Upload
duongkhuong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, dan 30wt%) TERHADAP KARAKTERISTIK TERMAL DAN KONDUKTIVITAS
TERMAL KERAMIK CORDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAM PADI(Skripsi)
Oleh
JUNIATI BR SIMBOLON
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
i
ABSTRAK
Pengaruh Penambahan Magnesium Oksida (0, 20, 25, dan 30%Wt)Terhadap Karakteristik Termal dan Konduktivitas Termal Keramik
Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi
Oleh
JUNIATI BR SIMBOLON
Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi cordierite berbasis silica sekam padi denganpenambahan magnesium oksida 0, 20, 25, dan 30%wt. Cordierite disintesis denganmenggunakan silica dari sekam padi yang diperoleh dengan metode sol gel, Al2O3 danmagnesium oksida dengan menggunakan metode padatan yang kemudian disinterring padasuhu 1250ºC dengan waktu tahan selama 3 jam. Dari penambahan magnesium Oksida padacordierite menghasilkan nilai konduktivitas termal sebesar 2,90-3,98 (W/mK). Penambahanpaduan MgO ini juga mengakibatkan penurunan nilai densitas dan peningkatan nilai porositassampel cordierite serta menurunnya nilai penyusutan.
Kata Kunci.Cordierite, DTA-TGA, Konduktivitastermal, Magnesium oksida, Silikasekampadi
ii
ABSTRACT
Effect of Addition of Magnesium Oxide (0, 20, 25, and 30% Wt) OnThermal Characteristics and Thermal Conductivity of Cordierite Ceramics
Prepared From Rice Husk Silica
By
JUNIATI BR SIMBOLON
In this study, the effect of magnesium oxide addition on thermal characteristics and thermalconductivity of cordierite synthesized from rice husk silica was investigated by addition ofmagnesium oxide of 0, 20, 25, and 30%wt. The samples were subjected to sinteringtreatment at a temperature of 1250ºC with a holding time of 3 hours. The addition ofmagnesium oxide in the cordierite was found to increase thermal conductivity in the range of2.91 to 3.16 (W / m.K), decrease density, increase the porosity cordierite, and decline theshrinkage.
Keyword. Cordierite, DTA-TGA, Thermal Conductivity, Magnesium oxyde, Rice Husk Silica
iii
PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, dan 30 wt%) TERHADAP KARAKTERISTIK TERMAL DAN KONDUKTIVITAS
TERMAL KERAMIK CORDIERITE BERNASIS SILIKA SEKAM PADI
Oleh
JUNIATI BR SIMBOLON
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Selatan pada 29 Juni 1994 dan merupakan anak
pertama dari pasangan Bapak Joni L.Simbolon dan Ibu Pina Paranginangin
Penulis menempuh pendidikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1
Pujirahayu pada tahun 2000-2006, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMPN 1 Merbau Mataram, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMAN 1 Merbau Mataram. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Fisika pada tahun 2012 melalui
Program SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Fisika periode 2012-2013, 2013-2014, dan 2014-2015. Penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan di LIPI Tanjung Bintang, Lampung Selatan
pada tahun 2015 dengan judul “PEMURNIAN UNSUR AL2O3 DAN SIO2
PADA BALL CLAY YANG BERASAL DARI KEMILING BANDAR
LAMPUNG DENGAN METODE FLOTASI SEBAGAI BAHAN
PEMBUATAN BATA REFRAKTORI”. Selain itu, penulis pernah menjadi
asisten Praktikum Fisika Dasar I tahun 2013/2014, 2014/2015, asisten Praktikum
Sains Dasar Fisika tahun 2013/2014, 2014/2015, dan asisten Fisika Eksperimen
tahun 2015/2016.
viii
MOTTO
“Berbuat Baiklah Tanpa Mengenal Lelah, Karena Tuhan
Tahu Kapan Waktu Untuk Membalas Kebaikanmu”
(Juniati Simbolon)
Berbuat baiklah, Karena saat kamu berbuat baik orang
tidak akan bertanya apa SUKUmu dan apa AGAMAmu
(Gus Dur)
“Siapa yang Jujur Jalannya, Keselamatan Yang dari Allah Akan diperlihatkan Kepadanya”
(Mazmur 50:23b)
ix
Kupersembahkan Karya Ini Kepada:
“Tuhan Yesus Kristus”
“Kedua Orang Tua dan Adikku yang Selalu Mendukungku dan Memberi Kasih yang Luar Biasa”
“Seluruh Dosenku yang Mengajarkan Banyak Ilmu dan Memberiku Bimbingan yang Luar Biasa”
“Sahabat dan Teman Seperjuangku”
“Jurusan Fisika Universitas Lampung”
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
perlindungan dan berkat kepada kita semua serta selalu memberi kekuatan dan
hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikn penelitian ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian berjudul “Pengaruh
Penambahan Magnesium Oksida (MgO) 0, 20, 25 dan 30wt% terhadap
Karakteristik Termal dan Konduktivitas Termal Keramik Cordierite
Berbasis Silika Sekam Padi”, dan berisi paparan mengenai sifat fisik yang
meliputi densitas, porositas dan penyusutan setelah sampel mengalami proses
sintering.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk perbaikan di masa mendatang. Dalam penulisan skripsi ini penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam pengerjaan penelitian, pengambilan data dan penyelesaian skripsi ini. Akhir
kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2017
Juniati Simbolon
SANWACANA
Dengan rasa syukur dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Simon Sembiring, Ph.D selaku Pembimbing Pertama yang
telah memberikan bimbingan dan bersedia meluangkan waktu selama
penulis melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi selesai.
2. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D selaku Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. BapakkPosman Manurung, Ph.D selaku Penguji yang telah memberikan
arahan, kritik, dan saran kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
memberikan nasehat dan motivasi.
5. Arif Surtono,,S.Si, M.Si, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Lampung atas dukungan dalam proses akademik
6. Seluruh dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu melalui pengajaran dan nasehat.
.
7. Untuk Kedua Orang Tuaku Bapak J.L.Simbolon dan Ibu P.Peranginangin.
Untuk kedua adikku Karolina Simbolon dan Tiarma Simbolon,
Terimakasih untuk pengorbanan dan semaangat penghiburan yang telah
diberikan bagi penulis.
8. Teman seperjuanganku Ade Lia Tristiana, Mirawati, Lesty Mantia S,
terimakasih untuk kebersamaan dan semangat serta nasihat yang diberikan
untuk penulis.
9. Untuk Syarifa Ain Thaman dan Sherly Septiana R atas lawakan, hiburan
serta semangat kepada penulis.
10. Teman-teman satu team cordierite: Ade lia, Annisa RA, Mirawati,
Anggita M, Fransiska M atas kerjasamanya selama penelitian.
11. Kakak rohaniku, Tina Zebua dan Widamay Fresha yang telah memberikan
pengajaran dan do’a untuk kebaikan penulis.
12. Kelompok kecil “Damai” yang telah berkomitmen bertumbuh bersama,
memberikan kasih, dukungan, dan do’a bagi penulis.
13. Teman-teman angkatan 2012, kakak dan adik tingkat Fisika, terimakasih
untuk kebersamaan dan dukungan yang diberikan bagi penulis.
14. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya
menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Amin.
Bandar Lampung,Februari 2017
Penulis
Juniati Br Simbolon
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
PERNYATAAN......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii
MOTTO ..................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN...................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
SANWACANA .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3D. Batasan Masalah ............................................................................ 4E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4F. Sistematika Penulisan .................................................................... 5
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keramik Cordierite ........................................................................ 61. Karakteristik Cordierite ........................................................... 62. Struktur Cordierite................................................................... 73. SintesisCordierite .................................................................... 8
B. Sekam Padi..................................................................................... 8C. Sintering ......................................................................................... 10D. Alumina.......................................................................................... 11E. Magnesium Oksida ........................................................................ 13F. Silika (SiO2) ................................................................................... 15G. Pengaruh Penambahan Senyawa Lain terhadap Cordierite ........... 16
1. Penambahan MgO.................................................................... 162. Penambahan Alumina .............................................................. 16
H. Uji dan Karakterisasi...................................................................... 171. Pengukuran Penyusutan ........................................................... 172. Porositas ................................................................................... 183. Densitas.................................................................................... 184. Differensial Thermal Analysis (DTA) ..................................... 20
5. Konduktivitas Termal .................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 22B. Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 22C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 23
1. Preparasi Silika Sekam Padi .................................................... 232. Ekstraksi Silika Sekam Padi .................................................... 233. Sintesis Cordierite ................................................................... 244. Pencampuran Cordierite dengan Magnesium Oksida ............. 255. Pencetakan Pelet ...................................................................... 266. Sintering................................................................................... 267. Penyusutan (Shrinkage) ........................................................... 268. Densitas dan Porositas ............................................................. 279. Differential Thermal Analysis (DTA)//Thermogravimetric
Analysis (TGA) ......................................................................... 28D. Diagram Alir .................................................................................. 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar........................................................................................ 32B. Hasil Ekstraksi Silika Sekam Padi ................................................. 32C. Hasil Paduan Cordierite-MgO....................................................... 34D. Uji Fisis dan Karakterisasi ............................................................. 36
1. DTA/TGA ................................................................................ 362. Densitas dan Porositas ............................................................. 413. Penyusutan ............................................................................... 424. Analisis konduktivitas termal................................................... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 46B. Saran ................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kristal orthorombic.............................................................................. 8
2. Tahapan proses pemanasan sintering................................................... 11
3. Struktur Kristal korondum ................................................................... 12
4. Struktur Kristal MgO ........................................................................... 13
5. Struktur spinel (MgAl2O4) ................................................................... 14
6. Struktur silika....................................................................................... 16
7. Perangkat DTA .................................................................................... 21
8. Diagram alir proses ekstraksi silika ..................................................... 29
9. Diagram alir proses paduan serbuk cordierite-MgO. .......................... 30
10. Diagram alir proses pembentukan pelet, sintering dan karakterisasi... 31
11. Hasil rebusan sekam padi + NaOH 1,5% selama 30 menit ................. 33
12. Sol silika dan gel silika ........................................................................ 33
13. Gel silika yang telah dibersihkan ......................................................... 33
14. (a) Silika Padatan Setelah dioven (b) Bubuk Silika............................. 34
15. Bubuk cordierite. ................................................................................. 34
16. Bubuk paduan cordierite dan MgO. ................................................... 35
17. (a) Pelet sebelum sintering (b) Pelet setelah sintering ......................... 35
xvi
18. Grafik TGA Cordierite dengan penambahan MgO (a) 0, (b) 20, (c) 25 dan (d)
30 %berat ............................................................................................. 36
19. Grafik DTA Cordierite dengan penambahan MgO (a) 0, (b) 20, (c) 25 dan (d)
30 %berat ............................................................................................. 37
20. Grafik densitas dan porositas ............................................................... 41
21. Grafik Penambahan Mgo Terhadap PersentasePenyusutan……………………………………………………. 43
22. Grafik konduktivitas termal ................................................................. 44
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik cordierite ........................................................................ 7
2. Komposisi kimia sekam padi ............................................................... 9
3. Karakteristik alumina .......................................................................... 12
4. Sifat dan karakteristik MgO................................................................. 14
5. Karakteristik dan sifat fisis spinel ........................................................ 14
6. Karakteristik silika. .............................................................................. 15
7. Tabel koefisien ekspansi termal α (×10−6°C−1) pada pemanasan sampel1100˚C/3h............................................................................................. 17
8. Komposisi massa cordierite dan MgO................................................. 25
9. Hasil analisis DTA............................................................................... 37
10. Hasil analisis TGA............................................................................... 38
11. Hasil uji densitas dan porositas............................................................ 41
12. Hasil uji penyusutan............................................................................. 42
13. Nilai konduktivitas termal.................................................................... 44
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cordierite merupakan keramik yang terdiri dari tiga oksida yaitu magnesium oksida
(2MgO), alumunium oksida (Al2O3), dan silika (SiO2). Cordierite cukup sulit
ditemukan, namun untuk mengatasinya cordierite dapat disintesis dengan
menggunakan bahan yaitu dolomit untuk menghasilkan MgO, kaolinit atau bauksit/
alumina untuk mengahasilkan Al2O3 dan SiO2 dari silika sekam padi (Hans dkk,
1992). Untuk proses sintesis nya cordierite dapat dilakukan dengan metode sol gel
(Douy, 1991; Petrovic dkk, 2001) dan metode padatan atau solid state. Metode
padatan merupakan metode konvensional digunakan untuk mensintesis cordierite
dimana oksida pembentuk cordierite direaksikan melalui proses sintering pada suhu
pembentukan kristal cordierite (Sebayang dkk, 2007). Metode sol gel merupakan
metode pencampuran secara kimia yang akan menghasilkan sifat-sifat yang lebih
baik pada suhu rendah dibandingkan dengan metode konvensional (Rada dkk,
2001). Fasa cordierite dapat terbentuk pada suhu 900°C- 1000°C (Broudic dkk,
1989) namun pembentukan fasa cordierite juga dapat terbentuk pada suhu 1100°C -
1400°C, hal ini tergantung dari bahan baku yang digunakan (Hans dkk, 1992).
2
Keramik cordierite memiliki beberapa sifat yang sangat menarik yaitu tahan
terhadap temperatur tinggi, tidak mudah terkorosi oleh bahan kimia, memiliki
tingkat kekerasan yang tinggi sehingga tahan terhadap abrasi, bersifat isolator
listrik dan getas. Keramik cordierite dapat diaplikasikan sebagai bahan pelapis
tahan panas karena memiliki titik lebur 1365˚C dan memiliki tingkat koefisien
ekspansi termal yang rendah yaitu (2x10-6-3x10-6 )°C-1, sehingga dapat tahan
terhadap kejutan suhu tinggi dan memiliki daya hantar panas yang relatif lebih
baik (Sebayang dkk, 2007; Kurama dan Kurama, 2006).
Pada penelitian dilakukan penambahan MgO untuk meningkatkan sifat-sifat dari
keramik cordierite, karena magnesium oksida memiliki nilai titik lebur yang
tinggi mencapai 2852°C dan tingkat koefisien konduktivitas termal yang lebih
tinggi yaitu 45–60 W/m.K (Ansar, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Li-Yin Tang (2012) pada sampel cordierite yang tidak diberi penambahan
MgO memiliki tingkat porositas yang rendah dan memiliki konduktivitas termal
yang tinggi, namun dengan penambahan MgO nilai konduktivitas termal yang
dihasilkan semakin menurun dan mencapai minimum pada 8.13 W/m.K (Tang
dkk, 2012).
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan magnesium oksida (MgO)
terhadap karakteristik sifat termal dan konduktivitas termal dari keramik
cordierite (2MgO.2Al2O3.5SiO2) berbasis silika sekam padi. Pada penelitian,
cordierite disintesis dengan menggunakan silika dari hasil ekstraksi silika sekam
3
padi menggunakan metode sol gel, kemudian dipadukan dengan Al2O3 dan MgO
menggunakan metode solid state. Variasi paduan MgO yang digunakan adalah
20, 25 dan 30% berat dan kemudian sampel disintering pada suhu 1250˚C
dengan waktu tahan selama 3 jam. Pada penelitian ini akan dilakukan uji sifat
fisis bahan menyangkut porositas, densitas, penyusutan, konduktivitas termal
serta karakterisasi sifat termal bahan dengan menggunakan Differential thermal
analysis (DTA).
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan MgO 20, 25 dan 30% berat terhadap nilai
konduktivitas termal keramik cordierite?
2. Bagaimana pengaruh penambahan MgO 20, 25 dan 30% berat terhadap nilai
karakteristik termal keramik cordierite?
3. Bagaimana nilai penyusutan, densitas dan porositas pada keramik cordierite
dengan penambahan MgO?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan MgO 20, 25 dan 30% berat terhadap
nilai konduktivitas termal keramik cordierite.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan MgO 20, 25 dan 30% berat terhadap
nilai karakteristik termal keramik cordierite.
4
3. Untuk mengetahui pengaruh porositas dan densitas terhadap konduktivitas
termal dan karakteristik sifat termal dengan penambahan MgO.
D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:
a. Silika yang digunakan pada sintesis cordierite dalam penelitian ini merupakan
hasil dari ekstraksi dari sekam padi mengunakan metode sol-gel dengan
menggunakan NaOH 1,5%.
b. Sintesis cordierite dilakukan penambahan MgO sebanyak 0, 20, 25, dan
30%berat di sintering pada suhu 1250˚C dengan waktu tahan selama 3 jam.
c. Sintesis cordierite dengan bahan dasar silika dari sekam padi, Al2O3 dan MgO
(sigma-aldrich) dengan metode padatan
d. Analisis yang dilakukan meliputi karakteristik termal menggunakan Differential
Thermal Analysis/Thermal Gravimetry Analysis (DTA/TGA) dan analisis
konduktivitas termal.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:
a. Sebagai penambahan referensi dalam hal mensitesis cordierite dengan bahan
silika berbasis sekam padi.
b. Bahan literatur mengenai konduktivitas termal dan DTA/TGA pada paduan
cordierite alumina.
5
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan
masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memaparkan informasi ilmiah tentang cordierite, alumina, silika
sekam padi, dan karakterisasi dalam penelitian.
BAB III. METODE PENELITIAN
Menjelaskan waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, serta metode penelitian.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil analisa dan pembahasan tentang karakteristik
konduktivitas listrik, mikrostruktur, penyusutan, densitas dan porositas.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan kesimpulan dan saran terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keramik Cordierite
1. Karakteristik Cordierite
Cordierite alam mempunyai rumus kimia Mg2Al4Si5O18.nH2O (Deer, dkk. 1986).
Dialam, jumlah mineral cordierite tidak melimpah dan cukup sulit ditemukan,
hanya dapat ditemukan pada batuan yang telah mengalami proses metamorfosis
seperti batuan beku, batuan vulkanik dan batuan lumpur (Carey and Novrostky,
1992). Namun untuk mengatasinya cordierite dapat disintesis dengan
menggunakan bahan yaitu dolomit untuk menghasilkan MgO, kaolin atau bauksit
alumina untuk mengahasilkan Al2O3 dan SiO2 dari silika sekam padi (Hans dkk,
1992). Cordierite terbentuk pada suhu 1300°C-1400°C melalui metode solgel
(Sembiring dkk, 2009), namun pembentukan fasa cordierite juga dapat terbentuk
pada suhu 1100°C - 1400°C, hal ini tergantung dari bahan baku yang digunakan
(Hans dkk, 1992). Keramik cordierite dapat diaplikasikan sebagai bahan pelapis
tahan panas karena memiliki titik lebur 1365°C dan memiliki tingkat koefisien
ekspansi termal yang rendah yaitu (2 x 10-6 - 3 x 10-6 )°C-1, sehingga dapat tahan
terhadap kejutan suhu tinggi dan memiliki daya hantar panas yang relatif lebih
baik (Sebayang dkk, 2007; Kurama dan Kurama, 2006).
7
Cordierite memiliki densitas 2,3-2,5 gr/cm3 dan hambatan jenis 1012 (Ohm cm).
Cordierite memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 18 W/m.K (Trumbulovic,
2003). Beberapa karakteristik cordierite ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Cordierite (Charles, 2001)
Parameter Nilai
Warna Tak berwarna, putih, biru muda, violet dan kuning kekerasan (Mohs)7-7,5
Densitas (gr/cm3) 2.00-2.53
Titik Lebur (°C) 1365-1460
Kuat Patah (Mρa) 120- 245
Koefisien suhu panas (/°C) (2-3) x 10-6
Konduktivitas Thermal (W/mK) 18
Konduktivitas Listrik (S/cm) 10-12- 10-16
Hambatan Jenis (Ohm/cm) 1012
2. Struktur Cordierite
Keramik cordierite dapat terbentuk dari pencampuran bahan-bahan oksida
logam yaitu magnesium oxide (MgO), alumuniumtri oxide (Al2O3), silicon
dioxide (SiO2), ferrum trioxide (Fe2O3), serta calcium oxide (CaO)
(Trumbulovie, 2003). Beberapa jenis hasil sintesis cordierite antara lain lithium
aluminate silicate (Li2O.Al2O3.5SiO2) dan magnesium aluminate silicate
(2Al2O3.2MgO.5SiO2). Struktur kristal cordierite adalah orthorhombic dengan
parameter a ≠ b ≠ c dan ? ? ? ? ? ? ?? (Smith, 1996) dan terbentuk dari
unsur silikon, oksigen, aluminium dan magnesium. Struktur kristal cordierite
ditunjukkan pada Gambar 1.
8
β α
c Ɣ
b
Gambar 1. Kristal orthorhombic(Sembiring dan Simanjuntak, 2015)
3. Sintesis Cordierite
Keramik Cordierite dapat disintesis dengan menggunakan dua metode yaitu
metode ekstraksi sol gel (Sembiring dkk, 2009). Metode sol gel merupakan proses
pencampuran secara kimia yang akan menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik
pada suhu rendah dibandingkan dengan metode konvensional (Rada dkk, 2001)
dan melalui reaksi padatan oksida-oksida pada suhu 1100°C-1200°C (Charles,
2001). Metode padatan merupakan metode konvensional yang digunakan untuk
pembuatan cordierite, dimana oksida pembentuk cordierite direaksikan melalui
proses sintering pada suhu tertentu1100°C-1200°C (Charles, 2001) pembentukan
kristal cordierite (Sebayang dkk, 2007). Cordierite dapat disintesis dari bahan
baku silika. Silika dapat dihasilkan dari berbagai sumber seperti TEOS
(Tetraethylortosilikat), TMOS (Tetramethylortosilikat), dan sekam padi (Petrovic,
2000).
B. Sekam Padi
Sekam padi sering diartikan sebagai lapisan keras yang meliputi kariopsis yang
terdiri dari dua sisi yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan.
a
9
Komposisi sekam padi bervariasi antara analisis yang satu dengan yang lain
(Winarno, 1985). Perbedaan komposisi dari sekam padi tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu varietas, latar belakang agronomi, cara preparasi
sampel serta cara analisisnya (Shukla, 2011).
Sekam padi memiliki beberapa unsur organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Selain itu, sekam padi juga mengandung unsur anorganik, berupa abu
dengan kandungan utamanya adalah silika sebesar 94-96%. Serta terdapat
komponen lain seperti kalium, kalsium, besi, fosfat, dan magnesium (Hsu dan
Luh, 1980).
Abu sekam padi berwarna putih keabuan, yang mengandung silika (Si2O) dengan
kisaran 86,9-97,3% (Widwiastuti dkk, 2013). Merupakan oksida berpori, bersifat
inert, dan area permukaan yang luas (Kolasinski, 2008). Luas area permukaan dari
silika adalah 50-430 m2/g. Komposisi unsur kimia dari sekam padi dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 2. Komposisi Kimia Sekam Padi (Kurama, 2006)
Senyawa Oksida Persentase (%)
SiO2 95,50
Al2O3 0,04
Fe2O3 0,04
CaO 0,09
MgO 0,08
K2O 0,17
10
C. Sintering
Sintering merupakan suatu proses pemanasan terhadap suatu material pada waktu
dan suhu tertentu, proses sintering ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur mikro diantaranya kenaikan nilai densitas, pertumbuhan butir, dan
penyusutan massa sampel (Dorre dan Hubner, 1984). Proses sintering
memerlukan temperatur tinggi agar partikel-partikel halus dapat beraglomerasi
menjadi bahan padat, sintering mengakibatkan terjadinya ikatan-ikatan antar
partikel yang mengakibatkan bahan berpori sebelumnya akan menjadi bahan padat
setelah melalui proses sintering (Smith, 1990).
Proses sintering terjadi apabila terjadi transfer materi antara butiran dan
mengakibatkan terjadinya kontak serta ikatan yang sempurna diantara partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sintering diantaranya adalah jenis
bahan, ukuran partikel, komposisi bahan, serta pengotor yang terdapat di dalam
bahan (Ristic, 1989).
Proses pemanasan sintering dapat terjadi melalui tiga tahapan, yaitu pertama,
perataan permukaan partikel, Pembentukan grain boundary (batas butir) melalui
pertumbuhan leher antar partikel, gerakan diantara partikel dalam pori terbuka,
difusi dan penurunan porositas. Kedua, penyusutan pori antara grain boundary,
porositas menurun lebih banyak, perlahan- lahan grain tumbuh. Terakhir, pori-
pori menutup, mengecil dan posisinya terselip diantara grain boundary (Reed,
1995; Ramlan, 2001). Tahapan sintering dapat diilustrasikan pada Gambar 2.
11
Gambar 2. Tahapan proses pemanasan sintering (Callister, 1994)
D. Alumina (Al2O3)
Alumunium oksida (alumina) merupakan senyawa paduan antara alumunium dan
oksigen dengan rumus kimia Al2O3 (Hudson dkk, 2002). Alumina merupakan
insulator listrik yang baik, sehingga digunakan secara luas sebagai bahan isolator
suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas yang besar (Xu, et al., 1994).
Alumina juga sering digunakan sebagai absrobden karena luas permukaannya
yang besar yaitu 150-300 m2/g, dan relatif stabil untuk berbagai rentang suhu
untuk reaksi katalis. Sifat-sifat lain dari senyawa ini adalah murah, tahan terhadap
suhu tinggi, memiliki ketahan fisik yang tinggi (Retno, 2009), serta tahan
terhadap korosi (Mirjalili dkk, 2011).
Alumina memiliki tiga fasa yaitu α-alumina, β-alumina, dan α-alumina. Ketiga
fasa tersebut memiliki sifat yag berbeda, beta alumina (β-Al2O3) memiliki sifat
tahan api yang sangat baik sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
keramik seperti pembuatan tungku furnace (Arribart and Vincent, 2001). Gamma
alumina (γ-Al2O3) banyak digunakan sebagai material katalis, contohnya dalam
penyulingan minyak bumi (Knozinger and Ratnasamy, 1978) dan digunakan
dalam bidang otomotif (Satterfield, 1980; Gate, 1995). Alfa alumina (α-Al2O3)
mempunyai struktur kristal heksagonal dengan parameter kisi a = 4,7588 dan
12
c =12,9910 nm. Fasa yang paling stabil adalah α-alumina atau korondum
(Beitollahi dkk, 2010). Bentruk struktur korondum ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur kristal korondum Al2O3 (Carter, 2007).
Alumina memiliki beberapa karakeristik diantaranya memiliki kekuatan mekanik
(flexural streength), ketahanan terhadap serangan kimia dari asam kuat dan alkali
hingga suhu yang tinggi, kekakuan, dan kekerasan yang tinggi. Selain itu, alumina
juga memiliki ketahanan pakai yang tinggi, koefisien ekspansi termal yang
rendah, isolasi dan konduktivitas termal yang baik, struktur pori-pori yang besar,
mudah dibentuk, koefisien ekspansi termal yang rendah, dan memiliki kemurnian
yang tinggi hingga 99,99%, partikel yang halus dan homogen (Fujiwara dkk,
2007; Kopeliovich, 2010). Karakteristik alumina ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik alumina (Charles, 2001; Gernot, 1998; dan Buchanan, 1986).Parameter NilaiDensitas 2,9-3,1 gr/cm3
Hardness 1500-1800 kgf/mm2
Kuat tekan 230-350 MPaKoefisien ekspansi termal 7-8 (10-6/℃)Modulus of repture 350 MPaKonduktivitas termal (suhu kamar) 24-26 W/mKTitik lebur 2050 ℃Hambatan jenis, (suhu ruang)Konduktivitas listrik
1012-1014 Ohm cm10-5-10-7S/cm
13
E. Magnesium Oksida (MgO)
Magnesium oksida (MgO) merupakan mineral padatan putih higroskopis yang
terjadi secara alami sebagai perisclase (MgO). Pada umumnya magnesium oksida
diperoleh dari pengolahan mineral alami seperti magnesite (MgCO3), magnesium
chloride (MgCl2), dan air laut (Gana, 2010). Jenis ikatan yang terjadi pada MgO
merupakan ikatan ionik yaitu ikatan antara ion (+) dengan ion (-), dua elektron
dipindahkan dari logam ke non logam dan menghasilkan kation (Mg2+) dan anion
(O2-) (Vlack, 1994). Struktur kristal magnesium oksida dapat dilihat pada Gambar
4.
Gambar 4 . Struktur kristal MgO
Prinsip pemanfaatan MgO pada umumnya didasarkan pada sifat konduktivitas
termal dan resistivitas listrik pada temperatur tinggi dan juga struktur kubik yang
stabil pada berbagai aplikasi termal. Sifat dan karakteristik MgO dapat dilihat
pada Table 4. Spinel (MgAl2O4) merupakan paduan dari magnesium oksdia dan
Alumina. Bentuk umum dari struktur spinel adalah AB2O4 dimana A merupakan
ion logam divalent seperti magnesium, besi, nikel dan seng sedangkan B
merepresentasikan ion logam trivalent seperti alumunium, besi, krom dan
mangan. Struktur spinel dapat dilihat pada Gambar 5
M
o
M
14
Tabel 4. Sifat dan karakteristik MgO (Kinniburgh, 1976)
Parameter NilaiStruktur kristal kubikDensitas 3,580 gr/cm3
Kekerasan 5,6 – 6,0 GpaKoefisien ekspansi termal 10,8 x 10-6/˚?Konduktivitas termal 42 Wm-1KTitik lebur 2800 ℃Resistivitas (pada suhu 25oC) 1014 ohm/cmKonduktivitas Listrik 10-7-10-8S/cm
Gambar 5. Struktur Spinel (MgAl2O4) (Boch dkk, 1994).
Spinel juga merupakan salah satu jenis refraktori hal ini disebabkan karena spinel
memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi dengan titik leleh sebesar 2135°C
(Valdez, 1997). Karakteristik dan sifat fisis spinel dapat dilihat pada Tabel
Tabel 5. Karakteristik dan sifat fisis Spinel (Valdez, 1997; Lee, 1990; Sutarno, 2007)Parameter Nilai
Struktur kristal kubik
Densitas 3,580- 4,00 gr/cm3
Kekerasan 7,50 – 8,00 Gpa
Fracture touhgnes 1,94- 1,97 MPam1/2
Fracture energy 7,00- 16,9 J/m2
Titik lebur 2135℃Resistivitas (pada suhu 25oC) 1014 ohm/cm
Konduktivitas Listrik 10-5-10-10S/cm
M
Al
O
15
F. Silika (SiO2)
Silika merupakan keramik tahan terhadap temperatur tinggi yang sering
digunakan dalam industri baja dan gelas. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari
juga banyak diaplikasikan sebagai aplikasi elektronik, keramik, adsobden,
katalisator. Karakteristik Silika dapat dilihat pada Table 6.
Table 6. Karakteristik Silika (Courtney, 1990; Surdia, 1999; Sigit, 2001)Parameter Nilai
Rumus Molekul SiO2
Densitas 2,2
Hardness
Kuat tekuk
650 Mpa
70 Mpa
Titik didih (˚C) 2230
Titik leleh (˚C) 1610- 1710
Konduktivitas termal (suhu kamar)
Koefisien ekspansi termal (10-6K-1)
1,3 – 1,4 W/mK
12,3
Hambatan jenis, (suhu ruang) >1014 Ohm cm
Struktur silika terbentuk melalu ikatan kovalen yang kuat, serta memiliki struktur
lokal yang jelas yaitu empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral
disekitar atom pusat (atom silikon). Struktur silica dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6. Struktur Silika (Sunarya, 2008)
Si
O
O
OO
16
Setiap atom oksigen merupakan atom penghubung antara dua atom silikon dan
setiap atom silikon dikelilingi oleh empat atom oksigen maka akan diperoleh
suatu struktur jaringan (Vlack, 1994).
G. Pengaruh penambahan Senyawa Lain terhadap cordierite
1. Penambahan MgO
Penelitian tentang pengaruh penambahan MgO terhadap I ini sebelumnya telah
dilakukan oleh Tang pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan cordierite 20%, alumina 80% serta penambahan MgO dari 0, 0,2,
0,4, 0,6, dan 0,8% berat. Menurut penelitian ini menunjukkan bahwa nilai densitas
pada penambahan 0% MgO memiliki puncak tertinggi dan kemudian menurun
pada penambahan 0,2 dan 0,4 % dan kemudian meningkat pada penambahan
0,6% hingga 0.8%. Begitu pula dengan nilai porositasnya yang berbanding
terbalik dengan nilai densitas yang diperoleh. Nilai konduktivitas thermal yang
diperoleh mengalami kenaikan pada awalnya dan mencapai nilai minimum pada
penambahan 0,4% berat MgO (Tang dkk, 2012). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Banjuraizah, 2010 memperlihatkan bahwa setelah sampel
dipanaskan dengan suhu nonishothermal puncak kristalisasi pada grafik DTA
meningkat sesuai dengan semakin banyaknya kadar penambahan MgO
(Banjuraizah dkk, 2010).
2. Penambahna Alumina
Menurut penelitian yang dilakukan Salwa, 2007 menjelaskan bahwa pada
penambahan alumina 0% berat nilai densitas 2,55 g/cm3, sedangkan nilai porositas
yang dihasilkan adalah 2,17%. Namun pada penambahan 10% berat alumina nilai
17
porositas meningkat sebesar 24,0 % dan nilai densitas mengalami penurunan
menjadi 2,16 g/cm3, selanjutnya pada penambahan 20 dan 30% berat alumina
tidak terjadi perubahan yang besar bahkan cenderung stabil. Kenaikan nilai
porositas yang sangat besar merupakan akibat dari perbedaan ekspansi termal
antara alumina dan cordierite. Nilai penyusutan yang diperoleh dari penambahan
alumina 0- 30wt% semakin menurun, hal ini sesuai dengan nilai porositas yang
diperoleh sebelumnya serta perubahan nilai ekspansi termal pada sampel C0 hanya
terjadi sedikit peningkatan nilai α, namun pada sampel C30 memiliki perubahan
nilai α yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena perubahan nilai ekspansi
termal dapat dilihat pada Table 7.
Tabel 7. Table koefisien ekspansi termal α (×10−6°C−1) pada pemanasan sampel1100°C/3 h (Salwa dkk, 2007)
Sample 300˚C 400˚ C 500˚C 600˚C 700˚C
C0
C30
5,3 5,4 5,4 5,6 -
5,4 5,5 5,7 5,8 6,0
H. Uji dan Karakterisasi
1. Pengukuran penyusutan (Srinkage)
Pengukuran penyusutan merupakan persen pengurangan diameter dari bahan
keramik sebelum disintering (Mo) dikurangi bahan keramik setelah disintering
(M). Proses penyusutan terjadi ditandai dengan berkurangnya dimensi panjang,
tebal, volume, lebar dan massa bahan yang mendapat perlakuan sintering. Selain
itu juga terjadi pemadatan pori setelah disintering, hal ini dipengaruhi temperatur
pembakaran dan ukuran butir setelah pembakaran. Persamaan penyusutan dapat
ditentukan dengan rumus:
18
S = ? ???
? ? ? ??? ? (8)
Keterangan:
S = banyaknya persentase penyusutan (%)
M0 = Masa sebelum sintering (gr)
M = Masa setelah sintering (gr)
2. Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (volume
yang dapat ditempati oleh fluida) terhadap volume total bahan material
(Sudarmadi, 2006). Menurut Lee dan Rainforth, 1994 porositas terbagi menjadi
tiga bagian yaitu porositas terbuka, porositas tertutup dan porositas total (Lee and
Rainforth, 1994). Porositas terbuka merupakan volume pori-pori yang terbuka dan
kemudian dibagi dengan volume bulknya. Porositas tertutup merupakan volume
pori-pori tertutup yang terkandung dalam suau material dan dibagi dengan volume
bulknya. Porositas total merupakan fraksi volume pori-pori terbuka dan pori-pori
tertutup. Nilai dari porositas total dapat ditentukan dengan persamaan
S = ? ??? ?? ??? ? ? ??? ? (9)
Keterangan:
S : Nilai porositas (%)
Mj : Masa Jenuh (gr)
Mk : Masa kering bahan uji (gr)
Mb : Masa bahan dalam air (gr) (Sutapa, 2011).
19
3. Densitas
Densitas merupakan massa dari banyaknya partikel yang dibagi dengan total
volume yang ditempati dengan satuan gr/cm3 atau kg/m3. Jumlah volume
termasuk pada volume partikel, volume void antar partikel serta volume pori
internal (Buckman and Brady, 1960). Ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai
densitas yaitu ukuran dan berat atom suatu elemen, kuatnya pengepakan atom dan
struktur kristal serta besarnya nilai porositas dalam mikrostruktur (Richerson,
1992).
Pengukuran nilai densitas dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip
Archimedes, dengan massa material adalah massa sampel kering (mk) yang
ditimbang diudara (mj) dan dikurangi dengan massa sampel basah yang ditimbang
didalam air (mb). Prosedur yang dilakukan pertama adalah mengukur massa
kering material dari proses sintering, kemudian material tersebut direbus dalam air
mendidih selama 5 jam lalu didinginkan dengan posisi material tetap berada
didalam air selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam material ditimbang dalam
keadaan basah diudara dan kemudian material ditibang dalam keadaan kering
diudara untuk mengetahui perbedaan massa yang diperoleh. Nilai densitas suatu
material dapat ditentukan dengan persamaan
ρ = ? ?
? ??? ? ????? (10)
Keterangan :
???? = nilai densitas dari air (g/cm3)
Mk = massa sample kering (gr)
Mj = massa sample kering saat ditimbang diudara (gr)
Mb = massa sample basah (gr)
20
4. Differential Thermal Analysis (DTA)
Differential Thermal Analysis atau DTA merupakan suatu teknik analisis yang
digunakan untuk mengukur perubahan panas dengan cara merekam secara terus-
menerus perbedaan temperatur antara sampel yang diuji dengan referensi sebagai
suatu fungsi perubahan temperatur (Khopkar, 1990). Suhu sampel dan
pembanding pada awalnya sama sehingga menyebabkan terjadinya pelelehan,
penguraian, atau perubahan struktur kristal yang mengakibatkan perubahan suhu,
sehingga suhu pada sampel berbeda dengan pembanding. Bila suhu sampel lebih
tinggi dibanding suhu pembanding maka perubahan yang terjadi adalah
eksotermal dan sebaliknya apabila suhu pembanding lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu sampel yang akan diuji maka yang akan terjadi adalah endotermal
(West, 1984).
Bagian-bagian alat DTA terdiri dari beberapa komponen yaitu tempat sampel,
tungku pemanas (furnace), sistem perekam data dan pengatur suhu. Tungku
pemanas berfungsi untuk memberi kestabilan panas yang cukup. Pengatur suhu
berfungsi untuk mengatur laju pemanasan. Sistem perekam data berfungsi
merekam variasi temperatur pada saat pecobaan. Dan tempat sample berfungsi
menjamin distribusi panas. Dalam teknik ini, sampel diletakkan pada tempat
sampel dan pada tempat pembanding ditempatkan material inert yaitu alumina.
Reaksi perubahan suhu kemudian dicatat oleh detektor. Skema dari perangkat
DTA dapat dilihat pada Gambar 7
21
Gambar 7. Perangkat DTA (Rajarathnam, 2009).
5. Konduktivitas Thermal
Konduktivitas thermal merupakan suatu proses perpindahan panas cara agitasi
molekul dalam suatu material bahan secara keseluruhan (Halliday, 1997).
Konduktivitas thermal merupakan suatu fenomena dimana terjadinya transfer
energi pada material yang memiliki suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah (Callister, 2003; Diller, 1993).
Nilai konduktivitas termal dapat ditentukan dengan persamaan
K = ?? ? ?
??∆? (11)
Keterangan :
Q= Panas ynag dihantarkan (J)
T= Waktu pemanasan (s)
L= Ketebalan (m)
A= Luas Permukaan (m2)
ΔT= Perbedaan Waktu (t)
Pan
Perekam Sinyal
Pendekte
Furnace
sampel
Termocoup
22
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2016 – September 2016
dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Instrumentasi,
UPT. BPML-LIPI Tanjung Bintang. Karakterisasi Laboratorium Gedung 42
BATAN Puspitek Serpong, Laboratorium Karakterisasi Material Teknik Material
dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam preparasi sampel meliputi : Timbangan digital, beaker
glass, kompor listrik, batang pengaduk/spatula, labu erlenmeyer, gelas ukur,
saringan 200 mesh 63µm, corong kaca, kertas saring, aluminium foil, tissue, pipet
tetes, mortar dan pastel, pH meter, oven, cawan tahan panas, pengayak , magnetic
stirrer, furnace.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya sekam padi, akuades, larutan
NaOH 1,5%, larutan HNO3 10%, magnesium oksida (MgO) (Sigma Aldrich)
alumina (Al2O3) (Sigma Aldrich) product of Germany.
23
C. Prosedur Penelitian
1. Preparasi Silika Sekam Padi
Prosedur pertama yang dilakukan adalah melakukan preparasi pada sekam padi,
preparasi ini bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor yang masih tercampur
didalam sekam padi, yaitu dengan mencuci sekam padi dengan air dingin yang
bersih, kemudian memisahkan sekam padi yang mengapung (dibuang) dan yang
tenggelam (digunakan untuk tahap selanjutnya). Setelah proses pencucian,
kemudian sekam padi direndam dengan menggunakan air panas selama 6 jam
yang bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor yang masih tersisa seperti
debu, kutu, pasir, tanah, dan zat pengotor lainnya. Setelah proses perendaman
selesai, kemudian sekam dikeringkan, untuk proses pengeringan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan oven dan dengan
menggunakan sinar matahari. Namun pada penelitian ini menggunakan sinar
matahari langsung karena akan mengakibatkan kekeringan sekam yang lebih baik
dan merata.
2. Ekstraksi Silika Sekam Padi
Ekstraksi silika sekam padi ini bertujuan untuk memperoleh silika bubuk yang
merupakan salah satu bahan untuk membentuk keramik cordierite. Tahapan
pertama untuk ekstraksi yaitu sekam padi yang telah bersih ditimbang sebanyak
50 gram, kemudian dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, ditambahkan
NaOH 1,5 % dan kemudian di aduk. Kemudian sekam padi yang telah dicampur
dengan NaOH 1,5% dipanaskan selama 30 menit dengan menggunakan kompor
24
listrik 600 watt hingga mendidih sambil terus di aduk menggunakan spatula.
Setelah dididihkan selama 30 menit kemudian sekam didiamkan selama beberapa
menit untuk menghilangkan uap panasnya dan kemudian ditutup aluminium foil
dan dilakukan proses penuaan selama 24 jam. Setelah proses aging, ampas sekam
padi dipisahkan dari ekstrak untuk memperoleh filtrat silika terlarut (sol). Filtrat
silika sol kemudian disaring menggunakan kertas saring agar endapan sisa
ekstraksi dapat terbuang sehingga diperoleh sol silika yang lebih jernih dan murni.
Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan silika gel yaitu silika sol yang telah
diperoleh dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml kemudian ditetesi larutan
asam HNO3 10% setetes demi setetes sambil terus diaduk dengan menggunakan
magnetic stirrer dengan kecepatan 2000 rpm, pada saat sol ditetesi HNO3 10% pH
sol terus dipantau dengan menggunakan pH meter hingga mencapai 7. Setelah
silika gel terbentuk maka langkah selanjutya dilakukan proses aging selama 24
jam. Gel yang telah melalui proses penuaan kemudian disaring dengan
menggunakan air hangat dan pemutih agar gel berwarna lebih jernih. Kemudian
silika gel yang telah di saring kemudian dikeringkan didalam oven pada suhu
110oC selama 7 jam sehingga diperoleh silica padatan. Kemudian silika padatan
digerus sampai halus dengan menggunakan mortar dan pastel untuk memperoleh
silika serbuk yang berwarna putih.
3. . Sintesis Cordierite
Keramik cordierite disintesis dengan metode padatan. Bahan-bahan penyusun
keramik cordierite Alumina, Magnesium Oksida, dan silika sekam padi ditimbang
dengan perbandingan 2 : 2 : 5. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur dengan
cara menggerusnya selama kurang lebih 3 jam menggunakan mortar dan pastel
25
sehingga diperoleh campuran yang homogen. Hasil gerusan kemudian diayak
dengan ayakan sehingga diperoleh bubuk cordierite.
4. Pencampuran Paduan Cordierite dengan Magnesium Oksida
Penambahan magnesium oksida pada penelitian ini adalah 0, 20, 25 dan 15 wt%
dari total massa cordierite dan magnesium oksida. Paduan cordierite dengan
magnesium oksida dilakukan dengan menimbang cordierite murni dan
magnesium oksida sesuai persentase yang telah ditentukan kemudian kedua bahan
dicampur. Bahan yang sudah ditimbang lalu dicampur dengan larutan alkohol
70% secukupnya kemudian distirrer dengan magnetic stirrer selama 4 jam agar
paduan cordierite dengan magnesium menjadi homogen. Larutan yang telah di
stirer di diamkan beberapa saat lalu disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan paduan cordierite-magnesium oksida dengan alkohol. Setelah
alkohol dan paduan cordierite-magnesium oksida terpisah, sampel kemudian
dioven selama 2 jam dengan suhu 100oC. Paduan yang telah kering, digerus
menggunakan mortar dan pastel untuk diperoleh serbuk paduan cordierite-
magnesium oksida. Serbuk hasil penggerusan disaring dengan ayakan 200 mesh
agar diperoleh paduan cordierite-magnesium oksida dengan ukuran yang
homogen. Komposisi paduan antara cordierite dengan MgO ditunjukkan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Massa Cordierite dan MgOKode Sampel Variasi penambahan
(wt%)Massa cordierite(gram)
Massa alumina(gram)
C0 0 0 25
C20 20 5 20
C25
C30
2530
6,257,5
18,7517,5
26
5. Pencetakan Pelet
Sebelum disintering, paduan cordierite -magnesium oksida dengan variasi 0, 20,
25, dan 30wt% yang telah diperoleh pada proses sebelumnya terlebih dahulu
dibentuk kedalam pelet. Adapun proses pencetakan pellet adalah paduan
cordierite-magnesium oksida dituang dalam cetakan pelet yang terbuat dari
stainless steel lalu dicetak menggunakan alat pressing dengan tekanan 50 ton
sehingga terbentuklah pelet.
6. Sintering
Proses sintering diawali dengan pellet ditata dalam cawan tahan panas dari bahan
silika kemudian dimasukkan kedalam furnace. Sintering paduan cordierite+
magnesium oksida pada penelitian ini dilakukan pada suhu 1250oC dengan
kenaikan suhu 4oC/menit dengan waktu tahan 3 jam.
7. Penyusutan (Shrinkage)
Pengukuran penyusutan (shrinkage) pada sampel dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Menyiapkan sampel paduan cordierite – magnesium oksida.
2. Menimbang massa sampel sebelum dan sesudah proses sintering.
3. Menghitung besarnya persentase penyusutan menggunakan persamaan 8
27
8. Densitas dan Porositas
Pengujian densitas dan porositas pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan
dalam satu waktu dengan menggunakan prinsip Archimedes. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan sampel paduan cordierite – magnesium oksida
2. Menimbang sampel menggunakan neraca digital untuk menentukan berat
kering sampel (Wk).
3. Menyiapkan beaker glass yang telah diisi air secukupnya, kemudian
memasukkan sampel ke dalam beaker glass tersebut lalu merebusnya
selama 5 jam pada hotplate.
4. Hasil rebusan didiamkan selama 24 jam agar sampel menjadi jenuh.
5. Setelah didiamkan selama 24 jam, sampel dilap dengan tissue kemudian
ditimbanng dengan neraca digital untuk mengetahui berat jenuh (Wj)
sampel.
6. Setelah diperoleh berat jenuh sampel kemudian diikat dengan benang lalu
ditimbang sambil digantung ditengah-tengah air pada gelas plastik berisi
air yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan
berat basah (Wb) sampel.
7. Menghitung besarnya densitas dan porositas masing-masing sampel
dengan persamaan 9 dan 10
28
9. Differential Thermal Calorimetry (DTA)/ Thermogravimetric Analysis
(TGA)
Pengukuran dengan DTA dilakukan untuk menganalisis sifat termal dan
perubahan fasa yang terbentuk berdasarkan penyerapan maupun pelepasan kalor
pada sampel cordierite dan cordierite-alumina.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses DTA:
a. Sampel cordierite-alumina 0, 20, 25, dan 30% berat diletakkan dalam pan
dan ditutup menggunakan stainless stell menggunakan alat crimp.
b. Meletakkan sampel pembanding pada plat kaca.
c. Selanjutnya mengalirkan gas nitrogen dan mengatur kenaikan temperatur
sebesar 5°C/menit. Pengukuran dilakukan dari suhu ruang (25°C) hingga
1000oC.
29
D. Diagram Alir
Proses ekstraksi silika dari sekam padi yang dilakukan pada penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir proses ekstraksi silika sekam padi.
Sekam Padi
- Ditimbang sebanyak 50 gr
- Dipanaskan dalam larutan NaOH 1,5% selama 30
menit
- Diaging 24 jam
- Disaring
Sol Silika
- Disaring menggunakan kertas saring
- Distirrer dengan kecepatan 2000 rpm dan di tetesi
larutan HNO3 10%.
Silika Gel
- Diaging 24 jam
- Dibersihkan dan di saring dengan pemutih dan air
hangat
- Dioven selama 7 jam dengan suhu 110oC
Serbuk silika
- Digerus sampai halus
- Disaring dengan ukuran 63µm.
Serbuk Silika (SiO2)(SiO2)
30
Proses pembuatan serbuk cordierite ditujukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Diagram alir proses pembuatan cordierite.
Proses pembuatan serbuk paduan cordierite – magnesium oksida ditunjukkan pada
Gambar 10.
Gambar 10. Diagram alir proses paduan serbuk cordierite-MgO.
- Ditimbang dengan perbandingan 2 : 2 : 5.
- Dicampur.
- Digerus selama 3 jam.
- Disaring dengan mess ukuran 63
µm.
MgO+Al2O3+SiO2
Campuran bahan cordierite
Serbuk Cordierite
- Dioven selama 2 jam pada suhu 100oC.
- Digerus sampai halus.
- Disaring dengan ukuran 63 µm.
Cordierite-MgO
- Ditimbang dengan variasi MgO 0, 20, 25 dan 30
wt%
- Dicampur dengan larutan alcohol 70%
- Distirer selama 4 jam.
- Di saring dan ditiriskanPaduan Cordierite-MgO
Serbuk Paduan Cordierite-MgO
31
Pembentukan pelet paduan cordierite – magnesium oksida, proses sintering, dan
uji fisik serta karakterisasi ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Diagram alir proses pembentukan pelet, sintering dan karakterisasi.
Serbuk Paduan Cordierite-MgO
- Ditimbang masing-masing 0,5 gram- Dicetak dengan alat pressing dengan tekanan
50 ton.
Pelet Cordierite-MgO
- Disintering dengan suhu 1250oC selama 3 jam- Dihitung penyusutan, densitas, porositas dan
konduktivitas termal.- Di karakterisasi dengan DTA/TGA.-
Data Uji dan Karakterisasi
- Dianalisis
Kesimpulan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penambahan MgO 0, 20, 25 dan 30 %berat menyebabkan penurunan densitas
dan penyusutan serta peningkatan porositas pada cordierite.
2. Hasil analisis TGA pada sampel C0, C20, C25 dan C30 menunjukkan
pengurangan massa terjadi pada rentang suhu 50-400ºC yaitu sebesar 0,08 –
0,25 mg karena terjadi proses penguapan air dan senyawa-senyawa volatil
dan pada rentang suhu 400-750ºC terjadi kenaikan massa sebesar 0,02-0,08
mg yang menandakan terjadinya pembentukan lapisan oksida MgO dan
Al2O3.
3. Penambahan MgO 0, 20, 25 dan 30%wt menyebabkan peningkatan nilai
konduktivitas termal sebesar 2,9089 – 3,2661 W/mK.
B. Saran
Pada penelitian selanjutnya saran yang diberikan adalah dengan melakukan
penambahan senyawa lain selain ketiga unsur utama. Kemudian, pada
karakterisasi DTA sebaiknya dilakukan sebelum perlakuan untuk melihat
perubahan nilai TGA dengan nilai yang lebih baik dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arribart, H. and Bernadette, B.V. 2001.The Dibner Institute History of Scienceand Technology. Pages 136-137
Banjuraizah, J., Mohamad, H. and Ahmad, Z.A. 2010.Effect of Excess MgO MoleRatio in a Stoichiometric Cordierite (2MgO·2Al2O3·5SiO2) Composition onthe Phase Transformation and Crystallization Behavior of MagnesiumAluminum Silicate Phases.UniversitasSains Malaysia. Malaysia. 6:4-5
Beitollahi, A., Hosseini, H. and Sapoorlaki, H. 2010. Synthesis andCharacterization of Al2O3-ZrO2Nanocomposite Powder by SucroseProcess.Journal of Material Science: Material in Electronics. 21:5-6
Boch, P.H., Riou, S., Durusoy, H.Z., and Raj, R. 1991. Spinel Phase MgAl2O4 onthe System MgAl2O4-Al2O3.Appl.Phys. 60:3150-3155
Buchanan, R.C. 1986. Ceramic Materials for Electronics, Processing, Properties,and Aplications. Marcel Bekker Inc. New York. Pages 60-62
Buckman, Harry O. Brady, Nyle C. 1960. The Nature and Property of Soils - ACollege Text of Edaphology (6th ed.). New York: MacMillan Publishers.New York. Pages 50
Broudic J.C., J.Guille, S. Vilminot. 1989. Properties of Sol Gel Ceramics andVitroceramicsWith The Cordierite Composition. Euro Ceramics,Netherland. Pages 35-36
CallisterJr, William. D.1994. Material Science And Engineering3rd edition. JohnWiley & Sons.Inc. Hoboken.New Jersey. Pages 37-40
Callister, W. 2003.B :Materials Science and Engineering - An Introduction. JohnWiley & Sons. Pages 23-56
Carey, J.W; and Novrotsky, A. 1985.The Molar Entalphy of Dehydration ofCordierite.American Mineralogist. 52: 380-388
Charles A.H., 2001. Handbook of Ceramic Glases and Diamond. Mc Grow HillsCompany Inc. USA.
Chesters, J.H., 1983.Refractories Production and Properties.The Metals Society.London. Pages 150-154
Deer, W.A. 1986.Cordierite in Rock Forming Minerals.Vol.IB:Dissicates Edition.Pages 58
Diller, T.E. 1993.Advances in Heat Transfer.Academic Press. 23:5-6
DorredanHunber. 1984. Alumina Library of congress cataloging in publicationData. Cambrige. USA
Douy, A. 1992. Organic Gels in the Preparation of Silicate Powders: Example ofMullite and Cordierite, In: Chemical Processing of Advanced Materials. ed.L. L Hench and J.K. West.Wiley. New York.
Effendy, Hadi. 2008. StudiAntioksidasiPadaRefraktoriMgO-CMonolitikDenganBahanPengikat Tar-Resin.InstitutTeknologi Bandung.Bandung.
Fujiwara, S., Tamura, Y., Maki, H., Azuma, N., and Takeuchi, Y.2007.Development of New High-Purity Alumina.Sumitomo Kagaku. 1: 1-9.
Gana, R. 2010. Raw Material Refractory(II).https://regest.wordpress.com/2010/04/30/raw-material-refraktori-ii/.Diaksespadatanggal 20 april 2016. 13.40 WIB
Gernot, K. 1988. High-Tech Ceramics.Academic Press. Zurich. Pp 100-118.
Halliday. D, R. Resnick, & J. Walker. 1997. Fundamentals of Physics (5th ed.).John Wiley and Sons, New York.
Hans,K.S.,.1992. Syntesis and Characterization of Low Thermal ExpansionCordierite.ASEAN-Japan Seminar on Ceramics.Fine Ceramics. KualaLumpur. Malaysia.
Hudson, L. Keith., Misra, Chanakya.,Perotta, Anthony. J., Wefers, Karl. andWilliams, F.S. 2002. Alumina Oxide.Ulmann’s Encyclopedia of IndustrialChemistry. Wiley-VCH.Weinheim.
Hsu H.W. &Luh B.S. 1980.Rice Hull. Rice ProduckAnd Utilization. New York:Avi Publishing Company Inc.
Johar B., Mohamad, H. and Ahmad, Z.A. 2010.Effect of Excess MgO Mole Ratioin a Stoichiometric Cordierite (2MgO·2Al2O3·5SiO2) Composition on thePhase Transformation and Crystallization Behavior of MagnesiumAluminum Silicate Phases.UniversitasSains Malaysia. Malaysia. 6:4-5
Khopkar, S, M., 1990. KonsepDasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.Jakarta. Pages 67-68
Knozinger, H., Ratnasamy, and Catal, P. 1978.Pulse Electric Current Sinteringand Strength of Sintered Alumina Using γ-Alumina Powders Prepared bythe Sol-Gel Method.Journal of Science Engenering.17: 31.
Kolasinski K.W. 2008. Surface Science: Foundation of Catalysis andNanoscience. Edisikedua. London: John Wiley & Sons Ltd. Pages 22-23,27.
Kopeliovich, Dr. Dmitri. 2010. Alumina Ceramics. Substances and Technologies2nd International Conference on “High –Tech Auminas and Unfolding theirBusiness Prospects”(Aluminas, 2010). November 25-27, 2010. Kolkata.India. http;//www.substech.com/dokuwiki/doku.alumina-ceramics. Diakses15 April 2016.
Kurama, H. and Kurama, S. 2006. The Reaction Kinetics of Rice Husk BasedCordierite Ceramics.Ceramic International. Pages 1
Lee, W.E. and Rainforth, W.M.1994.Structure Oxides I:Al2O3 and Mullite inCeramic Micro Structure: Property Control by Processing. Chapman andHall. London. Pages 236-237
Liu,F; Guo,X.F; Yang, E.C., 2001, Crystalization of gels in the SiO2-ZrO2-B2O2system. Journal of Material Science 36. Pages 579-585
Mirjalili, F., Hasmaliza, M., Luqman, C. 2011.Preparation of Nano Scale α-Al2O3
Powder by the Sol Gel Method.Ceramics Silikat.55: 4.
Naskar, M. K., andChatterjee,M. 2004. A Novel Process for the Synthesis ofCordierite Powders from Rice Husk Ash and other Sources os Silica and
their Comparative Study.Kolkata India.Jurnalof the European CeramicsSociety.24:3499-398.
Pratapa, Suminar., 2013. StabilitasSifatFisikdanFasaKompositPasirSilika-MgOAkibatSiklusTermal. InstitutTeknologisepuluh November. Surabaya
Petrovic, R. andJanackovic,D,.2001. Densification and Crystallization Behaviourof Colloidal Cordierite-Type Gels. Departement of Inorganic ChemicalTechnology.University of Belgrade. Yugoslavia. 66: 335-343
RadaPetrovic, dan D. Janackovic. 2001. Densification and CrystallizationBehaviour of Colloidal Cordierite-Type Gels. Departement of InorganicChemical Technology.University of Belgrade. Yugoslavia.
RamlandanAkhmad, B.A.2011.PengaruhSuhudanWaktu SinteringterhadapSifatBahanPorselinuntukBahanElektrolitPadat(KomponenElektroik).JurnalPenelitianSains. 14:3-5
Reed,J.S.1995.Introduction to the Principles of Ceramic Processing,John Willeyand Son,Pages.583-598.
Retno, H. 2009. SintesisKatalisPadatanAsam Gamma Alumina Terfosfat (Ɣ-Al2O3/PO4) Dan DigunakanUntukSintesisSenyawaMetil Ester AsamLemakDari LimbahProduksiMargarin.Skripsi.Universitas Indonesia. Jakarta.Pages. 19-28
Ristic. 1989. Sintering New Developments. Elsevier Scientific PublishingCompany. 4: 7-9
Richerson, D.W., 1992, Modern Ceramic Engineering, Marcel Dekkerine, Inc,New York. Pages 18-24
Salwa, A.M., Abdel-Hameed., I.M, Bakr. 2007. Effect of Alumina on CeramicProperties of Cordierite glass Ceramics from Basalt Rock. HelwanUniversity. Cairo. Egypt. 16:1-8
Satterfield, C. N. 1980. Heterogeneous Catalysis in Practice; McGraw-Hill: NewYork. 1980; Section 4.5.(4) Gates, B. C. Journal of Chemical. 95:511.
Sebayang, P., Muljadi, M., danGinting, M.2007.PengaruhPenambahanSerbukKayuterhadapKarakteristikKeramikCordierite BerporiSebagaiBahan Filter GasBuang.JurnalFisikaHimpunanFisika Indonesia.Pages2
Sebayang, P., Muljadi, M., danGinting, M.2007.PengaruhPenambahanSerbukKayuterhadapKarakteristikKeramikCordierite BerporiSebagaiBahan Filter GasBuang.JurnalFisikaHimpunanFisika Indonesia.Pages 3-4.
Sembiring, S., Manurung, P., danKaro-Karo, P.2009.PengaruhSuhuTinggiTerhadapKarakteristikKeramik CordieriteBerbasisSilikaSekamPadi. JurnalFisikadanAplikasinya.
Sembiring, S., Simanjuntak, W. SilikaSekamPadi, PotensinyaSebagaiBahan BakuKeramikIndustri. 2015. Plantaxia. Bandung.
Shukla S.P. 2011. Investigation In to Tribo Potential of Rice Husk (RH) CharReinforced Epoxy Composite.Thesis.Rourkela:National Institute ofechnology Rourkela.
Smith, E.F.1990. Prinsiples of materials and science Engeenering. ThirdEdition.McGraw-Hill.Ine. USA
Smith, F. W. 1996. Principles of Material Science and Engineering.SecondEdition. McGraw-Hill, Inc. New York.
Sunarya, R. 2008. SilikonDioksida.https://risars.wordpress.com/2008/11/21/struktur-padatan-silika/.Diaksespada 24 April 2016. 10.50 WIB
Surdia, T dan Saito. 1999. PengetahuanBahanTeknik. CetakanKeempat PTPradnyaParamita. Jakarta
Surdia, T dan Saito, S. 2000. PengetahuanBahanTeknik. PradanyaPramita.Jakarta.
Sutapa,Dede,A.A. 2011.Porositas,KuatTekandanKuatTarikBelahBetondenganAgregatKasarBatuPecahPascaDibakar.JurnalIlmiahTeknikSipil 15:1
Sutarno.2007. AnalisisKehadiranFasa SpinelMgAl2O4PadaSistemKompositKeramik Al2O3-MgO.Pages 46.
Tang Li, Y., Cheng X., Lu Ping., and YueF. 2012. Effect of MgO/CuO on theMicrostructure and ThermalProperties of Cordierite–Alumina Ceramics.State Key Laboratory of Silicate Materials for Architectures. China. Pages2-5
Trumbulovic. 2003. Inflience of The Cordierite Ligning on The Lost FoamCasting Process. Journal of Minning and Metallurgy.39: 3-4
Valdez, Z danAquilar,J. 1997.Influence of Al2O3 on the Production of MgAl2O4
with Microwave. Journal of Microwaves Powder an ElectromagneticEnergy. Universidad Autonoma, Mexico.
Vlack, V. 1994.IlmudanTeknologiBahan (IlmuLogamdan Non Logam),Edisikelima.AlihBahasaSriatiDjaprie. Fak.TeknikMetalurgi. UniversitasIndonesia.Cetakanke-empatErlangga. Jakarta.
Widwiastuti H., Mulyasuryani A. &Sabarudin A. 2013.Extraction of Pb2+UsingSilica From Rice Husk Ash (RHA)-Chitosan As Solid Phase.J. Pure App.Chem. Res. 2(1): 42-47
Winarno.1985.Teknolog.PengolahanPadiTerintegrasiBerwawasanLingkungan.Jakarta. Bulog
Xu, Z., Xiao, F.S., Purnell, S.K., Alexeev, O., Kawi, S., Deutsch, S.E., and Gates,B. C. 1994.Sol gel Synthesis of Transparent Alumina Gel and Pure GammaAlumina by Urea Hydrolysis of Alumina Nitrate Journal MatterialScience.372: 346.