Upload
trankiet
View
217
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
1. Pendahuluan
Permasalahan pembelajaran sering kali dialami oleh pelaku pendidikan.
Sebagai contoh permasalahan pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1
Pabelan. Permasalahan ini dialami oleh siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada pembelajaran mata pelajaran Ekonomi siswa merasa bosan dikarenakan guru
menyampaikan materi dengan cara tradisional, yaitu guru menyampaikan materi
dengan ceramah dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Tidak sedikit
siswa yang asyik bermain handphone dan tidak memperhatikan. Keadaan ini akan
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ini ditunjukkan dengan adanya
nilai tes yang didapatkan siswa kurang memuaskan. Dan tidak sedikit siswa yang
mengikuti remidial. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, dengan adanya proses pembelajaran
tradisional pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Pabelan, membuat
siswa cepat merasa bosan dan tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran
sehingga banyak siswa tidak merasa nyaman saat belajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang efektif adalah strategi kolaboratif
karena strategi ini dianggap dapat menyediakan peluang untuk menuju pada
kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif
diterapkan strategi belajar dengan siswa membentuk suatu kelompok dimana
kelompok tersebut harus turut aktif dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran [1]. Selain dengan strategi pembelajaran yang digunakan, media
pembelajaran yang digunakan juga turut mempengaruhi hasil pembelajaran.
Media pembelajaran dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap kompetensi
yang harus dikuasai, materi yang harus dipelajari dan dapat mempertinggi hasil
belajar [2]. Berbagai macam media telah diciptakan, seperti media buku, modul,
hingga media yang semakin canggih yaitu media komputer. Pembelajaran
berbasis komputer berarti proses pembelajaran yang menggunakan alat bantu dan
sumber belajar dengan sistem komputer atau berbasis mikroprosesor dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berbasis computer ini telah terbukti
bisa lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran [3]. Saat ini
banyak aplikasi-aplikasi gratis yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Salah
satunya adalah Facebook. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang sangat
cepat berkembang dan hingga saat ini pengguna di Indonesia sudah mencapai
42.000 lebih dan diperkirakan penggunanya akan terus bertambah [4]. Ada
beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Facebook, diantaranya adalah Group,
Clean Layout, No advertising, Network, Photo Album, Selling, Event, dan Status
update [4].
Dengan adanya pembelajaran yang masih tradisional yang diterapkan di
SMA Negeri 1 Pabelan, maka hal ini akan terasa sangat membosankan bagi siswa.
Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan masalah tersebut,
munculah sebuah gagasan untuk mengembangkan penggunaan metode kolaboratif
2
dengan memanfaatkan media Facebook dalam pembelajaran Ekonomi untuk
meningkatkan hasil belajar yang lebih maksimal.
2. Kajian Pustaka
Dalam penelitian Urip Widodo menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran kolaboratif berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa, baik itu dari hal kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Ini ditunjukkan
dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) setelah adanya penerapan pembelajaran kolaboratif ini. Perubahan ini
menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan metode kolaboratif dalam
pembelajaran membaca sketsa gambar memberikan dampak yang positif terhadap
prestasi siswa [5].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sri Rahayuningsih menunjukkan
bahwa potensi Facebook untuk digunakan sebagai media pembelajaran sangatlah
tinggi. Facebook memberikan kebebasan waktu dan tempat sehingga para siswa
dapat berinteraksi kapanpun dan dimanapun. Dengan kebebasan ini siswa dapat
berkomunikasi setiap saat. Media Facebook membuat siswa lebih antusias dan
bersemangat, mengingat Facebook adalah media baru yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat menghilangkan rasa bosan dalam pembelajaran [6].
Dalam penelitian Fewkes dan McCabe yang dilakukan di SMA Ontario,
menunjukkan bahwa 73% responden menggunakan Facebook untuk tujuan
pembelajaran. Dan dalam kenyataannya banyak dari responden yang
menggunakan Facebook untuk tujuan pendidikan. Ada beberapa keuntungan
menggunakan Facebook, yaitu untuk berkolaborasi, diskusi pekerjaan rumah,
berpartisipasi, dan berkomunikasi [7].
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam
kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat
melalui kegiatan kelompok [8]. “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting
each individual’s contribution to the whole” [9]. Dalam pembelajaran kolaboratif,
siswa dibentuk menjadi kelompok dimana dalam kelompok itu setiap individu
memberi kontribusi terhadap kelompok. Pembelajaran kolaboratif merupakan
usaha pendagogis untuk mencari dan mengembangkan kebenaran secara bersama-
sama [10]. Pembelajaran kolaboratif merujuk pada sebuah metode pembelajaran
di mana siswa dari berbagai tingkat kemampuan saling bekerjasama dalam
kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan [11]. Dalam pengertian Gokhale,
masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial.
Keberhasilan siswa dianggap sebagai keberhasilan siswa yang lain. Siswa bisa
membantu siswa yang lain untuk meraih kesuksesan. Pembelajaran kolaborasi
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi,
bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri dan menjadi pemikir yang
kritis [11].
Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar [12]. Keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk mengkonstruksi pengetahuan
3
mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala
sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa bukanlah
sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya melainkan sebagai individu
yang aktif memproses segala informasi yang ditemukan dari lingkungan tidak
hanya dari guru untuk memperoleh pemahamannya sendiri [13]. Siswa dikatakan
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri–ciri perilaku seperti: sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
mampu menjawab pertanyaan, dan senang diberi tugas belajar. Semua ciri
perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan
dari segi hasil [12]. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing–masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
Facebook merupakan aplikasi jejaring social online yang membuat
penggunanya dapat menampilkan diri mereka dalam profil online, menambah
teman yang dapat mem-posting komentar serta saling melihat profil satu sama
lain. Para anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual berbasis
kesamaan minat, seperti kelas, hobi, minat, dan selera musik melalui profil
mereka. Facebook juga membantu penggunanya untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan pengguna lainnya [4]. Dalam jejaring sosial Facebook
tidak hanya sekedar update status saja, melainkan berbagi informasi lebih
ditekankan sehingga tujuan dari e-learning benar-benar bisa dimanfaatkan untuk
pembelajaran. E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis
elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer baik
jaringan lokal maupun berbasis web. Informasi yang disajikan melalui e-learning
untuk pembelajaran biasanya disajikan secara up-todate atau real time sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan [6].
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pabelan dengan mengambil
kelas X1 sebagai Treatment Class dan kelas X2 sebagai Control Class dengan
jumlah siswa adalah sama yaitu 20 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
memperhatikan rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran Ekonomi yang
ada di SMA Negeri 1 Pabelan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif. Alasan penggunaan metode ini ialah data yang disajikan
bukan hanya diuji statistik saja tetapi disajikan untuk mendeskripsikan gejala yang
ditemukan. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui penggunaan metode
4
kolaboratif dengan memanfaatkan media Facebook untuk meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan :
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Tahap pertama ialah tahap pra penelitian. Pada tahap pra penelitian ini
dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan pembelajaran yang sudah berlangsung
selama ini. Untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, dilakukan
observasi dan wawancara yang bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana
proses pembelajaran yang selama ini terjadi serta perilaku siswa maupun guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Daftar pertanyaan wawancara dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Daftar Pertanyaan wawancara guru dan siswa sebelum perlakuan
Narasumber Pertanyaan
Guru 1. Apakah kegiatan belajar mengajar Ekonomi yang
berlangsung sudah cukup baik?
2. Model pembelajaran apa yang digunakan?
Siswa
1. Apakah model pembelajaran yang dilakukan selama ini
bervariasi?
2. Bagaimana proses pembelajaran yang selama ini
berlangsung?
Tahap yang kedua ialah identifikasi sarana dan prasarana. Ini dilakukan
untuk mengetahui apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian. Adanya
fasilitas wi-fi kurang dioptimalkan kemanfaatannya. Dengan memanfaatkan
adanya wi-fi, maka akan sangat membantu dalam penerapan pembelajaran
kolaboratif dengan media Facebook karena pembelajaran ini menuntut siswa
untuk terhubung dengan internet. Selain itu, dengan memanfaatkan handphone
yang dimiliki oleh masing-masing siswa juga dapat membantu dalam penelitian
ini.
Tahap selanjutnya adalah mendesain strategi pelaksanaan. Desain strategi
pelaksanaan yang dibuat adalah dengan mendesain alur pembelajaran dan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Desain alur pembelajaran yang
digunakan pada Treatment Class dapat dilihat pada Gambar 3.
Pra Penelitian
Penerapan
Evaluasi
Identifikasi Sarana dan Prasarana
Mendesain Strategi
5
Gambar 2 Persiapan Proses Diskusi
Pada proses pembelajaran dengan memanfaatkan Facebook ini, yang
dilakukan ialah admin membuat grup Facebook yang kemudian siswa di
masukkan ke dalam grup yang telah dibuat. Grup yang dibuat berupa grup
kelompok kecil dan grup kelompok besar. Grup kelompok kecil berisi siswa
dalam satu kelompok, sedangkan grup kelompok besar berisi siswa dalam satu
kelas. Grup ini berfungsi sebagai media untuk mendiskusikan materi pelajaran.
Gambar 3 Aktivitas Peserta
Proses diskusi yang dilakukan meliputi materi tentang kebijakan
pemerintah dan permasalahan ekonomi. Kemudian dari diskusi tersebut dibahas di
dalam kelas supaya siswa lebih paham tentang materi. Siklus diskusi di grup
Facebook yang kemudian dibawa dalam pembelajaran di kelas terjadi dalam 2
siklus. Siklus pertama membahas tentang pengangguran dan inflasi. Dan pada
siklus kedua membahas tentang ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro.
Dari proses diskusi ini diharapkan memberikan kesan bagi siswa dalam
memahami materi yang telah didiskusikan dengan teman lainnya.
Penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran di sekolah dan diluar jam
pembelajaran di sekolah. Penelitian pada saat pembelajaran di kelas meliputi
observasi proses pembelajaran treatment class dan control class. Untuk kegiatan
belajar di luar jam pembelajaran di sekolah ialah peserta didik melakukan diskusi
dalam grup Facebook.
6
Berikut adalah perbandingan desain pembelajaran pada Treatment Class
dan Control Class. Tabel 2 Perbandingan Desain Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Control Class Kegiatan Belajar Treatment Class
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Ruang Kelas dipersiapkan seperti
absensi, kebersihan dan
ketenangan.
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan
tentang pokok bahasan,
pengertian, contoh, pemahaman
materi yang akan dipelajari.
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru tentang tujuan
akhir dari pembelajaran materi
pada hari itu.
Pendahuluan
a. Apersepsi
Ruang Kelas dipersiapkan seperti
absensi, kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan
tentang pokok bahasan, pengertian,
contoh, pemahaman materi yang
akan dipelajari.
Peserta didik diberi penjelasan
bahwa materi pembelajaran yang
akan disampaikan telah didiskusikan
di dalam grup Facebook.
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru tentang tujuan akhir
dari pembelajaran materi pada hari
itu.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan materi.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik
mengerjakan LKS materi
permasalahan ekonomi dan
kebijakan pemerintah.
Konfirmasi
Mengoreksi jawaban siswa.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru membahas materi yang telah
didiskusikan di grup Facebook
(pengangguran dan inflasi).
Guru memperjelas materi yang
didiskusikan di grup Facebook.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik untuk
mengerjakan LKS materi
permasalahan ekonomi dan
kebijakan pemerintah.
Konfirmasi
Mengoreksi jawaban siswa.
3. Penutup
Siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
Penutup
Siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class dan Control
Class diawali dengan persiapan untuk proses pembelajaran. Mempersiapkan
ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran. Dalam kegiatan memotivasi
7
guru menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan. Pada Treatment Class
dijelaskan bahwa materi yang akan disampaikan adalah materi yang telah
didiskusikan di grup Facebook. Dalam kegiatan inti pada Treatment Class guru
menjelaskan materi yang telah dibahas pada waktu diskusi di grup Facebook.
Sehingga siswa sudah mempunyai bayangan tentang materi yang akan diberikan.
Berbeda dengan yang dilakukan dalam Control Class. Pada kegiatan inti guru
hanya menjelaskan materi dan meminta siswa untuk mempelajari LKS.
Langkah selanjutnya adalah mendesain grup Facebook yang digunakan
sebagai media diskusi. Diharapkan dengan penerapan diskusi melalui media
Facebook ini dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Selanjutnya adalah
pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pabelan, dengan kelas X1
yang menjadi Treatment Class. Proses diskusi di grup Facebook tidak dilakukan
pada saat jam pelajaran. Melainkan dilakukan di luar jam pelajaran selama ada
koneksi internet. Untuk dapat mengetahui apakah pengembangan sistem
pembelajaran kolaboratif dengan media Facebook ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dapat diketahui dengan diadakannya tes. Tes ini digunakan untuk
dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diberikan. Tes ini
juga digunakan sebagai pengukuran apakah ada perbedaan hasil belajar antara
siswa pada Treatment Class dan Control Class. Sehingga dengan diberikannya
soal tes ini dapat diketahui apakah pembelajaran dengan metode kolaboratif
dengan media Facebook dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Tahap penelitian selanjutnya adalah tahap eksperimen. Pada tahap
eksperimen ini digunakan dua kelompok kelas, yaitu Treatment Class dan Control
Class. Treatment Class adalah kelas yang di dalamnya diterapkan metode
pembelajaran kolaboratif dengan memanfaatkan media Facebook. Dan Control
Class adalah kelas yang digunakan sebagai pembanding, pada Control Class ini
digunakan metode pembelajaran dengan cara ceramah. Dengan menggunakan
metode eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode
kolaboratif dengan memanfaatkan Facebook dapat meningkatkan keaktifan siswa
yang kemudian berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil tes langsung
dievaluasi untuk dapat mengetahui bagaimana hasil pembelajaran siswa di SMA
Negeri 1 Pabelan pada mata pelajaran Ekonomi. Pengujian nilai tes dilakukan
dengan cara mengolah nilai hasil ulangan menggunakan aplikasi SPSS 11.5.
Setelah mengevaluasi hasil belajar siswa, dilakukan wawancara untuk mengetahui
bagaimana pendapat guru dan siswa setelah diterapkannya metode kolaboratif
yang memanfaatkan media Facebook. Daftar pertanyaan guru dan siswa dapat
dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Daftar Pertanyaan wawancara guru dan siswa
Nara sumber Pertanyaan
Guru 1. Bagaimana antusiasme siswa terhadap pembelajaran?
2. Bagaimana perilaku siswa selama proses pembelajaran?
Siswa 1. Bagaimana proses pembelajaran yang terjadi?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan
menyenangkan?
8
4. Hasil dan Pembahasan
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan guru seputar
metode kolaboratif dan juga pengetahuan guru tentang media social Facebook.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pabelan dengan guru
mata pelajaran Ekonomi, mengungkapkan bahwa metode kolaboratif adalah suatu
proses pembelajaran dengan siswa dibuat secara berkelompok untuk dapat
berdiskusi satu sama lainnya. Pada proses pembelajaran yang selama ini
digunakan, guru pengampu lebih banyak menggunakan metode konvensional
yaitu dengan guru menjelaskan dan siswa sebagai pendengar. Hal ini disebabkan
di sekolah ini belum mempunyai cukup banyak fasilitas yang dapat menunjang
pembelajaran secara aktif dan kreatif. Guru pengampu pernah mencoba untuk
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode kolaboratif, yaitu dengan
mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang kemudian kelompok
tersebut ditugaskan untuk mendiskusikan tugas yang diberikan. Setelah
mendiskusikan tugas yang diberikan, kelompok siswa tersebut mempresentasikan
hasil diskusinya. Menurut guru pengampu, pada penggunaan metode
konvensional dan kolaboratif mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Dari pembelajaran konvensional ini, ada kelebihan yang dirasakan oleh
guru, yaitu guru bisa lebih mengawasi mana siswa yang benar-benar
memperhatikan dan mana-mana siswa yang tidak fokus terhadap pembelajaran.
Tetapi dengan metode konvensional ini tidak sedikit siswa yang merasa jenuh
dengan pembelajaran yang diterapkan. Sedangkan dengan menggunakan metode
kolaboratif, bisa mengurangi rasa bosan siswa dan siswa menjadi lebih semangat.
Selain pengetahuan tentang metode kolaboratif, peneliti juga
mengumpulkan informasi seputar pengetahuan guru tentang Facebook. Melalui
kuesioner yang diisi oleh guru, dapat diketahui bahwa pengetahuan guru tentang
Facebook cukup banyak. Dapat dibuktikan bahwa guru pengampu telah
mempunyai akun Facebook selama lebih dari 1 tahun. Dan guru pengampu biasa
mengakses Facebook menggunakan laptop pribadi dengan memanfaatkan fasilitas
wi-fi yang ada di sekolah. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk dapat
mengetahui informasi dari siswa tentang pengetahuan siswa mengenai Facebook.
Dari kuesioner yang dibagikan, didapatkan data bahwa seluruh siswa telah
memiliki akun Facebook dengan jangka waktu kepemilikan rata-rata lebih dari 1
tahun.
Observasi dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana metode
pembelajaran yang digunakan guru pengampu. Selama proses pembelajaran
Ekonomi berlangsung peneliti mengamati secara langsung bagaimana
penyampaian materi oleh guru dan bagaimana keadaan kelas. Dalam
menyampaikan materi, guru menggunakan metode konvensional dimana guru
menjelaskan dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Guru menggunakan
buku pegangan dan LKS sebagai panduan dalam menyampaikan materi. Proses
pembelajaran yang terjadi selalu seperti itu, guru belum pernah mencoba
menggunakan media untuk menyampaikan materi dengan alasan terlalu repot
untuk mempersiapkannya. Pada saat proses pembelajaran terdapat beberapa siswa
yang bercerita dengan siswa lainnya, terutama siswa yang duduk di bagian
9
belakang. Ada siswa yang asyik menyanyi sendiri di saat guru menjelaskan, dan
bahkan ada juga siswa yang tidur di kelas.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru pengampu mata
pelajaran Ekonomi, didapatkan informasi bahwa pembelajaran yang selama ini
diterapkan sudah cukup baik. Selama ini guru pengampu menggunakan metode
konvensional dalam menyampaikan materi, namun dengan menggunakan metode
ini tidak sedikit membuat siswa merasa bosan. Selain itu guru pengampu juga
menambahkan, jika pembelajaran disampaikan secara lebih kreatif dan menarik
siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selain melakukan
wawancara dengan guru, wawancara juga dilakukan dengan siswa. Dari
wawancara dengan siswa didapatkan informasi bahwa model pembelajaran yang
digunakan tidak bervariasi dan dirasa membosankan. Guru selalu menjelaskan
materi dengan berpedoman pada LKS dan setelah itu guru memberikan tugas
untuk dikerjakan. Proses pembelajaran selalu seperti itu tanpa ada variasi.
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan Facebook ini dimulai dengan
admin memberikan tugas kelompok untuk didiskusi oleh kelompok yang
kemudian hasil dari tugas kelompok di share di grup Facebook. Selain itu proses
diskusi yang dilakukan ialah dengan admin memberikan pertanyaan dan siswa
menjawab dengan cara memberikan komentar pada pertanyaan yang telah
diberikan. Berikut adalah contoh diskusi yang dilakukan.
Gambar 4. Diskusi tentang pengangguran
Dalam gambar 4, siswa mendiskusikan tentang faktor penyebab
pengangguran. Dalam proses ini siswa dalam satu kelompok mendiskusikan
10
tentang pengangguran dan cara mengatasi pengangguran. Dapat diketahui bahwa
pada proses diskusi ini siswa aktif dalam memberikan pendapat.
Gambar 5 Diskusi tentang inflasi
Gambar 5 adalah gambaran proses diskusi yang membahas tentang inflasi.
Siswa memberikan jawaban tentang pengertian inflasi serta faktor-faktor yang
menjadi penyebab inflasi itu terjadi.
Pada proses diskusi yang terjadi di grup Facebook ialah tentang materi
kebijakan pemerintah dan permasalahan ekonomi. Pembelajaran dengan
memanfaatkan Facebook dilakukan di dalam Treatment Class. Berbeda dengan
Treatment Class, pada Control Class tidak dilakukan diskusi di dalam grup
Facebook. Pembelajaran masih dilakukan seperti sebelumnya dengan cara yang
konvensional tanpa adanya diskusi terlebih dahulu.
Proses diskusi yang dilakukan di dalam grup Facebook kemudian dibahas di
dalam kelas. Dalam diskusi di grup Facebook materi yang diambil untuk
didiskusikan ialah tentang pertumbuhan ekonomi dan permasalahan ekonomi
yang ada, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran.
Dengan adanya diskusi yang dilakukan di grup Facebook sebelum
penyampaian materi pada Treatment Class, memberikan efek yang positif
terhadap keaktifan siswa. Jika sebelumnya siswa cenderung diam dan hanya
mendengarkan penjelasan dari guru saja, terlihat setelah adanya proses diskusi ini
siswa cenderung aktif bertanya kepada guru. Dengan adanya diskusi di grup
Facebook ini membuat siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan
11
disampaikan. Sehingga membuat siswa lebih aktif dalam menyampaikan
pendapatnya. Berikut adalah tabel hasil wawancara dengan guru dan siswa.
Tabel 4 Hasil wawancara pada guru dan siswa Control Class
Narasumber Hasil Wawancara
Guru 1. Antusiasme siswa terhadap pembelajaran
tidak berubah dari sebelumnya.
2. Perilaku siswa tidak berubah, yaitu siswa
cenderung pasif selama proses pembelajaran.
Siswa 1 1. Siswa merasa proses pembelajaran yang
terjadi masih seperti biasanya, kurang
menarik.
2. Proses pembelajaran tidak menyenangkan,
tidak bervariasi.
Siswa 2 1. Proses pembelajaran tidak menarik karena
guru selalu menjelaskan materi dari LKS.
2. Pembelajaran kurang menyenangkan, guru
tidak bervariasi.
Siswa 3 1. Proses penyampaian materi selalu monoton,
tidak ada perubahan proses penyampaian
materi.
2. Pembelajaran tidak menyenangkan, karena
guru menyampaikan materi dengan membaca
LKS.
Siswa 4 1. Guru menjelaskan materi dengan ceramah di
depan kelas, tidak ada perubahan dalam
mengajar.
2. Pembelajaran tidak menyenangkan, karena
penyampaian materi oleh guru tidak menarik.
Siswa 5 1. Pembelajaran seperti biasanya dengan guru
menjelaskan di depan kelas.
2. Proses pembelajaran tidak menyenangkan,
cepat membuat bosan.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan informasi bahwa menurut guru
pengampu, antusiasme siswa pada Control Class tidak berubah dari pembelajaran
sebelumnya. Siswa tidak memperhatikan dan siswa cenderung pasif selama
pembelajaran berlangsung. Kemudian dari hasil wawancara dengan siswa Control
Class, kelima siswa pada Control Class menyatakan hal yang hampir sama,
bahwa guru kurang bervariasi dalam menyampaikan materi sehingga siswa
kurang tertarik dengan pembelajaran yang selama ini digunakan.
Selain melakukan wawancara guru dan siswa pada Control Class,
wawancara juga dilakukan pada guru dan siswa pada Treatment Class. Berikut
adalah tabel hasil wawancara guru dan siswa pada Treatment Class.
12
Tabel 5 Hasil wawancara pada guru dan siswa Treatment Class
Narasumber Hasil Wawancara
Guru 1. Siswa lebih berantusias dalam mengikuti
pembelajaran dibandingkan sebelumnya.
2. Siswa cenderung lebih aktif baik dalam
bertanya maupun menyampaikan pendapat.
Siswa 1 1. Pembelajaran yang terjadi berbeda dengan
sebelumnya, ada diskusi kelompok terlebih
dahulu.
2. Diskusi di dalam grup Facebook
menyenangkan karena tidak cepat bosan.
Siswa 2 1. Siwa diajak berdiskusi dalam grup Facebook.
2. Pembelajaran lebih menyenangkan dibanding
sebelumnya, bisa belajar dirumah sambil
refreshing.
Siswa 3 1. Guru tidak lagi menjelaskan di depan kelas
dengan panjang lebar.
2. Pembelajaran sangat menyenangkan, karena
bisa berdiskusi dengan teman melalui
Facebook.
Siswa 4 1. Diberi pertanyaan dan berdiskusi dalam grup
Facebook dengan teman lain.
2. Pembelajaran sedikit menyenangkan, tidak
seperti biasanya yang membuat bosan.
Siswa 5 1. Pembelajaran menyenangkan, karena guru
tidak menjelaskan materi di depan kelas
seperti biasanya.
2. Pembelajaran menyenangkan, berdiskusi
dalam Facebook bisa sambil melihat timeline
Facebook.
Dari tabel di atas, didapatkan informasi bahwa proses diskusi dalam grup
Facebook yang dilakukan sebelum penyampaian materi lebih menyenangkan dan
tidak membuat bosan dalam belajar.
Hasil tes yang dilakukan di akhir materi terdapat perbedaan antara Control
Class dengan Treatment Class. Perbedaan hasil tersebut dapat dilihat dari hasil
rata-rata nilai kelas yang diperoleh. Control Class mendapatkan rata-rata nilai
kelas 71,00 sedangkan pada Treatment Class 79,60. Data yang didapatkan dari
hasil tes diuji untuk mengetahui apakah kedua rata-rata nilai kelas yaitu dari
Treatment Class dan Control Class berbeda secara signifikan. Hasil pengujian
yang dilakukan menggunakan pengujian Independent-Samples t test pada aplikasi
SPSS 11.5. Independent-Samples t test bertujuan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua
sampel [14]. Hipotesis yang digunakan adalah Ho : Tidak ada perbedaan antara
rata-rata nilai ujian kelas Treatment dengan rata-rata nilai ujian kelas Control. Ha
13
: Ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas Treatment dengan rata-rata nilai
ujian kelas Control. Pada t-test for Equality of Means diketahui nilai sig (2-tailed)
= 0,006 yang lebih kecil daripada 0,05. Hal tersebut berarti bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara nilai rata-
rata Treatment Class dengan nilai rata-rata Control Class. Perbedaan rata-rata
(mean diference) sebesar 8,60 (79,60 – 71,00).
5. Simpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis penggunaan metode kolaboratif dengan
menggunakan media Facebook di SMA Negeri 1 Pabelan, maka dapat diambil
kesimpulan: (1) Penggunaan Facebook sebagai media diskusi dapat meningkatkan
keaktifan siswa, (2) Penggunaan media Facebook sebagai media diskusi dapat
membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Ekonomi.
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran bagi penelitian selanjutnya
dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran yang
lebih kreatif. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, uji coba
dapat dilakukan di berbagai kelas sehingga dampak dari pembelajaran metode
kolaboratif dengan memanfaatkan media Facebook dapat lebih diketahui
keefektifannya. Selain itu media yang digunakan bisa mengikuti perkembangan
yang ada, media yang sedang digemari siswa lebih diutamakan.
6. Daftar Pustaka
[1] Barkley, Elizabeth E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. 2012.
Collaborative Learning Techniques : Teknik-teknik Pembelajaran
Kolaboratif. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung : Penerbit Nusa Media.
[2] Mulyanta, St dan Marlon Keong. 2009. Tutorial Membangun Multimedia
Interaktif Media Pembelajaran. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
[3] Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.
Jakarta:Prestasi Pustaka.
[4] Bharata, Adi Sukma. 2008. Ayo Buat Facebook-mu Menarik. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
[5] Widodo, Urip. 2013. Penerapan Metode Kolaboratif Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Membaca Gambar
Sketsa di SMK Negeri 2 Klaten. Juli 2013.
[6] Rahayuningsih, Sri. 2013. Potensi Pemanfaatan Facebook Sebagai Media
Pembelajaran Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus SMA
Negeri 1 Salatiga). 2013
[7] Fewkes, Aaron M & Mike McCabe.2012. Facebook : Learning Tool or
Distraction?(Journal of Digital Learning in Teacher Education Volume 28
Number 3): 92-98.
[8] Sato, Manabu. 2007. Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah, makalah
dalam Bacaan Rujukan untuk Lesson Study-Berdasarkan Pengalaman Jepag
dan IMSTEP. Jakarta : Sisttems.
14
[9] Roberts, Timothy S. 2004. Online Collaborative Learning : Theory and
practice. London : Idea Group Inc.
[10] Koesoema, Doni. 2009. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta :
Grasindo.
[11] Gokhale, A.A. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking.
Journal of technology Education.
[12] Supinah. __. Bagaimana Mengukur Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran?.
__. Widyaiswara PPPPTK Matematika.
[13] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi
Pendidikan bagian 1. Jakarta:Grasindo.
[14] Santoso, Singgih. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik.
Jakarta. PT Elex Media Komputindo.