Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

  • Upload
    luq-man

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    1/6

    Aquacultura Indonesiana (2007) 8 (1) : 1116

    ISSN 02160749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005)

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007 11

    Pendahuluan

    Copepoda (kelas: krustase) merupakan jeniszooplankton terbanyak dengan biomassa terbesar

    di perairan payau dan laut (Hickman, 1993). Pada

    hatchery ikan-ikan laut, nauplii copepoda merupakan

    salah satu makanan alami yang sering dipergunakan

    karena mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan rotifer,Artemiasp., dan telur

    tiram (Doi dan Singhagraiwan, 1993; Su et al., 1997

    dan Stottrup et al., 1998). Superioritas nutrisi nauplii

    copepoda jika dibandingkan dengan jenis-jenis

    makanan alami lainnya adalah karena tingginya

    kandungan asam lemak tidak jenuh yang sangat

    diperlukan dalam stadia ontogeni larva ikan-ikan laut

    (Witt et al., 1984). Mengingat ketersediaan

    copepoda diperairan alam relatif melimpah dengan

    kandungan nutrisi yang tinggi maka nauplii copepodaseharusnya merupakan jenis makanan alami yang

    umum dipergunakan dalam hatchery-hatchery ikan

    laut.

    Hingga saat ini belum dijumpai metoda yang

    baku dalam produksi nauplii copepoda secara masal

    untuk menunjang kegiatan produksi larva ikan-ikan

    laut di dalam hatcherywalaupun produksi nauplii

    copepoda dalam skala laboratrium telah berhasil

    dicoba pada beberapa jenis copepoda seperti yang

    dilaporkan oleh Sun dan Fleeger (1995), Stottrup

    et al. (1997), Schipp et al. (1999), Lipman (2001)

    McKinnon et al.(2003), Knuckey et al. (2004) dan

    Pengaruh MikroalgaIsochrysis tahiti Terhadap Copepod Species Lokal

    Apocyclops dengizicus (Sub Ordo: Cyclopoida)

    Gede S. Sumiarsa

    Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol

    P.O. Box 140 Singaraja 81101 Bali

    Tel. (0362) 92278; Fax. (0362) 92272

    E-mail: [email protected]

    Abstract

    Gede S. Sumiarsa. 2007. The effect of micro algaeIsochrysis tahiti for local copepode speciesApocyclops

    dengizicus(Sub ordo: Cyclopoides). Aquacultura Indonesiana, 8 (1): 1116. The highest lipid content of local

    species cyclopoid copepod naupliiApocyclops dengizicusfed with four microalgal species was achieved in feeding

    treatment withIsochrysis tahiti. This trial was aimed to further assess different initial densities of the microalgae to

    both development and final fatty acid content of the copepod nauplii. Various treated microalgalI. tahitidensities

    were A: 0.50.8 x 105; B: 1.31.4 x 105, and C: 1.82.3 x 105cells/mL conducted for 32 days. The trial was designed in

    were completely randomized design with triplicates. Overall means and repeated-measures variance analyses were

    applied. Results showed that there were no significant differences in final lipid and fatty acid profiles of EPA, DHA

    and DHA/EPA ratio among the treatments (P>0.05). However, daily and final densities of the nauplii showed

    significant differences among treatments (P0,05) dalam kandungan lemak dan profil asam lemak EPA, DHA dan

    rasio DHA/EPA dalam nauplii copepoda pada ketiga perlakuan namun dijumpai perbedaan yang nyata (P

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    2/6

    Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 1, April 2007 : 1116

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 200712

    Sumiarsa et al. (2006). Copepoda dari sub ordo

    calanoida telah banyak diteliti di laboratorium-

    laboratorium perikanan budidaya laut di dunia dan

    dianggap sebagai salah satu kandidat makanan

    alami yang terbaik untuk produksi massal dalamperbenihan ikan-ikan laut sebagai pengganti rotifer

    jika dibandingkan dengan species copepoda dari

    kedua sub ordo lainnya yaitu copepoda cyclopoida

    dan harpacticoida (Ohno et al., 1990; Doi et al.,

    1994a; Doi et al., 1994b; Takahashi dan Ohno,

    1996 dan Golez et al., 2004). Disamping karena

    ukurannya lebih kecil, copepoda kelompok

    calanoida juga lebih cepat berkembang biak serta

    lebih mudah dibudidayakan dibandingkan dengan

    kedua kelompok copepoda lainnya. Lebih jauh

    dilaporkan bahwa nauplii copepoda dari kedua sub

    ordo terakhir sulit dicerna oleh larva-larva ikan laut

    jika dibandingkan dengan naupli i copepoda

    calanoida (Ohno, 1996). Akan tetapi Sumiarsa

    (2003) melaporkan salah satu kelemahan krusial

    dalam upaya produksi copepoda calanoida tersebut

    yaitu sangat mudah terjangkit oleh parasit jamur

    Epistylissp. jika dibandingkan dengan copepoda

    harpacticoida dan cyclopoida sehingga masih

    diperlukan penelitian-penelitian lanjutan untuk

    mengevaluasi lebih rinci lagi keunggulan dan

    kelemahan species copepoda dari masing-masing

    sub ordo tersebut.Produksi copepoda harpacticoid dan

    cyclopoid skala laboratorium yang sebelumnya

    dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya

    Laut (BBRPBL) Gondol Bali mendapatkan

    kandungan lemak dan kepadatan akhir nauplii

    copepoda tertinggi secara deskriptif pada nauplii

    copepoda yang diberi masing-masing makanan

    mikroalga Tetraselmis chuiidanIsochrysis tahiti

    jika dibandingkan dengan kandungan lemak nauplii

    copepoda yang diberi makanan dua jenis mikroalga

    lainnyayang telah diuji (Nannochloropsis oculatadan Rhodomonas sp.). Kegiatan penelitian ini

    merupakan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk

    mengamati pengaruh pemberian makanan

    mikroalgaI. tahitidalam tiga kepadatan awal yang

    berbeda terhadap kualitas nutrisi lemak dan

    perkembangbiakan copepoda cyclopoid species

    lokal perairan GondolApocyclops dengizicuspada

    skala laboratorium.

    Materi dan Metode

    Unit penelitian ini berupa bak-bak fiberglas

    silinder berdasar kerucut berwarna hitam dengan

    volume 0.5 m

    3

    yang dilengkapi dengan aerasi tunggaldengan laju sekitar 2.0 L/menit. MikroalgaI. tahiti

    diproduksi secara massal di laboratorium dalam

    kantong plastik bening (carbuoys) dengan volume

    80 L yang masing-masing disinari dengan dua buah

    lampu tabung 40 watt di dalam ruangan berpendingin

    udara dengan suhu air laut sekitar 2426C. Media

    dan operasional produksi migroalgae ini dilakukan

    menurut Steenfeldt et al. (2002).

    Nauplii copepoda yang telah dipanen dari

    bak-bak produksi dengan penyaringan bertingkat,

    dikumpulkan dan dihitung dengan metoda sampling

    secara volumetrik. Copepoda dewasa dikembalikan

    kedalam bak-bak asal sedangkan sisanya ditebar

    merata kedalam unit-unit penelitian. Sebelum ditebar

    kedalam sembilan bak unit penelitian, nauplii dan

    copepoda dewasa dienumerasi dan dibagi rata (Boyd

    dan Tucker, 1992). Penghitungan kepadatan nauplii

    copepoda dilakukan setiap pagi hari sebelum

    dilakukan penambahan mikroalga sedangkan

    penambahan mikroalga kedalam setiap unit penelitan

    dilakukan setiap 24 hari tergantung kepada

    kepadatan akhir terendah microalga pada salah satu

    unit penelitian. Jika satu unit penelitian dengan satuperlakuan memiliki kepadatan mikroalga I. tahiti

    yang sangat rendah atau mendekati nol, maka segera

    dilakukan penambahan I. tahiti pada semua unit

    penelitian sesuai dengan perlakuan perbedaan awal

    kepadatan mikroalga. Jumlah mikroalga yang akan

    ditambahkan kedalam unit penelitian disesuaikan

    juga dengan kepadatan mikroalga didalamcarbuoys

    dan sisa kepadatan mikroalga didalam unit-unit

    penelitian. Surutnya volume air bak sekaligus panen

    semua copepoda (nauplii dan dewasa) yang

    dilakukan sebelum penambahan I. tahiti dancopepoda yang terpanen dikembalikan kedalam unit

    penelitian masing-masing.

    Perlakuan perbedaan kepadatan awalI. tahiti

    dalam penelitian ini adalah:

    A. 0,50,8 x 105 sel/mL;

    B. 1,31,4 x 105sel/mL,

    C. 1,82,3 x 105sel/mL.

    Setiap perlakuan diulang tiga kali.

    Pemeriksaan kualitas air meliputi total amonium, nitrit

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    3/6

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007 13

    Pengaruh mikroalga Isochrysis tahiti terhadap copepod species lokal Apocyclops dengizicus (Gede S. Sumiarsa)

    dan nitrat dilakukan dua kali seminggu dan penelitian

    ini berlangsung selama 32 hari.

    Pada akhir penelitian, semua unit penelitian

    dikeringkan dan nauplii copepoda dipisahkan dari

    copepoda dewasa dengan metoda penyaringanbertingkat. Copepoda dewasa dibudidayakan

    kembali untuk keperluan di luar penelitian sedangkan

    nauplii copepoda dipersiapkan untuk analisa lemak

    dan asam lemak dengan modifikasi prosedur Christie

    (1987) dan Kates (1986). Ekstraksi lemak dan

    analisa asam lemak dilakukan di Laboratorium Pusat

    Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta. Ekstraksi lemak dilakukan menurut

    metoda Soxhlet sedangkan dalam analisa asam

    lemak dipergunakan GC 14 B Shimadzu dengan

    capilary column CBP10 sepanjang 50 m. Suhu

    column 180240C dengan laju pemanasan

    2,5C/menit. Suhu injector dan detector 250C

    dengan gas Helium sebagai pembawa (carrier)

    dengan tekanan 180 kPa. Detektor yang

    dipergunakan adalah FID (Flame Ionization

    Detector) dengan integrator Shimadzu C-RGA.

    Larutan standar yang dipergunakan adalah Supelco

    (U.S.A) Cat. # 47801 dan Cat. # 178241A (untuk

    EPA: eicosapetaenoic acid dan DHA:

    docosahexaenoic acid).

    Nilai-nilai pengamatan dalam penelitian ini

    dicantumkan dalam rataan standard error (meansSE). Data dianalisa menggunakan t-testdan model

    analisa simpangan (ANOVA) dengan prosedur

    Statistical Analysis System(SASVersion 6.12 for

    Windows) serta analisa pengukuran berulang

    (repeated measures) menurut Maceina et al.

    (1994). Uji beda nyata terkecil (BNT) diaplikasikanjika perbedaan nyata ditemukan antar perlakuan

    (Sokal and Rohlf, 1981). Perbedaan dianggap nyata

    pada tingkat probabilitas P = 0,05.

    Hasil dan Pembahasan

    Pada penelitian ini tidak dilakukan

    penghitungan harian kepadatan copepoda dewasa

    sedangkan rataan kepadatan harian nauplii copepoda

    cyclopoid A. dengizicus dan mikroalga I. tahitii

    pada setiap perlakuan dicantumkan ke dalam

    Gambar 1. Profil asam lemak nauplii copepodaA. dengizicusyang telah dipanen dicantumkan

    dalam Tabel 1.

    Kepadatan awal nauplii dan copepoda

    dewasa pada setiap perlakuan masing-masing

    adalah 0,40,1 dan 0,10,0 ekor/mL sedangkan

    kepadatan akhir (hari ke32) nauplii copepoda

    berkisar antara 0,21,2 ekor/mL. Kepadatan nauplii

    copepoda dalam unit-unit penelitian mulai meningkat

    kira-kira 14 hari setelah penelitian dimulai. Dijumpai

    perbedaan kepadatan nauplii copepoda yang nyata

    pada akhir penelitian (P = 0.02) dimana semakintinggi kepadatan mikroalga yang diberikan akan

    Tabel 1. Kandungan asam lemak (mg/100 g berat kering) dan lemak (% berat kering) nauplii copepoda cyclopoid

    species lokalA. dengizicusyang diberi makanan mikroalgaI. tahitidengan tiga tingkat kepadatan.

    Keterangan: Nilai yang diikuti dengan superskrip yang sama adalah yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

    Nauplii copepoda yang diberi makananI. tahiti dengan tingkat kepadatan (sel/mL)

    Asam lemak 0,50,8 x 105 1,31,4 x 105 1,82.3 x 105

    14:0 8,4 0,3 8,1 0,3 14,0 0,2

    14:1n-9c 6,1 1,4 6,0 0,8 6,4 0,7

    16:0 164,9 5,6 320,1 8,4 354,8 4,0

    16:1n-9c 83,0 2,1 89,2 2,6 113,5 1,817:0 18,1 0,7 19,0 1,1 35,2 0,5

    18:0 30,4 1,5 78,3 0,8 77,4 2,7

    18:1 311,5 8,6 527,8 6,2 602,4 11,7

    18:2n-6c 137,3 5,8 421,0 12,0 510,7 14,0

    18:3n-3 84,1 5,8 203,2 9,1 301,5 8,2

    20:0 18,3 0,5 14,5 0,5

    20:1 5,4 0,7 16,9 0,4 30,4 1,4

    20:5n-3 (EPA) 44,2a 2,8 35,5a 3,0 31,0a 4,1

    22:6n-3 (DHA) 45,7a 3,5 67,4b 2,1 55,9a 1,4

    DHA/EPA 1,0a 0,0 1,9b 0,1 1,8b 0,1

    Lipid 6,3a 0,2 6,1a 0,2 6,8a 0,3

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    4/6

    Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 1, April 2007 : 1116

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 200714

    semakin meningkatkan rataan kepadatan harian

    nauplii copepoda dan kepadatan akhir. Kepadatan

    mikroalgae dipulihkan pada kisaran yang telah

    ditentukan sesuai dengan perlakuan penelitian

    setelah 24 hari. Hasil penelitian ini juga

    menunjukkan bahwa kepadatan akhir nauplii

    copepoda species lokalA. dengizicuslebih rendah

    jika dibandingkan dengan kepadatan akhir nauplii

    copepoda harpacticoid Tisbe holothuriaeyang juga

    diproduksi di laboratorium yang sama pada penelitian

    sebelumnya yaitu sekitar 814 ekor/mL (Sumiarsa

    et al.2006).

    Namun demikian, tidak dijumpai perbedaan

    yang nyata dalam hal kandungan lemak dalam

    nauplii copepoda A. dengizicus antar perlakuan

    (P=0,32) dengan kisaran antara 6,16,8. Demikian

    pula tidak terdapat perbedaan yang nyata pada

    kandungan EPA, DHA dan rasio DHA/EPA pada

    perlakuan dalam penelitian ini dengan nilai P

    berturut-turut 0,18; 0,27 dan 0,21%. Tidak ada

    keteraturan kandungan asam lemak esensial EPA,

    DHA dan rasio DHA/EPA dengan semakin

    meningkatnya kepadatan makanan alami mikroalga

    I. tahiti yang diberikan. Kanazawa et al. (1989)

    menyimpulkan bahwa kebutuhan suatu jenis ikan

    laut terhadap asam lemak esensial dalam

    makanannya akan setara dengan kandungan asam

    lemak esensial di dalam tubuhnya. Dilaporkan juga

    bahwa rasio DHA/EPA dalam tubuh larva ikan-ikan

    laut sekitar 5,0 sehingga akan membutuhkan

    makanan dengan rasio DHA/EPA sekitar nilai

    tersebut.

    Penelitian ini bertujuan untuk mempersiapkan

    nauplii copepoda species lokal A. dengizicus

    sebagai makanan awal larva ikan-ikan laut

    khususnya jenis-jenis ikan kerapu, dijumpai rasio

    DHA/EPA tertinggi (1,9) yang diperoleh dari

    perlakuan makanan mikroalga I. tahiti pada

    0.0

    0.5

    1.0

    1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

    Day

    Averagealgaldensity

    (x105c

    ells/mL)

    0.0

    0.3

    0.5

    Averagecopepodna

    upliidensity

    (individuals/mL)

    Algae Copepod nauplii

    0.0

    0.5

    1.0

    1.5

    1 3 5 7 9 11 13 15 1 7 19 21 23 25 27 29 3 1 33 35

    Day

    Averagealgaldensity(x105c

    ells/mL)

    0.0

    0.3

    0.5

    Averagecopepodna

    upliidensity

    (individuals/

    mL)

    Algae Copepod nauplii

    0.0

    1.0

    2.0

    3.0

    1 3 5 7 9 11 13 1 5 17 1 9 21 23 25 27 29 31 33 35

    Day

    Averagealgaldensity(x105c

    ells/mL)

    0.0

    0.5

    1.0

    1.5

    Averagecopepodnaupliidensity

    (individuals/mL)

    Algae Copepod nauplii

    (A) (B)

    (C)

    Gambar 1. Kepadatan harian nauplii copepoda cyclopoid species lokalA. dengizicusyang diberi makan

    mikroalgaI. tahiti kepadatan rendah (A), sedang (B) dan tinggi (C)

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    5/6

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2007 15

    Pengaruh mikroalga Isochrysis tahiti terhadap copepod species lokal Apocyclops dengizicus (Gede S. Sumiarsa)

    kepadatan awal tertinggi yang tidak berbeda nyata

    dengan rasio DHA/EPA yang diperoleh dari nauplii

    copepoda dengan perlakuan makanan mikroalga

    I. tahitidengan kepadatan awal sedang (1,8). Nilai

    rasio ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengankebutuhan rasio yang dibutuhkan oleh larva ikan-

    ikan laut seperti yang dilaporkan oleh Kanazawa

    et al. (1989) namun secara umum Sargent et al.

    (1997) menyarankan bahwa rasio DHA/EPA

    optimal dalam lemak untuk makanan larva ikan-ikan

    laut hanya sekitar 2,0 saja. Jika nilai ini dipegang

    sebagai baku, maka nauplii copepodaA. dengizicus

    yang diberi makanan mikroalga I. tahiti dengan

    kepadatan sedang dan tinggi (1,32,3x105sel/mL)

    memenuhi kriteria sebagai makanan awal larva ikan-

    ikan laut yang baik. Disamping itu, budidaya

    copepoda di laboratorium dengan pemberian

    mikroalga dalam kisaran kepadatan ini juga

    menghasilkan kepadatan harian dan kepadatan akhir

    nauplii copepoda yang tinggi.

    Hingga saat ini masih sangat sedikit laporan

    tentang kandungan nutrisi nauplii copepoda. Laporan

    kandungan nutrisi copepoda umumnya dijumpai

    untuk copepoda dewasa yang hidup di perairan

    bebas. Namun Sumiarsa (2003) melaporkan

    kandungan lemak nauplii copepoda cyclopoid

    Apocyclops panamensis yang dibudidayakan

    ditambak antara 5,77,8 % dengan rasio DHA/EPA1,62,4 sedangkan dari hasil pengkayaan dengan

    beberapa jeni s enrichers pakan diperoleh

    kandungan lemak nauplii copepoda antara 5,710,8

    dengan rasio DHA/EPA 1,03,3. Fraser et al.

    (1989) dan Norrbin et al. (1990) melaporkan rasio

    DHA/EPA dalam lemak pada copepoda dewasa

    A. longi remis, Ca lanus finmarchicus ,

    Pseudocalanus sp., P. acuspes dan Tisbe

    longicornisberkisar antara 0,81,4.

    Dalam pengamatan kualitas air dalam unit-

    unit penelitian, tidak dijumpai nilai-nilai yang ekstrimdalam kualitas air selama penelitian berlangsung

    yaitu suhu air antara 2426C, oksigen terlarut

    4,16,6 mg/L, salinitas rata-rata 32 ppt dan total

    ammonia 0,620,81 mg/L. Nilai total ammonium

    meningkat dengan semakin tingginya kepadatan

    mikroalgae dalam perlakuan.

    Kesimpulan

    Perbedaan pemberian kepadatan awal

    makanan mikroalgaI. tahitimemberikan pengaruh

    yang nyata terhadap rataan kepadatan harian dan

    kepadatan akhir nauplii copepoda cyclopoid species

    lokal A. de ng izi cus sedangkan perbedaan

    kepadatan mikroalga tidak memberikan pengaruh

    yang nyata terhadap kualitas nutrisi lemak nauplii

    copepoda. Akan tetapi perbedaan kepadatanmikroalga I. tahitimemberikan pengaruh negatif

    terhadap variabel kualitas air yaitu nilai total

    ammonium yang tinggi yang akan menjadi salah satu

    faktor pembatas dalam upaya produksi nauplii

    copepoda secara berkesinambungan di laboratorium

    maupun produksi skala massal

    Ucapan Terima Kasih

    Penulis menyampaikan terima kasih kepada

    staf teknisi Laboratorium MSP (Siyam Sujarwani

    dan Ketut Arya Sudewa dalam penyediaanmikroalga, dan Dadang Rusmana dalam prosedur

    peny ed iaa n co pepo da) sert a staf tekn isi

    Laboratorium Kimia BBRPBL Gondol Bali (Ayu

    Kenak, Ari Arsini dan Kadek Ani) atas kerja keras

    dan bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

    Penelitian ini dibiayai DIPA No. 150.0/32-11.0/XX/

    2006.

    Daftar Pustaka

    Boyd, C.E. and C.S. Tucker, 1992. Water Quality andPond Soil Analyses For Aquaculture. Alabama

    Agricultural Experiment Station. Auburn

    University, Alabama, USA, 183 pp.

    Christie, W.W. 1987. Lipid Analysis: isolation,

    separation, identification and structural analysis

    of lipids. Pergamon Press. Oxford-New York-

    Toronto-Sydney-Braunschweig, 201 pp.

    Doi, M. and T. Singhagraiwan. 1993. Biology and culture

    of the red snapper, Lutjanus argentimaculatus.

    The Eastern Marine Fisheries Development

    Center (EMDEC). Department of Fisheries,

    Ministry of Agriculture and Cooperatives,

    Kingdom of Thailand, 51: 151.

    Doi, M., T. Singhagraiwan, S. Singhagraiwan and

    A. Ohno. 1994a. An investigation of copepods

    being applied as initial food organisms for red

    snapper. Thai Marine Fisheries Research

    Bulletin, 5: 2126.

    Doi, M., S. Singhagraiwan, T. Singhagraiwan, M. Kitade

    and A. Ohno. 1994b. Culture of the calanoid

    copepod,Acartia sinjiensis,in outdoor tanks in

    the tropics. Thai Marine Fisheries Research

    Bulletin, 5: 2736.

    Fraser, A.J., J.R. Sargent and J.C. Gamble. 1989. Lipid

    class and fatty acid composition of Calanus

  • 7/26/2019 Pengaruh Mikroalga Isochrysis Tahiti Terhadap Copepod Species Lokal Apocyclops Dengizicus (Sub Ordo Cyclopoida)

    6/6

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 200716

    Aquacultura Indonesiana, Vol. 8, No. 1, April 2007 : 1116

    finmarchicus(Gunnerus), Pseudocalanussp. and

    Temora longicornis Muller from a nutrient-

    enriched seawater enclosure.Marine Biology and

    Ecology, 130: 8192.

    Golez, M.S.A., T. Takahashi, T. Ishimaru and A. Ohno.

    2004. Post-embryonic development andreproduction of Pseudodiaptomus annandalei

    (Copepoda: Calanoida). Plankton Biol. Ecol.,

    51(1): 1525.

    Hickman, C.P. 1993. Integrated principles of zoology.

    In:L. Robert Jr. and A. Larson (Eds.), Ninth

    Edition. Mosby-Year Book, Inc., St. Louis,

    Missouri, USA, pp: 489, 503504.

    Kanazawa, A., S. Kobayashi, S. Teshima and S. Koshio.

    1989. Requirement larval striped knifejaw for DHA

    and EPA. Abstract of the Annual Meeting of

    Japanese Society of Scientific Fisheries, Tokyo,

    48 pp.Kates, M. 1986. Techniques of Lipidology: isolation,

    analysis and identification of lipids. 2ndRevised

    Edition. Elsevier. Amsterdam, New York, Oxford,

    30 pp.

    Knuckey, R.M., I. Rumengan and S. Wullur. 2004. SS-

    strain rotifer culture for finfish larvae with small

    mouth gape.In: Rimmer, M.A., S. McBride and

    K.C. Williams (Eds.), Advances In Grouper

    Aquaculture,Australian Centre for International

    Agricultural Research, pp. 2128.

    Lipman, E.E. 2001. Production of the copepod

    Apo cy clops pa na me ns is under hatchery

    conditions. M.S. Thesis,Department of Fisheries

    and Allied Aquacultures, Auburn University,

    Auburn, Alabama, USA.

    Maceina, M.J., P.W. Bettoli and D.R. DeVries. 1994. Use

    of split-plot analysis of variance design for

    repeated-measures fishery data. Fisheries, 3: 14

    20.

    McKinnon, A.D., S. Duggan, P.D. Nichols, M.A. Rimmer,

    G. Semmens and B. Robino.2003. The potential

    of tropical paracalanoid copepods as live feeds

    in aquaculture.Aquaculture,223: 89106.

    Norrbin, M.F., R.E. Olsen and K.S. Tande. 1990. Seasonal

    variation in lipid class and fatty acid compositionof two small copepods in Balsfjorden, northern

    Norway.Marine Biology, 105: 205211.

    Ohno, A. 1996. Fundamental study on the extensive seed

    production of the red sea bream Pagrus major

    (In Japanese with English figures, tables and

    summary), 110 pp.

    Ohno, A., T. Takahashi and Y. Taki. 1990. Dynamics of

    exploited population of the calanoid copepod,

    Acartia tsuensis.Aquaculture, 84: 2739.

    Sargent, J., L.A. McEvoy and J.G. Bell. 1997.

    Requirements, presentation and sources of

    polyunsaturated fatty acids in marine fish larval

    feeds. Aquaculture, 155: 117127.

    Schipp, G.R., J.M.P. Bosmans and A.J. Marshall.1999.

    A method for hatchery culture of tropical calanoid

    copepods, Acartia spp. Aquaculture,174: 81

    88.

    Sokal, R.R. and F.J. Rohlf.1981. Biometry. W.H. Freeman,New York, U.S.A.

    Steenfeldt, S., P.B. Pedersen, A. Jokumsen and I. Lund.

    2002. Hatchery production of tropical marine fish

    in recirculation system. Training Course, Danish

    Institute for Fisheries Research (DIFRES), The

    North Sea Centre, Hirtshals, Denmark, 103 pp.

    Stottrup, J.G., R. Shields, M. Gillespie, M.B. Gara, J.R.

    Sargent, J.G. Bell, R.J. Henderson, D.R. Tocher,

    R. Sutherland, T. Naess, A.M. Jensen, K. Naas,

    T. van der Meeren, T. Harboe, F.J. Sanchez,

    P. Sorgeloos, P. Dhert and R. Fitzgerald.1998.

    The production and use of copepods in larvalrearing of halibut, turbot and cod. Bulletin

    Aquaculture Association Canada, 4: 4145.

    Su, H.M., M.S. Su and I.C. Liao. 1997. Preliminary results

    of providing various combinations of live foods

    to grouper (Ep inephelus coioides) larvae.

    Hydrobiologia, 358: 301304.

    Sumiarsa, G.S.2003. Production and fatty acid profiles

    of cyclopoid copepod nauplii Apocyc lops

    panamensis. Dissertation, Auburn University,

    Alabama, U.S.A., 170 pp.

    Sumiarsa, G.S., D. Nurlestyoningrum, M. Suastika dan

    B. Susanto. 2006a. Perkembangan dan profil asam

    lemak nauplii kopepoda harpacticoid Tisbe

    holothuriae dengan berbagai kepadatan

    Tetraselmis chuii. Prosiding Aquaculture

    Indonesia 2006, Surabaya, pp. 711

    Sumiarsa, G.S., B. Susanto, M. Suastika dan P.T. Imanto.

    2006b. Pertumbuhan dan sintasan fase awal larva

    ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus

    dengan pakan alami nauplii kopepoda

    harpacticoid Tisbe holothuriae dan rotifer.

    Prosiding Aquaculture Indonesia 2006,

    Surabaya, pp. 1215

    Sun, B. and J.W. Fleeger.1995. Sustained mass culture

    ofAmphiascoides atopusa marine harpacticoidcopepod in a recirculating system.Aquaculture,

    136: 313321.

    Takahashi, T. and A. Ohno. 1996. The temperature effect

    on the development of calanoid copepod,Acartia

    tsuensis, with some comments to morphogenesis.

    Journal of Oceanography,52: 125137.

    Witt, U., G. Quantz, D. Kuhlmann and G. Kattner. 1984.

    Survival and growth of turbot larvae

    Scophthalmus maximusL. reared on different

    food organisms with special regard to long-chain

    po lyunsa tu ra ted fa tty ac ids. Aquacultural

    Engineering, 3: 177190.