17

Click here to load reader

PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NUR ALIVATUS SEPTIAN PUTRI

Citation preview

Page 1: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Nur Alivatus Septian Putri PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected])

PurwantoPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

AbstrakStrategi Polya merupakan strategi pemecahan masalah yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Strategi ini penting bagi siswa sekolah dasar, mengingat keberhasilan pembelajaran matematika tidak terlepas dari keberhasilan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan strategi pemecahan masalah Polya terhadap kemampuan penyelesaian masalah pada siswa Kelas V SDN Lidah Kulon IV Surabaya. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen kuasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes. Setelah dilakukan uji hipotesis, diketahui bahwa thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,492 > 2,0017;

sehingga Ha diterima; dan Ho ( ditolak. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah strategi Polya berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Lidah Kuoln IV/467 Surabaya.Kata Kunci: Strategi Polya, Hasil Belajar, Penyelesaian Masalah

AbstractPolya strategy was a problem-solving strategies that can help students in solving mathematical problems. This problem-solving strategies was important for elementary school students, because of the learning of mathematics success was inseparable from students success in solving mathematical problems. The purpose of this study was to determine the effect of applying Polya’s problem-solving strategies to students problem-solving abilities in 5th grade of SDN Lidah Kulon IV Surabaya. This research method was quantitative with the type of quasi-experimental research. Data collected by using tests. The results showed that tarithmetic greater than ttable, that was 3.492> 2.001; so Ha (μ1 ≠ μ2) accepted; and Ho (μ1 = μ2) rejected. The conclusion was the Polya’s strategy gave significant effect on mathematical problem solving results in Fifth grade at SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya.Keywords: Polya’s Strategy, Learning Results, Mathematichal Problem Solving

PENDAHULUAN Kurikulum 2013 menghendaki suatu pembelajaran

pada dasarnya tidak hanya bertujuan mempelajari konsep, teori dan fakta tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tergambar dalam kompetensi inti pada kurikulum 2013 yang meliputi aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:29). Aspek-aspek tersebut dikembangkan menjadi kompetensi dasar yang berbeda pada setiap aspeknya.

Salah satu kompetensi dasar (KD) pada aspek pengetahuan yang terdapat pada kelas V Sekolah Dasar mengharuskan siswa dapat memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antar simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:96). Dengan demikian, kemampuan menyelesaikan masalah menjadi tuntutan kurikulum yang harus dicapai oleh setiap siswa.

Selain itu, dengan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, siswa telah mencapai tujuan utama dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemendikbud (Tanpa Tahun:3) kemampuan menyelesaikan masalah menjadi tujuan utama belajar matematika di antara tujuan-tujuan yang lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan menyelesaikan masalah menjadi faktor penting dalam pembelajaran matematika.

Kenyataannya, siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV Surabaya belum memiliki kemampuan penyelesaian masalah sesuai standar yang diinginkan. Siswa belum dapat memilih prosedur penyelesaian masalah sesuai dengan yang diinginkan oleh kompetensi dasar pada kuriulum. Hal ini terlihat dari hasil pretest, yang menunjukkan bahwa nilai siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki nilai yang rendah. Rata-rata nilai pemecahan masalah yang diperoleh

1986

Page 2: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

siswa yaitu sebesar 54 untuk kelas eksperimen dan 61 untuk kelas kontrol.

Hal lain yang menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kemampuan menyelesaikan masalah adalah siswa merasa kesulitan jika diminta untuk menyelesaikan soal cerita. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2003:257) bahwa dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal cerita yang diberika juga terjadi ketika pelaksanaan pretest. Hampir setiap siswa bertanya tentang bagaimana cara menemukan jawaban dari setiap soal yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan belajar penyelesaian masalah belum dapat dicapai dengan baik oleh siswa.

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik diperlukan sebuah strategi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2009:2) yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran mempermudah peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai di akhir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, jika tujuan pembelajaran penyelesaian masalah belum dapat dicapai dengan baik oleh siswa, maka diperlukan strategi yang dapat membantu pencapaian tujuan tersebut.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk pembelajaran penyelesaian masalah adalah strategi Polya. Strategi Polya dapat digunakan untuk membantu pencapaian tujuan pembelajaran penyelesaian masalah. Hal ini disampaikan oleh Van de Walle, dkk (2010:42) yang menyatakan bahwa ketika kita mengajarkan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan empat langkah strategi Polya sebagai penuntun, maka tujuan pembelajaran siswa akan tercapai dengan sukses.

Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Cognitivelly Guided Instruction (CGI), bahwa siswa dapat menyelesaikan keseluruhan soal cerita menggunakan empat langkah strategi. Empat langkah strategi tersebut kemudian dijelaskan sebagai empat langkah umum penyelesaian masalah yang dikenal sebagai penyelesaian masalah Polya (Smith, 2009:157).

Strategi Polya sesuai untuk diterapkan pada siswa kelas tinggi. Hal ini berdasarkan pada pendapat Hembree (dalam Smith, 2009:158) yang mengatakan bahwa strategi Polya muncul untuk menambah keberhasilan siswa, khususnya untuk siswa kelas atas. Siswa kelas atas yang dimaksudkan adalah siswa pada jenjang kelas IV, V dan VI. Dengan demikian penelitian ini dilakukan paa siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV suarabaya.

Strategi pemecahan masalah ini penting bagi siswa sekolah dasar, mengingat keberhasilan pembelajaran matematika tidak terlepas dari keberhasilan siswa dalam

menyelesaikan masalah-masalah matematika, terutama masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga direkomendasikan oleh National Council of Teacher of Mathematics (dalam Smith, 2009:155) bahwa penyelesaian masalah menjadi titik fokus pada pembelajaran matematika.

Pentingnya pengajaran penyelesaian masalah juga disampaikan oleh Abdurrahman (2003:255) yang menegaskan bahwa penyelesaian masalah merupakan salah satu dari empat hal yang berpengaruh dalam pengajaran matematika. Oleh sebab itu, jika strategi pemecahan masalah diabaikan, maka akan berpengaruh pula dalam pembelajaran.

Pengaruh tersebut, misalnya dapat terlihat dari kemampuan siswa dalam memahami permasalahan yang berbentuk soal cerita. Siswa akan merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal cerita, jika dalam pembelajaran guru tidak menjelaskan strategi tertentu untuk menerapkan konsep dalam menemukan pemecahan masalah yang diinginkan.

Abdurrahman (2003:257) juga menjelaskan bahwa untuk dapat menghadapi masalah-masalah matematika, khususnya soal cerita, siswa harus menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan menghitung yang berbeda. Dalam penguasaan siswa terhadap pengaplikasian konsep, tentu dibutuhkan sebuah strategi yang dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah secara lebih sistematis.

Pemikiran-pemikiran mengenai pentingnya pembelajaran penyelesaian masalah, diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh sebuah strategi pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi Polya dalam kemampuan menyelesaikan masalah pada siswa sekolah dasar kelas tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi Polya terhadap hasil belajar penyelesaian masalah siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya. Penelitian dilakukan pada materi yang berada pada ruang lingkup materi pada Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 1.

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar secara sederhana merupakan kemampuan yang diperoleh siswa, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan penyelesaian masalah matematika menurut Rontohaku dan Selpius Kadou (2014:1992), merupakan serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk mencapai penyelesaian masalah baik masalah matematika di sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar penyelesaian masalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa mengenai cara-cara penyelesaian masalah

1987

Page 3: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kemampuan yang diukur dalam hasil belajar penyelesaian masalah ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Smith (2009:158) menyatakan bahwa strategi Polya merupakan strategi umum pemecahan masalah. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa terdapat empat langkah dalam menerapkan Strategi Polya. Empat langkah tersebut adalah memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan menlihat kembali pelaksanaan rencana.

Menurut Kennedy, Steve Tipps dan Art Johnson (2008:115) Strategi Polya secara umum dimasukkan dalam buku teks matematika sekolah dasar sebagai panduan bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika biasanya diterapkan dalam langkah menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan (understand), menuliskan langkah pemecahan atau rumus (plan), melakukan hitungan penyelesaian (do) dan menuliskan kesimpulan dan meneliti kembali (check back).

Strategi Polya merupakan strategi umum pemecahan masalah, yaitu empat langkah rencana pemecahan masalah yang berguna baik untuk masalah rutin maupun non-rutin. Langkah-langkahnya adalah memahami masalah, membuat rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan membuat tinjauan kembali atas pelaksanaan rencana penyelesaian masalah (Kemendikbud, BPSDMPPMP, Tanpa Tahun:23).

Strategi ini dapat diterapkan pada semua pembelajaran penyelesaian masalah dan berkesinambungan dengan metode ilmiah, dengan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Strategi Polya adalah mengidentifikasi masalah atau pertanyaan, menyusun sebuah solusi, melaksanakan rencana solusi dan mengecek kembali atau mengevaluasi (Kennedy, Steve Tipps dan Art Johnson, 2008:115).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Strategi Polya merupakan strategi umum pemecahan masalah yang dilakukan dengan empat tahapan. Tahapan tersebut adalah memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan mengecek kembali penyelesaian yang dilakukan.

Memahami masalah dapat dikatakan sebagai langkah mengidentifikasi fakta dan kondisi masalah, mengidentifikasi apa yang akan dicari dan mentransfer situasi masalah menjadi situasi matematis (Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014:195). Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memahami masalah antara lain: a) apa yang ditanyakan; b) dapatkah masalah dinyatakan

kembali; c) dapatkah masalah dapat disederhanakan, namun tetap dengan tujuan yang sama.

Langkah kedua adalah merumuskan rencana penyelesaian masalah. Menurut Van de Walle, dkk. (2010:43) langkah ini siswa diarahkan untuk berpikir tentang bagaimana menyelesaiakan masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini adalah: a) perlukah masalah tersebut diubah menjadi sebuah persamaan; dan b) perlukah sebuah manipulasi terhadap penyelesaian model.

Pada langkah ketiga ini, siswa menerapkan rencana penyelesaian atau cara penyelesaian yang mereka pilih sampai masalah dapat terselesaikan. Dalam menemukan penyelesaian masalah yang tepat, rencana penyelesaian masalah yang telah dibuat harus dilaksanakan dengan teliti. Penekanan pelaksanaan rencana penyelesaian masalah menurut Susanto (2013:202) meliputi hal-hal berikut: a) memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum benar; b) bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar; dan c) melaksanakan perhitungan sesuai dengan yang telah dibuat.

Langkah keempat adalah mengecek kembali rencana yang telah dilaksanakan. Menurut Van de Walle, dkk. (2010:42) langkah ini dapat digunakan untuk mengukur kebenaran jawaban pada langkah ketiga dimana benar-benar menjawab pemahaman masalah yang diketahui pada langkah pertama.

Kelebihan dari strategi ini adalah dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Smith (2009:157) mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian Cognitivelly Guided Instruction (CGI), siswa dapat menyelesaikan keseluruhan soal cerita menggunakan empat langkah strategi. Empat langkah strategi tersebut kemudian dijelaskan sebagai empat langkah umum penyelesaian masalah yang dikenal sebagai penyelesaian masalah Polya.

Menurut Van de Walle, dkk (2010:42) ketika kita mengajarkan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan empat langkah strategi Polya sebagai penuntun, maka tujuan pembelajaran siswa akan tercapai dengan sukses. Langkah-langkah dari strategi Polya akan menuntun siswa dalam menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, ketika kita mengajar penyelesaian masalah dengan Strategi Polya, maka siswa akan terbantu dan berhasil. Langkah pertama dari strategi Polya kan membantu memastikan pemahaman siswa terhadap masalah yang diberikan. Guru dapat bertanya pada siswa mengenai ide-ide apa yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah. Hal itu tentu dapat membantu perkembangan keterampilan beripikir siswa.

1988

Page 4: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

Dikatakan pula bahwa kelebihan dari Strategi Polya ialah terlatak pada keumumannya. Strategi ini dapat diterapkan pada banyak tipe masalah yang berbeda. Mulai dari latihan perhitungan sederhana sampai permasalahan kompleks yang lebih sulit (Van de Walle, 2010:42).

Strategi ini sesuai untuk siswa sekolah dasar kelas lanjut. Sebagaimana pendapat Hembre (1992) dalam Smith (2009:158) yang mengatakan bahwa rangkaian instruksi pada pada metode umum dalam strategi Polya muncul untuk meningkatkan keberhasilan siswa, khususnya pada siswa sekolah dasar kelas lanjut.

Hal ini mengacu pada tahapan perkembangan kognitif Piaget yaitu tahap operasional konkret, dimana siswa sekolah dasar kelas lanjut berada pada tahap perkembangan ini. Menurut Nursalim (2007:31), pada tahap ini anak mulai menunjukkan kemampuan baru dalam memberi alasan untuk memperhitungkan apa yang akan dilakukan. Dengan dasar ini siswa kelas lanjut diasumsikan telah dapat melakukan langkah strategi Polya khususnya merencanakan rencana penyelesaian.

Strategi Polya memiliki kekurangan karena dalam kenyataan jarang sekali langkah-langkahnya diikuti secara berurutan. Urutan langkah dari strategi ini terkesan membingungkan (Reys dkk. dalam Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014:196). Lebih lanjut djelaskan beberapa kondisi yang sering dilakukan oleh siswa antara lain sebagai berikut.a. Langkah pertama dan kedua sekaligus dijalankan,

yaitu sementara siswa mencoba mengerti permasalahan, tanpa disadari mereka telah merencanakan penyelesaian.

b. Setelah mengerti permasalahan, siswa langsung menyelesaiakan masalah tanpa merencanakan penyelesaiannya.

c. Langkah-langkah yang disarankan tidak selalu menyediakan penyelesaian masalah, karena banyak siswa terbentur pada proses membaca soal, berpikir, berulang-ulang membaca, dan akhirnya siswa menyerah tanpa dapat menyelesaiakan soal.Menurut Hamalik (2004:31) hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Susanto (2013:5) menmbahkan bahwa hasil belajar secara sederhana merupakan kemampuan yang diperoleh siswa, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran (Sudjana, 2013:40). Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melihat ketercapaian indikator pembelajaran. Hasil belajar yang maksimal akan ditunjukkan dengan tercapainya semua indikator pembelajaran, dan sebaliknya.

METODEJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini dipilih karena data yang digunakan dalam penelitian adalah data hasil belajar yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari pengaruh strategi Polya terhadap hasil belajar siswa, dibutuhkan data-data numerik mengenai hasil belajar siswa, kemudian dianalisis dengan statistik, oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013: 13) yang menyatakan bahwa penelitian kuantitatif menggunakan data angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.

Penelitian dilaksanakan dengan metode Eksperimen Kuasi dengan model Desain Kelompok Kontrol Prates-Pascates Berpasangan (Matching Pretest-Posttest Control Group Design). Bagan desain kelompok kontrol pretest-posttest berpasangan menurut Sukmadinata (2010:207) adalah sebagai berikut.

Bagan 1: Desain kelompok kontrol pretest-posttest berpasangan

Keterangan:Kelas A (KE) = Kelompok Ekperimen (perlakuan)Kelas B (KK) = Kelompok Kontrol (tanpa perlakuan)

Desain Kelompok Kontrol Prates-Pascates Berpasangan memiliki kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan khusus. Sedangkan untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus berupa penggunaan strategi Polya.

Desain penelitian ini menempuh tiga langkah yaitumemberikan test awal untuk mengukur kemampuan awalsiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan strategi Polya untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan strategi Polya. Kegiatan ketiga adalah pemberian posttest yang dilakukan setelah pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan.

Penelitian dilakukan di SDN Lidah Kulon IV Surabaya, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya. Kelas yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kelas V. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan tempat yang dekat dengan tempat tinggal peneliti di Surabaya. Selain itu, dalam lokasi penelitian tersedia fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian.

1989

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Pasangan A (KE) 0 X 0

Pasangan B (KK) 0 0

Page 5: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SDN Lidah Kulon IV Surabaya. Jumlah populasi sebanyak 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas VA dan 30 siswa kelas VB.

Sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas V/A dan 30 siswa kelas V/B, SDN Lidah Kulon IV Surabaya. Sampel diperoleh dengan teknik sampling jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013:172). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar generalisasi yang dibuat memiliki tingkat kesalahan yang sangat kecil.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik dokumentasi. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengetahui data usia siswa.

Teknik dokumentasi dilakukan dengan instrumen yang berupa tabel data diri siswa. Identitas diri siswa yang ingin diketahui adalah nama, jenis kelamin, dan tempat tanggal lahir. Lembar observasi ini diperlukan untuk mendapatkan data usia siswa yang nantinya digunakan sebagai acuan asumsi terhadap homogenitas sampel.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pre-tes dan pascates. Pre-tes merupakan tes awal yang diberikan pada masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengetahui keadaan atau kemampuan awal siswa sebelum dilakukan perlakuan. Pasca tes diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan tertentu. Untuk kelas kontrol diberikan di akhir pembelajaran tanpa menggunakan strategi Polya, sedangkan pascates kelas ekserimen diberikan pada kelas eksperimen setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi Polya.

Sebelum digunakan, instrumen divalidasikan kepada ahli, setelah itu instrumen diujicobakan di SDN Dukuh Pakis I Surabaya. Uji coba ini dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen.

Validitas butir soal penguasaan konsep digunakan untuk mengetahui dukungan suatu soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Soal akan memiliki validitas yang tinggi jika nilai soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Arikunto (2010:213) menjelaskan bahwa untuk menguji validitas ini dapat digunakan rumus Pearson yang dikenal sebagai korelasi product moment sebagai berikut.

Dengan:rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel YX : skor tiap butir soal

Y : skor soaln : banyaknya siswaKaidah keputusan : jika tempirik > tteoritik berarti valid dan sebaiknya Tempirik < tteoritik berarti tidak valid

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasiadalah sebagai berikut.

Tabel 1: Klasifikasi koefisien korelasiValiditas Klasifikasi

0,800 – 1,00 Sangat tinggi0,600 – 0,800 Tinggi0,400 – 0,600 Cukup0,200 – 0,400 Rendah0,00 – 0,200 Sangat rendah

Karena tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian, maka untuk mengetahui reliabilitas soal digunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2012:123) sebagai berikut.

Dengan:r11 = reliabilitas yang dicari

= skor tiap-tiap item= varians total

n = jumlah item soalkaidah keputusan = jika rhitung > rtabel maka reliabel

rhitung < rtabel maka tidak reliabelInterpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut

Arikunto (2010:319) adalah sebagai berikut.Tabel 2: Klasifikasi Koefisien Reabilitas

Reabilitas Klasifikasi0,80 < r11< 1,00 Sangat tinggi0,60 < r11< 0,80 Tinggi0,40 < r11< 0,60 Sedang0,20 < r11< 0,40 Rendah-1 < r11< 0,20 sangat rendah (tidak

reliabel)Setelah instrumen diketahui valid dan reliabel, maka

kegiatan selanjutnya adalah memilih butir soal yang valid untuk digunakan dalam soal tes awal dan tes akhir. Data tes awal dan tes akhir pada kedua kelompok kemudian diuji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Hal ini berdasarkan pada pendapat Arikunto (2010:357) yang menyatakan bahwa dalam menentukan normalitas dapat digunakan dua cara, salah satunya adalah dengan rumus Chi-Kuadrat. Rumus untuk mencari nilai chi-kuadrat sebagai alat estimasi adalah sebagai berikut.

Dimana:

= nilai chi-kuadrat

1990

Page 6: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

fo = frekuensi yang diperolehfe = frekuensi yang diharapkan

Kaidah penentuan nilai chi kuadrat menurut Arikunto (2010:362) adalah jika nilai chi kuadrat yang diperoleh lebih besar dari nilai chi kuadrat kritik yang ada pada tabel, maka data yang diperoleh tidak beretribusi normal. Dan sebaliknya, jika nilai chi kuadrat lebih kecil dari nilai chi kuadrat dalam tabel, data yang kita peroleh tersebar dalam distribusi normal.

Menurut Arikunto (2010:364) dalam menguji homogenitas sampel, pengetesan didasarkan atas asumsi bahwa apabila varians yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut cukup homogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini berdasarkan pada asumsi bahwa pada usia siswa kelas V sekolah dasar (11 sampai 12 tahun), menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Usia siswa pada keseluruhan sampel hampir sama yaitu 11 tahun, sehingga varians yang dimiliki sampel tidak jauh berbeda. Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini cukup homogen.

Menurut Piaget (dalam Nursalim, 2007:26) menyatakan bahwa karena manusia secara genetis sama dan mempunyai pengalaman yang hampir serupa, kita dapat mengasumsikan bahwa manusia dalam perkembangannya akan memperlihatkan keseragaman.

Jika sampel homogen dan data yang diperoleh berdistribusi normal, maka uji hipotesis dapat dilakukan. Untuk melihat pengaruh Strategi Polya terhadap hasil belajar pemecahan masalah matematika siswa digunakan teknik analisis uji beda atau t-Test.

Untuk menjawab hipotesis yang diajukan, maka uji analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata dengan menggunakan uji t-tes, yakni dengan penyajian hitungan sebagai berikut.:1) Hipotesis statistik adalah sebagai berikut.

- Ho: µ1 = µ2 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol atau strategi polya tidak berpengaruh terhadap hasil belajar penyelesaian masalah pada siswa kelas V SDN Lidah kulon IV Surabaya.

- Ha : µ1 ≠ µ2 berarti terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol atau strategi polya tidak berpengaruh terhadap hasil belajar penyelesaian masalah pada siswa kelas V SDN Lidah kulon IV Surabaya.

Dengan µ1 adalah rata-rata nilai kelas kontrol dan µ2

adalah rata-rata nilai kelas eksperimen. Kemudian dihitung menggunakan rumus t-tes berdasarkan adaptasi dari Arikunto (2010:354) sebagai berikut.

Dengan: dan

DimanaMX = rata-rata perbedaan nilai kelas kontrolMY = rata-rata perbedaan nilai kelas eksperimenN = banyaknya subjekx = deviasi setiap nilai x1 dan x2

y = deviasi deviasi setiap nilai y1 dan y2

Setelah diketahui nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah mengonsultasikan nilai thitung dengan ttabel dengan taraf signifikansi 5%. H0 diterima jika thitung < ttabel dan H1

diterima jika thitung > ttabel.

HASIL DAN PEMBAHASANUntuk mengetahui validitas atau kesahihan instrumen

tes yang digunakan, peneliti menggunakan data hasil tes yang dihitung menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar. Jika harga rxy lebih besar dari pada nilai rtabel, maka soal dikatakan valid dengan taraf signifikansi 5% dan n = 23.

Hasil analisis perhitungan validitas menunjukkan bahwa instrumen tes yang terdiri dari sembilan butir soal ada dua soal yang memiliki interpretasi validitas cukup tinggi. Hal tersebut menjadi pertimbangan, sehingga butir soal dengan interpretasi cukup tinggi tidak digunakan sebagai instrumen penelitian.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah butir soal dengan interpretasi validitas tinggi sampai sangat tinggi. Instrumen tersebut berjumlah 7 soal, antara lain soal nomor: 1, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Nilai rhitung soal nomor 1 adalah 0,635; rhitung soal nomor 4 adalah 0,704; rhitung soal nomor 5 adalah 0,778; rhitung soal nomor 6 adalah 0,781 rhitung soal nomor 7 adalah 0,853; rhitung soal nomor 8 adalah 0,855; dan rhitung soal nomor 9 adalah 0,890. Nilai rhitung

soal-soal tersebut lebih besar dari pada rtabel sebesar 0,413 dengan taraf signifikansi 5% dan n = 23.

Soal-soal yang valid kemudian dihitung reliabilitasnya. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsistensi untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes, peneliti menggunakan data tes yang dihitung dengan rumus Alpha. Hasil r11 yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan harga rtabel product moment. Nilai rtabel diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Jika nilai r11 lebih besar dari rtabel, maka dapat dikatakan butir soal tersebut reliabel.

1991

Page 7: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

Menurut Arikunto (2012:100) suatu tes memiliki reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jika hasil rhitung lebih besar dari rtabel maka instrumen dinyatakan reliabel. Data hasil uji reliabilitas instrumen tes diperoleh harga r11 = 0,973. Nilai rhitung

tersebut lebih besar dari rtabel yaitu 0,666, sehingga instrumen tes dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

Data rata-rata hasil pretest kelas eksperimen adalah sebesar 53,7 sedangkan rata-rata hasil pretest kelas kontrol adalah sebesar 60,8. Berdasarkan nilai rata-rata pretest tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan awal kelas ekperimen dan kelas kontrol tidak terpaut terlalu jauh.

Setelah data nilai hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh, maka peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus chi kuadrat. Berdasarkan hasil perhitungan normalitas hasil pretest kelas eksperimen diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 9,35 dan chi kuadrattabel sebesar 14,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa chi kuadrathitung < chi kuadrat tabel, jadi data hasil belajar pretest kelas eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan normalitas kelas kontrol diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 9,54 dan chi-kuadrattabel sebesar 15,50. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa chi-kuadrathitung < chi-kuadrattabel, jadi data hasil belajar pretest kelas eksperimen berdistribusi normal.

Uji postest dilakukan setelah pemberian perlakuan. Menurut Sudjana (2013:117) posttest merupakan tes yang diberikan setelah pembelajaran berakhir. Uji tes akhir ini dilaksanakan di akhir pembelajaran setelah perlakuan diberikan. Untuk kelas kontrol, uji posttes diberikan di akhir pembelajaran tanpa adanya perlakuan. Tes akhir ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar penyelesaian masalah matematika. Dari kegiatan ini, peneliti memperoleh data hasil belajar setelah perlakuan.

Berdasarkan hasil perhitungan normalitas hasil postest kelas kontrol diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 12,95 dan chi-kuadrattabel sebesar 16,9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa chi-kuadrathitung < chi-kuadrattabel, jadi data hasil belajar pretest kelas kontrol berdistribusi normal. Perhitungan normalitas kelas eksperimen diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 6,47 dan chi-kuadrattabel

sebesar 9,49. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa chi-kuadrathitung < chi-kuadrattabel, jadi data hasil belajar pretest kelas eksperimen berdistribusi normal.

Setelah diketahui data pretest dan postest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal, kegiatan selanjtunya adalah melaksanakan uji homogenitas. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi.

Tabel 3: Tabel yang berisi usia rata-rata siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

KelasUsia Rata-

RataPerkembangan

KognitifKeterangan

Eksperimen 11,43Operasional

Konkret HomogenKontrol 11,41Usia rata-rata siswa pada kelas kontrol adalah 11,43

tahun, sedangkan usia rata-rata siswa pada kelas eksperimen sebesar 11,41 tahun. Jika dibulatkan satu angka dibelakang koma, usia rata-rata siswa pada kedua kelas adalah sama yaitu 11,4 tahun. Dengan demikian, berdasarkan asumsi dari teori Piaget, maka kedua kelas memiliki kemampuan yang sama, dan data yang diperoleh adalah homogen.

Penerapan strategi Polya pada siswa dengan usia rata-rata 11 tahun (usia siswa SD kelas lanjut) juga didukung oleh pendapat Hembre (1992) dalam Smith (2009:158) mengatakan bahwa rangkaian instruksi pada pada metode umum dalam strategi Polya muncul untuk meningkatkan keberhasilan siswa, khususnya pada siswa sekolah dasar kelas lanjut. Hal ini mengacu pada tahapan perkembangan kognitif Piaget yaitu tahap operasional konkret, dimana siswa sekolah dasar kelas lanjut berada pada tahap perkembangan ini. Menurut Nursalim (2007:31), pada tahap ini anak mulai menunjukkan kemampuan baru dalam memberi alasan untuk memperhitungkan apa yang akan dilakukan. Dengan dasar ini siswa kelas lanjut diasumsikan telah dapat melakukan langkah strategi Polya khususnya merencanakan rencana penyelesaian.

Berdasarkan perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas, telah diketahui data yang diperoleh beretribusi normal dan homogen. Setelah data sudah dalam retribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis menggunakan teknik t-tes.

Sebelum dilakukan uji hipotesis berikut ditampilkan diagram rata-rata hasil belajar pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.

1992

Page 8: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas eksperimen juga mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen adalah sebesar 18 poin. Jumlah tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen yaitu hanya sebesar 7 poin.

Dengan demikian, diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas eksperimen juga mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen adalah sebesar 18 poin. Jumlah tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen yaitu hanya sebesar 7 poin.

Peningkatan secara signifikan terjadi pada kelas eksperimen, yaitu meningkat sebesar 18 poin. Peningkatan ini sesuai dengan pendapat Van de Walle, dkk (2010:42) ketika kita mengajarkan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan empat langkah strategi Polya sebagai penuntun, maka tujuan pembelajaran siswa akan tercapai dengan sukses.

Kesuksesan tujuan pembelajaran ini dapat terlihat dari rata-rata post-test yang meningkat dari 60,8 menjadi 77,2. Lebih lanjut dijelaskan bahwa langkah-langkah dari strategi Polya akan menuntun siswa dalam menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kesanggupan sebagian besar siswa untuk menjawab dan memecahkan masalah yang diberikan dengan benar.

Kesanggupan siswa dalam menyelesaikan sebagian besar masalah yang diberikan diperkuat oleh pendapat Van de Walle. Dikatakan bahwa kelebihan dari Strategi Polya ialah terlatak pada keumumannya. Strategi ini dapat diterapkan pada banyak tipe masalah yang berbeda. Mulai dari latihan perhitungan sederhana sampai permasalahan kompleks yang lebih sulit (Van de Walle, 2010:42).

Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Smith (2009:157) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian Cognitivelly Guided Instruction (CGI), siswa dapat menyelesaikan keseluruhan soal cerita menggunakan empat langkah strategi. Empat langkah strategi tersebut kemudian dijelaskan sebagai penyelesaian masalah Polya.

Peningkatan yang signifikan pada hasil belajar kelas eksperimen disebabkan oleh pemahaman siswa terhadap soal mengalami peningkatan. Siswa kelas eksperimen diajarkan untuk memahami soal secara menyeluruh sebelum mereka menyelesaikan soal, sedangkan siswa kelas kontrol langsung diajarkan cara penyelesaian soal tanpa cara pemahaman masalah. Ketika siswa telah memahami soal dengan baik, maka penyelesaian yang mereka peroleh akan sesuai dengan masalah. Dengan demikian, kesalahan dalam penafsiran soal akan dapat dihindari dan hasil belajar pun akan meningkat.

Sebelum siswa diajarkan cara memahami soal, siswa cenderung kurang teliti dalam memahami soal. Pada gambar tersebut, diketahui bahwa sebelum mendapatkan perlakuan, siswa melakukan kesalahan dalam menuliskan waktu tempuh, sedangkan setelah perlakuan waktu tempuh sudah dapat dituliskan dengan benar.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa pemahaman terhadap soal adalah faktor yang penting untuk memperoleh penyelesaian yang tepat. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Kemmendikbud (Tanpa Tahun:23) yang menyatakan bahwa “ langkah memahami masalah sangat menentukan kesuksesan untuk menemukan solusi penyelesaian masalah”. Jika masalah dipahami dengan baik, maka penyelesaian yang diperoleh akan cenderung benar. Jika penyelesaian benar, maka hasil belajar akan meningkat.

Kegiatan pemahaman soal sebenarnya juga dilakukan oleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Perbedaannya adalah pada kelas eksperimen diajarkan bagaimana cara memahami soal dengan baik, beserta hal apakah yang perlu dicari penyelesaiannya, sedangkan di kelas eksperimen tidak diajarkan.

Pada kelas eksperimen, siswa langsung diajak untuk mencari penyelesaian masalah. Siswa hanya diminta untuk membaca soal dan kemudian mencari solusi yang diminta. Dalam kegiatan ini, kebanyakan siswa merasa bingung dengan soal yang agak kompleks. Misalnya jika siswa diminta untuk mencari waktu sampai. Siswa hanya tau bagaimana mencari waktu tempuh, sehingga mereka cenderung lupa untuk menambahkan waktu berangkat dengan waktu tempuh untuk mencari waktu sampai.

Selain itu, peningkatan signifikan juga dapat terjadi karena dalam penerapan strategi Polya pada pembelajaran penyelesaian masalah, siswa dapat melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil penyelesaian yang diperoleh. Dengan memeriksa kembali hasil yang diperoleh, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan dapat diperkecil. Jika kemungkinan terjadinya kesalahan diperkecil maka nilai hasil belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan nilai hasil belajar mencerminkan peningkatan pencapaian tujuan. Hal ini

1993

Diagram 1: Rata-rata hasil belajar pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 9: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

didukung dengan pendapat Sudjana (2013:40), yang mengatakan bahwa hasil belajar yang maksimal akan ditunjukkan dengan tercapainya semua indikator pembelajaran, dan sebaliknya.

Peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan oleh bertambahnya kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Ketika pretest, banyak siswa yang bertanya bagaimana cara menyelesaikan soal yang diberikan, namun ketika posttest hampir tidak ada pertanyaan yang menanyakan bagaimana cara untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

Kesanggupan siswa untuk menjawab soal didukung oleh langkah pertama dalam strategi Polya. Langkah pertama adalah memahami masalah. Ketika penelitian, dijumpai beberapa siswa cenderung menganggap jenis soal yang belum pernah dijumpai adalah soal yang sulit, sehingga mereka tidak mengerjakannya. Dengan adanya langkah pertama dari strategi Polya, maka siswa mulai dilatih untuk memahami soal yang diberikan. Dengan demikian, anggapan siswa yang mengatakan soal yang diberikan sulit, dapat dikurangi.

Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi Polya terhadap hasil belajar tanpa menyelidiki faktor penyebab berpengaruhnya strategi Polya terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini hanya mencakup dimensi pengetahuan yaitu berupa hasil belajar dengan menggunakan tes, karena kompetensi dasar yang digunakan termasuk dalam apsek kompetensi inti pengetahuan. Untuk proses belajar (LKS) dan afektif belum diteliti secara khusus.

Peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan hipotesis kerja yang diajukan, yaitu Ha yang menyatakan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan bahwa, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis uji beda atau teknik t-Tes.

Menurut Winarsunu (2010: 81) t-test adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi. Perhitungan t-tes dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari hubungan perbedaan antara rata-rata hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk mengetahui pengaruh Strategi Polya terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya, akan dilakukan uji hipotesis. Ada atau tidaknya pengaruh suatu variabel dapat diketahui dengan ada atau tidaknya perbedaan antara sampel yang diberikan perlakuan dengan sampel yang tidak diberikan perlakuan. Teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan adalah uji t.

Berdasarkan data hasil belajar pretest dan posttest, kemudian dicari selisih dari nilai tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelas eksperimen (Y) dan kelas kontrol (X). Nilai thitung diperoleh dengan mencari ada tidaknya perbedaan selisih hasil belajar pretes dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengaruh signifikan strategi Polya terhadap hasil belajar siswa ditunjukkan dengan perhitungan menggunakan t-test yang menunjukkan bahwa thitung = 3,492. Nilai t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan ttabel dengan dk = n1+ n2 = (30+30) – 2 = 58. Dengan db = 58, dan taraf signifikansi 5%, maka ttabel = 2,0017.

Diketahui bahwa thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,492 lebih besar dari 2,0017; sehingga Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan strategi Polya) dengan kelas kontrol (tanpa strategi Polya) diterima; dan Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan strategi Polya) dengan kelas kontrol (tanpa strategi Polya) ditolak. Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan strategi Polya) dengan kelas kontrol (tanpa strategi Polya) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan strategi Polya dengan hasil belajar kelas kontrol yang tidak menggunakan strategi Polya.

Berdasarkan kesimpulan yang menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan strategi Polya dengan hasil belajar kelas kontrol yang tidak menggunakan strategi Polya, dapat diketahui bahwa Strategi Polya berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan besar peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas kontrol. Bukti lain adalah berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung = 3,492 > ttabel = 2,0017; sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa dengan diterapkannya Strategi Polya ditolak; dan Ha yang menyatakan adanya perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa dengan diterapkannya Strategi Polya diterima.

1994

Page 10: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi Polya terhadap hasil belajar tanpa menyelidiki faktor penyebab berpengaruhnya strategi Polya terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini hanya mencakup dimensi pengetahuan (kognitif) yaitu berupa hasil belajar dengan menggunakan tes. Untuk proses belajar (LKS) dan afektif belum diteliti secara khusus.

PENUTUPSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa strategi Polya berpengaruh terhadap hasil belajar penyelesaian masalah pada siswa kelas V SDN Lidah Kulon IV/467 Surabaya. Hal ini dapat dilihat dari besar peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas kontrol. Rata-rata hasil pretest kelas kontrol adalah 53,7 sedangkan rata-rata hasil pretest kelas eksperimen adalah 60,8. Rata-rata hasil posttest kelas kontrol adalah 59,2 sedangkan rata-rata hasil posttest kelas eksperimen adalah 77,2. Berdasarkan hasil analisis data tes diketahui harga thitung = 3,492, dengan taraf signifikansi 5% dan db = 60-2 = 58 diperoleh harga ttabel = 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel yaitu 3,492 > 2,000. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Polya berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Lidah Kuoln IV/467 Surabaya.

SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut.1. Bagi guru

a. Sebaiknya guru menerapkan strategi Polya pada pembelajaran penyelesaian masalah, terutama dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita. Hal ini akan membantu siswa untuk mengecek jawaban yang telah mereka temukan, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menghitung akan dapat dikurangi.

b. Dalam penerapan strategi Polya, hendaknya guru memberikan penjelasan bahwa pengecekan kembali dapat dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan seluruh soal. Hal ini sebaiknya dilakukan karena langkah mengecek kembali akan membutuhkan waktu lebih lama.

2. Bagi sekolaha. Hendaknya sekolah mendukung dan menjamin

penerapan Strategi Polya sehingga hasil belajar dan kemampuan penyelesaian masalah siswa secara umum dapat lebih ditingkatkan.

b. Sekolah sebaiknya memberikan dukungan berupa penyediaan bentuk soal yang mendukung pengembangan kemampuan penyelesaian masalah siswa.

3. Bagi peneliti laina. Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan,

oleh karena itu peneliti lain dapat melakukan penelitian lain dengan mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol variabel-variabel lain yang belum dikontrol secara penuh dalam penelitian ini.

b. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanpa menyelidiki faktor penyebab berpengaruhnya strategi Polya terhadap hasil belajar siswa. Peneliti lain dapat meneliti faktor yang mempengaruhi berpengaruhnya Strategi Polya terhadap hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hudoyo, Herman dan Akbar Sutawidjaja. Tanpa Tahun. Matematika. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kemendikbud, Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPPMP). Tanpa Tahun. Modul Matematika 3 Pemecahan Masalah Terkait Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar: Bahan Pendidikan dan Latihan Guru Pasca-Uji Kompetensi Awal. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kennedy, Leonard M, et all. 2008. Guiding Children’s Mathematics Eleventh Edition. USA: Thomson.

Nursalim, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Unesa Unniversity Press.

Runtukahu, Tombokan dan Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Smith, Susan Sperry. 2009. Early Childhood Mathematics Fourth Edition. USA: Pearson.

Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

1995

Page 11: PENGARUH STRATEGI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pengaruh Strategi Polya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Van de Walle, John A., et al. 2010. Elementary & Middle School Mathematics: Teaching Developmentally Seventh Edition. USA: Pearson.

1996