Upload
lamquynh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP
JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN 2006-2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
RANI KUSUMA DEWI
NIM: 1112046100020
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H / 2016 M
iv
ABSTRAKSI
Rani Kusuma Dewi, 1112046100020, Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2015. Perbankan Syariah, Program
Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
makroekonomi jangka pendek dan jangka panjang terhadap Jakarta Islamic Index
dan juga untuk mengetahui pola dinamik yang terjadi antara variabel bebas dan
terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah inflasi, kurs, dan Industrial
Production Index (IPI) . Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error
Correction Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data
runtun (time series) bulanan dari Januari 2006– Desember 2015.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pengaruh variabel Industrial
Production Index (IPI), inflasi terhadap Jakarta Islamic Index tahun 2006 – 2015
dalam jangka pendek memberikan dampak yang positif dan tidak signifikan,
sedangkan kurs memberikan dampak positif dan signifikan terhadap JII. Lalu
dalam jangka panjang pengaruh IPI adalah positif dan tidak signifikan. Kurs dan
inflasi memiliki positif dan signifikan, inflasi memiliki positif dan tidak
signifikan dan bunga memiliki pengaruh negative dan signifikan. Untuk melihat
pola dinamik yang terjadi, dilihat pada uji Impluse Respone dan variance
decompotion. Pada uji Impluse Respone variabel IPI memiliki respon positif dan
negatif. Variabel kurs memiliki respon positif permanen dan inflasi memiliki
respon negatif permanen. Lalu pada uji variance decompotion menghasilkan kurs
adalah variabel terbesar yang mempengaruhi JII dan variabel terkecil yang
mempengaruhi JII adalah Industrial Production Index (IPI).
Kata Kunci : inflasi, kurs, dan Industrial Production Index (IPI), Jakarta Islamic
Index (JII), Vector Error Correction Models (VECM)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta Alam. Atas
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga dan juga sahabat-sabahatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Jakarta
Islamic Index Tahun 2006 - 2015” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Kusmin dan Ibu Ruhaniz yang selalu
mendo’akan, memberi cinta, kasih sayang dan mendukung dalam kondisi
apapun serta telah menjadi motivasi dan ambisi dalam hidup sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas
vi
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Tini Anggraini, ST, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A., selaku penasehat akademik penulis
yang telah membimbing selama masa perkuliahan.
6. Bapak Gustian Djuanda,SE,MM. dan Bapak Sofyan Rizal,SE,MM selaku
penguji seminar proposal yang mengarahkan dan memperbaiki proposal skripsi
penulis.
7. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
Pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Adekku tersayang Reza Kusuma Putra yang selalu mendukung penulis dan
memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian.
9. Sahabat baik Rahmi Rahmawati yang selalu menemani selama kuliah, susah
senang bersama, berbagi ilmu, canda emosi dan nasihat yang selalu diberikan
ketika penulis melakukan kesalahan.
10. Teruntuk Sovi Hizmi yang hadir memberi warna-warna baru bagi penulis,
berupa dukungan, canda, emosi dan motivasi untuk segera menyelesaikan
penelitian ini.
vii
11. Kepada sahabat- sahabatku CAPOLISTA (Latif, Adila, Rinrin, Pasha, Maria,
Ichi, Rizka, Joni, Faisal, Agung, Zaky, Yaya, Bella, Evi, Emma, Lulut)
terimakasih sudah memberikan makna kekeluargaan tanpa adanya hubungan
darah.
12. Kepada sahabat Ngebolang Nia dan Mucus terimakasih sudah menemani
jalan-jalan, membantu dalam banyak hal dan membuat canda tawa di kala
penulis sedang suntuk
13. Kepada keluarga besar FLAT, terimakasih atas ilmu, pengalaman,
kekeluragaan, canda tawa dan susah senang bersama sehingga membentuk
kepribadian penulis menjadi lebih baik.
14. kepada sahabat- sahabat masa kecil ku Syifa Fauziah dan Badzlina Egsa yang
selalu bertanya kabar dan memberikan semangat agar penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini.
15. Teman-teman kelas Perbankan Syariah A terimakasih atas waktu dan
kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahaan.
16. Teman Perbankan Syariah angkatan 2012, terimakasih atas semangat dan
tujuan untuk wisuda bareng sehingga memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman KKN EXPRESSO Mekarsari Kec. Jambe Kab. Tangerang –
Banten terimakasih atas perhatian dan kerjasama, dan saling pegertian dalam
menjalankan kegiatan KKN serta pengerjaan laporan KKN serta pengalaman
berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya.
viii
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah balas dengan berlipat ganda.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………………………………………..ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………......iii
ABSTRAK…………………………………………………………….....…...iv
KATA PENGANTAR…………………………………………...…………....v
DAFTAR ISI…………………………………………………………...…......ix
DAFTAR TABEL……………………………………….…………..……......xii
DAFTAR GRAFIK…………………………………….……………………..xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………….……………………...xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………….11
C. Pembatasan Masalah……………………………………………....11
D. Perumusan Masalah……………………………………………….11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………....12
F. Sistematika Penulisan……………………………………………..13
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Investasi Dalam Perspektif Islam…………………………………..15
B. Pasar Modal Syariah………………………………………………..17
C. Jakarta Islamic Index……………………………………………….19
D. Ilmu Makroekonomi Dalam Perspektif Islam……………………...21
E. Variabel Makroekonomi……………………………………………23
a. Kurs……………………………………………………………………..23
x
b. Tingkat Inflasi……………………………………………..…..26
c. Industrial Production Index (IPI)……………………………..32
F. Penelitian Terdahulu………………………………………………33
G. Kerangka Pemikiran……………………………………………...46
H. Hipotesis Penelitian……………………………………………....47
BAB III: METODLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………....49
B. Sumber Data……………………………………………………….49
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………...50
D. MetodeAnalisis…………………………………………………….50
E. Model Penelitian…………………………………………………...59
F. Operasional Variabel Penelitian……………………………………60
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian………………………62
a. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index……………….62
b. Kurs…………………………………………………………………….66
c. Tingkat Inflasi…………………………………………………..69
d. Industrial Production Index (IPI)………………………………71
B. Hasil dan Pembahasan…………………………………………...73
xi
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………….……………………………...87
B. Saran………………….……………………………...……..89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kapitalisasi Saham Syariah ……………………………………....…..5
Tabel 2 Penelitian Terdahulu……………………………………………......…38
Tabel 3 Variabel, Satuan dan Sumber Data………………….…………….......49
Tabel 4. Nama 30 Emiten yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index……….......65
Tabel 5. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada Tingkat Level………….…….…...73
Tabel 6 Uji Stasioneritas ADF pada 1st difference………………………….….74
Tabel 7 Hasil Penetapan lag optimal…………………………………..……….76
Tabel 8 Hasil Uji Johansen Cointegration Test ……………………………….77
Tabel 9 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek JII…………….78
Tabel 10 Nilai Impluse Respon Of Jakarta Islamic Index………………………..80
Tabel 11 Hasil Variance Decompotion …………………………………………….85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Penelitian ………………………………………………47
Gambar 2 Uji Impluse Respon Terhadap JII ……………………………...….81
Gambar 3. Uji Impluse Respon Inflasi Terhadap JII .………….……….…....81
Gambar 4. Uji Impluse Respon Kurs Terhadap JII ………….…………………...83
Gambar 5 Uji Impluse Respon IPI Terhadap JII …..…………………………84
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Perkembangan Jumlah Saham Syariah …………………………....4
Grafik 2. Grafik perkembangan Jakarta Islamic Index ………………………..63
Grafik 3. Perkembangan Kurs …………………………………………........67
Grafik 4.Perkembangan Inflasi ………………………………………….......69
Grafik 5.Perkembangan Industrial Production Index (IPI) …………………72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan tujuan menjadi pegangan
hidup, serta menjawab permasalahan yang ada untuk manusia. Manusia
sebagai khalifatullah fil ardh (God vicegerent on earth) menggunakan
ajaran agama tersebut sebagai manifestasi perwujudan kerajaan Allah di
muka bumi, dan ajaran agama harus dilaksanakan dalam setiap aspek
kehidupan. Dalam Islam dikenal shariah, sebagai God’s Law atau Islamic
Laws, yang mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Shariah adalah
seperangkat do’s and don’ts, mengatur yang dibolehkan dan yang
dilarang. Landasan syariah adalah kebijaksanaan dan kebahagiaan manusia
di dunia dan di akhirat.
Kehidupan sosial ekonomi, termasuk sistem keuangan dan
instrumentasinya, tidak pula luput dalam pengaturan tersebut, dan dalam
hal ini jatuh ke dalam lingkup shariah muamalah. Islamic Finance adalah
shariah-based finance, keuangan yang secara logis menggunakan prinsip,
prosedur, asumsi, sekaligus instrumentasi dan aplikasi dari nilai
epistemologi (sumber pengetahuan) Islam. Epistemologi Islam yang utama
adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat
dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi
2
produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al-Quran
dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta
yang dimiliki1. Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut,
maka harus diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan
orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu
bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal selama
segala jenis transaksi yang terkait di dalamnya tidak bertentangan dengan
segala ketentuan yang ditetapkan oleh syariat Islam.
Di Indonesia, keberadaan pasar modal merupakan salah satu faktor
penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Pasar modal
memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Dalam fungsi ekonomi, pasar modal berperan sebagai penyedia fasilitas
atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor
dan pihak yang memerlukan dana. Sedangkan dalam fungsi keuangan,
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh
imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi
yang dipilih.
Oleh karena itu, komitmen pemerintah Indonesia terhadap peran Pasar
Modal tercermin di dalam Undang-undang Republika Indonesia Nomor 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, di mana dinyatakan bahwa Pasar
Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional,
1 Adrian Sutedi, “Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasaekan Prinsip
Syariah”, 2011. Jakarta: Sinar Grafika. H.33
3
sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana
investasi bagi masyarakat.
Munculnya produk syariah di pasar modal pada mulanya berawal dari
keinginan untuk mengakomodasi kebutuhan umat Islam yang ingin
melakukan investasi dengan prinsip syariah. Hal inilah yang kemudian
melatarbelakangi PT Danareksa Investment Management untuk
meluncurkan Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997. Kemudian pada
tanggal 3 Juli 2000, Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT
Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index
(JII). Selanjutnya, produk investasi syariah di pasar modal terus
berkembang dengan kehadiran instrumen obligasi syariah (sukuk),
reksadana syariah, dan Daftar Efek Syariah (DES) yang kemudian
bertransformasi menjadi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Bahkan
jumlah saham syariah yang terdaftar di bursa terus mengalami peningkatan
yang signifikan, yaitu hampir dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun,
mulai 2007 hingga 2012, sebagaimana data tersebut dapat dilihat dalam
grafik 1.
4
Grafik 1. Perkembangan Jumlah Saham Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Grafik 1 juga mengindikasikan bahwa keberadaan saham syariah
sangat diminati oleh para investor. Sedangkan nilai kapitalisasi saham
syariah yang ditunjukkan oleh Jakarta Islamic Index mengalami fluktuasi
pada periode yang sama, dimana pada tahun 2008 sempat mengalami
penurunan sebagai dampak dari subprime crisis di Amerika Serikat.
Namun, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1, nilai kapitalisasi saham
syariah ini kembali menunjukkan tren kenaikan secara positif mulai tahun
2009 hingga 2012. Ini menunjukkan bahwa kinerja Jakarta Islamic Index
mengalami peningkatan yang cukup baik.
0
50
100
150
200
250
300
350
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah saham syariahperiode 1
Jumlah saham syariahperiode 2
5
Tabel 1. Kapitalisasi Saham Syariah
Tahun Jakarta Islamic Index
(Rp Miliar)
2007 1.105.897,25
2008 428.525,74
2009 937.919,08
2010 1.134.632,00
2011 1.414.983,81
2012 1.671.004,23
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan.
JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan PT. Danareksa Invesment Management (DIM). JII menggunakan
metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI.
Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah
lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa
tidak berarti saham-saham di luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip
syariah. JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik
yang sudah sesuai dengan ketentuan syariah. sehingga di luar JII pun
masih ada saham syariah yang dapat dikategorikan sebagai saham yang
termasuk dalam Islamic Stock Selection Index yang diluncurkan oleh
6
Karim Business Consulting (KBC) yang berisi daftar semua saham dari
emiten di BEI yang sesuai dengan syariah.
Jakarta Islamic Index merupakan indeks harga saham yang dapat
digunakan dalam melihat perkembangan pasar modal baik setelah dan
sebelum terjadinya krisis. Perkembangan pasar modal melalui pergerakan
indeks harga saham tidak hanya dipengaruhi oleh krisis perekonomian
global, namun kondisi perekonomian suatu Negara itu sendiri melalui
variabel makroekonomi juga dapat merespon perkembangan pasar modal.
Variabel-variabel makro ekonomi seperti nilai tukar rupiah terhadap mata
uang dollar, inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, tingkat
pertumbuhan ekonomi, maupun regulasi pemerintah yang akan senantiasa
berfluktuasi di setiap periodenya sehingga terindikasi berpengaruh
terhadap kegiatan investasi di pasar modal.
Nilai kurs rupiah terhadap dollar AS menjadi salah satu faktor yang
turut mempengaruhi pergerakan indeks saham di pasar modal Indonesia.
Kestabilan pergerakan nilai kurs menjadi sangat penting terlebih bagi
perusahaan yang aktif dalam kegiatan ekspor impor yang tidak dapat
terlepas dari penggunaan mata uang asing yaitu dollar Amerika Serikat
sebagai alat transaksi atau mata uang yang sering digunakan dalam
perdagangan. Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Pada saat
nilai rupiah terdepresiasi dengan dollar Amerika Serikat, harga barang-
barang impor menjadi lebih mahal, khususnya bagi perusahaan yang
7
sebagian besar bahan bakunya menggunakan produk-produk impor.
Peningkatan bahan-bahan impor tersebut secara otomatis akan
meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya terindikasi berpengaruh
pada penurunan tingkat keuntungan perusahaan, sehingga hal ini akan
berdampak pula pada pergerakan harga saham perusahaan yang kemudian
memacu melemahnya pergerakan indeks harga saham2.
Untuk meredam nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,
pemerintah menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
pada bulan Juli 1998 menyentuh angka 70,81% per tahun, bahkan suku
bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada bulan Agustus 1998
menyentuh angka 81,01% per tahun, demikian juga bunga deposito
berjangka menunjukan peningkatan. Suku bunga deposito per bulan pada
tahun 1993 sebesar 13,37%; tahun 1994 sebesar 12,42%; tahun 1995
sebesar 16,72%; tahun 1996 sebesar 16,92%; tahun 1997 sebesar 23,01%
dan akhir Juni 1998 sebesar 52,92%. Jika suku bunga terus meningkat,
maka ada kecendrungan pemilik modal akan mengalihkan portofolionya
ke deposito dan tentunya berakibat negative terhadap pasar modal.
Investor tidak tertarik menanamkan modalnya di pasar modal, karena
pengembalian (return) saham yang diterima lebih kecil dibandingkan
2 Septian Prima Rusbariandi, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga
Emas Dunia, dan Kurs Rupiah terhadap Jakarta islamic Index di Bursa Efek Indonesia periode
Januari 2005 – Maret 2012”, Jurnal, Universitas Gunadarma, 2012, h. 3.
8
dengan pengembalian dari bunga deposito. Hal ini menyebabkan harga
saham di pasar modal mengalami penurunan yang sangat dratis, 3
Tidak hanya nilai tukar, inflasi pun dapat dikendalikan oleh tingkat
suku bunga. Inflasi menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat,
hal ini disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat dengan adanya
kenaikan harga, dengan semakin tingginya angka inflasi maka
perekonomian akan memburuk dan memberikan dampak pada turunnya
keuntungan perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham. Inflasi
adalah kenaikan harga barang yang berlaku secara umum dan terus
menerus. Instrumen yang digunakan untuk mengendalikan inflasi adalah
BI Rate (Tingkat Suku Bunga Acuan ) BI Rate merupakan ukuran biaya
modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari
para pemilik modal, kenaikan suku bunga akan mendorong masyarakat
untuk menabung dan akan menaikkan biaya bunga bagi perusahaan dan
menyebabkan perusahaan akan melakukan kegiatan operasinya dengan
biaya tinggi, biaya tinggi ini menyebabkan resiko yang bertambah dan
masyarakat lebih memilih untuk mengambil investasi yang lebih aman
dengan menabung. hal ini menyebabkan kinerja perusahaan menurun dan
mengakibatkan pada harga saham.4
Kenaikan Inflasi akan membuat kenaikan suku bunga yang akan
berdampak kepada mahalnya biaya modal. Hal ini akan membuat para
3 Rizqi Widi Feirdani,”Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Retun Saham Syariah
dan Non Syariah”. Skripsi.2008.UIN Jakarta. h. 17 4 Early Ridho Kismawardi, “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Jakarta Islamic Index”.
Skripsi 2013. Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. h.22
9
investor mengalihkan dana mereka untuk didepositokan yang berakibat
harga saham cenderung turun, begitu juga sebaliknya jika terjadi
penurunan inflasi. Menurut Sutopo dan Sudarto inflasi berpengaruh
terhadap pergerakan saham melalaui return saham. Hal ini menujukan
bahwa secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return pasar.
Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menyebabkan
inflasi yang tinggi. Hal ini mendorong pemerintah untuk menarik rupiah
yang ada di masyarakat dengan cara menaikan tingkat suku bunga.
Tingginya tingkat suku bunga menyebabkan berkurangnya investasi dan
hal tersebut mendorong turunnya harga saham.
Sedangkan variabel makro selanjutnya adalah Industrial Production
Index (IPI). Industrial Production Index (IPI) adalah sebuah indikator
ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI digunakan sebagai
representasi bagi pendapatan nasional unuk menggantikan ketiadaan data
PDB bulanan.
Menurut penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Irfan
Syauqi Beik & Sri Wulan Fatmawati yang melakukan penelitian mengenai
pengaruh indeks harga saham syariah international dan variabel
makroekonomi terhadap Jakarta Islamic Index, dengan menggunakan
Industrial Production Index (IPI) sebagai indikator pertumbuhan ekonomi.
10
Dari hasil penelitian disimpulkan peningkatan IPI akan mempengaruhi
harga saham melalui dampaknya terhadap keuntungan perusahaan5.
Rizqi Widi Feirdani (2008) dalam penelitiannya tentang analisis
pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham syariah dan non
syariah mengungkapkan bahwa hanya satu faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham syariah dan non syariah yaitu nilai tukar
rupiah terhadap dollar, sedangkan variabel lainnya, SBI, inflasi dan PDB
tidak berpengaruh signifikan terhadap retun saham syariah dan non
syariah. penelitian ini dapat dijadikan landasan awal untuk melihat
pengaruh variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic Index.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini dimaksudkan
untuk mengukur dan menjelaskan pengaruh variabel makroekonomi, yang
terdiri dari IPI, inflasi, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
terhadap Jakarta Islamic Index yang mengukur pergerakan rata-rata harga
saham berbasis syariah. Penurunan indeks harga saham berdampak
terhadap perlambatan dan perkembangan pasar modal dan pasar modal
merupakan kunci dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, judul penelitian adalah PENGARUH VARIABEL
MAKROEKONOMI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN
2006-2015.
5 Irfan Syauqi Beik & Sri Wulan Fatmawati, “Penaruh Indeks Harga Saham Syariah International
dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index”, Jurnal Al-Iqtishad : Vol. VI No.2
Juli 2014.
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan variabel Makroekonomi inflasi terhadap
Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2006-2015 ?
2. Bagaimana perkembangan variabel Makroekonomi kurs terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) tahun 2006-2015 ?
3. Bagaimana perkembangan variabel Makroekonomi Industrial Production
Index (IPI) terhadap Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2006-2015 ?
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih terfokus dan spesifik, dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi pada variabel makroekonomi sebagai variabel
bebas yaitu inflasi, kurs, dan Industrial Production Index (IPI)
terhadap Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel terikat.
2. Periode yang diambil adalah 2006-2015 berupa data perbulan selama
120 bulan terhitung dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2015.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :
12
1. Apakah terdapat pengaruh jangka pendek variabel makroekonomi
(inflasi, IPI, dan kurs) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015?
2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang variabel makroekonomi
(inflasi, IPI, dan kurs) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015?
3. Bagaimana pola dinamik yang terjadi antara variabel makroekonomi
(inflasi, IPI, dan kurs) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjawab permasalahan, yaitu :
Mengetahui pengaruh jangka pendek variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015.
Mengetahui pengaruh jangka panjang variabel makroekonomi (inflasi, IPI,
dan kurs) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015.
Mengetahui Pola Dinamik variabel makroekonomi (inflasi, IPI, dan kurs)
terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015.
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Akademik
13
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang keuangan yang membahas mengenai pasar
modal syariah di Indonesia.
2. Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi investor
mengenai saham JII dengan memperhatikan faktor ekonomi seperti
perubahan inflasi, nilai kurs, dan pertumbuhan ekonomi terhadap Jakarta
Islamic Index, sehingga dapat menerapkan strategi perdagangan di pasar
modal.
3. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
sebagai bahan pertimbangan yang terkait dalam fungsi pengambilan
kebijakan moneter yang akan ditempuh agar lebih mampu menciptakan
iklim investasi yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di
Jakarta Islamic Index.
4. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru dalam memahami
bahwa fator-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja
saham secara sistematis, serta pengaruhnya pada Jakarta Islamic Index.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika
penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
14
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini menyajikan mengenai landasan teori yang melandasi
penelitian ini, terkait dengan pasar modal syariah, Jakarta Islamic Index,
Inflasi, kurs, dan Industrial Production Index (IPI). Lalu ada review studi
terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, metode analisis data, penjelasan mengenai operasional
variabel, dan hipotesis penelitian.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan mengenai analisis data hasil penelitian yang
berupa hasil uji Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Jakarta
Islamic Index Tahun 2006-2015. Melalui hasil pengolahan data, analisis,
dan pembahasan yang dilakukan, diharapkan memperoleh jawaban atas
permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya.
BAB V : PENUTUP
Bab ini adalah bagian terakhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan
saran yang diajukan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi Dalam Perspektif Islam
Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap
harta ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan
termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah
mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang
diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya
saja.6
Dalam investasi kita mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli
dari sesuatu yang diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual
disebut profit margin. Harga terbentuk setelah terjadinya mekanisme
pasar.
Suatu pernyataan penting yang disampaikan oleh seorang ulama
besar al-Ghozali adalah keuntungan merupakan kompensasi dari
kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri
pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan
yang merupakan kompensasi dari risiko yang ditanggungnya.
Ibnu Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk
domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai
peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan,
6 M. Faruq an Nabahan, Sistem Ekonomi Islam : pilihan setelah kegagalan sistem Kapitalis dan
Sosialis, alih bahasa : Muhadi Zainuddin, UII Press, Yogyakarta, 2000, h : 92-97
16
sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan pendapatan. Besar
kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan
atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan,
kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT7.
Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh
pelaku investasi syariah (pihak terkait) adalah:8
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya
maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-
hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan di pasar modal
mengacu pada hukum syariat yang berlaku. Perputaran modal pada
kegiatan pasar modal syariah tidak boleh disalurkan kepada jenis industri
yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan. Pembelian saham
pabrik minuman keras, pembangunan penginapan untuk prostitusi dan
lainnya yang bertentangan dengan syariah berarti diharamkan.
7 A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, penerjemah H. Anshari Thayib, Surabaya, Bina
Ilmu, 1997, h : 168. 8 M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi : sebuah tinjauan Islam (penerjemah : Ikhwan
Abidin Basri), Jakarta, Gema Insani Press, 2001, h : 27-43
17
Semua transaksi yang terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama
suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau
mendzalimi. Tidak ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan
semua transaksi harus transparan, dengan demikian diharamkan
adanya insider trading.
B. Pasar Modal Syariah
Sampai tahun 1970, sebagian masyarakat muslim tidak dapat terlibat
dalam investasi di pasar modal. Hal ini disebabkan karena larangan Islam
pada aktivitas-aktivitas bisnis tertentu. Untuk memenuhi kepentingan
pemodal yang ingin mendasarkan kegiatan investasinya berdasarkan
kepada prinsip-prinsip syariah, maka di sejumlah Bursa Efek dunia telah
di susun indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham
yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dewan Syariah
Nasional, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penetapan Prinsip syariah di bidang Pasar Modal.
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa‟ ayat 29:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
18
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus
diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang untuk
menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk
investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar Modal pada
dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-
surat berharga untuk jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik
dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Institusi pasar modal syariah
merupakan salah satu dari seruan Allah tentang investasi tersebut.
Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia
tetapi juga di Negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali
menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan
manajemen portofolio syariah di pasar modal adalah Amanah Income
Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para anggota the North
American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat.
Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di
seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia
dan Amerika. Beberapa Negara yang proaktif dalam mengembangkan
pasar modal yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan
syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain.
Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock
Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Exchange di Malaysia.
19
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung
juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang
terlebih dahulu dijalankan oleh Negara-negara lain. Pasar modal syariah di
Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Danareksa syariah pada 3 Juli
1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002.
Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak
diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada
tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII).
C. Jakarta Islamic Index (JII)
Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah
terjadi sejak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana syariah yang
diprakarsai danareksa. Selanjutnya, PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM)
meluncurkan Jakarta Islamic index (JII) yang mencakup 30 jenis saham
dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang
hukum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun dari
persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum syariah Islam adalah:
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
20
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria
saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic
Index tersebut adalah:
1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih
dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10
berkapitalisasi besar).
2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90% (sembilan puluh persen).
3) Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan
urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar
selama satu tahun terakhir.
4) Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat
likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya.
21
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitoring secara
terus-menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
Perhitungan JII dilakukan PT. Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan bobot
kapitalisasi pasar (Market Capitalization Weighted). Perhitungan indeks
ini juga mencangkup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang
dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate
action. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.
D. Ilmu Makroekonomi Dalam Perspektif Islam
Ekonomi makro atau makro ekonomi adalah studi tentang ekonomi
secara keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi
yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan
pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik
untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan
ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan
neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara
agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain pendapatan
nasional, kesempatan kerja atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju
inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
22
Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi
dalam lingkup kecil, misalnya perusahaan dan rumah tangga.
Dalam membahas perspektif Ekonomi Islam, ada satu titik awal yang
benar-benar harus kita perhatikan, yaitu : ekonomi dalam Islam itu
sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam, yang bersumber dari
syariatnya Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah Nabawiyah yang
berbahasa Arab.
Karena itu, berbagai terminologi dan substansi ekonomi yang
sudah ada, haruslah dibentuk dan disesuaikan terlebih dahulu dalam
kerangka Islami. Atau dengan kata lain, harus digunakan kata dan kalimat
dalam bingkai lughawi. Supaya dapat disadari pentingnya titik
permasalahan ini. Karena dengan gamblang, tegas dan jelas mampu
memberi pengertian yang benar tentang istilah kebutuhan, keinginan, dan
kelangkaan (al nudrat) dalam upaya memecahkan problematika ekonomi
manusia.
Menurut Muhammad Abdul Manan Islamic economics is a social
science which studies the economics problems of a people imbued with
the values of Islam. Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi makro Islam
adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Sedangkan
Manan mengatakan bahwa, ilmu ekonomi makro Islam adalah ilmu
ekonomi positif dan normatif. Jika ada kecenderungan beberapa ekonom
23
yang sangat mementingkan positivisme dan sama sekali tidak mengajukan
pendekatan normatif atau sebalikya, tentu sangat disayangkan9.
E. Variabel Makroekonomi
Beberapa variabel yang akan penulis gunakan dalam menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi indeks syariah JII adalah, nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat inflasi, dan Industrial Production
Index (IPI).
a. Kurs
Abu Bakar radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam: "Janganlah kalian berjual beli emas dengan
emas kecuali dengan jumlah yang sama, perak dengan perak kecuali
dengan jumlah yang sama dan berjual belilah emas dengan perak atau
perak dengan emas sesuai keinginan kalian"10
.
Pada masa nabi Muhammad Saw mata uang yang digunakan
adalah dinar dan dirham, dinar terbuat dari emas dan dirham terbuat dari
perak, pengenal dinar dan dirham sebagai alat tukar sudah dikenal sejak
Nabi Yakub dan Yusuf, seperti firman Allah dalam surat Yusuf ayat 20:
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada
Yusuf, (Surah Yusuf Ayat 20).
9 Mustafa Edwin Nasution,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 18 10 Achmad Sunarto dkk, Terjamah Sahih Bukhari, (Semarang, Cv Asy Syifa, 1991), h. 572
24
Kurs merupakan variabel makroekonomi yang turut mempengaruhi
volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan
meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup
elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang
kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG.
Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki
hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi
kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam
perekonomian yang mengalami inflasi11
.
Nilai tukar (kurs) suatu mata uang didefinisikan sebagai harga
relatif pada suatu mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem
nilai tukar yaitu (1) fixed exchange rate atau sistem nilai tukar tetap, (2)
managed floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang
terkendali, dan (3) floating exchange rate atau sistem nilai tukar
mengambang. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan,
Bank Sentral dapat melakukan devalusi maupun revaluasi atau nilai tukar
tidak ditetapkan. Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah suatu Negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar
mata uang Negara tersebut terhadap mata uang lain. Sebaliknya, revaluasi
adalah kebijakan untuk menaikkan nilai tukar mata uang Negara tersebut
terhadap mata uang lain.12
11
Suramaya Suci Kewal, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan Pdb Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan, Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012 12
Ibid,h.85.
25
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang
suatu Negara dengan mata uang Negara lain. Misal kurs rupiah terhadap
dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk
ditukarkan dengan satu dollar Amerika.
Mankiw membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal
(nominal exchange rate) dan kurs rill (real exchange rate).
a. Kurs nominal (nominal exchange rate)
Adalah harga relatif dari mata uang dua Negara. Sebagai contoh, jika
kurs antara dollar AS dan rupiah Indonesia adalah 9000 rupiah per
dollar, maka kita bisa menukar 1 dollar untuk 9000 rupiah di pasar
uang.
b. Kurs rill (real exchange rate)
Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua Negara. Kurs riil
menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang
yang diproduksi dari suatu Negara untuk barang-barang dari Negara
lain.
Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara
umum perhitungannya sebagai berikut:
Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik
Harga Barang Luar Negeri
Tingkat harga di mana kita memperdagangkan barang domestik
dengan barang luar Negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal
dan pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan
26
barang lain, di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar
itulah sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian juga
pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai
atau harga antar kedua mata uang tersebut.
b. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan jumlah peredaran
uang yang lebih banyak dari pada jumlah barang yang beredar, sehingga
menimbulkan penurunan daya beli uang dan selanjutnya terjadi kenaikan
harga yang menyolok.13
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang umum secara
terus-menerus dalam jangka waktu panjang, kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Ketidakpastian mengenai daya beli dari pendapatan yang akan
diterima di masa depan sebagai return dari suatu investasi. Dalam bahasa
sehari-hari resiko ini dikenal sebagai dampak inflasi maupun deflasi dari
suatu investasi. Inflasi adalah kondisi terjadinya kenaikan tingkat harga
umum dalam suatu perekonomian yang menyebabkan menurunnya daya
beli dan permintaan tetap. Deflasi merupakan kondisi yang sebaliknya dari
inflasi, yaitu penurunan tingkat harga umum.14
13
Aliminsyah dan Padji. Kamus Istilah., h. 370 14 Adler H. Manurung, dan Lutfi T. Rizki, Successful Financial Planner A Complete Guide,
(Jakarta: Grasindo,2009 ). h. 114.
27
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif
tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat
merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat
banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar.
Sedangkan inflasi yang dengan lamban, sangat rendah akan berakibat
pertumbuhan ekonomi menjadi lamban dan pada akhirnya harga saham
juga bergerak lamban.15
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil
dan dibenarkan dalam islam.16
Namun demikian penurunan dinar atau
dirham dapat dimungkinkan terjadi apabila suatu saat ditemukan cadangan
emas atau perak ditemukan dalam jumlah yang signifikan.
Kondisi defisit pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan ini hanya
terjadi satu kali yaitu sebelum Perang Hunain. Walaupun demikian Al
Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua macam, yaitu inflasi akibat
berkurangnya persediaan barang dan inflasi akibat kesalahan manusia.
Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan
Khulafaur rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan.
Inflasi akibat kesalahan manusia ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi
15
Muhammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio , (Jakarta: Erlangga, 2006), h.
201. 16 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008)
28
dan administrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, serta jumlah uang
yang berlebihan17
.
Dari Abu Hurairah bahwa seseorang datang dan berkata; wahai
Rasulullah, tetapkanlah harga! Kemudian beliau berkata: "Allahlah yang
menurunkan dan menaikkan, dan sesungguhnya aku berharap untuk
bertemu dengan Allah sementara aku tidak memiliki dosa kezhaliman
kepada seorangpun."
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: ”Harga barang
dagangan pernah melambung tinggi di Madinah pada zaman Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu orang-orang pun berkata:”Wahai
Rasulullah, harga barang melambung, maka tetapkanlah standar harga
untuk kami.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:”Sesungguhnya Allah lah al-Musa’ir (Yang Maha Menetapkan
harga), al-Qabidh, al-Basith, dan ar-Raziq. Dan sungguh aku benar-benar
berharap berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun
dari kalian yang menuntutku dengan kezhaliman dalam masalah darah
(nyawa) dan harta”.
Terlihat dari hadits di atas secara umum Nabi melarang penetapan
harga, pelarangan itu terjadi jika kondisi pasar kondusif namun jika
kondisi pasar mengalami keadaan tidak kondusif/ada kecurangan dalam
pasar maka pemerintah harus melakukan tindakan-tindakan agar kondisi
pasar kembali stabil/kondusif.
17 Ibid, h. 190.
29
Selanjutnya teori keynes, teori ini beranggapan bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat menginginkan barang dan jasa yang lebih besar
daripada yang mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri, beberapa
faktor yang menyebabkan inflasi dalam pandangan teori ini adalah
melakukan pencetakan uang baru untuk menutupi defisit anggaran belanja,
pengusaha yang melakukan tambahan investasi dengan melakukan
pinjaman kredit, dan kenaikan upah melebihi pertambahan produktivitas.
Selanjutnya teori strukturalis, teori ini disebut inflasi jangka
panjang, inflasi ini berasal dari struktur ekonomi, penyebab inflasi
strukturalis yaitu ketidakelastisan penerimaan expor pertumbuhan nilai
expor yang lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya,
yang disebabkan Jenis barang ekspor yang kurang responsif terhadap
kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk.
Dan penyebab inflasi struktural yang kedua adalah ketidakelastisan
produksi bahan makanan di dalam Negeri, di mana laju pertumbuhan
produksi bahan makanan tidak secepat laju pertumbuhan penduduk dan
pendapatan perkapita.
Secara umum ada tiga kelompok dalam teori inflasi yaitu teori
kuantitas, teori Keynes, dan teori strukturalis. Dalam teori kuantitas
inflasi disebabkan oleh setidaknya beberapa faktor yaitu: Jumlah uang
beredar, perkiraan/anggapan bahwa harga akan naik, oleh sebab itu untuk
mengatasi masalah inflasi menurut teori kuantitas adalah dengan
mengendalikan uang beredar.
30
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga
yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu18
:
Inflasi tarikan permintaan(demand-pull inflation), Inflasi ini terjadi
pada masa perekonomian berkembang dengan pesat, kesempatan kerja
yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa, pengeluaran yang berlebihan ini akan
menimbulkan inflasi. Di samping dalam masa perekonomian yang
berkembang pesat, inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada
masa perang atau ketidak stabilan politik yang terus menerus. Untuk
membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak
uang, pengeluaran pemerintah yang berlebihan itu menyebabkan
permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi Negara tersebut
dalam memproduksi barang dan jasa, dalam keadaan seperti ini inflasi
terjadi.
Inflasi desakan biaya (cosh-push inflation), inflasi ini terjadi ketika
tingkat pengangguran sangat rendah, ketika perusahaan menghadapi
permintaan bertambah maka perusahaan cenderung untuk menaikan
produksi dan mencari pekerja baru dan memberikan upah/gaji yang tinggi
yang menyebabkan biaya produksi meningkat yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga (inflasi).
18 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 333-336.
31
Inflasi diimpor, inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan
baku yang diimpor yang menyebabkan kenaikan biaya produksi
perusahaan yang pada akhirnya menaikkan harga barang/jasa yang
diproduksi, contoh: Kenaikan harga minyak dunia, yang akhirnya
membuat harga minyak dalam Negeri meningkat dan membuat biaya
produksi menjadi meningkat pula, dan pada akhirnya akan meningkatkan
harga barang/jasa hasil produksi.
Namun yang perlu diperhatikan terdapat faktor manusia, moral
hazard, yang melakukan penimbunan untuk memperoleh keuntungan,
penimbunan dilakukan untuk memperoleh lebih banyak pendapatan ketika
harga barang naik, hal seperti ini akan memicu kenaikan harga, dan akan
mengacaukan harga di pasar, oleh karena itu Nabi SAW melaknat para
pelaku penimbunan sebagaimana sabda Nabi SAW:
Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami telah
menceritakan kepada kami Abu Ahmad Telah menceritakan kepada kami
Isra`il dari Ali bin Salim bin Tsauban dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari
Sa'id bin Al Musayyab dari Umar bin Khaththab ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang mencari nafkah itu
diberi rizki dan orang yang menimbun itu dilaknat."
Untuk menjaga kestabilan moneter, otoritas moneter dalam hal ini
Bank Indonesia melakukan Inflation targeting, Inflation targeting
merupakan suatu kerangka kerja kebijakan moneter yang mempunyai ciri-
ciri utama, yaitu adanya pernyataan resmi dari Bank Sentral bahwa tujuan
32
akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah. Serta pengumuman target inflasi kepada publik, pengumuman itu
merupakan betuk komitmen dan jaminan kepada publik bahwa setiap
kebijakan selalu mengacu kepada pencapaian target tersebut.
c. Industrial Production Index (IPI)
Rinal19
dalam penelitiannya menjelaskan mengenai teori makro
yang menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari suku bunga dan
pendapatan nasional. Besarnya pendapatan menunjukan sebarapa besar
kemampuan (ability) seseorang untuk menabung. Apabila pendapatan
masyarakat meningkat, maka jumlah pendapatan yang bisa dibelanjakan
akan meningkat. Jika konsumsi diasumsikan tetap atau peningkatannya
relative lebih kecil daripada pengingkatan pendapatannya, maka akan
semakin banyak jumlah dana yang bisa ditabungkan masyarakat di
perbankan.
Industrial Production Index (IPI) digunakan sebagai proxy untuk
pendapatan, indikator makroekonomi sedikit banyak mempengaruhi
perkembangan dan juga stabilitas jika ia mengalami gejolak. Indeks ini
biasanya digunakan sebagai proxy dari aktifitas ekonomi atau pendapatan
19 Rinal Satria Anugrah, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum
Syariah di Indonesia, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2006,
h.31
33
nasional karena ketiadaan perhitungan GDP maupun GNP rill secara
bulanan.20
Penulis menggunakan variabel IPI sebagai variabel independen
pengganti GDP riil yang berbasis bulanan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya
terhadap penelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian
terdahulu ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan
dilakukan ini.
Wastriati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta islamic Index
(Periode Januari 2003 – Desember 2009)”. Metode analisis yang
digunakan adalah Uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi hubungan
jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya
hubungan jangka pendek. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel kurs, M2, inflasi dan
PDB terhadap nilai JII. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka
panjang variabel makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
nilai JII. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh antara
20 Sri Wulan Fatmawati, Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham
Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013, h. 9
34
kurs, M2 dan inflasi terhadap nilai JII, hanya variabel PDB yang
mempengaruhi nilai JII dalam jangka pendek. Hal ini membawa implikasi
bahwa dalam jangka pendek variabel kurs, M2 dan inflasi bukan
merupakan indikator yang baik untuk memprediksi pergerakan nilai JII,
tetapi variabel PDB dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai
JII dalam jangka pendek.
Martien Rachmawati dan Nisful Laila (2015) dalam penelitiannya
yang berjudul “Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Pergerakan
Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Januari 2012 hingga April 2015.
Metode analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil analisis menunjukkan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pergerakan saham ISSI, suku bunga tidak berpengaruh secara
parsial terhadap pergerakan saham ISSI, nilai tukar rupiah berpengaruh
secara parsial terhadap pergerakan saham ISSI. Semua variabel bebas
secara simultan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham ISSI.
Yudhistira Ardana (2013) dengan penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (Periode Mei 2011 – September 2015) dengan Model
ECM”. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan jangka
pendek antara variabel suku bunga BI dan ISSI, namun dikoreksi dalam
35
hubungan jangka panjang sehingga hubungannya negative signifikan.
Terdapat hubungan jangka pendek antara variabel kurs dan ISSI, namun
dikoreksi dalam hubungan jangka panjang sehingga hubungan antara
variabel kurs dan ISSI negative signifikan. Tidak terdapat hubungan
jangka pendek dan jangka panjang antara variabel inflasi dan ISSI.
Terdapat hubungan jangka pendek dan panjang antara SBIS dan ISSI.
Tidak terdapat hubungan jangka pendek antara variabel harga minyak
dunia dan ISSI. Namun pengaruh pada jangka panjang.
Rista Fitriany (2015) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham
(IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)”. Penelitian ini dilakukan pada
periode Januari 2004 – Desember 2013, Teknik analisa data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan
menggunakan metode Dyanmic Ordinary Least Square (DOLS). Hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa variabel dependen dan variabel
independen menunjukkan perkembangan yang sangat fluktuatif.
Sedangkan hasil analisis DOLS menunjukkan bahwa nilai tukar
berpengaruh negative dan signifikan terhadap IHSG dan JII, sedangkan
nilai tukar satu bulan sebelumnya berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap IHSG dan JII dalam jangka pendek. Inflasi memiliki pengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap IHSG dan JII, sedangkan inflasi
satu bulan sebelumnya berpengaruh negative dan signifikan terhadap
IHSG dan JII dalam jangka pendek. Jumlah uang beredar berpengaruh
36
positif dan tidak signifikan terhadap IHSG dan JII, sedangkan jumlah uang
beredar satu bulan sebelumnya berpengaruh negative dan tidak signifikan
terhadap IHSG dan JII dalam jangka pendek. Namun secara simultan
variabel independen dapat menjelaskan hubungan terhadap IHSG dan JII
dalam jangka pendek.
Nydia Elga Ayu Nawangwulan (2015) dengan penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga
SBI (Bi Rate), dan Nilai Tukar (kurs) terhadap Indeks Harga Saham di
Jakarta Islamic Index (JII) dan Index Liquid 45 (LQ45)”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, sedangkan model
yang digunakan akan diestimasikan dengan alat analisis Partial
Adjustment Model (PAM) dan Uji Asumsi Klasik yang diolah dengan
Quantitative Micro Soffware E-Views versi 7.0.0.1. Dari hasil olah data
penyesuaian partial (PAM) yang dilakukan menunjukkan bahwa koefisien
kelambanan variabel dependen JII dan LQ-45 sudah memenuhi
persyaratan, dan itu artinya bahwa model tersebut benar-benar model
PAM. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap model pun dinyatakan
lolos semua, kecuali uji multikolinearitas. Pada variabel JUB ditemukan
adanya masalah multikolinearitas, karena diketahui nilai VIFnya
menunjukkan angka lebih dari 10 persen, yaitu 14,82 persen untuk JII dan
15,99 persen untuk LQ-45. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah
yang berarti dalam penelitian ini. Ditemukan terdapat dua variabel
makroekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
37
JII dan LQ-45, yaitu inflasi yang memiliki pengaruh negatif signifikan dan
JUB yang memiliki pengaruh positif signifikan. Yang membedakan
keduanya adalah kedua variabel makroekonomi tersebut berpengaruh lebih
besar terhadap LQ-45 daripada JII. Oleh sebab itu seorang investor
sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai inflasi, JUB, BI
rate, dan kurs untuk memprediksi indeks harga saham yang terdapat di
BEI khususnya JII dan LQ-45 sebelum mengambil keputusan sehubungan
dengan investasinya.
Irfan Syauqi Beik dan Sri Wulan Fatmawati (201) dengan
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah
International dan Variabel Makro Ekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error
Correction (VECM), dengan data runtut waktu bulanan dari Januari 2007
sampai dengan Oktober 2012. Hasil studi menunjukkan bahwa JII
dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh DJIEU, DJIMY dan IPI,
serta dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh DJIJP, IMUS, M2 dan
SBIS. JII paling cepat mencapai kestabilan ketika merespon guncangan
terhadap jumlah uang yang beredar (M2). Penelitian ini
merekomendasikan penguatan koordinasi otoritas moneter dengan otoritas
jasa keuangan, penguatan sektor riil, penguatan upaya meminimalisir
pengaruh bunga terhadap pasar keuangan syariah, dan perlu dibangunnya
sistem peringatan dini untuk mengantisipasi krisis keuangan.
38
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No Nama
Penulis
Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Wastriati Analisis
Pengaruh
Variabel
Ekonomi Makro
Terhadap Nilai
Jakarta islamic
Index (Periode
Januari 2003 –
Desember 2009)
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa dalam
jangka panjang
terdapat pengaruh
antara variabel
kurs, M2, inflasi
dan PDB terhadap
nilai JII.
Sedangkan dalam
jangka pendek
tidak terdapat
pengaruh antara
kurs, M2 dan
inflasi terhadap
nilai JII, hanya
variabel PDB
yang
Penelitian ini
sama sama
menggunakan
variabel kurs,
inflasi dan JII
Penelitian ini
menggunakan
IPI sebagai
indikator
pertumbuhan
ekonomi.
Menggunakan
metode
(Vector Error
Corections
Models)
VECM dan
kurun waktu
pada Januari
2006 hingga
Desember
2015.
Pada
penelitian
39
mempengaruhi
nilai JII dalam
jangka pendek.
terdahulu
menggunakan
metode ECM
dan variabel
PDB untuk
pertumbuhan
ekonomi.
2 Martien
Rachmawati
dan Nisful
Laila
Faktor
Makroekonomi
yang
Mempengaruhi
Pergerakan
Harga Saham
Pada Indeks
Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Hasil analisis
menunjukkan
inflasi tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pergerakan saham
ISSI, suku bunga
tidak berpengaruh
secara parsial
terhadap
pergerakan saham
ISSI, nilai tukar
rupiah
berpengaruh
secara parsial
Persamaan
penelitian ini
menggunakan
variabel yang
digunakan
inflasi,dan
kurs
Penelitian ini
menambah
variabel bebas
yaitu
indikator
pertumbuhan
ekonomi IPI.
Dan variabel
terikatnya
adalah JII
dalam kurun
waktu 10
tahun.
Penelitian
sebelumnya
menggunakan
40
terhadap
pergerakan saham
ISSI. Semua
variabel bebas
secara simultan
berpengaruh
terhadap
pergerakan harga
saham ISSI
ISSI sebagai
variabel
terikat dan
kurun waktu
Januari 2012
hingga April
2015
3 Yudhistira
Ardana
Analisis
Pengaruh
Variabel
Makroekonomi
terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia
(Periode Mei
2011 –
September 2015)
Dengan Model
ECM
menunjukkan
tidak terdapat
hubungan jangka
pendek antara
variabel suku
bunga BI dan
ISSI. Terdapat
hubungan jangka
pendek antara
variabel kurs dan
ISSI. Tidak
terdapat hubungan
jangka pendek dan
jangka panjang
Persamaan
pada
penelitian ini
adalah
variabel
bebas yang
digunakan
adalah kurs.
Pnelitian ini
menggunakan
variabel bebas
selain inflasi
dan IPI
sebagai
indikator
pertumbuhan
ekonomi
perbulan. Dan
variabel ikat
yang
digunakan
adalah JII .
41
antara variabel
inflasi dan ISSI.
Tidak terdapat
hubungan jangka
pendek antara
variabel harga
minyak dunia dan
ISSI
sedangkan
metode yang
digunakan
adalah
(Vector Error
Corections
Models)
VECM
Dalam kurun
waktu 10
tahun
Penelitian
terdahulu
menggunakan
metode ECM
dalam kurun
waktu 5 tahun
dengan
variabel
ikatnya ISSI.
4 Rista Fitriany Pengaruh
Variabel
Makroekonomi
hasil analisis
DOLS
menunjukkan
Persamaan
pada
penelitian ini
Penelitian Ini
menggunakan
metode
42
Terhadap Indeks
Harga Saham
(IHSG) dan
Jakarta Islamic
Index (JII)
bahwa nilai tukar
berpengaruh
negative dan
signifikan
terhadap IHSG
dan JII, sedangkan
nilai tukar satu
bulan sebelumnya
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap IHSG
dan JII dalam
jangka pendek.
Inflasi memiliki
pengaruh negative
dan tidak
signifikan
terhadap IHSG
dan JII, sedangkan
inflasi satu bulan
sebelumnya
berpengaruh
adalah
menggunakan
variabel
bebas kurs,
dan inflasi.
(Vector Error
Corections
Models)
VECM ,
tambahan
variabel
bebasnya
ialah IPI
sebagai
indikator
pertumbuhan
ekonomi
dalam
bulanan. Dan
juga variabel
ikat yang
digunakan
hanya JII.
Penelitian
terdahulu
menggunakan
metode
Dyanmic
43
negative dan
signifikan
terhadap IHSG
dan JII dalam
jangka pendek.
Jumlah uang
beredar
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap IHSG
dan JII, sedangkan
jumlah uang
beredar satu bulan
sebelumnya
berpengaruh
negative dan tidak
signifikan
terhadap IHSG
dan JII dalam
jangka pendek.
Namun secara
simultan variabel
Ordinary
Least Square
(DOLS).
44
independen dapat
menjelaskan
hubungan
terhadap IHSG
dan JII dalam
jangka pendek.
5 Nydia Elga
Ayu
Nawangwulan
Pengaruh inflasi,
jumlah uang
beredar, tingkat
suku bunga SBI
(Bi Rate), dan
nilai tukar(kurs)
terhadap Indek
Harga Saham di
Jakarta Islamic
Index (JII) dan
Index Liquid 45
(LQ45)
Dari hasil olah
data penyesuaian
partial (PAM)
yang dilakukan
menunjukkan
bahwa koefisien
kelambanan
variabel dependen
JII dan LQ-45
sudah memenuhi
persyaratan, dan
itu artinya bahwa
model tersebut
benar-benar model
PAM. Uji asumsi
klasik yang
dilakukan
Persamaan
pada
penelitian ini
adalah
menggunakan
variabel
inflasi, kurs
dan JII
Penelitian ini
menggunaka
metode
(Vector Error
Corections
Models)
VECM .
Variabel ikat
yang
digunakan JII.
Dan variabel
bebas
ditambah
dengan IPI
sebagai
indikator
pertumbuhan
45
terhadap model
pun dinyatakan
lolos semua,
kecuali uji
multikolinearitas.
Pada variabel JUB
ditemukan adanya
masalah
multikolinearitas,
karena diketahui
nilai VIFnya
menunjukkan
angka lebih dari
10 persen
ekonomi
dalam
bulanan.
Penelitian
terdahulu
menggunakan
metode
deskripstif
analitik
dengan alat
analisis
Partial
Adjustment
Model (PAM)
dan Uji
Asumsi
Klasik dan
variabel
terikat LQ-45
6 Irfan Syauqi
Beik dan Sri
Wulan
Fatmawati
Pengaruh Indeks
Harga Saham
Syariah
International dan
Hasil studi
menunjukkan
bahwa JII
dipengaruhi secara
Persamaan
pada
penelitian ini
menggunakan
Penelitian ini
menggunkan
variabel
bebasya
46
Sumber : Diolah dari berbagai jurnal dan skripsi
G. Kerangka Pikiran
Kerangka pemikiran merupakan sebuah pemahaman yang
melandasi pemahaman- pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman
yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
selanjutnya.
Kerangka pikir dalam penelitian ini mengemukakan sistematika
kerangka konseptual tentang PENGARUH VARIABEL
MAKROEKONOMI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX
TAHUN 2006-2015 . Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti
Variabel Makro
Ekonomi
terhadap
Jakarta Islamic
Index
positif dan
signifikan
oleh DJIEU,
DJIMY dan IPI,
serta dipengaruhi
secara negatif dan
signifikan oleh
DJIJP, IMUS, M2
dan SBIS
variabel IPI,
dan JII. Dan
metode yang
digunakan
adalah
(Vector Error
Corections
Models)
VECM.
inflasi dan
kurs.
Penelitian
terdahulu
menggunakan
variabel
bebasnya
DJIEU,
DJIMY,
DJIJP, IMUS,
SBIS.
47
dan dengan melihat hasil penelitian sebelumnya maka kerangka penelitian
yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Penelitian
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian,
maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut :
a. H1ο : Terdapat pengaruh jangka pendek variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
H1a : Tidak terdapat pengaruh jangka pendek variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
b. H2o : Terdapat pengaruh jangka panjang variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
H2a : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
Jakarta Islamic
Index
(JII)
Industrial Production Index
(IPI)
Inflasi
Nilai Tukar (Kurs)
48
c. H3o : Terdapat Pola dinamik variabel makroekonomi (Inflasi,Kurs, dan
IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
H3a : Tidak terdapat pola dinamik variabel makroekonomi
(Inflasi,Kurs, dan IPI) terhadap Jakarta Islamic Index 2006-2015
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, di mana data
yang digunakan ialah data sekunder berupa data deret waktu bulanan (time
series) dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2015. Terdapat alasan
ekonomi dan metodologi dalam penggunaan data bulanan dari tahun 2006
sampai 2015. Pertama, pemilihan rentang waktu yang panjang yaitu 10
tahun dengan jenis data time series cukup baik unuk dilakukan pengujian.
Selain itu dengan rentang waktu yang cukup panjang diharapkan dapat
meminimalisir kesalahan estimasi.
B. Sumber Data
Sumber data juga diperoleh dari website yang berkaitan dengan
topik penelitian dan ditambah data pendukung lainnya seperti artikel-
artikel di internet, buletin, jurnal, dan penelitian lain yang terkait dan
relevan dengan penelitian ini.
Tabel 3. Variabel, satuan dan sumber data
Variabel Satuan Sumber Data
Tingkat Inflasi Persen (%) www.bi.go.id
Industrial Production Index (IPI) Persen (%) www.bi.go.id
Nilai Tukar (Kurs) Rp www.bi.go.id
50
Jakarta Islamic Index (JII) Rp www.duniainvestasi.com
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,
koran, internet dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian
sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
2. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh pihak lain (yang berkaitan) dengan
penulisan penelitian ini.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa, karena
ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan
teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh
up to date seperti: www.google.com, www.duniainvestasi.com,
www.bi.go.id.
D. MetodeAnalisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat
kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
51
metode Vector Error Correction Model (VECM) yang bertujuan untuk
melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi untuk
melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang. VECM adalah bentuk
Vector Autoregressive (VAR) yang teretriksi. Retriksi diberikan karena
data tidak stasioner namun terkointegrasi21
. Untuk mempermudah
melakukan perhitungan terhadap masing-masing pengujian maka
penelitian ini menggunakan alat bantu berupa software Eviews versi 7
yang kemudian hasil dari Eviews tersebut di Interprestasikan.
a. Uji Stasioneritas Data
Tahap pertama yang dilakukan dalam mengolah data time series
adalah dengan uji akar unit (unit root test). Uji akar unit ini dilakukan
untuk melihat apakah data yang diamati stasioner atau tidak. Data yang
stasioner cenderung mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi di sekitar
nilai rata-ratanya. Data yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi
semu (spurious regression), yaitu regresi yang menggambarkan hubungan
dua variabel atau lebih yang terlihat signifikan secara statistik padahal
kenyatannya tidak.
Andrian22
memaparkan data atau variabel yang stasioner pada
tingkat level akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode
standar. Sementara non stasioner akan berimplikasi pada bentuk VECM.
21 Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB Press. 2012,
h. 165. 22 Andrian Tony Prakoso, Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi Universitas Indonesia. 2009, h. 65.
52
Karena itulah pengujian stasioneritas memegang peranan penting dalam
tahapan estimasi dengan menggunakan metode VAR.
Uji Stasioneritas data dalam penelitian ini menggunakan
Augmented Dickey-Fuller (ADF). Dalam tes Augmented Dickey-Fuller
(ADF), apabila nilai mutlak t-ADF lebih besar dari nilai mutlak
MacKinnon Critical Values-nya maka data telah stasioner pada taraf nyata
yang telah ditentukan. Selain itu dapat juga dilihat dari nilai
probabilitasnya23
. Uji ini merupakan pengujian yang populer,
dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Jika suatu data time
series tidak stasioner pada orde nol, I(0), maka stasionaritas data tersebut
bisa dicari melalui order berikutnya sehingga diperoleh tingkat
stasioneritas pada order ke-n (first difference) atau I(1), atau second
difference atau I(2), dan seterusnya.
Beberapa model yang dapat dipilih untuk melakukan Uji ADF24
:
Jika Variabel Yt sebagai variabel dependen, maka akan diubah
menjadi
Yt = ρYt-1 + ut
Jika koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima,
maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk
23
Irfan Syauqi Beik dan Sri Wulan Fatmawati, “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah
Internasional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index”.Jurnal Al-Iqtishad:
Vol. VI No.2. Juli 2014. h.164 24 Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFEUI. 2006. h. 355
53
mengubah trend yang bersifat non stasioner menjadi stasioner dilakukan
uji orde pertama (first difference)
ΔYt = (ρ-1)(Yt-Yt-1)
Jika koefisisen ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak
sehingga model menjadi stasioner.
Hipotesis yang digunakan pada pengujian Augmented Dickey
Fuller adalah :
H0 : ρ = 0 (terdapat unit root, tidak stasioner)
H1 : ρ ≠ 0 (tidak terdapat unit root, stasioner)
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai
t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.
b. Penentuan Lag Optimal
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah
penentuan lag optimal. Hal ini dilakukan karena seringkali suatu peubah
bereaksi terhadap peubah lainnya dalam suatu selang waktu (lag)25
.
Permasalahan yang muncul apabila panjang lagnya terlalu kecil akan
membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena kurang mampu
menjelaskan huungannya. Dan sebaliknya jika panjang lag yang digunakan
25
Dea Rizki Kusmana, Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar Industri
Perbankan Indonesia yang Oligopoli, Skripsi Institut Pertanian Bogor. 2013, h. 20.
54
terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi
lebih besar sehingga tidak efisien lagi menjelaskan26
.
Untuk menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa
kriteria yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC),
Schwarz Criterion (SC), Final Prediction Error (FPE) dan Hannan-Quinn
Information Criterion (HQ). Salah satu metode yang paling umum
digunakan untuk melihat panjang lag adalah dengan melihat Akaike
Information Criterion (AIC). Adapun formulasi AIC adalah sebagai
berikut27
:
AIC = Log ǀƩ et2/Nǀ + 2K + N
Dimana:
et2=Jumlah residual Kuadrat
N = Jumlah Sampel
K = Jumlah Peubah
Pengujian lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah
autokorelasi dalam sistem VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua
kriteria informasi untuk menentukan lag optimal. Model diestimasi dengan
lag yang berbeda-beda lalu dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimal
yang umumnya dipilih berdasarkan nilai kriteria yang terkecil.
26
Andrian Tony Prakoso, Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi Universitas Indonesia. 2009, h. 67. 27 Dea Rizki Kusmana, Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar Industri
Perbankan Indonesia yang Oligopoli, Skripsi Institut Pertanian Bogor. 2013, h. 20
55
c. Uji Kointegrasi
Data time series seringkali menunjukkan kondisi yang tidak
stasioner pada tingkat level28
, namun seringkali menunjukkan stasioner
melalui proses diferensiasi. Keberadaan variabel yang tidak stasioner
menyebabkan kemungkinan besar adanya hubungan jangka panjang antara
variabel yang diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji Kointegrasi
untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat terkointegrasi
sehingga ada hubungan jangka panjang antar variabel29
.
Uji Kointegrasi dilakukan untuk mengetahui ekuilibrium jangka
panjang diantara variabel-variabel yang di observasi. Uji ini
dikembangkan berdarsarkan persepsi bahwa model data meskipun secara
individual tidak setara variabel-variabel yang di observasi. Uji ini
dikembangkan berdarsarkan persepsi bahwa model data meskipun secara
individual tidak stasioner tapi kombinasi linear antara dua atau lebih data
time series akan menjadi stasioner30
Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah variabel-
variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Konsep kointegrasi
dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987) sebagai kombinasi linear dari
dua atau lebih variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan variabel
28
Agus Widarjono. ”Ekonometrika Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta : Ekonisia FE UII.
2007.h.273
29 Leni Setiowati. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi da Faktor Demografi Terhadap Tabungan
Masyarakat dalam Bnetuk Deposito di Perbankan Syariah Indonesia Periode 1981-2010”. Skripsi.
Universitas Airlangga.2013.h 49
30 Ibid. h. 49
56
yang stasioner. Kombinasi linear ini dikenal dengan istilah persamaan
kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan
jangka panjang di antara variabel31
.
Pengujian kointegrasi sendiri dapat dilakukan dengan uji
kointegrasi Engle- Granger, uji kointegrasi Johansen, dan uji kointegrasi
Durbin-Watson. Salah satu uji kointegrasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah uji kointegrasi Johansen. Jika nilai trace statistic
lebih besar dari nilai critical value, persamaan tersebut terkointegrasi,
dengan H0 sama dengan non-kointegrasi dan H1 sama dengan kointegrasi.
Dalam konteks ini, ketika nilai trace statistic lebih besar dari nilai critical
value,maka tolak H0 dan terima H1 yang artinya persamaan tersebut
terkointegrasi.
d. Vector Error Correction Model (VECM)
Data VECM digunakan di dalam model VAR non structural
apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada
data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukan adanya hubungan
teoritis antara variabel. Adanya kointegrasi ini maka VECM yang
merupakan model VAR non structural ini disebut model VAR yang
terestriksi.32
31 Irfan Syauqi Beik dan Sri Wulan Fatmawati, “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah
Internasional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index”.Jurnal Al-Iqtishad:
Vol. VI No.2. Juli 2014. h.165 32
Rifki Febi Nur Fadillah. “Analisis Perbandingan Keseimbangan Risiko dan Pengembalian Risk-
Return trade off saham anatara Jakarta Islamic Indec Dengan Lq 45 di bursa Efek Indonesia”.
Skripsi. UIN Jakarta.2010. h. 64
57
Dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke
jangka panjang. Menurut Firdaus dan Syahfitri33
model VECM secara
umum adalah sebagai berikut:
yt=μ0x+ μ1x t + αβyt-1+ ∑ τk yt-1+ εt
Dimana:
yt : vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
μ0x : vektor intercept
μ1x : vektor koefisien regresi
t : time trend
α : koefisien speed of adjustment
β : vektor kointegrasi
yt-1 : variabel in-level
τk : matriks koefisien regresi
k-1 : ordo VECM dari VAR
k : lag
εt : error term
Apabila variabel-variabel tidak terkointegrasi pada stasioner atau
ordo yang sama, maka VECM tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya
peneliti dapat menggunakan VAR standar yang hasilnya identik dengan
Ordinary Least Swuare (OLS). Pelaku dinamis VECM dapat dilihat dari
respon dari setiap variabel terikat terhadap shock pada variabel tersebut
maupun terhadap variabel bebas lainnya. Ada dua cara untuk melihat
33 Ika Syahfitri, Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Skripsi.Institut Pertanian Bogor. 2013, h. 25
58
karakteristik dinamis VECM melalui Impuls Response Funtion (IRF) dan
Variance Decompotion (VD).
e. Implus Response Function (IRF)
Impulse Response Function (IRF) adalah suatu metode yang
digunakan untuk menentukan respons suatu variabel endogen terhadap
suatu shock tertentu. Hal ini dikarenakan shock variabel, misalnya variabel
ke-i, tidak hanya berpengaruh terhadap variabel ke-i itu saja tetapi
ditransmisikan kepada semua variabel endogen lainnya melalui struktur
dinamis atau struktur lag dalam VAR34
.
Dengan kata lain, IRF mengukur pengaruh suatu shock pada suatu
waktu kepada inovasi variabel endogen pada saat tersebut dan di masa
yang akan datang. IRF bertujuan untuk mengisolasi suatu guncangan agar
lebih spesifik, yang artinya suatu variabel dapat dipengaruhi oleh shock
atau guncangan tertentu. Apabila suatu variabel tidak dapat dipengaruhi
oleh shock, maka shock spesifik tersebut tidak dapat diketahui melainkan
shock secara umum.35
.
f. Variance Decompotion (VD)
Analisis ini disebut juga forecast error Variance Decompotion
(FEVD), merupakan perangkat yang dapat menggambarkan relative
pentingnya variabel-variabel bebas pada model VECM karena shock dan
34 Irfan Syauqi Beik dan Sri Wulan Fatmawati, “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah
Internasional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index”.Jurnal Al-Iqtishad:
Vol. VI No.2. Juli 2014. h.166 35 Ibid.,h.166
59
menjelaskan seberapa kuat peranan variabel-variabel tertentu terhadap
varaibel lainnya.
Analisis VD dalam model VAR bertujuan untuk memprediksi
kontribusi prosentase varian setiap peubah karena adanya perubahan
peubah tertentu dalam sistem VAR. Pada analisis IRF sebelumnya
digunakan untuk melihat dampak guncangan dari satu peubah terhadap
peubah lainnya, dalam analisis FEVD digunakan untuk menggambarkan
relatif pentingnya setiap peubah dalam sistem VAR karena adanya
shock.36
E. Model Penelitian
Adapun model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
Model Umum
JIIt = ƒ(INFt, KURSt, IPIt)
Dimana :
JII : Jakarta Islamic Index
INF : Inflasi
KURS : Nilai Tukar
IPI : Industrial Production Index
36 Ibid,h 166
60
F. Operasional Variabel Penelitian
Agar setiap variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat
dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam
menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel
yang akan diteliti, yaitu :
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Tingkat Inflasi (X1)
Inflasi diperoleh dari perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks
umum) yang merupakan gabungan 66 kota di Indonesia per bulan.
Inflasi = IHKt-IHKt-1
IHKt-1
t adalah periode bulanan.
b. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar(X2)
Pengertian nilai tukar dalam penelitian ini adalah banyaknya rupiah
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Mata
uang asing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah USD. Sehingga
banyaknya rupiah untuk memperoleh satu ini USD.
Nilai tukar Rp/US$ yang diperoleh dari perubahan kurs tengah Rp/US$
jangka waktu bulanan.
61
Nilai tukar Rp/US$ = Kurs tengah Rp/US$t- kurs tengah Rp/US$t-1
Kurs tengah Rp/US$t-1
c. Industrial Production Index (IPI) (X3)
Sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI
sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk
menggantikan ketiadaan PDB bulanan. IPI yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan tahun dasar Januari 2006 hingga Desember
2015.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index. JII
merupakan kumpulan 30 saham yang masuk dalam kriteria Syariah dan
termasuk saham yang likuid. Tingkat keuntungan JII diperoleh dari
perubahan indeks JII periode bulanan. Harga indeks saham yang
digunakan adalah harga penutupan pada akhir bulan.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index
Pasar modal secara umum dapat diidentikan dengan sebuah tempat
dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan
modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (Issuer) untuk
mengembangkan investasi. Dalam undang-undang No. 8 tahun 1995 pasar
modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Pasar modal Syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi
yang berkaitan dengannya, di mana semua produk dan mekanisme
operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat
Islamiyah.
Indeks Islamiyah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index
merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
63
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
dimulai dengan diterbitkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 diikuti
dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk
pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya
indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000,
yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII).
Jakarta Islamic Index merupakan hasil kerjasama anatara PT.
Bursa Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Invesment Management,
Jakarta Islamic Index. Metode perhitungan indeks dilakukan sesuai
dengan ketetapan Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang terdaftar
dalam Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari
Screening Process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional.
Grafik 2. Grafik perkembangan Jakarta Islamic Index
Sumber : Duniainvestasi, tahun 2006-2015 (diolah)
Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2006 hingga Agustus
2015, Jakarta Islamic Index cendrung mengalami fluktuasi. Pada bulan
0
2000000
4000000
6000000
8000000
JAN
06
JUN
I 06
NO
V 0
6A
PR
07
SEP
07
FEB
8
JULI
08
DES
08
MEI
09
OK
T 09
MA
R 1
0A
GU
S 10
JAN
11
JUN
I 11
NO
V 1
1A
PR
12
SEP
12
FEB
13
JULI
13
DES
13
MEI
14
OK
T 14
MA
R 1
5A
GU
S15
JII
JII
64
Desember 2008 merupakan titik terendah yang menunjukkan berada pada
level 194 poin.
Indeks JII merupakan pola pergerakkan yang sangat fluktuatif
dalam rentang yang sangat besar dan pada Desember 2008 indeks JII
terperosok sangat dalam mengikuti terperosoknya ekonomi global (krisis
ekonomi) yang dipicu oleh memburuknya perekonomian AS dan sebagian
Eropa. Krisis ekonomi global yang kredit perumahan kualitas rendah
(subprime mortgage).
Penurunan kinerja yang terjadi pada Desember 2008 tidak hanya
dirasakan oleh Jakarta Islamic Index(JII) tetapi juga dirasakan oleh
keseluruhan kinerja keuangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hal ini terjadi
karena melemahnya ekonomi global yang disebabkan krisis keuangan
global, krisis keuangan global juga berdampak dan juga memunculkan
berbagai kasus Pasar Modal di dunia, termasuk Indonesia.
Sejak masa terpuruknya JII pada tahun 2008, JII menanjak sampai
dengan tahun 2015. Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya
apresiasi kurs rupiah terhadap USD, di samping itu pendapatan nasional
dan jumlah uang beredar di masyarakat yang meningkat juga dapat
meningkatkan indeks JII. Jadi kondisi perekonomian yang baik merupakan
sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar
saham.
65
Tabel 4. Nama 30 Emiten yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
No Kode Nama Emiten Keterangan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. Tetap
2 ADRO Adaro Energy Tbk. Tetap
3 AKRA AKR Corporindo Tbk. Tetap
4 ASII Astra International Tbk. Tetap
5 ASRI Alam Sutera Realty Tbk. Tetap
6 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. Tetap
7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Tetap
8 INCO Vale Indonesia Tbk. Tetap
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Tetap
10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tetap
11 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Tetap
12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. Tetap
13 KLBF Kalbe Farma Tbk. Tetap
14 LPKR Lippo Karawaci Tbk. Tetap
15 LPPF Matahari Department Store Tbk. Tetap
16 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk. Tetap
17 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. Baru
18 MPPA Matahari Putra Prima Tbk. Tetap
19 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tetap
20 PTPP PP (Persero) Tbk. Tetap
66
21 PWON Pakuwon Jati Tbk. Tetap
22 SILO Siloam International Hospital Tbk Tetap
23 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Tetap
24 SMRA Summarecon Agung Tbk. Tetap
25 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Tetap
26 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Tetap
27 UNTR United Tractors Tbk. Tetap
28 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Tetap
29 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tetap
30 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk. Tetap
Sumber : Bursa Efek Indonesia, tahun 2016
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penetuan komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitoring secara
terus-menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
2. Perkembangan Kurs
Nilai tukar adalah perbandingan antara mata uang suatu Negara
terhadap mata uang Negara lain. Setiap Negara mempunyai mata uang
masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai
agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs
valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing
67
dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing berubah
sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran.37
Grafik 3. Perkembangan Kurs
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2006-2015 (diolah)
Berdasarkan grafik 3, dapat diketahui bahwa perkembangan kurs
pada tahun 2006-2015 mengalami pergerakan yang fluktuatif.
Perkembangan kurs pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kurs secara
umum bergerak relatif stabil, atau mengalami penguatan. Hal ini
dikarenakan kondisi penawaran dan permintaan terhadap valuta asing
relatif terjaga keseimbangannya. Namun ditahun 2008 kurs mengalami
peningkatan, goncangan krisis Eropa yang diakibatkan oleh Subrime
Mortgage (Amerika) menekan nilai tukar rupiah, tercatat awal tahun 2008
rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sebesar Rp. 9.359, dan
oleh sebab krisis Eropa tertekan di level Rp. 11268, dan cenderung
menurun di akhir tahun 2008, dan terjadi kenaikan lagi pada awal 2009 hal
37 Wastriati, “Analisis Pengaruh Variabel ekonomimakro terhadap Nilai Jakarta Islamic Index”,
skripsi. UIN Jakarta: 2010, h. 91
0
5000
10000
15000
JAN
06
JUN
I 06
NO
V 0
6A
PR
07
SEP
07
FEB
08
JULI
08
DES
08
MEI
09
OK
T 09
MA
R 1
0A
GU
S 10
JAN
11
JUN
I 11
NO
V 1
1A
PR
12
SEP
12
FEB
13
JULI
13
DES
13
MEI
14
OK
T 14
MA
R 1
5A
GU
S15
KURS
KURS
68
ini disebabkan telah membaiknya perekonomian Indonesia, walau masih
terjadi gejolak nilai tukar namun secara keseluruhan terjadi penguatan nilai
tukar dimulai periode 2009.
Pada tahun 2009 perkembangan kurs kembali mengalami
penguatan sebesar Rp 9.400 per dollar. Hal ini disebabkan dengan kondisi
neraca transaksi berjalan mengalami surplus, perbaikan resiko terhadap
emerging market, dan kondisi fundamental domestik yang tetap terjaga.
Terjaganya kondisi fundamental domestik telah mendorong terus naiknya
pasokan valas dari investor asing di pasar keuangan domestik. Penguatan
rupiah juga disebabkan oleh adanya peningkatan ekspor yang didukung
tingginya permintaan dan harga komoditas global. Peningkatan konsumsi
dan ekspor pada tahun 2010 telah mendorong naiknya pertumbuhan
investasi yang telah mampu dalam meningkatkan kepercayaan investor
baik dalam maupun luar Negeri yang dapat meningkatkan investasi.38
Namun di tahun 2012 sampai 2013 kurs kembali mengalami
tekanan depresiasi sebesar Rp 9.670 per dollar dan Rp 12.189 per dollar.
Depresiasi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan eksternal yang
diikuti dengan melebarnya defisit transaksi berjalan sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan di pasar valuta asing dalam Negeri.
Namun kembali penguatan di tahun 2014 sampai 2015.
38 Rista Fitriany, “ Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)”, Skripsi, Universitas Jember, 2015. H.86
69
3. Perkembangan Tingkat Inflasi
Inflasi merupakan salah satu kecendrungan yang terjadi pada harga
yang naik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Inflasi merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan dalam
perekonomian makro suatu Negara. Selain sebagai indikator penting,
inflasi juga merupakan suatu masalah dalam ekonomi makro yang
menyebabkan ketidakstabilan kondisi perekonomian suatu Negara.
Kondisi inflasi yang stabil dapat mendorong pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.39
Grafik 4. Perkembangan Inflasi
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2006-2015 (diolah)
Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui bahwa tingkat inflasi cukup
fluktuatif. Tingkat inflasi yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2006,
yaitu bulan Januari. Kondisi ini disebabkan karena kuatnya tekanan
eksternal (kebijakan fiskal) yang mendukung kenaikkan harga BBM oleh
pemerintah yang ikut mendukung sasaran inflasi. Dampak dari kenaikan
39 Ibid. h.86
0.00%
10.00%
20.00%
JAN
06
JUN
I 06
NO
V 0
6
AP
R 0
7
SEP
07
FEB
08
JULI
08
DES
08
MEI
09
OK
T 09
MA
R 1
0
AGUS…
JAN
11
JUN
I 11
NO
V 1
1
AP
R 1
2
SEP
12
FEB
13
JULI
13
DES
13
MEI
14
OK
T 14
MA
R 1
5
AG
US1
5
Inflasi Inflasi
70
BBM domestik bertujuan menjaga keseimbangan fiskal yang sejalan
dengan kenaikan harga minyak di dunia. Kenaikan BBM ini merupakan
salah satu dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun itu.
selain itu adalah faktor internal yaitu gangguan pemasokan dan distribusi,
tingginya ekspetasi inflasi dan depresiasi nilai tukar yang mengakibatkan
tekanan harga semakin meningkat40
. Tinggi inflasi tahun 2006 memberi
dampak signifikan terhadap kenaikan harga BBM sebanyak dua kali lipat
pada tahun 2006.
Sedangkan tingkat inflasi yang terendah terjadi pada akhir tahun
2009. Hal ini disebabkan oleh turunnya bahan makanan, makanan jadi,
minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, gas dan bahan bakar,
sandang, ekspor, komunikasi dan jasa keuangan.41
Lalu pada tahun 2010 hingga 2015 inflasi mengalami fluktuasi
meskipun masih dianggap sebagai inflasi yang terkendali. Pada awal tahun
2013 terjadi inflasi yang cukup tinggi yaitu mencapai 1.03%. hal itu
terlihat pada kenaikan harga-harga disektor riil seperti kenaikan
holtikultura yang berspekulasi pada awal tahun. Kenaikan holtikultura
disebabkan oleh faktor cuaca yang buruk yang melanda daerah penghasil.
Inflasi juga disebabkan karena kegiatan distribusi yang terganggu akibat
banjir di awal tahun 2013. Namun, akhir-akhir ini tingkat inflasi dapat
40
Wastriati, “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Nilai Jakarta Islamic Index”,
Skripsi, UIN Jakarta.2010.H. 96 41
Ibid. h.96
71
ditekan seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah terkait impor
holtikultura agar dapat menekan harga di pasaran.
4. Perkembangan Industrial Production Index (IPI)
Di Amerika serikat IPI merupakan alat ukur dari kesehatan
industri. Dengan memetakan perubahan yang terjadi pada level produksi
industrial, indeks ini memberikan gambaran dari kesehatan industri AS
secara keseluruhan dan memberikan petunjuk kepada para investor
mengenai industri apa yang sedang mengalami ekspansi ataupun
kontraksi. Investor selalu memperhatikan perubahan bulanan dalam indeks
ini di mana produksi industrial mempunyai porsi hampir 40% dari total
aktifitas ekonomi AS42
.
Pengaruh dari peningkatan IPI dapat menyebabkan penguatan nilai
mata uang yang dapat mendorong pasar saham dan melemahkan pasar
obligasi. Bagaimanapun juga, menganalisis Indeks Produksi Industri
cukup mudah, perubahan yang tajam dalam indeks biasanya memberikan
harga yang bagus dipasar.
Begitupun di Indonesia, peningkatan IPI akan mempengaruhi harga
saham melalui dampaknya terhadap keuntungan perusahaan. Bisa dilihat
perkembangan IPI di Indonesia pada grafik dibawah ini.
42 http://alpari-forex.com/id/analytics/fundamental_analysis/macro_indicators/#faq11, diakses
pukul 02.47 AM
72
Grafik 5.Perkembangan Industrial Production Index (IPI)
Sumber : Bank Indonesia dan BPS tahun 2006-2015 (diolah)
Dari grafik terlihat bahwa perkembangan IPI di Indonesia terus
mengalami peningkatan pada puncak tertinggi terjadi pada bulan November
2011. Lalu mengalami penurunan pada bulan April 2012 dan terus stabil
hingga hingga Agustus 2015.
Dari grafik bisa dijelaskan bahwa peningkatan IPI akan
mempengaruhi harga saham melalui dampaknya terhadap keuntungan
perusahaan. Ketika nilai IPI naik, maka kondisi sektor riil mengalami
pertumbuhan positif. Ini berarti kinerja perusahaan mengalami peningkatan.
Baiknya kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang listed di bursa, akan
memicu kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Ini membuktikan adanya
korelasi yang kuat antara kinerja sektor riil dengan indeks harga di pasar
saham syariah.
0.00
100.00
200.00
JAN
06
JUNI…
NOV…
AP
R 0
7SE
P 0
7FE
B 0
8JU
LI 0
8D
ES 0
8M
EI 0
9OKT…
MAR…
AGU…
JAN
11
JUNI…
NOV…
AP
R 1
2SE
P 1
2FE
B 1
3JU
LI 1
3D
ES1
3M
EI 1
4OKT…
MAR…
AGU…
IPI
IPI
73
B. Hasil dan Pembahasan
Bab ini menganalisis data yang akan digunakan. Data yang
digunakan berupa variabel-variabel Jakarta Islamix Index, Inflasi, kurs¸
dan Industrial Production Index. Periode dalam penelitian ini adalah
Januari 2006 sampai dengan Desember 2015.
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software Eviews versi 7 dan Microsoft Excel 2010, untuk
mengolah data serta memperoleh hasil dari variabel-variabel yang akan
diteliti. Berikut penjabaran data-data yang telah diolah :
1. Uji Stasioneritas Data
Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu
uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji
stasioner atau tidak. Uji stasioner data dapat dilakukan dengan
menggunakan uji akar unit yaitu dengan menggunakan augemted dickey-
fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) senigga
diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini menggunakan uji
augemted dickey-fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas
dengan menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) dari setiap data:
Tabel 5. Hasil Uji Stasioneritas ADF Pada Tingkat Level
Variabel ADF Statistik
t- statistic Critical values 5% Prob Keterangan
JII
-3.329437 -3.449020
0.0666 Tidak stat
INFLASI
-3.675466 -3.448348
0.0279 Stat
74
KURS
-1.918593 -3.448348
0.6386 Tidak stat
IPI
-3.390079 -3.448021 0.0632
Tidak Stat
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tigkat
level diatas. Dengan menggunakan critical value 5% hanya nilai ADF t-
statistik inflasi yang lebih besar dari critical value nya dengan nilai t -
3.675466 sehingga dapat dikatakan stasioner karena lebih besar dari nilai
critical value -3.448348.
Sebaliknya variabel lainnya tidak stasioner dengan data sebagai
berikut, nilai JII t-statistic -3.329437< critical value -3.449020, kemudian,
kurs t-statistic-1.918593< critical value -3.448348, IPI t-statistic -
3.390079 < critical value -3.448021. variabel JII, kurs, IPI dapat
dikatakan tidak stasioner uji ADF pada tingkat Level.
Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1st difference karena untuk
mengetahui variabel lainnya stasioner atau tidak. Pada tabel berikut
merupakan hasil uji stasioneritas ADF pada tingkat 1st difference.
Tabel 6. Uji Stasioneritas ADF pada 1st difference
Variabel ADF Statistik
t- statistic Critical values 5% Prob Keterangan
JII
-8.355341 -3.448348
0.000 Stat
INFLASI
-8.396843 -3.448348
0.000 Stat
75
KURS
-8.496169 -3.448348
0.000 Stat
IPI
-13.10452 -3.448348 0.0000
Stat
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Asumsi uji ADF jika t-statistic < critical value = tidak stasioner,
dan ADF tstatistic >critical value = stasioner. Dengan keterangan asumsi
tersebut, maka dapat dinyatakan semua variabel penelitian diantaranya JII,
inflasi, kurs, dan IPI dapat dinyatakan stasioner pada tingkat 1st difference.
Maka penelitian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya.
2. Uji Lag Optimal
Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan
lag yang optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif
tehadap panjangnya lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag
dimaksudkan untuk mengetahui panjangnya periode keterpengaruhan
suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel endogen
lainnya.
Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari
beberapa kriteria yaitu: Final Prediction Error (FPE), Akaike Information
Creterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), dan Hanna-Quinn
Information Criterion (HQ). hasil uji panjang lag optimal dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
76
Tabel 7. Hasil Penetapan lag optimal
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 694.1565 NA 5.22e-11 -12.32422 -12.22713 -12.28483
1 1144.916 861.2732 2.22e-14 -20.08779 -19.60235* -19.89083*
2 1163.344 33.89400* 2.13e-14* -20.13115* -19.25734 -19.77662
3 1171.495 14.40913 2.45e-14 -19.99098 -18.72882 -19.47888
4 1178.389 11.69621 2.90e-14 -19.82838 -18.17786 -19.15871
5 1193.440 24.45809 2.98e-14 -19.81144 -17.77256 -18.98420
6 1202.817 14.56751 3.39e-14 -19.69317 -17.26593 -18.70836
7 1213.274 15.49859 3.81e-14 -19.59418 -16.77859 -18.45181
8 1223.979 15.10187 4.29e-14 -19.49963 -16.29569 -18.19969
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Pada tabel dapat dilihat hasil uji Lag tersebut memberikan lag yang
berbeda-beda. Terlihat bahwa dengan criteria FPE, AIC, SC dan HQ
kandidat yang disarankan adalah lag 2, dapat dilihat dari tanda bintang
yang paling banyak. Dengan demikian lag optimal yang disarankan adalah
lag 2.
3. Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan
jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama
proses integrasi yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat
yang sama yaitu derajat Ssatu (1st difference.).
Apabila ditemukan adanya kointegrasi, makan estimasi VECM
dilakukan. Namun sebaliknya, apabila tidak ditemukan adanya kointegrasi,
maka estimasi VAR in difference yang akan dilakukan.
77
Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
Johansen dengan membandingkan nilai trace statistic lebih besar dari nilai
kritis 0,05 maka data terkointegrasi dan sebaliknya. Berikut hasil uji
kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen
Test.
Tabel 8. Hasil Uji Johansen Cointegration Test
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None* 0.166185 47.85613 42.72950 0.0056
At most 1 0.092555 21.46549 29.79707 0.3293
At most 2 0.072842 10.10212 15.49471 0.2729
At most 3 0.010655 1.253309 3.841466 0.2629
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan, pada tabel
dapat dilihat bahwa nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis yaitu
47.85613 > 42.72950 pada tingkat keyakinan 5%. Nilai trace statistic
menunjukan adanya 1 rank kointegrasi yang signifikan pada α = 5% yang
ditunjukan oleh tanda asentrik (*). Hal ini mengindikasikan bahwa
diantara pergerakan semua variabel penelitian memiliki hubungan
keseimbangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, analisis
selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan model VECM.
4. Uji VECM
Setelah melakukan beberapa uji sebelumnya, maka langkah yang
dilakukan selanjutnya adalah estimasi VECM (Vector Error Correction
78
Model). Estimasi VECM dilakukan karena terdapat kointegrasi pada saat
uji kointegrasi dilakukan untuk melihat analisis jangka panjang dan jangka
pendek. Uji VECM dilakukan dengan Impulse Respose Function (IRF)
dan Forecast Error Decompotion Variance (FEDV) atau yang biasa
dikenal dengan Variance Decompotion (VD). Maka hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek JII
Variabel Koefisien t-statistik t-tabel Keterangan
Jangka Pendek
CointEq1
Inflasi
Kurs
Industrial Production Index
(IPI)
0.00217
0.071887
0.09549
0.052799
-2.02031
-2.7730
2.75309
0.83126
1.980626
Tidak Sign
Tidak Sign
Sign
Tidak Sign
Jangka Panjang
Inflasi
Kurs
Industrial Production Index
(IPI)
45.29562
9.856191
4.804649
4.58242
3.34476
1.31354
1.980626
Sign
Sign
Tidak Sign
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang, kurs memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Jakarta Islamic Index.
Artinya setiap kenaikan satu satuan pada kurs akan terjadi pula
79
peningkatan pada JII sebesar 9.856191. Begitu pula pada Inflasi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan. Sedangkan pada Industrial
Production Index dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif dan
tidak signifikan tehadap JII dikarenakan nilai thitung lebih kecil dibanding
t tabel yang nilainya 1.980626.
Pada analisis jangka pendek ini variabel kurs memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap JII, sedangkan variabel Industrial
Production Index, Inflasi mempengaruhi Jakarta Islamic Index serta
memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan.
5. Impluse Respose Function (IRF)
Hasil estimasi VAR seringkali tidak memuaskan saat dilihat dari
uji t. kelambanan variabel endogen di dalam system VAR mungkin tidak
signifikan secara statistic. Selain itu secara individual koefisien di dalam
model VAR sulit diinterpretasikan. Oleh karena itu diperlukan guna
meminimalisir kekurangan-kekurangan dalam model VAR tersebut antara
lain dengan impulse response dan variance decomposition.
Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon
dari setiap variabel terhadap kejutan dari variabel lainnya. Impulse
Respose Function (IRF) memberikan gambaran bagaimana respon dari
suatu variabel di masa mendatang jika terjadi gangguan pada suatu
variabel lainnya. Dengan demikian, lamanya pengaruh dari gangguan
80
(shock) suatu variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang
atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat.
Tabel 10. Nilai Impluse Respon Of Jakarta Islamic Index
Respo
nse of JII:
Period JII KURS INFLASI IPI 1 0.029266 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.035869 0.001190 -0.009154 0.001447
3 0.036795 0.003295 -0.013079 0.000363
4 0.038899 0.003397 -0.013823 0.000411
5 0.040131 0.002747 -0.015410 0.000177
6 0.040671 0.002420 -0.016886 -0.000215
7 0.041240 0.002114 -0.017768 -0.000461
8 0.041746 0.001778 -0.018550 -0.000681
9 0.042117 0.001507 -0.019304 -0.000903
10 0.042441 0.001275 -0.019945 -0.001094
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Jakarta Islamic
Index (JII) merespon shock yang diberikan variabel kurs adalah positif
diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan positif permanen.
Sedangkan shock yang diberikan oleh variabel inflasi adalah negative
permanen atau negative diawal periode sampai akhir periode. Sedangkan
variabel IPI memiliki respon yang berubah ubah setiap periodenya, baik
merespon positif ataupun negative terhadap variabel Jakarta Islamic Index
(JII).
81
Gambar 2. Uji Impluse Respon Terhadap JII
Sumber : Ouput Eviews 7 (data diolah)
Melalui grafik. Menunjukan bahwa kecendrungan variabel Jakarta
Islamic index di atas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel
tersebut adalah berdampak positif. Hal ini dikarenakan JII mempengaruhi
dirinya sendiri sehingga bisa mengontrol dampak yang diberikannya
sendiri.
Gambar 3. Uji Impluse Respon Inflasi TerhadapJII
Sumber : Ouput Eviews 7 (data diolah)
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
82
Menunjukan bahwa kecendrungan variabel inflasi di bawah garis
horizontal yang menunjukan bahwa variabel tersebut adalah berdampak
negatif. Begitu pula dengan respon tehadap Inflasi, shock yang diberikan
sebesar -0.019945 pada periode ke-10 yang artinya jika terjadi kenaikan
pada inflasi maka akan menurunkan JII. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Rizky dan Yousuf (2013) menyatakan Inflasi yang tinggi
menyebabkan harga bahan baku untuk poduksi perusahaan meningkat
selain itu buruh juga menuntut kenaikan upah karena biaya hidup yang
meningkat akibat harga kebutuhan bahan pokok naik. Hal ini tentu akan
memengaruhi profitabilitas perusahaan karena beban biaya yang
ditanggung semakin tinggi. Selain itu, inflasi menyebabkan konsumsi riil
masyarakat berkurang karena nilai uang yang mereka pegang berkurang
kemudian masyarakat akan mengurangi konsumsi mereka atas barang/jasa
yang dihasilkan perusahaan otomatis pendapatan perusahaan ikut menurun
dan memengaruhi keuntungan yang didapatnya selanjutnya berpengaruh
pada harga saham perusahaan tersebut. Harga saham yang kian menurun
akan memengaruhi niat investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada indeks harga saham.
83
Gambar 4. Uji Impluse Respon Kurs Terhadap JII
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Melalui grafik menunjukan bahwa kecendrungan variabel kurs di
atas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel tersebut adalah
berdampak positif. Berikut Mengenai respon JII terhadap variabel yang
memberikan respon positif permanen diantaranya kurs, pada period ke-4
shock yang diberikan adalah sebesar 0.003397 yang berarti jika terjadi
kenaikan pada kurs sebesar satu satuan mengakibatkan kenaikan pada JII
sebesar 0.003397. Semakin tinggi kurs maka semakin tinggi pula JII. Hal
ini sesuai dengan penelitian Suramaya (2012) yang menyatakan Kurs
merupakan variabel makroekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas
harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume
ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan
meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian
meningkatkan harga saham.
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
84
Gambar 5. Uji Impluse Respon IPI Terhadap JII
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Melalui grafik. Menunjukan bahwa kecendrungan variabel jumlah
Industrial Production Index (IPI) di bawah dan di atas garis horizontal
yang menunjukan bahwa variabel tersebut adalah berdampak negatif dan
juga positif sesuai periode masing-masing. Sama halnya dengan respon
yang diberikan IPI, dimana shock yang diberikan oleh IPI pada periode ke-
4 sebesar 0.000411 yang artinya kenaikan sebesar satu satuan akan
mengakibatkan kenaikan JII sebesar 0.000411. Peningkatan IPI akan
mempengaruhi harga saham melalui dampaknya terhadap keuntungan
perusahaan. Ketika nilai IPI naik, maka kondisi sektor riil mengalami
pertumbuhan positif. Ini berarti kinerja perusahaan mengalami
peningkatan. Baiknya kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang listed
di bursa, akan memicu kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Ini
membuktikan adanya korelasi yang kuat antara kinerja sektor riil dengan
indeks harga di pasar saham syariah.
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to BUNGA
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JUB
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
85
6. Variance Decompotion (VD)
Analisis Variance Decompotion (VD) atau analisis dekomposisi
bermanfaat untuk menjelaskan kontribusi dari masing-masing variabel
terhadap guncangan yang ditimbulkannya terhadap variabel endogen
utama yang diamati. Analisis ini digunakan untuk memprediksi seberapa
besar kontribusi varians setiap variabel berpengaruh tehadap variabel
lainnya pada saat ini dan periode kedepannya.
Berikut ini hasil analisis Variance Decompotion untuk melihat
pengaruh variabel makroekonomi yaitu industrial production index,
inflasi, dan kurs terhadap Jakarta Islamic Index.
Tabel 11. Hasil Variance Decompotion
Period S.E. JII KURS INFLASI IPI 1 0.029266 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.047227 96.08540 3.757162 0.063512 0.093930
3 0.061370 92.84796 6.766948 0.325964 0.059126
4 0.074042 91.38771 8.134188 0.434408 0.043699
5 0.085661 90.22617 9.313330 0.427425 0.033076
6 0.096348 89.13887 10.43355 0.400936 0.026642
7 0.106321 88.24666 11.36079 0.368791 0.023756
8 0.115735 87.48488 12.15678 0.334826 0.023515
9 0.124676 86.79846 12.87289 0.303135 0.025513
10 0.133214 86.17884 13.51738 0.274686 0.029091 Choles
ky Orderin
g: JII KURS
INFLASI IPI
Sumber : Output Eviews 7 (data diolah)
Tabel di atas menjelasakan hasil uji VD di mana pada periode pertama
Jakarta Islamic Index dipengaruhi oleh Jakarta Islamic Index itu sendiri.
86
Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai
mempengaruhi walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh Jakarta Islamic
Index itu sendiri. Kurs memberikan pengaruh terbesar kedua setelah
variabel Jakarta Islamic Index, di mana awal periode pengaruhnya sebesar
3.75 dan terus meningkat sampai akhir periode pengaruhnya sebesar 13.5
terhadap pertumbuhan Jakarta Islamic Index. Pengaruh yang paling kecil
diberikan oleh variabel Industrial Production Index terhadap Jakarta
Islamic Index sebesar 0,03 persen di akhir periode, adapaun untuk variabel
inflasi yang dilihat dari uji variance decompotion berada diurutan ke-3
pengaruhnya terhadap Jakarta Islamic Index sebesar 0.27 persen pada
akhir periode.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan
meneliti pengaruh jangka pendek jangka panjang dan guncangan
makroekonomi terhadap variabel Jakarta Islamic Index . Dengan
menggunakan data time series dengan model vector error correction
model (VECM) pada software eviews 7 maka didapatkan kesimpulan hasil
penelitian ini, yakni: Berdasarkan pengujian dengan uji VECM
menunjukan bahwa variabel independen Industrial Production Index (IPI),
inflasi, dan kurs secara bersama-sama mempengaruhi Jakarta Islamic
Index dalam jangka pendek dan jangka panjang periode 2006 sampai
dengan 2015.
1. Pengaruh jangka pendek antara variabel Industrial Production Index
(IPI), inflasi, dan kurs terhadap Jakarta Islamic Index tahun 2006 –
2015 dapat dilihat dari uji estimasi VECM, kesimpulannya adalah:
Hanya variabel kurs yang memiliki dampak positif dan signifikan,
sedangkan pengaruh variabel Industrial Production Index (IPI), inflasi
terhadap Jakarta Islamic Index tahun 2006 – 2015 dalam jangka
pendek memberikan dampak yang positif dan tidak signifikan.
88
2. Pengaruh jangka panjang antara variabel Industrial Production Index
(IPI), inflasi, dan kurs terhadap Jakarta Islamic Index tahun 2006 –
2015,kesimpulannya adalah:
a. Pengaruh Industrial Production Index (IPI) terhadap terhadap Jakarta
Islamic Index jangka panjang memberikan dampak positif dan tidak
signifikan.
b. Pengaruh kurs terhadap Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang
memberikan dampak positif dan signifikan
c. Pengaruh inflasi terhadap Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang
memberikan dampak positif dan signifikan
3. Hasil Analisis Impluse Respone Function (IRF) terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) akibat guncangan dari variabel makroekonomi
inflasi, kurs, dan Industrial Production Index (IPI) tahun 2006-2015
adalah sebagai berikut :
a. Inflasi memiliki respon negatif dan permanen dari periode ke dua hingga
periode akhir terhadap Jakarta Islamic Index
b. Kurs memilki respon positif dan permanen dari periode ke dua hingga
periode akhir terhadap Jakarta Islamic Index
c. Industrial Production Index (IPI) memiliki respon positif dan negatif
terhadap Jakarta Islamic Index
89
4. Berdasarkan variance decompotion, maka dapat dilihat kontribusi untuk
shock yang terjadi terhadap Jakarta Islamic Index oleh variabel
makroekonomi yang memberikan kontribusi terbesar yaitu kurs sebesar
3.75 satuan. Sedangkan yang memberikan kontribusi terkecil yaitu
Industrial Production Index (IPI) sebesar 0,09 persen.
B. SARAN
1. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham yang sesuai syariat
islam dapat memilih saham dalam kelompok JII, melihat perkembangan
nilai JII yang mengalami peningkatan yang cukup baik.
2. Investor yang ingin berinvestasi di pasar modal hendaknya
mempertimbangkan faktor variabel makroekonomi seperti inflasi, kurs,
dan IPI untuk memprediksi pergerakan harga saham syariah yang
terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)
3. Bagi pemerintah diperlukannya stabilitas ekonomi moneter dalam
mengendalikan pergerakan inflasi, kurs dan pertumbuhan ekonomi
untuk mampu dalam menjaga pergerakan JII agar tetap stabil.
4. Bagi pemerintah diharapkan mampu dalam meningkatkan minat
investor domestik untuk berinvestasi di pasar modal. Hal ini bertujan
karena perkembangan pasar modal merupakan salah satu indikator
penting dalam pertumbuhan ekonomi.
5. Bagi akademisi dapat mengembangkan penelitian selanjutnya dan juga
menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak sehingga dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
90
DAFTAR PUSTAKA
A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, penerjemah H. Anshari Thayib,
Surabaya, Bina Ilmu, 1997
Abdullah, Baharuddin. 2006. “Jalan menuju stabilitas” Jakarta: Pustaka LP3E
Indonesia.
Achmad Sunarto dkk, Terjamah Sahih Bukhari, Semarang, Cv Asy Syifa,
1991
Aditya Rahmat Perdana, “Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Saham
Syariah di Jakarta Islamic Index”, Skripsi. UIN Jakarta.2008.
Adler H. Manurung, dan Lutfi T. Rizki, Successful Financial Planner A
Complete Guide, Jakarta: Grasindo,2009
Adrian Sutedi, “Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan
Berdasaekan Prinsip Syariah”, 2011. Jakarta: Sinar Grafika.
Agma, Syafaat Fachriza. 2015. “Peranan Foreign Direct Investment Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” Skripsi. Universitas Brawijaya
Agus Widarjono. ”Ekonometrika Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta : Ekonisia
FE UII. 2007.
Ahmad.2009. “Investasi Syariah” Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
Aliminsyah dan Padji. Kamus Istilah.
Amalia , Siti Rizka. 2015 “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing
(PMA) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Studi Kasus Di Indonesia
Tahun 1983-2012)” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Andra, Gerry. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia
Tahun 2010-2013,
http://gerryndr.blogspot.co.id/2015_04_01_archive.html. Senin, 06 April
2015 . Di akses 16 Mei pukul 01.32
Andrian Tony Prakoso, Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan
FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi Universitas
Indonesia. 2009.
91
Arsyad , Lincoln. 1999. “ Pengantar Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi” Yogyakarta: BPFE
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia.
Aziz, Abdul. 2010. “Manajemen Investasi Syariah” Bandung: ALFABET, cv
Azra, Azyumardi, Prof, Dr, MA. 2002. “ Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat:UIN Jakarta
Press
Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT
Penerbit IPB Press. 2012.
Bapepam-LK, “Kajian Pasar Sekunder Efek Syariah Di Pasar Modal
Indonesia, dalam http://bapepam.go.id/, (19 Mei 2016, pukul 13.08
WIB)Karim consulting Indonesia. 2015. “Islamic Finance outlook”
Bapepam-LK, “Studi Tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia,”
dalam http://bapepam.go.id/syariah/publikasi/riset/index.html, (19 Mei
2016, pukul 13.02 WIB).
Bapepam-LK, “Kajian Pasar Sekunder Efek Syariah Di Pasar Modal
Indonesia,” dalam
http://bapepam.go.id/syariah/publikasi/riset/index.html, (19 Mei 2016,
pukul 13.02 WIB).
Dea, Rizki Kusmana, Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar
Industri Perbankan Indonesia yang Oligopoli, Skripsi Institut Pertanian
Bogor. 2013.
Dermawan, Indra. 2006. “Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer” Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.
Diadaptasi dari www.bi.go.id pada 18 Juli 2016. Pukul 2.10 AM
Dimas Prabowo, “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Syariah yang terdaftar
di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta: 2013.
92
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. “Perkembangan Pemikiran Ekonomi :
DasarTeori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan”
Jakarta:Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia
Donald R. copper dan C Willian Emory. 1996. “Metode Penelitian Bisnis”
Jakarta: Erlangga.
Early Ridho Kismawardi, “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Jakarta Islamic Index”. Skripsi 2013. Institut Agama Islam Negeri
Sumatera Utara.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syari’ah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syari'ah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar
Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 41/DSN-MUI/III/2004 tentang
Obligasi Syari’ah Ijarah, obligasi syariah ijarah adalah obligasi syariah
berdasarkan akad ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Ijarah.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), 220.
Http://alpari-
forex.com/id/analytics/fundamental_analysis/macro_indicators/#faq11,
diakses pukul 02.47 AM.
Hadi, A. Chairul dan M. Mujibburrahman. 2011. “Investasi Syariah: Konsep
Dasar dan Implementasinya” ciputat: lembaga penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Huda, Nurul, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta:
Kencana, 2008).
93
Huda, Nurul,dll. 2009. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis”
Jakarta: kencana
Ika Syahfitri, Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. 2013.
Indriantoro, Nur dan Babang Suporno. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen,” (Edisi pertama). Yogyakarta: Lembaga
Penerbit BPFE. 2002.
Irfan Syauqi Beik dan Sri Wulan Fatmawati, “Pengaruh Indeks Harga Saham
Syariah Internasional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta
Islamic Index”.Jurnal Al-Iqtishad: Vol. VI No.2. Juli 2014.
Kurniawati, Ria. 2014. “Konsep Pembangunan Inklusif (Inclusive
Development) Dalam Perspektif Ekonomi Islam”Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Leni Setiowati. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi da Faktor Demografi
Terhadap Tabungan Masyarakat dalam Bnetuk Deposito di Perbankan
Syariah Indonesia Periode 1981-2010”. Skripsi. Universitas
Airlangga.2013.
Manan , Abdul. 2009 “Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di
Pasar Modal Syariah Indonesia” Jakarta : Kencana.
Manilet, Yusuf Rendy. 2012. “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asiing
(PMA), Ekspor dan Impor Terhadap Perutumbuhan Ekonomi Negara-
negara ASEAN 2000-2010” Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mankiw, Gregory. 2003. “Teori makro ekonomi Edisi Kelim” Jakarta:
ErlanggaRodoni.
Manurung, Madala. 2008. “Pengantar Ilmu Ekonomi” Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia
M. Faruq dan Nabahan, Sistem Ekonomi Islam : pilihan setelah kegagalan
sistem Kapitalis dan Sosialis, alih bahasa : Muhadi Zainuddin, UII Press,
Yogyakarta, 2000.
94
Muhammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio , (Jakarta:
Erlangga, 2006)
Muhammad Syafii Antonio et all, Volatilas Pasar Modal Syariah.
Mulyaningsih , Yani. 2008 “Kriteria Investasi Syariah dalam Konteks
Kekinian” Yogyakarta: Kreasi Wacana.
M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi : sebuah tinjauan
Islam (penerjemah : Ikhwan Abidin Basri), Jakarta, Gema Insani Press,
2001.
Murphy, Anthoin E. 2011. “The Geneis of makroekonomics” Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Murphy, Antoin E. 2011. “ The genesis of macroeconomis” Jakarta: rajawali
pers
Mustafa Edwin Nasution,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.
Nazir, Moh. 2005. “Metode Penelitian” Bogor: Ghalia Indonesia.
Rifai, Veithzal dan Andi Buchari. 2009. “Islamic Economics: Ekonomi
Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi” Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rifki Febi Nur Fadillah. “Analisis Perbandingan Keseimbangan Risiko dan
Pengembalian Risk-Return trade off saham anatara Jakarta Islamic Indec
Dengan Lq 45 di bursa Efek Indonesia”. Skripsi. UIN Jakarta.2010.
Rinal Satria Anugrah, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas
Bank Umum.
Rista Fitriany, “ Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)”, Skripsi,
Universitas Jember, 2015.
Rizqi Widi Feirdani,”Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Retun Saham Syariah dan Non Syariah”. Skripsi.2008.UIN Jakarta.
Septian, Prima Rusbariandi, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, dan Kurs Rupiah terhadap Jakarta
islamic Index di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2005 – Maret
2012”, Jurnal, Universitas Gunadarma, 2012.
95
Soemitra , Andri. 2010 “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah” Jakarta:
Kencana
Soetomo, Jurnal Metodologi Penelitian. Vol 6 No. 1. (Agustus 2009)
Sri Wulan Fatmawati, Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks
Harga Saham
Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi
Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013.
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”
Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2004.” Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suramaya Suci Kewal, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan
Pertumbuhan Pdb Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Jurnal
Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012.
Sutedi, Adrian. 2011 “Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan
Berdasaekan Prinsip Syariah”.
Suyanto dan Ch Ruth Elizabeth, “Pasar Modal dan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia: Pengujian Kausalitas”, dalam http://id-jurnal.blogspot.com, (18
Mei 2016).
Syariah di Indonesia, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, 2006.
Todaro, Michael p. 1986. “Perencanaan Pembangunan Model dan Metode”
Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.
Todaro , Michael P. 1986, “ Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”
Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.
Ulum, Miftachul. 2014. “Analisis Pengaruh Foreign Direct Invesment (FDI),
Infrastuktur dan Pengangguran Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah (Periode Tahun 2000-2012)”
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995Tentang Pasar Modal.
96
Utomo, Anif Punto. 2014. “Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat
Ekonomi Islam, Gres!” Jakarta :Publishing Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah .
Wastriati, “Analisis Pengaruh Variabel ekonomimakro terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index”, skripsi. UIN Jakarta: 2010.
97
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
DATA MAKROEKONOMI
Tahun Bulan
KURS
(Rp)
INFLASI
(%)
IPI
(%)
2006 Januari 947238 17.03% 109.89%
Februari 925315 17.92% 108.75%
Maret 917157 15.74% 110.19%
April 893694 15.40% 110.37%
Mei 898486 15.60% 114.73%
Juni 936273 15.53% 119.12%
Juli 912548 15.15% 122.03%
Agustus 909425 14.90% 122.09%
September 914333 14.55% 127.53%
Oktober 918718 6.29% 113.41%
November 913459 5.27% 121.20%
Desember 908680 6.60% 123.69%
2007 Januari 906796 6.26% 119.31%
Februari 906780 6.30% 112.63%
Maret 916395 6.52% 120.44%
April 909755 6.29% 120.57%
Mei 884433 6.10% 122.29%
Juni 898365 5.77% 125.15%
Juli 906714 6.06% 127.81%
Agustus 936668 6.51% 128.14%
September 930990 6.95% 130.62%
Oktober 910706 6.88% 119.77%
November 926427 6.71% 126.73%
Desember 933360 6.59% 127.77%
2008 Januari 940635 7.36% 126.28%
Februari 918115 7.40% 123.30%
Maret 918494 8.17% 123.41%
April 920864 8.96% 124.83%
Mei 929080 10.38% 127.22%
Juni 929571 11.03% 128.10%
98
Juli 916345 11.90% 131.36%
Agustus 914925 11.85% 131.83%
September 934065 12.14% 129.55%
Oktober 1004835 11.77% 127.05%
November 1171115 11.68% 127.54%
Desember 1132484 11.06% 125.34%
2009 Januari 1108050 9.17% 124.17%
Februari 1185275 8.60% 124.38%
Maret 1184955 7.92% 125.13%
April 1102510 7.31% 126.36%
Mei 1039265 6.04% 127.41%
Juni 1020664 3.65% 128.82%
Juli 1011133 2.71% 131.05%
Agustus 997760 2.75% 132.72%
September 990072 2.83% 129.32%
Oktober 948273 2.57% 133.03%
November 946995 2.41% 132.39%
Desember 945775 2.78% 131.44%
2010 Januari 927545 3.72% 130.69%
Februari 934821 3.81% 129.38%
Maret 917373 3.43% 129.52%
April 902733 3.91% 131.16%
Mei 918321 4.16% 132.60%
Juni 914836 5.05% 135.27%
Juli 904945 6.22% 138.25%
Agustus 897176 6.44% 138.91%
September 897350 5.80% 130.36%
Oktober 892790 5.67% 139.51%
November 893838 6.33% 138.59%
Desember 902262 6.96% 140.46%
2011 Januari 903738 7.02% 140.42%
Februari 891256 6.84% 132.05%
Maret 876148 6.65% 139.26%
April 865130 6.16% 136.63%
Mei 855580 5.98% 139.71%
Juni 856400 5.54% 142.04%
Juli 853324 4.61% 145.86%
Agustus 853200 4.79% 141.32%
September 876550 4.61% 143.53%
99
Oktober 889524 4.42% 147.86%
November 901518 4.15% 147.23%
Desember 908848 3.79% 148.93%
2102 Januari 910914 3.65% 102.76%
Februari 902576 3.56% 105.63%
Maret 916533 3.97% 102.46%
April 91755 4.50% 103.38%
Mei 929024 4.45% 108.31%
Juni 945114 4.53% 109.79%
Juli 945659 4.56% 111.41%
Agustus 949984 4.58% 100.78%
September 956635 4.31% 109.61%
Oktober 959714 4.61% 118.17%
November 962795 4.32% 114.13%
Desember 964589 4.30% 114.12%
2013 Januari 968733 4.57% 113.91%
Februari 968665 5.31% 112.31%
Maret 970942 5.90% 112.58%
April 972405 5.57% 114.12%
Mei 976091 5.47% 115.78%
Juni 988153 5.90% 113.34%
Juli 1007339 8.61% 115.28%
Agustus 1057250 8.79% 113.37%
September 1134624 8.40% 116.36%
Oktober 1136690 8.32% 118.05%
November 1161310 8.37% 116.20%
Desember 1208710 8.38% 117.36%
2014 Januari 1217965 8.22% 117.32%
Februari 1193510 7.75% 116.60%
Maret 1142705 7.32% 116.80%
April 1143575 7.25% 117.25%
Mei 1152594 7.32% 120.16%
Juni 1189262 6.70% 120.22%
Juli 1168906 4.53% 117.05%
Agustus 1170667 3.99% 120.13%
September 1189077 4.53% 127.74%
Oktober 1214487 4.83% 124.37%
November 1215830 6.23% 121.73%
Desember 1243829 8.36% 124.94%
100
2015 Januari 1257910 6.96% 123.33%
Februari 1274984 6.29% 119.67%
Maret 1306682 6.38% 125.46%
April 1294776 6.79% 127.11%
Mei 1314053 7.15% 123.03%
Juni 1331324 7.26% 126.26%
Juli 1337479 7.26% 122.21%
Agustus 1378175 7.18% 127.01%
September 1439610 6.83% 130.31%
Oktober 1379586 6.25% 131.09%
November 1367257 4.89% 128.64%
Desember 1385460 3.35% 126.22%
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
Jakarta Islamic Index (JII)
BULAN TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
JAN 2.15 2.97 4.77 2.14 4.28 4.78 5.63 6.05 6.03 7.07
FEB 2.18 2.94 5.09 2.14 4.14 4.97 5.67 6.45 6.27 7.22
MAR 2.34 3.15 4.48 2.37 4.44 5.15 5.84 6.60 6.40 7.28
APR 2.60 3.45 4.28 2.80 4.75 5.29 5.75 6.83 6.48 6.65
MAY 2.37 3.46 4.42 3.07 4.45 5.31 5.25 6.77 6.57 6.98
JUN 2.33 3.57 4.30 3.21 4.60 5.36 5.44 6.60 6.55 6.57
JUL 2.37 3.89 3.88 3.85 4.83 5.67 5.74 6.24 6.90 6.42
AUG 2.51 3.68 3.56 3.81 4.74 5.29 5.70 5.92 6.91 5.98
SEP 2.63 4.00 2.86 4.02 5.27 4.92 6.01 5.86 6.88 5.56
OCT 2.69 4.63 1.94 3.84 5.40 5.30 6.19 6.16 6.70 5.86
NOV 2.95 4.84 1.96 3.98 5.09 5.20 5.89 5.80 6.83 5.80
DEC 3.11 4.93 2.16 4.17 5.33 5.37 5.95 5.85 6.91 6.03
Sumber : www.duniainvestasi.com
101
LAMPIRAN 3
UJI STASIONER
TINGKAT LEVEL
Null Hypothesis: JII has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.329437 0.0666
Test critical values: 1% level -4.039075
5% level -3.449020
10% level -3.149720
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.918593 0.6386
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.675466 0.0279
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: IPI has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.390079 0.0576
102
Test critical values: 1% level -4.036983
5% level -3.448021
10% level -3.149135
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
TINGKAT 1ST
DIFFERENCE
Null Hypothesis: D(JII) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.355341 0.0000
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.496169 0.0000
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.396843 0.0000
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(IPI) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.*
103
Augmented Dickey-Fuller test statistic -13.10452 0.0000
Test critical values: 1% level -4.037668
5% level -3.448348
10% level -3.149326 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
LAMPIRAN 4 UJI LAG OPTIMAL
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: JII KURS INFLASI IPI
Exogenous variables: C
Date: 10/11/16 Time: 19:49
Sample: 2006M01 2015M12
Included observations: 112 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 694.1565 NA 5.22e-11 -12.32422 -12.22713 -12.28483
1 1144.916 861.2732 2.22e-14 -20.08779 -19.60235* -19.89083*
2 1163.344 33.89400* 2.13e-14* -20.13115* -19.25734 -19.77662
3 1171.495 14.40913 2.45e-14 -19.99098 -18.72882 -19.47888
4 1178.389 11.69621 2.90e-14 -19.82838 -18.17786 -19.15871
5 1193.440 24.45809 2.98e-14 -19.81144 -17.77256 -18.98420
6 1202.817 14.56751 3.39e-14 -19.69317 -17.26593 -18.70836
7 1213.274 15.49859 3.81e-14 -19.59418 -16.77859 -18.45181
8 1223.979 15.10187 4.29e-14 -19.49963 -16.29569 -18.19969
* indicates lag order selected by the criterion
LAMPIRAN 5 UJI KOINTEGRASI
Date: 10/11/16 Time: 19:53
Sample (adjusted): 2006M04 2015M12
Included observations: 117 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: JII KURS INFLASI IPI
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None* 0.166185 47.85613 42.72950 0.0056
At most 1 0.092555 21.46549 29.79707 0.3293
At most 2 0.072842 10.10212 15.49471 0.2729
At most 3 0.010655 1.253309 3.841466 0.2629
104
LAMPIRAN 6
UJI ESTIMASI VECM
Vector Error Correction Estimates
Date: 10/11/16 Time: 20:28
Sample (adjusted): 2006M04 2015M12
Included observations: 117 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 JII(-1) 1.000000
KURS(-1) 9.856191
(9.82238)
[ 3.34476]
INFLASI(-1) 45.29562
(9.88466)
[ 4.58242]
IPI(-1) 4.804649
(3.65778)
[ 1.31354]
C -33.58783 Error Correction: D(JII) D(KURS) D(INFLASI) D(IPI) CointEq1 -0.004393 -0.000851 -0.002423 0.000406
(0.00217) (0.00075) (0.00072) (0.00353)
[-2.02031] [-1.13303] [-3.37390] [ 0.11496]
D(JII(-1)) 0.185845 0.034959 -0.048141 -0.013372
(0.09626) (0.03325) (0.03179) (0.15626)
[ 1.93061] [ 1.05137] [-1.51441] [-0.08558]
D(JII(-2)) -0.062095 -0.012561 -0.053077 0.000507
(0.09533) (0.03293) (0.03148) (0.15475)
[-0.65136] [-0.38146] [-1.68597] [ 0.00327]
D(KURS(-1)) 0.262880 0.141600 0.079439 -0.247043
(0.09549) (0.27643) (0.09129) (0.44873)
[ 2.75309] [ 0.51224] [ 0.87022] [-0.55054]
D(KURS(-2)) 0.283058 -0.098273 0.057542 0.333931
(0.27551) (0.09517) (0.09098) (0.44723)
[ 1.02740] [-1.03265] [ 0.63246] [ 0.74667]
D(INFLASI(-1)) 0.071887 -0.799317 0.274013 -0.260206
(0.27730) (0.09578) (0.09157) (0.45013)
[-2.88253] [ 0.75052] [ 2.99233] [-0.57806]
D(INFLASI(-2)) 0.167070 -0.172523 -0.119353 -0.426518
105
(0.28498) (0.09844) (0.09411) (0.46260)
[ 0.58625] [-1.75262] [-1.26825] [-0.92200]
D(IPI(-1)) 0.052799 0.023145 -0.008481 -0.198796
(0.06352) (0.02194) (0.02098) (0.10311)
[ 0.83126] [ 1.05491] [-0.40435] [-1.92804]
D(IPI(-2)) -0.024105 9.42E-05 -0.003206 -0.040752
(0.06184) (0.02136) (0.02042) (0.10039)
[-0.38977] [ 0.00441] [-0.15697] [-0.40593]
C 0.001842 0.000540 -0.000624 0.000793
(0.00278) (0.00096) (0.00092) (0.00451)
[ 0.66356] [ 0.56338] [-0.68095] [ 0.17592] R-squared 0.167215 0.143774 0.207283 0.061013
Adj. R-squared 0.097168 0.071754 0.140606 -0.017968
Sum sq. resids 0.091645 0.010935 0.009994 0.241492
S.E. equation 0.029266 0.010109 0.009665 0.047507
F-statistic 2.387175 1.996326 3.108760 0.772506
Log likelihood 252.3765 376.7468 382.0083 195.6952
Akaike AIC -4.143187 -6.269176 -6.359115 -3.174276
Schwarz SC -3.907104 -6.033093 -6.123032 -2.938193
Mean dependent 0.003519 0.000921 -0.001059 0.001161
S.D. dependent 0.030801 0.010493 0.010425 0.047086 Determinant resid covariance (dof adj.) 1.64E-14
Determinant resid covariance 1.15E-14
Log likelihood 1213.807
Akaike information criterion -19.99670
Schwarz criterion -18.95793
LAMPIRAN 7
UJI IMPULSE RESPONE FUNCTION
Respo
nse of JII:
Period JII KURS INFLASI IPI 1 0.029266 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.035869 0.001190 -0.009154 0.001447
3 0.036795 0.003295 -0.013079 0.000363
4 0.038899 0.003397 -0.013823 0.000411
5 0.040131 0.002747 -0.015410 0.000177
6 0.040671 0.002420 -0.016886 -0.000215
7 0.041240 0.002114 -0.017768 -0.000461
8 0.041746 0.001778 -0.018550 -0.000681
9 0.042117 0.001507 -0.019304 -0.000903
10 0.042441 0.001275 -0.019945 -0.001094
Response of
106
JII:
Period JII INFLASI BUNGA KURS JUB IPI 1 0.065009 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.073547 -0.008265 -0.007371 0.013461 -0.009915 0.003307
3 0.072507 -0.005597 -0.018682 0.023917 -0.010831 1.06E-05
4 0.080411 0.002463 -0.023764 0.025615 -0.003609 -0.001915
5 0.079371 0.000547 -0.023733 0.028145 -0.002201 -0.002863
6 0.073714 -0.002081 -0.024037 0.028870 0.000269 -0.002010
7 0.069796 -0.000950 -0.022855 0.026505 0.003670 -0.000465
8 0.064636 -0.001571 -0.019402 0.022591 0.004111 0.001542
9 0.058505 -0.003128 -0.015201 0.018114 0.003884 0.003707
10 0.053320 -0.003720 -0.011022 0.013684 0.003816 0.005890
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to BUNGA
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JUB
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to JII
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to KURS
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to INFLASI
-.04
-.02
.00
.02
.04
.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of JII to IPI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
107
LAMPIRAN 8
UJI VARIANCE DECOMPOITION
Period S.E. JII KURS INFLASI IPI 1 0.029266 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.047227 96.08540 3.757162 0.063512 0.093930
3 0.061370 92.84796 6.766948 0.325964 0.059126
4 0.074042 91.38771 8.134188 0.434408 0.043699
5 0.085661 90.22617 9.313330 0.427425 0.033076
6 0.096348 89.13887 10.43355 0.400936 0.026642
7 0.106321 88.24666 11.36079 0.368791 0.023756
8 0.115735 87.48488 12.15678 0.334826 0.023515
9 0.124676 86.79846 12.87289 0.303135 0.025513
10 0.133214 86.17884 13.51738 0.274686 0.029091 Choles
ky Orderin
g: JII KURS
INFLASI IPI