55
1 PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI CABUTAN Shorea pinanga (TENGKAWANG) Oleh : AYU LESTARI M12 107 008 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

1

PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA)

TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI CABUTAN Shorea pinanga (TENGKAWANG)

Oleh :

AYU LESTARI

M12 107 008

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2012

Page 2: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh dosis inokulan alami (ektomikoriza)

terhadap pertumbuhan semai cabutan

Shorea Pinanga (tengkawang)

Nama : Ayu Lestari

Nim : M 121 07 008

Jurusan : Kehutanan

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan Pada

Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Restu, MP Gusmiaty, SP. MP

NIP. 19650904199203 1 003 NIP. 19791120200912 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kehutanan

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc

NIP. 19540418197903 1 001

Page 3: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

3

ABSTRAK

Ayu Lestari (M12107008). Pengaruh Dosis Inokulan Alami (ektomikoriza)

Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Shorea Pinanga (Tengkawang),

di bawah bimbingan Muhammad Restu dan Gusmiaty.

Shorea pinanga merupakan salah satu jenis tengkawang yang dapat bersiombiosis dengan cendawan ektomikoriza Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa dosis inokulan alami terhadap pertumbuhan bibit

Shorea pinanga di persemaian. Penelitain ini dilakukan dengan beberapa tahap penyediaan bibit dan inokulasi ektomikoriza, penanaman dan pemeliharaan

dipersemaian. Pengamatan dan pengukuran dilakukan terhadap variabel tanaman yaitu tinggi, diameter, jumlah daun dan jumlah cabang. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji anova dan dilanjutka dengan

uji BNJ (beda nyata jujur). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis sidik ragam anova

untuk variabel Tinggi dan jumlah cabang berbeda nyata pada taraf uji 5%, sedangkan pada variabel diameter dan jumlah daun menunjukkan perbedaan tidak nyata atau relatif sama, pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman. Dosis

15 gram pada varibel pertambahan tinggi, diameter, dan jumlah daun mempunyai respon pertumbuhan yang terbaik, sedangkan pada variabel pertambahan jumlah

cabang pada dosis 20 gram.

Page 4: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

4

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini merupakan satu syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan

kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Skripsi ini berjudul “

Pengaruh Dosis Inokulan Alami (ektomikoriza) terhadap Pertumbuhan

Semai Cabutan Shorea pinanga ”.

Selama pelaksanaan kegiatan penelitian hingga selesainya penulisan

skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa

bimbingan dan arahan maupun dorongan moral dan material. Untuk itu penulis

menghanturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, MP dan ibu Gusmiaty, SP.MP

selaku pembimbing sekaligus orang tua yang dengan penuh keihklasan telah

berkenan memberikan tuntunan dan bimbingan saran dalam upaya lebih

menyempurnakan kandungan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Beta Putranto, M. Sc, Prof. Dr. Ir. Samuel A Paembonan

dan Mukrimin S.Hut, M.P selaku penguji

3. Bapak Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik

4. Bapak Mukrimin, S.Hut, M.P. selaku penasehat akademik yang setia

memberikan tuntunan dan nasehat.

5. Bapak Basri, Ibu Dewy selaku Bagian Tata Usaha atas Bantuannya selama

ini.

6. Bapak Dr.Ir. Rufi’i, M.Sc dan Karmilasanti S.Hut, atas bantuan dan

bimbingannya selama penelitian di Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Samarinda Kalimantan Timur.

Page 5: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

5

7. Sahabat-sahabat penulis : Nurul Ima, Hasnawati, Mutiah Ummusyahida

S.Hut, Inna, Nining Permatasari, Fira, Naily Sofya Rasyd S.Hut, yang

setia memberikan doa, bantuan dan saran kepada penulis.

8. Teman PU : Fatimah S.Hut, Musdalifah S.Hut dan Sucianti S.Hut, atas

Bantuan dan Dukungannya selama ini.

9. Rekan-rekan angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi dan semangat

pada penulis dan semua pihak yang turut membantu hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

10. Kedua orang tua dan orang-orang tercinta yang telah menyayangi dan

membantu baik secara moril, materil dan spritual selama menjalani studi.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya dalam menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang

kehutanan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Mei 2012

Penulis

Page 6: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................……... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tengkawang ………........................................................................ 4

B. Mikoriza ......................................................................................... 7

C. Bibit dan Persemaian ........................................................... …….. 12

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 14

B. Alat dan bahan .............................................................................. 14

C. Prosedur Kerja .............................................................................. 14

D. Pengolahan Data ........................................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertambahan Tinggi Semai Shorea pinanga……………………… 18

B. Pertumbuhan Tinggi Semai Shorea pinanga …………………….. 21

C. Pertambahan Diameter Batang Semai Shorea pinanga ………….. 22

D. Pertumbuhan Diameter Semai Shorea pinang……………………. 23

E. Pertambahan Jumlah Daun Semai Shorea pinanga………………. 24

F. Jumlah Daun Semai Shorea pinanga …………………………….. 26

G. Pertambahan Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga…………….. 27

H. Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga…………………................ 29

Page 7: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

7

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 30

B. Saran ................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

8

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Hasil Uji Lanjut BNJ terhadap Nilai Rata-Rata Pertambahan Tinggi Semai Shorea pinanga Setiap Perlakuan

pada Umur 3 Bulan…………………………………….......................... 18

2. Hasil Uji Lanjut BNJ terhadap Nilai Rata-Rata Pertambahan Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga Setiap Perlakuan pada Umur 3 Bulan …………………………………………………… 27

Page 9: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

9

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Histogram Rata-rata Pertambahan Tinggi Semai Shorea pinanga berumur 3 bulan ……………………………………………………… 18

2. GrafikRata-rata Pertumbuhan Tinggi Semai Shorea pinanga………… 21

3. Histogram Rata-rata Pertambahan Diameter Semai Shorea pinanga berumur 3 bulan………………………………………………………. 22

4. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Diameter Semai Shorea pinanga……. 23

5. Histogram Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Semai Shorea pinanga berumur 3 bulan ………….......................................... 24

6. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Semai Shorea pinanga……………….. 26

7. Histogram Rata-rata Pertambahan Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga berumur 3 bulan……………………………………. 28

8. Grafik Rata-rata Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga……………… 29

Page 10: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

10

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal

1. Skema Kerja Inokulan Alami terhadap Semai Shorea pinanga ………………………………………………… 35

2. Karakter Pohon Induk (a), Iklim Mikro Tempat Pengambilan Cabutan (b), Hasil Analisis Mikrobiologi Kandungan Mikroba (c)…… 36

3. Lingkungan Profil Jenis Shorea pinanga Labanan …………………… 37

4. Deskripsi Profil Jenis Shorea pinanga Labanan ………………………. 38

5. Tabel Analisis Varian Tinggi (a), Diameter (b), Jumlah Daun (c), Jumlah Cabang (d), Rata-rata Suhu dan Kelembaban di persemaian selama 3 bulan …………………………………………. 39

6. Dokumentasi ………………………………………………………........ 40

7. Kolonisasi Inokulan Alami ………………………………...................... 43

8. Tabel Pertambahan Pertumbuhan Semai Shorea pinanga Awal dan Akhir Pengukuran………………............................................ 45

Page 11: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

11

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial untuk

dikembangkan di pulau Kalimantan adalah biji tengkawang. Menurur Al Rasyid

dkk. (1991), terdapat 13 jenis pohon penghasil tengkawang yang tersebar di

Kalimantan dan sebagian kecil di Sumatera. Biji tengkawang digunakan sebagai

bahan baku lemak nabati (Suharisno, 2009), karena sifatnya yang khas,

menjadikan lemak tengkawang berharga lebih tinggi dari pada minyak nabati lain

seperti minyak kelapa dan digunakan sebagai bahan pengganti minyak coklat,

bahan lipstik, minyak makan dan bahan obat-obatan (Anggraeni, dkk. 1995).

Biji tengkawang sebagai hasil hutan bukan kayu memainkan peranan

penting sebagai sumber pendapatan. Tengkawang juga menyumbang dalam

keanekaragaman produksi hutan dan menjadi alternatif yang menarik secara

ekonomi terhadap pemanfaatan hutan hujan tropis selain untuk produksi kayu.

Penanaman dan budidaya pohon-pohon tengkawang yang bernilai tinggi secara

berkelanjutan merupakan sebuah kontribusi untuk melestarikan keanekaragaman

hayati dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (Irwanto, 2011).

Praktek pengelolaan hutan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian

sumberdaya hutan, berakibat menurunnya luas hutan primer dan diduga

berpengaruh terhadap penurunan keragaman genetik serta kemungkinan punahnya

jenis pohon penghasil tengkawang. Upaya yang perlu dilakukan untuk

menghindari punahnya jenis pohon penghasil tengkawang adalah dengan

Page 12: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

12

menerapkan teknologi budidaya yang memanfaatkan mikroorganisme jenis

ektomikoriza (Karmilasanti dan Andrean, 2011).

Berdasarkan hasil analisis mikrobiologi, fungi ektomikoriza merupakan

salah satu jenis mikroorganisme yang dapat berasosiasi dengan tengkawang

(S. pinanga) yaitu jumlah koloni dalam satu gram sampel fungi ektomikoriza

berjumlah 1.100.000 koloni (Lampiran 2c) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran 7b dan 7c . Dengan adanya asosiasi fungi ektomikoriza ini dapat

meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa

beracun, juga ketahanan terhadap berbagai pathogen tanah dengan terbentuknya

mantel hifa yang melindungi akar secara fisik sehingga berpengaruh baik

terhadap pertumbuhan tanaman (Zuliana, 2008).

Darwo dan Sugiarti (2008) menyatakan bahwa berdasarkan berbagai hasil

penelitian yang dikumpulkan cendawan ektomikoriza terbukti dapat

meningkatkan mutu bibit dan mempercepat pertumbuhan bibit sehingga bibit

dapat ditanam tepat pada waktunya dan dapat beradaptasi dengan mudah terhadap

lingkungan penanaman (Kropp dan Longlois, 1990), meningkatkan penyerapan

unsur hara dan air (Santoso et al. 1989), meningkatkan ketahanan terhadap

kekurangan air (Boyle et al. 1987), memperbaiki struktur tanah (De la Cruz,

1982), dan menghasilkan hormon IAA (Gay dan Debaud, 1987).

Hal ini didukung pula oleh berbagai hasil penelitian yang menunjukkan

adanya peningkatan dan perbaikan pertumbuhan tanaman sete lah diberikan

inokulasi fungi ektomikoriza bila dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak

memiliki simbiosis dengan ektomikoriza (Riniarti, 2002). Oleh karena itu fungi

Page 13: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

13

ektomikoriza mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas

pertumbuhan khususnya pada tumbuhan jenis tengkawang yang sangat

bergantung pada ektomikoriza (Omon, 2008).

Sampai saat ini penelitian yang menyajikan informasi budidaya pohon

penghasil tengkawang untuk memperoleh jenis pohon unggul melalui perlakuan-

perlakuan teknologi budidaya yang tepat mulai dari penyediaan bibit, pemberian

perlakuan dan pemeliharaan di persemaian, teknik penanaman bibit unggul dan

cara pemeliharaannya di lapangan masih sangat terbatas. Dengan demikian perlu

dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan inokulan alami (ektomikoriza) untuk

menghasilkan bibit tengkawang yang berkualitas, melalui pemberian dosis yang

efektif untuk meningkatkan pertumbuhan bibit S. pinanga di persemaian.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa dosis

inokulan alami terhadap pertumbuhan bibit S. pinanga di persemaian.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk penyediaan bibit bermutu

secara generatif di persemaian.

Page 14: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tengkawang

Tengkawang adalah salah satu jenis tumbuhan khas Kalimantan Barat

yang biasanya tumbuh di kawasan hutan, tumbuhan tengkawang termasuk pada

family Dipterocarpaceae (Irwanto, 2011). Dipterocarpaceae adalah kelompok

tumbuhan yang mendominasi hutan hujan tropika. Salah satu genus dari famili

dipterocarpaceae adalah Shorea spp. Genus meranti meliputi sekitar 194 jenis

yang terdiri atas empat kelompok, yaitu meranti merah, meranti putih, meranti

kuning dan meranti balau yang kayunya dapat digunakan untuk berbagai

keperluan seperti bahan konstruksi bangunan, bahan kayu lapis, dan bahan

furniture serta pulp. Beberapa jenis meranti menghasikan biji tengkawang yang

menghasilkan minyak. Keistimewaan minyak tengkawang adalah sifat titik

cairnya yang tinggi, yaitu rata - rata 30°C, sehingga cocok untuk pembuatan

margarine, coklat, sabun, lipstick, obat – obatan lilin dan sebagainya

(Riniarti, 2002)

Pohon tengkawang termasuk dalam golongan kayu kelas tiga yang

umumnya digolongkan sebagai meranti merah, mempunyai ciri khas dengan

pohon yang tinggi dengan diameter besar, mempunyai banyak cabang dan

berdaun rimbun. Tumbuhan ini tidak tiap tahun berbuah, hanya berbuah sekali

dalam periode antara 3-7 tahun yang terjadi sekitar bulan Juni – Agustus

(Irwanto, 2011).

Page 15: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

15

Al Rasyid dkk. (1991) menyatakan bahwa kayu dari jenis-jenis

dipterokarpa sangat terkenal dan mempunyai nila i perdagangan yang cukup

tinggi, dimanfaatkan sebagai bahan baku lemak nabati, lipstik dan obat-obatan.

Hasil ikutan lainnya juga sangat terkenal misalnya buahnya, yang terkenal dengan

nama buah tengkawang, seperti Shorea macrophylla (tengkawang katuko), S.

macroptera (tengkawang jantung), S. palembanica (tengkawang majau), S.

stenoptera (tengkawang lelon) dan kelompok tengkawang lainnya yang

jumlahnya tidak kurang dari 13 jenis ada di Indonesia.

1. Sistematika

Wikipidia (2011), berdasarkan ensiklopedia Indonesia klasifikasi

tengkawang S. pinanga adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembulu)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Famili : Dipterocarpaceae

Genus : Shorea

Spesies : Shorea pinanga

Page 16: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

16

2. Morfologi

S. pinanga Scheff, tingginya dapat mencapai 23,5 m, batang bebas cabang

tinggi, tumbuh baik pada punggung-punggung bukit (Soeprijadi dkk. 2008).

Nama daerah dari S. pinanga adalah Brunai : kawang, meranti langgai bukit ;

Indonesia : awang boi (Kalimantan Selatan bagian timur), tengkawang biasa,

tengkawang rambai (Kalimantan Barat) ; Malaysia : kawang pinang (sabah),

meranti langgai bukit (Serawak). Pohon berukuran sedang hingga besar, banir

kecil dengan tinggi 1,5 meter, daun jorong hingga bulat telur menyempit, benang

sari 15, kepala sari seperti bola memanjang (Riniarti, 2002).

3. Penyebaran

Penyebaran tumbuhan tengkawang ada lah kawasan Asia

Tenggara ya itu Thailand, Malaysia, Indonesia. Indonesia, terdapat 13 jenis

pohon penghasil tengkawang, di mana 10 jenis di antaranya terdapat di

Kalimantan dan 3 jenis lainnya di Sumatera. Adapun jenis yang biasanya tumbuh

di daerah Kalimantan Barat adalah jenis tengkawang tungkul yang biasanya

disebut meranti merah dengan nama latin Shorea stenoptera (Irwanto, 2011).

Produksi tengkawang yang produktif sebesar 100-250 kg biji

kering/pohon/ tahun. Kerapatan pohon per ha yang mencapai 150 pohon dengan

asumsi harga tengkawang sebesar Rp.2.000,00/kg, maka akan memberikan

pendapatan kotor setiap tahun sebesar Rp. 30.000.000,00 s/d Rp.75.000.000,00

(Sumarhani, 2007).

Page 17: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

17

Melalui Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.35/Menhut-II/2007 telah

ditetapkan 558 komoditas HHBK baik nabati maupun hewani yang menjadi

urusan kehutanan. Salah satu HHBK yang menjadi andalan di Pulau Kalimantan

adalah biji tengkawang sebagai bahan baku lemak nabati (Suharisno, 2009).

B. Mikoriza

1. Definisi dan Pembagian Mikoriza

Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara cendawan di tanah dan

akar tumbuhan. Kata mikoriza berasal dari kata mykes yang berarti cendawan dan

Rhiza yang berarti akar, cendawan dan mikoriza membentuk hubungan antara

tumbuhan inang yang menerima hara mineral dengan cendawan yang menerima

senyawa karbon hasil fotosisntesis (Harijoko dkk. 2006).

Berdasarkan struktur dan cara infeksinya terhadap tumbuhan inang,

mikoriza dikelompokkan kedalam 3 golongan besar yaitu : ektomikoryza,

endomikoryza dan ektendomikoryza. Endomikoriza lebih dikenal dengan mikoriza

arbuskula. Mikoriza arbuskula dicirikan dengan adanya struktur hifa, arbuskula

dan vesikula. Hifa intraseluler adalah hifa yang menembus kedalam sel korteks

(Gunawan, 1993 dalam Maulidesta, 2005). Ektomikoriza memiliki jaringan hifa

cendawan yang tidak sampai masuk kedalam sel, tapi berkembang diantara sel

kortek akar membentuk "hartig net dan mantel dipermukaan akar ( Dewi, 2007).

Cendawan ektomikoriza membentuk suatu struktur yang disebut mantel yang

membentuk hifa dan mampu menembus kearah dalam antara sel-sel akar untuk

membentuk suatu sistem antar sel yang kompleks (Smith dan Read, 2008).

Page 18: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

18

Beberapa jenis ektomikoriza yang bersimbiosis dengan jenis pohon-

pohonan antara lain Cantharellus sp, Columnare, sp. Dictyosporum, sp.

Simamarianse sp, Sceleroderma spp, Lacaria proxima, L. lacata, Lacaria spp.dan

sebagainya. Jenis-jenis cendawan di atas dapat membentuk badan buah

(Sporocarp) yaitu bagian dari cendawan yang berkembang untuk memproduksi

dan menyebarkan spora pada cuaca yang optimal sehingga keberadaanya pada

suatu tempat dapat diketahui secara kasat mata (Wahyudi, 1999).

Menurut Harijoko dkk. (2006) secara umum terdapat tujuh tipe mikoriza

yang telah dikenal, melibatkan banyak kelompok cendawan dan tanaman inang.

Tipe-tipe asosiasi tersebut antara lain:

1. Mikoriza vesikula-arbuskula

Mikoriza vasikula arbuskula (MVA/VAM) sering disebut endomikoriza.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak semua MVA memiliki vasikula

sehingga muncul sebutan cendawan mikoriza, endomikoriza merupakan asosiasi

dari cendawan Zygomycetes anggota glomales yang menghasilkan arbuskula, hifa

dan vesikula di dalam akar, spora dibentuk ditanah dan akar.

2. Ektomikoriza

Ektomikoriza sering disebut Mikoriza Ekto (ME), merupakan asosiasi dari

cendawan Basidiomycetes dan lainnya yang membentuk bengkalan pada akar

lateral pendek yang diselubungi oleh mantel hifa.

Page 19: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

19

3. Ektendomikoriza

Ektendomikoriza merupakan suatu bentuk intermediate antara

ektomikoriza dan endomikoriza. Mikola (1965) dan Laiho (1976) memberikan

ciri-ciri ektendomikoriza sebagai berikut:

Adanya selubung tipis berupa jaring hartig

Terdapat hifa tebal intraseluler yang menggelembung

Kadang-kadang selubung tersebut hilang

Hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteksnya.

4. Arbutroid

Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza karakteristiknya, sering ditemukan

pada tanaman Ericales.

5. Monotroid

Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza karakteristiknya, sering ditemukan

pada tanaman monotropaceae.

6. Ericoid

Asosiasi ini memiliki gulungan hifa di sel bagian dalam dari “akar

rambut” sempit tanaman ordo Ericales. Asosiasi ini juga ditemukan pada akar

tebal anggota Epacridaceae.

7. Orchid

Memiliki hifa koil di dalam akar atau batang tanaman famili Orchidaceae.

Semai anggrek muda dan beberapa tanaman dewasa yang kehilangan klorofilnya,

semuanya tergantung pada cendawan mikoriza untuk kelangsungan hidupnya.

Page 20: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

20

2. Peran Mikoriza

Siddiqui dan Pichtel (2008) menjelaskan bahwa pembentukan simbiosis

mikoriza dengan tanaman, memberikan efek penting dalam pertumbuhan,

ketahanan terhadap penyakit dan kualitas tanah. Jenis mikoriza yang paling

banyak dan penyebarannya luas adalah endomikoriza dan ektomikoriza.

Peranan penting fungi mikoriza dalam pertumbuhan tanaman adalah

kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu

akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat

dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Dewi, 2007). Inokulasi fungi mikoriza

mampu meningkatkan penyerapan berbagai unsur hara yang cukup untuk

digunakan sebagai penyusun karbohidrat dalam proses fotosintesis. Karbohidrat

yang dihasilkan dalam fotosintesis dalam jumlah yang cukup juga menyebabkan

aktivitas pembelahan dan penebalan sel-sel jaringan tumbuhan dalam proses

diferensiasi menjadi lebih cepat. Hal ini menyebabkan pertumbuhan kambium

berjalan lebih cepat, yang tampak dalam pertambahan diameter batang tumbuhan

(Agustina (1990) dalam Nirwana, 2006).

Serapan hara yang terdapat pada inokulan berupa Mg, Mn, Cl. Unsur Mg

berperan sebagai penyusun klorofil, unsur Mn berperan sebagai elemen struktural

kloroplas, sedangkan Cl berpengaruh terhadap evolusi O2 di dalam kloroplas.

Keberadaan unsur ini dapat mempercepat pembentukan daun pada tumbuhan,

jumlah daun pada tiap tumbuhan menunjukkan intensitas pertumbuhan (Setiadi

(2006) dalam Rossiana (2010).

Page 21: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

21

Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam

tanah, dan segera diubah menjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat

kemudian dipindahkan ke dalam hifa dan dipecah menjadi fosfat organik yang

dapat diserap oleh sel tumbuhan secara tidak langsung (Dewi, 2007). Penggunaan

pupuk fosfat dan inokulasi mikoriza sangat penting dalam penanaman jenis-jenis

dipterokarpa. Adanya mikoriza meningkatkan kualitas tanah, khususnya pada

unsur fosfat tersedia, total Zn dan Cu total (Suhardi dkk. 2006)

Mikoriza juga bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan dan pelindung

fisik yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus penyakit (patogen), sebab

jamur ini mampu membuat bahan antibotik untuk melawan penyakit (Hardiatmi,

2008). Ditambahkan oleh Fakuara (1994) dalam Zuliana (2008), fungi pembentuk

mikoriza mempunyai dan mengeluarkan antibiotik. Hal ini dimaksudkan untuk

mempertahankan atau melindungi diri agar mikroorganisme lain tidak dapat

berkembang. Pada gilirannya akar berstruktur mikoriza mempunyai kemampuan

mengeluarkan antibiotik tersebut sehingga tahan terhadap serangan patogen akar.

Tumbuhan yang diinokulasi dengan fungi mikoriza umumnya memiliki

sistem perakaran yang lebih luas, karena hifa fungi lebih panjang dan dapat

menyebar secara cepat di dalam tanah sehingga menjadi penting untuk

mengoptimalkan fungsi akar, fungi mikoriza telah lama mendapat perhatian

(sekitar 400 juta tahun), fungi mikoriza pada tanah mencapai panjang beberapa

mil, sehingga sangat bermanfaat untuk efisiensi penyerapan nutrisi tidak larut

(terutama unsur fosfor dan nitrogen) dan air, mengurangi resiko serangan patogen

tumbuhan yang menyerang perakaran sehingga mencapai superioritas

Page 22: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

22

pertumbuhan dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim seperti

kekeringan (Setiadi (1992) dalam Zuliana, 2008).

Pemberian inokulan mikoriza ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman di persemaian bahkan setelah ditanam di lapangan. Hal ini diharapkan

bahwa dengan pemberian mikoriza bagi tumbuhan jenis Hutan Tanaman Industri,

akan dapat membantu meningkatkan keberhasilan pembangunan HTI dan

pembangunan hutan lainnya (Hardiatmi, 2008).

C. Bibit dan Persemaian

Bibit adalah tumbuhan muda dan bagiannya digunakan untuk

memperbanyak dan mengembangkan tumbuhan yang berasal dari bahan generatif

(benih) atau bahan vegetatif , seharusnya mempertimbangkan ketersediaan bibit

yang berkualitas dalam jumlah cukup dan waktu yang tepat. Untuk memperoleh

bibit yang berkualitas diperlukan kriteria-kriteria sebagai acuan pengada dan

pengedar dalam memproduksi bibit (Harijoko, dkk. 2006).

Anakan alam (wildling) sering dijadikan alternatif untuk menyediakan

bibit, apabila ketersediaannya di lapangan masih melimpah, cara ini mempunyai

kelebihan yaitu: mudahnya mendapatkan anakan dan waktu yang dibutuhkan

untuk mempersiapkan bibit lebih singkat dibandingkan dengan yang dari biji.

Kelemahan bibit dari anakan alam adalah kualitas bibit lebih rendah, terutama

dalam hal daya tahan hidup (survival) di lapangan (Wibisono dan Labueni, 2005).

Aplikasi penelitian teknik silvikultur intensif pohon penghasil tengkawang

dikaitkan dengan 3 elemen silvikultur yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu : 1)

bagaimana memperoleh bibit unggul dari biji/buah/anakan dari pohon induk yang

Page 23: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

23

diduga potensial; 2) manipulasi lingkungan melalui pola penanaman gap jalur dan

lingkaran dan 3) pengendalian hama penyakit terpadu (Soekotjo, 2009).

Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal dari kegiatan

penanaman hutan, karena itu sangat penting dan merupakan kunci untuk

mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih di lapangan dapat

dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti

harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara

langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut

berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih

besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogiyanya

disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari

persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian

tersebut sudah kuat (siap ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi

semai antara 20-30 cm atau umur semai 8 – 10 bulan (Pelupessy, L, 2007).

Faktor penting yang berpengaruh pada penyediaan bibit yang bermutu

adalah sumber bibit yang unggul dan teknik propagasi yang mapan. Kekurangan

unsur hara dan mineral pada tanaman akan menghambat pertumbuhan bibit.

Untuk memacu pertumbuhan pohon di persemaian dan di lapangan, diperlukan

pengetahuan mengenai kondisi biologi, lingkungan di sekitar perakaran beserta

interaksi bio-geokimia dalam proses penyerapan unsur hara oleh tumbuhan. Untuk

itu perlu diterapkan teknologi yang tepat agar dapat diperoleh tumbuhan yang

berkualitas, efisien biaya dan tidak merusak lingkungan (Pidjath, 2006).

Page 24: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga Desember 2011,

di rumah kaca (Green House), Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda

Provinsi Kalimantan Timur.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mistar, sarlon,

tali nilon, meteran, kaliper, mikroskop, timbangan digital, kamera digital.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan

generatif (anakan alam hasil cabutan) dari pohon yang memproduksi buah

yaitu S. pinanga , tanah/ top soil, polybag ukuran (20 x 30) cm dan tanah di

bawah pohon induk sebagai media bibit.

C. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Inokulan Alami dan Cabutan di Lapangan

a. Menyiapkan peralatan seperti: sekop kecil, kantong plastik, pisau, dan

cangkul

b. Pengambilan inokulan alami disekitar akar halus dengan menggunakan

sekop/cangkul dengan kedalaman 10 – 15 cm. Inokulan alami diambil lalu

dimasukka ke dalam kantong plastik.

c. Pada saat pengambilan cabutan, dilakukan pengukuran terhadap suhu,

kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Hal ini dilakukan guna

mengetahui faktor- faktor mikro yang mempengaruhi pertumbuhan

inokulan (ektomikoriza).

Page 25: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

25

2. Penyiapan bibit dan Inokulasi Mikoriza

Anakan hasil cabutan yang diambil di lapangan disemai ke dalam polybag

dengan 5 (Lima) perlakuan inokulan yaitu :

1. Media tanam tanpa inokulan (kontrol)

2. Media tanam + 5 gram inokulan

3. Media tanam + 10 gram inokulan

4. Media tanam + 15 gram inokulan

5. Media tanam + 20 gram inokulan

3. Pemeliharaan semai

Pemeliharaan dilakukan secara rutin meliputi: penyiraman, penyiangan,

pembukaan naungan/sarlon sesuai dengan kebutuhan sinar matahari bagi

pertumbuhan bibit, dan lain- lain.

4. Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dan pengukuran bibit dilakukan setiap 2 minggu sekali

selama 3 bulan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi bibit

(cm), diameter bibit (mm), jumlah daun, dan jumlah cabang yang muncul.

a. Pengukuran tinggi bibit

Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan menggunakan mistar diukur

mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh teratas selama 3 bulan. Pengukuran

dilakukan terhadap semua unit percobaan.

Page 26: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

26

a. Pengukuran diameter batang bibit

Pengukuran diameter batang menggunakan kaliper, pengukuran dilakukan

terhadap semua unit percobaan.

b. Pengamatan pertambahan jumlah daun

Pengamatan dilakukan terhadap semua unit percobaan

c. Pengamatan pertambahan jumlah cabang

Pengamatan dilakukan terhadap semua unit percobaan. Adapun skema

kerja pemberian dosis inokulan alami (ektomikoriza) pada semai S. pinanga

disajikan pada lampiran 1.

D. Pengolahan data

a. Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian dengan menggunakan metode Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan perlakuan media tanam sebanyak 5 perlakuan setiap

perlakuan diulang sebanyak 20 kali, sehingga total unit percobaan sebanyak 100

unit.

b. Data primer

1) Seleksi bibit terbaik dari S. pinanga di persemaian.

2) Pengukuran parameter lingkungan tempat pengambilan anakan/cabutan

(iklim mikro) tanaman (pohon induk) yaitu suhu, kelembaban dan

intensitas cahaya disajikan pada lampiran 2b. Dan karakter pohon induk

S. pinanga disajikan pada lampiran 2a.

3) Pengukuran suhu dan kelembaban di persemaian, yang dilakukan sampai

akhir penelitian disajikan pada lampiran 5e.

Page 27: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

27

4) Lingkungan profil dan deskriptif profil tempat pengambilan cabutan/

bibit S. pinanga Labanan disajikan pada lampiran 3 dan 4.

c. Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh beberapa perlakuan terhadap pertambahan

tinggi, diameter, cabang baru dan jumlah daun baru dilakukan uji sidik ragam

Anova, kemudian dilakukan uji lanjut BNJ. Tabel hasil data pengukuran dan

pengamatan terhadap bibit S. pinanga yang digunakan dalam analisis ini,

disajikan pada Lampiran 8, bibit yang hidup pada setiap perlakuan masing-

masing P0 (5 ulangan), P5 (10 ulangan), P10 (16 ulangan), P15 (19 ulangan) dan

P20 (15 ulangan). Rumus uji lanjut BNJ untuk ulangan yang tidak sama adalah

sebagai berikut:

𝐵𝑁𝐽𝛼 = q(α, p, dbgalat). 1

2𝐾𝑇𝐺(

1

𝑛1+

1

𝑛2)

Keterangan:

α = taraf nyata 5%

p = jumlah perlakuan

db galat = derajat bebas galat

KTG = kuadrat tengah galat

𝑛1 = jumlah ulangan perlakuan 1

𝑛2 = jumlah ulangan perlakuan 2

Page 28: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertambahan Tinggi Semai S. pinanga

Berdasarkan hasil analisis varian (anova) menunjukkan, bahwa faktor

dosis inokulan alami berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap pertambahan

tinggi semai S. pinanga (Lampiran 5a). Uji lanjutan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

yang diperoleh, disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji BNJ Terhadap Nilai Rata-Rata Pertambahan Tinggi Semai S. pinanga Setiap Perlakuan Pada Umur 3 (Tiga) Bulan.

Perlakuan Rata-rata pertambahan

tinggi (cm) Keterangan

P20 2,4 a

P0 3,3 ab

P5 3,8 abc

P10 4,4 bcd

P15 4,8 cd Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.

Perbedaan respon rata-rata pertambahan tinggi dari kelima perlakuan

inokulan alami semai S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih jelas dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram rata-rata pertambahan tinggi semai S. pinanga

berumur 3 (tiga) bulan.

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Rat

a-ra

ta p

ert

amb

ahan

tin

ggi

tan

aman

(cm

)

Perlakuan

P0

P5

P10

P15

P20

Page 29: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

29

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan P10 dan P15 berbeda tidak nyata

dengan rerata pertambahan tinggi sebesar 4,4 cm dan 4,8 cm kedua perlakuan

tersebut berbeda nyata dengan perlakuan P0, P5, dan P20 dengan rerata

pertambahan tinggi P0 (3,3 cm), P5(3,8 cm) dan P20( 2,4 cm).

Pada Gambar 1 terlihat bahwa respon pertambahan tinggi semai yang

terbaik dengan adanya pemberian inokulan alami adalah dosis 15 gram,

sedangkan pada dosis 20 gram rata-rata tinggi tanaman mulai menurun. Hal

tersebut disebabkan karena pada pemberian dosis inokulan lebih dari 15 gram

diduga dapat menurunkan serapan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat. Hal ini sesuai pendapat (Musfal, 2010) yang

menyatakan bahwa pemberian inokulan (mikoriza) lebih dari 15 gram akan

menurunkan serapan P. Penurunan serapan P pada pemberian mikoriza dosis

tinggi diduga berkaitan dengan kompetisi inokulan itu sendiri dalam menginfeksi

akar dan kemampuan akar untuk menyerap P yang ada dalam larutan tanah.

Unsur-unsur yang berguna dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi

tanaman, seperti P, Cu, dan Zn yang terkandung dalam inokulan alami dapat

diserap dengan baik oleh tanaman dengan bantuan mikoriza (fungi) yang

diinokulasikan pada media pada dosis 15 gram, ini dibuktikan dengan adanya

kolonisasi hifa dan spora pada akar semai S. pinanga yang disajikan pada

lampiran 7a. Fungi Mikoriza menginfeksi akar tanaman kemudian memproduksi

jalinan hifa secara intensif, sehingga tanaman yang bermikoriza akan mampu

meningkatkan kapasitasnya dalam penyerapan unsur hara. Unsur-unsur hara yang

diserap tanaman yang terinfeksi fungi mikoriza adalah P dan unsur mikro seperti

Page 30: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

30

Cu, Zn, dan B dapat ditingkatkan penyerapannya pada tanaman yang berasosiasi

dengan mikoriza (Marschner, 1992 ; David dan Nilsen, 2000) dalam Dewi (2007).

Meristem ujung menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau batang

mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang. Tinggi tanaman

merupakan indikator pertumbuhan atau sebagai parameter yang digunakan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan karena sifatnya sensitif terhadap

faktor lingkungan (Gardner dkk. (1991) dalam Suherman dkk. (2009).

Cendawan mikoriza juga menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti

auksin, sitokinin, dan Giberelin (Setiadi, 1989). Secara fisiologi, auksin berfungsi

dalam pemanjangan sel (Prawiranata et al. 1995 dalam Widyati et al. 2002).

Hormon auksin inilah yang diduga dapat meningkatkan pertambahan tinggi

tanaman yang bermikoriza. Hanya dengan menambahkan 50 g inokulum tanah

dari bawah rizosfir jati ke media tanam ternyata mampu meningkatkan

pertumbuhan bibit jati umur 8 minggu pada lima lokasi yang berbeda seperti yang

ditunjukkan oleh inokulan cendawan mikoriza dari Matakidi, Wakuru, Raha,

Sampolawa, dan Ewa dengan nilai masing-masing 147.37%; 143.95%; 142.82%;

134.42%, dan 93,49 %. Peningkatan ini terjadi karena adanya penyerapan unsur

hara pada tanaman yang dibantu oleh cendawan mikoriza (Suraya (2002) dalam

Nova, dkk. 2006).

Salah satu dampak keberadaan cendawan mikoriza pada sistem perakaran

tanaman ialah terjadinya peningkatan serapan hara makro (N, P, K, Ca, Mg) dan

unsur mikro (Fe, Cu, Mn, Zn) (Paul dan Clark, 1989). Inokulasi isolat cendawan

mikoriza pada bibit jati dilaporkan dapat meningkatkan serapan unsur hara N

Page 31: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

31

sebesar 35.2 kali; unsur K sebesar 60 kali; unsur Ca sebesar 38.6%; unsure Mg

sebesar 64.3 kali, Cu sebesar 574 kali, dan Zn sebesar 44 kali lipat jika

dibandingkan dengan kontrol (Suraya (2002) dalam Nova dkk. 2006).

Fosfor merupakan kunci kehidupan. Disebut kunci kehidupan karena P

mendorong pertumbuhan akar. Untuk itu, pada tanaman tingkat semai juga perlu P

dengan dosis yang sesuai untuk merangsang pertumbuhan akar. Tetapi jika

berlebihan akan menyebabkan kekerdilan/pertumbuhan terhambat. Sedangkan

untuk K, karena berperan terhadap 50 enzim penting baik langsung maupun tidak

langsung, maka pemupukan juga mestinya diberikan. Keseimbangan pemberian

dosis hendaknya seimbang, karena dikhawatirkan timbul reaksi saling mengusir

(antagonis) (Karmilasanti dan Andrean, 2011).

B. Pertumbuhan Tinggi Semai S. pinanga

Gambar 2. Grafik rata-rata pertumbuhan tinggi semai S. pinanga

30.0

32.0

34.0

36.0

38.0

40.0

42.0

44.0

0 1 2 3 4 5 6 7

Ra

ta-r

ata

Pertu

mb

uh

an

Tin

gg

i

Sem

ai (c

m)

Pengukuran

P0

P5

P10

P15

P20

Page 32: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

32

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kontrol (P0), P5, P10, dan

P15 pertumbuhan tinggi mulai meningkat pada pengukuran pertama sampai

keenam, sedangkan pada dosis 20 gram (P20) pertumbuhan tinggi tanaman

menurun hal ini disebabkan pada pengukuran kedua beberapa bibit mengalami

mati pucuk dan pada pengukuran ketiga mulai meningkat sampai pengukuran

keenam karna munculnya cabang baru.

C. Pertambahan Diameter Batang Semai S. pinanga

Hasil analisis varian diperoleh menunjukkan faktor perlakuan inokulan

alami tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap pertambahan diameter

batang semai S. pinanga (Lampiran 5b). Hal ini menunjukkan bahwa masing-

masing perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan

diameter tanaman. Oleh karena itu uji perlakuan dosis inokulan alami dengan

menggunakan Uji BNJ pada diameter batang ini tidak perlu dilanjutkan lagi.

Perbedaan respon rata-rata pertambahan diameter dari kelima perlakuan

inokulan alami semai S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih jelas dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Histogram rata-rata pertambahan diameter batang S. pinanga

berumur 3 (tiga) bulan pada perlakuan inokulan alami.

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

Rat

a-ra

ta p

ert

amb

ahan

d

iam

ete

r b

atan

g (m

m)

Perlakuan

P0

P5

P10

P15

P20

Page 33: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

33

Pada gambar 3 terlihat bahwa respon rata-rata pertambahan diameter

relatif sama dari kelima perlakuan, sedangkan rata-rata pertambahan diameter

terbaik pada dosis 15 gram, hal ini diduga pada dosis 15 gram unsur hara yang

diserap dengan bantuan fungi mikoriza pada inokulan alami mencukupi sehingga

mempercepat pertumbuhan kambium. Hal ini sesuai pendapat (Agustina (1990)

dalam Nirwana, 2006) yang menyatakan bahwa, fungi mikoriza (inokulan alami)

juga meningkatkan penyerapan berbagai unsur hara yang cukup untuk digunakan

sebagai penyusun karbohidrat dalam proses fotosintesis. Karbohidrat yang

dihasilkan dalam fotosintesis dalam jumlah yang cukup, menyebabkan aktivitas

pembelahan dan penebalan sel-sel jaringan tanaman dalam proses diferensiasi

menjadi lebih cepat sehingga pertumbuhan kambium berjalan lebih cepat, yang

tampak dalam pertambahan diameter batang tanaman.

D. Pertumbuhan Diameter Semai S. pinanga

Gambar 4. Grafik rata-rata pertumbuhan diameter semai S. Pinanga.

3.00

3.20

3.40

3.60

3.80

4.00

4.20

4.40

0 1 2 3 4 5 6 7

Ra

ta-r

ata

Pertu

mb

uh

an

Dia

mete

r

Sem

ai(

mm

)

Pengukuran

P0

P5

P1

0P1

5

Page 34: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

34

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada kontrol (P0), P5, P10, P15, dan

P20 rata-rata pertumbuhan diameter mengalami peningkatan pada pengukuran

pertama sampai pengukuran keenam, pertumbuhan diameter pada pengukuran

kedua pada perlakuan P15 dan P20 sama, sedangkan pertumbuhan diameter

tertinggi pada pengukuran keenam yaitu perlakuan P15.

E. Pertambahan Jumlah Daun Semai S. pinanga

Berdasarkan hasil analisis varian yang diperoleh, faktor perlakuan

inokulan alami tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap pertambahan

jumlah daun semai S. pinanga (Lampiran 5c), Hal ini menunjukkan bahwa

masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap

pertambahan jumlah daun. Oleh karena itu uji perlakuan dosis inokulan alami

dengan menggunakan Uji BNJ tidak perlu dilanjutkan lagi.

Perbedaan rata-rata pertambahan jumlah daun baru dari kelima perlakuan

inokulan alami semai S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih jelas dilihat

pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram rata-rata pertambahan jumlah daun semai S. pinanga berumur 3 (tiga) bulan pada perlakuan inokulan alami.

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

Ra

ta-r

ata

perta

mb

ah

an

ju

mla

h

da

un

(h

ela

i)

Perlakuan

P0

P5

P10

P15

P20

Page 35: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

35

Pada Gambar 5 terlihat bahwa jumlah daun pada perlakuan 15 gram

nyata lebih tinggi dibandingkan 20 gram, hal ini diduga pada dosis tinggi (20

gram) dapat menurunkan penyerapan unsur hara pembentuk daun khususnya

nitrogen, yang mengakibatkan pembentukan daun terhambat. Sehingga pemberian

inokulan alami 15 gram dianggap dosis standar yang dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan daun secara maksimal.

Karmilasanti dan Andrean, (2011) menjelaskan bahwa pada kondisi di

persemaian bibit jenis S. macrophylla terjadi penurunan jumlah daun diduga

karena adanya daun yang tidak mendapatkan nitrogen larut dari daun tua. Ini

sesuai dengan pendapat Salisbury F (1992) bahwa daun gugur yang ditandai

warna kuning atau kuning kecoklatan, daun muda tetap hijau lebih lama karena

mendapat nitrogen larut dari daun tua.

Fungi mikoriza yang terdapat pada inokulan alami tersebut mampu

meningkatkan serapan hara berupa Mg, Mn, Cl. Unsur Mg berperan sebagai

penyusun klorofil, unsur Mn berperan sebagai elemen struktural kloroplas,

sedangkan Cl berpengaruh terhadap evolusi O2 di dalam kloroplas. Keberadaan

unsur ini dapat mempercepat pembentukan daun pada tanaman, jumlah daun pada

tiap tanaman menunjukkan intensitas pertumbuhan (Setiadi (2006) dalam

Rossiana (2010).

Page 36: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

36

Jenis Legum dengan bintil akar (mikoriza) mempunyai kemampuan

penyerapan N lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Over dosis dengan

pemberian mikoriza akan mengakibatkan tanaman mudah rebah karena sistem

perakaran yang sempit. Sementara jika pemberiannya di bawah optimal akan

menyebabkan naiknya asimilasi amonia dan kadar protein dalam daun, serta

pertumbuhan akan terhambat (Rosmakam dan Yuwono (2002) dalam

Karmilasanti dan Andrean, 2011).

F. Jumlah Daun Semai S. pinanga

Gambar 6. Grafik rata-rata jumlah daun semai S.pinanga

Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa semua perlakuan rata-rata jumlah

daun mulai meningkat pada pengukuran pertama sampai kedua, pada pengukuran

keempat rata-rata jumlah daun mulai menurun yaitu pada dosis P0, P10, dan P20

hal ini disebabkan karena daun mulai berwarna kuning dan gugur sedangkan pada

pada pengukuran kelima mulai meningkat kembali karna munculnya daun baru

yang diduga karna terjadi penyerapan unsur hara pembentuk daun yang cukup

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

0 1 2 3 4 5 6 7

Ra

ta-r

ata

Ju

mla

h D

au

n

Pengukuran

P0

P5

P10

P15

P20

Page 37: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

37

oleh mikoriza dan pada pengukuran kelima sungkup bibit sudah mulai dibuka

sehingga mendapatkan cahaya yang cukup untuk pembentukan daun baru.

Pengukuran keempat pada perlakuan P5 jumlah daun hanya sedikit mengalami

peningkatan sampai pengukuran keenam.

G. Pertambahan Jumlah Cabang Semai S. pinanga

Berdasarkan hasil analisis varian yang diperoleh, faktor perlakuan dosis

inokulan alami berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap jumlah cabang semai

Shorea pinanga (Lampiran 5d), selanjutnya dilakukan uji BNJ terhadap perlakuan

yang berbeda nyata disajikan pada tabel 3.

Tabel 2. Hasil Uji BNJ Rata-Rata pertambahan jumlah cabang semai S. pinanga

berumur 3 (Tiga) Bulan Faktor Perlakuan dosis inokulan alami.

Perlakuan Rata-rata pertambahan

jumlah cabang Keterangan

P0 0,20 a

P5 0,30 ab

P10 0,81 bc

P20 1,05 bcd

P15 1,20 cd Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan inokulasi perlakuan P15 dan P20 berbeda tidak

nyata dan berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa mikoriza, P5 dan P10 (Tabel 3).

Rata-rata jumlah cabang semai S. pinanga yang diinokulasi dosis 15 gram dan 20

gram adalah 1,05 dan 1,20 , nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

dosis 5 gram (0,30), perlakuan 10 (0,81), dan tanpa mikoriza (0,20).

Page 38: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

38

Perbedaan rata-rata pertambahan jumlah cabang baru pada perlakuan dosis

inokulan alami semai S. pinanga pada umur 3 (tiga) bulan dapat lebih jelas dilihat

pada Gambar 7 .

Gambar 7. Histogram rata-rata pertambahan jumlah cabang semai S. pinanga berumur 3 (tiga) bulan pada perlakuan inokulan alami

Pada gambar 7 terlihat bahwa pengaruh inokulan alami terhadap rata-rata

pertambahan cabang baru semakin meningkat dengan bertambahnya dosis

inokulan dari P0 sampai P20, namun pertambahan cabang yang paling banyak

terdapat pada dosis 20 gram, sehingga proses pembentukan cabang dianggap

membutuhkan unsur-unsur hara dengan kadar atau dosis inokulan tertentu.

Hal ini sesuai dengan penelitian Karmilasanti dan Andrean (2011), yang

menyatakan bahwa pengaruh perlakuan inokulan alami terhadap pembentukan

cabang baru pada tengkawang jenis S. macrophylla memberi hasil signifikan pada

dosis tertentu yaitu dosis 15 gram.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Ra

ta-r

ata

perta

mb

ah

an

ju

mla

h

ca

ba

ng

Perlakuan

P0

P5

P10

P15

P20

Page 39: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

39

H. Jumlah Cabang Semai S. pinanga

Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah cabang semai S. Pinanga

Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah cabang pada semua

perlakuan mulai meningkat pada pengukuran pertama sampai kedua. jumlah

cabang perlakuan P0 pada pengukuran kedua sampai pengukuran keenam tidak

mengalami peningkatan, sedangkan P5 tidak mengalami peningkatan pada

pengukuran ketiga dan keempat. Rata-rata jumlah cabang pada P10, P15, dan P20

mulai menurun pada pengukuran keempat hal ini disebabkan karna cabang jatuh

dan kering, namun pada pengukuran kelima mulai meningkat kembali. ini diduga

karna kelembaban dipersemain cukup kondusif terhadap pembentukan cabang

baru. Hal ini sesuai hasil penelitian Karmilasanti dan Andrea (2011) yang

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan cabang

adalah kelembaban yang menunjukan hasil berbeda nyata atau signifikan pada

jenis S.macrophylla.

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

0 1 2 3 4 5 6 7

Ra

ta-r

ata

Ju

mla

h C

ab

an

g

Pengukuran

P0

P5

P10

P15

P20

Page 40: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Perlakuan dosis inokulan alami (ektomikoriza) memberikan pengaruh nyata

terhadap pertambahan tinggi, dan jumlah cabang semai S. pinanga.

2. Perlakuan yang paling efektif dalam meningkatkan pertambahan tinggi,

diameter, dan jumlah daun semai S. pinanga adalah pada dosis 15 gram.

3. Perlakuan yang paling efektif dalam meningkatkan pertambahan jumlah

cabang pada semai S. pinanga adalah pada dosis 20 gram.

B. Saran

1. Untuk penanaman S. pinanga di lapangan sebaiknya menggunakan

ektomikoriza

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan di lapangan untuk mengetahui respon

pertumbuhan bibit S. pinanga yang diberikan perlakuan inokulan alami selama

6 bulan dengan metode inokulasi yang berbeda

Page 41: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

41

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid H, Marfuah, Wijayakusumah H, Hendarsyah D. 1991. Vedemikum dipterocarpaceae. Jakarta. Badang Litbang Kehutanan.

Anggraeni, I. M.D. Wiharta dan Masano. 1995. Tengkawang Dalam Pohon kehidupan. Bogor. Yayasan Prosea Indonesia.

Irwanto. 2011. Kajian terhadap jenis, kegunaan dan konservasi tumbuhan tengkawang dari perspekti sosial budaya masyarakat di Provinsi

kalimantan barat. http://www. Makalah UTS.html. (16 juni 2011)

Wikipidia. 2011. Klasifikasi tengkawang . http://www.plantamor.com. html. (24

agustus 2011)

Darwo dan Sugiarti. 2008. Pengaruh dosis serbuk spora cendawan Scleroderma citrinium person dan komposisi media terhadap pertumbuhan tusam di persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol V No.5.

Dewi,R.I. 2007. Peran Prospek dan Kendala dalam Pemanfaatan Endomikoriza.

Bandung. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Hardiatmi, S. 2008. Pemanfaatan Jasad Renik Mikoriza untuk Memacu

Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal Inovasi Pertanian Vol 7, No 1.

Harijoko, Sumarjo, Iman Budiman, Eman Suherman, dan Tocin. 2006. Booklet

Teknik Produksi Bibit Bermikoriza. Sumedang. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.

Karmilasanti dan Andrean, F. 2011. Silvikultur intensif jenis Dipterokarpa. Laporan hasil penelitian. Samarinda. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa.

Maulidesta, N. 2005. Efek Pemberian Mikoriza dan Pembenah Tanah Terhadap Produksi Leguminosa Pada Media Tailing Liat dari Pasca Penambangan

Timah. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.Fakutas Peternakan. IPB.

Musfal, 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk meningkatkan hasil tanaman jagung. Jurnal Litbang Pertanian 29(4).

Nirwana, 2006. Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap Pertumbuhan Semai Bitti Vitex cofassus Reinw. Makassar. Universitas

Hasanuddin.

Nova H, Mansur I, dan Wilarso S. 2006. Pemanfaatan tanah dari bawah tegakan

jati muna di Sulawesi Tenggara sebagai sumber inokulan cendawan mikoriza. Jurnal Pascasarjana. Vol 29 No1.

Page 42: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

42

Omon, M. 2008. Pengaruh dosis tablet mikoriza terhadap pertumbuhan dua jenis

meranti merah asal benih dan stek di HPH PT. ITCIKU, Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Info Hutan Vol V No.4.

Pelupessy . 2007. Teknik persemaian. Maluku. Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.

Pidjath, C. 2006. Kualitas bibit Acacia crassicarpa A. Cunn.ex. Bnth hasil sinergi bio – organik dengan cendawan mikoriza arbuskula di ulrisol. Tesis Pasca

Sarjana. Bogor. IPB.

Riniarti, M. 2002. Perkembangan kolonisasi ektomikoriza dan pertumbuhan semai

dipterocarpaceae dengan pemberian asam oksalat dan asam humat serta inokulasi ektomikoriza. Tesis Pasca Sarjana. IPB.

Rossiana, N., 2010. Penurunan kandungan logam berat dan pertumbuhan

tanaman sengon Paraserianthes falcataria L (Nielsen). Bandung.

Universitas Padjadjaran.

Siddiqui, Z. A. dan Pichtel, J. 2008. Mycorrhizae sustainable agriculture and forestry. Jepang. Springer Tokyo.

Smith dan Read. 2008. Mycorrhizal symbiosis. New york. Academic Press is an imprint of Elsevier.

Soekotjo. 2009. Teknik silvikultur intensif (SILIN). Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Soeprijadi D, Sukirno DP, Adriyanti D, Adriana, Nurjanto H, dan Indrioko S.

2008. Butir-butir harapan dari meranti. Jakarta. Direktorat Bina Pengembangan Hutan Alam, Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departeme Kehutanan.

Suhardi, Faridah E, Iskandar E, Rahayu S. 2006. Mycorrihizal formation and

growth of shorea leprosula in bukit suharto after using charcoal and rockphosphate. Plantation Technology in Tropical Forest Science. Springer-Verlag, Tokyo Jepang.

Suharisno. 2009. Grand strategy pengembangan hasil hutan bukan kayu nasional. Jakarta. Ditjen RLPS.

Suherman, C. Nuraini A, dan Rosniawati S. 2009. Pemanfaatan Cendawan

Mikoriza Arbuskular (CMA) Serta Media Campuran Subsoil dan Kompos

pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guieensis) Kultivar Sungai Pancur 2

(SP2).http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/pemanfaatan_

cendawan_mikroriza_arbuskular_serta_media_campuran_subsoil.pdf.html

(9 Januari 2011).

Page 43: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

43

Sumarhani. 2007. Pemanfaatan dan konservasi jenis meranti merah penghasil biji

tengkawang (Shorea stenoptera dan Shorea pinanga). Jurnal Info Hutan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Vol.IV No.2

Wahyudi. 1999. Teknik inokulasi mikoriza untuk memacu pertumbuhan semai meranti merah (Shorea leprosul Miq) di persemaian yang berdekatan

dengan hutan alam dipterocarpaceae PT. Gunung Meranti. Banjarmasin. Buletin Kehutanan No 40/1999.

Wahyudi dan Panjaitan S. 2009. Pengaruh aplikasi ektomikoriza terhadap pertumbuhan semai tengkawang (Shorea stenoptera burk) di persemaian. http://www.bsn.or.id/files/348256349/Litbang/2009.pdf.(3 september

2011).

Wibisono, C. T. I. Dan Labueni,S. 2005. Panduan rehabilitasi dan teknik silvikultur di lahan gambut. Bogor.Wetlands International.

Zuliana. 2008. Studi keberadaan ektomikoriza di bawah tegakan Shorea spp di kawasan bukit siling bangai hutan lindung gunung belungai Desa Lumut

Kecamatan Toba Kabupaten Sanggau. Skripsi. Pontianak. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura.

Page 44: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

44

LAMPIRAN

Page 45: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

45

Penyediaan Bibit (Anakan)

Penularan Secara Alami

Pembuatan lubang inokulan pada

polybag

Penanaman Bibit (Anakan)

Pemeliharaan di Persemaian

Pengamatan dan Pengukuran

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Inokulasi inokulan alami

(mikoriza)

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skema kerja Inokulan Alami terhadap semai S. pinanga

Page 46: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

46

Lampiran 2

a. Karakter Pohon Induk

Jenis Lokasi Diameter

pohon (cm)

Tbc

(m)

Diameter

tajuk (m)

Kelas

kelerengan

Shorea

Pinanga

Plot strek

KHDTK Labanan

103,1 23,5 19,7 8 – 15%

b. Iklim Mikro Tempat Pengambilan Cabutan/Anakan

Shorea pinanga labanan

Suhu (0C) 24.0

Kelembaban udara

(%) 82.5

Intensitas cahaya (lux)

235.5

c. Hasil analisis mikrobiologi kandungan mikroba

Kode sampel

Sumber sampel

Kandungan bakteri (jumlah koloni/CFU tiap gram sampel) rerata dari 3 ulangan

Fungi Bakteri penambat

nitrogen/Rhizobium

Bakteri pelarut

fosfat

SP Shorea pinanga Labanan

1,10 x 106 5,50 x 105 8,00 x 105

Page 47: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

47

Lampiran 3. Lingkungan profil jenis Shorea Pinanga Labanan

1 Lokasi profil Plot strek (P3S1)

2 Bentuk bentang lahan Berbukit

3 Topografi sekitar Cukup curam

4 Kelas lereng < 30%

5 Panjang lereng ±120 meter

6 Vegetasi sekitar Hutan sekunder tua

7 Penggunaan lahan Hutan penelitian

8 Posisi profil Lereng bawah

9 Kedalaman tanah efektif 100 cm

10 Drainase permukaan Lancar (baik)

11 Kondisi kelembaban tanah Lembab

12 Kedalaman air tanah >100 cm

13 Batuan permukaan Tidak ada

14 Erosi Rendah

15 Banjir Tidak ada

16 Pengaruh manusia Ada (berburu)

Page 48: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

48

Lampiran 4. Deskripsi profil jenis Shorea pinanga Labanan :

1 Horison O dan A

2 Kedalaman/ketebalan (cm) O: 1,2 cm A:45cm

3 Batasan

Kejelasan horison O dan A: jelas

Topografi horison O dan A :

bergelombang

4 Kelas tekstur O : -

A : Agak kasar (lempung berpasir)

5 Struktur tingkat kemantapan O dan A : butir tunggal, tidak beragregat,

dan tidak berkohesi

6 Tipe struktur

O dan A : kersai/butiran berbentuk seperti

bola relatif non porous

7 Ukuran diameter struktur O dan A : besar (5-10 mm)

8 Konsistensi O dan A : Gembur

9 Perakaran

O : 1,0 – 5,0 per satuan luas

A : > 5,0 persatuan luas

10 Jumlah pori-pori O dan A : sedang

11 Diameter pori O dan A : halus,1-2 mm

12 Batuan induk Tidak ada

Page 49: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

49

Lampiran 5

a. Tabel Analisis Varian Tinggi Semai Shorea pinanga

Sumber keragaman

db JK KT F hitung F tabel 5%

Perlakuan 4 54,885 13,721 5,99*

2,53

Galat 60 137,355 2,289

Total 64 192,24

Keterangan :*= Berbeda nyata pada taraf uji 5%. b. Tabel Analisis Varian Diameter Batang Semai Shorea pinanga

Sumber keragaman

db JK KT F hitung F tabel 5%

Perlakuan 4 0,164 0,041 0,57𝑡𝑛 2,53

Galat 60 4,331 0,072

Total 64 4,495

Keterangan: 𝑡𝑛 = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

c. Tabel Analisis Varian Jumlah Daun Semai Shorea pinanga

Sumber

keragaman

db JK KT F hitung F tabel

5%

Perlakuan 4 499,78 5,807 2,35𝑡𝑛 2,53

Galat 60 148,22 2,470

Total 64 171,45

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

d. Tabel Analisis Varian Jumlah Cabang Semai Shorea pinanga

Sumber keragaman

db JK KT F hitung F tabel 5%

Perlakuan 4 7,777 1,944 2,73∗ 2,53

Galat 60 42,685 0,711

Total 64 50,462

Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%.

e. Rata-rata suhu dan kelembaban di persemaian selama 3 bulan yang diukur per

2 hari

Suhu (C°) 30,5

Kelembaban(%) 92,4

Page 50: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

50

Lampiran 6. Dokumentasi

Pengukuran diameter pada pohon induk dan pencabutan bibit

Pengambilan inokulan alami (ektomikoriza) di bawah pohon induk dan

pemeriksaan hifa pada cabutan Shorea pinanga

Page 51: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

51

. Packing Cabutan Shorea pinanga

d. Daun baru semai Shorea pinanga

Page 52: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

52

Pembuatan lubang inokulan Sungkup semai Shorea pinanga

Pengukuran pertambahan diameter dan pertambahan tinggi semai Shorea pinanga

Page 53: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

53

Lampiran 7. Kolonisasi inokulan alami

a. Ektomikoriza pada semai Shorea pinanga

A. Akar yang terinfeksi hifa (perbesaran 270x)

B. Akar yang terinfeksi spora (perbesaran 205x)

C. Kolonisasi hifa pada akar tanaman Shorea pinanga perbesaran 270x

A B

Hifa

Spora

Page 54: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

54

b. Sampel fungi Shorea pinanga pada analisis mikrobiologi

c. Gambar mikroskopik koloni fungi dari sampel SPL perbesaran 100x

Page 55: PENGARUH DOSIS INOKULAN ALAMI (EKTOMIKORIZA) …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan

55