132
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN HEXACO DAN PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI SANTRI KORBAN BULLYING DI PONPES SUNAN DRAJAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Siti Khusnul Chotimah 11140700000028 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN HEXACO DAN PERSEPSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46081... · 2019. 7. 17. · Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN HEXACO DAN PERSEPSI

DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI SANTRI

KORBAN BULLYING DI PONPES SUNAN DRAJAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Siti Khusnul Chotimah

11140700000028

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

iv

Man Jadda Wajada

(Siapa Yang Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil)

Man Shobaro Zafiro

(siapa yang bersabar akan berhasil)

Man Saaro ‘Alaa darbi Washola

(Siapa Yang Berjalan Di Jalur-Nya Akan Sampai)

KESUKSESAN TIDAK HANYA DILIHAT DARI SEBERAPA KAMU

BERHASIL

TETAPI BAGAIMANA CARA KAMU MAMPU BANGKIT DARI

KETERPURUKAN

(RESILIENSI)

v

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2018

C) Siti Khusnul Chotimah

D) Pengaruh Tipe Kepribadian HEXACO dan Persepsi dukungan sosial terhadap

Resiliensi Santri Korban Bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat

E) xiv + 90 halaman + lampiran

F) Fenomena perundungan merupakan masalah sosial yang sangat

memprihatinkan, dan terjadi tidak hanya di lembaga pendidikan umum tetapi juga

di pondok pesantren. Penelitian mengenai ketahanan korban bullying sangat

dibutuhkan. Resiliensi memainkan peran penting dalam memahami proses

penyesuaian psikologis individu untuk bisa mengatasi kejadian negatif tanpa jatuh

ke dalam kesusahan yang berkepanjangan. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui signifikansi pengaruh tipe kepribadian HEXACO dan perceived

social support terhadap resiliensi santri korban bullying di PonPes Sunan Drajat.

Subjek pada penelitian ini berjumlah 186 korban bullying di Pondok Pesantren

Sunan Drajat Paciran Lamongan Jawa Timur, yang diambil dengan teknik

purposive sampling. CFA (Confirmatory FactorAnalysis) digunakan untuk

menguji validitas alat ukur dan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dari tipe kepribadian HEXACO dan dukungan sosial terhadap

resiliensi pada korban bullying di pesantren. Hasil uji hipotesis masing-masing

dimensi menunjukkan bahwa dukungan teman, honesty-humility, agreeableness

dan conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi.

Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan

oleh seluruh variabel independen adalah 50,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain di luar penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya akan lebih

menarik untuk memilih pesantren yang berbeda jumlah populasi serta

membandingkan dari beberapa jenis pesantren dan disarankan untuk

menggunakan ukuran sampel yang lebih besar diperkirakan akan lebih

bermanfaat,

G) Bahan bacaan : 62 ; 32 buku + 18 jurnal + 7 artikel + 5 skripsi

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) Juli 2018

C) Siti Khusnul Chotimah

D) The Influence of Trait Personality HEXACO and Perceived Social Support on

Bullying Victim Resilience in Sunan Drajat Islamic Boarding Shcool

E) xiv + 90 pages + appendix

F) The phenomenon of bullying is a very serious social problem, and occurs not

only in public education institutions but also in islamic boarding school. Research

on the resilience of victims bullying is urgently needed. Resilience as important

role in understanding the individual's psychological adjustment process in order to

overcome negative events without falling into prolonged distress. This study was

conducted to determine the significance of the influence of Trait Personality

HEXACO and Perceived Social Support on Bullying Victim Resilience in Sunan

Drajat Islamic Boarding Shcool. The subjects in this research are 186 bullying

victim who live in Sunan Drajat Islamic Boarding Shcool Lamongan East Java,

taken with purposive sampling technique. CFA (Confirmatory Factor Analysis)

was used to test the validity of instrument The Multiple Regression Analysis was

used to test the research hypothesis.

The result showed that there is an effect of Trait Personality HEXACO

andPerceived Social Support on Bullying Victim. Hypothesis test results of each

dimension shows that friend support, honesty-humility, agreeableness dan

conscientiousness have a significant effect on resilience. The result also showed

the proportion of the variance of resilience described by all independent variables

was 50,5%, while the 49,5% was influenced by the other variables. In subsequent

research it would be interesting to select different islamic boarding school

population as well as compare from several types of islamic boarding school and

it is advisable to use larger sample sizes expected to be more useful,

G) Reference: 62 ; 32 books + 18 journals + 7 article + 5 essay

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap

saat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe

Kepribadian HEXACO dan Persepsi Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Santri

Korban Bullying di PonPes Sunan Drajat”. Shalawat serta salam tak lupa pula

peneliti hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya

sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya atas doa dan

dukungannya terhadap semua mahasiswa-mahasiswinya.

2. Solicha, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi dengan kesabaran dan

kesungguhan telah memberikan banyak saran dan kritik kepada peneliti

selama masa penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang

berharga untuk membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti.

3. Kedua orang tua peneliti bapak H. Masykur Syafi’i Ali, S.Ag dan ibu Hj.

Siti Aliyah, yang selalu memberikan cinta yang luar biasa, dukungan (baik

moral maupun materiil) serta doa tulus yang tidak pernah berhenti kepada

peneliti. Mas Ali, mas Pitul, mas Apan, mas Anto, mbak Zuli, mbak Dewi

dan adik saya Faiz selaku saudara kandung penulis yang selalu

memberikan semangat untuk peneliti.

4. Rena latifah, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik kelas B

angkatan 2014 serta seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan bimbingan, nasihat,

semangat, dan masukan kepada peneliti selama menempuh studi.

5. Prof, Dr, K.H. Abdul Ghofur selaku pengasuh pondok pesantren sunan

drajat yang saya muliakan. Ibu Kutiyah selaku kepala pondok putri dan

putra, ketua pengurus tingkat Aliyah, SMK, dan MMA beserta jajaranya,

Nafiah, Rifati dan Qomariyah yang telah membantu mensukseskan

penyebaran data saya. Para responden dari santri Sunan Drajat yang sudah

bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan data peneliti. Terimakasih

banyak atas semua bantuan dan pengorbanan yang begitu besar untuk

penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian

dengan syurga-Nya.

viii

6. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan wawasan bagi peneliti. Para staff Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan

kemudahan bagi peneliti dalam proses administrasi.

7. Ibu Nihayah, M.Si dan keluarga besar PLP khususnya teman-teman KKL

terima kasih atas pengalaman dan ilmunya berharap bisa bekerja sama

kembali. Juga pak Jahja Umar dan keluarga IAI yang telah memberikan

kesempatan untuk mencari ilmu dan memberikan banyak pengalaman

semoga Allah selalu melancarkan segala urusan.

8. Sahabat dan teman khusus Dedy Sukoco dan keluarga, yang telah

memberikan dukungan, semangat dan tekanan dalam memotivasi untuk

menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah memudahkan langkah untuk

segera menyempurnakan sunnahnya.

9. Salam sayang selalu untuk keluarga kontrakan cancii yang selalu ada

untuk menemani saya selama 3 tahun ini. Untuk sahabat peneliti yang

memberikan dukungannya, Fayna Faradiena dan keluarga. Semoga

silaturahmi tetap terjalin dan sukses untuk kedepannya. Maya, mami

Anom yang ada saat sidang semprop saya terima kasih .

10. LVID Jabodetabek , HIMMAH Jakarta, Racana Pramuka Khususnya

angkatan Garing, Paduan suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan

Antares, sahabat/i PMII khususnya Komfapsi, Forum Mahasiswa

Lamongan (FORMALA), DEMA-F Psikologi 2016, dan SEMA-U 2017,

psikologi angkatan 2014 khususnya kelas A dan B. adik-adik angkatan,

2015, 2016, dan 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu memberi dukungan dan motivasi yang diberikan kepada

peneliti. Senang bisa mengenal kalian, bisa seorganisasi dengan kalian.

Semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan dan keselamatan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga

skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan

umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk

mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 16 Juli 2018

Peneliti

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-12

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2 Pembatasan Masalah ............................................................................... 8

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 10

1.4 Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................................... 10

1.4.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 10

1.4.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 11

1.5 Sistematika Penelitian............................................................................ 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 13-37

2.1 Resiliensi .............................................................................................. 13

2.1.1 Definisi resiliensi .......................................................................... 15

2.1.2 Dimensi-dimensi resiliensi ........................................................... 16

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi ................................ 16

2.1.4 Pengukuran resiliensi .................................................................... 18

2.2 Tipe Kepribadian ................................................................................... 20

2.2.1 Definisi tipe kepribadian .............................................................. 20

2.2.2 Dimensi-dimensi tipe kepribadian HEXACO .............................. 21

2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian HEXACO ....................................... 23

2.3 Dukungan Sosial .................................................................................... 24

2.3.1 Definisi dukungan sosial .............................................................. 24

2.3.2 Aspek-aspek dukungan sosial ....................................................... 29

2.3.3 Bentuk dukungan sosial ............................................................... 30

2.3.4 Pengukuran dukungan sosial ........................................................ 30

2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 31

2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 38-63

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan sampel .............................. 38

3.1.1 Populasi ....................................................................................... 38

3.1.2 Sampel .......................................................................................... 38

x

3.1.3 Teknik pengambilan sampel.... .................................................... 39

3.2 Variabel Penelitian................................................................................ 39

3.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 42

3.3.1 Teknik pengumpulan data ............................................................ 42

3.3.2 Instrumen pengumpulan data ....................................................... 43

3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 49

3.4.1 Uji validitas konstruk resiliensi .................................................... 49

3.4.2 Uji validitas konstruk honesty-humility ........................................ 50

3.4.3 Uji validitas konstruk emotionality .............................................. 51

3.4.4 Uji validitas konstruk extravertion ............................................... 52

3.4.5 Uji validitas konstruk agreeableness ............................................ 53

3.4.6 Uji validitas konstruk conscientiousness ...................................... 54

3.4.7 Uji validitas konstruk openness to experience ............................. 56

3.4.8 Uji validitas konstruk dukungan teman ........................................ 57

3.4.9 Uji validitas konstruk dukungan keluarga .................................... 58

3.4.10 Uji validitas konstruk dukungan significant other ..................... 59

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 60

3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 63

3.6.1 Tahap persiapan ............................................................................ 63

3.6.2 Tahap adaptasi alat ukur ............................................................... 64

3.6.3 Tahapan pelaksanaan .................................................................... 64

3.6.4 Tahap pengolaan data ................................................................... 64

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 66-79

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 66

4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 67

4.3 Kategorisasi Skor Variabel ..................................................................... 68

4.3.1 Kategorisasi skor variabel resiliesi ............................................... 69

4.3.2 Kategorisasi skor variabel perceived social support .................... 69

4.3.3 Kategorisasi skor variabel tipe kepribadian HEXACO ................ 71

4.4 Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 73

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian .............................................. 73

4.4.2 Hasil uji proporsi varians masing-masing variabel ...................... 77

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 79-85

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 80

5.2 Diskusi .................................................................................................... 81

5.3 Saran ....................................................................................................... 84

5.3.1 Saran metodologis ........................................................................ 83

5.3.2 Saran praktis ................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87-91

LAMPIRAN .................................................................................................... 92-11

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor skala Likert ............................................................................. 43

Tabel 3.2 Blue print skala resiliensi ............................................................... 44

Tabel 3.3 Blue print skala tipe kepribadian HEXACO .................................. 45

Tabel 3.4 Blue print skala Perceived social Support ...................................... 46

Tabel 3.5 Muatan faktor resiliensi .................................................................. 50

Tabel 3.6 Muatan faktor honesty-humility ...................................................... 51

Tabel 3.7 Muatan faktor emotionality ........................................................... 52

Tabel 3.8 Muatan faktor extravertion ............................................................. 53

Tabel 3.9 Muatan faktor agreeableness .......................................................... 54

Tabel 3.10 Muatan faktor conscientiousness .................................................... 55

Tabel 3.11 Muatan faktor openness to experience ........................................... 56

Tabel 3.12Muatan faktor dukungan teman ...................................................... 58

Tabel 3.13 Muatan faktor dukungan keluarga .................................................. 59

Tabel 3.14 Muatan faktor dukungan significant other ..................................... 60

Tabel 4.1 Karakteristik responden jenis kelamin ........................................... 66

Tabel 4.2 Karakteristik responden jenis lembaga SLTA ................................ 66

Tabel 4.3 Analisis deskriptif.. ......................................................................... 67

Tabel 4.4 Norma skor.. ................................................................................... 69

Tabel 4.5 Kategorisasi skor resiliensi ............................................................. 69

Tabel 4.6 Kategorisasi skor perceived social support .................................... 70

Tabel 4.7 Kategorisasi skor tipe kepribadian HEXACO ........................... ... 71

Tabel 4.8 Tabel R Square ............................................................................... 73

Tabel 4.9 Anova.............................................................................................. 74

Tabel 4.10 Koefisien ........................................................................................ 74

Tabel 4.11 Proporsi varians independen variabel ............................................ 77

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 36

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian .............................................................. 91

Lampiran 2 Kuesioner ................................................................................ 92

Lampiran 3 Hasil CFA ............................................................................. 101

Lampiran 4 Hasil Uji reliabilitas .............................................................. 111

Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis dan regresi ............................................. 116

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Resiliensi memainkan peran yang sangat penting dalam memahami proses

penyesuaian individu untuk bisa mengatasi kejadian negatif. Salah satunya adalah

mampu bertahan dan bangkit dari perundungan. Fenomena perundungan

(bullying) merupakan masalah sosial yang sangat memperihatinkan. Tidak hanya

terjadi di lembaga pendidikan umum tetapi juga terjadi di pondok pesantren.

Berdasarkan data Kementerian Agama mencatat jumlah santri di 33

provinsi di seluruh Indonesia mencapai 3,65 juta orang yang tersebar di 25.000

pondok pesantren. Artinya pesantren dan santri merupakan elemen penting dalam

kehidupan bernegara dan aset bagi kemajuan bangsa. Santri di pondok pesantren

memang diharapkan berakhlak dan beradab sehingga membedakan santri dan

siswa yang sekolah di luar pondok pesantren.

Kehidupan santri di pondok pesantren bersifat komunalistik yaitu tata

pergaulan santri yang tidak tersekat oleh tradisi kehidupan yang individualistik

(Desiree, 2013). Mereka melakukan segala aktivitas secara bersama-sama seperti

makan, belajar, tidur, istirahat dan mengaji. Rasa tanggung jawab dan rasa

memiliki di antara mereka terus dipupuk seiring perkembangan mereka di pondok

pesantren. Interaksi sosial yang tinggi di antara santri sangat berpotensi

menimbulkan konflik. Desire (2013) mengungkapkan masalah terbesar yang

sering muncul di lingkungan pesantren atau sekolah berasrama adalah perlakuan

2

tidak menyenangkan dari para senior maupun teman sebaya, mulai dari

perpeloncoan dan dipanggil dengan panggilan buruk atau biasa disebut bullying.

Menurut penelitian Desiree (2013) bullying sering terjadi di lingkungan

pesantren dari pada lingkungan umum serta menambahkan bahwa bullying di

pesantren kebanyakan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya mereka yang

jauh dari pengawasan orang tua, berasal dari berbagai daerah, memiliki adat dan

budaya yang berbeda. Berdasarkan hasil elisitasi pada 5 Januari 2018 lalu

terhadap 23 alumni pesantren, 18 diantaranya pernah mengalami bullying di

pesantren. Tiga diantaranya sebelum menjadi korban bullying pernah menjadi

pelaku bully. Tindakan bullying ini paling banyak berupa verbal yakni 12 orang, 6

orang korban fisik dan mereka yang mengalami bullying verbal dan fisik juga

secara otomatis mengalami bully secara psikis.

Fenomena bullying di pondok pesantren tentu tidak diharapkan. Hal ini

disebabkan kehidupan pesantren berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya atau menjadi ahli agama (UU sisdiknas Tahun 2003 bab 9 pasal 2).

Harapannya santriwan-santriwati berperilaku sejalan dengan apa telah diajarkan.

Hal ini tentu memerlukan perhatian khusus mengenai para korban bullying di

lembaga pendidikan manapun terutama pondok pesantren.

Penting bahwa individu bisa mengatasi kejadian negatif semacam itu tanpa

jatuh ke dalam kesusahan yang berkepanjangan, suasana hati yang depresi atau

kondisi psikologis yang tidak sehat lainnya. Untuk itu diperlukan daya tahan dan

ketangguhan untuk dapat bangkit dari kondisi-kondisi negatif.

3

Resiliensi memainkan peran penting dalam memahami proses penyesuaian

psikologis individu. Pada penelitian terdahulu telah ditemukan bahwa seberapa

baik individu menghadapi transisi, berkaitan dengan seberapa resilien individu

tersebut. Artinya, semakin resiliens individu, maka akan semakin bisa individu

tersebut dalam menghadapi perubahan (Pritchard dkk, 2007).

Beberapa ciri individu yang menunjukan adanya resiliensi menurut

Reivich dan Shatte (2002) adalah (1) Mampu mengatasi stress (2) Bersikap

realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah (3) Mampu mengekspresikan

pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Menurut Oshio (2003) resiliensi

adalah proses menanggulangi dan adaptasi yang berhasil pada situasi yang

menantang dan mengancam. Kesulitan dan situasi krisis ini merupakan proses

dinamis dalam pengembangan individu.

Resiliensi bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan pada

sebagian manusia dan bukan merupakan sesuatu yang berasal dari sumber yang

tidak jelas. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk resilien dan setiap orang

mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan hambatan dalam

hidupnya. Holaday (1997) mengemukakan orang yang resilien akan cepat kembali

pada kondisi sebelum ia mengalami kejadian negatif, yang menyebabkan

keterpurukuan dan akan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan

yang negatif. Individu yang tidak memiliki resiliensi maka dalam menyikapi suatu

masalah cenderung putus asa, mudah stress karena kemampuannya kecil serta

tidak memiliki visi dan keyakinan untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih

baik.

4

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi resiliensi Peneliti menyimpulkan

faktor yang mempegaruhi resiliensi yakni dari Faktor internal antara lain adalah

harapan (Pienaar dkk, 2011; Nurmalasari, 2013), syukur (Chung, 2008; Gomez,

2013), optimisme (Carver & Connor-smith, 2010; Tusaie-Mumfrod, 2001;

Saboripour dkk, 2015), tipe kepribadian (Nakaya, 2006), self esteem

(Sapouna,2013; Salahuddin, 2011), religiusitas (Stephen, 2007). Faktor external

meliputi kehangatan saudara kandung dan keluarga (Bowes, 2010) faktor

lingkungan tempat tinggal (Cohen, 2009; Korantang dan Simons, 2012), atmosfer

keluarga (Bowes, 2010), dukungan sosial (Saboripour, 2015), budaya dan

lingkunagn (Wong & Wong, 2006), social alienation dan jumlah teman dekat

(Sapouna, 2013).

Banyak faktor yang mungkin terlibat dalam pengembangan resiliensi,

namun ciri kepribadian individu sangat penting. Memeriksa karakteristik

psikologis yang umumnya dimiliki oleh individu dapat meningkatkan kesehatan

psikologis remaja dalam bertahan dalam situasi yang buruk (Nakaya, 2006). Ada

beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami

kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Pendekatan

ketrampilan dan trait terhadap kepribadian berusaha mencari beberapa dimensi

utama yang dapat menggambarkan pola respon seseorang.

Banyak macam-macam model kepribadian salah satunya adalah

kepribadian model HEXACO. Kepribadian ini memprediksi beberapa fenomena

kepribadian yang tidak dijelaskan dalam Big-Five Factors model, termasuk

hubungan faktor kepribadian dengan konstruk biologi dan pola perbedaan jenis

5

kelamin dalam ciri-ciri kepribadian. Selain itu, terdapat tiga dimensi yaitu

kepribadian honesty-humility, emotionality dan agreeableness yang mengukur

tingkat altursm dan empati individu, dimana sikap altursm dan empati berkorelasi

dengan resiliensi sehingga tipologi kepribadian HEXACO sangat sesuai dengan

konteks resiliensi.

Kepribadian model HEXACO juga merupakan alternatif dari Big-Five

Factors. Model baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya. klasifikasi

kepribadian HEXACO dibagi menjadi enam dimensi yaitu honesty-humility

(H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness

(C), dan openness to experience (O) (Ashton & Lee, 2007).

Nakaya (2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian Big Five Personality

memiliki hubungan yang signifikan terhadap resiliensi, ditambah dengan analisis

cluster yang mengklasifikasikan tipe kepribadian Big five memiliki kaitan yang

signifikan terdalap aspek-aspek resiliensi dalam alat ukur Adolescent Resilience

Scale. Dalam penelitia ini Peneliti berharap untuk dapat meneliti aspek honesty-

humality yang sebelumnya belum banyak diteliti. pada dimensi honesty-humanity

dimana kedua hal itu memiliki korelasi terhadap resiliensi. Aspek ini

menjelaskan adanya sifat tulus, adil, sederhana dan empati. Menurut Reivich &

Shate (2002) rasa empati dan ketulusan merupakan kompetensi sosial dan

hubungan positif dengan lingkungan yang berkorelasi terhadap keberhasilan

beradaptasi pada tekanan tertetu.

Selain faktor tipe kepribadian, terdapat faktor persepsi dukungan sosial

yang mempengaruhi resiliensi. Menurut Bowes (2010) Anak-anak yang

6

terintimidasi cenderung sulit menyesuaikan diri, mengalami kesulitan, masalah

emosi dan perilaku. Akibatnya anak lebih mengingat pengalaman mereka menjadi

korban bullying. Studi terdahulu telah melakukan penelitian mengenai pentingnya

dukugan keluarga dalam mempromosikan resiliensi anak setelah menjadi korban

bullying. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor dukungan keluarga sangat

berperan penting terhadap korban bullying, seperti kehangatan ibu, saudara

kandung, atmosfer positif rumah, sangat penting dilakukan. Anak yang menerima

kehangatan paling banyak memiliki sedikit masalah perilaku (Bowes, 2010).

Lingkungan pondok pesantren mengajarkan kemandirian santri dan

tentunya memiliki tempat tinggal yang jauh dengan keluarga. Pendidikan

kemandirian adalah salah satu yang utama di pondok, maka terdapat adanya batas

waktu tertentu kepada walisantri untuk mengunjungi anak-anak mereka yang

berada di pesantren, yakni dengan jadwal hanya 1 bulan sekali.

Menurut peneliti, anak yang berada di pondok pesantren tidak begitu

merasakan kehangatan keluarga, karena di pesantren terdapat batasan antara

interaksi anak dan keluarga melainkan lebih dekat dengan teman sebayanya.

Tetapi peneliti tidak boleh menyimpulkan secara langsung tanpa adanya

penelitian. Oleh karena itu penelitian dukungan sosial ini menarik diteliti. Zimmet

(1988) membagi dukungan sosial menjadi tiga aspek yakni dukungan keluarga,

dukungan teman dan dukungan signifikan other artinya dengan peneliti

menggunakan alat ukur dukungan sosial ini bertujuan agar dapat mengetahui

dukungan faktor mana yang paling mempengaruhi resiliensi korban bullying,

dukungan keluarga, teman atau yang lain.

7

Tidak hanya itu penelitian oleh Sabouripour (2015) juga telah

menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara dukungan sosial dengan

resiliensi siswa international. Teman, keluarga maupun seseorang spesial mampu

menunjukan korelasi yang positif terhadap siswa international. Penelitian ini juga

dikuatkan oleh hasil penelitian Dawson (2013) resiliensi akan berkorelasi positif

dengan dukungan sosial pada pelajar.

Manfaat dukungan sosial bagi resiliensi korban bullying menurut Sarason

(1987) menyatakan bahwa pada umumnya persepsi individu yang tersedia dapat

merefleksikan keadaan yang relatif stabil serta penerimaan yang bersifat umum.

Pada dasarnya lingkungan sekitar yang bersifat mendukung dalam kehidupan

sehari-hari dapat menimbulkan dua hal yakni menurunkan tingkat kecemasan

individu dan meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance). Dukungan

sosial pada umumnya dapat memperkuat ketahanan untuk menghadapi stres

(Burcusa, 2007).

Berdasarkan fenomena yang telah peneliti jabarkan diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian

HEXACO dan Persepsi Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Santri Korban

Bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat”

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti membatasi masalah pada

pengaruh tipe kepribadian dan persepsi dukungan sosial terhadap resiliensi santri

8

korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Adapun definisi konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Resiliensi

Banyak teori yang menjelaskan mengenai resiliensi tetapi peneliti

membatasi teori resiliensi dengan menggunakan teori Oshio (2003) yang

menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap

kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan serta berjuang

bangkit kembali dalam situasi normal. Teori ini lebih fokus pada resiliensi remaja

hal ini tentu sesuai dengan teori dan sampel yang penulis teliti.

2. Tipe kepribadian

Terdapat beberapa teori tipe kepribadian seperti Big Five Personality yang

diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg (1981) dan dikembangkan oleh Allport

(1990) yang membagi tipe kepribadian berdasarkan lima dimensi yakni

ekstravertion, conscientiousness, agreeableness, neurotism dan opennes to

eksperience. Pada penelitian ini peneliti membatasi teori kepribadian berdasarkan

teori Asthon dan Lee yang membagi tipe kepribadian menjadi enam dimensi, teori

HEXACO ini dikembangkan dari teori Big five. Teori ini memprediksi beberapa

fenomena kepribadian yang tidak dijelaskan dalam big five , termasuk hubungan

faktor kepribadian dengan konstruk biologi dan pola perbedaan jenis kelamin

dalam ciri-ciri kepribadian. Selain itu, terdapat tiga dimensi yaitu kepribadian

honesty-humility, emotionality dan agreeableness yang mengukur tingkat

altursm dan empati individu, dimana sikap altursm dan empati berkorelasi dengan

9

resiliensi sehingga tipologi kepribadian HEXACO sangat sesuai dengan

konteks resiliensi.

3. Dukungan sosial

Dalam teori dukungan sosial terdapat pembagian antara received social

support dan perceived social support. Namun dalam penelitian ini peneliti

membatasi teori dukungan sosial menggunakan teori Zimmet (1987) yaitu

persepsi dukungan sosial. Peneliti menggunakan teori persepsi dukungan sosial

karena tidak semua sumber daya yang diberikan kepada seseorang akan

dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh orang tersebut dan juga teori ini

cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan

individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, rasa malu dan kesepian.

4. Korban bullying

Dalam penelitian ini korban bullying adalah variabel yang menjadi batasan

sampel peneliti yakni orang yang pernah mengalami bullying (perundungan) baik

fisik, verbal dan psikis dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok yang berada

di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan secara usia berada pada masa remaja akan

menjadi subjek penelitian.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

10

1. Apakah ada pengaruh tipe kepribadian HEXACO dan dimensi dukungan

sosial terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan

Drajat?

2. Variabel manakah yang paling berpengaruh diantara variabel-variabel yang

diujikan?

3. Berapa proporsi varian yang disumbangkan oleh masing-masing IV?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris tentang bagaimana

pengaruh Aspek-aspek tipe kepribadian HEXACO. Honesty-humility,

emotionality, extravertion, agreeableness, conscienstiousness, openess to

experience terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan

Drajat, serta menguji secara empiris tentang bagaimana pengaruh dimensi

dukungan sosial terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Dan juga untuk mengetahui secara empiris tentang bagaimana

pengaruh dimensi dukungan sosial seperti keluarga, teman, orang spesial terhadap

resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

1.4.2 Manfaat penelitian

1.4.2.1 Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap keilmuan

psikologi, pengembangan sosial, pendidikan, perkembangan dan klinis, khususnya

mengenai pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap resiliensi pada

11

korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Selain itu diharapkan juga

dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan

menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadikan masukan untuk

menambah kepustakaan sekaligus memberikan kontribusi pada dunia psikologi

khususnya psikologi perkembangan dan sosial dalam meningkatan kualitas

penanganan pada korban bullying, terutama terkait dengan resiliensi sesuai yang

diharapkan.

1.4.2.2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi subjek penelitian,

keluarga, atau individu korban bullying, untuk lebih memahami masalah yang

mereka alami, terutama terkait dengan resiliensi, untuk selanjutnya dijadikan

acuan dalam menangani masalah mereka sesuai dengan hasil penelitian.

Beberapa hal yang bisa dilakukan guna menangani masalah korban

bullying yang berkaitan dengan penelitian ini adalah seperti melakukan sosialisasi

dan seminar mengenai kepribadian dan memperkuat pengaruh dukungan sosial

baik keluarga maupun teman pada santri di pondok pesantren dalam

mengantisipasi adanya praktek bullying dan meningkatkan resiliensi bagi korban

bullying.

Selain itu pelatihan mengenai bagaimana pentingnya mengetahui karakter

kepribadian serta memperkuat dukungan sosial dalam meningkatkan resiliensi

pada korban bullying bisa dilakukan guna menormalisasi keadaan psikis yang

12

negatif dari para korban seperti trauma, kecemasan, ketidak nyamanan di pondok

dan ketakutan serta untuk meningkatkan resiliensi para korban bullying.

1.5 Sistematika Penelitian

Laporan penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah

sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya

penelitian mengenai pengaruh tipe kepribadian dan persepsi dukungan sosial

terhadap resiliensi pada korban bullying di Pondok Pesantren Sunan Drajat,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penelitian.

BAB 2 Landasan Teori, menguraikan tentang pengertian resiliensi, aspek-aspek

dalam resiliensi, faktor-faktor resiliensi, karakteristik resiliensi, pengukuran

resiliensi, pengertian tipe kepribadian HEXACO, aspek-aspek HEXACO,

pengukuran HEXACO, pengertian dukungan sosial, dimensi dukungan sosial,

pengukuran dukungan sosial, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB 3 Metode Penelitian, menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian,

variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik pengumpulan data,

uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.

BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan tentang hasil pengolahan dari

data yang terkumpul dari penelitian ini, meliputi gambaran umum responden,

serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian ini diuraikan tentang

kesimpulan, diskusi dan saran, dan hasil penelitian.

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Resiliensi

2.1.1 Definisi Resiliensi

Oshio (2003) mengemukakan resiliensi adalah ketahanan yang menjadi salah satu

kunci faktor untuk menanggulangi dan sukses beradaptasi pada kejadian negatif.

Grotberg (1999) menyatakan resiliensi adalah kemampuan manusia untuk

menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan

hambatan. Resiliensi bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan

pada sebagian manusia dan bukan merupakan sesuatu yang berasal dari sumber

yang tidak jelas. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menjadi resiliensi

dan setiap orang mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan

hambatan dalam hidupnya.

Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kapasitas untuk

merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma,

dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi

merupakan seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk mencari pengalaman

baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan, juga menghasilkan

dan mempertahankan sikap positif untuk digali. Individu dengan resiliensi yang

baik akan memahami bahwa kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Individu

mengambil makna dari kesalahan dan menggunakan pengetahuan untuk meraih

sesuatu yang lebih tinggi, sehingga individu mampu mengasah dirinya dan

memecahkan persoalan dengan bijaksana, dan energik.

14

Lopez (2002) menjelaskan resiliensi secara umum mengacu pada adaptasi

secara positif dalam konteks resiko (risk) dan kesulitan (adversity). Resiliensi

dalah konsep yang luas yang menekankan pada fenomena yang luas termasuk

kapasitas sistem untuk menahan dan mengatasi tantangan-tantangan yang

signifikan. Resiliensi juga didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam

mengatasi stres dan kesulitan, yang mungkin melihat individu kembali ke dalam

keadaan sebelumnya yang normal tanpa indikasi efek negatif (Masten, 2006).

Resiliensi merupakan proses beradaptasi yang baik dalam diri seseorang

dalam menghadapi kesulitan, trauma, ancaman dan hal-hal yang menyebabkan

stress, seperti masalah keluarga, hubungan terhadap orang lain, masalah

kesehatan, pekerjaan dan stress keuangan. Sementara menurut Goldstein dan

Brooks (2005) resiliensi merupakan kekuatan dari dalam diri untuk berhadapan

secara kompeten dan sukses, hari ke hari, dengan tantangan dan tuntutan yang

mereka hadapi. Resiliensi juga dapat mengembangkan ketahanan pada diri

individu agar mampu menjalankan tantangan dan resiko kehidupan, definisi

resiliensi menurut (Siebert, 2005).

Dari beberapa teori yang dipaparkan di atas peneliti menggunakan teori

resiliensi oleh Oshio (2003) untuk digunakan dalam penelitian ini, menurut

peneliti bahwa resiliensi merupakan kemampuan bertahan dan bangkit untuk

menanggulangi kejadian negatif serta sukses dalam beradaptasi dan menghadapi

berbagai permasalahan hidup. Permasalahan hidup dalam penelitian ini

difokuskan pada masalah yang dialami remaja.

15

2.1.2 Dimensi-dimensi resiliensi

Menurut Oshio (2003) telah memaparkan dimensi-dimensi resiliensi yaitu

terdapat 3 dimensi resiliensi yakni Novelty Seeking, Emotional Regulaion dan

Positive Future Orientation. Adapun penjelasnnya yakni :

1. Novelty Seeking adalah kemampuan untuk menunjukkan minat dan perhatian

tentang beragam peristiwa. Ini termasuk sifat kepribadian yang terkait dengan

aktivitas eksplorasi sebagai respons terhadap rangsangan baru.

2. Emotional Regulation adalah sifat individu yang menunjukkan ketenangan

dan kontrol emosi internal mereka.

3. Positive Future Orientation adalah orientasi masa depan positif yang

menyangkut pendekatan untuk pandangan, mimpi, dan tujuan di masa depan.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi

Perkembangan resiliensi pada manusia merupakan suatu proses perkembangan

manusia yang sehat dan dinamis dimana terdapat pengaruh dari interaksi antara

kepribadian seorang individu dengan lingkungannya dalam hubungan timbal

balik. Hasilnya ditentukan berdasarkan keseimbangan antara faktor resiko,

kejadian dalam hidup yang menekan, dan faktor protektif Warner & Smith (dalam

Bernard, 1991). Selanjutnya, keseimbangan ini tidak hanya ditentukan oleh

jumlah dari faktor resiko dan faktor protektif yang hadir dalam kehidupan seorang

individu tetapi juga dari frekuensi, durasi, derajat keburukannya sejalan dengan

kemunculannya.

16

2.1.3.1 Faktor Risiko

Faktor risiko dapat berasal dari kondisi budaya, ekonomi, atau medis yang

menempatkan individu dalam risiko kegagalan ketika menghadapi situasi yang

sulit. Faktor risiko menggambarkan beberapa pengaruh yang dapat meningkatkan

kemungkinan munculnya suatu penyimpangan hingga keadaan yang lebih serius

lagi. Trait risiko merupakan predisposisi individu yang meningkatkan kelemahan

individu pada hasil negatif. Efek lingkungan, dimana lingkungan atau keadaan

dapat berhubungan atau mendatangkan risiko. Hubungan antar beberapa variabel

resiko yang berbeda akan membentuk suatu rantai risiko (Smokowski, 1998).

2.1.3.2 Faktor Protektif

Rutter (dalam Davis, 1999) menyatakan interaksi antara proses sosial dan

intrapsikis dapat memungkinkan seseorang untuk dapat menghadapi kesulitan dan

segala kumpulan tantangan kehidupan secara positif. Dyer dan McGuinness

(dalam Davis, 1999) menjelaskan resiliensi sebagai proses dinamik yang sangat

dipengaruhi oleh faktor protektif, dimana seseorang dapat bangkit kembali dari

kesulitan dan menjalani kehidupannya.

Di tambahkan juga bahwa faktor protektif merupakan setiap traits, kondisi

situasi yang muncul untuk membalikkan kemungkinan dari masalah yang

diprediksi akan muncul pada individu yang mengalami masalah (Segal, 1968;

Garmezy, 1991; Isacsoon, 2002). Rutter (dalam Davis, 1999) menyatakan faktor

protektif merupakan prediktor terkuat dalam mencapai resiliensi dan hal yang

memainkan peran kunci dalam proses yang melibatkan seseorang untuk berespon

17

dalam situasi sulit. Menurut Holaday & McPhearson (1997) beberapa faktor yang

mempengaruhi resiliensi yaitu:

a. Social support melibatkan pengaruh budaya, dukungan dari orang tua dan

komunitas dalam mempengaruhi resiliensi seseorang.

b. Cognitive skills termasuk didalamnya intelejensi, gaya menghadapi masalah,

menghindari menyalahkan diri sendiri, dan religiusitas.

c. Psychological resources termasuk didalamnya empati, rasa keingin

tahuan internal locus of control, cenderung mengambil hikmah dari setiap

permasalahan dan pengalaman hidup, dan selalu fleksibel ketika menghadapi

situasi yang sulit.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan faktor protektif yakni pada karakteristik

individu dengan menggunakan variabel prediktor tipe kepribadian HEXACO dan

meggunakan faktor-faktor dukungan sosial. Menurut Holaday & McPhearson

(1997) tipe kepribadian dan social support dalam hal ini memungkinkan

seseorang untuk dapat menghadapi kesulitan dan segala tantangan kehidupan

secara lebih positif dan menjadi lebih resiliensi dari kesulitan dan menjalani

kehidupannya dengan normal kembali.

2.1.4 Pengukuran resiliensi

Dari hasil membaca literatur tentang penelitian-penelitian mengenai resiliensi

menurut Ahern dkk (2006), peneliti memperoleh beberapa instrumen untuk

mengukur resiliensi, diantaranya yaitu:

1. Adolescent resilience scale (ARS) Alat ukur ARS ini memiliki 21 skala item

terdiri dari 5 poin skala model Likert (1-5). Terdapat tiga dimensi yaitu : novety

18

seeking, emotional regulation, positive future orientation. Alat ukur ARS ini

dikemukakan oleh Oshio, Kaneko & Nakaya (2003). Penelitian ini fokus pada

usia remaja yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa-siswi Jepang yang

terdiri dari 207 orang. 104 siswa laki-laki dan 103 siswi perempuan. dengan

rentang usia 19-23 tahun. Memiliki nilai reliabilitas internal konsistensi

sebesar (r=.72 to.75), total nilai validitas dengan koefesien alpha .85.

2. Resilience Scale for Adults (RSA) Resiliensi Scale for Adults ini memiliki 37

item, dengan metode skala semantik deferensial yang terdiri dari 5 poin. Alat

ukur ini dikemukakan oleh Friborg dkk (2003). RSA meliputi lima dimensi

yakni: personal competence, social competence, family coherence, social

support, dan persoanl structure. Skala ini lebih mempresentasikan protektif

faktor. Reliabilitas skala ini dari 0.67 to 0.90 internal konsistensi alpha

cronbarch.

3. Resilience Quotient (RQ). Alat ukur yang lain dikembangkan oleh Reivich dan

Shatte (2002) yaitu Resilience Quotient (RQ). Dalam skala ini terdapat 7 aspek

yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis penyebab

masalah, empati dan pencapaian.

4. Resilience Scale (RS) Selain alat ukur tersebut sebelumnya, alat ukur lain yaitu

Resiliensi Scale (RS) yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young (1993).

Alat ukur ini berusaha mengidentifikasi kriteria individual yang membangun

resiliensi, yaitu equanimity, perseverance, self-reliance, meaningfulness, dan

existential aloneness (Wagnild, 2010: Wagnild & Young, 1993).

19

Berdasarkan macam-macam pengukuran resiliensi tersebut, peneliti

menggunakan pengukuran resiliensi dengan alat ukur Adolescent Resiliensi Scale

yang dibuat oleh Oshio (2003). Alat ukur ini sesuai dengan teori dan sampel yang

penulis teliti yakni mengukur khusus resiliensi pada tingkat remaja

2.2 Tipe Kepribadian

2.2.1 Definisi kepribadian

Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individual sebagai sistem psikofisik

yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan (Allport, 1961). Menurut Pervin & Cervone (2010).Kepribadian

adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi

perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku. Feist & Feist (2008) mengungkapkan

kepribadian adalah pola sifat (watak) dan sebuah karakter unik, yang memberikan

konsisten sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang.

Berbagai definisi tentang kepribadian memiliki lima persamaan yaitu sebagai

berikut (Alwisol, 2009) :

a) Kepribadian bersifat umum, maksudnya kepribadian menunjuk kepada sifat

umum seseorang berupa fikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh secara

sistematik terhadap keseluruhan tingkah lakunya.

b) Kepribadian bersifat khas, maksudnya kepribadian dipakai untuk menjelaskan

sifat individu yang membedakan seseorang dengan orang lain, semacam

tandatangan atau sidik jari psikologi, dan bagaimana individu berbeda dengan

orang lain.

20

c) Kepribadian berjangka lama, maksudnya kepribadian dipakai untuk

menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat.

Perubahan kepribadian biasanya bersifat bertahap atau akibat merespon sesuatu

kejadian yang luar biasa.

d) Kepribadian bersifat kesatuan, maksudnya kepribadian dipakai untuk

memandang diri sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik

yang membentuk kesatuan dan konsistensi.

e) Kepribadian dapat berfungsi baik atau buruk, maksudnya kepribadian adalah

cara bagaimana orang berada di dunia. Berdasarkan beberapa penyataan para ahli

diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan karakteristik khas

yang membedakan setiap orang dan kecendrungan seseorang dalam proses

menyesuikan diri dengan lingkungan.

Berdasarkan

2.2.2 Dimensi kepribadian HEXACO

Aston dan Lee (2007) mengungkapkan bahwa kepribadian itu dapat

dikelompokan dalam enam kategori berikut ini:

a. Honesty-Humility (kejujuran-kerendahan hati) yaitu kecenderungan

individu untuk bersikap adil dan tulus dalam bekerja sama, dalam

bekerjasama dengan orang lain ia bisa saja dimanfaatkan tetapi ia tidak

terdorong untuk membalas dendam. Seseorang yang memilki level honesty-

humility yang tinggi memiliki kelebihan yaitu menurunnya resiko dimanfaatkan

oleh orang lain (Aston & Lee, 2007).

21

b. Emotionality (emosional) yaitu individu yang tidak hanya sebatas

dapat berempati tetapi juga dapat membentuk kedekatan emosional dengan

orang lain. Selain, itu juga menunjukan pribadi yang sering menolak dan senang

ditolong (Aston & Lee, 2007).

c. Extraversion (mudah bergaul) adalah individu yang menyenangi hal-

hal berbau sosial seperti bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan (Aston &

Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait Extraversion memiliki ciri

pribadi yang ramah, hangat dan asertif (Friedman & Schustack, 2008) serta

cenderung penuh kasih sayang, senang berbicara, dan menyenangkan (Feist &

Feist, 2010).

d. Agreeableness (mudah bersepakat) adalah individu yang mempunyai

kecenderungan untuk memaafkan dan toleran terhadap orang lain, dapat

bekerja sama dengan orang lain walau ia merasa telah dimanfaatkan.

Individu dengan skor tinggi memiliki sikap bertahan lama bekerjasama pada

orang lain dan resiko untuk dimanfaatkan orang lain (Aston & Lee, 2007).

Individu dengan skor tinggi pada trait agreeableness memiliki ciri pribadi

yang jujur, mudah percaya, suka menolong dan rendah hati (Friedman &

Schustack, 2008). Mereka yang memiliki skor rendah biasanya pelit, mudah

kesal, curiga dan penuh kritik terhadap orang lain (Feist & Feist, 2010).

e. Conscientiousness (terencana) adalah individu yang menyenangi hal-

hal yang berhubungan dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan

organisasi (Aston & Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait

conscientiousness memiliki ciri pribadi yang kompeten, hati-hati, tekun dan

22

ambisius (Friedman & Schustack, 2008) serta cenderung lebih terkontrol,

fokus pada pencapaian dan memiliki disiplin diri yang tinggi (Feist & Feist,

2010).

f. Openness to Experience (terbuka pada hal baru) adalah individu

yang suka dengan hal-hal berkaitan dengan ide seperti belajar, berfikir dan

imajinasi (Aston & Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait

openness to experience memiliki ciri pribadi yang imajinatif, estetis, toleran,

dan penuh keingintahuan intelektual (Friedman & Schustack, 2008).

Sebaliknya, mereka dengan skor rendah biasanya konvensional, rendah hati,

dan konservatif (Feist & Feist, 2010).

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian

kepribadian adalah keseluruhan cara individu bereaksi maupun berinteraksi

dengan individu lain yang dideskripsikan sebagai sifat dan dapat diukur.

2.2.3 Pengukuran kepribadian

1. HEXACO Personality Inventory Revised (HEXACO-PI-R) Alat ukur ini

dikembangkan oleh Aston dan Lee (2007) terdiri dari 60 item. HEXACO-

PI-R mengukur skor kepribadian yang diklasifikasikan dalam enam kategori

yaitu honesty-humility(H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness

(A), conscientiousness (C), dan openness to experience (O), Masing-masing

kategori diukur dengan sepuluh item berupa pernyataan-pernyataan yang

dihadirkan dalam skala Likert

2. Brief HEXACO Invertory (BHI) Alat ukur ini di kembangkan oleh deVries,

R.E (2013) terdiri dari 24 item yang mengembangkan alat ukur dari HEXACO-

23

PI-R 60 item Asthon & Lee (2007). Masing-masing kategori HEXACO diukur

dengan 4 item berupa pernyataan-pernyataan yang dihadirkan dalam skala

Likert.

Peneliti menggunakan alat ukur Brief HEXACO Inventory (BHI) ini

dikarenakan alat ukur ini lebih efektif untuk digunakan dengan item hanya 24

serta item BHI ini mengukur aspek kepribadian secara kompleks dibandingkan

dengan alat ukur kepribadian yang lain dan juga untuk mengetahui pengaruh pada

aspek honesty-humality karena pada penelitian sebelumnya belum banyak diukur

sebagai tipe kepribadian yang menjadi prediktor terhadap resiliensi.

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian dukungan sosial

Dukungan sosial adalah salah satu istilah untuk menerangkan bagaimana

hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik

pada individu. Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan social support sebagai

kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga

individu tersebut. Menurut Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial adalah

informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai,

diperhatikan, memiliki harga diri dan bernilai serta merupakan bagian dari

jaringan komunikasi dan kewajiban bersama yang berarti saling dibutuhkan yang

didapat dari orang tua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman,

hubungan sosial dan komunikasi.

Meskipun telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan

sosial dengan kesehatan mental dan fisik, namun usaha yang dilakukan untuk

24

lebih memahami mekanisme spesifik yang menghubungkan aspek dukungan

sosial dan kesehatan masih sangat terbatas Sarason & Gurung (dalam Haber dkk,

2007).

Cohen dkk (1985) membedakan dukungan sosial menjadi beberapa

bentuk yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial. Cohen dkk

(1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang

diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul

oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila

terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah

dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta

mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi

respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan

individu secara umum.

Sebagai usaha untuk menjelaskan hubungan antara keduanya, sebagian

besar penelitian yang dilakukan saat ini menjelaskan dukungan sosial menjadi dua

konstruk, yaitu received social support dan perceived social support (Heller &

Swindle, 1983; Vaux, Riedel, & Stewart, 1987). Pengukuran terhadap received

social support dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang diberikan

kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan pengukuran terhadap

persepsi dukungan sosial dilakukan untuk menilai persepsi penerima mengenai

keberadaan dukungan secara umum dan/atau kepuasan secara keseluruhan

terhadap dukungan yang diberikan (Sarason, 1990).

25

Persepsi dukungan sosial Wills (dalam Taylor dkk, 2004) mendefinisikan

social support sebagai persepsi atau pengalaman seseorang bahwa ada orang lain

yang mencintai dan memperhatikan dirinya, menghargai dan menganggapnya

bernilai, serta merupakan bagian kelompok sosial tertentu yang saling berbagi

dukungan dan tanggung jawab. Sarason (1983) mengemukakan bahwa persepsi

dukungan sosial dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa ada

dukungan sosial yang tersedia ketika dibutuhkan dan dukungan tersebut

diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur.

Berdasarkan kedua definisi tersebut peneliti melihat bahwa persepsi

dukungan sosial merupakan ada atau tidaknya dukungan sosial yang hanya dapat

ditentukan oleh bagaimana penerima sumber daya mempersepsikannya sebagai

dukungan atau tidak. Selain itu, berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh

Wills (dalam Taylor dkk, 2009) peneliti menangkap bahwa dukungan sosial

bukanlah sebuah proses pemberian dukungan yang satu arah, melainkan saling

bertukarnya dukungan. Dengan kata lain, seseorang akan mempersepsikan bahwa

dirinya didukung jika ada orang lain yang membutuhkan dukungan dari dirinya.

Cara pengukuran dukungan sosial menurut Sarason dkk (1987), ada tiga bentuk

pengukuran dukungan sosial yaitu : Social Embeddedness, Social Enacted,

Perceived Social support

Bentuk pengukuran dengan melihat enacted social support dan embedded

social support memiliki keterbatasan. Individu yang dihadapkan pada kesulitan

hidup yang lebih besar tentu akan dilihat menerima dukungan sosial yang lebih

besar daripada individu dengan kesulitan yang relatif lebih kecil. Mereka yang

26

mampu menghadapi situasi yang sulit akan menjadi penerima dukungan sosial

yang lebih kecil. Hal tersebut tidak dapat mencerminkan kecukupan kualitas

dukungan yang diterima oleh tiap individu (Sarason, 1987).

Berbeda dengan kedua pengukuran tersebut, pengukuran dengan

berdasarkan pada persepsi dukungan sosial menganggap bahwa dukungan yang

dirasakan individu memang benar-benar ditemukan dalam diri mereka.

Pengukuran dengan cara ini lebih mampu mengindikasikan penyesuaian yang

baik pada diri individu (Sarason dkk, 1987).

Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan persepsi

dukungan sosial karena peneliti berasumsi bahwa tidak semua sumber daya yang

diberikan kepada seseorang akan dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh

orang tersebut. Asumsi ini dipertegas oleh pernyataan Thoits (dalam Taylor dkk,

2004) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh anggota jaringan

sosial dapat berbeda dengan yang dibutuhkan, sehingga gagal dalam memenuhi

kebutuhan dari penerima Selain itu, beberapa penelitian lainnya menyatakan

bahwa persepsi terhadap dukungan yang dibnerikan lebih bermanfaat

dibandingkan dukungan sosial yang sebenarnya diterima. Hal tersebut dapat

dijelaskan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shumaker dan Hills

(dalam Taylor dkk., 2004) yang menyatakan bahwa terlalu banyak mendapatkan

dukungan sosial yang sebenarnya tidak dibutuhkan dapat memperburuk stres yang

dialami. Oleh sebab itu, pada subbab berikutnya peneliti akan menjelaskan secara

lebih rinci mengena persepsi dukungan sosial.

27

Taylor, Sherman, dan Kim (2004) menjelaskan bahwa persepsi terhadap

ketersediaan dukungan sosial sering kali lebih bermanfaat dibandingkan dengan

dukungan sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya dukungan sosial

yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dapat memperburuk stres. Bolger dkk

(dalam Taylor dkk, 2004) menemukan bahwa ketika seseorang membutuhkan

bantuan orang lain saat mengalami situasi yang sulit, pencarian dukungan sering

kali dapat menjadi hal lain yang menyebabkan stres. Hal tersebut terjadi karena

memperlihatkan kebutuhan individu terhadap orang lain dapat menurunkan harga

diri, dan atau memunculkan hutang budi atas sumber daya, seperti waktu dan

perhatian, yang diberikan oleh orang lain.

Penelitian Sarason (1987) menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial

cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan

individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, social desirability, rasa malu, dan

kesepian. penilaian dukungan oleh individu penerima juga mempengaruhi. Sejalan

dengan hal ini, Sarafino (1997) mengemukakan bahwa efektivitas dukungan

tergantung dari penilaian individu. Dukungan akan menjadi efektif apabila

dukungan tersebut dinilai adekuat oleh individu penerima. Berdasarkan penjelasan

tersebut, dalam penelitian ini digunakan bentuk pengukuran dukungan sosial

dengan melihat penerimaan dukungan sosial oleh individu (persepsi dukungan

sosial).

2.3.2 Dimensi persepsi dukungan sosial

Berikut ini peneliti akan menjabarkan secara rinci mengenai aspek-aspek

pengukuran singkat yang dirancang untuk mengukur persepsi dukungan sosial

28

berdasarkan tiga sumber dari (Zimmet, 1987) yaitu kelurga, teman, dan seseorang

yang spesial (significant others):

1. Keluarga : Montgomery dan Côté (dalam Papalia, Olds, Feldman, 2009)

menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor

utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang

tinggal bersama orangtua ataupun yang tinggal terpisah dengan orangtuanya.

2. Teman Pertemanan atau persahabatan : merupakan hal yang sangat

penting bagi dewasa muda. Seseorang yang memiliki teman cenderung lebih

sejahtera; karena dengan memiliki teman dapat membuat seseorang

menganggap dirinya baik atau seseorang yang menganggap dirinya baik

cenderung lebih mudah untuk menciptakan pertemanan Myers (dalam Papalia

dkk, 2007).

3. Significant Others atau seseorang yang spesial: Dalam penelitian ini

significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap

berperan penting dalam kehidupan seseorang. Zimmet dan Canty-Mitchell

(2000) menyatakan bahwa dimensi seseorang yang spesial (signifikan others)

relevan pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan tersebut memang

sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga banyak dipengaruhi

oleh orang dewasa tidak termasuk keluarganya.

2.3.3 Bentuk dukungan sosial

House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial ke dalam empat bentuk,

yaitu : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

29

dukungan informatif. Akan tetapi Zimmet (dalam Lopez & Cooper, 2011) hanya

meliputi emotional support dan instrumental support

1. Dukungan emosional : mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi

dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan

untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif

sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu

merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi

berbagai tekanan dalam hidup mereka.

2. Dukungan instrumental : mencakup bantuan langsung, seperti memberikan

bantuan berupa uang, barang, dan sebagainya.

2.3.4. Pengukuran dukungan sosial

Zimmet, et al (1998) dalam jurnalnya “the multidimentional of perceived social

support” MPSS menuliskan instrument pengukuran dukungan sosial yang berupa

skala, yang disebut dengan multidimentional scale of perceived social support.

Skala ini terdini dari 12 item setiap pernyataan terdapat 7 pilihan respon dengan

bentuk dukungan emosional dan instrumental. Dengan menekankan tiga sumber

persepsi dukungan sosial yakni keluarga, teman dan orang spesial. Dikembangkan

dalam bahasa inggris dan spanyol. Total reliabilitas >= .85.

Cutrona dan russell (1984) dalam jurnalnya “the provisions of social

relationship and adaptation to stress” menuliskan skala dukungan social yang

disebut dengan social provisions scale. Skala ini terdiri dari 24 item, dimana

terdapat 4 pilihan respon pada setiap pernyataan.

30

Penelitian ini ingin melihat gambaran persepsi korban bullying tentang

dukungan sosial yang diterima dari keluarga, teman, dan seseorang yang spesial

yang menjadikan mereka mampu resilien. Oleh sebab itu, peneliti memilih

menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social support

(MSPSS) yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimmet pada tahun 1988. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan skala MPSS dari skala Zimmet (1998) karena

pada dimensi skala ini sesuai dengan teori.

2.4 Kerangka Berpikir

Bullying di pesantren merupakan perilaku bermasalah di kalangan remaja, yang

sangat berpengaruh terhadap prestasi sekolah, keterampilan prososial, dan

kesejahteraan psikologis bagi korban dan pelaku. Resiliensi (ketahanan)

memainkan peran penting dalam memahami proses penyesuaian psikologis

individu. setiap orang mampu untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan

hambatan dalam hidupnya.

Ketika seseorang mampu untuk resilien mereka akan cepat kembali pada

kondisi sebelum ia mengalami kejadian negatif yang menyebabkan keterpurukuan

dan akan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehudupan yang negatif.

Individu yang tidak memiliki resiliensi maka dalam menyikapi suatu masalah

cenderung putus asa, mudah stress karena kemampuannya kecil serta tidak

memiliki visi dan keyakinan untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik.

Untuk itu penelitian resiliensi korban bullying sangat penting.

Selain mengetahui manfaat dari resiliensi, penting untuk mengetahui

berbagai faktor yang memengaruhi resiliensi korban bullying di pesantren.

31

Banyak penelitian yang telah berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses

resiliensi itu terjadi dan hal apa saja yang dapat memengaruhinya. Dalam

penelitian ini peneliti mengangkat dua independent variabel pokok yaitu tipe

kepribadian dan persepsi dukungan sosial. Dua variabel ini mewakili faktor

internal dan external yang mempengaruhi resiliensi.

Faktor internal yang pertama yang dapat membentuk resiliensi adalah tipe

kepribadian. Secara keseluruhan kepribadian memiliki fungsi sebagai penentu

sikap dan perilaku seseorang, termasuk untuk dapat bertahan dalam kondisi

yang buruk atau resilien. Teori kepribadian oleh Ashton dan Lee (2007)

dengan enam dimensi kepribadian yaitu honesty-humility (H), emotionality

(E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness(C), dan openness to

experience (O) dipilih karena klasifikasi kepribadian HEXACO telah dilengkapi

dengan dimensi-dimensi yang mengukur tingkat altursm dan empati seseorang,

yakni pada dimensi honesty-humanity dimana kedua hal itu memiliki korelasi

terhadap resiliensi.

Dalam (Nakaya, 2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian Big Five

Personality memiliki hubungan yang signifikan terhadap resiliensi, ditambah

dengan analisis cluster yang mengklasifikasikan tipe kepribadian big-five

memiliki kaitan yang signifikan terdalap aspek-aspek resiliensi dalam alat ukur

adolescent resiliensi scale oleh (Oshio, 2003).

Dalam penelitia ini Peneliti berharap untuk dapat meneliti aspek honesty-

humality yang sebelumnya belum banyak diteliti. Pada dimensi Honesty-humanity

dimana kedua hal itu memiliki korelasi terhadap resiliensi. Aspek ini

32

menjelaskan adanya sifat tulus, adil, sederhana dan empati. Menurut Reivich &

Shate (2002) rasa empati dan ketulusan merupakan kompetensi sosial dan

hubungan positif dengan lingkungan yang berkorelasi terhadap keberhasilan

beradaptasi pada tekanan tertetu.

Selain itu penelitian Nakaya (2006) menjelaskan aspek Exstraversion

berkorelasi positif terhadap keseluruhan dimensi resiliensi. Lebih signifikan lagi

pada dimensi novelty seeking. Artinya orang yang berjiwa sosial, pandai bergaul,

aktif dan berani akan memiliki tingkat resilien yang tinggi pula.

Aspek Emotionaly pada tipe kepribadian HEXACO hampir sama dengan

aspek Neuroticism pada Big five hanya perbedaan istilah. Pada penelitian Nakaya

(2006) aspek Neuroticim berkorelasi negatif terhadap resiliensi bahkan keseluruh

dimensi resiliensi. Ketika seseorang menjadi penakut, mudah untuk cemas,

mudah gugup, sentimental, impulsif atau dapat dikatakan neuroticsm nya tinggi

maka akan memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Aspek conscientiousness

berkorelasi positif terhadap keseluruhan dimensi Adolescent Resiliensi Scale.

Pada karakteristik yang cenderung terorganisir, tekun, perfeksionis, dan

memiliki orientasi terhadap tugas / pencapaian akan mempengaruhi tingkat

resiliensi yang tinggi.

Aspek Openess to experience secara keseluruhan berkorelasi positif juga

terhadap semua dimensi resiliensi dan lebih signifikan pada dimensi novelty

seeking dan dimensi positive future orientation. Artinya orang yang kreatif,

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, akan memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.

33

Selain faktor internal terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi

resiliensi yakni persepsi dukungan sosial. Teori persepsi dukungan sosial ini

menganggap bahwa dukungan yang dirasakan individu memang benar-benar

ditemukan dalam diri mereka. Pengukuran dengan cara ini lebih mampu

mengindikasikan penyesuaian yang baik pada diri individu.

Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan persepsi

dukungan sosial karena peneliti berasumsi bahwa tidak semua sumber daya yang

diberikan kepada seseorang akan dipersepsikan sebagai dukungan sosial oleh

orang tersebut. Dari hasil penelitian Bowes (2010) menyatakan bahwa family

support sangat berpengaruh terhadap anak korban bullying. Sedangkan yang di

terapkan di pesantren adalah sikap kemandirian yang mana untuk bertemu dengan

orang tua saja terdapat batasan dan anak cenderung menghabiskan waktu

berinteraksi dengan teman atau pun pengurus di pondok pesantren. Untuk itu

menarik untuk meneliti apakah faktor yang lebih berpengaruh terhadap resiliensi

korban bullying di pesantren. Apakah orang tua, teman atau orang spesial.

Manfaat dukungan sosial bagi resiliensi korban bullying pada umumnya

mempersepsikan individu terhadap dukungan yang tersedia dapat merefleksikan

keadaan yang relatif stabil serta penerimaan yang bersifat umum. Pada dasarnya

lingkungan sekitar yang bersifat mendukung dalam kehidupan sehari-hari dapat

menimbulkan dua hal yakni Menurunkan tingkat kecemasan individu dan

Meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance) untuk itu dukungan sosial

pada umumnya dapat memperkuat ketahanan untuk menghadapi stres.

34

Pembahasan tersebut ialah berbagai faktor yang memengaruhi

perilaku seseorang dalam prilaku resiliensi. Selanjutnya, peneliti ingin meneliti

apakah faktor tipe kepribadian HEXACO, persepsi dukungan sosial memiliki

pengaruh terhadap resiliensi dan faktor mana yang memiliki pengaruh paling

besar yang memunculkan resiliensi korban bullying di pesantren.

Tipe kepribadian

HEXACO

Gambar 2.1 skema tipe kepribadia HEXACO dan persepsi dukungan sosial

terhadap resiliensi.

emotionality

Honesty-humanity

Opennes to

experience

conscientiousness

agreeableness

extraversion

persepsi dukungan sosial

Family

friend

Significant others

Resiliensi

35

2.5 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tinggi rendahnya resiliensi

yang merupakan dependent variable bergantung pada tinggi rendahnya skor pada

independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Bunyi hipotesis mayornya yaitu “ada pengaruh yang signifikan dari tipe

kepribadian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,

agreeableness, conscientiousness, openness) dan persepsi dukungan sosial

(family, friend, significant others) terhadap resiliensi santri korban bullyying di

Pondok Pesantren Sunan Drajat

Ha1: Ada pengaruh signifikan honesty-humility pada tipe kepribadian

HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha2: Ada pengaruh signifikan emotionality pada tipe kepribadian HEXACO

terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha3: Ada pengaruh signifikan extraversion pada tipe kepribadian HEXACO

terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha4: Ada pengaruh signifikan agreeableness pada tipe kepribadian HEXACO

terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha5: Ada pengaruh signifikan conscientiousness pada tipe kepribadian

HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha6: Ada pengaruh signifikan openness to experience pada tipe kepribadian

HEXACO terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha7: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial keluarga terhadap

resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

36

Ha8: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial teman terhadap

resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

Ha9: Ada pengaruh signifikan persepsi dukungan sosial orang spesial

terhadap resiliensi korban bullying di Pesantren Sunan Drajat

37

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang pendekatan dan metode penelitian, populasi

dan sampel, variable penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik

pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.

Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-

masing variable independen terhadap resiliensi. Pendekatan yang digunakan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana

temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat statistik.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan satuan yang diteliti. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah santri korban bullying di pondok pesantren yang berada di

Sunan Drajat Lamongan.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Ukuran sampel dalam

penelitian ini berdasarkan pada rumus yang dibuat oleh Roscoe (dalam Sugiyono,

2011) yaitu 10 kali jumlah variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini

sebanyak 9 sehingga jumlah sampel minimal adalah 90. Dalam penelitian ini,

peneliti mengumpulkan data yang berjumlah 186 orang responden yang artinya

jumlah sampel dalam penelitian ini telah lebih dari jumlah minimal. Penetapan

jumlah sampel tersebut diseuaikan dengan kemampuan peneliti berdasarkan

pertimbangan waktu dan kendala dalam penelitian ini.

38

3.1.3 Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah

purposive sampling, yang artinya sampel yang diambil dalam populasi disesuaikan

dengan kriteria yang telah ditentukan. Tidak semua anggota dalam populasi bisa

menjadi sampel penelitian.

3.2 Variabel Penelitian

Dependent variable (variabel terikat) ialah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Dependent variabel dalam

penelitian ini adalah Resilensi. Independent variable (variabel bebas) adalah

variabel yang memengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri.

Independent variable dalam penelitian ini adalah dimensi dari tipe kepribadian

HEXACO dan dimensi dari persepsi dukungan sosial.

1.) Resiliensi adalah cara bertahan, menanggulangi beradaptasi dan bangkit

kembali terhadap kejadian negatif (Oshio, 2003). Resiliensi dihasilkan dari skor

yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan rating skala model yang

terdiri dari point 5 menunjukan ya dan point satu tidak. yang meliputi tiga aspek

menurut Oshio (2003), yaitu: Novelty Seeking, Emotional Regulation dan Positive

Future Orientation

a. Novelty Seeking adalah kemampuan untuk menunjukkan minat dan

perhatian tentang beragam peristiwa. Ini termasuk sifat kepribadian yang

terkait dengan aktivitas eksplorasi sebagai respons terhadap rangsangan

baru.

39

b. Emotional Regulation adalah sifat individu yang menunjukkan ketenangan

dan kontrol emosi internal mereka.

c. Positive Future Orientation adalah Orientasi Masa Depan Positif yang

menyangkut pendekatan untuk pandangan, mimpi, dan tujuan di masa

depan.

2.) Kepribadian adalah Kepribadian model HEXACO merupakan alternatif

dari Big-Five Factors. Model baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya.

(Ashton & Lee, 2007). Skor yang diperoleh dari hasil pemgukuran enam dimensi

yaitu honesty-humility (H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness

(A), conscientiousness (C), dan openness to experience (O) yang masing–

masing diukur oleh empat item,

a. Honesty-Humility (kejujuran-kerendahan hati) yaitu kecenderungan

individu untuk bersikap adil dan tulus dalam bekerja sama, dalam

bekerjasama dengan orang .

b. Emotionality (emosional) yaitu individu yang tidak hanya sebatas

dapat berempati tetapi juga dapat membentuk kedekatan emosional

dengan orang lain. Selain, itu juga menunjukan pribadi yang sering

menolak dan senang ditolong (Aston & Lee, 2007).

c. Extraversion (mudah bergaul) adalah individu yang menyenangi hal-

hal berbau sosial seperti bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan

(Aston & Lee, 2007).

d. Agreeableness (mudah bersepakat) adalah individu yang mempunyai

kecenderungan untuk memaafkan dan toleran terhadap orang lain,

40

dapat bekerja sama dengan orang lain walau ia merasa telah

dimanfaatkan

e. Conscientiousness (terencana) adalah individu yang menyenangi hal-

hal yang berhubungan dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan

organisasi (Aston & Lee, 2007).

f. Openness to Experience (terbuka pada pengalaman baru) adalah

individu yang suka dengan hal-hal berkaitan dengan ide seperti belajar,

berfikir dan imajinasi (Aston & Lee, 2007).

3.) Persepsi dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan seseorang yang

diukur dengan disertakannya persepsi emosional misalnya, peduli dengan

perasaan individu dan dukungan instrumental seperti membantu membuat

keputusan dan juga memeriksa dukungan tersedia & dukungan yang benar-benar

diterima, tidak terikat pada batas waktu tertentu (Zimmet 1987). Skor yang

diperoleh dari hasil pengukuran tiga sumber dukungan sosial yaitu keluarga,

teman dan orang spesial.

a. Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-

masing dan menciptakan serta mempertahankan budaya (Bailon,1978)

b. Teman Pertemanan atau persahabatan merupakan sebuah hubungan yang

kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarekteristikan dengan

kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi (Shaffer, 2005)

41

c. Significant Others atau seseorang yang spesial: Dalam penelitian ini

significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap

berperan penting dalam kehidupan seseorang. Zimmet dan Canty-Mitchell

(2000) menyatakan bahwa dimensi seseorang yang spesial (signifikan

others) relevan pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan

tersebut memang sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga

banyak dipengaruhi oleh orang dewasa tidak termasuk keluarganya.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kuesioner . kuesioner disusun dengan menggunakan model skala Likert. Skala

digunakan karena melihat responden yang jumlahnya besar dan dapat

mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia, tujuan penggunaan skala ini adalah

untuk memperoleh data mengenai tipe kepribadian, dukungan sosial dan

resiliensi.

Penyusunan alat ukur ini menggunakan skala Likert, dimana skala

tersebut menggunakan pernyataan tertutup yaitu pernyataan yang pilihan

jawabannya tersedia, partisipan mengisi dengan cara memberikan tanda berupa

checklist (√), skala Likert berisi sejumlah item pertanyaan yang harus dijawab

oleh setiap partisipan dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban,

yakni sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS).

42

Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang

dipilih sesuai dengan jenis pertanyaan yakni favorable atau unfavorable. Untuk

pernyataan favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri SS = 4, S = 3, TS = 2,

STS =1, sementara pada pernyataan unfavorable skor bergerak sebaliknya dari

kiri ke kanan SS = 1, S = 2, TS = 3, STS =4. Jika digambarkan dalam bentuk tabel

sebagai berikut

Tabel 3.1 Skor untuk setiap pernyataan pada skala

3.3.2 Instrumen pengumpulan data

1. Skala Resiliensi

Instrumen dalam alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi adalah

mengadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Oshio yakni Adolescent

Resiliensi Scale (ARS). dengan dimensinya yaitu Novelty Seeking, Emotional

Regulation dan Positive Future Orientation. Blue Print skala resiliensi ditujukan

pada tabel 3.2.

Alternatif Jawaban Favorable (+) Unfavorable (-)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

43

Tabel 3.2 Blueprint skala resiliensi

No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

1. Mencari

kebaruan Menunjukkan minat dan perhatian

tentang beragam peristiwa. Mencari tangtangan baru Tertarik dengan hal unik Mencari tau banyak hal Menunjukan sifat kepribadian terkait

dengan aktivitas eksplorasi

1,2, 3,

4

5, 6, 7 7

2. Regulasi

emosi Merasa tenang dalam kondisi sulit

Mengendalikan emosi

Tekun

Mampu menanggung kesengsaraan

Memiliki prilaku stabil

8,9, 10,

11

12, 13,

14, 15,

16

9

3. Orientasi

positif pada

masa depan

Berjuang untuk masa depan

Memiliki tujuan yang jelas

Merencanakan hal positif

Yakin dengan kebaikan yang akan

datang

17,18,

19,20,2

1

5

Jumlah item 13 8 21

2. Skala tipe kepribadian HEXACO

Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti mengadaptasi

dari Brief HEXACO Inventory (BHI) Alat ukur ini di kembangkan oleh deVries,

R.E (2013) terdiri dari 24 item. Masing-masing kategori HEXACO diukur

dengan model 4 item berupa pernyataan-pernyataan yang dihadirkan dalam skala

Likert.

Blueprint alat ukur tipe kepribadian HEXACO ditunjukan pada tabel 3.3

44

Tabel 3.3 Blueprint skala tipe kepribadian HEXACO

No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

1. Honesty-Humility Ketulusan

Keadilan

Sederhana

Kesopanan

6,

12.18.24

4

2. Emotionality Rasa Takut

Kecemasan

Ketergantungan

Sentimentalitas

5,11, 23 17 4

3. Extraversion Harga Diri Sosial

Keberanian Sosial

Pergaulan

Keaktifan

10, 16, 4, 22

4

4. Agreeableness Pengampunan

Kelembutan

Fleksibilitas

Kesabaran

15,21 3,9 4

5. Conscientiousness Organisasi

Ketekunan

Perfeksionisme

Kehati-hatian

2, 14, 20 8 4

6. Openness to

Experience

Apresiasi Estetika

Keingintahuan

Kreatif

Tidak konvensional

1, 13, 19 7 4

Jumlah item 14 10 24

3. Skala persepsi dukungan sosial

Instrumen dalam alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi dukungan

sosial adalah mengadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Zimmet

(1987) yakni Multidimentional scale of perceived social support. dengan tiga

sumber yaitu friend, family dan significant other. Blue Print skala resiliensi

ditujukan pada tabel 3.4

45

Tabel 3.4 Blueprint skala ukur persepsi dukungan sosial

No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

1. Dukungan

keluarga Mampu mengkomunikasikan masalah.

Merasakan bantuan dalam mengambil

keputusan

Merasakan dukungan emosional

Mampu mengandalkan teman dalam

situasi sulit

3, 8, 11

4

4

2. Dukungan

teman Merasakan bantuan dari teman

Memperoleh strategi coping yang efektif

Berbagi kesulitan bersama teman

6, 7

12

9

4

3. Dukungan

orang spesial Merasa dihargai dan dipercaya

Merasa orang lain bisa nyaman berada

bersaa individu

Mampu berbagi senang dan duka

2, 10

1, 5

4

Jumlah item

2 12

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA

(Confirmatory Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang

spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu

faktor, dan (c) faktor-faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam CFA

diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran

variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik

menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a)

langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai

cara. Adapun logika dasar dari CFA adalah sebagai berikut:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang

didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan

46

atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,

sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis

terhadap respon (jawaban atas item-itemnya).

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja atau

memberi informasi tentang faktor tersebut saja atau dengan kata lain

bersifat unidimensional. Sebagai contoh, suatu konstruk psikologis

yang disebut kemampuan berpikir analogis.

3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir diatas, dapat disusun untuk

sehimpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat

digunakan untuk memprediksi (dengan menggunakan data yang

tersedia) matriks korelasi antar item (yang seharusnya diperoleh), jika

korelasi antar item tersebut (unidimensional) benar. Matriks korelasi

ini dinamakan sigma (∑). Kemudian, matriks ini akan dibandingkan

dengan matriks korelasi yang diperoleh secara empiris dari data

(disebut matriks S). Jika teori tersebut benar (unidimensional), maka

seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara elemen matriks ∑

dengan elemen matriks S. secara matematis dapat dituliskan: S - ∑ = 0.

4. Pernyataan matematis inilah yang dijadikan hipotesis nihil yang akan

dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji

signifikansi dengan Chi-square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak

signifikan (nilai p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

nilai yang menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan

∑” adalah tidak ditolak (diterima). Artinya, teori yang menyatakan

47

bahwa seluruh item mengukur hanya satu faktor, dapat diterima

kebenarannya (didukung oleh data). Sebaliknya, jika nilai Chi-square

yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S - ∑ = 0 ditolak.

Artinya, teori tersebut tidak didukung oleh data (ditolak). Dengan

kata lain, analisis faktor konfirmatori dalam hal ini adalah pengujian

terhadap hipotesis nihil (Ho) : S - ∑ = 0. Artinya, tidak ada perbedaan

antara matriks korelasi yang diperoleh dari hasil observasi.

5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya adalah menguji

hipotesis tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam

mengukur apa yang hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan

ttest. Jika nilai t signifikan, berarti item yang bersangkutan adalah

signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Dengan cara seperti

ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak valid didalam

konteks validitas konstruk.

6. Kemudian akan ditentukan item yang di-drop. Item harus di-drop

jika memiliki t-value -1,96 ≤ t ≤ 1,96, karena itu menandakan bahwa item

tidak valid. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga

di-drop karena mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang

didefinisikan. Item dapat juga di-drop jika residualnya (kesalahan

pengukuran) berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya,

karena item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak

diukur.

48

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan

software LISREL 8.70 (Joreskog & Sorbom, 1999). Uji validitas tiap alat

ukur akan dipaparkan pada sub bab berikut.

3.4.1 Uji validitas kostruk resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini terdiri dari 21 item yang diujikan kepada 300

subyek penelitian. Tetapi hanya 186 yang tersaring dalam penelian ini. Peneliti

melakukan uji validitas dengan model CFA first order yaitu perhitungan data

CFA model satu faktor. Dari variabel ini diperoleh skor perhitungan awal dengan

chi-square=681.35 df=189, Pvalue=0,0000 dan RMSEA=0,119. Dengan P-value

0,0000 (< 0,05) artinya model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi terhadap

model, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi, dan menghapus

item yang tidak baik (memiliki faktor loading bermuatan negatif) dan tidak

signifikan (t<196). Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka diperolah

nilai dengan chi-square=236 df=151 P-value= 0.0001 dan RMSEA= 0.055.

Dengan demikian item-item yang ada pada variabel resiliensi ini hanya mengukur

satu faktor saja, yaitu resiliensi.

49

Tabel 3.5 Muatan faktor item-item resiliensi

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

0.58

0.40

0.43

0.63

0.23

0.06

0.20

0.16

0.38

0.55

0.50

0.12

0.21

0.23

0.28

0.22

0.64

0.74

0.97

0.78

0.64

0.06

0.07

0.06

0.07

0.06

0.06

0.06

0.07

0.06

0.07

0.06

0.07

0.07

0.06

0.07

0.06

0.06

0.07

0.06

0.06

0.07

8.98

5.31

6.61

9.51

3.67

0.96

3.05

2.50

5.94

7.96

7.73

1.77

2.92

3.56

4.25

3.44

10.26

11.16

15.54

12.60

9.57

X

X

Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan

Pada tabel 3.5 ditampilkan 21 item yang bermuatan positif dan signifikan

juga terdapat item yang tidak signifikan maka pada item nomor 6 dan 12 harus di

drop. Semua item pada variabel ini telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan

setelah model fit.

3.4.2 Uji validitas konstruk kepribadian honesty-humility

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur honesty-humility. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor langsung dinyatakan fit

dengan Chi–Square = 1.82 ; df = 2, P-value= 0.40095, RMSEA = 0.000. Nilai

50

Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05, yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu honesty-humility. Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi

item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu,

perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.6

Muatan faktor item-item tipe kepribadian (honesty-humility)

Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.15

0.36

0.73

0.31

0.10

0.13

0.22

0.12

1.46

2.80

3.30

2.62

X

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan (t

>1,96) dan sembilan item yang memiliki koefisien bermuatan positif. Namun pada

item 1 nilai t < 1,96 sehingga item 1 perlu di-drop.

3.4.3 Uji validitas konstruk emotionality

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur emotionality. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung fit, dengan Chi–Square=

3.08 ; df =2; P-value = 0.21444; RMSEA = 0.054. Meskipun nilai RMSEA >

0.05 tetapi jika nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 artinya model

51

dengan satu faktor (unidimensional) tetap dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu emotionality. Peneliti selanjutnya melihat

apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur atau

tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor

dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Muatan faktor item-item tipe kepribadian (emotionality) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.49

0.60

0.24

0.11

0.17

0.20

0.11

0.11

2.93

3.03

2.21

1.09

X

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan (t >1,96)

dan bermuatan positif .Namun pada item 4 nilai t < 1,96 sehingga item ini perlu

di-drop.

3.4.4 Uji validitas kostruk extravertion

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur extraversion. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 6.43 ;

df = 2 ; P-value = 0,04022 ; RMSEA = 0,109. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model

52

fit dengan Chi–Square = 0.40 ; df = 1 ; P-value = 0,52748 ; RMSEA =

0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian

hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8

berikut:

Tabel 3.8

Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Extravertion) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.32

0.10

0.96

0.35

0.12

0.08

0.28

0.12

2.73

1.27

3.37

2.81

X

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu

item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 2. Dengan

demikian item 2 perlu di-drop.

3.4.5 Uji validitas kostruk agreeableness

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur agreeableness. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung fit, dengan Chi–

53

Square = 4.13 ; df =2 ; P-value= 0,12703 ; RMSEA = 0,076. Nilai Chi–Square

menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu agreeableness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Agreeableness)

Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.41

0.53

0.25

0.71

0.09

0.10

0.09

0.12

4.36

5.15

2.69

5.97

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada sembilan item dengan koefisien bermuatan positif. Dengan demikian item

tidak ada yang perlu di-drop.

3.4.6 Uji validitas kostruk conscientiousness

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan

54

Chi–Square = 8.24 ; df =2 ; P-value = 0,01621, RMSEA = 0,130. Oleh karena

itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi–Square= 1.12 ; df = 1 ; P-value= 0,28974;

RMSEA = 0,026. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.10 berikut

Tabel 3.10

Muatan faktor item-item tipe kepribadian (Conscientiousness) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.23

0.23

-0.74

0.60

0.09

0.09

0.16

0.14

2.49

2.52

-4.66

4.43

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item

ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item

tidak ada yang perlu di-drop.

55

3.4.7 Uji validitas kostruk oppenness to experience

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur openness to experience. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =

15.49; df =2, P-value = 0,00043; RMSEA = 0,191. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi–Square= 0,56 ; df = 1 ; P-value= 0,45568 ; RMSEA = 0,000. Nilai

Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu openness to experience.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Muatan faktor item tipe kepribadian (Openness to Experience) Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.08

0.47

0.87

0.37

0.08

0.11

0.17

0.10

0.92

4.29

5.20

3.82

X

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

56

Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu

item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 1. Dengan

demikian item 1 perlu di-drop.

3.4.8 Uji validitas konstruk dukungan teman

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur dukungan teman. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan

Chi–Square = 7.33 ; df =2 ; P-value = 0,02558, RMSEA = 0,120. Oleh karena

itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi–Square= 0.06 ; df = 1 ; P-value= 0,81282;

RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.12 berikut:

57

Tabel 3.12

Muatan faktor item dukungan teman Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.44

0.59

0.63

0.74

0.09

0.08

0.09

0.09

4.98

7.05

7.32

8.41

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.12 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item

ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item

tidak ada yang perlu di-drop.

3.4.9 Uji validitas kostruk dukungan keluarga

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur dukungan keluarga. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–

Square = 23.17; df =2, P-value = 0,00001; RMSEA = 0,239 Oleh karena

itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi–Square= 0,12 ; df = 1 ; P-value= 0.72690 ;

RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu dukungan keluarga.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

58

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13

Muatan faktor item dukungan keluarga Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.57

0.01

0.67

0.78

0.08

0.09

0.08

0.08

7.06

0.10

8.21

9.22

X

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa tiga item signifikan (t >1,96) dan ada satu

item dengan nilai t < 0.05 artinya terdapat satu item yakni item 2. Dengan

demikian item 2 perlu di-drop.

3.4.10 Uji validitas kostruk dukungan significant other

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan significant other.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor

ternyata langsung fit, dengan Chi–Square = 1.69 ; df =2 ; P-value = 0,42933,

RMSEA = 0,000. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan

significant other.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

59

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14

Muatan faktor item dukungan Significant other Item Koefisien Std.Error Uji t Signifikansi

1

2

3

4

0.49

0.82

0.62

0.38

0.08

0.09

0.08

0.08

5.96

9.20

7.36

4.65

Ket: √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan.

Dari tabel 3.14 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. maka dapat dikatakan item

ini mengukur hal dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item

tidak ada yang perlu di-drop.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variabel,

peneliti akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda

merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan

antara DV dengan lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini

adalah :

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8 + b9X9+e

Keterangan :

Y = Resiliensi X6 = openness to experience

a = Konstan X7 = dukungan teman

60

b = Koefisien regresi X8 = dukungan keluarga

X1 = honesty-humility X9 = dukungan significant other

X2 = emotionality e = Error

X3 = extravertion

X4 = agreeableness

X5 = conscientiousness

Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan

model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa

pengujian dan analisis sebagai berikut:

1. R2

(koefisien determinasi berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi

berganda antara honesty, emotionality, extravertion, agreeableness,

conscientiousness, openess to experience dan dukungan teman, keluarga dan

significant other terhadap resiliensi. Besarnya resiliensi yang disebabkan oleh

faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, ditunjukkan oleh koefisien

determinasi berganda atau R2. R

2 menunjukan variasi oleh perubahan variabel

dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X) atau digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y) atau merupakan proporsi resiliensi honesty, emotionality,

extravertion, agreeableness, conscientiousness, openess to experience dukungan

sosial teman, keluarga dan significant other. Untuk mendapat nilai R2 digunakan

rumus sebagai berikut:

61

2. Uji F

Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X

signifikan atau tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal

tersebut menggunakan rumus:

K adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang

dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh

terhadap DV.

3. Uji t

Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat

apakah pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh

karena itu, sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai

standar error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar

mean square dibagi SS. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,

yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil

uji t ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti

nantinya.

62

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan adalah proses menyusun rancangan (proposal) penelitian yang

terdiri dari: (1) perumusan masalah penelitian, (2) menentukan variabel yang akan

diteliti, (3) melakukan studi pustaka terkait landasan teori yang relevan dengan

variabel penelitian, (4) menentukan lokasi dan karakteristik populasi penelitian,

dan mempersiapkan alat alat ukur pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian.

3.6.2 Tahapan adaptasi alat ukur

1. Tahap Persiapan: penulis pertama membuat prosedur mendetail tentang

translasi dan mendefinisikan syarat-syarat untuk penerjemah serta

memperlihatkan item asli dalam bentuk bahasa inggris.

2. Alat ukur versi bahasa Inggris diartikan oleh dua orang mahasiswa akhir pada

jurusan psikologi dan jurusan tarjamah bahasa inggris dengan kemampuan

bahasa inggris yang baik.

3. Translasi selanjutnya disintesiskan dan dicek kebenaran susunan kalimat,

tipografi, dan layoutnya oleh author pertama dan dicek ulang oleh penerjemah

satu.

4. pengambilan kesimpulan dari hasil kedua translator untuk diujikan. Fokus

pada review ahli dan diskusi berdasarkan terjemahan yang berbeda dan

interpretasi pada item yang ambigu.

63

5. Back translation hasil dari kedua translator yang bahasanya bahasa indonesia

dikembalikan lagi dalam bahasa inggris untuk mengecek seberapa ambigu

penterjemahan yang digunakan.

6. adalah hasil akhir dari kesimpulan adaptasi item dapat di uji dan di chek oleh

ahli pada bidang penelitian yakni dosen pembimbing skripsi .

7. item siap digunakan dan disebar.

3.6.3 Tahapan pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan

1. Menentukan jumlah sampel penelitian yang akan diminta untuk mengisi

angket penelitian.

2. Meminta izin penelitian secara resmi pada lembaga terkait, serta meminta

kesediaan responden untuk mengisi angket penelitian.

3. Meminta setiap pengurus kamar untuk memilih responden yang sudah di

kreteriakan.

4. Kepada responden yang sudah setuju diberikan angket penelitian, untuk diisi

dengan sebenar-benarnya.

3.6.4 Tahap pengolahan data

Adapun tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: Kuesioner yang

telah terkumpul di sortir dengan melihat variabel kontrol yang telah ditetapkan.

Kemudian data yang sudah di sortir diinput ke dalam format ms.excel, dan

dilakukan proses skoring, setelah scoring lalu melakukan uji CFA untuk menguji

validitas skala penelitian yang digunakan, sehingga dapat diseleksi item-item yang

64

valid dan tidak valid. Kemudian melakukan uji hipotesis penelitian dengan teknik

analisis regresi yang menggunakan SPSS dan yang terakhir membuat laporan.

65

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 186 santri yang pernah menjadi korban

bullying yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

dengan kategori remaja yang berusia 15-17 tahun. Beragama Islam dan berjenis

kelamin laki-laki atau perempuan dan mengambil sempel penelitian pada tiga

lembaga SLTA yakni: Madrasah Muallimin Muallimat, SMK Sunan Drajat, MA

Sunan Drajat.

Untuk kategori jenis kelamin subjek dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa subjek penelitian laki-laki jumlahnya

lebih banyak daripada perempuan, yaitu 102 orang atau 55% sedangkan subjek

penelitian perempuan berjumlah 84 orang atau 45%.

Tabel 4.2

Karakteristik responden berdasarkan jenis jenjang SLTA

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa pada jenjang MMA jumlahnya 35

orang atau 19% dan pada lembaga MA berjumlah 69 orang atau 37% dan pada

lembaga SMK jumlahnya paling banyak yakni berjumlah 82 orang atau 44%.

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 102 55%

Perempuan 84 45%

Lembaga Jumlah Persentase

MMA 35 19%

MA

SMK

69

82

37%

44%

66

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu

dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor

yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahanpengukuran. Jadi,

penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti

pada umumnya, tetapi menghitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan

faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T skor. Penggunaan

T skor ini bertujuan untuk menyamakan skala pengukuran yang berbeda-beda dan

untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca mudah memahami

interpretasi hasil penelitian. Adapun pada faktor skor agar pembaca mudah

memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun T skor tersebut telah ditetapkan

dengan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya adalah

melakukan proses transformasi melalui formula T-Score =(10 * F- score) + 50.

Tabel 4.3

Analisis deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Resiliensi

Family

186

186

12.43

28.74

66.54

63.91

50.

50.

10

10

Friend 186 23.65 68.95 50. 10

Significant other 186 18.28 63.57 50. 10

Honesty-humility 186 24.31 67.80 50. 10

Emotionaly 186 21.18 75.88 50. 10

Extravertion 186 27.49 70.47 50. 10

Agreeableness 186 27.77 72.62 50. 10

Conscienstiousness 186 26.02 80.56 50. 10

Openness 186 32.37 75.58 50. 10

Dari tabel 4.3 dapat diketahui skor terendah dari resiliensi12.43dan skor

tertinggi 66.54. Setelah itu untuk dukungan sosial skor family terendah 28.74 dan

67

skor tertinggi 63.91. Skor terendah friend 23.65 dan skor tertinggi 68.95.Skor

terendah pola significant other 18.28 dan skor tertinggi 63.57.kemudian untuk

tipe kepribadian HEXACO skor terendah honesty-humulity 24.31 dan skor

tertinggi 67.80. Skor terendah pola emotionality 21.18 dan skor tertinggi

75.88.Skor terendah pola extravertion 27.49 dan skor tertinggi 70.47Skor

terendah pola agreeableness 27.77 dan skor tertinggi 72.62. Skor terendah pola

contiousness 26.02 dan skor tertinggi 80.56. Skor terendah pola openness 32.37

skor tertingginya 75.58.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,

maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian

dengan menggunakan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan norma pada

tabel 4.4

Tabel 4.4

Norma Skor Kategorisasi

Norma Intepretasi

X > Mean Tinggi

X < Mean Rendah

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentasi

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorikan sebagai tinggi dan rendah.

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke

dalamkelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut

suatukontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya

adalah dari rendah ke tinggi yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi

68

variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel

berdasarkan tingkat rendah dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma

dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi. Maka akan

diperoleh nilai persentase kategori untuk masing-masing variabel sebagaimana

yang terdapat pada tabel berikut.

4.3.1 Kategorisasi skor variabel resiliensi

Tabel 4.5

Kategorisasi skor resiliensi

Rendah Tinggi Total

Frequency 82 104 186

Presentase 44.1% 55.9% 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah

subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel resiliensi

rendah sebanyak 82 subjek penelitian (44.1%) dan subjek penelitian dengan skor

variabel resiliensi tinggi sebanyak 102 subjek penelitian (559%). Artinya santri

memiliki tingkat resiliensinya cukup tinggi.

4.3.2 Kategorisasi skor variabel persepsi dukungan sosial

Tabel 4.6

Kategorisasi skor persepsi dukungan sosial

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Family 80 106 43 % 57%

Friend 69 117 37.1% 62.9%

Significant other 86 100 46.2% 53.8%

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah

subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel family

rendah sebanyak 80 subjek penelitian (43%) dan subjek penelitian dengan skor

69

variabel family tinggi sebanyak 106 subjek penelitian (57%).Dengan demikian,

dari hasil sebaran variabel family berada pada kategori tinggi. Pada variabel

frienddapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek

penelitian dengan skor variabel friend rendah sebanyak 69 subjek penelitian

(37.1%) dan subjek penelitian dengan skor variabel friend tinggi sebanyak 117

subjek penelitian (62.9%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel friend

berada pada kategori tinggi. Pada variabel signifikan others dapat dilihat bahwa

dari 186 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor

variabel signifikan others rendah sebanyak 86 subjek penelitian (46.2%) dan

subjek penelitian dengan skor variabel signifikan others tinggi sebanyak 100

subjek penelitian (53.8%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel signifikan

others berada pada kategori tinggi

4.3.3 Kategorisasi skor variabel tipe kepribadan HEXACO

Tabel 4.7

Kategorisasi skor tipe kepribadian

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Honesty-humility 85 101 45.7% 54.3%

Emotionality 83 103 44.6% 55.4%

Extravertion 97 89 52.2% 47.8%

Agreeableness 80 106 43% 57%

Conscientiousness 61 125 32.8% 67.2%

Openness 95 91 51.1% 48.9%

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah

subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel honesty-

humility rendah sebanyak 85 subjek penelitian (45.7%) dan subjek penelitian

dengan skor variabel honesty-humulity tinggi sebanyak 101 subjek penelitian

70

(54.3%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel honesty-humility berada

pada kategori tinggi.

Pada variabel emotionality dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek

penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel emotionality

rendah sebanyak 83 subjek penelitian (44.6%) dan subjek penelitian dengan skor

variabel emotionality tinggi sebanyak 103 subjek penelitian (55.4%). Dengan

demikian, dari hasil sebaran variabel emotionality berada pada kategori tinggi.

Pada variabel experiences dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah subjek

penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel extravertion

rendah sebanyak 97 subjek penelitian (52.2%) dan subjek penelitian dengan skor

variabel extravertion tinggi sebanyak 89 subjek penelitian (47.8%). Dengan

demikian, dari hasil sebaran variabel extravertion berada pada kategori rendah.

Selanjutnya, pada variabel agreeableness dapat dilihat bahwa dari 186

jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel

agreeableness rendah sebanyak 80 subjek penelitian (43%). dan subjek penelitian

dengan skor variabel agreeableness tinggi sebanyak 106 subjek penelitian (57%).

Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel agreeableness berada pada kategori

tinggi.

Pada variabel conscientiousness dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah

subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel

conscientiousness rendah sebanyak 61 subjek penelitian (32.8%) dan subjek

penelitian dengan skor variabel conscientiousness tinggi sebanyak 125 subjek

71

penelitian (67.2%). Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel

conscientiousness berada pada kategori tinggi.

Terakhir, pada variabel openness dapat dilihat bahwa dari 186 jumlah

subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor variabel openness

rendah sebanyak 95 subjek penelitian (51.1%) dan subjek penelitian dengan skor

variabel openness tinggi sebanyak 91 subjek penelitian (48.9%). Dengan

demikian, dari hasil sebaran variabel openness berada pada kategori rendah.

Berdasarkan data diatas santri Sunan Drajat memiliki tipe kepribadian

ekstraversi dan keterbukaan yang rendah hal ini di prediksi karena pembentukan

ruang lingkungan yang terbatas. Santri tidak biasa bersosialisasi dengan

masyarakat luas dan lawan jenis. Dan berhubungan juga untuk keterbukaan santri

dengan hal yang baru hal ini diperkirakan santri terbiasa dengan suatu hal yang

monoton yang biasanya bersifat konvensional.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Seperti yang sudah disebutkan

pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu; pertama, melihat besaran R

square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable. Kedua, apakah secara keseluruhan

independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable.

Kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing independent variable.

72

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent

variable. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Tabel R Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .711a .505 .480 7.21252

Berdasarkan tabel 4.7, dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar

0.505 atau 50.5%. Artinya proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan oleh

tipe kepribdian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,

agreeableness, conscientiousness, openness) dan persepsi dukungan sosial

(family, friend, significant other) dalam penelitian adalah sebesar 50.5%

sedangkan 49.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Langkah berikutnya peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent

variable terhadap resiliensi. Adapun hasil uji T dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut:

Tabel 4.9

Tabel Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 9344.404 9 1038.267 19.959 .000b

Residual 9155.596 176 52.020

Total 18500.000 185

a. Dependent Variable: T_R

b. Predictors: (Constant), T_H , T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_F, T_FR, T_SO

Berdasarkan uji F pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada

kolom paling kanan adalah p=0.000 dengan nilai p<0.05. Maka hipotesis nihil

yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independen

a. Predictors: (Constant), T_H , T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_F, T_FR, T_SO

b. Dependent Variable: T_R

73

variabel terhadap resiliensi ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari

tipe kepribdian HEXACO (honesty-humility, emotionality, extravertion,

agreeableness, conscientiousness, openness ) dan persepsi dukungan sosial

(family, friend, significant other) dan terhadap resiliensi santri korban bullying di

Pesantren Sunan Drajat.

Langkah selanjutmya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-

masing independent variable, jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut

signifikan yang berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap resiliensi. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-

masing variabel independen terhadap resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Koefisien

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

B Beta T Sig.

(Constant) 15.169 2.390 .018

Honesty-humility .205 .205 3.135 .002

Emotionaly -.023 -.023 -.395 .694

Extravertion -.052 -.052 -.798 .426

Agreeableness -.124 -.124 -2.232 .027

Conscienstiousness

Openness

Family

.237

.127

-.018

.237

.127

.081

3.106

1.536

-.223

.002

.126

.824

Friend .235 .086 2.738 .007

Significant other

a. Dependent variable : resiliensi

Berdasarkan pada tabel 4.10 dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

Resiliensi= 15.169 + 0.205 honesty* + (-0.023) emotionaluty + (-0.052)

extravertion + (-0.124) agreeableness*+0.237 conscientiousness *+ 0.127

openness + (-0.018) family + 0.235 friend *+ 0.110 significant other

74

Keterangan :

Tanda (*) = Variabel Signifikan

Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan dari 9 independent variable

terdapat empat variable (, honesty-humility, agreeableness, conscientiousness,

dukungan sosial teman) yang signifikan pengaruhnya terhadap resiliensi. Adapun

penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing

independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel honesty-humility memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.205

dengan signifikansi sebesar 0.002. Hal ini berarti bahwa honesty-humility

mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi. Arah positif menunjukan

bahwa semakin tinggi nilai honesty-humility maka nilai resiliensi semakin

tinggi pula.

2. Variabel emotionality memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.023 dengan

signifikansi sebesar 0.694. Hal ini berarti bahwa emotionality tidak

mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi.

3. Variabel extravertion memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.052 dengan

signifikansi sebesar 0.426. Hal ini berarti bahwa secara positif extravertion

tidak berpengaruh signifikan terhadap resiliensi.

4. Variabel agreeableness memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.124 dengan

signifikansi sebesar 0.027. Hal ini berarti bahwa agreeableness mempengaruhi

secara signifikan terhadap resiliensi. Arah negatif menunjukan bahwa

semakin tinggi nilai agreeableness maka nilai resiliensi akan semakin rendah..

75

5. Variabel conscientiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.237

dengan signifikansi sebesar 0.002. Hal ini berarti bahwa conscientiousness

secara positif berpengaruh signifikan terhadap resiliensi. Arah positif

menunjukan bahwa semakin tinggi nilai conscientiousness maka nilai

resiliensi semakin tinggi pula.

6. Variabel openness to experience memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.127

dengan signifikansi sebesar 0.126. Hal ini berarti bahwa openness tidak

berpengaruh signifikan terhadap resiliensi.

7. Variabel dukungan sosial dari keluarga memiliki nilai koefisien regresi

sebesar -0.018 dengan signifikansi sebesar 0.824. Hal ini berarti bahwa

dukungan sosial dari keluarga tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap

resiliensi.

8. Variabel dukungan sosial dari teman memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0.235 dengan signifikansi sebesar 0.007. Hal ini berarti bahwa dukungan

sosial dari teman mempengaruhi secara signifikan terhadap resiliensi.

9. Variabel dukungan sosial dari orang spesial memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0.110 dengan signifikansi sebesar 0.155. Hal ini berarti bahwa

dukungan sosial dari orang spesial tidak mempengaruhi secara signifikan

terhadap resiliensi.

4.4.2 Hasil uji proporsi varians masing-masing variabel

Peneliti menjelaskan mengenai proporsi varians. Pengujian pada tahapan ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana penambahan (incremented) proporsi

76

varians dari masing-masing variabel independen tersebut dianalisis satu persatu.

Akan dipaparkan besarnya proporsi varians pada resiliensi dan juga akan

menjelaskan seberapa banyak sumbangan dari setiap independen variabel yang

digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh terhadap dependen variabel

resiliensi. Dalam hal ini penulis dapat menghitung pertambahan dari R2 (disebut

R2-changed). Adapun besarnya proporsi varians pada resiliensi dapat dilihat pada

tabel 4.11

Tabel 4.11

Proporsi varians independen variabel

Independen Variabel R2 R

2Change Sig. F Change Sumbangan

Honesty-humility

Emotionslity

.241

.258

.241

.017

.000

.044

24,1%

1,7%

Extravertion .284 .026 .010 2,6%

Agreeableness .313 .029 .006 2,9%

Conscientiousness .425 .112 .000 11,2%

Openness to experience

Family

.463

.499

.038

.001

.000

.672

3,8%

0,1%

Friends .499 .036 .000 3,6%

Significant other .505 .006 .155 0,6%

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan informasi sebagai berikut :

1. Sumbangan variabel honesty-humility terhadap resiliensi sebesar 24,1%.

Artinya, variabel honesty-humility memberikan pengaruh bagi

bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut

signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)

2. Sumbangan variabel emotionality terhadap resiliensi sebesar 1,7%.

Artinya, variabel emotionality memberikan pengaruh bagi bervariasinya

resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik karena nilai sig F Change=0,044 (p < 0,05)

3. Sumbangan variabel extravertion terhadap resiliensi sebesar 2,6%.

77

Artinya, variabel extravertion memberikan pengaruh bagi bervariasinya

resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik karena nilai sig F Change=0,010 (p > 0,05)

4. Sumbangan variabel agreeableness terhadap resiliensi sebesar 2,9%.

Artinya, variabel agreeableness memberikan pengaruh bagi bervariasinya

resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)

5. Sumbangan variable conscientiousness terhadap resiliensi sebesar 11,2 %.

Artinya, variabel conscientiousness memberikan pengaruh bagi

bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut

signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)

6. Sumbangan variable openness terhadap resiliensi sebesar 3,8%. Artinya,

variabel openness memberikan pengaruh bagi bervariasinya resiliensi

dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik

karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)

7. Sumbangan variabe l dukungan keluarga terhadap resiliensi sebesar 0,1%.

Artinya, variabel dukungan keluarga memberikan pengaruh bagi

bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0.672 (p > 0,05)

8. Sumbangan variable dukungan teman terhadap resiliensi sebesar 3,6%.

Artinya, variabel dukungan teman memberikan pengaruh bagi

bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang. Sumbangan tersebut

signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0,000 (p < 0,05)

78

9. Sumbangan variabel significant other terhadap resiliensi sebesar 0,6%.

Artinya, variabel significant other memberikan pengaruh bagi

bervariasinya resiliensi dalam diri seseorang meskipun sedikit.

Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig F

Change=0,155 (p > 0,05)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa independen

variabel yang signifikan yaitu; honesty-humility, emotionality, extravertion,

agreeableness, conscientiousness dan openness to experience, dan dukungan

teman memberikan sumbangan terhadap varians resiliensi secara signifikan jika

dilihat dari besarnya R2 Change yang dihasilkan. Sementara variabel dukungan

keluarga dan orang spesial tidak signifikan mempengaruhi resiliensi. Sumbangan

atau pengaruh varians terbesar berasal dari variable honesty-humility, dilanjutkan

dengan variabel conscientiousness, openness, dukungan teman, agreeableness,

extravertion, emotionality, dukungan significant other, dukungan keluarga.

79

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian

ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian HEXACO

(honesty-humility, emotionality, extravertion, agreeableness, conscientiousness,

openness) dan persepsi dukungan sosial (family, friend, significant others)

terhadap resiliensi santri korban bullyying di Pondok Pesantren Sunan Drajat ”.

Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh Independent

Variabel (IV). Dilihat dari nilai R square, kontribusi seluruh Independent Variabel

(IV) terhadap Dependent Variable (DV) adalah sebesar 50.5%. Angka tersebut

menyatakan bahwa Independent Variabel (IV) cukup tinggi, sedangkan 49,5%

adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-masing koefisien

regresi terhadap independent variable, diperoleh ada empat koefisien regresi yang

signifikan mempengaruhi resiliensi yaitu, variabel honesty-humility,

agreeableness,conscientiousness dan variabel dukungan teman. Variabel yang

tidak signifikan diantaranya dimensi emotionality, extravertion, openness,

dukungan keluarga dan dukungan orang spesial.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi perilaku

resiliensi pada korban bullying di Pesantren. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, diketahui bahwa dari sembilan independent variable yang diteliti

80

terdapat empat variabel yang mempengaruhi resiliensi secara signifikan. Keempat

variable tersebut adalah honesty-humility, agreeableness, conscientiousness dan

dukungan teman.

Variabel tipe kepribadian HEXACO dan dukungan sosial tidak secara

keseluruhan berpengaruh positif terhadap resiliensi, terdapat variabel yang

memiliki arah negatif yang berpengaruh secara signifikan yaitu agreeableness

artinya jika semakin tinggi nilai agreeableness maka resiliensinya akan semakin

rendah. sedangkan variabel yang bernilai positif dan berpengaruh signifikan

antara lain dukungan teman, honesty-humility, conscientiousness artinya semakin

tinggi nilai dukungan teman, honesty-humility dan conscientiousness maka akan

semakin tinggi pula resiliensinya.

Pada variabel dukungan sosial dari teman yang bernilai positif dan

signifikan. Hal ini di dukung oleh penelitian-penelitian terdahulu yang juga

menemukan adanya hasil yang sama. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Sabouripour, F & Roslan S.B, (2015) dalam penelian tersebut ditemukan adanya

pengaruh yang positif signifikan antara dukungan sosial terhadap resiliensi.

Seseorang yang mempunyai dukungan sosial yang tinggi, maka tingkat

resiliensinya juga akan tinggi.

Menurut peneliti, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Sarafino (1998) bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam

menghadapi tekanan dan juga dapat mencegah berkembangnya masalah yang

timbul. Sehingga, semakin tinggi dukungan sosial yang didapat semakin tinggi

tingkat resiliensi individu. Ses eorang yang memiliki dukungan teman yang baik

81

akan merasa diterima oleh lingkungan sosialnya sehingga individu tersebut tidak

akan merasakan kesepian dalam menghadapi tekanan yang muncul. Ia juga dapat

tersebut memiliki tingkatan resiliensi yang tinggi.

Jika pada penelitian Bowes (2010) mengatakan dukungan keluarga sangat

berpengaruh signifikan terhadap resiliensi korban bullying Pada penelitian

resiliensi di Pesantren ini, menemukan hal yang berbeda bahwa dukungan dari

teman sangat berpengaruh signifikan dibandingkan dengan dukungan keluarga, ini

tentunya karena anak yang di Pesantren lebih sering berinteraksi dengan teman-

temannya dan memiliki waktu yang terbatas untuk bertemu dengan keluarga.

Selain itu faktor usia juga mempengaruhi perbedaan diantara keduanya karena

penelitian ini berfokus pada usia remaja akhir sedangkan Bowes pada anak-anak.

Selanjutnya, dalam penelitian ini tipe kepribadian yang signifikan

mempengaruhi resiliensi korban bullying di Pesantren salah satunya adalah

agreeableness, dengan arah negatif. Sesuai dengan penelitian Nakaya (2006) yang

menjelaskan bahwa agreeableness berkorelasi negatif dengan salah satu dimensi

resiliensi. Artinya semakin seseorang yang memiliki kepribadian yang selalu

mengalah, menghindari konflik dan kecenderungan untuk mengikuti orang lain

akan remakin rendah tingkat resiliensinya. Seharusnya seseorang harus dapat

mempertahankan dirinya, tetap berusaha menjadi dirinya sendiri dan mampu

menghadapi masalah agar dapat memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.

Selain agreeableness, terdapat variabel conscientiousness yang signifikan

mempengaruhi resiliensi dengan arah positif artinya semakin tinggi tingkat

conscientiousness santri korban bullying akan semakin tinggi pula tingkat

82

resiliensinya. Menurut Swanepoel dan Oudtshoorn (dalam Lamb, 2009) tipe

kepribadian conscientiousness berkaitan dengan tingkat stress yang lebih rendah.

conscientiousness merupakan tipe kepribadian yang dimiliki seseorang yang

memperhatikan hal yang bersifat detail, ketika dihadapkan dengan kejadian sulit,

mereka akan berusaha bangkit dengan melakukan mentargetkan hal-hal yang

sudah direncanakan untuk mengurangi tingkat keterpurukan dan dapat

memaksimalkan kemampuannya setelah menjadi korban bullying. Menurut

penelitian Nakaya (2006) juga menyatakan bahwa conscientiousness

menunjukkan adanya keyakinan dan pengendalian diri yang kuat juga dianggap

berhubungan positif dengan kekuatan penyembuhan mental, variabel

conscientiousness ini signifikan berkorelasi terhadap resiliensi. Variabel terakhir

yang signifikan berpengaruh terhadap resiliensi korban bullying adalah honesty-

humility artinya semakin santri memiliki kepribadian jujur dan sederhana santri

akan semakin resilien.

Terdapat penemuan pada santri korban bullying yang menyatakan skor

kategori tingkat resiliensi santri yang cukup tinggi yakni 55,9%. Hal ini tentunya

banyak faktor yang diprediksi dalam mempengaruhi tingginya tingkat resiliensi

santri seperti faktor dukungan teman, tipe kepribadian, kesederhanaan santri,

kedisiplinan dan keteraturan santri, ataupun faktor-faktor diluar penelitian seperti

religiusitas dan optimisme.

Hal yang paling menarik untuk dibahas adalah mengapa santri bisa

memiliki tingkat resiliens yang cukup tinggi hal ini tentunya banyak faktor yang

memprediksi resiliensi santri salah satunya adalah 1) Tuntutan lingkungan yang

83

mengharuskan santri bisa bertahan yang mengharuskan santri bisa mandiri dengan

segala yang ada, lingkungan akan membentuk karakter santri. 2) Kesederhanaan,

di pondok pesantren santri ditanamkan nilai-nilai kesederhanaan dan diharuskan

untuk hidup sederhana ternyata hal ini mampu menjadikan santri agar resilien. 3)

faktor religiusitas. Di pondok pesantren tentunya santri ditanamkan nilai-nilai

keagamaan atau ketuhanan. Yang mana santri akan memahami dalil aqli surat Al-

Insyiroh ayat 5 yang artinya “sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

Dengan adanya nilai ketuhanan ini diprediksi santri mampu lebih resiliens.

Karena ketika santri mengalami kesulitan santri akan yakin adanya kemudahan

yang telah Allah berikan. Tidak mudah dalam membentuk santri yang dapat

bertahan dan bangkit dari hal negatif perlu adanya proses dan juga waktu, untuk

itu perlu adanya pembiasaan dengan lingkungan, kemandirian dan kesederhanaan

yang mengajarkan santri lebih resiliens.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis

dan saran praktis. Peneliti memberikan saran secara metodologis sebagai bahan

pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti juga

menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi

pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Penelitian ini telah menyumbangkan 50,5% dari sembilan variabel. Dan 49,5%

dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian. Untuk itu penelitian selanjutnya,

84

dapat menggunakan faktor-faktor lain yang menarik yang dapat dijadikan

independent variable untuk melihat lebih banyak informasi dan pengaruhnya

terhadap resiliensi, seperti lingkungan tempat tinggal, harapan, syukur, budaya,

komunitas, spiritual, dan motivasi.

2. Dalam rangka untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep

ketahanan, penelitian kualitatif lebih lanjut harus dilakukan untuk menilai

pengaruh faktor yang berbeda antara santri dan juga untuk mengungkapkan

hubungan sebab akibat antara variabel.

3. Selain itu, memilih pesantren yang berbeda jumlah populasi serta

membandingkan dari beberapa jenis Pesantren juga menarik untuk diteliti dan

disarankan untuk menggunakan ukuran sampel yang lebih besar diperkirakan

akan lebih bermanfaat, meskipun penelitian ini menunjukan hasil yang

signifikan.

1.1.1 Saran praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi santri

khususnya santri Sunan Drajat, akan pentingnya dukungan teman yang akan

meningkatkan resiliensi pada korban bullying di pesantren.

2. Sebaiknya kesederhanaan, kejujuran, kedisiplinan dalam mengatur perencaan

atau kegiatan santri dapat di pertahankan dan ditingkatkan kembali. Dengan

demikian santri akan mampu resilien dalam menghadapi masalah.

3. Bagi pihak pesantren diharapkan dapat meningkatkan pembinaan dalam hal

pengembangan kepribadian, lebih memperhatikan aspek psikologis dengan

menambah personil yang berkompeten dalam bimbingan konseling.

85

4. Untuk pihak pondok pesantren disarankan untuk lebih mengedukasi para

santri untuk bagaimana menjadi seorang teman yang baik dunia akhirat, terutama

mendidik sikap terhadap sesama teman, bisa dengan cara seminar peer konselor

atau membahas kitab khusus mengenai akhlak sebagai teman.

86

DAFTAR PUSTAKA

Ahern NR.2006. A riview of instruments measuring resilience, issue in

comprehensive pediatric nursing vol 29.109-125

Allport, G.W.1961, Patttern and Growth in Personality. Harvard University

Ashton, M. C., & Lee, K. (2007). Empirical, theoretical, and practical advantages

of the HEXACO model of personality structure. Society for Personality

and Social Psychology, 11(2), 150-166.

Baron, R.A & Byrne,D.(2000) Psikologi Sosial. Jilid 1 edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Bernard, B. (1991). Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The

Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional

Education Laboratory.

Bishop, G. D. 1997. Health psychology: Integrating Mind and Body. Boston:

Allyn & Bacon.

Bowes, L., Maughan, B., Caspi, A., Moffitt, T. E., & Arseneault, L.

(2010). Families promote emotional and behavioral resilience to

bullying: Evidence of an environmental effect. Journal of Child

Psychology and Psychiatry, 51, 809–817.

http://dx.doi.org/10.1111/j.1469-7610.2010.02216.x

Burcusa, S. L., & Iacono, W. G. (2007). Risk for recurrence in depression.

Clinical psychology review, 27(8), 959-985. doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.cpr.2007.02.005

Carver, C. S., Scheier, M. F., & Segerstrom, S. C. (2010). Optimism. Clinical

psychology review, doi: 10, 1016/j. cpr. 2010. 01. 006.

Chung, feng. H. (2008). Resiliency and character strengths among college

atudents. Dissertation: The University of Arizona.1-183

Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, Social Support, and The Buffering

Hypothesis. Psychologycal Bulletin, 98, 310-357

Cohen, Mccabe, Michelli, & Pickeral. (2010). School climate research summary.

1(1). 1-6

Cutrona,C.E.( 1984) Social support and stress in the transition to parenthood.

Journal of abnormal Psychology,93(4), 378-390.1(1). 1-6

87

Davis GB. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Cetakan

Kesepuluh. Terjemahan. Penerbit : PT. Pustaka Binaman Pressindo,

Jakarta

Dawson, M., & Pooley, J. A. (2013). Resilience: The role of optimism, perceived

parental autonomy support and perceived social support in first year

university students.Journal of Education and Training Studies,1(2), 38-

49. http://dx.doi.org/10.11114/jets.v1i2.137

Desiree .(2013). Bullying di Pesantren. Jurnal Psikologi. FSIP_UI

Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (7th edition). Jakarta:

Salemba Humanika.

Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan

riset model (3th edition, first book). Jakarta: Erlangga.

Garmezy, N.(1991) . Resilience in childern’s adaptation to negative life event and

sressed environments. Pediatric annals, 20,(9),(462-466)

Goldstein S., dan Brooks R. B., 2005, Handbook of Resilience in Children Second

Edition. Springer Link.

Gomez, M., Vincent, A., Toussaint, L.(2013). Corellates of resilience in

adolescents and adult. International Journal of Clinical Psychiatry and

Reflection, 8. 1-39

Grotberg, E. H. (1995). A Guide To Promoting Resilience In Children. Benard

Van Leer Foundation.

Grotberg, E. H. (1999). Tapping your inner strength: how to find the resilience to

deal with anything. Canada : New Harbinger Publication, Inc.

Heller,K., Swindle, R,W.,& Dosenbury,L. (1981). Component social support

processes: Comments and integration. Journal of consulting and clinical

psychology, 54 (4), 466-470

Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burn. Journal of Conseling And

Development.75.346-357.

Isaacson, B. 2002. Characteristics and enhancement of resiliency in young people

: A Research Paper (Pdf Versions. Diakses November 15 2012 from hlm

69-75 the University of Winsconsin-Stout website: http:// www.uwstout.

ede/lib/thesis/2002/2002isaacsonb .pdf.

Korantang C., Simons, B.,(2012) Residents perception of the built environment

quality in an orphanage. Advances in applied science research. 3 (1).19-

30

88

Kumfer, K. (2002). Chapter nine : Factors and process contributting to reselience:

the resilience framework dalam Glantz M.D.,& Jhonson J.L (ed).

Resilience and Development Positif Life Adaptation (hal. 179-

215).Newyork: Kluwer academic publisher

Lamb,S.(2009). Personality traits and resilience as predictors of job stress and

burnout among call centre employer.

Lee, K., & Ashton, M. C. (2008). The HEXACO personality factors in the

indigenous personality lexicons of English and 11 other

languages. Journal of Personality, 76, 1001-1053.

Lopez, & Snyder, C.R. 2003. Positive psychological assessment a handbook of

models & measures.Washington. DC : APA

Masten, A. S., Best, K., & Garmezy, N. (1990) Resilience and development:

contributions from the study of children who overcame adversity.

Development and Psychopathology, 2, 425-444.

Masten , A. S., & Gewirtz, A. H. (2006, Marh 15). Resilience in development: the

importance of early childhood. encyclopedia on early childhood

development , hal. 1-6.

Matsumoto D., (2009) The Cambridge dictionary of psychology. New york:

Cambridge University press

McCaskill, J.W. & Lakey, B. (2000). Perceived support, social undermining, and

emotion. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol.26, no.7. 820-

832

Nakaya, M, Oshio, A & Kaneko, H. (2006) Correlations for adolescent resilience

scale with big five personality traits. Psychological Reports, 98, 927-930.

Nurmalasari, N. (2013). Pengaruh hope,optimisme, dan self esteem terhadap

resiliensi pada anak asuh yayasan bakti pemuda nusantara. Skripsi.

Jakarta: universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.

Oshio, A., Kaneko, H., Nagamine, S., &Nakaya, M. (2003) Construct validity of

the Adolescent Resilience Scale. Psychological Reports, 93, 12 17- 1222

Papalia,D.E.,Old,S.W.,Fieldman,R.D.(2009) Human Development, Jakarta:

Salemba Humanika.

Pienaar, A., Swanepoel, Z., Rensburg, H., Heunis , C. (2011) . A qualitative

exploration of resilience in pre-adolescent AIDS orphans living in a

residental care facility, journal of social aspect of HIV/AIDS, 8 (3),128-

137

89

Reich, J.W. 2010. Handbook of adult resilience. New York : Guilford Press

Reivich, K & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 skills for overcoming

life’s inevitable obstacles. New York : Random House, Inc.

Rigby, Ken. (2002). New Perspective on Bullying. Jesica Kingsley Publishers :

London

River, Poteat, Noret dan Ashurst. (2009). Observing bullying at school: the mental

health implications of witness status. School Psychology Quarterly Vol.

24, No. 4, 211–223.

Sabouripour, F., & Roslan, S. B. (2015). Resilience, optimism and social support

among international students. Asian Social Science , 159-170.

Sapouna dan Wolke. (2013). Resilience to bullying victimization: The role of

individual, family and peer characteristics. Elsevier, Child Abuse &

Neglect 37, 997–1006.

Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third

Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

Sarason, B. R. Et al., 1987. Interrelations of social support measures : Theoritical

and Practical Implications. Journal of Personality and Social

Psychology. 52. h. 813-832

Sarason, I. G. et al., 1983. Assessing social support: the social support

questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 44 No.

1. h. 127-139

Sarason, B, R., Et al.,(1990) Social support: an interactional view.

Wasington.J.wilet & sons

Shaffer,D.R.,(2005).Social and Personality Development.USA:Thomson

Siebert, A. 2005. The Resiliency Advantage : Master Change, Thrive Under

Pressure, and Bounce Back. Practicak Psychology Press.

Siswanti dan Widayanti. (2009). Fenomena bullying di sekolah dasar negeri di

semarang : sebuah studi deskriptif. Jurnal Psikologi Undip Vol. 5, No. 2.

Smokowski dan Kopasz. (2004). Bullying in School: An Overview of Types,

Effects, Family Characteristics, and Intervention Strategies. Children

Schools (2005) 27 (2):101-110.

Southwick , S. M.,et al. 2005. The psychobiology of depression and resilience to

stress: implication for prevention and treatment. Annu. Rev. Clin. Psychol.

1: 255-291

90

Sugiyono.(2012). Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta

Taylor, dkk. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta : Prenada Media

Group

Tusaie-Mumford, K. (2001). Psychosocial resilience in rural adolescents:

optimism. perceived social support and gender differences. Unpublished

Doctoral Dissertation, University of Pittsburgh. PA. Use disorders.

American Journal of Psychiatry, 160, 496–503.

Vaux, A.,Riedel.S.,& Stewart,.(1987). Modes of social support: the social support

ehaviors (SS-B) scale. Journal of community psychologhy.

Vries ,R.E.(2013). The 24-Item brief hexaco inventory (BHI) journal of research

in personality 47,871-880

Wagnild, Gail M. & Young , Heather M. (1993). Development and psychometric

evaluation of resilience.Journal of Nursing Measurement, vol, 1, No. 2,

1993

Wong, P. T. P., Wong, L. C. J., & Scott, C. (2006). The positive psychology of

transformation: Beyond stress and coping. In Wong, P. T. P., & Wong, L.

C. J. (Eds.), Handbook of Multicultural perspectives on stress and

coping. New York, NY: Springer.

Yani, L.A.,Winarni, I.,Lestari,R. (2016) Eksplorasi fenomena korban bullying

pada kesehatan jiwa remaja di pesantren: jurnal ilmu keperawatan,vol:4,

no:2

Zimmet, G., Dahlem, N., Zimmet, S., & Farley, G. (1988). The multidimensional

scale of perceived social support. Journal of Personality Assessment, 52

(1),30-41.

91

LAMPIRAN

92

KUESIONER

Assalamualaikum wr.wb.

Salam silaturrahmi saya ucapkan, semoga Adik-adik selalu mendapatkan

perlindungan Tuhan YME sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari

dengan baik. Peneliti adalah mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan

penelitian untuk penyelesaian skripsi. Peneliti mengharapkan kesediaan Adik-adik

untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini,

TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Adik-adik diharapkan

mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Adik-adik saat ini. Data dalam penelitian

ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan penelitian,

oleh karena itu diharapkan Adik-adik mengisi jawaban dengan sejujur-jujurnya.

Kesediaan Adik-adik dalam menjawab pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini

merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu

saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Siti Khusnul Chotimah)

93

IDENTITAS RESPONDEN

Nama/Initial :

Umur :

Kelas : X XI XII

Jenis kelamain : Laki-laki Perempuan

Suku : Jawa Sunda Betawi Melayu …

Asal daerah :

SMP/ MTs. di Pesantren: Ya Tidak

Uang saku perbulan :

Berapa kali dijenguk orang tua dalam sebulan :

Apakah Adik-adik pernah mengalami bullying di Pesantren: Ya Tidak

(jika YA dalam bentuk apa Fisik Verbal Psikis)

Keinginan masuk Pesantren : pribadi orang tua Ajakan teman

Note :

beri tanda silang boleh lebih dari 1

silang salah satu

94

SKALA (I)

Petunjuk :

Di bawah ini disajikan beberapa pernyataan. Adik-adik diminta untuk

memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Adik-adik

rasakan dan yakini, dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban

yang disediakan pada setiap pernyataan dibawah ini :

Tidak pernah Sesekali sering Sangat sering

Contoh :

No Item Tidak

pernah

Jarang sering Sangat

sering

1. “Seseorang membentak saya “ X

jika Adik-adik merasa sangat sering maka berilah tanda (X) pada kolom sangat

sering.

No Item Tidak

pernah

Jarang sering Sangat

sering

1. Saya suka berteman

2. Orang lain mengejek saya

3. Saya suka membuat orang lain

takut pada saya

4. Seseorang membocorkan

rahasia saya

5. Saya suka membantu orang

yang teraniaya

6. Seseorang menyindir saya

7. Saya adalah bagian dari

kelompok yang suka menggoda

orang lain

8. Saya berbagi sesuatu dengan

orang lain

9. Saya dipukul dan didorong oleh

orang lain

10. Saya meremehkan orang yang

95

bisa saya kalahkan dengan

mudah

11. Seseorang memanggil saya

dengan sebutan lain

12. Saya senang membantu orang

lain

13. Saya suka berkelahi dengan

seseorang yang bisa saya

kalahkan dengan mudah

14. Seseorang mengambil paksa

barang saya

15. Seseorang tidak menganggap

saya sebagai teman

SKALA (II) dan SKALA (III)

Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan apa yang adik-adik rasakan dan

yakini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang

disediakan.

SS : artinya Adik-adik sangat setuju dengan pernyataan tersebut

S : artinya Adik-adik setuju dengan pernyataan tersebut

TS : artinya Adik-adik tidak setuju dengan pernyataan tersebut

STS : artinya Adik-adik sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut

Contoh :

No Item SS S TS STS

1. Saya tetap tenang ketika ada masalah. X

Bila Adik-adik merasa setuju dengan pernyataan tersebut maka beri tanda silang

(X) pada kolom S

96

No Item SS S TS STS

1. Ada orang spesial yang ada saat saya sedang

membutuhkan

2. Ada orang spesial yang dengannya saya bisa

berbagi kegembiraan dan kesedihan saya

3. Keluarga saya benar-benar mencoba untuk

membantu saya

4. Saya mendapatkan bantuan dan dukungan

emosional yang saya butuhkan dari keluarga

saya

5. Saya memiliki orang spesial yang menjadi

sumber penghibur sejati bagi saya

6. Teman-teman saya benar-benar berusaha

membantu saya

7. Saya bisa mengandalkan teman-teman saya

ketika saya terdapat kesalahan

8. Saya bisa membicarakan masalah saya dengan

keluarga saya

9. Saya memiliki teman dengan siapa saya dapat

berbagi kegembiraan dan kesedihan saya

10. Ada orang spesial dalam hidup saya yang

peduli dengan perasaan saya

11. Keluarga saya bersedia membantu saya

membuat keputusan

12. Saya bisa menceritakan masalah saya dengan

teman.

SKALA (III)

No Item SS S TS STS

1. Saya bisa melihat lukisan untuk waktu yang

lama.

2. saya memastikan bahwa hal-hal di tempat yang

tepat.

3. Saya tetap tidak bersahabat dengan seseorang

yang berarti bagi saya

4. Tidak ada seorang pun suka berbicara dengan

saya

5 Saya takut merasakan sakit.

6. Saya merasa sulit berbohong

7. Saya pikir sains itu membosankan

97

8. Saya menunda tugas yang rumit selama

mungkin

9. Saya sering mengekspresikan kritik

10. Saya dengan mudah mendekati orang asing

11. Saya khawatir kurang dari yang lain

12. Saya ingin tahu bagaimana menghasilkan

banyak uang dengan cara yang tidak jujur

13. Saya memiliki banyak imajinasi

14. Saya bekerja dengan sangat tepat

15. Saya cenderung cepat setuju dengan orang lain.

16. Saya suka berbicara dengan orang lain

17. Saya dapat dengan mudah mengatasi kesulitan

saya sendiri

18. Saya ingin menjadi terkenal

19. Saya menyukai orang dengan gagasan aneh

20. Saya sering melakukan sesuatu tanpa benar-

benar berpikir

21. Bahkan saat saya diperlakukan buruk, saya

tetap tenang

22. Saya jarang ceria

23. Saya dapat menangis saat film sedih atau

romantis

24. Saya berhak atas perlakuan khusus

SKALA (IV)

Petunjuk :

Di bawah ini disajikan berbagai pernyataan-pernyataan. Adik-adik diminta

untuk memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Adik-

adik rasakan dan Adik-adik yakini. Tunjukanlah sejauh mana tingkat kesusuaian

98

yang Adik-adik rasakan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu

jawaban yang disediakan pada setiap pernyataan di bawah ini :

1 : artinya Adik-adik sangat pasti tidak sesuai dengan pernyataan tersebut

2 : artinya Adik-adik tidak sesuai dengan pernyataan tersebut

3: artinya Adik-adik antara iya & tidak dengan pernyataan tersebut

4: artinya Adik-adik sesuai dengan pernyataan tersebut

5: artinya Adik-adik sangat pasti sesuaidengan pernyataan tersebut

Contoh :

1. Saya rasa tantangan adalah suatu musibah 1 2 3 4 5

Bila Adik-adik merasa sangat pasti sesuai maka berilah tanda silang(X) pada

angka nomor

No ITEM 1 2 3 4 5

1. Saya mencari tantangan baru. 1 2 3 4 5

2. Saya suka hal baru atau menarik. 1 2 3 4 5

3. Saya pikir saya memiliki tingkat ketertarikan dan

rasa ingin tahu yang tinggi.

1 2 3 4 5

4. Saya suka mencari tahu tentang banyak hal. 1 2 3 4 5

5. Saya pikir kesulitan membentuk bagian dari

pengalaman berharga hidup.

1 2 3 4 5

6. Saya tidak suka melakukan hal yang asing. 1 2 3 4 5

7. Saya merasa kesusahan untuk memulai aktivitas

baru.

1 2 3 4 5

8. Saya merasa bisa mengendalikan emosi saya.

1 2 3 4 5

9. Saya bisa tetap tenang dalam keadaan sulit. 1 2 3 4 5

10. Saya berusaha untuk selalu tetap tenang. 1 2 3 4 5

11. Saya pikir saya memiliki ketekunan. 1 2 3 4 5

12. Sulit bagi saya untuk tidak memikirkan 1 2 3 4 5

99

pengalaman negatif

13. saya tidak bisa menanggung kesengsaraan. 1 2 3 4 5

14. Perilaku saya bervariasi dengan suasana hati saya

sehari-hari.

1 2 3 4 5

15. Saya kehilangan minat dengan cepat. 1 2 3 4 5

16. Saya mengalami kesulitan mengendalikan

kemarahan saya.

1 2 3 4 5

17. Saya yakin hal baik akan terjadi di masa depan. 1 2 3 4 5

18. Saya pikir saya memiliki masa depan yang cerah. 1 2 3 4 5

19. Saya merasa positif tentang masa depan saya. 1 2 3 4 5

20. Saya memiliki tujuan yang jelas untuk masa

depan.

1 2 3 4 5

21. Saya berjuang menuju tujuan masa depan saya. 1 2 3 4 5

100

LAMPIRAN UJI VALIDITAS

1. UJI VALIDITAS HONESTY-HUMILITY

101

2. UJI VALIDITAS EMOTIONALITY

102

3. UJI VALIDITAS EXTRAVERTION

103

4. UJI VALIDITAS AGREEABLENESS

104

5. UJI VALIDITAS CONSCIENTIOUSNESS

105

6. UJI VALIDITAS OPENNESS

106

7. UJI VALIDITAS DUKUNGAN TEMAN

107

8. UJI VALIDITAS DUKUNGAN KELUARGA

108

9. UJI VALIDITAS DUKUNGAN SIGNIFICANT OTHER

109

10. UJI VALIDITAS RESILIENSI

110

UJI VALIDITAS KONSTRUK RESILIENSI SYNTAX RESILIENSI DA NI=21 NO=186 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 PM SY FI=RESILIENCE-copy.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK RESILIENCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 FR TD 4 3 TD 19 10 TD 13 12 TD 13 9 TD 7 6 TD 20 9 TD 19 2 TD 21 17 TD 20 10 TD 12 11 TD 20 3 TD 21 19 FR TD 21 12 TD 21 10 TD 19 13 TD 8 1 TD 6 5 TD 19 18 TD 20 15 TD 8 5 TD 15 11 TD 12 7 TD 2 1 TD 18 2 TD 16 5 FR TD 16 11 TD 19 4 TD 18 4 TD 20 4 TD 11 9 TD 11 4 TD 18 14 TD 15 8 TD 18 8 TD 6 4 TD 9 5 TD 18 1 PD OU TV SS MI

UJI KATEGORISASI

HUMILITY

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 101 54,3 54,3 54,3

RENDAH 85 45,7 45,7 100,0

Total 186 100,0 100,0

EMOTIONALY

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 103 55,4 55,4 55,4

RENDAH 83 44,6 44,6 100,0

Total 186 100,0 100,0

111

EXTRA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 89 47,8 47,8 47,8

RENDAH 97 52,2 52,2 100,0

Total 186 100,0 100,0

AGREE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 106 57,0 57,0 57,0

RENDAH 80 43,0 43,0 100,0

Total 186 100,0 100,0

CONSCIENT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 125 67,2 67,2 67,2

RENDAH 61 32,8 32,8 100,0

Total 186 100,0 100,0

OPENNES

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 91 48,9 48,9 48,9

RENDAH 95 51,1 51,1 100,0

Total 186 100,0 100,0

FRIEND

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 117 62,9 62,9 62,9

RENDAH 69 37,1 37,1 100,0

Total 186 100,0 100,0

112

FAMILY

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 106 57,0 57,0 57,0

RENDAH 80 43,0 43,0 100,0

Total 186 100,0 100,0

SIGNIFOTHER

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 100 53,8 53,8 53,8

RENDAH 86 46,2 46,2 100,0

Total 186 100,0 100,0

RESILIENSI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TINGGI 104 55,9 55,9 55,9

RENDAH 82 44,1 44,1 100,0

Total 186 100,0 100,0

113

TABEL FREQUENSI

UJI REGRESI

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

T_R 50,0000 10,00000 186

T_H 50,0000 10,00000 186

T_E 50,0000 10,00000 186

T_X 50,0000 10,00000 186

T_A 50,0000 10,00000 186

T_C 50,0000 10,00000 186

T_O 50,0000 10,00000 186

T_FR 50,0000 10,00000 186

T_F 50,0000 10,00000 186

T_SO 50,0000 10,00000 186

T_H T_E T_X T_A T_O T_C T_FR T_F T_R T_SO

N Val

id 186 186 186 186 186 186 186 186 186 186

Mi

ssi

ng

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000 50,0000

Std. Error of

Mean ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324 ,73324

Median 52,6013 50,7562 48,9833 50,1929 48,3700 50,0984 50,8770 52,4033 51,5062 52,2523

Mode 52,60 45,91 57,58 50,19 48,37 50,10 50,88 52,40a 49,70 48,48

Std.

Deviation

10,0000

0

10,0000

0

10,0000

0

10,0000

0 10,00000

10,0000

0 10,00000 10,00000

10,0000

0 10,00000

Minimum 23,57 21,66 27,49 27,77 32,13 25,69 23,69 29,48 12,43 18,28

Maximum 67,12 75,01 70,47 72,62 75,44 80,61 69,00 63,86 66,54 63,57

Sum 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00 9300,00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

114

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 T_SO, T_A,

T_E, T_X, T_H,

T_O, T_C, T_F,

T_FRb

. Enter

a. Dependent Variable: T_R

b. All requested variables entered.

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9344,404 9 1038,267 19,959 ,000b

Residual 9155,596 176 52,020

Total 18500,000 185

a. Dependent Variable: T_R

b. Predictors: (Constant), T_SO, T_A, T_E, T_X, T_H, T_O, T_C, T_F, T_FR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 32,0630 63,9109 50,0000 7,10706 186

Residual -22,75520 13,57449 ,00000 7,03489 186

Std. Predicted Value -2,524 1,957 ,000 1,000 186

Std. Residual -3,155 1,882 ,000 ,975 186

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,711a ,505 ,480 7,21252 ,505 19,959 9 176 ,000 1,283

a. Predictors: (Constant), T_SO, T_A, T_E, T_X, T_H, T_O, T_C, T_F, T_FR

b. Dependent Variable: T_R

115

a. Dependent Variable: T_R

UJI REGRESI PROPORSI VARIANS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 15,169 6,346 2,390 ,018

T_H ,205 ,065 ,205 3,135 ,002

T_E -,023 ,058 -,023 -,395 ,694

T_X -,052 ,065 -,052 -,798 ,426

T_A -,124 ,056 -,124 -2,232 ,027

T_C ,237 ,076 ,237 3,106 ,002

T_O ,127 ,083 ,127 1,536 ,126

T_FR ,235 ,086 ,235 2,738 ,007

T_F -,018 ,081 -,018 -,223 ,824

T_SO ,110 ,077 ,110 1,428 ,155

a. Dependent Variable: T_R

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,491a ,241 ,237 8,73638 ,241 58,386 1 184 ,000

2 ,508b ,258 ,250 8,66308 ,017 4,127 1 183 ,044

3 ,533c ,284 ,272 8,53083 ,026 6,718 1 182 ,010

4 ,559d ,313 ,298 8,37941 ,029 7,637 1 181 ,006

5 ,652e ,425 ,409 7,68984 ,112 34,917 1 180 ,000

6 ,681f ,463 ,445 7,44927 ,038 12,814 1 179 ,000

7 ,706g ,499 ,479 7,21697 ,036 12,708 1 178 ,000

8 ,707h ,499 ,477 7,23366 ,001 ,180 1 177 ,672

9 ,711i ,505 ,480 7,21252 ,006 2,039 1 176 ,155

a. Predictors: (Constant), T_H

b. Predictors: (Constant), T_H, T_E

116

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4456,310 1 4456,310 58,386 ,000b

Residual 14043,690 184 76,324

Total 18500,000 185

2 Regression 4766,028 2 2383,014 31,753 ,000c

Residual 13733,972 183 75,049

Total 18500,000 185

3 Regression 5254,954 3 1751,651 24,069 ,000d

Residual 13245,046 182 72,775

Total 18500,000 185

4 Regression 5791,171 4 1447,793 20,620 ,000e

Residual 12708,829 181 70,215

Total 18500,000 185

5 Regression 7855,940 5 1571,188 26,570 ,000f

Residual 10644,060 180 59,134

Total 18500,000 185

6 Regression 8567,000 6 1427,833 25,731 ,000g

Residual 9933,000 179 55,492

Total 18500,000 185

7 Regression 9228,918 7 1318,417 25,313 ,000h

Residual 9271,082 178 52,085

Total 18500,000 185

8 Regression 9238,331 8 1154,791 22,069 ,000i

Residual 9261,669 177 52,326

Total 18500,000 185

9 Regression 9344,404 9 1038,267 19,959 ,000j

Residual 9155,596 176 52,020

Total 18500,000 185

c. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X

d. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A

e. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C

f. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O

g. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR

h. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F

i. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F, T_SO

117

a. Dependent Variable: T_R

b. Predictors: (Constant), T_H

c. Predictors: (Constant), T_H, T_E

d. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X

e. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A

f. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C

g. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O

h. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR

i. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F

j. Predictors: (Constant), T_H, T_E, T_X, T_A, T_C, T_O, T_FR, T_F, T_SO

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 25,460 3,275 7,775 ,000

T_H ,491 ,064 ,491 7,641 ,000

2 (Constant) 34,278 5,421 6,323 ,000

T_H ,450 ,067 ,450 6,741 ,000

T_E -,136 ,067 -,136 -2,031 ,044

3 (Constant) 27,545 5,936 4,640 ,000

T_H ,395 ,069 ,395 5,723 ,000

T_E -,120 ,066 -,120 -1,817 ,071

T_X ,174 ,067 ,174 2,592 ,010

4 (Constant) 36,425 6,658 5,471 ,000

T_H ,374 ,068 ,374 5,484 ,000

T_E -,116 ,065 -,116 -1,788 ,075

T_X ,185 ,066 ,185 2,800 ,006

T_A -,172 ,062 -,172 -2,763 ,006

5 (Constant) 24,845 6,417 3,872 ,000

T_H ,222 ,068 ,222 3,280 ,001

T_E -,077 ,060 -,077 -1,279 ,202

T_X ,060 ,064 ,060 ,931 ,353

T_A -,120 ,058 -,120 -2,084 ,039

T_C ,418 ,071 ,418 5,909 ,000

6 (Constant) 19,511 6,392 3,052 ,003

T_H ,224 ,066 ,224 3,417 ,001

T_E -,030 ,059 -,030 -,498 ,619

118

T_X -,010 ,065 -,010 -,155 ,877

T_A -,136 ,056 -,136 -2,425 ,016

T_C ,291 ,077 ,291 3,775 ,000

T_O ,270 ,075 ,270 3,580 ,000

7 (Constant) 15,296 6,305 2,426 ,016

T_H ,220 ,064 ,220 3,467 ,001

T_E -,020 ,058 -,020 -,340 ,734

T_X -,048 ,064 -,048 -,751 ,454

T_A -,115 ,055 -,115 -2,103 ,037

T_C ,251 ,076 ,251 3,325 ,001

T_O ,134 ,082 ,134 1,628 ,105

T_FR ,271 ,076 ,271 3,565 ,000

8 (Constant) 14,978 6,363 2,354 ,020

T_H ,215 ,065 ,215 3,291 ,001

T_E -,021 ,058 -,021 -,365 ,715

T_X -,053 ,065 -,053 -,809 ,419

T_A -,112 ,055 -,112 -2,023 ,045

T_C ,252 ,076 ,252 3,331 ,001

T_O ,133 ,083 ,133 1,608 ,110

T_FR ,255 ,085 ,255 3,000 ,003

T_F ,031 ,074 ,031 ,424 ,672

9 (Constant) 15,169 6,346 2,390 ,018

T_H ,205 ,065 ,205 3,135 ,002

T_E -,023 ,058 -,023 -,395 ,694

T_X -,052 ,065 -,052 -,798 ,426

T_A -,124 ,056 -,124 -2,232 ,027

T_C ,237 ,076 ,237 3,106 ,002

T_O ,127 ,083 ,127 1,536 ,126

T_FR ,235 ,086 ,235 2,738 ,007

T_F -,018 ,081 -,018 -,223 ,824

T_SO ,110 ,077 ,110 1,428 ,155

a. Dependent Variable: T_R