Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP
KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG YANG
DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala), Tetes
(MOLASES) dan Lactobacillus
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan
Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan
Oleh
ABDUL HALIM
B1D 211 002
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
2
PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP
KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG YANG
DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala), Tetes
(MOLASES) dan Lactobacillus
Oleh
ABDUL HALIM
B1D 211 002
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Diperlukan
Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MENGESAHKAN
Pada Tanggal : September 2018
Pembimbing Utama
Ir. Oscar Yunarianto, MP
Nip. 19690117 199303 1002
3
PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SILASE
JERAMI JAGUNG YANG DITAMBAH DAUN LAMTORO (Leucena Leocephala),
Tetes (MOLASES) dan Lactobacillus
( EFFECT OF LONG TERRORS ON NUTRITIONAL CONTAINS OF CERAMIC
SILASE ADDED OF LAMTORO LEAF (Leucena Leocephala), Drops (MOLASES) and
Lactobacillus)
OLEH
ABDUL HALIM
B1D 211 002
Fakultas Peternkan Universitas Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap
Kandungan bahan kering, bahan organik, protein kasar dan lemak (ether extract) Silase
Jerami Jagung yang Ditambah Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala), Tetes (Molases) dan
Lactobacillus. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan dan variabel yang diamati adalah kandungan Bahan Kering, Bahan
Organik, Protein Kasar dan Lemak Kasar.
Adapun perlakuan tersebut adalah 1: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +
lactobacillus diperam selama 7 hari, Perlakuan 2: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +
lactobacillus diperam selama 14 hari, Perlakuan 3: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses +
lactobacillus diperam selama 21 hari dan Perlakuan 4: Jerami jagung + Lamtoro + Molasses
+ lactobacillus diperam selama 28 hari. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan
analisis variansi dan di uji dengan jarak berganda Duncan’s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan daun lamtoro dan molases dengan
lama pemeraman yang berbeda-beda. Perlakuan terbaik pada Bahan Kering yaitu T4, Bahan
Organik T4, Protein Kasar T1 dan Lemak Kasar T1.
Kata Kunci : Bahan Kering, Bahan Organik, Protein Kasar, Lemak Kasar, Lamtoro,
Molases dan Lactobacillus
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the length of ripening on the content of dry matter,
organic matter, crude protein and fat (ether extract). Silage Straw Corn Plus Lamtoro Leaves
(Leucaena Leucocephala), Drops (Molasses) and Lactobacillus. This research was carried out
using a completely randomized design (CRD) with treatment and the variables observed were
the content of dry matter, organic matter, coarse protein and coarse fat.
The treatments are 1: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus brooded for
7 days, Treatment 2: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus brooded for 14 days,
Treatment 3: Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus for 21 days and Treatment 4:
Corn straw + Lamtoro + Molasses + lactobacillus were broiled for 28 days. The data obtained
were analyzed using analysis of variance and tested with multiple distances Duncan's.
The results showed that the addition of lamtoro leaves and molasses with different
ripening times. The best treatment for dry ingredients is T4, T4 Organic Material, T1 Rough
Protein and T1 Rough Fat.
Keywords: Dry Ingredients, Organic Ingredients, Coarse Protein, Coarse Fat, Lamtoro,
Molasses and Lactobacillus
4
PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan dan tidak meracuni ternak,
mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya bervariasi tergantung pada jenis,
macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara bersamaan akan mempengaruhi
tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum
terdiri atas air,mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Ketersediaan pakan di Indonesia belum tersedia sepanjang tahun, pada saat musim
penghujan produksi hijauan berlimpah tetapi pada musim kemarau mengalami kekurangan.
Untuk mengatasi kekurangan pakan pada saat musim kemarau, peternak bisa memanfaatkan
pakan disekitarnya seperti jerami jagung dan daun lamtoro, untuk itu perlu penerapan
teknologi, salah satunya adalah pembuatan awetan hijauan pakan seperti silase yang dapat
dimanfaatkan pada saat kekurangan pakan. Pembuatan silase ini tidak lepas dari penambahan
aditif terutama sumber nitrogen, molasses dan lactobacillus. Lamtoro adalah legume kaya
protein dan mudah diperoleh. Tetes tebu (molases) merupakan produk atau hasil sampingan
pembuatan gula pasir dari tebu yang mempunyai sifat menyedapkan bahan makanan ternak
yang kurang enak dimakan (biasanya bahan makanan yang rendah kualitas). Tetes tebu
rendah protein, sedangkan dalam proses silase protein sangat diperlukan untuk dirombak
menjadi amonia, asam amonia, asam amino, asam asetat dan lainnya.
Penggunaan additive dapat membuat kualitas silase menjadi lebih baik. Tujuan
pemberian additive dalam pembuatan silase antara lain, mempercepat pembentukan asam
laktat dan asetat guna mencegah terbentuknya bakteri pembusuk serta merupakan suplemen
untuk zat gizi dalam pakan yang digunakan.Molases merupakan hasil samping pabrik gula
tebu yang berbentuk cairan hitamkental dan berenergi tinggi (Susanto dan Andjanidani,
1985). Molases sering digunakan sebagai additive dalam pembuatan silase. Molases juga
sebagai unsurpengkaya karena dapat menurunkan kerusakan komponen bahan kering (BK)
terutama karbohidrat terlarut dan dapat meningkatkan kualitas silase (Mc.Donaldet al., 1991).
Menurut Munier (2011) silase kulit jagung dan daun lamtoro denganpenambahan molases
pada taraf 4% dapat menurunkan kandungan pH dan dapatmeningkatkan kandungan protein
kasar (PK).
Berdasarkan pemikiran di atas,maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai
“Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kandungan bahan kering (BK), bahan
organik(BO), protein kasar (PK) dan lemak (ethe extract) Silase Jerami Jagung yang
Ditambah Daun Lamtoro (Leucena Leocephala), Tetes (Molases) dan Lactobacillus”
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh lama pemeraman terhadap kandungan BK, BO,
PK, dan LK silase jerami jagung yang ditambahkan daun Lamtoro (Leucaena
leocephala), tetes (molasses) dan Lactobacillus Sp.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi peternak dan praktisi
peternakan
b. Untuk memenuhi syarat menjadi sarjana peternakan di Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
c. Sebagai media latihan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan sebagai data
pembanding bagi peneliti selanjutnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jerami Jagung
Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda,
dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak
dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya. Selain diberikan
pada ternak sebagai hijauan segar, jerami jagung juga dapat diberikan sebagai hijauan
pakan ternak yang mengalami proses pengolahan teknologi pakan dalam bentuk hay dan
silase.
2. Teknologi Pengolahan Jerama Jagung
Pada saat musim panen jagung tersedia jerami jagung yang melimpah, begitu selesai
masa panen jagung tidak jarang jerami jagung menjadi langka. karena itu teknologi
pengolahan pengawetan jerami jagung perlu dibudayakan oleh petani ternak guna
tersedianya hijauan pakan ternak sepanjang tahun dan sekaligus akan meningkatkan
kualitas pakan.
3. Silase
Silase adalah hijauan segar yang disimpan dalam kondisi kedap udara (anaerob)
dalam tempat yang disebut silo (Church dan Pond, 1988). Crowder dan Chheda (1982)
mendefenisikan silase sebagai bahan pakan hasil fermentasi yang terkontrol dari hijauan
yang berkadar air tinggi.
4. Lamtoro
Lamtoro dapat digunakan sebagai sumber nitrogen fermentable di dalam rumen dan untuk
mensuplai protein by-pass pada usus halus. Penggunaan lamtoro dalam bentuk segar
sebagai suplemen pada hijauan yang berkualitas rendah pada kambing menunjukkan
bahwa kira – kira 65% dari protein lamtoro didegradasi dalam rumen, sementara diduga
bahwa hanya 40% protein lamtoro yang didegradasi dalam rumen jika lamtoro kering
digunakan sebagai suplemen pada makanan domba sama dengan ransum basal
(Bamualim, 1985).
5. Molasses Mosafie dkk., (1989) dan Amrullah(2003) mengatakan bahwa molases adalah limbah
industri gulatetes dapat digunakan sebagi pakan secara langsung dan dapat dijadikan
sebagi protein tunggal dalam asam amino. Tetes mengandung 48 – 60% karbohidrat.
Molases digunakan karena banyak mengandung karbohidrat sehingga menjadi sumber
energy dan mineral. Bahan ini memiliki rasa yang disukai ternak. Molases ini tergolong
bahan yang cukup potensial untuk dijadikan pakan mengatakan molases ada dua jenis,
jenis yang lain adalah yang lebih sedikit mengandung gula.
6. Bahan Kering
Bahan Kering merupakan bahan yang bebas air. Kadar bahan kering suatu bahan pakan
dapat ditentukan dengan jalan menguapkan bahan pakan dalam oven dengan suhu 105˚C
selama 5 – 12 jam sampai beratnya konstan dan sisa bahan makanan yang telah diuapkan
airnya dinamakan bahan kering (Sutardi, 1981).Bahan kering terdiri atas dua komponen
utama yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin ( Tillman dkk., 1986 ).
7. Bahan Organik
Bahan Organik merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan energi panas bila
dicerna. Bahan tersebut meliputi protein, karbohidrat, dan lemak. Bila suatu bahan
tersebut dibakar, maka sisa pembakaran itu dinamakan bahan organik yang terkandung
didalam bahan pakan tersebut (Tilman et al., 1986).
8. Protein Kasar
6
Protein merupakan suatu zat yang sangat penting bagi tubuh, karena disamping zat ini
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur – unsur carbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat
(Winarno dan Fardias, 1981).
9. Lemak Kasar
Lemak sangat penting adanya dalam makanan, sehingga beberapa sarjana banyak
menyimpulkan bahwa kelompok lemak mempunyai nilai makanan khusus. Yang
diketahui sekarang, lemak dibutuhkan sebagai sumber (1) asam lemak esensial, (2)
koline, (3) sumber prostaglandin (asam lemak esensial adalah bahannya, (4) sebagai
karier vitamin yang larut dalam lemak, (5) sebagai sumber energi, karena kadar lemak
yang tinggi. Zat ini dapat menaikan energi makanan tanpa menambah volume terlalu
banyak. Ini penting bagi penyusun makanan pada ternak berproduksi tinggi yang
menerima ransum yang voluminous (bulki), dan (6) terdapat kenyataan penambahan
lemak pada makanan, mengurai, “heat increment,” sehingga menaikkan “feed efficiency.”
(Tillman dkk., 1998)
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian dan analisis komposisi nutrisi silase jerami jagung dilaksanakandi
Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Prosedur penelitian
Penelitian ini didesain berdasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisa
menggunakan analysis of varians (ANOVA). Penelitian ini terbagi dalam
empatperlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Adapun perlakuan
yang digunakan sebagai berikut:
Perlakuan 1: Jerami jagung + Lamtoro+ Molasses+lactobacillus diperam selama
7 hari.
Perlakuan 2: Jerami jagung + Lamtoro +Molasses + lactobacillus diperam selama
14 hari.
Perlakuan 3: Jerami jagung + Lamtoro+ Molasses + lactobacillus diperam selama
21 hari.
Perlakuan 4: Jerami jagung + Lamtoro +Molasses + lactobacillus diperam selama
28 hari.
Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1). Pengukuran daya ikat air
oleh jerami jagung yang diperam, (2). Pemeraman atau fermentasi jerami jagung, (3).
Analisa kecernaan, dan (4). Analisisi data.
1. Pengukuran Daya Ikat Air
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah larutan yang ditambahkan
pada pembuatan silase. 1 kg jerami jagung dalam kantong berlubang 1 mm,
dicelupkan ke dalam airyang telah diketahui volumenya, kemudian sampel jagung
dibasahi secara merata, kemudian ditiriskan sampai airnya habis menetes
2. Pemeraman atau fermentasi jerami jagung
Kesemua bahan di atas dicampur secara merata, setelah itu dimasukkan ke
dalam topless sebanyak 1 kg. Selanjutnya masing-masing topless diberi label sesuai
dengan lama waktu pemeraman. Pada akhir masa pemeraman dilakukan pengukuran
7
terhadap pH, warna, tekstur dan aroma silase, setelah itu dikeluarkan dari masing-
masing stoples untuk dikeringkan pada suhu 60oC selama 8 – 12 jam. Selanjutnya
jerami digiling dan disaring dengan diameter saringan 1 mm. Sampel yang telah
disaring
siap untuk dianalisis di laboratorium.
3. Analisa kecernaan
Penentuan kecernaan in-vitro silase jerami jagung yang telah di peram
dianalisis menggunakan metode Tilley dan Terry (1963).
Varibael yang diamati
Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
Peubah – peubah yang diukur adalah :
Pengamatan Umum
Jerami jagung yang telah diperlakukan dan dikeringkan, dilihat perbedaan tekstur,
aroma dan warnanya dengan jerami padi yang tidak mendapat perlakuan (control)
Variabel utama: kandungan BK, BO, PK, dan LK
Variabel penunjang:pH, warna, aroma dan tekstur
Kriteria penilaian kualitas silase :
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis variansi dengan Rancangan Acak Lengkap dan bila terdapat perbedaan yang
nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan paket program statistik
SAS (2011).
Pengamatan Laboratoruim
Analisis Kandungan Bahan Kering
1. Cawan porselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105 0C
selama 1 jam.
2. Cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar),
kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A gram).
3. Sempel sebanyak 1.5–2.0 gram dimasukkan kedalam cawan porselin (B gram).
4. Kemudian dikeringkn dalam oven 105 0C selama 8–12 jam.
5. Setelah itu cawan yang berisi sampel didinginkan di dalam desikator selama 1 jam,
kemudian ditimbang (C gram).
Perhitungan :
Kadar Air =
Kadar Bahan Kering = 100 % - % Kadar Air
Analisis kandungan bahan organik
1. Cawan porselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pngering pada suhu 105 0C
selama 1 jam.
2. Cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar),
kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A gram)
3. Sampel sebanyak 1.5–2.0 gram dimasukkan kedalam cawan porselin (B gram)
4. Sampel dalam cawan porselin yang telah dikeringkan dalam oven 105 0C ditimbang (C
gram) di masukkan kedalam tanur pada suhu 600 0C selama 2–4 jam (sampai menjadi
putih).
5. Cawan porselin didinginkan didalam desikator selama
15 – 30 menit, kemudian ditimbang (D gram).
8
Perhitungan :
Kadar abu = X 100 %
Bahan Organik= 100% – Kadar abu (%)
Analisis kandungan protein kasar (PK)
1. Sampel bahan ditimbang kurang lebih seberat 0.25
2. Sampel dimasukkan ke labu kjeldahl ditambahkan 1.5 gram campuran CuS04 dan
K2SO4, (1 : 7) serta 2 butir batu didih
3. H2SO4 pekat dimasukkan dengan hati–hati sebanyak 7.5 ml
4. Labu kjeldahl beserta isi didestruksi dalam lemari asam hingga bening tak berasap selama
kurang lebih 45 menit
5. Hasil destruksi diencerkan dengan aquades dingin 100 ml, selanjutnya ditambahkan
NaOH 40% dingin sebanyak 50 ml dengan hati–hati dan 2 butiran batu didih.
6. Labu kjeldahl dipasang pada perangkat destilator yang sebelumnya telah dipasang
Erlenmeyer penampung 250 ml yang berisi H3BO3 3% sebanyak 25 ml.
7. Proses destilasi berlangsung dan akan diberhentikan bila Erlenmeyer penampung telah
mencapai 100 ml.
8. Hasil destilator segera dititrasi dengan larutan H2SO4 0.1 N, dan titrasi dihentikan bila
warna larutan berubah menjadi warna merah jambu/ warna asal.
Perhitungan :
Protein Kasar = X 100%
Bahan Organik Tanpa N = 100% - % Protein Kasar
Analisis kandungan lemak kasar (LK)
1. Kertas saring yang bebas lemak dimasukkan dalam oven pengering pada suhu 105 C
selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator 1 jam dan ditimbang ( A g ).
2. Sample sebanyak 1,5-2 g yang dibungkus kertas saring ( B g) dimasukan kedalam oven
pengering selama 8 jam pada suhu 105 C, kemudian didinginkan dalam desikator selama
30-60 menit dan ditimbang. (C g).
3. Sample dan kertas yang sudah dioven dimasukan dalam alat ekstraksi soxlet.
4. Labu penampung, pendingin tegak dan alat ekstraksi soxlet dirangkai sedemikian rupa
dan diletakkan diatas penangas air.
5. Pada rangkaian tersebut diisi petroleum benzene (pelarut lemak lain) sampai seluruhnya
turun dan masuk pada labu penampung. Hal ini diulangi lagi sampai alat ekstraksi terisih
penuh.
6. Proses ekstraksi dihentikan apabila pada labu soxlet bahan pelarutnya sudah bening.
7. Sample dikeluarkan dari alat ekstraksi dan petroleum benzena yang tersisa kemudian
dimasukkan dalam oven pengering 105 C selama jam dan didinginkan dalam
desikator selam 1 jam, kemudian sample ditimbang. (D g).
Perhitungan : Kadar lemak = X 100 %
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan umum terhadap komponen organoleptik
Hasil pengamatan fisik yang dilakukan terhadap silase jerami jagung yang
ditambahkan daun lamtoro, molasses dan Lactobacillus sp setelah proses pemeraman
selama 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari terhadap sifat organoleptik memiliki tekstur
yang baik yaitu terasa lebih halus. Hasil pengamatan terhadap tekstur relatif hampir sama
pada perlakuan T1 dan T2 yaitu terasa lebih halus jika dibandingkan dengan T3 dan T4
yang terasa basah dan sedikit kasar. Tekstur nilai tertinggi diperoleh pada T3
menghasilkan silase dengan tekstur agak basah dan sedikit kasar. Hasil analisis terhadap
komponen organoleptik disajikan pada Tabel2.
T1 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu
1 Terasa halus (8)
Warna
kuning
kecoklatan
(5)
Berbau khas silase (10) 5.31 27.3
2 Terasa halus (7) Warna kuning kecoklatan
(8) Berbau khas silase (10) 5.31 29.3
3 Terasa halus (8) Warna kuning kecoklatan
(5) Berbau khas silase (10) 5.30 27.9
T2 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu
1 Terasa halus (8) Sedikit berwarna gelap (7) Berbau khas silase (10) 5.15 28.1
2 Terasa halus (6) Sedikit berwarna gelap (6) Berbau khas silase (10) 5.61 28.1
3 Terasa halus (5) Sedikit berwarna gelap (5) Berbau
khas silase (6) 5.95 27.7
T3 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu
1 Terasa basah dan
sedikit kasar (10) Hijau Kecoklatan (8) Berbau khas silase (10) 5.48 29
2 Terasa basah dan
sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (10) Berbau menyengat (5) 5.75 29.6
3 Terasa basah dan
sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (8) Berbau khas silase (7) 5.95 29.3
T4 Tekstur Warna Bau/Aroma pH Suhu
1 Terasa basah dan
sedikit kasar (7) Hijau Kecoklatan (8) Berbau asam manis (8) 4.82 29.5
2 Terasa basah dan
sedikit kasar (8) Hijau Kecoklatan (7) Berbau khas silase (7) 5.96 30.5
3 Terasa basah dan
sedikit kasar (10) Hijau Kecoklatan (8) Berbau asam manis (5) 5.81 29.7
Kandungan zat makanan
Hasil analisaterhadap kandungan bahan kering (BK), bahan organik(BO), protein
kasar (PK) dan lemak (ether extract) silase jerami jagung yang ditambah daun Lamtoro
(Leucena leucocephala),tetes molasesdan Lactobacillus, memperlihatkan bahwa semakin
lama waktu fermentasi semakin menurun kandungan nutrisi silase jerami jagung.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata – rata kandungan bahan kering (BK) tertinggi
diproleh pada perlakuan T1 (30,11%)dan terendah perlakuan T4 (23,34%), Rata – rata
kandungan Bahan Organik (BO) tertinggi diproleh pada perlakuan T1 (91,42%)dan
terendah perlakuan T4 (90,88%) , sedangkan rata–rata kandungan Protein Kasar (PK)
tertinggi pada perlakuan T1 (10,56%) dan terendah perlakuan T4 (7,51%)sedangkan rata–
rata kandungan Lemak Kasar (LK) tertinggi pada perlakuan T1 (3,29%) dan terendah
pada perlakuan T4 (2,63%).
10
Tabel 3. Rataan Kandungan BK, BO,PK dan LK silase jerami jagung yang
ditambahkan daun lamtoro dan molases.
Variabel Perlakuan
T1 T2 T3 T4
BK (%) 30.11a
28.58
a
27.98
a 23.34
b
BO (%) 91.42a
91.00
a
90.95
a
90.88
a
PK (%) 10.56a
9.97
ab
9.26
b
7.51
c
LK (%) 3.29a 3.19
ab 3.08
ab 2.63
b
abc superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01).
Keterangan:
T1 : lama waktu fermentasi 7 hari
T2 : lama waktu fermentasi 14 hari
T3 : lama waktu fermentasi 21 hari
T4 : lama waktu fermentasi 28 hari
Kandungan Bahan Kering
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan kering silase jerami jagung
yang ditambah daun lamtoro (leucena leocephala), tetes (molases) dan lactobacillus
tertinggi diperoleh pada T1 (91,42%) dan terendah pada T4 (90,88%), tetapi T1 secara
statistic tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan T2 dan T3. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa semakin lama waktu pemeraman cenderung semakin banyak terjadi
kehilangan bahan kering. Menurunnya kandungan BK disebabkan komponen
karbohidrat banyak mengalami fermentasi atau teroksidasi menjadi senyawa-senyawa
sederhana seperti asam laktat dan karbon dioksida. Seperti diketahui bahwa komponen
tertinggi penyusun bahan organik pakan adalah karbohidrat, sehingga semakin banyak
karbohidrat yang terfermentasi akan semakin banyak komponen bahan kering yang
hilang,yang pada akhirnya berpengaruh juga terhadap penurunan kadar BK terutama
pada T4.
Penyebab lain penurunan kandungan bahan kering silase adalah adanya penambahan
lamtoro, hal ini berkaitan dengan kandungan serat kasar dan juga kandungan air pada
lamtoro yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jerami jagung (Woolford,
1984).Hall (1970) menjelaskan bahwa perkembangan mikroorganisme dipengaruhi oleh
suhu dan air. Kandungan air yang tinggi pada bahan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan berbagai mikroba, dengan banyaknya populasi mikroba maka akan lebih
banyak memecah bagian makanan sebagai sumber energi seperti karbohidrat, protein,
dan lemak. Suhardjo et al. (1986) menyatakan bahwa selama proses penyimpanan,
penurunan bahan kering dapat terjadi akibat aktifitas enzim mikroorganisme, proses
oksidasi dengan membentuk uap air sehingga kandungan air meningkat. Keadaan ini
akan mengurai kandungan bahan kering dari makanan menjadi asam laktat dan CO2.
Bahan Organik
Bahan organik adalah suatu bahan yang menghasilkan energi dan panas bila dicerna.
Bahan tersebut meliputi karbohidrat, protein dan lemak (Rismunandar, 1986). Bahan organik dapat ditentukan melalui proses pengabuan, kadar abu dari suatu bahan dapat
ditentukan dengan membakar suatu bahan pada 600OC selama beberapa jam sampai
sampel tersebut berwarna putih, karena pada suhu tersebut unsur-unsur organik akan
mengalami penguapan sehingga yang tertinggal hanya bahan organik (Harris, 1970).
11
Hasilpenelitian menunujukkan nilai rata-rata kandungan bahan organik jerami jagung
tertinggi pada T1 (91.42), T2 (91.00),T3 ( 90.95), dan terendah T4 (90.88).
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lama fermentasi dalam pembuatan siase
tidak berpengaruh nyata (P > 0,05), terhadap penurunan kandungan bahan organik jerami
jagung. Lama fermentasi jerami jagung pada setiap perlakuan, tidak mempengaruhi
kandungan bahan organik silase jerami jagung yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh
sejalan dengan penelitian Hidayati (2010) pada kandungan bahan organik yaitu tidak
memberikan respon yang nyata dari jerami jagung. Perbedaan yang tidak nyata ini
berkaitan dengan kandungan bahan kering yaitu apabila perlakuan tidak mempengaruhi
kandungan bahan kering maka perlakuan tersebut tidak mempengaruhi kandungan bahan
organiknya. Aryo (2010) menjelaskan bahwa apabila perlakuan tidak mempengaruhi
bahan kering maka perlakuan tersebut tidak mempengaruhi bahan organik.
Protein Kasar
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian daun lamtoro memberikan
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar pada silase jerami
jagung. Uji jarak berganda Duncan’s menunjukkan bahwa T1 nyata lebih tinggi jika
dibandingkan dengan T2, T3, demikian juga dengan perlakuan T4, akan tetapi tidak
terdapat perbedaan nyata (P<0,5) kandungan protein kasar pada perlakuan T1 serta tidak
terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan T2, T3 jika dibandingkan dengan T4.
Semakin tinggi pemberian daun lamtoro maka semakin tinggi pula rata–rata persentase
protein kasar pada silase jerami jagung. Peningkatan kandungan protein kasar silase
sejalan dengan penambahan daun lamtoro. Menurut Jaelani dkk (2014) kandungan
protein dalam silase tidak hanya dipengaruhi oleh lama penyimpanan silase tetapi juga
dipengaruhi oleh kadar air, kualitas bahan baku, kandungan protein pada bahan baku serta
tingkat keberhasilan pembuatan silase.
Sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal
dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam
meningkatnya kandungan protein kasar silase hal ini sesuai dengan pendapat Heller
(2009) dalam Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam
laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat dimana
bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih lanjut Santoso dkk.,
(2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada
fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.
Lemak Kasar
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kandungan lemak kasar dari setiap perlakuan,
kadar lemak kasar tertinggi yaitu T1 (3.29%), diikuti T2 (3.19%), T3 (3.08%) dan
terendah pada T4 (2.63%). Hasil analisis variansi menunujukkan bahwa penambahan silase limbah jagung yang ditambahkan dengan daun lamtoro dan molases berpengaruh nyata
P<0,05 terhadap kandungan Lemak Kasar. Uji lanjut jarak berganda Duncan’s menunjukkan
bahwa kandungan lemak kasar T4 nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan T1, T2 dan T3.
Rendahnya kandungan lemak kasar T4 jika dibandingkan dengan dengan perlakuan yang lainnya. Hal itu disebabkan oleh kandungan karbohidrat terlarut dalam bahan yang
dapat memacu pertumbuhan Bakteri Asam Laktat sehingga dapat menururunkan pH
menjadi lebih rendah, terjadi penurun lemak yang cendrung lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya,
kecendrungan penurunan lemak kasar pada perlakuan T4 kemungkinan disebabkan
oleh terpecahnya ikatan komplek trigliserida menjadi ikatan-ikatan sederhana antara lain
dalam bentuk asam lemak dan alkohol.Sebagian dari asam lemak yang terbentuk akan
12
menguap sehingga kadar lemak kasar menjadi turun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Amrullah dan Makmur (2006), menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dari bahan
pakan terdiri dari ester, gliserol, asam-asam lemak dan vitamin yang larut dalam lemak
mudah menguap.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pembuatan silase jerami jagung dengan penambahan 10% daun lamtoro sebagai
sumber nitrogen, dan penambahan molases sebagai sumber energi memberikan
pengaruh terhadap kondisi organoleptik (warna, bau, dan tekstur) yang baik.
b. Lama pemeraman 28 hari cenderung menurunkan kandungan zat-zat makanan,
terutama bahan kering, protein kasar, dan lemak.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang palatabilitas jerami jagung yang
difermentasi dengan menggunakan lamtoro sebagai sumber protein
13
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah Ibnu Katsir, 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi Kompleks
IPB, Bogor.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press.
Jakarta.
Anonim. 2003. Gula Merah. http://gulamerahyogya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03
maret 2014.
AOAC. 1995. Official Methods Of Analysis Of The Association Of Analytical Chemist.
Washington D. C.
---------2012. Mengenal Nutrisi Gula Lebih Dekat.http://budiboga.blogspot.com /2012/07/
megenal-nutrisi-gula-lebih-dekat.html. Diakses pada tanggal 03 maret 2014.
Barber, S. and C. B. de Barber. 1980. Rice Brand Chemistry and Technology In:
RiceProduction and Untilization, Luh. B.S., ed. A VI Publishing Comp., Westport.
Bamualim, A. 1985. Effect af Leucaena Fed as a suplement to ruminants an a low quality
rouhage. Proc. Of the fifth Annual Workshop of Australia-Asia. Canberra
Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd
Ed. Jhon Wiley
& Sons, New York.
Close, W. and K.H. Menke. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. A Manual Prepared
for The Third Hohenheim Course on Animal Nutrition in The Tropics and Semi-
Tropics. 2nd
Ed. The Institute of Aniamal Nutrition, Hohenheim University, Stuttgart.
Crowder, L.V. and H.R. Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Inc., New
York.
Cullison, A.E. and R.S lowrey. 1987. Feeds and Feeding. 2nd
Ed. Prentice-hall of India Pvt.
Ltd., New Delhi.
Dahlanuddin. 2001. Forages commonly available to goats under farm conditions on Lombok
Island, Indonesia Livestock Research for Rural Development. (13) 1:
www.cipav.org.co/lrrd/lrrd13/1/dahll31.htm. diakses 2 Januari 2012 pukul 09.00
WIB.
Dahlanuddin, Denipopy, Simon Queigley, Oscar. Y 21014 liveweight gain and feed in take of
weaned bali calttle fed grass and tree legumes in wist nusa tenggara Indonesia.
Journal animal production scienex vol: 54 issue 7*2014*831 – 890.
Doyle, P.T. Dafrendra and G.R. Pearce, 1986. Rice Straw As a Feed For Ruminant.
International Development Program of Australia Univercity Collages Limited,
Canbera.
14
Gunawan, B. Tangendaja, D. Zainuddin, J. Darma dan A. Thalib. 1988. Silase. Laporan
Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Hall, DW., 1970. Handling And Strorage Of Food In Tropical And Subtropical Areas, FAO,
Rome.
Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan
Ternak Untuk Indonesia.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Intan Nursiam (2010), Bahan Makanan Ternak : Limbah Pertanian,
https://intannursiam.wordpress.com/2010/08/26/bahan-makanan-ternak-limbah-
pertanian.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman Lab. Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi Dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan , UGM. Yogyakarta.
Kavana, V.P.Y., J.B Kizima, Y.N Msanga, N B Kilongozi, B S J Msangi, L A Kadeng’uk, S.
Mngulu and P K Simba. 2005. Potential of pasture and forage for ruminant production
in Eastern zone of Tanzania. Livestock Research fpr Rural Development 17(12).
Komar, A.1984. Teknologi Pengolahan Jerami Jagung Sebagai Makanan Ternak. Yayasan
Dian Grhita. Indonesia
Lascano L, P. Avila 1 and J. Stewart. 2003. Intake, digestibility and nitrogen utilization by
sheep feed with provenances of Caliandra calothyrsus; Meissner with different tannin
structure Arch. Latinoam. Prod. Anim. 2003. 11(1): 21-28 J Anim. Sci. Vol 81, Suppl.
1/J. Dairy Sci. Vol 86, Suppl.1.
Lopez G, G. Ros, F. Rincon, M.J. Periago, M.C. Martinez, & J. Ortuno. 1996.
Relationshipbetween physical and hydration properties ofsoluble and insoluble fiber
of artichoke. J.Agric. Food Chem. 44:2773-2778.
Mathius, I. W. 1984. Hijauan gliricidia sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa. Pusat
penelitian dan pengembangan Peternakan Vol 1 No.4 pp. 19 – 23.
Miron, J., R. Solomon, G. Adin, U. Nir, M. Nikbachat, E. Yosef, A. Carmi, Z.G.
Weinberg, T. Kipnis, E. Zuckerman and D.B. Ghedalia. 2006. Effect of harvest stage
and regrowth on yield, composition, ensilage and in vitro digestibility of new forage
sorghum varieties. J. Sc. Food Agric. 86: 140 –147.
Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2008. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao yang
Difermentasi dengan Kapang Phanerochaete Chrysosporium sebagai Pengganti
Hijauan dalam ransum Ternak Kambing.Agrinak. Vol. 02 No. 1 Maret 2012:6-10.
Mosafie dkk, A Achmanto, Y. P. Tedjowahyanu, N. K. S. Wardani. K. Ma’sum, 1989.
UreaMolases Blok Pakan Suplemen Untuk Ternak Ruminansia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Sub Balai Penelitian Ternak Grati.
National Academy of Science. 1984. Leucaena : Promising Forage and Tree for the Tropics.
National Academy of Science, Washington, D.C.
15
Nurul Hidayati,2006. Pengolahan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Pembuatan Furural ( The
Treatmen Of the Corn-Kkuob as Arow Material For Marking Furtural). Jurnal Ilmu
Dasar, Vol.8 No.1 2006. Haql : 45-53.
Oscar.Y. Dahlanudin, Iqbal. M Amin . M 2014 Pengaruh Beberapa Jeni Additive Terhadap
Komposisi Nutrisi, KCBK, Dan KCBO Silase Jerami Jagung (Zea Mays ). Laporan
Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Poespoegoro, M. 1997. Fermentasi Subtrat Padat. Lembaga Kimia Nasional LIPI. Bandung.
Preston, T.r. and R.A.Leng. 1987. Matching Ruminant Production Sistems with Available
Resources in the Tropic and Sub-Tropic. International Colour Production. Stanthorpe,
Queensland, Australia.
Reaves. P. J.M., 1963. Dairy Cattle Feeding and Management, John wiley and sons, inc, New
York.
Reksohadiprodjo, S. 1984. Bahan Makanan Ternak Limbah Pertanian dan Industri. BPFE.
Yogyakarta.
Rukmanto.s., Dkk.2002. Produksi dan pemanfaatan hijauan. Direktorat Jendral Bina
Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Dairy Thecnology Improvment Project in
Indonesia 2002.
Saun R. J. V. & A. J. Heinrichs. 2008. Troubleshooting silage problems. How to
identify potential problem. In: Proceedings of the Mid-Atlantic Conference,
Pensylvania, 26 May 2008. Penn State Collage. 210.
Surrakhmad, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito Bandung
Sagar, B.F.,1985. Mechanism Of Cellulose Action. InJ. F. Keneddy, G.O. Philips, D.J.
Wedlock, and P.A Williems (eds) Cellulose and ats Derivates Chamstry,
Biochemistry and Aplications. Ellis Harwood Limited, Jhon Wiley and Sons, New
York.
Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Intitut
Pertanian Bogor.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging cetakan ke tiga. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
Biometrik. Terjemahan : Bambang Sumantri, Penerbit, Jakarta.
Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra. 2010.Silage fermentation
processes and their manipulation: 6-33. Electronicconference on tropical silage. Food
Agriculture Organization.
16
Sutardi. T. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu – Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi
Ilmiah Guru Besar Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakutas Peternaka Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed
dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik
secara in vitro. Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Suhardjo, Halper, L. J., Brady, L. D. and Judya, D., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI-
Press, Jakarta.
Tampoebolon, B. I. M. 1997. Seleksi dan Karakterisasi Enzim Selulase Isolat Mikrobia
Selulotik Rumen Kerbau. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (Tesis Magister Ilmu Ternak).
Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman Dan Produk Sampingan Industry
Jagung Untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Tilman, A. D. dkk., 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S. Lebdosoekodjo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi Potong. PT. Citra Aji Pratama.
Yogyakarta.
Van Soest, P.J., 1982. Nutritional Ecologi Of The Ruminant. O dan B Books Inc Convallis.
Ovegon United State Of Amerika.
Winarno, F. G. S. dan Fardias. 1981. Bio Fermentasi dan Bio Protein. Penerbit Angkasa,
Bandung.
Yudi, 2009.Kesmafet Susu. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gajah
Mada.Yogyakarta.