro (tingkat profesional belajar

mengajar).

3. Pola dasar pendidikan secar makro

Kecenderungan kehidupan dengan cermat dan terpadu, menggariskan kualitas manusia

secar tepat yang mampu hidup layak dimassa depan, kemudian dapat menyediakan pendidikan

yang relevan, niscaya kualitas manusia indonesia tinggal landas akan menjelma dan kita dapat

melaksanakan tahap pembangunan tinggal landas yang tumbuh atas kekuatan sendiri.

8.2 Hubungan pendidikan dan pembangunan

Bahwa ciri-cirinmanusiawi dalam arti jasmaniah dan rohaniah tidak secar otomatis

dimiliki oleh sesorang. Kemampuan-kemampuan manusia tersebut marupakan hasil belajar

dan didikan. Pendidikan selamanya mengabdi pada nilai-nilai agung dan luhur bagi manusia

dan kemanusiaan. Dalam khasanah pendidikan disebutkan, bahwa tugas mulai pendidikan

terletak pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmani dan

rohaniah. Upaya pendidikan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang mampu, baik jasmani

maupun rihaniah menyesuaikan diri secar aktif didalam hidup dan kehidupannya. Perlu

diketahui, bahwahidup dan kehidupan sesorang tidak berada dalam keterpisahan dengan

lingkungan alamndan sosial budayanya. Dengan demikian hakikat pendidikan adalah upaya

kemanusiaan manusia, dan membudayakan manusia, sehingga mampu mencipta, berkarya,

mebudi dan membaik bagi kehidupan ekoferisnya (kebulatan diri dn lingkungan).

Istilah pembangunan sering diartikan pembanguna ekonomi dan industrialisasi.

Pengertian yang demikian itu karena memengsebaian besar negra-negara didunia memutuskan

diri pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi dianggap sebagai kuda pacuan yang dapat

diandalkan lari secepatnya didalam mencapai tujuan ekonomi sendiri. Beberapa negara

memeberi arti, bahwa esensi usaha pengembangan tidak terletak pada perwujudnya

industrialisasi dan laju pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional dan regional. Tetapi pada

teratasinya masalah dan terpenuhinya hajat hidup, baik biologis maupun rohani dari

masyarakat luas. Ini berarti, bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada kepentingan

manusia, karena itu hasil akhirnya pun diukur berdasarkan indeks kenaikan perbaikan mutu

hidup manusia-manusia.

Uraian diatas mempertegas, bahwa titik temu pendidikan dan pembangunan terletak

pada unsur manusianya. Pendidikan menekankan aktualisasi modal kedirian manusia guna

manusia dan membudayakan bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan

menekankan manipulasi sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia

guna terpenuhinya hajat hidup manusia itu sendiri. Secar sungkat dapat dikatakan, bahwa

pendidikan adalah ikhtiar keluar guna mencapai hidup yang baik dari manusia itu sendiri.

Dengan demikian, pada analisis terakhirnya pendidikan dan pembangunan tertumpu pada hajat

hidup manusia yang senantiasa ingin terangkat harkat dan martabatnya.

8.3 Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan

Dalam sejarah kehidupan manusia selamanya tidak terlepas dari sumbangan yang

diberikan oleh pendidikan. Memang tanpa makan dan bernafas, manusia tidak akan mampu

bertahan didalam hiudp dan kehidupan yang berhasil sesuai dengan niali manusiawi bagi diri

dan lingkunga seseorang mutlak memerlukan bekal kemampuan jasmani dan rohaniah dari

manusia itu sendiri. Dengan demikian pendidikan adalah merupakan bekal mutlak didalam

mengarungi hidup dan kehidupan manusia.

Usaha pembangunan selamanya merupakan ikhtiar untk menjawab tantangan masalah

dan hajat hidup sesuatu masyarakat atau bangsa. Pembangunan ekonomi, sosial budaya,

politik, dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerluka

keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulasi dan menyertai dalam setiap faset

pembangunan. Penyertaan upaya prndidikan terhadap usaha pembangunan dibidang-bidang

seprti ekonomi, politik, sosial budaya, juga diperlukan dan diharapkan. Di Indonesia, dalam

rangka pembangunan manusia seutuhnya, sumbangan pendidikan diharapkan untuk

mewujudkan:

1. Pembinaan mental pancasila

2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa

3. Pembinaan ketahanan nasional

4. Pembinaan hak-hak asasi manusia

5. Pembinaan Rule of Low

6. Pembinaan hidup rasional, efisien dan produktif serta

7. Pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8.4 Sistem pendidikan yang relevan dengan pembangunan

Sistem pendidikan yang relevan dengan pembangunan, berarti mempunyai tingkat

keterhubungan yang tinggi antara bekal pendidikan yang diberikan pada seseorang atau suatu

masyarakat atau bangsa. Jelas bahwa pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut

untuk mengabdi pada kepentingan nasional, regional, lokal, sampai kelompok kecil berupa

keluarga dan juga pada kepentingan seseorang yang senantiasa mengalami perubahan dan

perkembangan diri masa kemasa.

Uraian diatas mempertegas orientasi yang perlu dijadikan titik tolak untuk

mengembangkan pendidikan yang relevan dengan pembangunan. Jadi dari orientasi tersebut

dapat ditarik pemikiran-pemikiran dasar, bahwa bekal pendidikan berisi penambahan

pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, dan nila-nilai serta sikap-sikap haruslah

diarahkan untuk:

1. Menambahkan konformitas seseorang atau suatu masyarakat terhadap cita-cita atau program

pembangunan.

2. Mengembangkan sikap-sikap yang cocok untuk tuntutan hidup dan kehidupan

3. Menambahkan kepekaan seseorang

4. Menembahkan kemampuan menyelesaikan tantanngan persolan hajat hidup

Daftar Pustaka

Wahyu Dinn,dk. (2007). Pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Idris Zahra, H. dan Jamal Lisman , H. (1992). Pengantar pendidikan. Jakarta: Grasindo

Tirtaharja Umar, Prof. Drs. Dan Sula La, Drs. (2000). Pengantar pendidikan. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Ihsan Fuad, Drs. H. (1995). Dasar-dasar kependidikan. Seamarang: PT Rineka Cipta

Salam Burhanudin, Drs. H. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta