15
PENDAHULUAN Para manajer secara rutin membuat pilihan- pilihan akuntansi yang mempengaruhi earnings (laba) dan tidak semua pilihan tersebut bertentangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Tindakan tidak etis dalam membuat pilihan akuntansi yang memiliki intensi menyesatkan stakeholders telah sering dipertanyakan. Penelitian ini dimotivasi karena banyak kerugian yang diderita investor akibat pilihan manajemen yang terdorong untuk melakukan praktik-praktik akuntansi yang Pengaruh Ideologi Etis, Personal Benefit dan Komitmen Profesional Terhadap Perilaku Manajemen Laba: Sebuah Studi Eksperimen IETJE NAZARUDDIN Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183, Telp +274 387656, D.I. Yogyakarta, Indonesia * Corresponding Author, E_mail:[email protected] ABSTRACT This study aims to investigate factors that influence earnings management behavior, namely: individual ethical ideology, professional commitment on earnings management policies and personal benefits. The samples used are 261 graduate students in Indonesia as a proxy for managers and accountants. Validity and reliability testing performed before hypothesis testing using structural equation models. The results showed support for the hypothesis. Personal benefits negative effect on professional commitment and ethical ideology. Professional commitment reduce support for the practice of earnings management, as well as ethical ideology on earnings management behavior Keywords: Earnings Management; Professional Commitment; Ethical Ideology; Personal Benefit. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen laba, terdiri dari; ideologi etis, komitmen professional atas kebijakan manajemen laba dan personal benefit. Sampel yang digunakan sebanya 261 mahasiswa pasca sarjana di Indonesia sebagai proksi manajer dan akuntan. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum uji hipotesa dengan menggunakan structural equation model. Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap hipotesis. Personal benefit berpengaruh negatif terhadap komitmen profesional dan ideologi etis. Komitmen profesional menurunkan dukungan pada praktik manajemen laba, begitu pula dengan ideologi etis terhadap perilaku manajemen laba Kata Kunci: Manajemen Laba; Komitmen Profesional; Ideologi Etis; Personal Benefit. dipertanyakan seperti earnings management (manajemen laba). The National Commission on Fraudulent Financial Reporting (1987) menyimpulkan bahwa keputusan melakukan earnings management cenderung dilakukan sebagai upaya untuk menyesatkan stake-holders. Tidak semua perusahaan melakukan earnings management, tetapi perilaku mana-jemen makin meningkat sehingga merupakan hal penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong para manajer melakukan earnings management.

Pengaruh Ideologi Etis, Personal Benefit dan Komitmen

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUANPara manajer secara rutin membuat pilihan-

pilihan akuntansi yang mempengaruhi earnings(laba) dan tidak semua pilihan tersebutbertentangan dengan prinsip akuntansi berterimaumum. Tindakan tidak etis dalam membuatpilihan akuntansi yang memiliki intensimenyesatkan stakeholders telah seringdipertanyakan. Penelitian ini dimotivasi karenabanyak kerugian yang diderita investor akibatpilihan manajemen yang terdorong untukmelakukan praktik-praktik akuntansi yang

Pengaruh Ideologi Etis, Personal Benefit dan KomitmenProfesional Terhadap Perilaku Manajemen Laba:

Sebuah Studi Eksperimen

IETJE NAZARUDDINProgram Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183, Telp +274 387656, D.I. Yogyakarta, Indonesia* Corresponding Author, E_mail:[email protected]

ABSTRACTThis study aims to investigate factors that influence earnings management behavior, namely: individual ethical ideology, professional commitmenton earnings management policies and personal benefits. The samples used are 261 graduate students in Indonesia as a proxy for managers andaccountants. Validity and reliability testing performed before hypothesis testing using structural equation models. The results showed support forthe hypothesis. Personal benefits negative effect on professional commitment and ethical ideology. Professional commitment reduce support forthe practice of earnings management, as well as ethical ideology on earnings management behaviorKeywords: Earnings Management; Professional Commitment; Ethical Ideology; Personal Benefit.

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen laba, terdiri dari; ideologi etis, komitmenprofessional atas kebijakan manajemen laba dan personal benefit. Sampel yang digunakan sebanya 261 mahasiswa pasca sarjana di Indonesiasebagai proksi manajer dan akuntan. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum uji hipotesa dengan menggunakan structural equationmodel. Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap hipotesis. Personal benefit berpengaruh negatif terhadap komitmen profesional danideologi etis. Komitmen profesional menurunkan dukungan pada praktik manajemen laba, begitu pula dengan ideologi etis terhadap perilakumanajemen labaKata Kunci: Manajemen Laba; Komitmen Profesional; Ideologi Etis; Personal Benefit.

dipertanyakan seperti earnings management(manajemen laba). The National Commission onFraudulent Financial Reporting (1987)menyimpulkan bahwa keputusan melakukanearnings management cenderung dilakukan sebagaiupaya untuk menyesatkan stake-holders.

Tidak semua perusahaan melakukan earningsmanagement, tetapi perilaku mana-jemen makinmeningkat sehingga merupakan hal penting untukmengetahui faktor-faktor yang mendorong paramanajer melakukan earnings management.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 107

Kebijakan akuntansi yang menyesatkan danmerugikan stake-holders dapat dipertimbangkansebagai suatu tindakan tidak etis. Para regulatordan organisasi profesi menetapkan praktik-praktikakuntansi yang dapat diterima dan memper-timbangkan praktik-praktik akuntansi yangselayaknya tidap boleh dilakukan (Merchant danRockness, 1994).

Earnings management terjadi ketika para manajermemilih metode pelaporan dan estimasi yang tidaksecara akurat mencer-minkan kondisi ekonomiyang dimiliki perusahaan (Healy dan Wahlen,1999). Dechow dan Skinner (2000) mengatakanbahwa literatur akuntansi mendefinisikan earningsmanagement sebagai suatu intensi dan kesengajaanuntuk menyesatkan atau menghilangkaninformasi. Hasil-hasil pene-litian earnings manage-ment menitik beratkan pada; (1) keberadaanearnings management (Jones, 1991); (2) pendeteksianearnings management (Dechow, Sloan dan Sweeney,1995); dan (3) tujuan tindakan earnings management(Healy dan Wahlen, 1999; Hribar dan Collins,2002).

Penelitian-penelitian mengenai perilakumanajemen laba secara umum sering dijelas-kandengan menggunakan teori keagenan. Padapenelitian ini akan diinvestigasi faktor-faktor yangmempengaruhi perilaku mana-jemen laba denganmenggunakan perspektif etis, hal ini sejalandengan Baiman (1990) dan Noreen (1988) yangmenyatakan bahwa manusia sebagai mahlukindividu dan sosial memiliki etika sebagai salahsatu dasar yang dipertimbangkan dalam prosespengambilan kebijakan etis.

Penelitian-penelitian terdahulu yang menelititentang proses pengambilan kebijakan etis hanyasedikit yang menghubungkannya denganmanajemen laba (Burns dan Merchant, 1990;Merchant dan Rockness, 1994; Kaplan, 2007).Bebarapa penelitian terdahulu telah

menginvestigasi mengenai tanggapan para direkturumum, manager keuangan, controller dan auditor(Bruns dan Merchant, 1990) dan mahasiswaprogram sarjana, MBA dan praktisi akuntan(Rosenzweig dan Fischer, 1994; Fischer danRosenzweig, 1995) terhadap etis tidaknya tindakanmanajemen laba. Hasilnya menunjukkan belumadanya kesepakatan yang konsisten tentangpenerimaan dari sudut pandang etis mengenaitindakan manajemen laba.

Hasil penelitian terdahulu juga menelitimengenai faktor-faktor yang diduga sebagaivariabel langsung yang mempengaruhi tindakanmanajemen laba seperti faktor filosofi moral (Elias,2002), peran individu (Kaplan, 2001), causalatribution (Kaplan et al., 2007), nilai-nilai etiskorporasi (Elias 2004). Penelitian inimenginvestigasi kembali faktor-faktor yangmempengaruhi manajemen laba denganmengembangkan hasil penelitian terdahulukhususnya penelitian Elias (2002) serta melihatfaktor lainnya yaitu komitmen profesional danpersonal benefit masih sangat terbatas penelitiannya(Merchant dan Rockness, 1994; Greenfield, 2008)baik di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu,maka permasalah utama yang akan diteliti padapenelitian ini adalah faktor-faktor yangmempengaruhi manajemen laba dari perspektifetis khususnya adalah personal etis, komitmenprofesional dan ideologi etis. Tujuan penelitianadalah menguji secara empiris untuk memberikanpenjelasan hubungan kausal antara variabelindependen personal benefit, ideologi etis,komitmen profesional dengan variabel dependenearnings management.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikankontribusi dalam riset akuntansi keperilakuan danakuntansi manajemen sebagai bahan untukpengembangan penelitian lebih lanjut Selain itu

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI108

penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukanpada para praktisi dan regulator. Bagi paraakademisi, peneliti dan konsultan profesional, hasilpenelitian akan memberikan kontribusi mengenaipersepsi manajer, akuntan terhadap perilakumanajemen laba. Bagi regulator dan asosiasiprofesi akuntan, hasil penelitian akan memberikankontribusi yaitu sebagai bahan pertimbangandidalam mengembangkan kebijakan, standar danprogram pendidikan yang berkaitan denganmanajemen laba.Bagi para manajemenperusahaan, hasil penelitian akan memberikanmasukan mengenai faktor-faktor yang akanmempengaruhi seseorang didalam mengambilkebijakan manajemen laba.

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSANHIPOTESISEARNINGS MANAGEMENT

Laba sering disebut sebagai “bottom line” atau“net income”: yang merupakan salah satu butirpenting dalam laporan keuangan. Labamengindikasikan tentang adanya suatu akti-vitasyang bernilai tambah. Laba merupakan sinyal yangmemberikan arahan dalam melakukan kebijakaninvestasi dalam pasar modal. Peningkatan labamerepresentasikan peningkatan nilai perusahaan,dan penurunan laba merupakan tanda atau sinyalterjadinya penurunan nilai perusahaan (Lev, 1998).Pentingnya informasi laba menyebabkanmanajemen perusahaan memiliki kepentinganuntuk mengelola cara penyajiannya. Para eksekutifsangat memahami pengaruh pilihan akuntansiyang memberikan dampak kebijakan terbaik bagiperusahaan. Para eksekutif kemudian mempelajaribagaimana melakukan manajemen laba.

Schipper (1989) mendifinisikan mana-jemenlaba sebagai praktik intervensi pada prosespelaporan keuangan eksternal dengan tujuan ataumaksud memperoleh keuntungan pribadi. Levitt

(1998) mendefinisikan mana-jemem laba sebagaipermainan sulap akuntansi denganmenyembunyikan realitas keuangan yangsesungguhnya dari para investor. Sementara ituFischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikanmanajemen laba dari sudut pandang praktikakuntansi sebagai perilaku manajer meningkatkan(menurunkan) laporan laba saat ini dariperusahaan tanpa berhubungan denganpeningkatan (penurunan) probabilitas ekonomijangka panjang perusahaan. Schipper (1989)mendifinisikan manajemen laba sebagai praktikintervensi pada proses pelaporan keuanganeksternal dengan tujuan atau maksud memperolehkeuntungan pribadi.

Kesimpulan dari beberapa pendapat yangdikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwamanajemen laba merupakan praktik penggunaanjudgment dalam pelaporan keuangan dan dalamstruktur transaksi untuk mengubah laporankeuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholdermengenai kinerja keuangan perusahaan ataumempengaruhi kontrak yang tergantung padaangka-angka akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999).Menurut McKee (2005), manajemen laba dapatdilakukan oleh menajemen untuk menampilkanlaba yang diinginkan dengan menggunakan duacara yaitu: (1) melalui accounting choice yangterdapat dalam prinsip akuntansi yang berlakuumum, tindakan ini kategorikan sebagai accounting-based activities; (2) melalui kebijakan operasionalyang dinamakan dengan economic earning manage-ment atau operating-based activities.

Selama beberapa dekade, hasil riset empirismenunjukkan bahwa para manajer telahmenggunakan berbagai teknik dalam melakukanearnings management untuk mencapai tujuan yangberbeda. Altamuro (2005) menunjukkan adanyapraktik mem-percepat pengakuan revenue. Thomaset al. (2004) menemukan perilaku earnings manage-

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 109

ment dengan menggunakan transaksi-transaksiyang berhubungan dengan perusahaan afiliasi.Hasil studi DeFond dan Park (1977) menunjukkanbahwa para manager melakukan earnings manage-ment dengan melakukan income smoothing gunameningkatkan keamanan kerja para manajer.DeFond dan Jiambavlo (1994) menyimpulkanbahwa perusahaan melakukan pelakukankecurangan dalam rangka untuk memperolehkontrak utang jangka panjang dengan melakukanearnings management.

Didasarkan pada sebagian besar penelitianmengenai manajemen laba cenderungmenggunakan teori keagenan untuk menjelaskanterjadinya praktik manajemen laba. Jensen danMeckling (1976) melalui tulisannya tentang theoryof the firm yang membahas tentang perilakumanajerial, agency cost, dan struktur kepemilikan.Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agencyrelationship atau hubungan keagenan sebagai:

A contract under which one or more (principal)engage another person (the agent) to perform someservice on their behalf which involves delegating somedecision-making authority to the agent.

Agency Theory berasumsi bahwa prinsipal akanberasumsi agen (seperti prinsipal) akan didorongoleh kepentingan sendiri (self-interest). Manajemenlaba merupakan salah satu bentuk mengutamakanself-interest yaitu transfer kesejahteraan dari stake-holder yang satu ke lainnya yang dihasilkan karenaadanya asimetri informasi antara manajer danstakeholder. Dalam tulisannya, Dye (1988)mengatakan bahwa manajemen laba merupa-kankonsekuensi atas manfaat asimetri informasi yangdigunakan oleh manajer pada shareholder.Selanjutnya, Dye (1998) mengatakan bahwamanajemen laba meru-pakan dasar untukmeningkatkan numerasi eksekutif dan investorakan menyisihkan dana untuk numerasi tersebut.

Selain itu menurut Dye pemegang saham lamamenginginkan agar pasar memberikan nilai baikpada perusahaannya, sehingga manajemen labaakan mengarahkan pada adanya transferkesejahteraan dari investor baru ke investor laba.Berdasarkan beberapa hal tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa manajemen laba terjadi karenaadanya self interest dengan menggunakan asimetriinformasi. Pendapat Dye sejalan dengan Scott(1997).

Peneliti-peneliti terdahulu mendukung agencytheory bahwa para manajer bertindak untukkepentingan pribadi daripada untuk kepentinganperusahaan, ketika terdapat insentif atas pekerjaanmereka dan adanya informasi asimetri antara paramanajer dan pemilik perusahaan. Ketika manajermempunyai informasi internal makakemungkinan mereka akan bersifat oportunis yangdapat mengarah ke perilaku disfungsional(Eisenhardt, 1989).

Noreen (1988) mengusulkan adanya satupenjelasan alternatif atas tindakan manajermelakukan manajemen laba. Noreenmengindikasikan bahwa agency theory mengabaikanhubungan yang esensial antara etika dan ekonomi.Noreen menekankan pentingnya perilaku etis,seperti yang diutaran oleh Jensen (2006) teorikeuangan dan praktik tidak lengkap tanpamengintegrasikan sifat integritas sebagai suatukondisi yang dibutuhkan dalam rangkamemaksimalisasi nilai perusahaan pada jangkapanjang. Berdasarkan uraian tersebut makapenelitian akan menggunakan dimensi etis danintegritas profesi untuk mengetahui latar belakangterjadinya earnings management.

KOMITMEN PROFESIONAL DAN PERILAKU EARN-INGS MANAGEMENT

Jauch et al. (1978) menguji komitmenprofesional dalam lingkungan akademik dan

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI110

menemukan hubungan positif antara komitmenprofesional dosen dengan jumlah artikel yangdipublikasikan. Aranya et al. (1981) menga-dopsikomitmen profesional Porter et al. (1974) untukmeneliti komitmen profesional akuntan dengankomitmen organisasi dan level pertanggungja-waban dalam organisasi. Hasilnya menunjukkanbahwa patner memiliki komitmen profesionalyang lebih tinggi dan individu denga komitmenprofesional yang tinggi akan memiliki komitmenorganisasi yang tinggi.

Bamber dan Iyer (2002) serta Leong (2002)melaporkan adanya hubungan positif antaraprofesionalisme auditor dengan komitmenorganisasi.Penelitian Shaub et al. (1993)menindikasikan bahwa para auditor denganideologo etis idealisme yang tinggi memiliki levelkomitmen profesional yang tinggi. Shaubmenyimpulkan bahwa individu yang percaya danmenerima nilai-nilai dari profesi, akan berusahauntuk tetap menjadi bagian dari profesi. Hasilpenelitian Shaub juga mendukung adanya relasiyang kuat antara auditor profesional dengankomitmen organisasi.

Komitmen profesional menrupakan faktorpenting dalam mempengaruhi perilaku individudalam konteks bisnis. Tingginya komitmenprofesional akan berasosiasi dengan perilaku positifyang akan berdampak baik bagi organisasi.Individu denga komitmen profesional yang tinggicenderung memiliki sedikit kemungkinan untukmelakukan aktivitas yang bersifat merugikanseperti earnings management. Peneliti menurunkanhipotesis sebagai berikut untuk melihat kondisitersebut:

H1: Profesional komitmen berpengaruh negatifterhadap perilaku earnings management

IDEOLOGI ETIS DAN PERILAKU EARNINGS MAN-AGEMENT

Forsyth (1980) mengembangkan Ethics PositionQuestionnaire (EPQ) untuk mengindentifikasiideologi etis individual yang menggambarkan suatukontinum yang satu sisi menunjukkan relativismedan sisi lainnya menunjukkan idealisme.Relativisme meng-gambarkan individu yangmemperhatikan aturan-aturan atau standar univer-sal, sedang-kan idealisme menekankan padakesejahteraan manusia. Ideologi individu akanmempenga-ruhi pengambilan keputusan, sepertikepu-tusan untuk melakukan earnings management.Individu yang memiliki idealisme yang kuatcenderung akan menghindari perilaku earningsmanagement ketika perilaku tesebut akanmenyebabkan kerugian pada orang lain (Forsyth,1982). Para individu idealis akan menilai praktikearnings management sebagai praktik yang tidak etis(Elias, 2002). Disisi lain individu yang bersifatrelativistik akan mempertimbangkan keadaanlebih dahulu dari pada kecurangan yang ditimbulakibat dari suatu tindakan. Individu yangreletivistik cenderung lebih toleran didalamkeputusan untuk melakukan praktik earnings mana-gement pada individu yang idealis (Elias, 2002).

Barner et al. (1998) dan Davis et al.. (2001)menggunakan EPQ dalam konteks bisnis, dan hasildari studi yang dilakukan secara umum konsistendengan studi sebelumnya pada bidang disiplin ilmuyang lain. Studi dengan menggunakan EPQ mem-bantu menjelaskan atas variasi pengambilankeputusan dalam organisasi. Salah satu contohnyaadalah penelitian Shaub et al. (1993) yangmenunjukkan auditor yang lebih relatisvistikcenderung kurang mengakui isu-isu etis dalamskenario auditing dibanding dengan individu yangbersifat idealis. Douglan dan Wier (2000)memberikan bukti empiris bahwa ideologi etisindividu, peluang dan insentif dapat

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 111

mempengaruhi perilaku penyimpangan anggaran.Douglas et al. (2001) menunjukkan bahwa ideologietis berkorelasi dengan intensi etis para akuntan.Douglas dan Wier (2005) dan Redfern danCrawford (2004) melakukan validasi penggunaanEPQ pada manajer yang memiliki perbedaanbudaya di Cina. Berdasarka hasil-hasil penelitianterdahulu maka dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:

H2a: Ideologi etis yang lebih idealistik akanberpengaruh negatif terhadap perilaku earningsmanagement.H2b: Ideologi etis yang lebih relativistik akanberpengaruh positif terhadap perilaku earningsmanagement

Para manajer akan melakukan praktik earningsmanagement untuk meningkatkan kompensasi(Healy, 1985) atau mengamankan statuspeekerjaan mereka (DeFond dan Park, 1997).Tujuan mereka melakukan earnings managementadalah memperolah personal benefit. Kondisiketidakpastian menyebabkan ideologi etis individuakan mempengaruhi keputusan melakukanpraktik earnings management untuk mencapaipersonal benefit. Para individu dengan ideologi etisrelativistik cenderung memandang keputusnditerima atau tidaknya (moral/etika) didasarkanpada kondisi tertentu.

Individu yang relativistik dan akan memperolehbenefit secara personal atas keputusan yang akandiambil cenderung akan meningkatkan praktikearnings management daripada individu yang tidakakan memperoleh personal benefit atas kebijakanmereka. Forsyth (1980) melaporkan bahwa paraindividu yang relativistik akan menilai seseoranglebih baik jika mereka mengha-silkan outcomepositif (dengaan melanggar moral standar)daripada jika menghasilkan outcome negatif (sesuainorma). Sebaliknya, sesorang yang memiliki

idealisme tinggi sangat memperhatikan standarmoral, dan mengabaikan atas outcome yangdihasilkan baik outcome negatif maupun outcomepositif (Forsyth, 1980). Individu yang idealistikcenderung akan menolak peluang untukmemperoleh personal benefit dari tindakan yangmungkin patut dipertanyakan/diragukan.Kesempatan memperoleh personal benefit didugaakan menyebabkan individu relativistik akanmenyetujui suatu tindakan yang berpeluang untukmendapatkan personal benefit dibandingkanindividu yang idealistik. Sejalan dengan uraiansebelumnya maka diturunkan dugaan sebagaiberikut:

H3: Personal benefit berpengaruh negatif padaideologi etis

PERSONAL BENEFIT, KOMITMEN PROFESIONALDAN PERILAKU EARNINGS MANAGEMENT

Komitmen profesional mengacu pada kekuatanidentifikasi individual dengan profesi. Individualdengan komitmen profesio-nal yang tinggidikarakterkan memiliki keper-cayaan danpenerimaan yang tinggi atas tujuan profesi,keinginan untuk berusaha sekuatnya atas namaprofesi, dan keinginan yang kuat untukmempertahankan keanggotaannya dalam profesi(Porter et al.., 1974). Secara umum, masyarakatmengharapkan para profesional memilikikomitmen terhadap profesi daripada kepentinganpribadi. Pemegang saham mengharapkan paramanajer dan karyawan melindungi assetsperusahaan dan membuat kepitisan yang dapatmeningkatkan nilai perusahaa, dan stakeholdersmengharapkan akuntan publik akanmempertahankan kepercayaan publik denganmemelihara independensi pada klien sertamemberipan pendapat yang objektif terhadapkondisi keuangan atas laporan keuanganperusahaan.

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI112

Kaplan dan Whitecatton (2001) menunjukkankomitmen profesional auditor akan menurunketika auditor ditawarkan menjadi karyawan olehklien (contoh dari personal benefit). Temuan Kaplandan Whitecatton (2001) sejalan dengan hasilpenelitian Greenfield Jr (2008). Berdasarkaninformasi tersebut dapat disimpulkan bahwakesempatan untuk meningkatkan level penda-patan individu (personal benefit) akanmeningkatkan keinginan untuk melakukantindakan earnings management. Kesempatan untukmeningkatkan personal benefit akan berpengaruhpada komitmen profesional. Peneliti kemudianmenurunkan dugaan sebagai berikut:

H4: Personal benefit akan berpengaruh negatifterhadap komitmen profesional

PERILAKU EARNINGS MANAGEMENT MANAJERDAN AKUNTAN

Sejalan dengan Clikeman dan Henning (2000)akuntan cenderung akan lebih tidak setuju dengankebijakan earnings management daripada manajer.Merchant dan Rockness (1994) menyimpulkanbahwa para auditor internal menilai perilaku etislebih tinggi daripada para manajer. Elias (2002)menyimpulkan Akuntan bersertifikasi akanmenilai tindakan etis lebih longgar daripadamahasiswa akuntan. Elias menduga akuntan akanmenunjukkan tindakan tidak etis dalamlingkungan kerja, standar-standar etis yang merekamiliki cenderung akan menurun. Penelitian akanmelakukan investigasi kembali terhadapketidakkonsistenan hasil temuan penelitianterdahulu, dengan melihat kembali perbedaanstandar etis antara akuntan dan manajer.Berdasarkan ketidakkonsistenan atas penelitianterdahulu, maka diturunkan hipotesis sebagaiberikut:

H5: Terdapat perbedaan dalam keputusan earningsmanagement antara akuntan dan manajer.

METODE PENELITIANDESAIN PENELITIAN

Penelitian merupakan studi eksplanasi karenabertujuan untuk menguji hipotesis untuk menje-laskan sifat hubungan kausal antara variabelindependen personal benefit, ideologi etis, komitmenprofesional dengan variabel dependen earningsmanagement. Penelitian dilakukan dalam situasi(setting) diatur yang disebut dengan eksperimenlaboratorium (laboratory experiment). Desain ekspe-rimen laboratorium dipilih dikarenakan dapatdilakukannya kontrol dan manipulasi terhadapvariabel independen dengan baik sehingga pengaruhkausal dapat diuji.

Manipulasi terhadap variabel bebas secarasederhana dilakukan dengan membuat tingkatan(level) yang berbeda pada variabel bebas untukmenilai dampak dari tiap-tiap level tersebut terhadapvariabel terikat, sehingga dengan melakukanmanipulasi maka tingkat pengaruh kausal dapatdibuktikan. Manipulasi variabel bebas disebutdengan perlakuan (treatment), dan hasil perlakuandisebut dengan pengaruh perlakuan (treatment effect).Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desainfaktorial karena desain faktorial memungkinkan kitauntuk menguji pengaruh dua atau lebih manipulasipada saat yang sama terhadap variabel terikat. Duaperlakuan dapat dimanipulasi secara serempak danpengaruh tunggal maupun interaksi dapat diuji(Sekaran, 2000)

PENUGASAN DAN SUBYEK PENELITIANSubyek penelitan diminta mereview kasus earnings

management yang terjadi dalam lingkungan kerja.Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat akhirjurusan manajemen sebagai proxy dari manajer danmahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi sebagaiproxy akuntan. Subyek diminta membaca salah satudari dua kasus yang diadopsi dari Clikeman danHenning (2000). Subyek diasumsikan sebagai

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 113

manajer pada perusahaan manufaktur. Kondisiekonomi perusahaan sedang menurun, subyekdiminta mempertimbangkan untuk melakukanrekayasa terhadap peralatan agar dapatmeningkatkan profit tahunan. Tindakan tersebutdilakukan agar laba sesuai dengan yang diramalkanoleh para analis dan mempertahankan hargasaham perusahaan.

Ada dua skenario yang didistribusikan ke subyekpenelitian secara random. Skenario pertamadidesain yang menunjukkan bahwa pendapatanmanajer dan laba perusahaan dipengaruhi olehkeputusan melakukan perekayasaan atas biaya.Skenario kedua didesain yang mendeskripsikanbahwa hanya laba perusahaan saja yang akanterpengaruh pada kebijakan earnings management.Setelah subyek diberikan informasi mengenai latarbelakang dan skenario, subyek diminta untukmemberikan level persetujuan atas keputusan yangdiambil dengan menggunakan tujuh skala likert.

Level persetujuan yang didukung oleh subyekmerupakan proxy atas perilaku earnings managementyang merupakan variabel dependen dalampenelitian. Setelah subyek menyelesaikan jawabandari skenario sebelumnya, kemudian subyekdiminta untuk menjawab pertanyaan tentangkomitmen profesional (Aranya et al. 1981; Dwyer etal., 2000). Responden juga diminta untukmelengkapi pertanyaan kuisioner Ethical PositionQuestionnaire (Forsyth, 1980). Komitmen profe-sional dan Ethical Position Questionnaire menggu-nakan lima point skala likert. Angka 1 pada skalalikert menunjukkan resonden sangat tidak setujudan angka 5 menunjukkan sangat setuju. Setelahsubyek melengkapi instrumen, mereka dimintakembali untuk mereview kembali kelengkapanjawaban sebelum mengisi data demografi

DESAIN EKSPERIMENEksperimen merupakan bentuk khusus

investigasi yang digunakan untuk menentukanvariabel-variabel apa sajakah serta bagaimanabentuk hubungan antra satu dengan lainnya.Eksperimen dilakukan dengan manipulasi variabelatas subyek yang diteliti Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian adalah eksperimendengan between-subject approach. between-subjectapproach digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berrelasi dengan ideologi etis danproses pengambilan keputusan earnings manage-ment. Desain between-subject approach dilakukanuntuk meningkatkan validitas internal sehinggahasil penelitian dapat digeneralisasi pada berbagaipopulasi. Karakteristik subyek yang berbeda sepertigender, umur merupakan salah satu cara yangpotensial untuk mengeneralisasi pada hasil (Smith,2003). Dalam eksperimen ini peneliti memberikanpenghargaan bagi subyek penelitian yang terlibat

INSTRUMEN PENELITIANPersonal Benefit

Skenario kasus yang diadopsi dari Clikeman danHenning (2000) dimasukkan manipulasi atasvariabel personal benefit. Personal benefit terdiri daridua skenario. Skenario versi pertama partisipandiizinkan untuk memperoleh personal benefitdengan melakukan earnings management sedangkanversi kedua partisipan tidak diizinkan melakukanearnings manajemen. Kesempatan memperolehpersonal benefit ditunjukkan dengan kesempatanuntuk meningkatkan personal income dan companyincome.

Komitmen Profesional

Komitmen profesional diukur 15 item skalakomitmen profesional (Aranya dan Ferris,1984;Porter et al..,1974) yang dinilai denganmenggunakan skala Likert 5 poin, mulai dari“sangat tidak setuju” dan berakhir dengan “sangatsetuju”

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI114

Ideologi Etis

Pengukuran ideologi etis menggunakan ethicalPosition Questionnaire (EPQ) yang dikembangkanoleh Forsyth (1980), untuk mengukur ideologi etisdari masing-masing partisipan. Kuisioner memuatduapuluh pertanyaan, masing-masing sepuluhpertany-aan untuk mengukur idealisme danrelativisme. Analisis faktor atas duapuluhpertanyaan dan skore faktor dijadikan sebagaidasar analisis lanjutan. Reliabilitas diukur denganmenggunakan cronbach alpha.

Perilaku Earnings Management

Perilaku earnings management diukur denganmenggunakan skenario yang dikembangkan olehClikeman dan Henning (2000). Subyek diberikankuisioner yang menanyakan tentang apakahsubyek menentang perilaku earnings managementataukah mendukung perilaku earnings management.

SUBYEK PENELITIANSubyek penelitian adalah mahasiswa pasca

sarjana manajemen, akuntansi dan programprofesi akuntansi. Mahasiswa pasca sarjanadijadikan i subyek penelitian dengan alasanmereka telah memahami perilaku earnings manage-ment. Mahasiswa pasca sarjana akuntansi danprogram profesi akuntansi merupakan proxy dariakuntan sedangkan mahasiswa pasca sarjanamanajemen merupakan proxy dari manajer.Penggunaan mahasiswa sebagai pengganti manajersudah banyak digunakan dalam penelitianterdahulu dan eksperimen terhadap mahasiswadan manajer menunjukkan perilaku yang sama(Hofstedt, 1972; Anston dan Kramer, 1980;Greenfield, 2008

VARIABELKebijakan earnings management merupa-kan

variabel dependen. Masing-masing subyek

eksperimen ditanyai mengenai dukungan merekaterhadap earnings management atau penentanganmereka terhadap earnings mana-gement terhadappenangguhan maintenance expenses. Keputusanearnings management diuji dalam konteks, pertamaakan memperolah personal benefit (pendapatanindividu dan laba perusahaan meningkat) dan yangkedua berdasarkan organizational benefit ( hanyalaba perusahaan saja yang meningkat). Penelitiakan menguji perbedaan keputusan earningsmanagement dikarenakan oleh benefit yang akandiperoleh akibat keputusan tersebut diambil.Manipulasi perlakuan benefit (personal atauorganisasi) akan diuji relasinya dengan komitmenprofesional dan ideologi etis.

Forsyth (1992) berpendapat bahwa ideologi etisditentukan oleh hubungan antara relativisme danidealisme. Individu yang relativistik akan membuatkeputusan berdasarkan situasi yang ada. Individurelativistik akan mempertimbangkan kebijakanterbaik pada kondisi tertentu, sedangkan individuyang idealistik akan mengabaikan outcome (benefit)atas kebijakan yang mereka ambil. Individu yangidealistik akan menghindari keputusan yangberakibat merugikan orang lain.

Komitmen profesional mengacu pada kekuatanidentifikasi individual dengan profesi. Individualdengan komitmen profesional yang tinggidikarakterkan memiliki kepercayaan danpenerimaan yang tinggi atas tujuan profesi,keinginan untuk berusaha sekuatnya atas namaprofesi, dan keinginan yang kuat untukmempertahankan keanggo-taannya dalam profesi(Porter et al., 1974).

TEKNIK ANALISIS DATAAnalisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode Partial Least Square (PLS). Alasanpenggunaan PLS karena dapat digunakan padasetiap jenis skala data baik parametric maupun

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 115

non-parametrik serta syarat asumsi yang lebihmudah. Meski dengan syarat asumsi yang lebihmudah, hasil pengujian dengan PLS dinilaimemiliki validitas yang baik (Hartono danAbdillah, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASANDEMOGRAFI DATA DAN STATISTIK DESKRIPTIF

Demografi data disajikan pada Tabel 1.Sebagain besar responden berumur 30 tahun keatas, sebagian besar laki-laki dan sedangmenempuh program pasca sarjana di Magistermanajemen yang terbesar.

Variabel personal benefit dimanipulasi dalameksperimen penelitian. Kasus yang dikembangkanoleh Clikeman dan Henning (2000) digunakandalam duan skenario eksperimen. Skenariopertama menggunakan kasus Clikeman danHenning dengan menambahkan manipulasipersonal benefit. Skenario kedua, respondendiinformasikan bahwa kebijakan untuk menundabiaya pemeliharaan tidak berpengaruh padapendapatan personal.

TABEL 1. DEMOGRAFI DATA

Pengaruh manipulasi personal benefit diukurdengan menggunakan ukuran dikotomi, nilai nol

diberikan jika ada personal benefit dan nilai satudiberikan jika personal benefit tidak ada. Tabel 2menyajikan statistik deskriptif dari masing-masingvariabel yang diteliti

TABEL 2. STATISTIK DESKRIPTIF

PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITASHasil pengujian validitas komitmen profesional

dari 15 butir instrumen yang memenuhi syaratyaitu mempunyai faktor loading lebih dari 0,4 ada7 butir pertanyaan seperti yang terlihat padaTabel3.

TABEL 3. HASIL UJI VALIDITAS KOMITMEN PROFESIONAL

Hasil pengujian validitas idealisme dari 10 butirinstrumen yang memenuhi syarat yaitu mempunyaifaktor loading lebih dari 0,4 ada 5 butirpertanyaan seperti yang terlihat pada Tabel 4. Hasilpengujian validitas relativisme dari 10 butirinstrumen yang memenuhi syarat yaitu mempunyaifaktor loading lebih dari 0,4 ada 5 butirpertanyaan seperti yang terlihat pada Tabel 5.

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI116

TABEL 4. HASIL UJI VALIDITAS IDEALISME

TABEL 5. HASIL UJI VALIDITAS REALTIVISME

Hasil pengujian reliabilitas masing-masingvariabel ditunjukkan dalam tabel 6, yang hasilnyamemperlihatkan variabel-variabel penelitian yangdigunakan memiliki reliabilitas seperti yangdisyaratkan, yakni memiliki nilai cronbach alphalebih dari 0,6.

TABEL 6. HASIL UJI RELIABILTAS INSTRUMEN

KESESUAIAN MODELTujuan penelitian terutama untuk menja-wab

pertanyaan penelitian guna mengetahuikonsistensi faktor-faktor yang mempengaruhiperilaku manajemen laba dengan modelpenelitian. Hasil pengujian menunjukkan nilai chi-square, dan indeks yang lain (GFI, AGFI, CFI, IFIdan RMSEA) model adalah acceptable at best,

karena nilai indeks utama yang mendekati nilaicutoff yang ditentukan. Pengujian hipotesis yangdiajukan, dilihat dari besarnya C.R (Critical Ratiodan probabilitas pada output regression weight.

TABEL 7. INDIKASI KESESUAIAN MODEL

HASIL PENGUJIAN MODELHipotesis 1, 2a, 2b, 3 dan 4 didasarkan pada

nilai koefisien jalur yang ada dalam modelstruktural. Tabel 8 menunjukkan nilai koefisien,nilai p dan arah yang diharapkan dan arah aktualdari bukti empiris. Hipotesis dinyatakan diterimajika arah jalur yang diharapkan sama dengan arahjalur aktual dan memiliki nilai p kurang dari 0,05.

HASIL PENGUJIAN HIPOTESISHasil Hipotesis 1 sejalan dengan Shaub et al.

(1993) yang memprediksi hubu-ngan positif antarakomitmen profesional dengan sensitivitas etika,yang maksudnya artinya semakin tinggi komitmenprofesional maka individu akan semakin menilaitindakan yang tidak etis merupakan sesuatu yangtidak bermoral dan harus dihindari.

Hipotesa 2a memprediksi bahwa individu yangidealis kurang mendukung perilaku manajemenlaba. Bukti empiris menunjukkan hubungantersebut dengan nilai koefisien jalur sebesar -0,509dan signifikan yang menun-jukkan dukungan padahipotesisn 2a.

Douglas dan Wier (2000) memberikan buktibahwa individu yang lebih berorientasi idealiskurang mendorong adanya budgetary slack, dan

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 117

individu tersebut berpersepsi bahwa tindakantersebut tidak etis. Penelitian ini memberikandukungan tambahan bahwa orientasi etikaberhubungan negatif dengan perilaku manajemenlaba.

Hipotesis 2b memprediksi individu yangberorientasi relativis akan mendukung perilakumanajemen laba, sehingga diduga adanyahubungan positif antara relativisme denganperilaku manajemen laba. Hal ini didukung buktiempiris dalam penelitian ini.

Hipotesis 3 memprediksi adanya personalbenefit potensial dari manajemen laba akanberhubungan negatif dengan orientasi etika.Hipotesis 3 didukung yang ditunjukkan daribesaran nilai koefisien jalur senilai -3,390 dansignifikan. Healy (1985) menyimpulkan ketikainsentif dan kemampuan manajemen laba itu ada,

para manajer cenderung akan mendukungperilaku manajemen laba untuk meningkatkanperolehan bonus. Hasil studi menunjukkan bahwakesempatan meningkatkan kesejah-teraan personalakan membuat kecenderungan negatif padaorientasi etika individu yang bersangkutan.

Hipotesis 4 memprediksi bahwa personal ben-efit atas kebijakan manajemen laba akanberpengaruh berlawanan dengan tingkatkomitmen profesional. Hipotesis 4 didukungdengan nilai koefisien jalur -0,338 dan signifikan.Kaplan dan Whitecatton (2001) menemukanauditor akan menurun tingkat komitmenprofesional jika ia ditawarkan menjadi karyawanatau pekerja oleh klien.. Hasil studi konsistenterhadap asosiasi antara personal benefit dengankomitmen profesional. Persamaan strukturalditunjukkan dalam Gambar 1.

TABEL 8. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

*** signifikan pada á 5%.

GAMBAR1. HASIL PENGUJIAN PERSAMAAN STRUKTURAL

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI118

Hipotesis 5 diuji dengan menggunakan analysisof variance, yang umum digunakan untuk mengujiperbedaan antar kelompok. Hipotesis 5 menyata-kan bahwa tidak ada perbedaan dukungan padaperilaku manajemen laba antara akuntan dengannon akuntan atau manajer. Hasil uji ANOVAmenunjukkan perbedaan persepsi antara akuntandan non akuntan terhadap perilaku manajemenlaba. dilihat dari bukti empiris adanya perbedaanyang signifikan, yakni rerata akuntan 3,1 sedang-kan manajer 3,8 yang artinya akuntan lebihmenolak memberikan dukungan atas perilakumanajemen laba (lihat Tabel 8 dan Tabel 9).

SIMPULANDalam praktik bisnis, seringkali ditemui

manajer secara rutin melakukan pilihan-pilihanakuntansi yang mempengaruhi laba yang tidakbertentangan dengan prinsip akuntansi berterimaumum. Pilihan-pilhan akuntansi yang tidakbertentangan dengan prinsip akuntansi berterimaumum merupakan sesuatu yang etis. Piliha –pilihan akuntansi akan menjadi suatu perilakuyang tidak etis ketika kebijakan itu dapat

menyesatkan stakeholders.Penelitian ini dimotivasi oleh kerugian investor

ketika perusahaan melakukan praktik-praktikakuntansi yang masih dipertanyakan. Motivasilainnya adalah adanya laporan dari The NationalFraudulent Financial reporting (1987) yangmenyimpulkan bahwa kebijakan manajemen labatidak bertentangan dengan PABU tetapimenyesatkan para pengguna.

Tujuan penelitian adalah meneliti determinasiperilaku manajemen laba. Studi didesain untukmengetahui hubungan ideologi etis individuberhubungan dengan manajemen laba. Penelitianjuga menganalisis hubungan komitmen profesionalpada manajemen laba. Selain itu dianalisis pulamengenai pengaruh adanya personal benefitterhadap orientasi etikan dan perilaku manajemenlaba.

Hipotesis pertama menduga bahwa komitmenprofesional akan menurunkan perilakumanajemen laba. Hasil penelitian menunjukkanbahwa individu dengan level komitmenprofesional yang tinggi cenderung mengarah padapenurunan perilaku mana-jemen laba. Hipotesis

TABEL 9. RERATA MANAJEMEN LABA ANTARA AKUNTAN DAN MANAJER

TABEL 10. HASIL UJI BEDA MANAJEMEN LABA ANTARA AKUNTAN DAN MANAJER

VOL. 14 NO.2 JULI 2013 119

kedua menduga orientasi etika mempengaruhiperilaku manajemen laba. Bukti empirinmendukung hipotesis kedua. Orientasi etika kearah relativistik akan meningkatkan dukunganterhadap perilaku manajemen laba, sebaliknyaorientasi etika ke arah idealis akan menurunkanperilaku manajemen laba.

Hipotesis tiga dan empat diturunkan untukmenguji pengaruh personal benefit padapenurunan komitmen profesional maupunorientasi etika sehingga akan menyebabkanmeningkatnya praktik manajemen laba. Hasilmenunjukkan bahwa personal benefit akanmeningkatkan kecenderungan untuk mendu-kungperilaku manajemen laba. Hipotesa kelimamenunjukkan adanya perbedaan reaksi antaraakuntan dan manajer terhadap perilakumanajemen laba.

Kontribusi penelitian ini yakni, pertama adalahtemuan yang menunjukkan (1) individu yang lebihberorientasi relativistik akan terdorong untukmendukung praktik manajemen laba; (2) orientasietika individu ke arah yang lebih idealis akan dapatmenurunkn perilaku manajemen laba; (3) individudengan komitmen profesional yang tinggi akanmengurangi dukungan pada praktik mana-jemenlaba;dan (4) kebijakan manajemen labadipengaruhi oleh posisi individu dalamperusahaan.

Hasil penelitian ini juga memberikan kontribusiyang penting bagi regulator, penyusun standar,praktisi, investor, analis dan para penelitiakuntansi. Pemahaman terhadap dampak potensialorientasi etika dan komitmen profesional terhadapperilaku manajemen laba, akan membantu pihak-pihak terkait untuk mengatasi permasalahan.Regulator dan penyusun standar perlumempertimbangkan proses yang dapatmengurangi perilaku manajemen laba. Korporasi,dewan direksi, komisaris perlu

mempertimbangkan arsitektur organisasi dandesain organisasi yang bisa meminimalkan prob-lem ke agenan. Lebih jauh lagi, para manajer perlumenelaah kebijakan dan prosedur yangmemperhatikan etika, kode etik dan perilaku yangdapat diterima dalam perusahaan

Penelitian eksperimen memiliki beberapaketerbatasan terutama penggunaan mahasiswasebagai proxy manajer dan akuntan yang perlukehati-hatian untuk di generalisasi. Kasus yangdikembangkan juga bersifat fiktif dan kurangaktual karena subjek diminta memainkan peranansebagai direktur perusahaan, sehingga kondisinyakurang serius. Selain itu, studi ini dilakukan diIndonesia, sehingga mungkin perlu direplikasidengan menggunakan geografi yang berbeda ataulebih spesifik. Bidang lain yang perlu dikaji jugaadalah penelitian dengan menggunakan kelompokmanajer yang berbeda misalnya akuntan publikdan swasta, manajer korporasi dan pemerintahanatau profesional lainnya. Perlu juga mempertim-bangkan variabel situasional lainnya.

DAFTAR PUSTAKAAranya, N., J. Pollock and J. Amernic. 1981, ‘An Examination of

Professional Commitment in Public Accounting. Accounting,Organizations and Society, 6 (4), 271–280.

Baiman, S. 1990. Agency Theory in Managerial Accounting: ASecond Look. Accounting, Organizations and Society, 15 (4).341-347

Burn, W. J. Jr. dan K. A. Merchant. 1990. The Dangerous Morality ofManaging Earning. Management Accounting, 72. (2), 22-35.

Barnett, T., K. Bass, G. Brown dan F. Herbert: 1998. Ethical Ideologyand the Ethical Judgments of Marketing Professionals. Journal ofBusiness Ethics, 17, 715–723.

Becker,C., M. DeFond, J. Jiambalvo dan K. Subramanyam. 1998,The Effect of Audit Quality on Earnings Manage-ment. Contem-porary Accounting Research, 15 (1), 1–24.

Clikeman, P. dan S. Henning. 2000. The Socialization of Undergradu-ate Accounting Students’. Issues in Accounting Education, 15,1–17.

Davis, M., M. Andersen dan M. Curtis. 2001. Measuring EthicalIdeology in Business Ethics: A Critical Analysis of the EthicsPosition Questionnaire. Journal of Business Ethics, 32 (1), 35–53.

DeFond, D. dan J. Jiambalvo. 1994. Debt Covenant Violations andManipulation of Accruals. Journal of Accounting and Economics,17, 145–176.

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI120

DeFond, M. dan C. Park. 1997. Smoothing Income in Anticipation ofFuture Earnings. Journal of Accounting and Economics, 23, 115–139.

DeFond, M. dan K. Subramanyam. 1998. Auditor Changes andDiscretionary Accruals. Journal of Accounting and Economics,25, 35–67.

Douglas, P., R. Davidson dan B. Schwartz. 2001. The Effect ofOrganizational Culture and Ethical Orientation on Accountants’Ethical Judgments’. Journal of Business Ethics, 34 (2), 101–121.

Douglas, P. dan B. Wier. 2005. Cultural and Ethical Effects inBudgeting Systems: A Comparison of U.S. and ChineseManagers. Journal of Business Ethics, 60 (2), 159–174.

Douglas, P. dan B. Wier. 2000. Integrating Ethical Dimensions into aModel of Budgetary Slack Creation. Journal of Business Ethics,28 (3), 267–277.

Elias, R.: 2002. Determinants of Earnings Management EthicsAmong Accountants. Journal of Business Ethics, 40 (1), 33–45.

Forsyth, D. 1980. A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal ofPersonality and Social Psychology, 39, 175–184.

Forsyth, D. 1982. Judging the Morality of Business Practices: TheInfluence of Personal Moral Philosophies. Journal of BusinessEthics, 11 (5), 461–470.

Hartono, J. dan Abdillah. 2009. Konsep & Aplikasi PLS (Partial LeastSquare) untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.125

Healy, P. 1985. The Effect of Bonus Schemes on AccountingDecisions. Journal of Accounting and Economics, 7, 85–107.

Healy, P. dan J. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Manage-ment Literature and Its Implications for Standard Setting.Accounting Horizons, 13 (4), 365–383.

Jauch, L., W. Gleuck dan R. Osborn. 1978. Organizational Loyalty,Professional Commitment, and Academic Research Productivity,Academy of Management Journal, 21, 84–92.

Jeffery, C. dan N. Weatherholt. 1996. Ethical Development, Profes-sional Commit-ment, and Rule Observance Attitudes: A Study ofCPAs and Corporate Accountants. Behavioral Research inAccounting, 8, 8–31.

Kaplan, S. 2001. Ethically Related Judgments by Observers ofEarnings Manage-ment. Journal of Business Ethics, 32 (4), 285–298.

Krishnan, G. 2003. Does Big 6 Auditor Industry Expertise ConstrainEarnings Management?’. Accounting Horizons, 17, 1–16.

Leong, L., S. Juang dan J. Hsu 2003. An Empirical Study onProfessional Commitment, Organizational Commitment and JobInvolvement in Canadian Accounting Firms. Journal of AmericanAcademy of Business, 2 (2), 360–370.

Merchant, K. dan J. Rockness. 1994. The Ethics of ManagingEarnings: An Empirical Investigation. Journal of Accounting andPublic Policy, 13 (1), 79–94.

Noreen, E.1988. The Economic of Ethics: A New Perspective onAgency Theory. Accounting, Organization and Society, 13 (4),359-370

Porter, L., R. Steers, R. Mowday dan P. Boulian. 1974. OrganizationalCom-mitment, Job Satisfaction, and Turn-over Among PsychiatricTechnicians. Journal of Applied Psychology, 59, 603–609.

Rosenzweig, K. dan M. Fischer. 1994. Is managing earnings ethicallyacceptable?. Management Accounting, 75 (9), 31-34.

Rosenfield, P. 2000. What Drives Earnings Management?. Journal of

Accoun-tancy, 190 (4), 106–109.Shaub, M., D. Finn dan P. Munter. 1993. The Effects of Auditors’

Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity.Behavioral Research in Accounting, 5, 145–169.