Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGGUNAAN GAYA BAHASA (PERSONIFIKASI DAN
METAFORA) DALAM NOVEL ARAH LANGKAH
KARYA FIERSA BESARI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MITTAHUL AKAR MANNA
105331109716
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Kalau Anda malas rajinkan diri, kalau Anda takut beranikan diri, kalau
tidak tahu bertanyalah, kalau Anda gagal coba lagi! Hidup ini tak boleh
sederhana, harus selalu besar, hebat, kuat, luas, dan bermanfaat.
Persembahan
Skripsi ini adalah salah satu bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu
Wa Taala dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini
untuk kedua orang tua (Ayahanda almarhum Manna dan Ibunda Salima) dan
saudara saya.
vii
ABSTRAK
Mittahul Akar Manna. 2020. “Penggunaan Gaya Bahasa (Personifikasi dan
Metafora) dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari”. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I A. Rahman
Rahim dan pembimbing II Nur Khadijah Razak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa
personifikasi dan metafora dalam Arah Langkah karya Fiersa Besari. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Hal ini berupa kata-kata, kalimat,
dan dialog yang berhubungan dengan penggunaan gaya bahasa personifikasi dan
metafora dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari. Sumber data dalam
penelitian ini adalah Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gaya bahasa
personifikasi yang terdapat dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari
berjumlah tiga puluh satu, sedangkan gaya bahasa metafora yang terdapat dalam
Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari berjumlah dua puluh tiga.
Kata Kunci: Gaya Bahasa Personifikasi, Gaya Bahasa Metafora, dan Novel.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmanir Rahim
Alhamdulillah Robbil Alamin, sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Taala
yang beriman penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa
Taala yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah memberikan
limpahan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa pula selawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam, berserta keluarga, sahabat, dan seluruh
umatnya yang selalu, mengikuti Syafaat Beliau, semoga kelak umatnya semua
termasuk dalam golongan yang menerima Syafaat Beliau di hari kiamat nanti,
Amin.
Penelitian ini berjudul “Penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya
bahasa metafora dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari. Dapat
dirampungkan dalam rangka memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penyusuna skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun
sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan
keterbatasan sehingga masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi sistematika
penulisan maupun isi yang terkandung dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan
kritikan tersebu sifatnya membangun yang diharapkan penulis.
ix
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang membantu kelancaran skripsi ini, baik berupa moral, dan
materi. Karena penulis yakin tanpa bantuan dari mereka, sulit rasanya penulis
menyelesaikan skripsi ini. Izinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada
Allah Subhanahu Wa Taala yang telah memberikan nikmat, kesehatan dan
kelancaran serta petunjuk menyelesaikan skripsi ini.
Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan
luar biasa kepada kedua orang tua (Ayahanda Almarhum Manna dan Ibunda
Salima) yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan
membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Terima kasih kepada rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof.
Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., terima kasih kepada Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D., serta para wakil Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah Makassar.
Ketua Prodi pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dr. munirah, M.Pd., dan
sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr.
Muhammada Akhir, M. Pd., beserta seluruh stafnya. Terima kasih kepada Dr. A.
Rahman Rahim, M. Hum., pembimbing I (satu) dan Nur Khadijah Razk, S.Pd.,
M.Pd., pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga
selesainya skripsi ini.
x
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar yang telah
memberikan masukan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kelas
BI. C 016, sahabat penulis Rahmawati, Meidina Sri Hanum, Ade Irmawati,
Rahmawati, Nur Adila, Hikmah, Niswah, Asrita, dan seluruh teman-teman yang
selalu memberikan penulis bantuan, dukungan, mengajakan arti kesabaran dalam
menyelesaikan skripsi ini. Sehingga tidak hentinya mengulurkan tangan dikala
jatuh bangun penulis dalam menghadapi kerasnya badai di tanah perantau.
Semoga bantuan, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan
kepada penulis senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah
Subhanahu Wa Taala. Akhirnya, penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan
serta kekhilafan. Maka dari itu, penulis senantiasa mengharapkan tanggapan,
kritikan, dan saran yang bersifat membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti semua sekali tanpa adanya kritikan serta saran.
Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
pribadi penulis, Amin.
Makassar, 1 September 2020
Mittahul Akar Manna
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KARANGKA PIKIR ................................... 10
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 10
1. Penelitian yang Relevan ................................................................... 10
2. Landasan Teori ................................................................................ 13
B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 34
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 34
B. Batasan Istilah ........................................................................................... 36
xii
C. Data dan Sumber Data .............................................................................. 35
D. Pupulasi dan Sampel ................................................................................. 36
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 37
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 37
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 40
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 40
B. Pembahasan ............................................................................................... 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 82
A. Simpulan ................................................................................................... 82
B. Saran .......................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni menurut
Wellek dan Warren (2014: 3). Pada hakikatnya karya sastra dibuat dengan
mengedepankan aspek keindahan dibandingkan keefektifan penyampaian
pesan. Aspek keindahan tersebut sengaja dibentuk pengarang dengan
memanfaatkan potensi bahasa.
Sebuah karya seni yang lazim memanfaatkan bahasa sebagai medium
maka bahasa sastra memiliki pesan sentral. Bahasa sastra menjadi media
utama untuk mengapresiasi berbagai gagasan sastrawan. Dengan demikian,
bahasa sastra sekaligus menjadi alat bagi sastrawan sebagai komunikator
untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca sebagai komunikasi.
Bentuk yang indah dengan muatan yang berbobot menjamin nilai
literer karya sastra. Unsur bentuk yang paling utama adalah bahasa. Unsur
bentuk yang lain seperti penggunaan simbol atau permainan makna yang lain
juga hanya dapat dikenali melalui bahasa. Setiap pengarang tidak akan
mencapai target yang diinginkan tanpa memiliki pengetahuan yang memadai
tentang sistem yang berlaku dalam bahasa yang digunakan dalam novel.
Novel sebagai salah satu karya sastra yang cenderung berukuran
panjang, dituntut untuk menyampaikan sesuatu serba panjang. Novel
2
menyuguhkan kebenaran yang diciptakan dan dipadatkan oleh kemampuan
imajinasi pengarangnya. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah
suatu cerita prosa yang fiktif dalam cerita panjang yang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam
suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel merupakan
salah satu wujud dari karya sastra selain puisi dan prosa lainnya yang juga
menggunakan medium bahasa.
Pada umumnya, novel salah satu bentuk prosa yang merupakan
pengalaman atau rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
sekitarnya menonjolkan sikap dan watak pelaku. Novel merupakan karya
fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi sebuah model kehidupan
yang diidealkan, dunia khayalan yang dibangun melalui berbagai unsur
intrinsik seperti plot, tokoh, latar, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya
bahasa.
Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak memiliki
gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam menulis
sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara khas, sehingga
tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal. Gaya bahasa juga
membantu pembaca untuk membedakan karya masing-masing pengarang,
karena setiap pengarang memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan
karyanya.
Gaya penulis seorang pengarang dapat dipelajari atau dikaji dalam
stilistika. Secara garis besar stilistika adalah cabang linguistik yang
3
mempelajari gaya bahasa. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa), menurut Gorys Keraf (2010: 112).
Analisis unsur style dilakukan dengan mengidentifikasi masing-
masing unsur dan selanjutnya mendeskripsikan hasil identifikasi. Kajian
unsur style dilakukan dengan menelaah berbagai unsur yang bersifat tekstual
atau cenderung berupa stilistika tekstual. Unsur-unsur style yang penting
dalam kajian stilistika yaitu unsur bunyi, leksikal, struktur, gaya bahasa
(majas), sasaran retorika (struktur bahasa), citraan, dan kohesi. Namun,
sasaran utama dalam penelitian ini adalah bentuk majas.
Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita
dengan pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan), dan sebagainya, yang
menimbulkan kesan estetik dalam karya sastra. Gaya bahasa mencerminkan
cita rasa dan karakteristik personal, bersifat pribadi, milik perorangan,
sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasanya sendiri-sendiri yang khas
sedangkan penulis karya sastra (novel) yang baik merupakan penulis dapat
merangkai kata-kata, menciptakan jenis-jenis gaya bahasa dalam
menceritakan rangkaian cerita yang terjadi dalam novel. Mengenai gaya
bahasa adalah ciri khas penulis mengungkapkan imajinasi melalui tulisan.
Penulis melahirkan ide-ide melalui bahasa sindiran, atau bukan sebenarnya
dengan alasan agar pembaca tertarik untuk menuntaskan sebuah cerita.
Penulis memiliki ciri khas dari segi bahasa sehingga berbeda dengan karya
tulis lainnya.
4
Pengarang sebuah novel yang baik adalah pengarang yang dapat
memainkan kata-kata, ia dapat menciptakan berbagai gaya bahasa dalam
penceritaan berbagai rentetan alur dan peristiwa yang terjadi dalam novel.
Penulis juga mengutarakan hasratnya dalam menyampaikan ide melalui
bahasa kias atau bukan bahasa sebenarnya, agar pembaca tertarik untuk
melanjutkan membaca sampai selesai. Selain itu, penulis ingin menghadirkan
sebuah karya sastra tulis berbentuk novel yang memiliki kekhasan dalam segi
bahasa, sehingga berbeda dengan penulis lainnya.
Ciri khas penulis adalah konsisten dalam menggunakan bahasa
Indonesia yang baku dalam karyanya. Fiersa Besari tidak mengikuti tren
dalam penulisan yang dimaksudkan adalah penggunaan bahasa yang tidak
baku seperti fenomena bahasa, tokohnya pun menggunakan bahasa baku
karena ingin membuktikan bahwa bahasa baku tetap asyik dibaca.
Penggunaan bahasa baku dan kata-kata sederhana, mampu menarik para
pembaca agar mudah dipahami isi bacaan. Contoh penggunaan bahasa baku
yang digunakan penulis dalam novel Arah Langkah adalah “Ternyata,
meninggalkan zona nyaman bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan”
Besari, (2018: 4), sedangkan penulis seangkatan yaitu Boy Candra juga
menggunakan bahasa baku, namun Boy Candra lebih mengarah karya fiksi
roman tentang percintaan, sehingga pembaca larut dalam cerita. Ciri khas
Boy Candra dalam karyanya adalah cenderung galau, ceritanya monoton, jika
pembaca yang tidak terlalu gemar dengan genre tersebut akan kurang
menyukai cerita tersebut. Sehingga peneliti lebih tertarik memilih karya
5
Fiersa Besari sebagai objek penelitian, sebab penggunaan bahasa baku dan
sederhana, dibandingkan dengan Boy Candra penggunaan bahasanya
monoton. Contohnya “Sedari awal aku sendiri yang jatuh hati sebelum pergi,
satu hal yang harus kamu ingat. Terkadang, cinta sering kali datang
terlambat” Candra (2015: 86).
Novel Arah Langkah merupakan novel yang keempat dari karya
Fiersa Besari yang terbit oleh Media kita pada tahun 2018. Dan biasa disapa
“Bung” adalah seorang lelaki beruntung, kelahiran Bandung 3 Maret 1984
mengawali karier sebagai musisi sebelum akhirnya jatuh cinta pada dunia
tulis-menulis. Selain menulis, Bung juga aktif berkegiatan alam terbuka.
Berkelana menyusuri Indonesia dan melihat realitas negeri ini membuat Bung
gemar menyisipkan pesan humanisme dan sosial dalam karya-karyanya yang
bertema cinta dalam kehidupan.
Selanjutnya, beberapa karya Fiersa Besari yaitu, Garis Waktu,
Konspirasi Alam Semesta, Catatan Juang, Arah Langkah, 11.11, dan Tapak
Jejak. Beberapa noveL Fiersa Besari peneliti tertarik meneliti novel Arah
Langkah daripada novel lain, karena novel Arah Langkah merupakan catatan
perjalanan dan pengalaman penulis mengelilingi Indonesia. Hal yang
membedakan novel Arah Langkah adalah alur cerita dari bagian judul
pertama saling berkaitan dengan judul berikutnya.
Penelitian yang dilakukan dilihat dari segi gaya bahasa karena setelah
membaca Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari menemukan banyak gaya
bahasa digunakan pengarang dalam menyampaikan idenya. Namun, dalam
6
pembicaraan gaya bahasa, yang tentunya berhubungan dengan karya sastra,
ada kecenderungan untuk melihat persoalan gaya bahasa personifikasi dan
gaya bahasa metafora sebagai persoalan utama.
Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (orang, pelaku, aktor,
atau topeng yang dipakai dalam drama) oleh karena itu, apabila kita
menggunakan gaya bahasa personifikasi, dan kita memberikan ciri-ciri
ataupun gagasan. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat-sifat
kemanusiaan menurut Gorys Keraf (2010: 140). Personifikasi merupakan
gaya bahasa atau jenis majas yang mendekatkan sifat-sifat insani kepada
benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Personifikasi adalah gaya
bahasa yang menggambarkan benda-benda mati dapat berbuat atau bergerak
seperti manusia.
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat menurut Gorys Keraf (2010: 19).
Metafora merupakan sesuatu hal yang sama, yang sesungguhnya tidak sama.
Senada dengan pendapat sebelumnya mengemukakan bahwa metafora adalah
sejenis kata perbandingan yang diungkapkan secara singkat, tersusun rapi,
dan padat.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah yang telah
penulis uraikan diatas, penulis tertarik dan ingin melakukan penelitian dengan
7
menganalisis tentang gaya bahasa pada judul penelitian “Penggunaan Gaya
Bahasa (Personifikasi dan Metafora) dalam Novel Arah Langkah Karya
Fiersa Besari”. Peneliti memanfaatkan gaya bahasa melalui mendeskripsikan
bentuk gaya bahasa. Menganalisis novel tersebut peneliti membatasi dari segi
gaya bahasa personifikasi dan gaya bahas metafora. Hal tersebut dikarenakan
dari hasil penelusuran dan sepengetahuan peneliti belum ada peneliti
sebelumnya yang mengkaji mengenai penggunaan gaya bahasa (personifikasi
dan metafora) dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari khususnya
Program Sudi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun alasan
lainnya yaitu dapat menjadi pedoman dalam penulisan karya tulis ilmiah atau
semacamnya. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian terhadap novel
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi dalam Novel
Arah Langkah Karya Fiersa Besari?
2. Bagaimanakah Penggunaan Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Arah
Langkah Karya Fiersa Besari?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa personifikasi dalam
novel Arah Langkah karya Fiersa Besari
2. Untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa metafora dalam novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
praktis maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis diharapkan mampu memberikan
informasi ilmiah yang lebih detail tentang penggunaan gaya bahasa
(personifikasi dan metafora) dalam novel Arah Langkah karya Fiersa
Besari.
2. Manfaat Praktis
Menganalisis penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya
bahasa metafora dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari dengan
kajian stilistika, diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi pembaca, hasil analisis ini diharapkan dapat menginformasikan
dengan jelas tentang penggunaan gaya bahasa (personifikasi dan
9
metafora) dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari,
b. Bagi mahasiswa, hasil analisis ini diharapkan dapat memahami dan
menilai karya sastra berdasarkan gaya bahasanya, khusus
penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa metafora
dalam novel, dan
c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi penelitian
yang ingin meneliti topik penelitian yang relevan dengan penelitian
ini.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya
dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini.
Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti mengenai penggunaan gaya
bahasa (personifikasi dan metafora) dalam novel Arah Langkah karya Fiersa
Besari, maka teori yang relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai
berikut.
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian novel Arah Langkah karya Fiersa Besari
sepengetahuan penulis sudah banyak yang pernah mengkaji tetapi bukan
dari aspek penggunaan personifikasi dan metafora, melainkan dari aspek
yang berbeda sehingga penulis menjadikan novel Arah Langkah karya
Fiersa Besari yang dikaji dari aspek penggunaan gaya bahasa
(personifikasi dan metafora). Peneliti yang relevan dengan berbagai
kajiannya akan menjadi masukan untuk melengkapi penelitian ini.
Penelitian relevan tersebut antara lain:
Adapun penelitian gaya bahasa personifikasi yang dijadikan
sebagai penelitian yang relevan, sebagai berikut:
Pertama, Erni (2014) dengan judul Analisis Gaya Bahasa Pada
Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari (Suatu
11
Tinjauan Stilistika). Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Bahasa
figuratif terhadap terdiri atas metafora, simile, personifikasi, hiperbola,
litotes, ironi, sarkasme, pleonasme dan gaya bahasa repetisi. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa 1) penggunaan gaya bahasa
mempersingkat narasi, memunculkan ketaksaan sehingga akan muncul
berbagai pemahaman sesuai dengan interpretasi masing-masing pembaca,
melibatkan berbagai pilihan kata yang disediakan bahasa dan menjadi
modus untuk berpikir dengan menyamakan suatu peristiwa dengan
peristiwa lain; 2) efek penggunaan gaya bahasa yaitu penggunaan gaya
bahasa yang menimbulkan rasa ibu atau kasihan, perasaan marah atau
jengkel, rasa senang serta efek perasaan sedih atau terharu 3) citraan
dalam cerpen memperkuat imajinasi gambaran, pengindraan, pikiran,
menarik perhatikan serta membangkitkan intelektual dan emosi pembaca
sehingga pembaca seakan berada langsung dalam cerita tersebut.
Kedua, Winda (2016) dengan judul Gaya Bahasa Novel 9
Matahari karya Adenita. Penelitian ini mendeskripsikan tema dan
amanat, jenis-jenis gaya bahasa, makna gaya bahasa, pengaruh gaya
bahasa terhadap tingkat keterbacaan dalam novel 9 matahari karya
Adenita. Adanya penelitian ini mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa serta mengetahui gaya bahasa yang digunakan
dalam novel dan menulis karya ilmiah sehingga tercipta tulisan yang baik
dan benar. Hasil yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah
bentuk-bentuk gaya bahasa meliputi gaya bahasa sarkasme, asosiasi,
12
hiperbola, personifikasi, litotes, retoris, metafora, kontradiksi, metonimia,
anadiplosis, paralelisme, repetisi, ironi, pada novel 9 Matahari karya
Adenita.
Ketiga, Slamet Ari Wibowo (2014) dengan judul Diksi dan Gaya
Bahasa dalam Kumpulan Puisi suatu Cerita Dari Negeri Angin Karya
Agus R Sarjono. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan kata-
kata yang khas digunakan dalam kumpulan puisi “Suara Cerita dari
Negeri Angin” karya Agus R Sarjono. Kekhasan gaya penulisannya
adalah penggunaan gaya bahasa yang bisa digunakan sehari-hari oleh
masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan sosial, politik, dan
budaya. Jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan puisi suatu
cerita dari Negeri Angin karya Agus R Sarjono yaitu: (1). perbandingan
meliputi hiperbola, personifikasi simile dan metafora (2). pertentangan
meliputi litotes dan antithesis (3). sindiran berupa sarkasme dan (4)
pertautan meliputi tautology, pars pro toto, dan metonimia.
Penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:
Pertama, Erni (2014) persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan terletak pada gaya bahasa yaitu personifikasi dan metafora.
Perbedaan peneliti yang akan dilakukan terletak pada objek materi.
Kedua, Winda (2016) persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak objek materi berupa novel. Perbedaan penelitian ini tidak hanya
menganalisis gaya bahasa saja. Namun, penelitian ini meneliti tema dan
amanat, makna gaya bahasa, dan pengaruh gaya bahasa dari novel
13
tersebut. Ketiga, Slamet Ari Wibowo (2014). Persamaan penelitian yang
akan dilakukan terletak pada gaya bahasa yaitu gaya bahasa personifikasi
dan metafora. Perbedaan peneliti ini terletak pada objek materi yaitu
puisi.
2. Landasan Teori
a. Hakikat Sastra
Sastra dalam perkembangan memiliki banyak fungsi yang
dapat dijadikan bahan pembelajaran, baik terhadap anak-anak,
remaja, maupun bagi orang tua. Sastra termasuk lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa merupakan
ciptaan sosial. Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif,
menunjukkan nada (tone) dan sikap pembicara atau penulisnya
Wellek dan Warren (1993: 15).
Dunia sastra merupakan sumber inspirasi dari berbagai
peribahasa dalam aspek kehidupan. Hal ini, sastra berfungsi sebagai
media yang menampung dan memuntahkan segala bentuk
kegelisahan pengarang baik yang melatarbelakangi oleh sebagai
penyimpanan sosial dalam masyarakat, keadaan suhu politik,
ideologi, religi, dan maupun yang melatarbelakangi oleh unsur-unsur
yang berasal dari dalam diri pengarangnya sendiri. Sastra adalah
karya manusia yang sifatnya rekaan dengan menggunakan medium
14
bahasa yang baik secara implisit maupun eksplisit dianggap
mempunyai nilai estetis atau keindahan.
Sastra termasuk lembaga sosial yang menggunakan bahasa
sebagai medium dan bahasa merupakan ciptaan sosial. Bahasa sastra
mempunyai fungsi ekspresif, menunjukkan nada (tone) dan sikap
pembicara atau penulisnya Wellek dan Warren (1993: 15). Bahasa
sastra berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya
mengubah sikap pembaca. Suatu bentuk sastra dikatakan estetis atau
indah jika, organisasi unsur-unsur yang terkandung didalamnya
memenuhi syarat-syarat keindahan.
Karya sastra sudah diciptakan orang jauh sebelum orang
memikirkan apa hakikat sastra dan apa nilai serta makna yang
terkandung dalam sastra. Sastra sebagai ungkapan baku dari apa
yang disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang dialami orang
tentang kehidupan, apa yang telah dirasakan orang mengenai segi-
segi kehidupan yang menarik, minat secara langsung. Karya sastra
merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat
menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca.
Imaji adalah daya pikir untuk membayangkan atau
menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang. Karya sastra bukanlah benda nyata (seperti
patung), mental (psikologis seperti rasa sakit atas penglihatan), atau
ideal (seperti segi tiga). Karya sastra adalah sistem norma dari
15
konsep-konsep ideal yang. Konsep-konsep itu berada dalam ideologi
kolektif dan berubah bersama ideologi tersebut.
Konsep-konsep itu hanya dapat dicapai melalui pengalaman
mental perorangan yang didasarkan pada struktur bunyi kalimatnya.
Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin.
Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya
sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya.
Karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah
tulisan yang bernilai seni Wellek (1993: 193).
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh
karena itu, untuk memahami haruslah karya sastra itu dianalisis, Hill
Pradopo (1995: 108). Analisis karya sastra itu dapat peruraian unsur-
unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya
sastra itu akan dapat dipahami dan memberikan penilaian terhadap
karya sastra tersebut.
Karya sastra berfungsi sebagai media alternatif dan juga
dapat menghubungkan kehidupan manusia masa lampau, masa kini,
dan masa yang akan datang, tetapi juga dapat berfungsi sebagai
bahan informasi masa lalu yang berguna dalam upaya merancang
peradaban manusia ke arah kehidupan yang lebih baik dan bergairah
dimasa depan menurut Tang (2005: 1).
Menurut Ratna (2009: 13), secara garis berdasarkan sastra
terbagi atas dua golongan besar, yaitu:
16
1) Sastra imajinatif, yaitu sastra yang dihasilkan melalui proses
daya imajinasi/daya khayal pengarangnya. Sastra imajinatif
terbagi atas:
a) Puisi adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa
mudah, padat, tepat, tetapi mengandung nilai-nilai yang
luas.
b) Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dalam
bahasa bebas dan panjang serta dilukiskan dengan
menggunakan dialog dan monolog.
c) Prosa adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang
panjang, bebas, rinci, dalam teknik pengungkapannya.
2) Sastra non imajinatif yaitu sastra yang lebih mengutamakan
keaslian suatu peristiwa (kejadian) tanpa menambah daya
imajinasi atau khayal pengarangnya.
Sastra sebagai cabang seni yang keduanya merupakan
unsur kebudayaan, mempunyai usia yang cukup tua.
kehadirannya hampir sama dengan manusia karena diciptakan
dan dinikmati manusia. Sastra adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa itu sendiri
merupakan ciptaan sosial, menurut Sapardi Djoko Damono
Priyanti (2012: 12). Berdasarkan semua definisi sastra tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sastra adalah ungkapan atau luapan
17
emosi jiwa seseorang yang menggunakan bahasa sebagai
medium.
Jadi, dapat disimpulkan sastra adalah segala sesuatu
yang tertulis dan tercetak. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan
kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medium.
Sebagai karya kreatif sastra mampu melahirkan sebagai
medium. Sebagai karya kreatif sastra mampu melahirkan suatu
kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan
keindahan manusia, serta menjadi wadah penyampaian ide-ide.
b. Prosa
Karya sastra merupakan karya sastra rekaan penulis
berdasarkan sudut pandang, pengalaman, wawasan ilmu
pengetahuannya, apa yang dilihatnya, dan suasana hatinya. Jadi,
karya sastra merupakan imajinasi penulis yang dituangkan dalam
bentuk tulisan. Adapun jenis-jenis karya sastra terdiri atas puisi,
drama, dan prosa.
Prosa merupakan karya sastra yang berbentuk karangan atau
cerita bebas serta tidak terikat pada rima, irama seperti halnya puisi.
Hampir semua tulisan dapat dikategorikan sebagai prosa, baik itu
cerpen, karangan, artikel, dan lain sebagainya. Prosa sendiri
memiliki kandungan makna atau isinya berguna bagi pembaca.
18
Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga
mengistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi atau ceria
plot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang
ambang oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta
harapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Karya sastra
lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu
roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam
bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar
panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah
pelaku yang mendukung cerita itu sendiri Aminuddin (2013: 66).
Prosa juga dibagi dalam dua hal bagian, yaitu prosa lama dan
prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum
terpengaruh budaya barat, dan prosa baru adalah prosa yang
dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa biasanya dibagi menjadi
empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan
prosa argumentatif.
c. Novel
1) Pengertian Novel
Novel merupakan sebuah karya sastra yang
dikategorikan dalam prosa fiksi. Hal tersebut dikarenakan novel
mengungkapkan kehidupan manusia dengan segala
19
permasalahan dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari
bahasa latin novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus
yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan
baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang
datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi
dan drama Priyatni, (2012: 124).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa
novel adalah karangan prosa panjang, yang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan kehidupan
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
perilaku. Selanjutnya dalam kamus istilah sastra, lebih rinci
diungkapkan bahwa novel adalah karya fiksi yang menawarkan
sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,
dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagi unsur intrinsik,
seperti tema, alur, latar, sudut pandang, tokoh dan penokohan,
serta amanat.
Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya
sastra. Pada dasarnya novel menceritakan hal luar biasa yang
terjadi dalam kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh
cerita yang ditampilkan dapat kehidupan manusia sehingga jalan
hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat berubah
Rokhmansyah (2014: 32). Novel mampu menghadirkan
perkembangan suatu karakter, situasi sosial yang rumit,
20
hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan
berbagai peristiwa ruwatan yang terjadi beberapa tahun silam
secara lebih mendetail Stanton (2012: 90). Sebuah novel
biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Pengarang
berusaha untuk menggambarkan realita yang terjadi dalam
masyarakat melalui novel kepada pembaca. Sehingga tidak
jarang novel menggambarkan suat karakter bangsa atau negara.
Pengarang dapat pula mengangkat sebuah peristiwa ke dalam
novel berdasarkan peristiwa atau realita yang telah terjadi dalam
suatu bangsa dan negara.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
novel adalah karangan prosa yang panjang terkadang dianggap
sebagai sebuah dokumen atau kasus sejarah, sebagai sebuah
kejadian sebenarnya, sejarah kehidupan seseorang dengan
zamannya, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang sekelilingnya dengan memperlihatkan sehingga
menimbulkan kesan bagi pembaca.
2) Unsur-Unsur Pembangun Novel
Analisis karya sastra, ada dua aspek yang harus
dibicarakan, masing-masing aspek ekstrinsik dan aspek
intrinsik. Kedua aspek ini saling membantu dan saling
menjelaskan persoalan karya sastra. Kedua aspek karya sastra,
21
haruslah dianalisis bersama-sama tanpa meletakkan tekanan
bahwa yang satu harus lebih penting dari yang lain. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang
secara langsung turut serta membangun cerita unsur intrinsik
yang dimaksud misalnya tema, setting, sudut pandang, alur atau
plot, penokohan, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik terdiri atas
yaitu faktor agama, politik, ekonomi, budaya, dan sosial.
d. Gaya Bahasa
1) Pengertian Gaya Bahasa
Salah satu hal penting yang terdapat dalam karya sastra
ialah gaya bahasa karena dengan gaya bahasa pengarang mampu
membuat pembaca tertarik terhadap tulisannya. Gaya atau gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style Keraf (2006
:113). Pengertian gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur
berikut: kejujuran, sopan santun dan menarik. Gaya adalah cara
tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dicapai secara
maksimal Munaris (2010: 22). Gaya dapat ditelusuri dari
22
penggunaan elemen bahasa, misal: diksi, frase, klausa, dan
kalimat.
Gaya bahasa berarti cara membentuk atau menciptakan
bahasa sastra dengan memilih diksi, sintaksis, ungkapan-
ungkapan, majas, irama, dan imaji yang tepat untuk memperoleh
kesan estetik. Gaya bahasa ialah pemakaian ragam bahasa dalam
mewakili atau melukiskan sesuatu untuk memperoleh efek
tertentu.
Gaya adalah segala sesuatu yang memberikan ciri khas
kepada sebuah teks, menjadikan teks itu semacam individu bila
dibandingkan dengan teks lainnya Luxembung (2001: 105).
Gaya bahasa merupakan efek seni dalam karya sastra yang
dipengaruhi juga oleh nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang
sastrawan akan menuangkan ekspresinya. Berapa pun rasa kesal
dan senangnya, jika dibungkus dengan gaya bahasa akan
semakin indah. Berarti gaya bahasa adalah pembungkus ide
yang akan menghaluskan teks sastra Endraswara (2008: 730).
Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)
Keraf (2009: 112). Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari
langsung tidaknya makna, yaitu apakah, acuan yang dipakai
masih mempertahankan makna denotasi atau sudah ada
23
penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih
mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat
polos. Namun, bila sudah ada perubahan makna, entah berupa
makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna
denotasi, maka acuan itu sudah dianggap memiliki gaya.
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna ini
biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Gaya
bahasa ini dibagi atas dua kelompok, gaya bahasa retoris, yang
semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa
untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang
merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam
bidang makna Keraf (2009: 129).
2) Ragam Gaya Bahasa
Berdasarkan penggunaannya gaya bahasa dapat
dibedakan atas dua macam. Yang pertama ialah gaya bahasa
dalam arti luas, dan yang kedua ialah gaya bahasa dalam arti
sempit. Gaya bahasa dalam arti luas mencakup wilayah yang
sangat luas, termasuk cara penyusunan ide, panjang pendeknya,
kalimat, rangkaian kata, bahkan juga notasi dan rasa bahasa
sedangkan gaya bahasa dalam arti sempit adalah pernyataan
bahasa seseorang yang secara sadar atau tidak, dimaksudkan
untuk menggugah atau memikat perhatian pendengar atau
pembaca terhadap suatu maksud atau pengertian tertentu.
24
Gaya bahasa dapat dikategorikan dalam berbagai cara.
Tang dalam bukunya “Pengajaran Gaya Bahasa” (2009: 5)
mengklasifikasi gaya bahasa dalam empat kategori, sebagai
berikut.
a. Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa
yang menggunakan suatu perbandingan dalam melukiskan
sesuatu. Tang (2009: 8) membagi atas sepuluh jenis gaya
bahasa perbandingan, yaitu: perumpamaan, metafora,
personifikasi, depersonifikasi, alegori, antithesis,
pleonasme atau tautologi, dan antisipasi.
b. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah membandingkan
dua hal yang berlawanan atau bertolak belakang. Tang
(2009: 55) mengelompokkan gaya bahasa ini ke dalam dua
puluh jenis, yaitu: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron,
paronomasia, paradoks, klimaks, apostrof, inverse,
sinisme, dan sarkasme.
c. Gaya Bahasa Pertautan
Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang
melukiskan sesuatu dengan cara mempertautkan sesuatu
lainnya. Gaya bahasa ini dikelompokkan ke dalam tiga
belas jenis Tang (2009: 121) yaitu: metonimia sinekdoke,
25
alusi, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, paralelisme,
ellipsis, gradasi, polisindeton, dan asyndeton.
d. Gaya Bahasa Perulangan
Gaya bahasa perulangan adalah gaya bahasa yang
melukiskan sesuatu dengan cara mengulangi kata,
kelompok kata, frase atau kalimat dengan maksud
memberi penekanan pada suatu yang dimaksud. Tang
(2009: 173) membagi gaya bahasa perulangan atas dua
belas jenis yaitu: aliterasi, kiasmus, anafora, epanalepsis,
asonansi dan anadiplosis.
e. Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (orang, pelaku,
aktor, atau topeng yang dipakai dalam drama). Oleh karena itu,
apabila seseorang menggunakan gaya bahasa personifikasi,
seseorang memberikan ciri-ciri atau pun gagasan Dale (Tang 2013:
17). Personifikasi merupakan gaya bahasa atau majas yang
mendekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa
dan ide yang abstrak.
Contoh:
1) Pohon melambai-lambai menerpa angin.
2) Mentari mencubit mukaku.
3) Tugas menantikan kita.
26
4) Margasatwa berpesta air.
5) Pepohonan tersenyum riang.
Personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda-
benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi adalah semacam gaya
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan menurut Keraf (2010: 140)
Sejalan dengan Keraf dan Nurgiyantoro (2014: 235)
mengemukakan bahwa majas personifikasi merupakan majas yang
memberi sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat kemanusiaan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
majas personifikasi adalah majas yang meletakkan sifat-sifat insani
(manusiawi) pada suatu benda mati sehingga seolah-olah memiliki
sifat seperti benda hidup.
Ciri majas personifikasi yaitu terdapatnya pilihan kata yang
mengenakan sifat manusia pada benda mati tersebut. Majas
personifikasi memiliki gaya bahasa perbandingan, yaitu
membandingkan benda mati atau tidak dapat bergerak sehingga
sepertinya tampak bernyawa dan berperilaku seperti manusia. Oleh
karena itu, majas ini dikategorikan majas perbandingan.
Adapun fungsi dari majas personifikasi yaitu untuk
menegaskan, mengintensifkan, dan menghidupkan penuturan
(Nurgiyantoro, 2014: 239). Artinya majas personifikasi berfungsi
27
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi yang
dilukiskan dan memberikan bayangan angan (citraan) yang konkret.
Contoh dari penggunaan majas personifikasi dapat dilihat
pada kalimat berikut.
“Suara peluit penjaga sekolah meraung-raung menerorku”.
Meraung-raung adalah salah satu jenis suara atau mengeluarkan
bunyi. Kata peluit merupakan benda mati yang seakan-akan
melakukan kegiatan seperti manusia yaitu meraung-raung atau
mengeluarkan bunyi. Jadi, peluit yang melakukan kegiatan meraung-
raung termasuk personifikasi.
f. Gaya Bahasa Metafora
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan menurut Poerwadarminta Tang
(2013: 15). Metafora adalah sebuah majas yang membandingkan
antara dua hal yang dapat berwujud benda, fisik, ide, dan sifat atau
perbuatan lain yang tidak bersifat implisit Nurgiyantoro (2014:
224). Metafora adalah perbandingan yang implisit jadi tanpa kata
atau seperti atau sebagai antara dua hal yang berbeda menurut
Rimang (2011: 83). Metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat, menurut Keraf (2010: 139).
28
Metafora merupakan sesuatu hal yang sama yang
sesungguhnya tidak sama menurut Atlernbend Pradopo ( 2010:
66). Senada dengan pendapat sebelumnya yang mengemukakan
bahwa semua bentuk kiasan penggunaan bahasa yang dianggap
menyimpang dari bahasa baku Tang (2009: 15). Berdasarkan
beberapa pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama. Pada metafora, motif (aspek arti yang bersama-sama
dimiliki oleh pembanding dan apa yang dibandingkan) harus dicari
sendiri.
Ciri yang paling mendasar dari metafora yaitu menggunakan
bahasa kiasan dan terdapat pilihan kata yang menyamakan atau
membandingkan sesuatu. Selain itu, ciri yang paling penting dari
majas metafora yaitu: metafora tidak dapat diterjemahkan sebab
metafora tersebutlah yang menciptakan makna.
Metafora bukan ornamen wacana sebab setiap metafora
menciptakan informasi baru mengenai realitas. Hubungan inilah
metafora dibedakan menjadi dua macan, yaitu: metafora mati dan
metafora hidup. Metafora mati adalah metafora yang maknanya tidak
berubah. Sebaliknya metafora hidup adalah metafora yang
memberikan kesan baru Ratna (2014: 194).
29
Fungsi majas metafora yakni membandingkan benda atau hal
dengan benda lain atau hal lain yang erat kaitannya dengan logika.
Metafora menyampaikan sesuatu lewat sesuatu yang lain.
Pemahaman terhadap sesuatu yang lain itulah yang dapat
membangkitkan berbagai asosiasi makna. Selain itu, fungsi dari
majas metafora yaitu: konkret dan sekaligus mempersingkat
penuturan lewat perbandingan yang tidak langsung. Contoh
penggunaan majas metafora dapat dilihat pada kalimat berikut.
“Sorot matanya dan gerak-geriknya sedingin es”.
Kalimat dikategorikan sebagai majas metafora karena sorot
mata dibandingkan dengan dingin es. Maksud tersebut gerak-gerik
dan sorot matanya sangat kaku dan dingin.
Menurut Parera (2004: 119) membedakan empat kelompok
pilihan citra, yakni:
1) Gaya bahasa metafora citra antropomorfisme merupakan satu
gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin membandingkan
kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya
atau tubuh mereka sendiri. Gaya bahasa metafora ini dalam
banyak bahasa dapat mencontohi dengan mulut botol, jantung
kota, bahu jalan, dan lain-lain.
2) Gaya bahasa metafora citra hewan, biasanya digunakan oleh
pemakai bahasa untuk menggambarkan suatu kenyataan alam
sesuai pengalaman pemakai bahasa. Gaya bahasa metafora
30
dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman,
misalnya Kumis kucing, lidah buaya, kuping gajah. Gaya bahasa
metafora dengan unsur binatang juga dikenakan dengan citra
humor, ironi, peyorasi, atau citra konotasi yang luar biasa,
misalnya fable dalam fable yang dikutip oleh Parera terdapat
nama-nama seperti Mr. Bebek, Bin Badak, Profesor Rimba
(MPR), dan lain-lain. Gaya bahasa metafora mencitrakan hewan
diungkapkan oleh Parera, manusia disamakan dengan sejumlah
tak terbatas binatang misalnya dengan anjing, babi, kerbau,
singa, buaya, dan seterusnya. Sehingga dalam bahasa Indonesia
kita mengenal peribahasa “seperti kerbau dicocok hidung”,
ungkapan “buaya darat” dan ungkapan makian “anjing luh”.
3) Gaya bahasa metafora citra abstrak adalah pengalihan ungkapan
yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkret. Seringkali
ungkapan peralihan ini masih bersifat transparan tetapi dalam
beberapa kasus penelusuran etimologi perlu dipertimbangkan
untuk memenuhi gaya bahasa metafora. Contoh oleh Parera,
secepat kilat suatu kecapaian yang luar biasa, moncong senjata
ujung senjata dan lain-lain sebagainya.
4) Gaya bahasa metafora citra sinestesia, adalah salah satu tipe
gaya bahasa metafora berdasarkan pengalihan indra, pengalihan
dari satu indra ke indra yang lain. Ungkapan sehari-hari orang-
orang sering mendengar ungkapan “enak didengar” untuk musik
31
walaupun makna enak sering dikaitkan dengan indra rasa sedap
dipandang mata merupakan pengalihan indra dari indra rasa ke
indra lihat.
B. Kerangka Pikir
Karya sastra merupakan struktur yang bermakna dengan
menggunakan bahasa sebagai medium. Karya sastra merupakan bentuk
ungkapan pribadi manusia yang berupa ide, semangat, keyakinan dalam suatu
gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya
sastra menampilkan fakta yang telah diolah dengan subjektif sastrawan. Jenis
karya sastra adalah puisi, prosa, dan drama. Namun, yang menjadi fokus pada
penelitian ini adalah prosa yaitu novel berjudul Arah Langkah karya Fiersa
Besari.
Novel tersebut bercerita tentang “pata hati, perjalanan mengelilingi
Indonesia”. Di mana seseorang ini tidak hanya mengurung diri dalam kamar,
memulai bangkit dan membuka lembaran baru mengelilingi daerah-daerah
yang ada di Indonesia bersama sahabatnya, dan mendapatkan pengalaman
serta pengetahuan tentang keindahan alam dan khas budaya.
Novel tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur intrinsik dari bagian
gaya bahasa. Gaya bahasa adalah cara pengarang menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk yang khas. Penelitian ini, gaya bahasa yang akan
digunakan adalah gaya bahasa perbandingan yaitu personifikasi dan metafora.
32
Gaya bahasa personifikasi dan metafora dapat dilihat dari ditinjau
pada teori Gorys Keraf. Gaya bahasa ditinjau dari sudut pandang teori
menurut Gorys Keraf (2010: 140), “personifikasi adalah semacam gaya
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan dan ciri-ciri yaitu terdapat pilihan kata yang
mengenakan sifat manusia pada benda mati tersebut”. Metafora adalah
semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat dan ciri-ciri yaitu pertama, “menggunakan bahasa kiasan
dan terdapat pilihan kata yang menyamakan atau membandingkan sesuatu
dan kedua, metafora tidak dapat diterjemahkan sebab metafora tersebutlah
yang menciptakan makna” menurut Gorys Keraf (2010: 113). Kedua gaya
bahasa tersebut akan dianalisis dalam novel Arah Langkah karya Fiersa
Besari. Hasil dari analisis tersebut akan diperoleh temuan kata, frasa yang
berhubungan dengan penggunaan gaya bahasa (personifikasi dan metafora)
dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari.
33
Bagan Kerangka Pikir
KARYA SASTRA
Gaya Bahasa (Teori Gorys Keraf)
Penggunaan Gaya Bahasa (Personifikasi dan Metafora)
dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari
Gaya Bahasa Personifikasi
Ciri-ciri
1. Terdapat pilihan kata yang
mengenakan sifat manusia
pada benda mati tersebut.
Gaya Bahasa Metafora
Ciri-ciri
1. Menggunakan bahasa kiasan dan
terdapat pilihan kata yang
menyamakan atau membandingkan
sesuatu.
2. Metafora tidak dapat diterjemahkan
sebab metafora tersebutlah yang
menciptakan makna.
Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari
Puisi Prosa Drama
Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
34
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah cara yang digunakan oleh seorang penelitian
dalam melakukan penelitian, hal ini terdapat karya sastra. Metode atau cara kerja
inilah yang membantu penulis mencapai sasaran penelitiannya dengan tujuan
pemecahan masalah.
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah deskripsi kualitatif dengan metode content
analysis atau analisis isi. Penelitian ini menggambarkan apa yang menjadi
masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode
content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari
suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna Saryono (2019: 9). Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik
data yang tampak. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian
dengan desain penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif diuraikan dengan
menggunakan kata-kata. Langkah yang dilakukan adalah menganalisis teks
sastra (novel) untuk menemukan permasalahan yang berhubungan dengan
35
mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa (personifikasi dan metafora)
dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari.
B. Batasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, perlu
dikemukakan definisi istilah sebagai berikut.
1. Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan
perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
2. Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan mengenali dan membandingkan suatu
benda atau dengan hal yang lain yang lebih umum.
3. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur
pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
4. Gaya bahasa personifikasi merupakan benda mati yang bertindak
seperti layaknya manusia.
5. Gaya bahasa metafora merupakan memiliki makna yang bukan arti
sebenarnya.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam kualitatif adalah sebuah penelitian riset yang sifat
deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan
36
proses maknanya. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa,
dan kalimat yang mengidentifikasi sebagai gaya bahasa personifikasi
dan gaya bahasa metafora terdapat pada Novel Arah Langkah Karya
Fiersa Besari.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Arah Langkah
Karya Fiersa Besari yang diterbitkan oleh media kita, Jakarta Selatan,
tahun 2018. Penelitian ini berfokus pada Novel Arah Langkah Karya
Fiersa Besari.
D. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi menurut Arikunto (2007: 85) adalah keseluruhan
subjek penelitian, Sedangkan menurut Nazir (2005: 271) populasi
adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa metafora yang ada
dalam novel yang berjudul Arah Langkah karya Fiersa Besari.
2) Sampel
Menurut Arikunto (2007: 94) sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel dalam
penelitian ini adalah keseluruhan dari novel Arah Langkah karya Fiersa
Besari. Cara pengambilan sampel tersebut didasarkan atas kepentingan
37
tujuan tertentu dari penelitian ini. Menurut Arikunto (2007: 97)
mengatakan bahwa cara pengambilan subjek penelitian bukan
berdasarkan atas strata, atau random atau daerah tetapi didasarkan atas
tujuan tertentu disebut sampel bertujuan atau purposive sampel. Adapun
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari yang mengandung gaya bahasa
personifikasi dan gaya bahasa metafora.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri, artinya yang berperan dalam perencanaan dan pelaporan hasil
penelitiannya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu
berupa pulpen, buku, buku referensi, dan komputer/laptop digunakan
sebagai media untuk mencatat informasi penting yang akan dianalisis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
membaca, menandai, dan mencatat. Ketika teknik tersebut menguraikan
sebagai berikut.
1. Teknik membaca dilakukan dengan membaca dan mengamati
kalimat setiap paragraf Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari
secara teliti untuk mendapatkan informasi yang jelas.
38
2. Teknik menandai, yaitu menandai setiap bagian yang dianggap
penting dalam membaca.
3. Teknik mencatat merupakan hasil pengamatan terhadap beberapa
aspek kajian dalam stilistika yang terdapat dalam novel tersebut
dicatat, selanjutnya diklasifikasi berdasarkan kategori yang telah
ditemukan. Teknik catat yang dilakukan dengan mencacat dan
mengklasifikasikan data. Data yang dicatat disertakan pula kode
sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data yang
dibutuhkan dalam rangka analisis data.
G. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis pada penelitian ini
adalah teknik analisis gaya untuk menentukan gaya bahasa novel
berdasarkan teori gaya bahasa. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam menganalisis data sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi data yang menggambarkan gaya bahasa
personifikasi dan gaya bahasa metafora dari novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari.
2. Mengklasifikasi data yang menggambarkan gaya bahasa
personifikasi dan gaya bahasa metafora dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari.
3. Menganalisis data berdasarkan klasifikasi penggunaan gaya bahasa
personifikasi dan gaya bahasa metafora dari data yang
39
menggambarkan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa
metafora dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari.
4. Mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya
bahasa metafora dari data yang menggambarkan gaya bahasa
personifikasi dan gaya bahasa metafora dalam Novel Arah
Langkah Karya Fiersa Besari.
40
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini fokus pada analisis gaya bahasa personifikasi dan gaya
bahasa metafora dalam novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, hasil analisis data
menunjukkan bahwa terdapat tiga puluh satu gaya bahasa personifikasi dan
dua puluh tiga gaya bahasa metafora. Berikut dapat ditunjukkan dalam tabel
rekapitulasi data penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa
metafora dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari.
No Gaya Bahasa Satuan Bahasa Jumlah
1 Personifikasi Kata 31
Frasa 0
Klausa 0
Kalimat 0
2. Metafora Kata 22
Frasa 1
Klausa 0
Kalimat 0
Jumlah 54
41
Berdasarkan tabel dari hasil temuan peneliti diketahui bahwa gaya
bahasa personifikasi paling dominan digunakan dibandingkan gaya bahasa
metafora dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari. Berikut ini akan
diuraikan data mengenai gaya bahasa personifikasi yang berbentuk kata
berjumlah tiga puluh satu yang terdiri dari kata verba seperti kata menyayat,
menari, mengawasi, menyapu, bercermin, berlarian, mendaki, mengetuk,
bernyanyi, menerpa, merangkak, memuntahkan, masuk, mengucapkan,
tersapu, berdemo, melahap, menyapu, memeluk, melambai, menyanyikan,
membelah, bermesraan, membisikkan. Selanjutnya, Kata nomina terdiri dari
kata batuk dan iringan. kata preposisi terdiri dari kata dipukuli dan dilambai-
lambai. Kata reduplikasi memorak-porandakan, menusuk-nusuk, dan meraba-
raba.
Kemudian gaya bahasa metafora yang berbentuk kata berjumlah dua
puluh dua dan frasa berjumlah satu. Pada kata verba terdiri dari kata
mengalir, mencuri, kuusir, memecahkan, menenggelamkan, bersinar,
tersiram, tersaji, menyelami, terhampar, telanjang, mencairkan, dan
meremas. Kata nomina terdiri dari kata sandang, pelukan, tinta, dan hatiku.
Selanjutnya kata preposisi terdiri dari kata disuguhkan, digoyang, di angkasa,
dan dipikul. Kata adjektiva terdiri dari kata keras, sedangkan frasa terdiri dari
tangan kosong.
42
B. Pembahasan
1. Gaya Bahasa Personifikasi dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa
Besari.
Berdasarkan kajian yang diperoleh gaya bahasa personifikasi
adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda
mati seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Gaya bahasa
personifikasi tampak pada kutipan berikut.
a. Pilihan Kata yang Mengenakan Sifat Manusia pada Benda Mati
Terebut
1) Data I
“Nama itu kembali muncul, menyayat hatiku sewaktu-
waktu; menandaskan segala keperkasaanku” (halaman
10).
Kutipan di atas merupakan data pertama dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata menyayat (kata
verba) dari kata dasar sayat artinya potong kecil, iris, dan kata
menyayat yang secara leksikal bermakna mengiris (tipis-tipis),
mengiris untuk memisah-misahkan atau menguliti, meracik
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata menyayat pada
kutipan di atas bermakna tentang perasaan atau melukai hati. Kata
nama secara leksikal adalah kata untuk menyebut atau memanggil
43
orang (aplikasi KBBI V), sedangkan secara semantis kata nama
adalah benda hidup yang bisa mengiris hati seseorang. Jadi, nama
yang dimaksud sering kali menyayat.
2) Data II
“Aku merasakan kalimat kecil yang mengawali
perjumpaan kami menari dikepalaku” (halaman 13).
Kutipan di atas merupakan data kedua dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata menari (kata
verba) dari kata dasar tari artinya gerakan badan yang berirama,
biasanya diiringi bunyi-bunyian, sedangkan kata menari yang
secara leksikal bermakna memainkan tari (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata menari adalah salah satu gerakan
pikiran atau angan-angan. Kata kalimat kecil merupakan
percakapan singkat antara mereka. Jadi, kalimat kecil yang
membuat penulis menari.
3) Data III
“Bulan sabit mengawasi dari atas sana” (halaman 14).
Kutipan di atas merupakan data ketiga dari tiga puluh satu majas
personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah karya
44
Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa
personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai benda
hidup layaknya seperti manusia. Pada kata mengawasi (kata
verba) dari kata dasar awas artinya dapat melihat baik-baik, tajam
penglihatan. Sedangkan mengawasi yang secara leksikal
bermakna melihat, memperhatikan, mengamat-amati, menjaga
baik-baik, dan mengontrol (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata mengawasi adalah salah satu kegiatan
memperhatikan atau berjaga layaknya manusia. Kata bulan sabit
merupakan indra penglihatan. Jadi, bulan sabit secara tidak
langsung melakukan kegiatan mengawasi.
4) Data IV
“Angin berembus kencang, memorak-porandakan
rambutku” (halaman 14).
Kutipan di atas merupakan data keempat dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata memorak-
porandakan (kata reduplikasi) dari kata dasar porak-peranda
artinya porak-poranda. Sedangkan kata memorak-porandakan
yang secara leksikal bermakna memorak-porandakan (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata memorakporandakan
45
pada kutipan di atas bermakna cerai-berai tidak karuan. Kata
angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah (aplikasi KBBI V). Jadi, angin
secara tidak langsung memorak-porandakan rambutku.
5) Data V
“Sambil minum susu, matanya menyapu pegawai
kantoran yang baru pulang kerja...” (halaman 26).
Kutipan di atas merupakan data kelima dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata menyapu (kata
verba) dari kata dasar sapu artinya alat rumah tangga dibuat dari
ijuk yang diikat menjadi berkas, diberi tangkai pendek atau
panjang untuk membersihkan debu, sampah, dan sebagainya,
sedangkan kata menyapu yang secara leksikal bermakna
membersihkan dengan sapu. Adapun secara semantis kata
menyapu pada kutipan di atas bermakna bahwa matanya bergeser
satu arah ke arah lain. Kata matanya merupakan salah satu indra
untuk melihat. Jadi, matanya yang melakukan kegiatan menyapu
pegawai kantoran yang baru pulang kerja.
46
6) Data VI
“Sesekali bus tua yang kami naiki batuk asap hitam...”
(halaman 27).
Kutipan di atas merupakan data keenam dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata batuk (kata
nomina) secara leksikal bermakna mengeluarkan bunyi yang
keras seperti menyalak yang disebabkan oleh penyakit pada jalan
pernapasan atau paru-paru (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata batuk pada kutipan di atas bermakna salah satu
jenis yang mengeluarkan bunyi. Kata bus adalah kendaraan
angkutan umum yang besar, beroda empat atau lebih, dapat
memuat penumpang banyak. Jadi, bus yang melakukan batuk
asap hitam.
7) Data VII
“Langit biru seakan sedang bercermin di atas permukaan
danau...” (halaman 28).
Kutipan di atas merupakan data ketujuh dari tiga puluh satu gaya
bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati menyerupai
47
benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata bercermin (kata
verba) dari kata dasar cermin artinya kaca bening yang salah satu
mukanya dicat dengan air raksa dan sebagainya sehingga dapat
memperlihatkan bayangan benda yang ditaruh didepannya,
biasanya untuk melihat wajah ketika bersolek dan sebagainya.
Sedangkan kata bercermin yang secara leksikal bermakna
bercermin (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata
bercermin pada kutipan di atas bermakna melihat mukanya di
dalam air dengan pantulan cahaya matahari. Kata langit
merupakan ruang luas yang terbentang di atas bumi. Jadi, langit
dapat bercermin dari atas permukaan danau layaknya manusia.
8) Data VIII
“Degup jantung ku berlarian” (halaman 32).
Kutipan di atas merupakan data kedelapan dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
berlarian (kata verba) dari kata dasar lari artinya melangkahkan
kaki dengan cepat yang pada setiap langkahnya kedua kaki tidak
menjejak tanak. Sedangkan kata berlarian yang secara leksikal
bermakna berlari ke mana-mana (aplikasi KBBI V). Adapun
48
secara semantis kata berlarian pada kutipan di atas bermakna
detak atau debar yang memukul keras. Kata jantung ku
merupakan bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah.
Jadi, jantung ku pada dalam keadaan berlarian.
9) Data IX
“Matahari pagi berusaha mendaki dari balik rentetan
tebing yang mengitari Kota Sibolga” (halaman 33).
Kutipan di atas merupakan data kesembilan dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
mendaki (kata verba) berasal dari kata dasar daki artinya kotoran
sisa debu bercampur keringat yang melengket pada tubuh.
Sedangkan kata mendaki yang secara leksikal bermakna
memanjak, menaiki, dan naik (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata mendaki pada kutipan di atas bermakna berusah
naik dengan memancarkan sinarnya. Kata matahari merupakan
benda angkasa. Jadi, matahari diibaratkan sebagai benda hidup
yang bisa mendaki tebing layaknya manusia.
10) Data X
“Sinarnya menusuk-nusuk mataku” (halaman 33).
49
Kutipan di atas merupakan data kesepuluh dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
menusuk-nusuk berasal dari kata dasar tusuk artinya memasukkan
sesuatu benda yang runcing ke benda lain cocok. Sedangkan kata
menusuk-nusuk yang secara secara leksikal bermakna
memanaskan hati orang menghasut (aplikasi KBBI V) adalah
paparan sinar matahari. Kata sinar merupakan pancaran terang.
Jadi, paparan sinarnya bisa menusuk-nusuk mataku.
11) Data XI
“Artikel tersebut seakan mengetuk kepalaku dengan
kesadaran ...” (halaman 36).
Kutipan di atas merupakan data kesebelas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
mengetuk dari kata dasar ketuk artinya tiruan bunyi seperti
pukulan pada pintu, meja dan sebagainya yang dibuat dari kayu.
Sedangkan kata mengetuk yang secara leksikal bermakna
50
memukul sesuatu dengan buku jari, martil, dan sebagainya
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata mengetuk pada
kutipan di atas bermakna salah satu kegiatan memukul atau
membuka pikirannya. Kata artikel merupakan karya tulis lengkap.
Jadi, artikel sebagai benda hidup yang bisa mengetuk (membuka)
kepalaku dengan kesadaran.
12) Data XII
“Angin sepoi meraba-raba wajah ku yang masih lengket
karena keringat” (halaman 40).
Kutipan diatas merupakan data kedua belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
meraba-raba (kata reduplikasi) terdiri dari kata dasar raba artinya
jamah, terka, dan duga. Sedangkan kata meraba-raba yang secara
leksikal bermakna menyentuh–nyentuk karena hendak merasai
atau mencari sesuatu (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis
kata meraba-raba pada kutipan di atas bermakna angin sepoi
sesekali menyentuh wajah ku yang dipenuhi dengan keringat.
Kata angin merupakan udara. Jadi, angin bisa meraba-raba
(menyentuh) wajah ku yang lengket karena keringat.
51
13) Data XII
“Desir ombak bernyanyi merdu diteligaku, membisikkan
pilu” (halaman 40).
Kutipan di atas merupakan data ketiga belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
bernyanyi (kata verba) dari kata dasar nyanyi artinya nyanyi,
sedangkan kata bernyanyi yang secara leksikal bermakna
mengeluarkan suara bernada dan berlagu (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata bernyanyi pada kutipan di atas
bermakna suara ombak yang merdu. Kata ombak merupakan
gerakan air laut yang turun naik. atau bergulung-gulung Jadi,
ombak yang melakukan kegiatan bernyanyi.
14) Data XIV
“Aku lebih menikmati desir angin menerpa wajah ku
sambil mendengar lagu-lagu pemberian Kiky Ersya...”
(halaman 76).
Kutipan di atas merupakan data keempat belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
52
menerpa (kata verba) dari kata dasar terpa artinya menerpa,
sedangkan kata menerpa yang secara leksikal bermakna
melompati dan menerkam mengejar hendak menyergap (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata menerpa pada kutipan di
atas bermakna menyerang wajahnya dengan tiupan angin yang
kencang. Kata angin merupakan udara. Jadi, angin mengibaratkan
benda hidup yang bisa menerpa wajah ku.
15) Data XV
“Setelah berjalan sekitar beberapa ratus meter ditemani
mentari yang mulai merangkak turun dari langit, kami
tiba di tempat yang dimaksudnya” (halaman 80).
Kutipan di atas merupakan data kelima belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
merangkak (kata verba) dari kata dasar rangkak artinya
merangkak, sedangkan kata merangkak yang secara leksikal
bermakna bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata merangkak pada
kutipan di atas bermakna bergeser turun atau mulai terbenam
matahari. Kata mentari merupakan matahari. Jadi, mentari
53
mengibaratkan sebagai benda hidup yang bisa melakukan
merangkak turun dari langit.
16) Data XVI
“Beberapa kali langit memuntahkan gemuruh sebelum
berujung di turunkannya rintik hujan yang membasahi
bumi” (halaman 81).
Kutipan di atas merupakan data keenam belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
memuntahkan (kata verba) dari kata dasar muntah artinya keluar
kembali (tentang makanan, minuman, dan sebagainya) yang telah
masuk ke dalam mulut atau perut, sedangkan kata memuntahkan
yang secara leksikal bermakna mengeluarkan apa-apa yang sudah
masuk ke dalam perut (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis memuntahkan pada kutipan di atas bermakna
mengeluarkan suara menggelegar atau gemuruh dari atas langit.
Kata langit adalah ruang luas yang terbentang diatas bumi. Jadi,
langit bisa saja melakukan sesuatu yang dapat memuntahkan
gemuruh sebelum hujan.
54
17) Data XVII
“Aku membuka mataku yang dipukuli cahaya” (halaman
81).
Kutipan di atas merupakan data ketujuh belas dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
dipukuli (kata preposisi) dari kata dasar pukul artinya ketuk
(dengan sesuatu yang keras atau berat, dipakai juga dalam arti
kiasan), sedangkan kata dipukuli yang secara leksikal bermakna
kena pukul atau tidak berdaya (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata dipukuli pada kutipan di atas bermakna matanya
kena paparan sinar matahari langsung. Kata cahaya merupakan
sinar atau terang. Jadi, cahaya yang dapat memberikan paparan
sehingga mataku yang dipukuli.
18) Data XVIII
“Bintang-bintang itu harus masuk ke dalam kameraku”
(halaman 92).
Kutipan di atas merupakan data kedelapan belas dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
55
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
masuk (kata verba) yang secara leksikal bermakna ke dalam
(ruangan, kamar, lingkungan, dan sebagainya) (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata masuk pada kutipan di atas
bermakna agar dapat mengabadikan. Kata bintang-bintang
merupakan salah satu benda langit. Jadi, bintang-bintang harus
masuk agar dapat mengabadikan ke dalam kamera.
19) Data XIX
“Kala sang surya mengucapkan salam pagi ini di bus...”
(halaman 111).
Kutipan di atas merupakan data kesembilan belas dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
mengucapkan (kata verba) dari kata dasar ucap artinya
mengeluarkan ucapan, melisankan, mengatakan dan menyatakan,
sedangkan kata mengucapkan yang secara leksikal bermakna
mengeluarkan ucapan (aplikasi KBBI V). Adapun yang secara
semantis kata mengucapkan pada kutipan di atas bermakna bahwa
secara tidak langsung dia dibangunkan oleh paparan sinar
matahari. Kata sang surya merupakan matahari. Jadi, sang surya
bisa melakukan dengan mengucapkan salam pagi.
56
20) Data XX
“Kabut perlahan memudar tersapu mentari pagi”
(halaman 122).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
tersapu (kata verba) dari kata dasar sapu artinya alat rumah
tangga dibuat dari ijuk yang dikait menjadi berkas, diberi tangkai
pendek atau panjang untuk membersihkan debu, sampah, dan
sebagainya, sedangkan kata tersapu yang secara leksikal
bermakna sudah, dibersihkan, dibinasakan sama sekali, dan
sebagainya dapat disapu (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata tersapu pada kutipan di atas bermakna kabut pelan-
pelan membersikan dengan mentari. Kata kabut merupakan awan
lembap. Jadi, kabut dapat melakukan kegiatan dengan cara
tersapu mentari.
21) Data XXI
“Perut kami sudah berdemo ingin diberi makan”
(halaman 143).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh satu dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
57
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
berdemo (kata verba) dari kata dasar demo artinya demonstrasi,
sedangkan kata berdemo yang secara leksikal bermakna seperti
halnya melakukan demonstrasi (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata berdemo pada kutipan di atas bermakna berteriak
atau mengeluarkan bunyi. Kata perut merupakan salah satu
bagian organ tubuh. Jadi, perut sudah melakukan kegiatan
berdemo.
22) Data XXII
“Fajar kian melahap gelap” (halaman 172).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh dua dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
melahap (kata verba) dari kata dasar lahap artinya suka makan
banyak dengan tidak memilih-milih makanan, rakus, bernafsu
sekali ketika makan, sedangkan kata melahap yang secara
leksikal bermakna makan banyak-banyak, menghabiskan, dan
mengambil tanpa hak adalah makan (aplikasi KBBI V). Adapun
58
secara semantis kata melahap pada kutipan di atas bermakna
matahari perlahan memancarkan sinarnya. Kata fajar merupakan
cahaya kemerah-merahan dilangit sebelah timur pada menjelang
matahari terbit. Jadi, fajar yang melakukan pergeseran sehingga
melahap gelap.
23) Data XXIII
“Iringan pohon kelapa tegak berdiri dibelakang kamar-
kamar” (halaman 175).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh tiga dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
iringan (kata nomina) dari kata dasar iring artinya ikut dan serta,
sedangkan kata iringan yang secara leksikal bermakna yang
mengiringi, sisi, lambung, samping, dan iring-iringan (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata iringan pada kutipan di
atas bermakna adalah iring-iringan atau berjejer dari pohon satu
ke pohon lainnya. Kata pohon merupakan tumbuhan atau pohon
kayu. Jadi, pohon itu berdiri dalam keadaan iringan.
59
24) Data XXIV
“Beberapa kali daun yang lebat menyapu wajah kami”
(halaman 181).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh empat dari tiga
puluh satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
menyapu (kata verba) dari kata dasar sapu artinya alat rumah
tangga dibuat dari ijuk yang diikat menjadi berkas, diberi tangkai
pendek atau panjang untuk membersihkan debu, sampah, dan
sebagainya, sedangkan kata menyapu yang secara leksikal
bermakna membersihkan dengan sapu (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata menyapu pada kutipan di atas
bermakna daun itu sering kali mengusap wajahnya. Kata daun
merupakan bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada
ranting. Jadi, daun sering kali melakukan kegiatan menyapu
wajah kami.
25) Data XXV
“Kubiarkan cahaya mentari sore yang menguning
memeluk sudut-sudut ruangan” (halaman 189).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh lima dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
60
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
memeluk (kata verba) dari kata dasar peluk artinya dekap (pada
leher, tubuh, dan sebagainya), sedangkan kata memeluk yang
secara leksikal bermakna meraih seseorang ke dalam dekapan
kedua tangan yang dilingkarkan da mendekap (aplikasi KBBI V).
Adapun yang secara semantis kata memeluk pada kutipan di atas
bermakna mentari mendekap atau menyentuh serta mampu
memantulkan cahayanya. Kata cahaya mentari merupakan sinar.
Jadi, cahaya mentari mampu memeluk sudut-sudut ruang dengan
hasil pantulan
26) Data XXVI
“Pepohonan kelapa melambai manis, menemani laut biru
muda yang ombaknya membelai kaki dermaga”
(halaman 215).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh enam dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
melambai (kata verba) dari kata dasar lambai artinya lambai,
sedangkan kata melambai yang secara leksikal bermakna
61
mengayun-ayun turun naik, menggerakkan tangan turun naik, dan
berkibar-kibar (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata
melambai pada kutipan di atas bermakna daun kelapa melakukan
kegiatan mengayun-ayun seperti layaknya manusia. Kata
pepohonan merupakan pohon-pohonan. Jadi, daun dari
pepohonan yang melakukan kegiatan melambai.
27) Data XXVII
“Sebenarnya perutku sudah menyanyikan lagu keroncong
sejak tadi...” (halaman 219).
Kutipan di atas merupakan data kedua tujuh dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
menyanyikan (kata verba) dari kata dasar nyanyi artinya nyanyi,
sedangkan kata menyanyikan yang secara leksikal bermakna
melagukan atau menyuarakan lagu (aplikasi KBBI V). Adapun
yang secara semantis kata menyanyikan pada kutipan di atas
bermakna mengeluarkan bunyi dari perut yang lapar. Kata perut
merupakan salah satu bagian tubuh di bawah dada. Jadi, perut
yang melakukan kegiatan menyanyikan keroncong.
62
28) Data XXIII
“Tepat jam delapan malam kapal Meliku Nusa melaju
membelah lautan” (halaman 223).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh delapan dari tiga
puluh satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
membelah ( kata verba) dari kata dasar belah artinya celah retak
yang besar dan panjang dari suatu benda, sedangkan membelah
adalah menetak dan sebagainya menjadi dua bagian serta
memisahkan atas dua bagian (aplikasi KBBI V). Kata kapal
Meliku Nusa merupakan kendara laut. Jadi, kapal Meliku Nusa
yang melakukan kegiatan membelah lautan.
29) Data XXIX
“Air laut yang jernih, sesekali bermesraan dengan pasir
putih” (halaman 272).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh sembilan dari tiga
puluh satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan dalam novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
bermesraan (kata verba) dari kata dasar mesra artinya sangat
63
erat, karib, dan mendalam, sedangkan bermesraan adalah
melakukan hubungan mesra atau bercumbu. Kata air laut
merupakan air yang mempunyai kadar garam. Jadi, air laut sering
kali melakukan bermesraan dengan pasir putih.
30) Data XXX
“Beberapa jam kemudian, kami tiba diantara kepungan
alang-alang kuning yang terus saja membisikkan suara
angin” (halaman 282).
Kutipan di atas merupakan data ketiga puluh dari tiga puluh satu
gaya bahasa personifikasi yang ditemukan yang dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
membisikkan (kata verba) dari kata dasar bisik artinya suara desis
perlahan-lahan, sedangkan kata membisikkan adalah
memberitahukan (sesuatu) dengan berbisik-bisik (diam-diam)
atau memberi ilham (aplikasi KBBI V). Kata alang-alang
merupakan rumput yang tinggi. Jadi, alang-alang ini yang
membisikkan melalui suara angin.
31) Data XXXI
“Baduy dan Prem menalikan (hammock) mereka
masing-masing di sudut-sudut kapal, nyaman, dilambai-
lambai angin laut” ( halaman 223).
64
Kutipan di atas merupakan data ketiga puluh satu dari tiga puluh
satu gaya bahasa personifikasi yang ditemukan yang dalam novel
Arah Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena sifat-sifat benda mati
menyerupai benda hidup layaknya seperti manusia. Pada kata
melambai-lambai (kata reduplikasi) dari kata dasar lambai artinya
lambai, sedangkan kata melambai-lambai adalah berayun-ayun
turun naik (seperti dalam tertiup angin) (aplikasi KBBI V). Kata
(hammock) adalah tempat tidur gantung. Jadi, tempat tidur
gantung (hammock) yang merasakan melambai-lambai angin laut.
2. Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa
Besari.
Berdasarkan kajian yang diperoleh gaya bahasa metafora adalah
semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi
dalam bentuk yang singkat. Gaya bahasa metafora tampak pada kutipan
berikut.
a. Pilihan Kata yang menyamarkan atau membandingkan sesuatu.
1) Data I
“Sebutan „Prem‟ yang merupakan kependekan dari
„preman‟ disematkan oleh teman-teman kuliahnya yang
menganggap prem sangatlah tomboi sehingga nama
„Annisa‟ kurang pantas ia sandang” (halaman 8).
Kutipan di atas merupakan data pertama dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan yang dalam novel Arah
65
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
sandang (kata nomina) yang secara leksikal bermakna bahan
pakaian (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata
sandang dalam kutipan di atas bermakna bahwa seorang
perempuan memiliki karakter tomboi sehingga nama Annisa
tidak pantas ia sandang atau pakai.
2) Data II
“Obrolan kami yang mengalir begitu saja membuat
rinai hujan sore ini tidak terasa menyebalkan” (halaman
13).
Kutipan di atas merupakan data kedua dari dua puluh tiga gaya
bahasa metafora yang ditemukan yang dalam novel Arah
Langkahkarya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
mengalir (kata verba) dari kata dasar „alir‟ artinya mengalir,
kata mengalir yang secara leksikal bermakna bergerak maju,
meleleh, dan berpindah tempat secara beramai-ramai (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata mengalir pada kutipan
di atas bermakna bahwa obrolan kami terus berlanjut begitu saja
dengan suasana yang mendukung.
66
3) Data III
“Aku tidak tahu siapa dirinya, tapi ia berhasil mencuri
hatiku” (halaman 13).
Kutipan di atas merupakan data ketiga dari dua puluh tiga gaya
bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metafora karena membandingkan dua hal secara
langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata mencuri
(kata verba) dari kata dasar „curi‟ artinya ambil miliki orang lain
dengan diam-diam. Kata mencuri yang secara leksikal bermakna
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah,
biasanya dengan sembunyi-sembunyi (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata mencuri pada kutipan di atas
bermakna bahwa ia telah berhasil membuatnya jatuh cinta dan
menarik perhatiannya.
4) Data IV
“Satu jam kemudian, mereka kembali dengan tangan
kosong” (halaman 19).
Kutipan di atas merupakan data keempat dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
67
tangan kosong yang secara leksikal bermakna tidak bersenjata,
tidak berhasil, dan tangan hampa (aplikasi KBBI V). Adapun
secara semantis kata tangan kosong dalam kutipan di atas
bermakna bahwa setelah mereka menyusuri jalanan yang
sebelumnya mereka kembali dengan hasil tidak membawa apa-
apa.
5) Data V
“Sebuah gitar digilir dari satu pelukan ke pelukan lain
...” (halaman 28).
Kutipan di atas merupakan data kelima dari dua puluh tiga gaya
bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metafora karena membandingkan dua hal secara
langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata pelukan
(kata nomina) dari kata dasar „peluk‟ artinya dekap pada bagian
leher, tubuh, dan sebagainya. Kata pelukan yang secara leksikal
bermakna dekapan dengan dua tangan (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kutipan satu pelukan ke pelukan
bermakna bahwa gitar tersebut digilir dari satu orang ke orang
selanjutnya.
68
6) Data VI
“Kuusir lamunanku yang terlalu mengawang” (halaman
30).
Kutipan di atas merupakan data keenam dari dua puluh tiga gaya
bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metafora karena membandingkan dua hal secara
langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata kuusir
(kata verba) dari kata dasar „usir‟ yang secara leksikal bermakna
mengusir (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata
kuusir pada kutipan di atas bermakna mengusir atau menyuruh
pergi dalam artian menghentikan lamunan yang terlalu liar dan
terlalu tinggi.
7) Data VII
“Aku mau bilang sesuatu, ucapku sedikit keras,
bertanding dengan pengeras suara” (halaman 32).
Kutipan di atas merupakan data ketujuh dari dua puluh tiga gaya
bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah Langkah
karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metafora karena membandingkan dua hal secara
langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata keras
(kata adjektiva) yang secara leksikal bermakna nyaring (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata keras pada kutipan di
69
atas bermakna tingkat kenyaringan atau volume suara ku tidak
kalah, bahkan sebanding dengan pengeras suara.
8) Data VIII
“Dan bintanglah yang disuguhkan oleh langit sumatra
malam ini...” (halaman 35).
Kutipan di atas merupakan data kedelapan dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
disuguhkan (kata preposisi) yang secara leksikal bermakna kata
dasar „suguh‟ dalam artian menyuguhi atau terhidang (aplikasi
KBBI V). Adapun secara semantis kata disuguhkan pada
kutipan di atas bermakna bahwa ketika ia sampai sumatra tidak
disuguhkan makan/minuman tetapi disuguhkan pemandangan
langit malam yang dihiasi bintang yang indah berkeriapan.
9) Data IX
“Bang, ikut yuk, Ilwan menyapa dari luar rumah Bang
Paiman memecahkan obrolanku dengan tuan rumah”
(halaman 56).
Kutipan di atas merupakan data kesembilan dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
70
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
memecahkan (kata verba) dari kata dasar pecah merusakkan dan
sebagainya hingga pecah, kata memecahkan secara leksikal
bermakna bahwa merusakkan dan sebagainya hingga pecah,
mengatasi, menyelesaikan (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata Memecahkan pada kutipan di atas bermakna
bahwa Bang Paiman datang mengganggu percakapan dengan
tuang rumah.
10) Data X
“Ketika aku menenggelamkan tubuhku ke dalam
selimut, aku teringat akan kata-kata tentang nias yang
sempat menakutiku” (halaman 60).
Kutipan di atas merupakan data kesepuluh dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
menenggelamkan yang secara leksikal bermakna menjadikan
(menyebabkan) tenggelam, membenamkan (ke dalam air),
memasukkan (ke dalam air). Adapun secara semantis kata
menenggelamkan pada kutipan di atas bermakna bahwa aku
71
teringat tentang kata-kata Nias yang sempat menakuti ku dan
melelapkan tubuhku ke dalam selimut.
11) Data XI
“Ketika tinta pengkhianatan tumpah di atas aksara
kisah...” (halaman 69).
Kutipan di atas merupakan data Kesebelas dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
tinta (kata nomina) yang secara leksikal bermakna barang cair
yang berwarna (aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata
tinta pada kutipan di atas bermakna ketika luka pengkhianatan
terjadi pada kisah cinta penulis.
12) Data XII
“Dari seluruh peserta, ada yang paling bersinar. Ia
adalah seorang perempuan bernama Julia” (halaman
135).
Kutipan di atas merupakan data kedua belas dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
72
bersinar (kata verba) dari kata dasar „sinar‟ artinya pancaran
terang, cahaya. Kata bersinar yang secara leksikal bermakna
memancarkan (tentang sinar) atau bercahaya (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata bersinar pada kutipan di atas
bermakna bahwa dari keseluruhan peserta ada salah satu
perempuan yang cantik dan berbeda dari yang lain, bernama
Julia.
13) Data XIII
“Setelah digoyang oleh ombak selama beberapa jam di
kapal feri, kami tiba di pulau Selayar pada jam lima
sore” (halaman 139).
Kutipan di atas merupakan data ketiga belas dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
digoyang (kata preposisi) dari kata dasar goyang bergerak
berayun-ayun, selalu berubah, goncang. Kata digoyang yang
secara leksikal bermakna bergerak berayun-ayun (aplikasi KBBI
V). Adapun secara semantis kata digoyang pada kutipan di atas
bermakna setelah terombang-ambing karena ombak selama
beberapa jam di kapal barulah kami sampai di pulau Selayar.
73
14) Data XIV
“Dari kejauhan, aku bisa mengenali kepala botaknya
yang berkilauan tersiram cahaya matahari pagi”
(halaman 141).
Kutipan di atas merupakan data keempat belas dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
tersiram (kata verba) dari kata dasar „siram‟ artinya menyiram.
Kata tersiram yang secara leksikal bermakna sudah disiram
atau terkena siraman (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata tersiram pada kutipan di atas bermakna aku bisa
mengenali sosok tersebut ketika kepala botak terkena paparan
cahaya matahari.
15) Data XV
“Berbukitan tampak berbaris dibelakang bangunan,
sementara didepanku tersaji berbagai rupa
pemandangan...” (halaman 164).
Kutipan di atas merupakan data kelima belas dari dua puluh tiga
gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
74
tersaji dari kata dasar „saji‟ hidangan. Kata tersaji yang secara
leksikal bermakna sudah disajikan, tersedia, dan terhidang
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata tersaji pada
kutipan di atas bermakna apa yang terlihat dihadapanku terdapat
berbagai macam pandangan.
16) Data XVI
“Sementara, hatiku yang liar ini, masih belum mau
mencari tempat untuk pulang” (halaman 167).
Kutipan di atas merupakan data keenam belas dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
hatiku (kata nomina) dari kata dasar hati artinya organ badan
yang berwarna kemerah-merahan dibagian kanan atau rongga
perut. kata hatiku yang secara leksikal bermakna apa yang terasa
dalam batin, sifat (tabiat) batin manusia (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata hatiku pada kutipan di atas
bermakna hati yang pernah tersakiti tidak ingin merasakan cinta
kembali.
75
17) Data XVII
“Mega tetap bertahta di angkasa kelabu” (halaman
179).
Kutipan di atas merupakan data ketujuh belas dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata di
angkasa (kata preposisi) yang secara leksikal bermakna lapisan
udara yang melingkupi bumi, akasa, awang-awang, dan langit
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata di angkasa
pada kutipan di atas bermakna menggambarkan bahwa
seseorang yang bernama Mega tetap bertahan akan sesuatu
meskipun itu masih samar-samar.
18) Data XVIII
“Aku mengangguk jeri, membayangkan derita yang
harus dipikul keluarga yang ditinggalkan” (halaman
238).
Kutipan di atas merupakan data kedelapan belas dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
dipikul (kata preposisi) yang secara leksikal bermakna kata
76
dasar pikul berarti beban yang digandar (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata dipikul pada kutipan di atas
bermakna bahwa keluarga yang ditinggalkan harus menanggung
beban.
19) Data XIX
“Aku tak bisa menyelami pemikiran seorang tentara”
(halaman 238).
Kutipan di atas merupakan data kesembilan belas dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
menyelami (kata verba) dari kata dasar selam artinya menyelam
ke dalam dan menyelam untuk mencari sesuatu. Kata menyelami
yang secara leksikal bermakna menyelami air dalam tonggak
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata menyelami
pada kutipan di atas bermakna bahwa penulis tidak mampu
memahami atau memaparkan pemikiran seorang tentara.
20) Data XX
“Angkasa membiru, sebiru samudra yang terhampar di
hadapan kami” (halaman 242).
77
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh dari kedua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
terhampar (kata verba) dari kata dasar dampar artinya bentang,
buka lebar-lebar. Kata terhampar yang secara leksikal bermakna
hanyut dan tercampak ke darat (aplikasi KBBI V). Adapun
secara semantis kata terhampar pada kutipan di atas bermakna
bahwa langit dan lautan memiliki warna yang sama, tepat berada
depan mata kami.
21) Data XXI
“Beberapa sudut Miangas diberikan telanjang,
menjadikan ombak mampu bercumbu dengan pasir
putih” (halaman 243).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh satu dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
telanjang (kata verba) yang secara leksikal bermakna tidak
berpakaian, terhunus, dan tidak mempunyai (aplikasi KBBI V).
Adapun secara semantis kata telanjang pada kutipan di atas
78
bermakna bahwa tidak ada penghalang bagi ombak dan pasir
untuk menepi.
22) Data XXII
“Ia berinisiatif untuk mencairkan suasana dengan
membawa kami ke Siladen” (halaman 265).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh dua dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
mencairkan (kata verba) dari kata dasar cair artinya bersifat
seperti air, tidak padat, tidak berupa gas. Kata mencairkan yang
secara leksikal bermakna menjadikan cair dan mengencerkan
(aplikasi KBBI V). Adapun secara semantis kata mencairkan
pada kutipan di atas bermakna bahwa untuk membuat kami
dalam suasana nyaman dengan membawa ke tempat wisata
Siladen.
23) Data XXIII
“Mendengar suara mereka sungguh meremas dada”
(halaman 289).
Kutipan di atas merupakan data kedua puluh tiga dari dua puluh
tiga gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Arah
79
Langkah karya Fiersa Besari. Kutipan di atas dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada kata
meremas (kata verba) dari kata dasar remas artinya kepal dan
peras. Kata meremas yang secara leksikal bermakna mengepal-
ngepal dan memerah-merah (aplikasi KBBI V). Adapun secara
semantis kata meremas pada kutipan di atas bermakna bahwa
dia sangat rindu walaupun hanya mendengar suaranya lewat
gawai sehingga timbul rasa sakit hati untuk memeluk ibunda
Hasil dari pemaparan tersebut, didapatkan bahwa gaya
bahasa Personifikasi dan metafora dalam Novel Arah Langkah
Karya Fiersa Besari. Pada data tersebut disimpulkan bahwa gaya
bahasa personifikasi dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa
Besari memberikan sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat
kemanusiaan sehingga seolah-olah memiliki sifat seperti benda
hidup.
Adapun data gaya bahasa metafora dalam Novel Arah
Langkah Karya Fiersa Besari yang dapat disimpulkan ialah
membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Berdasarkan
analisis data pada gaya bahasa tersebut dalam Novel Arah
80
Langkah Karya Fiersa Besari yang sering muncul adalah gaya
bahasa personifikasi.
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh tiga peneliti sebelumnya yaitu Erni (2014),
Winda (2016), dan Slamet Ari Wibowo (2014). Ketiga peneliti
tersebut memiliki jenis penelitian mendeskripsian kualitatif yang
sama penelitian tersebut. Erni, mendeskripsikan penggunaan
gaya bahasa, tetapi tidak selaras dengan sumber data dan hasil
penelitiannya. Winda, mendeskripsikan penggunaan gaya
bahasanya selaras dengan sumber data dan hasil penelitiannya.
Kemudian Slamet Ari Wibowo, mendeskripsikan penggunaan
gaya bahasa, tidak selaras dengan sumber data hasil penelitian.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut hasil penelitian
Erni, Winda, dan Slamet Ari Wibowoa menunjukkan bahwa
penggunaan gaya bahasa personifikasi dan metafora sering
digunakan dalam karya sastra, peneliti memberikan penjelasan
dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini disusun dengan
memiliki kemiripan penelitian yang relevan. Hal ini
membuktikan dengan adanya gaya bahasa personifikasi yang
paling banyak, Erni juga menganalisis gaya bahasa personifikasi
dan metafora dan ternyata memang benar dalam sebuah karya
sastra penulis sering menggunakan gaya bahasa personifikasi
dan metafora. Kemudian Winda dan Slamet Ari Wibowoa
81
menganalisis jenis-jenis gaya bahasa yang termasuk pada gaya
bahasa personifikasi, metafora dan sebagainya dalam karya
sastra. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa memang dalam
sebuah karya sastra kebanyakan menggunakan gaya bahasa
personifikasi dan metafora. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa gaya bahasa personifikasi yang paling banyak digunakan
dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa Besari.
Teori yang mendukung penelitian ini yaitu teori Gorys
Keraf (2010: 112) yang menunjukkan gaya bahasa dapat
dibatasi sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa). Personifikasi adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan, sedangkan metafora adalah
semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Sehingga hasil yang
ditemukan dengan kegiatan tersebut dapat menambah
pengetahuan peneliti dan pembaca.
82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam Novel Arah
Langkah Karya Fiersa Besari, terdapat gaya bahasa personifikasi dan gaya
bahasa metafora yang digunakan dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa
Besari, dengan penggunaan gaya bahasa sebanyak lima puluh tujuh kali dari
300 halaman secara keseluruhan. Merujuk perumusan masalah pada
penelitian ini, dapat disimpulkan.
1. Gaya bahasa personifikasi dalam novel Arah Langkah karya Fiersa
Besari yaitu menggunakan kata yang mendekatkan sifat-sifat insan
kepada benda yang tidak bernyawa. Adapun jumlah yang diperoleh dari
data tersebut sebanyak tiga puluh satu data dan beberapa kata-kata yang
menyangkut dengan gaya bahasa personifikasi adalah sebagai berikut:
menyayat hatiku dan bulan sabit mengawasi dari atas sana.
2. Gaya bahasa metafora dalam novel Arah Langkah karya Fiersa Besari
yaitu menggunakan kata yang mendekatkan semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat. Adapun jumlah yang diperoleh dari data tersebut sebanyak dua
puluh tiga data dan beberapa kata-kata yang menyangkut dengan gaya
metafora adalah sebagai berikut: kurang pantas ia sandang, obrolan kami
yang mengalir begitu saja, dan ia berhasil mencuri hatiku. Hasil analisis
data yang ditemukan tentu berdasarkan makna serta teori yang
83
3. mendukung penentuan jenis gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa
metafora.
B. Saran
Penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca
sehingga dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra serta
dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori–teori sastra secara
teknik analisis terhadap karya sastra, dan dapat membedakan berbagai gaya
bahasa baik fungsi maupun jenis gaya bahasa masing-masing serta penelitian
ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan terutama bidang bahasa
dan sastra Indonesia. Khususnya dalam analisis novel dengan tinjauan gaya
bahasa.
84
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Winda dan Erna Hernawati. 2016. Pengaruh Komisaris Independen,
ukuran Perusahan dan Profitabilitas Terhadap Manajamen Laba.
Neo-Bis.Volume 10,No 1, 1Juni 2016.
Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
A. Wibowo, M. Lugina, T. Butar-butar. Yogyakarta (ID): Kanisius, 2014.
Besari, Fiersa. 2018. Arah Langkah. Jakarta: Mediakita.
Candra, Boy. 2015. Senja,Hujan, dan Cerita yang Telah Usai. Jakarta: Mediakita.
Dina Muhriani , (2017). “Penggunaan Metafora Dalam Kumpulan Cerpen Cincin
Yang Mengembara Karya A.S.Laksana‟. Online.
www.skripsiDina.Blogspot.co.id. Diaksestanggal 2 Maret 2020 pukul
08.15.
E, Fachruddin A. 2004. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang:
IKIP Ujung Pandang.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Versi V. Aplikasi. 2 Maret 2020.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Luxembung, Jan Van. 2001. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Mikics, David. 2007. A New Handbook of Literary Term. London: Yale
University Press.
Muliati,F. 2014. Uji Aktifitas Antiinflamasi Estrak Daun Paku Pyrrocia Lnceolata
(L) Farw. Terhadap Penghambatan Denaturasi Protein Secara In Vitro,
85
Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi UIN Syarif nHidayatullah. Jakarta.
Munaris. 2010. Karya Sastra dan Pembaca. Tulungagung: Cahaya Abadi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2004. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas
Press.
. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BFE.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Parera J.D. 2004. Teori Semanti Erlangga. Jakarta.288 hlm.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
. 2010. Pengkajian Puisi. yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Priyanti, Endah Tri. 2012. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
. 2009. Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rimang, Siti Suwadah. 2011. Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna.
Bandung: Alfabeta.
Rokhmansyah, Alfian. 2014.Studi dan Pengkajian Sastra, Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumardjo, Jakob.1984. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Jakarta: Nur Cahaya.
Septi Irmaya Erni. 2014. Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistic
Indonesia Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Logis. Skripsi
UnPas. Bandung: tidak dipublikasikan.
Stanson, Robert.2012. Teori Diksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tang, Muhammad, Rapi. 2005. Teori Sastra yang Relevan. Diklat. Makassar: FBS
UNM.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Metode Penelitian. Bandung. Angkasa.
86
. 2013. Penjagaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wellek, Austin Werren.1993. Teori Kesusastraan Terjemahan Melalui Dudianta.
Jakarta: Gramedia.
Wellwek, Rene dan Warren Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran I
KORPUS DATA
No Jenis Gaya
Bahasa
Kode Data Kutipan Keterangan
1. Gaya Bahasa
Personifikasi
Data I
(Halaman 10)
“Nama itu kembali
muncul, menyayat hatiku
sewaktu-waktu;
menandaskan segala
keperkasaanku”
31
Data II
(Halaman 13)
“Aku merasakan kalimat
kecil yang mengawali
perjumpaan kami menari
dikepalaku”
Data III
(Halaman 14)
“Bulan sabit mengawasi
dari atas sana”
Data VI
(Halaman 14)
“Angin berembus
kencang, memorak-
porandakan rambutku”
Data V
(Halaman 26)
“Sambil minum susu,
matanya menyapu
pegawai kantoran yang
baru pulang kerja...”
89
Data VI
(Halaman 27)
“Sesekali bus tua yang
kami naiki batuk asap
hitam...”
Data VII
(Halaman 28)
“Langit biru seakan
sedang bercermin di atas
permukaan danau...”
Data VIII
(Halaman 32)
“Degup jantungku
berlarian”
Data IX
(Halaman 33)
“Matahari pagi berusaha
mendaki dari balik
rentetan tebing yang
mengitari Kota Sibolga”
Data X
(Halaman 33)
Sinarnya menusuk-nusuk
mataku”
Data XI
(Halaman 36)
“Artikel tersebut seakan
mengetuk kepalaku
dengan kesadaran...”
Data XII
(Halaman 40)
“Angin sepoi meraba-
raba wajahku yang masih
lengket karena keringat”
Data XIII
(Halaman 40)
“Desir ombak bernyanyi
merdu diteligaku,
membisikkan pilu”
90
Data XIV
(Halaman 76)
“Aku lebih menikmati
desir angin menerpa
wajahku sambil
mendengar lagu-lagu
pemberian Kiky Ersya...”
Data XV
(Halaman 80)
“Setelah berjalan sekitar
beberapa ratus meter
ditemani mentari yang
mulai merangkak turun
dari langit, kami tiba di
tempat yang
dimaksudnya”
Data XVI
(Halaman 81)
“Beberapa kali langit
memuntahkan gemuruh
sebelum berujung
diturunkannya rintik hujan
yang membasahi bumi”
Data XVII
(Halaman 81)
“Aku membuka mataku
yang dipukuli cahaya”
Data XVIII
(Halaman 92)
“Bintang-bintang itu harus
masuk ke dalam
kameraku”
Data XIX “Kala sang surya
91
(Halaman 111) mengucapkan salam pagi
ini di bus...”
Data XX
(Halaman 122)
“Kabut perlahan memudar
tersapu mentari pagi”
Data XXI
(Halaman 143)
“Perut kami sudah
berdemo ingin diberi
makan”
Data XXII
(Halaman 172)
“Fajar kian melahap
gelap”
Data XXIII
(Halaman 175)
“Iringan pohon kelapa
tegak berdiri di belakang
kamar-kamar”
Data XXIV
(Halaman 181)
“Beberapa kali daun yang
lebat menyapu wajah
kami”
Data XXV
(Halaman 189)
“Kubiarkan cahaya
mentari sore yang
menguning memeluk
sudut-sudut ruangan”
Data XXIV
(Halaman 215)
“Pepohonan kelapa
melambai manis,
menemani laut biru muda
yang ombaknya membelai
92
kaki dermaga”
Data XXVII
(Halaman 219)
“Sebenarnya perutku
sudah menyanyikan lagu
keroncong sejak tadi...”
Data XXVIII
(Halaman 223)
“Tepat jam delapan
malam kapal Meliku Nusa
melaju membelah lautan”
Data XXIX
(Halaman 272)
“Air laut yang jernih,
sesekali bermesraan
dengan pasir putih”
Data XXX
(Halaman 282)
“Beberapa jam kemudian,
kami tiba di antara
kepungan alang-alang
kuning yang terus saja
membisikkan suara angin”
Data XXXI
(Halaman 223)
“Baduy dan Prem
menalikan (hommock)
mereka masing-masing di
sudut-sudut kapal,
nyaman, dilambai-lambai
angin laut”
2. Gaya Bahasa
Metafora
Data I
(Halaman 8)
“Sebutan „Prem‟ yang
merupakan kependekan
23
93
dari „preman‟ disematkan
oleh teman-teman
kuliahnya yang
menganggap prem
sangatlah tomboi sehingga
nama „Annisa‟ kurang
pantas ia sandang”
Data II
(Halaman 13)
“Obrolan kami yang
mengalir begitu saja
membuat rinai hujan sore
ini tidak terasa
menyebalkan”
Data III
(Halaman 13)
“Aku tidak tahu siapa
dirinya, tapi ia berhasil
mencuri hatiku‟
Data IV
(Halaman 19)
“Satu jam kemudian,
mereka kembali dengan
tangan kosong”
Data V
(Halaman 28)
“Sebuah gitar digilir dari
satu pelukan ke pelukan
lain...”
Data VI
(Halaman 30)
“Kuusir lamunanku yang
terlalu mengawang”
94
Data VII
(Halaman 32)
“Aku mau bilang sesuatu,
ucapku sedikit keras,
bertanding dengan
pengeras suara”
Data VIII
(Halaman 35)
“Dan bintanglah yang
disuguhkan oleh langit
sumatra malam ini...”
Data IX
(Halaman 56)
“Bang, ikut yuk, Ilwan
menyapa dari luar rumah
Bang Paiman
memecahkan obrolanku
dengan tuan rumah”
Data X
(Halaman 60)
“Ketika aku
menenggelamkan tubuhku
ke dalam selimut, aku
teringat akan kata-kata
tentang nias yang sempat
menakutiku”
Data XI
(Halaman 69)
“Ketika tinta
pengkhianatan tumpah di
atas aksara kisah...”
Data XII
(Halaman 135)
“Dari seluruh peserta, ada
yang paling bersinar. ia
95
adalah seorang perempuan
bernama Julia”
Data XIII
(Halaman 139)
“Setelah digoyang oleh
ombak selama beberapa
jam di kapal feri, kami
tiba di Pulau Selayar pada
jam lima sore”
Data XIV
(Halaman 141)
“Dari kejauhan, aku bisa
mengenali kepala
botaknya yang berkilauan
tersiram cahaya matahari
pagi”
Data XV
(Halaman 164)
“Berbukitan tampak
berbaris dibelakang
bangunan, sementara di
depanku tersaji berbagai
rupa pemandangan...”
Data XVI
(Halaman 167)
“Sementara, hatiku yang
liar ini, masih belum mau
mencari tempat untuk
pulang”
Data XVII
(Halaman 179)
“Mega tetap bertahta di
angkasa kelabu”
96
Data XVIII
(Halaman 238)
“Aku mengangguk jeri,
membayangkan derita
yang harus dipikul
keluarga yang
ditinggalkan”
Data XIX
(Halaman 238)
“Aku tak bisa menyelami
pemikiran seorang
tentara”
Data XX
(Halaman 242)
“Angkasa membiru,
sebiru samudra yang
terhampar di hadapan
kami”
Dat XXI
(Halaman 243)
“Beberapa sudut Miangas
diberikan telanjang,
menjadikan ombak
mampu bercumbu dengan
pasir putih”
Data XXII
(Halaman 265)
“Ia berinisiatif untuk
mencairkan suasana
dengan membawa kami ke
Siladen”
Data XXIII
(Halaman 289)
“Mendengar suara mereka
sungguh meremas dada”
97
Lampiran II
SINOPSIS
Arah Langkah Karya Fiersa Besari
Novel ini berjudul Arah Langkah (tempat tujuannya) sejauh apa pun jalan
yang kita tempuh, tujuan akhir selalu rumah. Karya ini dari seorang novelis
bernama Fiersa Besari. Diterbikan oleh Mediakita, Jakarta dengan ketebalan buku
300 halaman. Novel ini dicetak pertama dan kedua pada tahun 2018 dengan ISBN
978-979-794-561-9.
Novel ini menceritakan bulan April tahun 2013, berawal dengan niat dan
tujuan yang berbeda salah satunya karena hari yang terluka, tiga pengelana
memulai sebuah perjalan menyusuri daerah-daerah di Indonesia. Lewat cara yang
seru tapi menantang, mereka tidak hanya menyaksikan langsung keindahan negeri
ini, mereka juga harus menghadapi pertarungan dengan kegelisahan yang dibawa
masing-masing.
Arah Langkah bukan sekadar catatan perjalanan yang melukiskan
keindahan alam, budaya, dan manusia lewat teks dan foto. Tetapi juga
memberikan cerita lain tentang kondisi negeri yang tidak selalu sebagus seperti di
layar televisi. Meskipun begitu, semua daerah memang memiliki cerita yang
berbeda-beda, namun di dalam perbedaan itu, cinta dan persahabatan selalu bisa
ditemukan.
98
Lampiran III
BIOGRAFI PENULIS
99
100
101
102
103
RIWAYAT HIDUP
Mittahul Akar Manna, dilahirkan di Ujung Pandang
pada tanggal 15 Januari 1997. Penulis anak kedua dari
tiga bersaudara, pasangan Ayahanda Almarhum Manna
dan Ibunda Salima. Penulis memasuki jenjang
Pendidikan Dasar di bangku SD Inpres Pagandongan II
Makassar pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya, penulis melanjutkan Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri
31 Makassar pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan Pendidikan Menengah Atas di SMK Negeri 9 Makassar pada
tahun 2012 dan lulus pada tahun 2015. Semasa SMK penulis aktif dikegiatan
Pramuka. Kemudian pada tahun 2016 penulis kembali melanjutkan Pendidikan
Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima sebagai
mahaiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia S-1, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Berkat perlindungan dan pertolongan Allah Subhanahu Wa Taala serta
iringan doa dari orang tua sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
diperguruan tinggi dengan menulis skripsi yang berjudul “Penggunaan Gaya
Bahasa Personifikasi dan Metafora dalam Novel Arah Langkah Karya Fiersa
Besari”. Posel: [email protected].