Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
331
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DMR
(DISKURSUS MULTY REPRECENTASY) TERHADAP
KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DAN SELF
EFFICACY PADA MATERI INDUKSI MATEMATIKA
𝐀𝐧𝐚 𝐅𝐚𝐨𝐳𝐢𝐲𝐚𝐡𝟏), 𝐒𝐢𝐭𝐢 𝐑𝐨𝐡𝐲𝐚𝐭𝐢𝟐)
1)Unswagati, Jl. Perjuangan No. 1, Cirebon; anafaoziyah112@gmail. com
2)Unswagati, Jl. Perjuangan No. 1, Cirebon; sitirohyati. sr@gmail. com
Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kemampuan
kecerdasan logis matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan kecerdasan logis matematis dan
self efficacy siswa melalui pembelajaran Diskursus Multy Reprecentasy
(DMR) Penelitian ini dilakukan pada siswa MAN Kelas XI Semester
ganjil. Desain eksperimen yang digunakan adalah the randomized pretest-
posttest control group design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah sampling purposive. Teknik pengumpulan data berupa soal tes,
angket respon siswa, dan lembar self efficacy.
Artikel tidak ada pembahasan, bisa melihat contoh artikel terkait
pembahasan kajian teori
Kata Kunci. (DMR), Kecerdasan Logis Matematis, Self Efficacy
Abstract. This research is motivated by the existence of mathematical
logical intelligence abilities of students. This study aims to determine the
increase in mathematical logical intelligence skills and self efficacy of
students through learning Multy Reprecentasy Discourse (DMR). This
research was conducted on students of Class XI MAN in odd semester.
The experimental design used was the randomized pretest-posttest control
group design. The sampling technique used was purposive sampling. Data
collection techniques are in the form of test questions, student response
questionnaires, and self efficacy sheets.
Keywords. (DMR), Mathematical Logical Intelligence, Self Efficacy
332
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting didalam
sekolah, matematika sangat membantu dalam menyelesaikan masalah dalam
keidupan sehari-hari. Menurut Yudha dan Suwarjo (2014) bahwa
pembelajaran matematika dapat bermakna apabila siswa dapat menemukan
sendiri konsep yang telah dipelajari, belajar matematika artinya siswa
memahami tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak dan
disusun secara hierarkis. Selaras dengan pendapat Ferdianto dan Setiyani
(2018) matematika dapat dijadikan sebagai alat dalam memahami dan
menyelesaikan masalah yang ditemukan dan dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan diberikannya masalah-masalah yang berkaitan dengan
kehidupan nyata, siswa akan dengan mudah memahaminya.
Berdasarkan hasil observasi di MAN 1 Kota Cirebon, proses pembelajaran
masih berpusat pada guru, suasana belajar yang kurang kondusif, proses
belajar didominasi oleh siswa yang berprestasi, kurangnya respon belajar
siswa, jarangnya penggunaan media pembelajaran pada saat proses
pembelajaran, dan siswa hanya terpaku pada satu sumber belajar. Akibatnya
materi yang disampaikan guru kurang diperhatikan siswa sehingga tidak
memberikan siswa untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara
optimal.
Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika terutama
dalam hal kecerdasan logis matematis dinilai masih rendah. Berkaitan dengan
kemampuan kecerdasan logis matematis indikator yang belum terpenuhi oleh
siswa yaitu: Menjelaskan perihal penggunaan simbol-simbol abstrak yang
terdapat pada penyelesaian masalah; Menentukan hubungan antar simbol
yang telah disebutkan dengan pola sebab-akibat dalam permasalahan;
Menulis penyelesian masalah secara sistematis; Teliti dalam penyelesaian
masalah; Menentukan alternatif jawaban lain sesuai dengan permasalahan.
Materi yang sulit untuk siswa dalam hal kecerdasan logis adalah materi
induksi matematika, terutama dalam penyelesaian, siswa sudah mengetahui
langkah-langkah dalam induksi matematika yang pertama yaitu langkah awal
(untuk 𝑛 = 1) dan yang kedua langkah induksi (untuk 𝑛 = 𝑘 dan untuk 𝑛 =
𝑘 + 1) siswa merasa kesulitan ketika peneyelesaian dibagian langkah induksi
yaitu untuk 𝑛 = 𝑘 + 1 pada tahap penyelesaian ini sebagian siswa sudah
333
paham untuk menggantikan nilai 𝑛 dengan 𝑘 + 1 tetapi siswa belum memiliki
kecerdasan logis yang artinya siswa belum bisa melanjutkan penyelesaian
selanjutnya dalam hal ini siswa hanya memliki kecerdasan sampai siswa
hanya dapat memasukkan nilai 𝑛 digantikan dengan 𝑘 + 1 tanpa siswa dapat
membuktikan pembuktian tersebut. Selanjutnya dalam materi induksi
matematika sebagian besar siswa belum dapat menentukan alternatif jawaban
lain sesuai dengan permasalahan. Ada beberapa sebagian siswa sudah paham
dengan langkah tersebut tetapi masih salah dalam hal penyelesaian akhir.
Berkaitan dengan ketuntasan hasil belajar siswa sekolah mempunyai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dalam pembelajaran. Di MAN 1 Kota Cirebon
ketika penulis melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bahwa
ketuntasan belajar individual masih dibawah kriteria ketuntasan minimal
dengan nilai 76 skala 100, artinya ketuntasan klasikalpun masih dibawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
Selain kemampuan kecerdasan logis matematis aspek yang menunjang untuk
proses pembelajaran adalah aspek afektif yaitu keyakinan diri pada siswa.
Dalam materi induksi matematika tingkat keyakinan diri masih sangat rendah
terlihat ketika siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, siswa
tidak memliki keyakinan diri ketika siswa menghadapi soal yang berbeda
dengan yang diberikan oleh guru. keyakinan diri siswa muncul ketika siswa
bersama-sama mengerjakan soal dengan guru. Selain itu kurangnya
penanaman sifat keyakinan diri oleh guru, disini peranan guru sangat penting
untuk menumbuhkan rasa keyakinan diri siswa dalam proses pembelajaran
supaya siswa mempunyai keyakinan diri dalam mengerjakan soal-soal
matematika yang menurut siswa adalah susah. Siswa yang memiliki
keyakinan diri yang rendah akan berdampak pada prestasi belajar yang
rendah begitupun sebaliknya apabila keyakinan diri anak tinngi akan
berdampak pada prestasi belajar yang tinggi pula.
Peran guru sangat penting didalam menumbuhkan keyakinan diri pada
siswa. Guru selaku pendidik harus harus menciptakan situasi belajar yang
mampu meningkatkan kemampuan kecerdasan logis matematis dan
keyakinan diri pada siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran.
Hal ini bertujuan agar siswa dapat meningkatkan kecerdasan logisnya dan
keyakinan diri. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah metode
334
pembelajaran DMR. Dalam model pembelajaran DMR yaitu proses belajar
terjadi dengan anggota kelompok masing-masing.
Sintaks dari metode pembelajaran DMR yang belum dapat di aplikasikan
pada saat proses pembelajaran yaitu: pada tahap pengembangan dimana pada
tahap ini siswa melakukan diskusi dengan kelompok yang telah dibuat
sebelumnya. Dalam pelaksanaannya siswa sangat sulit bekerja kelompok
dengan baik hanya beberapa siswa yang unggul yang dapat mengerjakannya
dan anggota kelompok lainnya hanya dapat melihat penyelesaian dari soal
yang diberikan oleh guru tanpa siswa dapat menggali kemampuan
kecerdasan logis masing-masing individu. Pada tahap ini diharapkan setiap
anggota kelompok dapat berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah
tersebut dan guru dapat memantau jalannya diskusi supaya diskusi dapat
berjalan dengan baik.
Hubungan antara kemampuan kecerdasan logis matematis dengan model
pembelajaran kooperatif tipe DMR yaitu suatu kemampuan siswa dalam
berpikir secara logis (akal sehat) didalam lingkungan kelas, dimana siswa
saling bertukar ide atau pemikiran satu sama lain yang diutarakan oleh
temannya sehingga terciptanya ide-ide baru dalam menyelesaikan
permasalahan matematika dengan berbagai sumber pelajaran yang
mengakibatkan terciptanya kerjasama kelompok sehingga menimbulkan
kecerdasan logis matematis. Ketika penulis melakukan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) banyak siswa yang merespon ketika pembelajaran
ditambahkan dengan media, dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mulai
memberikan tanggapan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pada uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan
kecerdasan logis matematis dan keyakinan diri siswa penting untuk
ditingkatkan dan pembelajaran dengan menggunakan model DMR
merupakan model yang tepat digunakan. Oleh karena itu, peneliti mengambil
penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran DMR (Diskursus
Multy Reprecentasy) tehadap Kemampuan Kecerdasan Logis Matematis dan
Self Efficacy pada Materi Induksi Matematika”.
335
Kajian Teori
Menurut Masbukin (2014) kecerdasan logis matematis yaitu kecerdasan yang
berkaitan dengan kepekaan dalam mencari dan menemukan pola yang
digunakan untuk melakukan kalkulasi hitung dan berfikir abstrak serta
berfikir logis dan ilmiah. Selaras dengan pendapat Mufarizuddin (2017)
bahwa kecerdasan logis matematis adalah kemampuan untuk melihat,
memahami angka, konsep bentuk, pola serta memecahkan masalah
sederhana. Hal itu diperkuat oleh Leonard dan Linda (2018) kecerdasan logis
matematis adalah kecerdasan yang menekankan kepada pemecahan soal-soal
dengan menggunakan logika yang menuntut anak untuk menalar dan
menganalisis terlebih dahulu persoalan yang ada.
Untuk mengukur kemampuan kecerdsan logis matematis yang dimiliki siswa
perlu adanya indikator untuk dijadikan sebagai pedoman pengukuran.
Indikator kecerdasan logis matematis menurut Ekasari (2014) sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi informasi yang diketahui dan apa yang ditanya dalam
permasalahan (LM-1), (2) Menjelaskan perihal penggunaan simbol-simbol
abstrak yang terdapat pada penyelesaian masalah (LM-2), (3) Menentukan
hubungan antar simbol yang telah disebutkan dengan pola sebab-akibat
dalam permasalahan (LM-3), (4) Menggunakan syarat atau rumus yang
berkaitan dengan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika (LM-4), (5)
Menulis penyelesaian masalah secara sistematis (LM-5), (6) Teliti dalam
penyelesaian masalah (LM-6), (7) Menentukan alternatif jawaban lain sesuai
dengan permasalahan (LM-7), (8) Menyusun kesimpulan penyelesaian
masalah yang sesuai dengan permasalahan (LM-8). Masbukin (2014) indikator
kecerdasan logis matematis yaitu: (1) Kemampuan dalam menemukan
perbedaan pola-pola logika dan numeric, (2) kemampuan melakukan
argumentasi yang panjang dan terstruktur secara logis dan ilmiah.
Berdasarkan beberapa penjelasan indikator untuk mengukur kemampuan
kecerdasan logis menurut ahli, maka indikator untuk mengukur kemampuan
kecerdasan logis matematis siswa dalam penelitian ini, yaitu. (1)
Mengidentifikasi informasi yang diketahui dan apa yang ditanya dalam
permasalahan, (2) Menggunakan syarat atau rumus yang berkaitan dengan
permasalahan sesuai dengan kaidah matematika, (3) Menulis penyelesaian
masalah secara sistematis, (4) Teliti dalam penyelesaian masalah, (5)
336
Menyusun kesimpulan penyelesaian masalah yang sesuai dengan
permasalahan.
Self efficacy adalah believe atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai
situasi dan menghasilkan outcomes yang positif hal ini dikemukakan oleh
Sariningsih dan Purwasih (2017). Keyakinan diri atau self efficacy merupakan
kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah agar memperoleh hasil yang
diinginkan menurut Bandura (Putra, Putri, Lathifah, dan Mustika, 2018).
Selaras dengan pendapat Woolfolk (Novferma, 2016) bahwa efikasi diri atau
self efficacy ini muncul bila siswa menangani tugas-tugas yang menantang dan
bermakna dengan dukungan yang dibutuhkannya agar dapat meraih sukses.
Menurut Novferma (2016) indikator self efficacy yaitu (1) Keyakinan dengan
kemampuan diri yang dimiliki, perasaan mampu untuk memecahkan
masalah matematika, (2) Perasaan mampu untuk melaksanakan tugas,
perasaan mampu untuk mencapai target prestasi belajar, yakin dengan usaha
yang dilakukan. Adapun menuurut Rahayu, Huda, dan Shodikin (2017)
berpandapat bahwa indikator dari kemampuan self efficacy adalah sebagai
berikut: (1) Menunjuk kepada tingkat kesulitan yang diyakini oleh individu
untuk dapat di selesaikan (magnitude), (2) Suatu kepercayaan diri yang ada
dalam diri seseorang yang dapat ia wujudkan dalam meraih perfoma tertentu
(strenght), (3) Menunjukkan apakah keyakinan efficacy akan berlangsung
dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktifitas dan
situasi (generality).
Berdasarkan beberapa penjelasan indikator untuk mengukur self efficacy
menurut ahli, maka indikator untuk mengukur self efficacy matematis siswa
dalam penelitian ini, yaitu.(1) Menunjuk kepada tingkat kesulitan yang
diyakini oleh individu untuk dapat di selesaikan (magnitude), (2) Suatu
kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang dapat ia wujudkan
dalam meraih perfoma tertentu (strenght), (3) Menunjukkan apakah keyakinan
efficacy akan berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai
macam aktifitas dan situasi (generality).
Model pembelajaran Diskursus Multy Reprecentasy (DMR) adalah
pembelajaran yang digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam berfikir secara matematika dalam setting kelas berbentuk
337
diskursus sehingga siswa dapat lebih memahami konsep yang dipelajari dan
dapat menerapkannya dalam berbagai situasi hal ini dikemukakan oleh
Hudiono (Sinaga, 2018). Menurut Suyatno (Tristiyanti dan Afriansyah, 2016)
Model Diskursus Multi Representasi (DMR) adalah pembelajaran yang
berorientasi pada pembentukan, penggunaan dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok selaras dengan pendapat
Tristiyanti dan Afriansyah (2016). Model pembelajaran kooperatif tipe DMR
adalah metode yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling
membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, menyatukan
pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok dan
individual. Langkah-langkah pembelajaran adalah (1) Persiapkan LKS dan
media pembelajaran, (2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
heterogen, (3) Pendahuluan membangkitkan minat siswa melalui eksplorasi
menggunakan media, (4) Pengembangan permasalahan, (5) Penerapan
pemecahan masalah dalam diskusi kelompok, (6) Laporan akhir tiap
kelompok. Sedangkan menurut Sahyudin (Rostika dan Junita, 2017) tahapan-
tahapan dalam model pembelajaran DMR yaitu: persiapan, pendahuluan,
pengembangan, penerapan, dan penutup.
Tahapan untuk penelitian ini adalah (1) Persiapkan LKS dan media
pembelajaran, (2)Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen,
(3)Pendahuluan membangkitkan minat siswa melalui eksplorasi
menggunakan media, (4) Pengembangan permasalahan, (5)Penerapan
pemecahan masalah dalam diskusi kelompok, (6)Laporan akhir tiap
kelompok.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah true experimental design. Wirartha
(2006), penelitian eksperimental sungguhan (true experimental design) adalah
penelitian yang bertujuan menyelidiki kemungkinan saling-hubung sebab-
akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental, satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi
perlakuan. Berdasarkan metode yang digunakan desain penelitian yang
digunakan the randomized pretest-posttest control group design.
338
Keterangan:
A = pengambilan sampel secara acak (random)
X = perlakuan/treatment yang diberikan (variabel independen)
C = kontrol terhadap perlakuan
O = pretest-posttest (variabel dependen yang di observasi)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 1 Kota
Cirebon tahun ajaran 2018/2019. Untuk menentukan sampel yang peneliti
lakukan adalah menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2018:138). Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas XI
IPA 3, hal ini dikarenakan kelas tersebut heterogen dengan kemampuan
sedang.
Gambar 1. Diagram alur penelitian kuantitatif eksperimen
Sumber: (Sugiyono, 2018)
A O X O
A O C O
LB
Masalah &
Rumusan Masalah
Landasan
Teori
Rumusan
Hipotesis
Desain
eksperime
n
Populasi Sampel
Pengumpulan
Data
Analisis
Data
Simpulan
dan
Saran
Pengembangan
Instrumen
Pengujian
Instrumen
339
Teknik penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes dan teknik angket. Instrumen dalam penelitian ini adalah
instrument soal tes dan lembar angket self efficacy. Instrument yang
digunakan adalah berupa soal uraian kemampuan kecerdasan logis
matematis sebanyak 5 soal. Apakah kemampuan kecerdasan matematis siswa
tergolong pada kategori tinggi, sedang, rendah. Soal-soal tersebut kemudian
dihitung nilai validitas, reabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda untuk
menyelidiki baik buruknya soal tersebut.
Kisi-kisi dan butir skala self efficacy yang digunakan untuk menguji
kemampuan diri disesuaikan dengan indikator dari self efficacy.
Table 1. Kisi-kisi dan Butir Skala Self Efficacy
Aspek Self Efficacy
Pernyataan
Positif Negatif
Magnitude
(derajat keyakinan mengatasi
kesulitan belajar).
1, 3, 4, 8 2, 5, 6, 7
Strength
(menunjukkan keyakinan
efficacyakan berlangsung
dalam domain tertentu atau
berlaku dalam berbagai macam
aktivitas dan situasi).
9, 13, 14 10, 11, 12
Generality
(menunjukkan apakah
keyakinan efficacy akan
berlangsung).
15, 16, 17,
18 19, 20
Sumberr; Darusman (2014)
Teknik analisis data adalah teknik pengolahan data yang telah dikumpulkan.
Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
prasyarat, uji linearitas, regresi linear sederhana, uji koefisien korelasi, dan uji
determinasi.
340
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
persamaan regresi yang dihasilkan dapat didekati oleh bentuk linear atau non
linear. Sundayana (2015). Regresi sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen menurut Sugiyono (2018). Hasan (Mujahid, Abdullah, dan
Afiffuddin, 2016) mengemukakan bahwa koefisien korelasi adalah suatu
indeks yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi
kekuatan hubungan yang berbeda diantara – 1 dan 1. Nilai koefisien
determinasi (R2) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan
besarnya presentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel
dependen menurut Nasir, Kurnia, dan Hakri (2013).
Untuk menganalisis pengaruh model DMR terhadap kecerdsan logis
matematis dan self efficacy siswa dilakukan uji regresi linear ganda dan uji
keberartian regresi linier ganda. Sedangkan untuk menganalisis perbedaan
kecerdasan logis matematis antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model DMR dengan model konvensional dilakukan uji
homogenitas dan uji-t (t-test) dengan dua sampel bebas (independent). Untuk
menganalisis perbedaan self efficacy antar siswa yang pembelajarannya
menggunakan model DMR dan model konvensional, analisis perbedaan self
efficacy siswa akan dilihat dari hasil angket menggunakan skala likert antara
siswa yang menggunakan model DMR dan siswa yang menggunakan model
konvensional. Skala likert ini menggunakan skala 5.0 yang terdiri dari Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Jumlah indikator yang digunakan sebanyak 3 indikator dengan 20 buah
pertnyaan. (Indrawan dan Yaniawati, 2016:117).
Simpulan
kecerdasan logis matematis merupakan hal terpenting dalam pembelajaran
matematika yang dapat berguna bagi kehidupan siswa sehari-hari.
Kecerdasan logis matematis menekankan kepada pemecahan soal-soal
dengan menggunakan logika yang menuntut anak untuk menalar dan
menganalisis terlebih dahulu persoalan yang ada. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kecerdasan logis matematis yakni melalui penerapan model
Diskursus Multy Reprecentasy (DMR). Penerapan model ini dipandang mampu
341
meningkatkan kecerdasan logis matematis siswa karena pembelajaran ini
dilaksanakan secara berkelompok sehingga siswa untuk mengemukakan ide-
ide atau pemikiran siswa dalam menemukan solusi permasalahan dalam
pembelajaran matematika.
Daftar Pustaka
Darusman, R. 2014. Penerapan Metode Mind Mapping(Peta Pikiran) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP.
Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi BandungVol. 3
No. 2 Hal. 164-173.
Ekasari, Y. 2014. Profil Kecerdasan Logika Matematika dan Linguistik Siswa
Kelas VII SMP dalam Memecahkan Masalah Persamaan Linear Satu
Variabel Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika Vol. 3 No. 3 Hal. 268-273.
Ferdianto, F., dan Ghany. 2018. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa Melalui Problem Posing. Jurnal Euclid Vol. 1 No. 1 Hal.
47-54.
Ferdianto, F., dan Setiyani. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Media
Pembelajatan Berbasis Kearifan Lokal Mahasiswa Pendidikan
Matematika. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 2 No.1
Hal. 37-47.
Indrawan, R., dan Yaniawati, R.P. 2016. Metodologi Penelitian. Bandung: PT
Refika Editama.
Masbukin. 2014. Desain dan Strategi Pembelajaran Menimbang Model
Pembelajaran Multiple Intelligent. Jurnal Madania Vol. 4 No. 1 Hal. 92-
106.
Mufarizzuddin. 2017. Peningkatan Kecerdasan Logika Matemtika Anak
Melalui Bermain Kartu Angka Kelompok B di TK Pembina Bangkinang
Kota. Jurnal Obsesi Vol. 1 No. 1 Hal. 62-71.
Mujahid, S., Abdullah., dan Afifuddin, M. 2016. Pemodelan Estimasi Biaya
Rehabilitasi Rumah di Bener Meriah Provinsi Aceh Akibat Gempa Bumi.
Jurnal Teknik Sipil Vol. 5 No. 2.
Nasir, A., Kurnia, P., dan Hakri, T.D. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajeral,
Levearge, Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap
342
Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan pada
Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi Vol.
21 N0. 4 Hal. 1-14.
Nofverma, N. 2016. Analisis Kesulitan dan Self Efficacy Siswa SMP dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Hal. 76-87.
Leonard., dan Linda, N.N. 2018. Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan
Kecerdasan Musikal Terhadap Higher Order Thinking Skill (HOTS).
KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 2 Hal. 193-208.
Lestari, K.E., dan Yudhanegara, M.R. 2017.Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama
Putra, H.D., dkk. Kemampuan Mengidentifikasi Kecukupan Data pada
Masalah SPLDV dan Self Efficacysiswa MTS. JNPM (Jurnal Nasional
Pendidikan Matematika) Vol. 2 No. 1 HAL. 48-61.
Rahayu, T.R., Huda, M., dan Shodikin, A. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
kooperatif Tipe TPS dengan Alat Peraga Rubbik Terhadap Self Efficacy
Siswa pada Materi Kubus dan Balok. INSPIRAMATIKA Jurnal Inovasi
Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Vol.3 No. 2 Hal. 117- 123.
Rostika, D., dan Junita, H. 2017. Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika dengan Model
Diskursus Multy Reprecentasy (DMR). EDUHUMANIORA Jurnal
Pendidikan Dasar Vol. 9 No. 1 Hal. 35-46.
Sariningsih, R., dan Purwasih, R. 2017. Pembelajaran Probelm Based Learning
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Self Efficacy Mahasiswa Calon Guru. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika) Vol. 1 No. 1 HAL. 163-177.
Sinaga, J.A. 2018. Pengaruh Metode Pembelajran Diskursus Multy Reprecentasy
(DMR) Terhadap Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Materi
Perbandingan. Jurnal STINDO PROFESIONAL Vol. IV No. 3 Hal. 13-21.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitaif. Bandung: CV Alfa Beta.
Sundayana. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tristiyanti,T., dan Afriansyah, E.A. 2016. Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Diskursus
343
Multi Reprecentasi dan Reciprocal Learning. Jurnal Silogisme Vol. 1 No. 2
Hal. 4-14.
Wirartha, I.M. 2006. Metedologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Yudha, C.B., dan Suwarjo. 2014. Peningkatan Kepercayaan Diri dan Proses
Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan Realistik Pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Prima Edukasia Vol. 2 No. 1 Hal. 42-56.