Upload
aldila-ratna-ovrisadinita
View
458
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengemasan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Agustin Prawita Sari (H3111004)
2. Eka Wahyu Ismail (H3111019)
3. Kingkin Siwi Sumirat (H3111039)
4. Margareta Yovita (H3111042)
5. Nunur Doko (H3111050)
6. Pasti Yuniar (H3111051)
DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
ACARA 1
GLOBAL MIGRASI, GRAMATUR, DENSITAS, dan KETAHANAN
JATUH
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Plastik merupakan bahan kemasan pangan yang paling populer
digunakan. Banyak pelaku usaha yang memilih plastik sebagai kemasan bagi
produk mereka. Hal ini karena plastik memiliki sifat-sifat unggulan seperti
kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis, yaitu dapat direkat
menggunakan panas, serta dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai
kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk. Plastik dibuat
dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung
menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.
Di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga
terdapat bahan non plastic yang disebut aditif yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Namun, produk plastik yang banyak
digunakan sebagai kemasan produk pangan ini mengandung bahaya tersendiri,
yaitu, kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer
dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak
cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa
berberat molekul kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik
yang berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat
pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan
padat atau cair berminyak maupun cairan tak berminyak. Semakin panas
makanan yang di kemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi
(perpindahan) ke dalam bahan makanan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 1 yaitu:
1. Menentukan global migrasi, gramatur dan densitas kemasan
2. Menentukan ketahanan jatuh dari kemasan gelas plastik
II. Tinjauan Pustaka
Dari sisi “food safety” kemasan makanan bukan sekedar bungkus
tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada
makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan,
penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan
aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering kita
jumpai saat ini adalah plastik dan styrofoam. Plastik telah merupakan bagian
kehidupan sehari-hari manusia. Migrasi merupakan perpindahan yang terdapat
dalam kemasan ke dalam bahan makanan. Migrasi dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu luas permukaan yang kontak dengan makanan, kecepatan migrasi,
jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya kontak (Sulchan, 2007).
Peningkatan kadar air dalam kertas akan meningkatkan ketahanan tarik
pada titik keseimbangan kelembaban kertas. Selain itu kadar air juga
mempengaruhi perhitungan gramatur, karena gramatur dinyatakan sebagai
total berat kertas termasuk kadar air. Gramatur adalah massa lembaran kertas
dibagi luasnya dalam satuan g/m2. Gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air
pada kelembapan udara relatif di sekitar kertas. Semakin besar gramatur yang
dihasilkan maka ketahanan sobek dan ketahan tarik pada kertas semakin kuat
(Sucipto, 2009).
Pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan
kemasan dengan berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan
juga dimaksudkan untuk promosi. Kemasan plastik banyak digunakan karena
beberapa keunggulan dan keuntungannya. Kemasan plastik tersebut terbuat
dari beberapa jenis polimer yaitu Polietilen tereftalat (PET), Polivinil klorida
(PVC), Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC)
dan melamin. Polistirena merupakan plastik yang inert sehingga relatif tidak
berbahaya bagi kesehatan, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan
terjadinya migrasi dari monomer stirena ke dalam pangan yang dapat
menimbulkan risiko bagi kesehatan. Migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama
kontak, dan tipe pangan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak
suatu pangan, semakin besar migrasinya. Minuman beralkohol atau bersifat
asam juga dapat meningkatkan laju migrasi (Indriani, 2008).
Pengemasan merupakan salah satu cara memberikan kondisi yang
tepat bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang
diinginkan. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk adalah melindungi
produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi
dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi
kecenderungan bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak, serta
mengurangi kecenderungan bahan pangan mengeras. penggunaan plastik
untuk makanan cukup menarik karena sifat-sifatnya yang menguntungkan
seperti luwes mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap
produk, tidak korosif seperti wadah logam, serta mudah dalam
penanganannya. Kemasan polipropilen memiliki permeabilitas yang rendah
sehingga penguapan uap air dari dalam ke luar kemasan rendah. Migrasi uap
air yang tinggi mengakibatkan warna produk menjadi lebih gelap
(Azriani, 2006).
Kemasan menyediakan fungsi penting untuk memastikan bahwa
makanan tidak terkontaminasi, memberikan perlindungan fisik dan
memperpanjang masa simpan makanan. Bahan kemasan menjadi semakin
kompleks dalam desain dan komposisi mereka. Berbagai bahan kimia telah
diidentifikasi memiliki potensi untuk bermigrasi dari kemasan makanan ke
dalam makanan. Bahan kimia atau kelas kimia yang termasuk dalam survei ini
adalah: phthalates, senyawa perfluorinated (PFC); epoxidised minyak kedelai
(ESBO); semicarbazide, akrilonitril, dan vinil klorida. Phthalates mengacu
pada ester dari asam ftalat, sekelompok bahan kimia yang digunakan terutama
sebagai plastik. Sebagai plastik, phthalates yang digunakan dalam berbagai
aplikasi termasuk bahan bangunan dan konstruksi, peralatan medis, mainan,
kosmetik, dan makanan kemasan (Kai, 2011).
Kemasan memainkan peran penting dalam menjamin kualitas dan
keamanan makanan, melindungi, dan melestarikan mengandung melalui rantai
pasokan. Kertas dan karton digunakan sebagai primer, sekunder dan tersier
(transportasi) kemasan. Kertas dan karton biasanya dirasakan oleh konsumen
lebih aman dan sehat karena asal alami dari kayu. Namun, bahaya kimia dari
calon migran harus diperhatikan seperti aditif sengaja ditambahkan selama
pembuatan untuk meningkatkan karakteristik kertas dan karton dan zat sengaja
ditambahkan karena penggabungan daur ulang. Ketika berfungsi sebagai
kemasan primer, kertas dan karton yang paling sering digunakan dalam kontak
dengan makanan padat kering. Dalam situasi ini zat yang ada dalam kertas dan
karton dapat bermigrasi ke dalam makanan melalui kontak langsung atau tidak
langsung melalui fase gas antara permukaan material dan permukaan makanan
(Pocas, 2007).
Air mineral mencakup semua jenis air mineral atau air mineral alami
dengan nama apapun itu disebut dan dijual. Air mineral alami adalah air yang
dibedakan dari air minum biasa seperti yang ditandai dengan isinya garam
mineral tertentu dan mereka relatif dikemas bersih, steril , tidak berwarna ,
transparan dan tamperproof botol / wadah yang terbuat dari polyethylene (PE)
sesuai dengan IS:10146 atau polyvinyl chloride (PVC) sesuai dengan
IS:10151 atau polialkilena tereftalat (PET dan PBT) sesuai dengan IS:12252
atau polypropylene sesuai dengan IS:10910 atau kemasan makanan
polikarbonat atau botol kaca steril cocok untuk mencegah kemungkinan
pemalsuan atau kontaminasi air. Semua bahan kemasan asal plastik akan
melewati batas migrasi dan warna keseluruhan sebagaimana ditetapkan dalam
standar nasional dan internasional yang relevan untuk produk masing-masing
bahan kemasan proporsi dan adanya elemen atau unsur lainnya
(Vijayalakshmi, 1991).
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu
wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan
dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan
pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak
terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan
perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-
syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi
makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya,
mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari,
tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat
dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta ganguan fisik seperti
gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi
perangsang atau daya tarik pembeli. Global migrasi merupakan jumlah
keseluruhan komponen senyawa-senyawa yang berpindah ke dalam makanan
dengan atau memperhatikan sifat-sifat racun atau juga aspek-aspek bahaya
lain dari segi fisiologi. Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari
pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian
terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan
hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu
(Syarif, 1989).
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap
barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating,
gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat
militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah
menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah
industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik
penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah
ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A
sehingga aman untuk dipakai makan. Plastik dipakai karena ringan, tidak
mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap
lingkungan dan kesehatan keluarga kita (Rachmawan, 2001).
Pengemasan perlu dilakukan tidak saja untuk melindungi produk,
tetapi juga untuk meningkatkan nilai estetika sehingga meningkatkan daya
tarik terhadap konsumen. Kemasan yang digunakan harus kedap udara untuk
mengurangi terjadinya oksidasi produk, kemasan juga harus dapat menahan
uap air agar dapat mencegah penguapan produk selama penyimpanan. Tingkat
kekedapan kemasan terhadap air dan udara tergantung pada keperluan. Jika
sifatnya untuk melindungi dan meningkatkan daya tarik di dalam satu
kemasan, maka dapat dipakai dua kemasan, selain untuk melindungi juga
untuk meningkatkan daya tarik (Adawyah, 2007).
Gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air dan kelembaban relatif
udara di sekitar kertas. Karena gramatur dinyatakan sebagai total berat kertas
termasuk kadar air, maka pengukuran harus dilakukan pada kondisi standar.
Secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar
serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada
pencetakan. Dalam prosesnya, filler kaolin berpengaruh pada sifat fisik
lembaran kertas (densitas dan gramatur). Kaolin berfungsi sebagai bahan
pengisi antar serat, menambah bobot kertas dan menghaluskan kertas
(Casey, 1980).
III. Metode Praktikum
A. Alat
1. Beker glass
2. Penangas air
3. Neraca analitik
4. Oven
5. Penangas listrik
6. Jangka sorong
B. Bahan
1. Air minum kemasan gelas plastik
5 bungkus kemasan plastik
Ditimbang
Dimasukkan sebanyak 60 ml ethanol 20%, aquadest, dan asam asetat 4% ke dalam 3 beker glass
Dipanaskan dalam penangas air sampai suhu 60oC
Dimasukkan 5 bungkus kemasan plastik ke dalam beker glass dan didiamkan 30 menit
Sampel dikeluarkan, beker glass dipanaskan di atas penangas listrik
Setelah diuapkan, dimasukkan beker glass ke dalam oven 105oC selama 1 jam
Beker glass didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya
Ditentukan global migrasinya
2. Kemasan plastik
3. Kemasan kertas
4. Aquadest
5. Ethanol 20%
6. Asam asetat 4%
C. Cara Kerja
1. Global Migrasi
Dipotong 5x5cm sebanyak 3 buah
Kemasan kertas
Ditimbang masing-masing potongan
Diukur ketebalan tiap-tiap potongan pada 5 tempat dengan jangka sorong, kemudian dirata-rata
Ditentukan gramatur dan densitas kemasan
Dijatuhkan satu persatu dari ketinggian 75 cm dari lantai
8 gelas air minum dalam kemasan
Diamati hasil jatuhan secara visual
Bila semua sampel pada pengujian hasilnya bagus maka dianggap memenuhi syarat lulus uji
2. Gramatur dan Densitas
3. Ketahanan Jatuh
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Global Migrasi
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Penentuan Global Migrasi Kemasan Kembang Gula
Kel. Simulan SampelBerat
Sampel (W) (gram)
Berat Beker glass
awal (A)
Berat Beker glass akhir (B)
Global Migrasi (ppm)
6 Aquadest Tango 0,6 95,0 95,6 1x106
7 Aquadest Mintz 0,7 125,4 126,4 1,42 x106
8 As. Asetat 4% Kiss 0,6 93,2 93,9 1,16 x106
9 As. Asetat 4% Kino 0,8 105,4 105,8 0,5 x106
10 Ethanol 20% Mintz 0,9 121,0 122,3 1,44 x106
12 Ethanol 20% Kino 0,7 99,7 100 0,42 x106
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pada praktikum acara 1 yaitu tentang Global Migrasi, Gramatur,
Densitas dan Ketahanan Jatuh, mahasiswa mempraktekkan untuk
menentukan global migrasi, gramatur dan densitas kemasan serta
menentukan ketahanan jatuh dari kemasan gelas plastik. Global migrasi
merupakan perpindahan yang terdapat dalam kemasan ke dalam bahan
makanan. Global migrasi juga berarti interaksi antara kemasan dan pangan
yang berpotensi baik menguntungkan maupun merugikan. Interaksi
tersebut menyebabkan terjadinya reaksi kimia atau fisika antara makanan,
kemasan, dan lingkungan yang dapat mengubah komposisi, kualitas, dan
atau sifat fisik makanan maupun bahan kemasan. Global migrasi
menyatakan jumlah senyawa dalam kemasan yang termigrasi (terlarut)
dalam produk yang dikemas. Pengujian global migrasi pada kemasan
pangan adalah untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa besar
senyawa dalam kemasan yang termigrasi dalam produk yang dikemas
dengan cara mencelupkan kemasan ke dalam beberapa simulan.
Pada praktikum, kelompok 6 dan 7 memakai simulan aquadest
dengan sampel tango dan mintz. Global migrasi yang didapat sebesar
1x106 dan 1,42 x106. Pada kelompok 8 dan 9 memakai simulan asam
asetat 4% dengan sampel kiss dan kino. Global migrasi yang didapat
sebesar 1,16 x106 dan 0,5 x106. Pada kelompok 10 dan 12 memakai
simulan ethanol 20% dengan sampel mintz dan kino. Global migrasi yang
didapat sebesar 1,44 x106 dan 0,42 x106. Semakin tinggi suhu ketika
produk kontak dengan kemasan plastik semakin besar global migrasi yang
terjadi. Jika semakin besar global migrasi, maka semakin besar pula
senyawa dalam kemasan termigrasi ke produk pangan. Sebaliknya,
semakin kecil global migrasi, maka semakin kecil pula senyawa dalam
kemasan yang termigrasi ke produk pangan. Global migrasi dipengaruhi
oleh suhu, lama kontak, luas permukaan yang kontak dengan makanan,
kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan tipe pangan.
B. Gramatur
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.2 Penetuan Gramatur dan Densitas Kemasan Plastik
Kel PercobaanBerat
Kemasan (g)
Rerata Tebal
Kemasan (m)
Gramatur
(gr/m2)
Rerata Gramat
ur (gr/m2)
Densitas (gr/m3)
Rerata Densitas(gr/m3)
Luas (m2)
6 EnergenI : 0,2II : 0,2III : 0,2
0,00005808080
80160000016000001600000
16000000,00250,00250,0025
7 EnergenI : 0,2II : 0,2III : 0,2
0,00005808080
80160000016000001600000
16000000,00250,00250,0025
8 RicheseI : 0,8II : 0,8III : 0,8
0,00005320320320
320640000064000006400000
64000000,00250,00250,0025
9 RicheseI : 0,8II : 0,8III : 0,8
0,00005320320320
320640000064000006400000
64000000,00250,00250,0025
10 LuckyI : 0,8II : 0,9III 0,8
0,00002320360320
333,3888888810000000800000
8962962,90,00250,00250,0025
12 LuckyI : 0,8II : 0,9III 0,8
0,00002320360320
333,3888888810000000800000
8962962,90,00250,00250,0025
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pada praktikum selanjutnya adalah menentukan gramatur dan
densitas kemasan plastik. Gramatur adalah satuan ukuran massa lembaran
kertas atau lembaran karton dalam gram dibagi dengan satuan luasnya
dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar. Gramatur nilai yang
menunjukkan bobot bahan per satuan luas bahan (g/m2). Sedangkan
Densitas adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan volume
(g/m3). Densitas kertas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan
dengan tebal bahan.
Pengujian gramatur dan densitas digunakan berbagai macam sampel
yaitu energen, richese, dan lucky. Kemasan kertas dipotong sepanjang
5 x 5 cm sebanyak 3 buah persampel. Kemudian dilakukan penimbangan
pada masing-masing bagian yang telah dipotong sesuai dengan ukuran
yang telah ditentukan. Setelah dilakukan penimbangan dengan nerasa
analitik, dilakukan pengukuran ketebalan pada tiap potongan pada lima
bagian. Pengukuran ketebalan menggunakan jangka sorong. Setelah
diketahui ketebalan pada masing-masing bagian dirata-rata dan ditentukan
gramatur dan densitas kemasan.
Dari hasil praktikum penentuan gramatur dan densitas pada
kelompok 6 dan 7 dengan sample kemasan energen diperoleh hasil yang
sama yaitu gramatur pada ulangan pertama sebesar 80, ulangan kedua
sebesar 80, dan ulangan ketiga sebesar 80 sehingga diperoleh rata- rata
gramatur yaitu sebesar 80 gr/m2 sedangkan densitas pada ulangan pertama
sebasar 1600000, ulangan kedua 1600000, ulangan ketiga 1600000
sehingga diperoleh rata-rata densitas yaitu sebesar 1600000 gr/m3. Pada
kelompok 8 dan 9 dengan sample kemasan richese diperoleh hasil yang
sama yaitu gramatur pada ulangan pertama sebesar 320, ulangan kedua
sebesar 320, dan ulangan ketiga sebesar 320 sehingga diperoleh rata- rata
gramatur yaitu sebesar 320 gr/m2 sedangkan densitas pada ulangan
pertama sebasar 6400000, ulangan kedua 6400000, ulangan ketiga
6400000 sehingga diperoleh rata-rata densitas yaitu sebesar 6400000
gr/m3. Pada kelompok 10 dan 12 dengan sample kemasan lucky diperoleh
hasil yang sama yaitu gramatur pada ulangan pertama sebesar 320,
ulangan kedua sebesar 360, dan ulangan ketiga sebesar 320 sehingga
diperoleh rata- rata gramatur yaitu sebesar 333,3 gr/m2 sedangkan densitas
pada ulangan pertama sebasar 8888888, ulangan kedua 10000000, ulangan
ketiga 8000000 sehingga diperoleh rata-rata densitas yaitu sebesar
6400000 gr/m3. Pada setiap kemasan yang digunakan mempunyai
gramatur dan densitas yang berbeda disebabkan bahan baku kemasan
adanya ketidak teraturan tebal disetiap sisi kertas dan proses
pembuatannya itu sendiri.
Gramatur pada kemasan dipengaruhi oleh berat bahan dan luas
bahan. Semakin besar berat kertas, semakin besar nilai gramaturnya.
Luasanya bahan yang semakin lebar menyebabkan nilai gramatur semakin
kecil. Densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Semakin besar nilai gramaturnya maka maka semakin besar pula
densitasnya. Semakin besar tebal bahan menyebabkan nilai densitas
semakin kecil. Gramatur dan densitas ditentukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan kemasan untuk menahan benturan selama
penyimpanan dan distribusi.
Pada pengukuran gramatur pengaruh yang disebabkan oleh kadar air
sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu
sehingga kandungan air dalam kertas homogen (Suyitno, 1990). Penentuan
gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui efisiensi proses
pengemasan. Pada umumnya kemasan yang memiliki kemampuan proteksi
yang lebih besar terhadap suhu, gas, cahaya, dan tekanan. Dengan
mengetahui gramatur dan densitas memilih kemasan yang paling tepat dan
efisien untuk mengemas produk.
C. Ketahanan Jatuh
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.3 Penentuan Ketahanan Jatuh Kemasan Gelas Plastik untuk Minuman
Kelompok Sample Percobaan Jumlah Rusak Keterangan6 Viro 8 5 Tidak layak7 Viro 8 5 Tidak layak8 Dzakya 8 1 Layak9 Dzakya 8 0 Layak10 Ultra 8 0 Layak12 Ultra 8 0 Layak
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pada praktikum selanjutnya adalah penentuan ketahanan jatuh
kemasan gelas plastik untuk minuman. Pengukuran gramatur kemasan
pada praktikum dilakukan pada 3 titik yang berbeda karena diduga
ketebalan pada masing-masing titik memiliki rasio yang berbeda. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh komposisi dan metode pembuatan atau pencetakan
kemasan. Pemberian tekanan pada saat pembuatan kemasan juga dapat
berpengaruh pada ketebalan permukaan kemasan. Ketahanan jatuh
menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor, pecah, maupun
retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm. Salah satu syarat
kemasan yang digunakan untuk mengemas produk makanan dan minuman
adalah dapat melindungi produk dari kerusakan baik itu kerusakan
kimiawi, biologis, maupun fisik (mekanik).
Pentingnya pengukuran ketahanan jatuh kemasan karena selama
distribusinya sangat memungkinkan air minum dalam kemasan mengalami
benturan. Jika kemasan tidak memiliki ketahanan jatuh maka tingkat
kerusakan selama distribusi akan sangat besar dan hal ini akan sangat
merugikan pihak produsen maupun konsumen. Pengujian ketahanan jatuh
kemanasan gelas plastik untuk minuman digunakan berbagai macam
sampel kemasan yaitu viro, dzakya, dan ultra. Ketahanan jatuh
menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor, pecah, maupun
retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm. Setiap kemasan
diperlukan 8 buah gelas air minum kemudian dijatuhkan satu persatu dari
ketinggian 75 cm. Pengamatan hasil jatuh dilakukan secara visual ada
tidaknya kerusakan, apabila akhir pengujian sampel masih bagus
dinyatakan memenuhi syarat lulus uji namun sebaliknya apabila pengujian
sampel rusak dinyatakan memenuhi syarat lulus uji. Syarat lulus uji
ketahanan jatuh dilihat dari 8 buah sampel tersebut terdapat 3 buah atau
lebih yang rusak maka tidak memenuhi syarat lulus uji (tidak layak).
Apabila kerusakan tidak lebih dari 3 kemasan dinyatakan lulus syarat uji
(layak).
Pada kelompok 6 dan 7 menggunakan sampel kemasan air minum
viro. Percobaan dilakukan selama 8 kali dengan perlakuan yang sama.
Dari hasil pengamatan secara visual mengalami kerusakan sebanyak 5
kemasan. Dengan demikian kemasan yang digunakan tidak layak. Pada
kelompok 8 dan 9 menggunakan sampel kemasan air minum dzakya.
Percobaan kelompok 8 dari hasil pengamatan secara visual mengalami
kerusakan sebanyak 1 kemasan namun pada kelompok 9 tidak mengalami
kerusakan. Dengan demikian kemasan kelompok 8 dan 9 kemasan yang
digunakan layak. Pada kelompok 10 dan 11 menggunakan sampel
kemasan air minum ultra. Percobaan dilakukan selama 8 kali dengan
perlakuan yang sama. Dari hasil pengamatan secara visual tidak
mengalami kerusakan. Dengan demikian kemasan yang digunakan layak.
Dari percobaan dapat dinyatakan bahwa kemasan jenis viro tidak lulus uji.
Sedangkan kemasan jenis dzakya dan ultra tersebut lulus uji, namun bila
dibandingkan antara keduanya kemasan ultra ketahanan jatuhnya lebih
baik daripada kemasan dzakya. Dengan penggunaan kemasan air minum
yang berbeda juga mempengaruhi hasil akhir yang berbeda pula, hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor bahan kemasan yang digunakan dan
kecepatan ketahanan jatuh.
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada acara 1 yaitu:
1. Global migrasi menyatakan jumlah senyawa dalam kemasan yang
termigrasi (terlarut) dalam produk yang dikemas.
2. Global migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, luas permukaan yang
kontak dengan makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan tipe
pangan.
3. Global migrasi terbesar adalah kelompok 10 dan global migrasi terkecil
pada kelompok 12.
4. Penentuan gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui
efisiensi proses pengemasan. Pada umumnya kemasan yang memiliki
kemampuan proteksi yang lebih besar terhadap suhu, gas, cahaya, dan
tekanan.
5. Pengukuran gramatur kemasan pada praktikum dilakukan pada 3 titik yang
berbeda karena diduga ketebalan pada masing-masing titik memiliki rasio
yang berbeda.
6. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor,
pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm.
7. Dari hasil praktikum kemasan merk viro tidak layak, sedangkan kemasan
dzakya dan ultra layak.
8. Ketahanan jatuh kemasan dipengaruhi oleh bahan kemasan yang
digunakan dan kecepatan ketahanan jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta
Azriani, Yulnia. 2006. Pengaruh Jenis Kemasan Plastik dan Kondisi Pengemasan Terhadap Kualitas Mi Sagu Selama Penyimpanan. Skripsi Teknologi Pertanian. Bogor
Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher Inc. NewYork
Indriani, Reri. 2008. Kemasan Polistirena Foam (Styrofoam). Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 9 No. 5. Jakarta
Kai, Te Mana Kounga dan Ahitereiria me Aotearoa. 2011. Survey of Chemical Migration from Food Contact Packaging Materials in Australian Food. Food Standards. Australia
Pocas, Maria de Fatima; Jorge C. Oliveira; Joel R. Pereira, Rainer Brandsch; dan Timothy Hogg. 2007. Modelling Migration from Paper Into a Food Simulant. Packaging Department, Biotechnology College, Portuguese Catholic University. Portugal
Rachmawan, Obien. 2001. Modul Dasar Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas Pertanian. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta
Sucipto; Susinggih Wijana; dan Erly Wahyuningtyas. 2009. Optimasi Penggunaan NaOH dan Tapioka Pada Produksi Kertas Seni dari Pelepah Pisang. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1. Malang
Sulchan, Mohammad dan Endang Nur W. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Jurnal Gizi Biomedik Vol. 57 No. 2. Semarang
Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.
Syarif, R. S. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses, Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Vijayalakshmi, N. S. 1991. Packaging Aspects of Drinking Water. Food Packaging Technology Department. India
Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN
Perhitungan kelompok 10:
1. Penentuan Global Migrasi Kemasan Kembang Gula
Global Migrasi = B−A
Wx106
= 122,3−121,0
0,9x106
= 1,44 x 106 ppm
2. Penentuan Gramatur dan Densitas Kemasan Plastik
a. Gramatur = berat kemasan(g)
Luas
= 0,8
0,0025
= 320 g/m2
Gramatur = berat kemasan(g)
Luas
= 0,9
0,0025
= 360 g/m2
Gramatur = berat kemasan(g)
Luas
= 0,8
0,0025
= 320 g/m2
b. Rerata Gramatur = jumlah gramatur
3
= 320+360+320
3
= 333,3 g/m2