Upload
vudat
View
312
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERSENTASE PENAMBAHAN BENANG
GELASAN TERHADAP UJI KUAT TARIK BELAH BETON
TUGAS AKHIR
NOVAN ACHMAD SULAIMAN
140309243592
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
TAHUN 2017
PENGARUH PERSENTASE PENAMBAHAN BENANG
GELASAN TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
NOVAN ACHMAD SULAIMAN
NIM: 140309243592
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
TAHUN 2017
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan dibawah ini:
Nama : Novan Achmad Sulaiman
NIM : 140309243592
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : Pengaruh Penambahan Persentase Benang Gelasan Terhadap
Kuat Tarik Belah Beton
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada Tanggal : 07 Juli 2017
Yang menyatakan
Materai 6000
(Novan Achmad Sulaiman)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PERSENTASE PENAMBAHAN BENANG GELASAN
TERHADAP UJI KUAT TARIK BELAH BETON
Disusun Oleh:
NOVAN ACHMAD SULAIMAN
NIM. 140309243592
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua
Karmila Achmad, S.T., M.T. Drs. Sunarno, M.Eng.
NIP. 19790317 200701 2 017 NIP. 19640413 199003 1 015
Penguji I Penguji II
Dr. Emil Azmanajaya, S.T., M.T. Melviana Firsty, S.T., M.T.
NIP. 19770224 201212 1 001 NIDK. 8827320016
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng.
NIP. 19640413 199003 1 015
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Novan Achmad Sulaiman
Tempat/Tgl Lahir : Banjar Baru/17 Juli 1996
NIM : 140309243592
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang berjudul
“Pengaruh Persentase Penambahan Benang Gelasan Terhadap Uji Kuat Tarik
Belah Beton” adalah benar – benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam
pengutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan
pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar–benarnya, tanpa ada
tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Balikpapan, 31 Mei 2017
Yang menyatakan,
NOVAN ACHMAD SULAIMAN
NIM: 140309243592
Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayah dan Ibu tercinta
Drs. Onno Warsono (Alm) dan Nani Herawaty
Yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang tiada habisnya
Serta saudaraku yang kusayangi
Tyas Ramadhana Alfisa dan Muhammad Novid Shalahuddin
Kekasih tercinta pun tersayang
yang selalu memberi dukugan dan semangat serta memberikan masukan-masukan
yang sangat bermanfaat untuk tugas akhir ini
Mercy Atria
Seluruh kawan-kawan 3 Teknik Sipil 2 tahun 2014
Dan pihak lainnya yang terlibat dalam penulisan tugas akhir inI
ABSTRACT
Concrete is the main component of the building and bridge structure.
Concrete has a high compressive strength while concrete has a smaller tensile
strength than its compressive strength, hence the use of fiber as an adder in order
to increase the tensile strength of concrete. At this time many materials are used
to increase the tensile strength of concrete such as reinforcement and fiber like
glass string. This study aims to determine the effect of adding glass string as an
added material to the tensile strength of concrete.
The method used in this research includes mix design using SNI 03-2834-
2000. The specimens used are cylinders of diameter 15 cm and height 30 cm. The
number of test objects planned is 20 units with percentage variation of glass
string 0%, 1%, 1.5% and 2% of each of 5 pieces of concrete.
From this research obtained the following results. For cylindrical test
object with 0% glass string value has an average tensile strength of 2,916 MPa.
For cylindrical test objects with 1% glass string value has an average tensile
strength of 3.1706 MPa. For cylindrical test object with 1.5% glass string value
has an average tensile strength of 3.3404 MPa. For cylindrical test object with
2% glass string has an average tensile strength of 2,9441 MPa. The highest
concrete tensile strength value is 3.3404 MPa that is concrete with 1.5% of glass
string.
Keyword: concrete, glass string, concrete’s tensile strength, cylinders concrete
ABSTRAK
Beton merupakan komponen utama pada struktur bangunan maupun
jembatan. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi sedangkan beton memiliki kuat
tarik yang lebih kecil dari kuat tekannya, maka dari itu penggunaan serat sebagai
bahan penambah agar dapat meningkatkan kuat tarik beton. Pada saat ini banyak
digunakan material untuk meningkatkan kuat tarik beton seperti tulangan dan
serat seperti benang gelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan benang gelasan sebagai bahan tambah pada kuat tarik belah beton.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mix design
menggunakan SNI 03-2834-2000. Benda uji yang digunakan adalah silinder
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah benda uji yang direncanakan
sebanyak 20 buah dengan variasi persentase penambahan benang gelasan 0%, 1%,
1.5% dan 2% masing-masing 5 buah beton.
Dari penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut. Untuk benda uji
silinder dengan kadar benang gelasan 0% memiliki kuat tarik belah rata-rata
sebesar 2.916 MPa. Untuk benda uji silinder dengan kadar benang gelasan 1%
memiliki kuat tarik belah rata-rata 3.1706 MPa. Untuk benda uji silinder dengan
kadar benang gelasan 1.5% memiliki kuat tarik belah rata-rata sebesar 3.3404
MPa. Untuk benda uji silinder dengan kadar benang gelasan 2% memiliki kuat
tarik belah rata-rata sebesar 2.9441 MPa. Nilai kuat tarik belah beton tertinggi
sebesar 3.3404 MPa yaitu beton dengan kadar benang gelasan 1.5%.
Kata kunci: beton, benang gelasan, kuat tarik beton, beton silinder
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir dengan judul “Pengaruh Persentase
Penambahan Benang Gelasan Terhadap Kuat Tarik Belah Beton” dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ramli, S.E., M.M. sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Drs. Sunarno, M.Eng , selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Balikpapan.
3. Karmila Achmad, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing utama, yang
memberikan ilmu serta tata cara pembuatan laporan ini dan memberikan
pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini.
4. Drs. Sunarno, M.Eng. selaku dosen pembimbing kedua, yang memberikan
masukan tentang tata cara penulisan tugas akhir ini.
5. Dr. Emil Azmanajaya, S.T., M.T. selaku dosen penguji I yang telah
memberi masukan dan saran selama seminar tugas akhir.
6. Melviana Firsty, S.T., M.T. selaku dosen penguji II yang telah memberi
masukan dan saran selama seminar tugas akhir.
7. Seluruh dosen Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan yang telah
memberikan ilmu dan pelajaran selama perkuliahan
8. Kedua orang tua tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat.
9. Rekan–rekan mahasiswa/i 3 teknik sipil 2 angkatan 2014 yang telah banyak
memberikan masukan untuk penulisan tugas akhir ini.
10. Semua pihak yang turut berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir yang
tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
Balikpapan, 31 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 4
2.1 Beton .................................................................................................................. 4
2.2 Bahan Penyusun Beton ...................................................................................... 5
2.2.1 Semen .............................................................................................................. 5
2.2.2 Agregat ............................................................................................................ 6
2.2.3 Air ................................................................................................................... 7
2.3 Benang Gelasan ................................................................................................ 8
2.4 Kuat Tarik Belah Beton ..................................................................................... 9
2.4 Uji Slump ........................................................................................................... 9
2.5 Perencanaan Campuran .................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 11
3.2 Rencana Benda Uji .......................................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 12
3.4 Bahan ............................................................................................................... 16
3.5 Alat - alat .......................................................................................................... 17
3.6 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 18
3.7 Kode Benda Uji Beton Silinder ....................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 28
4.1 Umum .............................................................................................................. 28
4.2 Hasil Pemeriksaan Agregat .............................................................................. 28
4.3 Perencanaan Campuran Beton ......................................................................... 37
4.4 Perencanaan Kebutuhan Benang Gelasan ........................................................ 38
4.5 Pembuatan Benda Uji ...................................................................................... 38
4.6 Pengujian Nilai Slump ..................................................................................... 38
4.7 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton .................................................................. 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 41
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 41
5.2 Saran ................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Gradasi Agregat Halus ............................................................................ 6
Tabel 2.2 Gradasi Agregat Kasar ............................................................................ 7
Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian ........................................................................ 11
Tabel 3.2 Rencana Pengujian ................................................................................. 11
Tabel 3.3 Kode Benda Uji Beton Silinder ............................................................. 27
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Pasir Samboja ...................................... 29
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja ................ 29
Tabel 4.3 Hasil Pegujian Kadar Lumpur Pasir Samboja ...................................... 32
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Air pada Pasir Samboja ............................... 32
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja ........................................... 33
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil Palu ................ 34
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Kerikil Palu ................... 34
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Kerikil Palu ........................................ 35
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu ........................................... 36
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu............................................. 36
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu ........................................... 37
Tabel 4.12 Kebutuhan Material per 1 Sampel ...................................................... 37
Tabel 4.13 Kebutuhan Keseluruhan Material ....................................................... 38
Tabel 4.14 Kebutuhan Benang Gelasan ................................................................. 38
Tabel 4.15 Perhitungan Kuat Tarik Belah Beton Normal ..................................... 39
Tabel 4.16 Perhitungan Kuat Tarik Belah Beton Normal dengan Bahan Tambah
Benang Gelasan .................................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Rencana Benda Uji ............................................................................ 11
Gambar 3.2 Diagram Alir Metodologi .................................................................. 12
Gambar 4.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 1 (Pasir Kasar) .............................................................................................. 30
Gambar 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 2 (Pasir Sedang) ............................................................................................ 30
Gambar 4.3 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 3 (Pasir Agak Halus) ..................................................................................... 31
Gambar 4.4 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 4 (Pasir Halus) .............................................................................................. 31
Gambar 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Kerikil Palu ............... 35
Gambar 4.6 Grafik Kuat Tarik Belah Beton Umur 28 Hari .................................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Bahan
Lampiran 2 Perencanaan Campuran Beton
Lampiran 3 Alat-Alat
Lampiran 4 Bahan-Bahan
Lampiran 5 Pemeriksaan Bahan
Lampiran 6 Pengujian Nilai Slump
Lampiran 7 Pembuatan Benda Uji
Lampiran 8 Perawatan Benda Uji
Lampiran 9 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan material yang banyak digunakan pada bidang konstruksi
bangunan sipil. Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bahan lainnya antara lain, harganya yang relatif murah,
mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku penyusunnya pun mudah untuk
didapat, tahan lama, tahan terhadap api, dan tidak mengalami pembusukan.
Akan tetapi beton mempunyai perilaku yang spesifik yaitu mempunyai kuat
tarik yang lebih kecil dari kuat tekannya. Karena itu material beton umumnya
digabungkan dengan material lain yang mempunyai kuat tarik besar, seperti baja
tulangan atau baja profil, sehingga mendapatkan kesatuan struktur yang komposit.
Untuk meningkatkan kekuatan tarik dan mengurangi sifat getas, serta
meningkatkan ketahanan retak awal beton, maka ditambahkan serat dalam
campuran beton. Variasi serat yang ditambahkan berupa jenis serat, bentuk serat,
panjang serat dan persentase jumlah serat. Umumnya serat yang digunakan dari
bahan dengan kekuatan tarik yang relatif besar. Seperti benang gelasan yang
memiliki permukaan kasar tidak seperti benang nylon yang permukaannya licin,
benang gelasan adalah benang nylon yang diberi serbuk kaca agar permukaannya
kasar sehingga dalam penambahan benang gelasan permukaan kasar tersebut
dapat lebih melekat pada campuran beton yang digunakan.
Penelitian sebelumnya untuk benda uji silinder yang menggunakan serat
benang gelasan dengan kadar serat maksimum 1200 gr/m3, dengan panjang serat
2cm memiliki kuat tarik belah rata – rata sebesar 3.699 MPa, sedangkan untuk
benda uji silinder dengan kadar serat 0% memiliki kuat tarik belah rata – rata
sebesar 3.358 MPa. Dari penelitian sebelumnya tidak memakai variasi panjang
dan persentase benang gelasan pada campuran beton.
Maka penelitian kali ini menggunakan benang gelasan sebagai bahan
tambah sehingga dapat menaikkan persentase kuat tarik belah beton dan
menghasilkan beton serat yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi rumusan masalah
antara lain:
1. Berapa besar kekuatan beton maksimal dengan penambahan benang gelasan
sebesar 1%, 1.5% dan 2%?
2. Berapa besar peningkatan kuat tarik belah beton dengan tambahan benang
gelasan variasi ukuran 5 cm sebesar 1%, 1.5% dan 2% dari berat semen?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan penulis,
maka batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agregat yang digunakan adalah pasir Samboja dan kerikil Palu.
2. Semen yang digunakan adalah semen tonasa tipe I ukuran 50 kg,
pemeriksaan semen dilakukan secara visual (tidak terdapat gumpalan, tidak
mengeras dan butirannya halus).
3. Air yang digunakan bersumber dari PDAM
4. Benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30
cm dengan jumlah 20 buah sampel silinder.
5. Pengujian kuat tarik belah beton dilakukan pada umur 28 hari.
6. Tidak mempelajari reaksi kimia yang terjadi pada saat pengujian.
7. Bahan tambah yang digunakan adalah benang gelasan merk Cobra.
8. Penelitian uji bahan dilakukan di laboratorium bahan jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Balikpapan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui berapa besar kekuatan beton maksimal dengan penambahan
benang gelasan sebesar 1%, 1.5% dan 2%.
2. Mendapatkan persentasi peningkatan kuat tarik belah beton pada umur beton
28 hari dengan variasi ukuran 5 cm sebesar 1%, 1.5 % dan 2 % dari berat
semen.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai pengembangan ilmu teknologi beton
dengan menggunakan bahan tambah benang gelasan sebagai serat beton.
2. Memberikan gambaran beton yang diperkuat dengan benang gelasan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Beton
Beton pada dasarnya adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar dan
agregat halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi
antara agregat kasar dan agregat halus serta kadang-kadang ditambahkan additive.
Penggunaan konstruksi beton diminati karena beton memiliki sifat-sifat
yang menguntungkan, seperti ketahanannya terhadap api, awet, kuat tekan yang
tinggi dan dalam pelaksanaannya mudah untuk dibentuk sesuai dengan bentuk
yang dikendaki. Tetapi konstruksi beton juga mempunyai kelemahan-kelemahan,
antara lain kemampuan menahan tarik yang rendah sehingga konstruksinya
mudah retak jika mendapatkan tegangan tarik.
Nilai kuat tarik beton sangat kecil berkisar antara 9%-15% dari nilai kuat
tekannya. Kecilnya nilai kuat tarik dari beton inilah yang merupakan kelemahan
terbesar dari beton, sehingga untuk menambah kuat tarik beton dapat dilakukan
dengan diberi tulangan atau serat yang dapat meningkatkan kuat tarik dan mampu
menahan gaya tarik. Adapun kelebihan dan kekurangan menggunakan beton serat,
Berikut adalah kelebihan dalam penggunaan beton serat yaitu:
Memiliki kuat tarik belah yang lebih tinggi sehingga tahan terhadap gaya
tarik akibat pengaruh iklim, temperature dan perubahan cuaca yang dialami
oleh permukaan yang luas.
Penambahan serat pada beton dapat mengurangi retak–retak yang timbul
akibat beban/tekanan.
Harganya relative murah karena menggunakan bahan–bahan dasar lokal,
kecuali semen Portland.
Biaya perawatan yang cukup murah, karena termasuk tahan aus dan tahan
terbakar.
Selain memiliki kelebihan, beton juga memiliki kelemahan yaitu:
Penambahan material serat pada beton mengakibatkan beton menjadi sulit
dipadatkan.
Penambahan material serat pada beton menyebabkan waktu ikat awal pada
beton lebih cepat.
Penambahan material serat pada beton umumnya akan menurunkan
kekuatan tekan pada beton, tapi penambahan serat yang optimal akan
meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur pada beton.
2.2 Bahan Penyusun Beton
Adapun beberapa bahan penyusun beton yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu semen, agregat kasar, agregat halus dan air.
2.2.1 Semen
Semen portland merupakan bahan perekat dalam campuran beton hasil
penghalusan kliner yang senyawa utamanya terdiri dari material calcareous
seperti limestone atau kapur dan material argillaceous seperti besi oksida, serta
silica dan alumia yang berupa lempung. Proses pencampuran dilakukan didalam
tempat pembakaran dengan temperatur sekitar 1300-1450ºC sampai membentuk
kliner. Setelah didinginkan ditambah dengan material gypsum (CaSO42H2o) dan
bahan inert pada saat penggilingan terakhirnya.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 (lima)
tipe, yaitu :
1. Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
2. Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat yang panas hidrasi sedang.
3. Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan
awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan panas hidrasi rendah.
5. Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan tahan terhadap sulfat.
2.2.2 Agregat
Agregat merupakan butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kekerasan pasir dibagi menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar
dan kasar. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus butir antara 1,5
sampai 3,8.
Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Pasir halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan
dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan
lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras pula.
2. Butirannya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah
hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan
terhadap pengaruh cuaca.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat keringnya, karena
lumpur akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
Tabel 2.1 Gradasi Agregat Halus
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Lubang
Ayakan
Persen Bahan Butiran yang Lewat Ayakan
5-20 8-30 12-40
Sumber: Tjokrodimulyo, K. 1992
Keterangan :
Daerah I : Pasir kasar
Daerah II : Pasir agak kasar
Daerah III : Pasir agak halus
Daerah IV : Pasir halus
Agregat kasar yang dapat dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Kerikil harus merupakan butiran yang keras dan tidak berpori. Sifat keras
diperlukan agar mendapatkan beton yang keras pula. Sifat yang tidak
berpori, untuk menghasilkan beton yang tidak ditembus oleh air;
2. Agregat harus bersih dari unsur organik;
3. Kerikil tidak mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering. Lumpur yang
dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter 0,063 mm, bila
lumpur melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci terlebih dahulu;
4. Kerikil mempunyai bentuk yang tajam dengan bentuk yang tajam maka
timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan yang lebih
baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta semen yang
akan mengikat agregat dengan baik.
Besar ukuran maksimum agregat akan mempengaruhi kuat tekan betonnya.
Pada pemakaian butir agregat yang lebih besar memerlukan jumlah pasta semen
yang sedikit untuk mengisi rongga-rongga antar butirannya, berarti sedikit pula
pori-pori betonnya (karena pori-pori beton sebagian besar berada dalam pasta,
tidak dalam agregat) sehingga kuat tekannya lebih tinggi. Namun sebaliknya,
karena butir-butir agregatnya besar maka luas permukaannya menjadi lebih
sempit sehingga lekatan antar permukaan agregat dan pastanya kurang kuat.
Tabel 2.2 Gradasi Agregat Kasar
40mm 20mm
40 95-100 100
20 30-70 95-100
10 100-35 25-55
3.8 0-35 0-10
Persen Bahan Butiran yang Lewat Ayakan
Berat Butiran Maksimum
Lubang
Ayakan
(mm)
Sumber: Tjokrodimulyo, K. 1992
2.2.3 Air
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam, atau bahan-bahan organis
lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya (SNI 03-2847-2002, Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung). Selain untuk reaksi
pengikatan, dapat juga untuk perawatan sesudah beton dituang. Air untuk
perawatan (Curing) harus memiliki syarat-syarat yang lebih tinggi dari air untuk
pembuatan beton. Keasamannya tidak boleh pHnya > 6, juga tidak dibolehkan
terlalu sedikit mengandung lumpur.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1995):
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
2.3 Benang Gelasan
Benang gelasan merupakan benang yang memiliki sifat tajam. Disebut
tajam karena bahan yang digunakan untuk membuat benang gelasan terbuat dari
campuran beling atau pecahan kaca yang telah dihaluskan. Pecahan kaca itulah
yang membuat sifat benang ini menjadi tajam.
Benang gelasan memliki permukaan yang kasar, berbeda dengan serat non-
organik pada umumnya yang permukaannya licin. Benang gelasan memiliki
struktur yang tidak bereaksi dengan air, sehingga sangat kecil kemungkinan
terjadinya reaksi kimia jika menjadi campuran beton.
Benang yang sering digunakan dalam pembuatan benang gelasan adalah
benang yang terbuat dari kapas dengan ukuran 24, benang ini tidak mudah melar
dan tidak mudah putus, untuk campuran serbuk kacanya pun menggunakan lampu
neon atau bola lampu bekas karna kacanya tipis dan mudah dihancurkan atau
dihaluskan, penggunaan pecahan kaca jenis lain seperti piring, gelas dan kaca
jendela jarang digunakan karna memiliki kaca yang tebal sehingga tidak mudah
untuk dihaluskan sampai menjadi bubuk.
Lem yang digunakan juga khusus dan dibeberapa tempat menyebutnya lem
Kak (Animal Glue) yang banyak dijual di toko besi, lem ini berbentuk kristal kecil
berwarna kuning tua dan keras ada juga yang berbentuk potongan-potongan dan
lempengan, Animal glue atau sering juga disebut hide glue dan kak adalah lem
yang berasal dari kolagen. Kolagen merupakan zat organik yang banyak
ditemukan di jaringan pengikat dan tulang. Jenis lem ini sudah digunakan sejak
zaman dahulu kala, setidaknya sejak zaman Mesir kuno. Pada masa tersebut, hide
glue dimanfaatkan untuk merekatkan sambungan peti tempat mumi diletakkan.
Dalam pembuatan benang gelasan telur ayam juga digunakan berfungsi agar
benang tidak kaku, pembuatan benang gelasan sama halnya seperti membuat
adonan yaitu mencampurkan lem, serbuk kaca, telur, pengawet dan sedikit
tambahan air dijadikan satu diaduk dan direbus.
2.4 Kuat Tarik Belah Beton
Dengan kuat tarik beton yang baik mampu mengantisipasi keretakan-
keretakan kecil dalam struktur bangunan. Beton yang digunakan untuk pengujian
kuat tarik belah adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Pengujian kuat tarik belah dihitung dengan persamaan:
Fct =2𝑃
𝜋𝐿𝐷 ………………………………………………………..…..(2.1)
Keterangan : Fct = Kuat tarik belah beton (N/mm²)
P = Beban maksimum (N)
L = Tinggi silinder beton (mm)
D = Diameter benda uji (mm)
2.5 Uji Slump
Uji Slump adalah suatu metode uji yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton
segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability. Kekakuan dalam
suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu
uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau
cukup air.
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena
menentukan tingkat workability. Campuran beton yang terlalu cair akan
menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran
beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk
dicetak.
Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008. Slump dapat dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap
kedatangan).
2.6 Perencanaan Campuran Beton
Perencanaan campuran beton dilakukan untuk mengetahui komposisi yang
tepat antara berat semen, berat masing-masing agregat dan berat air yang
diperlukan untuk mencapai suatu kekuatan yang diinginkan.
Dalam teori teknologi beton dijelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi kekuatan beton ialah (Tjokrodimuljo,K. 1996):
1. Faktor air semen (water-cement ratio) dan kepadatan
2. Umur beton
3. Jenis semen
4. Jumlah semen
5. Sifat agregat
Perencanaan campuran beton dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
antara lain : perancangan dengan model “Rote Note No. 4” yang diteliti oleh
Glanville dkk, perancangan model Amerika berdasarkan American Concrete
Institute (ACI) dan perancangan model Inggris yang berdasarkan British Standard
(BS) dan dikenal dengan metode DOE (Departemen of Environment).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Uji Bahan jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Balikpapan, Jalan Soekarno-Hatta Balikpapan. Waktu
penelitian ditunjukan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian
No. Pekerjaan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Persiapan Alat dan Bahan
(Termasuk Pengujian
Bahan)
2 Perencanaan Campuran
3 Pembuatan Benda Uji
4 Perawatan Benda Uji
5 Pengujian Benda Uji
6 Analisa Data Hasil Uji dan
Kesimpulan
3.2 Rencana Benda Uji
Rencana benda uji adalah rencana jenis cetakan yang akan dipakai untuk
pengujian serta jumlah benda uji yang akan diteliti pada umur 28 hari. Benda uji
yang akan diuji berupa beton silinder sebanyak 20 buah dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm dengan bahan tambah benang gelasan panjang 5cm, rincian
variasi benda uji dapat dilihat pada tabel 3.2 dan gambar 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.2 Rencana Pengujian
1 5
2 5
3 5
4 5
20
No.Variasi Benang Gelasan
Persentase
0%
1%
1.5%
2%
Jumlah
Benda Uji
Total Sampel
15 cm
30 cm
Gambar 3.1 Rencana Benda Uji
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian bahan dan pengujian kuat tarik
belah beton. Untuk uji bahan yang dilakukan menggunakan petunjuk Pratikum
Laboratorium Politeknik Negeri Balikpapan.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini tentang beton serat yang menggunakan benang gelasan
sebagai bahan tambah menggunakan metode eksperimen. Pemakaian variasi
panjang 5cm dan persentase jumlah benang gelasan sebesar 0%, 1%, 1.5% dan
2%. Pengujian pada beton dengan membandingkan kuat tarik belah beton normal
dengan beton yang diberi benang gelasan.
Berikut ini merupakan diagram alir metodologi penelitian:
Mulai
Persiapan Alat dan Bahan
Agregat
halus
Agregat
kasar
Pemeriksaan Bahan
Tahap I
Perencanaan campuran beton
menggunakan metode SNI
03-2834-2000
Pembuatan Adukan Beton
Tahap III
Tahap IV
Test Slump
Tahap II
Semen Air Bersih
A
Sesuai? Tidak
Tidak Memenuhi Syarat 10±2cm?
Ya
Ya
\
Gambar 3.2 Diagram Alir Metodologi
Pembuatan Benda Uji
Selesai
Tahap V
Tahap VI
A
Perawatan Beton
Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Penambahan benang gelasan dengan variasi
sebesar 1%, 1.5% dan 2%.
a. Tahap I : Persiapan Alat dan Bahan
Tahap ini merupakan persiapan penelitian di laboratorium, yang meliputi
persiapan alat dan penyediaan bahan material.
b. Tahap II : Identifikasi dan Pemeriksaan Bahan Campuran
Sebelum dilakukan pembuatan campuran, maka pada tahap ini dilakukan
identifikasi dan pemeriksaan pada bahan campuran beton. Pengujian pada bahan
campuran meliputi pemeriksaan kadar lumpur dan kadar air pasir, pemeriksaan
berat jenis pasir, pemeriksaan gradasi pasir dan kerikil. Sedangkan untuk semen
dan air yang dipakai, dilakukan uji visual.
c. Tahap III : Perencanaan Campuran
Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton. Dalam penelitian
ini digunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Adapun
langkah-langkah dalam perencanaan campuran beton dengan metode SNI adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan kuat tarik belah beton pada usia 28 hari.
2. Menentukan deviasi standar
3. Menghitung nilai faktor air semen
4. Menghitung kadar semen yang dibutuhkan
5. Menghitung persentase agregat
6. Mencari jumlah agregat yang dipakai
7. Mencari perbandingan bahan untuk 1m3 beton dalam keadaan agregat
berkadar air sesuai kondisi lapangan.
d. Tahap IV : Pembuatan Adukan Beton dan Pembuatan Benda Uji
Pada tahap ini dibuat adukan beton sesuai dengan proporsi masing-masing
bahan dan dilakukan pengujian slump. Nilai slump yang direncanakan adalah 10
sampai 12 cm.
Benda uji dibuat dengan cetakan silinder beton. Setelah dilepas dari cetakan,
benda uji akan direndam dalam bak air sekurang-kurangnya 7 hari setelah
pengecoran.
e. Tahap V : Pengujian Benda Uji
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tarik belah beton. Benda uji umur
28 hari.
Prosedur pengujian kuat tarik belah mengacu pada ASTM C 496 - 96
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengukur dan mencatat dimensi benda uji silinder beton.
2. Menimbang dan mencatat berat benda uji silinder sebelum dilakukan
pembebanan.
3. Meletakkan benda uji silinder kearah horizontal pada alat penekan dan diatur
posisinya agar tepat berada ditengah plat-plat penahan.
4. Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan dengan mesin hidrolik sampai
benda uji mengalami keretakan atau kehancuran (jarum penunjuk bergerak
kembali kearah semula).
5. Mencatat beban maksimum yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Beton
maksimum terjadi pada saat jarum penunjuk sudah tidak dapat naik lagi dan
posisinya tetap. Kuat tarik belah beton dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Keterangan:
Fct = Kuat tarik belah beton (N/mm²)
P = Beban maksimum (N)
L = Tinggi silinder beton (mm)
D = Diameter benda uji (mm)
f. Tahap VI : Analisis data dan Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada tahap V, kemudian dilakukan
analisis data. Nilai kuat tarik belah beton diambil dari kuat tarik belah rata-rata 5
sampel yang telah diuji.
Fct =2𝑃
𝜋𝐿𝐷 …………………………(3.1)
3.4 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Air
Air yang digunakan dalam penelitian adalah air PDAM.
2. Semen
Semen yang digunakan adalah semen PC merk Tonasa 50 kg.
3. Agregat halus
Agregat halus yang digunakan adalah pasir Samboja.
4. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil Palu.
5. Benang gelasan
Benang gelasan yang digunakan adalah merk Cobra.
3.5 Alat - Alat
Adapun alat-alat yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ayakan No 200
Ayakan nomor 200 digunakan untuk pemeriksaan kandungan lumpur dalam
pasir.
2. Ayakan
a. Ayakan dengan lubang berturut-turut 9.55mm, 4.75mm, 2.36mm, 1.18mm,
0.60mm, 0.30mm dan 0.15mm yang dilengkapi dengan penutup dan alat
penggetar. Digunakan untuk mengetahui gradasi pasir.
b. Ayakan dengan lubang berturut-turut 76.0mm, 38.0mm, 25.0mm, 19.0 mm,
12.7mm, dan 9.5mm, 4.75mm, 2.36mm, 1.18mm, 0.60mm, 0.30mm dan
0.15mm yang dilengkapi dengan penutup dan alat penggetar. Digunakan
untuk mengetahui gradasi batu pecah.
c. Cara pemakaian dengan disusun dari atas mulai dari ukuran lubang besar
kemudian kebawah semakin kecil dan paling bawah adalah pan (tempat
menampung sisa ayakan).
3. Timbangan Digital
Timbangan digital mempunyai kapasitas 5 kg. Timbangan ini digunakan
untuk menimbang material-material yang akan diteliti dan juga untuk
menimbang semen, pasir dan kerikil sebagai bahan beton sebelum dicampur.
4. Piknometer
Piknometer digunakan untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat pasir. Piknometer memiliki kapasitas 500cc.
5. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada pengujian kadar air,
berat jenis dan gradasi agregat.
6. Kerucut Abram’s
Kerucut Abram’s digunakan untuk mengukur kelecakan adukan beton (nilai
slump). Dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm.
7. Penggaris
Digunakan untuk mengukur nilai slump.
8. Cetakan Beton
Cetakan ini dibuat dari baja, digunakan untuk mencetak benda uji silinder
dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm. Cetakan ini juga dipakai
pada waktu pemeriksaan berat satuan volume agregat.
9. Tongkat Baja
Tongkat baja digunakan untuk memadatkan adukan beton.
10. Plat Baja
Untuk menahan benda uji silinder pada saat pengujian kuat tarik belah.
11. Mesin Uji Tekan
Alat ini digunakan untuk menguji kuat tarik belah pada beton.
12. Los Angeles
Alat ini befungsi untuk mengetahui tingkat ketahanan aus batu pecah /
kerikil yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Berikut pelaksanaan pada penelitian ini:
1) Pemeriksaan Bahan Pada Agregat Halus
Pemeriksaan bahan pada agregat halus terdiri atas : pengujian kandungan
lumpur, pemeriksaan berat jenis pasir dan pemeriksaan gradasi pasir. Untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pegujian Kandungan Lumpur Pada Pasir
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
pada pasir. Langkah-langkah pemeriksaan kandungan kadar lumpur adalah
sebagai berikut:
a) Menyiapkan contoh pasir masing-masing sebanyak 500 gr.
b) Mengeringkan pasir dengan cara memasukkannya kedalam oven selama
24 jam dalam suhu 110ºC.
c) Mengeluarkan pasir dari oven, kemudian didinginkan sampai mencapai
suhu ruangan.
d) Menimbang pasir yang telah kering.
e) Mencuci pasir tersebut berulang-ulang sampai air menjadi jernih.
f) Meletakkan pasir yang telah dicuci kedalam cawan atau wadah,
kemudian mengeringkan pasir dengan mamasukkan pasir kedalam oven
selama 24 jam dengan suhu 110ºC.
g) Mengeluarkan pasir dari dalam oven kemudian didinginkan hingga
mencapai suhu ruangan, kemudian ditimbang kembali beratnya.
Dengan :
K = kadar lumpur yang terkandung dalam pasir (%)
X0 = berat pasir mula-mula setelah dioven (gr)
X = berat pasir setelah dicuci (%)
2. Pengujian Berat Jenis Pasir
Pemeriksaan berat jenis ini bertujuan untuk menentukan berat jenis pasir
(Bulk, Spesific, Gravity), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD),
berat jenis semu (Apparent Spesific Gravity) dan penyerapan (Absortion) dari
pasir. Langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut:
K=X0 ×100%
X……………………………..(3.2)
a) Keringkan benda uji menggunakan oven selama ±24 jam dengan suhu
110ºC.
b) Dinginkan benda uji selama 1-3 jam.
c) Kemudian rendam benda uji selama ±24 jam.
d) Buang air rendaman dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang.
e) Letakkan agregat didalam talam.
f) Keringkan di udara panas dengan cara membolak-balik benda uji.
g) Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan permukaan jenuh.
h) Periksa keadaan permukaan kering permukaan jenuh dengan
mengisikan benda uji kedalam kerucut terpancung.
i) Padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, kemudian angkat
kerucut terpancung tersebut.
j) Keadaan kering permukaan jenuh (SSD) tercapai apabila benda uji
runtuh akan tetapi dalam keadaan tercetak.
k) Setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh (SSD), masukkan 500
gr benda uji kedalam piknometer.
l) Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya.
m) Tambah air suling sampai tanda batas piknometer.
n) Timbang piknometer berisi air dan benda uji (BT).
o) Keluarkan benda uji dari piknometer dan keringkan dalam oven selama
2 x 24 jam dengan suhu 110ºC sampai beratnya tetap.
p) Kemudian dinginkan benda uji
q) Setelah benda uji dingin kemudian ditimbang (BK).
r) Bersihkan piknometer lalu diisi air dengan sampai tanda batas yang
telah ditentukan (B).
Adapun persamaan yang digunakan untuk perhitungan berat jenis dan
penyerapan pasir sebagai berikut:
Berat jenis bulk=BK
(B+500-BT)……………………(3.3)
Berat jenis SSD=500
(B+500-BT)……………………(3.4)
Penyerapan=(500-BK)
BK×100%..............................(3.5)
Dengan :
B = Berat piknometer + air bersih (gr)
BT = Berat piknometer + air bersih + pasir (gr)
BK = Berat pasir kering oven (gr)
3. Pemeriksaan Gradasi Pasir
Pemeriksaan gradasi pasir bertujuan untuk mengetahui modulus halus butir
agregat halus. Langkah-langkah pemeriksaan gradasi pasir sebagai berikut :
a) Menyiapkan pasir kering sebanyak masing-masing 1000 gr.
b) Memasukkan pasir tersebut kedalam oven selama ±24 jam dengan suhu
110ºC, kemudian ditimbang.
c) Menyiapkan saringan sesuai dengan ukuran lubang, diameter lubang
yang digunakan terdiri dari : 9.50mm; 4.75mm; 2.36mm; 1.18mm;
0.60mm; 0.30mm; 0.15mm; dan pan.
d) Pasir yang telah ditimbang dituang kedalam ayakan kemudian
digetarkan selama 15 menit.
e) Setelah selesai pasir yang tertinggal didalam masing-masing ayakan
ditimbang secara komulatif.
Adapun persamaan yang dipakai untuk menghitung pemeriksaan gradasi
agregat adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan prosentase pasir yang tertahan.
Prosentase=berat pasir komulatif tiap ayakan
berat pasir semula×100% ……….....(3.6)
b. Perhitungan prosentase passing
Prosentase passing = 100 – prosentase………………(3.7)
c. Perhitungan modulus halus butir pasir (MHB)
MHB= jumlah dari persen komulatif tertahan100
………….(3.8)
4. Pemeriksaan Berat Satuan Volume Pasir
Langkah-langkah pemeriksaan berat satuan volume pasir sebagai berikut:
a) Memasukkan pasir kering kedalam silinder baja sebanyak 3 lapisan
(masing-masing lapis diisi 1/3 dari tinggi silinder). Tiap lapis ditumbuk
dengan tongkat baja sebanyak 25 kali hingga penuh.
b) Setelah permukaan diratakan kemudian ditimbang.
Berat satuan volume dihitung dengan persamaan:
Berat satuan volume=berat agregat
volume silinder baja………….(3.9)
2) Pemeriksaan Bahan pada Kerikil
Pemeriksaan bahan untuk batu pecah ini terdiri atas pemeriksaan keausan
dan pengujian berat jenis. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Keausan Kerikil
Langkah-langkah pemeriksaan keausan batu sebagai berikut:
a) Menyediakan kerikil dengan berat 5000 gr.
b) Masukkan bola-bola baja dan kerikil kedalam mesin Los Angeles.
c) Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-35 rpm sebanyak
500 putaran, lalu benda uji dikeluarkan dan disaring dengan saringan
ukuran 2.36mm
d) Menimbang batu pecah yang tertahan saringan 2.36mm dan
menghitung keausannya.
2. Pengujian Berat Jenis Kerikil
Pemeriksaan berat jenis ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (Bulk),
berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD) , berat jenis semu (Apparent) dan
penyerapan (Absortion). Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
a) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu-debu atau bahan yang
melekat pada permukaan.
b) Keringkan benda uji dengan menggunakan oven pada suhu 105ºC
selama 24 jam.
c) Dinginkan benda uji (BK).
d) Rendam benda uji dalam air selama 24 jam.
e) Keluarkan benda uji dari dalam air, kemudian lap dengan kain penyerap
sampai selaput air pada permukaan hilang (SSD).
f) Kemudian timbang benda uji permukaan jenuh / SSD (BJ).
g) Letakkan benda uji dalam keranjang, kemudian direndam, setelah itu
guncang batunya untuk mengeluarkan udara yang terserap dan tentukan
beratnya didalam air (BA).
Adapun persamaan yang dipakai untuk menghitung berat jenis dan
penyerapan pasir adalah sebagai berikut:
Berat jenis bulk=BK
(BJ-BA)………………….....(3.10)
Berat jenis SSD =BJ
(BJ−BA)………………........(3.11)
Penyerapan =BJ−BK
BK×100%………….…....(3.12)
Dengan :
BJ = Berat kerikil dalam keadaan jenuh (gr)
BA = Berat kerikil dalam air (gr)
BK = Berat kerikil kering oven (gr)
3. Pemeriksaan Gradasi Kerikil
Pemeriksaan gradasi kerikil ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
lumpur yang terdapat didalam kerikil. Langkah-langkah pemeriksaan ini sebagai
berikut:
a) Menyediakan sampel kerikil palu kemudian memasukkannya kedalam
oven selama ±24 jam dengan suhu 105ºC.
b) Menyiapkan saringan dan menimbang saringan sesuai dengan ukuran
lubang. Diameter lubang yang digunakan terdiri dari : 76mm; 37mm;
19mm; 12.7mm; 1.18mm; 0.60mm; 0.30mm; 0.15mm; dan pan.
c) Menimbang kerikil yang telah dikeringkan, lalu dimasukkan kedalam
ayakan.
d) Menggetarkan ayakan selama 15 menit, kemudian menimbang tiap-tiap
ayakan beserta kerikil yang tertahan secara komulatif.
e) Mencari hasil penimbangan tiap-tiap ayakan.
3) Perencanaan Campuran Beton
Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton. menggunakan
metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000).
4) Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji dilaksanakan setelah perhitungan rencana campuran
selesai dan persiapan alat-alat maupun bahan harus dalam kondisi baik. Masing-
masing umur dan campuran dibuat sebanyak 5 buah benda uji. Sehingga total
benda uji untuk umur 28 hari semuanya sebanyak 20 buah. Setelah pembuatan
selesai, beton direndam dalam air dan setelah mencapai umur yang telah
ditetapkan baru diadakan pengujian terhadap kuat tekan beton. Langkah-langkah
pembuatan benda uji adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat cetak silinder beton
Menimbang cetakan silinder beton, kemudian diberi nomor dengan cara
menempelkan kertas yang sudah diberi lem pada dinding luar cetakan.
Setelah itu, dinding bagian dalam cetakan dilumuri oli agar mudah pada saat
dibuka.
2. Persiapan alat-alat penunjang lainnya
Agar proses pembuatan benda uji dapat berjalan dengan lancar dan cepat,
maka alat-alat penunjang seperti kerucut Abram’s, cetok, penggaris siku,
gelas ukur, tongkat baja, ember serta timbangan sebaiknya diletakkan dalam
satu lokasi.
3. Menimbang berat semen, pasir dan kerikil sesuai dengan rencana campuran
adukan.
4. Mencampur semen, pasir, dan kerikil terlebih dahulu. Setelah itu
penambahan air, sementara pengadukan secara manual terus berjalan hingga
tercapai adukan beton yang homogen.
5. Setelah homogen, adukan dituang ketempat adukan, kemudian dilakukan uji
slump.
6. Setelah pengujian slump selesai, adukan beton dimasukkan kedalam cetakan
yang telah disiapkan. Pengisian adukan beton dilakukan sebanyak tiga kali
pada tiap-tiap lapis dengan masing-masing lapisan setebal 1/3 tinggi
silinder. Untuk tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan cara ditumbuk dengan
menggunakan tongkat baja berdiameter 16 mm dan panjang 60 cm sebanyak
25 kali. Apabila pemadatan ketiga telah selesai, maka selanjutnya
permukaan diratakan dengan cetok untuk mendapatkan permukaan beton
yang rata.
7. Setelah proses pemadatan selesai, beton didiamkan selama 24 jam untuk
proses pengerasan beton sebelum direndam dalam bak perendaman selama
28 hari.
5) Pengujian Nilai Slump
Pengujian nilai slump dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan
(konsistensi) dari pasta beton yang telah dibuat dengan menggunakan kerucut
Abram’s yang digunakan berbentuk terpancung dengan diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Nilai slump yang direncanakan adalah
10 cm sampai 12 cm. Langkah pengujian slump antara lain:
1. Kerucut Abram’s diletakkan di atas bidang alas yang rata dan tidak
menyerap air.
2. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan agar tidak bergeser.
3. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur agar sama
tebalnya.
4. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk sebanyak 25 kali.
5. Setelah selesai, bidang atas diratakan.
6. Dibiarkan ½ menit (sambil membersihkan sisa jatuhan beton disamping
kerucut abram’s)
7. Kerucut ditarik vertikal keatas dengan hati-hati (tidak boleh diputar atau ada
gerakan menggeser selama menarik kerucut
8. Diukur penurunan puncak beton segar yang diuji slumpnya.
9. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak
boleh lebih lama dari 2,5 menit.
10. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran yang disyaratkan)
maka pengujian diulang maksimal 3 kali, jika masih gagal maka beton
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
6) Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Pengujian kuat tarik belah beton dimaksudkan untuk mengetahui berapa
besar kuat tarik belah beton sesuai dengan perencanaan campuran beton dan umur
beton rencana.
Langkah-langkah dalam pengujian kuat tarik belah beton adalah sebagai berikut:
1. Menimbang berat semua benda uji sebelum pengujian dilakukan.
2. Meletakkan benda uji pada mesin uji tarik belah.
3. Meletakkan benda uji ke arah horizontal pada plat uji tarik belah, kemudian
mesin uji tarik belah dihidupkan dan benda uji akan mengalami penambahan
beban, sehingga dapat dibaca besarnya kekuatan tarik belah yang
ditunjukkan dengan manometer.
4. Pada saat beban mencapai maksimum, benda uji akan retak bahkan dapat
pula pecah dan jarum menometer akan berhenti pada titik maksimum, maka
diperoleh beban maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji.
3.7 Kode Benda Uji Silinder
Kode benda uji digunakan untuk memudahkan penulis mengetahui nama
masing-masing variasi benda uji sesuai dengan perencanaan. Kode benda uji
dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Kode Benda Uji Silinder Beton
NO KODE KETERANGAN
1 A1 Beton serat 1 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1%
2 B1 Beton serat 2 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1%
3 C1 Beton serat 3 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1%
4 D1 Beton serat 4 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1%
5 E1 Beton serat 5 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1%
6 A15 Beton serat 1 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1.5%
7 B15 Beton serat 2 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1.5%
8 C15 Beton serat 3 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1.5%
9 D15 Beton serat 4 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1.5%
10 E15 Beton serat 5 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 1.5%
11 A2 Beton serat 1 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 2%
12 B2 Beton serat 2 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 2%
13 C2 Beton serat 3 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 2%
14 D2 Beton serat 4 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 2%
15 E2 Beton serat 5 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 2%
16 A0 Beton serat 1 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 0%
17 B0 Beton serat 2 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 0%
18 C0 Beton serat 3 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 0%
19 D0 Beton serat 4 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 0%
20 E0 Beton serat 5 umur 28 hari dengan
menggunakan variasi benang gelasan 0%
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Umum
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian
bahan penyusun beton yang telah dilakukan. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan
akan dilakukan pembahasan dan analisa data.
4.2 Hasil Pemeriksaan Agregat
4.2.1 Pemeriksaan Pasir Samboja
a. Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis ini bertujuan untuk menentukan berat jenis pasir
(bulk specific grafity), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD), berat
jenis semu (apparent specific gravity) dan penyerapan (absorption) dari
agregat halus.
Dalam pengujian berat jenis agregat halus didapatkan berat yaitu :
Bk = Berat benda uji kering oven (468.1 gr)
B = Berat piknometer berisi air (1196.5 gr)
Bt = Berat piknometer berisi benda uji dan air (1450 gr)
500 = Berat benda uji dalam keadaan kering jenuh permukaan (500 gr)
Dari data yang ada maka diperoleh nilai berat jenis dan penyerapan pasir
adalah sebagai berikut :
Berat jenis bulk =BK
(B+500-BT)=
468,1
(1196,5+500-1450)= 1.899
Berat jenis SSD =500
(B+500-BT)=
500
(1196,5+500-1450)= 2.028
Penyerapan =(500-BK)
BK×100%=
(500-468,1)
468,1×100%=6.815%
Hasil pemeriksaan berat jenis pasir samboja dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Pasir Samboja
No. Hasil Perhitungan
1 1.899
2 2.028
3 2.181
4 6.815
Uraian
Berat Jenis Curah
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai berat jenis bulk (curah) sebesar 1.899 berat jenis
SSD sebesar 2.028 dan penyerapan sebesar 6.815%.
b. Gradasi Pasir Samboja
Hasil dari pengujian gradasi pasir samboja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja
Tertinggal Lolos
gr % % %
3/4 19.1 - - - 100
3/8 9.5 - - - 100
4 4.76 - - - 100
8 2.38 0.2 0.02 0.02 99.98
16 1.19 1.1 0.11 0.13 99.87
30 0.59 2.37 0.24 0.38 99.62
50 0.2947 213.3 21.93 22.31 77.69
100 0.149 675.1 69.41 91.71 8.29
200 0.0075 72.5 7.45 99.17 0.83
Pan 8.1 0.83 100
972.67 100.00 114.55
Modulus Halus Butir : 1.145
Total
No. mmTertinggal
Komulatif
Dari tabel 4.2 diperoleh modulus halus butir pasir samboja sebesar 1.145
Gambar 4.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 1 (Pasir Kasar)
Gambar 4.2 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 2 (Pasir Sedang)
10
20
34
70
95
05
15
30
60
90
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8
% L
olo
s A
ya
ka
n
Lubang Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Pasir Kasar (Gradasi No.1)
10
30
59
90
100
08
35
55
75
90
100
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
% L
olo
s A
ya
ka
n
Lubang Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Pasir Sedang (Gradasi No.2)
Gambar 4.3 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 3 (Pasir Agak Halus)
Gambar 4.4 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Pasir Samboja Pada
Zona 4 (Pasir Halus)
Berdasarkan gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 gradasi pasir Samboja mendekati
zona 4 (Pasir Halus).
10
40
78
100
0
12
60
75
8590
100
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
% L
olo
s A
ya
ka
n
Lubang Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Pasir Agak Halus (Gradasi No.3)
15
50
100 100 100 100100
0
15
80
9096 95
100
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19
% L
olo
s A
ya
ka
n
Lubang Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Pasir Halus (Gradasi No.4)
c. Kadar Lumpur Pasir Samboja
Hasil dari pengujian kadar lumpur pasir samboja dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Pegujian Kadar Lumpur Pasir Samboja
0.15 mm
500
482.42
17.58
3.52
Ukuran maks. Agregat yang diperiksa
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gr)
Uraian
Berat agregat setelah dicuci (kering oven)W2 (gr)
Berat butir yang lewat ayakan No. 200 W3 (gr)
Butiran yang lewat = (W3/W1)x100% (%)
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh nilai kadar lumpur pasir samboja sebesar
3.52%, kadar lumpur pada pasir samboja memenuhi syarat yaitu ≤ 5%.
d. Kadar Air Pasir Samboja
Hasil dari pemeriksaan kadar air pasir samboja dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Air pada Pasir Samboja
Sampel 1 Sampel 2
1 Berat talam + contoh basah 85.6 89.56
2 Berat talam + contoh kering 80.93 84.63
3 Berat air = (1) - (2) 4.7 4.93
4 Berat talam 13.1 13.17
5 Berat contoh kering = (2) - (4) 67.8 71.46
6 Kadar air = (3)/(5) (%) 6.94 6.90
Nomor SampelNo.
Rata-rata kadar air (%)
Berat ( gr )
6.92
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai kadar air pasir samboja sebesar 6.92%,
kadar airpada pasir samboja tidak memenuhi syarat karna lebih dari 5%.
Karena pasir yang digunakan tidak memenuhi syarat kadar air yaitu ≤ 5%,
maka dari itu perlu dilakukan penyesuaian penggunaan air pada saat
melakukan pengadukan campuran beton, atau melakukan koreksi campuran
pada mix design.
e. Berat Isi Pasir Samboja
Hasil dari pemeriksaan berat isi pasir samboja dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja
No. Uraian Nilai
1 Berat Takaran (gr) 2820
2 Berat Takaran + Air (gr) 5800
3 Berat Air (gr) = (2) - (1) 2980
4 Volume Air (gr) = (3) / (1) 1.057
METODE RODDING
5 Berat Takaran (gr) 2820
6 Berat Takaran + Benda Uji (gr) 6785
7 Berat Benda Uji (gr) = (6) - (5) 3965
8 Berat Isi Agregat Halus (gr) = (7) / (4) 3752.114
Volume RODDING
Kotak Takar D = 15,7 t = 15,7
Berat Bersih Sample = Berat Benda Uji - Berat Takaran (gr) 1145
Volume = ⅟₄ x ∏ x d² x t (gr) 3037.866
Berat isi = Berat Bersih Sample
0.377 kg/cm3 Volume Sample
Berdasarkan tabel 4.5 berat isi pasir Samboja adalah sebesar 0.377 kg/cm3
4.2.2 Pemeriksaan Kerikil Palu
a. Berat Jenis
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air pada kerikil
palu yaitu sebagai berikut :
Bk = Berat benda uji kering oven (4940 gr)
Bj = Berat benda uji jenuh kering muka (5000 gr)
Ba = Berat benda uji dalam air (3161.23 gr)
Dari data yang ada maka diperoleh nilai berat jenis dan penyerapan pasir
adalah sebagai berikut:
Berat jenis curah =Bk
(Bj - Ba)=
4940
(5000 – 3161.23)= 2.687
Berat jenis jenuh kering permukaan=Bj
(Bj - Ba)=
5000
(5000 – 3161.23)= 2.719
Berat jenis semu =Bk
(Bk - Ba)=
4940
(4940 – 3161.23)= 2.777
Penyerapan =(Bj-Bk)
Bj×100%=
(5000-4940)
4940×100%= 1.2 %
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil Palu
No. Hasil Perhitungan
1 2.687
2 2.719
3 2.777
4 1.200
Uraian
Berat Jenis Curah
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
Berat Jenis Semu
Penyerapan (%)
Dari tabel 4.6 diperoleh nilai berat jenis bulk (curah) sebesar 2.687 berat
jenis SSD sebesar 2.719 dan penyerapan sebesar 1.2%.
b. Gradasi Kerikil Palu
Hasil dari pengujian gradasi kerikil palu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Kerikil Palu
Tertinggal Lolos
gr % % %
1.5 38.1 - - - 100
3/4 19.1 103.4 2.29 2.293 97.71
1/2 12.7 2067.5 45.86 48.15 51.85
3/8 9.5 540.5 11.99 60.14 39.86
4 4.76 1576.7 34.97 95.11 4.89
8 2.38 69.5 1.54 96.65 3.35
16 1.19 17.5 0.39 97.04 2.96
30 0.59 20.1 0.45 97.49 2.51
50 0.2947 45.5 1.01 98.50 1.50
Pan 67.8 1.50 100.00
4508.5 100.00 595.37
Komulatif
Modulus Halus Butir : 5.954
Total
No. mmTertinggal
Dari tabel 4.7 diperoleh modulus halus butir kerikil palu sebesar 5.954.
Gambar 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi dan Berat Satuan Kerikil Palu
Berdasarkan gambar 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu Berada di
Zona 2 (ukuran butir 20 mm).
c. Kadar Lumpur Kerikil Palu
Hasil dari pengujian kadar lumpur kerikil palu dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Kerikil Palu
4,76 mm
500
499.10
0.90
0.18
Uraian
Butiran yang lewat = (W3/W1)x100% (%)
Ukuran maks. Agregat yang diperiksa
Berat agregat semula (kering oven) W1 (gr)
Berat agregat setelah dicuci (kering oven)W2 (gr)
Berat butir yang lewat ayakan No. 200 W3 (gr)
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai kadar lumpur kerikil palu sebesar
0.18%, kadar lumpul pada kerikil palu memenuhi syarat yaitu kurang dari 1%.
d. Kadar Air Kerikil Palu
Hasil dari pemeriksaan kadar air kerikil palu dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
10
60
100
0
30
95
100
0
20
40
60
80
100
120
4.8 9.6 19 38 76
% L
olo
s A
ya
ka
n
Lubang Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Split Ukuran Maksimum 20 mm
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
Sampel 1 Sampel 2
1 Berat talam + Contoh Basah 100.0 105.7
2 Berat talam + Contoh Kering 98.77 103.99
3 Berat Air = (1) - (2) 1.2 1.7
4 Berat Talam 12.8 13.63
5 Berat contoh kering = (2) - (4) 86.0 90.4
6 Kadar air = (3)/(5) (%) 1.41 1.89
Rata-rata kadar air (%)
No. Nomor SampelBerat ( gr )
1.65
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai kadar air kerikil palu sebesar 1.65%,
kadar air kerikil palu memenuhi syarat yaitu kurang dari 5%.
e. Berat Isi Kerikil Palu
Hasil dari pemeriksaan berat isi kerikil Palu dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
No. Uraian Nilai
1 Berat Takaran (gr) 8085
2 Berat Takaran + Air (gr) 22250
3 Berat Air (gr) = (2) - (1) 14165
4 Volume Air (gr) = (3) / (1) 1.752
METODE RODDING
5 Berat Takaran (gr) 8085
6 Berat Takaran + Benda Uji (gr) 33950
7 Berat Benda Uji (gr) = (6) - (5) 25865
8 Berat Isi Agregat Halus (gr) = (7) / (4) 14763.044
Volume RODDING
Kotak Takar D = 25,7 t = 30
Berat Bersih Sample = Berat Benda Uji - Berat Takaran 17780
Volume = ⅟₄ x ∏ x d² x t 14718.750
Berat
isi =
Berat Bersih Sample
1.208 kg/cm3 Volume Sample
Berdasarkan tabel 4.10 berat isi kerikil Palu adalah sebesar 1.208 kg/cm3.
f. Keausan Kerikil Palu
Hasil dari pemeriksaan keausan kerikil palu dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu
Lolos Tertahan
inchi inchi B C
1 1/2 1
1 3/4
3/4 1/2 2500
1/2 3/8 2500
3/8 1/4 2500
1/4 No.4 (4.75) 2500
5000 5000
11 8
4080 4054
Gradasi dan berat
benda uji (gr)
Ukuran Saringan
Jumlah Bola
Berat tertahan
Total
Ket : A = Berat agregat (5000)
B = Berat stlh 500 putaran (4080)
Rumus Perhitungan Keausan batu yaitu\Keausan =(A – B)
A×100%
=(5000 – 4080)
5000×100% = 9.20%
Dari tabel 4.11 dan perhitungan diatas diperoleh nilai keausan kerikil palu
sebesar 9.2% dan 9.46%.
4.3 Perencanaan Campuran Beton
Perencanaan campuran adukan beton dalam penelitian ini menggunakan
metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Berikut data mix desain
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.12 Kebutuhan Material per 1 Sampel
Adapun rincian perhitungan mix design dapat dilihat pada lampiran 2.
Kebutuhan Nilai
Semen (kg) 1.75
Air (kg/ltr) 0.94
Pasir Samboja (kg) 2.30
Kerikil Palu (kg) 6.93
Dengan membuat 5 sampel pada masing-masing variasi, maka untuk 20
sampel silinder dibutuhkan total material seperti pada tabel 4.13 dibawah ini:
Tabel 4.13 Kebutuhan Keseluruhan Material
No. Kebutuhan Nilai
1 Semen (kg) 35
2 Air (kg/ltr) 19
3 Pasir Samboja (kg) 46
4 Kerikil Palu (kg) 138.6
4.4 Perencanaan Kebutuhan Benang Gelasan
Dari berat semen per sampel sebesar 1.75 kg maka dapat dihitung
kebutuhan benang gelasan untuk masing-masing variasi dapat dilihat pada tabel
4.14 dibawah ini:
Tabel 4.14 Kebutuhan Benang Gelasan
Variasi Kebutuhan per
Sampel (gr)
Kebutuhan
Keseluruhan (gr)
1% 17.50 87.50
1.5% 26.25 131.25
2% 35 175
Total 393.75
4.5 Pembuatan Benda Uji
Penelitian ini menggunakan benda uji berupa silinder sebanyak 20 buah
dimana pelaksanaan pembuatan benda uji dilakukan dalam 2 hari karena
keterbatasan cetakan. Pencampuran adukan beton dilakukan secara manual
dengan menggunakan loyang. Adukan satu loyang dapat menghasilkan 5 sampel
silinder.
4.6 Pengujian Nilai Slump
Pengujian nilai slump dilakukan pada adukan beton yang diambil langsung
dari loyang adukan beton. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
kelecakan atau keenceran beton. Pada umumnya nilai slump antara 8 ± 12 cm.
Pengujian nilai slump di lapangan pada adukan beton yang akan digunakan untuk
adukan beton didapatkan nilai slump yaitu berkisar antara 9 - 10 cm.
4.7 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Pengujian kuat tarik belah beton dilakukan untuk memperoleh nilai kuat
tarik belah beton dari material pasir samboja dan kerikil palu ditambah dengan
penggunaan benang gelasan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.15 Perhitungan Kuat Tarik Belah Beton Normal
No Kode Beban
(kN)
Berat
Sampel
(kg)
Fct
(MPa)
Fct
rata-rata
(MPa)
Keterangan
1 A0 220 12.890 3.114
2.916
Pengecoran:
13 Apr 2017
Pengujian:
11 Mei 2017
2 B0 200 13.110 2.831
3 C0 190 13.165 2.689
4 D0 230 13.110 3.255
5 E0 190 13.035 2.689
Tabel 4.16 Perhitungan Kuat Tarik Belah Beton Normal dengan Bahan Tambah
Benang Gelasan
No. Kode Beban
(kN)
Berat
Sampel
(kg)
Fct (MPa)
Fct rata-
rata
(MPa)
Keterangan
1 A1 270 13.100 3.822
3.171
Pengecoran:
13 Apr 2017
Pengujian:
11 Mei 2017
2 B1 230 13.055 3.255
3 C1 200 13.105 2.831
4 D1 220 13.085 3.114
5 E1 200 13.065 2.831
6 A15 240 13.165 3.397
3.340
Pengecoran:
12 Apr 2017
Pengujian:
10 Mei 2017
7 B15 240 12.980 3.397
8 C15 240 12.885 3.397
9 D15 230 13.000 3.255
10 E15 230 12.920 3.255
11 A2 200 13.085 2.831
2.944
Pengecoran:
12 Apr 2017
Pengujian:
10 Mei 2017
12 B2 220 12.720 3.114
13 C2 230 12.990 3.255
14 D2 220 13.185 3.114
15 E2 170 12.635 2.406
Berdasarkan tabel 4.15 dan 4.16 hasil uji kuat tarik belah beton didapatkan
hasil rata-rata yaitu 3.171 MPa, 3.340 MPa dan 2.944 MPa masing–masing pada
penambahan benang gelasan sebesar 1%, 1.5% dan 2%. Kekuatan beton yang
paling tinggi berada pada campuran beton dengan penambahan benang gelasan
sebesar 1.5% yaitu 3.340 MPa, nilai kuat tarik belah masing-masing sampel pada
penambahan benang gelasan sebesar 1.5% pun tidak terlalu jauh yaitu berkisar
antara 230 MPa – 240 MPa dibanding campuran beton lainnya yang memiliki
kekuatan tarik belah berkisar antara 170 MPa – 270 MPa.
Gambar 4.6 Grafik Kuat Tarik Belah Beton Umur 28 Hari
Berdasarkan grafik 4.6 peningkatan kuat tarik belah beton dengan variasi
benang gelasan terhadap beton normal umur 28 hari pada masing-masing variasi
sebesar 1%, 1.5% dan 2% dengan nilai kuat tarik belah rata-rata yang diambil
pada setiap variasi yaitu 3.171 MPa, 3.340 MPa dan 2.944 MPa menghasilkan
persentase kenaikan kekuatan tarik belah beton sebesar 8.8%, 14.55% dan 1%.
Terjadi peningkatan paling tinggi pada variasi 1.5% yaitu sebesar 14.55%,
sedangkan pada variasi 2% kuat tarik belah beton hanya meningkat sebesar 1%
terhadap beton normal.
2.7000
2.8000
2.9000
3.0000
3.1000
3.2000
3.3000
3.4000
Normal 1% 1.5% 2%
Fct
ra
ta-r
ata
(M
Pa
)
Persentase Penambahan Benang Gelasan (%)
Grafik Kuat Tarik Belah
2.9
44
2.9
16
3.3
40
3.1
71
BAB V
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diatas dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penambahan benang gelasan pada campuran beton silinder yang paling
maksimal yaitu pada benda uji dengan variasi benang gelasan sebesar 1.5%
bernilai 3.3404 MPa.
2. Peningkatan kuat tarik belah beton silinder umur 28 hari untuk masing-
masing variasi persentase benang gelasan sebesar 1%, 1.5% dan 2%
terhadap beton normal adalah 8.8%, 14.55%, 1%.
10.2 Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini antara lain:
1. Sebaiknya pengulangan benda uji pada masing-masing variasi diperbanyak
agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.
2. Pada saat proses pembuatan benda uji, lakukan pemadatan dengan benar
agar tidak ada rongga udara.
3. Sebaiknya benang gelasan dicampur terdahulu dengan semen sebelum
melakukan pengadukan campuran beton agar tidak terikat atau terlilit.
4. Pada saat pengujian, perhatikan letak benda uji pada alat uji. Pastikan benda
uji tepat pada posisinya agar penambahan beban dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abshori, R. M. (2015). Penggunaan Benang Gelasan sebagai bahan penambah
pada beton dengan variasi diameter kerikil terhadap kuat tekan dan kuat tarik
belah beton. Jember.
Anonim. (2008). Cara Uji Slump SNI 1972-2008. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Anonim. (1996). Standard Test Method for Splitting Tensile Strength of
Cylindrical Concrete Specimens ASTM C496-96. USA: ASTM International.
Anonim. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Beton Normal SNI 03-2834-
2000. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Tjokrodimuljo, K. (1995). Bahan Bangunan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Tjokrodimuljo, K. (1992). Syarat Gradasi Butiran. Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafiri.