Upload
vonhu
View
242
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT LADA (Piper nigrum L.)
Oleh
YULIANDAWATI12110086
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIANPada
Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO METRO-LAMPUNG
2016
Yuliandawati
ABSTRAK
PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT LADA (Piper nigrum L.)
Oleh :Yuliandawati
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah yang memiliki nilai ekspor tinggi dan dapat diperbanyak melalui setek. Dalam pembibitan pemberian jenis ZPT dan jumlah ruas sangat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyediakan bahan tanam dalam jumlah banyak, oleh karena itu perlu kajian lebih lanjut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Pengaruh berbagai jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan bibit lada, (2) Pengaruh jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada, (3) Interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada.
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016. Percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian jenis zat pengatur tumbuh (Z) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : Tanpa ZPT (z0), ZPT urine sapi (z1) dan ZPT Growtone (z2). Faktor kedua adalah jumlah ruas bahan setek (R) yang terdiri dari 3 taraf yaitu setek satu ruas (r1), setek dua ruas (r2), dan setek tiga ruas (r3). Sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu z0r1, z0r2, z0r3, z1r1, z1r2, z1r3, z2r1, z2r2, dan z2r3. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa (1) Pemberian jenis ZPT urine sapi dan growtone meningkatkan persentase setek tumbuh yang sama tetapi lebih baik dibandingkan tanpa ZPT, yang didukung pada peubah persentase tumbuh.
Yuliandawati
(2) Bibit setek tiga ruas menghasilkan pertumbuhan setek lada lebih baik dibandingkan bibit setek satu ruas dan dua ruas, yang didukung pada peubah bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar. (3)Tidak terdapat interaksi antara jenis ZPT dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan setek lada kecuali pada peubah panjang akar setek lada.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Yatmin, M.T.A. ( ............................)
Penguji Utama : Ir. Sutomo, M.P. (............................)
Anggota : Krisnarini, S.P, M.Si. (............................)
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma WacanaKota Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.NIP. 19630408 198903 2 001
Lulus Ujian Skripsi Pada Tanggal : 21 Oktober 2016
Judul Skripsi : PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZATPENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUASTERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA
(Piper nigrum L.)
Nama Mahasiwa : YULIANDAWATI
No. Pokok Mahasiswa : 12110086
Jurusan : Agroteknologi
Program studi : Agroteknologi
MENYETUJUI1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Yatmin, M.T.A. Krisnarini, S.P, M.Si. NIP. 19630216 199003 1 003 NIK. 003011035 A
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
Ir. Syafiuddin, M.P. NIP. 19630339 198903 1 003
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan
Karya terbesar ini kepada:
Ayah dan ibu tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan
mendo’akan akan kesuksesanku
adikku tersayang sebagai sumber kebahagian dan semangatku.
Dosen Program Studi Agroteknologi
Serta Segenap Dosen Dan Karyawan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Almamaterku Tercinta.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sukadana
Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 17 juli
1994. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Bapak
Jaimin dan Ibu Sutiyem. Tahun 2007
penulis menyelesaikan Pendidikan
Sekolah Dasar di SDN 03 Sukadana
Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur. Sekolah Menengah
Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMP PGRI 02 Sukadana Kabupaten
Lampung Timur. Sekolah Menengah Atas Negeri 05 Metro diselesaikan pada
tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dharma Wacana Metro tahun 2012 dengan program studi Agroteknologi
MOTTO
من خر ج فى طلب العلم فھو فى سبیل هللا
‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’(HR.Turmudzi)
“ Jangan pernah menyerah sebelum mencoba “
“ Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan doa “
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian dengan judul “Pengaruh
Perlakuan Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh dan Jumlah Ruas
Terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.)”. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro, yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A. sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi
ini.
3. Ibu Krisnarini, S.P, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi
ini.
4. Bapak Ir. Sutomo, M.P. selaku penguji utama yang telah memberikan
bimbingan dan masukan untuk sempurnanya skripsi ini.
5. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P. sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi STIPER
Dharma Wacana Metro.
6. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu
memberikan dukungan dan ilmu yang telah diberikan.
7. Ayah dan ibu tercinta serta adikku yang telah memberikan kasih sayang, do’a
dan dukungan baik materil maupun spiritual.
8. Sahabatku Eka Suryani, Lia Susanti, Fandi Ilham Manik dan Devita Nur
Anggraini yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat selesai.
9. Teman-teman seperjuangan jurusan agroteknologi dan agribisnis yang telah
memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Metro, 17 November 2016 Penulis
Yuliandawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xix
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah ................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian.................................................................. 3
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis................................................... 3
1.4. Hipotesis............................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8
2.1. Botani Tanaman Lada .......................................................... 8
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Lada ............................................ 11
2.3. Perbanyakan Tanaman Lada ................................................ 12
2.4. Zat Pengatur Tumbuh........................................................... 14
III. BAHAN DAN METODE............................................................... 20
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 20
3.2. Bahan dan Alat Penelitian .................................................... 20
3.3. Metode Penelitian................................................................. 20
3.4. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 21
3.4.1 Persiapan tempat dan media tanam............................. 213.4.2 Pengambilan bahan setek............................................ 223.4.3 Penanaman.................................................................. 223.4.4 Pemeliharaan............................................................... 23
3.5 Variabel Pengamatan............................................................ 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 27
4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 27
4.1.1 Persentase Tumbuh (%)............................................. 274.1.2 Tinggi Tanamana (cm).............................................. 294.1.3 Jumlah Daun (helai)................................................... 314.1.4 Bobot Kering Tunas (gram)........................................ 334.1.5 Bobot Kering Akar (gram).......................................... 344.1.6 Rasio Tunas Akar ....................................................... 344.1.7 Laju Pertumbuhan Relatif........................................... 354.1.8 Jumlah Akar (buah) .................................................... 364.1.9 Panjang Akar (cm)...................................................... 37
4.2 Pembahasan........................................................................... 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 41
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 415.2 Saran .................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 43
LAMPIRAN........................................................................................... 46
GAMBAR .............................................................................................. 70
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda.................... ..................................... 27
2. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 29
3. Jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 31
4. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 33
5. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 34
6. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda......................................................... 35
7. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan Jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda......................................... 35
8. Akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 36
9. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.......................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi lada varietas natar II (kerinci).............................................. 47
2. Tata letak percobaan ............................................................................ 49
3. Tata letak tanaman ............................................................................... 50
4. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda .................................................................... 51
5. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuanjenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda ............................................ 51
6. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x) ................ 52
7. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x) ................ 52
8. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda .................................................................... 53
9. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuanjenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda ............................................. 53
10. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x) ................ 54
11. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x) ................ 54
12. Jumlah daun tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.............................................................. 55
13. Analisis ragam jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda ............................................. 55
14. Bobot kering tunas tanaman setek lada akibat perlakuanjenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda ............................................ 56
15. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuanjenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda ............................................. 56
16. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 57
17. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 57
18. Bobot kering akar tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.............................................. 58
19. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda.............................................. 58
20. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x)................. 59
21. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x)................. 59
22. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda........................................................... 60
23. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuanjenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda........................................... 60
24. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2)......... 61
25. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2)......... 61
26. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis zpt dan jumlah ruas yang berbeda............................................................. 62
27. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda............................ 62
28. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 63
29. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 63
30. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda............................................................ 64
31. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda............................................ 64
32. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 65
33. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2).......... 65
34. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda............................................................ 66
35. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda............................................ 66
36. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2)................ 67
37. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT jumlah ruas yang berbeda (transformasi √x+1/2)................ 67
38. Jadwal kegiatan penelitian................................................................... 68
39. Ringkasan analisis data........................................................................ 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Dinamika persentase tumbuh.............................................................. 28
2. Dinamika tinggi tanaman.................................................................... 30
3. Dinamika jumlah daun........................................................................ 32
4. Pembuatan paranet........................................................................... ..... 71
5. Pengayakan tanah................................................................................. 71
6. Media tanam tanah............................................................................... 72
7. Media tanam sekam bakar.................................................................... 72
8. Pengadukan media tanah+ sekam bakar .............................................. 73
9. Pengisian media tanam ke polibag....................................................... 73
10. Tata letak percobaan ............................................................................ 74
11. Bahan setek (satu,dua&tiga) ruas......................................................... 74
12. Jenis ZPT (tanpa, urine sapi & growtone) ........................................... 75
13. Proses penanaman................................................................................ 75
14. Proses pemasangan sungkup................................................................ 76
15. Penyiraman (umur 80 hst).................................................................... 76
16. Pengamatan tinggi tanaman (umur 80 hst) .......................................... 77
17. Pencabutan tanaman destruktif (umur 90 hst) ..................................... 77
18. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar (umur 90 hst) ................... 78
19. Penjemuran tanaman destruktif di sinar matahari................................ 78
20. Proses pengopenan tunas dan akar....................................................... 79
21. Penimbangan bobot kering tunas ........................................................ 79
22. Penimbangan bobot kering akar........................................................... 80
23. Sisa tanaman keseluruhan .................................................................... 80
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah dengan kegunaan
yang beraneka ragam, seperti bumbu masak, bahan baku pembuatan obat dan
dapat diambil minyaknya (minyak atsiri). Lada memiliki nilai ekspor yang tinggi
sehingga menjadi salah satu sumber devisa negara. Mengingat prospek yang
sangat bagus pada tanaman ini maka produksi lada perlu dikembangkan dengan
upaya budidaya yang baik. Ini memungkinkan petani lada untuk meningkatkan
pendapatan dan pada akhirnya mendukung peningkatan devisa negara.
Pada tahun 2013 produksi lada di Indonesia hanya 91.000 ton per tahun
sedangkan pada tahun 2014 91.900 ton per tahun hanya mengalami kenaikan 0,9
ton. Tahun 2013 luas areal perkebunan lada di Indonesia 171,920 ha, Sedangkan
pada tahun 2014 luas arealnya menjadi 172,610 ha, hanya mengalami kenaikan
0,69 ha. Luas areal perkebunan lada di Indonesia semakin berkurang karena harus
bersaing dengan komoditas perkebunan yang lain (Badan Pusat Statistik
Indonesia, 2015).
Secara umum, petani melakukan budidaya tanaman lada dengan sederhana tanpa
menggunakan ZPT (zat pengatur tumbuh) didalam proses pembibitannya.
Pertumbuhan bibit kurang baik karena meskipun daun sudah cukup banyak namun
2
akar belum tumbuh sempurna (perakaran lemah), sehingga saat ditanam di lahan
peluang untuk tumbuh sangat rendah.
Pembibitan sangat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyediakan bahan
tanam dalam jumlah banyak. Perbanyakan lada secara vegetatif yaitu dengan
setek batang. Perbanyakan lada secara vegetatif yang sudah umum dilakukan
petani adalah dengan menggunakan bahan setek tujuh ruas atau lebih, tetapi cara
ini kurang efisien karena membutuhkan bahan tanaman yang lebih banyak
(Departemen Pertanian, 1985 dalam Suradal, 2005). Untuk mengatasi hal ini perlu
dicari cara perbanyakan dengan menggunakan bahan setek dengan ruas sedikit
yang diharapkan tidak kalah hasilnya bila dibandingkan dengan tujuh ruas.
Selain menyediakan bahan tanaman dengan setek pendek, hal lain yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit terutama perkembangan
perakaran pada setek tanaman lada, dapat ditempuh dengan pemberian jenis zat
pengatur tumbuh. Menurut Nurhakim (2014), untuk mempercepat perakaran pada
setek diperlukan perlakuan khusus, yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh.
Zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin memiliki berbagai jenis baik alami
maupun sintetik. Auksin yang termasuk alami adalah IAA (Indoleacetic acid), PAA
(Phenylacetil acid). Beberapa auksin sintetik yang dikenal adalah IBA (Indolebutyric
acid), NAA (Naphthaleneacetic acid) dan 2,4-D (Dichloro Phenoxy Acetic Acid).
IAA adalah auksin alami yang dapat merangsang pembentukan akar pada setek. Di
samping itu, auksin sintetik yaitu IBA dan NAA dilaporkan lebih efektif merangsang
pembentukan akar bila dibandingkan auksin alami. IBA dan NAA merupakan auksin
sintetik yang banyak digunakan untuk pengakaran setek batang. Dengan pemberian
3
ZPT jenis ini diharapkan mampu untuk merangsang tumbuhnya akar secara cepat,
maka akan didapat percepatan pertumbuhan setek bibit lada (Hartmann et al., 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh
jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada (Piper
nigrum L.).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh berbagai jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan bibit
lada.
2. Pengaruh jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada.
3. Interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap
pertumbuhan bibit lada.
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Auksin merupakan senyawa dengan ciri-ciri mempunyai kemampuan dalam
mendukung terjadinya perpanjangan sel pada pucuk dengan struktur kimia indole
ring, banyaknya kandungan auksin di dalam tanaman sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Auksin sebagai salah satu zat pengatur tumbuh bagi
tanaman mempunyai pengaruh terhadap pengembangan sel, fototropisme,
geotropime, apikal dominansi, pertumbuhan akar partenokarpi, absission,
pembentukan kalus dan respirasi (Abidin, 1987).
4
Zat pengatur tumbuh dapat diberikan pada tanaman di samping melakukan
pemupukan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil. Zat pengatur
tumbuh adalah senyawa organik bukan hara (nutrient) tetapi dapat mengubah
proses fisiologis tumbuhan. Pemberian jenis Zat Pengatur Tumbuh alami misalnya
urine sapi dan air kelapa dan sintetis (buatan) seperti Rootone F, Atonik,
Stimulan dapat mempercepat pertumbuhan lada (Rismunandar, 2007).
Urine sapi merupakan zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin, selain itu
urine sapi mengandung unsur hara yang lengkap diantaranya N, P, K, Ca, Fe, Mn,
Zn, dan Zu.
Growtone merupakan ZPT sintetis yang mengandung bahan aktif seperti IBA
(Indolebutyric acid), NAA (Naphthaleneacetic acid) dan 2,4-D (Dichloro
Phenoxy Acetic Acid) berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya
akar karena mengandung bahan aktif dari formulasi beberapa hormon tumbuh
akar (Rismunandar, 1992 dalam Yunita, 2011).
Hasil penelitian Yunita (2011) menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT tanpa
perlakuan (k0), urine sapi (k1), air kelapa (k2) dan Rootone F (k3) dilaporkan
bahwa Rootone F dan urine sapi dapat mempercepat pertumbuhan tunas terhadap
waktu muncul tunas pertama. Perlakuan jenis ZPT dengan uji DNMRT berbeda
nyata terhadap variabel muncul tunas, panjang tunas, jumlah akar, akar
terpanjang, berat kering tunas, berat segar akar dan berat kering akar. Rootone F
100 mg/setek dan urine sapi merupakan sumber auksin terbaik dan memberikan
pengaruh yang paling baik untuk merangsang pertumbuhan akar setek. Hal ini
5
didukung dengan penelitian Watijo (2007), dimana penggunaan jenis ZPT sintetis
(Rootone F) yang mengandung auksin menghasilkan pertumbuhan bibit lada
yang terbaik.
Hasil penelitian Trisna dkk. (2013) dengan perlakuan jenis zat pengatur tumbuh
yang terdiri dari tanpa ZPT (A), air kelapa (B), dan Rootone F (C) dan Atonik
(D) di laporkan memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah daun tunas.
Pemberian jenis zat pengatur tumbuh Rootone F tinggi tunas 19 cm dan jumlah
daun tunas stump 7,6 helai, sedangkan tanpa ZPT tinggi tunas yaitu 14,9 cm dan
jumlah daun 3,6 helai. Penelitian ini menunjukkan pemberian zat pengatur
tumbuh berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun,
dan tidak berbeda nyata terhadap diameter stump.
Hasil penelitian Watijo (2007), menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur
tumbuh dengan menggunakan jenis ZPT sintetis dapat mempercepat pertumbuhan
dan meningkatkan persentase tumbuh 9,14 %, jumlah daun 153 %, tinggi tunas
13,43 % dan panjang akar 22 % dibandingkan tanpa perlakuan ZPT. Perlakuan
beberapa jenis ZPT Rootone F , stimulan dan air kelapa memberi pengaruh yang
nyata dibandingkan tanpa perlakuan ZPT. Pemberian Rootone F memberikan
pengaruh yang nyata dibandingkan ZPT sintetis lainnya sedangkan ZPT alami
mempunyai akar terpanjang tetapi jumlah akar lebih sedikit dibanding perlakuan
Rootone F, karena Rootone F menghasilkan tinggi tunas dan jumlah daun
tertinggi.
6
Hasil penelitian Santoso (2001) menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur
tumbuh yang terdiri dari tanpa perlakuan, Dharmasri, Rootone F dan Atonik
dilaporkan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan
panjang akar, sedangkan terhadap jumlah akar dan panjang tunas tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Jenis zat pengatur tumbuh Rootone F memiliki
pengaruh yang lebih baik untuk pertumbuhan setek lada dibandingkan dengan zat
pengatur tumbuh lainnya, hal ini terlihat pada peubah jumlah daun.
Penggunaan bahan setek 7 ruas atau lebih tidak efisien sehingga sering menjadi
kendala jika memerlukan bibit dalam jumlah banyak. Untuk menghemat
penggunaan bibit lada dilakukan dengan menggunakan setek pendek yaitu satu
ruas, dua ruas dan tiga ruas. Setek pendek satu ruas berdaun tunggal dapat
menghemat bibit sampai 40 % bahan setek (Suprapto, 2008)
Hasil penelitian Ratri (2013) menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas dengan
setek satu ruas, dua ruas, dan tiga ruas dilaporkan berpengaruh terhadap
persentase hidup setek dan hasil persen hidup tertinggi terdapat pada setek 3 ruas,
dan menghasilkan pertumbuhan terbaik, yaitu pada tinggi rata-rata 20,76 cm,
jumlah akar rata-rata 16, dan panjang akar rata-rata 17,6 cm.
Hasil penelitian Ardaka dkk. (2011) menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas
dengan satu ruas, dua ruas dan tiga ruas memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan setek yang ditunjukan pada persentase hidup 90%, jumlah daun 2,90
helai, tinggi tunas 0,77 cm, panjang akar 3,37 cm dan jumlah akar 9,00 cm.
Perlakuan jumlah tiga ruas memberikan pengaruh terbaik dibandingkan dengan
7
jumlah satu ruas dan dua ruas, hal ini terlihat pada peubah persentase hidup,
jumlah daun, tinggi, panjang akar dan jumlah akar.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan berbagai jenis zat pengatur tumbuh yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit lada.
2. Penggunaan jumlah ruas yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pertumbuhan bibit lada.
3. Terdapat interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap
pertumbuhan bibit lada.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Lada
Menurut Sarpian (2003), dalam taksonomi tumbuhan,tanaman lada (Piper nigrum
L.) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (Biji berada di dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
Tanaman lada dikenal sebagai tanaman tahunan yang memanjat. Batangnya
berbuku dengan tinggi mencapai 10 m, namun dalam budidaya dibatasi hingga
ketinggian 4 m dan melekat pada tiang panjat (tajar) agar memudahkan dalam
pemeliharaan. Bila pemeliharaan dilakukan dengan baik, tajuk dapat mencapai
diameter 1,5 m. Tanaman lada terdiri atas batang,akar, daun, cabang, dahan,
bunga dan buah (Rismunandar, 2007).
9
Menurut Nurhakim (2014) , batang lada tumbuh merambat pada tiang panjat dan
kadang-kadang menjalar di atas permukaan tanah. Tiap tanaman lada hanya
tumbuh satu batang. Apabila batang dipotong saat berumur satu tahun, akan
tumbuh tunas-tunas dengan jumlah 2-5 batang baru. Kemunculan tunas-tunas ini
bisa berasal dari ruas-ruas yang tertanam di dalam tanah maupun di atas tanah.
Tanaman lada mirip tebu yang beruas-ruas. Panjang tiap ruas tidak selalu sama
yaitu sekitar 4-7 cm, panjang ruas pada bagian pangkal lebih pendek
dibandingkan dengan panjang ruas pada bagian atas. Diameter batang antara 6-25
mm.
Tanaman lada termasuk tanaman kelompok dikotil yang memiliki akar tunggang.
Akar utama terletak pada dasar batang dengan panjang 3 – 4 m, sedangkan akar-
akar dari buku di atas permukaan tanah panjangnya hanya 3 -5 cm, yang berfungsi
sebagai penyerap hara dan untuk menempel pada tiang panjat yang sering disebut
sebagai akar panjat atau akar lekat. Akar lekat hanya tumbuh di buku-buku batang
utama dan cabang ortotrop, sedangkan di cabang produksi (plagiotrop) tidak
muncul akar lekat (Nurhakim, 2014).
Lada berdaun tunggal dan berbentuk bulat atau lonjong. Pangkalnya berlekuk
sedangkan ujung daunnya tumpul. Permukaan daun tampak mengkilap,
permukaan bawah daun hijau pucat dan buram. Urat daun terlihat jelas dan tegas.
Panjang tangkainya 1,8-2,6 cm, lebarnya antara 5-10 cm, panjang daun lada antara
14-19 cm. Letak daun-daun pada batang berselang-seling ditiap bukunya. Setiap
buku atau ruas hanya terdiri dari satu helai daun (Sarpian, 2003).
10
Cabang lada terdiri dari dua jenis, yaitu cabang orthotrop dan cabang plagiatrop.
Cabang orthotrop, muncul pada ketiak daun tiap buku-buku batang. Cabang ini
muncul pada buku-buku batang yang tumbuh diatas permukaan tanah dan
terbenam oleh tanah. Cabang orthotrop yang tumbuh diatas permukaan tanah
disebut sulur gantung sedangkan cabang yang kemunculannya dari dalam tanah
disebut lanak tanah. Ciri cabang orthotrop yakni tiap buku hanya terlihat satu
daun,cabang tidak memiliki dahan atau ranting, terlihat akar lekat dan tidak
muncul bunga. Sedangkan Cabang plagiatrop muncul pada buku dahan. Cabang
ini muncul setelah tanaman lada berbuah yang kedua kalinya. Saat pertama kali
berbuah, bunga dan buah hanya muncul pada tiap ruas buku dahan. Pada musim
berbuah selanjutnya,sebelum kemunculan malai bunga akan didahului
kemunculan cabang plagiatrop. Jumlah cabang yang muncul hanya satu pada tiap
kali musim berbungadan akan muncul pada musim berikutnya (Nurhakim, 2014).
Dahan disebut ranting yang muncul di ketiak daun batang utama. Panjangnya
sekitar 35-65 cm. Dahan tidak memiliki akar lekat maupun akar lainnya. Dahan
ini merupakan sediaan tempat kemunculan malai bunga, cabang plagiatrop dan
daun. Awal pertumbuhan mengarah ke atas. Setelah beberapa waktu malai akan
dipenuhi dompolan buah akan mengubah arah menjadi menggantung (Nurhakim,
2014).
Bunga lada masuk kategori hermafrodit. Tiap tanaman terdapat satu bunga jantan
dan satu bunga betina. Kedua bagian bunga saling berdekatan dalam satu malai
bunga. Letak bunga lada disebut bunga duduk karena tidak terlihat secara tegas
11
tangkainya. Tiap tangkai bunga terdapat sekitar 30-50 bakal bunga. Susunan
bunga lada terdiri dari tajuk, mahkota, benang sari dan putik dalam satu kesatuan.
Terjadinya penyerbukan ditandai dengan adanya perubahan warna putik menjadi
kecoklatan. Selanjutnya putik akan membesar, membentuk kulit luar, kulit dalam,
daging atau biji dan terbentuk bakal buah (Nurhakim, 2014).
Buah lada berbentuk bulat seperti bola. Buah yang masih muda (mentah) memiliki
kulit luar (epikarp) berwarna hijau mengilap, setelah masak berubah menjadi
kuning dan merah menyala. Pada epikarp buah yang sudah masak terdapat cairan
manis karena mengandung sedikit nira nutritif. Buah lada terdiri beberapa lapisan
dari luar kedalam yaitu kulit luar (epikarp), kulit dalam (epikarp dalam), kulit ari
luar (mesokarp luar), kulit ari dalam (mesokarp dalam) dan daging buah. Setiap
satu malai (tangkai) biasanya terdapat 30-50 buah. Buah lada memiliki rasa pedas
yang berbeda dengan cabai rawit (Sarpian,2003).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Lada
Lada sangat cocok ditanam di daerah tropika antara 20°LU dan 20°LS dengan
curah hujan 1000 - 3000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai
hari hujan 110-170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2-3 bulan per tahun.
Kelembaban udara 65-98 % selama musim hujan, dengan suhu maksimal 35°C
dan suhu minimum 20°C (Suprapto, 2008). Lada dapat tumbuh pada ketinggian 0
– 1500 m di atas permukaan laut, tetapi paling baik pada ketinggian sekitar 0 –
500 m dpl. Lada dapat tumbuh dengan subur pada tanah – tanah yang subur secara
fisik dan kimia serta drainase yang baik. Tanah-tanah liat berpasir, tanah literitis-
12
podsolik komplek dan tanah latosol dengan pH tanah berkisar antara 5,5 – 6,5
sangat baik untuk pertumbuhan lada (Jufri 2012 dalam Achmad 2014).
2.3 Perbanyakan Tanaman Lada
Lada dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan vegetatif
untuk tanaman lada yang banyak dipraktekkan adalah dengan cara penyetekan.
Bahan setek dapat diambil dari sulur gantung, sulur panjat, sulur tanah dan cabang
buah. Bahan setek yang baik yaitu bahan setek yang diambil dari tanaman yang
sehat, tumbuh akar, berwarna hijau tua dan tidak terlihat gejala-gejala abnormal
(Sarwani, 2008 dalam Achmad, 2014).
Perbanyakan tanaman lada dapat secara generatif dan vegetatif. Perbanyak
generatif dengan biji tidak baik sebab sulur lada yang tumbuh memakan waktu
panjang untuk berbuah dan tidak menjamin hasil yang baik. Perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan cara penyetekan bisa diambil dari sulur panjat,
sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah. Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh
memanjat tanaman penegak. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung
atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak. Sulur tanah adalah sulur
yang tumbuh merayap dipermukaan tanah. Sulur buah adalah cabang yang
berasal dari buah. Untuk menghasilkan tanaman lada yang tumbuh baik pada
tanaman penegak sebaiknya menggunakan sulur panjat. Setek lada dari sulur
panjat yang baik dari tanaman yang sudah berproduksi pada umur fisiologis bahan
setek 6-9 bulan, pohon induk dalam keadaan pertumbuhan aktif dan tidak
13
berbunga atau berbuah. Setek tidak boleh terlalu tua atau muda dan diambil dari
sulur yang belum menjadi kayu. Bibit lada terlalu tua pertumbuhannya tidak baik
dan yang terlalu muda tidak kuat (Suprapto, 2008).
Pada umumnya perbanyakan tanaman lada sering dilakukan secara vegetatif
dengan melalui cara setek. Keuntungannya adalah karena tanaman lada memiliki
sifat-sifat genetik yang sama dengan induk lada tersebut (Sarwani, 2008 dalam
Achmad, 2014).
Penggunaan setek pada lada dapat dilakukan dengan menggunakan 2 jenis setek
yaitu setek panjang dan setek pendek. Setek pendek yaitu setek yang berasal dari
satu ruas berdaun tunggal yang memiliki beberapa keuntungan antara lain
menyediakan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat, menghemat
penggunaan bahan tanaman dan seragam (Suprapto, 2008). Penggunaan bahan
setek panjang 7 ruas atau lebih tidak efisien sehingga sering menjadi kendala jika
memerlukan bibit dalam jumlah banyak. Untuk menghemat penggunaan bibit lada
dilakukan dengan menggunakan setek pendek yaitu satu ruas (Watijo, 2007).
Dalam menghemat bahan tanaman, penyetekan sulur panjat dapat dilakukan
dengan menggunakan setek satu ruas berdaun tunggal. Tetapi harus terlebih
dahulu di semaikan.
14
2.4 Zat Pengatur Tumbuh
Menurut Setyati (2009), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik
yang bukan merupakan zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong,
menghambat , atau mengatur proses fisiologis di dalam tanaman. Zat pengatur
tumbuh terdiri dari lima jenis yaitu auksin, gibberellin, sitokinin, etilen dan asam
absisat.
1. Auksin
Setyati (2009) menjelaskan bahwa auksin merupakan senyawa yang mampu
merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah sub apikal. Auksin biasanya
merupakan asam dengan inti tidak jenuh atau derivatnya. Auksin terlibat dalam
banyak proses fisiologi dalam tumbuhan, antara lain pemanjangan sel,
fototropisme, geotropisme, dominansi apikal, inisiasi akar, produksi etilen,
pembentukan kalus, perkembangan buah, partenokarpi, absisi, dan ekspresi
kelamin pada tumbuhan hemaprodit.
Menurut Gardner (1991) dalam Armawi (2012), peranan auksin sangat tergantung
dengan konsentrasinya. Konsentrasi tinggi bersifat menghambat, dan konsentrasi
yang berlebihan dapat menyebabkan ketidaknormalan seperti epinasti daun
bawang, akar penguat yang menyatu dan batang rumput yang rapuh.
Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut: (a) perkecambahan biji,
auksin akan mematahkan dormasi biji dan akan merangsang perkecambahan biji
(b) pembentukan akar, auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta
pertumbuhan akar lebih baik (c) pembungaan dan pembuahan, auksin akar
15
merangsang dan mempertinggi persentase timbulnya bunga dan buah (d)
mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya (e) mematahkan dormasi pucuk/
apaikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau
berkembang (Anonimous 2009 dalam Armawi 2009).
2. Gibberellin
Menurut Setyati (2009), Gibberellin berfungsi merangsang pembelahan sel dan
pemanjangan sel. Pengaruh gibberellin terhadap tanaman yaitu : (1) menyebabkan
tanaman menghasilkan bunga sebelum waktunya (2) terjadinya buah dengan tidak
diserbuki (3) tanaman yang kerdil menjadi tanaman raksasa dalam waktu yang
singkat (4) cepat tumbuh biji dan tunas (5) tinggi tanaman menjadi 3-5 kali
tingginya yang normal dan mempercepat tumbuhnya pada tanaman sayur-sayuran.
3. Sitokinin
Sitokinin merupakan senyawa pengganti adenine yang meningkatkan pembelahan
sel dan fungsi pengaturan pertumbuhan. Sitokinin diduga diproduksi dalam akar
dan diangkut ke pucuk, karena zat tersebut ditemukan dalam larutan xylem,
namun sitokinin ditemukan dalam jumlah banyak pada jaringan buah dan biji.
Sitokinin perannya dalam tumbuhan yaitu sebagai : (a) mengatur pembelahan sel
(b) pembentukan organ, pembesaran sel dan organ (c) pencegahan kerusakan
klorofil, pembentkan kloroplas (d) penundaan senescens, pembukaan dan
penutupan stomata (e) perkembangan mata tunas dan pucuk (Setyati, 2009).
16
4. Etilen
Etilen berfungsi sebagai penghambatan pemanjangan dan pertumbuhan horisontal
pada batang. Etilen diproduksi dalam semua tumbuhan tingkat tinggi dan untuk
pertumbuhan tingkat rendah tidak jelas kisarannya. Etilen terlibat dalam proses
fisiologi dalam tanaman dari perkecambahan benih sampai senescens dan
kematian tanaman (Setyati, 2009).
5. Asam absisat
Asam absisat (ABA) merupakan senyawa alami yang terlibat dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, diantaranya penghambatan pertumbuhan dan
beberapa yang meningkatkan embriogenasis dan protein biji cadangan. ABA
secara luas terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi, lumut, ganggang hijau, dan
cendawan (Setyati, 2009).
Zat pengatur tumbuh merupakan sarana penunjang pertanian yang mulai dikenal.
Penggunaan hormon perangsang memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: (1)
meransang pertumbuhan daun, batang, akar, bunga, dan buah. (2) Meningkatkan
hasil produksi (3) mencegah kerontokan bunga dan pembusukan tangkai , serta
meningkatkan kesehatan tanaman.
Dikalangan masyarakat petani, hormon perangsang dikenal dengan berbagai
nama, misalnya ZPT, pengatur pertumbuhan tanaman (PPT), plant and
agrohormone (perangsang tanaman atau PT), hormon tumbuh (HT), dan
sebagainya. ZPT tidak sama dengan pupuk daun. ZPT merupakan senyawa kimia
yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri (fitohormon) atau dibuat secara sintetik,
17
yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis pada tanaman,misalnya
pembelahan sel dan pemanjangan sel, hingga mampu membentuk akar, batang,
daun, ranting/dahan, bunga dan buah (Abidin, 1987).
Dalam pemberian ZPT pada tanaman, terdapat dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu dosis dan kandungan jenis hormonnya. Dosis hormon harus sesuai dengan
aturan dan diberikan seimbang dengan pupuk, untuk menghindahi dampak negatif
pada tanaman. Pemakaian ZPT alami pada tanaman lada dilakukan dengan 3
tujuan yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif, merangsang pertumbuhan bunga
dan bauh, serta buah masak serempak (Abidin, 1987).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa kimia (sintetis dan alami) yang
fungsinya dapat merangsang pertumbuhan tanaman baik generatif maupun
vegetatif. Misalnya ZPT Growtone jenis ini dapat merangsang munculnya akar
pada potongan setek lada jika dioleskan pada bagian potongan setek. Demikian
juga air kelapa muda dan urine sapi, jika setek yang telah dipotong pada bagian
bawah setek direndam selama 12 - 24 jam dapat mempercepat tumbuhnya akar
pada setek lada. Komposisi unsur hara yang terdapat pada masing – masing
berbeda-beda sesuai dengan jenis peruntukannya pada tanaman (Wattimena,
1987).
Zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan pada tanaman lada dapat berasal dari
ZPT alami maupun sintetis. Jenis ZPT saat ini sangat banyak seiring dengan
tingkat perkembangan teknologi sehingga perlu pemilihan jenis yang sesuai
dengan kebutuhan.
18
Zat pengatur tumbuh seperti auksin dapat berasal dari dua golongan yaitu alami
seperti urine sapi, urine kambing, air kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan
merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rootone F dan Growtone. Pengaruh dari
masing-masing sesuai dengan kegunaan untuk merangsang tumbuh akar, tunas
tanaman dan menyuburkan tanaman (Watijo, 2007).
Menurut Yunita (2011), urine sapi mempunyai nilai kandungan nitrogen sebesar
0,50%, fosfor sebesar 1,00%, kalium sebesar 1,50%, dan air sebesar 92%. Selain
kandungan hara yang cukup tinggi, urine sapi juga bisa menjadi pestisida alami
karena mempunyai bau menyengat yang tidak disukai serangga. Jumlah dari
pengeluaran urine bervariasi tergantung pada pakan, kerja, temperatur,
lingkungan, konsumsi air, dan musim. Urine yang dihasilkan ternak sebagai hasil
metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu kadar N dan K yang
sangat tinggi dan urine mengandung hormon pertumbuhan tanaman yaitu auksin.
Ada dua jenis hormon penting yang terkandung dalam urine sapi yaitu auksin dan
giberelin. Kadar auksin beragam antara 161,64 sampai 787,78 ppm sedangkan GA
dari 0 sampai 937,88 ppm, keragaman kadar tersebut paling besar dipengaruhi
oleh jenis pakan yang diberikan.
Ternak yang banyak makan rumput hijauan mengeluarkan air seni yang
cenderung banyak mengandung auksin karena auksin tidak terurai dalam tubuh
maka auksin dikeluarkan sebagai filtrat bersama dengan urine yang mengeluarkan
zat spesifik yang mendorong perakaran. Selain itu, urine sapi betina cenderung
lebih banyak mengandung auksin dan GA dibandingkan dengan sapi jantan
19
(Suprijadji dan Prawoto, 1992). Beberapa keunggulan urine sapi diantaranya
mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap seperti N, P, K, Ca, Fe, Mn, Zn,
dan Zu. Pemberian urine sapi dapat memberikan pengaruh pada pertumbuhan akar
tanaman. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparman dkk. (1990)
dalam Fanesa (2011), auksin alami yang terkandung dalam urine sapi 25 % dapat
mendorong perakaran setek bibit lada.
Hanriyanto (2007) dalam Bukori (2011), Growtone adalah hormone berbentuk
bubuk berwarna putih yang mengandung fungisida, gunanya untuk merangsang
pertumbuhan bibit (stump, setek, cangkok). Peranan hormone ini adalah menekan
serendah mungkin kematian bibit saat pemindahan ke lapangan, karena dapat
merangsang atau mempercepat pertumbuhan akar. Growtone memiliki kandungan
bahan aktif antara lain: Naftalena asetat 0,067%, metil-1 naftalena setamida
0,013%, metil-1 naftalena asetat 0,033%, idol-3 butirat 0,05% dan thiram 4%
Growtone sejenis dengan Rootone F.
20
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai
dengan bulan Mei 2016.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : bahan setek lada dari
sulur panjat varietas Natar 2 (Kerinci), tanah, sekam bakar, zat pengatur tumbuh
(urine sapi betina dan Growtone), air aquades, bambu, paranet, kertas label,
plastik transparan dan polibag ukuran 18 cm x 14 cm.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, golok, ember, tali
rapia, meteran, kamera, hand sprayer, timbangan digital (tipe AD-600H), oven
listrik, mistar, pisau setek, alat – alat tulis dan perlengkapan lain yang diperlukan.
3.3 Metode penelitian
Metode penelitian ini adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) dan disusun secara faktorial yang terdiri 2 faktor
dalam 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian jenis zat pengatur tumbuh (Z)
21
yang terdiri dari 3 taraf yaitu Tanpa ZPT (z0), ZPT urine sapi (z1) dan ZPT
Growtone (z2). Faktor kedua adalah jumlah ruas bahan setek (R) yang terdiri dari
3 taraf yaitu setek satu ruas (r1), setek dua ruas (r2), dan setek tiga ruas (r3).
Sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu z0r1, z0r2, z0r3, z1r1, z1r2, z1r3, z2r1,
z2r2, dan z2r3. Setiap satuan percobaan terdiri dari 14 tanaman dan diambil 10
tanaman pada setiap satuan percobaan sebagai tanaman sampel.
Data hasil penelitian diuji homogenitasnya dengan uji Barlett dan ketidakaditifan
data antara lingkungan dan perlakuan diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis
dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT), semua
pengujian dilakukan pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan tempat dan media tanam
Tanah yang dipergunakan dibersihkan dari gulma atau sisa-sisa tanaman, dan
menyiapkan lokasi untuk penelitian dengan mengukur luas lahan sesuai
kebutuhan untuk tiga ulangan sehingga mampu menampung 378 polibag.
Memasang paranet sebelum dimulai pembibitan untuk mengurangi cahaya
matahari yang mempercepat penguapan. Dalam naungan disiapkan bedengan
tempat menyusun polibag.
Menyiapkan media tumbuh berupa tanah yang digemburkan lalu dicampur sekam
bakar dengan perbandingan volume 2 : 1 menggunakan ember. Media yang sudah
dicampur tersebut lalu diisikan kedalam polibag. Selanjutnya polibag disusun
22
sebanyak 14 polibag setiap perlakuan sehingga untuk 3 kali ulangan sebanyak 378
batang dan diberi tanda setiap perlakuan seperti tata letak pada (lampiran 2)
3.4.2 Pengambilan bahan setek
Bahan setek lada varietas Natar 2 (Kerinci) diambil dari tanaman lada di daerah
Gerem Pawiki Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Provinsi
Lampung. Pengambilan bahan setek diambil dari sulur panjat dan dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Pemotongan bahan setek
sesuai perlakuan yaitu 1 ruas, 2 ruas dan 3 ruas dengan menggunakan pisau setek
yang tajam agar tidak rusak. Bahan setek yang digunakan diambil dari tanaman
yang sehat, pertumbuhan baik dengan umur ± 5 tahun dan berasal dari kebun yang
sama.
3.4.3 Penanaman
Sebelum setek lada ditanam diberi perlakuan sesuai dengan masing-masing ZPT
yang terdiri dari tiga taraf yaitu tanpa ZPT, urine sapi dan Growtone. Tanpa
perlakuan ZPT diaplikasikan dengan cara bahan setek direndam dalam air aquades
selama 30 menit kemudian setek ditanam dipolibag yang disusun pada petak
percobaan. ZPT urine sapi diaplikasikan dengan cara mencampur urine sapi dan
air aquades dengan konsentrasi 1 ml/3 ml, karena memerlukan dalam jumlah
banyak maka dibuat dengan konsentrasi 500 ml/1500 ml. Setelah setek direndam
selama 30 menit, setek ditanam dipolibag yang disusun pada petak percobaan.
ZPT Growtone diaplikasikan dengan cara mencampur Growtone dan air aquades
23
dengan konsentrasi 30 g/1 liter air, setek lada direndam selama 30 menit
kemudian ditanam dipolibag yang disusun pada petak percobaan. Bahan setek
yang sudah ditanam disungkup dengan plastik transparan untuk menghindari sinar
matahari yang berlebihan dan menjaga kelembaban selama 1 bulan.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan bibit antara lain penyiraman dan pengendalian gulma. Penyiraman
dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari sesuai kebutuhan tanaman. Sedangkan
pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan pada waktu gulma mulai
tumbuh, dengan mencabut gulma tersebut.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman sempel yang berjumlah 5 tanaman pada
setiap petak percobaan. Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam
percobaan ini sebagai berikut :
1. Persentase Tumbuh (%)
Persentase tumbuh diukur dengan cara menghitung jumlah setek yang hidup
dibagi jumlah setek yang ditanam dikali 100 %, pada masing-masing satuan
percobaan. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali yang dimulai sejak
umur 30 hari setelah tanam (hst) sampai umur 90 hst dengan satuan %.
24
2. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tunas diukur dari pangkal keluarnya tunas sampai ujung tunas tertinggi.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, yang dimulai sejak umur 30 hst
sampai umur 90 hst.
3. Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang telah membuka dengan sempurna.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, dimulai sejak umur 30 hst
sampai umur 90 hst.
4. Bobot Kering Tunas (gram)
Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah
hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akarnya tidak terputus kemudian akar
dan batang dipisahkan, dengan cara dipotong pada pangkal tunasnya dan
menjemur dibawah terik sinar matahari sampai layu, kemudian tunas dioven
selama 24 jam dengan suhu 70°C. Tunas yang sudah memiliki bobot kering
yang konstan ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengamatan
dilakukan pada umur 90 hst.
5. Bobot Kering Akar (gram)
Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah
hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus, kemudian
memotong akar pada pangkalnya dan menjemur dibawah terik sinar matahari
sampai layu, kemudian akar dioven selama 24 jam dengan suhu 70°C. Akar
25
yang sudah memiliki bobot kering yang konstan ditimbang menggunakan
timbangan digital. Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst.
6. Rasio Tunas Akar
Rasio tunas akar merupakan perbandingan antara bobot kering tunas dengan
bobot kering akar, pengamatan dilakukan pada umur 90 hst.
7. LPR (Laju Pertumbuhan Relatif)
Laju pertumbuhan relatif mempunyai fungsi untuk mengukur kemampuan
tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal. Dengan
rumus sebagai berikut:
LPR = ln W2 – ln W1 t2 – t1
Keterangan:
LPR = Laju pertumbuhan relatifW1 = Bobot kering tanaman 70 hstW2 = Bobot kering tanaman 90 hstt1 = Waktu pengamatan 70 hstt2 = Waktu pengamatan 90 hst
Bobot kering tanaman diperoleh dengan cara mengeringkan seluruh bagian
tanaman pada terik matahari sampai layu kemudian dioven selama 24 jam
dengan suhu 70°C, yaitu umur 70 hst pada 2 sampel pertama dan 90 hst pada
2 sampel kedua, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam satuan gram.
g/hari
26
8. Jumlah Akar (buah)
Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah
hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus. Pengamatan
dilakukan dengan cara menghitung seluruh akar yang muncul dari kalus.
Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst.
9. Panjang Akar (cm)
Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah
hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus, sehingga
memudahkan saat pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur
seluruh akar yang terbentuk yang muncul dari kalus sampai ujung akar,
kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi banyaknya akar. Pengamatan
dilakukan pada umur 90 hst.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Persentase Tumbuh Setek Lada
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur tumbuh
berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh, tetapi perlakuan jumlah ruas dan
interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh setek
lada (Lampiran 5).
Tabel 1. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
...............................%............................
Tanpa ZPT 73,80 92,80 90,43 85,68 A
Urine Sapi 92,80 100,00 100,00 97,60 B
Growtone 92,80 95,20 95,23 94,41 B
Rata-rata 86,47 96,00 95,22
BNT Z = 7,83
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
28
Uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT urine sapi
menghasilkan persentase setek tumbuh 13,91 % lebih tinggi dibandingkan tanpa
ZPT, sedangkan jenis ZPT growtone 10,19 % lebih tinggi dibandingkan tanpa
ZPT, tetapi jenis ZPT urine sapi dan growtone memiliki persentase tumbuh yang
sama.
Gambar 1. Dinamika persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda
Dari gambar 1 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki persentase
tumbuh yang berbeda yang dipengaruhi oleh perlakuan jenis zat pengatur tumbuh
dan jumlah ruas, persentase tumbuh tanaman relatif berbeda per minggunya, tetapi
pada minggu ke 7 sampai minggu ke 9 persentase tumbuh relatif sama.
Perlakuan jenis ZPT urine sapi dengan jumlah ruas tiga dan growtone dengan ruas
dua memberikan persentase tumbuh tertinggi pada 31 hst sampai 87 hst.
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
%
Minggu
Persentase Tumbuh
z0r1
z0r2
z0r3
z1r1
z1r2
z1r3
z2r1
z2r2
z2r3
29
4.1.2 Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak
berpengaruh nyata (Lampiran 8).
Tabel 2. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
...............................cm............................
Tanpa ZPT 5,07 8,16 9,09 7,44
Urine Sapi 6,14 7,42 12,04 8,54
Growtone 6,72 9,17 8,37 8,09
Rata-rata 5,98 a 8,25 b 9,84 b
BNT R = 2,35
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa bibit setek dua ruas menghasilkan tinggi
tanaman 37,96 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek
tiga ruas 64,55 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek
dua ruas dan tiga ruas memiliki tinggi tanaman yang sama.
30
Gambar 2. Dinamika tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Dari gambar 2 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki tinggi
tanaman yang berbeda yang dipengaruhi oleh jenis zat pengatur tumbuh dan
jumlah ruas, pertumbuhan tinggi tanaman relatif berbeda per minggunya.
Perlakuan jenis zat pengatur tumbuh urine sapi dan jumlah ruas tiga memberikan
pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada 38 hst sampai 87 hst.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
cm
Minggu
Tinggi Tanaman
z0r1
z0r2
z0r3
z1r1
z1r2
z1r3
z2r1
z2r2
z2r3
31
4.1.3 Jumlah Daun (helai)
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak
berpengaruh nyata (Lampiran 11).
Tabel 3. Jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.............................helai............................
Tanpa ZPT 2,27 3,15 3,81 3,08
Urine Sapi 2,73 3,23 4,23 3,40
Growtone 2.63 3,63 3,59 3,28
Rata-rata 2,54 a 3,34 b 3,88 b
BNT R = 0,70
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa bibit setek dua ruas menghasilkan jumlah
daun 31,50 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek tiga
ruas 52,76 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua
ruas dan tiga ruas memiliki jumlah daun yang sama.
32
Gambar 3. Dinamika jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Dari gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki jumlah
daun yang berbeda yang dipengaruhi oleh jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah
ruas, pertumbuhan jumlah daun relatif berbeda per minggunya.
Perlakuan jenis zat pengatur tumbuh urine sapi dan jumlah ruas tiga memberikan
jumlah daun tertinggi pada 66 hst sampai 87 hst.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
1 2 3 4 5 6 7 8 9
hel
ai
Minggu
Jumlah Daun
z0r1
z0r2
z0r3
z1r1
z1r2
z1r3
z2r1
z2r2
z2r3
33
4.1.4 Bobot Kering Tunas (gram)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh
nyata terhadap bobot kering tunas, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor
tidak berpengaruh nyata (Lampiran 13).
Tabel 4. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.............................gram............................
Tanpa ZPT 0,12 0,24 0,31 0,22
Urine Sapi 0,14 0,24 0,50 0,29
Growtone 0,22 0,23 0,40 0,28
Rata-rata 0,16 a 0,24 a 0,40 b
BNT R = 0,12
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan bobot
kering tunas 66,67 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, dan bibit
setek dua ruas menghasilkan bobot kering tunas 53,33 % lebih tinggi
dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan satu ruas
memiliki bobot kering tunas yang sama.
34
4.1.5 Bobot Kering Akar (gram)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh
nyata terhadap bobot kering akar, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak
berpengaruh nyata (Lampiran 16).
Tabel 5. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.............................gram............................
Tanpa ZPT 7,00 12,33 16,00 11,78
Urine Sapi 7,33 13,33 22,67 14,44
Growtone 14,00 13,33 30,00 19,11
Rata-rata 9,45 a 13,00 a 22,89 b
BNT R = 6,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan bobot
kering akar 76,08 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, dan bibit
setek dua ruas menghasilkan bobot kering akar 37,71 % lebih tinggi
dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan satu ruas
memiliki bobot kering akar yang sama.
4.1.6 Rasio Tunas Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas,
serta interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tunas
akar setek lada (Lampiran 19).
35
Tabel 6. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
Tanpa ZPT 1,83 2,03 2,11 1,99
Urine Sapi 1,83 2,06 2,20 2,03
Growtone 1,53 1,83 1,35 1,57
Rata-rata 1,73 1,98 1,89
4.1.7 LPR (Laju Pertumbuhan Relatif)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas,
serta interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap laju
pertumbuhan relatif bibit lada (Lampiran 22).
Tabel 7. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.............................gram/hari-1........................
Tanpa ZPT 4,10 2,13 2,07 2,77
Urine Sapi 3,93 2,83 3,477 3,41
Growtone 3,83 1,73 4,60 3,39
Rata-rata 3,96 2,23 3,38
36
4.1.8 Jumlah Akar (buah)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah ruas berpengaruh nyata
terhadap jumlah akar, tetapi perlakuan jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar setek bibit lada (Lampiran 25).
Tabel 8. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Rata-rataSatu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.............................buah............................
Tanpa ZPT 2,50 3,67 5,83 4,00
Urine Sapi 1,83 3,33 7,50 4,22
Growtone 4,83 6,33 4,83 5,33
Rata-rata 3,06 a 4,44 a 6,06 b
BNT R = 2,25
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan jumlah
akar 98,04 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek tiga
ruas 36,49 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, tetapi bibit setek dua
ruas dan satu ruas memiliki jumlah akar yang sama.
37
4.1.9 Panjang Akar (cm)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis ZPT dan jumlah ruas tidak
berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi interaksi kedua faktor
berpengaruh nyata (lampiran 28).
Tabel 9. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Jenis ZPT (Z)Jumlah Ruas (R)
Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas
.........................................cm..............................................
Tanpa ZPT2,59 A
a
4,34 A
a
4,97 A
a
Urine Sapi2,04 A
a
2,81 A
a
6,66 A
b
Growtone7,63 B
b
4,47 A
a
4,30 A
a
BNT Interaksi = 2,50
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa bibit yang berasal dari setek satu ruas
akar terpanjang terdapat pada jenis ZPT growtone, sedangkan untuk jenis ZPT
urine sapi akar terpanjang terdapat pada bibit setek tiga ruas.
38
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis ZPT urine sapi 13,91%
memberikan persentase tumbuh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian ZPT,
dan jenis ZPT growtone 10,19 % memberikan persentase tumbuh lebih tinggi
dibandingkan tanpa ZPT . Hal ini diduga karena adanya hormon yang ada dalam
tubuh tanaman maupun zat pengatur tumbuh yang diberikan mampu memacu
proses pertumbuhan. Zat pengatur tumbuh berfungsi mendorong pertumbuhan,
dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap tanaman merangsang
pemanjangan sel dan pembentukan akar sehingga dapat merangsang penyerapan
hara oleh tanaman. Ini sesuai dengan fungsi auksin yaitu sebagai salah satu
hormon pertumbuhan yang memicu terjadinya pembelahan sel, dan pertumbuhan
akar, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pemberian zat
pengatur tumbuh juga dapat merangsang seluruh jaringan tumbuhan dan langsung
meresap melalui akar, batang dan daun (Trisna dkk. 2013 ). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Watijo (2007), perlakuan jenis ZPT (tanpa,
rootone F, stimulan dan air kelapa) dapat meningkatkan persentase tumbuh. Hasil
terbaik diperoleh pada jenis ZPT Rootone F 11,96 % lebih tinggi dibandingkan
jenis ZPT stimulan dan air kelapa.
39
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas (dua ruas dan tiga
ruas) berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tunas,
bobot kering akar dan jumlah akar. Hal ini diduga karena jumlah ruas dan jumlah
daun sangat berkaitan dengan jumlah setek yang tumbuh. Suatu tanaman akan
tumbuh dengan subur apabila elemen yang dibutuhkan cukup tersedia, karena
semakin banyaknya jumlah ruas maka tunas dan akar yang tumbuh akan semakin
banyak. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Fanesa (2011) tinggi tunas,
jumlah daun, bobot kering tunas, bobot kering akar serta jumlah akar sangat
dipengaruhi oleh kandungan bahan makanan dan hormon yang terdapat pada
bahan setek, sehingga semakin panjang setek semakin mampu membentuk akar
tumbuh dan membentuk tunas cukup banyak. Pembentukan akar terjadi karena
adanya pergerakan kebawah auksin, karbohidrat dan zat-zat yang berintegrasi
dengan auksin. Zat-zat ini akan mengumpulkan di dasar setek yang selanjutnya
akan menstimulir pembentukan akar, tunas dan daun. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suradal (2005), menunjukkan bahwa perlakuan
satu ruas, dua ruas, tiga ruas dapat meningkatkan pertumbuhan setek lada yang
ditunjukkan pada peubah tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tunas, bobot
kering akar dan jumlah akar. Hal yang sama diperoleh pada penelitian Ratri
(2013), yang menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas dengan setek satu ruas,
dua ruas dan tiga ruas berpengaruh terhadap pertumbuhan setek. Hasil
pertumbuhan yang terbaik diperoleh pada setek tiga ruas dengan tinggi rata-rata
20,76 cm, jumlah daun 3,80 helai, jumlah akar rata-rata 16 dan paanjang akar rata-
rata 17,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit lada dengan ruas
40
yang lebih banyak (dua ruas,tiga ruas) dapat menghasilkan mutu yang lebih baik
dibandingkan setek satu ruas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jenis
ZPT dan jumlah ruas pada peubah panjang akar. Setek pada satu ruas, akar
terpanjang pada jenis ZPT growtone. Sedangkan untuk jenis ZPT urine sapi akar
terpanjang pada setek tiga ruas. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang
berupa karbohidrat dan nitrogen yang cukup pada ruas dapat meningkatkan
jumlah tumbuh akar, kemudian zat pengatur tumbuh (hormon) yang diberikan
mampu merangsang munculnya akar, sehingga pertumbuhan akar semakin baik.
Jenis zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin mempunyai pengaruh besar
pada pertumbuhan akar setek lada dan memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan akar dibandingkan tanpa menggunakan ZPT . Hal ini sejalan dengan
penelitian Ardaka dkk. (2011), yang menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT
(atonik, IAA, rootone f, air matang) dan jumlah ruas (satu ruas, dua ruas, tiga
ruas), adanya pengaruh interaksi yang berbeda nyata terhadap panjang akar
tanaman tanaman pranajiwa. Akar terpanjang pada jenis ZPT atonik dan jumlah
ruas tiga dengan rata-rata panjangnya 3,37 cm. Hal tersebut disebabkan atonik
merupakan kelompok auksin yang mempengaruhi aktivitas pemanjangan sel
sehingga merangsang pertumbuhan panjang akar. Pemanjangan sel terjadi karena
auksin mempengaruhi pengembangan dan pelenturan dinding sel. Auksin memacu
protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion
H ke dinding sel (Hidayanto dkk. 2007 dalam Ardaka dkk. 2011)
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian jenis ZPT urine sapi dan growtone meningkatkan persentase
setek tumbuh yang sama tetapi lebih baik dibandingkan tanpa ZPT, yang
didukung pada peubah persentase tumbuh.
2. Bibit setek tiga ruas menghasilkan pertumbuhan setek lada lebih baik
dibandingkan bibit setek satu ruas dan dua ruas, yang didukung pada peubah
bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar.
3. Tidak terdapat interaksi antara jenis ZPT dan jumlah ruas terhadap
pertumbuhan setek lada kecuali pada peubah panjang akar setek lada.
42
5.2 Saran
1. Disarankan menggunakan jenis ZPT urine sapi dan growtone untuk
mendapatkan persentase tumbuh terbaik.
2. Disarankan menggunakan bahan setek tiga ruas untuk mendapatkan bobot
kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar terbaik
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan berbagai jenis zat
pengatur tumbuh.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1987. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung Angkasa. 65 halaman
Ahmad, M. 2014. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 20-23 hal.
Amanah, S. 2009. Pertumbuhan Bibit Setek Lada (Piper nigrum L.) pada Beberapa Macam Media dan Konsentrasi Auksin. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. http://core.ac.uk/download/pdf/12346885.pdf. 15 hal. Diakses 20 Mei 2015.
Aji, K. 2010. Pestisida Organik dari Urine Sapi, Bertani Mandiri, Kategori Pestisida, Bulletin Balikabi, Malang 54 halaman
Aguzaen, H. 2009. Respons Pertumbuhan Bibit Setek Lada (Piper nigrum L.) terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. Universitas Andalas. https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/8-hal-36-47-aguzaen.pdf. 38-40 hal. Diakses 20 Mei 2015
Ardaka, I.M., I.G. Tirta dan D.P. Darma. 2011. Pengaruh Jumlah Ruas dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Setek Pranajiwa (Euchresta horsfieldi (Lesch) Benth). Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bali. www.google.co.id. 21 halaman. Di akses 2 Desember 2015.
Armawi. 2009. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Kelapa dan Konsentrasi Air Kelapa pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 27-34 halaman.
Bukori. 2011. Uji Pemberian Growtone dan Plant Catalys 2006 pada Setek Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis). Universitas Pekan Riau. 19 halaman.
Budi, M.A., I. Donowarti, dan Dianto. 2012. Pengaruh Kencing Sapi dan Air Kelapa Muda pada Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Universitas Malang. http://ejurnal.unidha.com/index.php/primordia/article/download/19/33. 25 hal. Di akses 1 Agustus 2015
44
Ditjen Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia, lada. Dept. Per-tanian, Ditjen Perkebunan. Jakarta. 34 hal.
Frank, B.S dan W.R. Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung 37 halaman
Franklin, P., Gardner, R dan Brent Pearce. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia. Jakarta.
Fanesa, A. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Kacang ( Citrus Nobilis L.). UNAND 3 halaman. www.google.co.id. Di akses 27 Desember 2015
Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV. Yasaguna. Jakarta 14-16 halaman
Khodijah dan Muntoro. 2014. Lada (Piper nigrum L.) Sambung Sirih (Piper betleL.) pada berbagai Pelakuan Nomor Ruas Lada. Universitas Bangka Belitung. 8 halaman.
Leovici, H., D. Kastono, dan E.T.S. Putra. 2014. Pengaruh Macam dan
Konsentrasi Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.). Fakultas Pertanian Universitas Gadja Mada Yogyakarta. http://jurnal.ugm.ac.id. 33 hal. Di akses 27 Desember 2015.
Nurhakim, Y.I. 2014. Perkebunan Lada Cepat Panen. Infra Pustaka. Jakarta. 75 halaman.
Pujawati, E.D. 2009. Pertumbuhan Stek Jeruk Lemon ( Citrus Medica ) dengan Pemberian Urin Sapi pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman. Fakultas Kehutanan Unlam. www.google.co.id 9 halaman. Di akses 27 Desember 2015
Rismunandar. 2007. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya. Jakarta 53-57 halaman
Ratri. 2013. Pengaruh Jumlah Ruas dan Pemotongan Daun terhadap Persen Hidup dan Pertumbuhan Stek Pucuk Jabon (Anthocephalus cadamba). Universitas Gadja Mada Yogyakarta. http://jurnal.ugm.ac.id. 43 hal. Di akses 27 Desember 2015.
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 22-30 halaman
Suradal. 2005. Pengaruh Waktu Pematangan Bahan Setek dan Jumlah Ruas terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 1-5 hal.
45
Suprapto dan A. Yani. 2008. Teknologi Budidaya Lada. Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian. Lampung. 1-3 halaman
Sarpian, T. 2001. Lada, Mempercepat Berbuah, Meningkatkan Produksi, dan Memperpanjang Umur. Penebar Swadaya. Jakarta. 34–35 halaman
Setyati, S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar swadaya. Jakarta 18-23 halaman
Saefudin. 2014. Tantangan dan Kesiapan Teknologi Penyediaan Bahan Tanam Mendukung Peningkatan Produktivitas Nasional Tanaman Lada (Piper Nigrum L.). Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar sukabumi. 30-32 hal.
Sari, M.P. 2009. Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin, Benth). Universitas Sebelas Maret Surakarta. www.google .co.id 31 hal. Di akses 1 Desember 2015
Santoso, B. 2001. Pengaruh Bentuk Torehan dan Jenis ZPT terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 21-22 halaman.
Trisna, N., H. Umar, dan Irmasari. 2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona gradis L.F). Universitas Tadulako Palu. http://iccri.net/download/Pelita%20Perkebunan/Vol%2028%20No%202%20Agustus%202. 8 hal. Di akses 27 Desember 2015.
Watijo. 2007. Uji Beberapa Jenis Zat Pengatur Tumbuh pada Setek Lada (Piper nigrum L.) Asal Sulur Panjat dan Sulur Gantung. Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 11 halaman
Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air Kelapa, dan Rootone F terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Markisa (Passiflora Edulis Var. Flavicarpa). Universitas Solok. 7 halaman
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Deskripsi Lada Varietas Natar II (Kerinci)
DESKRIPSI LADA VARIETAS NATAR II (KERINCI)
Asal Koleksi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Panjang Tangkai Daun 25 mmBentuk tangkai daun Bulat TeraturBentuk daun Bulat telur hingga bulat panjangRatio panjang/ lebar 1,85Pertulangan daun Bersirip ganjil, anak tulang daun 6Warna daun Hijau tuaUjung daun Meruncing Kaki daun Tumpul hingga obliquePermukaan daun Berombak Bentuk batang Pipih agak bulatWarna batang muda Ungu kehijauan Panjang ruas batang 68 mmPercabangan TegakPanjang ruas cabang 64 mmSulur gantung/sulur tanah Kurang Jumlah akar lokat Banyak Daya lekat akar Kuat Rata – rata tandan percabangan 11,3Panjang tandan 81 mmSifat pembungaan Bermusim Umur mulai berbunga ± 10 bulanBentuk buah Bulat hingga lonjongWarna buah muda Hijau mudaWarna buah masak Merah jinggaMulai berbunga sampai dengan buah masak
± 7 bulan
Rata – rata buah pertandan 56 butirPersentase buah sempurna 60,4 %Berat 1000 buah kering 57 gramBerat 1000 biji kering 41,8 gramRata – rata hasil 3,53 ton/ha (± 2,5 kg/pohon) lada hitam
keringKetahanan terhadap penyakit Agak peka terhadap penyakit kuning,
rendah sampai peka terhadap busuk
48
pangkal batangKeterangan Dianjurkan tanam dilahan yang tingkat
kesuburannya sedang sampai tinggi, belum tertular penyakit busuk pangkal batang. Untuk Lampung tidak boleh tiang penegak hidup terlalu rimbun daunnya. Tiang penegak harus dipangkas 1 x 4 bulan setinggi ± 3 meter
Peneliti Auzay Hamid, Yang Nuryati, Rusli Kasim, Djiman Sitepu, Panji Laksamanhardja dan Pasril Wahid
Sumber : Kementan RI. 2013
49
Lampiran 2. Tata Letak Percobaan
Ulangan Ulangan Ulangan I II III
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol)z1 : ZPT (Urine sapi)z2 : ZPT (Growtone)r1 : Setek lada satu ruasr2 : Setek lada dua ruasr3 : Setek lada tiga ruas
z1r3
z0r3
z2r1
z0r2
z1r1
z1r2
z2r3
z2r2
z0r1
z1r2
z2r2
z0r3
z2r1
z0r2
z0r1
z2r3
z1r1
z1r3
z0r3
z2r1
z2r3
z1r3
z2r2
z1r1
z0r2
z1r2
z0r1
B
50
Lampiran 3. Tata Letak Tanaman sampel per plot
Keterangan :
X TTanaman 2 sampel lada yang dicabut dan dikeringkan pada 70 hst
X T10 tanaman sampel lada
X TTanaman 2 sampel lada yang dicabut dan dikeringkan pada 90 hst
X X X XXX X
X X X X X X X
51
Lampiran 4. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
.................................% ..................................z0r1 85,70 85,70 50,00 221,40 73,80z0r2 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80z0r3 92,80 85,70 92,80 271,30 90,43z1r1 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80z1r2 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
z1r3 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00
z2r1 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80z2r2 92,80 100,00 92,80 285,60 95,20z2r3 85,70 100,00 100,00 285,70 95,23
Jumlah 835,40 849,80 814,00 2499,20 92,56
Rata-rata 92,82 94,42 90,44
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 33,2 > X2-Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)
Lampiran 5. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Bebas
JumlahKuadrat
KuadratTengah F. Hit F.Tabel
Keragaman
Kelompok 2 72,114586 36,0573 0,5875 tn 3,63Perlakuan 8 1444,4063 180,5508 2,9416 * 2,59Jenis ZPT (Z) 2 685,75348 342,8767 5,5863 * 3,63Jumlah Ruas (R) 2 504,47571 252,2379 4,1095 * 3,63Z & R 4 254,17706 63,5443 1,0353 tn 3,01Acak 16 982,05731 61,3786Non-Aditif 1 483,40084 483,4008 14,5411 * 4,54Sisa 15 498,65647 33,2438
Total 26 2498,578148 KK = 8,46%
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
52
Lampiran 6. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
.........................% .....................
z0r1 1,93 1,93 1,70 5,57 1,86
z0r2 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97
z0r3 1,97 1,93 1,97 5,87 1,96
z1r1 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97
z1r2 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00
z1r3 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00
z2r1 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97
z2r2 1,97 2,00 1,97 5,94 1,98
z2r3 1,93 2,00 2,00 5,93 1,98
Jumlah 17,71 17,77 17,54 53,02 17,67
Rata-rata 1,97 1,97 1,95
Lampiran 7. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat TengahKelompok 2 0,003176 0,001588 0,6718 tn 3,630
Perlakuan 8 0,044947 0,005618 2,3772 tn 2,590Jenis ZPT (Z) 2 0,019513 0,009756 4,128 * 3,630Jumlah Ruas (R) 2 0,014955 0,007478 3,1639 tn 3,630Z & R 4 0,010479 0,00262 1,1085 tn 3,010Acak 16 0,037815 0,002363Total 26 0,085938 KK = 2,48 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
53
Lampiran 8. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
........................... cm ...........................z0r1 6,13 5,88 3,20 15,21 5,07z0r2 7,17 11,31 6,00 24,48 8,16z0r3 10,33 8,16 8,78 27,27 9,09z1r1 6,50 4,53 7,40 18,43 6,14z1r2 8,05 7,28 6,94 22,27 7,42z1r3 17,50 10,15 8,48 36,13 12,04z2r1 4,30 6,81 9,06 20,17 6,72
z2r2 7,43 11,39 8,68 27,50 9,17
z2r3 8,84 8,65 7,63 25,12 8,37
Jumlah 76,25 74,16 66,17 216,58 8,02
Rata-rata 8,47 8,24 7,35
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 10,7 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 9. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 6,289442 3,1447 0,5689 tn 3,63Perlakuan 8 99,159180 12,3949 2,2421 tn 2,59Jenis ZPT (Z) 2 5,471408 2,7357 0,4949 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 67,637421 33,8187 6,1175 * 3,63Z & R 4 26,050350 6,5126 1,1781 tn 3,01Acak 16 88,450424 5,5282Non-Aditif 1 14,579619 14,5796 2,9605 tn 4,54Sisa 15 73,870805 4,9247
Total 26 193,899046 KK = 29,3113 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
54
Lampiran 10. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
......................... cm ...........................
z0r1 2,48 2,43 1,79 6,69 2,23
z0r2 2,68 3,36 2,45 8,49 2,83
z0r3 3,21 2,86 2,96 9,03 3,01
z1r1 2,55 2,13 2,72 7,40 2,47
z1r2 2,84 2,70 2,63 8,17 2,72
z1r3 4,18 3,19 2,91 10,28 3,43
z2r1 2,07 2,61 3,01 7,69 2,56
z2r2 2,73 3,38 2,95 9,05 3,02
z2r3 2,97 2,94 2,76 8,68 2,89
Jumlah 25,71 25,58 24,19 75,48 25,16
Rata-rata 2,86 2,84 2,69
Lampiran 11. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,159276 0,796380 0,5221 tn 3,630
Perlakuan 8 2,973811 0,371726 2,4372 tn 2,590
Jenis ZPT (Z) 2 0,159398 0,079699 0,5225 tn 3,630
Jumlah Ruas (R) 2 2,191544 1,095772 7,1843 * 3,630
Z & R 4 0,622869 0,155717 1,0209 tn 3,010
Acak 16 2,440384 0,152524
Total 26 5,573471 KK = 13,97 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
55
Lampiran 12. Jumlah daun tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
..................... .... helai ...................z0r1 2,75 2,25 1,80 6,80 2,27
z0r2 3,56 3,67 2,22 9,45 3,15z0r3 4,11 3,88 3,44 11,43 3,81z1r1 2,90 2,40 2,90 8,20 2,73z1r2 3,40 2,70 3,60 9,70 3,23z1r3 5,90 3,40 3,40 12,70 4,23z2r1 2,00 2,78 3,11 7,89 2,63z2r2 3,11 4,22 3,56 10,89 3,63z2r3 3,38 4,30 3,10 10,78 3,59
Jumlah 31,11 29,60 27,13 87,84 3,25
Rata-rata 3,46 3,29 3,01
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 6,6 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 13. Analisis ragam jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,897156 0,4486 0,9049 tn 3,63
Perlakuan 8 9,513936 1,1892 2,3991 tn 2,59
Jenis ZPT (Z) 2 0,486810 0,2434 0,4910 tn 3,63
Jumlah Ruas (R) 2 8,123013 4,0615 8,1935 * 3,63
Z & R 4 0,904114 0,2260 0,4560 tn 3,01
Acak 16 7,931132 0,4957
Non-Aditif 1 0,822148 0,8221 1,7347 tn 4,54
Sisa 15 7,108984 0,4739
Total 26 18,342224 KK = 21,6411 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
56
Lampiran 14. Bobot kering tunas tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
........................... gram ...................z0r1 0,11 0,13 0,13 0,37 0,12z0r2 0,16 0,18 0,38 0,72 0,24z0r3 0,38 0,30 0,24 0,92 0,31z1r1 0,19 0,12 0,10 0,41 0,14z1r2 0,29 0,22 0,20 0,71 0,24
z1r3 0,81 0,25 0,45 1,51 0,50
z2r1 0,12 0,22 0,33 0,67 0,22z2r2 0,20 0,25 0,24 0,69 0,23z2r3 0,56 0,28 0,35 1,19 0,40
Jumlah 2,82 1,95 2,42 7,19 0,27
Rata-rata 0,31 0,22 0,27
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 17,9 > X2-Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)
Lampiran 15. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,042140 0,0211 1,4436 tn 3,63Perlakuan 8 0,350363 0,0438 3,0006 * 2,59Jenis ZPT (Z) 2 0,025274 0,0126 0,8658 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 0,274363 0,1372 9,3990 * 3,63Z & R 4 0,233526 0,0127 0,8689 tn 3,01Acak 16 0,233526 0,0146Non-Aditif 1 0,121723 0,1217 16,3308 * 4,54Sisa 15 0,111803 0,0075
Total 26 0,626029 KK= 45,3673%
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
57
Lampiran 16. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
............................. gram ...................
z0r1 0,78 0,79 0,79 2,37 0,79
z0r2 0,81 0,83 0,94 2,58 0,86
z0r3 0,94 0,89 0,86 2,69 0,90
z1r1 0,83 0,79 0,78 2,39 0,80
z1r2 0,89 0,85 0,84 2,58 0,86
z1r3 1,15 0,87 0,98 2,99 1,00
z2r1 0,79 0,85 0,91 2,55 0,85
z2r2 0,84 0,87 0,86 2,56 0,85
z2r3 1,03 0,88 0,92 2,84 0,95
Jumlah 8,05 7,61 7,87 23,54 7,85
Rata-rata 0,89 0,85 0,87
Lampiran 17. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,010732 0,005366 1,3299 tn 3,630Perlakuan 8 0,104099 0,013012 3,2249 * 2,590Jenis ZPT (Z) 2 0,007286 0,003643 0,9028 tn 3,630Jumlah Ruas (R) 2 0,83439 0,041719 10,3394 * 3,630Z & R 4 0,013375 0,003344 0,8287 tn 3,010Acak 16 0,06456 0,004035
Total 26 1,179392 KK = 7,29 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
58
Lampiran 18. Bobot kering akar tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
................... gram ...................z0r1 5,000 9,000 7,000 21,000 7,000z0r2 11,000 15,000 11,000 37,000 12,333z0r3 25,000 14,000 9,000 48,000 16,000z1r1 9,000 7,000 6,000 22,000 7,333z1r2 13,000 20,000 7,000 40,000 13,333z1r3 34,000 11,000 23,000 68,000 22,667z2r1 11,000 14,000 17,000 42,000 14,000z2r2 12,000 10,000 18,000 40,000 13,333z2r3 41,000 18,000 31,000 90,000 30,000
Jumlah 161,000 118,000 129,000 408,000 15,111
Rata-rata 17,889 13,111 14,333
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 12,4 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 19. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 110,888725 55,4444 1,2417tn 3,63Perlakuan 8 1263,333130 157,9166 3,5365 * 2,59Jenis ZPT (Z) 2 247,999832 123,9999 2,7770 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 873,555420 436,7777 9,7816 * 3,63Z & R 4 141,777873 35,4445 0,7938 tn 3,01Acak 16 714,444641 44,6528Non-Aditif 1 337,656049 337,6560 13,4421 * 4,54Sisa 15 376,788592 25,1192
Total 26 18,342224 KK = 44,2209 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
59
Lampiran 20. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
Perlakuan UlanganJumlah Rata-rata
1 2 3
........................ gram ...................z0r1 2,236 3,000 2,646 7,882 2,627z0r2 3,317 3,873 3,317 10,507 3,502z0r3 5,000 3,742 3,000 11,742 3,914z1r1 3,000 2,646 2,449 8,095 2,698z1r2 3,606 4,472 2,646 10,724 3,575z1r3 5,831 3,317 4,796 13,944 4,648z2r1 3,317 3,742 4,123 11,182 3,727z2r2 3,464 3,162 4,243 10,869 3,623z2r3 6,403 4,243 5,568 16,214 5,405
Jumlah 36,174 32,197 32,788 101,159 33,720
Rata-rata 4,019 3,577 3,643
Lampiran 21. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 1,023339 0,511670 0,8305 tn 3,630
Perlakuan 8 18,138723 2,267340 3,6803 * 2,590
Jenis ZPT (Z) 2 3,828217 1,914108 3,1070 tn 3,630
Jumlah Ruas (R) 2 12,509315 6,254657 10,1526 * 3,630
Z & R 4 1,801192 0,450298 0,7309 tn 3,010
Acak 16 9,857072 0,616067
Total 26 29,019135 KK= 20,95 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
60
Lampiran 22. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
z0r1 2,20 1,44 1,86 5,50 1,83z0r2 1,45 1,20 3,45 6,10 2,03z0r3 1,52 2,14 2,67 6,33 2,11z1r1 2,11 1,71 1,67 5,49 1,83z1r2 2,23 1,10 2,86 6,19 2,06z1r3 2,38 2,27 1,96 6,61 2,20z2r1 1,09 1,57 1,94 4,60 1,53z2r2 1,67 2,50 1,33 5,50 1,83
z2r3 1,37 1,56 1,13 4,06 1,35
Jumlah 16,02 15,49 18,87 50,38 1,87
Rata-rata 1,78 1,72 2,10
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 9,6 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 23. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,734350 0,3672 0,9409 tn 3,63Perlakuan 8 1,851588 0,2314 0,5931 tn 2,59Jenis ZPT (Z) 2 1,162932 0,5815 1,4900 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 0,276003 0,1380 0,3536 tn 3,63Z & R 4 0,412654 0,1032 0,2643 tn 3,01Acak 16 6,244110 0,3903Non-Aditif 1 0,555329 0,5553 1,4643 tn 4,54Sisa 15 5,688781 0,3793
Total 26 8,830048 KK= 33,4796 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
61
Lampiran 24. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Perlakuan UlanganJumlah Rata-rata
1 2 3
z0r1 1,64 1,39 1,54 4,57 1,52z0r2 1,40 1,30 1,99 4,69 1,56z0r3 1,42 1,63 1,78 4,83 1,61z1r1 1,62 1,49 1,47 4,58 1,53z1r2 1,65 1,27 1,83 4,75 1,58z1r3 1,70 1,66 1,57 4,93 1,64z2r1 1,26 1,44 1,56 4,26 1,42z2r2 1,47 1,73 1,35 4,56 1,52z2r3 1,37 1,44 1,28 4,08 1,36
Jumlah 13,53 13,34 14,37 41,24 13,75
Rata-rata 1,50 1,48 1,60
Lampiran 25. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,066463 0,033232 0,8470 tn 3,630Perlakuan 8 0,191780 0,023973 0,6110 tn 2,590Jenis ZPT (Z) 2 0,121279 0,060640 1,5455 tn 3,630Jumlah Ruas (R) 2 0,020300 0,010150 0,2587 tn 3,630Z & R 4 0,050201 0,012550 0,3199 tn 3,010Acak 16 0,627785 0,039237
Total 26 0,886028 KK= 12,97 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
62
Lampiran 26. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
............................ gram/hari ...................................
z0r1 3,500 3,500 5,300 12,300 4,100z0r2 1,800 1,400 3,200 6,400 2,133
z0r3 1,500 3,300 1,400 6,200 2,067z1r1 2,200 5,000 4,600 11,800 3,933z1r2 4,000 1,200 3,300 8,500 2,833z1r3 4,600 2,300 3,500 10,400 3,467z2r1 1,200 7,000 3,300 11,500 3,833z2r2 0,700 3,600 0,900 5,200 1,733z2r3 7,200 3,100 3,500 13,800 4,600
Jumlah 26,700 30,400 29,000 86,100 3,189
Rata-rata 2,967 3,378 3,222
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 4,1 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 27. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,734350 0,3672 0,9409 tn 3,63
Perlakuan 8 1,851588 0,2314 0,5931 tn 2,59
Jenis ZPT (Z) 2 1,162932 0,5815 1,4900 tn 3,63
Jumlah Ruas (R) 2 0,276003 0,1380 0,3536 tn 3,63
Z & R 4 0,412654 0,1032 0,2643 tn 3,01
Acak 16 6,244110 0,3903
Non-Aditif 1 1,644456 1,6445 5,3628 * 4,54
Sisa 15 4,599654 0,3066
Total 26 8,830048 KK = 19,5901 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
63
Lampiran 28. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Perlakuan UlanganJumlah Rata-rata
1 2 3....................... gram/hari ...................
z0r1 2,000 2,000 2,408 6,408 2,136z0r2 1,517 1,378 1,924 4,819 1,606z0r3 1,414 1,949 1,378 4,741 1,580z1r1 1,643 2,345 2,258 6,246 2,082z1r2 2,121 1,304 1,949 5,374 1,791z1r3 2,258 1,673 2,000 5,931 1,977z2r1 1,304 2,739 1,949 5,992 1,997z2r2 1,095 2,025 1,183 4,303 1,434z2r3 2,775 1,897 2,000 6,672 2,224
Jumlah 16,127 17,310 17,049 50,486 16,829
Rata-rata 1,792 1,923 1,894
Lampiran 29. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,085824 0,042912 0,2114 tn 3,630
Perlakuan 8 1,854294 0,231787 1,1420 tn 2,590
Jenis ZPT (Z) 2 0,142383 10,071192 0,3508 tn 3,630
Jumlah Ruas (R) 2 1,001053 0,500526 2,4660 tn 3,630
Z & R 4 0,710858 0,177714 0,8756 tn 3,010
Acak 16 3,247512 0,202969
Total 26 5,187630 KK= 24,09 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
64
Lampiran 30. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruasyang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
z0r1 3,000 2,000 2,500 7,500 2,500
z0r2 5,000 4,000 2,000 11,000 3,667z0r3 7,500 6,000 4,000 17,500 5,833z1r1 3,500 1,000 1,000 5,500 1,833z1r2 1,000 5,500 3,500 10,000 3,333z1r3 10,500 5,500 6,500 22,500 7,500z2r1 2,000 4,500 8,000 14,500 4,833z2r2 4,000 9,500 5,500 19,000 6,333z2r3 7,500 3,500 3,500 14,500 4,833
Jumlah 4,519 41,500 36,500 122,000 4,519
Rata-rata 4,889 4,611 4,056
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 4,9 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 31. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 3,240723 1,6204 0,3184 tn 3,63Perlakuan 8 82,574059 10,3218 2,0282 tn 2,59Jenis ZPT (Z) 2 9,185167 4,5926 0,9024 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 40,574055 20,2870 3,9864 * 3,63Z & R 4 32,814835 8,2037 1,6120 tn 3,01Acak 16 81,425941 5,0891Non-Aditif 1 0,593116 0,5931 0,1101 tn 4,54Sisa 15 80,832825 5,3889
Total 26 167,240723 KK= 49,9258 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
65
Lampiran 32. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruasyang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Perlakuan UlanganJumlah Rata-rata
1 2 3z0r1 1,871 1,581 1,732 5,184 1,728z0r2 2,345 2,121 1,581 6,047 2,016z0r3 2,828 2,550 2,121 7,499 2,500z1r1 2,000 1,225 1,225 4,450 1,483z1r2 1,225 2,449 2,000 5,674 1,891z1r3 3,317 2,449 2,646 8,412 2,804z2r1 1,581 2,236 2,915 6,732 2,244z2r2 2,121 3,162 2,449 7,732 2,577z2r3 2,828 2,000 2,000 6,828 2,276
Jumlah 20,116 19,773 18,669 58,558 19,519Rata-rata 2,235 2,197 2,074 6,506 2,169
Lampiran 33. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPTdan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,127079 0,063539 0,2559 tn 3,630
Perlakuan 8 4,384827 0,548103 2,2078 tn 2,590
Jenis ZPT (Z) 2 0,525842 0,262921 1,0591 tn 3,630
Jumlah Ruas (R) 2 2,257151 1,128576 4,5461 * 3,630
Z & R 4 1,601834 0,400458 1,6131 tn 3,010
Acak 16 3,972058 0,248254
Total 26 8,483963 KK= 22,97 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
66
Lampiran 34. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruasyang berbeda
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
..............................cm.........................z0r1 2,080 2,450 3,250 7,780 2,593z0r2 3,110 3,330 6,580 13,020 4,340z0r3 5,510 4,530 4,870 14,910 4,970z1r1 2,600 2,880 0,630 6,110 2,037z1r2 0,550 4,550 3,320 8,420 2,807z1r3 8,580 5,280 6,130 19,990 6,663z2r1 8,500 5,740 8,660 22,900 7,633z2r2 3,110 4,850 5,460 13,420 4,473z2r3 4,820 3,170 4,920 12,910 4,303
Jumlah 38,860 36,780 43,820 119,460 4,424
Rata-rata 4,318 4,087 4,869
Keterangan :z0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r1 : Setek lada satu ruasz1 : ZPT (Urine sapi) r2 : Setek lada dua ruasz2 : ZPT (Growtone) r3 : Setek lada tiga ruas
Uji Homogenitas : X2 – Hitung = 5,0 < X2-Tabel = 15,5 (Data homogen)
Lampiran 35. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat TengahKelompok 2 2,907050 1,4535 0,6958 tn 3,63Perlakuan 8 81,909302 10,2387 4,9013 * 2,59Jenis ZPT (Z) 2 14,836792 7,4184 3,5512 tn 3,63Jumlah Ruas (R) 2 10,847046 5,4235 2,5962 tn 3,63Z & R 4 56,225464 14,0564 6,7288 * 3,01Acak 16 33,423759 2,0890Non-Aditif 1 2,739916 2,7399 1,3394 tn 4,54Sisa 15 30,683843 2,0456Total 26 118,240111 KK= 32,6670 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
67
Lampiran 36. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruasyang berbeda (Transformasi √x+1/2)
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rata1 2 3
....................... cm ...................
z0r1 1,606 1,718 1,936 5,260 1,753
z0r2 1,900 1,957 2,661 6,518 2,173
z0r3 2,452 2,243 2,317 7,012 2,337
z1r1 1,761 1,838 1,063 4,662 1,554
z1r2 1,025 2,247 1,954 5,226 1,742
z1r3 3,013 2,404 2,575 7,992 2,664
z2r1 3,000 2,498 3,027 8,525 2,842
z2r2 1,900 2,313 2,441 6,654 2,218
z2r3 2,307 1,916 2,328 6,551 2,184
Jumlah 18,964 19,134 20,302 58,400 19,467
Rata-rata 2,107 2,126 2,256
Lampiran 37. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi √x+1/2)
Sumber Derajat Jumlah KuadratF. Hit F.TabelKeragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok 2 0,117899 0,058949 0,4405 tn 3,630
Perlakuan 8 4,384432 0,548054 4,0952 * 2,590
Jenis ZPT (Z) 2 0,899786 0,449893 3,3617 tn 3,630
Jumlah Ruas (R) 2 0,726989 0,363494 2,7161 tn 3,630
Z & R 4 2,757657 0,689414 5,1515 * 3,010
Acak 16 2,141262 0,133829
Total 26 6,643593 KK= 16,91 %
Keterangan :tn : tidak nyata* : nyata
68
69
Lampiran 39
Ringkasan Analisis Ragam
Keterangan :
tn : tidak berpengaruh nyata
* : berpengaruh nyata
Jenis ZPT Jumlah ruas Interaksi (Z) (R) (Z X R)
1 Persentase tumbuh * tn tn2 Tinggi tanaman tn * tn3 Jumlah daun tn * tn4 Bobot kering tunas tn * tn5 Bobot kering akar tn * tn6 Rasio tunas akar tn tn tn7 Laju pertumbuhan relatif tn tn tn8 Jumlah akar tn * tn9 Panjang akar tn tn *
No Variabel Perlakuan
70
GAMBAR
71
Gambar 4. Pembuatan Paranet
Gambar 5. Pengayakan Tanah
72
Gambar 6. Media Tanam Tanah
Gambar 7. Media Tanam Sekam Bakar
73
Gambar 8. Pengadukan media tanam tanah + sekam bakar
Gambar 9. Pengisian media tanam ke polibag
74
Gambar 10. Tata letak percobaan
Gambar 11. Bahan Setek (satu satu, dua ruas dan tiga ruas)
75
Gambar 12. Jenis Zat Pengatur Tumbuh (Tanpa,urine sapi & growtone)
Gambar 13. Proses Penanaman
76
Gambar 14. Proses Pemasangan sungkup
Gambar 15. Penyiraman (umur 80 hst)
77
Gambar 16. Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 80 hst
Gambar 17. Pencabutan Tanaman Destruktif Umur 90 hst
78
Gambar 18. Pengamatan Jumlah Akar Dan Panjang Akar
Gambar 19. Penjemuran Tanaman Destruktif 90 hst di Sinar Matahari
79
Gambar 20. Proses Pengopenan Tunas dan Akar
Gambar 21. Penimbangan Bobot Kering Tunas
80
Gambar 22. Penimbangan Bobot Kering Akar
Gambar 23. Sisa Tanaman Keseluruhan
68
Lampiran 38. Jadwal Kegiatan Penelitian
27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 311 Pembuatan paranet2 Pengayakan dan pengisian media tanam ke polibag3 Penyusunan polibag ke tata letak percobaan 4 Persipan jenis ZPT sesuai perlakuan5 Pengambilan bahan setek6 Penanaman7 Penyungkupan
Februari 2016 - Maret 2016Kegiatan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 308 Pengamatan 1 (persentase, tinggi dan jumlah daun)9 Pengamatan 2 (persentase, tinggi dan jumlah daun)10 Pengamatan 3 (persentase, tinggi dan jumlah daun)11 Pengamatan 4 (persentase, tinggi dan jumlah daun)12 Pengamatan 5 (persentase, tinggi dan jumlah daun)
No Kegiatan 01 April 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3113 Pengamatan 6 (persentase, tinggi dan jumlah daun)14 Pencabutan tanaman destruktif 70 hst15 Pengamatan 7 (persentase, tinggi dan jumlah daun)16 Pengamatan 8 (persentase, tinggi dan jumlah daun)17 Pengamatan 9 (persentase, tinggi dan jumlah daun)18 Pencabutan tanaman destruktif 90 hst
No Kegiatan 01 Mei 2016