18
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464481 ISSN: 2798-0634 (online) DOI: 10.17977/um067v1i6p464-481 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan ganda materi asam basa Eli Khusmawardani, Muntholib*, Yudhi Utomo Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia *Penulis korespondensi, Surel: [email protected] Paper received: 01-06-2021; revised: 15-06-2021; accepted: 30-06-2021 Abstrak Literasi kimia merupakan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah terkait suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep-konsep kimia yang dimiliki. Instrumen asesmen literasi kimia yang sudah dikembangkan hanya terbatas pada materi kimia seperti kesetimbangan kimia dan kinetika kimia dimana belum mencakup seluruh materi kimia di sekolah menengah. Kemampuan literasi kimia peserta didik dapat ditingkatkan menggunakan instrumen tes literasi kimia yang mendukung ketercapaian literasi kimia peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen literasi kimia pilihan ganda materi asam basa untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik serta mengukur literasi kimia peserta didik pada materi asam-basa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis hasil uji coba instrumen yang melibatkan 138 peserta didik dan pendekatan deskriptif dalam analisis kemampuan literasi kimia yang melibatkan 64 peserta didik. Rancangan penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini terdapat dua tahapan (1) pengambangan instrumen, dan (2) penelitian survei. Tahapan pengembangan instrumen (diadaptasi dari Chandrasegaran et.al., 2007; Wattanakasiwich et.al., 2013; Damanhuri et.al., 2016; Muntholib et.al., in press) terdiri dari lima tahapan: (1) studi literatur, (2) pengumpulan item, (3) penilaian ahli, (4) uji coba kepada 138 peserta didik, dan (5) hasil akhir instrumen. Instrumen hasil pengembangan digunakan untuk survei kemampuan literasi kimia peserta didik pada materi asam basa. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa terdapat 26 butir soal litrasi kimia hasil pengembangan yang dikatakan valid dengan reliabilitas Cronbach’s Alpha tinggi sebesar 0,804. Ketercapian rata-rata literasi kimia peserta didik di SMA Negeri 1 Ngoro sebesar 57,75 persen dalam kategori sedang dengan rincian (a) aspek pengetahuan konten asam basa sebesar 66,54 persen; (b) aspek pengetahuan prosedural sebesar 59,16 persen; (c) aspek pengetahuan epistemik sebesar 41.93 persen, (d) kompetensei menjelaskan fenomena secara ilmiah sebesar 57,59 persen; (e) kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah sebesar 63,28 persen; dan (f) kompetensi menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah sebesar 58,01 persen. Kata kunci: instrumen asesmen; literasi kimia; asam-basa 1. Pendahuluan Literasi kimia merupakan bagian dari literasi sains (Mozeika & Bilbokaite, 2010) yang kian diterima dan dinilai sebagai tujuan pembelajaran (Laderman, 2014). Dokumen pendidikan sains juga telah menekankan pentingnya literasi sains sebagai transferable outcome (Fives, et al., 2014), termasuk dokumen Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 20 tahun 2016) yang saat ini berlaku di Indonesia. Konsekuensi penempatan literasi sains sebagai tujuan pendidikan sains ini adalah tersedianya standar konten, pedagogi, dan penilaian (Shwartz, et.al., 2006), termasuk standar penilaian literasi kimia. Literasi kimia merupakan kemampuan dalam menggunakan konsep kimia dalam mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka memahami dan membuat keputusan tentang suatu fenomena. Literasi kimia ditunjukkan sebagai upaya untuk memahami dan terlibat dalam diskusi kritis tentang isu-isu sains dan teknologi dengan melibatkan tiga kompetensi spesifik dalam literasi sains yang dibutuhkan

Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481 ISSN: 2798-0634 (online) DOI: 10.17977/um067v1i6p464-481

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

ganda materi asam basa

Eli Khusmawardani, Muntholib*, Yudhi Utomo

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

*Penulis korespondensi, Surel: [email protected]

Paper received: 01-06-2021; revised: 15-06-2021; accepted: 30-06-2021

Abstrak Literasi kimia merupakan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah terkait suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep-konsep kimia yang dimiliki. Instrumen asesmen literasi kimia yang sudah dikembangkan hanya terbatas pada materi kimia seperti kesetimbangan kimia dan kinetika kimia dimana belum mencakup seluruh materi kimia di sekolah menengah. Kemampuan literasi kimia peserta didik dapat ditingkatkan menggunakan instrumen tes literasi kimia yang mendukung ketercapaian literasi kimia peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen literasi kimia pilihan ganda materi asam basa untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik serta mengukur literasi kimia peserta didik pada materi asam-basa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis hasil uji coba instrumen yang melibatkan 138 peserta didik dan pendekatan deskriptif dalam analisis kemampuan literasi kimia yang melibatkan 64 peserta didik. Rancangan penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini terdapat dua tahapan (1) pengambangan instrumen, dan (2) penelitian survei. Tahapan pengembangan instrumen (diadaptasi dari Chandrasegaran et.al., 2007; Wattanakasiwich et.al., 2013; Damanhuri et.al., 2016; Muntholib et.al., in press) terdiri dari lima tahapan: (1) studi literatur, (2) pengumpulan item, (3) penilaian ahli, (4) uji coba kepada 138 peserta didik, dan (5) hasil akhir instrumen. Instrumen hasil pengembangan digunakan untuk survei kemampuan literasi kimia peserta didik pada materi asam basa. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa terdapat 26 butir soal litrasi kimia hasil pengembangan yang dikatakan valid dengan reliabilitas Cronbach’s Alpha tinggi sebesar 0,804. Ketercapian rata-rata literasi kimia peserta didik di SMA Negeri 1 Ngoro sebesar 57,75 persen dalam kategori sedang dengan rincian (a) aspek pengetahuan konten asam basa sebesar 66,54 persen; (b) aspek pengetahuan prosedural sebesar 59,16 persen; (c) aspek pengetahuan epistemik sebesar 41.93 persen, (d) kompetensei menjelaskan fenomena secara ilmiah sebesar 57,59 persen; (e) kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah sebesar 63,28 persen; dan (f) kompetensi menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah sebesar 58,01 persen.

Kata kunci: instrumen asesmen; literasi kimia; asam-basa

1. Pendahuluan

Literasi kimia merupakan bagian dari literasi sains (Mozeika & Bilbokaite, 2010) yang

kian diterima dan dinilai sebagai tujuan pembelajaran (Laderman, 2014). Dokumen

pendidikan sains juga telah menekankan pentingnya literasi sains sebagai transferable

outcome (Fives, et al., 2014), termasuk dokumen Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 20

tahun 2016) yang saat ini berlaku di Indonesia. Konsekuensi penempatan literasi sains

sebagai tujuan pendidikan sains ini adalah tersedianya standar konten, pedagogi, dan

penilaian (Shwartz, et.al., 2006), termasuk standar penilaian literasi kimia.

Literasi kimia merupakan kemampuan dalam menggunakan konsep kimia dalam

mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka

memahami dan membuat keputusan tentang suatu fenomena. Literasi kimia ditunjukkan

sebagai upaya untuk memahami dan terlibat dalam diskusi kritis tentang isu-isu sains dan

teknologi dengan melibatkan tiga kompetensi spesifik dalam literasi sains yang dibutuhkan

Page 2: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

465

yaitu menjelaskan fenomena sains secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan

atau inkuiri, dan menafsirkan data secara ilmiah (PISA, 2016). Dalam ruang lingkup

pendidikan, literasi kimia ditunjukkan dengan kemampuan berpikir kritis dalam

menyelesaikan masalah terkait kimia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep

yang dimiliki peserta didik. Jadi, literasi kimia peserta didik memiliki peran penting dalam

keberhasilan pendidikan sains yang ditunjukkan dengan hasil belajar peserta didik.

Upaya dalam meningkatkan literasi kimia peserta didik salah satunya dengan

meluncurkan kurikulum baru 2013 (Rahayu, S., 2017). Kurikulum 2013 merupakan

pembaharuan dari kurikulum 2006. Pembaharuan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran di Indonesia serta menciptakan pengalaman belajar yang

mengharuskan peserta didik aktif dalam memperoleh ilmu pengetahuan sehingga kegiatan

belajar yang dialami oleh peserta didik menjadi bermakna (Apriyanti & Suprapto, 2014) serta

melatih seseorang agar melek kimia dengan harapan peserta didik lebih mengenal konsep-

konsep dasar kimia sehingga dapat mendefinisikan konsep, menghubungkan konsep dengan

kehidupan sehari-hari, menghargai nilai pengetahuan kimia dan aplikasinya, serta sadar akan

dampak kimia dalam kehidupan bermasyarakat (Celik, S., 2014).

Kurikulum 2013 terlaksana dengan baik apabila peserta didik dilatih dalam

mengembangkan kemampuan literasi kimia yang dimiliki (Rahayu, 2017). Terlihat dalam

standar kompetensi lulusan sekolah menengah berdasarkan kurikulum 2013 (Permendikbud

No. 20 Tahun 2016) menunjukkan bahwa literasi kimia merupakan salah satu indikator

ketercapaian proses pembelajaran serta sebagai pedoman melakukan penilaian pendidikan

sesuai kurikulum 2013 dimana peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan dengan

melibatkan kompetensi yang dimiliki berdasarkan konteks pembelajaran kimia yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber informasi. Oleh karena itu literasi

kimia merupakan salah satu kemampuan yang diperhatikan dalam keterlaksanaan kurikulum

2013 di sekolah dan sebagai bukti ketercapaian pembelajaran sains yang sejalan dengan

(Shwartz, et.al., 2006) dimana tujuan pendidikan sains ini yakni tersedianya standar konten,

pedagogi, dan penilaian.

Penilaian literasi kimia dapat direalisasikan dengan adanya instrumen tes literasi

kimia. Beberapa instrumen literasi kimia yang telah dikembangkan berupa pertanyaan

subjektif dimana sulit digunakan apabila menggunakan subjek penelitian yang banyak serta

cara analisisnya membutuhkan proses yang rumit. Selain itu, instrumen literasi kimia yang

telah dikembangkan terbatas pada materi kimia umum (Thummathong & Thathong, 2018),

materi kesetimbangan kimia (Sadhu & Laksono, 2018), dan kinetika kimia (Muntholib et.al.,

in press). Salah satu materi kimia yang dapat digunakan sebagai konteks dalam

mengembangkan instrumen literasi kimia yakni asam-basa dimana merupakan materi pokok

yang harus dikuasai peserta didik untuk memahami materi kimia yang bersangkutan seperti

hidrolisis garam dan larutan penyangga.

Asam basa merupakan materi yang memiliki konsep bersifat abstrak dan banyak

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan sebagai konteks

pembelajaran dalam mengukur kemampuan literasi kimia. Hal ini sesuai dengan prinsip

dasar pemilihan konten dalam PISA (2016), konten dalam pokok bahasan asam basa dan

titrasi asam basa memiliki konsep yang relevan dalam kehidupan sehari-hari; konsep

dimungkinkan masih relevan dalam kurun waktu yang lama; dan bersifat eksperimental

Page 3: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

466

dimana tidak hanya melibatkan daya ingat peserta didik melainkan adanya keterlibatan

peserta didik dalam memperoleh pengetahuan mereka. Cigdemoglu, C., et al. (2016)

mengemukakan bahwa konsep dalam materi asam basa menempati sebagian besar

pembelajaran kimia dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Konsep asam-basa memiliki

cakupan yang luas dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bahan kimia rumah tangga

maupun dalam surat kabar seperti terjadinya hujan asam, dan dalam industri yang mana

semua konsep tersebut diketahui oleh peserta didik dan layak untuk diteliti.

Pengembangan soal-soal serta instrumen evaluasi literasi kimia dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik (Prastiwi, dkk.,

2017) karena pada kenyataan sebagian besar pendidik hanya menggunakan instrumen

penilaian teoretis tanpa berhubungan dengan kehidupan nyata (Ad’hiya & Laksono, 2018).

Pertanyaan dalam instrumen literasi kimia yang sudah dikembangkan dapat digunakan

sebagai bahan pengajaran dalam membantu meningkatkan literasi kimia peserta didik

(Muntholib, et.al., 2018) dan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan literasi kimia

apabila diterapkan dalam proses pembelajaran menggunakan model dan metode pengajaran

yang sesuai (Sadhu & Laksono, 2018). Selain itu, instrumen literasi kimia sangat tepat

digunakan untuk menilai kemampuan literasi kimia dalam menyelesaikan masalah sosial

saintifik (Laius, et al., 2016).

Sampai saat ini belum ditemukan adanya instrumen literasi kimia dengan bentuk soal

pilihan ganda materi asam basa yang dikembangkan oleh peneliti. Instrumen literasi kimia

pilihan ganda materi asam basa diharapkan dapat meningkatkan dan mengukur kemampuan

literasi kimia peserta didik sehingga penting untuk dikembangkan karena sesuai dengan

tuntutan pembelajaran kimia dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu

melakukan penelitian dan pengembangan tes literasi kimia jenis pilihan ganda.

2. Metode

Penelitian ini terdiri dari tahapan pengembangan instrumen dan survei kemampuan

literasi kimia peserta. Tahapan pengembangan instrumen mengikuti model pengembangan

yang didaptasi dari Chandrasegaran et.al., 2007; Wattanakasiwich et.al., 2013; Damanhuri

et.al., 2016; dan Muntholib et.al., in press. Tahapan pengembangan instrumen disajikan dalam

Gambar 1. Responden uji coba instrumen terdiri dari 138 peserta didik kelas XI MIA-5 sampai

XI MIA-8 SMA Negeri 1 Mojosari. Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara kuantitatif

dan kualitatif. Data kualitatif dilakukan berupa saran dan komentar. Data kuantitatif berupa

persentase kelayakan instrumen dan hasil analisis butir soal (validitas butir soal, reliabilitas,

taraf kesukaran butir soal, dan daya beda butir soal).

Survei literasi kimia asam basa peserta didik dilakukan untuk mengukur kemampuan

literasi kimia peerta didik dengan melibatkan 64 peserta didik kelas XI MIA-1 dan XI MIA-3

SMA Negeri 1 Ngoro. Teknik pengumpulan data secara kuantitatif. Data kuantitatif berupa

persentase rata-rata ketercapaian literasi kimia peserta didik secara keseluruhan dan pada

masing-masing aspek.

Page 4: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

467

Gambar 1. Tahapan Pengembangan Instrumen (diadaptasi dari Chandrasegaran

et.al., 2007; Wattanakasiwich et.al., 2013; Damanhuri et.al., 2016; dan Muntholib et.al., in

press)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil

3.1.1. Instrumen Hasil Pengembangan

Produk hasil pengembangan berupa instrumen asesmen literasi kimia pilihan

ganda materi asam basa. Butir soal pada instrumen dikembangkan berdasarkan aspek-

aspek literasi kimia oleh PISA 2016. Instrumen hasil pengembangan terdiri dari

beberapa bagian, yaitu: (1) kisi-kisi soal, (2) petunjuk pengerjaan, (3) konteks bacaan,

(4) butir soal, dan (5) kunci jawaban dan pedoman penskoran. Butir soal yang valid

pada instrumen asesmen literasi kimia berdasarkan hasil analisis butir soal dari uji

coba terbatas dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan literasi

kimia peserta didik yang selanjutnya digunakan untuk survei kemampuan literasi

kimia peserta didik pada materi asam basa.

3.1.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.1.2.1. Validasi Produk

Studi Literatur Mengidentifikasi inti dari konsep asam-basa (yakni protonasi dan deprotonasi) serta

titrasi asam-basa (yakni indikator asam-basa) sehingga dihasilkan peta konsep terkait

materi

Pengumpulan Item Mengembangkan 30 butir soal literasi kimia pilihan ganda

Validasi Ahli kimia (validator) mengulas 30 butir soal literasi kimia

Uji Coba pada 138 Peserta Didik 6 butir soal tidak valid dimana 2 butir soal diperbaiki 4 butir soal dibuang

Hasil Akhir Instrumen Literasi Kimia Pengembangan intrumen terdiri dari 26 butir soal literasi kimia yang valid dan memiliki

reliabilitas 0,804

Perbaikan instrumen Perbaikan bahasa serta opsi jawaban pada 2 butir soal yang tidak valid

Page 5: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

468

Validasi produk dilakukan untuk mengetahui kesesuaian butir soal pada

instrumen yang sudah dikembangkan dengan materi pelajaran (Wattanakasiwich,

et.al., 2013) serta mengetahui tingkat kelayakan produk hasil pengembangan sebelum

digunakan untuk uji coba terbatas terhadap 138 peserta didik. Validasi dilakukan oleh

2 guru kimia dari SMAN 1 Mojosari, 1 guru kimia dari SMAN 1 Ngoro dan 1 dosen

kimia dari FMIPA Universitas Negeri Malang. Komentar dan saran yang yang diberikan

oleh ahli bertujuan untuk mengetahui kesalahan maupun kekurangan dalam

penyusunan instrumen yang digunakan sebagai pedoman dalam proses perbaikan

instrumen sehingga dihasilkan instrumen yang lebih baik dan layak diuji cobakan.

Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh persentase rata-rata instrumen sebesar 92%

dikategorikan layak dengan rincian aspek petunjuk pengerjaan sebesar 95%, aspek

tampilan dan tata letak sebesar 91%, aspek penggunaan bahasa sebesar 93%, dan

aspek aspek isi sebesar 92%.

3.1.2.2. Validasi Butir Soal

Validitasi butir soal diakukan untuk mengetahui butir soal dapat digunakan atau

tidak dalam mengukur kemampuan peserta didik yang hendak diukur. Butir soal yang

tidak valid menunjukkan adanya kesalahan dalam penulisan soal sehinga peserta didik

tidak dapat memahami soal (Sadhu & Laksono, 2018). Berdasarkan hasil uji validasi

terhadap 30 butir soal pilihan ganda yang digunakan dalam uji coba terbatas, terdapat

24 butir soal yang valid dan 6 butir soal tidak valid. Terdapat 2 butir soal yang tidak

valid yakni soal nomor 2 dan 4 masih dapat dipertimbangkan karena kedua soal

tersebut memiliki nilai r hitung sedikit lebih kecil dari nilai r tabel sehingga dapat

digunakan dalam tahapan implementasi dengan adanya beberapa perbaikan seperti

perbaikan bahasa dan opsi jawaban. Kedua butir soal tersebut diharapkan valid dalam

uji coba terbatas yang kedua. Sehingga, terdapat 26 butir soal yang dapat digunakan

dalam penelitian survei untuk mengukur kemampuan literasi kimia peserta didik.

3.1.2.3. Reliabilitas Soal

Reliabilitas soal didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus Croanbach’s

Alpha pada 26 butir soal yang dikatakan valid berdasarkan hasil uji validitas dan tahap

perbaikan. Reliabilitas 24 butir soal sebesar 0,804 dengan kategori sangat tinggi. Hal

ini menunjukkan bahwa hasil tes memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dimana

apabila butir soal digunakan untuk tes yang dilakukan berkali-kali akan memberikan

hasil yang tetap dan apabila terdapat hasil tes yang berubah-rubah, perubahan

dikatakan tidak berarti. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang dikatakan

valid berdasarkan uji validitas.

3.1.2.4. Taraf Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran berdasarkan hasil uji coba terbatas dilakukan untuk

mengetahui kesukaran masing-masing butir soal yang ditentukan berdasarkan kriteria

taraf kesukaran. Taraf kesukaran butir soal ditentukan untuk mengetahui proporsi

peserta tes yang menjawab dengan benar (Sadhu & Laksono, 2018). Terdapat 9 butir

soal dikatakan mudah, 12 butir soal dikatakan sedang, dan 9 butir soal dikatakan

sukar. Grafik taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Gambar. 1. Persentase butir

soal berdasarkan uji taraf kesukaran dapat dilihat pada Gambar. 2.

Page 6: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

469

3.1.2.5. Daya Beda Butir Soal

Analisis daya beda dilakukan berdasarkan hasil uji coba terbatas dimana untuk

mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan peserta didik yang pandai dan

kurang pandai. Terdapat 2 butir soal memiliki daya beda baik sekali, 15 butir soal

memiliki daya beda baik, 7 butir soal memiliki daya beda cukup, 4 butir soal memiliki

daya beda jelek, dan butir soal memiliki daya beda sangat jelek. Grafik hasil uji daya

beda butir soal dapat dilihat pada Gambar 2. Persentase butir soal berdasarkan uji

daya beda dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2 Diagram Taraf Kesukaran Butir Soal

Gambar 3 Persentase Taraf Kesukaran Butir Soal

Gambar 4 Diagram Daya Beda Butir Soal

0

0,5

1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Taraf Kesukaran Butir Soal

P

-0,5

0

0,5

1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Daya Beda Butir Soal

DB

Mudah

30%

Sedang

40%

Sukar

30%

Taraf Kesukaran

Page 7: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

470

Gambar 5 Persentase Daya Beda Butir Soal

3.1.3. Literasi Kimia Asam Basa Peserta Didik

Literasi kimia asam basa peserta didik ditentukan dalam penelitian survei

menggunakan 26 butir soal yang valid berdasarkan hasil analisis butir soal. Sampel

identifikasi kemampuan literasi kimia adalah 64 peserta didik kelas XI MIA SMA

Negeri 1 Ngoro yang sudah mendapatkan materi asam basa. Ketercapaian literasi

kimia yang ditunjukkan pada nilai rata-rata masing-masing domain dipaparkan pada

Tabel 1.

Tabel 1 Nilai Responden dalam Aspek Literasi Kimia Asam Basa

Aspek Jumlah item Rata-rata Aspek Pengetahuan Konten Asam Basa 12 7.98 (66.54) Prosedural 8 4.73 (59.16) Epistemik 6 2.52 (41.93) Aspek Kompetensi

Menjelaskan fenomena secara ilmiah 14 8.06 (57.59) Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah 4 2.53 (63.28) Menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah 8 4.64 (58.01) Rata-Rata Skor Literasi Kimia 57.75

Secara keseluruhan, ketercapaian literasi kimia peserta didik kelas XI SMA

Negeri 1 Ngoro pada materi asam basa dalam kategori sedang.

3.2. PEMBAHASAN

3.2.1. Instrumen Asesmen Literasi Kimia Asam Basa

Intrumen asesmen literasi kimia asam basa hasil pengembangan terdiri dari 26

butir soal pilihan ganda dengan reliabilitas 0,804 dalam kategori tinggi. Butir soal

digunakan dalam penelitian survei untuk mengukur kemampuan literasi peserta didik

kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Ngoro. Instrumen asesmen hasil pengembangan terdiri

dari beberapa bagian sebagai berikut.

3.2.1.1. Petunjuk Pengerjaan Petunjuk pengerjaan instrumen memberikan gambaran secara keseluruhan

terkait produk hasil pengembangan serta memberikan pemahaman awal kepada

Baik

Sekali

7%

Baik

50%

Cukup

23%

Jelek

13%

Sangat

Jelek

7%

Persentase Daya Beda Butir Soal

Page 8: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

471

peserta didik terkait hal-hal yang perlu mereka lakukan sebelum, ketika, dan setelah

mengerjakan soal.

3.2.1.2. Kisi-Kisi Soal

Kisi-kisi soal instrumen literasi kimia terdiri dari beberapa bagian. Bagian

pertama berisi beberapa keterangan seperti materi yang digunakan yaitu asam-basa,

nama sekolah tempat penelitian, mata pelajaran, program studi, kelas dan semester,

tahun pelajaran serta kompetensi dasar yang hendak dicapai yaitu KD 3.10 dan 3.13.

Bagian kedua terdapat konteks pembelajaran sebagai acuan peserta didik dalam

memperoleh informasi dalam mengerjakan soal. Bagian ketiga terdapat kisi-kisi soal

disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa kolom berisi: materi pokok, indikator

pencapaian kompetensi (IPK), indikator soal, aspek literasi kimia, level kognitif, uraian

soal, kunci jawaban serta nomor soal.

3.2.1.3. Butir Soal

Butir soal yang dikembangkan mencakup aspek-aspek literasi kimia menurut

PISA (Programme for International Student Assessment). Bentuk soal yang

dikembangkan dalam instrumen asesmen literasi kimia adalah pilihan ganda

menggunakan lima opsi jawaban dimana satu opsi jawaban merupakan jawaban yang

paling tepat sedangkan opsi lainnya hanya sebagai pengecoh. Terdapat 30 butir soal

literasi kimia yang dikembangkan mewakili aspek pengetahuan dan aspek kompetensi

sesuai dengan kerangka berpikir PISA 2016. Sebaran aspek-aspek literasi kimia yang

terdapat pada butir soal yang digunakan dalam penelitian survei dipaparkan dalam

Tabel. 2.

Tabel 2 Sebaran Aspek-Aspek Literasi Kimia dalam Soal Hasil Pengembangan

No Aspek Nomor soal Jumlah item

Pengetahuan

1. Pengetahuan Konten Kimia 1, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 15, 16, 24

12

2. Pengetahuan Prosedural 5, 9, 13, 18, 19, 21, 22, 25 8 3. Pengetahuan Epistemik 2, 11, 17, 20, 23, 26 6 Kompetensi

1. Menjelaskan fenomena secara ilmiah 1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 20, 23

14

2. Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah

5, 9, 18, 25 4

3. Menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah

8, 12, 13, 19, 21, 22, 24, 26

8

3.2.1.4. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran

Kunci jawaban butir soal pada instrumen dilengkapi dengan pedoman

penskoran untuk menentukan skor akhir yang diperoleh peserta didik setelah

mengerjakan soal. Peserta didik mendapatkan skor 1 apabila memilih jawaban dengan

tepat dan mendapar skor 0 apabila memilih jawaban yang kurang tepat (pengecoh).

Page 9: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

472

Pedoman penskoran yang digunakan untuk memberikan nilai kepada peserta didik

yaitu penskoran tanpa koreksi dari Ainur Rofieq.

3.2.2. Literasi Kimia Asam Basa Peserta Didik

3.2.2.1. Tingkat Literasi Kimia Peserta Didik

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa ketercapaian rata-rata literasi kimia

peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 1 Ngoro (N=64) pada materi asam basa secara

keseluruhan sebesar 57,75% dalam kategori sedang. Persentase rata-rata hasil tes

masing-masing aspek pengetahuan dan kompetensi dari hasil penelitian menunjukkan

perolehan kemampuan literasi kimia peserta didik pada masing-masing aspek.

Ketercapaian rata-rata aspek literasi kimia paling tinggi sampai paling rendah

berturut-turut yakni: aspek pengetahuan konten kimia asam basa (66,54%), aspek

mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah (63,28%), aspek

menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah (58,01%), aspek menjelaskan

fenomena secara ilmiah (57,59%), aspek pengetahuan prosedural (59,16%), dan aspek

pengetahuan epistemik (41,93%).

Ditinjau dari aspek pengetahuan, ketercapaian pengetahuan konten kimia terkait

asam basa lebih tinggi dibandingkan ketercapaian pengetahuan terkait prosedur ilmiah

dan pengetahuan epistemik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mampu

menggunakan pengetahuan kontennya dengan baik dalam melakukan penyelidikan

terkait suatu masalah/kasus yang diberikan. Ditinjau dari aspek kompetensi, peserta

didik mengalami kelemahan dalam menjelaskan suatu fenomena secara ilmiah.

Rendahnya salah satu aspek literasi kimia dapat mempengaruhi ketercapaian aspek

literasi kimia lainnya terbukti dengan rendahnya kemampuan argumentasi peserta

didik dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dipengaruhi karena rendahnya

ketercapaian pengetahuan epistemik.

3.2.2.2. Literasi Kimia Siswa di Tingkat Domain

3.2.2.2.1. Literasi Pengetahuan Konten Asam Basa

Ketercapaian aspek pengetahuan konten dalam literasi kimia sebesar 66,54%

dikategorikan sedang. Kemampuan peserta didik dalam mengaitkan fenomena dalam

kehidupan sehari-hari dengan konsep kimia yang dimiliki menyebabkan terjadinya

peningkatan ketercapaian pengetahuan terkait konten kimia yang mana berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan literasi kimia peserta didik. Materi asam basa

memiliki beberapa konten (konsep-konsep kunci) terkait materi yang hendak

dipahami oleh peserta didik. Besarnya ketercapaian masing-masing konten pada

indikator pengetahuan konten pada materi asam-basa dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 10: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

473

Tabel 3 Ketercapaian Pengetahuan Konten pada Materi Asam Basa

Konten Nomor soal Ketercapaian Sifat larutan asam-basa 1, 3, 6, 12 88.28% Perkembangan konsep asam-basa 4, 14, 15, 16 29.29% Reaksi netralisasi 7 95.31% Indikator asam-basa 10 87.50% Penentuan pH larutan 24 50.00% Kurva titrasi asam-basa 8 95.31%

Pada tabel 3 terlihat ketercapaian pengetahuan konten kimia terkait

perkembangan konsep asam basa sangat rendah yakni sebesar 29.29%. Hal ini

menunjukkan peserta didik kurang mampu dalam memahami serta membedakan

masing-masing konsep asam-basa oleh Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis

menggunakan pengetahuan konten yang mereka miliki. Upaya untuk meningkatkan

pemahaman konsep terkait konten kimia peserta didik salah satunya dengan adanya

proses pembelajaran yang bermakna. Kelebihan belajar bermakna menurut Ausuble

yakni peserta didik mampu mengaitkan informasi baru dengan konsep yang dikuasai

peserta didik sebelumnya sehingga peserta didik lebih mudah dalam melakukan

proses belajar mengajar dan mampu membedakan konsep-konsep yang memiliki

kemiripan. Pembelajaran bermakna dalam kelas efektif dalam meningkatkan

pemahaman konsep peserta didik terkait suatu produk dengan menggunakan

beberapa bantuan seperti peta konsep serta kerja kelompok yang mana memberikan

pengalaman baru dalam tugas-tugas sekolah sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan peserta didik terkait suatu konsep (Vallori, 2014). Dukungan lain terkait

rendahnya ketercapaian pengetahuan konten ditemukan pada hasil penelitian

Sumarni, et al., (2017) mengatakan bahwa banyak peserta didik yang belum memiliki

kemampuan literasi kimia pada aspek konten dimungkinkan karena dalam proses

pembelajaran yang diterima pengajar tidak mengaitkan konsep materi dengan

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pentingnya kemampuan literasi kimia yang

dimiliki pendidik dalam proses pembelajaran dalam mengaitkan konsep kimia yang

dimiliki dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat

meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik yang berdampak pada

ketercapaian pengetahuan konten kimia.

Ketercapaian aspek pengetahuan konten pada soal nomor 1 dalam Gambar 6

sebesar 89,09% dengan kategori tinggi.

Gambar 6 Soal Literasi Kimia Nomor 6

6. Analisis suatu antasida menunjukkan bahwa antasida dapat menetralisir asam lambung. Hal ini menunjukkan bahwa antasida bersifat ….

A. asam

B. basa

C. netral D. hidrat

E. anhidrat

Page 11: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

474

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mampu memahami sifat basa suatu

zat yakni obat maag. Pemahaman peserta didik didukung dengan adanya pemahaman

konsep terkait reaksi netralisasi asam dan basa antara obat maag dan asam lambung

dalam mengurangi rasa nyeri lambung berdasarkan pengalaman yang sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari.

3.2.2.2.2. Literasi Pengetahuan Prosedural

Ketercapaian aspek pengetahuan prosedural dalam literasi kimia sebesar

59,16% dikategorikan sedang. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan

terkait suatu hal atau cara yang dapat dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan

suatu masalah terkait fenomena kimia berdasarkan konsep kimia yang dimiliki.

Ketercapaian pengetahuan prosedural pada soal nomor 9 dalam Gambar 7 sebesar

39,06% dengan kategori rendah.

Gambar 7 Soal Literasi Kimia Nomor 9

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kurang memahami langkah

percobaan yang perlu dilakukan dalam melakukan titrasi asam basa penentuan kadar

obat maag. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan prosedural peserta didik yakni

dengan adanya pendekatan pembelajaran yang melibatkan keikutsertaan peserta didik

dalam memperoleh pengetahuan mereka seperti adanya tahapan melakukan suatu

percobaan sederhana sehingga peserta didik lebih memahami langkah-langkah

maupun mengkontrol variabel-variabel yang hendak mereka lakukan khususnya

dalam melakukan titrasi. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran

yang memiliki tahapan dimana peserta didik akan menggali pengetahuan mereka

sendiri yakni pada tahapan mengumpulkan informasi. Pada tahapan mengumpulkan

informasi, pendidik dan peserta didik diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi

variabel percobaan dimana pendidik mendemonstasikan terlebih dahulu fenomena

nyata terkait hubungan antar variabel dan mengenalkan macam-macam variabel

percobaan (variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol) yang dapat

meningkatkan pengetahuan prosedural peserta didik (Novili, W. I, dkk., 2017).

9. Seorang siswa ingin menentukan kadar obat maag yang dijual di toko dekat sekolah. Beberapa

langkah percobaan yang harus dilakukan siswa sebagai berikut.

1. Melarutkan serbuk obat ke dalam 200 ml aquades 2. Menambahkan indikator

3. Menambahkan HCl 0,1 M berlebih

4. Menitrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 M

5. Menghaluskan obat maag 6. Menimbang berat tablet obat maag

7. Memasukkan 10 ml emulsi obat ke dalam Erlenmeyer

8. Menentukan kadar

Rancangan percobaan yang dilakukan oleh siswa adalah …. A. 5-6-1-2-7-3-4-8

B. 5-6-2-1-7-3-4-8

C. 6-5-7-1-2-3-4-8

D. 6-5-1-7-3-2-4-8 E. 6-5-1-7-2-3-4-8

Page 12: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

475

3.2.2.2.3. Literasi Pengetahuan Epistemik

Ketercapaian aspek pengetahuan epistemik dalam literasi kimia sebesar 41,93%

dikategorikan sedang. Pengetahuan epistemik ditunjukkan dengan kemampuan

peserta didik dalam memberikan suatu alasan yang rasional seperti membuat

kesimpulan, memberikan asumsi, mengklaim suatu penemuan atau penyataan

menggunakan konsep kimia yang dimiliki dengan melibatkan kemampuan

argumentasi ilmiah. Kemampuan berargumentasi dapat meningkatkan pengetahuan

epistemik sehingga ketercapaian literasi kimia meningkat. Sampson & Clark, (2008)

mengatakan bahwa ketercapaian kemampuan argumentasi yang dimiliki peserta didik

dapat meningkatkan literasi kimia. Ketercapaian pengetahuan epistemik pada soal

nomor 11 dalam Gambar 8 sebesar 48,44% dengan kategori sedang.

Gambar 8 Soal Literasi Kimia Nomor 11

Peserta didik dapat dikatakan kurang mampu memberikan penjelasan terkait

pergeseran arah reaksi indikator yang terjadi pada perubahan warna bunga Hydrangea

yang disebabkan adanya perbedaan konsentrasi ion H+ dan ion OH- pada tanah

dibeberapa titik. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan argumentasi peserta

didik dalam menggunakan konsep kimia untuk menjelaskan suatu fenomena yang

terjadi pada bunga Hydrangea yang memiliki kepekatan warna berbeda berdasarkan

pergeseran arah reaksi indikator asam basa. Kemampuan argumentasi berpengaruh

terhadap ketercapaian kemampuan literasi kimia peserta didik yang ditunjukkan

ketika peserta didik membuat kesimpulan dengan didasari bukti dan alasan yang

rasional. Pembelajaran mernggunakan pendekatan argumentasi merupakan suatu

perlakuan yang mengharuskan peserta didik dalam memperoleh dan meningkatkan

keterampilan literasi kimia (Cavagnetto, 2010). Hal tersebut sejalan dengan

Cigdemoglu, et. al (2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan

kemampuan argumen memiliki peluang dalam mengembangkan literasi kimia peserta

didik dimana pembelajaran argumentasi yang berbeda dapat meningkatkan

pemahaman dalam mengejar ketrampilan literasi kimia.

11. Bila tanah bersifat basa, bunga Hydrangea berwarna merah, bila tanah bersifat sedikit basa

warnanya sedikit merah.

Sekelompok siswa menjelaskan bahwa kepekatan warna bunga Hydrangea dipengaruhi

konsentrasi ion hidroksida tanah.

Pernyataan yang paling sesuai dengan paparan di atas adalah ….

A. Konsentrasi OH- meningkat, ion H

+ dalam HIn tertarik kuat oleh ion OH

- sehingga

konsentrasi In- semakin besar dan warna bunga semakin pekat.

B. Konsentrasi OH- meningkat, ion H

+ dalam HIn tertarik kuat oleh ion OH

- sehingga

konsentrasi In- semakin kecil dan warna bunga semakin pudar.

C. Konsentrasi OH- berkurang, ion H

+dalam HIn bertambah sehingga konsentrasi In

-

semakin besar dan warna indikator semakin pekat.

D. Konsentrasi H+ meningkat, ion H

+ dalam HIn bertambah sehingga konsentrasi In

-

semakin kecil dan warna bunga semakin pekat.

E. Konsentrasi H+ meningkat, ion H

+ dalam HIn bertambah sehingga konsentrasi In

-

semakin besar dan warna bunga semakin pekat.

Page 13: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

476

3.2.2.2.4. Kompetensi Menjelaskan Fenomena secara Ilmiah

Ketercapaian aspek kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dalam

literasi kimia sebesar 57,59% dikategorikan sedang. Menjelaskan fenomena secara

ilmiah merupakan keterlibatan pesera didik dalam memperoleh pengetahuan dengan

mengaitkan konsep kimia yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau isu-isu

ilmiah dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan dengan kemampuan peserta

didik dalam memberikan suatu penjelasan maupun mengartikan suatu fenomena.

Ketercapaian aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah dapat dilihat pada soal

nomor 7 dalam Gambar 9 sebesar 95,31% dengan kategori tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mampu menjelaskan proses

terjadinya reaksi netralisasi antara antasida dengan asam lambung yang menyebabkan

nyeri lambung berkurang. Kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah peserta

didik dapat ditanamkan dalam pembelajaran kimia dengan beberapa cara,

diantaranya: menggunakan konteks pembelajaran yang relevan dan familiar bagi

peserta didik sebagai bahan bacaan yang terintegrasi beberapa pengetahuan

epistemik, melakukan kegiatan inkuiri melalui kegiatan guru dalam menyampaikan

suatu fenomena dan pengenalan topik yang akan dipelajari, merancang prosedur,

menyampaikan hasil penyelidikan dan membangun pengetahuan baru terkait

pemahaman konten dan epistemik (Fardan, 2016). Selain itu, pembelajaran

berorientasi NOS (nature of science) melatih peserta didik dalam meningkatkan

kompetensi dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah peserta didik yang

menyebabkan kemampuan literasi kimia peserta didik juga meningkat. Penanaman

hakikat NOS dalam kurikulum sains membantu peserta didik memiliki kemampuan

literasi kimia sehingga mampu memecahkan masalah-masalah terkait sains dan

teknologi yang kompleks dalam kehidupan modern (PISA, 2016).

Gambar 9 Soal Literasi Kimia Nomor 7

3.2.2.2.5. Kompetensi Merancang dan Mengevaluasi Penyelidikan Ilmiah

Ketercapaian sspek kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan

ilmiah dalam literasi kimia sebesar 63, 28% dikategorikan sedang. Mengevaluasi dan

mendesain penyelidikan ilmiah merupakan kemampuan peserta didik dalam

menyusun suatu prosedur atau langkah untuk memecahkan suatu masalah atau isu-isu

ilmiah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ketrampilan serta penguasaan

7. Mengkonsumsi antasida dapat mengurangi nyeri lambung sehinga cocok dikonsumsi ketika sakit

maag. Penjelasan mengenai hal tersebut adalah ….

A. Ion OH- dalam antasida akan bereaksi dengan protein melalui reaksi netralisasi di lambung

sehingga lambung mengkerut.

B. Ion H+ dalam antasida akan bereaksi dengan protein di lambung melalui reaksi netralisasi

sehingga lambung mengkerut. C. Ion OH- dalam antasida akan bereaksi dengan asam lambung melalui reaksi netralisasi

sehingga pH dalam lambung mendekati netral.

D. Ion H+ dalam antasida akan bereaksi dengan asam lambung melalui reaksi netralisasi sehingga

pH dalam lambung mendekati netral. E. Ion H+ dalam obat maag dapat meningkatkan produksi asam pada lambung yang

menyebabkan nyeri lambung berkurang.

Page 14: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

477

konsep kimia yang dimiliki. Ketercapaian aspek mengevaluasi dan mendesain

penyelidikan ilmiah pada soal nomor 18 dalam Gambar 10 sebesar 46,88% dengan

kategori sedang.

Gambar 10 Soal Literasi Kimia Nomor 18

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kurang optimal dalam memahami

variabel-variabel penyelidikan ilmiah dalam menyusun suatu langkah atau mencari

alternatif yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan masalah terkait pembuatan

larutan berdasarkan konsep pengenceran larutan. Mengevaluasi dan mendesain

penyelidikan ilmiah merupakan salah satu indikator ketrampilan proses sains sehingga

ketercapaian kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan dapat diukur

denagan ketercapaian ketrampilan proses sains peserta didik. Ketrampilan proses

sains merupakan suatu kemampuan yang melibatan mental peserta didik dalam

memperoleh pengetahuan untuk mendukung ketercapaian literasi kimia. Ketrampilan

proses sains pada peserta didik dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan

saintifik dalam proses pembelajaran. Karakteristik pendekatan saintifik salah satunya

memberikan fasilitas kepada peserta didik dan pendidik untuk merancang percobaan

berdasarkan pertanyaan penyelidikan dimana setelah melakukan percobaan, peserta

didik dapat mengevaluasi pekerjaaannya saat merancang maupun melakukan

percobaan (Novili, W. I., 2017). Hasil penelitian Janbuala, et.al. (2013) menunjukkan

bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan

ketrampilan proses sains peserta didik yang ditunjukkan dengan diperolehnya nilai

rata-rata peserta didik yang tinggi berdasarkan hasil pengukuran menggunakan

indikator ketrampilan proses sains dan didukung dengan hasil penelitian (Genci, 2015)

menunjukkan bahwa pendekatan saintifik memiliki dampak positif terhadap

ketercapaian akademik peserta didik dan proses belajar peserta didik yang lebih

bermakna sehingga berdampak terhadap kemampuan literasi kimia yang semakin

meningkat khususnya dalam mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah.

3.2.2.2.6. Kompetensi Menginterpretasi Data dan Bukti Secara Ilmiah

Ketercapaian kompetensi menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah

dalam literasi kimia sebesar 58,01% dikategorikan sedang. Menginterpretasikan data

dan bukti secara ilmiah merupakan kemampuan peserta didik yang terlibat dalam

memperoleh pengetahuan dengan menafsirkan data dan bukti serta menggunakan

grafik, tabel, dan diagram dalam memperoleh suatu kesimpulan. Ketercapaian aspek

menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah pada soal nomor 24 dalam Gambar

11 sebesar 50,00% dengan kategori sedang.

18. Sekelompok siswa memerlukan larutan NaOH 0,1 M tetapi mereka tidak menemukannya di

laboratorium. Hal yang dapat mereka lakukan untuk memperoleh larutan NaOH 0,1 M adalah ….

A. mengencerkan 10 ml larutan NaOH 2 M sampai mencapai volume 40 ml

B. mengencerkan 10 ml larutan NaOH 2 M sampai mencapai volume 100 ml

C. mengencerkan 10 ml larutan NaOH 1 M sampai mencapai volume 100 ml D. mengencerkan 10 ml larutan NaOH 1 M sampai mencapai volume 50 ml

E. mengencerkan 10 ml larutan NaOH 1 M sampai mencapai volume 20 ml

Page 15: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

478

Setengah dari peserta didik yang menjadi subjek penelitian tidak dapat

menentukan pH air sungai pada titik A berdasarkan data hasil penelitian

menggunakan beberapa indikator asam basa. Hal ini menunjukkan rendahnya

kemampuan peserta didik dalam menafsirkan data terkait suatu konsep. Pentingnya

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang memiliki konsep dimana peserta didik

akan mengkonstruk pengetahuan mereka secara mandiri dalam mencari kesimpulan

berdasarkan bukti ilmiah sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasi kimia

peserta didik khususnya ketercapaian kompetensi menginterpretasikan data dan bukti

ilmiah. Kemampuan literasi kimia dalam menginterpretasikan data dan bukti ilmiah

dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan inkuiri dalam proses

pembelajaran karena adanya keterlibatan peserta didik dalam menalar dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah (Gormally et al., 2009).

Gambar 11 Soal Literasi Kimia Nomor 24

Ketercapaian literasi kimia peserta didik yang dikategorikan sedang

mencerminkan bahwa kemampuan berpikir kritis, inkuiri ilmiah dan kemampuan

argumentasi peserta didik masih dikategorikan kurang. Kemampuan literasi kimia

peserta didik yang rendah salah satunya disebabkan karena rendahnya ketrampilan

berargumentasi (PISA, 2016). Selain itu, terdapat beberapa hal yang dimungkinkan

sebagai penyebab rendahnya kemampuan literasi kimia peserta diantaranya: proses

pembelajaran dilakukan secara klasikal dimana guru tidak megaitkan beberapa

fenomena dalam kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran hanya

menekankan pada pemahaman konsep peserta didik, kurangnya proses pembelajaran

yang menggunakan model serta pendekatan yang meningkatkan keterlibatan peserta

didik dalam memperoleh pengetahuan mereka, kurangnya kemampuan literasi kimia

guru, kurangnya soal evaluasi pembelajaran yang mengukur kemampuan literasi kimia

24. Hasil uji pH air sungai pada titik A menggunakan indikator asam-basa.

Indikator Trayek pH Perubahan Warna Warna

Metil jingga 3,1- 4,4 Merah ke kuning Kuning

Metil merah 4,4 – 6,2 Merah ke kuning Kuning

Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning ke biru Biru

Fenoftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna ke pink Pink

Air sungai yang tercemar deterjen pada titik A mempunyai pH sekitar ….

A. pH sekitar 7,6 – 8,3 B. pH sekitar 6,0 – 6,2

C. pH air sungai ≤ 7,6

D. pH air sungai = 8,3

E. pH air sungai ≥ 10,0

Page 16: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

479

dimana sebagian besar pengajar membuat soal evaluasi hanya berbasis pada

penguasaan konsep dan perhitungan matematis, serta rendahnya minat baca peserta

didik.

Literasi kimia peserta didik dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, diantara:

menggunakan pendekatan saintifik maupun inquiry dalam proses pembelajaran serta

meninggalkan proses pembelajaran dengan metode klasikal, mengaitkan proses

pembelajaran dengan berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari (contextual

learning), membiasakan peserta didik untuk mengerjakan soal-soal berbasis literasi

kimia terutama dalam proses evaluasi pembelajaran. Selain itu, adanya Kurikulum

2013 serta kebijakan sekolah berbasis literasi merupakan salah satu upaya dalam

meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik.

4. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana di kemukakan sebelumnya

dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen asesmen literasi kimia pilihan ganda materi

asam-basa hasil pengembangan terdiri atas 26 butir soal yang valid dengan koefisien

reliabilitas Cronbach's Alpha sebesar 0,804. Literasi kimia materi asam basa peserta didik

SMA Negeri 1 Ngoro adalah 57,75% dengan kategori sedang dengan rincian: (a) aspek

pengetahuan konten asam basa sebesar 66,54%; (b) aspek pengetahuan prosedural sebesar

59,16%; (c) aspek pengetahuan epistemik sebesar 41.93%, (d) kompetensei menjelaskan

fenomena secara ilmiah sebesar 57,59%; (e) kompetensi mengevaluasi dan mendesain

inkuiri ilmiah sebesar 63,28%; dan (e) kompetensi menginterpretasi data dan bukti secara

ilmiah sebesar 58,01%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengetahuan konten peserta didik

berkategori upper medium tetapi pengetahuan epistemik (argumentasi) berkategori rendah.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing (1) Dr. Muntholib, M. Si

dan (2) Dr. H. Yudhi Utomo, M. Si yang sabar membimbing dan memberikan arahan dalam

melaksanakan penelitian ini serta peserta didik kelas XI MIPA 5 - XI MIPA 8 SMA Negeri 1

Mojosari dan peserta didik kelas XI MIA 1 & XI MIA 3 SMA Negeri 1 Ngoro yang telah bersedia

menjadi responden penelitian.

Daftar Rujukan Ad'hiya, E., & Laksono, E. W. (2018). Development and validation of an integrated assessment instrument to

assess students' analytical thinking skills in chemical literacy. International journal of instruction, 11(4), 241-256.

Apriyani, S. A., & Suprapto, K. A. (2014, October). Penerapan model 7e (elicit, engage, explore, explain, elaborated/extend, and evaluate, learning cycle) pada pelajaran fisika dalam implementasi kurikulum 2013. In prosiding seminar nasional fisika (e-journal) (Vol. 3, pp. 67-70).

Cavagnetto, A. R. (2010). Argument to foster scientific literacy: A review of argument interventions in K–12 science contexts. Review of Educational Research, 80(3), 336-371.

Celik, S. (2014). Chemical literacy levels of science and mathematics teacher candidates. Australian journal of teacher education, 39(1), 1.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry education research and practice, 8(3), 293-307.

Page 17: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

480

Cigdemoglu, C., Arslan, H. O., & Çam, A. (2017). Argumentation to foster pre-service science teachers’ knowledge, competency, and attitude on the domains of chemical literacy of acids and bases. Chemistry education research and practice, 18(2), 288-303.

Damanhuri, M. I. M., Treagust, D. F., Won, M., & Chandrasegaran, A. L. (2016). High school students' understanding of acid-base concepts: an ongoing challenge for teachers. International journal of environmental and science education, 11(1), 9-27.

Fardan, A., & Rahayu, S. (2016). Kajian penanaman pengetahuan epistemik secara eksplisit reflektif pada pembelajaran kimia dalam meningkatkan literasi sains siswa SMA. Pros semnas pend IPA pascasarjana UM, 1, 529-41.

Fives, H., Huebner, W., Birnbaum, A. S., & Nicolich, M. (2014). Developing a measure of scientific literacy for middle school students. Science Education, 98(4), 549-580.

Genc, M. (2015). The effect of scientific studies on students’ scientific literacy and attitude. Ondokuz mayıs üniversitesi eğitim fakültesi dergisi, 34(1), 141-152.

Gormally, C., Brickman, P., Hallar, B., & Armstrong, N. (2009). Effects of inquiry-based learning on students' science literacy skills and confidence. International journal for the scholarship of teaching and learning, 3(2), n2. https://doi.org/10.20429/ijsotl.2009.030216.

Janbuala, S., Dhirapongse, S., Issaramanorose, N., & Iembua, M. (2013, April). A study of using instructional media to enhance scientific process skill for young children in child development centers in northeastern area. In international forum of teaching and studies (Vol. 9, No. 2, p. 41). American scholars press, Inc..

Lederman, N. G. (2014). Nature of science and its fundamental importance to the vision of the next generation science standards. Science and children, 52(1), 8.

MOZEIKA, D., & BILBOKAITE, R. (2010). Teaching and learning method for enhancing 15-16 years old studentsknowledge as one of scientific literacy aspect in chemistry: Results based on research and approbation. International journal of educational researchers, 1(3), 1-16.

Muntholib, Khusmawardani, E., Utomo, Y., Muchson, & Yahmin. (2020, April). Development and implementation of multiple-choice chemical literacy survey in acid-base chemistry. In AIP conference proceedings (Vol. 2215, No. 1, p. 020013). AIP Publishing LLC.

Muntholib, M., Ibnu, S., Rahayu, S., Fajaroh, F., Kusairi, S., & Kuswandi, B. (2020). Chemical literacy: performance of first year chemistry students on chemical kinetics. Indonesian journal of chemistry.

Nomor, P. (20). Tahun 2016 (standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah).

Novili, W. I., Utari, S., Saepuzaman, D., & Karim, S. (2017). Penerapan scientific approach dalam upaya melatihkan literasi saintifik dalam domain kompetensi dan domain pengetahuan siswa SMP pada topik kalor. Jurnal penelitian pembelajaran fisika, 8(1).

OECD (2016), PISA 2015 assessment and analytical framework: science, reading, mathematic and financial literacy, PISA, OECD publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/9789264255425-en.

Prastiwi, M. N. B., Rahmah, N., Khayati, N., Utami, D. P., Primastuti, M., & Majid, A. N. (2017). Studi kemampuan literasi kimia peserta didik pada materi elektrokimia. The study of student’s chemistry literacy skills in electrochemistry.

Rahayu, S. (2017). Mengoptimalkan aspek literasi dalam pembelajaran kimia abad 21. In prosiding seminar nasional kimia UNY (pp. 1-16).

Sadhu, S., & Laksono, E. W. (2018). Development and validation of an integrated assessment for measuring critical thinking and chemical literacy in chemical equilibrium. International journal of instruction, 11(3), 557-572.

Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., & Hofstein, A. (2006). The use of scientific literacy taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school students. Chemistry education research and practice, 7(4), 203-225.

Sumarni, W., Rusilowati, A., & Susilaningsih, E. (2017). Chemical literacy of teaching candidates studying the integrated food chemistry ethnosciences course. Journal of turkish science education, 14(3), 40-72.

Thummathong, R., & Thathong, K. (2018). Chemical literacy levels of engineering students in Northeastern Thailand. Kasetsart journal of social sciences, 39(3), 478-487.

Page 18: Pengembangan instrumen asesmen literasi kimia pilihan

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 464–481

481

Vallori, A. B. (2014). Meaningful learning in practice. Journal of education and human development, 3(4), 199-209.

Wattanakasiwich, P., Taleab, P., Sharma, M. D., & Johnston, I. D. (2013). Construction and implementation of a conceptual survey in thermodynamics. International journal of innovation in science and mathematics education, 21(1).