79

PENGARUH JARAK TANAM DAN UMUR Pennisetum SKRIPSI …repository.ub.ac.id/5005/1/Muhammad Faris Ghiffari.pdfPenulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai salah satu syarat

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH JARAK TANAM DAN UMURPOTONG RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetumpurpureum cv. Mott) TERHADAP KECERNAAN

    BAHAN KERING (KcBK) DAN BAHAN ORGANIK(KcBO)

    SKRIPSI

    Oleh :Muhammad Faris Ghiffari

    135050100111109

    PROGRAM STUDI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

    2017

  • PENGARUH JARAK TANAM DAN UMURPOTONG RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetumpurpureum cv. Mott) TERHADAP KECERNAAN

    BAHAN KERING (KcBK) DAN BAHAN ORGANIK(KcBO)

    SKRIPSI

    Oleh :Muhammad Faris Ghiffari

    135050100111109

    Laporan penelitian ini merupakan salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

    Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

    PROGRAM STUDI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

    2017

  • i

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kabupaten Blitar pada tanggal 24Desember 1994 sebagai putra pertama dari tiga bersaudarapasangan Bapak Munif Akhsan dan Ibu Cholisatul Nikmah.Pada Tahun 1999 memulai pendidikan di RA PerwanidaBlitar, pada Tahun 2007 penulis lulus MI Perwanida Blitar,Tahun 2010 lulus dari SMPN 3 Blitar dan Tahun 2013 lulusSMAN 3 Blitar. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa FakultasPeternakan Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2013melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri(SBMPTN).

    Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL)sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.PKL dilaksanakan di PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. diSidoarjo Jawa Timur dengan judul “Proses Produksi danKontrol Kualitas Pakan Ternak Unggas di PT.CharoenPokphand Indonesia Tbk.Sidoarjo Jawa Timur” pada 18 Julisampai 18 Agustus 2016.

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang MahaKuasa, sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporanpenelitian ini dengan baik. Laporan penelitian ini disusunsebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata satu(S-1) Sarjana Peternakan pada Fakultas PeternakanUniversitas Brawijaya. Oleh karena itu, dalam kesempatan inipenulis juga sangat berterima kasih kepada yang terhormat:1. Prof. Ir. Ifar Subagiyo, M. Agr. St, PhD, selaku dosen

    pembimbing utama dan Dr.Ir.Herni Sudarwati,MS selakudosen pembimbing pendamping.

    2. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan FakultasPeternakan Universitas Brawijaya.

    3. Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP., selaku Ketua Program StudiPeternakan.

    4. ArthariniIrsyammawati,S.Pt.MP, Dr.Ir. Imam Thohari,MPdan Dr. Ir. Ita Wahju Nursita, M.Sc selaku dosen penguji.

    5. Bapak Munif Akhsan dan Ibu Cholisatul Nikmah, selakuorang tua atas doa dan dukungannya baik secara morilmaupun materil.

    6. Teman-teman yang telah memberi dukungan dalampenulisan laporan penelitian ini.

    Malang, 21 Agustus 2017

    Penulis

  • iv

  • v

    THE EFFECT OF PLANT SPACING AND CUTTINGAGE DWARF ELEPHANT GRASS ( Pennisetum

    purpureum cv. Mott) ON DIGESTIBILITY OF DRYMATTER (DMD) AND ORGANIC MATER (OMD)

    Muhammad Faris Ghiffari1), Ifar Subagiyo2), dan Herni Sudarwati2)

    1) Student at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya,Malang

    2) Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, University ofBrawijaya, Malang

    E mail : [email protected]

    ABSTRACT

    The research was carried out at Kandangan villageblitar. The research was carried out from 2th December 2016until 16th March 2017. In Vitro digestibility analysis was doneat Animal Nutrition Laboratory, Faculty of AnimalHusbandry, University of Brawijaya Malang. The objective ofthis rescarch was to measure the effect of plant spacing andcutting age dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum cv.Mott) on digestibility of dry matter (DMD) and organic mater(OMD). The method used in this research was split plotrandomized block design with 3 replications. Main factor wascutting age is: U40, U50, U60 and was planting space: J1, J2,J3. The variables observed were dry matter, organic matter, InVitro dry matter and organic matter digestibility. The result ofthis research showed that cutting age gave significantly effect(P

  • vi

    significantly difference effect (P>0.05) between cutting age40, 50, 60 days. The result of this research showed that plantspacing gave no significantly effect (P>0.05) on dry matter,organic matter, In Vitro dry matter and organic matterdigestibility.

    Keyword : cutting age, plant spacing, dwarf elephant grass(Pennisetum purpureum cv. Mott), In Vitro drymatter and organic matter digestibility.

  • vii

    PENGARUH JARAK TANAM DAN UMUR POTONGRUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv.Mott) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING

    (KcBK) DAN BAHAN ORGANIK (KcBO)

    Muhammad Faris Ghiffari1), Ifar Subagiyo2), dan Herni Sudarwati2)

    1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya2Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

    E mail : [email protected]

    RINGKASAN

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Desember2016 sampai 16 Maret 2017 di Desa Kandangan, KecamatanSrengat, Kabupaten Blitar, Laboratorium Kimia TanahFakultas Pertanian dan Laboratorium Nutrisi dan MakananTernak Fakultas Peternakan Universitas Brawijawa. Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jaraktanam dan umur potong yang berbeda pada rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) terhadap Kecernaan BahanKering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO). Hasil penelitianini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagimahasiwa maupun peternak mengenai jarak tanam dan umurpotong yang berbeda pada rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott) yang baik terhadap Kecernaan BahanKering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO).

    Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalahstek rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) danurea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahpercobaan faktorial dengan menggunakan rancangan petak

  • viii

    terbagi pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3ulangan. Penilitian ini menggunakan 2 faktor yaitu faktor A(Main Treatment): umur potong 40hari (U40), umur potong 50hari (U50), umur potong 60 hari (U60) dan faktor B (SubTreatment): jarak tananam 15x 15cm (J1), jarak tananam 20x20cm (J2), jarak tananam 30x 30cm (J3). Variable yangdiamati adalah kandungan Bahan Kering (BK), Bahan Organik(BO), Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan bahanOrganik (KcBO). Apabila terjadi pengaruh perlakuan makadilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan umurpotong memberikan perbedaan yang sangat nyata (P0,05) terhadapBK, BO, KcBK dan KcBO. Interaksi umur potong dan jaraktanam memberikan perbedaan nyata (P0,05).

    Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa nilai KcBKsecara nyata hanya dipengaruhi oleh umur potong sedangkannilai KcBO tidak dipengaruhi oleh umur potong dan jaraktanam sedangkan umur potong 60 hari memberikan nilaiBahan Kering (BK) paling tinggi sebesar 12,75% dan BahanOrganik (BO) sebesar 83,54% dan interaksi umur potong 60hari dengan jarak tanam 20 x 20cm (U60J2) memberikan nilaiBahan Organik (BO) paling tinggi sebesar 84,02%.Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk

  • ix

    melakukan pemotongan rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott) pada umur pemotongan 40 hari karenacenderung memiliki nilai kecernaan paling tinggi baikKecernaan Bahan Kering (KcBK) maupun Kecernaan BahanOrganik (KcBO).

  • x

  • xi

    DAFTAR ISI

    Isi HalamanRIWAYAT HIDUP ..........................................................iKATA PENGANTAR ......................................................iiiABSTRACT ......................................................................vRINGKASAN ...................................................................viiDAFTAR ISI.....................................................................xiDAFTAR TABEL.............................................................xvDAFTAR GAMBAR ........................................................xviiDAFTAR LAMPIRAN ....................................................xixDAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL .......................xxiBAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ...............................................11.2. Rumusan Masalah ..........................................31.3. Tujuan Penelitian............................................31.4. Manfaat Penelitian..........................................31.5. Kerangka Pikir................................................31.6. Hipotesis.........................................................7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum

    cv. Mott) ........................................................92.2. Kandungan Nutrisi Rumput Gajah Odot

    (Pennisetum purpureum cv. Mott).................112.3. Jarak Tanaman................................................122.4. Pemotongan....................................................142.5. Pemupukan .....................................................162.6. Kondisi Iklim..................................................182.7. Pengukuran Kecernaan Bahan Kering

    (KcBK) dan Kecernaan BahanOrganik(KcBO) ..........................................................19

  • xii

    BAB III MATERI DAN METODE3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian .......................... 233.2.Materi Penelitian............................................. 23

    3.2.1.Tanaman ......................................... 233.2.2.Alat dan Bahan ............................... 23

    3.3.Metode Penelitian ........................................... 243.4.Tahap Penelitian ............................................. 25

    3.4.1.Persiapan Lokasi............................. 253.4.2. Bibit ............................................... 263.4.3.Penanaman...................................... 263.4.4.Triming ........................................... 263.4.5.Pemupukan ..................................... 263.4.6. Pemeliharaan ................................. 263.4.7. Pengambilan Sampel ..................... 27

    3.5.Variable Penelitian.......................................... 273.6.Analisa Data ................................................... 283.7. Batasan Istilah................................................ 29

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Kondisi Kesuburan Tanah Selama Penelitian. 314.2 Kondisi Iklim Selama Penelitian .................... 334.3 Pengaruh jarak tanam dan umur potong

    terhadap konsentrasi Bahan Kering(BK)dan Bahan Organik (BO) .............................. 34

    4.4 Pengaruh jarak tanam dan umur potongterhadap Kecernaan Bahan Kering (KcBK).. 37

    4.5 Pengaruh jarak tanam dan umur potongTerhadap Kecernaan Bahan Organik(KcBO).......................................................... 39

    4.6 Produksi Bahan Kering, Bahan Organik,Bahan Kering Tercerna dan BahanOrganik Tercerna ......................................... 41

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan .................................................... 45

  • xiii

    6.2 Saran ...............................................................45

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................47LAMPIRAN......................................................................57

  • xiv

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman1. Kandungan nutrisi rumput gajah odot (Pennisetum

    purpureum cv. Mott) .....................................................122. Hasil analisis tanah Desa Kandangan Kabupaten

    Blitar .............................................................................313. Data curah hujan dan lama penyinaran matahari ..........334. Bahan Kering (BK) rumput gajah odot (Pennisetum

    purpureum cv. Mott) berbagai umur potong danjarak tanam....................................................................35

    5. Bahan Organik (BO) rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott) berbagai umur potong danjarak tanam....................................................................36

    6. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) berbagai umurpotong dan jarak tanam.................................................38

    7. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) berbagai umurpotong dan jarak tanam.................................................40

    8. Produksi Bahan Kering, Bahan Organik, Bahan KeringTercerna dan Bahan Organik Tercerna ........................42

  • xvi

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman1. Kerangka pikir penelitian..............................................62. Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).103. Potongan stek ................................................................144. Denah letak rumpun rumput gajah odot (Pennisetum

    purpureum cv. Mott) .....................................................245. Denah petak percobaan .................................................25

  • xviii

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman1. Prosedur analisis Bahan Kering (BK) ........................572. Prosedur analisis Bahan Organik (BO) ......................583. Pengambilan cairan rumen .........................................594. Prosedur analisa kecernaan in vitro ............................615. Analisis statistik Bahan Kering (BK) Pennisetum

    purpureum cv. Mott pada berbagai umur potongandan jarak tanam...........................................................64

    6. Analisis statistik Bahan Organik (BO) Pennisetumpurpureum cv. Mottpada berbagai umur potongandan jarak tanam...........................................................68

    7. Analisis statistik Kecernaan Bahan Kering (KcBK)Pennisetum purpureum cv. Mott pada berbagaiumur potongan dan jarak tanam .................................73

    8. Analisis statistik Kecernaan Bahan Organik (KcBO)Pennisetum purpureum cv. Mott pada berbagaiumur potongan dan jarak tanam .................................77

    9. Hasil analisa kadar N,P,K dan BO tanah....................8010. Hasil analisa kandungan nutrisi (protein dan serat

    kasar) rumput gajah odot (Pennisetum purpureumcv. Mott) pada berbagai umur potong dan jaraktanam ..........................................................................81

    11. Dokumentasi penelitian di lapang ..............................8212. Dokumentasi saat penelitian di Laboratorium

    Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas BrawijayaMalang........................................................................84

  • xx

  • xxi

    DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

    % = PerseratusAl = AluminiumB = BoronBETN = Bahan Exstrak Tanpa NitrogenBK = Bahan KeringBO = Bahan OrganikCa = CalciumCu = Copperet al., = et aliiFe = Ferumg = gramha = HektarK = Kaliumkg = kilogramKcBK = Kecernaan Bahan KeringKcBO = Kecernaan Bahan Organikm = meterMg = Magnesiumml = MilliliterMn = ManganMo = MolibdenumN = NitrogenNH4

    + = AmmoniumNO3

    - = NitratNDF = Neutral Detergent FiberP = PhosporPK = Protein KasarRAK = Rancangan Acak Kelompok

  • xxii

    RGK = Rumput Gajah KerdilS = SulfurSK = Serat Kasar

  • 1

  • BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangHijauan pakan merupakan salah satu faktor penentu

    dalam pengembangan usaha peternakan khususnya untukternak ruminansia. Pakan merupakan kebutuhan tertinggidalam manajemen budidaya ternak yaitu 60-70% dari seluruhbiaya produksi. Hijauan pakan ternak adalah bahan pakanyang diberikan pada ternak untuk mencukupi kebutuhannutrisi ternak. Hijauan merupakan bahan makanan utamaternak ruminanasia karena berfungsi sebagai pengenyang(bulky) dan sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin,mineral serta energi.

    Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)merupakan salah satu jenis rumput gajah yang ukurannya lebihkecil dari rumput gajah lain. Thalib (2016) menambahkanbahwa rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)atau biasa disebut dwarf elephant grass. Rumput tersebutmerupakan jenis rumput unggul yang mempunyaiproduktivitas yang tinggi dan kandungan nutrisi yang cukupbaik adalah tipe dwarf (mini). Karakteristik proporsi rumputodot mempunyai rasio daun yang tinggi dibandingkan batang.Kualitas rumput ini lebih tinggi dibandingkan jenis rumputtropis lainnya. Menurut Lasamandi, Malalantang, Rustandidan Anis (2013) rumput gajah dwarf merupakan rumputunggul yang berasal dari Philipina. Selain menghasilkanbanyak anakan, mempunyai akar kuat, batang yang tidak kerasdan mempunyai ruas ruas daun yang banyak serta strukturdaun yang muda dan rumput tersebut sangat disukai olehternak.

  • Produksi dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh jaraktanam dan umur panen. Jarak tanam yang sempit akanmenghasilkan rumput yang lebih banyak sehingga produksibahan kering yang tinggi (Jamaran, 2006). Umur pemotonganmempengaruhi produksi dan kualitas pakan, semakin tua umurpemotongan maka semakin tinggi produksi namun berbandingterbalik dengan kualitas pakan, karena kandungan kandunganserat kasar meningkat dan protein kasar menurun. Astuti(2011) menyatakan semakin tua umur tanaman menyebabkanpenurunan produksi daun dan peningkatan jumlah batang.Selain itu terjadi peningkatan produksi serat kasar yangdisebabkan karena terjadinya proses lignifikasi yang semakintinggi sehingga komponen serat kasar akan meningkat.

    Disamping produksi yang optimal dan nutrisi tanamanyang tinggi, pakan hijauan yang dihasilkan dituntut memilikinilai kecernaan yang tinggi. Kecernaan merupakan salah satuparameter kualitas pakan dan merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pemberian pakan. Kualitas bahan pakan(nutritive value) didefinisikan sebagai fungsi dari komposisifisik dan kimia pakan, kecernaan, laju kecernaan dan efisiensipemanfaatan zat zat nutrisi yang diserap, tingkat konsumsi dankonsentrasi energi (Susanti, 2007). Nilai kecernaan sangatpenting dalam hubungannya dengan banyaknya zat–zatmakanan yang diserap dan dimanfaatkan oleh ternak. Untukmendapatkan informasi kecernaan bahan pakan dapatdilakukan pendekatan pengukuran secara In Vitro. Oleh karenaitu perlu diteliti umur pemotongan dan jarak tanam selain ituhubungan interaksi umur pemotongan dan jarak tanam yangmampu menghasilkan kecernaan yang optimal pada rumputgajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).

  • 1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    bagaimana pengaruh jarak tanam dan umur potong yangberbeda pada rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) terhadap Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan BahanOrganik (KcBO).

    1.3 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    jarak tanam dan umur potong yang berbeda pada rumput gajahodot (Pennisetum purpureum cv. Mott) terhadap KecernaanBahan Kering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO).

    1.4 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    informasi bagi mahasiwa maupun peternak mengenai jaraktanam dan umur potong rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott) yang baik terhadap Kecernaan BahanKering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO).

    1.5 Kerangka PikirRumput memegang peranan penting dalam penyediaan

    pakan hijauan bagi ternak ruminansia. Rumput sebagai hijauanmakanan ternak telah umum digunakan oleh peternak dandapat diberikan dalam jumlah banyak. Salah satu aspekpengelolaan tanaman rumput gajah adalah pengaturan intervalpemotongan. Interval pemotongan berhubungan denganproduksi yang dihasilkan dan nilai gizi tanaman dankesanggupan untuk bertumbuh kembali. Pemotongan yangterlalu berat dengan tidak memperhatikan kondisi tanamanakan menghambat pertumbuhan tunas yang baru sehingga

  • produksi yang dihasilkan dan perkembangan anakan menjadiberkurang. Sebaliknya pemotongan yang terlalu ringanmenyebabkan pertumbuhan tanaman di dominasi oleh pucukdan daun saja, sedangkan pertumbuhan anakan berkurang(Ella, 2002). Kualitas hijauan menurun seiring perkembangantanaman selama pertumbuhan. Meningkatnya kematangantanaman ditunjukkan dengan meningkatnya proporsi dindingsel dan menurunnya kandungan N yang berpengaruh terhadapKecernaan Bahan Organik (KcBO) in vitro. Semakin tua umurtanaman, produksi bahan keringnya tinggi tetapi kandungannutriennya menurun. Kandungan air tanaman akan menurundengan semakin meningkatnya umur tanaman. Seiring denganpertumbuhan tanaman, proporsi komponen tercerna sepertikarbohidrat terlarut, protein dan kandungan isi sel lainnyacenderung menurun (Surono, Soejono dan Budhi, 2003).Jamaran (2006) menyatakan bahwa faktor yang sangatmenentukan pertumbuhan tanaman adalah kerapatan daripenanaman. Jarak tanam yang sempit akan menghasilkanrumput yang lebih banyak sehingga produksi segar dan bahankering yang tinggi. Tanaman rumput gajah yang ditanamdengan kerapatan berbeda mempunyai populasi/ha yangberbeda. Rumput gajah yang ditanam dengan Jarak 80 x 75 cmmempunyai populasi 12.375 rumpun/ha, lebih banyak darijarak tanam 80 x 100 cm dan jarak tanam 80 x 150 cm yakni8.250 rumpun/ha dan 4.125 rumpun/ha.

    Penelitian Yasin, Malik dan Nazir (2003) menunjukanbahwa kecernaan bahan kering daun rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan jarak tanam 45 x 45cm yaitu 72,93% sedangkan jarak tananam 120 x 120 cmyaitu 72,08%. Penelitian Mansyur, dkk., (2008) menunjukkanhasil bahwa ada pengaruh umur pemotongan terhadap

  • kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput signal.Hasil kecernaan bahan kering rumput umur panen 30 hari(44,02%) berbeda dengan umur pemotongan 50 hari (35,5%)dan 60 hari (34,47%). Sedangkan untuk kecernaan bahanorganik umur pemotongan 30 hari (46,013%) berbeda denganumur pemotongan 50 hari (34,468%) dan 60 hari (32,79%).Kecernaan bahan kering dan organik tertinggi dari hijauanrumput signal ditunjukkan oleh umur pemotongan 30 hari,yaitu 44,02% dan 46,013%.

    Berdasarkan pemikiran diatas, dilakukan penelitianuntuk megetahui perlakuan perbedaan jarak tanam jaraktanam15 x 15 cm, 20 x 20 cm, 30 x 30 cm dan umurpemotongan 40, 50 dan 60 hari terhadap Kecernaan BahanKering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO) rumput gajahodot (Pennisetum purpureum cv. Mott).

  • Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

    Jarak tanamam Umur potong

    15 x 15cm 20 x 20cm 30 x 30cm

    Rumput

    Pennisetum purpureum cv.Mott

    Keunggulan :

    Produksi yang cukup tinggi. Menghasilkan banyak anakan Mempunyai akar kuat Batang yang tidak keras Mempunyai ruas ruas daun yang banyak Disukai oleh ternak

    ( Lasamandi, Malalantang, Rustadi dan Anis, 2013)

    Faktor yang

    mempengaruhi kualitas

    hijaun:

    Faktor genetik Faktor lingkungan Keadaan tanah dan

    kesuburannya Pengaruh iklim dan

    cuaca Perlakuan manusia

    atau manajemenseperti jarak tanamdan umur potong

    Hijauan Konsentrat

    Pakan Ruminansia

    Leguminosa

    40

    Hari

    50

    Hari

    60

    Hari

    Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan

    Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

  • 1.6 HipotesisJarak tanam dan umur potong memberikan perbedaan

    terhadap Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan KecernaanBahan Organik (KcBO) rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott).

  • 9

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Rumput Gajah Odot (Penisetum purpureum cv.Mott)Rumput merupakan jenis tanaman yang digunakan

    sebagai sumber pakan hijauan ternak herbivora. Tanamanrumput termasuk tanaman monokotil. Perbedaan nilai nutrisiantara spesies tanaman sangat luas akibat perbedaan anatomi,biokimia dan morfologi tanaman. Rumput tropika mempunyaikeistimewaan anatomi daun yang termasuk lintasan fiksasikarbon C4, yaitu mempunyai sel-sel chlorenchyma (bundlesheath) di sekitar vascular bundle dan mempunyai proporsilignin yang tinggi serta sel suberin yang resisten untuk dipecahselama pencernaan. Oleh karena itu rumput daerah tropis cepattua, mempunyai kecernaan dan intake yang rendah (Purbajanti, 2013).

    Hijauan pakan yang sangat potensial dan seringdiberikan pada ternak ruminansia adalah rumput gajah(Pennisetum purpureum). Banyak jenis rumput gajah yang adadi Indonesia dan yang belum banyak dikenal adalah rumputgajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Thalib (2016)menambahkan bahwa rumput gajah odot Pennisetumpurpureum cv. Mott) atau biasa disebut dwarf elephant grassmerupakan jenis rumput unggul yang mempunyaiproduktivitas tinggi dan kandungan nutrisi cukup baik.Kultivar ini memiliki komponen daun yang tinggidibandingkan batang. Kualitas nutrisi rumput ini lebih tinggipada berbagai tingkat usia dibandingkan jenis rumput tropislainnya. Rumput gajah dwarf berasal dari Philipinamenghasilkan banyak anakan, mempunyai akar kuat, batang

  • 10

    yang tidak keras dan mempunyai ruas daun yang banyak sertastruktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh ternak(Lasamandi, dkk., 2013). Tanaman pakan ini dapat tumbuh diberbagai tempat, toleran terhadap naungan, respon terhadappemupukan, serta memerlukan tingkat kesuburan tanah yangtinggi (Sirait, Taringan dan Simanihuruk, 2015).

    Rumput gajah odot telah diperkenalkan ke banyakdaerah tropis dan sub tropis selama dekade terakhir. Rumputini sangat produktif jika dikelola dengan baik untukpenggembalaan atau pemotongan (Clavero, 2009). Secaraumum karakteristik dan pola tumbuh dari rumput gajah odotini tingginya 150 – 180 cm (terjangkau untuk penggembalaandan frequent cutting), produksi daun lebih tinggi dari padanormal dan karakteristik batang tidak terlalu cepat mengerasdan internode-nya pendek (Mukhtar, 2011).

    Gambar 2. Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv.Mott)

  • 11

    Klasifikasi dari tanaman rumput gajah odot menurut Dapa(2016) :Regnum : Plantae (Tumbuhan)Super Divisi : SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaSub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : PoaceaeGenus : PennisetumSpesies : Pennisetum purpureum cv. Mott

    Rumput odot sangat mudah dibudidayakan yangsangat disukai kambing. Rumput ini hampir mirip denganrumput gajah, perbedaannya daun lebih lemas, tidak gatalkarena bulu daun halus, pertumbuhannya sangat cepat.Rumput ini mulai dibudidayakan oleh seorang Peternakkambing PE di Tulungagung yang bernama pak odot. Olehsebab itu rumput ini juga dikenal dengan rumput odot.Berdasarkan pengalaman di lapangan, pertumbuhan rumput inisangat cepat, jarak penanaman di upayakan 0,5 hingga 1meter, karena 1 bibit rumput gajah mini dapat beranak menjadilebih dari 60 batang lebih, sehingga dalam jarak waktu 36 hariapabila asupan kandungan humus tinggi sudah dapat dipanen(Salasa, 2008).

    2.2 Kandungan Nutrisi Rumput Gajah Odot(Pennisetum purpureum cv. Mott)Rumput gajah odot dapat menghasilkan rumput segar

    sekitar 60 ton/ha/panen dan memiliki kandungan protein yangtinggi sekitar 17-19%. Lokasi penanaman rumput odot adalah

  • 12

    lahan lahan non produktif (Purwawangsa dan Putera, 2014).Produksi bahan bahan kering dari Penisetum purpureum cv.Mott kultivar 20.84 ton / ha (Budiman, Soetrisno, Budhi andIndrianto, 2012).

    Tabel 1. Kandungan nutrisi rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott)

    JarakTanam

    Kadar lemak(%)

    Kadar Protein(%)

    Kecernaan (%) Beratsegar(Kg)Daun Batang Daun Batang Daun Batang

    45 x 45 2,88 1,00 14,90 8,18 72,93 62,49 2,8460 x 60 2,56 0,82 13,80 8,02 72,43 62,64 3,275 x 75 2,46 0,75 13,15 7,78 72,41 61,95 3,5490 x 90 2,15 0,68 12,55 7,05 72,16 61,63 3,96

    105 x 105 2,14 0,61 12,13 6,60 72,56 61,29 4,55120 x 120 2,03 0,50 11,50 6,50 72,08 61,16 5,17

    Sumber: Yasin, Malik dan Nazir, (2003).

    2.3 Jarak TanamPenanaman rumput gajah dapat dilakukan dengan

    menggunakan bibit berupa stek atau sobekan rumpun. Stekyang baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.Penanaman stek yang terlalu tua atau terlalu muda akanmengakibatkan pertumbuhan lambat, bahkan tanaman banyakyang tidak tumbuh. Apabila digunakan stek maka digunakanstek batang yang panjang nya 25 - 30 cm paling sedikitmempunyai dua mata tunas. Pemotongan pada bagian pangkalbawah harus miring dan pada pangkal alas datar. Hal ini perludilakukan untuk menghindari penanaman stek secara terbalikyang akan menghambat pertumbuhan. Sedangkan bilamenggunakan sobekan rumpun maka dipilih rumpun yangmuda, tegap, besar dan sehat yang tingginya 20 - 25 cm

  • 13

    (Lugiyo dan Sumaito, 2000). Rukmana, (2006) menambahkanbahwa ruas yang terlalu panjang membuktikan stek tersebutmasih muda. Batang yang masih muda kurang baik untukditanam sebagai bibit. Sebab kandungan karbohidrat atauenergi pertumbuhannya rendah. Bila bibit diambil dari kebunyang sudah ada, maka pada umur dua bulan dari pemangkasansudah bisa diambil steknya.

    Faktor yang sangat menentukan pertumbuhan tanamanadalah kerapatan dari penanaman. Jarak tanam 80 x 75 cmakan menghasilkan rumput yang lebih banyak sehinggaproduksi bahan kering tinggi. Jarak tanam 80 x 75 cm akanmeningkatkan produksi tanaman asalkan kesuburan tanahtercukupi. Hal diatas membuktikan bahwa kebutuhan tanamanterhadap hara, air, dan cahaya matahari pada kerapatan satu(80 x 150 cm), dua (80 x 100 cm), dan tiga (80 x 75 cm) barismasih tersedia dalam keadaan cukup. Namun demikian jaraktanam mempengaruhi populasi dan efisiensi penggunaancahaya matahari (Jamaran, 2006).

    Penelitian Sandiah, Pasolon dan Sabarudin, (2011)menunjukan bahwa perbedaan jarak tanam memberikanpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman rumput gajahterutama jumlah anakan tanaman rumput gajah pada umur 60hari (panen pertama) dan umur 100 hari (panen kedua).Pertumbuhan tanaman rumput gajah pada umur 60 hari (panenpertama), jarak tanam 100 cm x 80 cm (J1) memberikanpengaruh terhadap tingginya jumlah anakan tanaman rumputgajah, kecenderungan yang sama juga ditunjukkan jumlahanakan tanaman rumput gajah pada umur 100 hari (panenkedua) dimana jarak tanaman 100 cm x 80 cm (J1)memberikan hasil yang terbaik. Diduga, jarak tanam yangrenggang menyebabkan kompetisi antara tanaman akan unsur

  • 14

    hara lebih kecil disamping itu memberikan ruang tumbuh yanglebih baik sehingga proses fotosintesis berlangsung secaraoptimal dan ditransalokasikan kebagian-bagian tanamanterutama untuk membentuk tunas baru lebih tinggi

    Produksi dan nilai nutrisi sembilan varietas rumputgajah, salah satu diantaranya Rumput Gajah Kerdil (RGK).Rumput gajah kerdil tersebut ditanam dalam jarak tanam satumeter antar barisan dan 50 cm di dalam barisan, diperoleh ratarata tinggi tanaman pada interval pemotongan 7 - 8 mingguadalah 79 cm (Sirait, Taringan dan Simanihuruk, 2015). Oyo,Heliati dan Solihat (1997) menambahkan bahwa jarak tanamyang sering digunakan untuk penaman rumput adalah: 30 x 30cm atau 40 x 40 cm.

    Gambar 3. Potongan stek

    2.4 PemotonganPemanenan tanaman pakan yang tepat merupakan

    faktor penting, terutama pada faktor umur pemotongan(defoliasi) karena umur pemotongan akan menentukanproduksi sekaligus juga kandungan nutriennya (Lugiyo, 2006).

  • 15

    Interval pemotongan berhubungan dengan produksiyang dihasilkan dan nilai gizi tanaman dan kesanggupan untukbertumbuh kembali. Pemotongan yang terlalu berat dengantidak memperhatikan kondisi tanaman akan menghambatpertumbuhan tunas yang baru sehingga produksi yangdihasilkan dan perkembangan anakan menjadi berkurang.Sebaliknya pemotongan yang terlalu ringan menyebabkanpertumbuhan tanaman di dominasi oleh pucuk dan daun saja,sedangkan pertumbuhan anakan berkurang (Adrianton, 2010).

    Pemotongan hijauan dilakukan bila rumput sudahsetinggi 1 sampai 1,5 m, apabila lebih tinggi atau lebih tuaproporsi batang sedemikian besarnya sehingga kadar seratkasarnya menjadi tinggi dan nilai kecernaan turun.Pemotongan rumput disisakan sampai setinggi 10 sampai 15cm dengan interval pemotongan tiap 6 sampai 8 minggu(paling baik 6 minggu) (Reksohadiprojo, 1981). Umurpemangkasan yang lebih panjang akan menyebabkanakumulasi biomassa dari bahan kering lebih banyakdibandingkan dengan umur yang lebih singkat (Hanavi,Yuniar dan Hanum, 2013).

    Umur pemotongan sangat erat pengaruhnya terhadapkualitas dan kuantitas hijauan .Pemotongan yang berdasarkanumur akan mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan(Surono, Soejono dan Budhi, 2003). Semakin lambat tanamandilakukan pemotongan, kandungan serat kasarnya semakintinggi, sebaliknya terlalu awal atau dilakukan dalam intervalyang pendek, hijauan tersebut akan selalu dalam keadaanmuda. Hijauan muda kandungan protein dan kadar airnyatinggi tetapi kadar seratnya rendah (Ella, 2002). Savitri,Sudarwati dan Hermanto (2013) menambahkan bahwasemakin tua umur pemotongan maka semakin tinggi produksi

  • 16

    namun berbanding terbalik dengan kualitas pakan (kandunganserat kasar meningkat, protein kasar menurun).

    Peningkatan hasil hijauan segar rumput gajah didugasemakin lama umur defoliasi maka semakin banyakkesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukanfotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat akan semakinbesar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentukdigunakan untuk pembentukan dinding sel dan selanjutnyaakan meningkatkan proporsi batang maupun hijaun segarrumput gajah (Mulatsih, 2003).

    Astuti (2011) menambahkan bahwa semakin lamaumur pemotongan rumput raja yaitu pemotongan umur 60hari, kandungan nutrient (protein kasar) semakin menurun, halini disebabkan semakin tua umur tanaman secara umummemperlihatkan penurunan produksi daun dan peningkatanjumlah batang. Selain itu terjadi peningkatan produksi seratkasar yang disebabkan karena terjadinya proses lignifikasiyang semakin tinggi dan seiring dengan lamanya umurpemotongan sehingga komponen serat kasar akan meningkat.

    2.5 PemupukanKetersediaan unsur hara didalam tanah dapat

    dilakukan dengan pemberian pupuk. Besarnya jumlah pupukyang diberikan tergantung respons dari tanaman pakantersebut. Semakin lengkap unsur hara yang diberikan denganjumlah yang tepat, semakin baik dan maksimal hasil yangdiperoleh (Polakitan dan Kairupan, 2010).

    Kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur haramakro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (B, Mo, Cu, Fe, Mn)zat pengatur tumbuh serta mikroorganisme tanah yang sangatdiperlukan oleh berbagai jenis tanaman (Muhakka, Napoleon

  • 17

    dan Rosa, 2014). Pupuk adalah suatu bahan yang digunakanuntuk memperbaiki kesuburan tanah, sedangkan pemupukanadalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam tanahagar tanah menjadi subur (Marassing, Kaunang, Dompas, danBawole, 2013).

    Rumput gajah (Pennisetum purpureum, Schumacherdan Thon) merupakan salah satu hijauan yang responsifterhadap pemupukan, khususnya pupuk nitrogen (N). Unsur Ndiabsorbsi oleh rumput dalam bentuk ion nitrat (NO3

    -) atau ionammonium (NH4

    +). Zat hara N sangat penting bagipertumbuhan vegetatif tanaman dan perkembangan yangnormal termasuk pembentukan daun, batang dan cabang sertasintesis protein. Tanpa pemupukan maka produksi akanrendah. Pemberian pupuk N pada rumput gajah 300kg/ha/tahun menunjukan respon peningkatan produksi.Disamping itu pupuk N, rumput gajah juga memerlukan unsurhara sulfur (S) yang sangat diperlukan untuk mempercepatperkembangan akar, pembentukan klorofil dan pembentukanasam amino essensial yang mengandung unsur S. Meskipunkebutuhan unsur S relatif sedikit, namun apabila terjadikekurangan maka dapat menyebabkan defisiensi, sebaliknyabila terjadi over dosis akan terjadi keracunan (Susanti, 2007).

    Kelebihan urea dibanding kompos adalah dapatmenyediakan unsur hara pada saat yang tepat dibutuhkantanaman. Urea secara cepat dapat menyediakan hara nitrogen.Hara nitrogen sebagai komponen protein dan khlorofildibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, dan kelebihanunsur N tidak menimbulkan keracunan bagi tanaman, laindengan hara mikro seperti Al dan Fe, apabila kelebihan haramikro tersebut dapat meracuni tanaman. Jika kelebihan,nitrogen oleh tanaman akan diakumulasi di jaringan daun,

  • 18

    sehingga kandungan protein daun juga meningkat. SedangkanKalium adalah salah satu mineral yang merupakan gugus aktifdalam pembentukan enzim, selanjutnya berperan pada prosesfisiologis (Hidayat dan Suwarno, 2012).

    2.6 Kondisi IklimCurah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan

    yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidakmenguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1(satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh(tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 m2 denganasumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap(Mulyono, 2014).

    Lama penyinaran matahari merupakan besarnyakekuatan matahari yang melebihi 120 W/m2 yang dapatmembakar kertas pias yang dihitung dari jam 08.00- 16.00.Alat yang digunakan mengukur lama penyinaran matahariyaitu Campbell Stokes Recorder memiliki 2 komponen utama,yaitu bola kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagailensa cembung, dan kertas pias. Bola kaca akanmengumpulkan cahaya matahari pada titik fokusnya, dan padatitik fokusnya terdapat sebuah lempengan baja dengan ukuranlebar kira-kira 10 cm tempat meletakkan kertas pias. Jika sinarmatahari yang terkumpulkan tersebut memiliki kekuatan lebihdari 120 W/m2 maka akan membakar kertas pias sehinggameninggalkan jejak-jejak terbakar. Jejak-jejak terbakarberkaitan dengan lama waktu penyinaran matahari yaitusemakin panjang jejaknya maka semakin lama juga penyinaraninsolasi. Jejak terbakar pada kertas pias dapat berupa lubangpanjang/ pendek, terputus-putus, atau bintik terbakar. Dalamkertas pias telah ada ukuran skala yang berkaitan dengan lama

  • 19

    penyinaran matahari. 1 skala setara dengan 1 jam lamapenyinaran matahari (Hamdi, 2014).

    2.7 Pengukuran Kecernaan Bahan Kering (KcBK) danKecernaan Bahan Organik (KcBO)Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai gizi adalah

    kecernaannya, dan sejauh mana hijauan ternak dapat dicernadan diserap oleh ternak (Trisnadewi dan Cakra, 2015). Faktorutama yang mempengaruhi pakan kasar adalah material seratsehingga perubahan – perubahan yang dilakukan ataskomponen serat akan sangat mempengaruhi kecernaan bahanpakan. Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan pakanadalah jenis hewan, jenis pakan, jumlah ransum, macam bahanpakan, cara pengolahan bahan pakan dan zat makanan yangdikandung di dalamnya (Purbajanti, 2013).

    Kecernaan merupakan salah satu parameter kualitaspakan dan merupakan hal yang penting diperhatikan dalampemberian pakan. Kualitas bahan pakan (Nutritive Value)didefinisikan sebagai fungsi dari komposisi fisik dan kimiapakan,kecernaan, laju kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zatzat nutisi yang diserap, tingkat konsumsi dan konsentrasienergi. Nilai kecernaan sangat penting dalam hubungannyadengan banyaknya zat – zat makan yang diserap dandimanfaatkan oleh ternak. Informasi kecernaan bahan pakandapat diperoleh melalui pengukuran secara in vitro (Susanti,2007). Metode in vitro mempunyai korelasi nilai yang sangatbagus dengan metode in vivo dan sampel yang diuji bisa lebihbanyak dengan bahan sedikit dan tentunya tidak terlalu banyakmemakan biaya. Selain untuk melihat kecernaan, metode invitro dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi ammoniadan asam lemak terbang yang dihasilkan. Pada umumnya

  • 20

    tanaman yang lebih muda akan mempunyai konsentrasiammonia dan asam lemak terbang yang lebih tinggi dibandingpada tanaman yang lebih tua, karena pada tanaman yang mudamempunyai protein kasar dan karbohidrat yang terlarut yangtinggi (Mansyur, dkk., 2007).

    Kecernaan bahan kering pada ruminansiamenunjukkan tingginya zat makanan yang dapat dicerna olehmikroba dan enzim pencernaan pada rumen. Semakin tinggipersentase kecernaan bahan kering suatu bahan pakan,menunjukkan bahwa semakin tinggi pula kualitas bahan pakantersebut. Kecernaan yang mempunyai nilai tinggimencerminkan besarnya sumbangan nutrien tertentu padaternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaanrendah menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang mampumenyuplai nutrien untuk hidup pokok maupun untuk tujuanproduksi ternak (Riswandi, Muhakka dan Lehan, 2013).

    Kecernaan bahan kering suatu bahan pakan adalahkecernaan bahan organik dan anorganik dari bahan pakantersebut. Kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukkantingginya zat makanan yang dicerna. Semakin tinggi nilaikecernaan suatu bahan pakan, berarti semakin tinggi kualitaspakan tersebut (Sofiana, Dhalika dan Budiman, 2015).Kecernaan bahan kering merupakan salah satu indikator yangmenentukan kualitas pakan. Kecernaan bahan kering yangtinggi menunjukkan tingginya zat makanan yang dapatdimanfaatkan oleh mikroba rumen. Semakin tinggi nilaipersentase kecernaan bahan pakan maka semakin baikkualitasnya (Alia, Dhalika dan Hidayat, 2015).

    Nilai kecernaan bahan organik lebih tinggi dibandingdengan nilai kecernaan bahan kering, hal ini disebabkankarena pada bahan kering masih terdapat kandungan abu,

  • 21

    sedangkan pada bahan organik tidak mengandung abu,sehingga bahan tanpa kandungan abu relatif lebih mudahdicerna. Kandungan abu memperlambat atau menghambattercernanya bahan kering ransum. Peningkatan kecernaanbahan organik dikarenakan kecernaan bahan kering jugameningkat. Adanya peningkatan kandungan protein kasar akanmenyebabkan meningkatnya aktivitas mikrobia rumen, digestiterhadap bahan organik (Fathul dan Wajiyah, 2010). Alia,dkk., (2015) menambahkan bahwa kecernaan bahan organikberhubungan dengan kecernaan bahan kering karena bahanorganik merupakan bahan kering tanpa zat anorganik. Bahanorganik terdiri dari protein kasar, lemak kasar, serat kasar danBETN.

    Penelitian dari Mansyur, dkk., (2008) menunjukanbahwa tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organikdipengaruhi oleh umur pemotongan. Kecernaan bahan keringdan organik tertinggi dari hijauan rumput signal ditunjukkanoleh umur pemotongan 30 hari, yaitu 44,02% dan 46,013%berturut-turut.

    Lignin merupakan komponen penghambat kecernaandari hijauan. Lignin tidak dapat dicerna dan keberadaannyamenurunkan proporsi fraksi serat hijaun yang dapat dicerna.Beberapa faktor seperti temperatur, intensitas cahaya matahari,ketersediaan air, tingkat kemasakan, saat panen dan carapenyimpanan berakibat pada komposisi serat terutamakandungan lignin (Purbajanti, 2013).

  • 23

    BAB IIIMATERI DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di desa Kandangan,

    Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Analisa kadar N, P, Kdan BO tanah di Laboratorium Kimia Tanah FakultasPertanian dan analisa Kecernaan Bahan Kering (KcBK) sertaKecernaan Bahan Organik (KcBO) di Laboratorium Nutrisidan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UniversitasBrawijawa. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 2 Desember2016 sampai 16 Maret 2017.

    3.2 Materi Penelitian3.2.1 Tanaman

    Hijauan yang digunakan adalah jenis rumput gajahodot (Penisetum purpureum cv. Mott).

    3.2.2 Alat dan BahanAlat – alat :

    Seperangkat alat dan bahan analisa N, P, K dan BOtanah.

    Separangkat penanaman rumput gajah odot yaitusabit, cangkul, timbangan, gunting, plastik, label, dankarung.

    Separangkat analisis Bahan Kering (BK), BahanOrganik (BO) yaitu cawan porselin atau alumuniumdisk (al-disk), eksikator, oven 1050C, penjepit,timbagan analitis, tanur listrik 6000C dan desikator.

    Separangkat analisis Kecernaan Bahan Kering(KcBK) dan Bahan Organik (KcBO) yaitu labu ukur

  • 24

    3500 ml, penangas yang dilengkapi dengan stirer,tabung fermentor, incubator, karet penutup, raktabung fermentor, centrifuge 2500 rpm, kertassaring, oven 1050C, eksikator dan tanur.

    Bahan : Bahan penanaman rumput yaitu stek rumput gajah

    odot (Penisetum purpureum cv. Mott) dan urea. Bahan analisa Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan

    Bahan Organik (KcBO) antara lain MgCl2, CaCl2,aquades, cairan rumen, larutan buffer, gas CO2, aires dan larutan HCl pepsin.

    3.3 Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian adalah

    metode percobaan faktorial dengan menggunakan rancanganpetak terbagi pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan3 ulangan. Penelitian ini menggunakan 2 faktor sebagaiberikut.Faktor A (Main Treatment):

    - Umur potong 40 hari (U40).- Umur potong 50 hari (U50).- Umur potong 60 hari (U60).

    Faktor B (Sub Treatment):- Jarak tanam 15 x 15 cm (J1).- Jarak tanam 20 x 20 cm (J2).- Jarak tanam 30 x 30 cm (J3).

    Gambar 4. Denah letak rumpun rumput gajah

  • 25

    Gambar 5. Denah petak percobaan.

    3.4 Tahap Penelitian3.4.1 Persiapan Lokasi

    Tanah atau lahan yang akan ditanam diolah terlebihdahulu dengan membajak setelah itu menghilangkan tanamanpengganggu, kemudian dilakukan penggemburan tanahdengan mencangkul dan selanjutnya dibuat petak. Seseray,Santoso dan Lekitoo (2013) menambahkan sebelumpengolahan tanah terlebih dahulu dilakukan pembersihanlahan (land clearing), selanjutnya tanah digemburkan menjadistruktur yang remah sekaligus membersihkan sisa-sisaperakaran gulma.

  • 26

    3.4.2 BibitBibit yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari

    pembelian stek yang berlokasi di Kecamatan SrengatKabupaten Blitar.

    3.4.3 PenanamanPenanaman dilakukan menggunakan stek yang

    mengandung 5 ruas dan ditanam miring 1 stek perlubangsesuai perlakuan. Setelah stek ditanam, tanah ditekan rapatsupaya tidak mudah rebah dan tidak kering sehingga calonakar bisa mudah tumbuh. Seseray, dkk., (2013) menambahkanbahwa stek rumput diambil dari batang yang sehat, tidakterlalu muda dan tidak terlalu tua, minimal mengandung 2 ruasatau 3 buku, stek dipotong dengan posisi potongan miringsekitar 45º, sehingga mudah ditanam.

    3.4.4 TrimingTriming dilakukan 35 hari setelah tanam untuk

    menyeragamkan kondisi tanaman sehingga tanaman relatifhomogen.

    3.4.5 PemupukanPemberian pupuk dasar dilakukan 14 hari setelah

    penanaman dan 14 hari setelah triming menggunakan pupukurea dengan dosis 300 kg N/ha/tahun.

    3.4.6 PemeliharaanPemeliharaan yang dilakukan dengan membersihan

    tanaman penggangu.

  • 27

    3.4.7 Pengambilan SampelSampel rumput dari setiap perlakuan diambil

    sebanyak 1kg kemudian dicacah setelah itu dimasukkankantong untuk segera dibawa ke Laboratorium Nutrisi danMakanan Ternak Fakultas Peternakan guna analisis lebihlanjut.

    3.5 Variable PenelitianVariable yang diamati dalam penilitian ini adalah

    kandungan Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO) denganmetode AOAC (2005) dan Kecernaan Bahan Kering (KcBK)dan Kecernaan bahan Organik (KcBO) dengan metode Tilleyand Terry (1963) seperti pada Lampiran 4.

    Penetapan kecernaan bahan kering (KcBK) dankecernaan bahan organik (KcBO) dengan menggunakanmetode in vitro dihitung dengan formula:

    Keterangan :KcBK : Kecernaan Bahan Kering (%)KcBO : Kecernaan Bahan Organik (%)BK sampel : Berat sampel %BK(g)

    BO sampel : BK sampel %BO

    BK residu : (Berat cawan, kertas dan residu (g) – beratcawan dan kertas saring (g))

    BO residu : BK residu (g) – (berat cawan dan abu (g))

    %KcBK = BK sampel − (BK residu − BK blanko)BK sampel × 100%% KcBO = BO sampel − (BO residu − BO blanko)BO sampel × 100%

  • 28

    BK blanko : (Berat cawan, kertas dan residu (g) – beratcawan dan kertas saring (g))

    BO blanko : BK residu (g) – (berat cawan dan abu (g))

    3.6 Analisa DataData hasil penelitian diuji secara statistik dengan

    analisa Rancangan Petak Terbagi pola Rancangan AcakKelompok (RAK) metode (Steel and Torrie,1991)

    Rumus :

    Keterangan:Yijk : pengamatan dari faktor A level ke i, faktor B

    level ke j dan pada kelompok ke kµ : nilai tengahαi : pengaruh faktor A (petak utama/ umur

    potong) pada level ke i

    K : pengaruh kelompok ke k

    ik : galat percobaan (a) untuk level A dankelompok ke k

    ßj : pengaruh faktor B (anak petak/jarak tanam)pada level ke j

    (αß)ij : interaksi antara faktor A level ke i dan faktorB level ke j

    ijk : galat percobaan (b) untuk level ke i (faktorA) level ke j (faktor B) dan kelompok ke k

    Apabila ada perbedaan yang nyata maka dilanjutkandengan analisis uji jarak ganda Duncan metode (Steel andTorrie,1991).

    Yijk=µ + K + αi + ik + ßj + (αß)ij + ijk

  • 29

    3.7 Batasan IstilahHijauan : Sumber pakan utama bagi ternak

    ruminansia, baik untuk hidu pokok,pertumbuhan, produksi dan reproduksinya.

    RumputGajah Odot

    : Rumput gajah odot merupakan salah saturumput unggul yang berasal dari Philipinadimana rumput ini mempunyai produksiyang cukup tinggi. Selain itu menghasilkanbanyak anakan, mempunyai akar kuat,batang yang tidak keras dan mempunyairuas ruas daun yang banyak serta strukturdaun yang muda sehingga sangat disukaioleh ternak.

    Stek(batang)

    : Bagian dari tanaman yang digunakan untukperbanyakan tanaman.

    Defoliasi : Pemotongan dan pengambilan bagian yangada diatas permukaan tanah baik olehmanusia atau pun renggutan hewan ternakyang digembalakan.

    UmurPemotongan

    : Lama hijuan pakan ternak tumbuh hinggadilakukan pemotongan.

    In Vitro : Proses metabolisme yang terjadi diluartubuh ternak, prinsip dan kondisinya samadengan proses yang terjadi didalam tubuhternak yang meliputi proses metabolismedalam rumen dan abomasum.

    Uji Jarak Ganda Duncan α= R(p,v,α)×

  • 30

  • 31

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Kondisi Kesuburan Tanah Selama PenelitianHasil analisis sampel tanah (lampiran 9) terhadap C-

    Organik, Bahan Organik, C/N, N, P dan K disajikan padaTabel 2.

    Tabel 2. Hasil analisis tanah Desa Kandangan KabupatenBlitar.

    Unsur HaraC.

    Organik(%)

    N.Total(%)

    C/N BahanOrganik

    (%)

    P(mg

    kg-1)

    K(me/100g)

    Kandungan 0,65 0,10 7 1,13 316,30 0,31

    Sumber: Laboratorium Kimia Tanah Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya (2017)

    Tabel 2 menunjukan bahwa kandungan C-organiksebesar 0,65 termasuk dalam kategori sangat rendah. Haltersebut sesuai pendapat Guntur, Guchi dan Razali (2015)bahwa C – organik sangat rendah apabila kurang dari 1%,rendah apabila C- organik tanah 1-2%, sedang apabila C-organik tanah 2-3%, tinggi apabila lebih dari 3%. C- organikyang rendah disebabkan oleh kebiasaan petani yangmembersihkan lahannya setelah masa panen selesai. Sisa sisapanen yang berupa jerami padi merupakan sumber bahanorganik bagi tanah, namun jerami padi yang dihasilkanlangsung dibakar oleh petani. Hal ini yang menyebabkanbahan organik pada tanah berkurang (Guntur, Guchi danRazali, 2015).

  • 32

    N. Total pada tanah yang digunakan penelitiantergolong sangat rendah yaitu sebesar 0,10%. Hal tersebutsesuai pendapat Yamani (2010) bahwa N total sangat rendahjika kurang dari 0,10%, rendah apabila berkisar antara 0,10-0,20%, sedang apabila berkisar antara 0,21-0,50%, tinggiapabila berkisar antara 0,51-0,75% dan sangat tinggi apabilalebih dari 0,75%.

    Rasio C/N pada tanah yang digunakan penelitiantergolong rendah yaitu sebesar 7. Hal tersebut sesuai pendapatSipahutar, Marbun dan Fauzi (2014) bahwa Kandungan bahanorganik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagisedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik lapisan atasselalu lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/Ntergolong rendah (5 – 10) sampai sedang (10 – 18).

    Bahan Organik pada tanah yang digunakan penelitiantergolong rendah yaitu sebesar 1,13. Hal tersebut sesuaipendapat Guntur, Guchi dan Razali (2015) bawa kandunganbahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian SumberDaya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah rendah apabilakurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organiktanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%.

    Kandungan phospor (P) pada tanah yang digunakanpenelitian tergolong sangat tinggi sebesar 316,30 mg kg-1. Haltersebut sesuai pendapat Hairiah (2000) bahwa interpretasihasil uji tanah unsur P dikatakan sangat rendah jika kurangdari 5 mg kg-1, rendah apabila berkisar antara 5-9 mg kg-1,sedang apabila berkisar antara 10-17 mg kg-1, tinggi apabilaberkisar antara 18-25 mg kg-1 dan sangat tinggi bila lebih dari25 mg kg-1.

    Kandungan Kalium (K) pada tanah yang digunakanpenelitian tergolong sangat rendah yaitu sebesar 0,31 me/100g.

  • 33

    Hal tersebut sesuai pendapat Yamani (2010) bahwa kaliumsangat rendah jika kurang dari 10 me/100g, rendah apabilaberkisar antara 10-20 me/100g, sedang apabila berkisar antara21-40 me/100g, tinggi apabila berkisar antara 41-60 me/100gdan sangat tinggi apabila lebih dari 60 me/100g.

    4.2 Kondisi Iklim Selama PenelitianTabel 3 menunjukan data curah hujan dan lama

    penyinaran matahari selama penelitian.

    Tabel 3. Data curah hujan dan lama penyinaran matahariVariable Januari Februari Maret

    Lama PenyinaranMatahari (%)

    40,1 50,7 56,3

    Curah Hujan(mm/bln)

    379 280 194

    Sumber : Data curah hujan diperoleh dari Dinas PU Kab Blitardan data lama penyinaran matahari di peroleh dariBadan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) StasiunKlimatologi Karangploso.

    Tabel 3 menunjukan bulan Januari nilai curah hujansebesar 379 mm/bulan yang termasuk katagori bulan basah,bulan Februari sebesar 280 mm/bulan yang termasuk katagoribulan basah dan bulan Maret sebesar 194 mm/bulan yangdikatagorikan bulan lembab. Hal tersebut sesuai pendapatIndarto, Susanto dan Fakrudin (2012) bahwa Bulan Basah(BB) dan Bulan Kering (BK) ditentukan dengan metodeklasifikasi iklim Oldeman: 1. Bulan basah, apabila curahhujannya > 200 mm/bulan. 2. Bulan lembab, apabila curah

  • 34

    hujannya 100 – 200 mm/bulan. 3 Bulan kering, apabila curahhujannya < 100 mm/bulan.

    Cahaya merupakan faktor lingkungan terpenting,mempunyai peranan yang mendasar pada proses fotosintesis didalam metabolisme tanaman. Proses perkembangan yangdikendalikan cahaya dijumpai pada semua tahap pertumbuhandari perkecambahan biji, pertumbuhan sampai berbunga.

    Pada Tabel 3 menunjukan lama penyinaran mataharisemakin meningkat dengan nilai lama penyinaran mataharibulan Januari (40,1%), Februari (50,7%) dan Maret (56,3%)yang berbanding terbalik dengan nilai curah hujan dimananilai curah hujan semakin menurun.

    4.3 Pengaruh jarak tanam dan umur potong terhadapkonsentrasi Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik(BO)

    Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 5) bahwajarak tanam dan interaksi umur potong dengan jarak tanamtidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadapBahan Kering (BK) tetapi perbedaan umur pemotonganrumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)memberikan perbedaan yang sangat nyata (P

  • 35

    Tabel 4. Kandungan Bahan Kering (%) rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) berbagai umurpotong dan jarak tanam

    Umur(hari)

    Jarak tanam Rataan BK ±SD

    J1 J2 J3U40 10,99 10,59 10,62 10,73a ± 0,22

    U50 11,48 11,50 11,49 11,49 ab ± 0,01

    U60 12,71 12,91 12,64 12,75b ± 0,14

    Rataan BK ± SD 11,73 ± 0,89 11,67 ± 1,17 11,58 ± 1,01

    Keterangan: a,b Superscript yang berbeda pada kolom umurmenunjukkan perbedaan yang sangat nyata(P

  • 36

    menambahkan bahwa proporsi bahan kering yang dikandungoleh tanaman berubah seiring dengan umurnya, makin tuatanaman maka makin sedikit kandungan airnya dan proporsidinding sel lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel. Apabilakandungan dinding sel yang dimiliki tanaman lebih besar,maka tanaman akan lebih banyak mengandung bahan kering.

    Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 6) bahwajarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05)terhadap konsentrasi Bahan Organik (BO) tetapi perbedaanumur pemotongan rumput gajah odot (Pennisetum purpureumcv. Mott) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P

  • 37

    interaksi jarak dan umur menunjukkan perbedaanyang nyata (P

  • 38

    Tabel 6. Kecernaan Bahan Kering (%) rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) berbagai umurpotong dan jarak tanam

    Umur(hari)

    Jarak tanam Rataan KcBK ± SD

    J1 J2 J3U40 59,22 59,38 58,04 58,88b ± 0,73

    U50 54,76 55,88 55,12 55,25a ± 0,57

    U60 54,23 54,20 54,04 54,16a ± 0,10Rataan KcBK ± SD 56,07 ± 2,74 56,49 ± 2,64 55,73 ± 2,07

    Keterangan: a,b Superscript yang berbeda pada kolom umurmenunjukkan perbedaan yang nyata (P

  • 39

    Lampiran 10. Kandungan serat yang tinggi dapatmenyebabkan nilai kecernaan menurun. Hal tersebut didukungoleh pendapat Purbajanti (2013) bahwa faktor utama yangmempengaruhi pakan kasar adalah material serat sehinggaperubahan – perubahan yang dilakukan atas komponen seratakan sangat mempengaruhi kecernaan bahan pakan.Reksohadiprojo (1981) menambahkan bahwa pemotonganhijauan dilakukan bila rumput sudah setinggi 1 sampai 1,5 m,apabila lebih tinggi atau lebih tua proporsi batang sedemikianbesarnya sehingga kadar serat kasarnya menjadi tinggi dannilai kecernaan turun.

    Pada Tabel 6 menunjukan KcBK umur potong 40 harisebesar 58,88%, umur potong 50 hari (55,25%) dan umurpotong 60 hari (54,16%). Hal tersebut menunjukan KcBKrumput gajah odot lebih tinggi dari KcBK rumput gajah(Pennisetum purpureum) penelitian Surono, Soejono danBudhi (2003) bahwa KcBK umur potong 40 hari (48,16%),umur potong 60 hari (48,55%) dan umur potong 80 hari(48,44%).

    4.5 Pengaruh jarak tanam dan umur potong terhadapKecernaan Bahan Organik (KcBO)

    Hasil penelitian Kecernaan Bahan Organik (KcBO)rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) padaumur pemotongan dan jarak tanam yang berbeda disajikanpada Tabel 7. Analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkanbahwa umur potong, jarak tanam dan interaksi jarak tanamdengan umur potong tidak memberikan perbedaan yang nyata(P>0,05) tetapi persentase nilai dari Kecernaan Bahan Organik(KcBO) ada kecenderungan semakin lama umur pemotonganmaka akan semakin menurun. Kecernaan bahan organik umur

  • 40

    pemotongan 40 hari (62,74%), umur pemotongan 50 hari(59,88%) dan umur pemotongan 60 hari (59,88%). Haltersebut diperkuat penelitian Bayble et al. (2007), melaporkanbahwa nilai kecernaan bahan organik rumput gajah padapemangkasan 40 hari sebesar 66,4%, kemudian menurun padapemangkasan 60 dan 90 hari berturut-turut sebesar 62,5 dan58,5%. Penelitian Hassen et al. (2007) menunjukkan semakintua umur pemotongan dapat menurunkan nilai kecernaanbahan organik.

    Tabel 7. Kecernaan Bahan Organik (%) rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) berbagai umurpotong dan jarak tanam

    Umur(hari)

    Jarak tanam Rataan KcBO ± SD

    J1 J2 J3U40 63,75 62,76 61,72 62,74 ± 1,02

    U50 59,35 60,80 59,50 59,88 ± 0,80

    U60 56,50 57,80 57,92 57,41 ± 0,78Rataan KcBO ± SD 59,87 ± 3,65 60,45 ± 2,50 59,71 ± 1,91

    Nilai kecernaan bahan organik cenderung menurunsejalan dengan meningkatnya umur pemotongan. Hal tersebutsesuai dengan penelitian Mansyur, dkk. (2008) bahwaKecernaan Bahan Organik (KcBO) rumput signal tertinggidiperlihatkan oleh umur pemotongan 30 hari (46,013%) dankecernaan terendah diperlihatkan oleh umur pemotongan 60hari (32,795%) setelah penyeragaman. Kecernaan bahanorganik menurun sejalan dengan meningkatnya umurpemotongan. Meningkatnya kematangan tanaman ditunjukkandengan meningkatnya proporsi dinding sel dan menurunnyakandungan N yang berpengaruh terhadap kecernaan BO in

  • 41

    vitro (Surono, Soejono dan Budhi, 2003). Dinding selberkaitan erat dengan kandungan selulosa dan hemiselulosayang akhirnya akan membentuk lignin. Lignin bersifat tahanterhadap setiap degradasi kimia, termasuk enzimatik. Dengansemakin meningkatnya proses lignifikasi maka akanmenurunkan nilai kecernaan suatu zat makanan (Susanti,2007).

    Kecenderungan menurunnya nilai kecernaan bahanorganik diduga pengaruh lama penyinaran matahari dantingkat curah hujan. Hal tersebut didukung pendapatPurbajanti (2013) bahwa faktor seperti temperatur, intensitascahaya matahari, ketersediaan air, tingkat kemasakan, saatpanen dan cara penyimpanan berakibat pada komposisi seratterutama kandungan lignin. Lignin merupakan komponenpenghambat kecernaan dari hijauan. Lignin tidak dapat dicernadan keberadaannya menurunkan proporsi fraksi serat hijaunyang dapat dicerna.

    Pada Tabel 7 menunjukan KcBO umur potong 40 harisebesar 62,74%, umur potong 50 hari (59,88%) dan umurpotong 60 hari (57,41%). Hal tersebut menunjukan KcBOrumput gajah odot lebih tinggi dari KcBO rumput gajah(Pennisetum purpureum) penelitian Surono, Soejono danBudhi (2003) bahwa KcBO umur potong 40 hari (46,92%),umur potong 60 hari (47,45%) dan umur potong 80 hari(47,40%).

    4.6 Produksi Bahan Kering, Bahan Organik, BahanKering Tercerna dan Bahan Organik Tercerna.

    Data hasil produksi segar rumput gajah odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) dalam penelitian inidiperoleh dari penelitian Singgih (2017) bahwa umur potong

  • 42

    40 hari menghasilkan produksi 42,4 ton/ha, 50 hari (65,4ton/ha) dan 60 hari (75,7 ton/ha). Berdasarkan data ini makaproduksi BK, BO, Bahan Kering Tercerna (BKT) dan BahanOrganik Tercerna (BOT) adalah seperti disajikan pada Tabel8.

    Tabel 8. Produksi Bahan Kering, Bahan Organik, BahanKering Tercerna dan Bahan Organik Tercerna

    Produksi (ton/ha)Umur(hari)

    Jarak Tanam (cm) RataanJ1 J2 J3

    BahanSegar

    U40 46,67 44,67 36,00 42,45U50 66,67 70,00 59,58 65,42U60 82,08 75,92 69,08 75,69

    Rataan 65,14 63,53 54,89BahanKering

    U40 5,13 4,73 3,82 4,56U50 7,65 8,05 6,85 7,52U60 10,43 9,80 8,73 9,65

    Rataan 7,74 7,53 6,47Bahan

    OrganikU40 4,25 3,87 3,17 3,76U50 6,32 6,65 5,65 6,21U60 8,69 8,24 7,28 8,07

    Rataan 6,42 6,25 5,37BahanKering

    Tercerna

    U40 3,04 2,81 2,22 2,69U50 4,19 4,50 3,77 4,15U60 5,66 5,31 4,72 5,23

    Rataan 4,30 4,21 3,57Bahan

    OrganikTercerna

    U40 2,71 2,43 1,96 2,37U50 3,75 4,05 3,36 3,72U60 4,91 4,76 4,21 4,63

    Rataan 3,79 3,75 3,18

  • 43

    Pada Tabel 8 menunjukan bahwa produksi bahankering tinggi jika lama pemotongan semakin panjang sertadiikuti peningkatan produksi BO, BKT dan BOT. Hal tersebutsesuai pendapat Kamlasi, Mullik dan Dato (2012) bahwasemakin lama umur pemotongan akan meningkatkan produksibahan segar dan kandungan bahan kering. Peningkatan keduahal tersebut akan meningkatkan pula produksi bahankeringnya karena produksi bahan kering merupakan hasil kaliproduksi bahan segar dengan kandungan bahan kering.Adrianton (2010) menambahkan bahwa pertambahan beratkering tanaman rumput gajah menunjukan produksi yang terusmeningkat seiring dengan dilakukannya pemotongan tanaman.Semakin meningkatnya laju fotosintesis maka lajupenimbunan cadangan makanan atau asimilat pada akhirnyaakan semakin meningkatkan berat kering tanaman. Hermanto,Suwignyo dan Umami (2017) menambahkan bahwapeningkatan produksi BK akan diikuti dengan meningkatnyaproduksi bahan organik.

    Pada penelitian Mulatsih (2003) umur potong rumputgajah (Penisetum purpureum) 60 hari menghasilkan produksibahan kering 560,40 gr/m2. Hal tersebut menunjukan bahwaproduksi bahan kering penelitian Mulatsih (2003) lebih rendahdibanding umur potong 60 hari pada penelitian yangdilakukan.

    Hasil produksi Bahan Kering (BK) semakin lamapemotongan maka semakin tinggi yaitu sebesar U40(4,55ton/ha), U50 (7,52 ton/ha) dan U60 (9,65 ton/ha), jikadiakumulasikan dalam produksi bahan kering tercernamenghasilkan U40 (2,68 ton/ha), U50 (4,15 ton/ha) dan U60(5,23 ton/ha) dimana semakin lama pemotongan akanmeningkatkan produksi bahan kering tercerna.

  • 44

    Hasil produksi Bahan Organik (BO) sebesar U40(3,76 ton/ha), U50 (6,21ton/ha) dan U60 (8,06 ton/ha), jikadiakumulasikan dalam produksi bahan organik tercernamenghasilkan U40 (2,36 ton/ha), U50 (3,72 ton/ha) dan U60(4,63 ton/ha) dimana semakin lama pemotongan akanmeningkatkan produksi bahan organik tercerna.

    Pada Tabel 8 menunjukan bahwa produksi bahankering tinggi jika jarak tanam semakin rapat serta diikutipeningkatan produksi BO, BKT dan BOT. Hal tersebut sesuaipendapat Jamaran, (2006) bahwa faktor yang sangatmenentukan pertumbuhan tanaman adalah kerapatan daripenanaman. Jarak tanam yang sempit akan menghasilkanrumput yang lebih banyak sehingga produksi bahan keringyang tinggi. Jarak tanam yang sempit akan meningkatkanproduksi tanaman asalkan kesuburan tanah tercukupi.

    Hasil penelitian menunjukan jarak tanam J1menghasilkan produksi bahan kering 7,74 ton/ha, J2 sebesar7,53 ton/ha dan J3 sebesar 6,47 ton/ha. Hal tersebutmenunjukan produksi bahan kering yang lebih tinggi daripenelitian Jamaran (2006) pada kerapatan 1 (80 x 150 cm)menghasilkan produksi segar 10,75 ton/ha, kerapatan 2 (80 x100 cm) 17,09 ton/ha dan kerapatan 3 (80 x 75 cm) 18,73ton/ha, sedangkan untuk produksi bahan kering rumput gajahdengan kerapatan 1 (80 x 150 cm) menghasilkan produksibahan kering sebesar 1,34 ton/ha, kerapatan 2 (80 x 100 cm)2,25 ton/ha dan kerapatan 3 (80 x 75 cm) 2,26 ton/ha.

  • 45

    BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Nilai KcBK secara nyata hanya dipengaruhi oleh umur

    potong sedangkan nilai KcBO tidak dipengaruhi olehumur potong dan jarak tanam.

    Umur potong 60 hari memberikan nilai Bahan Kering(BK) (12,75%) dan Bahan Organik (BO) (83,54%)tertinggi dibandingkan umur potong 40 dan 50 hari.

    Interaksi umur potong 60 hari dengan jarak tanam 20x 20 cm (U60J2) memberikan nilai Bahan Organik(BO) paling tinggi sebesar 84,02% dibandingkaninteraksi lainnya.

    5.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk

    melakukan pemotongan rumput gajah odot (Pennisetumpurpureum cv. Mott) pada umur potong 40 hari karenacenderung memiliki nilai kecernaan paling tinggi baikKecernaan Bahan Kering (KcBK) maupun Kecernaan BahanOrganik (KcBO).

  • 47

    DAFTAR PUSTAKA

    Abqoriyah, R. Utomo dan B. Suwignyo. 2015. ProduktivitasTanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) SebagaiHijauan Pakan pada Umur Pemotongan yang Berbeda.Buletin Peternakan. 39(2): 103-108.

    Adrianton. 2010. Pertumbuhan dan Nilai Gizi TanamanRumput Gajah pada Berbagai Interval Pemotongan. J.Agroland. 17(3): 192-197.

    Alia, L. S., T. Dhalika dan R. Hidayat. 2015. Pengaruh UmurPemotongan Tanaman Rami (Boehmerianivea)Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan BahanOrganik (In Vitro). 1-12.

    Astuti, N. 2011. Pengaruh Umur Pemotongan TerhadapKandungan Nutrien Rumput Raja (King grass). JurnalAgriSains. 2(3): 9-17.

    AOAC. 2005. Official Methods of Analysis Association(18thEd), Official Association of Official AnalyticalChemist,Washington, DC.

    Bayble T., S. Melaku, and N.K. Prasad. 2007. Effects ofCutting Dates on Nutritive Value of Napier (Pennisetumpurpureum) Grass Planted Sole and in Association withDesmodium (Desmodium intortum) or Lablab (Lablabpurpureus). Livest Res Rural Dev. 19:1-11.

    Budiman, R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi and A. Indrianto.2012. Morphological Characteristics, Productivity andQuality of Three Napier Grass (PennisetumPurpureum Schum) Cultivars Harvested At DifferentAge. J. Indonesian Trop. Anim. Agric. 37(4): 294-301.

  • 48

    Clavero, T. 2009. Tiller Dynamic of Dwarf Elephantgrass(Pennisetum purpureum cv. Mott) Under Defolation.Departement of Animal Science, Universidad delZulia, Venezuela. 22-32.

    Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa JenisRumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam padaLahan Kering Iklim Basah. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.

    Dapa, D. S. U. N. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea,Biourine dan Kombinasinya Terhadap TingkatProduktifitas Rumput Gajah Kate (PennisetumPurpureum cv. Mott) pada Setiap Umur Pemotongan.SKRIPSI. Universitas Warmadewa Denpasar.

    Fathul, F. dan S.Wajizah. 2010. Penambahan MikromineralMn dan Cu Dalam Ransum Terhadap AktivitasBiofermentasi Rumen Domba Secara In Vitro. JITV.15(1): 9-15.

    Gunawan dan R. D. Purnama. 2001. Teknik PengambilanCairan Rumen Pada Domba. Temu Teknis FungsionalNon Penelitian. 84-88.

    Guntur, P. O., H. Guchi, Razali. 2015. Pemetaan Status C-Organik Tanah Sawah di Desa Sei Bamban,Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.Jurnal Agroekoteknologi . 4(1): 1830-1837.

    Hairiah, K. 2000. Pengolahan Tanah Masam Secara Biologi.SMT Grafika Desa Putra Press. Jakarta.

  • 49

    Hamdi, S. 2014. Mengenal Lama Penyinaran MatahariSebagai Salah Satu Parameter Klimatologi. BeritaDirgantara. 15(1): 7-16.

    Hanafi, N. D., Yuniar dan Hanum. 2013. Produktivitas PasturaCampuran pada Tingkat Naungan dan IntervalPemotongan yang Berbeda. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner. 432-440.

    Hassen A., N.F.G. Rethman, W.A. V. Niekerk, and T.J.Tjelele. 2007. Influence of Season/Year and Species onChemical Composition and In Vitro Digestibility Offive Indigofera accessions. Anim Feed Sci Technol.136: 312-322.

    Hermanto, B. Suwignyo dan N. Umami. 2017. Kualitas Kimiadan Kandungan Klorofil Tanaman Alfalfa (Medicagosativa L.) dengan Lama Penyinaran dan DosisDolomit yang Berbeda pada Tanah Regosol. BuletinPeternakan. 41(1): 54-60.

    Hidayat, N dan Suwarno. 2012. Studi Produksi dan KualitasRumput Gajah (Pennisetum purpureum) VarietasThailand yang Dipupuk dengan Kombinasi Organik-Urea. 2(1): 12-16.

    Indarto, B. Susanto dan A. N. Fakrudin. 2012. Analisis SpasialDistribusi Bulan Basah dan Bulan Kering di JawaTimur. AGRITECH. 32( 4):432-445

    Jamaran, N. 2006. Produksi dan Kandungan Gizi RumputGajah (Pennisetum purpureum) dan Rumput Raja(Pennisetum purpupoides) yang Ditumpangsarikandengan Tanaman Jati. Jurnal Peternakan Indonesia.11(2): 151-157.

  • 50

    Kamlasi, Y., M. L. Mullik dan T. O. D. Dato. 2012. PolaProduksi dan Nutrisi Rumput Kume (ShorgumPlumosum Var. Timorense) pada LingkunganAlamiahnya. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 31-40.

    Lasamadi, R. D., S. S. Malalantang, Rustandi dan S. D. Anis.2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput GajahDwarf (Pennisetum Purpureum cv. Mott) yang DiberiPupuk Organik Hasil Fermentasi Em4. Jurnal Zootek.32(5): 158–171.

    Lugiyo dan Sumaito. 2000. Teknik Budidaya Rumput GajahCv. Hawaii (Pennisetum Purpureum). Balai PenelitianTernak. 120-125.

    Lugiyo. 2006. Pengaruh Umur Pemotongan TerhadapProduksi Hijauan Rumput Sorghum Sp SebagaiTanaman Pakan Ternak. Temu Teknis NasionalTenaga Fungsional Pertanian. 57-61.

    Mansyur, H. Djuned, N. P. Indrani, A. R. Tarmidi dan T.Dhalika. 2008. Kecernaan Rumput Signal (Brachiariadecumbens) yang Ditanam di Naungan PerkebunanPisang pada Berbagai Umur Pemotongan. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner,Fakultas Peternakan Universita Padjajaran.

    Mansyur, L. Abdullah, H. Djuned, A. R. Tarmidi dan T.Dhalika. 2007. Konsentrasi Amonia dan Asam LemakTerbang Rumput Brachiaria Humidicola (Rendle)Schweick pada Berbagai Interval Pemotongan (InVitro). Jurnal Ilmu Ternak. 7(1): 64 – 68.

    Mansyur, T. Dhalika dan L. Abdullah. 2005. Pengaruh IntervalPemotongan Rumput Brachiaria humidicola (Rendle)

  • 51

    Schweick Terhadap Kecernan Bahan Kering danBahan Organik. J. Protein. 12 (2): 95-202.

    Marassing, J. S., W. B. Kaunang, F. Dompas dan N. Bawole.2013. Produksi dan Kualitas Rumput Gajah Dwarf(Pennisetum purpureum) cv. Mott yang Diberi PupukOrganik Hasil Fermentasi Em4. Jurnal Zootek. 32(5):158–171.

    Mawazin dan H. Suhaendi. 2008. Pengaruh Jarak TanamTerhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifoliaDyer. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.5(4): 381-388.

    Muhakka, A., Napoleon dan P. Rosa. 2014. PengaruhPemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi RumputGajah Taiwan (Pennisetum purpureum Schumach).Prosiding Seminar Nasional Lahan Sub Optimal.

    Mukhtar, M. 2011. Analisis Aclimatisasi Pertumbuhan DuaVarietas Baru Dwarf Rumput Gajah Intoduksi dariJepang di Gorontalo. JIAT. 6(3): 167-173.

    Mulatsih, R. T. 2003. Pertumbuhan Kembali Rumput Gajahdengan Interval Defoliasi dan Dosis Pupuk Urea yangBerbeda. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 28(3): 151-157.

    Mulyono, D. 2014. Analisis Karakteristik Curah Hujan diWilayah Kabupaten Garut Selatan. Jurnal STT-Garut.13(1): 1-9.

    Oyo,T. H., I. Heliati dan M. Solihat. 1997. Teknik BudidayaRumput Brachiaria decumbens (Rumput Bede).Lokarya Fungsional Non Peneliti. 104.

  • 52

    Panudju, T. I. 2014. Perluasan Areal Peternakan. DirektoratPerluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat JenderalPrasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta.

    Polakitan, D dan A. Kairupan. 2010. Pertumbuhan danProduktivitas Rumput Gajah Dwarf (Pennisetumpurpureum cv. Mott) pada Umur Potong Berbeda.Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian,Mendukung Program Pembangunan Pertanian.Propinsi Sulawesi Utara.

    Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum Sebagai HijauanMakanan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta.

    Purwawangsa, H. dan B. W. Putera. 2014. Pemanfaatan LahanTidur untuk Penggemukan Sapi. Risalah KebijakanPertanian dan Lingkungan. 1(2). 92-96.

    Reksohadiprojo, S. 1981. Produksi Tanaman HijauanMakanan Ternak Tropik. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

    Riswandi, M. dan M. Lehan.2015. Evaluasi Nilai KecernaanSecara In Vitro Ransum Ternak Sapi Bali yangDisuplementasi dengan Probiotik Bioplus. JurnalPeternakan Sriwijaya. 4(1): 35-46.

    Rukmana, R. H. 2006. Rumput Unggul Hijauan MakananTernak. Kanisius. Yogyakarta.

    Salasa, M. 2008. Rumput Gajah Super/Rumput Odot(Pennisetum purpureum cv. Mott). Dikutip dariwww.lembahgogoniti.com/artikel/.../37-rumput-gajah-super-odot.pdf. Diakses pada tanggal 11 Januari 2017.

  • 53

    Sandiah, N., Y. B. Pasolon dan L. O. Sabaruddin. 2011. UjiKeseimbangan Hara dan Variasi Jarak TanamTerhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah(Pennisetum Purpureum Var. Hawaii). Agriplus. 9(2):94-100.

    Savitri, M. V., H. Sudarwati dan Hermanto. 2013. PengaruhUmur Pemotongan Terhadap Produktivitas Gamal(Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.23(2): 25-35.

    Seseray, D. Y., B. Santoso dan M. N. Lekitoo. 2013. ProduksiRumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang DiberiPupuk N, P dan K dengan Dosis 0,50 dan 100% padaDevoliasi Hari ke-4. Sains Peternakan. 11(1): 49-55.

    Sipahutar, A, H., Marbun, P dan Fauzi. 2014. Kajian C-Organik, N dan P Humitropepts pada KetinggianTempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta.Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(4): 1332-1338.

    Sirait, J., A. Taringan dan K. Simanihuruk. 2015. KarakteristikMorfologi Rumput Gajah Kerdil (Pennisetumpurpureum cv. Mott) pada Jarak Tanam Berbeda diDua Agroekosistem di Sumatra Utara. ProsidingSeminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. 649-649.

    Sofiani, A., T. Dhalika dan A. Budiman. 2015. PengaruhPenambahan Nitrogen dan Sulfur pada Ensilase JeramiUbi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap KecernaanBahan Kering dan Bahan Organik (In Vitro).

  • 54

    Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan ProsedurStatistika Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan ke-2.Gramedia Pusaka Utama: Jakarta.

    Surono, M., Soejono, dan S. P. S Budhi. 2003. KecernaanBahan Kering dan Bahan Organik In Vitro SilaseRumput Gajah pada Umur Potong dan Level Aditifyang Berbeda. J. Indon. Trop. Anim. Agri. 28(4): 204-210.

    Susanti, S. 2007. Produksi dan Kecernaan In-Vitro RumputGajah pada Berbagai Imbangan Pupuk Nitrogen danSulfur. Buana Sains. 7(2): 151-156.

    Tarigan, A., L. Abdullah, S. P. Ginting dan I. G. Permana.2010. Produksi dan Komposisi Nutrisi SertaKecernaan In Vitro Indigofera sp pada Interval danTinggi Pemotongan Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak danVeteriner. 15(3): 188-195.

    Thalib, I. 2016. Pertumbuhan Rumput Gajah (Pennisetumpurpureum cv. Mott) pada Berbagai KonsentrasiMedia Murashige dan Skoog dengan Teknik KulturJaringan. SKRIPSI. Fakultas Peternakan UniversitasHasanuddin Makassar.

    Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A Two StageTechnique For The In Vitro Digestion of ForageCrops. J. Brit. Grassl. Soc. 18: 104-111.

    Trisnadewi, A. A. S. T. dan I. G. L. O. Cakra. 2015.Kecernaan In-Vitro Tanaman Kaliandra (Calliandracalothyrsus) Berbunga Merah dan Putih. Pasture. 5(1):39-41.

  • 55

    Turangan, D., C. L. Kaunang, A. Rumambi dan Rustandi.2014. Pengaruh Level Pupuk N, P, K TerhadapKomponen Tanaman Brachiaria humidicola cv. Tullydan Pennisetum purpureum cv. Mott di ArealPertanaman Kelapa. Jurnal zootek. 34(2): 124-129.

    Yamani, A. 2010. Analisis Kadar Hara Makro dalam Tanahpada Tanaman Agroforestri di Desa Tambun RayaKalimantan Tengah. Jurnal Hutan Tropis. 11(30): 37-46.

    Yasin, M., M. A. Malik and M. S. Nazir. 2003. Effect ofDifferent Spatial Arrangement on Forage Yield, YieldComponents and Quality of Mott Elephantgrass.Pakistan Journal of Agronomy. 2(1): 52-58.

    1. Bagian Depan.pdf2. BAB I.pdf3. BAB II.pdf4. bab III.pdf5. BAB IV.pdf6. BAB V.pdf7. Daftar Pustaka.pdf