Upload
nidathea
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
1/48
PROFIL, MASALAH, DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN
USAHA KECIL DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Industri
Yang diampu oleh Dosen Ibu Navik Istikomah, SE., M.Si
Oleh :
Nida Afifah (0807103)
Deden Ahmad Daenuri (0906876)
Fajri Aziz (0901541)
Lia Malyani (0907123)
Lindawati (0900659)
Moch Fikri Faizillah (0901226)
Wandi Nugraha Hidayat (0906023)
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia
2011
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
2/48
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
3/48
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................................4
B. Rumusah masalah ..............................................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................6
A. Mengapa Usaha Kecil Perlu Dikembangkan? ....................................................6
B. Peranan Usaha Kecil ..........................................................................................9
C. Profil dan Sebaran Usaha Kecil ....................................................................... 10
D. Tantangan dan Masalah ................................................................................... 14
E. Strategi Pemberdayaan yang Tepat .................................................................. 18
F. Kebijakan dan Strategi Pengembangan UKM ................................................... 20
G. Lembaga-Lembaga pendukung Usaha Kecil (UK) ........................................... 30
H. Pola Kemitraan Bisnis ..................................................................................... 37
I. Realitas Kemitraan ............................................................................................ 41
J. Kemitraan BUMN dan UKM ............................................................................ 42
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................... 46
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
4/48
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKrisis ekonomi global yang diawali dari goyahnya ekonomi Amerika Serikat
telah membawa banyak negara turut merasakan akibatnya. Kompas (6/3/2009)
menyatakan bahwa sudah lebih dari 16.329 orang tenaga kerja industri Indonesia
terkena PHK akibat krisis ekonomi global. Daya beli masyarakat semakin melemah
padahal harga-harga kebutuhan pokok cenderung semakin mahal, keadaan ini
menimbulkan kekhawatiran banyak pihak bahwa Indonesia akan kembali masuk ke
dalam jurang Krisis seperti yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Krisis diprediksi
baru akan berakhir pada tahun 2010 dengan catatan negara-negara yang menjadi
korban krisis memiliki kebijakan yang tepat untuk menggerakkan sektor ekonominya.
Salah satu formula yang patut dipertimbangkan pemerintah Indonesia adalah dengan
melakukan pemberdayaan Industri Kecil Indonesia.
Banyak program yang telah ditawarkan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan,
baik yang pemerintah maupun swasta. Namun, hasil program belum banyak
dirasakan oleh sebagian besar IKRT. Dalam mencapai pembangunan Indonesia yang
maju, maka industri kecil sangat perlu diperhatikan, berdasarkan latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk menyusun makalah ini, sebagai perluasan dari sub judul
materi buku Mudrajad Kuncoro mengenai Profil, masalah dan Strategi
Pemberdayaan
B. Rumusah masalah
1.Bagaimana cara mengembangkan industri kecil di Indonesia?
2. Bagaimana profil dan sebaran usaha kecil industri Indonesia?
3. Apasaja tantangan dan startegi pengembangan Industri?
4. Bagaimana pola dan realitas kemitraan?
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
5/48
5
C. Tujuan
1. Menjelaskan cara mengmbangkan industri kecil di Indonesia
2. Menjelaskan profil dan sebaran usaha kecil industri Indonesia
3. Menjelaskan apa saja tantangan dan strategi pengembangan Industri
4. Menjelaskan pola dan realitas kemitraan
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
6/48
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengapa Usaha Kecil Perlu Dikembangkan?
Usaha kecil merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang
mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya dalam
pembangunan, usaha kecil harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan,
saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka
pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh
rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat
harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan,
sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi
serta menumbuhkan iklim usaha. Dengan demikian, kemampuan usaha kecil
termasuk usahatani dari waktu ke waktu perlu diperhatikan, karena sebagian besar
penduduk Indonesia hidup dan menggantungkan diri dari sektor ini. Usaha tani
sebagai salah satu sektor kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar
penduduk Indonesia harus didukung dan didorong kemampuannya agar tetap eksis,
sehingga dapat memperluas kesempatan usaha dan memperluas lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang terus bertambah jumlahnya serta untuk meningkatkan
penghasilan petani dan masyarakat secara lebih merata.Adapun usahatani bisa
dilakukan oleh perorangan atau melalui pembentukan kelompok-kelompok tani baik
dalam skala kecil maupun dalam bentuk usaha dalam skala besar, meliputi usaha
dalam bidang budidaya tanaman, usaha perkebunan, usaha perikanan serta usaha
dalam bidang peternakan.
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha
Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
7/48
7
yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara
Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang
perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang
berbadan hukum, termasuk koperasi.
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.
Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-
masing Provinsi atau Kabupaten/Kota
Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya
deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian.
Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan
investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah;
bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan.
Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati
oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala
konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan
nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro & Abimanyu,
1995).
Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil
dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan:
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
8/48
8
Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap
banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam
menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan,
pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah
tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi
pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994;
Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena
tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia,
namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di
perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et al.,
1994), merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Boleh dikata, ia juga
berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup ( survival strategy) di tengah
krismon.
Kedua, IKRT memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas, yang pada
tahun 1990 mencapai US$ 1.031 juta atau menempati rangking kedua setelah ekspor
dari kelompok aneka industri.
Ketiga, adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida pada
PJPT I menjadi semacam "gunungan" pada PJPT II. memperlihatkan bahwa pada
puncak piramida dipegang oleh usaha skala besar, dengan ciri: beroperasi dalam
struktur pasar quasi-monopoli oligopolistik, hambatan masuk tinggi (adanya bea
masuk, nontariff, modal, dll.), menikmati margin keuntungan yang tinggi, dan
akumulasi modal cepat. Puncak piramida ini (bagian yang diarsir) sejalan dengan
hasil survei Warta Ekonomi (1993) mengenai omset 200 konglomerat Indonesia.
Pada dasar piramida didominasi oleh usaha skala menengah dan kecil yang beroperasi
dalam iklim yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan
rendah, dan tingkat drop-outtinggi. Struktur ekonomi bentuk piramida terbukti telah
mencuatkan isyu konsentrasi dan konglomerasi, serta banyak dituding melestarikan
dualisme perekonomian nasional
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
9/48
9
B. Peranan Usaha Kecil
Tidak dapat dipungkiri bahwa Usaha Kecil dan Menengah memegang peranan
penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Demikian halnya dengan
Indonesia, sejak diterpa badai krisis finansial pada tahun 1996 silam, masih banyak
usaha kecil menengah yang hingga saat ini masih mampu bertahan. Ya meskipun
mereka sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan, namun dengan semangat dan
jiwa yang kuat maka mereka secara perlahan-lahan mampu bangkit dari
keterpurukan. Hal inilah yang membedakan antara usaha-usaha sekelas dengan
usaha-usaha sekelas corporat, meskipun penghasilan yang diperoleh lebih besar
namun resiko yang bakal dihadapi juga semakin besar juga .Begitu krisis melanda,
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
10/48
10
kolaps
Ada tiga alasan utama kenapa suatu negara harus mendorong usaha kecil yang ada
untuk terus berkembang.
Alasan pertama adalah karena pada umumnya cenderung memiliki kinerja
yang lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian
untuk alasan yang kedua, seringkali mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari dinamika usahanya
yang terus menyesuaikan perkembangan jaman. Untuk alasan yang terakhir, usaha
kecl ternyata memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan
perusahaan besar.
Di Indonesia, usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam menyerap
tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah
tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu
faktor internal maupun eksternal. Untuk faktor eksternal sendiri, ada satu
permasalahan umum yang biasa dihadapi oleh para pelaku usaha yaitu permodalan.
Kesulitan memperoleh modal untuk investasi maupun untuk operasional usaha
merupakan masalah klasik yang masih menghantui di Indonesia selama ini.
Sebenarnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan catatan bahwa masing-masing
pelaku usaha menerapkan konsep manajemen yang baik dan sesuai dengan aturan-
aturan yang telah ditentukan.
C. Profil dan Sebaran Usaha Kecil
Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi usaha
kecil menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1
miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman dan Sari, 1996:5). Kedua, menurut
kategori Badan Pusat satistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan
industri rumah tangga.BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
11/48
11
pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri
kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;
serta (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250).
Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil, namun agaknya usaha kecil
mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian
tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil
dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola
perusahaan serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
Data BPS (1994) menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah
mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa
menggunakan tenaga kerja lain); 18,227 juta orang pengusaha kecil yang
menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri; serta 54 ribu orang pengusaha
kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.
Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,
sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal
sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara,
bahkan renternir.
Ketiga, Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum memiliki status
badan hukum. menurut catatan BPS (1994), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak
124.990, ternyata 96,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta
notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7
persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT atau NV, CV, Firma, atau
Koperasi).
Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertigabagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan,
minuman, dan tembakau (ISIC31) , Ialu diikuti oleh kelompok industri barang galian
bukan logam (ISIC36); industri tekstil (ISIC32); dan industri kayu, bambu, rotan,,
rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga (ISIC33) masing-masing
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
12/48
12
berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada. Sebaliknya,
yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia (35) relatif masih
sangat sedikit, yaitu kurang dari 1%.
Padahal, pada tabel 15.2 menunjukkan bahwa IKRT memiliki peranan yang
cukup besar dalam industri manufaktur bila dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan
daya serap tenaga kerja namun lemah dalam menyumbang nilai output. Pada tahun
2002, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 2,732 juta, ternyata
99,2% merupakan unit usaha IKRT, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20
orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 59,3% dari total kesempatan
kerja. Kendati demikian, sumbangan nilai output IKRT terhadap industri manufaktur
hanya sebesar 17,8%. Pola ini cenderung sama dari tahun ke tahunnya (1997-2002).
Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya
peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan
distribusi pendapatan.
Di lain pihak, industri besar dan menengah (IBM) memberikan kontribusi yang
dominan dari sisi nilai output. Pada tahun 1997, IBM menyumbang 91% dari
keseluruhan nilai output dan menyerap sekitar 39% dari total kesernpatan kerja, tetapi
hanya menyumbang 0,8% dari total unit usaha yang ada. Pada tahun 2002, IBM
menyumbang 91,5% dari keseluruhan nilai output dan menyediakan lapangan
pekerjaan sekitar 40% dari total kcsempatan kerja, namun hanya menyumbang 0,8%
dari total unit usaha yang ada.
Berdasarkan beberapa studi tentang organisasi industri (Industrial organization)
akhir-akhir ini, industri modern harus menghadapi adanya perubahan, baik dalam sisi
permintaan maupun teknologi, yang mengurangi skala ekonomi akibat adanya
standarisasi dan produksi masal (Weijland, 1994: 97110). Argumen ini diperkuat
kembali oleh Porter (1998: 77-91) bahwa peta ekonomi dewasa ini didominasi oleh
apa yang dinamakan kluster (cluster) yang didefinisikan sebagai konsentrasi geografis
dari perusahaan-perusahaan dan institusi-institusi yang saling berhubungan dalam
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
13/48
13
wilayah tertentu. Hal senada ditegaskan pula oleh Kuncoro (2002: 80) bahwa industri
cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dengan potensi industri untuk
mendapatkan manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Kluster
industri (industrial cluster) pada dasarnya merupakan kelompok produksi yang
sangat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi pada hanya satu
atau dua industri utama.
Pada tahun 1999, dari persentase kontribusi tenaga kerja dan nilai tambah
antarpropinsi di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah memiliki kontribusi paling besar
dibandingkan provinsi lainnya di lndonesia (lihat Gambar 15.2). Propinsi Jawa
Tengah mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,66% dengan nilai tambah 20,60%
danpada tahun 2001 mampu menyerap kerja sebesar 26,72% dengan nilai tambah
21,51%.
TABEL 15.2
Kontribusi Masing-Masing Jenis Industri Dalam Industri Manufaktur
Indonesia, 1997-2002
Jenis
Industri
Unit Usaha
1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002
IndustriBesar dan
menengah 22,386 0,8 21,423 1 22,07 0,9 22,174 0,8 21,396 0,8 21,438
Industri kecil
dan Rumah
Tangga 2,851,862 99,2 2,196,899 99 2,516,275 99 2,598,704 99 2,538,283 99 2,711,202
Total 2,874,248 100 2,218,332 100 2,538,345 100 2,620,878 100 2,559,679 100 2,732,640
Jenis
Industri
Tenaga Kerja
1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002
Industri
Besar dan
menengah 4,170,093 39,6 4,123,612 43,7 4,234,983 40,9 4,366,816 41 4,385,923 41,8 4,385,923
Industri kecil6,352,722 60,4 5,302,198 56,3 6,119,412 59,1 6,291,441 59 6,110,058 58,2 6,110,058
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
14/48
14
dan Rumah
Tangga
Total 10,522,815 100 9,425,810 100 10,354,395 100 10,658,257 100 10,495,981 100 10,789,238
Jenis
Industri
Nilai Output (Miliar Rp)
1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002
Industri
Besar dan
menengah 264,271 91 430,273
90,7
488,212
90,5
628,808
91,6
722,360
91,5
725,912
Industri kecil
dan Rumah
Tangga 26,170 9 44,151 9,3 51,081 9,5 57,319 8,4 67,091 8,5 67,532
Total 290,441 100 474,424 100 539,293 100 686,727 100 789,451 100 793,444
Sumber: BPS, http://bps.go.id, berbagai tautan
D. Tantangan dan Masalah
Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah, tetapi untuk
pengembangan usaha keci memngalami beberapa masalah dan tantangan , berikut ini
merupakan tantangan dan masalah yang dihadapi oleh pengusaha kecil.
Masalah dasar yang dihadapi oleh pengusaha kecil yaitu :
1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar2. Kelemahan dalam stuktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur terhadap sumber sumber permodalan
Permodalan m erupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan
suatu unit usaha. Kurangnya permodalan pengusaha kecil , oleh karena pada
umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan
yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya
sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
15/48
15
bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi
pengusaha kecil adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua
pengusaha kecil memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
Terkait dengan hal ini, pengusaha kecil juga menjumpai kesulitan dalam hal
akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka
adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan
adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar
dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang investasi
hendak dibuka untuk pengusaha kecil, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak,
peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.
3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumberdaya manusiaSebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha
keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh
terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya,
unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru
a) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi PasarUsaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai
jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang
rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar
yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan
teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
b) Kurangnya TransparansiKurangnya transparansi antara generasi awal pembangun pengusaha kecil
tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
16/48
16
disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya
menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi
generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.
4. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil5. Iklim usaha kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan6. Pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan
dan kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Selain masalah yang harus dihadapi , perusaahaan kecilpun dihadapkan dengan
tatangan yang harus dapat diatasi , secara garis besar tantangan yang harus dihadapi
pengusaah kecil dapat dibagi dalam 2 kategori .
Pertama , bagi pengusaha kecil dengan 0mset Rp50 juta umumnya tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya , karena
bagi pengusaha kecil umumnya asal berjualan dengan aman sudah cukup. Mereka
pada umumnya tidak membutuhkan modal besar untuk ekspansi produksi . modal
yang diperlukan hanya untuk membantu kelancaran cashflow.
Pada usaha yang sudah berjalan, modal tetap menjadi kendala lanjutan untuk
berkembang. Masalah yang menghadang usaha kecil menyangkut kemampuan akses
pembiayaan, akses pasar dan pemasaran, tata kelola manajemen usaha kecil serta
akses informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses sumber-sumber modal karena
keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut. Padahal
pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam.
Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank, usahakecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan
menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank mensyaratkan usaha kecil
harus bankable alias dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya. Akibat
bank berlaku prudent atau hati-hati, maka makin mempersulit usaha kecil untuk
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
17/48
17
mengakses sumber modal. Usaha kecil yang sulit mengakses bank akan mencari jalan
pintas. Kemana lagi kalau bukan kepada para pelempar uang alias rentenir tetapi
usaha kecil harus rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan keliru.
Seolah olah, usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi dari
rentenir. Adalah anggapan yang sangat keliru. Mereka terpaksa memakai uang
rentenir karena terpaksa akibat sulit mengakses modal dari bank.
Usaha kecil yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan informasi.
Kendala beralih pada yang lebih advance. Seperti pengembangan produk,
pengembangan pasar, melakukan ekspor, hingga mempertahakan kualitas produk dan
kuantitas produksi. Pada situasi ini, usaha kecil dituntut meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan melakukan inovasi produk melalui pemanfaatan teknologi tepat
guna. Untuk itu usaha kecil harus mengenal lebih dekat
Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset antara Rp 50 juta sampai dengan 1
Miliar , tnantagnan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Mereka mulaimemikirkan
untuk melakukan ekspansi usaha lebih lnajut . berdasarkan pengamatan Pusat
Konsultasi Pengusaga Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh
PK jenis ini adalah
Masalah belum mempunyai system administrasi keuangan dan manajemenyang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan
Masalah bgaimana mneyuusun proposal dan membuat studi kelayakan untukmemperoleh poinjaman , baik dari bank maupun modal ventura, karena
kebanyakan perusahaaan kecil mengeluh prosedur mendapatkan kredit yang
erbelit , agunan tidak memenuhi syarat dan tingkat bunga yang tinggi
Masalah menysusunperencanaan bisnis karena persaingan dalam merebutpasar semakin ketat.
Masalah akses terhadap teknologi , terutama bila pasar dikuasai olehperusahaan atau grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
18/48
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
19/48
19
4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan, apakah berbentuk PIK(Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), atau SUIK
(Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis),
dan TPI (Tenaga Penyuluhan Industri).
5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (KelompokUsaha Bersama) dan KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).
Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemeberdayaan usaha
kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan
usaha kecil (Lihat Tabel. 15.4). Namun, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang
tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil pada
gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector
oriented, dimana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau
bidang binaannya sendiri-sendiri. Akibatnya, dua hal terjadi:
1. Ketidakefektifan arah pembinaan2. Ketiadaan indikator keberhasilan yang seragam, karena masing-masing instansi
pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria yang telah
mereka tetapkan sendiri. Karena egoisme sektoral atau departemen. Pengusaha
kecil pun sering mengeluh hanya selalu menjadi objek binaan tanpa ada
tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung.
Assauri (1993) mengusulkan untuk mengembangkan interorganization process
dalam pembinaan usaha kecil. Dalam praktiknya, struktur jaringan dalam kerangka
organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk
Inkubator Bisnis dan PKPK (Pusar Konsultasi Pengusaha Kecil). PKPK adalah ide
Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah
pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi pengusaha
menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan koordinator antarinstansi.
Saat ini, tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di 13 propinsi, dan
konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi. Kegiatan semacam ini
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
20/48
20
merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat potensi pengusaha kecil di
Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan.
F. Kebijakan dan Strategi Pengembangan UKM
Sejalan dengan perkembangan dalam era globalisasi dan tuntutan dalamrangka
pelaksanaan otonomi daerah, masalah krusial yang juga banyak dikeluhkan
belakangan ini oleh para pelaku binis tanpa kecuali UMKM munculnya berbagai
hambatan yang berkaitan dengan peraturan-peraturan baru, khususnya di daerah.
Peraturan-peraturan daerah ini sering tidak atau kurang memberikan ruang bagi
UMKM untuk berkembang. Dalam implementasinya, birokrasi administrasi yang
berbelit-belit dan penegakan hukumyang kurang tegas menjadi tantangan yang terus
harus kita atasi ke depan.
Berangkat dari berbagai masalah, tantangan dan hambatan tersebut di atas,
maka dalam pengembangan koperasi dan UMKM, pemerintah telahmenetapkan arah
kebijakannya, yaitu:
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untukmemberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan
pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi
dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah.
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tatakepemerintahan yang baik(good governance)dan berwawasan gender terutama
untuk:
Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;
Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan; Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang
menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha,
teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi.
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
21/48
21
Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausahabaru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan
penciptaan lapangan kerja terutama dengan:
1. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampildengan adopsi penerapan teknologi.
2. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnisdan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,
termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi
sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh
efisiensi kolektif.
3.
mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam prosesindustrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan
teknologi, dan peningkatan kualitas SDM
4. mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembanganregional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha
unggulan disetiap daerah.
5. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barangdan jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk
impor, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
6. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upayauntuk: (i) membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan
organisasi koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna
menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan
koperasi serta kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi
dan/atau anggotanya dari praktek-praktek persaingan usaha yang tidak
sehat; (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan
pemangku kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan (iii)
meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.
Makna yang tersirat dan tersurat dalam arah kebijakan pemerintah dalam
pengembangan UMKM tersebut pada intinya ditujukan untuk mengejar pertumbuhan
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
22/48
22
ekonomi yang tinggi, penyerapan tenaga kerja, peningkatan daya saing dan
penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, strategi pengembangan UMKM
ditujukan dalam rangka mewujudkan keempat hal tersebut, yaitu:
1. Pertama, menumbuhkan iklim usaha yang kondusifPenumbuhan iklim usaha yang kondusif ditujukan untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada masyarakat dan pelaku usaha dalam mengembangkan
usahanya, termasuk akses kepada sumberdaya produktif. Dalam kaitan ini, tidak ada
perbedaan perlakuan antara usaha besar dan UMKM semuanya diperlakukan sama
secara proporsional. Penumbuhan iklim usaha kondusif ini lebih banyak ditujukan
dalam aspek regulasi dan deregulasi. Pengaturan yang memang diperlukan
diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Demikian juga, kalau ada
peraturan yang menghambat akan disempurnakan atau barangkali
ditiadakan/deregulasi. Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang dipandang
masih dibutuhkan untuk pengembangan UMKM, antara lain: UU tentang UMKM,
UU Lembaga Keuangan Mikro, UU Penjaminan Kredit dan Peraturan yang
menyangkut pengembangan Sistem Pelayanan Perizinan Satu Pintu. Sedangkan
beberapa peraturan yang dipandang menghambat perkembangan UMKM umumnya
lebih banyak di daerah dalam bentuk PerdaSetelah otonomi daerah diterapkan, seperti Perda Perdagangan Antar Pulau
untuk kelapa dan kayu yang menghambat berkembangnya UMKM. Peraturan daerah
ini sering membebani UMKM sehingga daya saingnya menurun.
2. Kedua, meningkatkan akses pada sumberdaya finansialMasalah finansial merupakan masalah klasik bagi UMKM. Kalau ada 100
pelaku usaha mikro dan kecil khususnya ditanya masalahnya, barangkali 70-80 orang
dari mereka menjawab permodalan. Padahal, kalau ditelaah secara mendalam
masalah utamanya bukanlah permodalan, dan bahkan sering akar masalahnya akses
pasar. Karena pasarnya tidak ada, maka barang yang diproduksi jadi tidak terjual.
Akibatnya, para pelaku bisnis UMKM ini merasakan modalnya kurang. Untuk
meningkatkan akses pada sumberdaya finansial ini, pemerintah bersama dengan Bank
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
23/48
23
Indonesia mendorong pihak perbankan agar menyusun rencana bisnisnya setiap
tahun. Sejak empat tahun terakhir, melalui peran BI, perbankan selalu menyampaikan
rencana kerja tahunannya untuk pembiayaan UMKM. Pada tahun 2003, rencana
bisnis perbankan yang ditujukan bagi UMKM sebesar Rp. 42,4 trilyun dan yang
berhasil diserap oleh UMKM hanya sebesar Rp 27 trilyun atau 63,82%. Karena
penyerapannya kecil pada tahun 2003, maka pada tahun 2004 rencana bisnis
perbankan untuk UMKM hanya Rp. 38,5 trilyun dan dari plafond ini ternyata
realisasinya sebesar 72,03 trilyun atau 187%. Adapun untuk tahun 2005, rencana
bisnis perbankan untuk UMKM adalah sebesar Rp. 60,4 trilyun dan tahun 2006,
sebesar Rp. 68,1 trilyun dengan realisasi Rp. 58,02 trilyun. Untuk tahun 2007,
rencana bisnis perbankan untuk UKM adalah sebesar Rp.87,6 trilyun. Dalam rangka peningkatan akses pada finansial ini, selain melalui perbankan, pemerintah juga
mendorong pengoptimalan pemanfaatan laba 1-3 % BUMN. Di samping itu,
pemerintah juga mengalokasikan sebagian APBN untuk perkuatan KSP/USP guna
meningkatkan kemampuannya dalam melayani kebutuhan pendanaan bagi usaha
mikro dan kecil anggotanya antara lain melalui program PERKASSA (Perempuan
Keluarga Sehat dan Sejahtera) dan P3KUM (Program Pembiayaan Produktif
Koperasi dan Usaha Mikro).
3. Ketiga, meningkatkan akses pasar.Secara umum, UMKM biasanya selalu sanggup memproduksi berbagai produk.
Namun, kualitas, desain, dan harga sering kurang cocok dengan selera dan
kemampuan konsumen. Masalah ini berdampak pada kurang lakunya produk
UMKM, baik di pasar domestik dan internasional. Untuk mengatasi hal ini, maka
perlu ada pelatihan keterampilan dan manajemen untuk meningkatkan kemampuan
UMKM dalam memproduksi produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Di samping pelatihan, temu bisnis dan eksibisi di dalam dan luar negeri
perlu terus digalakkan dalam rangka memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh
UMKM. Pada sisi lain, pengembangan lembaga pendukung pemasaran produk seperti
tradinghouse atau rumah dagang dan pusat-pusat pemasaran produk UMKM lainnya
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
24/48
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
25/48
25
1. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasukdalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan
informal.
2. Penyediaan skim-skim pembiayaan altematif tanpa mendistorsi pasar, sepertisistem bagi hasil dari dana bergulir, sistem tanggung renteng, atau jaminan
tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan.
3. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai instansi pusat, daerah, dan BUMN yang lebih terkoordinasi,
profesional, dan institusional.
4. Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaandan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM).
5. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, sertabimbingan teknis manajemen usaha.
6. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro sertakemitraan usaha.
7. Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi bersama di antara usaha mikro, termasuk pedagang kaki lima, baik dalam
bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya, dalam rangka meningkatkan
posisi tawar dan efisiensi usaha.
8. Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan perajinmelalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai
dukungan penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan
9. Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung
pengembangan ekonomi pedesaan, terutama di daerah tertinggal dan
kantong-kantong kemiskinan.
6. Keenam, Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan
organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat,
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
26/48
26
sesuai dengan jatidirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk
memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan
demikian, diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi, baik primer maupun
sekunder, akan tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung
pengembangan koperasi semakin lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi
semakin berfungsi efektif dan mandiri; serta praktik berkoperasi yang baik (best
practice) semakin berkembang di kalangan masyarakat luas.
A. Kemitraan CSR Suatu Alternatif Penguatan UMKMBerbagai strategi dan program telah diupayakan dalam pemberdayaan UMKM.
Namun demikian, semua strategi dan program tersebut tidak mungkin dilakukan
sendiri oleh Kementerian Koperasi dan UKM secara khusus dan pemerintah pada
umumnya mulai dari pusat sampai Propinsi dan Kabupaten/ Kota. Peran dan
dukungan masyarakat, perguruan tinggi termasuk para pelaku bisnis dan stakeholders
lainnya juga sangatlah penting. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh
pemerintah perlu didukung oleh sumberdaya yang lain termasuk oleh para pelaku
bisnis itu sendiri. Tanpa ada kemauan dari para pelaku bisnis untuk melakukan
perbaikan, bagaimanapun besarnya sumberdaya yang dialokasikan akan sia-sia saja.
Jadi sinergitas didalam pemberdayaan UMKM menjadi kunci penentu dalam rangkamembangun UMKM yang tangguh dan berdaya saing tinggi di masa depan. Salah
satu sinergitas yang telah banyak dilakukan di luar negeri, adalah kerjasama atau
kemitraan antara UMKM dengan usaha besar. Kemitraan yang ideal dilandasi adanya
keterkaitan usaha, melalui prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan kita kenal dengan win-win solution. Praktek seperti ini telah
banyak dikembangkan, baik dalam pola sub-kontrak, wara laba, inti-plasma, dan
pola-pola kemitraan lainnya. Perusahaan besar yang bergerak di sektor otomotif
(Toyota, Honda dan lainnya); di sektor elektronik (Sony, Toshiba, Panasonic); di
sektor makanan (Mc. Donald, Kentucky Fried Chicken, Es Teller 77); sektor
perkebunan dan perikanan (sawit, tambak udang, dan rumput laut) merupakan
beberapa contoh dalam penerapan polapola kemitraan. Melalui pola kemitraan ini,
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
27/48
27
diharapkan terjadinya alih teknologi dan manajemen dari perusahaan besar kepada
yang lebih kecil. Di samping itu, pola kemitraan akan mendorong adanya peningkatan
daya saing UMKM. Kemitraanakan membangun adanya kepastian pasokan produk,
karena semuanya diatur dalam kesepakatan dalam bentuk kontrak. Selain kemitraan
yang didasarkan pada inter-relasi atau keterkaitan usaha, di banyak negara juga
dikembangkan program kemitraan yang didorong karena kepedulian perusahaan
besar untuk membina perusahaan kecil, khususnya usaha mikro dan kecil. Pola
kepedulian perusahaan besar dalam bentuk sosial seperti ini yang sering disebut
Corporate Social Responsibility (CSR) telah banyak dikembangkan. CSR sebagai
salah satu solusi kemitraan dapat memperkuat daya saing UMKM. Kemitraan kuat
akan mendorong UMKM kuat. Dalam kaitan ini, kepedulian perusahaan besar akanmemberi manfaat kepada kedua belah pihak, khususnya dalam rangka pengurangan
dampak gejolak sosial sebagai akibat adanya kecemburuan sosial si kaya semakin
kaya dan si miskin semakin miskin. Pengembangan program kemitraan dengan pola
CSR ini dapat dilakukan dalam berbagai pola, seperti community development,
peningkatan kapasitas, promosi produk, bahkan perkuatan permodalan bagi Usaha
Mikro dan Kecil. Ali (2007) secara spesifik menyebutkan bahwa CSR bisa diarahkan
agar UMKM bisa dibantu dalam inovasi packaging, inovasi branding, inovasi
produk, serta penampilan produk. Selain hal-hal tersebut, bentuk program CSR
lainnya yang juga bisa dilakukan adalah pengembangan lembaga layanan bisnis dan
yayasan lain yang intinya diarahkan untuk pengembangan UMKM.
B. Strategi BaruMemperhatikan permasalahan di atas, maka pemerintah perlu merubah strategi
pembiayaan UMKM dari yang bersifat pemberian bantuan langsung kepada
masyarakat (cash transfer) dalam bentuk hibah (grant) menjadi yang lebih bersifat
penempatan dana (fund placement) di perbankan sebagai dana penjaminan (cash
collateral) yang akan digunakan sebagai jaminan pengganti (substitute collateral)
untuk menjamin kelangsungan operasionalisasi UMKM. Dengan dana penjaminan ini
diharapkan perbankan akan terdorong untuk lebih banyak menyalurkan kreditnya
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
28/48
28
kepada UMKM sesuai dengan business plan masing-masing yang telah dikalkulasi
dan ditetapkan sebelumnya.
Secara finansial, kebijakan dan strategi penciptaan dan penyediaan dana
penjaminan akan memberikan 2 (dua) keuntungan, yaitu pertama, pemerintah dapat
lebih mengefektifkan penggunaan dana APBN yang akan dialokasikan untuk
pengembangan UMKM melalui mekanisme tidak langsung yaitu dengan penempatan
dana pemerintah sebagai pos penjaminan di rekening perbankan untuk menjamin
penyaluran kredit dan mengganti kemacetan kredit UMKM (provisioning non
performing loan). Kedua, penempatan dana penjaminan tersebut akan menciptakan
multiplier effect yang sangat besar melalui dorongan kepada perbankan untuk
menyalurkan kredit secara besar-besaran kepada UMKM.
Dengan kata lain, kebijakan dan strategi tersebut akan menghasilkan
efektivitas fiskal sekaligus ekspansi moneter yang mampu memberikan injeksi
permodalan yang luar biasa besar bagi upaya pemberdayaan UMKM secara sistemik,
profesional dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Kebijakan dan strategi ketiga merupakan tools untuk mengefektifkan
implementasi kedua kebijakan dan strategi sebelumnya sehingga secara manajerial
pengembangan UMKM dapat dilakukan secara tepat dan benar sesuai kaidah-kaidah
manajemen modern. Kebijakan dan strategi penyediaan bantuan teknis dan
pendampingan (technical assistance and facilitation) kepada UMKM dan selama ini
telah banyak dijalankan oleh berbagai kementerian/lembaga melalui berbagai
program/proyek yang bersifat bina usaha ekonomi.
Di samping itu, pemerintah melalui kesepakatan bersama antara Komite
Penanggulangan Kemiskinan dan Bank Indonesia telah pula membentuk Satuan
Tugas (Satgas) Pemberdayaan Konsultan Keuangan/Pendamping Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah Mitra Bank yang disebut KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank).
Pembentukan KKMB dimaksudkan untuk lebih mendorong implementasi bantuan
teknis dan pendampingan kepada UMKM dan Koperasi. Melalui Satgas KKMB
diharapkan akan tercipta dan tersedia konsultan/pendamping (KKMB) yang akan
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
29/48
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
30/48
30
G. Lembaga-Lembaga pendukung Usaha Kecil (UK)
Terdapat banyak lembaga pendukung pengembangan Usaha Kecil masyarakat,
baik lembaga milik pemerintah maupun lembaga milik swasta, diantaranya;
1. Kemenperin : Kementrian perindustrian Indonesia
y Visi dan Misi- Membawa Indonesia pada Tahun 2025 untuk menjadi negara industri tangguh
dunia.
- Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung
perekonomian.
y Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
y Tugas Pokok & FungsiDalam melaksanan tugas sebagaimana dimaksud, Kementerian Perindustrian
menyelenggarakan fungi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perindustrian;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perindustrian di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional
2. Kemendiknas
y Tugas Kementerian Pendidikan Nasional(Pasal 434 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010)
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
31/48
31
Kementerian Pendidikan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang pendidikan nasional dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
y Fungsi Kementerian Pendidikan Nasional(Pasal 435 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010)
Fungsi Kementerian Pendidikan Nasional :
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikannasional;
2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabKementerian Pendidikan Nasional;
3.
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PendidikanNasional;
4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusanKementerian Pendidikan Nasional di daerah; dan
5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.y Visi
Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan
Indonesia Cerdas Komprehensif
y Misi1. Ketersediaan
Meningkatkan KETERSEDIAAN layanan pendidikan. Sebagai upaya
menyediakan sarana-prasarana dan infra struktur satuan pendidikan (sekolah)
dan penunjang
lainnya.
2. KeterjangkauanMemperluas KETERJANGKAUAN layanan pendidikan. Mengupayakan
kebutuhan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.
3. KualitasMeningkatkan KUALITAS/MUTU dan relevansi layanan pendidikan.
Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan yang berstandar nasional dalam
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
32/48
32
rangka
meningkatkan mutu dan daya saing bangsa.
4. KesetaraanMewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan pendidikan. Tanpa
membedakan layanan pendidikan antarwilayah, suku, agama, status sosial,
negeri dan swasta, serta gender.
5. Kepastian JaminanMenjamin KEPASTIAN memperoleh layanan pendidikan. Adanya jaminan
bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya
atau mendapatkan lapangan kerja sesuai kompetensi.
3. Kemensos
y VisiTerwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang
telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk
mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang masuk kedalam kategori PMKS menjadi
berkesejahteraan sosial pada tahun 2014.
Kondisi ini merupakan tujuan yang realistis yang dapat dicapai selama periode lima
tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 sesuai dengan target yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial. Kondisi dimaksud sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual,dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya.
Secara konstitusional, visi ini merupakan jawaban terhadap amanat Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 34 di mana Fakir Miskin dan Anak Telantar dipelihara oleh Negara.
Undang Undang Dasar 1945 tidak memberikan penjelasan bagaimana cara
mensejahterakan fakir miskin dan anak telantar,hanya mewajibkan kepada Negara
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
33/48
33
untuk memberikan proteksi terhadap fakir miskin dan anak telantar, di mana kedua
kelompok sasaran ini termasuk kedalam PMKS. Undang Undang Nomor 11 Tahun
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial menjawab pertanyaan tentang bagaimana
meningkatkan kesejahteraan sosial PMKS termasuk di dalamnya fakir miskin dan
anak telantar.
MDGs merupakan kesepakatan komunitas internasional terhadap penurunan angka
kemiskinan di mana Indonesia ikut menandatanganinya. Dengan Konstitusi negara
yang didukung oleh Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 memperkuat Indonesia
untuk mewujudkan komitmen MDGs tersebutyang ditujukan bagi PMKS.
Kesejahteraan sosial bagi PMKS dimaksud dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunan angka kemiskinan sesuai dengan
MDGs.
Dengan demikian, visi Kementerian Sosial sebagaimana tersebut di atas memiliki
relevansi yang kuat dengan Undang Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2009 dan Undang Undang lainnya, serta MDGs yang harus dicapai pada tahun
2015. Oleh karena itu perlu ada komitmen kuat dari pemangku kepentingan untuk
mewujudkan visi tersebut.
y MisiSebagai kementerian, Kementerian Sosial mengemban dan melaksanakan tugas
sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan
berhasil dengan baik. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mencapai hasil yang
optimal sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, Kementerian Sosial menetapkan
misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas perlindungan sosial untuk menjamin pemenuhankebutuhan dasar, pelayanan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan
kesejahteraan sosial bagi PMKS;
2. Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS;
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
34/48
34
3. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminan sebagai
metode penanggulangan kemiskinan;
4. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminan sebagai
metode penanggulangan kemiskinan;
5. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,dankesetiakawanan sosial untuk menjamin keberlanjutan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial;
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.
y Program1. | Program Rehabilitasi Sosial |2. | Program Perlindungan dan Jaminan Sosial |3. | Program Pemberdayaan Sosial |4. | Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial |
5. | Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lain KementerianSosial |
6. | Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara |
Program-program pembangunan kesejahteraan sosial Kementerian Sosial tahun 2010-
2014 diarahkan bagi PMKS, yang ditempuh melalui enam program prioritas dengan
indikator dampak (impact) yang ingin dicapai diarahkan kepada: (i) peningkatan
keberfungsian sosial dan kemandirian penerima manfaat penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, (ii) peningkatan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan (iii)
peningkatan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
35/48
35
Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial tahun 2010-2014, cross cutting issues
mengenai keadilan dan kesetaraan gender akan mendapat perhatian karena
memberikan Kontribusi positif terhadap keberhasilan program yang berkelanjutan
4. Menakertrans
y Visi"Terwujudnya Tenaga Kerja dan Masyarakat Transmigrasi yang Produktif,
Kompetitif dan Sejahtera"
y Misi1. Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan penempatan tenaga
kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan bursa kerja
2. Peningkatan kompetensi ketrampilan dan produktivitas tenaga kerja danmasyarakat transmigrasi
3. Peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan sosial tenagakerja dan masyarakat transmigrasi
4. Peningkatan pengawasan ketenagakerjaan5. Percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dan6. Penerapan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan terpadu
dengan prinsip kepemerintahan yang baik (goodgovermance), yang didukung
oleh penelitian, pengembangan dan pengelolaan informasi yang efektif.
yRencana Strategis KemenakertransSebagai bagian dari pembangunan nasional, bidang ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia
dan sumberdaya alam yang memegang peranan penting dalam mewujudkan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Oleh karena itu, pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian
diarahkan untuk memberikan kontribusi nyata dan terukur dalam rangka peningkatan
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
36/48
36
kesejahteraan tenaga kerja, ketenangan berusaha dan kesejahteraan transmigrasi yang
dilaksanakan melalui berbagai kebijakan.
Upaya peningkatan daya saing bidang ketenagakerjaan diarahkan untuk:
1. Mendorong terciptanya kesempatan kerja yang layak (decent work), yaitulapangan kerja produktif dengan perlindungan dan jaminan sosial yang
memadai;
2. Mendorong terciptanya kesempatan kerja yang seluas-luasnya dan meratadalam sektor-sektor pembangunan;
3. Meningkatkan kondisi dan mekanisme hubungan industrial untuk mendorongkesempatan kerja;
4. Menyempurnakan peraturan-peraturan ketenagakerjaan dan melaksanakanperaturan ketenagakerjaan pokok (utama), sesuai hukum internasional;
5. Mengembangkan jaminan sosial dan pemberdayaan pekerja;6. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas;7. Menciptakan kesempatan kerja melalui program-program pemerintah;8. Menyempurnakan kebijakan migrasi;9. Mengembangkan kebijakan pendukung pasar kerja melalui informasi pasar
kerja.
5. Menkeu
y Visi :
"Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel
untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan".
Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai 4 (empat) misi
yaitu :
a. Misi Fiskal adalah
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
37/48
37
Mengembangkan Kebijakan Fiskal yang Sehat, Berkelanjutan, Hati-hati (Prudent),
dan Bertanggungjawab.
b. Misi Kekayaan Negara adalah
Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas
fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggungjawab.
c. Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan adalah
Mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai
penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing
global.
d. Misi Penguatan Kelembagaan adalah
oMembangun dan Mengembangkan Organisasi Berlandaskan AdministrasiPublik Sesuai dengan Tuntutan Masyarakat.
o Membangun dan Mengembangkan SDM yang Amanah, Profesional,Berintegritas Tinggi dan bertanggung jawab.
o Membangun dan Mengembangkan Teknologi Informasi Keuangan yangModern dan Terintegrasi serta Sarana dan Prasarana Strategis Lainnya.
H. Pola Kemitraan BisnisDalam era globalisasi, dunia usaha akan dihadapkan pada suatu tatanan hidup
yang penuh dengan persaingan, baik persaingan dengan Provinsi tetangga untuk pasar
lokal maupun dengan negara luar untuk pasar internasional. Faktor kunci agar suatu
kegiatan usaha dapat bertahan di era penuh persaingan ini yaitu dimilikinya daya
saing yang tinggi, yang hanya bisa dicapai dengan adanya kegiatan usaha yang efektif
dan efisien. Guna menjawab tantangan diatas, agar suatu usaha dapat berjalan dengan
efektif dan efisien yaitu dengan membangun kemitraan usaha, dengan kemitraan
diharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta transfer teknologi.
Kemitraan adalah sikap menjalankan bisnis yang berorientasi pada hubungan
kerjasama yang solid (kokoh & mendalam), berjangka panjang, saling percaya dan
dalam kedudukan yang setara. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
38/48
38
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Dasar kemitraan:
- Bersifat bisnis- Saling membutuhkan- Saling percaya- Sukarela- Disiplin- Saling menguntungkan- Accountable- Saling memperkuat
Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM (Usaha
Kecil Menengah dan UB (Usaha Besar), dikenal dengan istilah kemitraan (Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan tersebut harus disertai
pembinaan UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pola kemitraan antara UKM dan UB
di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha
Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :
(1)Inti Plasma, (2)Subkontrak, (3)Dagang Umum, (4)Keagenan, dan (5)Waralaba.
Pola kemitraan di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: pola
keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung.
y Pola Keterkaitan LangsungBerikut adalah pola keterkaitan langsung:
1. Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)Pada pola ini umumnya merupakan hubungan antara petani, kelompok tani
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
39/48
39
menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen,
menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi. Sedangkan kelompok
mitra berkewajiban memenuhi kebutuan perusahaan inti sesuai dengan
persyaratan yang telah disepakati bersama.
2. Pola DagangPola ini merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Dalam
pola ini pihak yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha
pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai pada kegiatan
agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung dalam
bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompoksupermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok barang-barang dengan
persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.
3. Pola VendorDimana produk yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan
kaitan ke depan maupun ke belakang dengan produk yang dihasilkan oleh bapak
angkatnya. Sebagai contoh, PT Kratakau Steel yang core business-nya
menghasilkan baja mempunyai anak angkat perusahaan kecil penghasil emping
melinjo.
4. Pola SubkontrakPola ini merupakan pola kemitraan antara perusahaan dengan kelompok mitra
yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian
dari hasil produksinya. Pada pola ini ditandai dengan adanya kesepakatan tentang
kontrak bersama yang menyangkut volume, harga, mutu dan waktu. Pola ini
sangat bermanfaat dalam transfer alih teknologi, modal, ketrampilan, dan
produktifitas.
y Pola keterkaitan tidak langsung
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
40/48
40
Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola
ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara "Pak Bina" dengan mitra usaha. Bisa
dipahami apabila pola ini lebih tepat dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai bagian
dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pengabdian kepada masyarakat.
Departemen Koperasi dan PPK telah merintis kerjasama dengan 16 perguruan tinggi
pada tahun 1994/95 untuk membentuk Pusat-pusat Konsultasi Pengusaha Kecil
(PKPK). Selama ini pola pembinaan lewat program ini meliputi pelatihan pengusaha
kecil, pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, bimbingan usaha, konsultasi bisnis,
monitoring usaha, temu usaha, dan lokakarya/seminar usaha kecil.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan
diantaranya adalah meningkatkatnya produktivitas, adanya efisiensi, jaminan kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas, menurunkan resiko kerugian, memberikan social benefit
yang cukup tinggi, dan meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
Kemanfaatan kemitraan dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu:
- Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah
fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan
daya saing.- Kedua, dari sudut moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam
kesetaraan.
- Ketiga, dari sudut pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegahkesenjangan sosial, kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik. Kemanfaatan
ini dapat dicapai sepanjang kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip
saling memperkuat, memerlukan, dan menguntungkan.
Program kemitraan dan jaringan subkontrak agaknya belum memasyarakat di
Indonesia. Penelitian usaha kecil di enam provinsi menemukan bahwa program
kemitraan masih kurang dibandingkan dengan jumlah pengusaha kecil yang ada
(Bachruddin, et al., 1996). Demikian pula, apabila kita simak seberapa jauh jaringan
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
41/48
41
subkontrak telah berjalan, ternyata hampir senada dengan program kemitraan
(Kuncoro, 2000). Dalam praktiknya, yang muncul ke permukaan malah saling curiga
antara si besar dan si kecil. Si kecil curiga, jangan-jangan kemitraan malah membuka
peluang untuk dicaplok oleh si besar. Si besar pun curiga, jangan-jangan bantuan
permodalannya tidak digunakan untuk mengembangkan bisnis, tetapi malah
digunakan untuk tujuan konsumtif.
I. Realitas Kemitraan
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di
antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat
langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan
dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Menurut Keraf
(1995) etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan
kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku
dari para pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut.
Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan
yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar
paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari
pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai,
moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
berjalan tidaknya kemitraan usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB, tergantung
pada kesetaraan nilai-nilai, moral, sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan.
Atau dengan perkataan lain, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya
kesetaran budaya organisasi.
Khusus untuk Pulau Jawa, proporsi IKRT yang terlibat dalam Program
Kemitraan maupun keterkaitan usaha masih dalam tahap embrional. Pengamatan di
lapangan menunjukkan masih tersendatnya implementasi program kemitraan. Hasil-
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
42/48
42
hasil penelitian membuktikan masih belum adanya perubahan realitas kemitraan sejak
tahun 1993. Hasil survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga yang dilakukan
oleh BPS (1994) menemukan pula bahwa dari 125 ribu unit industri kecil, hanya
sekitar 6% yang telah mempunyai Bapak Angkat, sedangkan bagian terbesar (94%)
belum atau tidak mempunyai Bapak Angkat.
J. Kemitraan BUMN dan UKM
Program kemitaraan BUMN terbagi dua, yaitu program kemitraan dan program
bina lingkungan. Ketentuan pelaksaan program adalah sebagai bentuk tanggung
jawab BUMN terhadap lingkungan. Kementrian Negara BUMN menetapkan Kep-
236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara (PK) dan Program Bina Lingkungan (BL).
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk
meningkatkan kompetensi usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan adalah
program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha BUMN melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Program kemitraan oleh BUMN dapat dimanfaatkan bagi UMKM yang
membutuhkan, sebagai contoh program kemitraan PT. Angkasa Pura I dengan usaha
kecil dalam peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman lunak
untuk modal kerja dan investasi serta bantuan hibah pembinaan berupa bantuan
pelatihan, pemasaran dan pemagangan. Program PKBL ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi usaha kecil, mikro sehingga menjadi usaha tangguh dan
mandiri melalui pemanfatan dana dari bagian laba perusahaan. Bentuk program
kemitraan dapat berupa pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian barang
barang modal dalam rangka meningkatkan produksi. Pinjaman khusus, untuk
membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat
tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha
mitra binaan. Syarat mengikuti program kemitraan pada PT. Angkasa Pura sebagai
berikut :
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
43/48
43
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanahdan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar3. Milik warga negara Indonesia4. Berdiri sendiri, bukan sebagai anak perusahaan5. Berbentuk usaha perorangan dan badan usaha6. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan7. Telah melakukan kegiatan minimal 1 tahun8. Bersedia menyerahkan agunan.9.
Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan program kemitraan dariBUMN
Jasa administrasi pinjaman sebesar 6% per tahun flat dengan jangka waktu 3 tahun.
Tata cara pemberian dana program kemitraan adalah :
y UKM mengajukan rencana penggunaan pinjaman dan hibah untukpengembangan usaha dalam bentuk proposal.
y Seleksi, evaluasi dan survey atas proposal yang diajukan oleh petugas.y Penyelesaian proses administrasi antara UKM yang terpilih dengan mitra
BUMN.
y Pemberian dana pinjaman dilakukan langsung ke UKM pengusul.
Sektor usaha yang dapat diberikan pinjaman adalah sektor industri,
perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan jasa. Sedang
kewajiban mitra binaan adalah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana
yang telah disetujui oleh BUMN pembina. Membayar kembali pinjaman secara tepat
waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
y Dana PK bersumber dari penyisihan laba setalah pajak sebesar 1% samapai3%, hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
44/48
44
Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional, serta pelimpahan
dana Program Kemitraan dan BUMN lain.
y Dana BL bersumber dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1%(satu persen) dan hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program
BL.
Jumlah Penyaluran Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (Rp
Miliar)
TahunKemitraan Bina
LingkunganPinjaman Pembinaan
1989 s/d 2001 2.695,2 342,0 -
2002 459,7 50,2 36,12003 570,3 52,3 44,2
2004 653,1 69,5 188,9
2005 (prognosa) 465,3 48,9 33,9
Jumlah
Kumulatif
4.807,6 562,9 303,1
Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan
Tahun Mitra Binaan
1989 s/d 2001 260.735
2002 66.578
2003 36.232
2004 40.794
2005 (prognosa) 31.019
Jumlah Kumulatif 435.358
Bagi BUMN pun, kebanyakan hanya sekedar memenuhi tuntutan Menteri Keuangan
untuk menyisihkan 1 hingga 5 persen dari laba setelah pajak untuk membina koperasi
dan usaha kecil. Dengan kata lain, keterpaksaan ini banyak berakibat tidak
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
45/48
45
langgengnya kemitraan yang dilakukan. Pengusaha kecil pun merasaka kehadiran
BUMN seakan sekedar sinterklas yang menbagi-bagi dana murah.
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
46/48
46
BAB III
KESIMPULAN
Pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembgangan industri beskala kecil akan
membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan
adalah teknologi padat karya, sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan
kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan
kawasan pedesaan. Dilain pihak, industri besar dan menengah juga memberikan
kontribusi yang dominan dari sisi nilai output.
Dalam pengembangan industri perlu adanya strategi, diantaranya dengan;
menumbuhkan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan akses pada sumberdaya
financial, meningkatkan akses pasar, meningkatkan kewirausahaan dan kemampuan
UMKM, pemberdayaan Usaha Skala Mikro, Peningkatan Kualitas Kelembagaan
Koperasi. Perlunya juga ada keterlibatan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
terkait industri dalam mengadakan program-program khusus guna pencapaian hasil
yang diharapkan.
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
47/48
47
DAFTAR SUMBER
Buku :
Kuncoro, Mudrajad, Prof.PhD. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta: c.v.
Andi OffsetJurnal :
Jafar Hafsah, Mohammad, Dr,Ir. 2004. Upaya pengembangan Usaha kecil danmenengah (ukm). Infokop Nomor 25 Tahun XX
Makalah :
Kuncoro, Mudrajad, Prof.PhD.2000. Usaha kecil di indonesia: Profil, masalah danstrategi pemberdayaan. Disajikan dalam Seminar A Quest for Industrial Districtyang diselenggarakan oleh Kelompok Diskusi Pascasarjana Ilmu-ilmu EkonomiUGM, Yogyakarta, 1 Desember 2000.
Internet :
I Wayan Dipta. Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)Melalui Kerjasama Kemitraan Pola Csr. Tersedia:http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2030/5_strategi_penguata
n.pdf. 23 Nopember 2011.
Nurendah, Analia. 2009. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (makalah).Tersedia: http://michelle04.wordpress.com/. Terakhir dikunjungi 22 November 2011
_______. 2010.Solusi Masalah Klasik Usaha Kecil Di Indonesia. Tersedia:
http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/22424-solusi-masalah-klasik-usaha-kecil-di-indonesia.html. Terakhir dikunjungi 19 noember2011
Agustianto. Strategi Baru Pemberdayaan UMKM. Tersedia:file:///D:/STRATEGI%20BARU%20PEMBERDAYAAN%20UMKM%20%C2%AB%20GERBANG%20UMKM-MAKMUR.htm. Terakhir dikunjungi 23 Nopember2011.
______. 2008. Kemitraan Usaha dan Masalahnya. Tersedia:
http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kemitraan-usaha-dan-masalahnya/.
Terakhir dikunjungi 22 Nopember 2011
Website Resmi Menkeu http://www.depkeu.go.id/Ind/Organization/?prof=sejarah#
21 Nopember 2011.
8/3/2019 pengembangan Industri KUKM
48/48
Website Depsos, 2011. Profil Kementrian Sosial. Tersedia:http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Stories_Archive&sa=show_month&year=2011&month=05&month_l=Mei Terakhir dikunjungi 20 November 2011
Website Menakentrans. 2011. Profil,V
isi, Misi dan Program Menakertrans.Tersedia: www.depnakertrans.go.id/Terakhir dikunjungi: 21 November 2011
Website resmi kementrian sosial RI.2011. Profil Kemensos. Tersedia:
www.depsos.go.id/Terakhir dikunjungi: 21 November 2011
Website Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.2011. Profil Kemenperin.
Tersedia : www.kemenperin.go.id/Terakhir dikunjungi : 20 November 2011
Profil Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2011. Profil danvisi misi Kemendiknas. Tersedia: www.kemdiknas.go.id/Terakhir dikunjungi : 20November 2011