pengembangan Industri KUKM

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    1/48

    PROFIL, MASALAH, DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN

    USAHA KECIL DI INDONESIA

    Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Industri

    Yang diampu oleh Dosen Ibu Navik Istikomah, SE., M.Si

    Oleh :

    Nida Afifah (0807103)

    Deden Ahmad Daenuri (0906876)

    Fajri Aziz (0901541)

    Lia Malyani (0907123)

    Lindawati (0900659)

    Moch Fikri Faizillah (0901226)

    Wandi Nugraha Hidayat (0906023)

    Program Studi Pendidikan Ekonomi

    Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Pendidikan Indonesia

    2011

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    2/48

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    3/48

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..............................................................................................2

    BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................4

    A. Latar Belakang ..................................................................................................4

    B. Rumusah masalah ..............................................................................................4

    C. Tujuan ...............................................................................................................5

    BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................6

    A. Mengapa Usaha Kecil Perlu Dikembangkan? ....................................................6

    B. Peranan Usaha Kecil ..........................................................................................9

    C. Profil dan Sebaran Usaha Kecil ....................................................................... 10

    D. Tantangan dan Masalah ................................................................................... 14

    E. Strategi Pemberdayaan yang Tepat .................................................................. 18

    F. Kebijakan dan Strategi Pengembangan UKM ................................................... 20

    G. Lembaga-Lembaga pendukung Usaha Kecil (UK) ........................................... 30

    H. Pola Kemitraan Bisnis ..................................................................................... 37

    I. Realitas Kemitraan ............................................................................................ 41

    J. Kemitraan BUMN dan UKM ............................................................................ 42

    BAB III KESIMPULAN.......................................................................................... 46

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    4/48

    4

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangKrisis ekonomi global yang diawali dari goyahnya ekonomi Amerika Serikat

    telah membawa banyak negara turut merasakan akibatnya. Kompas (6/3/2009)

    menyatakan bahwa sudah lebih dari 16.329 orang tenaga kerja industri Indonesia

    terkena PHK akibat krisis ekonomi global. Daya beli masyarakat semakin melemah

    padahal harga-harga kebutuhan pokok cenderung semakin mahal, keadaan ini

    menimbulkan kekhawatiran banyak pihak bahwa Indonesia akan kembali masuk ke

    dalam jurang Krisis seperti yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Krisis diprediksi

    baru akan berakhir pada tahun 2010 dengan catatan negara-negara yang menjadi

    korban krisis memiliki kebijakan yang tepat untuk menggerakkan sektor ekonominya.

    Salah satu formula yang patut dipertimbangkan pemerintah Indonesia adalah dengan

    melakukan pemberdayaan Industri Kecil Indonesia.

    Banyak program yang telah ditawarkan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan,

    baik yang pemerintah maupun swasta. Namun, hasil program belum banyak

    dirasakan oleh sebagian besar IKRT. Dalam mencapai pembangunan Indonesia yang

    maju, maka industri kecil sangat perlu diperhatikan, berdasarkan latar belakang

    diatas, penulis tertarik untuk menyusun makalah ini, sebagai perluasan dari sub judul

    materi buku Mudrajad Kuncoro mengenai Profil, masalah dan Strategi

    Pemberdayaan

    B. Rumusah masalah

    1.Bagaimana cara mengembangkan industri kecil di Indonesia?

    2. Bagaimana profil dan sebaran usaha kecil industri Indonesia?

    3. Apasaja tantangan dan startegi pengembangan Industri?

    4. Bagaimana pola dan realitas kemitraan?

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    5/48

    5

    C. Tujuan

    1. Menjelaskan cara mengmbangkan industri kecil di Indonesia

    2. Menjelaskan profil dan sebaran usaha kecil industri Indonesia

    3. Menjelaskan apa saja tantangan dan strategi pengembangan Industri

    4. Menjelaskan pola dan realitas kemitraan

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    6/48

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Mengapa Usaha Kecil Perlu Dikembangkan?

    Usaha kecil merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang

    mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

    mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya dalam

    pembangunan, usaha kecil harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan,

    saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka

    pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh

    rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat

    harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan,

    sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi

    serta menumbuhkan iklim usaha. Dengan demikian, kemampuan usaha kecil

    termasuk usahatani dari waktu ke waktu perlu diperhatikan, karena sebagian besar

    penduduk Indonesia hidup dan menggantungkan diri dari sektor ini. Usaha tani

    sebagai salah satu sektor kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar

    penduduk Indonesia harus didukung dan didorong kemampuannya agar tetap eksis,

    sehingga dapat memperluas kesempatan usaha dan memperluas lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang terus bertambah jumlahnya serta untuk meningkatkan

    penghasilan petani dan masyarakat secara lebih merata.Adapun usahatani bisa

    dilakukan oleh perorangan atau melalui pembentukan kelompok-kelompok tani baik

    dalam skala kecil maupun dalam bentuk usaha dalam skala besar, meliputi usaha

    dalam bidang budidaya tanaman, usaha perkebunan, usaha perikanan serta usaha

    dalam bidang peternakan.

    Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang

    mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

    200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang

    berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha

    Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    7/48

    7

    yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk

    mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

    Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1.Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)

    tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan

    paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara

    Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

    perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

    langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang

    perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang

    berbadan hukum, termasuk koperasi.

    Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.

    Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-

    masing Provinsi atau Kabupaten/Kota

    Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya

    deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian.

    Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan

    investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah;

    bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan.

    Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati

    oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala

    konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan

    nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro & Abimanyu,

    1995).

    Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil

    dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan:

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    8/48

    8

    Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap

    banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam

    menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan,

    pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah

    tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi

    pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994;

    Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena

    tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia,

    namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di

    perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et al.,

    1994), merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Boleh dikata, ia juga

    berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup ( survival strategy) di tengah

    krismon.

    Kedua, IKRT memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas, yang pada

    tahun 1990 mencapai US$ 1.031 juta atau menempati rangking kedua setelah ekspor

    dari kelompok aneka industri.

    Ketiga, adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida pada

    PJPT I menjadi semacam "gunungan" pada PJPT II. memperlihatkan bahwa pada

    puncak piramida dipegang oleh usaha skala besar, dengan ciri: beroperasi dalam

    struktur pasar quasi-monopoli oligopolistik, hambatan masuk tinggi (adanya bea

    masuk, nontariff, modal, dll.), menikmati margin keuntungan yang tinggi, dan

    akumulasi modal cepat. Puncak piramida ini (bagian yang diarsir) sejalan dengan

    hasil survei Warta Ekonomi (1993) mengenai omset 200 konglomerat Indonesia.

    Pada dasar piramida didominasi oleh usaha skala menengah dan kecil yang beroperasi

    dalam iklim yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan

    rendah, dan tingkat drop-outtinggi. Struktur ekonomi bentuk piramida terbukti telah

    mencuatkan isyu konsentrasi dan konglomerasi, serta banyak dituding melestarikan

    dualisme perekonomian nasional

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    9/48

    9

    B. Peranan Usaha Kecil

    Tidak dapat dipungkiri bahwa Usaha Kecil dan Menengah memegang peranan

    penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Demikian halnya dengan

    Indonesia, sejak diterpa badai krisis finansial pada tahun 1996 silam, masih banyak

    usaha kecil menengah yang hingga saat ini masih mampu bertahan. Ya meskipun

    mereka sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan, namun dengan semangat dan

    jiwa yang kuat maka mereka secara perlahan-lahan mampu bangkit dari

    keterpurukan. Hal inilah yang membedakan antara usaha-usaha sekelas dengan

    usaha-usaha sekelas corporat, meskipun penghasilan yang diperoleh lebih besar

    namun resiko yang bakal dihadapi juga semakin besar juga .Begitu krisis melanda,

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    10/48

    10

    kolaps

    Ada tiga alasan utama kenapa suatu negara harus mendorong usaha kecil yang ada

    untuk terus berkembang.

    Alasan pertama adalah karena pada umumnya cenderung memiliki kinerja

    yang lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian

    untuk alasan yang kedua, seringkali mencapai peningkatan produktivitasnya melalui

    investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari dinamika usahanya

    yang terus menyesuaikan perkembangan jaman. Untuk alasan yang terakhir, usaha

    kecl ternyata memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan

    perusahaan besar.

    Di Indonesia, usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam menyerap

    tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah

    tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu

    faktor internal maupun eksternal. Untuk faktor eksternal sendiri, ada satu

    permasalahan umum yang biasa dihadapi oleh para pelaku usaha yaitu permodalan.

    Kesulitan memperoleh modal untuk investasi maupun untuk operasional usaha

    merupakan masalah klasik yang masih menghantui di Indonesia selama ini.

    Sebenarnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan catatan bahwa masing-masing

    pelaku usaha menerapkan konsep manajemen yang baik dan sesuai dengan aturan-

    aturan yang telah ditentukan.

    C. Profil dan Sebaran Usaha Kecil

    Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi usaha

    kecil menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah

    kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1

    miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

    usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman dan Sari, 1996:5). Kedua, menurut

    kategori Badan Pusat satistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan

    industri rumah tangga.BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    11/48

    11

    pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri

    kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;

    serta (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250).

    Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil, namun agaknya usaha kecil

    mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian

    tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil

    dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola

    perusahaan serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

    Data BPS (1994) menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah

    mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa

    menggunakan tenaga kerja lain); 18,227 juta orang pengusaha kecil yang

    menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri; serta 54 ribu orang pengusaha

    kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.

    Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,

    sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal

    sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara,

    bahkan renternir.

    Ketiga, Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum memiliki status

    badan hukum. menurut catatan BPS (1994), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak

    124.990, ternyata 96,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta

    notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7

    persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT atau NV, CV, Firma, atau

    Koperasi).

    Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertigabagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan,

    minuman, dan tembakau (ISIC31) , Ialu diikuti oleh kelompok industri barang galian

    bukan logam (ISIC36); industri tekstil (ISIC32); dan industri kayu, bambu, rotan,,

    rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga (ISIC33) masing-masing

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    12/48

    12

    berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada. Sebaliknya,

    yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia (35) relatif masih

    sangat sedikit, yaitu kurang dari 1%.

    Padahal, pada tabel 15.2 menunjukkan bahwa IKRT memiliki peranan yang

    cukup besar dalam industri manufaktur bila dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan

    daya serap tenaga kerja namun lemah dalam menyumbang nilai output. Pada tahun

    2002, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 2,732 juta, ternyata

    99,2% merupakan unit usaha IKRT, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20

    orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 59,3% dari total kesempatan

    kerja. Kendati demikian, sumbangan nilai output IKRT terhadap industri manufaktur

    hanya sebesar 17,8%. Pola ini cenderung sama dari tahun ke tahunnya (1997-2002).

    Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya

    peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan

    distribusi pendapatan.

    Di lain pihak, industri besar dan menengah (IBM) memberikan kontribusi yang

    dominan dari sisi nilai output. Pada tahun 1997, IBM menyumbang 91% dari

    keseluruhan nilai output dan menyerap sekitar 39% dari total kesernpatan kerja, tetapi

    hanya menyumbang 0,8% dari total unit usaha yang ada. Pada tahun 2002, IBM

    menyumbang 91,5% dari keseluruhan nilai output dan menyediakan lapangan

    pekerjaan sekitar 40% dari total kcsempatan kerja, namun hanya menyumbang 0,8%

    dari total unit usaha yang ada.

    Berdasarkan beberapa studi tentang organisasi industri (Industrial organization)

    akhir-akhir ini, industri modern harus menghadapi adanya perubahan, baik dalam sisi

    permintaan maupun teknologi, yang mengurangi skala ekonomi akibat adanya

    standarisasi dan produksi masal (Weijland, 1994: 97110). Argumen ini diperkuat

    kembali oleh Porter (1998: 77-91) bahwa peta ekonomi dewasa ini didominasi oleh

    apa yang dinamakan kluster (cluster) yang didefinisikan sebagai konsentrasi geografis

    dari perusahaan-perusahaan dan institusi-institusi yang saling berhubungan dalam

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    13/48

    13

    wilayah tertentu. Hal senada ditegaskan pula oleh Kuncoro (2002: 80) bahwa industri

    cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dengan potensi industri untuk

    mendapatkan manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Kluster

    industri (industrial cluster) pada dasarnya merupakan kelompok produksi yang

    sangat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi pada hanya satu

    atau dua industri utama.

    Pada tahun 1999, dari persentase kontribusi tenaga kerja dan nilai tambah

    antarpropinsi di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah memiliki kontribusi paling besar

    dibandingkan provinsi lainnya di lndonesia (lihat Gambar 15.2). Propinsi Jawa

    Tengah mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,66% dengan nilai tambah 20,60%

    danpada tahun 2001 mampu menyerap kerja sebesar 26,72% dengan nilai tambah

    21,51%.

    TABEL 15.2

    Kontribusi Masing-Masing Jenis Industri Dalam Industri Manufaktur

    Indonesia, 1997-2002

    Jenis

    Industri

    Unit Usaha

    1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002

    IndustriBesar dan

    menengah 22,386 0,8 21,423 1 22,07 0,9 22,174 0,8 21,396 0,8 21,438

    Industri kecil

    dan Rumah

    Tangga 2,851,862 99,2 2,196,899 99 2,516,275 99 2,598,704 99 2,538,283 99 2,711,202

    Total 2,874,248 100 2,218,332 100 2,538,345 100 2,620,878 100 2,559,679 100 2,732,640

    Jenis

    Industri

    Tenaga Kerja

    1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002

    Industri

    Besar dan

    menengah 4,170,093 39,6 4,123,612 43,7 4,234,983 40,9 4,366,816 41 4,385,923 41,8 4,385,923

    Industri kecil6,352,722 60,4 5,302,198 56,3 6,119,412 59,1 6,291,441 59 6,110,058 58,2 6,110,058

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    14/48

    14

    dan Rumah

    Tangga

    Total 10,522,815 100 9,425,810 100 10,354,395 100 10,658,257 100 10,495,981 100 10,789,238

    Jenis

    Industri

    Nilai Output (Miliar Rp)

    1997 % 1998 % 1999 % 2000 % 2001 % 2002

    Industri

    Besar dan

    menengah 264,271 91 430,273

    90,7

    488,212

    90,5

    628,808

    91,6

    722,360

    91,5

    725,912

    Industri kecil

    dan Rumah

    Tangga 26,170 9 44,151 9,3 51,081 9,5 57,319 8,4 67,091 8,5 67,532

    Total 290,441 100 474,424 100 539,293 100 686,727 100 789,451 100 793,444

    Sumber: BPS, http://bps.go.id, berbagai tautan

    D. Tantangan dan Masalah

    Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan

    kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah, tetapi untuk

    pengembangan usaha keci memngalami beberapa masalah dan tantangan , berikut ini

    merupakan tantangan dan masalah yang dihadapi oleh pengusaha kecil.

    Masalah dasar yang dihadapi oleh pengusaha kecil yaitu :

    1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar2. Kelemahan dalam stuktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh

    jalur terhadap sumber sumber permodalan

    Permodalan m erupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan

    suatu unit usaha. Kurangnya permodalan pengusaha kecil , oleh karena pada

    umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan

    yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya

    sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya

    sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    15/48

    15

    bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi

    pengusaha kecil adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua

    pengusaha kecil memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

    Terkait dengan hal ini, pengusaha kecil juga menjumpai kesulitan dalam hal

    akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka

    adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan

    adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar

    dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih

    terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang investasi

    hendak dibuka untuk pengusaha kecil, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak,

    peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.

    3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumberdaya manusiaSebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha

    keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi

    pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh

    terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk

    berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya,

    unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru

    a) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi PasarUsaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai

    jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang

    rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan

    mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar

    yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan

    teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

    b) Kurangnya TransparansiKurangnya transparansi antara generasi awal pembangun pengusaha kecil

    tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    16/48

    16

    disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya

    menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi

    generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

    4. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil5. Iklim usaha kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan6. Pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan

    dan kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

    Selain masalah yang harus dihadapi , perusaahaan kecilpun dihadapkan dengan

    tatangan yang harus dapat diatasi , secara garis besar tantangan yang harus dihadapi

    pengusaah kecil dapat dibagi dalam 2 kategori .

    Pertama , bagi pengusaha kecil dengan 0mset Rp50 juta umumnya tantangan

    yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya , karena

    bagi pengusaha kecil umumnya asal berjualan dengan aman sudah cukup. Mereka

    pada umumnya tidak membutuhkan modal besar untuk ekspansi produksi . modal

    yang diperlukan hanya untuk membantu kelancaran cashflow.

    Pada usaha yang sudah berjalan, modal tetap menjadi kendala lanjutan untuk

    berkembang. Masalah yang menghadang usaha kecil menyangkut kemampuan akses

    pembiayaan, akses pasar dan pemasaran, tata kelola manajemen usaha kecil serta

    akses informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses sumber-sumber modal karena

    keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut. Padahal

    pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam.

    Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat

    dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank, usahakecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan

    menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank mensyaratkan usaha kecil

    harus bankable alias dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya. Akibat

    bank berlaku prudent atau hati-hati, maka makin mempersulit usaha kecil untuk

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    17/48

    17

    mengakses sumber modal. Usaha kecil yang sulit mengakses bank akan mencari jalan

    pintas. Kemana lagi kalau bukan kepada para pelempar uang alias rentenir tetapi

    usaha kecil harus rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan keliru.

    Seolah olah, usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi dari

    rentenir. Adalah anggapan yang sangat keliru. Mereka terpaksa memakai uang

    rentenir karena terpaksa akibat sulit mengakses modal dari bank.

    Usaha kecil yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan informasi.

    Kendala beralih pada yang lebih advance. Seperti pengembangan produk,

    pengembangan pasar, melakukan ekspor, hingga mempertahakan kualitas produk dan

    kuantitas produksi. Pada situasi ini, usaha kecil dituntut meningkatkan pengetahuan

    dan ketrampilan melakukan inovasi produk melalui pemanfaatan teknologi tepat

    guna. Untuk itu usaha kecil harus mengenal lebih dekat

    Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset antara Rp 50 juta sampai dengan 1

    Miliar , tnantagnan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Mereka mulaimemikirkan

    untuk melakukan ekspansi usaha lebih lnajut . berdasarkan pengamatan Pusat

    Konsultasi Pengusaga Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh

    PK jenis ini adalah

    Masalah belum mempunyai system administrasi keuangan dan manajemenyang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan

    perusahaan

    Masalah bgaimana mneyuusun proposal dan membuat studi kelayakan untukmemperoleh poinjaman , baik dari bank maupun modal ventura, karena

    kebanyakan perusahaaan kecil mengeluh prosedur mendapatkan kredit yang

    erbelit , agunan tidak memenuhi syarat dan tingkat bunga yang tinggi

    Masalah menysusunperencanaan bisnis karena persaingan dalam merebutpasar semakin ketat.

    Masalah akses terhadap teknologi , terutama bila pasar dikuasai olehperusahaan atau grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    18/48

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    19/48

    19

    4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan, apakah berbentuk PIK(Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), atau SUIK

    (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis),

    dan TPI (Tenaga Penyuluhan Industri).

    5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (KelompokUsaha Bersama) dan KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

    Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemeberdayaan usaha

    kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan

    usaha kecil (Lihat Tabel. 15.4). Namun, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang

    tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil pada

    gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector

    oriented, dimana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau

    bidang binaannya sendiri-sendiri. Akibatnya, dua hal terjadi:

    1. Ketidakefektifan arah pembinaan2. Ketiadaan indikator keberhasilan yang seragam, karena masing-masing instansi

    pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria yang telah

    mereka tetapkan sendiri. Karena egoisme sektoral atau departemen. Pengusaha

    kecil pun sering mengeluh hanya selalu menjadi objek binaan tanpa ada

    tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung.

    Assauri (1993) mengusulkan untuk mengembangkan interorganization process

    dalam pembinaan usaha kecil. Dalam praktiknya, struktur jaringan dalam kerangka

    organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk

    Inkubator Bisnis dan PKPK (Pusar Konsultasi Pengusaha Kecil). PKPK adalah ide

    Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah

    pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi pengusaha

    menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan koordinator antarinstansi.

    Saat ini, tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di 13 propinsi, dan

    konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi. Kegiatan semacam ini

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    20/48

    20

    merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat potensi pengusaha kecil di

    Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan.

    F. Kebijakan dan Strategi Pengembangan UKM

    Sejalan dengan perkembangan dalam era globalisasi dan tuntutan dalamrangka

    pelaksanaan otonomi daerah, masalah krusial yang juga banyak dikeluhkan

    belakangan ini oleh para pelaku binis tanpa kecuali UMKM munculnya berbagai

    hambatan yang berkaitan dengan peraturan-peraturan baru, khususnya di daerah.

    Peraturan-peraturan daerah ini sering tidak atau kurang memberikan ruang bagi

    UMKM untuk berkembang. Dalam implementasinya, birokrasi administrasi yang

    berbelit-belit dan penegakan hukumyang kurang tegas menjadi tantangan yang terus

    harus kita atasi ke depan.

    Berangkat dari berbagai masalah, tantangan dan hambatan tersebut di atas,

    maka dalam pengembangan koperasi dan UMKM, pemerintah telahmenetapkan arah

    kebijakannya, yaitu:

    1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untukmemberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,

    penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan

    pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi

    dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan

    rendah.

    2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tatakepemerintahan yang baik(good governance)dan berwawasan gender terutama

    untuk:

    Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;

    Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan; Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang

    menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha,

    teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi.

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    21/48

    21

    Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausahabaru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan

    penciptaan lapangan kerja terutama dengan:

    1. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampildengan adopsi penerapan teknologi.

    2. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnisdan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,

    termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi

    sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh

    efisiensi kolektif.

    3.

    mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam prosesindustrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan

    teknologi, dan peningkatan kualitas SDM

    4. mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembanganregional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha

    unggulan disetiap daerah.

    5. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barangdan jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk

    impor, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

    6. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upayauntuk: (i) membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan

    organisasi koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna

    menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan

    koperasi serta kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi

    dan/atau anggotanya dari praktek-praktek persaingan usaha yang tidak

    sehat; (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan

    pemangku kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan (iii)

    meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

    Makna yang tersirat dan tersurat dalam arah kebijakan pemerintah dalam

    pengembangan UMKM tersebut pada intinya ditujukan untuk mengejar pertumbuhan

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    22/48

    22

    ekonomi yang tinggi, penyerapan tenaga kerja, peningkatan daya saing dan

    penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, strategi pengembangan UMKM

    ditujukan dalam rangka mewujudkan keempat hal tersebut, yaitu:

    1. Pertama, menumbuhkan iklim usaha yang kondusifPenumbuhan iklim usaha yang kondusif ditujukan untuk memberikan

    kesempatan yang sama kepada masyarakat dan pelaku usaha dalam mengembangkan

    usahanya, termasuk akses kepada sumberdaya produktif. Dalam kaitan ini, tidak ada

    perbedaan perlakuan antara usaha besar dan UMKM semuanya diperlakukan sama

    secara proporsional. Penumbuhan iklim usaha kondusif ini lebih banyak ditujukan

    dalam aspek regulasi dan deregulasi. Pengaturan yang memang diperlukan

    diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Demikian juga, kalau ada

    peraturan yang menghambat akan disempurnakan atau barangkali

    ditiadakan/deregulasi. Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang dipandang

    masih dibutuhkan untuk pengembangan UMKM, antara lain: UU tentang UMKM,

    UU Lembaga Keuangan Mikro, UU Penjaminan Kredit dan Peraturan yang

    menyangkut pengembangan Sistem Pelayanan Perizinan Satu Pintu. Sedangkan

    beberapa peraturan yang dipandang menghambat perkembangan UMKM umumnya

    lebih banyak di daerah dalam bentuk PerdaSetelah otonomi daerah diterapkan, seperti Perda Perdagangan Antar Pulau

    untuk kelapa dan kayu yang menghambat berkembangnya UMKM. Peraturan daerah

    ini sering membebani UMKM sehingga daya saingnya menurun.

    2. Kedua, meningkatkan akses pada sumberdaya finansialMasalah finansial merupakan masalah klasik bagi UMKM. Kalau ada 100

    pelaku usaha mikro dan kecil khususnya ditanya masalahnya, barangkali 70-80 orang

    dari mereka menjawab permodalan. Padahal, kalau ditelaah secara mendalam

    masalah utamanya bukanlah permodalan, dan bahkan sering akar masalahnya akses

    pasar. Karena pasarnya tidak ada, maka barang yang diproduksi jadi tidak terjual.

    Akibatnya, para pelaku bisnis UMKM ini merasakan modalnya kurang. Untuk

    meningkatkan akses pada sumberdaya finansial ini, pemerintah bersama dengan Bank

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    23/48

    23

    Indonesia mendorong pihak perbankan agar menyusun rencana bisnisnya setiap

    tahun. Sejak empat tahun terakhir, melalui peran BI, perbankan selalu menyampaikan

    rencana kerja tahunannya untuk pembiayaan UMKM. Pada tahun 2003, rencana

    bisnis perbankan yang ditujukan bagi UMKM sebesar Rp. 42,4 trilyun dan yang

    berhasil diserap oleh UMKM hanya sebesar Rp 27 trilyun atau 63,82%. Karena

    penyerapannya kecil pada tahun 2003, maka pada tahun 2004 rencana bisnis

    perbankan untuk UMKM hanya Rp. 38,5 trilyun dan dari plafond ini ternyata

    realisasinya sebesar 72,03 trilyun atau 187%. Adapun untuk tahun 2005, rencana

    bisnis perbankan untuk UMKM adalah sebesar Rp. 60,4 trilyun dan tahun 2006,

    sebesar Rp. 68,1 trilyun dengan realisasi Rp. 58,02 trilyun. Untuk tahun 2007,

    rencana bisnis perbankan untuk UKM adalah sebesar Rp.87,6 trilyun. Dalam rangka peningkatan akses pada finansial ini, selain melalui perbankan, pemerintah juga

    mendorong pengoptimalan pemanfaatan laba 1-3 % BUMN. Di samping itu,

    pemerintah juga mengalokasikan sebagian APBN untuk perkuatan KSP/USP guna

    meningkatkan kemampuannya dalam melayani kebutuhan pendanaan bagi usaha

    mikro dan kecil anggotanya antara lain melalui program PERKASSA (Perempuan

    Keluarga Sehat dan Sejahtera) dan P3KUM (Program Pembiayaan Produktif

    Koperasi dan Usaha Mikro).

    3. Ketiga, meningkatkan akses pasar.Secara umum, UMKM biasanya selalu sanggup memproduksi berbagai produk.

    Namun, kualitas, desain, dan harga sering kurang cocok dengan selera dan

    kemampuan konsumen. Masalah ini berdampak pada kurang lakunya produk

    UMKM, baik di pasar domestik dan internasional. Untuk mengatasi hal ini, maka

    perlu ada pelatihan keterampilan dan manajemen untuk meningkatkan kemampuan

    UMKM dalam memproduksi produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan

    konsumen. Di samping pelatihan, temu bisnis dan eksibisi di dalam dan luar negeri

    perlu terus digalakkan dalam rangka memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh

    UMKM. Pada sisi lain, pengembangan lembaga pendukung pemasaran produk seperti

    tradinghouse atau rumah dagang dan pusat-pusat pemasaran produk UMKM lainnya

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    24/48

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    25/48

    25

    1. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasukdalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan

    informal.

    2. Penyediaan skim-skim pembiayaan altematif tanpa mendistorsi pasar, sepertisistem bagi hasil dari dana bergulir, sistem tanggung renteng, atau jaminan

    tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan.

    3. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai instansi pusat, daerah, dan BUMN yang lebih terkoordinasi,

    profesional, dan institusional.

    4. Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaandan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM).

    5. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, sertabimbingan teknis manajemen usaha.

    6. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro sertakemitraan usaha.

    7. Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi bersama di antara usaha mikro, termasuk pedagang kaki lima, baik dalam

    bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya, dalam rangka meningkatkan

    posisi tawar dan efisiensi usaha.

    8. Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan perajinmelalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai

    dukungan penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan

    9. Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung

    pengembangan ekonomi pedesaan, terutama di daerah tertinggal dan

    kantong-kantong kemiskinan.

    6. Keenam, Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan

    organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat,

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    26/48

    26

    sesuai dengan jatidirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk

    memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan

    demikian, diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi, baik primer maupun

    sekunder, akan tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung

    pengembangan koperasi semakin lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi

    semakin berfungsi efektif dan mandiri; serta praktik berkoperasi yang baik (best

    practice) semakin berkembang di kalangan masyarakat luas.

    A. Kemitraan CSR Suatu Alternatif Penguatan UMKMBerbagai strategi dan program telah diupayakan dalam pemberdayaan UMKM.

    Namun demikian, semua strategi dan program tersebut tidak mungkin dilakukan

    sendiri oleh Kementerian Koperasi dan UKM secara khusus dan pemerintah pada

    umumnya mulai dari pusat sampai Propinsi dan Kabupaten/ Kota. Peran dan

    dukungan masyarakat, perguruan tinggi termasuk para pelaku bisnis dan stakeholders

    lainnya juga sangatlah penting. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh

    pemerintah perlu didukung oleh sumberdaya yang lain termasuk oleh para pelaku

    bisnis itu sendiri. Tanpa ada kemauan dari para pelaku bisnis untuk melakukan

    perbaikan, bagaimanapun besarnya sumberdaya yang dialokasikan akan sia-sia saja.

    Jadi sinergitas didalam pemberdayaan UMKM menjadi kunci penentu dalam rangkamembangun UMKM yang tangguh dan berdaya saing tinggi di masa depan. Salah

    satu sinergitas yang telah banyak dilakukan di luar negeri, adalah kerjasama atau

    kemitraan antara UMKM dengan usaha besar. Kemitraan yang ideal dilandasi adanya

    keterkaitan usaha, melalui prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

    menguntungkan kita kenal dengan win-win solution. Praktek seperti ini telah

    banyak dikembangkan, baik dalam pola sub-kontrak, wara laba, inti-plasma, dan

    pola-pola kemitraan lainnya. Perusahaan besar yang bergerak di sektor otomotif

    (Toyota, Honda dan lainnya); di sektor elektronik (Sony, Toshiba, Panasonic); di

    sektor makanan (Mc. Donald, Kentucky Fried Chicken, Es Teller 77); sektor

    perkebunan dan perikanan (sawit, tambak udang, dan rumput laut) merupakan

    beberapa contoh dalam penerapan polapola kemitraan. Melalui pola kemitraan ini,

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    27/48

    27

    diharapkan terjadinya alih teknologi dan manajemen dari perusahaan besar kepada

    yang lebih kecil. Di samping itu, pola kemitraan akan mendorong adanya peningkatan

    daya saing UMKM. Kemitraanakan membangun adanya kepastian pasokan produk,

    karena semuanya diatur dalam kesepakatan dalam bentuk kontrak. Selain kemitraan

    yang didasarkan pada inter-relasi atau keterkaitan usaha, di banyak negara juga

    dikembangkan program kemitraan yang didorong karena kepedulian perusahaan

    besar untuk membina perusahaan kecil, khususnya usaha mikro dan kecil. Pola

    kepedulian perusahaan besar dalam bentuk sosial seperti ini yang sering disebut

    Corporate Social Responsibility (CSR) telah banyak dikembangkan. CSR sebagai

    salah satu solusi kemitraan dapat memperkuat daya saing UMKM. Kemitraan kuat

    akan mendorong UMKM kuat. Dalam kaitan ini, kepedulian perusahaan besar akanmemberi manfaat kepada kedua belah pihak, khususnya dalam rangka pengurangan

    dampak gejolak sosial sebagai akibat adanya kecemburuan sosial si kaya semakin

    kaya dan si miskin semakin miskin. Pengembangan program kemitraan dengan pola

    CSR ini dapat dilakukan dalam berbagai pola, seperti community development,

    peningkatan kapasitas, promosi produk, bahkan perkuatan permodalan bagi Usaha

    Mikro dan Kecil. Ali (2007) secara spesifik menyebutkan bahwa CSR bisa diarahkan

    agar UMKM bisa dibantu dalam inovasi packaging, inovasi branding, inovasi

    produk, serta penampilan produk. Selain hal-hal tersebut, bentuk program CSR

    lainnya yang juga bisa dilakukan adalah pengembangan lembaga layanan bisnis dan

    yayasan lain yang intinya diarahkan untuk pengembangan UMKM.

    B. Strategi BaruMemperhatikan permasalahan di atas, maka pemerintah perlu merubah strategi

    pembiayaan UMKM dari yang bersifat pemberian bantuan langsung kepada

    masyarakat (cash transfer) dalam bentuk hibah (grant) menjadi yang lebih bersifat

    penempatan dana (fund placement) di perbankan sebagai dana penjaminan (cash

    collateral) yang akan digunakan sebagai jaminan pengganti (substitute collateral)

    untuk menjamin kelangsungan operasionalisasi UMKM. Dengan dana penjaminan ini

    diharapkan perbankan akan terdorong untuk lebih banyak menyalurkan kreditnya

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    28/48

    28

    kepada UMKM sesuai dengan business plan masing-masing yang telah dikalkulasi

    dan ditetapkan sebelumnya.

    Secara finansial, kebijakan dan strategi penciptaan dan penyediaan dana

    penjaminan akan memberikan 2 (dua) keuntungan, yaitu pertama, pemerintah dapat

    lebih mengefektifkan penggunaan dana APBN yang akan dialokasikan untuk

    pengembangan UMKM melalui mekanisme tidak langsung yaitu dengan penempatan

    dana pemerintah sebagai pos penjaminan di rekening perbankan untuk menjamin

    penyaluran kredit dan mengganti kemacetan kredit UMKM (provisioning non

    performing loan). Kedua, penempatan dana penjaminan tersebut akan menciptakan

    multiplier effect yang sangat besar melalui dorongan kepada perbankan untuk

    menyalurkan kredit secara besar-besaran kepada UMKM.

    Dengan kata lain, kebijakan dan strategi tersebut akan menghasilkan

    efektivitas fiskal sekaligus ekspansi moneter yang mampu memberikan injeksi

    permodalan yang luar biasa besar bagi upaya pemberdayaan UMKM secara sistemik,

    profesional dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

    Kebijakan dan strategi ketiga merupakan tools untuk mengefektifkan

    implementasi kedua kebijakan dan strategi sebelumnya sehingga secara manajerial

    pengembangan UMKM dapat dilakukan secara tepat dan benar sesuai kaidah-kaidah

    manajemen modern. Kebijakan dan strategi penyediaan bantuan teknis dan

    pendampingan (technical assistance and facilitation) kepada UMKM dan selama ini

    telah banyak dijalankan oleh berbagai kementerian/lembaga melalui berbagai

    program/proyek yang bersifat bina usaha ekonomi.

    Di samping itu, pemerintah melalui kesepakatan bersama antara Komite

    Penanggulangan Kemiskinan dan Bank Indonesia telah pula membentuk Satuan

    Tugas (Satgas) Pemberdayaan Konsultan Keuangan/Pendamping Usaha Mikro, Kecil

    dan Menengah Mitra Bank yang disebut KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank).

    Pembentukan KKMB dimaksudkan untuk lebih mendorong implementasi bantuan

    teknis dan pendampingan kepada UMKM dan Koperasi. Melalui Satgas KKMB

    diharapkan akan tercipta dan tersedia konsultan/pendamping (KKMB) yang akan

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    29/48

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    30/48

    30

    G. Lembaga-Lembaga pendukung Usaha Kecil (UK)

    Terdapat banyak lembaga pendukung pengembangan Usaha Kecil masyarakat,

    baik lembaga milik pemerintah maupun lembaga milik swasta, diantaranya;

    1. Kemenperin : Kementrian perindustrian Indonesia

    y Visi dan Misi- Membawa Indonesia pada Tahun 2025 untuk menjadi negara industri tangguh

    dunia.

    - Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung

    perekonomian.

    y Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

    menyelenggarakan pemerintahan negara.

    y Tugas Pokok & FungsiDalam melaksanan tugas sebagaimana dimaksud, Kementerian Perindustrian

    menyelenggarakan fungi:

    a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

    Kementerian Perindustrian;

    c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

    Kementerian Perindustrian di daerah; dan

    e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional

    2. Kemendiknas

    y Tugas Kementerian Pendidikan Nasional(Pasal 434 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010)

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    31/48

    31

    Kementerian Pendidikan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di

    bidang pendidikan nasional dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

    menyelenggarakan pemerintahan negara.

    y Fungsi Kementerian Pendidikan Nasional(Pasal 435 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010)

    Fungsi Kementerian Pendidikan Nasional :

    1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikannasional;

    2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabKementerian Pendidikan Nasional;

    3.

    pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PendidikanNasional;

    4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusanKementerian Pendidikan Nasional di daerah; dan

    5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.y Visi

    Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan

    Indonesia Cerdas Komprehensif

    y Misi1. Ketersediaan

    Meningkatkan KETERSEDIAAN layanan pendidikan. Sebagai upaya

    menyediakan sarana-prasarana dan infra struktur satuan pendidikan (sekolah)

    dan penunjang

    lainnya.

    2. KeterjangkauanMemperluas KETERJANGKAUAN layanan pendidikan. Mengupayakan

    kebutuhan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.

    3. KualitasMeningkatkan KUALITAS/MUTU dan relevansi layanan pendidikan.

    Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan yang berstandar nasional dalam

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    32/48

    32

    rangka

    meningkatkan mutu dan daya saing bangsa.

    4. KesetaraanMewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan pendidikan. Tanpa

    membedakan layanan pendidikan antarwilayah, suku, agama, status sosial,

    negeri dan swasta, serta gender.

    5. Kepastian JaminanMenjamin KEPASTIAN memperoleh layanan pendidikan. Adanya jaminan

    bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya

    atau mendapatkan lapangan kerja sesuai kompetensi.

    3. Kemensos

    y VisiTerwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat

    Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang

    telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk

    mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang masuk kedalam kategori PMKS menjadi

    berkesejahteraan sosial pada tahun 2014.

    Kondisi ini merupakan tujuan yang realistis yang dapat dicapai selama periode lima

    tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 sesuai dengan target yang ditetapkan oleh

    Kementerian Sosial. Kondisi dimaksud sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

    material, spiritual,dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

    mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya.

    Secara konstitusional, visi ini merupakan jawaban terhadap amanat Undang-Undang

    Dasar 1945 Pasal 34 di mana Fakir Miskin dan Anak Telantar dipelihara oleh Negara.

    Undang Undang Dasar 1945 tidak memberikan penjelasan bagaimana cara

    mensejahterakan fakir miskin dan anak telantar,hanya mewajibkan kepada Negara

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    33/48

    33

    untuk memberikan proteksi terhadap fakir miskin dan anak telantar, di mana kedua

    kelompok sasaran ini termasuk kedalam PMKS. Undang Undang Nomor 11 Tahun

    2009 Tentang Kesejahteraan Sosial menjawab pertanyaan tentang bagaimana

    meningkatkan kesejahteraan sosial PMKS termasuk di dalamnya fakir miskin dan

    anak telantar.

    MDGs merupakan kesepakatan komunitas internasional terhadap penurunan angka

    kemiskinan di mana Indonesia ikut menandatanganinya. Dengan Konstitusi negara

    yang didukung oleh Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 memperkuat Indonesia

    untuk mewujudkan komitmen MDGs tersebutyang ditujukan bagi PMKS.

    Kesejahteraan sosial bagi PMKS dimaksud dapat memberikan kontribusi bagi

    peningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunan angka kemiskinan sesuai dengan

    MDGs.

    Dengan demikian, visi Kementerian Sosial sebagaimana tersebut di atas memiliki

    relevansi yang kuat dengan Undang Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2009 dan Undang Undang lainnya, serta MDGs yang harus dicapai pada tahun

    2015. Oleh karena itu perlu ada komitmen kuat dari pemangku kepentingan untuk

    mewujudkan visi tersebut.

    y MisiSebagai kementerian, Kementerian Sosial mengemban dan melaksanakan tugas

    sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan

    berhasil dengan baik. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mencapai hasil yang

    optimal sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, Kementerian Sosial menetapkan

    misi sebagai berikut:

    1. Meningkatkan aksesibilitas perlindungan sosial untuk menjamin pemenuhankebutuhan dasar, pelayanan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan

    kesejahteraan sosial bagi PMKS;

    2. Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS;

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    34/48

    34

    3. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminan sebagai

    metode penanggulangan kemiskinan;

    4. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, rehabilitasi, pemberdayaan, dan jaminan sebagai

    metode penanggulangan kemiskinan;

    5. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,dankesetiakawanan sosial untuk menjamin keberlanjutan peran serta masyarakat

    dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial;

    6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraankesejahteraan sosial.

    y Program1. | Program Rehabilitasi Sosial |2. | Program Perlindungan dan Jaminan Sosial |3. | Program Pemberdayaan Sosial |4. | Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan

    Sosial |

    5. | Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lain KementerianSosial |

    6. | Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara |

    Program-program pembangunan kesejahteraan sosial Kementerian Sosial tahun 2010-

    2014 diarahkan bagi PMKS, yang ditempuh melalui enam program prioritas dengan

    indikator dampak (impact) yang ingin dicapai diarahkan kepada: (i) peningkatan

    keberfungsian sosial dan kemandirian penerima manfaat penyelenggaraan

    kesejahteraan sosial, (ii) peningkatan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam

    penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan (iii)

    peningkatan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    35/48

    35

    Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial tahun 2010-2014, cross cutting issues

    mengenai keadilan dan kesetaraan gender akan mendapat perhatian karena

    memberikan Kontribusi positif terhadap keberhasilan program yang berkelanjutan

    4. Menakertrans

    y Visi"Terwujudnya Tenaga Kerja dan Masyarakat Transmigrasi yang Produktif,

    Kompetitif dan Sejahtera"

    y Misi1. Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan penempatan tenaga

    kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan bursa kerja

    2. Peningkatan kompetensi ketrampilan dan produktivitas tenaga kerja danmasyarakat transmigrasi

    3. Peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan sosial tenagakerja dan masyarakat transmigrasi

    4. Peningkatan pengawasan ketenagakerjaan5. Percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dan6. Penerapan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan terpadu

    dengan prinsip kepemerintahan yang baik (goodgovermance), yang didukung

    oleh penelitian, pengembangan dan pengelolaan informasi yang efektif.

    yRencana Strategis KemenakertransSebagai bagian dari pembangunan nasional, bidang ketenagakerjaan dan

    ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia

    dan sumberdaya alam yang memegang peranan penting dalam mewujudkan

    pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.

    Oleh karena itu, pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian

    diarahkan untuk memberikan kontribusi nyata dan terukur dalam rangka peningkatan

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    36/48

    36

    kesejahteraan tenaga kerja, ketenangan berusaha dan kesejahteraan transmigrasi yang

    dilaksanakan melalui berbagai kebijakan.

    Upaya peningkatan daya saing bidang ketenagakerjaan diarahkan untuk:

    1. Mendorong terciptanya kesempatan kerja yang layak (decent work), yaitulapangan kerja produktif dengan perlindungan dan jaminan sosial yang

    memadai;

    2. Mendorong terciptanya kesempatan kerja yang seluas-luasnya dan meratadalam sektor-sektor pembangunan;

    3. Meningkatkan kondisi dan mekanisme hubungan industrial untuk mendorongkesempatan kerja;

    4. Menyempurnakan peraturan-peraturan ketenagakerjaan dan melaksanakanperaturan ketenagakerjaan pokok (utama), sesuai hukum internasional;

    5. Mengembangkan jaminan sosial dan pemberdayaan pekerja;6. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas;7. Menciptakan kesempatan kerja melalui program-program pemerintah;8. Menyempurnakan kebijakan migrasi;9. Mengembangkan kebijakan pendukung pasar kerja melalui informasi pasar

    kerja.

    5. Menkeu

    y Visi :

    "Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel

    untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan".

    Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai 4 (empat) misi

    yaitu :

    a. Misi Fiskal adalah

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    37/48

    37

    Mengembangkan Kebijakan Fiskal yang Sehat, Berkelanjutan, Hati-hati (Prudent),

    dan Bertanggungjawab.

    b. Misi Kekayaan Negara adalah

    Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas

    fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggungjawab.

    c. Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan adalah

    Mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai

    penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing

    global.

    d. Misi Penguatan Kelembagaan adalah

    oMembangun dan Mengembangkan Organisasi Berlandaskan AdministrasiPublik Sesuai dengan Tuntutan Masyarakat.

    o Membangun dan Mengembangkan SDM yang Amanah, Profesional,Berintegritas Tinggi dan bertanggung jawab.

    o Membangun dan Mengembangkan Teknologi Informasi Keuangan yangModern dan Terintegrasi serta Sarana dan Prasarana Strategis Lainnya.

    H. Pola Kemitraan BisnisDalam era globalisasi, dunia usaha akan dihadapkan pada suatu tatanan hidup

    yang penuh dengan persaingan, baik persaingan dengan Provinsi tetangga untuk pasar

    lokal maupun dengan negara luar untuk pasar internasional. Faktor kunci agar suatu

    kegiatan usaha dapat bertahan di era penuh persaingan ini yaitu dimilikinya daya

    saing yang tinggi, yang hanya bisa dicapai dengan adanya kegiatan usaha yang efektif

    dan efisien. Guna menjawab tantangan diatas, agar suatu usaha dapat berjalan dengan

    efektif dan efisien yaitu dengan membangun kemitraan usaha, dengan kemitraan

    diharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta transfer teknologi.

    Kemitraan adalah sikap menjalankan bisnis yang berorientasi pada hubungan

    kerjasama yang solid (kokoh & mendalam), berjangka panjang, saling percaya dan

    dalam kedudukan yang setara. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    38/48

    38

    dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

    keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

    Dasar kemitraan:

    - Bersifat bisnis- Saling membutuhkan- Saling percaya- Sukarela- Disiplin- Saling menguntungkan- Accountable- Saling memperkuat

    Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM (Usaha

    Kecil Menengah dan UB (Usaha Besar), dikenal dengan istilah kemitraan (Peraturan

    Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan tersebut harus disertai

    pembinaan UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling memerlukan,

    saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pola kemitraan antara UKM dan UB

    di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha

    Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :

    (1)Inti Plasma, (2)Subkontrak, (3)Dagang Umum, (4)Keagenan, dan (5)Waralaba.

    Pola kemitraan di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: pola

    keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung.

    y Pola Keterkaitan LangsungBerikut adalah pola keterkaitan langsung:

    1. Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat)Pada pola ini umumnya merupakan hubungan antara petani, kelompok tani

    sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    39/48

    39

    menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen,

    menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi. Sedangkan kelompok

    mitra berkewajiban memenuhi kebutuan perusahaan inti sesuai dengan

    persyaratan yang telah disepakati bersama.

    2. Pola DagangPola ini merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Dalam

    pola ini pihak yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha

    pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai pada kegiatan

    agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung dalam

    bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompoksupermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok barang-barang dengan

    persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.

    3. Pola VendorDimana produk yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan

    kaitan ke depan maupun ke belakang dengan produk yang dihasilkan oleh bapak

    angkatnya. Sebagai contoh, PT Kratakau Steel yang core business-nya

    menghasilkan baja mempunyai anak angkat perusahaan kecil penghasil emping

    melinjo.

    4. Pola SubkontrakPola ini merupakan pola kemitraan antara perusahaan dengan kelompok mitra

    yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian

    dari hasil produksinya. Pada pola ini ditandai dengan adanya kesepakatan tentang

    kontrak bersama yang menyangkut volume, harga, mutu dan waktu. Pola ini

    sangat bermanfaat dalam transfer alih teknologi, modal, ketrampilan, dan

    produktifitas.

    y Pola keterkaitan tidak langsung

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    40/48

    40

    Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola

    ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara "Pak Bina" dengan mitra usaha. Bisa

    dipahami apabila pola ini lebih tepat dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai bagian

    dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pengabdian kepada masyarakat.

    Departemen Koperasi dan PPK telah merintis kerjasama dengan 16 perguruan tinggi

    pada tahun 1994/95 untuk membentuk Pusat-pusat Konsultasi Pengusaha Kecil

    (PKPK). Selama ini pola pembinaan lewat program ini meliputi pelatihan pengusaha

    kecil, pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, bimbingan usaha, konsultasi bisnis,

    monitoring usaha, temu usaha, dan lokakarya/seminar usaha kecil.

    Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan

    diantaranya adalah meningkatkatnya produktivitas, adanya efisiensi, jaminan kualitas,

    kuantitas, dan kontinuitas, menurunkan resiko kerugian, memberikan social benefit

    yang cukup tinggi, dan meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

    Kemanfaatan kemitraan dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu:

    - Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah

    fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan

    daya saing.- Kedua, dari sudut moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam

    kesetaraan.

    - Ketiga, dari sudut pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegahkesenjangan sosial, kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik. Kemanfaatan

    ini dapat dicapai sepanjang kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip

    saling memperkuat, memerlukan, dan menguntungkan.

    Program kemitraan dan jaringan subkontrak agaknya belum memasyarakat di

    Indonesia. Penelitian usaha kecil di enam provinsi menemukan bahwa program

    kemitraan masih kurang dibandingkan dengan jumlah pengusaha kecil yang ada

    (Bachruddin, et al., 1996). Demikian pula, apabila kita simak seberapa jauh jaringan

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    41/48

    41

    subkontrak telah berjalan, ternyata hampir senada dengan program kemitraan

    (Kuncoro, 2000). Dalam praktiknya, yang muncul ke permukaan malah saling curiga

    antara si besar dan si kecil. Si kecil curiga, jangan-jangan kemitraan malah membuka

    peluang untuk dicaplok oleh si besar. Si besar pun curiga, jangan-jangan bantuan

    permodalannya tidak digunakan untuk mengembangkan bisnis, tetapi malah

    digunakan untuk tujuan konsumtif.

    I. Realitas Kemitraan

    Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di

    antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat

    langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan

    dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Menurut Keraf

    (1995) etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma

    moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,

    baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan

    kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku

    dari para pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut.

    Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan

    yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar

    paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari

    pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai,

    moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut

    tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    berjalan tidaknya kemitraan usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB, tergantung

    pada kesetaraan nilai-nilai, moral, sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan.

    Atau dengan perkataan lain, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya

    kesetaran budaya organisasi.

    Khusus untuk Pulau Jawa, proporsi IKRT yang terlibat dalam Program

    Kemitraan maupun keterkaitan usaha masih dalam tahap embrional. Pengamatan di

    lapangan menunjukkan masih tersendatnya implementasi program kemitraan. Hasil-

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    42/48

    42

    hasil penelitian membuktikan masih belum adanya perubahan realitas kemitraan sejak

    tahun 1993. Hasil survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga yang dilakukan

    oleh BPS (1994) menemukan pula bahwa dari 125 ribu unit industri kecil, hanya

    sekitar 6% yang telah mempunyai Bapak Angkat, sedangkan bagian terbesar (94%)

    belum atau tidak mempunyai Bapak Angkat.

    J. Kemitraan BUMN dan UKM

    Program kemitaraan BUMN terbagi dua, yaitu program kemitraan dan program

    bina lingkungan. Ketentuan pelaksaan program adalah sebagai bentuk tanggung

    jawab BUMN terhadap lingkungan. Kementrian Negara BUMN menetapkan Kep-

    236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang program Kemitraan Badan Usaha

    Milik Negara (PK) dan Program Bina Lingkungan (BL).

    Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk

    meningkatkan kompetensi usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

    pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan adalah

    program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha BUMN melalui

    pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

    Program kemitraan oleh BUMN dapat dimanfaatkan bagi UMKM yang

    membutuhkan, sebagai contoh program kemitraan PT. Angkasa Pura I dengan usaha

    kecil dalam peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman lunak

    untuk modal kerja dan investasi serta bantuan hibah pembinaan berupa bantuan

    pelatihan, pemasaran dan pemagangan. Program PKBL ini bertujuan untuk

    meningkatkan kompetensi usaha kecil, mikro sehingga menjadi usaha tangguh dan

    mandiri melalui pemanfatan dana dari bagian laba perusahaan. Bentuk program

    kemitraan dapat berupa pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian barang

    barang modal dalam rangka meningkatkan produksi. Pinjaman khusus, untuk

    membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat

    tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha

    mitra binaan. Syarat mengikuti program kemitraan pada PT. Angkasa Pura sebagai

    berikut :

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    43/48

    43

    1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanahdan bangunan tempat usaha.

    2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar3. Milik warga negara Indonesia4. Berdiri sendiri, bukan sebagai anak perusahaan5. Berbentuk usaha perorangan dan badan usaha6. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan7. Telah melakukan kegiatan minimal 1 tahun8. Bersedia menyerahkan agunan.9.

    Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan program kemitraan dariBUMN

    Jasa administrasi pinjaman sebesar 6% per tahun flat dengan jangka waktu 3 tahun.

    Tata cara pemberian dana program kemitraan adalah :

    y UKM mengajukan rencana penggunaan pinjaman dan hibah untukpengembangan usaha dalam bentuk proposal.

    y Seleksi, evaluasi dan survey atas proposal yang diajukan oleh petugas.y Penyelesaian proses administrasi antara UKM yang terpilih dengan mitra

    BUMN.

    y Pemberian dana pinjaman dilakukan langsung ke UKM pengusul.

    Sektor usaha yang dapat diberikan pinjaman adalah sektor industri,

    perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan jasa. Sedang

    kewajiban mitra binaan adalah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana

    yang telah disetujui oleh BUMN pembina. Membayar kembali pinjaman secara tepat

    waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

    y Dana PK bersumber dari penyisihan laba setalah pajak sebesar 1% samapai3%, hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    44/48

    44

    Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional, serta pelimpahan

    dana Program Kemitraan dan BUMN lain.

    y Dana BL bersumber dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1%(satu persen) dan hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program

    BL.

    Jumlah Penyaluran Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (Rp

    Miliar)

    TahunKemitraan Bina

    LingkunganPinjaman Pembinaan

    1989 s/d 2001 2.695,2 342,0 -

    2002 459,7 50,2 36,12003 570,3 52,3 44,2

    2004 653,1 69,5 188,9

    2005 (prognosa) 465,3 48,9 33,9

    Jumlah

    Kumulatif

    4.807,6 562,9 303,1

    Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan

    Tahun Mitra Binaan

    1989 s/d 2001 260.735

    2002 66.578

    2003 36.232

    2004 40.794

    2005 (prognosa) 31.019

    Jumlah Kumulatif 435.358

    Bagi BUMN pun, kebanyakan hanya sekedar memenuhi tuntutan Menteri Keuangan

    untuk menyisihkan 1 hingga 5 persen dari laba setelah pajak untuk membina koperasi

    dan usaha kecil. Dengan kata lain, keterpaksaan ini banyak berakibat tidak

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    45/48

    45

    langgengnya kemitraan yang dilakukan. Pengusaha kecil pun merasaka kehadiran

    BUMN seakan sekedar sinterklas yang menbagi-bagi dana murah.

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    46/48

    46

    BAB III

    KESIMPULAN

    Pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembgangan industri beskala kecil akan

    membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan

    adalah teknologi padat karya, sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan

    kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan

    kawasan pedesaan. Dilain pihak, industri besar dan menengah juga memberikan

    kontribusi yang dominan dari sisi nilai output.

    Dalam pengembangan industri perlu adanya strategi, diantaranya dengan;

    menumbuhkan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan akses pada sumberdaya

    financial, meningkatkan akses pasar, meningkatkan kewirausahaan dan kemampuan

    UMKM, pemberdayaan Usaha Skala Mikro, Peningkatan Kualitas Kelembagaan

    Koperasi. Perlunya juga ada keterlibatan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan

    terkait industri dalam mengadakan program-program khusus guna pencapaian hasil

    yang diharapkan.

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    47/48

    47

    DAFTAR SUMBER

    Buku :

    Kuncoro, Mudrajad, Prof.PhD. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta: c.v.

    Andi OffsetJurnal :

    Jafar Hafsah, Mohammad, Dr,Ir. 2004. Upaya pengembangan Usaha kecil danmenengah (ukm). Infokop Nomor 25 Tahun XX

    Makalah :

    Kuncoro, Mudrajad, Prof.PhD.2000. Usaha kecil di indonesia: Profil, masalah danstrategi pemberdayaan. Disajikan dalam Seminar A Quest for Industrial Districtyang diselenggarakan oleh Kelompok Diskusi Pascasarjana Ilmu-ilmu EkonomiUGM, Yogyakarta, 1 Desember 2000.

    Internet :

    I Wayan Dipta. Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)Melalui Kerjasama Kemitraan Pola Csr. Tersedia:http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2030/5_strategi_penguata

    n.pdf. 23 Nopember 2011.

    Nurendah, Analia. 2009. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (makalah).Tersedia: http://michelle04.wordpress.com/. Terakhir dikunjungi 22 November 2011

    _______. 2010.Solusi Masalah Klasik Usaha Kecil Di Indonesia. Tersedia:

    http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/22424-solusi-masalah-klasik-usaha-kecil-di-indonesia.html. Terakhir dikunjungi 19 noember2011

    Agustianto. Strategi Baru Pemberdayaan UMKM. Tersedia:file:///D:/STRATEGI%20BARU%20PEMBERDAYAAN%20UMKM%20%C2%AB%20GERBANG%20UMKM-MAKMUR.htm. Terakhir dikunjungi 23 Nopember2011.

    ______. 2008. Kemitraan Usaha dan Masalahnya. Tersedia:

    http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kemitraan-usaha-dan-masalahnya/.

    Terakhir dikunjungi 22 Nopember 2011

    Website Resmi Menkeu http://www.depkeu.go.id/Ind/Organization/?prof=sejarah#

    21 Nopember 2011.

  • 8/3/2019 pengembangan Industri KUKM

    48/48

    Website Depsos, 2011. Profil Kementrian Sosial. Tersedia:http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Stories_Archive&sa=show_month&year=2011&month=05&month_l=Mei Terakhir dikunjungi 20 November 2011

    Website Menakentrans. 2011. Profil,V

    isi, Misi dan Program Menakertrans.Tersedia: www.depnakertrans.go.id/Terakhir dikunjungi: 21 November 2011

    Website resmi kementrian sosial RI.2011. Profil Kemensos. Tersedia:

    www.depsos.go.id/Terakhir dikunjungi: 21 November 2011

    Website Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.2011. Profil Kemenperin.

    Tersedia : www.kemenperin.go.id/Terakhir dikunjungi : 20 November 2011

    Profil Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2011. Profil danvisi misi Kemendiknas. Tersedia: www.kemdiknas.go.id/Terakhir dikunjungi : 20November 2011