Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI, YIELD DAN TINGKAT
BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH TERHADAP NILAI
OUTSTANDING SUKUK RITEL NEGARA SR SERI-008 DI INDONESIA
TAHUN 2016 – 2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
LAIKA INTAN FATIYANI
NIM 11140860000029
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2019
i
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Laika Intan Fatiyani
NIM : 11140860000029
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 19 November 2019
Yang Menyatakan,
(Laika Intan Fatiyani)
NIM. 11140860000029
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Laika Intan Fatiyani
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 07 Oktober 1997
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Gria Jakarta Jl. Tanjung blok D5 No. 17,
Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang
Selatan, Banten.
7. No. HP : 081807947787
8. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
2002 – 2008 : SDN Gentra Maksekdas 2 Garut
2008 – 2011 : MTsN 1 Tangerang Selatan
2011 – 2014 : MAN 4 Jakarta
2014 – 2019 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
vi
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Departemen Olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Ekonomi Syariah 2015 – 2016
2. Anggota Departemen Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Ekonomi Syariah 2016 – 2017
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat
4. Anggota Komunitas Untuk Negeri
IV. Pengalaman Kerja
1. Guru Privat untuk SD, SMP dan SMA 2014
2. Marketing dan Desain Interior Artmediasia 2017
3. Finance Admin pada program magang Human Capital Indonesia di BTN
Syariah Tangerang 2018
4. Freelance Marketing Event
V. Prestasi
1. Runner Up Karya Ilmiah Remaja Kotamadya tahun 2009
2. Olimpiade Sains Nasional tahun 2013
3. Winner of Business Plan in Youtex Program Kuala Lumpur, Malaysia
tahun 2016
4. Duta Muslimah Preneur Tangerang Selatan tahun 2019
VI. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Irwin Shabahy
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 05 Agustus 1972
vii
3. Ibu : Nuryani Kamilah
4. Tempat, Tanggal Lahir : 02 Juli 1975
5. Alamat : Gria Jakarta Jl. Tanjung blok D5
No. 17 Pamulang Barat, Pamulang,
Tangerang Selatan
6. Anak ke dari : 1 dari 4 bersaudara
viii
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors of independent variables consists of
macroeconomic variables, yield to maturity retail sukuk series 008 and the level of
revenue sharing of mudharabah deposits to outstanding value of retail sukuk series
008 as the dependent variable in the short term and long term . The method used in
this study is VAR / VECM method with Eviews 9 programme.
Based on the VECM estimation, results show that the variables have a
significant positive effect in the long term are the Exchange Rate, revenue sharing
of mudharabah deposits and yields to maturity retail sukuk SR-008. While the
Inflation variable has a negative effect of Outstanding Value retail sukuk SR-008v
in the long term. As for the short-term variable rate of revenue sharing on
mudharabah deposits negatively effects of Outstanding Value retail sukuk SR-008.
BI Rate variable does not have a positive or negative effect on outstanding sukuk
both in the short and long term.
Keywords: Retail Sukuk, Outstading Value, VAR / VECM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor variabel independen yang
terdiri dari variabel makroekonomi, yield sukuk ritel SR 008 dan imbal hasil
deposito mudharabah terhadap variabel dependen yaitu nilai outstanding sukuk ritel
SR 008 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode VAR/VECM dengan Eviews 9.
Berdasarkan hasil estimasi VECM, hasil menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan secara positif dalam jangka panjang adalah Nilai Tukar,
imbal hasil deposito mudharabah dan yield sukuk negara ritel SR-008. Sedangkan
variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap Outstanding sukuk negara ritel SR-
008 dalam jangka panjang. Adapun dalam jangka pendek variabel tingkat imbal
hasil deposito mudharabah berpengaruh negatif terhadap nilai Outstanding sukuk
negara ritel SR-008. Variabel BI Rate tidak berpengaruh secara positif atau negatif
terhadap outstanding sukuk baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
Kata Kunci : Sukuk Ritel, Nilai Outstading, VAR/VECM
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam tidak lupa senantiasa selalu terlimpah untuk Nabi Muhammad saw.
keluarganya beserta para sahabatnya hingga pada umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Program Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis
ajukan adalah “Pengaruh Variabel Makroekonomi, Yield dan Deposito
Mudharabah terhadap Nilai Outstanding Sukuk Negara Ritel SR-008 di Indonesia
tahun 2016 – 2019”. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun
materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT, Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas izin dan
kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua beserta adik – adik saya, yang selalu memberikan rasa
cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi, semangat, doa dan pelajaran
yang tiada henti diberikan kepada penulis. My everything!
x
3. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., Ca., QIA., BKP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, SE.,
M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr.
Muhammad Nur Rianto Al-Arif, SE., M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku
Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rr. Tini Anggraeni, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh
perhatian dan meluangkan waktu, pikiran serta memberikan ilmu
tambahan kepada penulis. Segala arahan dan perhatiannya menjadikan
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, Staff, dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak bantuan, ilmu dan pengalaman.
7. Untuk teman hidup saya Adnan Sulistyo yang menjadi tempat berkeluh
kesah dan menjadi support sistem bagi penulis. Terima kasih telah
bersedia mendampingi penulis dalam keadaan baik suka, duka dan
memberikan segala bentuk perhatian serta kasih untuk penulis.
xi
8. Sahabat – sahabat terbaik saya selama perkuliahan, Nadiyah dan Fatimah
Zuhra. Terima kasih banyak atas keceriaan, duka dan support yang
diberikan. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik dari awal
perkuliahan hingga tiada akhir.
9. Sahabat – sahabat SMA Wahyuni Pambukowati, Yngwie Leginah, dan
Nur Wasiah terima kasih telah menjadi sahabat baik penulis sejak SMA
hingga perkuliahan ini, semoga kalian selalu dalam lindungan Allah
SWT.
10. Sahabat yang hangat seperti keluarga “HMKI” Nadiyah, Fatimah Zuhra,
Muhammad Zakki, Ferdian Naufal, Alfi Priestyan, Sahid Al Hudri,
Wahyu Adi, Nur Anwar, Ibnu Rusyd dan Ainur Rizki yang telah
memberikan doa dan support dalam mengerjakan tugas akhir ini, semoga
kita sukses di masa depan.
11. Teman – teman yang telah mau direpotkan oleh penulis Maylina
Syarifah, Aulia Ananda, Firsty, Nurul dan Gigih. Terima kasih telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Terima kasih banyak kepada teman – teman seperjuangan mahasiswa
Ekonomi Syariah angkatan 2014. Semoga kita selalu berada dalam
lindungan Allah swt.
xii
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap hati dan kemampuan yang
dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis sadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap segala
bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun kepada penulis dari
berbagai pihak. Terima kasih bagi siapa pun kalian yang sudah bersedia
meluangkan waktunya untuk membaca karya ini.
Jakarta, November 2019
Laika Intan Fatiyani
NIM. 11140860000029
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF .................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN UJIAN SKRIPSI ......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ...................................................................... 20
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 21
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 21
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 23
A. Landasan Teori ............................................................................... 23
1. Investasi.............................................................................. 23
xiv
2. Pasar Modal ........................................................................ 26
3. Sukuk.................................................................................. 28
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 54
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 60
D. Hipotesis ......................................................................................... 61
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 63
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 63
B. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 64
1. Penelitian Kepustakaan ...................................................... 64
2. Data sekunder ..................................................................... 64
C. Metode Analisis Data ..................................................................... 65
1. Uji Stasioneritas Data ......................................................... 66
2. Uji Lag Length ................................................................... 67
3. Uji Kointegrasi ................................................................... 68
4. Uji Kausalitas Granger ....................................................... 69
5. Uji Analisis VECM ............................................................ 70
6. Uji Impulse Response Function (IRF) ............................... 70
7. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) 71
D. Variabel Penelitian ......................................................................... 71
1. Variabel Independen .......................................................... 71
2. Variabel Dependen ............................................................. 72
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 73
A. Sukuk Negara Ritel Seri 008 .......................................................... 73
xv
1. Gambaran Umum ............................................................... 73
2. Profil Investor..................................................................... 81
B. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 84
1. Outstanding ........................................................................ 84
2. Inflasi.................................................................................. 85
3. BI Rate ............................................................................... 86
4. Nilai Tukar ......................................................................... 87
5. Yield to
Maturity
................................................................................................
88 ............................................................................................
6. Imbal Hasil Deposito Mudharabah .................................... 89
C. Analisis Data .................................................................................. 90
1. Uji Stationeritas Data ......................................................... 90
2. Penetapan Lag Optimal ...................................................... 92
3. Uji Kointegrasi ................................................................... 93
4. Uji Kausalitas Granger ....................................................... 94
5. Estimasi VECM ................................................................. 97
6. Uji Impulse Response Function (IRF) ............................. 100
7. Uji FEVD ......................................................................... 103
D. Pembahasan .................................................................................. 104
BAB V PENUTUP ................................................................................... 110
A. Kesimpulan .................................................................................. 110
xvi
B. Saran ............................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 112
LAMPIRAN ............................................................................................. 120
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode 2014 - 2016 ..................... 3
Tabel 1.2 Sukuk Ritel Success Story SR-001 sampai SR-009............................... 10
Tabel 1.3 Target Inflasi dan Tingkat Inflasi Aktual Bank Indonesia ..................... 13
Tabel 2.1 Perbedaan Sukuk dan Obligasi .............................................................. 36
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 55
Tabel 3.1 Sumber Data ........................................................................................... 63
Tabel 4.1 20 Bank Umum Agen Penjual Sukuk Ritel Negara SR-008 .................. 73
Tabel 4.2 6 Perusahaan Efek Agen Penjual Sukuk Ritel Negara SR-008 ............. 74
Tabel 4.3 Terms & Condition Sukuk Ritel SR-008 ............................................... 75
Tabel 4.4 Realisasi Penerbitan SBSN Tahun 2016 ................................................ 76
Tabel 4.5 Perkembangan Penerbitan SBSN Tahun 2014 - 2016 ........................... 77
Tabel 4.6 Perkembangan SBSN/Sukuk 2010-2019 ............................................... 78
Tabel 4.7 Penyebaran Investor Berdasarkan Wilayah ........................................... 82
Tabel 4.8 Penyebaran Investor Berdasarkan Profesi.............................................. 83
Tabel 4.9 Penyebaran Investor Berdasarkan Usia.................................................. 83
Tabel 4.10 Hasil Uji Stasioner pada tingkat level .................................................. 91
Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioner pada tingkat first difference .................................. 92
Tabel 4.12 Penetapan Lag Optimal ........................................................................ 93
Tabel 4.13 Uji Kointegrasi ..................................................................................... 94
Tabel 4.14 Uji Granger Kausalitas ......................................................................... 95
Tabel 4.15 Estimasi VECM ................................................................................... 97
Tabel 4.16 Uji IRF ............................................................................................... 100
Tabel 4.17 Hasil Uji FEVD .................................................................................. 104
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 10 Negara dengan Sukuk Outstanding Terbesar ................................. 7
Gambar 1.2 Tingkat Pergerakan BI Rate ............................................................... 15
Gambar 1.3 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS 2016 – 2019 ...................... 17
Gambar 1.4 Pergerakan Yield Sukuk SR-008........................................................ 18
Gambar 1.5 Kurva Imbal Hasil Deposito Mudharabah ......................................... 19
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 60
Gambar 4.1 Oustanding Sukuk Negara Ritel SR-008 ............................................ 84
Gambar 4.2 Pertumbuhan Inflasi 2016 -2019 ........................................................ 85
Gambar 4.3 Tingkat Pergerakan BI Rate ............................................................... 86
Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS 2016 – 2019 ...................... 87
Gambar 4.5 Pergerakan Yield Sukuk SR-008........................................................ 88
Gambar 4.6 Kurva Imbal Hasil Deposito Mudharabah ......................................... 89
Gambar 4.7 Hasil Uji IRF Inflasi ......................................................................... 100
Gambar 4.8 Hasil Uji IRF BI Rate ....................................................................... 101
Gambar 4.9 Hasil Uji IRF Nilai Tukar................................................................. 101
Gambar 4.10 Hasil Uji IRF Tingkat Imbal Hasil Deposito Mudharabah ............ 102
Gambar 4.11 Hasil Uji IRF Yield ........................................................................ 103
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Stasioneritas Data Level ............................................................. 117
1. Variabel Outstanding ............................................................................... 117
2. Variabel Inflasi ......................................................................................... 117
3. Variabel BI Rate ....................................................................................... 118
4. Variabel Exchange Rate ........................................................................... 118
5. Variabel Deposito Mudharabah ............................................................... 118
6. Variabel Yield ......................................................................................... 119
Lampiran 2 Uji Stasioneritas pada First Difference ............................................. 120
1. Variabel Inflasi ......................................................................................... 120
2. Variabel BI Rate ....................................................................................... 120
3. Variabel Exchange Rate ........................................................................... 121
4. Variabel Yield ......................................................................................... 121
Lampiran 3 Uji Lag Optimal ................................................................................ 122
Lampiran 4 Uji Kointegrasi ................................................................................. 122
Lampiran 5 Uji Kausalitas Granger ..................................................................... 123
Lampiran 6 Uji Hasil Estimasi VECM ................................................................ 124
Lampiran 7 Hasil Uji Impulse Response Function .............................................. 126
Lampiran 8 Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ............ 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia memiliki berbagai masalah ekonomi yang
berbeda, baik di negara maju maupun negara berkembang. Namun, pada
negara berkembang masalah ekonomi menjadi salah satu beban negara.
Menurut P. Todaro (2002:132), jika negara maju telah sukses melewati fase
peralihan dari ekonomi sektor tradisional pada fase efisiensi teknologi
dengan sektor industi perkotaan modern, sehingga memperole produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Negara berkembang memiliki permasalahan yang lebih kompleks
baik dari sisi mikro maupun dalam konteks ekonomi makro. Ruang lingkup
ekonomi mikro menitikberatkan pada permasalahan ekonomi individu,
rumah tangga dan pasar. Sedangkan ekonomi makro mencakup ekonomi
secara keseluruhan seperti pendapatan nasional, pengangguran, inflasi,
anggaran pemerintah serta pembangunan ekonomi lainnya (Suprayitno,
2008: 6-8).
Pada negara yang menerapkan peran pemerintah dalam sistem
perekonomian, kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah baik kebijakan
fiskal maupun moneter akan berdampak besar terhadap roda perekonomian.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan dalam lingkup keuangan negara,
sedangkan kebijakan fiscal merupakan kebijakan dalam pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (P3EI, 2014 : 463).
2
Dalam praktiknya, di Indonesia pendapatan negara sebagian besar berasal
dari pajak dan penerimaan lainnya selain pajak. Sedangkan untuk belanja
negara terbagi menjadi tiga yaitu belanja pemerintah pusat, transfer ke
daerah dan pembiayaan.
Berdasarkan target pencapaian pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi, di Indonesia menerapkan budget atau anggaran defisit dalam
penerapan pengeluaran/belanja negara. Permasalahan defisit anggaran
menjadi hal yang tidak asing dihadapi oleh sebuah negara yang ingin
memperoleh pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang tinggi di tengah
keterbatasan sumber daya dan dana yang dimiliki. Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, pemerintah mengambil kebijakan dengan
pembiayaan atau pinjaman baik di dalam maupun di luar negeri (utang).
Oleh karena itu, setiap periodenya sebagian anggaran pendapatan negara
dialokasikan untuk pembiayaan atau membayar utang yang dilakukan pada
periode sebelumnya.
Dalam beberapa periode ini pemerintah melakukan pembangunan
proyek dan infrastruktur secara besar – besaran, baik jalan Tol, MRT, jalur
kereta cepat dan sebagainya. Hal ini menyebabkan pembengkakan defisit
anggaran yang berakibat pada pengambilan kebijakan dengan alternative
pembiayaan dari luar negeri. Berikut laporan perkembangan Utang Luar
Negeri (ULN) Indonesia periode 2014 hingga 2016.
3
Tabel 1.1
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode 2014 - 2016 berdasarkan
kelompok Peminjam dalam Juta USD
Peminjam 2014 2015 2016
1. Pemerintah dan Bank Sentral
1.1 Pemerintah
1.2 Bank Sentral
129.736
123.806
5.930
142.608
137.396
5.212
159.798
155.946
3.852
2. Swasta
2.1 Bank
2.2 Bukan Bank
2.2.1 LKBB
2.2.2 Perusahaan Bukan
Lembaga Keuangan
163.592
31.673
131.920
10.149
121.771
167.445
31.925
135.520
11.247
124.357
163.451
29.225
134.227
10.261
123.966
Total 293.328 310.053 323.249
Sumber : Kementerian Keuangan RI dan Bank Indonesia (Diolah)
Dapat dilihat dari tabel 1.1 diatas, utang luar negeri Indonesia terus
mengalami peningkatan. Meskipun risiko utang relatif kecil, namun tetap
memiliki kelemahan dan risiko di kemudian hari. Menurut Basri dalam
Rowland (2013 :356) terdapat dua hal penting yang dianggap memotivasi
dan melandasi bantuan luar negeri ke negara – negara debitur yaitu motivasi
politik dan motivasi ekonomi dimana keduanya memiliki keterikatan yang
sangat erat satu dengan yang lainnya. Seiring permasalahan yang terjadi,
pemerintah mengeluarkan berbagai instrument investasi untuk mengurangi
angka utang luar negeri Indonesia.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
4
berinvestasi.. Pada prinsipnya, pasar modal sebagai letak jantung pada
sistem keuangan. Menurut Bursa Efek Indonesia, pasar modal merupakan
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Terjadinya krisis ekonomi yang menimpa negara Indonesia tahun
1997-1998 menjadi pelajaran berharga bagi pengelolaan keuangan negara.
Puncaknya krisis ekonomi mengakibatkan banyaknya industri keuangan
termasuk perbankan mengalami kesulitan likuiditas untuk membayar
kewajiban kepada nasabah yang menarik uang secara besar – besaran atau
money rush. Hal ini menyebabkan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap USD
karena tindakan spekulan telah mendorong meningkatnya beban utang luar
negeri industri perbankan nasional. Risiko ini terjadi karena tidak adanya
perlindungan mata uang rupiah terhadap mata uang asing. Saat terjadi
depresi rupiah, pembayaran kewajiban mata uang asing meningkat dengan
drastis dan mengakibatkan kondisi gagal bayar.
Dalam kondisi gagal bayar tersebut, pemerintah melakukan peran
untuk menyelamatkan kondisi industri keuangan dari kegagalan sistemik.
Pada saat itu pemerinah melakukan program rekapitulasi dan restrukturisasi
perbankan dengan biaya tidak kurang dari 650 triliun rupiah agar industri
keuangan domestik kembali normal. Pada saat yang sama, industri
keuangan syariah mulai tumbuh dengan berbagai cabang industrinya.
Industri keuangan syariah mulai melebarkan sayapnya di negara – negara
5
Timur Tengah dan Asia. Awal pertumbuhan industri keuangan syariah telah
menunjukkan ketangguhannya bertahan dari krisis keuangan. Karakteristik
keuangan syariah yang lebih prudent dalam mengelola transaksinya dan
penggunaan underlying asset menjadi salah satu benteng keuangan syariah.
Instrument keuangan syariah memiliki peran penting dalam
mengembangkan negara termasuk Indonesia yang mana mayoritas
penduduknya adalah muslim. Pemilihan sistem keuangan didasarkan pada
upaya untuk mengerakkan sektor riil dengan baik serta dibutuhkan
dukungan regulasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi (Sanrego dkk,
tanpa tahun : 183). Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia
semakin meningkat yang dimulai dari runtuhnya sistem keuangan
konvensional akibat guncangan ekonomi global.
Begitu pun terjadi pada perkembangan pasar modal di Indonesia.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan
langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang
digunakan adalah akad mudharabah. (www.ojk.go.id). Dan pada tanggal 3
Juli 2000 telah dibuat Jakarta Islamic Index (JII) yang mana saham – saham
http://www.ojk.go.id/
6
yang terdapat didalamnya telah terjamin sebagai saham yang dibolehkan
dalam islam oleh Dewan Syariah Nasional.
Secara terminologi, Obligasi Syariah atau yang lebih dikenal dengan
sukuk merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten unuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil atau margin serta membayar kembali dana obligasi
ketika jatuh tempo. (Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002). Sukuk
menjadi jembatan penghubung antara pemilik modal dengan pengguna
modal, dimana pemilik modal menjadikan sukuk sebagai sarana investasi
sedangkan pengguna modal menjadikan sukuk sebagai sarana untuk
memperoleh pembiayaan.
Penguatan sumber pembiayaan APBN melalui penerbitan Sukuk
Negara dirasa cukup potensial, mengingat Indonesia adalah negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Penerbitan Sukuk Negara dalam
berbagai jenis instrumen dalam rangka pengembangan pasar menunjukkan
hal yang cukup membanggakan.
Di pasar domestik, Sukuk Negara menjadi salah satu alternatif
investasi yang diharapkan mampu bersaing dengan instrumen keuangan dan
investasi konvensional. Pengembangan pasar keuangan syariah masih perlu
dikembangkan, mengingat pangsa pasar keuangan syariah saat ini masih
berkisar 5% dibanding pasar keuangan konvensional. Pengembangan pasar
7
keuangan syariah dinilai mampu menjadi trigger bagi pertumbuhan
ekonomi secara inklusif.
Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penerbit Sukuk Negara
dalam denominasi mata uang asing (Sukuk Global) terbesar di dunia, yang
mencapai nominal US$ 10,15 miliar dengan outstanding saat ini sebesar
US$ 9,5 miliar. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer
dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate
Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt-Jerman. Pada grafik 1.1
akan disajikan 10 negara dengan Sukuk Outstanding terbesar.
Gambar 1.1
10 Negara dengan Sukuk Outstanding Terbesar (dalam US dollar)
Gambar 1.1 menunjukkan peringkat 10 negara dengan sukuk
outstanding terbesar (dalam US dollar) berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh Islamic Commercial Law 2017. Malaysia menempati
posisi pertama dengan total outstanding terbesar yaitu USD 188,700. Dan
188,
7
52,0
64
30,6
78
24,7
41
14,9
73
10,0
04
4,80
3
4,09
7
2,92
1
2,09
7
M A L A Y S I A S A U D I U A E I N D O N E S I AQ A T A R T U R K E Y B A H R A I N I R A N P A K I S T A NH O N G K O N G
8
di posisi terakhir dengan outstanding sebesar USD 2,097 ditempati oleh
Hongkong. Adapun Indonesia berada di peringkat ke-4 sebesar USD
24,741. Namun, dari sisi penerbitan sukuk, Indonesia dengan nilai
penerbitan sebesar USD 8,815 juta berada pada posisi kedua terbesar setelah
Malaysia.
Perkembangan sukuk di dunia dimulai dengan penerbitan sukuk
negara (sovereign sukuk) dan pada tahun-tahun berikutnya sukuk korporasi
(corporate sukuk) lahir. Sedangkan, di Indonesia berdasarkan emiten atau
institusi yang menerbitkannya, sukuk dibagi menjadi dua macam yaitu :
Pertama, Sukuk Korporasi (Corporate sukuk) adalah sukuk yang
diterbitkan oleh perusahaan atau emiten untuk keperluan membiayai
kebutuhan dana perusahaan atau proyek-proyek perusahaan.
Kedua, Sukuk Negara (Sovereign Sukuk) adalah sukuk yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Investasi ini pada prinsipnya merupakan
investasi yang bebas dari risiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah
untuk membayar imbalan dan nominal kepada investor. Sedangkan jika
transaksi di pasar sekunder dimungkinkan adanya risiko pasar terjadi berupa
capital loss akibat harga jual sukuk ritel lebih rendah dibandingkan harga
belinya. Risiko capital loss ini dapat dihindari dengan cara tidak menjual
sukuk ritel sampai dengan jatuh tempo.
Dilihat dari jumlah penerbitan sukuk negara (sovereign sukuk)
sebagai instrument kebajakan fiskal, nilainya terus mengalami peningkatan.
Selain peningkatan dari segi jumlah, dari segi tujuan dan fungsi pun
9
mengalami peningkatan. Jika periode – periode sebelumnya penerbitan
sukuk negara hanya diunjukkan untuk menutupi defisit APBN, namun saat
ini diarahkan untuk proyek pembiayaan infrastruktur, seperti pembangunan
jalan tol, proyek MRT. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk
keperluan pembiayaan cash-mismatch, yaitu dengan menggunakan sukuk
dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury Bills) yang juga dapat
digunakan sebagai instrumen pasar uang (Direktorat Kebijakan Pembiayaan
Syariah, 2008).
Sukuk Negara memiliki 8 instrumen yaitu Islamic Fixed Rate (IFR),
Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S), Surat Perbendaharaan
Negara Syariah Non Tradable (SPN-S NT), Sukuk Dana Haji Indonesia
(SDHI), Sukuk Negara Indonesia (SNI), Project Based Sukuk (PBS), Sukuk
Ritel (SR) dan Sukuk Tabungan (ST) (Kemenkeu,2017).
Sukuk Ritel (SR) merupakan salah satu jenis sukuk yang diterbitkan
oleh negara. Jenis sukuk ini pertama kali diterbitkan dengan seri SR-001
pada 25 Februari 2009 dengan tenor 3 tahun dan tanggal jatuh tempo pada
25 Februari 2012. Tingkat imbalan sebesar 12% dan volume penerbitan SR-
001 sebesar Rp. 5,556 triliun. Volume penerbitan sukuk dari tahun ke tahun
selalu mengalami kenaikan yang cukup tinggi hanya pada seri SR-003 saja
yang mengalami penurunan sebesar 692 triliun.
Berdasarkan laporan outstanding SBN, berikut perincian mengenai
sukuk ritel yang telah diterbitkan hingga Maret 2017.
Tabel 1.2
Sukuk Ritel Success Story SR-001 sampai SR-009
10
Uraian SR-
001
SR-
002
SR-
003
SR-
004
SR-
005
SR-
006
SR-
007
SR-
008
SR-
009
SR-
010
Masa
Penawaran
30 Jan
s/d 20
Feb
2009
25 Jan
s/d 5
Feb
2010
7 s/d
18 Feb
2011
5 s/d
16
Maret
2012
8 s/d
22 Feb
2013
14 s/d
28 Feb
2014
23 Feb
s/d 6
Maret
2015
19 Feb
s/d 4
Maret
2016
27 Feb
s/d 17
Maret
2017
23 Feb
s/d16
Maret
2018
Tanggal
Penerbitan
25 Feb
2009
10 Feb
2010
23 Feb
2011
21
Maret
2012
27 Feb
2013
5
Maret
2014
11
Maret
2015
10
Maret
2016
22
Maret
2017
21
Maret
2018
Tanggal
Jatuh
Tempo
25 Feb
2012
10 Feb
2013
23 Feb
2014
21
Sept
2015
27 Feb
2014
5
Maret
2017
11
Maret
2018
10
Maret
2019
10
Maret
2020
10
Maret
2021
Tenor 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th
Imbalan 12,00% 8,20% 8,15% 6,25% 6,00% 8,75% 8,25% 8,30% 6,90% 5,90%
Struktur
Akad
Ijarah sale and Lease
Back
Ijarah Asset to be Leased
Agen
Penjual
13 18 20 24 25 28 22 26 22 22
Maksimum
Pembelian
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Rp. 5
miliar
Volume
Penerbitan
Rp.
5.556
triliun
Rp.
8.033
triliun
Rp.
7.341
triliun
Rp.
13.5
triliun
Rp.
14.968
triliun
Rp.
19.323
triliun
Rp.
21.965
triliun
Rp.
31.500
triliun
Rp.
14.037
triliun
Rp.
8.437
triliun
Jumlah
Investor
14.295 17.231 15.487 17.606 17.783 34.692 29.706 48.444 29.838 17.922
Sumber: Siaran Pers OJK
Berdasarkan uraian Tabel 1.2 beberapa seri sukuk diatas baik dari
segi besarnya volume penerbitan, jumlah investor, tingkat imbalan dan
sebagainya dapat dilihat pada seri SR-008 mengalami peningkatan yang
cukup besar dari seri sebelumnya pada bagian tingkat imbalan, jumlah
investor dan volume penerbitan. Sukuk Negara Ritel SR-008 memiliki daya
tarik yang kuat bagi para investor, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah investor dari seri sukuk sebelumnya. Jika dilihat dari jumlah investor
pada seri SR-008 ini memiliki jumlah investor terbanyak dari seri yang
lainnya yaitu 48.444 investor. Ketertarikan investor untuk membeli sukuk
SR-008 dipicu dengan tingginya tingkat imbalan dari sebelumnya 8,25%
11
menjadi 8.30%. Faktor lainya yang mempengaruhi minat investor dalam
membeli sukuk ini adalah dengan melihat volume penerbitan. Volume
penerbitan sukuk pada seri SR-007 Rp. 21.96 triliun sedangkan pada seri
SR-008 meningkat menjadi Rp. 31.5 triliun.
Sukuk Ritel (SR) seri 008 berlaku sejak Maret 2016 hingga Maret
2019 dengan total volume penerbitan sebesar Rp. 31.500.000.000.000 atau
(tiga puluh satu triliun lima ratus miliar rupiah). Volume penerbitan SR 008
berfluktuarif selama periode berlaku hingga jatuh tempo dan cenderung
menurun hingga akhir periode. Di bulan Maret tahun 2016 jumlah
penerbitan SR 008 sangat tinggi yakni Rp.
Indonesia tidak saja dikenal sebagi penerbit sukuk dalam
denominasi USD terbesar di dunia, namun juga dikenal berhasil dalam
menerbitkan sukuk untuk pembiayaan infrastruktur (project financing
sukuk/project based sukuk) dan dalam menerbitkan Sukuk Ritel yang sangat
mendukung program financial inclusion. Hal ini sebagaimana disampaikan
oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko, serta Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kebijakan dan Regulasi
Jasa Keuangan dan Pasar Modal dan ditulis pada keterangan pers dalam
acara 1st Annual Islamic Finance Conference yang dilaksanakan di Jakarta
17 Mei 2016 silam.
Investor menggunakan volume perdagangan untuk melihat apakah
sukuk yang dibeli termasuk jenis sukuk yang aktif diperdagangkan di bursa.
Pergerakan volume perdagangan sukuk di pasar sekunder bersifat fluktuatif.
12
Hal ini dapat disebabkan oleh guncangan variabel ekonomi yang dapat
mempengaruhi volume perdagangan sukuk. Volume penerbitan yang besar
juga mengindikasikan bahwa proyek pemerintah maupun APBN telah
dipenuhi pendanaannya.
Guna meningkatkan volume penerbitan sukuk, maka diperlukan
peran aktif dari banyak elemen. Tim Studi Minat Emiten di Pasar Modal-
OJK menyebutkan jika faktor yang paling berpengaruh dalam penerbitan
sukuk adalah faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang
perlu diperhatikan adalah kondisi makroekonomi yang ada di Indonesia.
Jika kondisi makroekonomi buruk maka akan berakibat buruk bagi
pertumbuhan ekonomi dan akan berpengaruh pula pada pertumbuhan
investasi termasuk sukuk ritel.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat volume
penerbitan sukuk yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
yield to maturity sedangkan Faktor eksternal yang perlu diperhatikan yaitu
faktor ekonomi makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
(kurs) serta faktor lain seperti imbal hasil deposito mudharabah. Inflasi
merupakan suatu keadaan dimana terjadi permintaan yang berlebih terhadap
barang-barang secara keseluruhan dalam perekonomian suatu wilayah
(Razali, 2011). Peristiwa tersebut akan menyebabkan meningkatnya harga
secara umum dan terus-menerus.
Karakterisik tingkat inflasi yang kurang stabil di Indonesia
menyebabkan deviasi yang lebih besar dari proyek inflasi tahunan oleh
13
Bank Indonesia. Akibatnya tercipta biaya – biaya ekonomi seperti pinjaman
yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Adapun target inflasi dan tingkat inflasi aktual yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia tahun 2015 hingga 2019 sebagai berikut.
Tabel 1.3
Target Inflasi dan Tingkat Inflasi Aktual Bank Indonesia
Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual
2015 4,00% 3,35%
2016 4,00% 3,02%
2017 4,00% 3,61%
2018 3,50% 3,13%
2019 3,50% -
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat tingkat inflasi di Indonesia
dari tahun 2015 hingga 2018 belum memenuhi target yang telah ditetapkan
Bank Indonesia. BI memprediksi bahwa inflasi pada tahun 2016 mencapai
minus 1% sedangkan pemerintah memprediksi inflasi sepanjang 2017
sebesar 4%. Rendahnya tingkat inflasi membuat para investor tertarik untuk
menginvestasikan dananya pada sukuk ritel SR-008. Hal ini didukung
dengan tingginya kupon yang diberikan sebesar 8,30% dan meningkatnya
total investor dari 29,706 menjadi 48,444 investor.
Menurut Raharjo (2004) kondisi perekonomian yang kuat serta
inflasi rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk investasi
juga sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap
perdagangan dan investasi pada obligasi. Oleh karena itu, laju inflasi
14
berpengaruh positif terhadap yield obligasi yang diinginkan oleh investor
(Nurfauziah dan Setyarini, 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Ibrahim
(2008) dan Surya serta Nasher (2011) yang menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh positif signifikan terhadap yield obligasi.
Pada penelitian ini oustanding sukuk ritel SR-008 menurun hingga
masa jatuh temponya. Menurunnya tingkat outstanding dapat disebabkan
oleh beberapa faktor salah satunya suku bunga. Menurut BI rate adalah
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. (www.bi.go.id). BI Rate diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan BI melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Pada
bulan Agustus 2016 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan baru yaitu BI
7-Day Repo Rate. Instrument BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan yang baru
memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya
transaksional dan mendorong pendalaman pasar keuangan. Apabila suku
bunga lebih tinggi dari tingkat pengembangan modal, maka investasi yang
direncanakan tidak menguntungkan dan keinginan investor menaruh
dananya pada bank (www.bi.go.id).
http://www.bi.go.id/http://www.bi.go.id/
15
Gambar 1.2
Tingkat Pergerakan BI Rate
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Pada grafik 1.2 dapat dilihat pergerakan BI Rate sempat mengalami
penurunan dan berada di titik terendah pada bulan agustus 2017 hingga
bulan april 2018. Menurunnya tingkat suku bunga berdampak positif
terhadap pertumbuhan investasi termasuk sukuk ritel negara. Dalam kondisi
suku bunga yang rendah, harga sukuk dan instrument investasi lainnya di
pasar modal akan lebih rendah termasuk deposito. Sehingga para investor
lebih memilih berinvestasi di pasar modal dibandingkan dengan menyimpan
dananya dalam bentuk deposito dikarenakan return atau imbal hasil yang
akan didapatkan lebih kecil.
Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari suatu
mata uang ke mata uang lainnya. Dalam hal ini, nilai tukar yang digunakan
adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami hubungan secara
tidak langsung, yakni melalui perilaku para investor. Instrument investasi
SR-008 menggunakan mata uang rupiah dalam transaksinya. Instrument
0,00%
5,00%
10,00%
Ap
r-1
6
Jun
-16
Agu
-16
Okt
-16
Des
-16
Feb
-17
Ap
r-1
7
Jun
-17
Agu
-17
Okt
-17
Des
-17
Feb
-18
Ap
r-1
8
Jun
-18
Agu
-18
Okt
-18
Des
-18
Feb
-19
BI Rate
BI Rate
16
investasi di Indonesia tentu beraneka ragam jenisnya dari mulai saham,
obligasi, sbsn hingga reksa dana.
Instrument investasi tersebut ada yang menggunakan rupiah sebagai
mata uang transaksinya dan ada yang menggunakan valuta asing bahkan ada
yang menggunakan keduanya dalam bertransaksi. Namun, dalam kondisi
ini investor dihadapkan dengan pilihan dan pertimbangan khususnya pada
tingkat keuntungan yang dipatkan di masa mendatang. Ketika
meningkatnya nilai mata uang Dollar AS atau terapresiasi, para investor
yang semula membeli Sukuk Ritel akan beralih pada produk investasi yang
menggunakan valuta asing. Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang
didapat oleh investor akan jauh lebih besar dibanding menginvestasikan
dananya pada sukuk. Sebaliknya, jika Dollar AS terdepresiasi maka investor
akan lebih memilih menginvestasikan dananya pada sukuk karena tingkat
imbal hasil yang pasti dan tidak merugikan.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rahman (2017) dan Manab
dan Sujianto (2016) yang menyatakan bahwa nilai tukar mempunyai
pengaruh signifkan terhadap sukuk. Adapun Kurs Rupiah terhadap Dollar
As periode 2016-2019 sebagaimana grafik berikut.
17
Gambar 1.3
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS 2016 – 2019
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Pada grafik 1.3 dapat dilihat informasi mengenai pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS sejak tahun 2016 hingga 2019 sangat
fluktuatif. Nilai tukar rupiah terhadap dollar dimulai pada bulan juli 2015
sebesar 13.391,4 rupiah, selanjutnya pada bulan agustus 2015 mengalami
kenaikan dengan pesat menyentuh angka 14.787,6 rupiah per 1 dollar AS.
Selama periode tersebut nilai tukar rupiah berada di titik terendah pada
bulan September 2016 yaitu 12,926 rupiah dan berada pada titik tertinggi
bulan Oktober 2018 sebesar 15.253 rupiah per dollar AS.
Indikator lain yang memiliki pengaruh paling kuat adalah tingkat
imbal hasil dari SR-008 itu sendiri. Dalam berinvestasi setiap investor
tentunya mengharapkan tingginya keuntungan atau return tiyang akan di
dapatkan dari hasil investasinya. Banyaknya nominal sukuk yang akan
diterbitkan sesuai dengan permintaan investor yang salah satunya
menjadikan imbal hasil sebagai pertimbangan dalam membeli sukuk ritel.
Dalam sukuk istilah untuk menggambarkan return yang dihasilkan oleh
obligasi yaitu yield sukuk (Islamic bond yield) atau bisa dikenal juga dengan
110001200013000140001500016000
Ap
r-1
6
Jun
-16
Agu
-16
Okt
-16
Des
-16
Feb
-17
Ap
r-1
7
Jun
-17
Agu
-17
Okt
-17
Des
-17
Feb
-18
Ap
r-1
8
Jun
-18
Agu
-18
Okt
-18
Des
-18
Feb
-19
Exchange Rate Curve
Exchange Rate Curve
18
tingkat imbal hasil. Yield sukuk merupakan ukuran pendapatan obligasi
yang akan diterima investor, yang cenderung bersifat tidak tetap, karena
yield sukuk akan sangat terkait dengan tingkat return yang diisyaratkan
investor. Sehingga dengan yield yang tinggi akan menambah tingkat
volume penerbitan sukuk.
Imbal hasil atau yield (dalam %) SR-008 di pasar sekunder
mengalami pergerakan yang fluktuatif dari bulan April 2016 hngga bulan
Maret 2019. Fluktuasi yield sukuk digambarkan dalam grafik dibawah ini.
Gambar 1.4
Pergerakan Yield Sukuk SR-008
Sumber : Pusat data Bursa Efek Indonesia
Grafik diatas menyajikan pergerakan yield SR-008 sejak bulan ke-4
tahun 2016 hingga bulan ke-3 tahun 2019. Yield bergerak stabil pada
periode awal hingga mengalami kenaikan pada bulan Mei 2018 dan berada
di titik terendah pada bulan Oktober 2018. Yield kembali mengalami
kenaikan yang signifikan pada akhir periode sukuk SR 008 yaittu pada bulan
Maret 2019.
Variabel selanjutnya adalah bagi hasil deposito mudharabah.
Deposito mudharabah merupakan salah satu instrument investasi pada bank
0
10
20
30
40
Ap
r-1
6
Jun
-16
Agu
-16
Okt
-16
Des
-16
Feb
-17
Ap
r-1
7
Jun
-17
Agu
-17
Okt
-17
Des
-17
Feb
-18
Ap
r-1
8
Jun
-18
Agu
-18
Okt
-18
Des
-18
Feb
-19
Yield SR-008 2016 - 2019
Yield SR-008 2016 - 2019
19
syariah dengan keuntungan bagi hasil berdasarkan nisbah yang disepakati.
Apabila nisbah pada deposito mudharabah lebih tinggi dibandingkan bunga
atau bagi hasil pada sekuritas pasar modal, maka masyarakat akan lebih
tertarik menyimpan dananya pada deposito mudharabah. Seiring
berjalannya waktu, nisbah bagi hasil yang diberikan deposito mudharabah
semakin kompetitif, sehingga pengaruhnya terhadap keputusan masyarakat
untuk menempatkan dananya pada deposito mudharabah semakin besar.
Berikut tingkat imbal hasil deposito mudharabah dalam periode 2016
hingga 2019.
Gambar 1.5
Kurva Imbal Hasil Deposito Mudharabah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)
Berdasarkan gambar 1.5 dapat dilihat grafik imbal hasil deposito
mudharabah menunjukkan adanya fluktuasi setiap bulannya. Tingkat imbal
hasil deposito mudharabah tertinggi terjadi pada bulan April dan Juni 2016
sebesar 6,5% namun mengalami kemerosotan pada bulan Oktober 2016
sebesar 4,6%. Meskipun sempat menurun, tingkat imbal hasil kembali stabil
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
Ap
r-1
6
Jun
-16
Agu
-16
Okt
-16
Des
-16
Feb
-17
Ap
r-1
7
Jun
-17
Agu
-17
Okt
-17
Des
-17
Feb
-18
Ap
r-1
8
Jun
-18
Agu
-18
Okt
-18
Des
-18
Feb
-19
Imbal Hasil Deposito Mudharabah
Imbal Hasil Deposito Mudharabah
20
dan terus berfluktuatif hingga bulan Maret 2019 mencapai titik stabilnya
sebesar 6,18%.
Bagi hasil deposito mudharabah ini dapat diasumsikan sebagai asset
alternative dari Sukuk Negara Ritel SR-008. Harga barang lain asset
alternative memiliki hubungan negatif terhadap harga barang asset relative
yang akan berpengaruh terhadap permintaan asset relatif, dimana semakin
tinggi imbal hasil deposito mudharabah maka akan mempengaruhi
penurunan volume penerbitan Sukuk Negara Ritel SR-008.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merasa tertarik dan perlu
untuk melakukan sebuah penelitian pada sukuk ritel negara seri SR-008
dengan judul “Analisis pengaruh Variabel Makroekonomi, Yield to
Maturity dan Yield Sukuk Malaysia terhadap Volume Penerbitan Sukuk
Ritel Negara Seri 008 di Indonesia 2016 – 2019.”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volume
Penerbitan Sukuk Ritel SR-008.
2. Variabel Independen atau yang mempengaruhi Yield Sukuk Ritel SR-
007 pada penelitian ini dibatasi pada Variabel Makroekonomi yang
terdiri dari Inflasi, BI Rate dan nilai tukar, Yield to Maturity SR-008 dan
Bagi Hasil Depostito Mudharabah
C. Rumusan Masalah
21
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan
diatas, maka permasalah yang akan dibahas adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh jangka pendek antara tingkat Inflasi, BI Rate,
tingkat Nilai tukar, Yield to Maturity dan Bagi Hasil Depostito
Mudharabah terhadap Volume Penerbitan Sukuk Ritel Seri 008 ?
2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang antara tingkat Inflasi, BI
Rate, tingkat Nilai tukar, Yield to Maturity dan Bagi Hasil Depostito
Mudharabah terhadap Volume Penerbitan Sukuk Ritel Seri 008?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh jangka pendek antara tingkat Inflasi, BI
Rate, tingkat Nilai tukar, Yield to Maturity dan Bagi Hasil Depostito
Mudharabah terhadap Volume Penerbitan Sukuk Ritel Seri 008
2. Untuk menganalisis pengaruh jangka panjang antara tingkat Inflasi, BI
Rate, tingkat Nilai tukar, Yield to Maturity dan Bagi Hasil Depostito
Mudharabah terhadap Volume Penerbitan Sukuk Ritel Seri 008
22
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan manfaat dan kontribusi
sebagai berikut :
a. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dalam menerbitkan sukuk ritel terutama terkait
kebijakan moneter.
b. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
penelitian dengan obyek maupun variabel yang sama.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi dalam berinvestasi khususnya pada sukuk ritel.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah
bisnis yang tidak dapat diprediksi dan memiliki risiko, karena investasi
tidak harus mengikuti pergerakan yang sama dengan produk nasional
bruto (GNP) beda halnya dengan pengeluaran konsumsi yang dapat
mempengaruhi nilai produk nasional bruto. Menurut Rahmawan, (2005)
Investasi adalah barang tidak bergerak atau barang milik perseorangan
atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan untuk mendapatkan
pendapatan periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada umumnya
dikuasai untuk periode yang relatif panjang.
Adapun menurut (Kasmir dan Jakfar, 2015) investasi juga dapat
diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang
memiliki rentang waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha
atau proyek yang membutuhkan dana dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Investasi menurut Islam adalah penanaman dana atau
penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik
objeknya maupun prosesnya. (Arifin 2009).
Islam melarang bentuk – bentuk spekulasi yang di dalam
perekonomian konvensional tidak terpisahkan, jenis – jenis spekulasi
24
yang dilarang dalam islam tidak hanya mencakup perlombaan,
permainan kartu dan aktivitas perjudian lainnya, namun juga bentuk –
bentuk transaksi yang melibatkan hasil yang akan datang (forward
transaction). Faktor yang terpenting lainnya ikut memengaruhi tingkah
laku investasi dalam islam adalah dengan tidak adanya suku bunga.
Islam melarang segala bentuk pembayaran yang menggunakan suku
bunga didalam setiap transaksinya baik dilakukan kepada teman,
instansi maupun pemerintahan. Dengan demikian investasi dalam islam
berarti fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan dimana tingkat
keuntungan tersebut bergantung pada bagian relative dari keuntungan
yang dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana
– dananya pada bentuk kerjasama atau pinjaman.
Dalam berinvestasi, terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan menurut perspektif islam menurut (Chair, 2015).
a. Aspek material atau fiinansial yaitu suatu bentuk investasi
hendaknya menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif
dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
b. Aspek kehalalan yaitu suatu bentuk investasi harus terhindari dari
bidang maupun prosedur yang subhat atau haram. Jika investasi
tersebut tidak halal atau haram maka akan membawa pelakunya
dalam kesesatan dan perilaku destruktif (darurah) baik secara
individu maupun sosial.
25
c. Aspek sosial dan lingkungan yaitu suatu bentuk investasi hendaknya
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak dan
lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang akan
datang.
d. Aspek pengharapan kepada rida Allah yaitu bentuk investasi tertentu
dipilih dalam rangka mencapai rida Allah SWT..
Islam mendukung umatnya untuk melakukan investasi selama
investasi tersebut dilakukan dengan cara yang benar bukan dengan cara
yang bathil dan terhindar dari hal – hal yang mengandung riba. Adapun
pengertian investasi menurut Al-Quran QS. al-Baqarah [2]: 261.
ِ َكَمثَِل َحبٍَّة أَۢنبَتَْت َسْبَع َسنَابَِل فِى لَُهْم فِى َسبِيِل ٱَّللَّ ثَُل ٱلَِّذيَن يُنِفقُوَن أَْمَوَٰ مَّ
ِسٌع َعِليمٌ ُ َوَٰ ِعُف ِلَمن يََشآُء ۗ َوٱَّللَّ ُ يَُضَٰ ۟ائَةُ َحبٍَّة ۗ َوٱَّللَّ ُكل ِ ُسۢنبُلٍَة م ِ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) oleh orang – orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini secara implisit memberikan informasi akan pentingnya
berinvestasi, dimana ayat itu menyampaikan betapa beruntungnya orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Orang yang kaya secara
finansial (keuangan) kemudian menginfakkan hartanya untuk
pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu melalui usaha
26
produktif, maka sesungguhnya dia sudah menolong ribuan, bahkan
ratusan ribu orang miskin untuk berproduktif ke arah yang lebih baik
lagi (Yuliana 2010).
Secara lebih spesifik, M.M Metwally (1993) mengembangkan suatu
fungsi investasi dalam perekonomian islami akan sangat berbeda dari
perekonomian yang non-islami (konvensional). Model yang
dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti
variable bunga dengan variabel expected rate of profit. Penggantian
variable ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga
yang ditentukan oleh pasar kredit (credit market) dan bukan ditentukan
oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel
expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha.
2. Pasar Modal
Pasar modal merupakan jenis pasar yang konkret, berbeda dengan
pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan dengan instrument
jangka pendek dan merupakan pasar yang abstrak. Instrument pasar
uang biasanya terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek
seperti deposito, commercial paper, Sertifikat Bank Indonesia dan Surat
Berharga Pasar Uang.
Pertumbuhan industri jasa keuangan syariah telah menjadi suatu
fenomena yang meluas dan popular di hampir seluruh pasar keuangan
dunia. Pertumbuhan keuangan syariah dalam satu dekade terakhir telah
menempatkan posisinya sebagai elemen permanen dalam sistem
27
keuangan global. Beragam produk keuangan syariah telah banyak
bermunculan dan dapat diakses secara luas. Kemunculan dan semakin
intensifnya gerakan kebangkitan islam sepanjang abad ke-20 telah
mendorong upaya transformasi institusi politik, hukum sosial dan
ekonomi masyarakat Muslim warisan barat menjadi institusi yang lebih
sejalan dengan norma dan prinsip islam (Soemitra, 2014)
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan
dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun yang dimaksud dengan prinsip – prinsip syariah adalah prinsip
yang didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan
oleh DSN-MUI melalui fatwa (Firdaus, et al, 2005).
Pasar Modal Syariah tidak terlepas dari berbagai instrument –
instrumennya. Instrumen Pasar Modal pada prinsipnya adalah semua
surat – surat berharga (efek) yang umum diperjual belikan melalui pasar
modal. Efek adalah setiap surat pengakuan utang surat berharga
komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, righ,
warrans, opsi atau setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang
ditetapkan oleh OJK sebagai efek. Sedangkan pasar modal syariah
secara khusus memperjual belikan efek syariah. Efek syariah adalah
efek yang berupa akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penerbitannya melalui prinsip – prinsip syariah yang didasrkan atas
28
ajaran islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam
bentuk fatwa.
Dari segi instrument, pada Pasar Modal Syariah tidak diperbolehkan
segala jenis sekuritas untuk menawakan pemasukan di awal baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang, karena hal tersebut
termasuk kedalam riba dan akan masuk dalam investasi yang tidak sah.
Yang dibolehkan baik secara penuh atau dengan catatan meliputi saham
(stocks) dan obligasi syariah (Islamic bonds/sukuk), sekuritas
pemerintah berbasis bagi hasil dan surat berharga lain yang
menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah (Iggi, 2003)
3. Sukuk
Secara”etimologi”, kata sukuk berasal dari bahasa Arab shukuk
yang berarti dokumen atau ,( َصكَّ ) ’bentuk jama dari kata‘Shakk (ُصُكْوك)
sertifikat. Secara istilah sukuk didefinisikan sebagai surat berharga yang
berisi kontrak atau akad pembiayaan berlandaskan prinsip – prinsip
syariah. Sukuk dapat dikeluarkan oleh suatu lembaga institusi maupun
organisasi baik swasta maupun pemerintah kepada investor (sukuk
holder). Penerbit sukuk wajib membayar pendapatan (return) kepada
investor berupa bagi hasil atau marjin atau fee selama masa akad.
Emiten wajib membayar kembali dana investasi kepada investor pada
saat jatuh tempo.
Penggunaan sukuk berkembang pada abad 4 - 5 Hijriyah (10-11
Masehi) dimana seorang pembeli dapat mengirim sukuk pada seorang
29
pedagang. Pada sukuk tersebut tertulis nama barang yang diinginkan,
harga barang dan tanda tangan pembeli. Kemudian pedagang tersebut
mengirim barang yang diinginkan pembeli, ketika pedagang itu
menemui atau menghubungi pembei pada watu yang telah ditentukan,
maka ia menyerahkan sukuk tersebut pada pembeli dan pembeli
membayar sesuai dengan harga barang (Fatah, 2011:37).
Hingga pada abad pertengahan sukuk lazim digunakan oleh para
pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban
finansial yang timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Sedangkan pada masa kontemporer kemunculan sukuk dilatarbelakangi
oleh upaya untuk menghindar praktik riba yang terjadi pada obligasi
konvensional dan mencar alternatif instrument pembiayaan bagi
investor yang berdasarkan pada prinsip syariah.
Sementara ini, sukuk disamakan dengan obligasi syariah dimana
menurut Fatwa DSN no: 32/DSN-MUI/IX/2002, sukuk merupakan surat
berharga jangka panjang berdasaran prinsip syariah yang diterbitkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil atau marjin atau fee serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut substanisnya, obligasi
merupakan surat utang seperti yang didefinisikan dalam ekonomi
konvensional “A debt security in which the issuer owes the holder a debt
30
and is obliged to repay the principal and interest (the coupon) at a later
date, termed maturity).
a. Jenis – jenis sukuk
Perbedaan sukuk dapat dilakukan dengan tiga kategori yaitu jenis
akad yang digunakan, pembayaran pendapatan yang akan dibagikan
kepada pihak – pihak yang berakad dan basis pembiayaan serta multiple
sukuk. Berdasarkan jenis akad sukuk terbagi dalam enam jenis sebagai
berikut.
1) Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan yang menggunakan sistem akad mudharabah.
Sukuk mudharabah dapat juga diartikan sebagai surat berharga
yang berisi akad pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah atau
institusi lainya yang mewajibkan penerbit sukuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk (investor) berupa bagi hasil
dari hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan oleh pemilik
dana serta membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh
tempo.
Pada sistem mudharabah, sukuk yang diterbitkan dengan
akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal
(shahib al-mal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian
(mudharib). Keuntungan dari kerjasama antara kedua belah
31
pihak akan dibagi berdasarkan kesepakatan bersama. Sedangkan
apabila terdapat kerugian, maka kerugian akan ditanggung oleh
penyedia modal. Pihak pemegang sukuk berhak mendapat
bagian keuntungan serta menanggung kerugian tanpa ada
jaminan atas keuntungan dan tanpa jaminan bebas dari kerugian.
Apabila kerugian disebabkan oleh siklus bisnis, kerugian
ditanggung bersama oleh pihak – pihak yang berakad. Pihak
shahibul mmal menanggung kerugian keuangan yang timbul,
sedangkan pihak mudharib menanggung risiko bisnis sehingga
ia tidak menerima imbalan atas jasanya mengelola usaha.
Sukuk mudharabah dapat menjadi instrument dalam
meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam
suatu perekonomian. Jenis sukuk ini mewakili proyek atau
kegiatan yang dikelola secara prinsip mudharabah dengan
menunjuk partner atau pihak lain sebagai mudharib untuk
manajeme bisnis.
2) Sukuk Musyarakah
Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian akad Musyarakah, dimana terdapat dua
pihak atau lebih yang menggabungkan modal untuk membiayai
suatu proyek atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan dan
kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan
proporsi partisipasi modal yang dikumpulkan.
32
Di Sudan, sejumlah aset Menteri Keuangan dan Bank of
Sudan, Bank of Khatoum, nilai bank dan entitas publik lainnya
telah diidentifikasi untuk tujuan sekuritisasi dengan dasar
musyarakah. Instrumennya dikenal dengan Sertifikat
Musyarakah Bank Sentral dan Sertifikat Musyarakah
Pemerintah yang diterbitkan untuk para investor (Ayub, 2002:
128-131).
3) Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan
akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri melalui
wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga. Sukuk ijarah merupakan
sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang keberadaannya
jelas dan diketahui yang melekat pada suatu kontrak sewa beli
(lease), sewa di mana pembayaran return pada pemegang sukuk.
Dengan tingkat fleksibilitasnya pada aturan ijarah, pelaksanaan
sekuritas kontrak ijarah merupakan faktor kunci dalam
mengatasi masalah – masalah manajemen likuiditas dan untuk
pembiayaan kebutuhan – kebutuhan sekor publik di negara
berkembang.
Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengubah benuk yang
berbeda dari kontrak dan sukuk dapat disesuaikan untuk tujuan
berbeda dari penerbit dan para pemegang sukuk. Pemerintah
33
dapat menggunakan konsep ini sebagai alat alternative dari
peminjaman berdasarkan bunga selama memiliki aset jangka
panjang yang dapat digunakan untuk pelaksanaan fungsi –
fungsi pemerintah. Penggunaan aset oleh pemerintah
dimungkinkan, tidak menjadi masalah apabila aset ini
meningkatkan pendapatan atau tidak. (Kahf,1998).
Sedangkan sukuk yang tidak boleh diperdagangkan menurut
beberapa pendapat sebagai berikut :
1) Sukuk Murabahah
Sukuk Murabahah adalah sukuk berdasarkan akad
Murabahah. Murabahah adalah kontrak jualbeli dimana penjual
menjual barangnya kepada pembeli ditambah dengan margin
keuntungan. Jenis sukuk ini mewakili obligasi moneter yang
dikeluarkan untuk transaksi penjualan kredit oleh bank dan tidak
dapat menciptakan instrument yang dapat diperjualbelikan.
Sukuk murabahah lebih memungkinkan digunakan untuk hal
yang berhubungan dengan pembelian barang sektor publik.
Dalam kasus pemerintah membutuhkan barang – barang dengan
harga yang tinggi, maka dimungkinkan membelinya dengan
penjualan kredit melalui pembayaran angsuran. Penjual akan
melakukan amortasi biaya dan returnnya untuk keseluruhan
periode angsuran. Pemerintah akan menerbitkan sertifikat
berdasarkan jumlah angsuran. Setiap sertifikat memiliki tanggal
34
jatuh tempo dimana dapat mewakili hak kepemilikan penjual
yang tidak dapat dipindahtangankan dan sejumlah klaim yang
tidak dapat diubah. Penjual dapat memindahkan hak
kepemilikannya kepada yang lain dimana pembayaran akan
sama nilainya dengan nilai yang tercantum pada sertifikat
dikurangi biaya pengumpulan.
2) Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka
yang dibua untuk barang – barang yang dikirim kemudian.
Sukuk dengan kontrak pembayaran dimuka, yang dibuat untuk
barang-barang yang dikirim kemudian tidak diperbolehkan
dalam akad ini menjual komoditas sebelum komoditas diterima.
Untuk itu penerima idak boleh menjual kembali komoditas
salam sebelum menerimanya, namun ia berhak menjual kembali
komoditas tersebut dengan kontrak yang lain secara paralel
dengan kontrak yang pertama. Dalam hal ini kontrak pertama
dan kedua harus bersikap independen satu sama lain. Begitu pula
dengan barang dan jadwal pengiriman dari kedua kontrak harus
sesuai satu sama lain.
3) Sukuk Istisna’
Jenis Sukuk ini diterbitkan berdasarkan akad Istisna’ dimana
para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek atau aset. Sedangkan harga, waktu penyerahan dan
35
spesifikasi proyek atau aset ditentukan terlebih dahulu. Pada
istisna’,kepemilikan penuh dari bagian yang dibangun segera
dipindahkan kepada pembeli dengan harga jual yang ditunda
yang secara nominal tidak hanya menutupi biaya pembangunan
tetapi juga keuntungan yang dapat disahkan, termasuk hal – hal
lainnya, biaya pengikatan dana untuk jangka waktu periode
pembayaran kembali.
b. Perbedaan sukuk dan obligasi
Pada dasarnya istilah Sukuk atau Obligasi Syariah yang
digunakan dalam fatwa DSN lebih mengikuti opini di pasar modal
konvensional. Namun, sukuk dan obligasi konvensional sangat
berbeda. Menurut Fasa (2016 : 84), perbedaan mendasar antara
sukuk dengan obligasi terletak pada ditetapkannya besaran bunga
yang ditentukan diawal transaksi. Sedangkan sukuk, yang
ditentukan adalah banyaknya porsi bagi hasil apabila mendapatkan
fee atau keuntungan di masa mendatang. Berikut ini beberapa
perbedaan mendasar antara sukuk dan obligasi.
36
Tabel 2.1
Perbedaan Sukuk dan Obligasi
No Karakteristik Sukuk Obligasi
1
Prinsip Dasar Kepemilikan bersama atas
suatu aset / manfaat aset / jasa
/ proyek / investasi tertentu
Utang piutang antara
obligasi dan investor
2
Penggunaan
Dana
Penggunaan dana hanya
untuk kegiatan usaha yang
tidak bertentangan dengan
prinsip syariah
Tidak terbatas pada
kegiatan usaha yang tidak
bertentangan dengan
prinsip syariah
3
Representasi
dari share of
assets
Representasi share of assets Representasi penjualan
utang
4 Basis
pendapatan
Berbasis pada income Berbasis pada nilai utang
(obligasi)
5 Risiko Tidak bebas risiko Bebas risiko
6
Prioritas
bagian
likuidasi
Prioritas sebelum saham Prioritas pertama
7 Imbal Hasil Bagi hasil, fee atau ujrah,
margin
Bunga
8 Underlying
Asset
Perlu Tidak Perlu
Sumber :
Perbedaan utama antara sukuk dengan obligasi adalah bahwa
sukuk harus diterapkan dengan memperhatikan dan mengikuti
prinsip – prinsip syariah, sehingga dapat dipastikan bahwa sukuk
bebas dari unsur riba dan aktifitas non halal yang diharamkan dalam
prinsip syariah.
c. Penerbitan sukuk negara dan korporasi
Instrument investasi yang diperdagangkan di bursa efek
konvensional selama ini merupakan surat berharga yang diterbitkan
pemerintah. Misalnya, obligasi pemerintah atau surat utang negara
37
dan surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti saham,
saham preferen dan obligasi perusahaan serta surat berharga
derivatif. Pada pertengahan tahun 2008 total emisi obligasi syariah
di Indonesia baru mencapai lima triliun rupiah ($500 juta), relatif
kecil dibandingkan dengan Malaysia yang pada pertengahan 2007
telah membukukan total emisi RM 111,5 miliar ($33 miliar). Hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan obligasi syariah di Indonesia (Achsien, 2004)
diantaranya adalah sosialisasi kepada investor, opportunity cost,
aspek likuiditas sampai regulasi perundang – undangan (Jakarsih &
Aam, 2009 : 2).
Menurut Ascarya (2007) sukuk Korporasi di Indonesia pada
umumnya merupakan inisiasi dari underwriter, bukan dari korporasi
penerbit itu sendiri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman
tentang kelebihan dan kelemahan sukuk (Jakarsih dan Aam, 2012).
Sedangkan sukuk Negara merupakan salah satu instrument
keuangan syariah yang memiliki karakteristik sendiri dibandingkan
dengan instrument lain, diantaranya Pertama, SBSN diterbitkan
oleh pemerintah atau Special Purpose Vehicle (SPV). Kedua, Sukuk
dapat diperdagangkan atau tidak berdasarkan pada jenis akad dan
persyaratan. Ketiga, pembayaran imbal hasil tetap (fixed coupon)
atau bervariasi (variable coupon), pembayaran imbal hasil dan jatuh
tempo dijamin oleh UU No. 19 Tahun 2008 dan UU APBN.
38
Keempat, imbalan dibayarkan setiap bulanan atau semester. Kelima,
sukuk dijual pada harga par, premium atau diskon. Keenam, investor
SBSN terdiri dari investor syariah dan konvensional, individu dan
institusi. Ketujuh, sukuk diterbitkan dalam rupiah atau dalam mata
uang asing.(Soemitra, 2014 : 292).
d. Sukuk Ritel
Sukuk ritel adalah investasi yang aman, atau dapat dibilang tidak
beresiko, karena dijamin oleh Negara dan telah diatur dalam
undang-undang. Sukuk ritel dapat bersaing dengan deposito yang
diterbitkan oleh perbankan, karena keduanya sama-sama merupakan
investasi berjangka yang memberikan imbalan atau bagi hasil yang
cukup tinggi tiap tahunnya. Namun dalam hal ini sukuk ritel jauh
lebih tinggi dalam memberi imbalan pada investor, yaitu berkisar
8% per tahun.
Sukuk ritel menurut Kementrian Keuangan adalah produk
investasi syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan dijual kepada
individu Warga Negara Indonesia (WNI) melalui Agen Penjual.
Jenis sukuk ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau, yakni
mulai dari Rp. 5 juta sampai dengan Rp. 5 miliar. Dengan membeli
sukuk ritel, investor akan memperoleh pendapatan tetap setiap bulan
(fixed coupon) serta potensi mendapatkan capital gain (jika dijual di
pasar sekunder), adapun jangka waktu (tenor) sukuk ritel adalah 3
tahun semenjak diterbitkan.
39
Adapun tujuan penerbitan Sukuk Ritel menurut (Kementrian
Keuangan, 2015: 101) sebagai berikut.
1) Diversifikasi sumber pembiayaan APBN, terutama yang
bersumber dari pasar domestic.
2) Memperluas basis investor Surat Berharga Negara di pasar
domestik.
3) Memberikan alternative instrument ritel yang berbasis syariah
bagi investor
4) Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah
5) Memberikan kesempatan kepada investor individu untuk
berinvestasi dalam instrument pasar modal
6) Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong
transformasi dan saving-oriented society menjadi investment-
oriented..
e. Volume Penerbitan Sukuk
Menurut Debikel (2011:33) Volume Penerbitan atau
Outstanding Sukuk merupakan instrumen yang dapat digunakan
untuk melihat perkembangan reaksi pasar modal terhadap informasi
melalui volume saham yang diperdagangkan di bursa efek. Volume
juga menjadi indikator penting yang digunakan dalam menganalisis
perdagangan di pasar serta teknikal analisis dalam menilai harga
saham dan instrumen lain yang digunakan untuk melihat reaksi pasar
modal terhadap informasi dengan parameter aktivitas volume
40
perdagangan saham pasar.. Maka dari itu, jika sukuk semakin liquid
hal ini dapat meningkatkan besaran volume perdagangan.
Volume perdagangan saham diartikan juga sebagai banyaknya
lembar saham dari suatu perusahaan atau emiten yang diperjual-
belikan seiap harinnya dengan tingkat harga yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak melalui broker (perantara) perdagangan
saham (Abidin, Suhadak dan Hidayat, 2016: 24). Menurut
Nurhasanah (2011) semakin besar volume perdagangan obligasi
semakin besar kapitalisasi dan berpeluang semakin tinggi
kemungkinan ditransaksikan di pasar sekunder. Volume
perdagangan investasi merupakan hal yang penting bagi seorang
investor. Karena bagi investor volume perdagangan
menggambarkan kondisi saham yang diperjual belikan di pasar
modal.
Volume perdagangan sukuk yang besar akan meningkatkan
permintaan sukuk. Kegiatan perdagangan dalam volume yang
sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar
akan membaik.
Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi di Indonesia,
kegiatan investasi yang merupakan bagian dari kegiatan
perekonomian memerlukan iklim yang kondusif. Iklim investasi
kondusif cenderung dikaitkan dengan perbaikan kondisi
makroekonomi dalam negeri. Sehingga apabila kondisi
41
makroekonomi baik, maka akan berdampak pada kegiatan investasi
menjadi positif (Syafii, 2013:2).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2016)
penerbitan sukuk dipengaruhi oleh Ekspor, Nilai Tukar, BI Rate dan
Inflasi. Sedangkan hasil penelitian (Yusiarmayanti) 2017 harga
sukuk, tingkat bagi hasil deposito mudharabah,dan inflasi
berpengaruh secara negatif terhadap volume perdagangan sukuk.
Adapun variabel yang berpengaruh positif adalah tingkat suku
bunga deposito dan PDB.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pergerakan volume
perdagangan sukuk yang bersifat fluktuatif di pasar sekunder dapat
disebabkan oleh pengaruh dari variabel ekonomi maupun sukuk itu
sendiri. Makroekonomi terdiri dari banyak variabel seperti PDB,
Inflasi, Nilai Tukar, BI rate, Ekspor-Impor, Harga Minyak Dunia
dsb. Namun pada penelitian ini dari banyaknya variabel
makroekonomi yang ada hanya dipilih tiga variabel yang
kemungkinan memiliki tingkat pengaruh yang besar terhadap
outstanding sukuk yaitu Inflasi, BI Rate dan PDB, tingkat likuiditas
dan satu variabel yang diambil dari bagian SR 007 itu sendiri yakni
yield
f. Faktor yang mempengaruhi Volume Penerbitan Sukuk
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat volume
penerbitan sukuk yakni faktor variabel ekonomi makro, tingkat
42
likuiditas dan yield. Menurut Sukirno (2013;27) Ekonomi makro
adalah salah satu bidang studi ilmu ekonomi yang melihat dan
menganalisis tentang kegiatan ekonomi yang berlaku dalam negara
melalui analisis yang bersifat menyeluruh. Dapat disimpulkan
ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari
tentang perekonomian secara keseluruhan atau dalam skala besar di
suatu negara seperti pertumbuhan inflasi, suku bunga dan Nilai
Tukar.
1) Inflasi
Inflasi secara umum merupakan kenaikan tingkat harga
secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama
periode waktu tertentu. Menurut Razali (2011) Inflasi adalah
suatu keadaan dimana terjadi permintaan yang berlebih terhadap
barang-barang secara keseluruhan dalam perekonomian suatu
wilayah. Peristiwa tersebut akan menyebabkan meningkatnya
harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak dapat disebut dengan inflasi, kecuali
kenaikan tersebut meluas kepada barang – barang lain
(Boediono, 1998:161 dalam Mas’ud, 2014:21).
Laju inflasi merupakan tingkat perubahan secara umum
untuk berbagai jenis barang dalam rentang waktu tertentu dan
cenderung dalam jangka panjang seperti perbulan, pertriwulan
atau bahkan pertahun.
43
Menurut Mankiw (2008)