17
PENGEMBANGAN STRATEGI X (DATALAH, PILIHLAH, TULISLAH, TETAPKAN, SUSUNLAH, UBAHLAH, SUNTINGLAH, DAN BACAKAN) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP PROPOSAL PENELITIAN disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Kualitatif yang dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M. Pd. dan Dr. Sunaryo, M. Hum. . Oleh Tedy Niko Jatmiko Saputro 120211538584

Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengembangan Strategi Pembelajaran bahasa dan sastra by Nicko

Citation preview

Page 1: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

PENGEMBANGAN STRATEGI X (DATALAH, PILIHLAH, TULISLAH, TETAPKAN, SUSUNLAH, UBAHLAH, SUNTINGLAH, DAN BACAKAN) DALAM

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP

PROPOSAL PENELITIANdisusun untuk melengkapi tugas matakuliah

Metodologi Penelitian Kualitatifyang dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M. Pd. dan Dr. Sunaryo, M. Hum.

.

OlehTedy Niko Jatmiko Saputro 120211538584

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIAApril 2013

Page 2: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahKegiatan menulis melatih siswa untuk mampu berbicara dan berkomunikasi melalui

bahasa tulis. Kegiatan menulis juga dapat mendorong siswa untuk menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Kompetensi menulis Bahasa Indonesia di dalam KTSP dibagi ke dalam dua jenis, yakni menulis bidang bahasa dan menulis sastra. Menulis sastra menjadi kegiatan menarik karena menulis sastra berbeda dengan kegiatan menulis lainnya.

Menulis cerpen merupakan salah satu bentuk menulis kreatif (sastra). Seseorang dapat mengekspresikan gagasan kreatif yang dimilikinya, melalui kegiatan menulis kreatif. Menulis kreatif sastra adalah proses penciptaan karya sastra (Roekhan, 1991: 1). Menulis kreatif berbeda dengan jenis kegiatan menulis lainnya karena menulis kreatif membutuhkan daya imajinasi.

Kegiatan menulis kreatif cerpen dapat melatih kepekaan emosi dan imajinasi siswa. Bird (2001: 11) berpendapat bahwa apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi, maka dia akan lebih efektif dalam menggunakan akademis atau kecerdasan rasionalnya. Manfaat menulis kreatif cerpen antara lain, dapat melatih siswa peka berimajinasi, sebagai sarana berlatih menggunakan bahasa ragam sastra, dan berlatih memahami manusia secara utuh; baik dari segi pikiran, perasaaan, dan sikap.

Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dikategorikan menjadi hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal berupa hambatan psikologis, yakni rendahnya minat, sikap, dan pengetahuan awal siswa yang relevan dengan menulis cerpen. Hambatan eksternal berupa lingkungan belajar yang kurang memadai dan masalah kultural, yakni siswa tidak dituntut untuk menguasai kompetensi menulis sastra. Masalah kultural tersebut disebabkan karena orang tua kurang memberikan dorongan dan tuntutan kepada siswa untuk menguasai keterampilan menulis sastra. Menulis sastra selama ini hanya menjadi hobi bagi beberapa siswa, bukan menjadi kewajiban bagi siswa.

Penelitian tentang pembelajaran menulis cerpen pernah dilakukan sebelumnya. Namun, penelitian tersebut tidak dilakukan dengan desain pengembangan, tetapi desain penelitian tindakan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Hatmiati pada tahun 2004 dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Strategi Menulis Terbimbing Siswa Kelas II SMP Negeri 1 Paringin Kabupaten Balangan. Hasil dari penelitian tersebut, yakni terjadi

Berdasarkan kedua penelitian tersebut, tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa, yakni dengan menerapkan Strategi Menulis Terbimbing (SMT) dan Pendekatan Proses. Bertolak dari kedua penelitian tersebut, peneliti akan mengembangkan suatu strategi pembelajaran menulis cerpen yang dikembangkan dari pembelajaran kuantum (quantum learning). Strategi tersebut diberi nama (datalah, pilihlah, tulislah, tetapkan, susunlah, ubahlah, suntinglah, dan bacakan).

Strategi X dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guru dalam menumbuhkembangkan minat dan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan menerapkan strategi X dalam pembelajaran menulis cerpen, diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Pada hakikatnya strategi pembelajaran adalah perencanaan dan penjabaran aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan tertentu untuk dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran (Suyitno, 2011: 13).

Pembelajaran menulis cerpen dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan, jika guru dapat memilih strategi yang tepat dan menarik. Strategi X dapat dijadikan sebagai salah satu

Page 3: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

cara untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.

Strategi X dikembangkan berdasarkan pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum (quantum learning) dapat mengajarkan cara menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. DePorter (1999: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran kuantum merupakan penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Pembelajaran kuantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Oleh karena itu, Strategi X berfokus pada hubungan yang dinamis antara lingkungan kelas serta interaksi antara siswa dan guru di kelas.

Strategi X memiliki keunggulan dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya, yakni strategi ini merupakan gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Unsur permainan dalam strategi X diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa di dalam pembelajaran. Strategi X mengutamakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Lingkungan belajar yang menyenangkan tercipta salah satunya melalui permainan dan musik.

Musik memiliki pengaruh di dalam proses pembelajaran kuantum. Hal senada dengan Deporter & Hernacki (2000: 73) yang mengungkapkan bahwa peran musik adalah untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik dapat merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan demikian, musik adalah salah satu komponen dalam strategi pembelajaran kuantum yang berperan untuk membantu proses pembelajaran.

Strategi X memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan strategi X antara lain (1) memberi pemahaman kepada siswa secara mendalam tentang menulis cerpen; (2) siswa akan memeroleh penguasaan tentang prinsip dan konsep menulis cerpen; (3) siswa dapat belajar dengan siswa lain dalam satu kelompok, sehingga tampak adanya proses bertukar pikiran; (4) memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran menulis cerpen, baik aktif dalam bertanya maupun dalam berpendapat; (5) satu kelompok dengan kelompok lain bekerja secara kolaboratif sehingga tidak ada kompetisi atau persaingan antara satu kelompok dengan kelompok lain; dan (6) memberi penekanan pada penilaian proses dan penilaian hasil, sehingga tidak menekankan penilaian hasil saja. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan strategi X dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP dengan judul Pengembangan Strategi X (Datalah, Pilihlah, Tulislah, Tetapkan, Susunlah, Ubahlah, Suntinglah, dan Bacakan) dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas IX SMP.

1.2 Tujuan Penelitian & PengembanganBerdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan pengembangan ini dibagi menjadi

dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian pengembangan ini, yakni mengembangkan produk berupa strategi X yang kemudian dikemas dalam bentuk sebuah buku panduan pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut.

Adapun tujuan khusus dari penelitian pengembangan ini berdasarkan pada empat kriteria sebagai berikut.a. Mengembangkan strategi X berdasarkan relevansi strategi dengan tujuan pembelajaran

menulis cerpen di SMP.b. Mengembangkan strategi X berdasarkan keefektifan strategi dalam pembelajaran

menulis cerpen di SMP.c. Mengembangkan strategi X berdasarkan keefisiensian strategi bagi siswa SMP dalam

pembelajaran menulis cerpen di SMP.d. Mengembangkan strategi X berdasarkan fisibilitas strategi bagi siswa SMP dalam

pembelajaran menulis cerpen di SMP.

Page 4: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

1.3 Spesifikasi Produk yang Diharapkan1.4 Pentingnya Penelitian & Pengembangan1.5 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian & Pengembangan1.6 Definisi Operasional

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

1.1 Hakikat CerpenCerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Menurut wujud fisiknya,

cerpen adalah cerita yang pendek. Cerpen dikatakan pendek karena cerpen merupakan cerita yang selesai dibaca dalam waktu sekitar 10 menit hingga setengah jam, dapat dibaca sekali duduk, dan dirilis dengan jumlah sekitar 500 kata hingga 5000 kata (Sumardjo, 2004: 7).

Nursisto (2000: 165) menyatakan bahwa cerpen adalah cerita yang pendek dan di dalamnya terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya. Cerita yang mampu menyentuh nurani pembaca dapat dikategorikan sebagai buah sastra cerpen itu. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah suatu cerita yang alur ceritanya pendek, singkat, sederhana, hanya memiliki efek tunggal, dan bisa dibaca dalam waktu yang relatif singkat.1.2 Unsur Pembangun Cerpen

Unsur pembangun terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Keenam unsur pembangun cerpen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.1.1.1 Tema

Tema sebuah cerpen merupakan gagasan atau ide yang ingin disampaikanpengarang cerpen. Tema cerpen bisa tersirat maupun tersurat. Sebagai salah satu unsur intrinsik cerpen, tema mempengaruhi makna yang terkandung di dalam cerpen. Musfiroh (2008: 33) mengatakan bahwa tema adalah makna yang terkandung di dalam cerpen.

Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema berhubungan dengan pesan moral ataupun reaksi pribadi pengarang yang menentang pengaruh sosial, misalnya pada cerpen Bawuk karya Umar Kayam, yang menampilkan tema yang bersifat egois. Cerpen Bawuk melukiskan keberanian tokoh Bawuk dalam menunggu ketidakpastian. Bawuk tidak mau terseret pada kecenderungan sosial.1.1.2 Alur

Sebuah cerita seperti cerpen pasti memiliki jalan cerita atau alur. Alur merupakan urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Rangkaian peristiwa-peristiwa terjalin berdasar urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat.

Secara garis besar, pengembangan alur cerita adalah awal, tengah, dan akhir. Bagian awal adalah permulaan cerita. Bagian awal berisi peristiwa yang terkait dengan karakter tokoh, peristiwa awal yang menggambarkan konflik, pelukisan latar suasana, ataupun pengenalan tokoh. Setelah bagian awal berakhir, permulaan bagian tengah dimulai.

Bagian tengah sebuah cerita berupa konflik cerita. Konflik itu berkembang karena kontradiksi ata pertentangan para pelaku. Pada hakikatnya, konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi-aksi balasan (Nurgiyantoro, 2005: 115). Konflik yang terjadi bisa berupa konflik internal, konflik eksternal, konflik batin, dan konflik fisik.

Konflik internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh-tokoh cerita (Nurgiyantoro, 2005: 124). Konflik internal merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri atau konflik internal berupa permasalahan intern seorang manusia. Contoh konflik internal antara lain, adanya pertentangan antara dua

Page 5: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah internal lainnya.

Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, dengan lingkungan alam atau lingkungan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 124). Konflik eksternal dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan konflik sosial (social conflict).

Konflik fisik disebut juga konflik elemental. Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam (Nurgiyantoro, 2005: 124). Konflik dapat berupa permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau panjang, dan gunung meletus.

Konflik fisik berbeda dengan konflik sosial. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia (Nurgiyantoro, 2005: 124). Contoh konflik fisik antara lain berwujud masalah perburuhan, penindasan, peperangan, atau kasus-kasus hubungan sosial lainnya.

Konflik semakin lama akan semakin berkembang. Perkembangan konflik cerita disebut komplikasi. Saat konflik telah mencapai tingkatan dan intensitas tertinggi dan tidak dapat dihindarkan lagi, inilah klimaks cerita. Fungsi dari klimaks adalah menentukan arah perkembangan plot dan menentukan bagaimana konflik diselesaikan (Nurgiyantoro, 2005: 116). Setelah mencapai klimaks inilah, penyelesaian muncul dan menuju ke akhir cerita.

Contoh penggunaan struktur alur terdapat di dalam cerpen Bawuk karya Umar Kayam (Sayuti, 2000: 207—208). Dalam cerpen Bawuk, peristiwa berawal dari pernikahannya dengan Hasan, seorang komunis. Pernikahannya dengan seorang komunis membawanya pada peristiwa-peristiwa lainnya. Konflik mulai memuncak saat Bawuk menitipkan kedua anaknya kepada Nyonya Suryo, ibunya. Bawuk menolak menunggu Hasan di rumah ibunya. Klimaks cerita mulai tampak saat Bawuk mencari Hasan dalam persembunyiannya. Akhir cerita terjadi ketika Nyonya Suryo mengetahui bahwa Hasan mati terbunuh.

Penyusunan alur cerpen terdiri beberapa jenis. Ditinjau dari segi penyusunan peristiwa, dikenal dengan alur progresif dan alur regresif atau alur sorot balik. Alur progresif awal cerita benar-benar merupakan awal, sedangkan pada alur regresif, awal cerita terletak pada bagian akhir (Sayuti, 2000: 57). Berdasarkan hubungan alur dengan segi akhir cerita, alur terbagi atas alur terbuka dan alur tertutup. Saat penulis memberikan kesimpulan cerita kepada pembacanya disebut dengan alur tertutup. Berbeda dengan alur tertutup, alur terbuka berakhir pada klimaks, sehingga pembaca dibiarkan menentukan sendiri penyelesaian cerita.

Penulisan alur harus memperhatikan kaidah-kaidah yang harus terdapat di dalam alur. Kaidah-kaidah yang mengatur penulisan alur sekurang-kurangnya ada empat. Keempat kaidah tersebut adalah sebagai berikut.a. Plausibility adalah kemasukakalan yang dimiliki oleh cerita. Alur cerita dapat dikatakan

masuk akal jika alur cerita memiliki kebenaran, yakni benar bagi diri cerita itu sendiri (Jabrohim, 2003: 113). Sebuah peristiwa di dalam alur harus sesuai dengan logika cerita.

b. Surprise disebut dengan kejutan. Alur cerita harus memiliki kejutan. Tanpa adanya kejutan, cerita akan menjemukan. Kejutan memiliki beberapa fungsi, yakni untuk memperlambat tercapainya klimaks dan untuk mempercepat tercapainya klimaks (Jabrohim, 2003: 114).

c. Suspense adalah ketidaktentuan harapan terhadap outcome atau hasil suatu cerita (Sayuti, 2000: 51). Suspense menciptakan kemungkinan-kemungkinan di dalam cerita, sehingga kelanjutan cerita tidak mudah ditebak oleh pembaca.

d. Unity atau keutuhan. Keutuhan cerita berarti seluruh bagian-bagian alur cerita merupakan kesatuan yang membentuk cerita, tidak ada yang melenceng dari alur.

1.1.3 Tokoh dan Penokohan

Page 6: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

Dalam pembicaraan sebuah cerpen, sering digunakan istilah tokoh atau penokohan, watak atau perwatakan, karakter atau karakterisasi secara bergantian yang mengacu pada pengertian yang sama. Tokoh adalah individu sebagai pelaku cerita. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165).

Tokoh merupakan elemen struktural cerpen yang berperan dalam kelahiran sebuah cerita. Jenis tokoh ada bermacam-macam, yakni (1) berdasarkan keterlibatannya dalam cerita ada tokoh utama dan tokoh tambahan dan (2) berdasarkan watak dan karakternya, dikenal tokoh sederhana dan tokoh kompleks (Sayuti, 2000: 74—88).

Penulisan cerpen bukan hanya memilih peran tokoh, tetapi juga bagaimana menyajikan tokoh dan karakternya. Terdapat beberapa cara untuk mengembangkan tokoh dan wataknya. Ada dua cara mengembangkan tokoh dan penokohan. Kedua cara tersebut, yakni ekspositoris dan dramatis (Sayuti, 2000: 91—111). Kedua cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.a. Penggambaran tokoh secara ekspositoris atau metode diskursif, yakni pelukisan tokoh

dengan memberikan deskripsi, uraian dan penjelasan secara langsung.b. Penggambaran tokoh secara dramatis, yakni penggambaran tokoh secara tidak langsung.

Penggambaran tokoh secara dramatis dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut.

1) Teknik pemberian nama tokoh, yakni Pemberian nama tokoh berfungsi untuk melukiskan karakter tokoh tertentu, misalnya nama Sri Sumarah dalam Sri Sumarah karya Umar Kayam. Tokoh Sri memiliki sifat pasrah dan Sumarah atau penuh sikap berserah diri.

2) Teknik cakapan, yakni penggambaran tokoh dan sifatnya melalui percakapan antartokoh.3) Teknik tingkah laku, yakni penggambaran tokoh dan sifatnya melalui tingkah laku,

perbuatan, dan sikap4) Teknik pikiran dan perasaan, yakni penggambaran tokoh dan sifatnya melalui pikiran

dan perasaan tokoh.5) Teknik reaksi tokoh, yakni penggambaran tokoh dan sifatnya melalui reaksi tokoh

terhadap kejadian, masalah, keadaan, kata, sikap, dan tingkah lakunya.6) Teknik reaksi tokoh lain, yakni penggambaran tokoh dan sifatnya melalui reaksi tokoh

lain terhadap tokoh utama, yang berupa pandangan, sikap, dan komentar.7) Teknik pelukisan latar, penggambaran tokoh dengan cara Pelukisan suasana latar dapat

mengintensifkan sifat kedirian tokoh.8) Teknik pelukisan fisik, yakni pengarang sengaja mencari dan menghubungkan antara

keadaan fisik seorang tokoh dengan sifatnya.Berdasarkan hal tersebut, siswa diharapkan dapat menggambarkan tokoh baik secara ekspositoris maupun dramatis.1.1.4 Latar

Latar juga memegang peran penting di dalam cerpen. Latar berperan dalam membangun suasana cerpen. Musfiroh (2008: 42) menyebutkan bahwa latar adalah unsur cerita yang menunjukkan kepada penikmatnya dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.

Unsur latar terdiri dari 3 macam, yakni (1) latar tempat, (2) latar waktu, dan (3) latar sosial. Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Latar waktu berhubungan dengan kapan masalah itu terjadi. Latar sosial berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.1.1.5 Sudut Pandang

Page 7: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

Sudut pandang (point of view) adalah cara sebuah cerita dikisahkan ia merupakan cara yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya cerpen kepada pembaca. Ada empat sudut pandang di dalam cerpen, yakni (1) sudut pandang orang pertama; (2) sudut pandang orang ketiga, yakni sudut pandang serba tahu dan sudut pandang serba tahu terbatas; dan (3) sudut pandang campuran (Nurgiyantoro, 2005: 256).

Sudut pandang orang pertama menggunakan kata ganti orang pertama, yakni ‘aku’. Pengisahan dengan sudut pandang orang pertama, narator berperan sebagai seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Dalam sudut pandang ‘aku’, narator hanya bersifat maha tahu pada dirinya sendiri, tidak terhadap tokoh lain dalam cerita tersebut (Nurgiyantoro, 2005: 262). ‘Aku’ dalam sudut pandang orang pertama terdiri dari dua jenis, yakni aku sebagai tokoh utama dan aku sebagai tokoh tambahan.

Sudut pandang serba tahu merupakan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang serba tahu menggunakan kata ganti orang ketiga, yakni ‘dia’. Dalam sudut pandang ini, narator berada di luar cerita yang menampilkan tokoh cerita dengan menyebut nama dan kata ganti ia, dia, ataupun mereka.1.1.6 Gaya Bahasa

Bahasa dalam seni sastra dapat diibaratkan sebagai cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung nilai lebih. Dengan kata lain, karya sastra dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Bahasa yang digunakan pengarang dalam karyanya disebut juga dengan gaya bahasa. Wiyatmi (2006: 42) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri (citraan), dan sintaksis (pilihan pola kalimat).

Bahasa dalam karya sastramengemban fungsi utama, yakni fungsi komunikatif (Nurgiyantoro, 2005:272). Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan, bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat mungkin. Dengan demikian, gaya bahasa tampil dengan sosok yang berbeda dan menjadi kekuatan tersendiri di dalam sebuah karya sastra.1.2 Proses Menulis Cerpen

Menulis cerpen bukanlah kegiatan yang instan. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menulis cerpen, antara lain (1) pramenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis. Tiga tahapan tersebut berkaitan dengan proses penulisan cerpen, yakni (1) menentukan topik, (2) menentukan tujuan, (3) mengumpulkan bahan, (4) menyusun kerangka, (5) mengembangkan karangan, (6) korteksi atau revisi, dan (7) menulis naskah (Nursisto, 2000: 51—58).

Tahap pramenulis dilakukan melalui kegiatan menentukan topik, menentukan tujuan, dan mengumpulkan bahan. Setelah tahap pramenulis dilakukan, penulis cerpen memasuki tahap menulis. Tahap menulis ini terbagi atas dua proses, yakni menyusun kerangka cerpen dan mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen utuh. Cerpen yang telah ditulis haruslah direvisi. Revisi cerpen merupakan tahap akhir atau tahap pascamenulis dalam menulis cerpen.

Sebelum memulai menulis cerpen, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan topik. Topik adalah tema cerpen, misalnya tema perjuangan, tema kemanusiaan, ataupun tema-tema lainnya. Setelah menentukan tema, penulis menentukan tujuan. Tujuan merupakan amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Jika penulis telah menentukan tujuan, penulis dapat mengumpulkan bahan. Bahan yang perlu dikumpulkan adalah fakta-fakta yang dapat membantu penulis dalam menulis cerpen. Fakta-fakta tersebut bisa berupa fakta tentang latar cerpen ataupun berkaitan dengan karakter tokoh cerpen.

Page 8: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

Ada berbagai cara dalam proses menulis cerpen, mulai dari cara menulis pembuka, menghidupkan tokoh, menulis alur, menampilkan deskripsi latar, dan menulis penyelesaiannya. Pembuka cerpen dapat dimulai dengan menggambarkan tokoh atau dapat pula langsung menuju ke konflik. Setelah pembuka ditulis, menulis cerpen akan lebih lancar.

Menulis unsur pembangun cerpen relatif lebih ringan. Menghidupkan tokoh dapat dilakukan melalui nama tokoh, usia, deskripsi fisik, dan hubungannya dengan tokoh lain atau hubungan dengan peristiwa yang dijalaninya. Menulis alur dilakukan melalui jalinan waktu, maupun hubungan sebab akibat. Secara garis besar, alur terbagi menjadi tiga bagian, yakni awal (perkenalan), tengah (konflik), dan akhir (penyelesaian).

Penulis cerita tidak akan dapat menulis kalau di dalam imajinasinya tak ada gambaran latar cerita. Latar cerpen bersifat geografis, budaya, dan hal-hal abstrak. Selain menulis pembuka, tokoh, alur, dan latar, menulis cerpen juga mempertimbangkan penyelesaian cerita. Secara garis besar, penyelesaian itu ada tiga jenis, yakni senang, sedih, dan menggantung.1.3 Pembelajaran Menulis Cerpen di SMP

1.3.1 Tujuan Pembelajaran Menulis Cerpen di SMPKompetensi menulis Bahasa Indonesia di dalam KTSP dibagi ke dalam dua jenis,

yakni menulis bidang bahasa dan menulis sastra. Menulis sastra menjadi suatu kegiatan menarik karena menulis sastra berbeda dengan kegiatan menulis lainnya. Berdasarkan KTSP, di kelas IX SMP terdapat dua kompetensi dasar menulis cerpen. Salah satu kompetensi dasar menulis cerpen di kelas IX SMP adalah menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Menulis cerpen merupakan salah satu bentuk menulis kreatif (sastra). Seseorang dapat mengekspresikan gagasan kreatif yang dimilikinya, melalui kegiatan menulis kreatif. Menulis kreatif sastra adalah proses penciptaan karya sastra (Roekhan, 1991: 1).

Menulis kreatif cerpen dapat mengasah keterampilan berbahasa. Ketrampilan berbahasa yang berkembang melalui kegiatan menulis cerpen adalah keterampilan dalam mengungkapkan ide, kesan, perasaan, harapan, dan imajinasi secara tertulis. Oleh karena itu, menulis cerpen dapat mengembangkan kreativitas siswa.1.4 Hakikat Strategi X

DePorter & Hernacki (2000: 14) mengemukakan bahwa lahirnya pembelajaran kuantum atau quantum learning berawal dari upaya Dr Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti pasti mempengaruhi hasil belajar. Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi DePorter, murid Lozanov, dan Mike Hernacki mengembangkan konsep Lozanov menjadi pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum diadopsi dari beberapa teori, yakni sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik. Berdasarkan hal tersebut, strategi X diharapkan dapat melibatkan otak kanan dan kiri siswa, otak triune siswa, ketiga gaya belajar siswa (visual, auditorial, dan kinestetik), dan pendidikan holistik dalam pembelajaran menulis cerpen,.

Strategi X diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif melalui penggunaan unsur yang terdapat pada siswa dan lingkungan belajar. Penerapan strategi X dalam pembelajaran menulis cerpen diharapkan dapat menciptakan hubungan emosional yang baik antara guru dengan siswa serta antara satu siswa dengan siswa lain dalam proses belajar.

1.5 Prinsip dalam Strategi XStrategi X memiliki ciri khas yang membedakannya dengan strategi pembelajaran

lainnya. Bertolak dari pembelajaran kuantum, strategi X memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan strategi pembelajaran lain. DePorter & Hernacki (2000: 7—8) mengemukakan bahwa pembelajaran kuantum memiliki prinsip antara lain (1) segalanya

Page 9: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

berbicara, baik lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan ajar; (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum konsep, (4) mengakui setiap usaha sekecil apa pun, dan (5) merayakan apa yang telah dicapai, seperti memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, strategi X memiliki rancangan pembelajaran yang khas. DePorter & Hernacki, (2000: 10) mengemukakan bahwa kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal sebagai tandur, yakni (1) tumbuhkan minat dengan memuaskan; (2) alami dan ciptakan pengalaman menyenangkan; (3) namai atau sediakan kata kunci, konsep, dan strategi; (4) demonstrasikan, sediakan kesempatan untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu; (5) ulangi, tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi; dan (6) rayakan.

Dengan prinsip-prinsip dan kerangka rancangan pembelajaran di atas, strategi X mampu memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan adalah titik tolak keberhasilan dan pencapaian kompetensi bahasa yang diinginkan.

1.6 Musik dalam Strategi XDalam hubungannya antara strategi X dengan pembelajaran kuantum, salah satu kunci

keberhasilan strategi X terletak pada pemanfaatan iringan musik. DePorter & Hernacki (2000: 72) mengungkapkan bahwa irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung dan membangkitkan perasaan dan ingatan. Hal tersebut diperkuat oleh Campbell (2002: 221) yang beranggapan bahwa irama dan nada di dalam musik dapat membangun landasan berpikir logis dan mengingat konsep-konsep baru dalam waktu lebih lama.

Djohan (2005: 142) berpendapat musik adalah alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan pribadi dan sosial. Perkembangan pribadi meliputi aspek kemampuan kognitif, penalaran, inteligensi, kreativitas, membaca, dan bahasa. Sedangkan kemampuan sosial meliputi perilaku sosial dan interaksi sosial. Musik juga dapat mempengaruhi emosi pendengarnya. Musik dapat meningkatkan intensitas emosi. Emosi sebagai suasana hati (mood), pengalaman, dan perasaan dapat dipengaruhi akibat mendengar musik. Musik memiliki fungsi sebagai katalisator atau stimulus bagitimbulnya sebuah pengalaman emosi. Emosi berperan penting dalam menulis, terutama menulis cerpen.

Musik dipakai dalam kegiatan menulis cerpen dengan tujuan untuk memfokuskan perhatian, merangsang pengalaman emosi, dan membantu proses belajar secara keseluruhan. Pengaruh musik terhadap suasana hati, yakni musik memiliki efek mempertajam perhatian pada kata-kata yang sesuai dengan suasana musiknya. Aktivitas mendengar musik mendorong terjadinya penciptaan kreatif dan imajinatif.

Selain mempengaruhi emosi, musik juga membantu proses kerja memori otak. Musik sering membuat kaki seseorang bergoyang. Musik menyebabkan seseorang terhanyut dalam lagu yang didengar, membawanya pada lamunan dan mengingat pengalaman tertentu (Djohan, 2005: 138). Oleh karena itu, musik dapat membantu proses mengingat pengalaman sebagai ide penulisan cerpen.

Secara umum, pilihan musik yang digunakan dalam kegiatan menulis cerpen adalah musik instrumental. Hanya musik untuk jeda dan efek khusus yang berisi lirik. Tahap awal pembelajaran (apersepsi) menulis menggunakan musik dengan tempo yang cepat untuk membangkitkan semangat belajar. Djohan (2005: 128) mengungkapkan musik tempo cepat berguna untuk mengaktivasi sinyal otak yang memungkinkan seseorang untuk bekerja, belajar, berfikir, dan melatih energi serta berproduksi secara maksimal. Tempo yang cepat dari musik instrumental yang dipilih juga akan membantu pemeliharaan sikap positif.

Siswa memasuki tahap pramenulis, setelah tahap apresepsi. Musik yang digunakan pada tahap pramenulis adalah musik dengan tempo dan irama yang dinamis dan variatif yang

Page 10: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

didapat dari alat musik tiup dan biola. DePorter & Hernacki (2000:73) menyebutkan bahwa alat musik tiup dan biola mempunyai nada yang ringan sehingga dapat menambahkan keriangan dan perhatian kepada suasana hati siswa.

Tahap menulis menggunakan musik dengan irama dan tempo yang dinamis. Musik yang digunakan pada tahap ini memiliki 60 hingga 80 ketukan. DePorter & Hernacki (2000: 73) mengungkapkan jumlah ketukan ini disesuaikan dengan jumlah detak jantung manusia yang berdetak 60 sampai 80 kali per menit dalam keadaan normal. Kesesuaian jumlah ketukan dengan detak jantung tiap menit ini akan membawa siswa pada kegiatan belajar yang santai dan reseptif.

Musik berisi lirik digunakan pada saat-saat tertentu untuk mendapatkan efek tertentu. Musik berisi lirik digunakan saat siswa mendeskripsikan latar cerpen dan musik yang digunakan adalah musik dengan lirik berupa deskripsi suatu tempat, misalnya lagu berjudul “Yogyakarta” milik Kla Poject. Lagu ini berisi deskripsi tempat yang menarik, sehingga dapat merangsang siswa untuk menulis paragraf deskripsi sama menariknya dengan lirik dalam lagu.

Pada saat kegiatan pembelajaran telah dilakukan, maka digunakan musik dengan bunyi piano, cello, atau biola alto. DePorter & Hernacki (2000: 74) menyebutkan bahwa bunyi piano, cello, atau biola alto berguna untuk merelaksasi siswa setelah situati penuh stress. Seluruh penjelasan di atas menunjukkan pentingnya penggunaan musik. Musik merupakan pelengkap dan penentu keberhasilan strategi pembelajaran kuantum yang digunakan dalam pembelajaran.

1.7 Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Strategi XKegiatan menulis melibatkan seluruh bagian otak, terutama bagian otak kanan.

Belahan otak kanan adalah tempat munculnya gagasan, gairah, dan emosi. Bila seseorang melewatkan langkah untuk membangkitkan kinerja otak kanan, seseorang akan mendapatkan hambatan dalam kegiatan menulis (Hernowo, 2005: 177).

Hernowo (2005: 181—190) mengungkapkan bahwa metode quantum writing dapat mengoptimalkan kerja otak kanan, saat kegiatan menulis. Metode pembelajaran kuantum yang berkaitan dengan kegiatan menulis disebut dengan metode quantum writing. Quantum writing memberikan tiga teknik praktis untuk membantu kegiatan menulis, yaitu (1) pengelompokan (clustering), (2) menulis cepat (fast writting), dan (3) teknik show not tell

Berdasarkan metode quantum writing, tahap pramenulis menggunakan teknik pengelompokan (clustering). Pengelompokan adalah mengelompokkan unsur pembangun cerpen. Clustering dilakukan melalui (1) memilih peristiwa menarik sebagai ide penulisan, (2) menentukan tema cerpen berdasarkan peristiwa yang telah dipilih, (3) menetapkan tokoh untuk mengembangkan tema cerpen, (4) menuliskan kerangka alur cerpen, dan (5) memilih latar.

Setelah tahap pramenulis selesai dilakukan, dilanjutkan tahap menulis cepat dan tahap show not tell. Menulis cepat (fast writing) dilakukan untuk membantu mengatasi masalah kebuntuan ide dan memusatkan gagasan-gagasan tentang hal yang ingin ditulis. Menulis cepat dapat lebih mudah jika menggunakan timer. Waktu yang diperlukan dalam menulis cepat cerpen adalah 10—15 menit. Dalam kurun waktu tersebut, menulis cepat dilakukan melalui pengumpulan gagasan dan ide cepen dan membentuk kalimat-kalimat draf cerpen

Tahap setelah menulis cepat adalah show not tell. Show not tell adalah teknik mengubah kalimat pendek menjadi deskripsi. Tahap ini dilakukan dengan (1) mengembangkan tema, (2) mengembangkan tokoh dan perwatakannya, (3) mengembangkan alur, (4) mengembangkan deskripsi latar, dan (5) menulis cerpen dengan memilih sudut pandang tertentu. Menulis cepat bermanfaat untuk menjernihkan pikiran, memusatkan gagasan-gagasan, dan membuat yang tak tampak menjadi tampak.

Page 11: Pengembangan Strategi Pembelajaran by Nicko

Tahap terakhir adalah tahap pascamenulis. Pada tahap ini cerpen disunting, dan selanjutnya direvisi. Nurudin (2007: 111) menyebutkan dalam menyunting, penulis hendaknya memperhatikan (1) kesesuaian setiap paragraf, (2) kesalahan penulisan dan tanda baca, (3) kesalahan tata bahasa, dan (4) kesesuaian tulisan dengan tujuan, dan (5) sasaran penulisan. Cerpen yang telah direvisi dapat dibacakan oleh siswa di depan kelas.

BAB IIIMETODE PENELITIAN & PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian & PengembanganB. Prosedur Penelitian & PengembanganC. Uji Coba Produk1. Desain Uji Coba2. Subjek Uji Coba3. Jenis Data4. Instrumen Pengumpulan Data5. Teknik Analisis Data