Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN HEXACO DAN PERSEPSI
DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI SANTRI
KORBAN BULLYING DI PONPES SUNAN DRAJAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Siti Khusnul Chotimah
11140700000028
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iv
Man Jadda Wajada
(Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil)
Man Shobaro Zafiro
(siapa yang bersabar akan berhasil)
Man Saaro ‘Alaa darbi Washola
(Siapa Yang Berjalan Di Jalur-Nya Akan Sampai)
KESUKSESAN TIDAK HANYA DILIHAT DARI SEBERAPA KAMU
BERHASIL
TETAPI BAGAIMANA CARA KAMU MAMPU BANGKIT DARI
KETERPURUKAN
(RESILIENSI)
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2018
C) Siti Khusnul Chotimah
D) Pengaruh Tipe Kepribadian HEXACO dan Persepsi dukungan sosial terhadap
Resiliensi Santri Korban Bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat
E) xiv + 90 halaman + lampiran
F) Fenomena perundungan merupakan masalah sosial yang sangat
memprihatinkan, dan terjadi tidak hanya di lembaga pendidikan umum tetapi juga
di pondok pesantren. Penelitian mengenai ketahanan korban bullying sangat
dibutuhkan. Resiliensi memainkan peran penting dalam memahami proses
penyesuaian psikologis individu untuk bisa mengatasi kejadian negatif tanpa jatuh
ke dalam kesusahan yang berkepanjangan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui signifikansi pengaruh tipe kepribadian HEXACO dan perceived
social support terhadap resiliensi santri korban bullying di PonPes Sunan Drajat.
Subjek pada penelitian ini berjumlah 186 korban bullying di Pondok Pesantren
Sunan Drajat Paciran Lamongan Jawa Timur, yang diambil dengan teknik
purposive sampling. CFA (Confirmatory FactorAnalysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama dari tipe kepribadian HEXACO dan dukungan sosial terhadap
resiliensi pada korban bullying di pesantren. Hasil uji hipotesis masing-masing
dimensi menunjukkan bahwa dukungan teman, honesty-humility, agreeableness
dan conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi.
Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan
oleh seluruh variabel independen adalah 50,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya akan lebih
menarik untuk memilih pesantren yang berbeda jumlah populasi serta
membandingkan dari beberapa jenis pesantren dan disarankan untuk
menggunakan ukuran sampel yang lebih besar diperkirakan akan lebih
bermanfaat,
G) Bahan bacaan : 62 ; 32 buku + 18 jurnal + 7 artikel + 5 skripsi
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) Juli 2018
C) Siti Khusnul Chotimah
D) The Influence of Trait Personality HEXACO and Perceived Social Support on
Bullying Victim Resilience in Sunan Drajat Islamic Boarding Shcool
E) xiv + 90 pages + appendix
F) The phenomenon of bullying is a very serious social problem, and occurs not
only in public education institutions but also in islamic boarding school. Research
on the resilience of victims bullying is urgently needed. Resilience as important
role in understanding the individual's psychological adjustment process in order to
overcome negative events without falling into prolonged distress. This study was
conducted to determine the significance of the influence of Trait Personality
HEXACO and Perceived Social Support on Bullying Victim Resilience in Sunan
Drajat Islamic Boarding Shcool. The subjects in this research are 186 bullying
victim who live in Sunan Drajat Islamic Boarding Shcool Lamongan East Java,
taken with purposive sampling technique. CFA (Confirmatory Factor Analysis)
was used to test the validity of instrument The Multiple Regression Analysis was
used to test the research hypothesis.
The result showed that there is an effect of Trait Personality HEXACO
andPerceived Social Support on Bullying Victim. Hypothesis test results of each
dimension shows that friend support, honesty-humility, agreeableness dan
conscientiousness have a significant effect on resilience. The result also showed
the proportion of the variance of resilience described by all independent variables
was 50,5%, while the 49,5% was influenced by the other variables. In subsequent
research it would be interesting to select different islamic boarding school
population as well as compare from several types of islamic boarding school and
it is advisable to use larger sample sizes expected to be more useful,
G) Reference: 62 ; 32 books + 18 journals + 7 article + 5 essay
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap
saat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe
Kepribadian HEXACO dan Persepsi Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Santri
Korban Bullying di PonPes Sunan Drajat”. Shalawat serta salam tak lupa pula
peneliti hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya
sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya atas doa dan
dukungannya terhadap semua mahasiswa-mahasiswinya.
2. Solicha, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi dengan kesabaran dan
kesungguhan telah memberikan banyak saran dan kritik kepada peneliti
selama masa penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang
berharga untuk membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti.
3. Kedua orang tua peneliti bapak H. Masykur Syafi’i Ali, S.Ag dan ibu Hj.
Siti Aliyah, yang selalu memberikan cinta yang luar biasa, dukungan (baik
moral maupun materiil) serta doa tulus yang tidak pernah berhenti kepada
peneliti. Mas Ali, mas Pitul, mas Apan, mas Anto, mbak Zuli, mbak Dewi
dan adik saya Faiz selaku saudara kandung penulis yang selalu
memberikan semangat untuk peneliti.
4. Rena latifah, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik kelas B
angkatan 2014 serta seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan bimbingan, nasihat,
semangat, dan masukan kepada peneliti selama menempuh studi.
5. Prof, Dr, K.H. Abdul Ghofur selaku pengasuh pondok pesantren sunan
drajat yang saya muliakan. Ibu Kutiyah selaku kepala pondok putri dan
putra, ketua pengurus tingkat Aliyah, SMK, dan MMA beserta jajaranya,
Nafiah, Rifati dan Qomariyah yang telah membantu mensukseskan
penyebaran data saya. Para responden dari santri Sunan Drajat yang sudah
bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan data peneliti. Terimakasih
banyak atas semua bantuan dan pengorbanan yang begitu besar untuk
penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian
dengan syurga-Nya.
viii
6. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu dan wawasan bagi peneliti. Para staff Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan
kemudahan bagi peneliti dalam proses administrasi.
7. Ibu Nihayah, M.Si dan keluarga besar PLP khususnya teman-teman KKL
terima kasih atas pengalaman dan ilmunya berharap bisa bekerja sama
kembali. Juga pak Jahja Umar dan keluarga IAI yang telah memberikan
kesempatan untuk mencari ilmu dan memberikan banyak pengalaman
semoga Allah selalu melancarkan segala urusan.
8. Sahabat dan teman khusus Dedy Sukoco dan keluarga, yang telah
memberikan dukungan, semangat dan tekanan dalam memotivasi untuk
menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah memudahkan langkah untuk
segera menyempurnakan sunnahnya.
9. Salam sayang selalu untuk keluarga kontrakan cancii yang selalu ada
untuk menemani saya selama 3 tahun ini. Untuk sahabat peneliti yang
memberikan dukungannya, Fayna Faradiena dan keluarga. Semoga
silaturahmi tetap terjalin dan sukses untuk kedepannya. Maya, mami
Anom yang ada saat sidang semprop saya terima kasih .
10. LVID Jabodetabek , HIMMAH Jakarta, Racana Pramuka Khususnya
angkatan Garing, Paduan suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan
Antares, sahabat/i PMII khususnya Komfapsi, Forum Mahasiswa
Lamongan (FORMALA), DEMA-F Psikologi 2016, dan SEMA-U 2017,
psikologi angkatan 2014 khususnya kelas A dan B. adik-adik angkatan,
2015, 2016, dan 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu memberi dukungan dan motivasi yang diberikan kepada
peneliti. Senang bisa mengenal kalian, bisa seorganisasi dengan kalian.
Semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan dan keselamatan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga
skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk
mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, 16 Juli 2018
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-12
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ............................................................................... 8
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 10
1.4 Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................................... 10
1.4.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 10
1.4.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 11
1.5 Sistematika Penelitian............................................................................ 12
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 13-37
2.1 Resiliensi .............................................................................................. 13
2.1.1 Definisi resiliensi .......................................................................... 15
2.1.2 Dimensi-dimensi resiliensi ........................................................... 16
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi ................................ 16
2.1.4 Pengukuran resiliensi .................................................................... 18
2.2 Tipe Kepribadian ................................................................................... 20
2.2.1 Definisi tipe kepribadian .............................................................. 20
2.2.2 Dimensi-dimensi tipe kepribadian HEXACO .............................. 21
2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian HEXACO ....................................... 23
2.3 Dukungan Sosial .................................................................................... 24
2.3.1 Definisi dukungan sosial .............................................................. 24
2.3.2 Aspek-aspek dukungan sosial ....................................................... 29
2.3.3 Bentuk dukungan sosial ............................................................... 30
2.3.4 Pengukuran dukungan sosial ........................................................ 30
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 31
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 38-63
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan sampel .............................. 38
3.1.1 Populasi ....................................................................................... 38
3.1.2 Sampel .......................................................................................... 38
x
3.1.3 Teknik pengambilan sampel.... .................................................... 39
3.2 Variabel Penelitian................................................................................ 39
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 42
3.3.1 Teknik pengumpulan data ............................................................ 42
3.3.2 Instrumen pengumpulan data ....................................................... 43
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 49
3.4.1 Uji validitas konstruk resiliensi .................................................... 49
3.4.2 Uji validitas konstruk honesty-humility ........................................ 50
3.4.3 Uji validitas konstruk emotionality .............................................. 51
3.4.4 Uji validitas konstruk extravertion ............................................... 52
3.4.5 Uji validitas konstruk agreeableness ............................................ 53
3.4.6 Uji validitas konstruk conscientiousness ...................................... 54
3.4.7 Uji validitas konstruk openness to experience ............................. 56
3.4.8 Uji validitas konstruk dukungan teman ........................................ 57
3.4.9 Uji validitas konstruk dukungan keluarga .................................... 58
3.4.10 Uji validitas konstruk dukungan significant other ..................... 59
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 60
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 63
3.6.1 Tahap persiapan ............................................................................ 63
3.6.2 Tahap adaptasi alat ukur ............................................................... 64
3.6.3 Tahapan pelaksanaan .................................................................... 64
3.6.4 Tahap pengolaan data ................................................................... 64
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 66-79
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 66
4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 67
4.3 Kategorisasi Skor Variabel ..................................................................... 68
4.3.1 Kategorisasi skor variabel resiliesi ............................................... 69
4.3.2 Kategorisasi skor variabel perceived social support .................... 69
4.3.3 Kategorisasi skor variabel tipe kepribadian HEXACO ................ 71
4.4 Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 73
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian .............................................. 73
4.4.2 Hasil uji proporsi varians masing-masing variabel ...................... 77
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 79-85
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 80
5.2 Diskusi .................................................................................................... 81
5.3 Saran ....................................................................................................... 84
5.3.1 Saran metodologis ........................................................................ 83
5.3.2 Saran praktis ................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87-91
LAMPIRAN .................................................................................................... 92-11
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor skala Likert ............................................................................. 43
Tabel 3.2 Blue print skala resiliensi ............................................................... 44
Tabel 3.3 Blue print skala tipe kepribadian HEXACO .................................. 45
Tabel 3.4 Blue print skala Perceived social Support ...................................... 46
Tabel 3.5 Muatan faktor resiliensi .................................................................. 50
Tabel 3.6 Muatan faktor honesty-humility ...................................................... 51
Tabel 3.7 Muatan faktor emotionality ........................................................... 52
Tabel 3.8 Muatan faktor extravertion ............................................................. 53
Tabel 3.9 Muatan faktor agreeableness .......................................................... 54
Tabel 3.10 Muatan faktor conscientiousness .................................................... 55
Tabel 3.11 Muatan faktor openness to experience ........................................... 56
Tabel 3.12Muatan faktor dukungan teman ...................................................... 58
Tabel 3.13 Muatan faktor dukungan keluarga .................................................. 59
Tabel 3.14 Muatan faktor dukungan significant other ..................................... 60
Tabel 4.1 Karakteristik responden jenis kelamin ........................................... 66
Tabel 4.2 Karakteristik responden jenis lembaga SLTA ................................ 66
Tabel 4.3 Analisis deskriptif.. ......................................................................... 67
Tabel 4.4 Norma skor.. ................................................................................... 69
Tabel 4.5 Kategorisasi skor resiliensi ............................................................. 69
Tabel 4.6 Kategorisasi skor perceived social support .................................... 70
Tabel 4.7 Kategorisasi skor tipe kepribadian HEXACO ........................... ... 71
Tabel 4.8 Tabel R Square ............................................................................... 73
Tabel 4.9 Anova.............................................................................................. 74
Tabel 4.10 Koefisien ........................................................................................ 74
Tabel 4.11 Proporsi varians independen variabel ............................................ 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian .............................................................. 91
Lampiran 2 Kuesioner ................................................................................ 92
Lampiran 3 Hasil CFA ............................................................................. 101
Lampiran 4 Hasil Uji reliabilitas .............................................................. 111
Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis dan regresi ............................................. 116
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Resiliensi memainkan peran yang sangat penting dalam memahami proses
penyesuaian individu untuk bisa mengatasi kejadian negatif. Salah satunya adalah
mampu bertahan dan bangkit dari perundungan. Fenomena perundungan
(bullying) merupakan masalah sosial yang sangat memperihatinkan. Tidak hanya
terjadi di lembaga pendidikan umum tetapi juga terjadi di pondok pesantren.
Berdasarkan data Kementerian Agama mencatat jumlah santri di 33
provinsi di seluruh Indonesia mencapai 3,65 juta orang yang tersebar di 25.000
pondok pesantren. Artinya pesantren dan santri merupakan elemen penting dalam
kehidupan bernegara dan aset bagi kemajuan bangsa. Santri di pondok pesantren
memang diharapkan berakhlak dan beradab sehingga membedakan santri dan
siswa yang sekolah di luar pondok pesantren.
Kehidupan santri di pondok pesantren bersifat komunalistik yaitu tata
pergaulan santri yang tidak tersekat oleh tradisi kehidupan yang individualistik
(Desiree, 2013). Mereka melakukan segala aktivitas secara bersama-sama seperti
makan, belajar, tidur, istirahat dan mengaji. Rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki di antara mereka terus dipupuk seiring perkembangan mereka di pondok
pesantren. Interaksi sosial yang tinggi di antara santri sangat berpotensi
menimbulkan konflik. Desire (2013) mengungkapkan masalah terbesar yang
sering muncul di lingkungan pesantren atau sekolah berasrama adalah perlakuan
2
tidak menyenangkan dari para senior maupun teman sebaya, mulai dari
perpeloncoan dan dipanggil dengan panggilan buruk atau biasa disebut bullying.
Menurut penelitian Desiree (2013) bullying sering terjadi di lingkungan
pesantren dari pada lingkungan umum serta menambahkan bahwa bullying di
pesantren kebanyakan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya mereka yang
jauh dari pengawasan orang tua, berasal dari berbagai daerah, memiliki adat dan
budaya yang berbeda. Berdasarkan hasil elisitasi pada 5 Januari 2018 lalu
terhadap 23 alumni pesantren, 18 diantaranya pernah mengalami bullying di
pesantren. Tiga diantaranya sebelum menjadi korban bullying pernah menjadi
pelaku bully. Tindakan bullying ini paling banyak berupa verbal yakni 12 orang, 6
orang korban fisik dan mereka yang mengalami bullying verbal dan fisik juga
secara otomatis mengalami bully secara psikis.
Fenomena bullying di pondok pesantren tentu tidak diharapkan. Hal ini
disebabkan kehidupan pesantren berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya atau menjadi ahli agama (UU sisdiknas Tahun 2003 bab 9 pasal 2).
Harapannya santriwan-santriwati berperilaku sejalan dengan apa telah diajarkan.
Hal ini tentu memerlukan perhatian khusus mengenai para korban bullying di
lembaga pendidikan manapun terutama pondok pesantren.
Penting bahwa individu bisa mengatasi kejadian negatif semacam itu tanpa
jatuh ke dalam kesusahan yang berkepanjangan, suasana hati yang depresi atau
kondisi psikologis yang tidak sehat lainnya. Untuk itu diperlukan daya tahan dan
ketangguhan untuk dapat bangkit dari kondisi-kondisi negatif.
3
Resiliensi memainkan peran penting dalam memahami proses penyesuaian
psikologis individu. Pada penelitian terdahulu telah ditemukan bahwa seberapa
baik individu menghadapi transisi, berkaitan dengan seberapa resilien individu
tersebut. Artinya, semakin resiliens individu, maka akan semakin bisa individu
tersebut dalam menghadapi perubahan (Pritchard dkk, 2007).
Beberapa ciri individu yang menunjukan adanya resiliensi menurut
Reivich dan Shatte (2002) adalah (1) Mampu mengatasi stress (2) Bersikap
realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah (3) Mampu mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Menurut Oshio (2003) resiliensi
adalah proses menanggulangi dan adaptasi yang berhasil pada situasi yang
menantang dan mengancam. Kesulitan dan situasi krisis ini merupakan proses
dinamis dalam pengembangan individu.
Resiliensi bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan pada
sebagian manusia dan bukan merupakan sesuatu yang berasal dari sumber yang
tidak jelas. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk resilien dan setiap orang
mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan hambatan dalam
hidupnya. Holaday (1997) mengemukakan orang yang resilien akan cepat kembali
pada kondisi sebelum ia mengalami kejadian negatif, yang menyebabkan
keterpurukuan dan akan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan
yang negatif. Individu yang tidak memiliki resiliensi maka dalam menyikapi suatu
masalah cenderung putus asa, mudah stress karena kemampuannya kecil serta
tidak memiliki visi dan keyakinan untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih
baik.
4
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi resiliensi Peneliti menyimpulkan
faktor yang mempegaruhi resiliensi yakni dari Faktor internal antara lain adalah
harapan (Pienaar dkk, 2011; Nurmalasari, 2013), syukur (Chung, 2008; Gomez,
2013), optimisme (Carver & Connor-smith, 2010; Tusaie-Mumfrod, 2001;
Saboripour dkk, 2015), tipe kepribadian (Nakaya, 2006), self esteem
(Sapouna,2013; Salahuddin, 2011), religiusitas (Stephen, 2007). Faktor external
meliputi kehangatan saudara kandung dan keluarga (Bowes, 2010) faktor
lingkungan tempat tinggal (Cohen, 2009; Korantang dan Simons, 2012), atmosfer
keluarga (Bowes, 2010), dukungan sosial (Saboripour, 2015), budaya dan
lingkunagn (Wong & Wong, 2006), social alienation dan jumlah teman dekat
(Sapouna, 2013).
Banyak faktor yang mungkin terlibat dalam pengembangan resiliensi,
namun ciri kepribadian individu sangat penting. Memeriksa karakteristik
psikologis yang umumnya dimiliki oleh individu dapat meningkatkan kesehatan
psikologis remaja dalam bertahan dalam situasi yang buruk (Nakaya, 2006). Ada
beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami
kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Pendekatan
ketrampilan dan trait terhadap kepribadian berusaha mencari beberapa dimensi
utama yang dapat menggambarkan pola respon seseorang.
Banyak macam-macam model kepribadian salah satunya adalah
kepribadian model HEXACO. Kepribadian ini memprediksi beberapa fenomena
kepribadian yang tidak dijelaskan dalam Big-Five Factors model, termasuk
hubungan faktor kepribadian dengan konstruk biologi dan pola perbedaan jenis
5
kelamin dalam ciri-ciri kepribadian. Selain itu, terdapat tiga dimensi yaitu
kepribadian honesty-humility, emotionality dan agreeableness yang mengukur
tingkat altursm dan empati individu, dimana sikap altursm dan empati berkorelasi
dengan resiliensi sehingga tipologi kepribadian HEXACO sangat sesuai dengan
konteks resiliensi.
Kepribadian model HEXACO juga merupakan alternatif dari Big-Five
Factors. Model baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya. klasifikasi
kepribadian HEXACO dibagi menjadi enam dimensi yaitu honesty-humility
(H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness
(C), dan openness to experience (O) (Ashton & Lee, 2007).
Nakaya (2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian Big Five Personality
memiliki hubungan yang signifikan terhadap resiliensi, ditambah dengan analisis
cluster yang mengklasifikasikan tipe kepribadian Big five memiliki kaitan yang
signifikan terdalap aspek-aspek resiliensi dalam alat ukur Adolescent Resilience
Scale. Dalam penelitia ini Peneliti berharap untuk dapat meneliti aspek honesty-
humality yang sebelumnya belum banyak diteliti. pada dimensi honesty-humanity
dimana kedua hal itu memiliki korelasi terhadap resiliensi. Aspek ini
menjelaskan adanya sifat tulus, adil, sederhana dan empati. Menurut Reivich &
Shate (2002) rasa empati dan ketulusan merupakan kompetensi sosial dan
hubungan positif dengan lingkungan yang berkorelasi terhadap keberhasilan
beradaptasi pada tekanan tertetu.
Selain faktor tipe kepribadian, terdapat faktor persepsi dukungan sosial
yang mempengaruhi resiliensi. Menurut Bowes (2010) Anak-anak yang
6
terintimidasi cenderung sulit menyesuaikan diri, mengalami kesulitan, masalah
emosi dan perilaku. Akibatnya anak lebih mengingat pengalaman mereka menjadi
korban bullying. Studi terdahulu telah melakukan penelitian mengenai pentingnya
dukugan keluarga dalam mempromosikan resiliensi anak setelah menjadi korban
bullying. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor dukungan keluarga sangat
berperan penting terhadap korban bullying, seperti kehangatan ibu, saudara
kandung, atmosfer positif rumah, sangat penting dilakukan. Anak yang menerima
kehangatan paling banyak memiliki sedikit masalah perilaku (Bowes, 2010).
Lingkungan pondok pesantren mengajarkan kemandirian santri dan
tentunya memiliki tempat tinggal yang jauh dengan keluarga. Pendidikan
kemandirian adalah salah satu yang utama di pondok, maka terdapat adanya batas
waktu tertentu kepada walisantri untuk mengunjungi anak-anak mereka yang
berada di pesantren, yakni dengan jadwal hanya 1 bulan sekali.
Menurut peneliti, anak yang berada di pondok pesantren tidak begitu
merasakan kehangatan keluarga, karena di pesantren terdapat batasan antara
interaksi anak dan keluarga melainkan lebih dekat dengan teman sebayanya.
Tetapi peneliti tidak boleh menyimpulkan secara langsung tanpa adanya
penelitian. Oleh karena itu penelitian dukungan sosial ini menarik diteliti. Zimmet
(1988) membagi dukungan sosial menjadi tiga aspek yakni dukungan keluarga,
dukungan teman dan dukungan signifikan other artinya dengan peneliti
menggunakan alat ukur dukungan sosial ini bertujuan agar dapat mengetahui
dukungan faktor mana yang paling mempengaruhi resiliensi korban bullying,
dukungan keluarga, teman atau yang lain.
7
Tidak hanya itu penelitian oleh Sabouripour (2015) juga telah
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara dukungan sosial dengan
resiliensi siswa international. Teman, keluarga maupun seseorang spesial mampu
menunjukan korelasi yang positif terhadap siswa international. Penelitian ini juga
dikuatkan oleh hasil penelitian Dawson (2013) resiliensi akan berkorelasi positif
dengan dukungan sosial pada pelajar.
Manfaat dukungan sosial bagi resiliensi korban bullying menurut Sarason
(1987) menyatakan bahwa pada umumnya persepsi individu yang tersedia dapat
merefleksikan keadaan yang relatif stabil serta penerimaan yang bersifat umum.
Pada dasarnya lingkungan sekitar yang bersifat mendukung dalam kehidupan
sehari-hari dapat menimbulkan dua hal yakni menurunkan tingkat kecemasan
individu dan meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance). Dukungan
sosial pada umumnya dapat memperkuat ketahanan untuk menghadapi stres
(Burcusa, 2007).
Berdasarkan fenomena yang telah peneliti jabarkan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian
HEXACO dan Persepsi Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Santri Korban
Bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat”
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti membatasi masalah pada
pengaruh tipe kepribadian dan persepsi dukungan sosial terhadap resiliensi santri
8
korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Adapun definisi konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Resiliensi
Banyak teori yang menjelaskan mengenai resiliensi tetapi peneliti
membatasi teori resiliensi dengan menggunakan teori Oshio (2003) yang
menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap
kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan serta berjuang
bangkit kembali dalam situasi normal. Teori ini lebih fokus pada resiliensi remaja
hal ini tentu sesuai dengan teori dan sampel yang penulis teliti.
2. Tipe kepribadian
Terdapat beberapa teori tipe kepribadian seperti Big Five Personality yang
diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg (1981) dan dikembangkan oleh Allport
(1990) yang membagi tipe kepribadian berdasarkan lima dimensi yakni
ekstravertion, conscientiousness, agreeableness, neurotism dan opennes to
eksperience. Pada penelitian ini peneliti membatasi teori kepribadian berdasarkan
teori Asthon dan Lee yang membagi tipe kepribadian menjadi enam dimensi, teori
HEXACO ini dikembangkan dari teori Big five. Teori ini memprediksi beberapa
fenomena kepribadian yang tidak dijelaskan dalam big five , termasuk hubungan
faktor kepribadian dengan konstruk biologi dan pola perbedaan jenis kelamin
dalam ciri-ciri kepribadian. Selain itu, terdapat tiga dimensi yaitu kepribadian
honesty-humility, emotionality dan agreeableness yang mengukur tingkat
altursm dan empati individu, dimana sikap altursm dan empati berkorelasi dengan
9
resiliensi sehingga tipologi kepribadian HEXACO sangat sesuai dengan
konteks resiliensi.
3. Dukungan sosial
Dalam teori dukungan sosial terdapat pembagian antara received social
support dan perceived social support. Namun dalam penelitian ini peneliti
membatasi teori dukungan sosial menggunakan teori Zimmet (1987) yaitu
persepsi dukungan sosial. Peneliti menggunakan teori persepsi dukungan sosial
karena tidak semua sumber daya yang diberikan kepada seseorang akan
dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh orang tersebut dan juga teori ini
cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan
individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, rasa malu dan kesepian.
4. Korban bullying
Dalam penelitian ini korban bullying adalah variabel yang menjadi batasan
sampel peneliti yakni orang yang pernah mengalami bullying (perundungan) baik
fisik, verbal dan psikis dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok yang berada
di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan secara usia berada pada masa remaja akan
menjadi subjek penelitian.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
1. Apakah ada pengaruh tipe kepribadian HEXACO dan dimensi dukungan
sosial terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan
Drajat?
2. Variabel manakah yang paling berpengaruh diantara variabel-variabel yang
diujikan?
3. Berapa proporsi varian yang disumbangkan oleh masing-masing IV?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris tentang bagaimana
pengaruh Aspek-aspek tipe kepribadian HEXACO. Honesty-humility,
emotionality, extravertion, agreeableness, conscienstiousness, openess to
experience terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan
Drajat, serta menguji secara empiris tentang bagaimana pengaruh dimensi
dukungan sosial terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren
Sunan Drajat. Dan juga untuk mengetahui secara empiris tentang bagaimana
pengaruh dimensi dukungan sosial seperti keluarga, teman, orang spesial terhadap
resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat.
1.4.2 Manfaat penelitian
1.4.2.1 Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap keilmuan
psikologi, pengembangan sosial, pendidikan, perkembangan dan klinis, khususnya
mengenai pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap resiliensi pada
11
korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Selain itu diharapkan juga
dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan
menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadikan masukan untuk
menambah kepustakaan sekaligus memberikan kontribusi pada dunia psikologi
khususnya psikologi perkembangan dan sosial dalam meningkatan kualitas
penanganan pada korban bullying, terutama terkait dengan resiliensi sesuai yang
diharapkan.
1.4.2.2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi subjek penelitian,
keluarga, atau individu korban bullying, untuk lebih memahami masalah yang
mereka alami, terutama terkait dengan resiliensi, untuk selanjutnya dijadikan
acuan dalam menangani masalah mereka sesuai dengan hasil penelitian.
Beberapa hal yang bisa dilakukan guna menangani masalah korban
bullying yang berkaitan dengan penelitian ini adalah seperti melakukan sosialisasi
dan seminar mengenai kepribadian dan memperkuat pengaruh dukungan sosial
baik keluarga maupun teman pada santri di pondok pesantren dalam
mengantisipasi adanya praktek bullying dan meningkatkan resiliensi bagi korban
bullying.
Selain itu pelatihan mengenai bagaimana pentingnya mengetahui karakter
kepribadian serta memperkuat dukungan sosial dalam meningkatkan resiliensi
pada korban bullying bisa dilakukan guna menormalisasi keadaan psikis yang
12
negatif dari para korban seperti trauma, kecemasan, ketidak nyamanan di pondok
dan ketakutan serta untuk meningkatkan resiliensi para korban bullying.
1.5 Sistematika Penelitian
Laporan penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah
sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya
penelitian mengenai pengaruh tipe kepribadian dan persepsi dukungan sosial
terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penelitian.
BAB 2 Landasan Teori, menguraikan tentang pengertian resiliensi, aspek-aspek
dalam resiliensi, faktor-faktor resiliensi, karakteristik resiliensi, pengukuran
resiliensi, pengertian tipe kepribadian HEXACO, aspek-aspek HEXACO,
pengukuran HEXACO, pengertian dukungan sosial, dimensi dukungan sosial,
pengukuran dukungan sosial, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3 Metode Penelitian, menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian,
variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik pengumpulan data,
uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.
BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan tentang hasil pengolahan dari
data yang terkumpul dari penelitian ini, meliputi gambaran umum responden,
serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian ini diuraikan tentang
kesimpulan, diskusi dan saran, dan hasil penelitian.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Resiliensi
2.1.1 Definisi Resiliensi
Oshio (2003) mengemukakan resiliensi adalah ketahanan yang menjadi salah satu
kunci faktor untuk menanggulangi dan sukses beradaptasi pada kejadian negatif.
Grotberg (1999) menyatakan resiliensi adalah kemampuan manusia untuk
menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan
hambatan. Resiliensi bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan
pada sebagian manusia dan bukan merupakan sesuatu yang berasal dari sumber
yang tidak jelas. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menjadi resiliensi
dan setiap orang mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan
hambatan dalam hidupnya.
Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kapasitas untuk
merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma,
dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi
merupakan seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk mencari pengalaman
baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan, juga menghasilkan
dan mempertahankan sikap positif untuk digali. Individu dengan resiliensi yang
baik akan memahami bahwa kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Individu
mengambil makna dari kesalahan dan menggunakan pengetahuan untuk meraih
sesuatu yang lebih tinggi, sehingga individu mampu mengasah dirinya dan
memecahkan persoalan dengan bijaksana, dan energik.
14
Lopez (2002) menjelaskan resiliensi secara umum mengacu pada adaptasi
secara positif dalam konteks resiko (risk) dan kesulitan (adversity). Resiliensi
dalah konsep yang luas yang menekankan pada fenomena yang luas termasuk
kapasitas sistem untuk menahan dan mengatasi tantangan-tantangan yang
signifikan. Resiliensi juga didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam
mengatasi stres dan kesulitan, yang mungkin melihat individu kembali ke dalam
keadaan sebelumnya yang normal tanpa indikasi efek negatif (Masten, 2006).
Resiliensi merupakan proses beradaptasi yang baik dalam diri seseorang
dalam menghadapi kesulitan, trauma, ancaman dan hal-hal yang menyebabkan
stress, seperti masalah keluarga, hubungan terhadap orang lain, masalah
kesehatan, pekerjaan dan stress keuangan. Sementara menurut Goldstein dan
Brooks (2005) resiliensi merupakan kekuatan dari dalam diri untuk berhadapan
secara kompeten dan sukses, hari ke hari, dengan tantangan dan tuntutan yang
mereka hadapi. Resiliensi juga dapat mengembangkan ketahanan pada diri
individu agar mampu menjalankan tantangan dan resiko kehidupan, definisi
resiliensi menurut (Siebert, 2005).
Dari beberapa teori yang dipaparkan di atas peneliti menggunakan teori
resiliensi oleh Oshio (2003) untuk digunakan dalam penelitian ini, menurut
peneliti bahwa resiliensi merupakan kemampuan bertahan dan bangkit untuk
menanggulangi kejadian negatif serta sukses dalam beradaptasi dan menghadapi
berbagai permasalahan hidup. Permasalahan hidup dalam penelitian ini
difokuskan pada masalah yang dialami remaja.
15
2.1.2 Dimensi-dimensi resiliensi
Menurut Oshio (2003) telah memaparkan dimensi-dimensi resiliensi yaitu
terdapat 3 dimensi resiliensi yakni Novelty Seeking, Emotional Regulaion dan
Positive Future Orientation. Adapun penjelasnnya yakni :
1. Novelty Seeking adalah kemampuan untuk menunjukkan minat dan perhatian
tentang beragam peristiwa. Ini termasuk sifat kepribadian yang terkait dengan
aktivitas eksplorasi sebagai respons terhadap rangsangan baru.
2. Emotional Regulation adalah sifat individu yang menunjukkan ketenangan
dan kontrol emosi internal mereka.
3. Positive Future Orientation adalah orientasi masa depan positif yang
menyangkut pendekatan untuk pandangan, mimpi, dan tujuan di masa depan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi
Perkembangan resiliensi pada manusia merupakan suatu proses perkembangan
manusia yang sehat dan dinamis dimana terdapat pengaruh dari interaksi antara
kepribadian seorang individu dengan lingkungannya dalam hubungan timbal
balik. Hasilnya ditentukan berdasarkan keseimbangan antara faktor resiko,
kejadian dalam hidup yang menekan, dan faktor protektif Warner & Smith (dalam
Bernard, 1991). Selanjutnya, keseimbangan ini tidak hanya ditentukan oleh
jumlah dari faktor resiko dan faktor protektif yang hadir dalam kehidupan seorang
individu tetapi juga dari frekuensi, durasi, derajat keburukannya sejalan dengan
kemunculannya.
16
2.1.3.1 Faktor Risiko
Faktor risiko dapat berasal dari kondisi budaya, ekonomi, atau medis yang
menempatkan individu dalam risiko kegagalan ketika menghadapi situasi yang
sulit. Faktor risiko menggambarkan beberapa pengaruh yang dapat meningkatkan
kemungkinan munculnya suatu penyimpangan hingga keadaan yang lebih serius
lagi. Trait risiko merupakan predisposisi individu yang meningkatkan kelemahan
individu pada hasil negatif. Efek lingkungan, dimana lingkungan atau keadaan
dapat berhubungan atau mendatangkan risiko. Hubungan antar beberapa variabel
resiko yang berbeda akan membentuk suatu rantai risiko (Smokowski, 1998).
2.1.3.2 Faktor Protektif
Rutter (dalam Davis, 1999) menyatakan interaksi antara proses sosial dan
intrapsikis dapat memungkinkan seseorang untuk dapat menghadapi kesulitan dan
segala kumpulan tantangan kehidupan secara positif. Dyer dan McGuinness
(dalam Davis, 1999) menjelaskan resiliensi sebagai proses dinamik yang sangat
dipengaruhi oleh faktor protektif, dimana seseorang dapat bangkit kembali dari
kesulitan dan menjalani kehidupannya.
Di tambahkan juga bahwa faktor protektif merupakan setiap traits, kondisi
situasi yang muncul untuk membalikkan kemungkinan dari masalah yang
diprediksi akan muncul pada individu yang mengalami masalah (Segal, 1968;
Garmezy, 1991; Isacsoon, 2002). Rutter (dalam Davis, 1999) menyatakan faktor
protektif merupakan prediktor terkuat dalam mencapai resiliensi dan hal yang
memainkan peran kunci dalam proses yang melibatkan seseorang untuk berespon
17
dalam situasi sulit. Menurut Holaday & McPhearson (1997) beberapa faktor yang
mempengaruhi resiliensi yaitu:
a. Social support melibatkan pengaruh budaya, dukungan dari orang tua dan
komunitas dalam mempengaruhi resiliensi seseorang.
b. Cognitive skills termasuk didalamnya intelejensi, gaya menghadapi masalah,
menghindari menyalahkan diri sendiri, dan religiusitas.
c. Psychological resources termasuk didalamnya empati, rasa keingin
tahuan internal locus of control, cenderung mengambil hikmah dari setiap
permasalahan dan pengalaman hidup, dan selalu fleksibel ketika menghadapi
situasi yang sulit.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan faktor protektif yakni pada karakteristik
individu dengan menggunakan variabel prediktor tipe kepribadian HEXACO dan
meggunakan faktor-faktor dukungan sosial. Menurut Holaday & McPhearson
(1997) tipe kepribadian dan social support dalam hal ini memungkinkan
seseorang untuk dapat menghadapi kesulitan dan segala tantangan kehidupan
secara lebih positif dan menjadi lebih resiliensi dari kesulitan dan menjalani
kehidupannya dengan normal kembali.
2.1.4 Pengukuran resiliensi
Dari hasil membaca literatur tentang penelitian-penelitian mengenai resiliensi
menurut Ahern dkk (2006), peneliti memperoleh beberapa instrumen untuk
mengukur resiliensi, diantaranya yaitu:
1. Adolescent resilience scale (ARS) Alat ukur ARS ini memiliki 21 skala item
terdiri dari 5 poin skala model Likert (1-5). Terdapat tiga dimensi yaitu : novety
18
seeking, emotional regulation, positive future orientation. Alat ukur ARS ini
dikemukakan oleh Oshio, Kaneko & Nakaya (2003). Penelitian ini fokus pada
usia remaja yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa-siswi Jepang yang
terdiri dari 207 orang. 104 siswa laki-laki dan 103 siswi perempuan. dengan
rentang usia 19-23 tahun. Memiliki nilai reliabilitas internal konsistensi
sebesar (r=.72 to.75), total nilai validitas dengan koefesien alpha .85.
2. Resilience Scale for Adults (RSA) Resiliensi Scale for Adults ini memiliki 37
item, dengan metode skala semantik deferensial yang terdiri dari 5 poin. Alat
ukur ini dikemukakan oleh Friborg dkk (2003). RSA meliputi lima dimensi
yakni: personal competence, social competence, family coherence, social
support, dan persoanl structure. Skala ini lebih mempresentasikan protektif
faktor. Reliabilitas skala ini dari 0.67 to 0.90 internal konsistensi alpha
cronbarch.
3. Resilience Quotient (RQ). Alat ukur yang lain dikembangkan oleh Reivich dan
Shatte (2002) yaitu Resilience Quotient (RQ). Dalam skala ini terdapat 7 aspek
yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis penyebab
masalah, empati dan pencapaian.
4. Resilience Scale (RS) Selain alat ukur tersebut sebelumnya, alat ukur lain yaitu
Resiliensi Scale (RS) yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young (1993).
Alat ukur ini berusaha mengidentifikasi kriteria individual yang membangun
resiliensi, yaitu equanimity, perseverance, self-reliance, meaningfulness, dan
existential aloneness (Wagnild, 2010: Wagnild & Young, 1993).
19
Berdasarkan macam-macam pengukuran resiliensi tersebut, peneliti
menggunakan pengukuran resiliensi dengan alat ukur Adolescent Resiliensi Scale
yang dibuat oleh Oshio (2003). Alat ukur ini sesuai dengan teori dan sampel yang
penulis teliti yakni mengukur khusus resiliensi pada tingkat remaja
2.2 Tipe Kepribadian
2.2.1 Definisi kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individual sebagai sistem psikofisik
yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan (Allport, 1961). Menurut Pervin & Cervone (2010).Kepribadian
adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku. Feist & Feist (2008) mengungkapkan
kepribadian adalah pola sifat (watak) dan sebuah karakter unik, yang memberikan
konsisten sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang.
Berbagai definisi tentang kepribadian memiliki lima persamaan yaitu sebagai
berikut (Alwisol, 2009) :
a) Kepribadian bersifat umum, maksudnya kepribadian menunjuk kepada sifat
umum seseorang berupa fikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh secara
sistematik terhadap keseluruhan tingkah lakunya.
b) Kepribadian bersifat khas, maksudnya kepribadian dipakai untuk menjelaskan
sifat individu yang membedakan seseorang dengan orang lain, semacam
tandatangan atau sidik jari psikologi, dan bagaimana individu berbeda dengan
orang lain.
20
c) Kepribadian berjangka lama, maksudnya kepribadian dipakai untuk
menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat.
Perubahan kepribadian biasanya bersifat bertahap atau akibat merespon sesuatu
kejadian yang luar biasa.
d) Kepribadian bersifat kesatuan, maksudnya kepribadian dipakai untuk
memandang diri sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik
yang membentuk kesatuan dan konsistensi.
e) Kepribadian dapat berfungsi baik atau buruk, maksudnya kepribadian adalah
cara bagaimana orang berada di dunia. Berdasarkan beberapa penyataan para ahli
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan karakteristik khas
yang membedakan setiap orang dan kecendrungan seseorang dalam proses
menyesuikan diri dengan lingkungan.
Berdasarkan
2.2.2 Dimensi kepribadian HEXACO
Aston dan Lee (2007) mengungkapkan bahwa kepribadian itu dapat
dikelompokan dalam enam kategori berikut ini:
a. Honesty-Humility (kejujuran-kerendahan hati) yaitu kecenderungan
individu untuk bersikap adil dan tulus dalam bekerja sama, dalam
bekerjasama dengan orang lain ia bisa saja dimanfaatkan tetapi ia tidak
terdorong untuk membalas dendam. Seseorang yang memilki level honesty-
humility yang tinggi memiliki kelebihan yaitu menurunnya resiko dimanfaatkan
oleh orang lain (Aston & Lee, 2007).
21
b. Emotionality (emosional) yaitu individu yang tidak hanya sebatas
dapat berempati tetapi juga dapat membentuk kedekatan emosional dengan
orang lain. Selain, itu juga menunjukan pribadi yang sering menolak dan senang
ditolong (Aston & Lee, 2007).
c. Extraversion (mudah bergaul) adalah individu yang menyenangi hal-
hal berbau sosial seperti bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan (Aston &
Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait Extraversion memiliki ciri
pribadi yang ramah, hangat dan asertif (Friedman & Schustack, 2008) serta
cenderung penuh kasih sayang, senang berbicara, dan menyenangkan (Feist &
Feist, 2010).
d. Agreeableness (mudah bersepakat) adalah individu yang mempunyai
kecenderungan untuk memaafkan dan toleran terhadap orang lain, dapat
bekerja sama dengan orang lain walau ia merasa telah dimanfaatkan.
Individu dengan skor tinggi memiliki sikap bertahan lama bekerjasama pada
orang lain dan resiko untuk dimanfaatkan orang lain (Aston & Lee, 2007).
Individu dengan skor tinggi pada trait agreeableness memiliki ciri pribadi
yang jujur, mudah percaya, suka menolong dan rendah hati (Friedman &
Schustack, 2008). Mereka yang memiliki skor rendah biasanya pelit, mudah
kesal, curiga dan penuh kritik terhadap orang lain (Feist & Feist, 2010).
e. Conscientiousness (terencana) adalah individu yang menyenangi hal-
hal yang berhubungan dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan
organisasi (Aston & Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait
conscientiousness memiliki ciri pribadi yang kompeten, hati-hati, tekun dan
22
ambisius (Friedman & Schustack, 2008) serta cenderung lebih terkontrol,
fokus pada pencapaian dan memiliki disiplin diri yang tinggi (Feist & Feist,
2010).
f. Openness to Experience (terbuka pada hal baru) adalah individu
yang suka dengan hal-hal berkaitan dengan ide seperti belajar, berfikir dan
imajinasi (Aston & Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait
openness to experience memiliki ciri pribadi yang imajinatif, estetis, toleran,
dan penuh keingintahuan intelektual (Friedman & Schustack, 2008).
Sebaliknya, mereka dengan skor rendah biasanya konvensional, rendah hati,
dan konservatif (Feist & Feist, 2010).
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian
kepribadian adalah keseluruhan cara individu bereaksi maupun berinteraksi
dengan individu lain yang dideskripsikan sebagai sifat dan dapat diukur.
2.2.3 Pengukuran kepribadian
1. HEXACO Personality Inventory Revised (HEXACO-PI-R) Alat ukur ini
dikembangkan oleh Aston dan Lee (2007) terdiri dari 60 item. HEXACO-
PI-R mengukur skor kepribadian yang diklasifikasikan dalam enam kategori
yaitu honesty-humility(H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness
(A), conscientiousness (C), dan openness to experience (O), Masing-masing
kategori diukur dengan sepuluh item berupa pernyataan-pernyataan yang
dihadirkan dalam skala Likert
2. Brief HEXACO Invertory (BHI) Alat ukur ini di kembangkan oleh deVries,
R.E (2013) terdiri dari 24 item yang mengembangkan alat ukur dari HEXACO-
23
PI-R 60 item Asthon & Lee (2007). Masing-masing kategori HEXACO diukur
dengan 4 item berupa pernyataan-pernyataan yang dihadirkan dalam skala
Likert.
Peneliti menggunakan alat ukur Brief HEXACO Inventory (BHI) ini
dikarenakan alat ukur ini lebih efektif untuk digunakan dengan item hanya 24
serta item BHI ini mengukur aspek kepribadian secara kompleks dibandingkan
dengan alat ukur kepribadian yang lain dan juga untuk mengetahui pengaruh pada
aspek honesty-humality karena pada penelitian sebelumnya belum banyak diukur
sebagai tipe kepribadian yang menjadi prediktor terhadap resiliensi.
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Pengertian dukungan sosial
Dukungan sosial adalah salah satu istilah untuk menerangkan bagaimana
hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik
pada individu. Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan social support sebagai
kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga
individu tersebut. Menurut Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial adalah
informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan, memiliki harga diri dan bernilai serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama yang berarti saling dibutuhkan yang
didapat dari orang tua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman,
hubungan sosial dan komunikasi.
Meskipun telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan
sosial dengan kesehatan mental dan fisik, namun usaha yang dilakukan untuk
24
lebih memahami mekanisme spesifik yang menghubungkan aspek dukungan
sosial dan kesehatan masih sangat terbatas Sarason & Gurung (dalam Haber dkk,
2007).
Cohen dkk (1985) membedakan dukungan sosial menjadi beberapa
bentuk yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial. Cohen dkk
(1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang
diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul
oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila
terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah
dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta
mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi
respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan
individu secara umum.
Sebagai usaha untuk menjelaskan hubungan antara keduanya, sebagian
besar penelitian yang dilakukan saat ini menjelaskan dukungan sosial menjadi dua
konstruk, yaitu received social support dan perceived social support (Heller &
Swindle, 1983; Vaux, Riedel, & Stewart, 1987). Pengukuran terhadap received
social support dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang diberikan
kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan pengukuran terhadap
persepsi dukungan sosial dilakukan untuk menilai persepsi penerima mengenai
keberadaan dukungan secara umum dan/atau kepuasan secara keseluruhan
terhadap dukungan yang diberikan (Sarason, 1990).
25
Persepsi dukungan sosial Wills (dalam Taylor dkk, 2004) mendefinisikan
social support sebagai persepsi atau pengalaman seseorang bahwa ada orang lain
yang mencintai dan memperhatikan dirinya, menghargai dan menganggapnya
bernilai, serta merupakan bagian kelompok sosial tertentu yang saling berbagi
dukungan dan tanggung jawab. Sarason (1983) mengemukakan bahwa persepsi
dukungan sosial dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa ada
dukungan sosial yang tersedia ketika dibutuhkan dan dukungan tersebut
diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur.
Berdasarkan kedua definisi tersebut peneliti melihat bahwa persepsi
dukungan sosial merupakan ada atau tidaknya dukungan sosial yang hanya dapat
ditentukan oleh bagaimana penerima sumber daya mempersepsikannya sebagai
dukungan atau tidak. Selain itu, berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh
Wills (dalam Taylor dkk, 2009) peneliti menangkap bahwa dukungan sosial
bukanlah sebuah proses pemberian dukungan yang satu arah, melainkan saling
bertukarnya dukungan. Dengan kata lain, seseorang akan mempersepsikan bahwa
dirinya didukung jika ada orang lain yang membutuhkan dukungan dari dirinya.
Cara pengukuran dukungan sosial menurut Sarason dkk (1987), ada tiga bentuk
pengukuran dukungan sosial yaitu : Social Embeddedness, Social Enacted,
Perceived Social support
Bentuk pengukuran dengan melihat enacted social support dan embedded
social support memiliki keterbatasan. Individu yang dihadapkan pada kesulitan
hidup yang lebih besar tentu akan dilihat menerima dukungan sosial yang lebih
besar daripada individu dengan kesulitan yang relatif lebih kecil. Mereka yang
26
mampu menghadapi situasi yang sulit akan menjadi penerima dukungan sosial
yang lebih kecil. Hal tersebut tidak dapat mencerminkan kecukupan kualitas
dukungan yang diterima oleh tiap individu (Sarason, 1987).
Berbeda dengan kedua pengukuran tersebut, pengukuran dengan
berdasarkan pada persepsi dukungan sosial menganggap bahwa dukungan yang
dirasakan individu memang benar-benar ditemukan dalam diri mereka.
Pengukuran dengan cara ini lebih mampu mengindikasikan penyesuaian yang
baik pada diri individu (Sarason dkk, 1987).
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan persepsi
dukungan sosial karena peneliti berasumsi bahwa tidak semua sumber daya yang
diberikan kepada seseorang akan dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh
orang tersebut. Asumsi ini dipertegas oleh pernyataan Thoits (dalam Taylor dkk,
2004) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh anggota jaringan
sosial dapat berbeda dengan yang dibutuhkan, sehingga gagal dalam memenuhi
kebutuhan dari penerima Selain itu, beberapa penelitian lainnya menyatakan
bahwa persepsi terhadap dukungan yang dibnerikan lebih bermanfaat
dibandingkan dukungan sosial yang sebenarnya diterima. Hal tersebut dapat
dijelaskan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shumaker dan Hills
(dalam Taylor dkk., 2004) yang menyatakan bahwa terlalu banyak mendapatkan
dukungan sosial yang sebenarnya tidak dibutuhkan dapat memperburuk stres yang
dialami. Oleh sebab itu, pada subbab berikutnya peneliti akan menjelaskan secara
lebih rinci mengena persepsi dukungan sosial.
27
Taylor, Sherman, dan Kim (2004) menjelaskan bahwa persepsi terhadap
ketersediaan dukungan sosial sering kali lebih bermanfaat dibandingkan dengan
dukungan sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya dukungan sosial
yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dapat memperburuk stres. Bolger dkk
(dalam Taylor dkk, 2004) menemukan bahwa ketika seseorang membutuhkan
bantuan orang lain saat mengalami situasi yang sulit, pencarian dukungan sering
kali dapat menjadi hal lain yang menyebabkan stres. Hal tersebut terjadi karena
memperlihatkan kebutuhan individu terhadap orang lain dapat menurunkan harga
diri, dan atau memunculkan hutang budi atas sumber daya, seperti waktu dan
perhatian, yang diberikan oleh orang lain.
Penelitian Sarason (1987) menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial
cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan
individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, social desirability, rasa malu, dan
kesepian. penilaian dukungan oleh individu penerima juga mempengaruhi. Sejalan
dengan hal ini, Sarafino (1997) mengemukakan bahwa efektivitas dukungan
tergantung dari penilaian individu. Dukungan akan menjadi efektif apabila
dukungan tersebut dinilai adekuat oleh individu penerima. Berdasarkan penjelasan
tersebut, dalam penelitian ini digunakan bentuk pengukuran dukungan sosial
dengan melihat penerimaan dukungan sosial oleh individu (persepsi dukungan
sosial).
2.3.2 Dimensi persepsi dukungan sosial
Berikut ini peneliti akan menjabarkan secara rinci mengenai aspek-aspek
pengukuran singkat yang dirancang untuk mengukur persepsi dukungan sosial
28
berdasarkan tiga sumber dari (Zimmet, 1987) yaitu kelurga, teman, dan seseorang
yang spesial (significant others):
1. Keluarga : Montgomery dan Côté (dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009)
menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor
utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang
tinggal bersama orangtua ataupun yang tinggal terpisah dengan orangtuanya.
2. Teman Pertemanan atau persahabatan : merupakan hal yang sangat
penting bagi dewasa muda. Seseorang yang memiliki teman cenderung lebih
sejahtera; karena dengan memiliki teman dapat membuat seseorang
menganggap dirinya baik atau seseorang yang menganggap dirinya baik
cenderung lebih mudah untuk menciptakan pertemanan Myers (dalam Papalia
dkk, 2007).
3. Significant Others atau seseorang yang spesial: Dalam penelitian ini
significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap
berperan penting dalam kehidupan seseorang. Zimmet dan Canty-Mitchell
(2000) menyatakan bahwa dimensi seseorang yang spesial (signifikan others)
relevan pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan tersebut memang
sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga banyak dipengaruhi
oleh orang dewasa tidak termasuk keluarganya.
2.3.3 Bentuk dukungan sosial
House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial ke dalam empat bentuk,
yaitu : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
29
dukungan informatif. Akan tetapi Zimmet (dalam Lopez & Cooper, 2011) hanya
meliputi emotional support dan instrumental support
1. Dukungan emosional : mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi
dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan
untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif
sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu
merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi
berbagai tekanan dalam hidup mereka.
2. Dukungan instrumental : mencakup bantuan langsung, seperti memberikan
bantuan berupa uang, barang, dan sebagainya.
2.3.4. Pengukuran dukungan sosial
Zimmet, et al (1998) dalam jurnalnya “the multidimentional of perceived social
support” MPSS menuliskan instrument pengukuran dukungan sosial yang berupa
skala, yang disebut dengan multidimentional scale of perceived social support.
Skala ini terdini dari 12 item setiap pernyataan terdapat 7 pilihan respon dengan
bentuk dukungan emosional dan instrumental. Dengan menekankan tiga sumber
persepsi dukungan sosial yakni keluarga, teman dan orang spesial. Dikembangkan
dalam bahasa inggris dan spanyol. Total reliabilitas >= .85.
Cutrona dan russell (1984) dalam jurnalnya “the provisions of social
relationship and adaptation to stress” menuliskan skala dukungan social yang
disebut dengan social provisions scale. Skala ini terdiri dari 24 item, dimana
terdapat 4 pilihan respon pada setiap pernyataan.
30
Penelitian ini ingin melihat gambaran persepsi korban bullying tentang
dukungan sosial yang diterima dari keluarga, teman, dan seseorang yang spesial
yang menjadikan mereka mampu resilien. Oleh sebab itu, peneliti memilih
menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social support
(MSPSS) yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimmet pada tahun 1988. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan skala MPSS dari skala Zimmet (1998) karena
pada dimensi skala ini sesuai dengan teori.
2.4 Kerangka Berpikir
Bullying di pesantren merupakan perilaku bermasalah di kalangan remaja, yang
sangat berpengaruh terhadap prestasi sekolah, keterampilan prososial, dan
kesejahteraan psikologis bagi korban dan pelaku. Resiliensi (ketahanan)
memainkan peran penting dalam memahami proses penyesuaian psikologis
individu. setiap orang mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan
hambatan dalam hidupnya.
Ketika seseorang mampu untuk resilien mereka akan cepat kembali pada
kondisi sebelum ia mengalami kejadian negatif yang menyebabkan keterpurukuan
dan akan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehudupan yang negatif.
Individu yang tidak memiliki resiliensi maka dalam menyikapi suatu masalah
cenderung putus asa, mudah stress karena kemampuannya kecil serta tidak
memiliki visi dan keyakinan untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik.
Untuk itu penelitian resiliensi korban bullying sangat penting.
Selain mengetahui manfaat dari resiliensi, penting untuk mengetahui
berbagai faktor yang memengaruhi resiliensi korban bullying di pesantren.
31
Banyak penelitian yang telah berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses
resiliensi itu terjadi dan hal apa saja yang dapat memengaruhinya. Dalam
penelitian ini peneliti mengangkat dua independent variabel pokok yaitu tipe
kepribadian dan persepsi dukungan sosial. Dua variabel ini mewakili faktor
internal dan external yang mempengaruhi resiliensi.
Faktor internal yang pertama yang dapat membentuk resiliensi adalah tipe
kepribadian. Secara keseluruhan kepribadian memiliki fungsi sebagai penentu
sikap dan perilaku seseorang, termasuk untuk dapat bertahan dalam kondisi
yang buruk atau resilien. Teori kepribadian oleh Ashton dan Lee (2007)
dengan enam dimensi kepribadian yaitu honesty-humility (H), emotionality
(E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness(C), dan openness to
experience (O) dipilih karena klasifikasi kepribadian HEXACO telah dilengkapi
dengan dimensi-dimensi yang mengukur tingkat altursm dan empati seseorang,
yakni pada dimensi honesty-humanity dimana kedua hal itu memiliki korelasi
terhadap resiliensi.
Dalam (Nakaya, 2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian Big Five
Personality memiliki hubungan yang signifikan terhadap resiliensi, ditambah
dengan analisis cluster yang mengklasifikasikan tipe kepribadian big-five
memiliki kaitan yang signifikan terdalap aspek-aspek resiliensi dalam alat ukur
adolescent resiliensi scale oleh (Oshio, 2003).
Dalam penelitia ini Peneliti berharap untuk dapat meneliti aspek honesty-
humality yang sebelumnya belum banyak diteliti. Pada dimensi Honesty-humanity
dimana kedua hal itu memiliki korelasi terhadap resiliensi. Aspek ini
32
menjelaskan adanya sifat tulus, adil, sederhana dan empati. Menurut Reivich &
Shate (2002) rasa empati dan ketulusan merupakan kompetensi sosial dan
hubungan positif dengan lingkungan yang berkorelasi terhadap keberhasilan
beradaptasi pada tekanan tertetu.
Selain itu penelitian Nakaya (2006) menjelaskan aspek Exstraversion
berkorelasi positif terhadap keseluruhan dimensi resiliensi. Lebih signifikan lagi
pada dimensi novelty seeking. Artinya orang yang berjiwa sosial, pandai bergaul,
aktif dan berani akan memiliki tingkat resilien yang tinggi pula.
Aspek Emotionaly pada tipe kepribadian HEXACO hampir sama dengan
aspek Neuroticism pada Big five hanya perbedaan istilah. Pada penelitian Nakaya
(2006) aspek Neuroticim berkorelasi negatif terhadap resiliensi bahkan keseluruh
dimensi resiliensi. Ketika seseorang menjadi penakut, mudah untuk cemas,
mudah gugup, sentimental, impulsif atau dapat dikatakan neuroticsm nya tinggi
maka akan memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Aspek conscientiousness
berkorelasi positif terhadap keseluruhan dimensi Adolescent Resiliensi Scale.
Pada karakteristik yang cenderung terorganisir, tekun, perfeksionis, dan
memiliki orientasi terhadap tugas / pencapaian akan mempengaruhi tingkat
resiliensi yang tinggi.
Aspek Openess to experience secara keseluruhan berkorelasi positif juga
terhadap semua dimensi resiliensi dan lebih signifikan pada dimensi novelty
seeking dan dimensi positive future orientation. Artinya orang yang kreatif,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, akan memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.
33
Selain faktor internal terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
resiliensi yakni persepsi dukungan sosial. Teori persepsi dukungan sosial ini
menganggap bahwa dukungan yang dirasakan individu memang benar-benar
ditemukan dalam diri mereka. Pengukuran dengan cara ini lebih mampu
mengindikasikan penyesuaian yang baik pada diri individu.
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan persepsi
dukungan sosial karena peneliti berasumsi bahwa tidak semua sumber daya yang
diberikan kepada seseorang akan dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh
orang tersebut. Dari hasil penelitian Bowes (2010) menyatakan bahwa family
support sangat berpengaruh terhadap anak korban bullying. Sedangkan yang di
terapkan di pesantren adalah sikap kemandirian yang mana untuk bertemu dengan
orang tua saja terdapat batasan dan anak cenderung menghabiskan waktu
berinteraksi dengan teman atau pun pengurus di pondok pesantren. Untuk itu
menarik untuk meneliti apakah faktor yang lebih berpengaruh terhadap resiliensi
korban bullying di pesantren. Apakah orang tua, teman atau orang spesial.
Manfaat dukungan sosial bagi resiliensi korban bullying pada umumnya
mempersepsikan individu terhadap dukungan yang tersedia dapat merefleksikan
keadaan yang relatif stabil serta penerimaan yang bersifat umum. Pada dasarnya
lingkungan sekitar yang bersifat mendukung dalam kehidupan sehari-hari dapat
menimbulkan dua hal yakni Menurunkan tingkat kecemasan individu dan
Meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance) untuk itu dukungan sosial
pada umumnya dapat memperkuat ketahanan untuk menghadapi stres.
34
Pembahasan tersebut ialah berbagai faktor yang memengaruhi
perilaku seseorang dalam prilaku resiliensi. Selanjutnya, peneliti ingin meneliti
apakah faktor tipe kepribadian HEXACO, persepsi dukungan sosial memiliki
pengaruh terhadap resiliensi dan faktor mana yang memiliki pengaruh paling
besar yang memunculkan resiliensi korban bullying di pesantren.
Tipe kepribadian
HEXACO
Gambar 2.1 skema tipe kepribadia HEXACO dan persepsi dukungan sosial
terhadap resiliensi.
emotionality
Honesty-humanity
Opennes to
experience
conscientiousness
agreeableness
extraversion
persepsi dukungan sosial
Family
friend
Significant others
Resiliensi
35
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tinggi rendahnya resiliensi
yang merupakan dependent variable bergantung pada tinggi rendahnya skor pada
independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Bunyi hipotesis mayornya yaitu “ada pengaruh yang signifikan dari tipe
kepribadian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,
agreeableness, conscientiousness, openness) dan persepsi dukungan sosial
(family, friend, significant others) terhadap resiliensi santri korban bullyying di
Pondok Pesantren Sunan Drajat
Ha1: Ada pengaruh signifikan honesty-humility pada tipe kepribadian
HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha2: Ada pengaruh signifikan emotionality pada tipe kepribadian HEXACO
terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha3: Ada pengaruh signifikan extraversion pada tipe kepribadian HEXACO
terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha4: Ada pengaruh signifikan agreeableness pada tipe kepribadian HEXACO
terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha5: Ada pengaruh signifikan conscientiousness pada tipe kepribadian
HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha6: Ada pengaruh signifikan openness to experience pada tipe kepribadian
HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha7: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial keluarga terhadap
resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
36
Ha8: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial teman terhadap
resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
Ha9: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial orang spesial
terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang pendekatan dan metode penelitian, populasi
dan sampel, variable penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik
pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-
masing variable independen terhadap resiliensi. Pendekatan yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana
temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat statistik.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan satuan yang diteliti. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah santri korban bullying di pondok pesantren yang berada di
Sunan Drajat Lamongan.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Ukuran sampel dalam
penelitian ini berdasarkan pada rumus yang dibuat oleh Roscoe (dalam Sugiyono,
2011) yaitu 10 kali jumlah variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini
sebanyak 9 sehingga jumlah sampel minimal adalah 90. Dalam penelitian ini,
peneliti mengumpulkan data yang berjumlah 186 orang responden yang artinya
jumlah sampel dalam penelitian ini telah lebih dari jumlah minimal. Penetapan
jumlah sampel tersebut diseuaikan dengan kemampuan peneliti berdasarkan
pertimbangan waktu dan kendala dalam penelitian ini.
38
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah
purposive sampling, yang artinya sampel yang diambil dalam populasi disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditentukan. Tidak semua anggota dalam populasi bisa
menjadi sampel penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Dependent variable (variabel terikat) ialah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Dependent variabel dalam
penelitian ini adalah Resilensi. Independent variable (variabel bebas) adalah
variabel yang memengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri.
Independent variable dalam penelitian ini adalah dimensi dari tipe kepribadian
HEXACO dan dimensi dari persepsi dukungan sosial.
1.) Resiliensi adalah cara bertahan, menanggulangi beradaptasi dan bangkit
kembali terhadap kejadian negatif (Oshio, 2003). Resiliensi dihasilkan dari skor
yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan rating skala model yang
terdiri dari point 5 menunjukan ya dan point satu tidak. yang meliputi tiga aspek
menurut Oshio (2003), yaitu: Novelty Seeking, Emotional Regulation dan Positive
Future Orientation
a. Novelty Seeking adalah kemampuan untuk menunjukkan minat dan
perhatian tentang beragam peristiwa. Ini termasuk sifat kepribadian yang
terkait dengan aktivitas eksplorasi sebagai respons terhadap rangsangan
baru.
39
b. Emotional Regulation adalah sifat individu yang menunjukkan ketenangan
dan kontrol emosi internal mereka.
c. Positive Future Orientation adalah Orientasi Masa Depan Positif yang
menyangkut pendekatan untuk pandangan, mimpi, dan tujuan di masa
depan.
2.) Kepribadian adalah Kepribadian model HEXACO merupakan alternatif
dari Big-Five Factors. Model baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya.
(Ashton & Lee, 2007). Skor yang diperoleh dari hasil pemgukuran enam dimensi
yaitu honesty-humility (H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness
(A), conscientiousness (C), dan openness to experience (O) yang masing–
masing diukur oleh empat item,
a. Honesty-Humility (kejujuran-kerendahan hati) yaitu kecenderungan
individu untuk bersikap adil dan tulus dalam bekerja sama, dalam
bekerjasama dengan orang .
b. Emotionality (emosional) yaitu individu yang tidak hanya sebatas
dapat berempati tetapi juga dapat membentuk kedekatan emosional
dengan orang lain. Selain, itu juga menunjukan pribadi yang sering
menolak dan senang ditolong (Aston & Lee, 2007).
c. Extraversion (mudah bergaul) adalah individu yang menyenangi hal-
hal berbau sosial seperti bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan
(Aston & Lee, 2007).
d. Agreeableness (mudah bersepakat) adalah individu yang mempunyai
kecenderungan untuk memaafkan dan toleran terhadap orang lain,
40
dapat bekerja sama dengan orang lain walau ia merasa telah
dimanfaatkan
e. Conscientiousness (terencana) adalah individu yang menyenangi hal-
hal yang berhubungan dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan
organisasi (Aston & Lee, 2007).
f. Openness to Experience (terbuka pada pengalaman baru) adalah
individu yang suka dengan hal-hal berkaitan dengan ide seperti belajar,
berfikir dan imajinasi (Aston & Lee, 2007).
3.) Persepsi dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan seseorang yang
diukur dengan disertakannya persepsi emosional misalnya, peduli dengan
perasaan individu dan dukungan instrumental seperti membantu membuat
keputusan dan juga memeriksa dukungan tersedia & dukungan yang benar-benar
diterima, tidak terikat pada batas waktu tertentu (Zimmet 1987). Skor yang
diperoleh dari hasil pengukuran tiga sumber dukungan sosial yaitu keluarga,
teman dan orang spesial.
a. Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan budaya (Bailon,1978)
b. Teman Pertemanan atau persahabatan merupakan sebuah hubungan yang
kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarekteristikan dengan
kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi (Shaffer, 2005)
41
c. Significant Others atau seseorang yang spesial: Dalam penelitian ini
significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap
berperan penting dalam kehidupan seseorang. Zimmet dan Canty-Mitchell
(2000) menyatakan bahwa dimensi seseorang yang spesial (signifikan
others) relevan pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan
tersebut memang sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga
banyak dipengaruhi oleh orang dewasa tidak termasuk keluarganya.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuesioner . kuesioner disusun dengan menggunakan model skala Likert. Skala
digunakan karena melihat responden yang jumlahnya besar dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia, tujuan penggunaan skala ini adalah
untuk memperoleh data mengenai tipe kepribadian, dukungan sosial dan
resiliensi.
Penyusunan alat ukur ini menggunakan skala Likert, dimana skala
tersebut menggunakan pernyataan tertutup yaitu pernyataan yang pilihan
jawabannya tersedia, partisipan mengisi dengan cara memberikan tanda berupa
checklist (√), skala Likert berisi sejumlah item pertanyaan yang harus dijawab
oleh setiap partisipan dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban,
yakni sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
42
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pertanyaan yakni favorable atau unfavorable. Untuk
pernyataan favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri SS = 4, S = 3, TS = 2,
STS =1, sementara pada pernyataan unfavorable skor bergerak sebaliknya dari
kiri ke kanan SS = 1, S = 2, TS = 3, STS =4. Jika digambarkan dalam bentuk tabel
sebagai berikut
Tabel 3.1 Skor untuk setiap pernyataan pada skala
3.3.2 Instrumen pengumpulan data
1. Skala Resiliensi
Instrumen dalam alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi adalah
mengadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Oshio yakni Adolescent
Resiliensi Scale (ARS). dengan dimensinya yaitu Novelty Seeking, Emotional
Regulation dan Positive Future Orientation. Blue Print skala resiliensi ditujukan
pada tabel 3.2.
Alternatif Jawaban Favorable (+) Unfavorable (-)
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
43
Tabel 3.2 Blueprint skala resiliensi
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1. Mencari
kebaruan Menunjukkan minat dan perhatian
tentang beragam peristiwa. Mencari tangtangan baru Tertarik dengan hal unik Mencari tau banyak hal Menunjukan sifat kepribadian terkait
dengan aktivitas eksplorasi
1,2, 3,
4
5, 6, 7 7
2. Regulasi
emosi Merasa tenang dalam kondisi sulit
Mengendalikan emosi
Tekun
Mampu menanggung kesengsaraan
Memiliki prilaku stabil
8,9, 10,
11
12, 13,
14, 15,
16
9
3. Orientasi
positif pada
masa depan
Berjuang untuk masa depan
Memiliki tujuan yang jelas
Merencanakan hal positif
Yakin dengan kebaikan yang akan
datang
17,18,
19,20,2
1
5
Jumlah item 13 8 21
2. Skala tipe kepribadian HEXACO
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti mengadaptasi
dari Brief HEXACO Inventory (BHI) Alat ukur ini di kembangkan oleh deVries,
R.E (2013) terdiri dari 24 item. Masing-masing kategori HEXACO diukur
dengan model 4 item berupa pernyataan-pernyataan yang dihadirkan dalam skala
Likert.
Blueprint alat ukur tipe kepribadian HEXACO ditunjukan pada tabel 3.3
44
Tabel 3.3 Blueprint skala tipe kepribadian HEXACO
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1. Honesty-Humility Ketulusan
Keadilan
Sederhana
Kesopanan
6,
12.18.24
4
2. Emotionality Rasa Takut
Kecemasan
Ketergantungan
Sentimentalitas
5,11, 23 17 4
3. Extraversion Harga Diri Sosial
Keberanian Sosial
Pergaulan
Keaktifan
10, 16, 4, 22
4
4. Agreeableness Pengampunan
Kelembutan
Fleksibilitas
Kesabaran
15,21 3,9 4
5. Conscientiousness Organisasi
Ketekunan
Perfeksionisme
Kehati-hatian
2, 14, 20 8 4
6. Openness to
Experience
Apresiasi Estetika
Keingintahuan
Kreatif
Tidak konvensional
1, 13, 19 7 4
Jumlah item 14 10 24
3. Skala persepsi dukungan sosial
Instrumen dalam alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi dukungan
sosial adalah mengadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Zimmet
(1987) yakni Multidimentional scale of perceived social support. dengan tiga
sumber yaitu friend, family dan significant other. Blue Print skala resiliensi
ditujukan pada tabel 3.4
45
Tabel 3.4 Blueprint skala ukur persepsi dukungan sosial
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1. Dukungan
keluarga Mampu mengkomunikasikan masalah.
Merasakan bantuan dalam mengambil
keputusan
Merasakan dukungan emosional
Mampu mengandalkan teman dalam
situasi sulit
3, 8, 11
4
4
2. Dukungan
teman Merasakan bantuan dari teman
Memperoleh strategi coping yang efektif
Berbagi kesulitan bersama teman
6, 7
12
9
4
3. Dukungan
orang spesial Merasa dihargai dan dipercaya
Merasa orang lain bisa nyaman berada
bersaa individu
Mampu berbagi senang dan duka
2, 10
1, 5
4
Jumlah item
2 12
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA
(Confirmatory Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang
spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu
faktor, dan (c) faktor-faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam CFA
diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran
variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik
menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a)
langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai
cara. Adapun logika dasar dari CFA adalah sebagai berikut:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan
46
atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,
sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis
terhadap respon (jawaban atas item-itemnya).
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja atau
memberi informasi tentang faktor tersebut saja atau dengan kata lain
bersifat unidimensional. Sebagai contoh, suatu konstruk psikologis
yang disebut kemampuan berpikir analogis.
3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir diatas, dapat disusun untuk
sehimpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi (dengan menggunakan data yang
tersedia) matriks korelasi antar item (yang seharusnya diperoleh), jika
korelasi antar item tersebut (unidimensional) benar. Matriks korelasi
ini dinamakan sigma (∑). Kemudian, matriks ini akan dibandingkan
dengan matriks korelasi yang diperoleh secara empiris dari data
(disebut matriks S). Jika teori tersebut benar (unidimensional), maka
seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara elemen matriks ∑
dengan elemen matriks S. secara matematis dapat dituliskan: S - ∑ = 0.
4. Pernyataan matematis inilah yang dijadikan hipotesis nihil yang akan
dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji
signifikansi dengan Chi-square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak
signifikan (nilai p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nilai yang menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan
∑” adalah tidak ditolak (diterima). Artinya, teori yang menyatakan
47
bahwa seluruh item mengukur hanya satu faktor, dapat diterima
kebenarannya (didukung oleh data). Sebaliknya, jika nilai Chi-square
yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S - ∑ = 0 ditolak.
Artinya, teori tersebut tidak didukung oleh data (ditolak). Dengan
kata lain, analisis faktor konfirmatori dalam hal ini adalah pengujian
terhadap hipotesis nihil (Ho) : S - ∑ = 0. Artinya, tidak ada perbedaan
antara matriks korelasi yang diperoleh dari hasil observasi.
5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya adalah menguji
hipotesis tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan
ttest. Jika nilai t signifikan, berarti item yang bersangkutan adalah
signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Dengan cara seperti
ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak valid didalam
konteks validitas konstruk.
6. Kemudian akan ditentukan item yang di-drop. Item harus di-drop
jika memiliki t-value -1,96 ≤ t ≤ 1,96, karena itu menandakan bahwa item
tidak valid. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga
di-drop karena mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang
didefinisikan. Item dapat juga di-drop jika residualnya (kesalahan
pengukuran) berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya,
karena item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak
diukur.
48
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan
software LISREL 8.70 (Joreskog & Sorbom, 1999). Uji validitas tiap alat
ukur akan dipaparkan pada sub bab berikut.
3.4.1 Uji validitas kostruk resiliensi
Skala resiliensi dalam penelitian ini terdiri dari 21 item yang diujikan kepada 300
subyek penelitian. Tetapi hanya 186 yang tersaring dalam penelian ini. Peneliti
melakukan uji validitas dengan model CFA first order yaitu perhitungan data
CFA model satu faktor. Dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal dengan
chi-square=681.35 df=189, Pvalue=0,0000 dan RMSEA=0,119. Dengan P-value
0,0000 (< 0,05) artinya model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi terhadap
model, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi, dan menghapus
item yang tidak baik (memiliki faktor loading bermuatan negatif) dan tidak
signifikan (t<196). Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka diperolah
nilai dengan chi-square=236 df=151 P-value= 0.0001 dan RMSEA= 0.055.
Dengan demikian item-item yang ada pada variabel resiliensi ini hanya mengukur
satu faktor saja, yaitu resiliensi.
49
Tabel 3.5 Muatan faktor item-item resiliensi
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
0.58
0.40
0.43
0.63
0.23
0.06
0.20
0.16
0.38
0.55
0.50
0.12
0.21
0.23
0.28
0.22
0.64
0.74
0.97
0.78
0.64
0.06
0.07
0.06
0.07
0.06
0.06
0.06
0.07
0.06
0.07
0.06
0.07
0.07
0.06
0.07
0.06
0.06
0.07
0.06
0.06
0.07
8.98
5.31
6.61
9.51
3.67
0.96
3.05
2.50
5.94
7.96
7.73
1.77
2.92
3.56
4.25
3.44
10.26
11.16
15.54
12.60
9.57
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.5 ditampilkan 21 item yang bermuatan positif dan signifikan
juga terdapat item yang tidak signifikan maka pada item nomor 6 dan 12 harus di
drop. Semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan
setelah model fit.
3.4.2 Uji validitas konstruk kepribadian honesty-humility
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur honesty-humility. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor langsung dinyatakan fit
dengan Chi–Square = 1.82 ; df = 2, P-value= 0.40095, RMSEA = 0.000. Nilai
50
Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05, yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu honesty-humility. Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.6
Muatan faktor item-item tipe kepribadian (honesty-humility)
Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.15
0.36
0.73
0.31
0.10
0.13
0.22
0.12
1.46
2.80
3.30
2.62
X
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan (t
>1,96) dan sembilan item yang memiliki koefisien bermuatan positif. Namun pada
item 1 nilai t < 1,96 sehingga item 1 perlu di-drop.
3.4.3 Uji validitas konstruk emotionality
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur emotionality. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung fit, dengan Chi–Square=
3.08 ; df =2; P-value = 0.21444; RMSEA = 0.054. Meskipun nilai RMSEA >
0.05 tetapi jika nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 artinya model
51
dengan satu faktor (unidimensional) tetap dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu emotionality. Peneliti selanjutnya melihat
apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau
tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan faktor item-item tipe kepribadian (emotionality) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.49
0.60
0.24
0.11
0.17
0.20
0.11
0.11
2.93
3.03
2.21
1.09
√
√
√
X
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan (t >1,96)
dan bermuatan positif .Namun pada item 4 nilai t < 1,96 sehingga item ini perlu
di-drop.
3.4.4 Uji validitas kostruk extravertion
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur extraversion. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 6.43 ;
df = 2 ; P-value = 0,04022 ; RMSEA = 0,109. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
52
fit dengan Chi–Square = 0.40 ; df = 1 ; P-value = 0,52748 ; RMSEA =
0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8
Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Extravertion) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.32
0.10
0.96
0.35
0.12
0.08
0.28
0.12
2.73
1.27
3.37
2.81
√
X
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu
item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 2. Dengan
demikian item 2 perlu di-drop.
3.4.5 Uji validitas kostruk agreeableness
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur agreeableness. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung fit, dengan Chi–
53
Square = 4.13 ; df =2 ; P-value= 0,12703 ; RMSEA = 0,076. Nilai Chi–Square
menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu agreeableness.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Agreeableness)
Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.41
0.53
0.25
0.71
0.09
0.10
0.09
0.12
4.36
5.15
2.69
5.97
√
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
ada sembilan item dengan koefisien bermuatan positif. Dengan demikian item
tidak ada yang perlu di-drop.
3.4.6 Uji validitas kostruk conscientiousness
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan
54
Chi–Square = 8.24 ; df =2 ; P-value = 0,01621, RMSEA = 0,130. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi–Square= 1.12 ; df = 1 ; P-value= 0,28974;
RMSEA = 0,026. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.10 berikut
Tabel 3.10
Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Conscientiousness) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.23
0.23
-0.74
0.60
0.09
0.09
0.16
0.14
2.49
2.52
-4.66
4.43
√
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item
ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item
tidak ada yang perlu di-drop.
55
3.4.7 Uji validitas kostruk oppenness to experience
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur openness to experience. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =
15.49; df =2, P-value = 0,00043; RMSEA = 0,191. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi–Square= 0,56 ; df = 1 ; P-value= 0,45568 ; RMSEA = 0,000. Nilai
Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu openness to experience.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan faktor item tipe kepribadian (Openness to Experience) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.08
0.47
0.87
0.37
0.08
0.11
0.17
0.10
0.92
4.29
5.20
3.82
X
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
56
Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu
item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 1. Dengan
demikian item 1 perlu di-drop.
3.4.8 Uji validitas konstruk dukungan teman
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan teman. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan
Chi–Square = 7.33 ; df =2 ; P-value = 0,02558, RMSEA = 0,120. Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi–Square= 0.06 ; df = 1 ; P-value= 0,81282;
RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.12 berikut:
57
Tabel 3.12
Muatan faktor item dukungan teman Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.44
0.59
0.63
0.74
0.09
0.08
0.09
0.09
4.98
7.05
7.32
8.41
√
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.12 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item
ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item
tidak ada yang perlu di-drop.
3.4.9 Uji validitas kostruk dukungan keluarga
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur dukungan keluarga. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–
Square = 23.17; df =2, P-value = 0,00001; RMSEA = 0,239 Oleh karena
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi–Square= 0,12 ; df = 1 ; P-value= 0.72690 ;
RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu dukungan keluarga.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
58
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13
Muatan faktor item dukungan keluarga Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.57
0.01
0.67
0.78
0.08
0.09
0.08
0.08
7.06
0.10
8.21
9.22
√
X
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu
item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 2. Dengan
demikian item 2 perlu di-drop.
3.4.10 Uji validitas kostruk dukungan significant other
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan significant other.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata langsung fit, dengan Chi–Square = 1.69 ; df =2 ; P-value = 0,42933,
RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
significant other.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan
59
pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14
Muatan faktor item dukungan Significant other Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi
1
2
3
4
0.49
0.82
0.62
0.38
0.08
0.09
0.08
0.08
5.96
9.20
7.36
4.65
√
√
√
√
Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.
Dari tabel 3.14 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item
ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item
tidak ada yang perlu di-drop.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variabel,
peneliti akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda
merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan
antara DV dengan lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini
adalah :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8 + b9X9+e
Keterangan :
Y = Resiliensi X6 = openness to experience
a = Konstan X7 = dukungan teman
60
b = Koefisien regresi X8 = dukungan keluarga
X1 = honesty-humility X9 = dukungan significant other
X2 = emotionality e = Error
X3 = extravertion
X4 = agreeableness
X5 = conscientiousness
Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan
model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa
pengujian dan analisis sebagai berikut:
1. R2
(koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi
berganda antara honesty, emotionality, extravertion, agreeableness,
conscientiousness, openess to experience dan dukungan teman, keluarga dan
significant other terhadap resiliensi. Besarnya resiliensi yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2. R
2 menunjukan variasi oleh perubahan variabel
dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X) atau digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) atau merupakan proporsi resiliensi honesty, emotionality,
extravertion, agreeableness, conscientiousness, openess to experience dukungan
sosial teman, keluarga dan significant other. Untuk mendapat nilai R2 digunakan
rumus sebagai berikut:
61
2. Uji F
Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X
signifikan atau tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal
tersebut menggunakan rumus:
K adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh
terhadap DV.
3. Uji t
Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat
apakah pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh
karena itu, sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai
standar error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
mean square dibagi SS. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil
uji t ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti
nantinya.
62
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah proses menyusun rancangan (proposal) penelitian yang
terdiri dari: (1) perumusan masalah penelitian, (2) menentukan variabel yang akan
diteliti, (3) melakukan studi pustaka terkait landasan teori yang relevan dengan
variabel penelitian, (4) menentukan lokasi dan karakteristik populasi penelitian,
dan mempersiapkan alat alat ukur pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian.
3.6.2 Tahapan adaptasi alat ukur
1. Tahap Persiapan: penulis pertama membuat prosedur mendetail tentang
translasi dan mendefinisikan syarat-syarat untuk penerjemah serta
memperlihatkan item asli dalam bentuk bahasa inggris.
2. Alat ukur versi bahasa Inggris diartikan oleh dua orang mahasiswa akhir pada
jurusan psikologi dan jurusan tarjamah bahasa inggris dengan kemampuan
bahasa inggris yang baik.
3. Translasi selanjutnya disintesiskan dan dicek kebenaran susunan kalimat,
tipografi, dan layoutnya oleh author pertama dan dicek ulang oleh penerjemah
satu.
4. pengambilan kesimpulan dari hasil kedua translator untuk diujikan. Fokus
pada review ahli dan diskusi berdasarkan terjemahan yang berbeda dan
interpretasi pada item yang ambigu.
63
5. Back translation hasil dari kedua translator yang bahasanya bahasa indonesia
dikembalikan lagi dalam bahasa inggris untuk mengecek seberapa ambigu
penterjemahan yang digunakan.
6. adalah hasil akhir dari kesimpulan adaptasi item dapat di uji dan di chek oleh
ahli pada bidang penelitian yakni dosen pembimbing skripsi .
7. item siap digunakan dan disebar.
3.6.3 Tahapan pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian diawali dengan
1. Menentukan jumlah sampel penelitian yang akan diminta untuk mengisi
angket penelitian.
2. Meminta izin penelitian secara resmi pada lembaga terkait, serta meminta
kesediaan responden untuk mengisi angket penelitian.
3. Meminta setiap pengurus kamar untuk memilih responden yang sudah di
kreteriakan.
4. Kepada responden yang sudah setuju diberikan angket penelitian, untuk diisi
dengan sebenar-benarnya.
3.6.4 Tahap pengolahan data
Adapun tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: Kuesioner yang
telah terkumpul di sortir dengan melihat variabel kontrol yang telah ditetapkan.
Kemudian data yang sudah di sortir diinput ke dalam format ms.excel, dan
dilakukan proses skoring, setelah scoring lalu melakukan uji CFA untuk menguji
validitas skala penelitian yang digunakan, sehingga dapat diseleksi item-item yang
64
valid dan tidak valid. Kemudian melakukan uji hipotesis penelitian dengan teknik
analisis regresi yang menggunakan SPSS dan yang terakhir membuat laporan.
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 186 santri yang pernah menjadi korban
bullying yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan
dengan kategori remaja yang berusia 15-17 tahun. Beragama Islam dan berjenis
kelamin laki-laki atau perempuan dan mengambil sempel penelitian pada tiga
lembaga SLTA yakni: Madrasah Muallimin Muallimat, SMK Sunan Drajat, MA
Sunan Drajat.
Untuk kategori jenis kelamin subjek dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa subjek penelitian laki-laki jumlahnya
lebih banyak daripada perempuan, yaitu 102 orang atau 55% sedangkan subjek
penelitian perempuan berjumlah 84 orang atau 45%.
Tabel 4.2
Karakteristik responden berdasarkan jenis jenjang SLTA
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa pada jenjang MMA jumlahnya 35
orang atau 19% dan pada lembaga MA berjumlah 69 orang atau 37% dan pada
lembaga SMK jumlahnya paling banyak yakni berjumlah 82 orang atau 44%.
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 102 55%
Perempuan 84 45%
Lembaga Jumlah Persentase
MMA 35 19%
MA
SMK
69
82
37%
44%
66
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahanpengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti
pada umumnya, tetapi menghitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan
faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T skor. Penggunaan
T skor ini bertujuan untuk menyamakan skala pengukuran yang berbeda-beda dan
untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca mudah memahami
interpretasi hasil penelitian. Adapun pada faktor skor agar pembaca mudah
memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun T skor tersebut telah ditetapkan
dengan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya adalah
melakukan proses transformasi melalui formula T-Score =(10 * F- score) + 50.
Tabel 4.3
Analisis deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Resiliensi
Family
186
186
12.43
28.74
66.54
63.91
50.
50.
10
10
Friend 186 23.65 68.95 50. 10
Significant other 186 18.28 63.57 50. 10
Honesty-humility 186 24.31 67.80 50. 10
Emotionaly 186 21.18 75.88 50. 10
Extravertion 186 27.49 70.47 50. 10
Agreeableness 186 27.77 72.62 50. 10
Conscienstiousness 186 26.02 80.56 50. 10
Openness 186 32.37 75.58 50. 10
Dari tabel 4.3 dapat diketahui skor terendah dari resiliensi12.43dan skor
tertinggi 66.54. Setelah itu untuk dukungan sosial skor family terendah 28.74 dan
67
skor tertinggi 63.91. Skor terendah friend 23.65 dan skor tertinggi 68.95.Skor
terendah pola significant other 18.28 dan skor tertinggi 63.57.kemudian untuk
tipe kepribadian HEXACO skor terendah honesty-humulity 24.31 dan skor
tertinggi 67.80. Skor terendah pola emotionality 21.18 dan skor tertinggi
75.88.Skor terendah pola extravertion 27.49 dan skor tertinggi 70.47Skor
terendah pola agreeableness 27.77 dan skor tertinggi 72.62. Skor terendah pola
contiousness 26.02 dan skor tertinggi 80.56. Skor terendah pola openness 32.37
skor tertingginya 75.58.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,
maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian
dengan menggunakan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan norma pada
tabel 4.4
Tabel 4.4
Norma Skor Kategorisasi
Norma Intepretasi
X > Mean Tinggi
X < Mean Rendah
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentasi
kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan
dikategorikan sebagai tinggi dan rendah.
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke
dalamkelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
suatukontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya
adalah dari rendah ke tinggi yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi
68
variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel
berdasarkan tingkat rendah dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma
dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi. Maka akan
diperoleh nilai persentase kategori untuk masing-masing variabel sebagaimana
yang terdapat pada tabel berikut.
4.3.1 Kategorisasi skor variabel resiliensi
Tabel 4.5
Kategorisasi skor resiliensi
Rendah Tinggi Total
Frequency 82 104 186
Presentase 44.1% 55.9% 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah
subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel resiliensi
rendah sebanyak 82 subjek penelitian (44.1%) dan subjek penelitian dengan skor
variabel resiliensi tinggi sebanyak 102 subjek penelitian (559%). Artinya santri
memiliki tingkat resiliensinya cukup tinggi.
4.3.2 Kategorisasi skor variabel persepsi dukungan sosial
Tabel 4.6
Kategorisasi skor persepsi dukungan sosial
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Family 80 106 43 % 57%
Friend 69 117 37.1% 62.9%
Significant other 86 100 46.2% 53.8%
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah
subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel family
rendah sebanyak 80 subjek penelitian (43%) dan subjek penelitian dengan skor
69
variabel family tinggi sebanyak 106 subjek penelitian (57%).Dengan demikian,
dari hasil sebaran variabel family berada pada kategori tinggi. Pada variabel
frienddapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek
penelitian dengan skor variabel friend rendah sebanyak 69 subjek penelitian
(37.1%) dan subjek penelitian dengan skor variabel friend tinggi sebanyak 117
subjek penelitian (62.9%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel friend
berada pada kategori tinggi. Pada variabel signifikan others dapat dilihat bahwa
dari 186 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor
variabel signifikan others rendah sebanyak 86 subjek penelitian (46.2%) dan
subjek penelitian dengan skor variabel signifikan others tinggi sebanyak 100
subjek penelitian (53.8%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel signifikan
others berada pada kategori tinggi
4.3.3 Kategorisasi skor variabel tipe kepribadan HEXACO
Tabel 4.7
Kategorisasi skor tipe kepribadian
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Honesty-humility 85 101 45.7% 54.3%
Emotionality 83 103 44.6% 55.4%
Extravertion 97 89 52.2% 47.8%
Agreeableness 80 106 43% 57%
Conscientiousness 61 125 32.8% 67.2%
Openness 95 91 51.1% 48.9%
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah
subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel honesty-
humility rendah sebanyak 85 subjek penelitian (45.7%) dan subjek penelitian
dengan skor variabel honesty-humulity tinggi sebanyak 101 subjek penelitian
70
(54.3%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel honesty-humility berada
pada kategori tinggi.
Pada variabel emotionality dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek
penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel emotionality
rendah sebanyak 83 subjek penelitian (44.6%) dan subjek penelitian dengan skor
variabel emotionality tinggi sebanyak 103 subjek penelitian (55.4%). Dengan
demikian, dari hasil sebaran variabel emotionality berada pada kategori tinggi.
Pada variabel experiences dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek
penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel extravertion
rendah sebanyak 97 subjek penelitian (52.2%) dan subjek penelitian dengan skor
variabel extravertion tinggi sebanyak 89 subjek penelitian (47.8%). Dengan
demikian, dari hasil sebaran variabel extravertion berada pada kategori rendah.
Selanjutnya, pada variabel agreeableness dapat dilihat bahwa dari 186
jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel
agreeableness rendah sebanyak 80 subjek penelitian (43%). dan subjek penelitian
dengan skor variabel agreeableness tinggi sebanyak 106 subjek penelitian (57%).
Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel agreeableness berada pada kategori
tinggi.
Pada variabel conscientiousness dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah
subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel
conscientiousness rendah sebanyak 61 subjek penelitian (32.8%) dan subjek
penelitian dengan skor variabel conscientiousness tinggi sebanyak 125 subjek
71
penelitian (67.2%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel
conscientiousness berada pada kategori tinggi.
Terakhir, pada variabel openness dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah
subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel openness
rendah sebanyak 95 subjek penelitian (51.1%) dan subjek penelitian dengan skor
variabel openness tinggi sebanyak 91 subjek penelitian (48.9%). Dengan
demikian, dari hasil sebaran variabel openness berada pada kategori rendah.
Berdasarkan data diatas santri Sunan Drajat memiliki tipe kepribadian
ekstraversi dan keterbukaan yang rendah hal ini di prediksi karena pembentukan
ruang lingkungan yang terbatas. Santri tidak biasa bersosialisasi dengan
masyarakat luas dan lawan jenis. Dan berhubungan juga untuk keterbukaan santri
dengan hal yang baru hal ini diperkirakan santri terbiasa dengan suatu hal yang
monoton yang biasanya bersifat konvensional.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Seperti yang sudah disebutkan
pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu; pertama, melihat besaran R
square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang
dijelaskan oleh independent variable. Kedua, apakah secara keseluruhan
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable.
Kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing independent variable.
72
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Tabel R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .711a .505 .480 7.21252
Berdasarkan tabel 4.7, dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar
0.505 atau 50.5%. Artinya proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan oleh
tipe kepribdian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,
agreeableness, conscientiousness, openness) dan persepsi dukungan sosial
(family, friend, significant other) dalam penelitian adalah sebesar 50.5%
sedangkan 49.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Langkah berikutnya peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable terhadap resiliensi. Adapun hasil uji T dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut:
Tabel 4.9
Tabel Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 9344.404 9 1038.267 19.959 .000b
Residual 9155.596 176 52.020
Total 18500.000 185
a. Dependent Variable: T_R
b. Predictors: (Constant), T_H , T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_F, T_FR, T_SO
Berdasarkan uji F pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada
kolom paling kanan adalah p=0.000 dengan nilai p<0.05. Maka hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independen
a. Predictors: (Constant), T_H , T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_F, T_FR, T_SO
b. Dependent Variable: T_R
73
variabel terhadap resiliensi ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari
tipe kepribdian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,
agreeableness, conscientiousness, openness ) dan persepsi dukungan sosial
(family, friend, significant other) dan terhadap resiliensi santri korban bullying di
Pesantren Sunan Drajat.
Langkah selanjutmya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing independent variable, jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut
signifikan yang berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-
masing variabel independen terhadap resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Koefisien
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Beta T Sig.
(Constant) 15.169 2.390 .018
Honesty-humility .205 .205 3.135 .002
Emotionaly -.023 -.023 -.395 .694
Extravertion -.052 -.052 -.798 .426
Agreeableness -.124 -.124 -2.232 .027
Conscienstiousness
Openness
Family
.237
.127
-.018
.237
.127
.081
3.106
1.536
-.223
.002
.126
.824
Friend .235 .086 2.738 .007
Significant other
a. Dependent variable : resiliensi
Berdasarkan pada tabel 4.10 dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
Resiliensi= 15.169 + 0.205 honesty* + (-0.023) emotionaluty + (-0.052)
extravertion + (-0.124) agreeableness*+0.237 conscientiousness *+ 0.127
openness + (-0.018) family + 0.235 friend *+ 0.110 significant other
74
Keterangan :
Tanda (*) = Variabel Signifikan
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan dari 9 independent variable
terdapat empat variable (, honesty-humility, agreeableness, conscientiousness,
dukungan sosial teman) yang signifikan pengaruhnya terhadap resiliensi. Adapun
penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing
independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel honesty-humility memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.205
dengan signifikansi sebesar 0.002. Hal ini berarti bahwa honesty-humility
mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi. Arah positif menunjukan
bahwa semakin tinggi nilai honesty-humility maka nilai resiliensi semakin
tinggi pula.
2. Variabel emotionality memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.023 dengan
signifikansi sebesar 0.694. Hal ini berarti bahwa emotionality tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi.
3. Variabel extravertion memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.052 dengan
signifikansi sebesar 0.426. Hal ini berarti bahwa secara positif extravertion
tidak berpengaruh signifikan terhadap resiliensi.
4. Variabel agreeableness memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.124 dengan
signifikansi sebesar 0.027. Hal ini berarti bahwa agreeableness mempengaruhi
secara signifikan terhadap resiliensi. Arah negatif menunjukan bahwa
semakin tinggi nilai agreeableness maka nilai resiliensi akan semakin rendah..
75
5. Variabel conscientiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.237
dengan signifikansi sebesar 0.002. Hal ini berarti bahwa conscientiousness
secara positif berpengaruh signifikan terhadap resiliensi. Arah positif
menunjukan bahwa semakin tinggi nilai conscientiousness maka nilai
resiliensi semakin tinggi pula.
6. Variabel openness to experience memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.127
dengan signifikansi sebesar 0.126. Hal ini berarti bahwa openness tidak
berpengaruh signifikan terhadap resiliensi.
7. Variabel dukungan sosial dari keluarga memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -0.018 dengan signifikansi sebesar 0.824. Hal ini berarti bahwa
dukungan sosial dari keluarga tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
resiliensi.
8. Variabel dukungan sosial dari teman memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0.235 dengan signifikansi sebesar 0.007. Hal ini berarti bahwa dukungan
sosial dari teman mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi.
9. Variabel dukungan sosial dari orang spesial memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.110 dengan signifikansi sebesar 0.155. Hal ini berarti bahwa
dukungan sosial dari orang spesial tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap resiliensi.
4.4.2 Hasil uji proporsi varians masing-masing variabel
Peneliti menjelaskan mengenai proporsi varians. Pengujian pada tahapan ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana penambahan (incremented) proporsi
76
varians dari masing-masing variabel independen tersebut dianalisis satu persatu.
Akan dipaparkan besarnya proporsi varians pada resiliensi dan juga akan
menjelaskan seberapa banyak sumbangan dari setiap independen variabel yang
digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh terhadap dependen variabel
resiliensi. Dalam hal ini penulis dapat menghitung pertambahan dari R2 (disebut
R2-changed). Adapun besarnya proporsi varians pada resiliensi dapat dilihat pada
tabel 4.11
Tabel 4.11
Proporsi varians independen variabel
Independen Variabel R2 R
2Change Sig. F Change Sumbangan
Honesty-humility
Emotionslity
.241
.258
.241
.017
.000
.044
24,1%
1,7%
Extravertion .284 .026 .010 2,6%
Agreeableness .313 .029 .006 2,9%
Conscientiousness .425 .112 .000 11,2%
Openness to experience
Family
.463
.499
.038
.001
.000
.672
3,8%
0,1%
Friends .499 .036 .000 3,6%
Significant other .505 .006 .155 0,6%
Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Sumbangan variabel honesty-humility terhadap resiliensi sebesar 24,1%.
Artinya, variabel honesty-humility memberikan pengaruh bagi
bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)
2. Sumbangan variabel emotionality terhadap resiliensi sebesar 1,7%.
Artinya, variabel emotionality memberikan pengaruh bagi bervariasinya
resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change=0,044 (p < 0,05)
3. Sumbangan variabel extravertion terhadap resiliensi sebesar 2,6%.
77
Artinya, variabel extravertion memberikan pengaruh bagi bervariasinya
resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change=0,010 (p > 0,05)
4. Sumbangan variabel agreeableness terhadap resiliensi sebesar 2,9%.
Artinya, variabel agreeableness memberikan pengaruh bagi bervariasinya
resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)
5. Sumbangan variable conscientiousness terhadap resiliensi sebesar 11,2 %.
Artinya, variabel conscientiousness memberikan pengaruh bagi
bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)
6. Sumbangan variable openness terhadap resiliensi sebesar 3,8%. Artinya,
variabel openness memberikan pengaruh bagi bervariasinya resiliensi
dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)
7. Sumbangan variabe l dukungan keluarga terhadap resiliensi sebesar 0,1%.
Artinya, variabel dukungan keluarga memberikan pengaruh bagi
bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0.672 (p > 0,05)
8. Sumbangan variable dukungan teman terhadap resiliensi sebesar 3,6%.
Artinya, variabel dukungan teman memberikan pengaruh bagi
bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)
78
9. Sumbangan variabel significant other terhadap resiliensi sebesar 0,6%.
Artinya, variabel significant other memberikan pengaruh bagi
bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang meskipun sedikit.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change=0,155 (p > 0,05)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa independen
variabel yang signifikan yaitu; honesty-humility, emotionality, extravertion,
agreeableness, conscientiousness dan openness to experience, dan dukungan
teman memberikan sumbangan terhadap varians resiliensi secara signifikan jika
dilihat dari besarnya R2 Change yang dihasilkan. Sementara variabel dukungan
keluarga dan orang spesial tidak signifikan mempengaruhi resiliensi. Sumbangan
atau pengaruh varians terbesar berasal dari variable honesty-humility, dilanjutkan
dengan variabel conscientiousness, openness, dukungan teman, agreeableness,
extravertion, emotionality, dukungan significant other, dukungan keluarga.
79
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian
ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian HEXACO
(honesty-humility, emotionality, extravertion, agreeableness, conscientiousness,
openness) dan persepsi dukungan sosial (family, friend, significant others)
terhadap resiliensi santri korban bullyying di Pondok Pesantren Sunan Drajat ”.
Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh Independent
Variabel (IV). Dilihat dari nilai R square, kontribusi seluruh Independent Variabel
(IV) terhadap Dependent Variable (DV) adalah sebesar 50.5%. Angka tersebut
menyatakan bahwa Independent Variabel (IV) cukup tinggi, sedangkan 49,5%
adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-masing koefisien
regresi terhadap independent variable, diperoleh ada empat koefisien regresi yang
signifikan mempengaruhi resiliensi yaitu, variabel honesty-humility,
agreeableness,conscientiousness dan variabel dukungan teman. Variabel yang
tidak signifikan diantaranya dimensi emotionality, extravertion, openness,
dukungan keluarga dan dukungan orang spesial.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi perilaku
resiliensi pada korban bullying di Pesantren. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, diketahui bahwa dari sembilan independent variable yang diteliti
80
terdapat empat variabel yang mempengaruhi resiliensi secara signifikan. Keempat
variable tersebut adalah honesty-humility, agreeableness, conscientiousness dan
dukungan teman.
Variabel tipe kepribadian HEXACO dan dukungan sosial tidak secara
keseluruhan berpengaruh positif terhadap resiliensi, terdapat variabel yang
memiliki arah negatif yang berpengaruh secara signifikan yaitu agreeableness
artinya jika semakin tinggi nilai agreeableness maka resiliensinya akan semakin
rendah. sedangkan variabel yang bernilai positif dan berpengaruh signifikan
antara lain dukungan teman, honesty-humility, conscientiousness artinya semakin
tinggi nilai dukungan teman, honesty-humility dan conscientiousness maka akan
semakin tinggi pula resiliensinya.
Pada variabel dukungan sosial dari teman yang bernilai positif dan
signifikan. Hal ini di dukung oleh penelitian-penelitian terdahulu yang juga
menemukan adanya hasil yang sama. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Sabouripour, F & Roslan S.B, (2015) dalam penelian tersebut ditemukan adanya
pengaruh yang positif signifikan antara dukungan sosial terhadap resiliensi.
Seseorang yang mempunyai dukungan sosial yang tinggi, maka tingkat
resiliensinya juga akan tinggi.
Menurut peneliti, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Sarafino (1998) bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam
menghadapi tekanan dan juga dapat mencegah berkembangnya masalah yang
timbul. Sehingga, semakin tinggi dukungan sosial yang didapat semakin tinggi
tingkat resiliensi individu. Ses eorang yang memiliki dukungan teman yang baik
81
akan merasa diterima oleh lingkungan sosialnya sehingga individu tersebut tidak
akan merasakan kesepian dalam menghadapi tekanan yang muncul. Ia juga dapat
tersebut memiliki tingkatan resiliensi yang tinggi.
Jika pada penelitian Bowes (2010) mengatakan dukungan keluarga sangat
berpengaruh signifikan terhadap resiliensi korban bullying Pada penelitian
resiliensi di Pesantren ini, menemukan hal yang berbeda bahwa dukungan dari
teman sangat berpengaruh signifikan dibandingkan dengan dukungan keluarga, ini
tentunya karena anak yang di Pesantren lebih sering berinteraksi dengan teman-
temannya dan memiliki waktu yang terbatas untuk bertemu dengan keluarga.
Selain itu faktor usia juga mempengaruhi perbedaan diantara keduanya karena
penelitian ini berfokus pada usia remaja akhir sedangkan Bowes pada anak-anak.
Selanjutnya, dalam penelitian ini tipe kepribadian yang signifikan
mempengaruhi resiliensi korban bullying di Pesantren salah satunya adalah
agreeableness, dengan arah negatif. Sesuai dengan penelitian Nakaya (2006) yang
menjelaskan bahwa agreeableness berkorelasi negatif dengan salah satu dimensi
resiliensi. Artinya semakin seseorang yang memiliki kepribadian yang selalu
mengalah, menghindari konflik dan kecenderungan untuk mengikuti orang lain
akan remakin rendah tingkat resiliensinya. Seharusnya seseorang harus dapat
mempertahankan dirinya, tetap berusaha menjadi dirinya sendiri dan mampu
menghadapi masalah agar dapat memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.
Selain agreeableness, terdapat variabel conscientiousness yang signifikan
mempengaruhi resiliensi dengan arah positif artinya semakin tinggi tingkat
conscientiousness santri korban bullying akan semakin tinggi pula tingkat
82
resiliensinya. Menurut Swanepoel dan Oudtshoorn (dalam Lamb, 2009) tipe
kepribadian conscientiousness berkaitan dengan tingkat stress yang lebih rendah.
conscientiousness merupakan tipe kepribadian yang dimiliki seseorang yang
memperhatikan hal yang bersifat detail, ketika dihadapkan dengan kejadian sulit,
mereka akan berusaha bangkit dengan melakukan mentargetkan hal-hal yang
sudah direncanakan untuk mengurangi tingkat keterpurukan dan dapat
memaksimalkan kemampuannya setelah menjadi korban bullying. Menurut
penelitian Nakaya (2006) juga menyatakan bahwa conscientiousness
menunjukkan adanya keyakinan dan pengendalian diri yang kuat juga dianggap
berhubungan positif dengan kekuatan penyembuhan mental, variabel
conscientiousness ini signifikan berkorelasi terhadap resiliensi. Variabel terakhir
yang signifikan berpengaruh terhadap resiliensi korban bullying adalah honesty-
humility artinya semakin santri memiliki kepribadian jujur dan sederhana santri
akan semakin resilien.
Terdapat penemuan pada santri korban bullying yang menyatakan skor
kategori tingkat resiliensi santri yang cukup tinggi yakni 55,9%. Hal ini tentunya
banyak faktor yang diprediksi dalam mempengaruhi tingginya tingkat resiliensi
santri seperti faktor dukungan teman, tipe kepribadian, kesederhanaan santri,
kedisiplinan dan keteraturan santri, ataupun faktor-faktor diluar penelitian seperti
religiusitas dan optimisme.
Hal yang paling menarik untuk dibahas adalah mengapa santri bisa
memiliki tingkat resiliens yang cukup tinggi hal ini tentunya banyak faktor yang
memprediksi resiliensi santri salah satunya adalah 1) Tuntutan lingkungan yang
83
mengharuskan santri bisa bertahan yang mengharuskan santri bisa mandiri dengan
segala yang ada, lingkungan akan membentuk karakter santri. 2) Kesederhanaan,
di pondok pesantren santri ditanamkan nilai-nilai kesederhanaan dan diharuskan
untuk hidup sederhana ternyata hal ini mampu menjadikan santri agar resilien. 3)
faktor religiusitas. Di pondok pesantren tentunya santri ditanamkan nilai-nilai
keagamaan atau ketuhanan. Yang mana santri akan memahami dalil aqli surat Al-
Insyiroh ayat 5 yang artinya “sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
Dengan adanya nilai ketuhanan ini diprediksi santri mampu lebih resiliens.
Karena ketika santri mengalami kesulitan santri akan yakin adanya kemudahan
yang telah Allah berikan. Tidak mudah dalam membentuk santri yang dapat
bertahan dan bangkit dari hal negatif perlu adanya proses dan juga waktu, untuk
itu perlu adanya pembiasaan dengan lingkungan, kemandirian dan kesederhanaan
yang mengajarkan santri lebih resiliens.
5.3 Saran
Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis
dan saran praktis. Peneliti memberikan saran secara metodologis sebagai bahan
pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga
menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi
pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
5.3.1 Saran Metodologis
1. Penelitian ini telah menyumbangkan 50,5% dari sembilan variabel. Dan 49,5%
dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian. Untuk itu penelitian selanjutnya,
84
dapat menggunakan faktor-faktor lain yang menarik yang dapat dijadikan
independent variable untuk melihat lebih banyak informasi dan pengaruhnya
terhadap resiliensi, seperti lingkungan tempat tinggal, harapan, syukur, budaya,
komunitas, spiritual, dan motivasi.
2. Dalam rangka untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep
ketahanan, penelitian kualitatif lebih lanjut harus dilakukan untuk menilai
pengaruh faktor yang berbeda antara santri dan juga untuk mengungkapkan
hubungan sebab akibat antara variabel.
3. Selain itu, memilih pesantren yang berbeda jumlah populasi serta
membandingkan dari beberapa jenis Pesantren juga menarik untuk diteliti dan
disarankan untuk menggunakan ukuran sampel yang lebih besar diperkirakan
akan lebih bermanfaat, meskipun penelitian ini menunjukan hasil yang
signifikan.
1.1.1 Saran praktis
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi santri
khususnya santri Sunan Drajat, akan pentingnya dukungan teman yang akan
meningkatkan resiliensi pada korban bullying di pesantren.
2. Sebaiknya kesederhanaan, kejujuran, kedisiplinan dalam mengatur perencaan
atau kegiatan santri dapat di pertahankan dan ditingkatkan kembali. Dengan
demikian santri akan mampu resilien dalam menghadapi masalah.
3. Bagi pihak pesantren diharapkan dapat meningkatkan pembinaan dalam hal
pengembangan kepribadian, lebih memperhatikan aspek psikologis dengan
menambah personil yang berkompeten dalam bimbingan konseling.
85
4. Untuk pihak pondok pesantren disarankan untuk lebih mengedukasi para
santri untuk bagaimana menjadi seorang teman yang baik dunia akhirat, terutama
mendidik sikap terhadap sesama teman, bisa dengan cara seminar peer konselor
atau membahas kitab khusus mengenai akhlak sebagai teman.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahern NR.2006. A riview of instruments measuring resilience, issue in
comprehensive pediatric nursing vol 29.109-125
Allport, G.W.1961, Patttern and Growth in Personality. Harvard University
Ashton, M. C., & Lee, K. (2007). Empirical, theoretical, and practical advantages
of the HEXACO model of personality structure. Society for Personality
and Social Psychology, 11(2), 150-166.
Baron, R.A & Byrne,D.(2000) Psikologi Sosial. Jilid 1 edisi 9. Jakarta: Erlangga.
Bernard, B. (1991). Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The
Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional
Education Laboratory.
Bishop, G. D. 1997. Health psychology: Integrating Mind and Body. Boston:
Allyn & Bacon.
Bowes, L., Maughan, B., Caspi, A., Moffitt, T. E., & Arseneault, L.
(2010). Families promote emotional and behavioral resilience to
bullying: Evidence of an environmental effect. Journal of Child
Psychology and Psychiatry, 51, 809–817.
http://dx.doi.org/10.1111/j.1469-7610.2010.02216.x
Burcusa, S. L., & Iacono, W. G. (2007). Risk for recurrence in depression.
Clinical psychology review, 27(8), 959-985. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cpr.2007.02.005
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Segerstrom, S. C. (2010). Optimism. Clinical
psychology review, doi: 10, 1016/j. cpr. 2010. 01. 006.
Chung, feng. H. (2008). Resiliency and character strengths among college
atudents. Dissertation: The University of Arizona.1-183
Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, Social Support, and The Buffering
Hypothesis. Psychologycal Bulletin, 98, 310-357
Cohen, Mccabe, Michelli, & Pickeral. (2010). School climate research summary.
1(1). 1-6
Cutrona,C.E.( 1984) Social support and stress in the transition to parenthood.
Journal of abnormal Psychology,93(4), 378-390.1(1). 1-6
87
Davis GB. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Cetakan
Kesepuluh. Terjemahan. Penerbit : PT. Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta
Dawson, M., & Pooley, J. A. (2013). Resilience: The role of optimism, perceived
parental autonomy support and perceived social support in first year
university students.Journal of Education and Training Studies,1(2), 38-
49. http://dx.doi.org/10.11114/jets.v1i2.137
Desiree .(2013). Bullying di Pesantren. Jurnal Psikologi. FSIP_UI
Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (7th edition). Jakarta:
Salemba Humanika.
Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan
riset model (3th edition, first book). Jakarta: Erlangga.
Garmezy, N.(1991) . Resilience in childern’s adaptation to negative life event and
sressed environments. Pediatric annals, 20,(9),(462-466)
Goldstein S., dan Brooks R. B., 2005, Handbook of Resilience in Children Second
Edition. Springer Link.
Gomez, M., Vincent, A., Toussaint, L.(2013). Corellates of resilience in
adolescents and adult. International Journal of Clinical Psychiatry and
Reflection, 8. 1-39
Grotberg, E. H. (1995). A Guide To Promoting Resilience In Children. Benard
Van Leer Foundation.
Grotberg, E. H. (1999). Tapping your inner strength: how to find the resilience to
deal with anything. Canada : New Harbinger Publication, Inc.
Heller,K., Swindle, R,W.,& Dosenbury,L. (1981). Component social support
processes: Comments and integration. Journal of consulting and clinical
psychology, 54 (4), 466-470
Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burn. Journal of Conseling And
Development.75.346-357.
Isaacson, B. 2002. Characteristics and enhancement of resiliency in young people
: A Research Paper (Pdf Versions. Diakses November 15 2012 from hlm
69-75 the University of Winsconsin-Stout website: http:// www.uwstout.
ede/lib/thesis/2002/2002isaacsonb .pdf.
Korantang C., Simons, B.,(2012) Residents perception of the built environment
quality in an orphanage. Advances in applied science research. 3 (1).19-
30
88
Kumfer, K. (2002). Chapter nine : Factors and process contributting to reselience:
the resilience framework dalam Glantz M.D.,& Jhonson J.L (ed).
Resilience and Development Positif Life Adaptation (hal. 179-
215).Newyork: Kluwer academic publisher
Lamb,S.(2009). Personality traits and resilience as predictors of job stress and
burnout among call centre employer.
Lee, K., & Ashton, M. C. (2008). The HEXACO personality factors in the
indigenous personality lexicons of English and 11 other
languages. Journal of Personality, 76, 1001-1053.
Lopez, & Snyder, C.R. 2003. Positive psychological assessment a handbook of
models & measures.Washington. DC : APA
Masten, A. S., Best, K., & Garmezy, N. (1990) Resilience and development:
contributions from the study of children who overcame adversity.
Development and Psychopathology, 2, 425-444.
Masten , A. S., & Gewirtz, A. H. (2006, Marh 15). Resilience in development: the
importance of early childhood. encyclopedia on early childhood
development , hal. 1-6.
Matsumoto D., (2009) The Cambridge dictionary of psychology. New york:
Cambridge University press
McCaskill, J.W. & Lakey, B. (2000). Perceived support, social undermining, and
emotion. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol.26, no.7. 820-
832
Nakaya, M, Oshio, A & Kaneko, H. (2006) Correlations for adolescent resilience
scale with big five personality traits. Psychological Reports, 98, 927-930.
Nurmalasari, N. (2013). Pengaruh hope,optimisme, dan self esteem terhadap
resiliensi pada anak asuh yayasan bakti pemuda nusantara. Skripsi.
Jakarta: universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.
Oshio, A., Kaneko, H., Nagamine, S., &Nakaya, M. (2003) Construct validity of
the Adolescent Resilience Scale. Psychological Reports, 93, 12 17- 1222
Papalia,D.E.,Old,S.W.,Fieldman,R.D.(2009) Human Development, Jakarta:
Salemba Humanika.
Pienaar, A., Swanepoel, Z., Rensburg, H., Heunis , C. (2011) . A qualitative
exploration of resilience in pre-adolescent AIDS orphans living in a
residental care facility, journal of social aspect of HIV/AIDS, 8 (3),128-
137
89
Reich, J.W. 2010. Handbook of adult resilience. New York : Guilford Press
Reivich, K & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 skills for overcoming
life’s inevitable obstacles. New York : Random House, Inc.
Rigby, Ken. (2002). New Perspective on Bullying. Jesica Kingsley Publishers :
London
River, Poteat, Noret dan Ashurst. (2009). Observing bullying at school: the mental
health implications of witness status. School Psychology Quarterly Vol.
24, No. 4, 211–223.
Sabouripour, F., & Roslan, S. B. (2015). Resilience, optimism and social support
among international students. Asian Social Science , 159-170.
Sapouna dan Wolke. (2013). Resilience to bullying victimization: The role of
individual, family and peer characteristics. Elsevier, Child Abuse &
Neglect 37, 997–1006.
Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third
Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.
Sarason, B. R. Et al., 1987. Interrelations of social support measures : Theoritical
and Practical Implications. Journal of Personality and Social
Psychology. 52. h. 813-832
Sarason, I. G. et al., 1983. Assessing social support: the social support
questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 44 No.
1. h. 127-139
Sarason, B, R., Et al.,(1990) Social support: an interactional view.
Wasington.J.wilet & sons
Shaffer,D.R.,(2005).Social and Personality Development.USA:Thomson
Siebert, A. 2005. The Resiliency Advantage : Master Change, Thrive Under
Pressure, and Bounce Back. Practicak Psychology Press.
Siswanti dan Widayanti. (2009). Fenomena bullying di sekolah dasar negeri di
semarang : sebuah studi deskriptif. Jurnal Psikologi Undip Vol. 5, No. 2.
Smokowski dan Kopasz. (2004). Bullying in School: An Overview of Types,
Effects, Family Characteristics, and Intervention Strategies. Children
Schools (2005) 27 (2):101-110.
Southwick , S. M.,et al. 2005. The psychobiology of depression and resilience to
stress: implication for prevention and treatment. Annu. Rev. Clin. Psychol.
1: 255-291
90
Sugiyono.(2012). Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta
Taylor, dkk. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta : Prenada Media
Group
Tusaie-Mumford, K. (2001). Psychosocial resilience in rural adolescents:
optimism. perceived social support and gender differences. Unpublished
Doctoral Dissertation, University of Pittsburgh. PA. Use disorders.
American Journal of Psychiatry, 160, 496–503.
Vaux, A.,Riedel.S.,& Stewart,.(1987). Modes of social support: the social support
ehaviors (SS-B) scale. Journal of community psychologhy.
Vries ,R.E.(2013). The 24-Item brief hexaco inventory (BHI) journal of research
in personality 47,871-880
Wagnild, Gail M. & Young , Heather M. (1993). Development and psychometric
evaluation of resilience.Journal of Nursing Measurement, vol, 1, No. 2,
1993
Wong, P. T. P., Wong, L. C. J., & Scott, C. (2006). The positive psychology of
transformation: Beyond stress and coping. In Wong, P. T. P., & Wong, L.
C. J. (Eds.), Handbook of Multicultural perspectives on stress and
coping. New York, NY: Springer.
Yani, L.A.,Winarni, I.,Lestari,R. (2016) Eksplorasi fenomena korban bullying
pada kesehatan jiwa remaja di pesantren: jurnal ilmu keperawatan,vol:4,
no:2
Zimmet, G., Dahlem, N., Zimmet, S., & Farley, G. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support. Journal of Personality Assessment, 52
(1),30-41.
92
KUESIONER
Assalamualaikum wr.wb.
Salam silaturrahmi saya ucapkan, semoga Adik-adik selalu mendapatkan
perlindungan Tuhan YME sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari
dengan baik. Peneliti adalah mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan
penelitian untuk penyelesaian skripsi. Peneliti mengharapkan kesediaan Adik-adik
untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini,
TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Adik-adik diharapkan
mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Adik-adik saat ini. Data dalam penelitian
ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan penelitian,
oleh karena itu diharapkan Adik-adik mengisi jawaban dengan sejujur-jujurnya.
Kesediaan Adik-adik dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
(Siti Khusnul Chotimah)
93
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Initial :
Umur :
Kelas : X XI XII
Jenis kelamain : Laki-laki Perempuan
Suku : Jawa Sunda Betawi Melayu …
Asal daerah :
SMP/ MTs. di Pesantren: Ya Tidak
Uang saku perbulan :
Berapa kali dijenguk orang tua dalam sebulan :
Apakah Adik-adik pernah mengalami bullying di Pesantren: Ya Tidak
(jika YA dalam bentuk apa Fisik Verbal Psikis)
Keinginan masuk Pesantren : pribadi orang tua Ajakan teman
Note :
beri tanda silang boleh lebih dari 1
silang salah satu
94
SKALA (I)
Petunjuk :
Di bawah ini disajikan beberapa pernyataan. Adik-adik diminta untuk
memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Adik-adik
rasakan dan yakini, dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban
yang disediakan pada setiap pernyataan dibawah ini :
Tidak pernah Sesekali sering Sangat sering
Contoh :
No Item Tidak
pernah
Jarang sering Sangat
sering
1. “Seseorang membentak saya “ X
jika Adik-adik merasa sangat sering maka berilah tanda (X) pada kolom sangat
sering.
No Item Tidak
pernah
Jarang sering Sangat
sering
1. Saya suka berteman
2. Orang lain mengejek saya
3. Saya suka membuat orang lain
takut pada saya
4. Seseorang membocorkan
rahasia saya
5. Saya suka membantu orang
yang teraniaya
6. Seseorang menyindir saya
7. Saya adalah bagian dari
kelompok yang suka menggoda
orang lain
8. Saya berbagi sesuatu dengan
orang lain
9. Saya dipukul dan didorong oleh
orang lain
10. Saya meremehkan orang yang
95
bisa saya kalahkan dengan
mudah
11. Seseorang memanggil saya
dengan sebutan lain
12. Saya senang membantu orang
lain
13. Saya suka berkelahi dengan
seseorang yang bisa saya
kalahkan dengan mudah
14. Seseorang mengambil paksa
barang saya
15. Seseorang tidak menganggap
saya sebagai teman
SKALA (II) dan SKALA (III)
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan apa yang adik-adik rasakan dan
yakini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang
disediakan.
SS : artinya Adik-adik sangat setuju dengan pernyataan tersebut
S : artinya Adik-adik setuju dengan pernyataan tersebut
TS : artinya Adik-adik tidak setuju dengan pernyataan tersebut
STS : artinya Adik-adik sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut
Contoh :
No Item SS S TS STS
1. Saya tetap tenang ketika ada masalah. X
Bila Adik-adik merasa setuju dengan pernyataan tersebut maka beri tanda silang
(X) pada kolom S
96
No Item SS S TS STS
1. Ada orang spesial yang ada saat saya sedang
membutuhkan
2. Ada orang spesial yang dengannya saya bisa
berbagi kegembiraan dan kesedihan saya
3. Keluarga saya benar-benar mencoba untuk
membantu saya
4. Saya mendapatkan bantuan dan dukungan
emosional yang saya butuhkan dari keluarga
saya
5. Saya memiliki orang spesial yang menjadi
sumber penghibur sejati bagi saya
6. Teman-teman saya benar-benar berusaha
membantu saya
7. Saya bisa mengandalkan teman-teman saya
ketika saya terdapat kesalahan
8. Saya bisa membicarakan masalah saya dengan
keluarga saya
9. Saya memiliki teman dengan siapa saya dapat
berbagi kegembiraan dan kesedihan saya
10. Ada orang spesial dalam hidup saya yang
peduli dengan perasaan saya
11. Keluarga saya bersedia membantu saya
membuat keputusan
12. Saya bisa menceritakan masalah saya dengan
teman.
SKALA (III)
No Item SS S TS STS
1. Saya bisa melihat lukisan untuk waktu yang
lama.
2. saya memastikan bahwa hal-hal di tempat yang
tepat.
3. Saya tetap tidak bersahabat dengan seseorang
yang berarti bagi saya
4. Tidak ada seorang pun suka berbicara dengan
saya
5 Saya takut merasakan sakit.
6. Saya merasa sulit berbohong
7. Saya pikir sains itu membosankan
97
8. Saya menunda tugas yang rumit selama
mungkin
9. Saya sering mengekspresikan kritik
10. Saya dengan mudah mendekati orang asing
11. Saya khawatir kurang dari yang lain
12. Saya ingin tahu bagaimana menghasilkan
banyak uang dengan cara yang tidak jujur
13. Saya memiliki banyak imajinasi
14. Saya bekerja dengan sangat tepat
15. Saya cenderung cepat setuju dengan orang lain.
16. Saya suka berbicara dengan orang lain
17. Saya dapat dengan mudah mengatasi kesulitan
saya sendiri
18. Saya ingin menjadi terkenal
19. Saya menyukai orang dengan gagasan aneh
20. Saya sering melakukan sesuatu tanpa benar-
benar berpikir
21. Bahkan saat saya diperlakukan buruk, saya
tetap tenang
22. Saya jarang ceria
23. Saya dapat menangis saat film sedih atau
romantis
24. Saya berhak atas perlakuan khusus
SKALA (IV)
Petunjuk :
Di bawah ini disajikan berbagai pernyataan-pernyataan. Adik-adik diminta
untuk memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Adik-
adik rasakan dan Adik-adik yakini. Tunjukanlah sejauh mana tingkat kesusuaian
98
yang Adik-adik rasakan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang disediakan pada setiap pernyataan di bawah ini :
1 : artinya Adik-adik sangat pasti tidak sesuai dengan pernyataan tersebut
2 : artinya Adik-adik tidak sesuai dengan pernyataan tersebut
3: artinya Adik-adik antara iya & tidak dengan pernyataan tersebut
4: artinya Adik-adik sesuai dengan pernyataan tersebut
5: artinya Adik-adik sangat pasti sesuaidengan pernyataan tersebut
Contoh :
1. Saya rasa tantangan adalah suatu musibah 1 2 3 4 5
Bila Adik-adik merasa sangat pasti sesuai maka berilah tanda silang(X) pada
angka nomor
No ITEM 1 2 3 4 5
1. Saya mencari tantangan baru. 1 2 3 4 5
2. Saya suka hal baru atau menarik. 1 2 3 4 5
3. Saya pikir saya memiliki tingkat ketertarikan dan
rasa ingin tahu yang tinggi.
1 2 3 4 5
4. Saya suka mencari tahu tentang banyak hal. 1 2 3 4 5
5. Saya pikir kesulitan membentuk bagian dari
pengalaman berharga hidup.
1 2 3 4 5
6. Saya tidak suka melakukan hal yang asing. 1 2 3 4 5
7. Saya merasa kesusahan untuk memulai aktivitas
baru.
1 2 3 4 5
8. Saya merasa bisa mengendalikan emosi saya.
1 2 3 4 5
9. Saya bisa tetap tenang dalam keadaan sulit. 1 2 3 4 5
10. Saya berusaha untuk selalu tetap tenang. 1 2 3 4 5
11. Saya pikir saya memiliki ketekunan. 1 2 3 4 5
12. Sulit bagi saya untuk tidak memikirkan 1 2 3 4 5
99
pengalaman negatif
13. saya tidak bisa menanggung kesengsaraan. 1 2 3 4 5
14. Perilaku saya bervariasi dengan suasana hati saya
sehari-hari.
1 2 3 4 5
15. Saya kehilangan minat dengan cepat. 1 2 3 4 5
16. Saya mengalami kesulitan mengendalikan
kemarahan saya.
1 2 3 4 5
17. Saya yakin hal baik akan terjadi di masa depan. 1 2 3 4 5
18. Saya pikir saya memiliki masa depan yang cerah. 1 2 3 4 5
19. Saya merasa positif tentang masa depan saya. 1 2 3 4 5
20. Saya memiliki tujuan yang jelas untuk masa
depan.
1 2 3 4 5
21. Saya berjuang menuju tujuan masa depan saya. 1 2 3 4 5
110
UJI VALIDITAS KONSTRUK RESILIENSI SYNTAX RESILIENSI DA NI=21 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 PM SY FI=RESILIENCE-copy.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK RESILIENCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 FR TD 4 3 TD 19 10 TD 13 12 TD 13 9 TD 7 6 TD 20 9 TD 19 2 TD 21 17 TD 20 10 TD 12 11 TD 20 3 TD 21 19 FR TD 21 12 TD 21 10 TD 19 13 TD 8 1 TD 6 5 TD 19 18 TD 20 15 TD 8 5 TD 15 11 TD 12 7 TD 2 1 TD 18 2 TD 16 5 FR TD 16 11 TD 19 4 TD 18 4 TD 20 4 TD 11 9 TD 11 4 TD 18 14 TD 15 8 TD 18 8 TD 6 4 TD 9 5 TD 18 1 PD OU TV SS MI
UJI KATEGORISASI
HUMILITY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 101 54,3 54,3 54,3
RENDAH 85 45,7 45,7 100,0
Total 186 100,0 100,0
EMOTIONALY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 103 55,4 55,4 55,4
RENDAH 83 44,6 44,6 100,0
Total 186 100,0 100,0
111
EXTRA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 89 47,8 47,8 47,8
RENDAH 97 52,2 52,2 100,0
Total 186 100,0 100,0
AGREE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 106 57,0 57,0 57,0
RENDAH 80 43,0 43,0 100,0
Total 186 100,0 100,0
CONSCIENT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 125 67,2 67,2 67,2
RENDAH 61 32,8 32,8 100,0
Total 186 100,0 100,0
OPENNES
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 91 48,9 48,9 48,9
RENDAH 95 51,1 51,1 100,0
Total 186 100,0 100,0
FRIEND
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 117 62,9 62,9 62,9
RENDAH 69 37,1 37,1 100,0
Total 186 100,0 100,0
112
FAMILY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 106 57,0 57,0 57,0
RENDAH 80 43,0 43,0 100,0
Total 186 100,0 100,0
SIGNIFOTHER
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 100 53,8 53,8 53,8
RENDAH 86 46,2 46,2 100,0
Total 186 100,0 100,0
RESILIENSI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TINGGI 104 55,9 55,9 55,9
RENDAH 82 44,1 44,1 100,0
Total 186 100,0 100,0
113
TABEL FREQUENSI
UJI REGRESI
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
T_R 50,0000 10,00000 186
T_H 50,0000 10,00000 186
T_E 50,0000 10,00000 186
T_X 50,0000 10,00000 186
T_A 50,0000 10,00000 186
T_C 50,0000 10,00000 186
T_O 50,0000 10,00000 186
T_FR 50,0000 10,00000 186
T_F 50,0000 10,00000 186
T_SO 50,0000 10,00000 186
T_H T_E T_X T_A T_O T_C T_FR T_F T_R T_SO
N Val
id 186 186 186 186 186 186 186 186 186 186
Mi
ssi
ng
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000
Std. Error of
Mean ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324
Median 52,6013 50,7562 48,9833 50,1929 48,3700 50,0984 50,8770 52,4033 51,5062 52,2523
Mode 52,60 45,91 57,58 50,19 48,37 50,10 50,88 52,40a 49,70 48,48
Std.
Deviation
10,0000
0
10,0000
0
10,0000
0
10,0000
0 10,00000
10,0000
0 10,00000 10,00000
10,0000
0 10,00000
Minimum 23,57 21,66 27,49 27,77 32,13 25,69 23,69 29,48 12,43 18,28
Maximum 67,12 75,01 70,47 72,62 75,44 80,61 69,00 63,86 66,54 63,57
Sum 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
114
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 T_SO, T_A,
T_E, T_X, T_H,
T_O, T_C, T_F,
T_FRb
. Enter
a. Dependent Variable: T_R
b. All requested variables entered.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9344,404 9 1038,267 19,959 ,000b
Residual 9155,596 176 52,020
Total 18500,000 185
a. Dependent Variable: T_R
b. Predictors: (Constant), T_SO, T_A, T_E, T_X, T_H, T_O, T_C, T_F, T_FR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 32,0630 63,9109 50,0000 7,10706 186
Residual -22,75520 13,57449 ,00000 7,03489 186
Std. Predicted Value -2,524 1,957 ,000 1,000 186
Std. Residual -3,155 1,882 ,000 ,975 186
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,711a ,505 ,480 7,21252 ,505 19,959 9 176 ,000 1,283
a. Predictors: (Constant), T_SO, T_A, T_E, T_X, T_H, T_O, T_C, T_F, T_FR
b. Dependent Variable: T_R
115
a. Dependent Variable: T_R
UJI REGRESI PROPORSI VARIANS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 15,169 6,346 2,390 ,018
T_H ,205 ,065 ,205 3,135 ,002
T_E -,023 ,058 -,023 -,395 ,694
T_X -,052 ,065 -,052 -,798 ,426
T_A -,124 ,056 -,124 -2,232 ,027
T_C ,237 ,076 ,237 3,106 ,002
T_O ,127 ,083 ,127 1,536 ,126
T_FR ,235 ,086 ,235 2,738 ,007
T_F -,018 ,081 -,018 -,223 ,824
T_SO ,110 ,077 ,110 1,428 ,155
a. Dependent Variable: T_R
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,491a ,241 ,237 8,73638 ,241 58,386 1 184 ,000
2 ,508b ,258 ,250 8,66308 ,017 4,127 1 183 ,044
3 ,533c ,284 ,272 8,53083 ,026 6,718 1 182 ,010
4 ,559d ,313 ,298 8,37941 ,029 7,637 1 181 ,006
5 ,652e ,425 ,409 7,68984 ,112 34,917 1 180 ,000
6 ,681f ,463 ,445 7,44927 ,038 12,814 1 179 ,000
7 ,706g ,499 ,479 7,21697 ,036 12,708 1 178 ,000
8 ,707h ,499 ,477 7,23366 ,001 ,180 1 177 ,672
9 ,711i ,505 ,480 7,21252 ,006 2,039 1 176 ,155
a. Predictors: (Constant), T_H
b. Predictors: (Constant), T_H, T_E
116
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4456,310 1 4456,310 58,386 ,000b
Residual 14043,690 184 76,324
Total 18500,000 185
2 Regression 4766,028 2 2383,014 31,753 ,000c
Residual 13733,972 183 75,049
Total 18500,000 185
3 Regression 5254,954 3 1751,651 24,069 ,000d
Residual 13245,046 182 72,775
Total 18500,000 185
4 Regression 5791,171 4 1447,793 20,620 ,000e
Residual 12708,829 181 70,215
Total 18500,000 185
5 Regression 7855,940 5 1571,188 26,570 ,000f
Residual 10644,060 180 59,134
Total 18500,000 185
6 Regression 8567,000 6 1427,833 25,731 ,000g
Residual 9933,000 179 55,492
Total 18500,000 185
7 Regression 9228,918 7 1318,417 25,313 ,000h
Residual 9271,082 178 52,085
Total 18500,000 185
8 Regression 9238,331 8 1154,791 22,069 ,000i
Residual 9261,669 177 52,326
Total 18500,000 185
9 Regression 9344,404 9 1038,267 19,959 ,000j
Residual 9155,596 176 52,020
Total 18500,000 185
c. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X
d. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A
e. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C
f. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O
g. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR
h. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F
i. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F, T_SO
117
a. Dependent Variable: T_R
b. Predictors: (Constant), T_H
c. Predictors: (Constant), T_H, T_E
d. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X
e. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A
f. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C
g. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O
h. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR
i. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F
j. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F, T_SO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 25,460 3,275 7,775 ,000
T_H ,491 ,064 ,491 7,641 ,000
2 (Constant) 34,278 5,421 6,323 ,000
T_H ,450 ,067 ,450 6,741 ,000
T_E -,136 ,067 -,136 -2,031 ,044
3 (Constant) 27,545 5,936 4,640 ,000
T_H ,395 ,069 ,395 5,723 ,000
T_E -,120 ,066 -,120 -1,817 ,071
T_X ,174 ,067 ,174 2,592 ,010
4 (Constant) 36,425 6,658 5,471 ,000
T_H ,374 ,068 ,374 5,484 ,000
T_E -,116 ,065 -,116 -1,788 ,075
T_X ,185 ,066 ,185 2,800 ,006
T_A -,172 ,062 -,172 -2,763 ,006
5 (Constant) 24,845 6,417 3,872 ,000
T_H ,222 ,068 ,222 3,280 ,001
T_E -,077 ,060 -,077 -1,279 ,202
T_X ,060 ,064 ,060 ,931 ,353
T_A -,120 ,058 -,120 -2,084 ,039
T_C ,418 ,071 ,418 5,909 ,000
6 (Constant) 19,511 6,392 3,052 ,003
T_H ,224 ,066 ,224 3,417 ,001
T_E -,030 ,059 -,030 -,498 ,619
118
T_X -,010 ,065 -,010 -,155 ,877
T_A -,136 ,056 -,136 -2,425 ,016
T_C ,291 ,077 ,291 3,775 ,000
T_O ,270 ,075 ,270 3,580 ,000
7 (Constant) 15,296 6,305 2,426 ,016
T_H ,220 ,064 ,220 3,467 ,001
T_E -,020 ,058 -,020 -,340 ,734
T_X -,048 ,064 -,048 -,751 ,454
T_A -,115 ,055 -,115 -2,103 ,037
T_C ,251 ,076 ,251 3,325 ,001
T_O ,134 ,082 ,134 1,628 ,105
T_FR ,271 ,076 ,271 3,565 ,000
8 (Constant) 14,978 6,363 2,354 ,020
T_H ,215 ,065 ,215 3,291 ,001
T_E -,021 ,058 -,021 -,365 ,715
T_X -,053 ,065 -,053 -,809 ,419
T_A -,112 ,055 -,112 -2,023 ,045
T_C ,252 ,076 ,252 3,331 ,001
T_O ,133 ,083 ,133 1,608 ,110
T_FR ,255 ,085 ,255 3,000 ,003
T_F ,031 ,074 ,031 ,424 ,672
9 (Constant) 15,169 6,346 2,390 ,018
T_H ,205 ,065 ,205 3,135 ,002
T_E -,023 ,058 -,023 -,395 ,694
T_X -,052 ,065 -,052 -,798 ,426
T_A -,124 ,056 -,124 -2,232 ,027
T_C ,237 ,076 ,237 3,106 ,002
T_O ,127 ,083 ,127 1,536 ,126
T_FR ,235 ,086 ,235 2,738 ,007
T_F -,018 ,081 -,018 -,223 ,824
T_SO ,110 ,077 ,110 1,428 ,155
a. Dependent Variable: T_R