Upload
lynhi
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN
BERBENTUK KURSUS/ LES AKADEMIK
TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK PESERTA DIDIK
Maya Umami
E-mail: [email protected]
Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA)
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
ABSTRAK
Anak merupakan aset yang diupayakan oleh kedua orangtuanya untuk
berkembang. Berkembang sebagai generasi penerus untuk lebih baik minimal satu profesi
seperti orang tuanya misalnya saja jika, orang tuanya seorang dokter maka anaknya harus
jadi kepala dokter dan jika dahulu orang tuanya selalu menduduki peringkat 10 besar
maka anaknya harus peringkat 5 besar. Segala cara dilakukan orang tua untuk menjadi
seperti apa yang diinginkannya misalnya saja dengan memberikan berbagai macam
stimulasi kepada anak sebagai pelajar. Kursus/ les/ memanggil guru ke rumah dijadikan
alternatif sebagai stimulasi yang tepat bagi anak secara akademik. Namun, perlu kita
ketahui kemampuan anak itu seperti balon, balon akan mengembang jika diisi udara.
Tetapi, tanpa disadari ketika udara terisi melebihi kapasitas, balon akan meledak. Dari
rumusah masalah inilah penulis mengangkat judul "Pengaruh Stimulasi yang Berlebihan
Berbentuk Kursus/ Les Akademik Terhadap Tumbuh Kembang Otak Peserta Didik"
Adapun tema tersebut memiliki tujuan yakni: 1) mengetahui takaran yg tepat dalam
pemberian stimulus terhadap tumbuh kembang otak, dan 2) stimulus seperti apa yang
dibutuhkan untuk perkembangan otak secara maksimal. Dengan mengacu pada tujuan
masalah tersebut penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana dengan memakan
waktu selama 1 minggu.
Kata Kunci : Tumbuh Kembang Otak, Stimulasi, Dampak Stimulasi yang berlebih
2
PENDAHULUAN
Kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan pesat. Terbukti dengan menaiknya standart nilai kelulusan, kenaikan kelas,
maupun tes ketika memasuki perguruan tinggi. Standar kelulusan dari tahun ke tahun
selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan begitu, masing-masing
sekolah atau perguruan tinggi berkesempatan untuk menghasilkan output yang memiliki
kualitas serta kuantitas yang dapat menunjang untuk pembangunan Negara. Pendidikan
merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu
menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,
disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan adanya kenaikan standart kelulusan, maka dewasa ini kurikulum
pendidikan menjadi lebih berbobot dari pendidikan terdahulu. Banyaknya materi yang
harus dikuasai peserta didik, membuat kurikulum di Indonesia mengadopsi metode CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) yang lebih menekankan siswa untuk aktif selama kegiatan
belajar dan pembelajaran. Pada buku karangan Darmaningtyas yang berjudul “Pendidikan
yang memiskinkan” menuliskan bahwa Metode ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak
pelaksanaan kurikulum 1975 yang di adopsi dari Inggris. Sistem ini di praktikan di 60 SD
di Cianjur. Pada intinya, system ini mendorong siswa aktif belajar sendiri sedangkan guru
hanya memberikan pengarahan dari belakang. Berbeda misalnya dengan system
sebelumnya yang didominasi oleh pemandangan murid yang aktif mendengarkan dan
mencatat ucapan guru. Pada system CBSA ini, murid berdiskusi, bertanya, bahkan
mendebat guru.
Selain metode yang dapat diterapkan guru terhadap siswa, maka perlakuan orang
tua dari peserta didik juga berperan penting. Segala cara dilakukan oleh para orang tua
untuk menjadikan anaknya siswa yang berprestasi sesuai dengan keinginanya. Tiap-tiap
anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Tidak semua anak dapat mengikut metode
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) oleh karena itu les privat/ kursus/ memanggil guru ke
rumah menjadi alternative yang tepat bagi orang tua terhadap anaknya.
3
Tidak sedikit orang tua yang memiliki obsesi untuk menjadikan buah hatinya
seperti apa yang dia inginkan. Alternative yang diambil berbentuk les/ kursus/
mendatangkan guru ke rumah sering dijadikan “suplemen” utama untuk mencapai tujuan
orang tua tanpa memperhatikan aspek psikologis anak. Adapun beberapa alasan orang tua
lebih memilih les/ kursus akademik anaknya, yaitu:
Alasan 1
Orang tuanya sangat sibuk (dua-duanya ) bekerja. Untuk "ketenangan" hati orang tua,
maka orang tua lebih memilih anak-anaknya mengikut les privat/ kursus, dengan
"harapan" dapat menambah pandai dan keberadaan anak-anaknya-nya dalam pengawasan
orang dewasa (pengajar kursus/ les)
Alasan 2
Anaknya termasuk dalam kategori anak yang kurang mampu dalam menangkap pelajaran,
maka memang ada baiknya diikutkan dalam bidang-bidang yang kurang mampu (bila
ketidak mampuannya ada beberapa, maka anak-anaknya pun "terpaksa" menuruti
keinginan orang tuanya agar mereka menjadi mampu
Alasan 3
Anaknya termasuk golongan anak yang hyper kegiatan, maka ada baiknya orang tuanya
menyalurkan kemampuan anak untuk menyalurkan segala keinginan kegiatan anak agar
kegiatan menjadi positif.
Alasan 4
Upaya pembentukan disiplin sejak dini perilaku anak terhadap waktu. Banyak oang tua
yang mengngnkan anaknya menjadi disiplin sehingga ketika dewasa kelak perilaku
disilpin akan terus terjaga akibat dari pembentukan karakter disiplin sejak dini terhadap
waktu yang digunakan.
Tetapi, yang mulanya bertujuan baik dijadikan skandal untuk para orang tua
mengikuti les privat/ kursus buah hatinya secara berlebihan sehingga waktu main (kodrat
anak-anak) ataupun bersosialisasi menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
Seluruh waktunya hanya di gunakan untuk belajar, kursus ini, kursus itu, dan kursus-
kursus lainnya.
TINJAUAN PUTAKA
Tumbuh Kembang/ Perkembangan Anak
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
4
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga “perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya” (Soetjiningsih, 1998). Dalam hal ini lingkungan memegang
peranan terbesar dalam pembentukan emosi, intelektual maupun tingkah laku. Contohnya
saja, seorang anak terlahir di lingkungan penjudi, maka bisa jadi anak tersebut memiliki
tingkah laku layaknya penjudi seperti yang ia dapatkan dari lingkunganya, dsb. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:
1. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan
dengan terjadinya penyakit pada anak
2. Faktor Ekstrinsik
Yang merupakan faktor ekstrinsik:
- Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
kekerasan dari orang tua).
- Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi jika
anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi
pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak yang kurang
mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
- Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak,
tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat
menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhannya
- Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).
3. Faktor Pendukung
Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :
- Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut
- Peran aktif orang tua
- Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak
- Peran aktif anak
- Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).
5
Keseimbangan Belahan Otak Kanan dan Belahan Otak Kiri
Seperti kita ketahui bahwa manusia memiliki sebuah otak besar (serebum) yang
dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan, atau bisa kita sebut otak kanan
dan otak kiri. Nah, walaupun masih merupakan kesatuan fungsi otak kanan dan otak kiri
manusia ternyata mempunyai fungsi yang berbeda.
Fungsi Otak Kanan; berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ).
Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian
emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,
memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.
Sedangkan Fungsi otak kiri; berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan
logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika.
Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian
ini juga bersifat jangka pendek.
Dalam buku karangan M. Anshori menyatakan bahwa “Keseimbangan otak
kanan dan otak kiri diperlukan agar kecerdasan instingtif maupun intelektual dapat
digunakan secara maksimal”. Otak kanan atau kiri, mana yang lebih baik ? Untuk yang
satu ini sepertinya sangat susah untuk dijawab, mengingat otak kanan maupun otak kiri
mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di
dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Para pengguna otak kiri pada
umumnya lebih kuat dalam matematika. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan
lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya.
Demikian juga sebaliknya dengan pengguna otak kanan.
Hakekat Stimulasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: stimulasi adalah dorongan atau
rangsangan. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Pada buku Kedokteran EGC Karangan Dr. Soetjiningsih,
SpAK, Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah kan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak sama sekali mendapatkan
stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif,
taktil, dll. Dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga
6
stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak misalnya dengan mengajaknya
bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dll. Buku anak-anak juga penting untuk
stimulasi perkembangan anak, karena akan menambah kemampuan berbahasa,
berkomunikasi, serta menambah wawasan anak terhadap lingkungan disekitarnya.
“Prioritas untuk stimulasi perkembangan anak adalah makanan, perawatan
kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang kuat dan kesehatan yang
terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual adalah perlu. Bermain
merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya
optimal” (Morley:1986). Dari pernyataan tersebut dapat terlihat pemberian stimulasi dini
yang diberikan cukup untuk keseimbangan antara fungsi belahan otak kanan dan belahan
otak kiri. Tidak ada yang mendominasi atau sudah sesuai dengan takaran. Perkembangan
fisik, perkembangan intelektual, perkembangan bersosialisasi, perkembangan sebagai
makhluk individu, dsb.
Stimulasi Pendidikan untuk Anak
Stimulasi yang diberikan untuk anak yang sudah memasuki tahap belajar formal
dapat dikenalkan melalui pendidikan karakter. “Pendidikan karakter merupakan
keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari
dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati
kebebasannya, sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya
sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka” (Doni
Kusuma A:2007) . Secara singkat, pendidikan karakter bias diartikan sebagai sebuah
bantuan social agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam
hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan membentuk
setiap pribadi menjadi insane yang berkeutamaan. Pendidikan karakter menjadi pedagogi
yang membebaskan individu sehingga ia dapat menghayati keunikannya, kekhasannya,
tanpa takut bahwa dirinya akan distandardisasi atau disatuwarnakan dengan yang lain.
METODE
Rumusan Masalah
1. Tidak sedikit peserta didik mengeluh atau bahkan tidak mau mengikuti les privat.
2. Maraknya pembahasan mengenai perkembangan anak.
7
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui takaran yang tepat dalam pemberian stimulus terhadap tumbuh
kembang otak anak sebagai pelajar.
2. Stimulus yang seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan otak anak yang
berprofesi sebagai pelajar
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 Minggu sejak tanggal 7 April 2012 sampai
dengan 14 April 2012.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana,
dimana adanya pengaruh variable X terhadap variable Y. Atau disebut juga Tipe
Penelitian Explanatory yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan pengaruh antara
satu variable dengan variable lain.
X Y Keterangan :
X = Stimulasi
Y = Tumbuh Kembang Otak
Analisis ini menurut Sugiyono (2000) digunakan dengan tujuan
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium),
bila ada satu variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan
nilanya). Persamaan yang diperoleh dari regresi sederhana adalah:
Y = a + b X
y = adalah subjek nilai dalam variabel terikat yang diprediksikan
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah koefisien regresi
X = subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.
8
Dalam penelitian lebih menekankan pengaruh variable X yang merupakan
stimulasi yang berlebihan berbentuk les privat/ kursus terhadap variable Y yang
merupakan timbuh kembang otak anak. Dan dalam penelitian ini digunakan penelitian.
Subyek Penelitian
Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang siswa Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Ragunan 05 Pagi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dipikirkan bahwa stimulasi berbentuk les akademik yang berlebihan (Y)
berpengaruh terhadap Tumbuh kembang otak anak yang diketahui melalui Tes EQ
(Emotional Quotient) dan Tes IQ (Intelligence Quotient) (X1). Dengan perkataan lain
dapat diterjemahkan dalam model matematika:
Y = a0 + a1X1 + e
Data Empiris yang didapatkan setelah melakukan tes dan survey langsung:
Hari Lamanya Les Akademik
per hari (Jam)
Skor EQ + IQ
(10-100)
1
2
3
4
5
6
7
6
4
6
6
4
4
6
42
55
45
46
60
67
40
9
Tabel 1
Work Sheet untuk Analisis Regresi Sederhana
No Y X1 Y2 X12 Y.X1
1 6 42 36 1764 252
2 4 55 16 3025 220
3 6 45 36 2025 270
4 6 46 36 2116 276
5 4 60 16 3600 240
6 4 67 16 4489 268
7 6 40 36 1600 240
∑ 36 355 192 18619 1766
Hitung ∑X1Y ; ∑X2; dan ∑Y
2
∑X1Y = ∑X1Y – (∑X1) (∑Y)
n
= 1766 – 355 (36)
7
= – 59,7
∑X2 = ∑X
2 – (∑X)
2
n
= 18619 – 126025
7
= 615,4
∑Y2 = ∑Y
2 – (∑Y)
2
n
= 192 – 1296
7
= 6,9
Hitung a1 dan a0
a1 = ∑𝑋𝑌
∑𝑋2 =
−59,7
615,4 = – 0,097
a0 = ∑𝑌− a1 ∑X1
𝑛 =
36−0,097 (355)
7 = 0,224
10
Fungsi Les Akademik terhadap EQ dan IQ
Y = 0,224 – 0,097X1
Koefisien Determinasi
R2 = 𝑎12 (∑𝑋12
∑𝑌2 =
−0,097 (615,4)
6,9 = – 8,65
Maka, dapat terlihat bahwa 86,5 % Les Akademik yang berlebihan sangat berdampak
kurang baik terhadap tumbuh kembang otak anak melalui tes EQ dan IQ.
Hitung Standar Error dari a1 dan a0
∂2 =
(∑ 2 − 𝑎1 2 ∑ 2𝑋1 𝑌
𝑛−2
= 6,9+0,097 (615,4)
7−2
= 13,3
Sa0 = 13,3 18619
7 (615,4)
= 13,3 18619
4307,8 = 57,5 = 7,6
Sa1 = 13,3 1
615,4 = 0,02 = 0,1
Uji Signifikan dari Estimator
Untuk:
a0 = t = a0
Sa 0 =
13,3
7,6 = 1,75
𝑡1/2 0,05 ;𝑑𝑓=5 = 2,571
Karena t < 𝑡1/2 0,025 ;𝑑𝑓=5, maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a0 tidak
berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan.
Untuk:
a1 = t = a1
Sa 1 =
−0,097
0,1 = - 0,97
𝑡1/2 0,05 ;𝑑𝑓=5 = 2,571
Karena t < 𝑡1/2 0,025 ;𝑑𝑓=5, maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a1 tidak
berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan.
11
Sebagai kesimpulan kita tulis hasil analisis regresi sederhana sebagai berikut:
Y = 0,224 – 0,097X1 R2 = – 8,65
(7,6) (0,1)
Angka dalam kurung adalah standar error.
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa peserta didik maka dapat
disimpulkan bahwa tumbuh kembang otak anak tidak dipengaruhi oleh pemberian
stimulus yang berlebihan dalam bentuk les akademik dan Stimulasi juga harus dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan. Jangan memberikan stimulasi
dengan terburu-terburu, terlalu memaksakan, tidak memperhatikan minat atau keinginan
anak, atau anak sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain.
Selain itu, tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh pemberian stimulus yang
memperhatikan keseimbangan otak kanan dan otak kir. Seperti yang kita ketahui selama
ini fungsi belahan otak kanan amat kurang dioptimalkan. Justru pemberdayaan belahan
otak kiri yang lebih diutamakan. Lihat saja di sekolah-sekolah, para guru cenderung
menekankan pembelajaran menulis, membaca, berhitung, atau menghapal. Padahal,
pembebanan otak dengan pembelajaran seperti itu, tak sepenuhnya akan mewujudkan
peningkatan perkembangan kognitif (daya pikir) anak. “Bahkan justru menjadikan anak
tak berpikir kreatif karena fungsi imajinasi yang terletak di otak kanan diabaikan,” ujar
Prof. Dr. Conny R. Semiawan.
Jadi, jika belahan otak kanan kurang berfungsi, maka anak akan lebih berpikir
linier (satu arah), teratur, dan logis. Dampaknya, anak tak berpikir multi dimensional.
Ambil contoh beberapa ekonom yang sering berpikir monolitik atau linier, yaitu hanya
berpikir tentang bidang ekonomi saja. “Padahal, perkembangan ekonomi itu dipengaruhi
oleh berbagai macam bidang, seperti politik dan sosial,” lanjut Guru Besar pada Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Psikologi UI ini.
Dalam penelitian ini, terlihat bahwa pemberian stimulus berbentuk les akademik
secara berlebihan akan mempengaruhi psikologis anak yang mana Menurut Psikolog
Retno A. Riani, privat di rumah bisa membuat anak merasa tertekan karena dia
berhadapan sendiri dengan guru. Anak akan merasa segan dengan gurunya. Pola privat
pun membuat penyampaian satu arah dari guru ke murid. “Anak akan menganggap apa
yang disampaikan guru itulah yang benar. Privat membuat suasana belajar jadi tegang,”
12
ujarnya. Dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulus berbentuk les/ kursus akademik
secara berlebihan/ terus menurus akan membuat anak menjadi stress. stress yang hebat
lambat laun akan mempengaruhi tubuh anak. Tidak hanya berpengaruh secara fisik saja,
stress juga sangat mempengaruhi terhadap sisi psikologi dan emosi si anak. Rasa was-
was, cepat marah, frustasi, kesulitan bersosialisasi atau menyesuaikan diri, dan lambatnya
reaksi merupakan beberapa akibat yang ditimbulkan oleh stres.
Lulusan magister UGM ini mengusulkan agar belajar tambahan untuk anak
sebaiknya dilakukan secara berkelompok. Anak dan beberapa temannya belajar bersama
dengan seorang guru yang didatangkan ke rumah. Metode belajar kelompok lebih baik
dan bisa jadi lebih disukai anak.
Dengan belajar kelompok, kata Retno, anak memiliki teman untuk bertanya. Anak pun
bisa bertanya kepada teman lain yang sudah mengerti. Hanya dalam belajar kelompoklah
proses sharing dan komunikasi ini terjadi.
Menurut Retno, les adalah belajar tambahan setelah anak sekolah. Sebagai
tambahan, maka suasana belajar anak tidak seserius belajar di sekolah. Belajar tambahan
ini harus berlangsung secara menyenangkan. “Anak sudah terlalu serius belajar di
sekolah, maka les tambahan jangan dibuat serius juga,” kata Retno.
Lulusan psikolog UNS ini menyentil sistem pendidikan saat ini yang sangat
memberatkan anak. Anak dituntut menguasai semua pelajaran di sekolah dan mendapat
nilai tinggi. Jika anak mendapat nilai kurang di beberapa mata pelajaran, orang tua akan
berupaya memberikan les sebanyak-banyaknya pada anak. Akhirnya, hak anak untuk
bermain dan bergembira pun terampas.
“Anak perlu keseimbangan untuk belajar dan bermain. Bila terlalu terbebani pelajaran
bisa menimbulkan kecemasan, rasa rendah diri, dan rasa khawatir tidak mampu mencapai
nilai yang tinggi,”.
Selain itu, guru di sekolah memiliki peranan yang cukup besar untuk
perkembangan otak peserta didik. Salah satu metode yang sedikit banyaknya sudah kita
ketahui mengenai pendidikan karakter. Arti kebebasan dalam pendidikan karakter
merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Maka, jika di kaitkan dengan pemberian
stimulus yang berlebihan yang dapat membuat anak menjadi merasa terkekang akan
mengganggu pola pikirnya yang seharusnya lebih bisa berkembang dengan lebih baik
lagi.
13
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis serta dari beberapa studi literature/
kepustakaan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian stimulasi yang
berlebihan berbentuk les privat/ kursus akademik berpengaruh “Kurang Baik” terhadap
tumbuh kembang otak peserta didik. Kesimpulan ini di dukung oleh hasil pengujian
tumbuh kembang otak peserta didik yang di akibatkan dari pemberian stimulus yang
berlebihan/ secara terus menerus.
Saran
Dari hasil penelitian tersebut diketahui korelasi antara tumbuh kembang otak
peserta didik/ anak sebagai pelajar terhadap pemberian stimulus yang dilakukan secara
terus menerus. Perlu upaya antara perlakuan orang tua terhadap anak agar lebih
memperhatikan segala aspek tanpa mendoktrin anak menjadi seperi apa yang orang tua
inginkan, serta perlulah kiranya orang tua memberikan perhatian yang lebih, dalam arti
memberikan perhatian yang mampu menghindarkan anak-anak untuk mengalami stres.
Perhatian dalam bentuk kasih sayang, tidak memberikan les privat secara berlebihan/
terus menerus, menjaga makanan, melatih anak bersosialisasi, tidak menakuti anak dan
terutama memberi teladan kepada anak untuk selalu dekat dengan tuhan.
Dan juga upaya pendidik (guru di sekolah) sebagai orang tua kedua yang mana
pendidik dapat mengoptimalkan keseimbangan antara belahan otak kanan dan otak kiri
dengan metode-metode yang tepat seperti merealisasikan pendidikan karakter serta perlu
juga adanya keterbukaan anak terhadap apa yang mereka cita-citakan atau apa yang
mereka mau dalam proses belajar mereka.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana. Cetakan ke-15.2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Koesoema, Doni.2007.Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global). Jakarta: PT. Grasindo.
Darmaningtyas. Cetakan ke II.2004.Pendidikan yang Memiskinkan.Tangerang:PT.
Agromedia Pustaka.
Dr. Soetjiningsih, Sp.AK.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.
Ansori, M. 2009. Si Otak Kiri dan Si Otak Kanan. Jakarta:Esensi(Erlangga Group).
Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia
http://lesprivatbspsurabaya.blogspot.com/2012/03/hati-hati-stres-pada-anak.html.2012.
Hati-hati-stres-pada-anak:Jakarta
http://kursusprivatplus.com/pendaftaran-siswa-3/otak-kanan-penentu-kreativitas/
http://id.answers.yahoo.com
http://www.pelita.or.id
http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/