Upload
vankhuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP
KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY
DISORDER (ADHD)
SKRIPSI
Oleh :
Astrie Cahyasari
201210230311290
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP
KONSENTRASI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY
DISORDER (ADHD)
SKRIPSI
DiajukanKepadaUniversitasMuhammadiyah Malang
sebagaisalahsatupersyaratanuntukMemperolehGelar
SarjanaPsikologi
Oleh :
Astrie Cahyasari
201210230311290
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi : Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
2. Nama Peneliti : Astrie Cahya Sari
3. NIM : 201210230311290
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 11 Desember 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 2 Februari 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dr. Iswinarti., M.Si ( )
Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar., M.Si ( )
2. Hudaniah, M.Si ( )
3. Istiqomah, M.Si ( )
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Iswinarti., M.Si Zainul Anwar., M.Psi
Malang,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Astrie Cahya Sari
NIM : 201210230311290
Fakultas/Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi Anak Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas
Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
Malang, Januari 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi Yang Menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si Astrie Cahya Sari
Materai
Rp. 6000
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Puji
Syukur yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap
Konsentrasi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Iswinarti, M.Si dan Zainul Anwar, M.Psi., selaku Pembimbing I dan Pembimbing
II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
3. Dra. Indrawati, M.Ed beserta terapis di Pusat Terapi Terpadu A Plus, yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
4. Ari Firmanto, S.Psi., M.Si., selaku dosen wali penulis yang telah mendukung dan
memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi UMM yang telah banyak memberikan ilmu dan
masukan selama perkuliahan.
6. Ayah dan Ibu, Tricahyono. S.E dan Endah W Asmorowati yang selalu menyisipkan
nama penulis dalam setiap do’a-do’anya serta curahan kasih sayang yang tiada tara.
Hal ini merupakan kekuatan terbesar bagi penulis untuk terus memiliki motivasi
dalam perkuliahan dan proses skripsi ini.
7. Adikku tercinta, Gamas Cahya Ramadhan. Yang memberikan suport dan motivasi
tiada henti.
8. Rekan bisnis, Muhammad Arya Samudra S.Psi yang banyak memberikan dorongan,
semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-temanku tercinta, Aditya Utomo, Silfiasari, Ratna Danu, Fikhih Kartika,
Delima, Ade Aisyah, Dyah Ayu, Dwi Putri & Trio Bangkit yang selalu memberikan
semangat dan juga membantu proses pengerjaan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku tercinta, Anita Tri, Meiyantika, Allan Denyzhar, Dery Lazuary,
Christie Maharani, Furqan Ramdhan, Laila, Rari Inggararum, Rendy Praditya, &
Genta Paduan yang selalu memberikan nasehat, hiburan, inspirasi dan dukungan tiada
henti.
11. Kakak-kakak tingkatku Revina, Syahra, & Zaldy atas motivasi, dan saran sehingga
peneliti semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
iv
12. Keluarga besar kelas E angkatan 2012 Fakultas Psikologi semoga kedepannya
semakin sukses.
13. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Penulis
menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi
perbaikan karya ini sangat penulis harapkan dan diterima dengan senang hati. Penulis
berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2016
Penulis
Astrie Cahyasari
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
SURAT PERNYATAAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
ABSTRAK 1
LATAR BELAKANG 2
LANDASAN TEORI 5
1. Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)
a. Definisi Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) 5
b. Tipe Attention Deficit Hiperactivity Disorder ADHD) 6
c. Konsentrasi Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) 6
d. Faktor Pengaruh Konsentrasi ADHD 7
e. Kriteria ADHD 8
2. Permainan Tradisional Engklek
a. Definisi Permainan Tradisional Engklek 9
b. Jenis Engklek 10
c. Manfaat dalam Permainan Engklek 10
3. Hubungan Permainan Tradisional Engklek Terhadap Konsentrasi ADHD 11
4. Hipotesis 12
METODE PENELITIAN 12
1. Rancangan Penelitian 12
2. Subjek Penelitian 12
3. Variabel dan Instrumen Penelitian 12
4. Prosedur dan Analisa Data Penelitian 13
HASIL PENELITIAN 14
DISKUSI 19
SIMPULAN DAN IMPLIKASI 21
REFERENSI 22
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian 15
Tabel 2. Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test 15
Tabel 3. Nilai Pre-Test dan Post-Test 15
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir 11
Gambar 2. Desain Penelitian Experimental 12
Gambar 3. Total Nilai Konsentrasi Ketiga Subjek 16
Gambar 4. Perbandingan Aspek Penyelesaian Tugas 16
Gambar 5. Perbandingan Aspek Ketekunan 17
Gambar 6. Perbandingan Aspek Pertahanan Fokus 17
Gambar 7. Perbandingan Aspek Keteraturan 18
Gambar 8. Hasil Observasi Permainan Engklek 18
Gambar 9. Petak Permainan Engklek 58
Gambar 10. Subjek Memasukkan Kelereng Kedalam Gelas 58
Gambar 11. Subjek Bermain Engklek 58
Gambar 12. Peneliti memberikan Intruksi permainan Engklek 59
Gambar 13. Mengurutkan Kelereng pada gelas 59
Gambar 14. Subjek memainkan permainan Engklek 59
Gambar 15. Subjek melakukan lempar holahop 60
Gambar 16. Kedua subjek melakukan suit 60
Gambar 17. Subjek melempar gacu untuk mendapatkan rumah 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Modul Permainan Tradisional 24
Lampiran 2 Lembar Observasi Pre-Test & Post-Test 33
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Tiap Subjek 39
Lampiran 4 Hasil Penelitian Output SPSS 57
Lampiran 5 Dokumentasi 58
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian 62
1
PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KONSENTRASI
ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
Astrie Cahyasari
Fakultas Psikologi, Univeritas Muhammadyah Malang
Kognitif yang dialami anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
kemunduran satu tahun yang dialami anak normal, hal tersebut yang membuat anak susah
berkonsentrasi. Apabila anak ADHD sulit berkonsentrasi akibatnya kurang bisa menangkap
pelajaran disekolah maupun informasi di lingkungannya secara baik. Pada permainan
tradisionalengklek terdapat indikator didalamnya yang mampu meningkatkan konsentrasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainantradisional engklek
terhadap konsentrasi anak ADHD. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen dengan desain variasi objek tunggal. Teknik pengambilan sampel yakni purpose
samping dengan kriteria anak ADHD usia 6-8 tahun, memiliki surat keterangan pemeriksaan
dari pihak terapis yang menyatakan anak ADHD. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisa dengan menggunakan
grafik untuk melihat perbedaan serta uji analisa non paramatrik Wilcoxon. Berdasarkan
anlisis data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa permainan tradisional engklek
memiliki pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi anak ADHD dengan tingkat
kepercayaan 94,6%.
Kata kunci : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), permainan tradisional
engklek.
Cognitive children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) have a one year
setback than normal children. Children with ADHD were hard to concentrate anddifficult to
understand a lesson and information from the neighborhood. To overcome that problem,
hopscoth game need to apply on the children with ADHD since it has the indicators to
increase their concentration. The goals of this research were to understand the effect of
hopscoth games against the children concentration with ADHD. This research was used
single case experimental subject method and purpose sampling technique for children with
ADHD at 6-8th years old which have recommendation letter from their therapist. The data
collection was used observation method. Data obtained from that observation were then
analyzed using graph to observe the differences and non-parametric Wilcoxon test
analysis.Based on the analysis, it can be concluded that hopscoth game influence the
concentration of children with ADHD with convidence level 94,6%.
Keywords : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), hopscoth games.
2
Anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus apabila ia berbeda dengan anak normal pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus memiliki jenisnya masing-masing misalnya autis,
asperger, down syndrome, retardasi metal, ADHD dan lain sebagainya. Anak dengan
kebutuhan khusus perlu ditangani lebih intens daripada anak normal.
Seperti halnya anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan pemusatan perhatian disertai
hiperaktif, yakni gangguan yang dialami pada anak yang dilihat berdasaran ciri-ciri antara
lain hiperaktif, impulsif, dan hal tersebut tersebut tidak dapat menyeimbangkan aktivitas
seseorang yang menderita tersebut (Baihaqi & Sugiarmin,2006). Menurut Laufer, Demmhoff
dan Solomonos Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan hiperkinesis
biasanya ditunjukkan dengan lemahnya penyaringan stimuli yang diproses kedalam otak
sehingga penderita tersebut lebih cenderung kepada rangsangan gerak berlebih atau
hyperaktif. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan
neubehavioral yang umumnya diderita pada masa anak-anak, memanifestasikan pada
kegiatan motorik yang berlebihan atau impulsif, kurangnya perhatian bahkan bisa jadi gejala
keduanya (Kuo & Taylor,2004).
Fenomena tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) belakangan ini, marak
berita di masyarakat mengenai seseorang anak yang dipasung akibat orang tua kurang
memahami hal yang seharusnya dilakukan ketika memiliki anak dengan gangguan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Penanganan anak Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) perlu dilakukan intervensi yang tepat, apabila tidak ada penanganan
terhadap konsentrasi anak yang memiliki gangguanAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) maka seperti yang diberitakan dua orang anak penderita Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) yakni I dan AS (Irwansyah,2011) . Anak tersebut kurang
bimbingan bagaimana melatih konsentrasi yang menggakibatkan teralihnya gerak motorik
berlebih. Akibatnya, motorik yang berlebih cenderung pada perilaku yang agresif, sehingga
orang tua keduanya lebih memilih untuk memasung I dan AS. Hal tersebut menjadi suatu hal
yang memprihatinkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) maupun segala symptom yang dialami, membuat seseorang
lebih menghentikan perilakunya dengan perbuatan yang kurang manusiawi.
Kesalahan penanganan akan membuat perkembangan anak semakin terganggu. Hal tersebut
dikarenakan pemasungan membuat kognitif maupun perkembangan motorik pun tidak
berkembang sesuai dengan umurnya, oleh karena itu perlu dilakukan penanganan khusus
untuk anak penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) maupun gangguan
perkembangan lainnya.
Kognitif yang dialami anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
kemunduran satu tahun diantara anak normal seumurannya. Gerak motorik yang sangat
berlebih, sehingga dalam melakukan segala aktifitas penyaringan stimuli tidak dapat
dilakukan dan dieksplorasi kepada gerak motorik yang berlebihan. Berdasarkan penelitian
Farrelly (2001) mengungkakan bahwa anak denganAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) dapat memiliki dampak dari berbagai segi. Beberapa orang tua yang
memiliki anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)mengungkapkan ketika
seseorang anaknya tidak dapat dikendalikan dalam bidang akademis maupun prestasi,
terdapat permasalahan perilaku dirumah maupun disekolah, misalnya mengganggu teman,
terkadang pula di tempat umum melakukan hal-hal diluar kendali dan mengalami kesulitan
sosial bahkan hingga frustasi serta kurangnya toleransi pada lingkungan sekitarnya.
3
Tidak hanya itu saat ini beberapa orang tua terkadang merasa sedih akibat anak kurang bisa
dikendalikan, dan tak jarang mengalami konflik diri mereka beranggapan telah gagal menjadi
orang tua, merasa tidak bisa mendidik anaknya karena anak berbeda dengan teman
sebayanya. Selain itu apabila anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
apabila tidak dikendalikan maka ia akan membahayakan orang disekitarnya seperti merusak
atau mengobrak-abrik barang di mall, tak jarang biasanya orang tua yang memiliki anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memilih untuk tidak membawa anaknya
jalan-jalan karena takut ia berbuat onar di tempat umum. Padahal seharusnya anak dengan
ADHD perlu juga melakukan interaksi di tempat umum demi perkembangannya. Selain itu
kaitannya dengan gangguan konsentrasi hal yang dibutuhkan oleh anak Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) ialah konsentrasinya, akibat gerak berlebih anak menjadi
susah untuk berkonsentrasi ia cenderung melakukan aktifitas fisik dan berlarian maupun
bergerak kesana kemari. Sehingga perlu adanya penanganan untuk meningkatkan konsentrasi
pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) tersebut.
Saat ini beberapa metode terapi banyak digunakan dalam penanganan pemusatan perhatian
anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), baik farmakologi maupun terapi
behaviour. Penggunaan obat-obatan dalam penanganan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) rupanya tujuan utama bukanlah menyembuhkan hiperaktifnya menjadi
tidak ada sama sekali. Melainkan mereduksi gangguannya tersebut. Untuk meningkatkan
konsentrasi digunakan methylphenidate namun penggunakan apabila digunakan terus
menerus kurang efektif dalam penyembuhan atau terapi untuk Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD). Penggunaan obat-obatan tersebut disertai diet ketat dan memiliki efek
samping antara lain insomnia dan berkurangnya nafsu makan sehingga ketika anakAttention
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami insomnia maka dilakukan pemberian obat
tidur agar bisa tidur (Setyawan, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi dengan
menggunakan obat-obatan nampaknya kurang efektif dan justru memiliki efek kurang baik
apabila digunakan jangka panjang dalam penyembuhan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) secara alami.
Menurut komisi kesehatan mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen anak yang menggunkan
methylphenidate (ritalin) mempunyai perbaikan yang nyata. 50-60 persen anak yang
menggunakan ritalin terlihat memiliki perubahan normalisasi dari perilakunya. Bukan berarti
perilakunya tidak dapat dibedakan dengan anak normal hanya saja anak tersebut
membutuhkan perhatian (paternotte& Buitelaar, 2010). Pengobatan merupakan hal yang
penting dalamAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), namun permberiannya harus
berdasarkan waktu dan pemberian yang tepat ketika anak yang didiagnosa tidak
membutuhkan obat namun tetap diberikan obat untuk penanganannya maka dikhawatirkan
akan membahayakan pada anak tersebut. Beberapa masyarakat memang banyak
membutuhkan obat-obatan untuk penanganananAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) hal tersebut dikhawairkan akan membawa efek ketergantungan pada anak.
Saat ini memang banyak beberapa metode terapi untuk melatih konsentrasi anak ADHD.
bermain pun juga membawa efek terapeutik untuk anak-anak. Berdasarkan penelitian
mengenai play therapy untukAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) (Jafari,dkk
2014) populasi anak yang menderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ialah
mayoritas berjenis kelamin laki-laki, diantaranya mayoritas penderitaAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami gangguan pemusatan belajar,maupun kegiatan
sekolah lainnya. Berdasar hasil yang dilakukan dengan menggunakan axlin play therapy
mengungkapkan bahwa anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) lebih senang
bermain dan cepat menangkap hal maupun instruksi yang didapat karena dalam proses terapi
4
ini subjek tidak merasa bahwa sedang diterapi melainkan ia merasa sedang bermain. Dalam
kegiatan ini bermain memang dapat meningkatkan kegembiraan dan berhubungan dengan
emosi anak. Sehingga mampu membuat anak lebih mudah fokus dalam hal yang kaitannya
membutuhkan konsentrasi.
Terapi bermain terbukti mempunyai hasil yang signifikan terhadap individu dan kehidupan
anak-anak yang telah terdiagnosa dengan ADD, anak yang telah melakukan terapi bermain
menunjukkan bahwa tingkat stress yang dimiliki berkurang, khususnya mengenai kecemasan,
tekanan emosi dan menarik diri. Terapi bermain memiliki dampak positif terhadap gangguan
perilaku yang menyeluruh, permasalahan internalisasi, perilaku bermasalah, konsep diri, self-
efficacy, depresi, kecemasan dan treatment mengenai kepatuhan (Ray, Schottelkorb, & Amp;
Tsai, 2007)
Menurut Tedjasaputra dalam Iswinarti (2010) bermain memiliki fungsi dalam mempengaruhi
aspek fisik motorik kasar maupun halus, serta perkembangan sosioemosi dan kepribadian
anak. Jadi media permainan dapat digunakan bagi pendidik maupun orang tua untuk
mengarahkan anaknya maupun memberikan pembelajaran dengan perantara melalui media
permainan tersebut. Saat ini pada era globalisasi terdapat banyak jenis permainan baik
modern maupun tradisional. Permainan elektronik, permainan anak-anak, maupun dewasa.
Segalanya disesuaikan dengan fungsinya. Dalam aspek motorik maupun sosial, permainan
tradisional memang cukup baik untuk dilakukan. Permainan tradisional mampu memberikan
unsur terapeutik pada seseorang yang melakukannya, salah satunya yakni ketika anak
bermain maka mampu mengurangi kecemasan dan membuat seseorang menjadi tenang,
Selain itu dengan bermain juga mampu melepas tekanan yang ada dalam diri, misalnya
marah, takut dan diperbolehkan untuk mengekspresikan bentuk emosi tersebut dengan media
permainan tradisional ini. Beberapa permainan tradisional pun juga mengandung efek
terapeutik didalamnya.
Di Hindia permainan tradisional sangat diminati baik untuk kalangan menengah atas atau
menengah bawah, terdapat 17 permainan di kota Bihar (Sahay, 2013). Permainan tradisional
di berikan secara turun temurun dari orang tua kepada anaknya. Orang tua memahami bahwa
disaat anak keluar malam untuk bermain dapat dimaklumi karena mereka sadar bahwa
bermain tradisional bermanfaat untuk fisik maupun mental mereka. Di Hindia permainan
menjadi hal yang bermanfaat untuk fisik maupun mental, disisi lain bermain permainan
tradisional merupakan sumber untuk mengembangkan silaturahmi maupun interaksi sosial,
strata sosial pun tidak menghalangi anak-anak di Bihar untuk bermain.
Di Afrika Selatan permainan tradisional masuk dalam kurikulum nasional, berdasarkan
identifikasi permainan tradisional terbukti memiliki empat bidang antara lain bahasa (Africa),
Sejarah dan sosial, budaya, serta orientasi kehidupan. Hal tersebut bertujun demi
menggembangkan potensi peserta didik (Snel,2009)
Di Indonesia kaya akan budaya yang sangat menarik, ber aneka macam jenis permainan
tradisional dan dari tiap daerah telah memiliki permainan yang khas dengan nama-nama yang
beragam. Permainan tradisional mampu melatih motorik gerak, dan membuat anak menjadi
aktif srta mampu membangun kepekaan sosial. Permainan tradisional di desa banyak ditemui
salah satunya adalah Engklek. Pada permainan Engklek melatih gerak motorik misal seperti
jalan menggunakan satu kaki, melompat dan lain-lain selain itu terdapat interaksi sosial
karena perlu melakukan interaksi antara pemain satu dengan pemain yang lainnya. Tak jarang
memang jaman dahulu emosi maupun motorik anak lebih sehat daripada anak pada zaman
sekarang, karena zaman dahulu pun juga lebih banyak anak-anak yang memainkan permainan
tradisional.
5
Kaitannya pada konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila
dilihat dari jenis dan unsur terapeutik didalam permainan tradisional diantaranya menurut
Hughes dalam (Iswinarti, 2010) mengungkapkan bahwa bermain merupakan media
komunikasi yang efektif dan alami karena dalam bermain terdapat interaksi didalamnya,
bermain membuat orang dewasa diperbolehkan untuk masuk dalam dunia anak dan
menunjukkan bahwa mereka diterima di lingkungan permainannya, bermain sebagai media
observasi antara orang tua kepada anak, bermain mengurangi kecemasan, dan memberikan
kesempatan untuk melepas kepenatannya. Maka dapat digunakan dalam melatih konsentrasi
pada anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD). karena terdapat nilai-nilai yang
bermanfaat terhadap permainan tradisional. Dalam (Iswinarti, 2010) menjelaskan bahwa
permainan tradisional merupakan permainan yang telah diturunkan dari beberapa generasi
dan memiliki makna baik dan dampak bagi seseorang yang melakukannya.
Terkait dengan beberapa fenomena di atas permainan tradisional yang dipilih sesuai dengan
kebutuhanAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ialah permainan Engklek.
Permainan Engklek merupakan salah satu permainan tradisional dengan prosedur permainan
menggunakan beberapa kotak yang tersusun sedemikian rupa, peserta Engklek diminta untuk
melewati kotak-kotak tersebut dan tidak boleh menginjak garis dengan melompat
menggunakan satu kaki kemudian membawa gacu untuk dilempar. Dalam pelaksanaannya
pemain melakukan interaksi satu dengan yang lain.
Penggunaan permainan tradisional Engklek tersebut karena dalam permainan Engklek mampu
menimbulkan gerak motorik, konsentrasi dan aktifitas interaksi sosial. Oleh karena itu sesuai
dengan penderitaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dimana dalam
konsentrasiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) mengalami ketidaksesuaian,
sehingga diharapkan dengan dilakukannya Engklek maka dapat mengalihkan
hiperaktifitasnya sehingga mampu berkonsentrasi pada kegiatan belajar maupun kegiatan
lainnya karena dalam beberapa kegiatan seperti strategi maupun konsentrasi dalam melempar
atau menaruh gacu mampu melatih konsentrasi didalamnya.
Dari serangkaian uraian di atas dilakukan permainan Engklek dengan subjek anak normal,
dari sini peneliti tertarik melihat apakah penerapan nya dalam anakAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) memiliki manfaat atau efek yang sama. Kemudian banyak
beberapa terapi untuk meningkatkan konsentrasi permainan anakAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD), apabila dilakukan dengan permainan Engklek apakah
mampu untuk meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD, maka peneliti tertarik untuk
meneliti apakah terdapat pengaruh permainan tradisional Engklek terhadap konsentrasi anak
ADHD.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) berdasakan sejarahnya menurut
Laufer, dkkAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan hiperkinesis
biasanya ditunjukkan dengan lemahnya penyaringan stimuli yang diproses kedalam otak
sehingga penderita tersebut lebih cenderung kepada rangsangan gerak berlebih atau
hiperaktif. Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) merupakan gangguan
neubehavioral yang umumnya diderita pada masa anak-anak, memanifestasikan pada
kegiatan motorik yang berlebihan atau impulsif, kurangnya perhatian bahkan bisa jadi gejala
keduanya. (Kuo & Taylor, 2004).Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
merupakan gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif, yakni gangguan yang dialami
pada anak yang dilihat berdasarkan ciri-ciri antara lain hiperaktif, impulsif, dan hal tersebut
tidak dapat menyeimbangkan aktivitas seseorang yang menderita tersebut (Baihaqi &
6
Sugiarmin, 2006). Menurut Profesor Russell Barkley mengemukakan bahwa unsur utama
pada kondisi seseorang yang mengalamiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
yakni kurangnya kemampuan untuk menghambat perilaku, jadi dalam pemikiran anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah semua beracuan pada masa kini,
sehingga tidak ada pemikiran masa depan atau masalalu, yang ada hanya sekarang (Barkley,
1997). Berdasrkan definisi di atas maka dapat dikatakanAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) merupakan sebuah gangguan perilaku yang memiliki beberapa gejala yakni
pemusatan perhatian dan konsentrasi, impulsifitas dan hiperaktifitas.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya anak dengan diagnosa Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain (Baihaqi & Sugiarmin, 2006) :
a. Faktor Genetika: faktor genetika muncul dari salah satu bahkan keduanya yang
memiliki latar belakang garis keturunan Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), sehingga apabila menikah maka terjadi kemungkinan anak nya mengalami
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pula.
b. Faktor Prenatal : Dalam masa kehamilan akibat ibu mengkonsumsi obat ataupun zat
kimia lain, bisa jadi paparan limbah parik yang mengandung zat kimia berahaya maka
dapat mempengaruhi munculnya anak dengan diagnosa Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD).
c. Faktor keluarga dan lingkungan : permasalahan emosional karena adanya masalah
lingkungan baik dalam keluarga maupun lingkungan sosial yang kerap kali dihadapi
oleh anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
d. Neurobiologi : gangguan emosional sekunder ataupun akibat seringnya menghirup
zat-zat
Tipe Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
Berdasarkan gejalanyaAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) terbagi menjadi 3
Tipe (DSM V-TR, 2013) diantaranya yakni: ADHD tipe Predominan Inatentif,Attention
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) tipe hiperaktif impulsif,Attention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) tipe kombinasi. Tipe Predominan Inatentif dalam individu
ini mengalami kurangnya fokus perhatian yang mendalam namun tanpa adanya hiperaktifitas/
impulsifitas. Tipe hiperaktif-impulsif, dalam tipe ini mengacu pada anak yang mengalami
kesulitan yang lebih dominan adalah memory atau ingatan, dan persepsi gerak jadiAttention
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) pada tipe tersebut lebih cenderung melamun dan
menghindar dari lingkungan sosialnya. Sedangkan pada tipe kombinasi merupakan gabungan
dari kedua tipe jadi gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai 7 tahun dan diwujudkan
paling sedikit dua setting tempat yang berbeda. Gejala tersebut ketika mncul menyebabkan
hambatan yang signifikan dalam kemampuan akademik.
KonsentrasiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
Konsentrasi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan pemusatan perhatian pada
suatu subjek dan mengabaikan atau mengesampingkan subjek lain yang tidak memiliki
keterkaitan pada subjek utama (Supriyo, 2008). Seseorang yang sedang berkonsentrasi
cenderung memusatkan pada satu subjek saja, tidak jarang apabila kita berkonsentrasi maka
akan lebih fokus pada subjek tersebut.
Kegiatan konsentrasi membutuhkan fokus, dalam hal ini disaat seseorang melakukan
konsentrasi tentu perlu adanya atensi. Definisi atensi merupakan sebuah proses kognitif
mngenai penangkapan informasi yang ada disekeliling kita, yang dilakukan melalui panca
indra dengan proses seleksi, sehingga otak kita tidak menerima informasi secara berlebihan
7
atau overload karena kapasitas otak manusia terbatas (Solso, 2008). Kapasitas
neurlogismanusia sangat terbatas untuk menerima stimuli eksternal, sehingga perlu adanya
atensi dalam penyaringan stimuli, dari atensi itu kemudian meningkat dengan melakukan
konsentrasi.
Seseorang dapat dikatakan berkonsentrasi apabila sesuai dengan beberapa ciri-ciri berikut
(Engkoswara, 2012):
a. Perilaku kognitif : perilaku kognitif diantaranya memiliki kesiapan pengetahuan,
komperhensif dalam penyaringan info, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,
dan mampu menganalisi informasi yang diprosesnya.
b. Perilaku afektif : terdapat adanya penerimaan perhatian dan merespon
c. Psikomotor : terdapat gerak anggota badan bahwa ia berkonsentrasi misal mimik
muka, pandangan maata, maupun gerakan non verbal lainnya.
Krawietz (2007) dalam penelitiannya menemukan terdapat faktor kunci yang terkandung
dalam konsentrasi yakni : a) Pengendalian fokus, b)Fokus yang tidak terkontrol, c) Membaca,
& d) Mendengarkan). Jadi menurut krawietz seseorang akan melakukan fokus ketika ia
sedang berada dalam keempat keadaan tersebut. Sedangkan dalam DSM V-TR (Diagnostik
and Statistical Manual of Mental Health Disorder) (2013) dikatakan terdapat diagnosis
khusus pada penderita ADHD dari segi atensi diantaranya kekurangan keteraturan dalaam
penyelesaian tugas, kurangnya ketekunan, memiliki kesulitan dalam pertahanan fokus, dan
kurangnya keteraturan pada diri subjek.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) menurut DSM V-TR (Diagnostik and
Statistical Manual of Mental Health Disorder) (2013), seseorang dapat dikatakanAttention
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila terdapat 6 atau lebih gejala-gelaja dan
bersifat menghambat dalam lingkungan sosialnya. AnakAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, dan konsentrasi. Mereka
cenderung tidak bisa menyaring stimuli-stimuli yang ada disekitarnya dengan berfokus pada
satu hal saja, misalnya ketika disekolah mereka mendengarkan guru mengajar, mereka juga
mendengarkan temannya yang sedang berbicara, serta mendengarkan suara motor dari luar
ruang kelas juga. Sehingga anak tidak mampu untuk berfokus pada satu hal yang dirasa
penting saja. Ia juga bukan hanya melihat guru menjelaskan didepan melainkan melihat orang
diluar kelas berlari, melhat temannya berbicara, dan lain sebagainya. Ketidak mampuan
anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dalam memusatkan perhatian
menjadikannya membutuhkan energi lebih banyak agar dapat berkonsentrasi dengan satu
subjek dan tidak mempedulikan hal yang tidak dirasa penting tersebut. (Paternotte &
Buitelaar, 2010). Ketidakmampuan penderitaAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) dalam pemusatan perhatian tersebut tidak ada kaitan dengan tinggi
rendahnya intelegensi melainkan berkaitan dengan fungsi otak yang bekerja tidak seperti
anak normal.
Faktor Pengaruh Konsentrasi ADHD
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan konsentrasi padaAttention
Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) antara lain (Paternotte & Buitelaar, 2010):
a. Perkembangan sistem inhibisi : umumnya sistem inhibisi mulai diusia dua tahun, dan
usia empat tahun berkembang secara kuat. Lingkungan meminta diusia empat tahun
anak mampu mengontrol perilakunya begitu pula dengan ank usia 6 tahun. Apabila
anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) perkembangan sistem inhibisi
lebih berkembang dengan kapasitas lebih kecil. Sistem penghambatan didalam otak
8
tersebut kurang kuat sehingga anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
cenderung susah mengontrol kegiatan yang dilakukannya.
b. Perbedaan neuro-anatomi : terdapat adanya lapisan pre frontal, korpu kalosum yang
menghubungkan belahan otak kiri dan kanan, serta lebih kecil 5-6% nukleus basalis.
c. Perbedaan neuro-kimiawi : adanya gangguan pada dua sistem neurotrasnmiters yakni
dopamine dan adrenalin.
Kriteria ADHD
A. Menurut kriteria DSM V-TR (2013) seseorang dapat dikatakanAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) apabila memiliki pola kurangnya perhatian,
Hiperaktifitas dan imulsif yang dapat menganggu fungsi pengembangan, yang
memilik karakterisik :
1. Inattention : terdapat 6 atau lebih gejala berikut yang bersifat terus menerus
dengan kurun waktu minimal 6 bulan yang bersifat tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan, dan berdampak negatif pada lingkungan sosial, serta hal akademis
maupun kegiatan kerja. Dengan catatan gejala tersebut tidak semata-mata
memanifestasi dari perilaku yang menentang, permusuhan mupun kegagalan
dalam memahami tugas atau instruksi. Dalam usia remaja dan dewasa (17th-an)
minimal diperlukan 5 gejala untuk mengindikasi bahwa seseorang tersebut
mengalamiAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD).
a. Sering gagal dalam pemberian perhatian secara detail aatau sering ceroboh dan
membuat kesalahan dalam tugas sekolah, tempat kerja atau selama kegiatan
lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam hal mempertahankan perhatian, baik dalam
tugas atau melakukan kegiatan bermain (misal dalam hal kuliah, percakapan,
maupun membaca)
c. Sering tampak seperti tidak mendengar ketika berbicara atau melakukan
percakapan (pikiran tampak ditempat lain bahkan tidak ada gangguan yang
jelas)
d. Sering tidak mengikuti instruksi yang ada, dan gagal untuk menyelesaikan
tugas sekolah, tugas yang sedang dilakuka atau tugas di tempat kerja
(misalnnya mulai mengerjakan namun langsung kehilangan fokus)
e. Sering memiliki kesulitan mengenai pengorganisasian tugas dan kegiatan (
misal kesulitan mengelolah tugas secara berurutan, berantakan dalam menjaga
barang, kerjanya tidak terorganisir, tidak bisaa memanajemen waktu, gagal
memenuhi tenggat waktu)
f. Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlibat dalam tugas tugas yang
membutuhkan hal-hal yang membutuhkan pemikiran berat (misalnya tugas
sekolah atau pekerjaan rumah, pembuatan dan menyelesaikan laporan bentuk
atau membaca koran yang panjang)
g. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas maupun kegiatan
(misal peralatan sekolah, pensil, buku, dompet, kunci, catatan, kacamata, dan
handphone)
h. Sering mudah terganggu oleh rangsangan asing (untuk remaja, dewasa, tidak
berhubungan dengan pikiran)
i. Pelupa dalam kegiatan sehari-hari (misal melakukan tugas, menjalankan tugas
untuk remaja dan dewasa, misal membayar tagihan, melakukan janji dengan
seseorang).
2. Hiperaktivitas dan impulsivitas : enam atau lebih gejala berikut dan berlangsung
terus menerus berlangsung selama minimal 6 bulan bersifat menetap dengan
9
tingkat perkembangan yang membawa dampak negatif pada lingkungan sosial dan
akademis maupun lingkungan kerja atau kegiatan, note: gejala tidak semata
memanifestasi dari perilaku, menantang, permusuhan atau kegagalan dalam
memahami tugas maupun instruksi. Untuk remaja dan dewasa (usia 17 keatas
sekiranya muncul minimal 5 gejala).
a. Sering gelisah dengan memukul-mukul tangan atau menggerak-gerakkan kaki
pada kursi
b. Sering meninggalkan kursi dalam situasi dimana seharusnya ia duduk tenang
(misalnya sering keluar kelas, dikantor, ataupun dalam situasi yang meminta
dia untuk diam ditempat)
c. Sering berlari atau bahkan memanjat ditempat yang tidak tepat. Note: pada
remaja dan dewasa, disaat kemungkinan mereka sedang merasa gelisah)
d. Sering tidak mampu bermain atau terlibat dalam kegiatan yang membtuhkan
seseorang diam.
e. Sering bersifat ”on the go” bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor
(misalnya tidak nyaman ketika berlama-lama dalam beberapa waktu, misalnya
dalam restoran, rapat, dan mungkin gelisah dan sulit mengendalikan diri)
f. Sering berbicara secara berlebihan
g. Sering menjawab langsung pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diucapkan/
menyela (misalnya dalam sebuah percakapan ia langsung menyela
pembicaraan)
h. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran/ tidak sabar (ketika menunggu
antrian secara berbaris)
i. Sering mengganggu orang lain ( dalam percakapan, games, kegiatan atau
berfikir tanpa bertanya atau menerima persetujuan, untuk remaja dan dewasa
mengganggu apa yang dilakukan orang lain).
B. Beberapa gejala gangguan inatensi atau hiperaktif impulsif muncul sebelum usia 12
tahun
C. Beberapa gejala ganggunan inatensi atau hiperaktif-imulsif muncul dalam lokasi dua
atau lebih (mmisal dirumah, disekolah, ditempat kerja, bahkan dengan kerabat
ataupun orang lain)
D. Terdapat bukti nyata bahwa gejala-gejala tersebut mengganggu atau mengurangi
kualitas sosial, akademis, atau keberfungsian di pekerjaan
E. Gejala tidak tejadi secara ekslusif selama skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya
dan tidak sebaiknya dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (misal gangguan
suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, subtansi keracunan atau
menarik diri)
Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional merupakan permainan yang telah diturunkan dari beberapa generasi
dan memiliki makna baik dan dampak bagi seseorang yang melakukannya (Iswinarti, 2010) .
Permainan tradisional memiliki beberapa aspek antara lain kognitif, motorik,dan sosial,
dengan demikian seseorang atau anak yang melakukan kegiatan dolanan atau permainan
tradisional mendapat beberapa manfaat diantaranya mampu bekonsentrasi dalam hal
permainan, menggerakkan tubuh, dan interaksi sosial yang terjadi antar pemain.
Permainan tradisional sangat banyak sekali macamnya yang salah satunya ialah permainan
Engklek. Permainan tradisional telah diajarkan pada sebagian beberapa negara di timur
tengah, mereka menyebut Engklek dengan sebutan Hopscocth bahkan di Kanada permainan
tersebut masuk kedalam kurikulum di sekolah dasar. (Lichman, 2005). Definisi Engklek atau
10
hposcocth merupakan sebuah permainan tradisional yang menggunakan media gambaran
pola kotak-kotak pada lantai yang di gambar sedemikian rupa ditambah dengan gacu sebagai
alat untuk melakukan permainannya, pada umumnya permainan Engklek terdiri dari lebih
dari dua orang dengan mengangkat salah satu kaki dan berjalan melompat. Prosedur yang
tertera pada permainan Engklek biasanya berbeda dari jenis satu di jenis yang lainnya.
Jenis Engklek
Berdasarkan penelitian Iswinarti (2007) ditemukan 11 jenis permainan Engklek antara lain:
a. Engklek bentuk kupingan, kapal balasam, sondah kapal, ebrekan.
b. Engklek bentuk gunung, gunungan
c. Engklek bentuk palang merah
d. Engklek bentuk sorok
e. Engklek bentuk sorok (variasi lain)
f. Engklek Bulet Payung
g. Engklek bentuk orang-orangan
h. Engklek bentuk pa’a
i. Engklek bentuk baling-baling
j. Engklek bentuk TV
k. Engklek Bentuk Menara
Permainan engklek memiliki peraturan yang berbeda setiap jenisnya, salah satunya pada
peraturan permainan engklek pa’a perbedaan nya dengan engklek lain ialah dari segi petak
engklek, serta cara memainkan gacu, yakni dengan cara ditaruh dipunggung tangan, di
pundak maupun di kepala. Selain itu di akhir permainan melakukan gerak dengan kepala
mendongak keatas dan sambil berbicara “pa’a” untuk melewati petak-petak engklek.
Manfaat yang Terkandung Dalam Permainan Tradisional Engklek
Permainan engklek mengandung beberapa manfaat kepada pemainnya. Diantarnya adalah
terdapat manfaat yakni (Iswinarti.dkk, 2008):
a. Melatih perkembangan motorik: dalam permainan engklek mampu melatih
keseimbangan tubuh ketahanan fisik maupun energi.
b. Peningkatan kemampuan kognitif : dalam hal ini kemampuan untuk meningkatkan
konsentrasi maupun kemampuan meningkatkan kreatifitas dalam menyusun strategi
c. Pengembangan sosial : melatih anak dalam hal komunikasi karena adanya interaksi
dalam permainan tersebut, serta sportifitas maupun empati terhadap teman.
d. Memupuk perkembangan emosi : melatih kesabaran maupun pengendalian diri baik
emosi maupun fisik
11
Kerangka Berfikir
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memiliki konsentrasi rendah,
mulanya kurang dalam mempertahankan fokus, tidak mampu menyelesaikan tugas dengan
baik, kurang dalam hal keteraturan, dan ketekunan anak rendah. Anak yang memiliki
konsentrasi rendah diberikan permainan tradisioanl engklek. Kegiatan yang ada pada
permainan tradisional engklek diantaranya melempar gacu dengan tepat sasaran,
mempertahankan gacu agar tidak terjatuh saat melewati petak, dan membuat strategi. Ketiga
kegiatan tersebut melakukan tingkat konsentrasi didalamnya. Sebelum melakukan kegiatan
engklek, mulanya dilakukan pengukuran tingkat konsentrasi dengan kegiatan pre-test dari
kegiatan tersebut dapat dilihat tingkat konsentrasi subjek sebelum diberikan kegiatan
permainan engklek. Setelah diukur tingkat konsentrasi awal kemudian subjek melakukan
permainan engklek dan dilakukan selama ber ulang sebanyak 8 sesi. Setelah bermain engklek
selama 8 sesi telah selesai kemudian dilakukan pengukuran dengan kegiattan post-test, dalam
kegiatan post-test dilakukan kegiatan yang sama dengaan pre-test, bertujuan untuk mengukur
apakah ada perubahan yang meningkat setelah dilakukan permainan engklek. Hal ini
diharapkan konsentrasi yang dimiliki anak dengan ADHD mampu meningkat dan mampu
mempertahankan fokus, menyelesaikan tugas, menjadi lebh teratur dan lebih tekun.
Konsentrasi Rendah
1. Kurangnya focus
2. Tidak mampu
menyelesaikan tugas
3. Tidak teratur
4. Ketekunan rendah
Konsentrasi Meningkat
1. Pertahanan Fokus
2. Penyelesaian Tugas
3. Keteraturan
4. Ketekunan
Permainan Tradisional
Engklek
Permainan engklek :
1. Melempar gacu
2. Mempertahankan gacu
agar tidak terjatuh
3. Membuat strategi
menghadapi lawan.
Melakukan Kegiatan
Bermain Engklek Selama
8 sesi
Post Test Pre Test
12
Hipotesis
Peneliti mengajukan hipotesis penelitian yakni:
Permainan tradisional Engklek mampu meningkatkan konsentrasi anakAttention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD).
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yakni eksperimental, yakni
eksperimen merupakan situasi penelitian yang minimal terdapat satu varible bebas, yang
disebut dengan varibel eksperimental dan dengan sengaja dimanipulasi oleh peneliti
(Sugiyono, 2014). Dalam hal ini variasi yang dilakukan pada eksperimen kali ini ialah variasi
objek tungal (singgel case experimental subject), yang merupakan desain penelitian dengan
menggunakan efek suatu perlakuan dengan kasus yang spesifik dan subjeknya terbatas dan
tidak mungkin untuk dilakukan komparasi antar kelompok. Pada desain ini dilakukan
penelitian dengan melakukan observasi mengenai keadaan subjek sebelum diberi perlakuan/
keadaan subjek sesungguhnya, kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan
kembalipengukuran dengan menggunakan instrumen yang sama saat pretest (Seniati dkk,
2014)
Gambar 2. Desain Penelitian Experimen
Keterangan :
Pengukuran (O1) Merupakan Fase pre-Test
Manipulasi (X) pemberian permainan Engklek
Pengukuran (O2) merupakan fase post-Test setelah pemberian perlakuan
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan ialah anak yang memiliki gangguanAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) berjumlah 3 orang subjek. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan metode purpose sampling yakni kriteria subjek telah ditentukan dan
sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti (Winarsunu, 2006) Subjek yang akan diambil
terbukti terindikasi ADHD dengan kriteria antara lain :
- Memiliki surat keterangan pemeriksaan dari pihak terapis bahwa subjek merupakan
anak dengan gangguan ADHD.
- Telah dilakukan diagnosa bahwa anak tersebut ADHD dari dokter maupun psikolog.
- Anak ADHD usia 6-8 tahun.
- Tidak memiliki gangguan selain ADHD.
Variabel dan Instrumen Penelitian
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 (𝑶𝟏
) → 𝐌𝐚𝐧𝐢𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢 (𝐗) → 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 (𝑶𝟐
)
13
Penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas atau bisa disebut variabel X dan
variabel terikat yang disebut dengan variabel Y. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini
adalah permainan tradisional Engklek, yakni permainan tradisional Engklek adalah permainan
yang merupakan tradisi turun temurun berupa rangkaian pola kotak-kotak yang disusun
sedemikian rupa yang memiliki aturan tertentu, dimana pemain diminta untuk melewati
beberapa kotak dengan cara mengangkat satu kaki dan melompat melewati kotak-kotak
tersebut dengan membawa gacu ditangan, dari start kotak pertama hingga kotak terakhir dan
perserta diminta untuk berbalik arah dan kembali ke kota start dengan melakukan hal yang
sama yaknni menangkat satu kaki dan melompat dengan membawa gacu ditangannya.
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yakni konsentrasi anak Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) definisi konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) ialah kemampuan dalam hal memusatkan perhatian pada satu subjek dan
mengesampingkan subjek lain yang tidak dibutuhkan dengan tujuan agar pemikiran tertuju
pada satu subjek terkait hal belajar tersebut yang dilakukan oleh anak dengan gangguan
atensi dan hiperaktifitas.
Mengamati konsentrasi anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dapat dilihat
melalui bagaimana anak mematuhi peraturan dan isntruksi yang diberikan dapat dilihat
melalui kegiatan menggigit kelereng, memasukkan paku kedalam botol, dan melempar
holahop tanpa melakukan kesalahan saat permainan. Hal tersebut dilakukan dalam 3 sesi,
setiap sesi akan dinilai dan mendapatkan total nilai dari tiap-tiap sesinya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi langsung dengan cara mencatat
beberapa skor yang didapat selama subjek pada pre-test yakni memindahkan kelereng,
Memasukkan paku kedalam botol , dan lempar holahop, dan mencatat tingkah laku yang
dilakukan saat pre-test, kemudian mencatat pula hasil post test. Observasi dilakukan disaat
pre-test, berjalannya treatment, serta post test. Bertujuan untuk mengamati perilaku subjek
dan mencatat hal-hal penting tersebut. Pelaksanaan pre-test dilakukan dengan setting
halaman depan rumah yang akan dilakukan selama satu hari dengan 3 sesi, dan tiap sesinya
akan dicatat sesuai dedngan lembar observasi dan lembar skoring pada table pre-test dan
dilihat berapakah total skor konsentrasi yang dimiliki masing-masing subjek. Padapost
testdilakukan observasi dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan yang
meningkat setelah dilakukan treartment permainan Engklek tersebut.
Prosedur dan Analisa Data
1. Tahap Awal
Langkah penelitian pada tahap awal mulanya peneliti melakukan tahapan persiapan
yakni pembuatan rancangan penelitian berupa latar belakang penelitian serta
pemilihan subjek yang akan dijadikan penelitian. Kemudian melakukan persiapan
mengenai peralatan yang akan dipakai dalam pre-test, post-test serta treartment
Engklek tersebut. Menyiapkan lembar observasi serta melakukan koordinasi kepada
pihak terapi maupun orang tua. Kemudian menggalih informasi tentang subjek kepada
terapis yang menangani anak tersebut. Setelah informasi telah diperoleh kemudian
melakukan pertimbangan apakah anak tersebut sesuai menurut kriteria penelitian atau
tidak. Apabila sesuai maka dilakukan tindak lanjut dengan melakukan koordiinasi
serta orang tua diminta untuk mengisi inform concent.
2. Tahap Pelaksanaan
Subjek yang sesuai dengan kriteria diminta untuk melakukan pre-test terlebih dahulu
dengan tujuan untuk mengukur seberapa tingkat konsentrasi yang dimiliki subjek,
14
waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pre-test adalah 1 hari yang terdiri dari 3
sesi, diantaranya adalah memindahkan kelereng dengan sendok, memasukkan paku
kedalam botol, dan lempar holahop. Kemudian dilakukan skoring pada pre-test dan
menjumlah total nilai keseluruhan, selanjutnya melakukan treatment yakni permainan
Engklek Pelaksanaan treatment dilakukan selama 10 hari dengan 1 sesi tiap harnya
dengan diminta untuk bermain Engklek. Sebelum melakukan treartment subjek
diberikan penjelasan mengenai prosedur yang ada dalam permainan Engklek.
a. Peneliti mempersiapan tempat permainan engklek serta membuat petak-petak
sebagai media permainan engklek.
b. Peneliti mempersiapkan gacu yang dibutuhkan sejumlah pemain (gacu bisa
berupa pecahan genting atau batu kecil)
c. Permainan engklek dilakukan oleh peneliti dan satu subjek
d. Peserta diberitahu tentang prosedur permainan engklek dengan jelas
e. Pada tahap treatment I dan II subjek diminta untuk melempar gacu kemudian
mengambil gacu tersebut dan melakukan lompat dengan satu kaki sesuai urutan,
mulai dari nomor 1,2,3,4, dan melakukan “brek” pada nomor 5
f. Pada treatment III subjek diminta untuk menaruh gacu di punggung tangan
diiringi dengn melompat dengan satu kaki melewati petak-petak
g. Treatment IV subjek diminta untuk menaruh gacu dipundak sambil melakukan
lompat dengan satu kaki, kemudian dilatih pula untuk menaruh gacu di atas
kepala.
h. Treatment V-VIII melakukan permainan engklek secara keseluruhan sesuai
dengan prosedur yang ada.
3. Tahap Akhir
Dalam tahap akhir subjek diberikan post-test pasca pemberian treartment. Dalam hal
ini peneliti melihat kembali bagaimana tingkat konsentrasi yang ada pada diri subjek,
apakah ada peingkatan atau stagnan bahkan mengalami penurunan. Pada pelaksanaan
pos-test peneliti melakukan kegiatan yang sama dengan tahapan pre-test, antara lain
dengan cara diminta untuk memindahkan kelereng dengan sendok, memasukkan paku
kedalam botol, dan lempar holahop, kemudian dilakukan skoring dengan
menjumlahkan nilai tiap sesinya. Kemudian melakukan pengukuran analisa data
dengan membandingkan tingkat konsentrasi sebelum dilakukannya treatment dan
setelah dilakukan treatment. Pelaksanaan post-test dilakukan selama 1 hari dengan 3
sesi.
Setelah beberapa tahapan telah dilakukan selanjutnya melakukan proses analisa data dengan
menggunakan analisis grafik untuk melihat perbedaan perilaku sebelum dan sesudah
melakuka treatment (Latipun, 2008). Dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan
program SPSS for windows ver. 20, yakni analisa nonparamatrik (Subjek < 30 orang)
wilcoxon serta dipaparkan secara deskriptif denggan hasil dari perbandingan dilakukannya
pre-test dan post-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah dilakuka tretatment.
Apabila nilai yang diperoleh subjek lebih besar post-test daripada pre-testnya maka hipotesis
penelitian diterima dan dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh peningkatan konsentrasi
pada subjek.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, dalam pemberian treatment permainan tradisional engklek
terdapat 3 anak ADHD yang dijadikan subjek penelitian. Subjek pertama adalah MZP, subjek
tersebut mulanya mengalami hiperaktifitas melompat, salto dan sering berlari didalam kelas.
15
Menurut shadow, daya tangkap dalam belajar subjek MZP kurang dan suka berlarian didalam
kelas saat guru menerangkan. Subjek yang kedua yakni subjek MAYN, subjek tersebut
mulanya hampir setiap kali akan memulai treatment selalu menangis, bahkan tidak jarang
ketika proses terapi pun menangis kemudian tidak sabar menunggu giilirannya. Pada subjek
FEB, mulanya emosi cenderung tidak stabil, tiap kali melakukan kegiatan selalu
mengomentari apapun hal yang terjadi disekitarnya, selain itu kurang sabar dalam melakukan
kegiatan.
Setelah treatment permainan tradisional engklek dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang
akan dipaparkan melalui beberapa tabel dan grafik. Pada tabel 1 memaparkan mengenai
karakteristik subjek penelitian permainan tradisional engklek yang berisi tentang nama
subjek, Jenis kelamin, tanggal dimulainya penelitian, usia subjek penelitian, kelas, dan lokasi
penelitian yang dilakukan.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Nama Jenis
Kelamin
Usia Kelas Lokasi
Penelitian
MZP L 7 1 Pusat Terapi
ABK A Plus MAYN L 6 1
FEB L 7 2
Pada tabel 1 menunjukkan subjek penelitian sebanyak tiga orang dimana seluruh subjek
berjenis kelamin laki-laki dengan usia subjek MZP dan FEB 7 tahun sedangkan MAYN usia
6 tahun, Ketiga subjek tersebut melakukan kegiatan di pusat terapi ABK A plus dengan
waktu 60 menit tiap satu sesi pertemuan. Waktu yang dilakukan pada kegiatan treatment pada
subjek MZP dan FEB pukul 14.00-15.00 sedangkan subjek FEB pukul 15.00-16.00.
Peneliti melakukan analisis data, dimulai dari memaparkan secara deskriptif menggunakan
grafik kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS dengan analisa uji Wilcoxon
untuk melihat pengaruh pre-test dan post test pada konsentrasi anak ADHD.
Tabel 2. Deskriptif uji wilcoxon data pre-test dan post-test
Total Pre-Test – Post Test
Asymp (2-tailed) 0.109
Berdasarkan hasil uji analisis Wilcoxon pada tabel 2 diperoleh hasil p> 0,05 (p= 0,054). Hasil
tersebut menunjukkan penilaian signifikansi yang terjadi yakni sebesar 0,054 dapat dikatakan
peningkatan konsentrasi dengan taraf kepercayaan yang diperoleh sebesar 94,6 %.
Tabel 3. Nilai Pre test&Post test
16
Nama
Subjek
Pre test Post test
1 2 3 4 Nilai
Total 1 2 3 4
Nilai
Total
MZP 17,5 18,5 17,5 17 70,5 27 31 22,5 26,5 107
MAYN 18,5 20 16 18,5 73 25,5 24 26 29 104,5
FEB 23 22 24 23 93 37,5 40 41 41,5 160
Keterangan
1 = Penyelesaian Tugas
2 = Ketekunan
3 = Pertahanan Fokus
4 = Keteraturan
Pada tabel diatas menjelaskan mengenai nilai pre-test dan post-test pada tiap aspeknya.
Ketiga subjek secara keseluruhan mengalami peningkatan dari pre-test ke post-test, namun
memiliki nilai yang bervariasi pada tiap subjeknya. Penilaian tersebut berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh kedua observer selama masa pre-test, treatment hingga post-
test berakhir.
Gambar 3. Total Nilai Konsentrasi Ketiga Subjek
Hasil total perhitungan konsentrasi yang dilakukan oleh ketiga subjek, diperoleh nilai total
pre test subjek MZP sebesar 70,5 poin dan setelah dilakukan post test nilai konsentrasi
meningkat menjadi 107 poin. Kemudian pada subjek MAYN nilai total konsentrasi pre test
yang dimiliki sebesar 73 poin, kemudian setelah dilakukan post test nilai konsentrasi naik
menjadi 104,5 poin. Berbeda halnya dengan subjek FEB pada subjek FEB nilai total
konsentrasi pada pre test sebesar 93 poin, kemudian setelah dilakukan post test nilai
konsentrasi naik menjadi 160 poin.
70,5 7393
107 104,5
160
0
50
100
150
200
Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB
Total Keseluruhan Nilai Konsentrasi
Pre Test Post Test
17
Gambar 4. Perbandingan Aspek Penyelesaian Tugas
Pada aspek penyelesaian tugas dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada
subjek MZP nilai Post test sebesar 17,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat
menjadi 27 poin. Peningkatan pada aspek penyelesaian tugas juga terjadi dengan subjek
MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 18,5 kemudian setelah
dilakukan post test meningkat menjadi 25,5 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek
penyelesaian tugas yang didapat sebesar 23 poin kemudian setelah dilakukan post test
meningkat menjadi 37,5 poin.
Gambar 5. Perbandingan aspek Ketekunan
Pada aspek ketekunan dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek MZP
nilai Post test sebesar 18,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 31 poin.
Peningkatan pada aspek ketekunan pun terjadi dengan subjek MAYN, pada subjek MAYN
nilai pretest yang didapat sebesar 20 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi
24 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek ketekunan yang didapat sebesar 22 poin
kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 40 poin.
17,5 18,523
27 25,5
37,5
05
10152025303540
Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB
Aspek Penyelesaian Tugas
Pre Test Post Test
18,5 20 22
3124
40
0
10
20
30
40
50
Subjek MZP Subjek MAYN Subjek FEB
Aspek Ketekunan
Pre Test Post Test
18
Gambar 6. Perbandingan Aspek Pertahanan Fokus
Pada aspek pertahanan fokus dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada
subjek MZP nilai Post test sebesar 17,5 kemudian setelah dilakukan post test meningkat
menjadi 22,5 poin. Peningkatan pada aspek pertahanan fokus pun terjadi dengan Subjek
MAYN, pada subjek MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 16 kemudian setelah
dilakukan post test meningkat menjadi 26 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek
pertahanan fokus yang didapat sebesar 24 poin kemudian setelah dilakukan post test
meningkat menjadi 41 poin.
Gambar 7. Perbandingan Aspek Keteraturan
Pada aspek keteraturan dari ketiga subjek mendapatkan hasil yang bevariasi, pada subjek
MZP nilai Post test sebesar 17 kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 26,5
poin. Peningkatan pada aspek keteraturan pun terjadi dengan subjek MAYN, pada subjek
MAYN nilai pretest yang didapat sebesar 18,5 kemudian setelah dilakukan post test
meningkat menjadi 29 poin. Pada subjek FEB nilai pre test aspek keteraturan yang didapat
sebesar 23 poin kemudian setelah dilakukan post test meningkat menjadi 41,5 poin.
17,5 162422,5
26
41
0
10
20
30
40
50
Subjek MZP Subjek A Subjek FEB
Pertahanan Fokus
Pre Test Post Test
17 18,523
26,5 29
41,5
0
10
20
30
40
50
Subjek MZP Subjek A Subjek FEB
Aspek Keteraturan
Pre Test Post Test
19
Gambar 8. Hasil Observasi Permainan Engklek
Pada kegiatan bermain engklek, penilaian observasi dilihat dari bagaimana perkembangan
tiap sesi dalam treatment tersebut. Secara keseluruhan, ketiga subjek mengalami peningkatan
pada tiap sesi treatment namun nilai yang diperoleh oleh tiap subjeknya bervariasi. Dapat
dilihat pada grafik, tampak nilai subjek FEB saat treatment lebih tinggi dibanding kedua
subjek lainnya. apabila dilihat sesi I didapatkan skor 54 poin, kemudian pada sesi II terjadi
peningkatan sebanyak 4 poin, sesi III meningkat sebesar 3 poin, sesi IV naik 5,5 poin, sesi V
terjadi peningkatan 6,5 poin,berikutnya sesi VI terdapat kenaikan 12 poin, sesi VII meningkat
sebanyak 5,5 poin, kemudian sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 7 poin.
Kemudian disusul oleh subjek MAYN dengan mengalami peningkatan secara keseluruhan
dari tiap sesinya diantaranya pada sesi I total skor yang diperoleh adalah 29 poin, kemudian
meningkat pada sesi II sebanyak 8 poin, sesi III terjadi peningkatan nilai 13,5 poin; sesi IV
naik 6 poin; sesi V terjadi peningkatan 10 poin; sesi VI terdapat kenaikan 9,5 poin; sesi VII
sebanyak 2,5 poin, dan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 15,5 poin. Berbeda
halnya dengan subjek MZP, apabila kedua subjek tersebut mengalami peningkatan pada tiap
sesinya, namun pada subjek MZP terjadi penurunan pada sesi ke III. perubahan yang terjadi
ketika treatment pada subjke MZP antara lain sebagai berikut, sesi I didapatkan skor 31 poin;
sesi II terjadi peningkatan seanyak 2 poin; sesi III terjadi penurunan nilai 0,5; IV naik 14
poin; sesi V terjadi peningkatan 1 poin; sesi VI pada sesi tersebut terdapat kenaikan 5 poin;
VII terjadi kenaikaan sebanyak 8 poin; sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 18,5
poin.
DISKUSI
Penelitianmenunjukkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama ±1,5 bulan terdapat
perubahan peningkatan dalam hal konsentrasi pada anak Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) melalui permainan tradisional engklek. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai dari pre-test ke post test pada grafik,dengan taraf kepercayaan berdasarkan
uji analisis Wilcoxonsebesar 94,6 %.
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) DSM V-TR (2013) memiliki
kencenderungan kurangnya daya konsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif. Hal tersebut
31 33 32,5
46,5 45,550,5
58,5
77
2937
50,556,5
65,575 77,5
93
5458 61
66,573
85
95,5102,5
0
20
40
60
80
100
120
S E S I I S E S I I I S E S I I I I S E S I I V S E S I V S E S I V I S E S I V I I S E S I V I I I
HASIL OBSERVASI SAAT BERMAIN ENGKLEK
Subjek MZP Subjek A Subjek FEB
20
berdampak pada penangkapan konsentrasi dalam pembelajaran disekolah DSM V-TR (2013).
Kekurangan konsentrasi menjadikan hambatan dalam menangkap pelajaran maupun
informasi yang ada di sekitar, anak menjadi kurang fokus, tidak mampu menyelesaiakan
tugas, kurang teratur, dan ketekunan yang dimiliki tergolong rendah. Sama halnya dengan
ketiga subjek penelitian, pada subjek MZP menurut shadow subjek mengalami lambat
belajar, sehingga informasi yang diperoleh soleh subjek di sekolah sulit dipahami olehnya.
Tidak jarang tingkat hiperaktivitas muncul ketika disekolah, misalnya melompat, berlari, dan
salto. Kemudian pada subjek MAYN mulanya keteraturan dan ketekunan pun sulit diterapkan
pada dirinya, sesekali mudah menangis dan kurang tekun dalam melakukan sebuah kegiatan.
Biasanya tidak menyelesaikan kegiatan hingga selesai. Pada subjek FEB subjek kurang tekun
dan bersabar. Terkadang pula apabila terdapat stimulus lain subjek langsung mencari sumber
suara. Pada ketiga subjek ini pertahanan fokus yang dimiliki pun rendah, terbukti ketika
diluar ruangan terapis lainnya berbicara ketiganya selalu menoleh keluar ruangan.
Konsentrasi penting untuk di asah, khususnya anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), ketika anak semakin mampu melakukan konsentrasi, maka secara otomatis akan
mampu menangkap pelajaran di sekolah maupun informasi yang diperoleh dari lingkungan
sekitar. Salah satu melatih konsentrasi dengan menggunakan permainan tradisional engklek.
Pada permainan engklek terdapat manfaat yang ada didalamnya, diantaranya permainan
engklek mampu melatih keseimbangan tubuh; meningkatkan kemampuan kognitif;
mengembangkan interaksi sosial; melatih kontrol emosi (Iswinarti.dkk, 2008). Kegiatan
engklek tersebut secara otomatis mengharuskan subjek untuk fokus dan berhati-hati agar
dirinya mampu memenangkan permainan engklek itu sendiri.
Mulanya ketiga subjek diukur seberapa nilai konsentrasi dengan melakukan kegiatan pre-test.
Pada kegiatan pre-test dilakukan sebanyak 3 sesi, mulanya subjek diminta untuk menggigit
kelereng dan menaruhnya ke gelas yang tercantum angka dan diminta mengurutkan,
kemudian melompat engklek dan memasukkan paku kedalam botol, setelah itu melempar
holahop. Tidak jarang ekspresi yang dimunculkan subjek berbeda-beda, ada yang merasa
geram karena tidak tepat sasaran, ada pula yang hampir menyerah karen terlalu lelah. Kedua
observer menilai tingkaat konsentrasi subjek sebelum melakukan permainan engklek. Setelah
pre-test selesai maka dilakukan kegiatan bermain engklek.
Pada kegiatan permainan engklek ketiga subjek melakukan kegiatan yang membutuhkan
konsentrasi, diantaranya cara melempar gacu agar tidak melewati ataupun menginjak garis,
subjek melompat engklek dan berusaha bertahan agar seimbang, kemudian membuat strategi
dalam melawan musuh. Peningkatan konsentrasi pun muncul hal tersebut dilihat dari hasil
observasi tiap sesi ketika bermain engklek. Hal tersebut sesuai dengan indikator permainan
engklek pada penelitian Iswinarti.dkk (2008) apabila dilakukan secara berulang maka akan
mampu meningkatkan perhatian.
Permainan engklekPa’a terdapat aturan berlaku didalamnya antara lain ketika melompat tidak
boleh menginjak garis; menjaga keseimbangan dengan satu kaki;gacu yang dilempar harus
masuk kedalam kotak dan tidak boleh keluar kotak; melompat harus sesuai dengan
urutan;gacu yang diletakkan di punggung tangan; bahu, maupun kepala tidak boleh terjatuh;
dan apabila terjatuh dikatakan mati dan akan digantikan oleh pemain yang lain. Hal tersebut
sesuai dengan kebutuhan anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dalam DSM
V-TR (2013), dikatakan terdapat diagnosis khusus pada penderitaAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD) dari segi atensi diantaranya kekurangan keteraturan dalam
penyelesaian tugas, kurangnya ketekunan, memiliki kesulitan dalam pertahanan fokus, dan
kurangnya keteraturan pada diri subjek. Ketika dilakukan kegiatan engklek dengan beberapa
peraturan yang terkandung didalamnya maka yang terjadi anak tersebut akan memiliki
21
keteraturan yang lebih baik dari sebelumnya, kemudian anakAttention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) dapat menyelesaikan tugasnya. Pada ketekunan biasanya terjadi karena
kurangnya fokus pada anak tersebut, sehingga ketika melakukanpermainan engklek anak
mampu memusatkan perhatian hal tersebut dikarenakan saat melakukan lompat engklek
terdapat peraturan bahwa tidak boleh menginjak garis sehingga membuat anak tersebut lebih
fokus dan berusaha agar melompat di petak secara tepat, dalam keteraturanpun demikian,
ketika melompat anak harus melewati petak secara urut dan tidak boleh acak.
Setelah dilakukan permainan engklek, kemudian dilakukan post-test.pada penilaian post-test
terbukti konsentrasi yang dialami oleh ketiga subjek meningkat dari beberapa aspek,
diantaranya pertahanan fokus yang mulanya kurang mampu mempertahankan fokus selalu
memandang keluar tiap mendengar suara-suara, kemudian mampu menyelesaikan tugas tanpa
mengeluh dan menggerutu, ketiga subjek mampu melakukan kegiatan secara teratur serta
tekun. Dalam penelitian in terbukti memiliki pengaruh peningkatan konsentrasi anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) ketika diberikan permainan tradisional
engklek.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Hinduan (2015) mengungkapkan bahwa permainan
tradisional engklek mampu meningkatkan konsentrasi pada anakAttention Deficit
Hyperactivity Disorder(ADHD), Penelitian ini juga meneliti tentang permainan engklek
dengan subjek anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), hal yang diteliti
kaitannya juga dengan konsentrasi anak ADHD. Penelitian eksperimen ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan kosentrasi pada anak Attention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD) ketika diberikan permainan engklek terutama pada perempuan. Hasil
penelitian ini menunjukkan gambaran berdasarkan uji analisis grafik bahwa terdapat
perbedaan peningktan konsentrasi dari pre-test ke post-test.
Terdapat juga variable lain yang mempengaruhi konsentrasi Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD), Berdasar hasil yang dilakukan dengan menggunakan axlin play therapy
mengungkapkan bahwa anakAttention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) lebih senang
bermain dan cepat menangkap hal maupun instruksi yang didapat karena dalam proses terapi
ini subjek tidak merasa bahwa sedang diterapi melainkan ia merasa sedang bermain. Dalam
kegiatan ini bermain memang dapat meningkatkan kegembiraan dan berhubungan dengan
emosi anak (Jafari,dkk 2014). Pada penelitian tersebut terbukti penggunakn metode axlin
play therapy mampu memberikan pengaruh sebesar 36% peningkatan konsentrasi pada anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Dengan berbagai paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan berarti penelitian tidak
memiliki kekurangan. Berbagai keterbatasan muncul pada penelitian ini, terlebih pada proses
kegiatan treatment. Pada kegiatan treatment dilakukan didalam ruangan dikarenakan cuaca
yang kurang mendukung, serta kekurangan lain yakni faktor lingkungan ramainya lokasi
treatment membuat subjek lebih memaksimalkan untuk memusatkan perhatian pada
permainan engklek. Terlebih ketika banyak anak lain berjalan mengganggu subjek yang susah
dikendalikan. Kelemahan penelitian ini terutama pada faktor ketidak hadiran subjek ke
tempat terapi, beberapa subjek terkadang tidak masuk dan hal tersebut membuat jadwal
penelitian diundur.
22
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil peneliitian dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek
memiliki pengaruh dalam meningkatkan konsentrasi anak Attention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD). Ketiga subjek yang cenderung aktif dan kurang stabil dalam pengendalian
emosi mampu mengontrol dirinya dan lebih mampu berkonsentrasi. Hal tersebut dikarenakan
seringnya diberikan permainan engklek yang terdiri dari beberapa aturan yang harus dipatuhi
membuat subjek lebih berkonsentrasi didalamnya demi memenangkan sebuah permainan.
Implikasi dari penelitian ini yatu diharapkan bagi orang tua maupun terapis menjadikan
alternatif permainan tradisional engklek sebagai terapi bagi anak dalam meningkatkan
konsentrasi khususnya anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD). Bagi peneliti
selanjutnya hendaknya mengembngkan penelitian ini dengan mengggunakan permainan
engklek dengan jenis yang berbeda pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) karena memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan aturan yang berbeda pula.
Selain itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan permainan
tradisional engklek sebagai terapi bagi gangguan perkembangan dengan lainnya selain
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
REFERENSI
American Psychiatric Assosiation. Highlights of Changeform fom DSM-IV TR to
DSM-V TR. United States : American Psychiatric, 2013 : 97-102.
Astuti, Arini Yuli. (2010). Kumpulan Games Cerdas Kreatif. Yogyakarta : Pustaka
Anggrek
Baihaqi, M., Sugiarmin, M. (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD.
Bandung. PT Relfika Aditama
Barkley,R. (1997). ADHD and the Nature Selft Control. Clevand OH: Therapeutic
Resourche Company.
Darmeyeti, dkk. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan
Traidisional Pada Anak Usia 5-6 Tahun.Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Denny Irwansyah, Dokter ahli jiwa sesalkan anak hiperaktif dipasung (2011.25 Oktober)
http://news.okezone.com/read/2011/10/25/340/520140/dokter-ahlijiwasesalkan-anak-
hiperaktif-dipasung
Farrelly, Geraldine. (2001). The canadian of journal : ADHD. Canada.
Iswinarti, Fasicahah, S. S., & Sulismadi. (2008). Permainan anak tradisional sebagai model
peningkatan kompetensi sosial anak usia sekolah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
Tahun II. Malang: Lembaga Penelitian UMM.
Iswinarti, (2010). Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional:Engklek Pada Anak
Usia Sekolah Dasar.Malang.
23
Jafari.M, Nasirian.M, Bafrooee.K.B, (2014). Effectiveness of the training, play
therapy Axlin approach on improving children's coping with attention deficit
hyperactivity disorder, attention deficit. Technical Journal of Engineering and
Applied Sciences4 (3): 170-175, 2014.
Krawietz, Sabine Anna. (2007). Concentration: Construct Refinement And Scale
Development(A thesis submitted to the Department of Psychology). Thesis,
Masters of ArtsThe University of West Florida, Florida.
Kuo, Frances., Faber Taylor. (2006). A Potential Natural Treatment for Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder: Evidence From a National Study. America.
APAC.
Lichman, S. (2005). Dari Hopscotch ke Siji: Generasi-generasi bermain dalam
lingkungan lintas budaya. Editor: Yovita Hadiwati. Permainan anak-anak
zaman sekarang. Jakarta: PT. Grasindo.
Paternotte.A, Buitelaar. J, (2010). Attention Defici Hyperactivity Disorder
(ADHD),Jakarta,Prenada.
Ray, D., Schottelkorb, A., & Tsai, M-H. (2007). Play therapy with children exhibiting
symptoms of Attention Deficit Hyperactivity Disorder. International Journal of
Play Therapy, 16, 95-111.
Sahay, Sarita. (2013). Traditional Games Of Bihar. Folklore Eel Journal Folklore, 54.
Schaefer Charles E., Kaduson Heidi., Hall Tara. M (2002) Fifteen Effective Play
Therapy Techniques. Professional Psychology Research and Practice, 33 (6)
Snel, Chaterin. (2009). African Museums Using Culture for the Development of
Children and Youth. The Creative Museum.4.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :Alfabeta
Suliha siti., Fitriasari P.K., Kurnia, Iqlima Dwi, (2014). Flip Flop Game
Meningkatkan Konsentrasi Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) Jurnal: Psychiatry Nursing Journal, 3 (2).
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang.
Solso, R. L., Maclin. O.H,. Mavlin, M.K, (2008) Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan.
Jakarta : Erlangga.
Setyawan, agung budi, (2010) Aspect Neurogical Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD)
25
MODUL
TREATMENT ENGKLEK
Pengantar
Kognitif yang dialami anak ADHD merupakan kemunduran satu tahun diantara anak
normal seumurannya. Karena gerak yang sangat berlebih tersebut sehingga dalam
melakukan segala aktifitas penyaringan stimuli tidak dapat dilakukan dan dieksplorasi
kepada gerak motorik yang berlebihan. Penanganan ADHD untuk meredakan
hiperaktifitasnya terdapat beberapa macam, bisa dengan menggunakan farmakologi
maupun terapi perilaku. Salah satunya dengan terapi bermain tradisional engklek,
Permainan Engklek merupakan salah satu permainan tradisional dengan prosedur
permainan menggunakan beberapa kotak yang tersusun sedemikian rupa, dan peserta
Engklek diminta untuk melewati kotak-kotak tersebut dan tidak boleh menginjak garis
dengan melompat menggunakan satu kaki dan membawa gacu untuk dilempar. Dalam
pelaksanaannya pemain melakukan interaksi satu dengan yang lain.
Penggunaan permainan tradisional Engklek tersebut karena dalam permainan Engklek
mampu menimbulkan gerak motorik dan aktifitas interaksi sosial. Oleh karena itu sesuai
dengan penderita ADHD dimana dalam konsentrasi ADHD mengalami ketidaksesuaian,
sehingga diharapkan dengan dilakukannya Engklek maka dapat mengalihkan
hiperaktifitasnya sehingga mampu berkonsentrasi pada kegiatan belajar maupun kegiatan
lainnya.
Tujuan
Permainan tradisional engklek ini bertujuan untuk melihat pakah terdapat pengaruh pada
konsentrasi anak ADHD apabila diberikan treatment berupa permainan tradisional, karena
pada dasanya permainan engklek memberikan manfaat yang banyak dalam beberapa aspek
yang berguna bagi konsentrasi anak ADHD.
Manfaat Penelitian
a. Untuk memberi referensi terapi kepada pendamping maupun terapis ADHD
b. Lebih memahami mengenai peningkatan konsentrasi pada anak ADHD
c. Melestarikan permainan tradisional engklek sebagai media terapi yang
menyenangkan
d. Memberikan intervensi yang tepat dalam penangannan konsentrasi untuk anak
ADHD
e. Memberikan terapi yang menyenangkan untuk anak ADHD
Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini iala terapis dan pendamping anak ADHD, karena penelitian
ini diharapkan mampu memberikan referensi terapi lain yang menyenangkan serta mampu
mengembangkan untuk anak berkebutuhn khusus lainnya.
Rundown Kegiatan
Pertemuan Kegiatan Tempat
Pre-test Sesi 1 : memindahkan kelereng
Sesi 2 : memasukkan paku kedalam botol
Halaman Tempat Terapi
26
Sesi 3 : melempar holahop
I Pemberian Treatment I & II Halaman Tempat Terapi
II Pemberian Treatment III Halaman Tempat Terapi
III Pemberian Treatment IV Halaman Tempat Terapi
IV-VIII Pemberian Treatment V dengan bermain
engklek secara keseluruan
Halaman Tempat Terapi
Post-Test Kegiatan seperti Pre-test Dalam Kelas
TREATMENT I & II
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah menjelaskan prosedur permainan engklek
kemudian melakukan lempar gacu dan mengambil gacu dengan melakukan lompat satu
kaki seusuai dengan aturan. Diharpkan pada treatment ini subjek mampu berlatih dalam hal
melempar gacu dan mampu memahami intruksi. Tidak hanya itu kemampuan melompat
dalam permainan membuat subjek nantinya lebih total dan lebih meyenangkan ketika
melakuka permainan engklek. Tujuan dari treatment ini ialah agar subjek mampu untuk
belajar melempar gacu agar lebih mudah dalam melakukan permainan engklek.
Alat yang Dibutuhkan
f. Gacu (berupa patahan genting atau beling)
g. Petak engklek
h. Lembar observasi
i. Alat tulis
Waktu
45 menit
Aturan Treatment I & II
1. Subjek diminta untuk melempar gacu dan tidak boleh melewati garis batas engklek
2. Subjek diminta untuk melewati petak-petak engklek dan tidak boleh menginjak atau
melebihi garis yang tersedia.
3. Subjek melakukan engklek dengan cara mengangkat satu kaki dan berjalan
melewati petak
Aspek yang Dikembangkan
j. Aspek konsentrasi dan motorik
Prosedur Treatment I & II
I. Pembuka
a. Peneliti mengucapkan salam kepada anak
b. Peneliti menjelaskan maksud kegiatan hari itu
c. Peneliti mennyakan kabar kepada subjek
d. Sebagai pemula kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdoa
e. Menanyakan apakah sudah siap untuk melakukan permainan
II. Inti
a. Peneliti mengajak subjek kearah petak-petak engklek
b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur permainan engklek
c. Subjek diminta untuk melakukan lompatan dengan menggunakan salah satu
kaki diangkat dan melewati petak-petak
27
d. Peneliti mengajarkan lompat dengan satu kaki dengan benar
e. Peneliti mengajarkan untuk mengambil gacu dengan mengangkat satu kaki
III. Penutup
a. Peneliti memberikan salam pertanda telah berakhir treatment
b. Peneliti memberitahukan bahwa diadakan pertemuan selanjutnya pada hari
dan jam yang telah ditentukan
c. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pendamping, subjek maupun
observer atas partisipasinya
d. Peneliti menutup sesi dengan doa
TREATMENT III
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah menjelaskan prosedur permainan engklek
kemudian menaruh gacu dipunggung tangan dan melompat dengan satu kaki melewati
peta-petak seusuai dengan aturan. Diharpkan pada treatment ini subjek mampu berlatih
dalam hal mempertahankan gacu agar tidak jatuh ketika melompat dan mampu memahami
intruksi. Tidak hanya itu kemampuan melompat dan konsentrasi dalam permainan
membuat subjek nantinya lebih total dan lebih meyenangkan ketika melakuka permainan
engklek. Tujuan dari treatment ini ialah agar subjek mampu untuk belajar mempertahankan
gacu ditanganagar tidak jatuh dan lebih mudah dalam melakukan permainan engklek.
Alat yang Dibutuhkan
a. Gacu (berupa patahan genting atau beling)
b. Petak engklek
c. Lembar observasi
d. Alat tulis
Waktu
45 menit
Aturan Treatment III
1. Subjek diminta untuk mempertahankan gacu di punggung tangan dan apabila jatuh
maka dianggap mati.
2. Subjek diminta untuk melewati petak-petak engklek dan tidak boleh menginjak atau
melebihi garis yang tersedia.
3. Subjek melakukan engklek dengan cara mengangkat satu kaki dan berjalan
melewati petak
Aspek yang Dikembangkan
Aspek konsentrasi dan motorik
Prosedur Treatment III
I. Pembuka
a. Peneliti mengucapkan salam kepada anak
b. Peneliti menjelaskan maksud kegiatan hari itu
c. Peneliti menanyakan kabar kepada subjek
d. Sebagai pemula kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdoa
e. Menanyakan apakah sudah siap untuk melakukan permainan
II. Inti
28
a. Peneliti mengajak subjek kearah petak-petak engklek
b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur permainan engklek pada pertemuan
kali ini
c. Subjek diminta untuk melakukan lompatan dengan menggunakan salah satu
kaki diangkat dan melewati petak-petak
d. Peneliti mengajarkan lompat dengan satu kaki diiringi dengan menaruh
gacu di punggung tangan dengan benar
III. Penutup
a. Peneliti memberikan salam pertanda telah berakhir treatment
b. Peneliti memberitahukan bahwa diadakan pertemuan selanjutnya pada hari
dan jam yang telah ditentukan
c. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pendamping, subjek maupun
observer atas partisipasinya
d. Peneliti menutup sesi dengan doa
TREATMENT IV
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah menjelaskan prosedur permainan engklek
kemudian subjek diminta untuk melakukan loncat dengan menaruh gacu dipundak.
Kegiatan kali ini diminta untuk menjaga konsentrasi dengan melompat dan berkonsentrasi
agar gacu yang diletakkan di pundak dan di kepala tidak jatuh.
Alat yang Dibutuhkan
a. Gacu (berupa patahan genting atau beling)
b. Petak engklek
c. Lembar observasi
d. Alat tulis
Waktu
45menit
Aturan Treatment IV
1. Subjek diminta untuk melakukan lompat engklek seperti sebelumnya
2. Subjek diminta untuk melewati petak-petak engklek ditambah dengan menaruh
gacu di pundak.
3. Subjek melakukan engklek dengan cara mengangkat satu kaki dan berjalan
melewati petak
4. Subjek melakukan engklek dengan menaruh gacu dikepala dan mempertahankan
keseimbangan
Aspek yang Dikembangkan
Aspek konsentrasi dan motorik
Prosedur Treatment IV
I. Pembuka
a. Peneliti mengucapkan salam kepada subjek
b. Peneliti menjelaskan maksud kegiatan hari itu
c. Peneliti mennyakan kabar kepada subjek
d. Sebagai pemula kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdoa
29
e. Menanyakan apakah sudah siap untuk melakukan permainan
II. Inti
a. Peneliti mengajak subjek kearah petak-petak engklek
b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur permainan engklek
c. Peneliti memberi contoh untuk meletakkan gacu dipundak sambil melompat
d. Selanjutnya peneliti memberi contoh meletakan gacu di kepala
e. Subjek diminta untuk meletakan gacu dipundak sembari dengan melompat
engklek melewati petak sesuai aturan treatment sebelumnya
f. Hal tersebut dilakukan pengulangan hingga subjek mampu melalukan dengan
benar
III. Penutup
a. Peneliti memberikan salam pertanda telah berakhir treatment
b. Peneliti memberitahukan bahwa diadakan pertemuan selanjutnya pada hari dan
jam yang telah ditentukan
c. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pendamping, subjek maupun
observer atas partisipasinya
d. Peneliti menutup sesi dengan doa
TREATMENT V
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah melakukan permainan engklek secara
keseluruhan. Subjek diminta untuk melakukan permainan engklek secara lengkap mupai
dari melempar gacu, melakukan lompat engklek, menaruh gacu dikepala, pundak maupun
punggung tangan. Dalam hal ini diharapkan subjek mampu memahami instruksi dan bisa
berkonsentrasi dalam melakukan permainan.
Alat yang Dibutuhkan
a. Gacu (berupa patahan genting atau beling)
b. Petak engklek
c. Lembar observasi
d. Alat tulis
Waktu
45menit
Aturan Treatment V
1. Subjek diminta untuk melakukan lompat engklek tidak boleh melewati garis batas
2. Subjek tidak boleh melempar gacu melebihi batas garis
3. Apabila melebihi batas garis maka dikatkan mati
4. Subjek tidak boleh menjatuhkan gacu ketika dibawa di punggungtangan, maupun
pundak dan kepala apabila jatuh maka dianggap mati
5. Tidak boleh menginjak omah musuh
Aspek yang Dikembangkan
Aspek konsentrasi dan motorik
Prosedur Treatment V
I. Pembuka
a. Peneliti mengucapkan salam kepada subjek
30
b. Peneliti menjelaskan maksud kegiatan hari itu
c. Peneliti mennyakan kabar kepada subjek
d. Sebagai pemula kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdoa
e. Menanyakan apakah sudah siap untuk melakukan permainan
II. Inti
a. Peneliti mengajak subjek kearah petak-petak engklek
b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur permainan engklek secara
keseluruhan
c. Peneliti memberi dalam permainan engklek, prosedur terlampir
d. Subjek diminta untuk melakukan hal yang sama oleh peneliti
e. Hal tersebut dilakukan pengulangan hingga subjek mampu melalukan
dengan benar hingga di beberapa hari selanjutnya
III. Penutup
a. Peneliti memberikan salam pertanda telah berakhir treatment
b. Peneliti memberitahukan bahwa diadakan pertemuan selanjutnya pada hari
dan jam yang telah ditentukan
c. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pendamping, subjek maupun
observer atas partisipasinya
d. Peneliti menutup sesi dengan doa
31
CONTOH POLA PERMAINAN ENGKLEK PA’A
Cara permainan engklek bentuk pa’a ini adalah sebagai berikut (iswinarti,2008):
1. Permainan diawali dengan melompati kotak no 1 kemudian dilajutkan pada kotak no
2 dengan cara mengangkat salah satu kaki (kanan atau kiri) setelah itu melompat ke
kotak no 3 dan 4. Pada kotak no 5 pemain menginjak kotak tersebut dengan kedua
kakinya yang disebut “brek”
2. Kemudian pemain kembali kebawah dengan cara yang sama seperti yang diatas.
3. Ketika sampai kotak no 2 pemain berhenti sebentar untuk mengambil beling dengan
posisi kaki yang tetap.
4. Setelah selesai mengambil belng tersebut pemain menginjak kotak no 1 sama
carannya seperti tadi. Kemudian pemain keluar dari area permainan.
5. Permaian dilanjutkan dengan melempar beling pada kotak no 2,3dan ke 4 caranya
sama seperti yang diatas.
6. Ketika sampai kotak no 5 pemain harus menginjak beling tersebut sebelum
mengambilnya.
7. Setelah selesai mengambil beling pemain kembali kebawah dengan cara beling diatas
di punggung tangan dan berjalan seperti wal tadi.
8. Kemudian pemain menaruh beling dipundak, dan berjalan biasa pada setiap kotak
tidak mengangkat satu kaki, jadi saat kaki kanan beada pada kotak no 1 maka kaki
kiri berada pada kotak no 2 begitu seterusnya.pada saat kotak no 5 pemain tetap
melakukan “brek”.
9. Setelah berhasil dipundak beling ditaruh dikepala dengan cara seperti yang diatas.
10. Setelah berhasil di kepala pemain menaruh beling dikaki sebelah kanan sambil
diayun pelan-pelan. Dan tetap melakukan “brek” pada kotak no 5, lalu kembali
kebawah dengan cara yang sama.
11. Setelah itu pemain melakukan pa’a, yaitu berjalan pada desain permainan dengan
wajah yang diangkat keatas dan berjalan biasanya dengan mengangkat satu kaki jadi
saat kanan berada di kotak no 1, kaki kiri berada di kotak no 2 begitu lseterusnya.
Setelah berhasil pemain melakukan “uncal’ atau membuat rumah dengan cara berdiri di
luar desai permainan dengan posisi membelakangi desain permainan tersebut dan beling
ditaruh diatas tangan kanan dan di lempar kebelakang tempat jatuhnya beling tersebut
merupakan rumah pemain jika jatuhnya tepat pada desain kotak atau tidak keluar garis.
1
4
3
2
5
32
Lembar Observasi Treatment Engklek
Nama Subjek :
Hari/ Tanggal :
Kegiatan : Treatment ________
Keterangan :
Semakin menuju kearah angka 9 maka dapat dikatakan konsentrasi tinggi, namun apabila
semakin menuju kearah 1 maka dapat dikatakan konsentrasi rendah.
Dalam satu kali treatment, subjek melakukan 3 kali percobaan. Tiap percoban dihitung
seberapa banyak subjek melakukan kesalahan. Semakin sedikit melakukan kesalahan maka
semakin baik tingkat konsentrasinya.
NO KETERANGAN RENTANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Subjek mampu menjaga pandangan
(fokus)
2 Subjek memperhatikan ketika diberi
instruksi
3 Terdapat kontak mata antara peneliti
dan subjek
4 Subjek mampu memahami intruksi
yang dijelaskan
5 Subjek tidak merasa bosan dengan
kegiatan tersebut
6 Subjek melakukan kegiatan dengan
hati-hati
7 Subjek mampu mengikuti permainan
engklek dari awal
8 Subjek tidak mengeluh
9 Subjek tidak melakukan kesalahan
dalam permainan
10 Subjek mampu menyelesaikan
permainan dengan sungguh-sungguh
11 Subjek melempar gacu secara tepat
sasaran
12 Subjek mampu merancang strategi
13 Subjek melakukan kegiatan sesuai
prosedur yang diberikan
14 Subjek tidak bertanya atau
kebingungan mengenai apa yang
dilakukan pada tahapan selanjutnya
15 Subjek mampu mengingat prosedur
yang ada
16 Subjek menyimpan gacu dengan
hati-hati
34
Instrumen Pre-Test & Post Test
Pengantar
Pada kegiatan memindahkan kelereng, memasukkan paku kedalam botol, dan melempar
holahop mampu melihat konsentrasi anak karena kegiatan tersebut membutuhkan
koordinasi antara bagian tubuh satu dengan lainnya. Apabila kegiatan dilakukan dengan
sungguh-sungguh maka anak dapat dikatakan mampu berkonsentrasi karena koordinasi
bagian tubuh seimbang (Astuti, 2010).
Kegiatan memindahkan kelereng digunakan lajur lintasan, tiap peserta diminta untuk
menggigit sendok yang berisi kelereng dan melewati lajur tersebut dengan benar, apabila
kelereng terjatuh ditengah jalan maka diminta untuk kembali dari titik start. Kemudian
memasukkan kelereng pada gelas yang diisi nomor yang diacak. Kegiatan ini mampu
mengukur bagaimana subjek mampu menyelesaikan tugas mulai start hingga finish dengan
benar dan menyelesaikannya. Kemudian ketekunan dapat dilihat dari cara subjek
melakukan kegiatan secara hati-hati atau subjek tergesa dalam melakukannya karena anak
ADHD cenderung kurang tekun dalam melakukan tugas. Kemudian pertahanan fokus
karena pada kegiatan ini membutuhkan koordinasi dari mulut, mata dan kaki. Keteraturan
pun juga dapat dinilai dari cara subjek memasukkan kelereng kedalam gelas, dilihat dari
benar atau tidaknya subjek memasukkan kelereng pada gelas yang terdapat angka
didalamnya.
Kegiatan memasukkan paku dalalam botol digunakan lajur dengan 4 petak, subjek diminta
untuk melakukan lompat dengan satu kaki untuk melewati petak tersebut kemudian
berbalik badan dan diminta untuk memasukkan paku kedalam botol. Kegiatan ini mampu
mengukur konsentrasi karena dilihat dari bagaimana subjek mampu menyelesaikan tugas
hingga selesai sampai paku masuk kedalam botol, kemudian dilihat dari ketekunan subjek
untuk berusaha memasukkan paku kedalam botol karena harus penuh hati-hati.
Kemampuan pertahanan fokus juga terdapat dalam permainan ini, dilihat dari apakah
subjek mampu memusatkan perhatian pada paku dan botol agar cepat masuk, ataukah
melihat stimulus lainnya. Kemudian dilihat dari kemampuan subjek melompat secara
berurutan apakah sesuai prosedur dengan teratur atau justru tidak sesuai aturan
Kegiatan melempar holahop mulanya subjek diminta untuk berdiri pada jarak 1 meter dari
botol, kemudian subjek diminta melemparkan holahop yang bertuliskan angka 1-5 secara
berurutan dimulai dari nomor 1. Pada kegiatan ini dapat dilihat dari kemampuan subjek
dalam menyelesaikan tugas, pertahanan fokus yang dilihat dari banyaknya holahop yang
masuk kedalam botol membuktikan bahwa subjek mampu memertahankan fokusnya.
Keteraturan dapat dilihat dari kemampuan subjek melempar holahop sesuai dengan urutan
yang tersedia. Ketekunan dilihat dari kesabaran subjek dan pandangan yang berhati-hati
dalam melakukan lemparan holahop pada botol.
Alat yang Dibutuhkan
a. Sendok
b. Kelereng
c. Botol kaca
d. Paku
e. Benang
f. Lingkran Holahop
g. Lembar Observasi& alat tulis
h. Alat Perekam
35
Waktu
30 Menit
NO SESI KEGIATAN WAKTU
1 I memindahkan kelereng 10 Menit
2 II memasukkan paku kedalam botol 15 Menit
3 III melempar holahop 5 Menit
Aturan Pre-test
1. Subjek diminta untuk melakukan kegiatan sesuai prosedur yang diajukan peneliti
2. Dalam proses pre-test diruangan terdapat satu pendamping, observer, peneliti, dan
subjek
3. Subjek dilarang memulai kegiatan sebelum terdengar aba-aba “mulai” dari peneliti
4. Apabila subjek telah menyelesaikan sesi pertama maka diperbolehkan untuk lanjut
pada sesi berikutnya.
Kategori Penilaian :
1 Sangat rendah dan sama sekali tidak bisa mengikuti kegiatan
2 Rendah dan bisa mengikuti treatment namun hanya 20 persen kegiatan dan selalu dituntun oleh terapis
3 Sedikit rendah, merupakan tingkat peralihan, masih bisa mengikuti proses treatment namun butuh
diingatkan berkali-kali bahkan tiap kegiatan (100% kegiatan diarahkan terus menerus) melakukan
beberapa kesalahan yang konstan dan berulang
4 Sedang kategori kurang, mampu mengikuti kegiatan walaupun beberapa melakukan kesalahan namun
mampu memperbaiki, butuh diingatkan secara berulang namun sesekali subjek mampu mandiri tanpa
diingatkan.
5 Cukup, subjek mampu mengikuti kegiatan sepenuhnya dengan sesekali diingatkan, dan intensitas
melakukan kesalahan 45% dari proses berjalannya kegiatan
6 Sedang peralihan tinggi, subjek hampir tidak diingatkan oleh orang lain dan mampu melakukan kegiatan
dengan lancar
7 Cukup tinggi, Subjek melakukan kegiatan 20 persen melakukan kesalahan dan sudah tidak diingatkan lagi
oleh orang lain dan bisa melakukan kegiatan sendiri sesuai intruksi
8 Tinggi, subjek mampu melakukan kegiatan dengan intensitas kesalahan 10 persen dan sama sekali tidak
perlu diingatkan lagi oleh orang lain dalam kegiatan tersebut
9 Sempurna, subjek mampu melakukan kegiatan dengan sangat baik dan tidak melakukan kesalahan serta
sama sekali tidak diingatkan oleh orang lain baik terapis maupun observer.
36
Nama Subjek :
Observer :
Hari/ tgl :
Kegiatan : Pretest / Post Test
I. Memindahkan Kelereng
a. Menggigit sendok yang diatasnya diberi kelereng
1. Penyelesaian tugas : kemampuan subjek dalam menggigit sendok yang berisi
kelereng apakah subjek mampu melakukannya tanpa bantuan atau tidak
2. Ketekunan : kemampuan subjek dalam hal menggigit sendok, apakah subjek
mampu mengendalikan emosi dan mempertahankan kegiatan tersebut.
3. Kemampuan mempertahankan fokus : pandangan atau kontak mata subjek
dalam kegiatan menggigit sendok
b. Berjalan menuju botol sambil menggigit sendok berisi kelereng
1. Penyelesaian tugas : kemampuan subjek untuk mempertahankan kelereng
apakah sampai pada tujuan
2. Ketekunan : kemampuan ketika berjalan bahwa subjek mampu berjalan secara
hati-hati dan berusaha menyelesaikan kegiatan
3. Mempertahankan fokus : kemampuan mempertahankan pandangan disini
subjek berusaha memusatkan perhatian terhadap kelereng agar tidak terjatuh,
dilihat dari tiap menitnya
Mengabaik
an tugas
tersebut
Mampu
menyelesaikan
tugas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bosan dan
meletakkan
sendok di
lantai
Sangat tekun
dan antusias
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak bisa
bertahan
kurang dari
30 detik
Pandangan
fokus pada
kelereng 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengabaik
an kegiatan Dilakukan
hingga selesai
secara baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bosan dan
meninggalk
an kegiatan
Mampu
menyelesaikan
dengaan tekun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
selalu
melihat
stimulus
lain
Selalu
mempertahankan
pandangan ke
kelereng 1 2 3 4 5 6 7 8 9
37
4. Keteraturan : dilihat dari bagaimana subjek berjalan ataukan sesuai rute yang
disediakan atau tidak
c. Memasukkan kelereng kedalam botol
1. Penyelesaian tugas : dilihat dari bagaimana subjek dalam memasukan kelereng,
apakah mampu atau tidak
2. Ketekunan : ketahanan subjek dalam melakukn kegiatan, apakah subjek merasa
bosan dengan kegiatan tersebut atau tidak, dilihat dari maksimal 5 menit subjek
dapat diktakan tekun dalam memasukkan kelereng
3. Kemampuan mempertahankan fokus : kontak mata apakah subjek
mengarahkan pandangan dalam kurun waktu lama (>1 menit atau justru
melihat stimulus lainnya)
4. Keteraturan : Melakukan kegiatan sesuai prosedur dan intruksi
d. Subjek diminta memasukkan kelima kelereng kedalam kotak yang telah disediakan
nomornya
1. Keteraturan : keteraturan dilihat dari apakah subjek melakukan sesuai dengan
tahapan yang di intruksikan.
II. Memasukkan Paku Kedalam Botol
a. Melakukan Lompat Engklek
1. Penyelesaian tugas : kemampuan subjek dalam menyelesaikan tugas, apakah
mampu melalui kegiatan lompat engklek dengan rangkaian prosesnya atau
tidak.
Berjalan
seenaknya
tanpa alur
Berjalan
mengikuti alur
yang ada 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
mampu
menyelesai
kan
Mampu
selesai tanpa
hambatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Meninggalk
an kegiatan Mampu
menyelesaikan
dengan tenang 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak fokus fokus
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
sesuai
intruksi
Sesuai dengan
intruksi yang
ada 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
mampu
sama sekali
Berhasil
dengan
sempurna 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
mampu
sama sekali
Berhasil
dengan
sempurna 1 2 3 4 5 6 7 8 9
38
2. Ketekunan : dilihat dari bagaimana subjek mampu melompat engklek dengan
baik, dikatakan baik apabila subjek mampu melakukan dalam jangka waktu
lebih dari 60 detik
3. Kemampuan mempertahankan fokus : apakah pandangan subjek tertuju pada
petak engklek atau justru pada stimulus yang tidak berhubungan dengan
kegiatan, penilaian dilihat dari seberpa sering subjek melihat stimulus luar.
4. Keteraturan : penilaian dilihat berdasarkan apakah subjek melakukan kesalahan
dari kegiatan tersebut
b. Memasukkan paku kedalam botol
1. Penyelesaian tugas : penilain dilihat dari seberapa lama subjek mampu
menyelesaikan tugas tersebut, apabila lebih dari 15 menit, maka penyelesaian
subjek termasuk kategori kurang, namun semakin cepat subjek dapat
menyelesaikan tugas tersebut maka semakin tinggi nilai yang diberikan
2. Ketekunan : dilihat dari kemampuan subjek, kesabaran dalam menyelesaikan
tugas tersebut. Semakin tekun dan sabar maka akan semakin tinggi nilai subjek
3. Kemampuan mempertahankan fokus : dilihat dari bagaiman subjek
memusatkan pandangan pada paku dan berusaha memasukkannya, semakin
tampak subjek memusatkan perhatian maka semakin tinggi nilai yang
didapatkan
Tidak tekun Ketekunan
tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fokus
rendah Pertahanan
fous tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sangat
tidak teratur Tingkat
keteraturan
tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penyelesaia
n tugas
rendah
menyelesaikan
tugas dgn
sempurna 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketekunan
rendah Ketekunan
tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertahanan
fokus
rendah
Kemampuan
mmprthnkn
fokus tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
39
III. Lempar Holahop/ Ring
a. Menuju pos selanjutnya
1. Keteraturan : penilaian berdasarkan bagaimana subjek melakukan kegiatan,
teratur ataukah tidak, terdapat peringatan karena lupa atau tidak.
b. Melempar holahop pada botol
1. Penyelesaian tugas : Penilaian dilihat dari kemampuan subjek seberapa waktu
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan kegiatan tersebut. Seberapa banyak
holahop yang tepat sasaran
2. Ketekunan : penilaian dapat dilihat dari ketahanan subjek dalam sebuah
permainan apakah subjek mampu bertahan lebih dari 5 menit, apabila lebih dan
semakin tinggi maka diberikan nilai yang tinggi, namun apabila rendah maka
diberikan nilai yang rendah pula
3. Kemampuan mempertahankan fokus : pertahanan fokus dilihat dari pandangan
subjek, apakah subjek memusatkan perhatiannya pada holahop atau justru
sesekali memalingkan dan mengarahkan pandangannya pada kegiatan lain atau
orang lewat disekitar.
4. Keteraturan : penilaian berdasarkan bagaimana subjek memasukkan holahop
yang sesuai dengan nomor yang ada, apakah dimasukkan sesuai nomor atau
tidak
Tidak
teratur
sesuai
intruksi
Sangat teratur
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
mampu
menyelesai
kan tugas
Penyelessaika
n tugas baik &
sesuai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketekunan
rendah Ketekunan
tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fokus
rendah Fokus tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak
teratur Keteraturan
tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
40
SUBJEK I (MZP)
Tabel 1. Grafik observasi pre test & post test observer I
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer I
kepada subjek MZP, terdapat peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses
observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan
tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan
fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek
MZP 17 poin, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 28 poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek MZP sebanyak 20 point,
sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 31 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 20 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 23 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
16 point dan post test sebanyak 21 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer I pada subjek MZP menunjukkan
terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal tersebut dilihat pada
penyelesaian tugas terdapat peningkatan 17 point, pada aspek ketekunan terdapat
peningkatan 11 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan 3 point, dan pada
aspek keteraturan terdapat peningkatan 5 point.
17
20 20
16
28
31
2321
0
5
10
15
20
25
30
35
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
41
Tabel 2. Grafik hasil treatment observer I
Pemberian treatment permainan tradisional engklek dilakukan sebanyak 8 sesi, berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan observer I pada subjek MZP didapatkan hasil antara lain,
pada pemberian sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu agar tepat sasaran, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh subjek
sebesar 31 point, pada sesi II kegiatan yang dilakukan yakni mempertahankan gacu
dipunggung sambil melompat engklek, terdapat peningkatan nilai sebesar 2 point dengan
total nilai yang diperoleh pada sesi II 33 point, Kemudian pada sesi III kegiatan yang
dilakukan yakni menaruh gacu pada kepala dan pundak dalam sesi kali ini juga terjadi
peningkatan sebanyak 3 point dan hasil nilai total yang diperoleh 35 point, Sesi IV-VIII
melakukan permainan engklek secara keseluruhan dan hasilnya pada sesi IV terjadi
peningkatan sebesar 14 point dengan total nilai yg diperoleh pada sesi IV sebanyak 49
point. Namun terjadi sedikit penurunan pada sesi V sebanyak 3 point, pada treatment
tersebut total nilai yang didapat adalah 46 point. Pada sesi VI peningkatan point pun terjadi
lagi, dalam sesi tersebut terjadi peningkatan sebanyak 5 point, dengan total nilai sebanyak
51 point. Sama halnya dengan sesi VII, dalam kegiatan treatment tersebut terjadi
peningkatan sebanyak 7 point dan total nilai sebesar 58 point. Pada sesi terakhir yakni sesi
VIII terdapat kenaikan yang cukup tinggi yakni 16 point dari sesi yang sebelumnya, dalam
kegiatan treatment tersebut subjek memperoleh skor 74 point.
Jadi dari sesi I-VII yang dilakukan subjek didapatkan perubahan dan terjadi kenaikan nilai
pada tiap sesi yang dilakukan kecuali sesi V.
3133
35
4946
51
58
74
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S IL T R E ATMENT
Total Nilai
42
Tabel 3. Grafik observasi pre test & post test observer II
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer II
kepada subjek MZP, terjadi peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses observasi
terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan tersebut
terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan fokus,
dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek MZP
18 poin, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 26 poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek MZP sebanyak 16 point,
sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 31 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 15 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 22 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
18 point dan post test sebanyak 32 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer II pada subjek MZP
menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal
tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 8 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 15 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat
peningkatan 7 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 14 point.
1816 15
18
26
31
22
32
0
5
10
15
20
25
30
35
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Observer II
Pre test Post Test
43
Tabel 4. Grafik hasil treatment observer II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 31 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang
dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek,
berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 2 point dari sesi yang
sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 33 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukana dalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi penurunan nilai 3 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 30 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 14 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 44 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 1 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 45 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 5 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 50 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 9 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 59 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 21 point, dengan total nilai
yang diperoleh adalah 80. Jadi berdasarkan treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi
VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya, terkecuali pada sesi III.
31 3330
44 4550
59
80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
HASIL TREATMENT
Total Nilai
44
Tabel 5. Grafik observasi pre test & post test observer I & II
Berdasarkan hasil rata-rata skor observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh
observer I & II kepada subjek MZP, terdapat peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam
proses observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam
kegiatan tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan,
pertahanan fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang
didapat subjek MZP 17,5 poin, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian
tugas adalah 28 point.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan sebanyak 18 point, sedangkan
nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 31 point. Pada aspek pertahanan fokus
total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 17,5 point kemudian pada tahap post
test sebanyak 22,5 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak 17 point dan
post test sebanyak 26,5 point.
Jadi berdasarkan rata-rata skor hasil observasi yang dilakukan observer I & II pada subjek
MZP menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal
tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 9,5 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 13 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat
peningkatan 5 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 9,5 point.
17,5 18 17,5 17
27
31
22,5
26,5
0
5
10
15
20
25
30
35
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
45
Tabel 6. Grafik hasil treatment observer I & II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Berdasarkan hasil rata-rata skor observer I dan II maka diperoleh hasil
sebagai berikut. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 31 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang
dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek,
berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 2 point dari sesi yang
sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 33 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukan adalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi penurunan nilai 0,5 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 32,5 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 14 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 46,5 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 1 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 45,5 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 5 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 50,5 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 8 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 58,5 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 18,5 point, dengan total nilai
yang diperoleh adalah 77. Jadi berdasarkan rata-rata nilai dari hasil observasi obbserver I
& II, treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi VIII terdapat peningkatan pada tiap-
tiap sesinya, terkecuali pada sesi III.
3133 32,5
46,5 45,550,5
58,5
77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
HASIL TREATME N T
Total Nilai
46
SUBJEK II (MAYN)
Tabel 1. Grafik observasi pre test & post test observer I
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer I
kepada subjek MAYN, terjadi peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses
observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan
tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan
fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek
MAYN 18 point, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 27
poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek MAYN sebanyak 18
point, sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 23 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 17 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 26 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
18 point dan post test sebanyak 28 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer I pada subjek MAYN
menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal
tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 12 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 5 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan
9 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 10 point.
18 1817
18
27
23
2628
0
5
10
15
20
25
30
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
47
Tabel 2. Grafik hasil treatment observer I
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek MAYNdalah melompat
engklek dan melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 28 point, kemudian pada sesi II
kegiatan yang dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat
engklek, berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 10 point dari
sesi yang sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 38 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukana dalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 11 point
dari sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 49 point. Pada sesi
IV-VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 10 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 59 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 5 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 64 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 10 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 74 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 3 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 77 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 15 point, dengan total nilai
yang diperoleh adalah 92. Jadi berdasarkan treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi
VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya.
28
38
49
5964
7477
92
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S I L T R E A T ME NT
Total Nilai
48
Tabel 3. Grafik observasi pre test & post test observer II
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer II
kepada subjek MAYN, terjadi peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses
observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan
tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan
fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek
MAYN 19 point, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 24
poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek MAYN sebanyak 22
point, sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 25 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 15 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 26 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
19 point dan post test sebanyak 30 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer II pada subjek MAYN
menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal
tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 5 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 3 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan
11 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 11 point.
19
22
15
19
24 25 26
30
0
5
10
15
20
25
30
35
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Observer II
Pre test Post Test
49
Tabel 4. Grafik hasil treatment observer II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek MAYNdalah melompat
engklek dan melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 30 point, kemudian pada sesi II
kegiatan yang dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat
engklek, berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan sebanyak 6 point dari
sesi yang sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 36 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukana dalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 6 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 52 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 2 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 54 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 13 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 67 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 9 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 76 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 2 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 78 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 15 point, dengan total nilai
yang diperoleh adalah 94. Jadi berdasarkan treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi
VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya.
30
36
52 54
67
76 78
94
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S I L T R E A T MEN T
Total Nilai
50
Tabel 5. Grafik observasi pre test & post test observer I & II
Berdasarkan hasil rata-rata skor observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh
observer I & II kepada subjek MAYN, terdapat peningkatan pada konsentrasi subjek.
Dalam proses observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian,
dalam kegiatan tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas,
ketekunan, pertahanan fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre
test yang didapat subjek MAYN 18,5 poin, kemudian nilai total post test pada aspek
penyelesaian tugas adalah 25,5 point.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan sebanyak 20 point, sedangkan
nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 24 point. Pada aspek pertahanan fokus
total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 20 point kemudian pada tahap post
test sebanyak 24 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak 18,5 point dan
post test sebanyak 29 point.
Jadi berdasarkan rata-rata skor hasil observasi yang dilakukan observer I & II pada subjek
MAYN menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek.
hal tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 7 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 4 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan
10 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 10,5 point.
18,520
1618,5
25,524
26
29
0
5
10
15
20
25
30
35
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
51
Tabel 6. Grafik hasil treatment observer I & II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Berdasarkan hasil rata-rata skor observer I dan II maka diperoleh hasil
sebagai berikut. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek MAYN adalah melompat
engklek dan melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 29 point, kemudian pada sesi II
kegiatan yang dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat
engklek, berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan sebanyak 8 point dari
sesi yang sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 37 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukan adalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 13,5 point
dari sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 50,5 point. Pada sesi
IV-VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 6 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 56,5 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 10 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 65,5 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 9,5 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 75 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 2,5 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 77,5 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 15,5 point, dengan total nilai
yang diperoleh adalah 93. Jadi berdasarkan rata-rata nilai dari hasil observasi obbserver I
& II, treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi VIII terdapat peningkatan pada tiap-
tiap sesinya.
29
37
50,5
56,5
65,5
7577,5
93
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S I L T R E A T MEN T
Total Nilai
52
SUBJEK III (FAB)
Tabel 1. Grafik observasi pre test & post test observer I
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer I
kepada subjek FAB, terjadi peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses observasi
terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan tersebut
terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan fokus,
dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek FAB 24
point, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 37 poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek FAB sebanyak 22 point,
sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 40 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 24 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 41 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
22 point dan post test sebanyak 41 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer I pada subjek FAB menunjukkan
terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal tersebut dilihat pada
penyelesaian tugas terdapat peningkatan 13 point, pada aspek ketekunan terdapat
peningkatan 18 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan 19 point, dan
pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 19 point.
2422
2422
3740 41 41
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
53
Tabel 2. Grafik hasil treatment observer I
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 55 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang
dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek,
berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 5 point dari sesi yang
sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 60 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukana dalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 2 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 62 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 4 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 66 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 7 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 73 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 11 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 84 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 10 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 94 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 8 point, dengan total nilai yang
diperoleh adalah 102. Jadi berdasarkan treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi
VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya.
5560 62
66
73
84
94
102
0
20
40
60
80
100
120
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S IL T R E ATMENT
Total Nilai
54
Tabel 3. Grafik observasi pre test & post test observer II
Berdasarkan hasil observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh observer II
kepada subjek FAB, terjadi peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam proses observasi
terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam kegiatan tersebut
terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan, pertahanan fokus,
dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang didapat subjek FAB 22
point, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas adalah 38 poin.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan subjek MZP sebanyak 22 point,
sedangkan nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 40 point. Pada aspek
pertahanan fokus total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 24 point kemudian
pada tahap post test sebanyak 41 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak
24 point dan post test sebanyak 42 point.
Jadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer I pada subjek FAB menunjukkan
terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal tersebut dilihat pada
penyelesaian tugas terdapat peningkatan 16 point, pada aspek ketekunan terdapat
peningkatan 18 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat peningkatan 19 point, dan
pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 18 point.
22 2224 24
3840 41 42
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Observer II
Pre test Post Test
55
Tabel 4. Grafik hasil treatment observer II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 53 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang
dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek,
berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 3 point dari sesi yang
sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 56 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukana dalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 4 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 62 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 7 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 67 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 3 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 73 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 13 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 86 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 11 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 97 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 6 point, dengan total nilai yang
diperoleh adalah 103. Jadi berdasarkan treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi
VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap sesinya.
5356
60
6773
86
97103
0
20
40
60
80
100
120
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
HASIL TREATMENT
Total Nilai
56
Tabel 5. Grafik observasi pre test & post test observer I & II
Berdasarkan hasil rata-rata skor observasi selama pre test dan post test yang dilakukan oleh
observer I & II kepada subjek FAB, terdapat peningkatan pada konsentrasi subjek. Dalam
proses observasi terdapat 4 sesi kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, dalam
kegiatan tersebut terdiri 4 aspek yang diamati, antara lain penyelesaian tugas, ketekunan,
pertahanan fokus, dan keteraturan. Dalam aspek penyelesaian tugas nilai pre test yang
didapat subjek FEB 23 poin, kemudian nilai total post test pada aspek penyelesaian tugas
adalah 37,5 point.
Aspek ketekunan nilai total pada pre test yang didapatkan sebanyak 22 point, sedangkan
nilai total post test pada aspek ketekunan sebanyak 40 point. Pada aspek pertahanan fokus
total nilai yang didapat pada tahap pre test sebanyak 24 point kemudian pada tahap post
test sebanyak 41 point. Pada aspek keteraturan total nilai pre test sebanyak 23 point dan
post test sebanyak 41,5 point.
Jadi berdasarkan rata-rata skor hasil observasi yang dilakukan observer I & II pada subjek
FEB menunjukkan terdapat peningkatan dari ke empat aspek konsentrasi pada subjek. hal
tersebut dilihat pada penyelesaian tugas terdapat peningkatan 14,5 point, pada aspek
ketekunan terdapat peningkatan 18 point, pada aspek pertahanan fokus terdapat
peningkatan 17 point, dan pada aspek keteraturan terdapat peningkatan 18 point.
23 2224 23
37,540 41 41,5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Penyelesaian tugas Ketekunan Pertahanan Fokus Keteraturan
Tabel Pre Test & Post Test
Pre test Post Test
57
Tabel 6. Grafik hasil treatment observer I & II
Kegiatan treatment yang diberikan terdiri dari 8 sesi dan terdapat kegiatan yang berbeda
dari tiap sesinya. Berdasarkan hasil rata-rata skor observer I dan II maka diperoleh hasil
sebagai berikut. Pada sesi I kegiatan yang dilakukan subjek adalah melompat engklek dan
melempar gacu, dari sesi I didapatkan skor 54 point, kemudian pada sesi II kegiatan yang
dilakukan ialah mempertahankan gacu di punggung tangan sambil melompat engklek,
berdasarkan kegiatan treatment tersebut terjadi peningkatan seanyak 4 point dari sesi yang
sebelumnya, pada sesi II total nilai yang didapat adalah 58 point.
Pada sesi III kegiatan yang dilakukan adalah subjek diminta untuk menaruh gacu dikepala
dan pundak sambil melompat engklek pada sesi III ini terjadi peningkatan nilai 3 point dari
sesi sebelumnya, pada sesi ini total nilai yang diperoleh sebanyak 61 point. Pada sesi IV-
VIII kegiatan treatment yang dilakukan adalah bermain permainan engklek secara
keseluruhan. Pada treatment kali ini terdapat peningkatan nilai dan hasil yang berbeda pada
tiap sesinya. Pada sesi IV naik 5,5 point dibandingkan sesi sebelumnya, total nilai yang
diperoleh adalah 66,5 point. Pada sesi V terjadi peningkatan 6,5 point dibandingkan sesi IV
dalam sesi V ini total nilai yang diperoleh sebanyak 73 point.
Kenaikan dalam melakukan treatment pun terjadi pada sesi VI pada sesi tersebut terdapat
kenaikan 12 point dari sesi sebelumnya, total nilai yang diperoleh sebesar 85 point. Pada
sesi VII selisih nilai dibanding point sesi sebelumnya sebanyak 5,5 point, dengan total nilai
yang didapat adalah 95,5 point. Kemudian peningkatan secara signifikan terjadi pada
kegiatan sesi VIII pada sesi ini terjadi peningkatan sebesar 7 point, dengan total nilai yang
diperoleh adalah 102,5. Jadi berdasarkan rata-rata nilai dari hasil observasi obbserver I &
II, treatment yang diberikan dari sesi I hingga sesi VIII terdapat peningkatan pada tiap-tiap
sesinya.
5458
6166,5
73
85
95,5
102,5
0
20
40
60
80
100
120
Sesi I Sesi II Sesi III Sesi IV Sesi V Sesi VI Sesi VII Sesi VIII
H A S I L T R E A TMEN T
Total Nilai
58
Hasil Uji SPSS Wilcoxon
Test Statisticsa
TotalPostTest -
TotalPretest
Z -1.604b
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TotalPostTest - TotalPretest
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 3b 2.00 6.00
Ties 0c
Total 3
a. TotalPostTest < TotalPretest
b. TotalPostTest > TotalPretest
c. TotalPostTest = TotalPretest
59
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 9. Petak Permainan Engklek
Gambar 10. Subjek Memasukkan Kelereng Kedalam Gelas
Gambar 11. Subjek Bermain Engklek
60
Gambar 12. Peneliti memberikan Intruksi permainan Engklek
Gambar 13. Mengurutkan Kelereng pada gelas
Gambar 14. Subjek memainkan permainan Engklek
61
Gambar 15. Subjek melakukan lempar holahop
Gambar 16. Kedua subjek melakukan suit
Gambar 17. Subjek melempar gacu untuk mendapatkan rumah