Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENGETAHUAN TENTANG FATWA
MUI NO. 33 TAHUN 2018 TERHADAP KEPUTUSAN MASYARAKAT
MENGGUNAKAN VAKSIN MR UNTUK IMUNISASI
DI DESA BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL
KABUPATEN PONOROGO
SKRIPSI
Oleh :
SILVIA MERLYN KUSUMANINGHATI
NIM 210216070
Pembimbing :
Dr. MOH. MUKHLAS, M.Pd.
NIP. 196701152005011003
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
ABSTRAK
Merlyn K, Silvia. 2020. Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan tentang fatwa
MUI Nomor 33 Tahun 2018 terhadap Keputusan Masyarakat
Menggunakan Vaksin MR untuk Imunisasi di Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.
Kata kunci: Konsep Religiusitas, Konsep Pengetahuan, Fatwa MUI No.33 Tahun
2018, Vaksin MR.
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu atau
kelompok untuk mengambil keputusan dalam memilih menggunakan suatu produk
atau jasa, dalam hal ini produk vaksin MR untuk imunisasi. Religiusitas yang baik
akan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi, dan pengetahuan mengenai fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018
yang baik akan mempengaruhi sikap masyarakat. Dalam fatwa MUI ini dijelaskan
bahwa penggunaan vaksin MR saat ini diperbolehkan karena belum ditemukan
bahan yang halal dan suci. Oleh karena itu, religiusitas dan pengetahuan sangat
diperlukan masyarakat untuk dapat menerima vaksin MR tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apakah religiusitas
berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa
Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo? (2) Apakah pengetahuan
tentang fatwa MUI No.33 Tahun 2018 berpengaruh terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo? (3) Apakah religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33
Tahun 2018 secara simultan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo?
Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Adapun populasi berjumlah 76, teknik sampling menggunakan sampling total. Data
dikumpulkan berupa angket. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab
rumusan masalah 1 dan 2 menggunakan analisis regresi linier sederhana yang
dikuatkan dengan uji t, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah 3
menggunakan analisis regresi linier berganda yang dikuatkan dengan uji F.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: (1) secara parsial, religiusitas
berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa
Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo karena thitung = 4,691 > ttabel =
1,993, atau besarnya pengaruh 22,9%. (2) Secara parsial, pengetahuan tentang
fatwa MUI No.33 Tahun 2018 berpengaruh terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo karea thitung = 4,877 > ttabel = 1,993, atau besarnya pengaruh 24,3%. (3)
Secara simultan, religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33 tahun 2018
berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR di Desa
Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo karena Fhitung = 30,425 > Ftabel
= 3,12, atau besarnya pengaruh 45,5%.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berikhtiar secara
sungguh-sungguh dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan
hidup dan kehidupan, termasuk di dalamnya ketika menghadapi suatu
penyakit. Setiap orang diharuskan berobat ketika sakit, sebagaimana mereka
diharuskan makan ketika lapar atau minum ketika haus.1 Indonesia merupakan
negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam terbesar di
dunia. Umat Islam menjadikan hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadith sebagai pedoman untuk menyelesaikan dan menjawab segala
persoalan, umat Islam juga telah sepakat bahwasanya Al-Qur’an sebagai
sumber utama hukum Islam.
Di antara ketinggian dan kemuliaan agama Islam adalah kesempurnaan
syariat yang mengatur kehidupan manusia dari segenap aspek dalam
kehidupan. Hukum Islam merupakan hukum yang dinamis, elastis, dan
fleksibel, sehingga dapat memelihara keseimbangan antara prinsip-prinsip
hukum syariat dengan perkembangan pemikiran, juga pemecah masalah yang
berkembang di tengah masyarakat.2
1Tristinna Nawidia Putri, “Efektivitas Fatwa MUI No, 33 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk
Imuniasi (Studi Kasus di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo),”Skripsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2019), 7. 2 Indriana, “Tinjauan Maslahah terhadap Impementasi Fatwa MUI No.33 Tahun 2018
tentang Penggunaan Vaksin MR Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk Imunisasi di Desa
Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan,”Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019), 1.
2
Di Indonesia dibentuklah lembaga khusus untuk membahas segala
persoalan mengenai Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama dan
cendekiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina, dan
mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. MUI berdiri pada tanggal 7
Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta,
Indonesia.3
Dalam perjalanannya, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah
musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam
mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah
Swt., memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan
kemasyarakatan kepada pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan
bagi terwujudnya ukhwah islamiyah dan kerukunan antar umat beragama
dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjadi
penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal
balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional,
meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan
cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada
masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan
informasi secara timbal balik.4
3 https://mui.or.id/sejarah-mui/, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.02). 4 https://mui.or.id/sejarah-mui/, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.02).
https://mui.or.id/sejarah-mui/https://mui.or.id/sejarah-mui/
3
Saat ini ditemukan banyak kasus terjadinya penyakit campak dan
rubella di Indonesia. Kedua penyakit ini digolongkan penyakit yang mudah
menular dan berbahaya, karena bisa menyebabkan cacat permanen dan
kematian. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terkena
penyakit tersebut. Untuk mencegah mewabahnya dua penyakit tersebut,
dibutuhkan ikhtiar dan upaya yang efektif, salah satunya melalui imunisasi.5
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan
tubuh pada anak terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah.6 Imunisasi
MR merupakan vaksin MR diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit
yang disebabkan oleh virus measles (campak) dan rubella (campak jerman).
Virus ini hanya bisa menyerang manusia dan masuk ke tubuh manusia melalui
saluran napas (penyebarannya lewat udara). Virus ini mudah hinggap pada
orang yang ketahanan tubuhnya sedang lemah, belum pernah terkena campak,
dan belum pernah mendapatkan vaksin campak. Manfaat dari imunisasi ini
adalah dapat melindungi anak dari kecacatan dan juga kematian.
Pemerintah berkomitmen kuat dalam mewujudkan eliminasi campak
dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella
(Congenital Rubella Syndrome) di Indonesia pada tahun 2020. Strategi yang
ditempuh adalah pemberian imunisasi Measless Rubella (MR) untuk anak usia
9 bulan sampai kurang dari 15 tahun.7 Terkait dengan itu, Menteri Kesehatan
RI mengajukan permohonan Fatwa kepada MUI tentang status hukum
5 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018, 1. 6 Arti Anggraeni, dkk., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar
Lengkap Anak Dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi”( Bandung, 2015), 2. 7 https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-
rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesia, (di akses pada tanggal 23 Januari 2020, jam 20.30).
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesiahttps://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1463/imuniasi-campak-dan-rubella-untuk-penuhi-hak-anak-indonesia
4
pelaksanaan imunisasi vaksin MR tersebut untuk dijadikan sebagai paduan
pelaksanaannya dari aspek keagamaan.
Pada tahun 2018, komisi fatwa MUI mengeluarkan sebuah fatwa yaitu
fatwa MUI No. 33 Tahun 2018 tentang penggunaan vaksin MR produk dari
SII (Serum Intitute Of India) untuk imunisasi, di mana di dalam fatwa tersebut
dijelaskan bahwa berdasarkan kajian oleh LPPOM MUI menurut dokumen
yang diberikan oleh SII sebagai produsen vaksin MR mencatat bahwa di
dalam produksinya vaksin MR dalam pembuatannya menggunakan bahan
yang berasal dari babi yaitu gelatin yang berasal dari kulit babi dan trypsin
yang berasal dari pangkreas babi, terdapat bahan yang berpeluang besar
bersentuhan dengan babi dalam proses produksinya.8
Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan, akhirnya MUI
mengeluarkan keputusan tentang penggunaan vaksin MR. Penggunaan Vaksin
MR produk dari Serum Intitute of India (SII), pada saat ini dibolehkan
(mubah), karena ada kondisi keterpaksaan, belum ditemukan vaksin MR yang
halal dan suci serta adanya keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya
tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak imunisasi. Kebolehan
penggunaan vaksin MR tersebut tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin
yang halal dan suci.
8 Indriana, “Tinjauan Maslahah terhadap Impementasi Fatwa MUI No.33 Tahun 2018
tentang Penggunaan Vaksin MR Produk dari SII (Serum Intitute of India) untuk Imunisasi di Desa
Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan,”Skripsi ...., 4.
5
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam (QS. Al-Baqarah [2] : 173)
َم َعلَْيُكُم ٱْلَمْيتَةَ َوٱلدََّم َولَْحَم ٱْلِخنِزيِر َوَمآ أُِهلَّ بِهِۦ ِلغَْيِر ِ ۖ إِنََّما َحرَّ ٱَّللَّ
ِحيمٌ َ َغفُوٌر رَّ فََمِن ٱْضُطرَّ َغْيَر بَاغٍ َوََل َعاٍد فَََلٓإِثَْم َعلَْيِه ۚ إِنَّ ٱَّللَّ
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang ketika disembelih menyebut nama
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”9
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt. hanya mengharamkan bagi
kita bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan
menyebut nama selain Allah. Imunisasi dan vaksin adalah boleh, dalam hal ini
jika seseorang yang tidak diimunisasikan akan menyebabkan terserangnya
penyakit berat, kecacatan permanen yang mengancam jiwa, atau bahkan
kematian.
Akan tetapi dalam pelaksanaan vaksinasi MR ini tidak luput dari pro
dan kontra di kalangan masyarakat. Pembicaraan mengenai vaksin MR ini
ramai sejak pemerintah Indonesia memulai program imunisasi vaksin MR
serentak pada tanggal 1 Agustus hingga akhir September 2018. Hal ini
dilatarbelakangi bahwa vaksin MR mengandung kandungan zat babi yang
jelas sudah menjadi hukum haram di masyarakat muslim dan fatwa yang
dikeluarkan oleh pemerintah di atas masih tergolong fatwa baru.
Salah satu masyarakat yang memilih untuk menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi adalah masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal
9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV.
Penerbit J-Art, 2005), 13.
6
Kabupaten Ponorogo. Proses pengambilan keputusan diawali oleh adanya
kebutuhan yang berusaha dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan
beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk
memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen.10 Perilaku konsumen
merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu atau kelompok untuk
mengambil keputusan dalam memilih menggunakan suatu produk atau jasa.
Mayoritas masyarakat di Desa Bediwetan memilih untuk menggunakan
produk vaksin MR untuk imunisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan tersebut adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan
faktor psikologis. Selain itu, masyarakat memilih untuk menggunakan produk
vaksin MR karena mereka mengikuti anjuran dari pemerintah terkait
penggunaan vaksin MR tersebut.11 Masyarakat mengerti jika sudah ada
fatwanya yang memperbolehkan penggunaan vaksin MR, pastinya itu untuk
kebaikan kita semua. Religiusitas dan pengetahuan tentang fatwa MUI No.33
Tahun 2018 tentunya berpengaruh dalam pengunaan vaksin MR tersebut.
Religiusitas adalah suatu keadaan dimana keadaan tersebut yang akan
mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama. Seorang muslim diwajibkan untuk selalu mengkonsumsi atau
menggunakan produk-produk halal. Ketentuan inilah yang akan membuahkan
sikap berbeda-beda dari masing-masing individu.12 Religiusitas merupakan
10 Anang Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran) (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), 35. 11 Bidan Atik, Hasil Wawancara, Ponorogo. 25 April 2020. 12 Karina Indah Rohmatun, Citra Kusuma Dewi, “Pengaruh Pengetahuan dan Religiusitas
Teradap Niat Beli pada Kosmetik Halal Melalui Sikap”, Jurnal Ecodemica, No. 1, Vol. 1 (April
2017), 28.
7
konsistensi antara keyakinan dan kepercayaan pada agama sebagai unsur
kognitif, perasaan pada agama sebagai unsur yang efektif, dan perilaku agama
sebagai unsur konatif. Maka dapat dikatakan bahwa aspek keberagamannya
adalah integrasi dari pengetahuan, perasaan dan perilaku keagamaan pada diri
setiap individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan mampu
mempengaruhi segala pandangan hidup dan tidakan individu.
Tingkat religiusitas yang tinggi secara otomatis dapat mempengaruhi
sikap masyarakat muslim dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk
makanan. Masyarakat Desa Bediwetan memiliki nilai keagamaan yang tinggi
dan sebagian besar sudah paham tentang ilmu agama karena banyaknya
masyarakat yang telah menamatkan pendidikannya dengan baik, dan besarnya
peran tokoh agama yang membimbing masyarakat dan juga besarnya
kesadaran masyarakat untuk belajar agama. Selain itu, religiusitas yang tinggi
disana dibuktikan dengan adanya sarana beribadah yang cukup banyak, yaitu
adanya 13 masjid dan mushola. Banyaknya kegiatan keagamaan yang
dilakukan oleh masyarakat disana, antara lain: yasinan, khotmil Qur’an,
banjari, al-barjanji, madrasah diniyah.
Ibu-ibu yang mempunyai balita, anak-anak, dan ibu-ibu yang sedang
dalam proses kehamilan, dengan religiusitas yang tinggi secara otomatis dapat
mempengaruhi sikap mereka dalam memilih dan menentukan suatu produk
halal yang akan mereka gunakan atau manfaatkan. Seperti dalam menentukan
pemberian imunisasi vaksin MR, mereka memilih memberikan imunisasi
8
vaksin MR pada anak-anaknya karena dalam pandangan Islam pencegahan
lebih baik daripada mengobati.
Pengetahuan merupakan sebagai suatu pembentukan yang dilakukan
secara terus menerus oleh individu yang setiap saat akan mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman baru.13 Pengetahuan manusia
dipengaruhi oleh mata dan telinga. Hasil pekerjaan tahu merupakan hasil dari
kenal, sadar, pandai, juga mengerti.14 Pengetahuan mencakup antara seseorang
yang mengetahui dengan obyek yang diketahui.15 Pengetahuan konsumen
adalah sebuah informasi yang diperoleh dan dimiliki konsumen terkait
berbagai produk atau jasa.
Pengetahuan penggunaan vaksin MR untuk imunisasi diperoleh melalui
kampanye vaksin MR yang dilakukan pada 2 fase, fase pertama pada bulan
agustus-september 2017 dan fase kedua pada bulan agustus-september 2018.
Setelah masa kampanye berakhir, imunisasi MR masuk ke dalam jadwal
imunisasi rutin dan diberikan pada anak sesuai jadwal (usia 9 bulan, 18 bulan
dan anak sekolah kelas 1 SD/Sederajat). Penggunaan vaksin MR tersebut
status hukumnya diperbolehkan oleh MUI. Sehingga, pengetahuan Fatwa MUI
Nomor 33 Tahun 2018 tetang penggunaan vaksin MR produk dari SII untuk
imunisasi dapat mempengaruhi tingginya minat masyarakat untuk mau
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.
13 Ibid., 41. 14 Sidi Gazalba, Ham dan Pluralisme Agama (Jakrta: Bulan Bintang, 1990), 4. 15 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku Kedua Pengantar Kepada Teori Pengetahuan
(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 30.
9
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penelitian dengan
judul “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan tentang Fatwa MUI No. 33
Tahun 2018 terhadap Keputusan Masyarakat Menggunakan Vaksin MR
untuk Imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis akan merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan
Bungkal Kabupaten Ponorogo?
2. Apakah pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018
berpengaruh terhadap keputusan masyrakat menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo?
3. Apakah religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33
Tahun 2018 secara simultan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan
Bungkal Kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah di atas adalah:
10
1. Untuk menjelaskan pengaruh religiusitas terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan
Bungkal Kabupaten Ponorogo.
2. Untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33
Tahun 2018 terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten
Ponorogo.
3. Untuk menjelaskan pengaruh secara simultan antara religiusitas dan
pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 terhadap
keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa
Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu sumber pengetahuan khususnya terkait dengan pengaruh
religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018
terhadap keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi
serta dapat dijadikan sebagai literatur kepustakaan dan acuan penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
11
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan informasi kepada masyarakat terkait faktor yang
mempengaruhi keputusan penggunaan vaksin MR untuk imunisasi.
b. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memberikan sumber pengetahuan umum, rujukan serta acuan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan dengan tema penelitian
ini.
E. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini bisa disajikan secara sistematis, maka peneliti
menyusunnya ke dalam lima bab yang berkelanjutan dan berhubungan satu
sama lain.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan terkait latar belakang
untuk mendeskripsikan problem akademik yang menjadi
pendorong penelitian ini dilakukan. Penelitian ini terkait
dengan penggunaan vaksin MR di Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Selanjutnya,
dijelaskan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
12
BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS
Bab ini berisikan landasan teori, kerangka berpikir, dan
hipotesis. Kajian pustaka yang menguraikan dasar pustaka
penelitian ini baik secara teoritis berupa penjelasan
masing-masing variabel. Dalam bab ini juga dijelaskan
mengenai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, yang
menguraikan metode-metode yang meliputi rancangan
penelitian yang menjelaskan gambaran umum dan metode
yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi dan sampel
yang dijadikan responden. Definisi operasioanl masing-
masing variabel, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan yang
terakhir adalah teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis dan membaca hasil penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan hasil dan pembahasan data-
data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Data
tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok
berupa hasil pengujian instrumen. Selanjutnya dalam bab
ini, data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan metode
13
analisis yang telah dijabarkan pada bab III untuk
kemudian diteliti lebih lanjut dan diambil kesimpulannya
pada sub-bab pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Penutup yang menguraikan kesimpulan dari hasil
penelitian ini dan saran yang peneliti utarakan sebagai
wujud tindak lanjut dari adanya penelitian ini.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pengambilan Keputusan
a. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Robins sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin
Anzizham dalam buku sistem pengambilan keputusan pendidikan,
berpendapat bahwa “decision making is which on choses between two
or more alternative”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami
bahwa hakikat pengambilan keputusan ialah memilih dua alternative
atau lebih untuk melakukan suatu tindakan tertentu baik secara pribadi
maupun kelompok.1
Sedangkan menurut Kotler dan Keller sebagaimana dikutip oleh
Widayat dalam buku statistika multivariat (pada bidang manajemen
dan bisnis), menyatakan bahwa keputusan pembelian merupakan hasil
dari suatu evaluasi terhadap prefensi merek suatu produk dalam
memenuhi kebutuhan.2
Proses pengambilan keputusan diawali oleh adanya kebutuhan
yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait
dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang
bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi
1 Syafaruddin Anzizham, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan (Jakarta: Grasindo,
2004), 45. 2 Widayat, Statistika Multivariat (Pada Bidang Manajemen dan Bisnis) (Malang: UMM
Press, 2018), 45.
15
konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen
memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya
tergantung kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya.3
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan
individu atau kelompok untuk mengambil keputusan dalam memilih
menggunakan suatu produk atau jasa. Pada dasarnya, perilaku
konsumen secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perilaku konsumen
yang bersifat rasional dan irrasional. Perilaku konsumen yang rasional
adalah tindakan perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dan
jasa yang mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu
seperti tingkat kebutuhan mendesak, kebutuhan utama/primer, serta
daya guna produk itu sendiri terhadap konsumen pembelinya.
Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat irrasional adalah perilaku
konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming diskon atau
marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan
atau kepentingan.4
Menurut Philip Kotler sebagaimana dikutip oleh Dr. Meithiana
Indrasari dalam buku pemasaran & kepuasan pelanggan, keputusan
pembelian diukur melalui indikator: pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, perilaku
sesudah pembelian.
3 Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2016), 102. 4 Astir Romondang, dkk, Pemasaran Digital dan Perilaku Konsumen (Sumatera:
Yayasan Kita Menulis, 2020), 34.
16
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler sebagaimana dikutip oleh sebagaimana dikutip
oleh Dr. Meithiana Indrasari dalam buku pemasaran & kepuasan
pelanggan, menyatakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
1) Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling
luas dan paling dalam. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat
penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu
keinginan dan perilaku yang paling dasar.
2) Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran
dan status sosial masyarakat.
3) Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri pembeli.
4) Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama. Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi,
persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan
17
menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tahap intensitas
yang memadai.
c. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses
penggunaan suatu produk/pembelian, yaitu pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pembelian.5
1) Pengenalan masalah (Attention)
Penganalisisan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan
terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang
belum terpenuhi dan belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut
diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya
kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda
pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus dipenuhi.
2) Pencarian Informasi (Interest)
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong
untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk
atau jasa yang ia butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat
aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat berupa
kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat
perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif dengan membaca suatu pengiklanan di majalah
5 Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,2002), 15.
18
atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam
perkiranya tentang gambaran produk yang diinginkan.
3) Evaluasi Alternatif
Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan
pembelian dan menilai serta mengadakan seleski terhadap
alternatif pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi
terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.
Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen tidak selalu
sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada
konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk
meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya.
4) Keputusan Pembelian
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses
pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka
dilakukan maka konsumen harus mengambil keputusan apakah
membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk
membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan
yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,
kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.
Perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam
keputusan pembeliannya.
19
5) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat
produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode
pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan
pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian
produk pasca pembelian.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasannya ada
beberapa indikator yang mampu mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam menggunakan produk vaksin MR untuk imunisasi, yaitu:
a. Pengenalan kebutuhan
b. Pencarian informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan pembelian/penggunaan produk
e. Perilaku pasca pembelian/pasca penggunaan produk
2. Imunisasi Vaksin MR
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh pada anak terhadap suatu penyakit. Sehingga ketika anak
terserang penyakit, tubuhnya tidak akan menderita penyakit tersebut
karena sudah mempunyai sistem memori, pada saat vaksin diberikan
kepada tubuh anak maka akan membentuk antibodi yang akan melawan
vaksin tersebut kemudian sistem memori yang akan menyimpan suatu
yang sudah terjadi.
20
Imunisasi merupakan pemberian vaksin yang dimasukkan dalam
tubuh anak sebagai pencegahan terjadinya suatu penyakit tertentu. Vaksin
merupakan obat yang dimasukkan kedalam tubuh yang berguna sebagai
pencegah suatu penyakit. Vaksin ini akan menghasilkan antibodi yang
fungsinya melindungi tubuh dari penyakit infeksi.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
imunisasi merupakan upaya pemberian kekebalan pada tubuh anak sebagai
pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan
vaksin kedalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari virus atau bakteri
yang menjadi penyebab penyakit bersangkutan yang telah dilemahkan dan
dimatikan dari virus atau bakteri penyebab penyakit, yang secara sengaja
dimasukkan ke dalam tubuh seseorang dengan tujuan merangsang
timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang tersebut.
Pandangan MUI terkait hukum dari imunisasi menggunakan vaksin
MR ini pada dasarnya dibolehkan (mubah) untuk memberikan kekebalan
tubuh dan untuk pencegahan terjadinya penyakit campak dan rubella.
Sebagai bentuk ikhtiar, vaksin yang digunakan seharusnya berbahan halal
dan suci. Vaksin yang najis tidak boleh digunakan kecuali pada keadaan
yang al-dlarurat, MUI membolehkan melakukan imunisasi dengan vaksin
6 Sisfani Sarimin, dkk, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu
Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara
Wilayah Kerja Puskesmas Walantakan” Jurnal, 2014, 2.
21
tersebut jika memang belum ditemukan vaksin yang halal yang dapat
menggantikan vaksin tersebut.
a. Tujuan dari imunisasi rubella adalah sebagai berikut:7
1) Menurut Notoatmodjo, tujuan dari imunisasi adalah menurunkan
angka kematian dan kesakitan dari penyakit seperti polio,
tuberkolusis, dan campak (measless)
2) Menurut Yusrianto, tujuan dari imunisasi adalah agar zat
kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk
mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil.
3) Menurut Hidayat, tujuan dari imunisasi adalah agar anak menjadi
kebal terhadap penyakit, sehingga dapat mengurangi kecacatan
akibat penyakit tertentu.
4) Menurut Notoatmodjo, tujuan dari imunisasi adalah menurunkan
angka kesakitan dan juga kematian dari penyakit tersebut yang
dapat dicegah dengan imunitas.
Dari beberapa tujuan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan diberikannya imunisasi rubella adalah untuk
memberi kekbalan tubuh pada balita dan anak, dan menurunkan
angka kematian.
b. Manfaat Imunisasi Rubella
Manfaat dari imunisasi rubella adalah untuk meningkatkan
kekebalan tubuh pada anak, melindungi anak dari kecacatan dan
7 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu Pada
Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan,” Skripsi ....., 30-31.
22
kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan,
dan kelainan jantung bawaan.8
3. Religiusitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.9
Religiusitas berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Glock
dan Stark sebagaimana dikutip oleh Irwan, adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan
ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.10
Menurut Michael Mayer sebagaimana dikutip oleh Fuad Ansori
dan Rachmi Dian Mucharam, berpendapat bahwa religi adalah
seperangkat aturan dan kepercayaan yang pasti untuk membimbing
manusia dalam tindakannya terhadap Tuhan, orang lain, dan juga diri
sendiri.11
Dari sinilah muncul istilah lain yaitu religiusitas. Religiusitas
diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan sebarapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim
8 Ibid., 31. 9 kbbi.web.id, (diakses pada tanggal 12 Januari 2020, jam 23.05). 10 Irwan, Kearifan Lokal Dalam Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Beresiko Tinggi,
(Yogyakarta: CV. Absolute Media, 2018), 40. 11 Fuad Ansori dan Rachmy Dian Mucharam, Mengembangkan Keativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), 71.
23
religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan, dan pengkhayatan atas agama Islam.
Religiusitas dalam Islam bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan ibadah ritual saja, melainkan juga ketika melakukan aktivitas
lainnya sehari-hari. Keberagamaan (religiusitas) diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia. Dalam pernyataan pertama etika Islam
adalah supaya manusia mempunyai perilaku yang baik mengikuti ajaran
Islam bagi mencapai keredhaan Allah.12
Religiusitas adalah komitmen yang bisa dilihat dari aktivitas atau
perilaku seseorang yang berkaitan dengan agama, keimanan atau
kepercayaan. Agama bagi para pengikut Islam adalah pedoman perilaku,
cara hidup di berbagai aspek kehidupan untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Religiusitas seorang pengikut Islam bisa dalam bentuk
ketaatan pada pengetahuan, kepercayaan, implementasi dan pemahaman
terhadap agama Islam.13
Agama mencakup ajaran dan praktik tentang berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti ibadah, akidah, akhlak, sosial, ekonomi,
politik, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Islam menuntun umatnya
agar memiliki religiusitas yang tinggi. Islam mengajarkan bahwa tugas
manusia adalah untuk beribadah, taat menjalankan perintahnya dan
12Ananda Putra,”Pengaruh Brand Equity dan Religiusitas terhadap Repurchase Intention
pada Perusahaan Retail Berbasis Islam,”Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018),
38. 13 Ibid., 39.
24
menjauhi segala larangannya, serta agar manusia berperilaku atau
berakhlak yang terpuji seperti dicontohkan Rasulullah Saw.
Islam baik dari segi bahasa maupun istilah menggambarkan misi
keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan
batin bagi seluruh umat manusia.14 Islam menghendaki agar umatnya
kuat atau sehat, tidak lemah secara fisik, mental, sosial dan ekonomi.
Tuntunan dalam ajaran Islam banyak mencerminkan nilai-nilai
kesehatan, diantaranya melalui cara hidup atau perilaku yang bersih dan
sehat.
a. Dimensi-dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark ada lima dimensi religiusitas yang
dapat dijadikan indikator religiusitas seseorang, yaitu :15
1) Dimensi Keyakinan
Dimensi ini menunjukkan seberapa tingkat keyakinan
muslim terhadap kebenaran-kebenaran ajaran agamanya terhadap
ajaran-ajaran yang bersifat mendasar dan dogmatik, seperti
kepercayaan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Nabi/Rasul,
surga dan neraka.
2) Dimensi Ibadah atau Praktik Agama
Dimensi ini mencangkup perilaku ketaatan dan hal-hal
tingkat kepatuhan seseorang dalam melakukan kegiatan-kegiatan
ritual sebagaimana yang telah diajarkan dan diperintahkan oleh
14 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif (Jakarta: Kencana, 2011), 22. 15 Djamaludin Ancok dan Fuad Nasroni, Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), 76-82.
25
agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dijalankan dengan
melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-
Qur’an dan lain-lain.
3) Dimensi Pengetahuan Agama
Dimensi ini menerapkan atau menunjukkan seberapa jauh
pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran
agamanya, dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-
orang yang beragama memiliki pengetahuan mengenai dasar-
dasar ritus-ritus, kitab suci dan tradisi, seperti pengetahuan
tentang kandungan Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus
diimani dan dilaksanakan, hukum Islam serta pemahaman tentang
kaidah kaidah keilmuan ekonomi/peran syariah.
4) Dimensi penghayatan (pengalaman)
Dimensi ini tentang pengaaman-pengalaman yang pernah
dialami atau dirasakan, seperti merasa bahwa doanya dikabulkan
Tuhan, lebih dekat dengan Tuhan, timbul rasa bertambah
keimanan dan lain sebagainya.
5) Dimensi pengamalan
Dimensi ini merujuk pada seberapa tingkat muslim
berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajarannya, yaitu bagaimana
individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia
lain. Seperti perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma,
berlaku jujur dan lain sebagainya.
26
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator
religiusitas meliputi:
a. Keyakinan
b. Ibadah atau praktik agama
c. Pengetahuan agama
d. Penghayatan (pengalaman)
e. Pengamalan
4. Pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018
a. Pengetahuan
Epistemologi atau pengetahuan berasal dari bahasa Yunani
yaitu episteme yang artinya adalah pengetahuan dan logos artinya
percakapan, ilmu, atau pikiran. Jadi, pengetahuan adalah pikiran dan
percakapan terkait ilmu pengetahuan. Pengetahuan juga bisa
diartikan sebagai hasil tahu, hal tersebut terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra pendengaran, penglihatan,
penciuman, rasa, dan juga raba. Namun sebagian besar pengetahuan
manusia dipengaruhi oleh mata dan telinga. Hasil pekerjaan tahu
merupakan hasil dari kenal, sadar, pandai, juga mengerti.16
Pengetahuan mencakup antara seseorang yang mengetahui dengan
obyek yang diketahui.17
16 Sidi Gazalba, Ham dan Pluralisme Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 4. 17 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku Kedua Pengantar Kepada Teori Pengetahuan
(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 30.
27
Menurut Notoatmodjo sebagaimana dikutip oleh Ragil,
pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang,maka dari itu perilaku yang didasari dengan
pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan
perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.18
Pengetahuan menurut knowledge berarti proses yang dilakukan
seseorang dengan meggunakan pancaindra terhadap suatu objek
untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, media, dan
informasi. Sedangkan tingkatan pengetahuan adalah tahu,
memahami, aplikasi, analisis, dan evaluasi.
1) Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo sebagaimana dikutip oleh Asriwati dalam buku
antropologi kesehatan dalam keperawatan, tercakup dalam 6
tingkatan, yaitu:19
a) Mengetahui
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
18 Ragil Retnaningsih, “Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Telinga
dengan Penggunaannya pada Pekerja di PT. X”, Jurnal of Industrial Hygiene and Occupational
Health, No. 1, Vol. 1 (Oktober, 2016), 69. 19 Asriwati, Antropologi Kesehatan Dalam Keperawatan, (Yogyakarta:
Deepublish,2019), 147-148.
28
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang sudah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan dan juga menyebutkan.
c) Aplikasi
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan
materi atau objek ke dalam komponen, tapi masih di dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti bisa menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
29
e) Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan dalam
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian pada suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis
merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang sudah ada.
f) Evaluasi
Evaluasi berhubungan dengan kemahiran dalam
menjalankan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian tersebut berdasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Evaluasi ini dapat membandingkan, antara satu hal
dengan hal lainnya.
Pengetahuan keluarga tentang kesehatan diperlukan
untuk menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan anggota
keluarganya. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan banyak
ditentukan oleh kelas sosial masyarakat.
2) Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan salah satu masalah terkait
pengetahuan, setiap individu mempunyyai khazanah
pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan tentang buruk dan
30
baik, jelek dan bagus, kehidupan di sekitar dan lain
sebagainya.20
Di dalam sejarah filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh oleh setiap individu dengan salah satu empat
jalan, yaitu:21
a) Pengetahuan yang dibawa sejak lahir.
b) Pengetahuan yang didapatkan dari akhlak dan ikhtiyar.
c) Pengetahuan yang didapatkan melalui alat indra, yaitu
pendengaran, penglihatan, penciuman, dan rabaan.
d) Pengetahuan yang didapatkan dari ilham atau penghayatan.
3) Fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo adalah pendidikan, informasi, pekerjaan,
lingkungan, pengalaman, usia, sosial, budaya, dan ekonomi.22
a) Pendidikan
Pendidikan merupakan pengajaran atau bimbingan
yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain terkait suatu
hal agar orang tersebut dapat memahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah mereka
mendapatkan informasi dan semakin banyak juga
pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya jika seseorang
20 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu
Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan,” Skripsi...., 44. 21 Ibid., 45. 22 Fatkhurrohman Ilham Fuadi, “Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap
Masyarakat dalam Mencegah Leptospirosis di Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo, “Skripsi (Surakarta: UNMUH Surakarta).
31
yang pendidikannya rendah maka dapat menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi.
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan merupakan salah satu tempat
dimana seseorang akan mendapatkan informasi, pengetahuan
dan pengalaman baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c) Usia
Bertambahnya usia seseorang akan menjadikan
perubahan pada aspek psikis dan psikologisnya.
d) Pengalaman
Pengalaman merupakan kejadian yang pernah dialami
oleh seseorang dalam berinteraksi. Kecenderungan terhadap
suatu pengalaman yang baik seorang individu akan berusaha
untuk melupakan, namun jika pengalaman tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan menimbulkan
kesan sehingga menimbulkan sikap positif.
e) Keyakinan
Keyakinan ini biasanya diperoleh secara turun temurun
tanpa disertai adanya bukti terlebih dahulu. Jadi keyakinan
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik positif
maupun negatif.
32
f) Sosial Budaya
Kebudayaan dan kebiasaan dalam sebuah keluarga juga
dapat mempengaruhi presepsi, pengetahuan dan sikap
seseorang terhadap sesuatu.
g) Fasilitas
Fassilitas disini merupakn sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Misalnya TV,
majalah, hp, radio, dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator untuk variabel
pengetahuan yaitu:
1) Mengetahui
2) Memahami
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 tentang Vaksin MR untuk
Imunisasi
Bahwa saat ini ditemukan banyak kasus terjadinya penyakit
Campak dan Rubella di Indonesia. Kedua penyakit ini digolongkan
penyakit yang mudah menular dan berbahaya, karena bisa
menyebabkan cacat permanen dan kematian. Anak-anak merupakan
kelompok yang sangat rentan terkena penyakit tersebut. Untuk
33
mencegah mewabahnya dua penyakit tersebut, dibutuhkan ikhtiar
dan upaya yang efektif, salah satunya melalui imunisasi.23
Bahwa untuk melindungi anak dan masyarakat Indonesia dari
bahaya penyakit campak dan rubella, Pemerintah menjalankan
program imunisasi MR. Terkait dengan itu, Menteri Kesehatan RI
mengajukan permohonan fatwa kepada MUI tentang status hukum
pelaksanaan imunisasi MR tersebut untuk dijadikan sebagai panduan
pelaksanaannya dari aspek keagamaan.
Bahwa atas dasar pertimbangan di atas, maka dipandang perlu
menetapkan fatwa tentang penggunaan vaksin MR Produksi SII
untuk Imunisasi agar digunakan sebagai pedoman. Dengan
berdasarkan pada :
a. Al-Quran al-Karim
b. Hadith-Hadith Nabi SAW
c. Kaidah-kaidah Fiqh
Hasil pertemuan Majelis Ulama Indonesia dan Kementrian
Kesehatan RI pada tanggal 3 Agustus 2018 yang antara lain
menyepakati adanya pengajuan sertifikasi halal terhadap produk
vaksin yang digunakan untuk imunisasi MR serta pengajuan Fatwa
MUI tentang pelaksanaan imunisasi MR di Indonesia sebagai
pedoman.24
23 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018, 1. 24 Ibid., 8.
34
Surat Menteri Kesehatan RI Nomor
SR.02.06/Menkes/449/2018 tanggal 6 Agustus 2018 perihal
Pengajuan Fatwa MUI tentang Pelaksanaan Imunisasi Measles
Rubella di Indonesia, yang intinya menjeaskan bahwa kampanye
imunisasi MR merupakan pelaksanaan kewajiban Pemerintah
bersama masyarakat untuk melindungi anak dan masyarakat
Indonesia dari bahaya penyakit campak dan rubella, dan karenanya
Menkes mengajukan Fatwa MUI terkait dengan pelaksanaan dari
aspek keagamaan.25
Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Sidang
Komisi Fatwa pada Rapat Pleno Komisi Fatwa pada tanggal 20
Agustus 2018, memutuskan:26
Ketentuan Umum:
a. Penggunaan vaksin yang memanfaatkan unsur babi dan
turunannya hukumnya haram.
b. Vaksin MR produk dariSerum Intitute of India (SII) hukumnya
haram karena dalam proses produksinya memanfaatkan bahan
yang berasal dari babi.
c. Penggunaan Vaksin MR produk dari Serum Institute of India
(SII), pada saat ini dibolehkan (mubah) karena:
1) Ada kondisi keterpaksaan (Dlarurat syar’iyyah).
2) Belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci.
25 Ibid., 8-9. 26 Ibid., 11.
35
3) Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya
tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tida diimunisasi dan
belum adanya vaksin MR yang halal.
4) Kebolehan penggunaan vaksin MR sebagaimana dimaksud
pada angka 3 tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin
yang halal dan suci.
Rekomendasi:
a. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk
kepentingan imunisasi bagi masyarakat.
b. Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal
dan mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pemerintah harus menjadikan pertimbangan keagamaan sebagai
panduan dalam imunisasi dan pengobatan.
d. Pemerintah harus mengupayakan secara maksimal, serta melalui
WHO dan negara-negara berpenduduk muslim, agar
memperhatikan kepentingan umat Islam dalam hal kebutuhan
akan obat-obatan dan vaksin yang suci dan halal.
Penggunaan vaksin MR untuk imunisasi merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak terhadap suatu
penyakit. Sehingga ketika anak terserang penyakit, tubuhnya tidak
akan menderita penyakit tersebut karena sudah mempunyai sistem
memori, pada saat vaksin diberikan kepada tubuh anak maka akan
36
membentuk antibodi yang akan melawan vaksin tersebut kemudian
sistem memori yang akan menyimpan suatu yang sudah terjadi.
B. Keterkaitan Antarvariabel
1. Keterkaitan antara religiusitas dan keputusan masyarakat menggunakan
vaksin MR untuk imunisasi.
Thontowi memandang religiusitas sebagai bentuk hubungan
manusia dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah
terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan
perilakunya sehari-hari.27 Dengan religiusitas yang tinggi secara otomatis
dapat mempengaruhi sikap/keputusan masyarakat dalam memilih dan
menentukan suatu produk halal yang akan mereka gunakan atau
manfaatkan. Seperti dalam menentukan pemberian imunisasi vaksin MR,
mereka memilih memberikan imunisasi vaksin MR pada anak-anaknya
karena dalam pandangan Islam pencegahan lebih baik daripada
mengobati.28
2. Keterkaitan antara pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun
2018 dan keputusan masyarakat menggunakan vaksin MR untuk
imunisasi.
Menurut Notoatmodjo pengetauan adalah domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang
Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 mempengaruhi masyarakat dalam
27https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf (diakses
pada tanggal 15 Mei 2020, jam 21.40) 28 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu
Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan,” Skripsi ..., 103.
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf
37
menentukan suatu pilihan. Women dan Angel mereka mengatakan bahwa
pengetahuan konsumen adalah sebuah informasi yang diperoleh dan
dimiliki konsumen terkait berbagai produk atau jasa.29 Tingginya
pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 dapat
mempengaruhi tingginya minat untuk menggunakan vaksin MR untuk
imunisasi.
3. Keterkaitan antara religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI
Nomor 33 Tahun 2018 terhadap keputusan masyarakat menggunakan
vaksin MR untuk imunisasi.
Religiusitas dan pengetahuan tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun
2018 yang tinggi secara otomatis dapat mempengaruhi sikap/keputusan
masyarakat dalam menentukan penggunaan imunisasi vaksin MR,
mereka memilih memberikan imunisasi vaksin MR pada anak-anaknya
karena mereka tau Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperbolehkan
pemberian imunisasi tersebut sebagai pencegahan, karena dalam
pandangan Islam pencegahan lebih baik daripada mengobati.
C. Penelitian Terdahulu
Pada sub bab ini penulis akan menuliskan kajian-kajian penelitian
sebelumnya yang sesuai dengan topik yang akan dibahas. Kajian-kajian
penelitian sebelumnya ini digunakan sebagai referensi agar dalam penulisan
pada penelitian ini ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
29 Ibid., 10
38
Pertama, skripsi Merlinta dari UNMUH Surakarta Tahun 2018 dengan
judul “Hubungan Pengetahuan tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan
Pendidikan Ibu terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas
Kartasura”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasioal
analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang vaksin
MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR akan tetapi tidak terdapat
hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR.30
Kedua, skripsi Rachmawati Sukarno Putri dari UNAIR Surabaya Tahun
2016 Surabaya dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita di Dukuh Pilangbangau
Desa Sepat Masaran Sragen”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik observasioanl dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa ada hubungan antara presepsi penerimaan vaksin terkait
agama yang dianut ibu dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi
dasar pada balita di Dukuh Pilangbangau Kelurahan Sepat Kecamatan
Masaran Kabupaten Seagen serta ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada balita di Dukuh
Pilangbangau Kelurahan Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.31
30 Merlinta, “Hubungan Pengetahuan tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan
Pendidikan Ibu terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura,” Skripsi
(Surakarta: UNMUH Surakarta, 2018), 7. 31 Rachmawati Sukarno Putri, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu dalam
Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat Masaran Sragen,”
skripsi (Surabaya: UNAIR Surabaya, 2016), 91.
39
Ketiga, skripsi Nur Amalina dari UIN Sunan Ampel Surabaya dengan
judul “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu
Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumurgenuk
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan”. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa religiusitas
berpengaruh terhadap preferensi ibu-ibu pada kehalalan vaksin imunisasi
rubella di Dukuh Ploro Desa Sumurgenuk Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan. Serta faktor pengetahuan juga berpengaruh terhadap preferensi
ibu-ibu pada kehalalan vaksin imunisasi rubella di Dukuh Ploro Desa
Sumurgenuk Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.32
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah sebuah model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara
teoritis hubungan antar variabel dependent dan independent.33 Berikut
kerangka berfikir dari penelitian ini :
1. Jika tingkat religiusitas masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan
Bungkal Kabupaten Ponorogo tinggi, maka masyarakat akan
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.
32 Nur Amalina, “Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan terhadap Preferensi Ibu-ibu
Pada Kehalalan Vaksin Imunisasi Rubella di Dukuh Ploro Desa Sumbergenuk Kecamatan Babat
Kabupaten Lamongan,” Skripsi...., 117. 33Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)(Bandung: Alfabeta, 2015), 91.
40
2. Jika pengetahuan masyarakat di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal
Kabupaten Ponorogo tentang Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 itu baik,
maka masyarakat akan menggunakan vaksin MR untuk imunisasi.
3. Jika religiusitas dan pengetahuan masyarakat Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo tentang Fatwa MUI Nomor 33
Tahun 2018 itu tinggi, maka masyarakat akan menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Ha1 : Ada pengaruh religiusitas terhadap keputusan masyarakat
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
Ha2 : Ada pengaruh pengetahuan Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018
terhadap terhadap keputusan masyarakat yang menggunakan vaksin
MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan Kecamatan Bungkal
Kabupaten Ponorogo.
41
Ha3 : Ada pengaruh religiusitas dan pengetahuan Fatwa MUI Nomor 33
Tahun 2018 secara simultan terhadap keputusan masyarakat yang
menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah semacam strategi untuk membuktikan
kebenaran hipotesis. Jika yang digunakan bukan rancangan yang seharusnya,
kemungkinan besar hipotesisnya tidak terbukti kebenarannya. Tidak terbukti
kebenaran hipotesis penelitian mungkin pula disebabkan karena rancangan
penelitian yang digunakan kurang tepat.1
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
yang datanya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Tujuan
penelitian kuantitatif untuk mengembangkan dan menggunakan model
matematis, teori, dan/ atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang
diselidiki oleh peneliti.2
Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan
penelitian non eksperimen (ex post facto), yaitu suatu penelitian yang
pengamatannya dilakukan terhadap sejumlah variabel menurut apa adanya.
Penelitian ini bertujuan membandingkan kedua atau tiga peristiwa yang sudah
terjadi melalui hubungan sebab akibat dengan cara mencari sebab-sebab
terjadinya peristiwa berdasarkan pengamatan akibat-akibat yang mungkin
tampak dan teramati.3
1Sumadi Suryabrata, Methodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 43. 2 Yusuf Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenada Media Group, 2014), 5. 3 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,
2005), 42.
43
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.4 Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel bebas / independen (X)
Variabel bebas merupakan variabel stimulus yang mempengaruhi
variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabilitasnya
diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah religiusitas (X1) dan Pengetahuan tentang
fatwa MUI No. 33 Tahun 2018 (X2).
b. Variabel terikat / dependen (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon)
jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel
yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang
disebabkan oleh variabel bebas.5 Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah keputusan menggunakan vaksin MR (Y).
Definisi operasional masing-masing variabel yang akan digunakan
pada penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut :
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2013), 64. 5 Jonathan Sarwono, Statistik Multivariat Aplikasi Untuk Riset Skripsi (Yogyakarta: CV
Andi Offset 2013), 62.
44
Tabel 3.1
Variabel penelitian dan definisi operasional
Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Indikator
Keputusan
Menggunakan
Vaksin MR
(Y)
Keputusan
masyarakat
menggunakan vaksin
MR untuk imunisasi
merupakan suatu
tindakan atau pilihan
masyarakat yang setuju
menggunakan vaksin
MR untuk imunisasi.
a. Pengenalan masalah
b. Pencarian informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan Pembelian
e. Perilaku Pasca
Pembelian
Religiusitas
(X1)
Religiusitas adalah
komitmen yang bisa
dilihat dari aktivitas atau
perilaku seseorang yang
berkaitan dengan agama,
keimanan atau
kepercayaan.
a. Keyakinan
b. Ibadah atau Praktek
Agama
c. Pengetahuan agama
d. Penghayatan
(Pengalaman)
e. Pengamalan
Pengetahuan
tentang Fatwa
MUI No. 33
Tahun 2018
(X2)
Pengetahuan Fatwa
MUI No. 33 Tahun 2018
merupakan buah pikir,
ide, gagasan, konsep,
serta pemahaman
manusia tentang Fatwa
MUI No. 33 Tahun 2018.
a. Mengetahui
b. Memahami
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
45
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian atau keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan diteiti.6
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.7 Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Desa Bediwetan yang menggunakan vaksin MR untuk
imunisasi sejumlah 76 responden.8
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi dan
dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi.9 Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Menurut Arikunto apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari
100 maka sampel yang di ambil adalah semuanya, namun apabila populasi
penelitian lebih dari 100 orang dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih.10 Karena populasi dalam penelitian ini berjumlah 76 orang, maka
sampel yang akan digunakan peneliti adalah semuanya. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 76 responden.
6 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2012), 74. 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), 173. 8 Bidan Pety, Hasil Wawancara, Ponorogo, 11 Mei 2020. 9Trihono Kadri, Rancangan Penelitian(Yogyakarta: Deepublish, 2018), 35. 10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 135.
46
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan sensus atau sampling total. Sensus atau sampling total adalah
teknik pengambilan sampel di mana seluruh anggota populasi dijadikan
sampel semua. Penelitian yang dilakukan pada populasi di bawah 100
sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota populasi
tersebut dijadikan sampel semua sebagai subyek yang dipelajari atau sebagai
responden pemberi informasi.11
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena
data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan
dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung
diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek
penelitian.12 Cara memperoleh data primer ini melalui penyebaran kuisioner
terhadap masyarakat yang menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa
Bediwetan Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Data primer yang
dikumpulkan meliputi: tanggapan mengenai religiusitas, tanggapan mengenai
pengetahuan tentang Fatwa MUI no. 33 Tahun 2018, dan keputusan
11 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2016), 146. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 85.
47
masyarakat menggunakan vaksin MR untuk imunisasi di Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan, yaitu data yang diperoleh dari
dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data
lainnya yang menunjang.13 Data sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal-
jurnal, internet, dan dokumen dari instansi.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian.14 Instrumen penelitian adalah alat ukur untuk
memperoleh, mengolah serta menginterprestasikan informasi yang didapatkan
dari responden-responden yang dilakukan dengan pola ukur yang sama.15
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan instrumen pengumpulan data
kuisioner/angket.
Kuisioner adalah pertanyaan/pernyataan yang disusun peneliti untuk
mengetahui pendapat/persepsi responden penelitian tentang variabel yang
diteliti. Kuisionernya ini ditujukan kepada masyarakat Desa Bediwetan
Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo yang menggunakan vaksin MR
untuk imunisasi. Sistem yang digunakan berupa pemberian skor berdasarkan
skala likert.
13 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
2019), 13. 14Azuar Juliandi, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep dan Aplikasi(Medan: UMSU
Press, 2014), 68. 15Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2007), 46.
48
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban
tersebut kemudian diberi skor:
Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
Setuju (ST) diberi skor 4
Netral (N) diberi skor 3
Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data-
data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh
instrumen yang valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-
butir dalam suatu pernyataan dalam mendeskripsikan suatu variabel.16
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai
rtabel. Dasar pengambilan keputusan valid atau tidaknya suatu
instrumen:
16 V Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014), 192.
49
1) Apabila nilai rhitung > atau sama dengan rtabel atau rhitung berada di
bawah 0,05 dikatakan valid.
2) Apabila rhitung < atau sama dengan rtabel atau rhitung berada di
bawah 0,05 dikatakan tidak valid.
Rumus yang akan digunakan oleh penleiti untuk uji
validitas adalah rumus korelasi product moment, yaitu:17
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
√𝑁∑𝑥2 − ∑𝑥2 (𝑁∑𝑦2 − ∑𝑦2 )
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi product moment
N : Jumlah data
∑x : Jumlah seluruh nilai X
∑y : Jumlah seluruh nilai Y
∑xy : Jumlah hasil perkalian nilai X dan Y
Dalam melakukan uji validitas instrument, peneliti
mengambil sampel sebanyak 20 responden dengan menggunakan
33 item pernyataan. Yakni 12 butir pernyataan untuk religiusitas,
12 butir pernyataan untuk pengetahuan tentang Fatwa MUI No. 33
Tahun 2018, dan 9 butir pernyataan untuk keputusan penggunaan
vaksin MR.
Suatu butir pertanyaan dinyatakan valid bila nilai rhitung >
rtabel. Dengan melihat rtabel (nilai r product moment) untuk N = 20,
17 Retno Widyaningrum, Statistika (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2013), 107.
50
dengan sig. 5% diperoleh nilai sebesar 0,444. Dari perhitungan uji
validitas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 21, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Item Rhitung Rtabel Sig Keterangan
Religiusitas
(X1)
1 0,689 0,444 0,001 Valid
2 0,604 0,444 0,006 Valid
3 0,594 0,444 0,004 Valid
4 -0,328 0,444 0,156 Tidak Valid
5 0,478 0,444 0,048 Valid
6 0,530 0,444 0,029 Valid
7 0,559 0,444 0,003 Valid
8 0,339 0,444 0,217 Tidak Valid
9 0,439 0,444 0,164 Tidak Valid
10 0,628 0,444 0,001 Valid
11 0,447 0,444 0,043 Valid
12 0,642 0,444 0,096 Valid
Pengetahuan
Tentang
Fatwa MUI
No. 33 Tahun
2018 (X2)
1 0,769 0,444 0,000 Valid
2 0,736 0,444 0,000 Valid
3 0,611 0,444 0,004 Valid
4 0,558 0,444 0,005 Valid
5 0,629 0,444 0,003 Valid
6 0,573 0,444 0,010 Valid
7 0,541 0,444 0,429 Valid
8 0,760 0,444 0,000 Valid
9 0,081 0,444 0,790 Tidak Valid
10 0,707 0,444 0,002 Valid
11 0,716 0,444 0,000 Valid
51
Tabel 3.2 lanjutan
Variabel Item Rhitung Rtabel Sig Keterangan
12 0,253 0,444 0,300 Tidak Valid
Keputusan
Menggunakan
Vaksin MR
(Y)
1 0,548 0,444 0,007 Valid
2 0,648 0,444 0,102 Valid
3 0,200 0,444 0,059 Tidak Valid
4 0,558 0,444 0,002 Valid
5 0,647 0,444 0,004 Valid
6 0,537 0,444 0,016 Valid
7 0,613 0,444 0,022 Valid
8 0,634 0,444 0,003 Valid
9 0,480 0,444 0,043 Valid
Dari tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa ada 27 butir
pernyataan rhitung dan bernilai positif, sehingga 27 butir pernyataan
pada kuisioner penelitian ini dinyatakan valid. Adapun 6 butir
pernyataan dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel. Sehingga 6
butir pernyataan tersebut harus dihapus dan tidak dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument
tersebut sudah baik.18 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu
instrumen dapat memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila
pengukuran dilakukan berulang-ulang terhadap gejala yang sama
18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), 238.
52
dengan alat pengukuran yang sama. Uji reliabilitas ini hanya
dilakukan pada data yang dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitas
digunakan rumus croncbach alpha (α).19 Apabila nilai croncbach
alpha suatu variabel > 0,60 maka indikator yang digunakan oleh
variabel adalah reliabel, sedangkan apabila nilai croncbach alpha
suatu variabel < 0,60 maka indikator yang digunakan oleh variabel
adalah tidak reliabel.
Rumus croncbach alpha (α) adalah sebagai berikut:
𝑟11 = (𝑘
𝑘 − 1) (1
∑ 𝜎𝑏2
𝜎𝑡2
)
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = jumlah varians butir
Σt2 = varians total20
Dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 21, diperoleh hasil uji
reliabilitas untuk masing-masing variabel sebagaimana tabel di bawah
ini.
19 Ibid., 239. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), 239.
53
Tabel 3.3
Uji Reliabilitas
Variabel Nilai
Cronbach’s
Alpha
Batas
Reliabel
Keterangan
Religiusitas (X1) 0,769 0,60 Reliabel
Pengetahuan
tentang Fatwa MUI
No. 33 Tahun 2018
(X2)
0,859 0,60 Reliabel
Keputusan
Menggunakan
Vaksin MR (Y)
0,733 0,60 Reliabel
Dari tabel 3.3 dapat kita ketahui bahwa masing-masing variabel
instrumen memiliki nilai Croncbach Alpha > 0,60, sehingga dapat
dikatakan bahwa seluruh variabel instrumen penelitian ini reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan proses pengolahan dan analisis data, pada
penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi. Model regresi yang akan
digunakan untuk prediksi, terlebih dahulu harus memenuhi sejumlah
asumsi yang biasa disebut dengan asumsi klasik. Adapun asumsi yang
harus dipenuhi yakni:
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai
residu atau perbedaan yang ada dalam penelitian, apakah memiliki
distribusi normal atau tidak normal, dengan cara melihat nilai
54
signifikansinya. Jika nilai signifikansi variabel penelitian > 0,05 maka
distribusi normal dan sebaliknya jika signifikansi variabel penelitian <
0,05 maka tidak berdistribusi normal.21
b. Uji Multikolinearitas
Uji multilolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas.
Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada
aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak
digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji multikolinearitas dengan
SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan koefisien korelasi antar variabel
bebas. Kriteria yang digunakan adalah :
1) Jika nilai VIF < 10 atau memiliki toleransi > 0,1 maka dikatakan
tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi.
2) Jika koefisien korelasi antar variabel bebas kurang dari 0,5 maka
tidak terdapat masalah multikolinearitas.22
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk suatu tujuan, yaitu
mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota serangkaian data yang
diobservasi dan dianalisis menurut ruang atau menurut waktu, cross
section atau time series. Uji ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya
21 Imam Machali, Metode Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Prodi MPI Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Pendidikan UIN Sunan Kalijaga, 2017), 89. 22 Ibid., 107.
55
korelasi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan
yang lain pada model. Metode pengujian yang sering digunakan
adalah pengujian uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:23
1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)
2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan
+2 atau -2 ≤ DW ≤ +2
3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW >
+2
d. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Konsekuensi
heteroskedastisitas adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak
efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang
digunakan untuk melihat adanya kasus heteroskedastisitas yaitu
dengan menggunakan metode uji glejser dengan kriteria: jika nilai
signifikan > 0,05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas.24
23 Danang Sunyoto, Praktik SPSS untuk Kasus (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), 134. 24 Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial (Jakarta: Rajawali Press, 2017), 103.
56
3. Uji Hipotesis
a. Regresi Linier Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:
Y = a + b. X
Keterangan :
Y : Variabel Dependen (Variabel Terikat)
X : Variabel Independen (Variabel Bebas)
a : Konstanta
b : Koefisien Regresi
b. Uji t
Uji t untuk melihat signifikan pengaruh variabel independen
secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel lain bersifat konstan. Untuk pengambilan kesimpulannya
dinyatakan dengan melihat nilai signifikan dan membandingkan
dengan taraf kesalahan (signifikansi) yang dipakai, yakni jika nilai
probabilitas < nilai alpha (α), maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika thitung > ttabel, artinya variabel bebas (X) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y).
57
Jika thitung < ttabel, artinya variabel bebas (X) tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Dan mengambil kesimpulan:
Nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak.
Nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima.25
c. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat.
Rumus regresi linier berganda sebagai berikut:26
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y : Keputusan Menggunakan Vaksin MR
a : Konstanta
X1 : Religiusitas
X2 : Pengetahuan tentang Fatwa MUI
b1 : Koefisien Regresi X1
b2 : Koefisien Regresi X2
d. Uji F
Uji F dipakai untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Untuk
melihat pengaruh yang terjadi dilakukan dengan membandingkan nilai
sig dengan nilai tingkat kepercayaan 0,05. Apabila nilai sig lebih kecil
25 Trihendradi, Langkah Praktis Menguasai Statistik Untuk Ilmu Sosial Kesehatan
Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV, Andi Offset, 2013), 154. 26 Dwi Priyanto, SPSS Handbokk (Yogyakarta: MediaKom, 2016), 92.
58
dari nilai derajat kepercayaan (sig < 0,05), berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel
dependen.27 Pengajuan hipotesisnya adalah:
H0 : b1, b2 = 0, berarti variabel bebas (X1) secara serentak tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Ha : b1, b2 ≠ 0, berarti variabel bebas (X1) memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Dasar pengambilan keputusan ialah:
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak Ha diterima artinya variabel bebas
secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.28
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima Ha ditolak artinya variabel bebas
secara serentak tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Dan mengambil kesimpulan:
Nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak.
Nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima.29
27 Trihendradi, Langkah Praktis Menguasai Statistik Untuk Ilmu Sosial Kesehatan
Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), 150. 28 Ibid., 154. 29 Ibid., 154.
59
BAB IV
HASI