111
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD TUNAS MEKAR INDONESIA BANDAR LAMPUNG (Tesis) Oleh SIDARTHA ADI GAUTAMA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS

KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD TUNAS

MEKAR INDONESIA BANDAR LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

SIDARTHA ADI GAUTAMA

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS

KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD TUNAS MEKAR

INDONESIA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SIDARTHA ADI GAUTAMA

Penelitian ini bertujuan: 1) Mendiskripsikan kondisi dan potensi pengembangan

menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual. 2) Menghasilkan

produk bahan ajar audio visual berbasis kontekstual. 3) Menganalisis efektifitas dan

kemenarikan produk bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada mata

pelajaran pendidikan agama Buddha. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian dan pengembangan Bord and Gall, dilakukan di SD Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen

pengamatan, kemudian data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil

penelitian hasil perhitungan rata-rata N-Gain ternormalisasi praktek Anjali 0,79,

Namaskhara 0,75, Uttana 0,84 dapat dikategorikan efektif. Sedangkan untuk uji

kemenarikan bahan ajar memperoleh angka rata-rata 82 % dapat diklasifikasikan

menarik.

Kata Kunci: Bahan Ajar Audio Visual, Kontekstual, Pendidikan agama Buddha

Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

ABSTRACT

The Development of Audio Visual teaching material based Contextual for

Teaching Buddhist Religion at Tunas Mekar Indonesia Elementary school of

Bandar Lampung

By

SIDARTHA ADI GAUTAMA

This study aims: 1) Describe the conditions and potential for development using

contextual-based audio-visual teaching materials. 2) Produce contextual based

audio visual teaching material products. 3) Analyzing the effectiveness and

attractiveness of contextually based audio visual teaching material products in

Buddhist education subjects. This study used the research and development

approach of Bord and Gall, conducted at the Tunas Mekar Indonesia Elementary

School in Bandar Lampung. Data collection techniques using observation

instruments, then the data are analyzed quantitatively and qualitatively. The results

of the calculation of the average N-Gain normalized practice are Anjali 0.79,

Namaskhara 0.75, Uttana 0.84 can be categorized as effective. Whereas for the test

of attractiveness of teaching materials obtaining an average number of 82% can be

classified as interesting.

Keywords: audio-visual, contextual teaching material, Buddhist education

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS

KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD TUNAS

MEKAR INDONESIA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SIDARTHA ADI GAUTAMA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelas

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha
Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha
Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha
Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Mataram Baru, Lampung Timur pada

tanggal 23 Juli 1983, sebagai anak ke tiga dari tiga saudara,

dari pasangan Bapak Sarmidi dan Ibu Supinah (Almh).

Penulis memiliki dua kakak kandung.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Kristen No. 04

Sribhawono Lampung Timur lulus tahun 1996, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sribhawono Lampung Timur lulus tahun 1999,

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sribhawono Lampung Timur lulus tahun

2002, Pendidikan S1 Agama Buddha STIAB Smaratungga Boyolali 2007.

Melanjutkan pendidikan S2 dan masuk sebagai mahasiswa Pascasarjana

Universitas Lampung tahun 2017 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Jurusa Program Studi Magister Teknologi Pendidikan. Penulis bekerja

sebagai guru Agama Buddha di SD Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung

hingga saat ini.

Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada para Buddha, Bodhisattva dan Mahasattva,

Kupersembahkan karya tulis ini teruntuk:

1. Kedua orang tuaku (bapak Sarmidi dan Ibu Supinah. Almh).

2. Istri tercinta Lasmiyati, S.Ag, serta kedua anakku Mallika Sacca Pranidhana

Sidhartha dan Dharmasakaccha Prajna Sidhartha, yang selalu memberikan

semangat sehingga memudahkan aku saat berproses pendidikan S2 ini.

3. Suhu Nyana Maitri Mahastavira, guru spiritual penulis.

4. Bapak Indra Halim, Bapak Hiu Fuk Sin (Bambang), Bapak Alif Bathali, dan

Bapak Alin Raharja yang memberikan bantuan materiel dan motivasi penulis

5. Almamaterku Pascasarjana Universitas Lampung yang tercinta yang telah

membimbing, mendidik, dan menjadikan manusia yang lebih dewasa dalam

berfikir, halus dalam bertindak, bijak dan arif dalam berkeputusan serta

menjadikan ku manusia yang kreatif dalam mengembangkan ilmu pendidikan.

Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

MOTTO

“Orang Yang Bersemangat, Selalu Sadar, Murni Dalam

Perbuatan, Memiliki Pengendalian Diri, Hidup Sesuai

Dengan Dhamma Dan Selalu Waspada, Maka Nama

Harumnya Akan Berkembang”

(Dh. II. 24)

Kita Belajar Dari Orang Yang Masih Belajar

(Sidartha Adi Gautama)

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

SANWACANA

Puji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

Esa, Para Buddha, Bodhisattva dan Mahasattva karena atas berkat cinta dan kasih

sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengembangan

Bahan Ajar Audio Visual Berbasis Kontekstual Pendidikan Agama Buddha

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung”.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dalam penulisan masih jauh dari kata sempurna

baik isi maupun kalimatnya, karenanya dengan rasa rendah hati penulis menerima

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Dengan diselesaikan tesis ini penulis mengucapkan terima kasih kepada;

1. Sanghyang Adi Buddha, Para Buddha, Boddhisattva mahasattva.

2. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung

3. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph. D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

4. Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dr. Sunyono, M.Si. Selaku Wakil Dekan 1 FKIP Universitas Lampung

sekaligus Penguji II

6. Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung.

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

7. Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister Teknologi

Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Penguji I.

8. Dr. Dwi Yulianti, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Akademik I.

9. Taridi, M.Pd., M.Pd.B. Selaku Pembimbing II.

10. Dr. Eng. Helmi Fitriawan, ST., M. Sc selaku validator ahli media.

11. Andreas Yogi Santoso, S. Pd., M. Pd selaku validator ahli desain.

12. Poniman, S. Pd. B., M. Pd selaku validator ahli materi.

13. Bapak dan Ibu staf administrasi Gedung N Program Pascasarjana Magister

Teknologi Pendidikan Universitas Lampung.

14. Budi Purnomo Adi, S. Pd., Kepala SD Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung.

15. Lasmiyati, S.Ag, Mallika dan Dharmasakaccha, Istri dan Anakku tercinta.

16. Para Dosen S2 Magister Teknologi Pendidikan Universitas Lampung

17. Teman-teman Teknologi Pendidikan angkatan 2017-2018 selalu

memberikan motivasi kepada penulis.

18. Almamaterku Pascasarjana Universitas Lampung.

Atas bantuan dan karma baik yang telah beliau-beliau berikan kepada penulis,

semoga memperoleh pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis

mengharapkan semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang

terhormat, dan dapat diambil manfaatnya. Sadhu...Sadhu...Sadhu.....

Bandar Lampung, ...................2019

Penulis,

SIDARTHA ADI GAUTAMA

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS

LEMBAR PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

MOTTO

SANWANCANA

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

DAFTAR TABEL........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 7

1.3 Batasan Masalah................................................................................... 8

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 9

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10

1.6.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 11

1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 11

II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 13

2.1 Belajar dan Pembelajaran ..................................................................... 13

Page 14: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

ii

2.1.1 Behavioristik ............................................................................... 18

2.1.1 Kognitif ....................................................................................... 19

2.1.3 Gestalt ......................................................................................... 20

2.1.4 Humanistik .................................................................................. 21

2.2 Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual .......................... 21

2.2.1 Teori Belajar Menurut J. Bruner ................................................ 21

2.2.2 Teori Belajar Piaget ................................................................... 23

2.3 Bahan Ajar ........................................................................................... 25

2.4 Kontekstual .......................................................................................... 27

2.5 Komponen Pembelajaran Kontekstual ................................................. 31

2.6 Media Pembelajaran ............................................................................. 34

2.6.1 Pengertian Media ....................................................................... 34

2.6.2 Fungsi Media Pembelajaran ...................................................... 35

2.6.3 Manfaat Media Pembelajaran .................................................... 38

2.6.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran ................................................ 41

2.6.5 Bahan Ajar Audio Visual .......................................................... 42

2.6.6 Prinsip-prinsip Pemilihan Media ............................................... 44

2.7 Pendidikan Agama Buddha SD ............................................................ 46

2.8 Hasil Belajar ......................................................................................... 48

2.9 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 49

2.10 Kerangka Berfikir............................................................................... 60

III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ........................ 62

3.1 Model Pengembangan .......................................................................... 62

3.1.1 Tahap Pendefinisian .................................................................. 63

3.1.2 Tahap Perancangan .................................................................... 64

3.1.3 Tahap Pengembangan ................................................................ 66

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 71

3.2.1 Waktu ....................................................................................... 71

3.2.2 Tempat Penelitian..................................................................... 71

3.2.3 Instrument Penelitian ............................................................... 71

3.2.4 Skala Penskoran Kuesioner ...................................................... 76

3.2.5 Test Formatif ............................................................................ 76

3.3 Teknik Analisis Data ............................................................................ 86

3.3.1 Teknik Analisa Data ................................................................. 77

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 80

3.3.3 Definisi Konseptual/Definisi Oprasional ................................. 81

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 84

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 84

4.1.1 Hasil Pengembangan Produk ................................................... 84

4.1.2 Efektivitas ................................................................................ 106

4.1.3 Kemenarikan ............................................................................ 107

4.2 Pembahasan efektivitas dan Kemenarikan ......................................... 108

4.3 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ......................................... 111

4.4 Kelemahan Produk Hasil Pengembangan........................................... 112

Page 15: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

iii

V KESIMPULAN ........................................................................................ 113

5.1 Simpulan ............................................................................................. 113

5.2 Implikasi ............................................................................................. 115

5.3 Saran ................................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Silabus Pendidikan Agama Buddha Kelas Satu ................................. 123

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................ 134

3. Soal Pre-test dan Post-test .................................................................. 148

4. Garis-garis Besar Isi Program Media ................................................. 151

5. Storyboard Bahan Ajar Audio Vidual Berbasis Kontekstual ............. 153

6. Surat Permohonan menjadi Validator................................................. 159

7. Penilaian Validasi Ahli Desain ........................................................... 162

8. Penilaian Validasi Ahli Media ............................................................ 167

9. Penilaian Validasi Ahli Materi ........................................................... 174

10. Analisis Data Penilaian para Ahli ....................................................... 179

11. Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 180

12. Nilai Praktek Keterampilan Peserta Didik.......................................... 182

13. Analisis Data Ujicoba Efektivitas....................................................... 184

14. Angket Uji Kemenarikan .................................................................... 187

15. Analisis Data Uji Kemenarikan .......................................................... 188

16. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...................................................... 189

Page 16: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ................. 1

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan Produk ............................... 72

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Desain ......................................................... 73

Tabel 3.3 kisi-kisi instrumen ahli media ............................................................ 74

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi ......................................................... 75

Tabel. 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemenarikan ...................................................... 75

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner (Instrumen) ...................................................... 76

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal ...................................................................................... 76

Tabel 3.8 Nilai Indeks Gain Ternormalisasi ...................................................... 79

Tabel. 3.9 Presentase dan Klasifikasi Kemenarikan .......................................... 80

Tabel 3.10 Rubrik Praktek Keterampilan Sikap Anjali ....................................... 81

Tabel 3.11 Rubrik Praktek Keterampilan Sikap Namaskhara ............................ 82

Tabel 3.12 Rubrik Praktek Keterampilan Sikap Uttana ..................................... 82

Tabel 4.1 Ketuntasan belajar rata-rata peserta didik pada

KD 4.1 berdasarkan IPK 4.1.1 ............................................................ 86

Tabel 4.2 Hasil penilaian uji validasi ahli media tahap I dan II .......................... 91

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Uji Validasi Ahli Desain Tahap I dan II ................... 92

Page 17: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

v

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Uji Validasi ahli materi tahap I dan II ...................... 94

Tabel 4.5 Presentase Penilaian uji Validasi ahli pada tahap I dan II ................. 95

Tabel 4.6 Praktek Keterampilan Anjali .............................................................. 98

Tabel 4.7 Praktek Keterampilan Namaskhaa ...................................................... 98

Tabel 4.8 Praktek Keterampilan Uttana .............................................................. 99

Tabel 4.9 Nilai pretest dan posttest uji coba kelompok besar ............................ 99

Tabel 4.10 Peningkatan nilai Pretest- Post-test .................................................. 102

Tabel 4.11 Nilai Uji Efektivitas pengguna .......................................................... 106

Tabel 4.12 Ujicoba kemenarikan pengguna bahan ajar audio visual

Berbasis kontekstual ........................................................................... 108

Page 18: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 61

Gambar 3.1 Langkah Pengembangan menurut Borg and Gall ........................... 63

Gambar 4.1 Grafik hasil ujikelompok besar Anjali, Namaskhara, Uttana.......... 102

Gambar 4.2 Peningkstsn nilsi Pretest-Post-test ................................................... 104

Gambar 4.3 Cover sebelum revisi ....................................................................... 105

Gambar 4.4 Cover sesudah revisi........................................................................ 105

Gambar 4.5 Uji Efektivitas ................................................................................. 107

Page 19: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Buddha menjadi mata pelajaran wajib untuk pembelajaran

agama Buddha Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung. Pada

tingkat kelas satu terdapat beberapa kompetensi dasar dan indikator mempunyai

permasalahan utama yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran di semester

ganjil tahun pelajaran 2018/2019 adalah terdapat pada KD (Kompetensi Dasar) 4.1.

Menyajikan cara-cara menghormat, salam dan simbol-simbol agama Buddha

berdasarkan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) 4.1.1 Mendemonstrasikan

cara menghormat dengan Anjali, Namaskkhara, dan Uttana, berdasarkan Indikator

Pencapaian Kompetensi pada KD sebagai berikut;

Tabel. 1.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1

1.1 Menerima cara-cara

menghormat, salam,

dan simbol-simbol

agama Buddha.

1.1.1 Melakukan doa sebelum dan

sesudah melaksanakan kegiatan

di tempat ibadah.

2

2.1 Menunjukan

perilaku santun

setelah memahami

cara-cara

menghormat, salam

dan simbol-simbol

agama Buddha.

2.1.1 Melakukan sikap hormat kepada

orang tua, teman, guru, dan

anggota sangha.

2.1.2 Memberi sikap hormat terhadap

simbol-simbol agama Buddha.

Page 20: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

2

3

3.1 Memahami cara-cara

menghormat, salam,

dan simbol-simbol

agama Buddha.

3.1.1 Menjelaskan cara menghormat

dengan Anjali, Namaskhara,

Utthana.

3.1.2 Mencontohkan cara

menghormat dengan Anjali,

Namaskhara, Utthana.

4

4.1.Menyajikan cara-cara

menghormat, salam,

dan simbol-simbol

agama Buddha.

4.1.1 Mendemonstrasikan cara

menghormat dengan Anjali,

Namaskhara, Utthana.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Buddha pada indikator (4.1.1)

terdapat masalah yang sangat serius. Hal ini dibuktikan dengan beberapa

fenomena antara lain sebagai berikut; (1) Peserta didik tidak tertarik dengan cara

mengajar yang tidak menggunakan media pembelajaran, (2) Pembelajaran

berlangsung tidak kondusif dibuktikan dengan 3 orang peserta didik yang tidak

memperhatikan yang dijelaskan oleh guru, (3) Pembelajaran dinilai kurang

menyenangkan karena peserta didik tidak terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, kesannya peserta didik hanya menerima apa yang diminta oleh

pendidik, (4) Ketercapaian kompetensi dasar rendah, media yang digunakan dalam

pembelajaran sebagai sumber belajar kurang variatif, (5) Bahan ajar yang

digunakan belum dirancang sesuai dengan target yang diharapkan sehingga

pembelajaran kurang maksimal dibuktikan hasil belajar yang kurang maksimal.

Tahun Pelajaran 2018/2019 di SD Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung pada

proses pembelajaran KD 4.1 Menyajikan cara-cara menghormat, salam, dan

simbol-simbol agama Buddha. Indikator pencapaian kompetensi pada KD 4.1.1

Mendemonstrasikan cara menghormat dengan Anjali, Namaskhara, dan Utthana.

Anjali mempunyai arti merangkapkan kedua telapak tangan di depan dada

Page 21: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

3

sehingga membentuk seperti kuncup bunga teratai. Namaskhara mempunyai arti

sikap menghormat dengan cara bersujud dimana saat bersujud kening, ke dua

telapak tangan, ke dua siku dan ke dua lutut harus menyentuh lantai. Uttana adalah

sikap menghormat dengan cara berdiri dan beranjali. Kegiatan pembelajaran yang

efektif dalam membentuk peserta didik agar dapat belajar mandiri tanpa

melupakan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa (Insyasiska, 2015:10).

Berdasarkan observasi oleh guru mata pelajaran terdapat masalah pada bahan ajar

yang digunakan selama ini belum dapat menstimulasi berbagai aspek kemampuan

dasar secara maksimal karena materi, indikator, dan tingkat capaian

perkembangannya tidak sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pada SD Tunas

Mekar Indonesia Bandar Lampung bahan ajar harus dipergunakan setiap kegiatan

belajar mengajar agar peserta didik tidak merasa bingung dengan penyampaian

guru pada saat pembelajaran berlangsung.

Beberapa masalah yang menjadi dasar peneliti untuk memberikan solusi sehingga

hasil belajar praktek keterampilan tentang indikator (4.1.1) dapat dilakukan

dengan benar dengan cara mengembangkan sebuah media audio visual berbasis

kontekstual. Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang

kualitas proses pembelajaran. Media juga dapat membuat pembelajaran lebih

menarik dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang sedang

berkembang saat ini adalah media audio visual (Purwono, 2014: 127-128).

Penggunaan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual dapat memberikan

solusi bagi peserta didik untuk dapat interaksi, memberikan pengalaman, dan

Page 22: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

4

daya tarik pembelajaran bagi anak usia 7 sampai 10 tahun. Pendapat peneliti

didukung oleh Philips (2013, 11) keunggulan tersebut diantaranya adalah; (1)

mixed media, mengintegrasikan berbagai media konvensional yang ada ke dalam

satu jenis media interaktif. Pembelajaran kognitif dan bahasa dalam sekolah

tentunya membutuhkan lebih dari satu media baik berupa media visual maupun

audio, dengan multimedia media-media tersebut dapat dikemas dalam satu bentuk,

(2) user control, memungkinkan pengguna untuk menelusuri materi ajar sesuai

dengan kemampuan dan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya. Peserta

didik dapat mengakses materi yang dibutuhkan dan mengolah informasi secara

mandiri, sehingga penyerapan informasi akan lebih efektif, (3) simulation and

visualization, dengan teknologi animasi, simulasi dan visualisasi pengguna akan

mendapatkan informasi yang lebih riil dan informasi yang bersifat abstrak. Bagi

peserta didik, informasi yang baru masih berupa sesuatu yang abstrak, untuk itu

diperlukan media yang dapat digunakan untuk membantu penyerapan informasi

tersebut, (4) different learning styles, multimedia mempunyai potensi untuk

mengakomodasi pengguna dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Peserta didik

memiliki gaya belajar yang berbeda. Peserta didik dengan kecenderungan gaya

belajar auditori dapat menyerap informasi apabila menggunakan media audio,

visual menggunakan gambar maupun video, kinestetik dengan gerakan.

Multimedia dapat menggabungkan media-media yang digunakan tersebut

sehingga perbedaan gaya belajar anak dapat teratasi.

Pendapat di atas didukung oleh Lasmana dan Rizal (2016: 507) mendiskripsikan

dalam hasil penelitiannya bahwa penggunaan media dapat memberikan daya tarik,

Page 23: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

5

pembelajaran yang abstrak menjadi nyata dan mudah untuk ditiru. Sesuai dengan

prinsip teori pembelajaran behavior bahwa pembelajaran anak usia 7 sampai 10

tahun dilakukan dengan cara menirukan.

Purwono dan Yutmini (2014: 135) media pembelajaran audio-visual yang

digunakan guru memiliki beberapa nilai atau manfaat antara lain; (1) menambah

kegiatan belajar peserta didik, (2) menghemat waktu belajar, (3) membantu anak-

anak yang ketinggalan dalam pelajaran, (4) memberikan situasi yang wajar untuk

belajar dengan membangkitkan ninat, perhatian, aktivitas, membaca sendiri dan

turut serta dalam berbagai kegiatan sekolah.

Berkaitan dengan dibutuhkannya alat bantu atau media pembelajaran dalam usaha

menciptakan proses belajar yang menyenangkan, menarik, interaktif dan efektif

serta membantu peserta didik dalam memahami materi ajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Atoel dalam Purwono dan Yutmini

(2014) menyatakan bahwa media audio-visual memiliki beberapa kelebihan atau

kegunaan, antara lain: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu

bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan). (2) mengatasi

keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: objek yang terlalu besar

digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model. (3) media

audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.

Menurut pendapat Thorndike (2009: 34), belajar merupakan proses interaksi

antara stimulus dan respon. Stimulus berasal dari apa yang merangsang terjadinya

Page 24: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

6

kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap

melalui alat indera, sedangkan respon merupakan reaksi yang dimunculkan oleh

peserta didik ketika belajar, yang dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan atau

tindakan.

Sependapat dengan Thorndike, Hamalik (2008: 25) menjelaskan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang

dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada peserta didik.

Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan

rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik belajar.

Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,

semester dan penyusunan persiapan mengajar berikut persiapan perangkat

kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya.

Menurut Heinich (2010: 109) rencana pembelajaran merupakan persiapan

mengajar yang berisi hal- hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan

peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain

meliputi: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi. Rencana

pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang

telah ditetapkan dalam silabus. Rencana pembelajaran merupakan rencana atau

program yang disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai

target satu kompetensi dasar.

Menganggap pentingnya pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha diharapkan akan memberikan pengaruh

Page 25: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

7

yang besar terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal. Peserta didik dengan

kemampuan tinggi dapat mempertahankan prestasinya dan yang memiliki

kemampuan rendah dapat termotivasi untuk meningkatkan semangat belajarnya.

Proses pembelajaran peserta didik akan memiliki pengalaman baru jika

dibandingkan dengan belajar menggunakan media buku. Secara konvensional

dengan menggunakan bahan ajar audio visual peserta didik di ajak untuk

mengamati dan mempraktekkan bahan ajar tersebut sebagai penunjang proses

kegiatan pembelajaran lebih menarik dan lebih efektif sehingga pemaham tentang

materi pada IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) 4.1.1 Mendemonstrasikan

cara menghormat dengan Anjali, Namaskkhara, dan Uttana dapat tercapai hasil

belajar yang sesuai dengan harapan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka peneliti menawarkan solusi

pemecahan masalah pembelajaran pendidikan agama Buddha dengan indikator

(4.1.1) dengan menawarkan inovasi pembelajaran menggunakan media audio

visual berbasis kontektual pendidikan agama Buddha.

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat di identifikasi sebagai berikut:

1.2.1 Peserta didik tidak tertarik dengan gaya mengajar guru yang hanya

menggunakan media pembelajaran monoton (media gambar).

Page 26: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

8

1.2.2 Pembelajaran berlangsung tidak kondusif dibuktikan 3 dari 5 peserta didik

sering keluar kelas dengan beraneka alasan.

1.2.3 Pembelajaran dinilai kurang menyenangkan karena peserta didik tidak

terlibat langsung dalam pembelajaran kesannya peserta didik hanya

menerima yang diminta oleh guru.

1.2.4 Pada saat praktek keterampilan sikap Anjali yang sesuai dibuktikan hanya

40% peserta didik dapat mempraktekkan Anjali.

1.2.5 Pada saat praktek keterampilan sikap Namaskhara yang sesuai dibuktikan

hanya 20% peserta didik dapat mempraktekkan Namaskhara.

1.2.6 Pada saat praktek keterampilan sikap Uttana yang sesuai dibuktikan hanya

40% peserta didik dapat mempraktekkan Uttana.

1.2.7 Ketercapaian KKM sangat rendah ditunjukan dangan hasil praktek peserta

didik.

1.2.8 Media yang digunakan dalam pembelajaran sebagai sumber belajar kurang

variatif.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi pada masalah-

masalah yang dianggap dapat ditemukan pemecahan masalah melalui pembatasan

masalah penelitian sebagai berikut;

1.3.1 Pembuatan dan pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontektual

sebagai media pembelajaran yang memanfaatkan video sebagai

sumberdaya yang ada sebagai bentuk transformasi pembelajaran

konvensional kedalam pembelajaran berbasis modern.

Page 27: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

9

1.3.2 Efektivitas proses pembelajaran dengan menggunakan produk bahan ajar

berupa audio visual berbasis kontekstual.

1.3.3 Hasil belajar peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan

menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dicari

jawabannya dalam penelitian ini adalah adalah :

1.4.1 Bagaimana potensi dan kondisi yang melandasi pengembangan bahan ajar

audio visual berbasis kontekstual pendidikan agama Buddha sebagai media

pembelajaran pada peserta didik kelas I di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung?

1.4.2 Bagaimana proses pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha?

1.4.3 Apakah efektivitas pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung?

1.4.4 Apakah kemenarikan yang dimiliki peserta didik pada proses pembelajaran

setelah menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada

mata pelajaran pendidikan agama Buddha di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung?

Page 28: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

10

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1 Mendiskripsikan kondisi dan potensi pembelajaran menggunakan bahan

ajar audio visual berbasis kontekstual pada mata pelajaran pendidikan

agama Buddha kelas 1 di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung.

1.5.2 Menghasilkan produk bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada

mata pelajaran pendidikan agama Buddha kelas 1 di Sekolah Dasar Tunas

Mekar Indonesia Bandar Lampung.

1.5.3 Menganalisis efektivitas peserta didik pada proses pembelajaran setelah

menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada mata

pelajaran pendidikan agama Buddha kelas 1 di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung.

1.5.4 Menganalisa kemenarikan peserta didik pada proses pembelajaran setelah

menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada mata

pelajaran pendidikan agama Buddha kelas 1 di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung.

1.6. Manfaat Penelitian

Pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pendidikan agama Buddha di Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Page 29: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

11

1.6.1. Manfaat Teoritis

1.6.1.1 Mengembangakan konsep, teori, prinsip dan prosedur teknologi

pendidikan khususnya mata pelajaran pendidikan agama Buddha Sekolah

Dasar.

1.6.1.2 Pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual berbasis bahan ajar

audio visual untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pendidikan

agama Buddha dapat terus diterapkan agar meningkatkan kualitas

pendidikan di Sekolah Dasar.

1.6.2. Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Peserta didik

a. Meningkatkan pemahaman dan penguasaan mengenai pendidikan

agama Buddha di Sekalah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung.

b. Bahan ajar yang dikembangkan dapat menjadikan ilmu pengetahuan

yang diperoleh lebih bermakna dan meningkatkan hasil belajar.

1.6.2.2 Bagi Pendidik

a. Pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pendidikan

agama Buddha diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam proses

Pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam penerapan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan

Page 30: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

12

efektif dan menyenangkan yang melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

c. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan model belajar

yang tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran

pendidikan agama Buddha di Sekolah Dasar.

d. Sebagai hasil belajar bagi guru guna mengembangkan kreatifitas,

inovasi pembelajaran, pengembangan berfikir ilmiah, mengembangkan

kemampuan praktek dalam bidang pendidikan, dan melatih kepekaan

terhadap permasalahan-permasalahan di dalam kelas.

1.6.2.3 Sekolah

a. Memberikan sumbangan pemikiran yang baik dalam usaha

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah Tunas Mekar Indonesia

dan upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu belajar bagi guru mata

pelajaran lain guna meningkatkan kemampuan untuk penerapan model

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan efektif dan

menyenangkan yang melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Page 31: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut

tampak dalam bentuk peningkatan percakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan (Hakim, 2005: 1). Belajar

bukan hanya menghafal atau mengingat tetapi suatu proses yang di tandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukan dalam beberapa bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya,

kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan beberapa aspek yang

ada pada individu (Sudjana, 2004: 28).

Belajar adalah suatu proses peserta didik yang harus aktif, guru hanya berperan

sebagai fasilitator. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan

bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik

sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-

masing individu (Budiningsih, 2004: 10). Peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan

kuantitas kemampuan orang itu di dalam berbagai bidang. Meskipun seseorang

Page 32: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

14

mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih sikap yang tepat untuk

merealisasi tujuan itu, akan tetapi tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan itu

sangat dipengaruhi dengan situasi belajar. Setiap situasi dimana dan kapan saja

memberikan kesempatan belajar kepada seseorang.

Pendapat di atas berhubungan dengan pendapat Daryanto (2013: 2) yang

mengungkapkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku

sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan prilaku tersebut

mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya yang

dapat maupun tidak dapat diamati.

Salah satu teori yang terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme

adalah perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa di sebut teori berkembangan

intelektual atau perkembangan kognitif. Teori tersebut berkenaan dengan kesiapan

anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir

hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi

dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Sebagai contoh

pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan Ruseffendi

dalam Pranita (2010: 32).

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari pikiran guru kepikiran peserta didik. Peserta didik harus aktif secara

mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif

yang dimilikinya. Peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap

Page 33: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

15

diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Tasker

dalam Pranita (2010: 30) bahwa ada tiga penekanan dalam teori belajar

konstruktivisme, (1) peran aktif peserta didik dalam mengontruksi pengetahuan

secara bermakna, (2) pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam

pengkontruksian secara bermakna, (3) mengaitkan antara gagasan dengan informasi

baru yang diterima. Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar

konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam

mengorganisasikan pengalaman mereka dan bukan kepatuhan peserta didik dalam

refleksi atas apa yang telah diperintahkan atau dilakukan oleh guru. Dalam hal ini,

peserta didik lebih diutamakan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka

melalui asimilasi dan akomodasi.

Menurut Suprijono (2010: 30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan

adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan

belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek, (2)

subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk

pengetahuan, (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang.

Menurut Herpratiwi (2009) mengidentifikasikan bahwa teori belajar

konstruktivisme bahwa peristiwa pembelajaran pada dasarnya tidak lagi seperti

konsep terdahulu seorang pendidik mentransfer pengetahuan kepada peserta didik

menemukan sebuah permasalahan dan tujuan setiap materi pembelajaran. Artinya

pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses

Page 34: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

16

yang berkembang terus menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang sangat

menentukan dalam mengembangkan pengetahuanya.

Penjelasan tersebut didukung oleh Qiong (2012: 197), ada beberapa kemampuan

yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan yaitu: kemampuan mengingat

dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan dan

mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, kemampuan untuk menyukai

suatu pengalaman yang satu daripada yang lainnya. Pembentukan pengetahuan

menurut konstruktivisme memandang subyek untuk aktif dalam proses

pembentukan kognitif dan keterampilan belajar saat pembelajar berinteraksi dengan

lingkungan belajar.

Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003:

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan

pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Seperti kurikulum pendidikan agama Buddha yang diterapkan di Sekolah Dasar

Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung pada KD (Kompetensi Dasar) 4.1.

Page 35: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

17

Menyajikan cara-cara menghormat, salam dan simbol-simbol agama Buddha

berdasarkan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi). 4.1.1 Mendemonstrasikan

cara menghormat dengan Anjali, Namaskkhara, dan Uttana. Pendidik dituntut

meningkakan kreativitas dalam mengembangkan bahan ajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan

sengaja memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu

tujuan yang tercapainya tujuan kurikulum. Pembelajaran dilukiskan sebagai

“upaya orang yang bertujuan membantu orang belajar” artinya, pembelajaran bukan

sekedar mengajar, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang bisa

berpengaruh secara langsung pada belajar.

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dan intruksional untuk

membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar Dimyati dan Mudjiono (1996: 297). Penyediaan bahan ajar yang

dibuat peneliti pada Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung

membuat peserta didik mampu mempratekkan dan timbul pemahaman tentang

materi pada Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK). 4.1.1 Mendemonstrasikan

cara menghormat dengan Anjali, Namaskkhara, dan Uttana.

Hamalik (1995: 67), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam

sistem pembelajaran terdiri dari peserta didik, guru, serta tenaga lainnya seperti

tenaga administrasi dan laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan

Page 36: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

18

penghapus, fotografi, slide dan film, audio dan video. Fasilitas dan perlengkapan

terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar dan ujian.

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru

dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan

rencana yang telah dibuat. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan

atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk

kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya,

atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu (Mulyana. 2005: 59).

Pengertian pembelajaran secara khusus diuraikan sebagai berikut:

2.1.1 Behavioristik

Teori belajar Behavioristik dikembangkan oleh berapa ahli diantaranya adalah Ivan

P. Pavlov, Edward Lee Thorndike, Edwin Guthrie, Watson, Skiner, Robert Gagne,

dan Albert Bandura. Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses

interprestasi antara stimulus (berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons

(bisa juga berupa pikiran, perasaan,atau gerakan). Hukum belajar menurut Torndike

meliputi: 1) hukum kesiapan (law of readines), 2) hukum latihan (law of exercise),

3) hukum akibat (law of effect), serta tiga hukum tambahan yaitu : 1) hukum reaksi

bervariasi (law of multiple respons), 2) hukum sikap (law attitude), dan 3)

hukum aktifitas (law of partial activity). Sependapat dengan hal tersebut,

Herpratiwi (2009:3-4) mengemukakan bahwa teori Behaviorisme menekankan

pada perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Teori Behaviouristik menerapkan

Page 37: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

19

prinsip penguatan stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk

melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan

tersebut terbagi dalam penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif

sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku,

sementara penguatan negatif dapat mengakibatkan prilaku berkurang dan

menghilang. Inti dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar

Behavioristik lebih menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

interaksi antara stimulus dan respon. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada

stimulus yang diberikan lingkungannya. Aplikasi dalam teori belajar Behavioristik

adalah: 1) mementingkan bagian-bagian (elementalistik), 2) mementingkan

peranan reaksi, 3) mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui

prosedural stimulus respon, 4) mementingkan peranan kemampuan yang sudah

terbentuk sebelumnya, 5) mementingkan pembentukan kebiasaan melalui

latihan pengulangan, 6) hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang

diinginkan. (Herpratiwi, 2009:18)

2.1.2 Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan

ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan. Dalam proses pembelajaran tugas

pendidik adalah memberikan fasiltas berupa sumber belajar baik berupa media

printed book dan video atau kombinasi semua media untuk memperjelaskan pesan

atau isi materi dalam satu pertemuan (topik) yang hendak dicapai. Menurut Jean

Piaget (dalam Herpratiwi 2009: 79) bahwa proses belajar terdiri dari empat

tahapan, yaitu; (1) Skema adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang

Page 38: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

20

beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dan interaksinya dengan

lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk

mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. (2) Asimilasi

yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang

sudah ada dalam benak peserta didik. Contoh, bagi peserta didik yang sudah

mengetahui prinsip penjumlahan, jika dosennya memperkenalkan prinsip

perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah

ada dalam benak peserta didik), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru)

itu yang disebut asimilasi. (3) Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke

dalam situasi yang baru. Contoh, jika peserta diberi soal perkalian, maka berarti

pemakaian (aplikasi) perinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan

spesifik itu yang disebut akomodasi. (4) Penyeimbangan (equilibrasi) yaitu

penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar

peserta didik tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang

bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses

penyeimbangan antara dunia dalam dan dunia luar.

2.1.3 Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran

sedemikian rupa sehingga peserta didik lebih mudah mengorganisasikannya

(mengaturnya) menjadi suatu pola gestalt (pola bermakna). Pembelajaran

bermakna akan terwujud jika orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian

prestasi akademik, melainkan diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat

belajar serta potensi dasar peserta didik. (Amin Abdulah, 2016: 119)

Page 39: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

21

2.1.4 Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih

bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya

(Darsono, 2000: 24).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

proses interaksi antara guru dengan peserta didik yang ditujukan untuk melakukan

perubahan sikap dan pola pikir peserta didik kearah yang lebih baik untuk

mencapai hasil belajar yang optimal.

2.2 Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual

2.2.1 Teori belajar menurut J. Bruner

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli

psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.

Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, hasil

belajar, belajar dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia

sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.

Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu

memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai

konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan

orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang

dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Page 40: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

22

Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh

bertambahnya ketidak tergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu

tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa

menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu

menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada

dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

Belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang

diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer

yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan

berpikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk

menemukan dan memecahkan masalah.

Bruner dalam Komalasari (2015: 21) perkembangan kognitif seseorang melalui

tiga tahap yang ditentukan oleh cara melihat lingkungannya yaitu;

1) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk

memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya

anak menggunakan pengetahuan motoriknya.

2) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia

sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan

perbandingan (komparasi)

Page 41: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

23

3) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak

yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.

Berdasarkan pemamparan teori belajar menurut J. Bruner di atas kaitannya dengan

pengembangan bahan ajar audio visual berbasis Kontekstual yaitu bahwa Bruner

menganggap, proses belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh

informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan

pengetahuan. Sehingga teori tersebut yang mendukung pengembangan kaitannya

dengan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual yaitu pendidikan agama

Buddha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.2.2 Teori belajar Piaget

Piaget dalam teorinya memandang anak sebagai individu (pembelajar) yang aktif.

Perhatian utama Piaget tertuju kepada bagaimana anak-anak dapat mengambil

peran dalam lingkungannya dan bagaimana lingkungan sekitar berpengaruh pada

perkembangan mentalnya. Piaget (Helena, 2004), anak senantiasa berinteraksi

dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang

dihadapinya di lingkungan itu.

Seperti permasalahan yang dihadapi peserta didik agama Buddha kelas 1 Sekolah

Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung yang belum bisa mempraktekkan

sikap menghormat yang benar dlam agama Buddha. Peserta didik berusaha

mencari tahu tata cara menghormat yang benar akan tetapi hasil belum maksimal,

oleh sebab itu pendidik mencari solusi dengan melakukan pengembangan bahan

Page 42: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

24

ajar audio visual berbasis kontekstual untuk membantu peserta didik mengatasi

masalahnya.

Melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah itulah

pembelajaran terjadi. Piaget tidak memberikan penekanan terhadap pentingnya

bahasa dalam perkembangan kognitif anak. Bagi Piaget bukan perkembangan

bahasa pertama yang paling fundamental dalam perkembangan kognitif melainkan

aktivitas atau action. Menurut pandangan Piaget, pikiran anak berkembang

perlahan-lahan seiring dengan pertumbuhan pengetahuan dan keterampilan

intelektualnya hingga sampai ke tahap berpikir logis dan formal. Akan tetapi,

pertumbuhan ditandai dengan perubahan-perubahan mendasar tertentu yang

menyebabkan anak mampu melampaui serangkaian tahapan yang dimaksud.

Pada setiap tahap, anak mampu berpikir memikirkan hal-hal tertentu, tetapi tidak

atau belum mampu memikirkan hal-hal yang lain. Proses belajar akan terjadi jika

mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan).

Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru

ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi

merupakan proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi baru, sedangkan

proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi (Komalasari, 2015:20).

Berdasarkan pemaparan teori belajar Peaget di atas, kaitanya dengan

pengembangan media pembelajaran audio visual yang dimodifikasi dengan model

Page 43: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

25

pembelajaran kontekstual yaitu bahwa anak senantiasa berinteraksi dengan

sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di

lingkungan itu. Melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah

itulah pembelajaran terjadi. Sehingga teori tersebut yang mendukung

pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pendidikan agama

Buddha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.3 Bahan Ajar

Depdiknas (2006:4) mendefinisikan bahan ajar atau materi pembelajaran secara

garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang harus dipelajari

peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi

pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain

secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai kompetensi dan

subkompetensi dan segala kompleksinya (Lestari, 2013:1).

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013: 29-32). Pengertian

ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan

kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan

menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya

Page 44: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

26

adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan

topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat, 2011: 56-58). Melihat penjelasan di atas,

dapat kita ketahui bahwa peran seorang pendidik dalam merancang ataupun

menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan

pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai

segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan. peserta

didik dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku.

Dengan adanya bahan ajar, pendidik akan lebih runtut dalam mengajarkan materi

kepada peserta didik dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan

sebelumnya.

Prastowo (2012:17) bahan ajar pada dasarnya merupakan segala bahan (baik

informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan

sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam

proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran. Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang

pendidik dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan

keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar

dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis

yang memungkinkan. peserta didik dapat belajar secara mandiri dan dirancang

sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, pendidik akan lebih

runtut dalam mengajarkan materi kepada peserta didik dan tercapai semua

kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 45: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

27

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

ketercapaian kompetensi pembelajaran ditentukan dengan adanya bahan ajar yang

berisi seperangkat materi pembelajaran, metode dengan menggunakan teknologi

yang didesain secara sistematis dan menarik sehingga memberi dampak

pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap kepada peserta didik.

2.4 Kontekstual

Kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses

keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga

mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka

(Sanjaya, 2015. 210). Pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran

dimana peserta didik saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi

kekurangan serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

peserta didik dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pendekatan

kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk

mengkaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata peserta didik yang dapat

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari

dengan penerapannya dalam kehidupan para peserta didik sebagai anggota

keluarga dan masyarakat (Sardirman, 2007).

Menurut Johnson dalam Rusman, 2016: 187 pembelajaran kontekstual adalah

sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang

mewujudkan makna. Lebih lanjut Eline mengatakan bahwa pembelajaran

Page 46: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

28

kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks

dari kehidupan sehari- hari siswa.

Kaitannya dengan mata pelajaran pendidikan agama Buddha dalam penelitian ini

yaitu dimana peserta didik secara langsung mengalami serta bekerja sama sehingga

proses pembelajaran akan lebih bermakna dan peserta didik paham dengan apa yang

telah dilakukannya setelah ia belajar, serta memberikan kesempatan kepada peserta

didik dalam mengembangkan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah.

Menurut Ekawatiningsih (2016: 69) pendekatan kontekstual merupakan konsep

belajar yang membantu guru atau dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang

menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait

dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan

terjadi di sekelilingnya. Toharudin (dalam Ekawatiningsih, 2016: 69) menjelaskan

pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu

pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-

masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Selaras dengan pendapat

Sulistiyono (2010) pembelajaran kontekstual merupakan sebuah konsep kegiatan

Page 47: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

29

belajar yang memberikan kemudahan guru mengaitkan muatan materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik yang pada akhirnya mendorong

peserta didik untuk membuat sebuah hubungan pengetahuan yang dimilikinya

dengan implementasi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai anggota

keluarga serta masyarakat. Pada pembelajaran kontekstual peserta didik dipandang

sebagai individu yang berkembang mencari keterkaitan suatu perihal yang baru

didapatkannya maupun suatu hal yang belum diketahuinya.

Kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar

lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih

bermakna jika anak “bekerja” dan “mengalami sendiri apa yang dipelajarinya,

bukan sekedar “mengetahuinya”. Seperti pada materi cara- cara menghormat

dalam agama Buddha, perta didik dituntut mmiliki keterampilan untuk

mendemonstrasikan cara- cara menghormat dengan benar, sehingga dapat

mempraktikkan dalam kehidupan sehari- hari Pembelajaran tidak hanya sekedar

kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik, tetapi bagaimana

peserta didik mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Menurut Sagala (2012: 87)

kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran kontekstual adalah

pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata peserta didik itu sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,

Page 48: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

30

sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna

materi tersebut bagi kehidupannya. (Komalasari, 2015: 7).

Pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi peserta didik dalam

menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui

pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Peserta didik benar-benar

mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi

sendiri. Dengan demikian, peserta didik akan lebih produktif dan inovatif.

Pembelajaran kontekstual akan mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif

adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik

secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar

yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan keterangan di atas dapat di analisis bahwa, proses pembelajaran akan

lebih bermakna apabila peserta didik memiliki rasa ingin tahu sehingga peserta didik

akan terdorong menemukan jawaban serta mencari pemecahan masalah dan peserta

didik akan dapat mengembangkan pengetahuan barunya dengan sendirinya.

Kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini peserta didik

secara langsung mengalami atau menemukan sendiri masalah serta

pemecahannya, karena pembelajaran agama Buddha bukan hanya mendengar,

melihat, menulis, tetapi lebih dari itu yakni dengan cara mengkonstuksi

pengetahuan dengan pengalaman yang mereka miliki. Sehingga dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 49: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

31

2.5 Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.

Menurut Sagala (2010: 120) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran

kontekstual sebagai berikut: 1) mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik

akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2)

melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiry untuk semua pokok bahasan. 3)

mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik dengan bertanya. 4) menciptakan

masyarakat belajar. 5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6)

melakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) melakukan penilaian yang sebenarnya

dengan berbagai cara. Dari pendapat tersebut pembelajaran kontekstual merupakan

suatu proses pembelajaran yang bertujuan memotivasi peserta didik untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi

tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual yaitu:

konstruktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan

penilaian nyata (Sanjaya. 2015: 118). Rusman (2016: 193-197) berpendapat yang

sama yaitu model pembelajaran kontekstual memiliki 7 komponen dalam

pembelajaran yaitu Konstruktivisme (Constructivism), Menemukan (Inquiry),

Bertanya (questioning), Masyarakat Belajar (learning community), Pemodelan

(modelling), Refleksi (reflection), Penilaian Autentik (authentic assessment).

Page 50: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

32

Konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan peserta didik dari

pengalamannya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme merupakan

landasan berfikir dalam pembelajaran konstekstual yaitu pengetahuan dibangun

oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas. Selain konstrukstivisme ada juga inquiry atau menemukan. Dalam inkuiry

peserta didik melakukan proses pembentukan dan pencarian suatu pengetahuan atau

konsep oleh peserta didik sendiri, sehingga guru harus merancang pembelajaran

yang mengutamakan pada keaktifan peserta didik. Melalui upaya menemukan

akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta

kemampuan-kemampuan yang diperlukan hanya merupakan hasil dari mengingat

fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

Dalam pembelajaran bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan

setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan

seseorang dalam berpikir. Jadi melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih

hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan

mendalam, semakin banyak ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak

terpikirkan baik oleh guru maupun peserta didik. Selain itu pembelajaran

kontekstual proses peserta didik memperoleh pemahaman dibantu oleh adanya

interaksi siswa dengan lingkungannya. Guru hanya memfasilitasi dengan cara

membentuk peserta didik menjadi kelompok-kelompok dan kemampuan peserta

didik dalam satu kelompok bermacam-macam sehingga diharapkan akan muncul

interaksi antar peserta didik. Masyarakat belajar atau kelompok belajar memiliki

Page 51: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

33

manfaat membiasakan peserta didik untuk melakukan kerja sama dan

memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya setiap hari.

Dalam pembelajaran kontekstual pemodelan berarti dalam proses pembelajaran

harus ada contoh, yang dalam pembelajaran kontekstual tidak harus selalu dilakukan

oleh guru namun bisa juga oleh siswa sendiri ataupun media yang sesuai dengan

konten materi yang disampaikan oleh guru. Peserta didik menjadi model yang

memodelkan sesuatu berdasarkan pengalamannya. Tahap pembuatan model dapat

dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar peserta didik dapat

memenuhi harapan secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang

dimiliki oleh para guru. Sehingga akan meringankan tugas guru dalam proses

pembelajaran. Setiap akhir kegiatan pembelajaran kontekstual guru memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengingat kembali yang telah dipelajarinya

dengan menafsirkan pengalamannya sendiri sehingga peserta didik dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Refleksi adalah cara berfikir tentang

apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan refleksi akan lebih tertanam

pada diri peserta didik.

Pada pembelajaran kontekstual diakhiri dengan guru melakukan penilaian

terhadap keadaan nyata dari perkembangan peserta didik sehingga penilaian lebih

menitik beratkan pada saat proses pembelajaran bukan dari hasil belajar saja.

Penilaian sebenarnya adalah proses mengumpulkan berbagai data dan informasi

yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar

Page 52: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

34

peserta didik, sehingga peserta didik yang aktif akan merasa tidak dirugikan pada

pembelajaran ini.

Pendekatan kontekstual seorang guru harus memperhatikan aspek-aspek seperti

teori konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi dan penilaian yang autentik. Dalam pembelajaran konstekstual peserta didik

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman.

Kemudian peserta didik melakukan proses pembentukan dan pencarian suatu

pengetahuan atau konsep, dilanjutkan dengan penerapan bertanya, sehingga

pembelajaran akan lebih hidup. Peserta didik di biasakan untuk melakukan kerja

sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Diharapkan

akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam. Jadi

pembelajaran konstekstual tidak sekedar melihat dari isi produk akan tetapi yang

terpenting adalah prosesnya.

2.6 Media Pembelajaran

2.6.1 Pengertian Media

Kata Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media itu

merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar, terungkap antara lain

dari pendapat ahli seperti berikut:

a) Information carrying technologies that can be used gfor instruction....The

media of instruction, consequntly are extensions of the reacher. (Wilbur

Schramm, 1977).

Page 53: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

35

b) Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying

technology (NEA, 1969).

c) The physical means of conveyin instructional content...books, films,

videotapes, slide-tipes, etc. (Leslie J. Briggs., 1977).

Dari ke tiga pendapat dapat disimpulkan; a) media merupakan wadah dari pesan

yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau

penerima pesan tersebut, (b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan

pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses

belajar. Jika media tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur

pesan yang diharapkan maka ia tidak efektif dan tidak mampu mengkomunikasikan

isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada sasaran yang ingin

dicapainya. Oleh sebab itu dalam mendesain pesan untuk suatu media, harus

diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik dari sasaran atau penerima pesan (umur, latar

belakang sosial budaya, pendidikan, dan sebagainya) dan kondisi belajar, yaitu

faktor-faktor yang dapat merangsang atau mempengaruhi timbulnya kegiatan

belajar mengajar.

2.6.2 Fungsi Media Pembelajaran

Sudrajat (dalam Putri, 2011: 20) mengemukakan fungsi media diantaranya yaitu;

a) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh para peserta didik.

b) media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

Page 54: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

36

c) media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta

didik dengan lingkungan.

d) media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit , dan realistis.

f) media membangkitkan hasil belajar dan merangsang anak untuk belajar.

g) media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

kongkrit sampai dengan abstrak.

Fungsi media yang dipaparkan oleh Sudrajat tersebut dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran berfungsi untuk membantu mengatasi hambatan yang terjadi

saat pembelajaran di dalam kelas, seperti yang terjadi pada peserta didik di Sekolah

Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung yang belum mengetahui tata cara

sikap menghormat yang benar sesuai dengan agama Buddha dan dibutuhkan media

audio visual untuk meningkatkan hasil beajar peserta didik.

Hamalik (dalam Arsyad, 2002: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan hasil belajar dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat

membantu keefektifan proses pembalajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan hasil belajar dan minat peserta

didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik menigkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

Page 55: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

37

penafsiran data dan memadatkan informasi. Paparan fungsi media pengajaran

Hamalik di atas menekankan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam

kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar dan keinginan belajar

peserta didik serta peserta didik dapat tertarik dan lebih mudah memahami materi

yang disampaikan.

Derek Rowntree (Rohani, 1997: 7-8) memaparkan media pembelajaran

berfungsi membangkitkan hasil belajar belajar, mengulang apa yang telah

dipelajari, menyediakan stimulus belajar, mengaktifkan respon peserta didik,

memberikan balikan dengan segera dan menggalakkan latihan yang serasi.

Pendapat Derek Rowntree di atas tentang fungsi media pembelajaran dapat

diketahui bahwa media pembelajaran memiliki fungsi untuk meningkatkan

keinginan dan memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk belajar. Maka

penulis melakukan pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual

guna memberikan rangsangan (stimulus) kepada peserta didik sehingga

meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha.

Media pengajaran, menurut Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2002: 20-21) dapat

memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,

kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

a) menghasil belajar minat dan tindakan adalah melahirkan minat dan

merangsang para peserta didik atau pendengar untuk bertindak.

Page 56: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

38

b) menyajikan informasi berfungsi sebagai pengantar ringkasan laporan, atau

pengetahuan latar belakang.

c) memberi instruksi dimana informasi yang terdapat dalam bentuk atau

mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran

dapat terjadi.

Pendapat Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2002: 20-21) tentang fungsi media

pengajaran menekankan bahwa media pengajaran dapat memberikan hasil belajar

dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan informasi, memberikan

instruksi untuk menarik peserta didik agar bertindak dalam suatu aktivitas. Hal ini

terjadi pada peserta didik agama Buddha di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia

Bandar Lampung yang ketika diberikan bahan ajar audio visual mereka tertarik

dan dapat memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan beberapa paparan

fungsi media di atas, dapat disimpulkan bahwa media dapat meningkatkan hasil

belajar, rangsangan dan mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang

disampaikan.

2.6.3 Manfaat Media Pembelajaran

Brown (1983:17) menyatakan bahwa “educational media of all types incresaingly

important roles in enabling students to reap benefits from individualized

Learning”, semua jenis media pembelajaran akan terus meningkatkan peran untuk

memungkinkan peserta didik memperoleh manfaat dari pembelajaran yang berbeda.

Menggunakan media pembelajaran secara efektif, akan menciptakan suatu proses

belajar mengajar yang optimal. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media

Page 57: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

39

pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dari proses pembelajaran.

Media pembelajaran memberikan manfaat dari pendidik maupun peserta didik.

Arsyad (2002: 26) mengemukakan manfaat media media pengajaran dalam

proses belajar mengajar sebagai berikut:

a) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan hasil belajar belajar, interaksi yang lebih

langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, dan memungkinkan

peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan

minatnya.

c) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, serta waktu.

d) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta

didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

Pendapat Arsyad tentang manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran dapat membantu proses belajar mengajar.

Penyampaian pesan dan isi pelajaran dapat diterima baik oleh peserta didik,

Menurut Latuheru (1988: 23) manfaat media pembelajaran yaitu:

a) media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian anak-anak didik

terhadap materi pengajaran yang disajikan.

b) media pembelajaran mengurangi, bahkan dapat menghilangkan adanya

verbalisme.

Page 58: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

40

c) media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan

latar belakang sosial ekonomi dari anak didik.

d) media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit

diperoleh dengan cara yang lain.

e) media pembelajaran dapat mengatasi masalah batas-batas ruang dan waktu.

f) media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik

secara teratur tentang hal yang mereka alami.

g) media pembelajaran dapat membantu anak didik dalam mengatasi hal yang

sulit nampak dengan mata.

h) media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berusaha sendiri

berdasarkan pengalaman dan kenyataan.

i) media pembelajaran dapat mengatasi hal/peristiwa/kejadian yang sulit

diikuti oleh indera mata.

j) media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung antara anak

didik, guru, dengan masyarakat, maupun dengan lingkungan alam di sekitar

mereka.

Paparan tentang manfaat media oleh Latuheru dapat disimpulakan bahwa media

bermanfaat untuk mengatasi permasalan yang dialami guru dan peserta didik

dalam pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa

memanfaatkan media pembelajaran adalah membantu dalam penyampaian bahan

pengajaran kepada peserta didik untuk meningkatkan kualitas peserta didik yang

aktif dan interaktif sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran

di sekolah. Sedangkan manfaat media yang dibuat oleh penulis adalah untuk

Page 59: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

41

efektivitas, kemenarikan, meningkatkan keaktifan peserta didik dan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.6.4 Jenis-jenis Media

Media pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk (dalam Arsyad, 2002: 79-

101) adalah sebagai berikut; a) media berbasis manusia, b) media berbasis manusia

merupakan media yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan peran

atau informasi, c) media berbasis cetakan, d) media pembelajaran berbasis cetakan

yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau

latihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas, e) media berbasis visual, f) media

berbasis visual (image) dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam

proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat

ingatan, visual dapat pula menumbuhkan minat peserta didik dan dapat memberikan

hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata, g) media berbasis audio

visual, h) media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan

pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang

diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard

yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian, i) media

berbasis kontekstual.

Jenis-jenis media menurut Bretz (dalam Widyastuti dan Nurhidayati, 2010: 17-18)

mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok yaitu:

a) Media audio, seperti: siaran berita dalam radio, sandiwara bahasa Jawa

dalam radio, tape recorder beserta pita audio berbahasa Jawa.

Page 60: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

42

b) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

c) Media visual diam, seperti: foto, slide, gambar.

d) Media visual gerak, seperti: film bisu, movie maker tanpa suara, video tanpa

suara.

e) Media audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara.

f) Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, slide rangkai suara.

g) Media audio visual gerak, seperti: film dokumenter tentang kesenian Jawa

atau seni pertunjukan tradisional, video kethoprak, video wayang, video

campur sari.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas mengenai jenis-jenis media pengajaran

maka dapat disimpulkan bahwa media dapat dikategorikan menjadi tujuh jenis

media yaitu media audio, media visual, media audio visual dan multimedia.

Sedangkan media yang digunakan penulis dalam pengembangan bahan ajar

termasuk kategori media audio visual gerak.

2.6.5 Bahan Ajar Audio Visual

Pengertian media pembelajaran audio visual terbagi menjadi dua yaitu media

pembelajaran dan media audio visual. Menurut Sadiman (2004:6) mengenai media

pembelajaran yaitu bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga

proses belajar terjadi”. Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa media

pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang dapat menyajikan pesan

Page 61: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

43

serta merangsang peserta didik untuk belajar dan berfungsi untuk menyampaikan

pesan pembelajaran.

Media visual yaitu jenis media yang digunakan dengan hanya mengandalkan

indera penglihatan dari peserta didik, media audio yaitu jenis media yang

digunakan dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik, media

audio-visual yaitu jenis media yang digunakan dengan melibatkan pendengaran

dan penglihatan sekaligus dalam satu proses kegiatan, dan multimedia yaitu

media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi

dalam suatu kegiatan pembelajaran. (Muslim, 2016: 1.936)

Menurut Rohani (1997) mengenai media audio visual yaitu bahwa “audio visual

adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman

(kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan

didengar”. Berdasarkan pendapat Rohani ini, media audio visual diartikan sebagai

media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan

pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat peserta didik

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Oleh sebab itu peneliti

mengembangkan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada materi cara-cara

menghormat dalam agama Buddha kelas 1 di sekolah dasar Tunas Mekar Indonesia

Bandar Lampung sehingga peserta didik mampu memiliki pemahaman dan

keterampilan.

Page 62: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

44

Kegunaan atau manfaat media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran

adalah bahwa dengan adanya media ini guru dan peserta didik terbantu dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya media ini guru dimudahkan dalam penyampaian

informasi kepada peserta didik dan peserta didik dimudahkan dalam memahami

maupun mengkolaborasi konsep yang diberikan guru. Adanya unsur audio dan

visual inilah yang mendukung terciptanya tujuan pembelajaran tersebut.

2.6.6 Prinsip-Prinsip Pemilihan Media

Menghasilkan suatu produk media pembelajaran yang baik maka diperlukan

prinsip dalam pemilihan media. Setyosari (2008: 22) mengidentifikasi prinsip-

prinsip media sebagai berikut;

a) identifikasi ciri-ciri media yang diperhatikan sesuai dengan kondisi, unjuk

kerja (performance) atau tingkat setiap tujuan pembelajaran,

b) identifikasi karateristik peserta didik (pembelajar) yang memerlukan media

pembelajaran khusus,

c) identifikasi karakteristik lingkungan belajar berkenaan dengan media

pembelajar yang akan digunakan,

d) identifikasi pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana yang

mudah dilaksanakan,

e) identifikasi faktor ekonomi dan organisasi yang menentukan kemudahan

penggunaan media pembelajaran.

Page 63: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

45

Menggunakan media harus memperhatikan prinsip pemilihan media terlebih

dahulu. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran menurut Saud

(2009: 97) adalah sebagai berikut;

a) tepat guna, artinya media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan

kompetensi dasar,

b) berdaya guna, artinya media pembelajaran yang digunakan mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik,

c) bervariasi, artinya media pembelajaran yang digunakan mampu mendorong

sikap aktif peserta didik dalam belajar.

Prinsip-prinsip media yang dipaparkan oleh Saud tersebut mengidentifikasikan

bahwa media yang tepat guna, berdaya guna, dan bervariasi dapat menjadi suatu

media pembelajaran yang baik. Isi media yang dirancang sesuai dengan desain

pembelajaran dapat menjadikan media berkualitas. Media yang berkualitas akan

menumbuhkan ketertarikan bagi peserta didik untuk belajar menggunakan media.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

pemilihan media harus diperhatikan dengan baik, sehingga dapat menghasilkan

suatu media pembelajaran yang menarik dengan materi yang tepat. Belajar

menggunakan media pembelajaran menjadi optimal. Media pembelajaran yang

baik adalah media pembelajaran yang mampu membantu peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Seperti pada materi cara-cara menghormat dalam

agama Buddha kelas 1 di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung,

media yang paling tepat adalah audio visual berbasis kontekstual di mana peserta

Page 64: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

46

didik setelah melihat video mampu mempraktekkan cara-cara menghormat dengan

benar. Prinsip-prinsip pembuatan media harus memperhatikan beberap faktor.

Faktor yang diperhatikan (1) perangkat pembelajaran, (2) lingkungan belajar, (3)

tempat belajar, (4) ekonomi sosial budaya.

2.7 Pendidikan Agama Buddha SD

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting

bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap

pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik

pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Mukti (2006: 304-311) Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk

peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia

mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan

Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi

spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi

yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan.

Page 65: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

47

Pendidikan Agama Buddha adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik

untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama

Buddha.

Kurikulum pendidikan agama Buddha mengacu pada kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi secara

nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam

mengembangkan kurikulum pendidikan agama Buddha sesuai dengan kebutuhan

daerah atau pun sekolah. Seperti di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha mengunakan kurikulum

2013 yang di sesuaikan dengan pengembangan kurikulum terbaru.

Pendidikan Agama Buddha bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut; (1) mengembangkan keyakinan (Saddha) dan ketaqwaan (Bhakti)

kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, para Bodhisattva dan Mahasattva, (2)

mengembangkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia melalui peningkatan

pelaksanaan moral (Sila), meditasi (Samadhi) dan kebijaksanaan (Panna) sesuai

dengan Buddha Dharma (Agama Buddha), (3) mengembangkan manusia

Indonesia yang memahami, menghayati, dan mengamalkan atau menerapkan

Dharma sesuai dengan Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci

Tipitaka/Tripitaka sehingga menjadi manusia yang bertanggung jawab sesuai

Page 66: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

48

dengan prinsip Dharma dalam kehidupan sehari-hari, (4) memahami agama

Buddha dan sejarah perkembangannya di Indonesia.

Ruang lingkup pendidikan agama Buddha meliputi aspek-aspek sebagai berikut;

(1) sejarah, (1) keyakinan (Saddha), (3) perilaku/moral (Sila), (4) Kitab Suci

Agama Buddha Tripitaka (Tipitaka), (5) meditasi (Samadhi), (6) kebijaksanaan

(Panna).

2.8 Hasil Belajar

Purwanto (dalam Adi Wibawa, 2018: 50) hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku akibat belajar. Perubahan tingkah laku disebabkan karena mencapai

penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses pembelajaran.

Pencapaian itu atas tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil itu dapat

berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri

siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Slameto

(dalam Adi Wibawa, 2018: 50-51) mengungkapkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 golongan

yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu

(intern), yang meliputi a) faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran

dan penglihatan, b) faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi

serta perhatian ingatan berfikir, c) faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani

dan rohani. (2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor

Page 67: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

49

ekstern, yang meliputi a) faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan terutama, b) faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,

kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin

di sekolah, c) faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru yang profesional memiliki

kemampuan- kemampuan tertentu. Keberhasilan siswa dalam belajar akan banyak

dipengaruhi oleh kemampuan-kemapuan guru yang profesional. Guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai

dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar

mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.

2.9 Hasil Penelitian yang Relevan

Adanya keterikatan antara pengembangan bahan ajar audi visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha dalam rangka membuat produk audio visual

yang efektif, efisien dan menarik guna menunjang proses pembelajaran agar peserta

didik mampu mencapai kompetensi pembelajarannya adalah berdasarkan beberapa

peneliti yang pernah dilakukan, diantaranya:

1) Berdasarkan hasil penelitian dari Sofyan mustoip, Dadang kurnia dan Prana

dwija iswara (2016) mengenai Penerapan model pembelajaran kontekstual

berbantuan media audio visual kenampakan alam (asal kelam) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam di Indonesia

dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan Hasil belajar siswa pada materi

kenampakan alam di Indonesia menerapkan model pembelajaran kontekstual

berbantuan media audio visual kenampakan alam mengalami kenaikan dalam

Page 68: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

50

setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa yang tuntas berjumlah 11 orang atau

47,82%, sedangkan siklus II siswa yang tuntas berjumlah 22 orang atau 95,65%,

dan siklus III, siswa yang tuntas berjumlah 22 orang 95,65%. Dengan

demikian, target hasil belajar siswa telah tercapai bahkan melebihi target yang

telah ditentukan, yaitu 90%. Berdasarkan hasil belajar siswa selama tindakan

siklus I, II, dan III, penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan

media Asal Kelam untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

kenampakan alam di Indonesia di kelas V SDN Tegalkalong II Kecamatan

Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang dinyatakan telah berhasil.

2) Berdasarkan hasil penelitian dari Hati Wahyuni (2018) mengenai Peningkatan

hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kontekstual dengan media video

dapat disimpulkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran

IPS melalui model pembelajaran kontekstual dengan media audio visual pada

siklus 1 diperoleh data jumlah skor 224, rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,49

dengan jumlah rerata skor 37,33 pada kategori baik (B). Berdasarkan kegiatan

evaluasi pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual dengan

media audio visual pada siswa kelas V SDN Gondanglor II yang dilaksanakan

di akhir pembelajaran pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh data nilai

hasil belajar sebagai berikut: nilai terendah adalah 55; nilai tertinggi adalah 100;

nilai rata-rata siswa adalah 76,67. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah

capaian ketuntasan belajar klasikal sebanyak 75 % dengan KKM 65. Dari tabel

dapat kita lihat siswa yang telah tuntas (mencapai dan melampaui KKM)

Page 69: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

51

sebanyak 14 siswa. Ketuntasan belajar klasikal sebanyak 93,3% jadi sudah

mencapai mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebesar 75 %.

3) Berdasarkan hasil penelitian dari I Putu Adi Wibawa, dan I Ketut Dibia (2018)

mengenai penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya berbentuk

media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar PKn Penerapan

pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya berbantuan media audio visual

meningkatkan hasil belajar muatan PKn siswa kelas IVA SD Laboratorium

Undiksha Singaraja. Hal tersebut terlihat dari peningkatan hasil belajar muatan

PKn pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasikal siswa pada siklus I

mencapai 26,3% siswa nilai muatan PKn berada pada kategori tinggi. Setelah

dilaksanakan tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal siswa mencapai

81,5%siswa nilai muatan PKn berada pada kategori tinggi. Dengan demikian

ketuntasan klasikal hasil belajar kompetensi pengetahuan PKn siswa pada siklus

I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 55,2%.

4) Berdasarkan hasil penelitian dari Gusti Ayu Eka Kharismayani, Lulup Endah

Tripalupi, dan I Nyoman Sujana (2017) yang berjudul Implementasi

Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Audio Visual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ips (Ekonomi) Kelas Ix H

Smp Negeri 2 Blahbatuh Tahun Ajaran 2017/2018. Hal tersebut dapat dilihat

dari peningkatan hasil Siklus I pada siswa kelas IX H pada materi yang terdiri

dari sejarah uang, pengertian uang, syarat-syarat suatu uang, fungsi uang,

jenis-jenis uang, nilai uang, nilai kurs. Berdasarkan pelaksanaan yang telah

dilakukan oleh peneliti pada siklus I dengan jumlah siswa 36 orang,

Page 70: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

52

menunjukkan bahwa hasil belajarnya berada pada kategori sangat baik

sebanyak 1 orang (2.8%), kategori baik sebanyak 19 orang (52.8%), kategori

cukup sebanyak 9 orang (25%), kategori kurang sebanyak 7 orang (19.4%),

kategori sangat kurang baik tidak ada (0%). Jumlah siswa tuntas pada Hasil

refleksi siklus I dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk siklus II.

Kegiatan refleksi dilanjutkan dengan revisi perencanaan untuk memperbaiki

tindakan pada siklus I yang akan diimplementasikan pada siklus II. pada siklus

II dengan jumlah siswa 36 orang, menunjukkan bahwa hasil belajarnya berada

pada kategori amat baik sebanyak 12 orang (33.3%), kategori baik sebanyak

20 orang (55.5%), kategori cukup sebanyak 2 orang (5.6%), kategori kurang

sebanyak 2 orang (5.6%), kategori sangat kurangtidak ada (0%).

Jumlah siswa tuntas pada hasil belajar pertemuan siklus II sebesar 32 orang

dengan jumlah siswa n = 36 orang. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II,

tampak terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan

Peningkatan hasil belajar siswa juga dicapai pada siklus II. Hasil belajar

pada siklus II juga meningkat yang ditandai dengan kenaikan nilai rata-rata

siswa sebesar 7,45 dari 73,61 pada siklus I menjadi 81,06 pada siklus II.

Ketuntasan belajar siswa juga meningkat sebesar 27% dari 55,6% pada siklus I

menjadi 88,9% pada siklus II. Dari hal tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan

yang cukup tinggi pada hasil belajar siswa. Dengan implementasi pembelajaran

kontekstual berbantuan media audio visual menunjukkan terjadi

peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sampai dengan siklus II dengan rata-

Page 71: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

53

rata kenaikan sebesar 7,45. Walaupun dari siklus I ke siklus II hasil belajar

siswa mengalami peningkatan namun pada proses pembelajaran siklus I masih

terdapat kendala dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut kemudian

ditindaklanjuti dengan mencari alternatif pemecahan untuk melaksanakan

siklus yang ke II. Pada siklus II hasil belajar siswa sudah mengalami

peningkatan, siswa yang sebelumnya kesusahan menjawab soal, sudah mulai

lancar dalam menjawab soal- soal yang diberikan,mau menyimak video

pembelajaran dengan tertib, menanggapi jawaban temannya dan bertanya

kepada guru apabila ada yang kurang dimengerti. Tindakan pada siklus II,

dapat diamati hal- hal berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dengan

implementasi pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual yaitu

pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa sudah mampu mengikuti

pembelajaran, siswa sudah mulai mendengarkan arahan guru saat proses

pembelajaran, dan mulai meninggalkan kebiasaannya bermain-main, sehingga

waktu belajar dapat dimanfaatkan secara lebih efisien, semua siswa tampak

menunjukkan antusias mereka saat proses pembelajaran, situasi belajar siswa

sudah kondusif jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya

pada siklus I.

5) Berdasarkan hasil penelitian dari Palupi, Nelda Azhar, dan Almasri (2018)

Pengaruh Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning Terhadap

Hasil Belajar Dasar Listrik Elektronika Siswa Kelas X Teknik Audio Video

(Tav) Smk Negeri 5 Padang. Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh bahwa t hitung

= 2,869 dan t tabel= 1,696 dengan taraf signifikansi α = 0,05, karena nilai

Page 72: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

54

thitung > ttabel, Ha diterima. Dapat dikatakan bahwa “Penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning berpengaruh terhadap hasil

belajar mata pelajaran Dasar Listrik Elektronika Siswa SMK Negeri 5 Padang”.

Diterimanya Ha dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya perbedaan

hasil belajar kedua kelas eksperimen pada taraf nyata 0,05%. Rata-rata post-test

hasil belajar kelompok eksperimen (82,47) lebih tinggi dari rata-rata post-test

hasil belajar kelompok kontrol (77,88), sehingga model Contextual Teaching

and Learning memberikan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran Problem Base Learning.

6) Berdasarkan penelitian dari Jatmiko Sidi, dan Mukminan (2016) Penggunaan

Media Audiovisual untuk Meningkatkan Hasil belajar IPS di SMP. Penelitian

tindakan kelas yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Paliyan Gunungkidul

sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan berikut ini. Penggunaan media

audiovisual dalam pembelajaran dapat mening katkan hasil belajar siswa

tercermin dalam setiap pelaksanaan postest terdapat kenaikan rata-rata tes

hasil belajar siswa. Kenaikan tes hasil belajar kognitif siswa tersebut, yaitu pada

tes awal sebelum tindakan rata-rata skor 44,22 tidak ada siswa yang

mencapaiketuntasan minimal. Tindakan siklus I rata-rata skor siswa 63,28

dengan ketuntasan belajar 43,75%, siklus II naik menjadi rata-rata skor 69,38

dengan ketuntasan belajar 68,75%, dan pada tindakan siklus III naik menjadi

rata-rata 71,25 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 78,13%. Peningkatan

hasil belajar aspek kognitif tersebut, diikuti peningkatan hasil belajar aspek

afektif dengan kategori sangat baik yaitu rata-rata skor 3,35 dengan

pencapaian ketuntasan belajar 83,69%; peningkatan aspek psikomotor

Page 73: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

55

dengan kategori baik rata- rata skor 3,23 dengan pencapaianketuntasan

belajar 80,76%. Hasil belajar yang telah dicapai siswa belum menun- jukkan

rata-rata skor maksimal 100%, di antara penyebabnya adalah siswa belum

terbiasa menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran di kelas;

pembelajaran terpadu merupakan fenomena baru yang dihadapi oleh siswa.

Media audiovisual dalam pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien jika

digunakan dalam kontinuitas, meliputi kurun waktu satu semester. Mengacu

pada data di atas, hasil belajar siswa pada ranah kognitif telah mencapai kriteria

ketuntasan belajar minimal yaitu 75% dari jumlah siswa telah mencapai nilai

rata-rata 70. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media

audiovisual mampu meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa pada kelas 7C

SMP Negeri 1 Paliyan Gunungkidul tahun pelajaran 2013/2014.

7) Berdasarkan penelitian dari Ni Kadek Dwi Agustini, dan I Gusti Ngurah Japa

(2018) berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media

Audio-Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS, Hasil penelitian pada

siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar IPS yaitu 74,35 dengan rata-rata persen

sebesar 74,35%. Bila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP skala lima

tentang tingkatan hasil belajar IPS siswa berada pada persentase 65-79 dengan

kategori sedang. Kesimpulannya, indikator keberhasilan dalam penelitian ini

belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Hasil yang dicapai

siswa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II yaitu mengalami

peningkatan. Masalah dan kendala yang dihadapi pada siklus I dapat diatasi

pada siklus II. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa.

Page 74: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

56

Dari analisis data hasil belajar IPS, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa

yaitu 86,13 dengan rata-rata persen sebesar 86,13%. Bila dikonversikan ke

tabel pedoman konversi PAP skala lima tentang tingkatan hasil belajar IPS

siswa berada pada persentase 80-89 dengan kategori tinggi. Peningkatan

yang terjadi jika dihitung menggunakan rumus Gn skor yaitu sebesar 0,46 yang

jika dikonversikan pada tabel kriteria peningkatan hasil belajar berada pada

kategori sedang (0,30-0,69).

8) Berdasarkan penelitian dari Agus Irwandy, Yari Dwikurnaningsih, dan Nur

Hidayati (2019) berjudul Penerapan model CTL berbantuan media audiovisual

untuk meningkatkan hasil belajar tematik terpadu di SD. bahwa hasil belajar

muatan pelajaran IPS pada tiap siklusnya mengalami peningkatan, pra siklus

dari 35 peserta didik hanya 21 peserta didik (60%) yang memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 69. Pada siklus 1 peserta didik yang tuntas

(83%) sedangkan peserta didik yang tidak tuntas ada 6 dari 35 peserta didik

(17%). Sedangkan siklus 2 terdapat 34 peserta didik yang tuntas (97%),

sedangkan yang tidak tuntas hanya terdapat 1 peserta didik (3%). hasil belajar

muatan pelajaran Bahasa Indonesia pada tiap siklusnya mengalami

peningkatan, pra siklus dari 35 peserta didik hanya 24 peserta didik (69%) yang

memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 72. Pada siklus 1 peserta

didik yang tuntas (80%) sedangkan peserta didik yang tidak tuntas ada 7 dari

35 peserta didik (20%). Sedangkan siklus 2 terdapat 34 peserta didik yang

tuntas (97%), sedangkan yang tidak tuntas hanya terdapat 1 peserta didik (3%).

hasil belajar muatan pelajaran PPKn pada pra siklus memili ketuntasan yang

Page 75: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

57

tergolong sangat tinggi dari 35 peserta didik terdapat 34 peserta didik (97%)

yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 70, ketuntasan ini

menjadi tugas berat bagi peneliti untuk menjaga kestabilan ketuntasan nilai

tersebut, atau semakin meningkatkan lagi level ketuntasan ke lebih tinggi

yaitu 100%. Pada siklus 1 peserta didik yang tuntas (97%) sedangkan

peserta didik yang tidak tuntas ada 1 dari 35 peserta didik (3%), pada siklus 2

ini nilai muatan pelajaran PPKn masih sama dengan ketuntasan pra siklus.

Sedangkan siklus 2 terdapat 35 peserta didik yang tuntas (100%), hal tersebut

memperlihatkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar muatan PPKn.

Perbandingan ketuntasan belajar peserta didik muatan pelajaran PPKn

terlihat meningkat. Berdasarkan gambar 3 diketahui bahwa terjadi peningkatan

ketuntasan belajar peserta didik dari pra siklus hingga siklus 2, yaitu terdapat

97% ketuntasan klasikal pada pra siklus, kemudian 97% pada siklus 1, dan

meningkat menjadi 100% pada siklus 2. Berdasarkan hasil tersebut

peningkatan ketuntasan hasil belajar muatan pelajaran PPKn dari pra siklus

hingga siklus 2 telah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar

85%. Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus 1 dan 2

diperoleh bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning

berbantuan media audiovisual dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar tematik dengan muatan IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKn. Keberhasilan

tersebut terlihat pada ketuntasan klasikal hasil belajar siklus 2 yang

menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal dari tiap muatan pelajaran melebihi

indikator keberhasilan tindakan yaitu sebesar ≥85%. Selain hasil belajar yang

memenuhi indikator keberhasilan, kualitas pembelajaran yang dilakukan pada

Page 76: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

58

tindakan juga mencapai kategori “sangat baik”, hasil belajar pertemuan siklus

I sebesar 20 orang dengan jumlah siswa n = 36 orang.

9) Berdasarkan hasil penelitian dari Ahmad Fujiyanto, Asep Kurnia Jayadinata,

dan Dadang Kurnia berjudul Penggunaan Media Audio Visual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antar Makhluk Hidup

(2016) Hasil dari siklus I peneliti memperoleh skor 12 dari skor ideal yang

harus diperoleh yaitu 15 peneliti dengan persentase sebesar 80%, hal tersebut

menunjukkan kinerja guru pada perencanaan pembelajaran pada siklus I

mengalami peningkatan 20% dari data awal, tetapi masih belum mencapai

terget yang diharapkan karena target yang diharapkan yaitu 100%.Pada

penelitian siklus II peneliti melakukan beberapa perbaikan yang perlu

dilakukan pada RPP siklus II di antaranya adalah peneliti memperhitungkan

dalam pemasangan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran, baik

sebelum pembelajaran dimulai atau saat bel berbunyi. Peneliti mengubah LKS

pengamatan terkait materi. Peneliti menambahkan video simbiosis, yang

tadinya 2 video menjadi 3 video. Pada hasil observasi perencanaan

pembelajaran siklus II sebesar 93,30%, perbandingan persentase kanaikan hasil

observasi rencana pembelajaran siklus I dengan persentase kenaikan hasil

observasi rencana pembelajaran siklus II sebesar 13,3%. Pada penelitian

siklus III Beberapa perbaikan yang dilakukan pada RPP siklus III

diantaranya adalah peneliti menambahkan sumber belajar pada materi

simbiosis. Peneliti mengubah LKS yang diberikan kepada siswa, agar siswa

lebih mudah dalam mengerjakan dan mudah menemukan konsep yang dicari.

Page 77: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

59

Hasil observasi rencana pembelajaran siklus III adalah 100%, dan

perbandingan dengan persentase kenaikan hasil observasi rencana

pembelajaran siklus II ke siklus III adalah sebesar 6,7%, dan perolehan hasil

perencanaan siklus sudah mencapai target. Perolehan hasil siklus I pada

kinerja guru yang terjadi dari pelaksanaan pembelajaran hanya sebesar 33%.

kinerja guru pada saat pengambilan data awal yang hanya memiliki persentase

50% mengalami peningkatan menjadi 83.% pada saat pelaksanaan siklus I.

Akan tetapi peningkatan tersebut masih belum mencapai target yang

diharapkan, yaitu 100%. Perolehan hasil siklus II pada pelaksanaan kinerja

guru mencapai 91,60%. Pada perolehan siklus I menuju siklus II mengalami

kenaikan sebesar 8,3%. Pada saat pengambilan data awal dengan peningkatan

yang terjadi pada hasil observasi kinerja guru selama pembelajaran siklus II

yaitu sebesar 41,6%. Perolehan hasil siklus III sebesar 100%, perolehan

ini sudah mencapai target yang ditentukan. Perbandingan peningkatan yang

terjadi pada hasil observasi kinerja guru selama pembelajaran siklus II dengan

peningkatan yang terjadi pada hasil observasi kinerja guru selama

pembelajaran siklus III yaitu sebesar 8,4%.

10) Berdasarkan penelitian dari Sofyan Mustoip, Dadang Kurnia, dan Prana Dwija

Iswara (2016) Hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam di Indonesia

menerapkan model pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual

kenampakan alam mengalami kenaikan dalam setiap siklusnya. Pada siklus

I, siswa yang tuntas berjumlah 11 orang atau 47,82%, sedangkan siklus II

siswa yang tuntas berjumlah 22 orang atau 95,65%, dan siklus III, siswa

Page 78: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

60

yang tuntas berjumlah 22 orang 95,65%. Dengan demikian, target hasil

belajar siswa telah tercapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan, yaitu

90%. Berdasarkan hasil belajar siswa selama tindakan siklus I, II, dan III,

penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan media Asal Kelam

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam di

Indonesia di kelas V SDN Tegalkalong II Kecamatan Sumedang Utara,

Kabupaten Sumedang dinyatakan telah berhasil.

2.10 Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran yang semula berfokus pada guru, perlu adanya perubahan

cara pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. Pembelajaran yang berfokus

pada peserta didik bertujuan untuk mengajak peserta didik ikut secara aktif dalam

proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang peserta

agama Buddha, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model

pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam

bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan

kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajara kontekstual

akan menuntun peserta didik ke semua komponen utama kontekstual, yaitu

melakukan hubungan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, mengatur

cara belajar sendiri, bekerja sama, berfikir kritis dan kreaktif, memelihara

atau merawat pribadi peserta didik. Model konvensional, guru memegang peranan

utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi

tersebut kepada peserta didik. Dalam hal ini peserta didik mendengarkan secara

Page 79: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

61

teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan guru, sehingga

pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Kejadian ini mengakibatkan peserta

didik menjadi pasif, karena hanya menerima apa yang di sampaikan oleh guru,

akibatnya peserta didik mudah jenuh dan kurang inisiatif.

Dengan keadaan tersebut di atas maka peneliti mengembangkan bahan ajar

audio visual yang sesuai dengan karakteristik, lingkungan sosial, serta dapat

mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran. Pengembangan bahan

ajar audiov isual disusun berdasarkan model pembelajaran yang berbasis

kontekstual. Praktek ketrampilan cara menghormat dalam agama Buddha berfungsi

untuk melancarkan hubungan, kegiatan dan tugas, sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Secara umum kerangka pikir penelitian

pengembangan digambarkan sebagai berikut:

HASIL PENGEMBANGAN AUDIO VISUAL

Audio Visual berbasis Kontekstual

Pre-Test

Proses Belajar dan Praktek

KeterampilanMateri Cara-

cara menghormat yaitu

Anjali, Namaskhara dan

Uttana Post-Test

Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha

Peserta Didik

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian.

Page 80: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

III. METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan desain Research and development (R & D) artinya

penelitian dan pengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk

yang telah ada yang dapat dipertangung jawabkan. Proses penelitian dan

pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual mata pelajaran

Pendidikan agama Buddha di SD Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung

mengikuti langkah penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall yang di

modifikasi oleh Sugiono yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut.

Prosedur penelitian Pengembangan ini dikemukakan sistematika penelitian dan

pengembangan (R&D) telah dimodifikasi dan penyelarasan pada prosedur

penelitian dan pengembangan serta menyesuaikan dengan tujuan dan kondisi

penelitian yang sebenarnya. Prosedur penelitian pengembangan berdasarkan

langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini mengacu pada R&D sugiono

(2015:36) dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 81: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

63

3.1.1 Tahap Pendefinisian (define)

3.1.1.1 Potensi dan Masalah

Pengembangan merupakan kegiatan yang berawal dari adanya potensi dan

masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didaya gunakan akan memiliki

nilai tambahan. Sedangkan masalah adalah penyimpang antara yang diharapkan

dengan yang terjadi (Sugiyono, 2015: 299). Kedudukan bahan ajar ada dalam

komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mepertinggi proses

interaksi pendidik, peserta didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan

belajarnya. Fungsi utama dari bahan ajar yaitu sebagai bahan yang dapat

membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas serta membantu

potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri.

Potensi dan masalah pada penelitian pengembangan ini didasarkan atas hasil

analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk

Gambar 3.1 Langkah Pengembangan menurut Borg and Gall (2003) dalam Sugiono (2015:36).

Potensi dan

Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan

Informasi

Rancangan

Produk

Validasi

Desain

Revisi

Desain

Pembuatan

Produk

Uji Coba

1

Terbatas

Revisi

Produk 1

Uji Coba 2

Revisi

Produk 2

Produk

Lapangan

Page 82: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

64

mengidentifikasi masalah. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik yang bisa

mempraktekkan sikap Namaskhara yang benar 20 %, peserta didik yang bisa

mempraktekkan sikap Anjali 40 %, dan peserta didik yang bisa mempraktekkan

sikap Uttana 40 %.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa SD Tunas Mekar Indonesia belum bisa

mempraktekkan sikap anjali, namaskhara dan sikap uttana dengan benar sesuai

dengan ajaran Buddha.

3.1.2 Tahap Perancangan (design)

3.1.2.1 Studi Literatur

Literatur yang dipelajari adalah yang terkait dengan video pembelajaran pendidikan

agama Buddha di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung. Melalui

studi literatur di harapkan dapat diperoleh pemahaman secara teoritis tentang video

pembelajaran materi sikap menghormat sesuai dengan ajaran dari berbagai literatur,

sehingga dapat dipahami tentang struktur video, isi video serta manfaat video bagi

pembelajaran.

3.1.2.2 Pengumpulan Informasi

Studi lapangan di sini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang video

pembelajaran berbasis kontekstual tentang sikap menghormat sesuai agama Buddha

seperti apa yang harus dipraktekkan dan di pelajari. Metode penelitian

menggunakan metode kuantatif, sumber data dan informannya adalah siswa, ahli

materi, ahli media, dan ahli desain.

Page 83: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

65

Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan dan studi dokumentasi.

Teknik analisis data dengan analisis kualitatif. Hasil dari studi literatur dan studi

lapangan adalah data yang akan digunakan untuk membuat rancangan produk

pengembangan bahan ajar audio video visual berbasis kontekstual.

Perencanaan pengembangan produk pengembangan bahan ajar audio video visual

berbasis kontekstual meliputi; pembuatan GBIPM (Garis Besar Isi Program

Media), pembuatan storyboard (Kerangka bagi keseluruhan jalannya cerita dan

persitiwa yang akan ditampilkan oleh program), penentuan peralatan dan bahan

yang diperlukan. GBIPM berisi identifikasi program, yang merupakan petunjuk

yang dijadikan pedoman bagi penulis naskah dalam pembuatan naskah program

media. GBIPM mengacu pada tujuan dan materi yang akan dikembangkan.

Storyboard merupakan rangkaian gambar manual yang dibuat secara keseluruhan

sehingga menggambarkan suatu cerita dan deskripsi dari setiap scene dibuat secara

jelas untuk menggambarkan obyek serta perilakunya.

Storyboard merupakan gambaran dari cerita yang akan dibuat, maka dibuat mudah

agar dapat dimengerti oleh semua pihak. Rengkaian gambar manual yang dibuat

secara keseluruhan sehingga menggambarkan suatu cerita akan memuat; 1) sketsa

atau gambaran layar, halaman atau frame, 2) warna, penempatan dan ukuran grafik,

3) teks asli pada halaman atau layar, 4) warna, ukuran dan tipe font, 5) narasi, 6)

video, dan 7) audio.

Page 84: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

66

3.1.2.3 Rancangan Produk

Hasil penelitian terhadap materi mengenal cara menghormat akan di kembangkan,

studi literatur dan studi lapangan selanjutnya akan digunakan untuk membuat

rancangan produk video pembelajaran materi mengenal cara menghormat.

Pembuatan rancangan produk diawali dari mengkaji materi mengenal cara

menghormat, model kontekstual yang telah dikembangkan pada bab II dan saran-

saran dari penelitian lapangan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti membuat video

pembelajaran. Video di berikan penilaian secara kritis pada aspek konstruk video

dan komponen materi video. Dari evaluasi kritis terhadap video, selanjutnya hasil

digunakan untuk penyempurnaan video pembelajaran.

3.1.3 Tahap Pengembangan (Development).

Kegiatan pada tahap pengembangan meliputi kegiatan tahap pengujian validasi

desain sampai dengan revisi produk. Kegiatan ini meliputi validasi desain terhadap

rancangan produk, dan revisi desain terhadap produk yang telah dibuat.

3.1.3.1 Validasi Desain

Pengembangan produk tersebut terlebih dahulu dilakukan uji validitas yang

melibatkan 3 orang ahli yang terdiri dari satu orang ahli materi, ahli desain dan ahli

media. Validasi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kesalahan pada pengguna

(peserta didik). Ahli materi memberikan penilaian terhadap aspek pembelajaran dan

isi materi, sedangkan ahli media memberikan penilaian terhadap aspek tampilan

dan aspek media. Data hasil validasi ahli materi dan ahli media dijadikan

pertimbangan untuk melakukan revisi produk bahan ajar audio visual berbasis

Page 85: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

67

kontekstual. Validasi desain digunakan untuk memvalidasi kelayakan rancangan

produk. Uji ahli di tetapkan dengan melakukan uji coba produk awal, hal ini

dilakukan untuk mendapatkan masukan-masukan terhadap penyempurnaan produk

pada 3 orang ahli yang memiliki kualifikasi akademik minimal S2 yaitu (1) ahli

media pembelajaran yang menilai video pembelajaran kontekstual sebagai media

pembelajaran sehingga diperoleh media pembelajaran yang sesuai. (2) ahli desain

pembelajaran yang menilai desain pembelajaran dengan kreteria pembelajaran. (3)

ahli materi pendidikan agama Buddha. Alat yang digunakan uji ahli adalah

instrument observasi, dari hasil observasi tersebut akan diperoleh data berupa

masukan, kritik, dan saran perbaikan produk yang di tuangkan dalam lembar

observasi. Dapat dilihat pada lampiran I.

3.1.3.2 Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli, maka peneliti

melakukan perbaikan sesuai hasil dari validasi ahli materi dan ahli media, setelah

mengetahui kelemahan dan keunggulannya peneliti melakukan perbaikan kembali.

Berdasarkan validasi ahli tahapan Testing (Percobaan), data yang masuk digunakan

untuk mencari apakah masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk bahan

ajar audio visual, kemudian peneliti merevisi produk bahan ajar audio visual

tersebut sesuai dengan catatan dan masukan dari validasi ahli tersebut akan

digunakan untuk penyempurnaan produk.

Page 86: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

68

3.1.3.3 Pembuatan Produk

Dalam penelitian dan pengembangan bidang pendidikan yang menghasilkan

produk berupa video pembelajaran berbasis kontekstual, maka setelah rancangan

desain dinilai layak dibuat menjadi produk oleh para ahli dan praktisi layak, maka

selanjutnya rancangan tersebut dibuat menjadi produk. Pembuatan produk

menggunakan program Mov Avi dan Ulead. Peneliti langsung membuat produk

video pembelajaran materi mengenal cara menghormat sesuai validasi desain yang

telah di setujui oleh ahli Multimedia.

3.1.3.4 Uji Coba 1 Pengujian Lapangan Terbatas (preliminary field testing)

Pada langkah uji coba produk tahap pertama ini, terdapat 2 (dua) kegitanan inti yang

dilakukan, yaitu evaluasi produk oleh ahli dan uji coba tahap II di ujikan kepada

peserta didik. Uji coba dilakukan untuk menganalisis kendala yang terjadi, dan

hasilnya dijadikan dasar untuk mengurangi kendala tersebut pada penerapan model

berikutnya. Pengujian lapangan terbatas dilakukan dengan cara menggunakan

rancangan produk tersebut kedalam kondisi nyata.

Rancangan pengujian akan dilakukan pada 5 Peserta didik kelas 1 pada Sekolah

Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung. Data dari hasil uji coba

pemakaian, akan dijadikan sebagai bahan pijakan dalam melakukan revisi produk I

bahan ajar audio visual berbasis kontekstual mata pelajaran Pendidikan agama

Buddha. Produk yang sudah jadi kemudian diujikan di hadapan ahli media untuk

memperoleh penilaian terhadap kelayakan produk serta kritik dan saran dalam

perbaikan produk.

Page 87: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

69

3.1.3.5 Revisi Produk Setelah Uji Coba Tahap 1

Setelah produk awal yang telah dikembangkan oleh peneliti diujikan dengan para

ahli desain, ahli media, dan ahli materi melalui pengisian instrumen dalam lembar

observasi yang meliputi ahli desain, ahli media, dan ahli materi. Berdasarkan

Pengujian lapangan terbatas, data yang masuk digunakan untuk mencari apakah

masih ada ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk audio video, kemudian

peneliti merevisi produk audio video tersebut berdasarkan saran dan kritik dari para

ahli. Hasil dari revisi ini kemudian diuji cobakan kembali kepada peserta didik

beragama Buddha kelas 1 Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia pada mata

pelajaran Pendidikan agama Buddha.

3.1.3.6 Uji Coba II

Setelah produk awal yang telah dilakukan uji coba kepada ahli direvisi dengan

catatan layak uji coba tanpa revisi, dilanjutkan dengan uji coba tahap II untuk

mencari efektivitas dan kemenarikan produk maka dilakukan uji lapangan dengan

mengambil peserta didik yang berjumlah 5 orang. Pada langkah uji coba ini desain

eksperimen yang digunakan one group pretest posttest Desaign, yang terdiri dari

kelompok eksperimen tanpa ada kelompok kontrol (Sugiono, 2011:74). Desain ini

membandingkan nilai pretest (test sebelum menggunakan bahan ajar audio visual

berbasis kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha) dengan nilai

posttest (test sesudah menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual

pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha). Desain eksperimen tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut;

Page 88: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

70

𝑶𝟏 X 𝑶𝟐

Keterangan:

O1 = Nilai sebelum menggunakan bahan ajar audio video

visual berbasis kontekstual

O2 = Nilai setelah penggunaan bahan ajar audio video visual

berbasis kontekstual

X = Perlakuan pada kelas eksperimen.

(Sugiono, 2011: 75)

Berdasarkan desain penelitian one group pretest posttest Desaign untuk melihat

penggunaan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual terhadap hasil belajar

mata pelajaran pendidikan agama Buddha dengan cara melihat selisih antara nilai

pretest dan posttest (O2 – O1)

3.1.3.7 Revisi Produk 2

Bila hasil pengujian lapangan utama belum memenuhi spesifikasi yang diharapkan,

yaitu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, maka perlu dilakukan revisi

terhadap produk tersebut. Data dari hasil uji coba lapangan utama, akan dijadikan

sebagai bahan pijakan dalam melakukan revisi akhir produk bahan ajar audio visual

berbasis kontekstual mata pelajaran pendidikan agama Buddha.

Produk yang sudah di uji coba 1, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran

perbaikan dari ahli agar siap diujikan kepada sampel penelitian.

3.1.3.8 Penyempurnaan Produk

Setelah melewati langkah uji coba taap II, produk utama disempurnakan sehingga

menghasilkan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual yang efektif sehingga

Page 89: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

71

meningkatkan hasil belajar siswa. Selain produk utama, dihasilkan juga produk

pendudkung berupa RPP yang menggunakan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu

Rencana Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April

tahun 2019

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yaitu di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung Jl. Arif Rahman Hakim No. 30 Kedamaian Kota Bandar Lampung pada

peserta didik beragama Buddha.

3.2.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam pengumpulan

data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehigga lebih mudah diolah. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan instrumen. Menurut Sugiyono (2015:200)

menjelaskan bahwa kusioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab.

Page 90: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

72

Pedoman hasil instrumen digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli

materi, ahli desain, dan ahli media. Instrumen ini digunakan pada uji coba awal.

Beberapa aspek yang diamati untuk dijadikan indikator adalah:

a. Kriteria pembelajaran (instruktional criteria)

b. Kriteria materi (material review), yang mencakup isi (content), materi dan

aktivitas belajar

c. Kriteria penampilan (presentation criteria) yang mencakup desain antar muka,

kualitas dan penggunaan media serta interaktivitas media.

Membuat kisi-kisi instrumen dilakukan sebelum membuat istrument. Berikut ini

kisi-kisi istrument pada kuesioner kebutuhan produk, uji ahli desain, uji ahli media,

uji ahli materi, uji efektivitas, dan tes formatif.

3.2.3.1. Kisi-kisi Instrumen Pendahuluan

a. Kebutuhan Produk

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data berupa kebutuhan produk

ditinjau dari aspek kebutuhan bahan ajar disekolah. Aspek-aspek yang akan

diamati dikembangkan dalam bentuk instrumen dengan kisi-kisi pada tabel

berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan Produk

No Aspek Kebutuhan No.

Pertanyaan

A Kondisi Pembelajaran Pendidikan agama Buddha

1 Hasil belajar materi cara-cara menghormat 1

2 Kesulitan Proses pembelajaran materi cara-cara

menghormat 2

3 Kesulitan memahami materi cara-cara menghormat 3

4 Kesulitan mengaitkan teori dengan praktek 4

5 Bahan ajar yang digunakan saat ini 5

Page 91: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

73

6 Media pembelajaran yang tersedia saat ini sudah

memungkinkan untuk belajar sendiri 6

B Kondisi yang diharapkan

1 Perlu ada media pembelajaran yang lain dalam

pembelajaran materi cara-cara menghormat 7

2 Penggunaan bahan ajar audio visual dapat membantu

dalam pembelajran materi cara-cara nenghormat 8

3

Bahan ajar audio visual berbasis kontekstual sesuai

untuk menjelaskan dan mempraktekkan materi cara-

cara menghormat

9

4 Bahan ajar audio visual berbasis kontekstual membantu

peserta didik secara mandiri 10

Jumlah Pertannyaan 10

b. Ahli Desain

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas produk

ditinjau dari aspek desain pembelajaran. Aspek-aspek yang akan diamati dan

dikembangkan dalam bentuk instrumen dengan kisi-kisi pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Desain

No Aspek Desain No Pertanyaan

1 Kejelasan tujuan 1

2 Relevansi tujuan 5

3 Cakupan dan kedalaman tujuan 4

4 Motivasi belajar 13

5 Kontekstual dan aktivitas 6

6 Kelengkapan dan Kualitas Bahan ajar 7

7 Kesesuaian materi 2

8 Kemudahan untuk dipahami 8

9 Sistematis, berurutan 3

10 Kejelasan uraian 4

11 Konsistensi evaluasi dengan tujuan 10

12 Ketepatan alat evaluasi 9

13 Pemberian umpan balik 11

Jumlah Soal

13 Butir

Page 92: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

74

c. Ahli Media

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas produk

ditinjau dari aspek audio visual, dan komunikasi visual. Aspek-aspek yang akan

diamati dikembangkan dalam bentuk istrumen dengan kisi-kisi pada tabel

berikut:

Tabel 3.3 kisi-kisi instrumen ahli media

No Aspek Media No Pertanyaan

1 Keefektifan dan Keefisienan 1 dan 2

2 Ketepatan memilih media 3

3 Reusabilitas 4

4 Sederhana 5 dan 6

5 Media gerak 7

6 Tata letak 8

7 Visual 9

8 Font 10

9 Komunikatif 11, 12, dan 13

10 Pemotongan dan kejernihan video 14

11 Suara 15

12 Kreatif 16

Jumlah soal 19 Butir

d. Ahli Materi

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data yang berupa kualitas produk

ditinjau dari materi pembelajaran. Aspek-aspek yang akan diamati akan

dikembangkan ke dalam bentuk instrumen dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Sumber: Aspek dan Kreteria Penilaian (Wahono, 2006)

Page 93: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

75

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi

No Aspek Materi No

Pertanyaan

Aspek Kelayakan Isi

1 Kejelasan Tujuan 1

2 Kejelasan Kompetensi Dasar 2

3 Kesesuaian tujuan dan materi 3

Aspek Kelayakan Penyajian

4 Kejelasan penyajian materi 4

5 Petunjuk belajar 5

6 Kelengkapan materi 6

7 Kejelasan bahasa yang digunakan 7

8 Kejelasan informasi pada ilustrasi gambar 8

Aspek Penilaian

9 Kecakupan evaluasi 9

10 Kesesuaian evaluasi dengan tujuan 10

Jumlah Soal 10 Butir

Sumber: Standar penilaian buku pelajaran (Urip Purwono, 2008)

e. Angket Uji coba Kemenarikan

Angket ini digunakan untuk memperoleh data berupa kemenarikan produk

ditinjau dari aspek pelaksanaan pembelajaran setelah menggunakan bahan ajar

audio visual berbasis kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama

Buddha. Aspek-aspek yang akan diamati dan dikembangkan dalam bentuk

instrumen dengan kisi-kisi tabel berikut;

Tabel. 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemenarikan

NO Aspek yang dievaluasi Indikator Jumlah

butir

Nomor

pertanyaan

1

Kemenarikan bahan

ajar audio visual

berbasis kontekstual

pada mata pelajaran

pendidikan agama

Buddha

Kemenarikan

bahan ajar

audio visual

3 1, 2, 3

Kemudahan penggunaan

3 4, 5, 6

Manfaat

bahan ajar

audio visual

3 7, 8, 9

Jumlah 9

Page 94: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

76

3.2.4 Skala Penskoran Kuesioner

Skala penskoran instrumen memberikan empat alternatif jawaban yaitu skor 4

(sangat baik), skor 3 (baik), skor 2 (cukup baik), skor 1 (kurang). Penskoran butir

tiap pernyataan dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang dinyatakan

dalam tabel:

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner (Instrumen)

Alternatif Jawaban Skor untuk Pernyataan-

pernyataan Positif (+)

Sangat Baik 4

Baik 3

Cukup 2

Kurang 1

3.2.5 Test Formatif

Test formatif digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik pada

ranah Psikomotorik. Test ini berupa soal mencocokkan gambar ditinjau dari

indikator soal pada pelaksanaan pembelajaran setelah menggunakan bahan ajar

audio visual berbasis kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha.

Aspek-aspek yang akan diamati dan dikembangkan dalam bentuk instrumen dengan

kisi-kisi tabel berikut:

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal

No Kompetensi Dasar Konten/

Materi Indikator Soal

Jumlah

Indikator

Soal

1

4.1 Menyajikan cara-cara

menghormat, salam,

dan simbol-simbol

agama Buddha

Anjali Keterampilan mempraktikkan

sikap Anjali dengan benar. 3

Namaskhara

Keterampilan mempraktikkan

sikap Namaskkhara dengan

benar.

6

Utthana Keterampilan mempraktikkan

sikap Uttana dengan benar. 3

Page 95: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

77

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari catatan lapangan dan dokumentasi, dengan menggunakan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakuakan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 335). Data yang diperoleh dari uji

coba lapangan terbatas dan uji lapangan utama dianalisa untuk menghitung

efektivitas produk yang dihasilkan. Selain itu hipotesis juga dianalisis melalui data

pretest dan posttest dari uji coba lapangan terbatas dan uji lapangan utama.

3.3.1 Teknik Analisa Data

3.3.1.1 Uji Efektivitas

Data kuantitatif diperoleh dengan melakukan tes untuk mengetahui kondisi awal

objek sebelum diberi perlakuan menggunakan produk dengan pre-test. Selanjutnya

post-test digunakan untuk mengetahui kondisi subjek setelah diberi perlakuan

dengan produk audio visual berbasis kontekstual. Desain pengujian menggunakan

one group pre-test post-test yang digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Nilai sebelum menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual

O2 : Nilai sesudah menggunakan bahan ajar

X : Perlakuan

Page 96: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

78

Rancangan pengujian akan dilakukan pada 5 siswa SD Tunas mekar Indonesia

Bandar Lampung. Data dari hasil uji coba pemakaian akan dijadikan sebagai bahan

pijakan dalam melakukan revisi produk 1 bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual.

Pengujian lapangan utama dilakukan dengan cara menggunakan hasil revisi produk

1, produk tersebut kedalam kondisu nyata. Desain pengujian menggunakan one

group pre-test post-test yang digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Nilai sebelum menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual

O2 : Nilai sesudah menggunakan bahan ajar

X : Perlakuan

Rancangan dilakuakn untuk siswa SD Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung

berjumlah 5 siswa. Data yang dihasilkan digunakan untk mengetahui hasil sebelum

menggunakan dan sesudah menggunakan bahan ajar. Analisis komparatif

digunakan untuk menghitung perbedaan sebelum menggunakan bahan ajar dan

sesudah menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual (O2-O1)

3.3.1.2 Analisis Data Uji Coba

Analisis data yang diperoleh dari uji coba telah dihitung menggunakan analsis

kuantitatif sederhana. Adapun perhitungannya sebagai berikut:

( S pre-test ) – ( S post-test )

S maksimum – S pre-test

g =

Page 97: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

79

Keterangan:

g : gain ternormalisasi

S Pre-Test : nilai posttest

S Post-test : nilai pretest

S maksimum : nilai maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain (g), menurut

klasifikasi Hake, ditunjukkan pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Nilai Indeks Gain Ternormalisas

Indeks Gain Ternormalisasi Klasifikasi

(g) ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ (g) ≥ 0,70 Sedang

(g) < 0,30 Rendah

(Sumber: Niarti, 2017: 97).

Berdasarkan klasifikasi tersebut, dapat dijelaskan:

a. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi tinggi, maka tingkat

efektivitasnya adalah sangat efektif.

b. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi sedang, maka tingkat

efektivitasnya adalah efektif.

c. Apabila nilai gain ternormalisasi berada dalam klasifikasi rendah, maka tingkat

efektivitasnya adalah kurang efektif.

3.3.1.3 Teknik Analisa Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh berdasarkan berdasarkan angket untuk mengetahui daya

tarik produk. Data kualitatif berdasarkan sebaran instrumen materi cara-cara sikap

menghormat dalam agama Buddha dilihat dari aspek kemenarikan penggunaan

Page 98: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

80

yang ditetapkan dengan indikator dengan rentang skor sangat positif sampai dengan

negatif. Kriteria daya tarik sebagai berikut:

Tabel. 3.9 Presentase dan Klasifikasi Kemenarikan

Tabel diadaptasi dari Elice dalam Hadi (2012: 69)

Diperoleh dengan rumus persamaan sebagai berikut;

Presentase =

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual dilakukan dengan observasi, wawancara terstruktur, angket dan

memberikan instrumen tes. Angket diberikan kepada 1) peserta didik untuk

memperoleh data analisis kebutuhan; 2) tim uji ahli materi, media dan desain untuk

mengevaluasi produk awal yang dikembangkan; dan 3) instrumen yang digunakan

untuk mendapatkan data mengenai kemenarikan produk, kesesuaian isi produk

serta peran bahan ajar audio visual berbasis kontekstual bagi peserta didik dalam

pembelajaran. Tes diberikan di awal (pre-test) dan di akhir (pos-test) proses

pembelajaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah

Presentase Klasifikasi Kemenarikan

90 % - 100 % Sangat menarik

70 % - 89 % Menarik

50 % - 69 % Cukup menarik

0 % - 49 % Kurang menarik

Skor yang diperoleh

Skor total

X 100 %

Page 99: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

81

menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual. Nilai pre-test dalam

penelitian ini diambil dari data yang diperoleh dari pre-test yang dilakukan sebelum

mempergunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada awal

pembelajaran jurnal penyesuaian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal peserta didik terhadap materi sikap cara menghormat sesuai ajaran

Buddha.

3.3.3 Definisi Konseptual/Definisi Oprasional

3.3.3.1 Efektifitas Penggunaana Bahan ajar Audio Visual

1) Definisi Konseptual

Efektivitas pembelajaran dapat ditujukan dengan kemampuan peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah, perguruan

tinggi , atau pusat pelatihan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Mimimal (KKM)

mata pelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran diperlukan untuk

mempersiapkan peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang diinginkan. Berikut ini rubrik praktek keterampilan cara menghormat

yaitu Anjali, Namaskhara, dan Uttana.

Tabel 3.10 Rubrik praktek keterampilan sikap Anjali.

No Materi Indikator Soal Skor Nilai

1 2 3 4

1 Anjali

1. Peserta didik mampu merangkapkan kedua

telapak tangan.

2. Peserta didik mampu telapak tangan

membentuk kuncup bunga teratai.

3. Peserta didik mampu posisi rangkapan

kedua telapak tangan didepan dada.

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai =

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai Maksimal X 100

Page 100: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

82

Tabel 3.11 Rubrik praktek keterampilan sikap Namaskhara

Tabel 3.12 Rubrik praktek keterampilan sikap Uttana.

No Materi Indikator Soal Skor Nilai

1 2 3 4

3 Uttana

1. Posisi badan berdiri

2. Tangan bersikap Anjali

3. Membungkukkan badan urang lebih 45o

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai =

No Materi Indikator Soal Skor Nilai

1 2 3 4

1 Namaskhara

1. Duduk bersimpuh untuk anak laki-laki

kaki diangkat atau menjinjit, dan anak

perempuan kaki sejajar.

2. Kedua tangan menyatu didepan dada

posisi seperti kuncup bunga teratai .

3. Membungkukkan badan dan kepala ke

lantai.

4. Ketika bersujud 5 titik (dahi, kedua

tangan, dan kedua kaki) harus menyentuh

lantai.

5. Ketika bersujud posisi pinggul tidak

terangkat.

6. Bersujud dilakukan tiga kali.

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai =

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai Maksimal

X 100

Jumlah Skor Nilai

Total Skor Nilai Maksimal

X 100

Page 101: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

83

2) Definisi Oprasional

Efektivitas pembelajaran pada penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar

peserta didik yang menggunakan audio visual berbasis kontekstual dan hasil

belajar peserta didik tanpa menggunakan audio visual berbasis kontekstual

3.3.3.2 Kemenarikan Penggunaana Bahan ajar Audio Visual

1) Definisi Konseptual

Kemenarikan atau daya tarik pembelajaran yaitu pembelajaran yang mampu

membuat peserta didik lebih mudah memahami dan mengingat pengetahuan

yang telah dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan yang ada

disekitarnya. Dalam penelitian ini kemenarikan atau daya tarik produk bahan

ajar audio visual berbasis kontekstual dilihat dari kemenarikan tampilan,

penyajian gambar, suara, serta video cara-cara mempraktekkan sikap

menghormat yang sesuai dengan ajaran Buddha yaitu Anjali, Namaskhara, dan

Uttana sehingga peserta didik mendapatkan kemudahan penggunaan dan

cenderung ingin belajar terus.

2) Definisi Oprasional

Kualitas daya tarik pada aspek kemenarikan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pada mata pelajaran pendidikan agama Buddha kelas 1 terhadap

rentang presentasinya sebagai berikut;

Sangat menarik = 90% - 100%

Menarik = 70% - 89%

Cukup menarik = 50% - 69%

Kurang menarik = 0% - 49%

Page 102: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

V. KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Bagian ini penulis akan menyampaikan simpulan mengenai penelitian dan

pembahasan pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual yang

telah dilakukan. Adapun simpulan yang dapat dikemukakan adalah:

1. Potensi dan masalah pada penelitian pengembangan ini didasarkan atas hasil

analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk

mengidentifikasi masalah. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik yang bisa

mempraktekkan sikap Namaskhara yang benar 20 %, peserta didik yang bisa

mempraktekkan sikap Anjali 40 %, dan peserta didik yang bisa mempraktekkan

sikap Uttana 40 %.

2. penelitian dan pengembangan bidang pendidikan yang menghasilkan produk

berupa video pembelajaran berbasis kontekstual, maka setelah rancangan desain

dinilai layak dibuat menjadi produk oleh para ahli dan praktisi layak, maka

selanjutnya rancangan tersebut dibuat menjadi produk. Pembuatan produk

menggunakan program Mov Avi dan Ulead. Peneliti langsung membuat produk

video pembelajaran materi mengenal cara menghormat sesuai validasi desain

yang telah di setujui oleh ahli Multimedia.

Page 103: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

114

3. Proses pengembangan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pendidikan

agama Buddha melalui beberapa tahapan dan revisi. Tahapan dan revisi

dilakukan untuk dapat menghasilkan bentuk dan sajian bahan ajar audio visual

yang sesuai dan dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan agama

Buddha. Berdasarkan saran dan masukan dari ahli desain, ahli media, dan ahli

materi maka bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pendidikan agama

Buddha teruji layak untuk digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama

Buddha.

4. Berdasarkan uji lapangan awal, pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual efektif digunakan sebagai bahan belajar dengan analisis melalui

pre-test dan post-test menunjukan gain ternormalisasi >0,79 dengan kriteria

efektif. Efektifitas bahan ajar audio visual berbasis kontekstual dalam hal ini

diartikan pada seberapa besar pengaruh sebuah bahan ajar dalam membantu

peserta didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Selain itu efektifitas juga

diukur berdasarkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajarnya hingga

tercapai hasil belajar yang optimal. N-Gain pada uji coba kelompok besar

Anjali efektif karena 0,79 ≥ 0,70. Dengan demikian dapat disimpulkan

berdasarkan hasil perhitungan rata-rata N-Gain ternormalisasi praktek Anjali

0,79 dengan klasifikasi tinggi. N-Gain pada uji coba kelompok besar

Namaskhara efektif karena 0,75 ≥ 0,70. Dengan demikian dapat disimpulkan

berdasarkan hasil perhitungan rata-rata N-Gain ternormalisasi praktek

Namaskhara 0,75 dengan klasifikasi tinggi. N-Gain pada uji coba kelompok

besar Uttana efektif karena 0,84 ≥ 0,70. Dengan demikian dapat disimpulkan

Page 104: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

115

berdasarkan hasil perhitungan rata-rata N-Gain ternormalisasi praktek

keterampilan Anjali, Namaskhara, dan Uttana adalah 0,84 dengan klasifikasi

tinggi. Penggunaan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada mata

pelajaran pendidikan agama Buddha kelas 1 Sekolah Dasar Tunas Mekar

Indonesia Bandar Lampung terbukti efektif dengan kualifikasi tinggi. Distibusi

analisis data uji efektivitas.

5. Analisis uji kemenarikan pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha menunjukan angka rata-rata sebesar 82

% dengan kriteria kemenarikan > 70 % dengan kategori menarik untuk dapat

dipergunakan sebagai bahan belajar pendidikan agama Buddha materi

mempraktekkan sikap menghormat yaitu Anjali, Namaskhara, dan Uttana.

Daya tarik produk diartikan sebagai besarnya ketertarikan peserta didik

dalam mempergunakan suatu bahan ajar dalam proses pembelajaran. Daya

tarik ditekankan baik dari segi tampilan produk, desain produk, isi materi,

maupun cara pengemasan media sehingga menimbulkan keinginan peserta

didik untuk mengikuti kegiatan belajar sampai mencapai hasil belajar yang

optimal

5.2 Implikasi

Implikasi penelitian yang berjudul pengembangan bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual pendidikan agama Buddha untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD

Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung adalah;

Page 105: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

116

1. Bahan ajar audio visual berbasis kontekstual dapat meningkatkan pemahaman

konsep serta keterampilan dan pembentukan kemampuan belajar mandiri

peserta didik, dan juga menjadi bahan ajar yang dapat digunakan sebagai contoh

untuk mempraktekkan cara-cara menghormat dalam agama Buddha.

2. Produk bahan ajar audio visual berbasis kontekstual memberi sumbangan

sebagai bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Produk bahan ajar audio visual berbasis kontekstual dapat memberikan manfaat

bagi peserta didik untu mengembangkan praktek-praktek sesuai dengan ajaran

Buddha.

5.3 Saran

Saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah;

1. Bagi sekolah, sekolah memberikan dukungan dan fasilitas bagi pendidik lainnya

untuk ikut mengembangkan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual pada

mata pelajaran lain yang diampu sehingga menumbuhkan kreatifitas bagi

pendidik.

2. Bagi pendidik di SD, dapat menggunakan bahan ajar audio visual berbasis

konekstual dalam proses pembelajaran pada KD 4.1 yang efektif dan menarik

sehingga mendapatkan hasil belajar peserta didik yang optimal.

3. Bagi peserta didik, cara belajar peserta didik menjadi lebih baik dan maksimal

dengan menggunakan bahan ajar audio visual berbasis kontekstual mata

Page 106: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

117

pelajaran pendidikan agama Buddha sebagai bahan ajar yang efektif dan mampu

memberikan daya tarik.

4. Bagi peneliti lainnya dapat membuat bahan ajar audio visual berbasis

kontekstual dengan menggunakan video animasi supaya hasil bahan ajar

hasilnya lebih menarik dan lebih baik.

Page 107: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Amin Abdulah, A. Fatikul, 2016, Aplikasi Teori Gesalt dalam Mewujudkan

Pembelajaran Bermakna. Jurnal Edukasi. 2 (2). Pp. 117-124.

Aprianti Rika, Desnita, Esmar Budi, 2015, Pengembangan Modul Berbasis

Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dilengkapi Dengan Media

Audio- Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta

Didik Sma. Presoding seminar Nasional Fisika. 4 (2). Pp. 137-142

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Briggs, Leslie. J. 1997. Intructional Desaign Principle and Aplication. New York.

Mc. Graw-hill book company.

Brown, J. W., Lewis, R.B. dan Harcleroad, F.E. 1983. A-V Instruction: Materials

and Methods. New York: Mc Graw Hill Book Company, Inc.

Budiningsih, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang, IKIP Semarang Press.

Daryanto. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung. CV. Yrama Widya.

Degeng, N. S. 2001, Ilmu pembelajaran: Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan

Teori dan Penelitian. Bandung, Kalam Hidup

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendidikan Undang-Undang tentang

Sistem Nasional, Bandung: Fokus Media.

Ekawatiningsih, Prihastuti. 2016. Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Kuliah

Restoran Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Pendidikan

Teknik Boga. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. 2 (1). Pp.

67-78.

Page 108: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

119

Fauzi, I. 2016. The Application of Multimedia-Based Presentation in Improving

Student’ Speacking Skill. Journal ELT Research. 1 (1) Pp 104-112

Fujianto Ahmad, Asep Kurnia Jayadinata, Dadang Kurnia, 2016, Penggunaan

Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Hubungan antar Makhluk Hidup. Jurnal Pena Ilmiah. 1 (1).

Pp. 841-850

Gusti Ayu Eka Kharismayani, Lulup Endah Tripalupi, I Nyoman Sujana, 2017,

Implementasi Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Audio

Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ips

(Ekonomi) Kelas Ix H Smp Negeri 2 Blahbatuh Tahun Ajaran

2017/2018, Ejournal Jurusan Pendidikan Ekonomi. 10 (2). Pp. –

Hadi, Sutrisno. 2002. Statistik. Yogyakarta: Andioffset.

Hakim, Thursan.2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.

Heinich, Alzen. 2010. The Practice of English Language Teaching (1st Edition).

New York: Longman Inc.

Helena. I.R. Agustien. 2014. Landasan Filodofis Teoritis Pendidikan bahasa

Inggris. Jakarta. Dirjend Dikdasme. Depdiknas.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung:

Lampung.

I Putu Adhi Wibawa, I Ketut Dibia, 2018, Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Dengan Tutor Sebaya Berbantuan Media Audiovisual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pkn. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi

Guru. 1 (1). Pp. 49-58

Insyasiska dewi, Siti Zubaidah, dan Jerawati Susilo. 2015. Pengaruh Project Based

Learning Terhadap Motivasi Belajar, Kreatif, Kemampuan berfikir,

dan Kemampuan Kognitif Siswa pembelajaran Biologi. Jurnal

Pendidikan Biologi. 7 (1) Pp. 9-21.

Johnson, E. B. 2002. Contextual teaching and learning, what it is and why it’s

here to stay. California: Corwin Press, Inc.

Kadek Ni Dwi Agustini, I Gusti Ngurah Japa, 2018, Penerapan Model

Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Untuk

Meningkatkan Hasil belajar IPS. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi

Guru. 1 (1). Pp. 94-103

Page 109: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

120

Komalasari, Kokom. 2015. Model Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika

aditama.

Lasmana, H. C. dan Rizal, R. I. 2016. Pelaksanaan Aplikasi Android “ SHOLAT

YUK” Sebagai Media pembelajaran Sholat Anak-Anak. Jurnal

Teknologi dan Sistem Komputer. 4 (4). Pp 502- 509.

Lestari. Ika, 2013, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia.

Mukti, Krisnanda Wijaya. 2006, Wacana Buddha Dhamma. Jakarta: Yayasan

Dhammadipa Arama.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komukasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muslim Machub Sulthony, Muhammad (2016). Pengembangan Multimedia

Pembelajaran Interaktif Budaya Indonesia untuk Siswa SD Negeri

Giwangan Yogyakarta. 20 (5). Pp. 1934 – 1944.

Mustoip sofyan, Dadang kurnia, Dwija Iswara Prana, 2016, Penerapan Model

Pembelajaran Berbantuan Audio Visual Kenampakan Alam (Asal

Kelam) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi

Kenampakan Alam di Indonesia. 1 (1). Pp. 561-570

National Education Association. 1969. Audiovisual Instruction Department, New

Media and College Teaching. Washington, D.C. : NEA.

Niarti, N. 2017. Tesis. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif

Pada Materi Menyimak Untuk Peserta didik Kelas VI Sekolah

Dasar, Universitas Lampung. Bandar Lampung (dipublikasikan).

Oemar Hamalik, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Palupi, Nelda Azhar, Almasri, 2018, Pengaruh Penggunaan Model Contextual

Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Listrik Elektronika

Siswa Kelas X Teknik Audio Video (TAV) SMK Negeri 5 Padang,

Jurnal VokasionalTeknik Elektronika dan Informatika. 6 (1). Pp.

105-113

Philips, R. 2013. The developer’s handbook to interactive multimedia (A practical

guide for educational applications. New York.: Routledge.

Pranita, T. 2010. Teori Belajar Konstruktivisme. http://edukasi.kompasiana.com.

Prastowo, Andi. 2016. Metode penelitian dan pengembangan di sekolah.

Yogyakarta: Media Akademi Yogyakarta.

Page 110: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

121

Purwono Joni,Sri Yutmini,Sri Anitah, 2014, Penggunaan Media Audio Visual

Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah

Menengah Pertama Negeri1 Pacitan. 2 (2). Pp. 127-144

Purwono, J. dan Yutmini, S. 2014. Penggunaan Media Audio Visual Pada Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Pacitan. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran.

2 (2). Pp 127-144.

Putu Dewa Ramendra, Ni Made Ratminingsih, 2017, Pemanfaatan Audio Visual

AIDS (AVA) dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran

Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan. 1 (2). Pp. 78-95

Qiong, J. 2012. A Brief on the Implication of Construktivism Teaching Theory on

Classroom Teaching Reform in Basic Education. International

Education. 3 (2). Pp 197-199.

Sadiman. 2004. Media Pendidikan dalam Pengembangan. Jakarta: Raja Grafindo

Pradasada.

Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.

Sardiman A.M, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Raja

Grafindo.

Saud, Udin. 2009. Pengembangan Profesi Guru, Bandung. Alfabeta.

Schramm, Wilbur. 1977. How Communication Works, dalam The Process and

Effects of Communication, ed. Wilbur Schramm. Urbana: University

of Illiois Press.

Setyosari, Punaji. 2010. Media Pembelajatan. Malang. Elang mas.

Sidi Jatmiko, Mukminah, 2016, Penggunaan Media Audiovisual untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS di SMP. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial.

15 (1). Pp. 52-72

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development/ R & D). Bandung: CV. Alfabeta.

Page 111: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR AUDIO VISUAL BERBASIS …digilib.unila.ac.id/57817/10/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPuji syukur saya panjatkan kepada Sanghyang Adi Buddha, Ketuhanan Yang Maha

122

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development/ R & D). Bandun: CV. Alfabeta.

Sulistiyono. 2010. Implementasi Pendidikan Kontekstual dalam Pembelajaran

Sastra anak di Sekolah Dasar. Journal Kependidikan Iteraktiv.5 (5)

Pp. 33-43.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Media.

Swanburg, C Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Thorndike. 2009. Echancing Thinking. Singapura : Thomson Learning Devision.

Urip. Purwono. 2008. Standart penilaian buku pelajaran.

http//www.telaga.cs.ui.ac.id (diakses tanggal 4 februari 2019).

Wahyuni Hati, 2018, Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran

Kontekstual Dengan Media Audio Visual. Media Didaktika. 4 (2).

Pp. 179-186

Widyastuti Sri Harti dan Nurhidayati, 2010. Pengembangan Media Pembelajaran

Bahasa Jawa. Universitas Negeri Yogyakarta, Program Study

Bahasa Jawa.