75
PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : M. RIFQI ADJOMI NIM: 11150450000041 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI

ELEKTRONIK TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT

RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

M. RIFQI ADJOMI

NIM: 11150450000041

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

ii

PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI

ELEKTRONIK TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT

RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

M. RIFQI ADJOMI

NIM: 11150450000041

Pembimbing

Afwan Faizin, M.A.

NIP. 197210262003121001

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI

ALAT BUKTI ELEKTRONIK TINDAK PIDANA PERZINAAN

MENURUT RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA

PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM”, telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 April 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi

Hukum Pidana Islam.

9 April 2020

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Qasim Arsadani, M.A. (..........................)

NIP. 196906292008011016

Sekrertaris : Mohamad Mujibur Rohman, M.A. (..........................)

NIP. 197604082007101001

Pembimbing : Afwan Faizin, M.A. (..........................)

NIP. 197210262003121001

Penguji I : Dr. KH. Mujar Ibnu Syarif, SH., M.A. (..........................)

NIP. 197112121995031001

Penguji II : Dr. Alfitra, S.H., M.Hum (..........................)

NIP. 197202032007011034

Page 4: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 April 2020

M. Rifqi Adjomi

Page 5: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

v

ABSTRAK

Muhammad Rifqi Adjomi. NIM 11150450000041. PENGGUNAAN

REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK TINDAK

PIDANA PERZINAAN MENURUT RANCANGAN KITAB UNDANG-

UNDANG HUKUM ACARA PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM.

Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syari‟ah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H / 2020 M.

Adanya Skripsi ini di tulis oleh penulis, penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran bagaimana konsepsi hukum mengenai rekaman video

sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan menurut Rancangan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara pidana dan Hukum Pidana Islam. Selain itu, yang lebih

penting adalah bagaimana perbandingan konsepsi hukum sistem pembuktian

menurut hukum Islam dan hukum Positif.

Metode penelitian yang digunakan dalam Skripsi ini adalah metode

pendekatan yuridis - normatif dan komperatif serta studi kepustakaan (library

research), Sehingga penelitian hukumnya menekankan pada penelaahan sebagai

norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak pidana

perzinaan menurut hukum Islam dan hukum positif. Tindak pidana perzinaan

menurut hukum positif yang dapat dikenakan hukuman hanya pada seseorang

yang sudah mempunyai ikatan perkawinan saja, sedangkan menurut hukum Islam

pezina yang dapat dihukum yaitu pezina muhshan dan ghairu muhshan. Sistem

pembuktian untuk tindak pidana perzinaan menurut hukum positif itu dapat

diproses dengan menggunakan alat-alat bukti sesuai dengan hukum acara pidana

positif, dalam hukum islam, sistem pembuktian tindak pidana perzinaan dapat

diproses dengan alat-alat bukti yang sesuai dengan hukum acara pidana Islam,

baik pezina muhshan maupun ghairu muhshan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh para ahli

hukum Islam seperti Fiqh al-Islam wa Adillatuhu karya Wahbah al-Zuhaili,

Hukum Acara Peradilan Islam karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, al-Ťasyrȋ al-Jinȃi

karya Abdul al-Qadir Audah, Peradilan dan Hukum Acara Islam karya Hasbi Ash

Shiddieqy dan lain-lain. Sedangkan data dalam bidang hukum positif adalah

seperti KUHAP, Jurnal, dan Undang-undang yang membahas tentang kedudukan

alat bukti Elektronik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bukti elektronik berupa visualisasi

gambar atau rekaman video bisa di jadikan sebagai alat bukti tindak pidana

perzinaan dengan melihat bahwa data atau dokumen elektronik tersebut benar dan

asli tanpa adanya rekayasa. dalam hukum islam pembuktian dengan menggunakan

rekaman video tindak pidana perzinaan, dapat di kategorikan sebagai salah satu

bentuk qarȋnah yaitu definisi dari alat bukti qarȋnah (petunjuk). Sedangkan dalam

hukum positif klasifikasi mengenai alat bukti elektronik telah ditentukan

muatannya dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik menurut pasal 5 ayat (1). Kemudian dalam Rancangan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana juga dirancangkan akan diakomodirnya

pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan pidana menurut

pasal 177 ayat (1) huruf c yaitu “Bukti Elektronik”.

Page 6: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

vi

(Kata Kunci : Alat Bukti Elektronik, Tindak Pidana Perzinaan, RUU KUHAP)

Pembimbing : Afwan Faizin, M.A.

Daftar Pustaka : 1976 s.d 2018

Page 7: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

vii

بسى الله انره ح انره حيى

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa Umat Islam dari zaman kebodohan,

hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dengan selesainya skripsi ini yang berjudul “PENGGUNAAN REKAMAN

VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK TINDAK PIDANA

PERZINAAN MENURUT RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM ACARA PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM”, yang disusun

sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1)

di Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat keilmuan

khususnya di Fakultas Syari‟ah dan Hukum Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah). Karya ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari

kawan-kawan serta pihak-pihak yang terkait dalam memberikan dukungan dan

memberikan sumbangsih ide serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh

karena itu, penulis merasa sangat perlu untuk mengucapkan terima kasih sebagai

bentuk penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.A., M.H., Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Qasim Arsadani, M.A., ketua prodi Hukum Pidana Islam yang

selalu berkenan meluangkan waktu dan mencurahkan segala perhatiannya

untuk memberikan pencerahan serta pengarahan yang begitu baik bagi

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Mohammad Mujibur Rohman, M.A., sekretaris prodi Hukum

Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 8: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

viii

4. Bapak Afwan Faizin, M.A., dosen pembimbing yang senantiasa sabar,

peduli, dan selalu memberikan pengarahan yang begitu baik bagi penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi

kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis

memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan fasilitas dan

pelayanan kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan berupa

buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang

diperlukan.

7. Pimpinan dan karyawan akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan fasilitas dan

pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan keperluan administrasi

selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Dr. Isnawati Rais, M.A., dosen Penasihat Akademik yang dalam hal ini

selalu memberikan arahan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak mencurahkan ilmu pengetahuan

kepada penulis selama menjalani masa studi berlangsung.

10. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Papah (Alm) H. Cecep

Khoeruddin dan Ibunda tercinta ibu Hj. Siti Mahbubatul Alawiyah yang

selalu memberikan dukungan, semangat, nasihat, dan doa yang tiada

henti-hentinya selama penulis menempuh kuliah Strata 1 (S1). Semoga

Almarhum Papah H. Cecep Khoeruddin diberikan tempat yang terbaik di

sisi Allah Subhanahu wa ta‟ala, dan semoga Mamah Hj. Siti Mahbubatul

Alawiyah senantiasa diberikan umur yang panjang dan kesehatan selalu

oleh Allah Subhanahu wa ta‟ala.

11. Semua Anggota keluarga penulis, yaitu Hanidah Rahmah sebagai kakak

perempuan pertama, H. Jamaludin Al-Maliki sebagai kakak kedua, Halwa

Page 9: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

ix

Nabilla sebagai kakak perempuan ketiga, Aden Anbari sebagai kakak ke

empat, kedua adik penulis yaitu Hilal Al-Munawwar dan Dhiaulhaq yang

semuanya itu tiada hentinya untuk selalu memberikan dorongan dan do‟a

kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan.

12. Bapak H. Ibnu Afwan Al-Akromi selaku kakak ipar dari penulis, yang

telah membantu memberikan dorongan dan do‟a sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh rekan-rekan Hukum Pidana Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Angkatan 2015, selaku kawan-kawan seperjuangan selama di

bangku perkuliahan yang selama ini selalu mengajarkan arti sebuah

pertemanan, yang selalu ada di saat suka, duka, ceria, tawa, dan bahagia

kepada penulis. Terimakasih atas kebersamaan dan waktu yang telah kita

alami bersama, semoga kelak kita dipertemukan kembali sebagai orang-

orang yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.

14. Semua sahabat seperjuangan NANO-NANO CREW (NNC), diantaranya

Sahabat Burhanuddin, S.H., Ali Maksum Asngari, Riyadhul Fikri,

Muhammad Nur Oktapian, S.H., Awaludin Fikri, Muhammad Galih

Prakoso, S.H., Muhammad Aldi Fayed S. Arief, Hasin Abdullah,

Muhammad Anggi Prabowo, Adam Ridho Muzakki, Kaharudin Aldian

Saputra dan Rifqi Faris yang dalam hal ini telah memberikan arti sebuah

persahabatan. Suka, duka, dan berbagi keceriaan bersama sudah menjadi

hal yang rutin untuk dilakukan, dan menjadi sebuah penghibur dikala

penat melanda penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

sahabat atas dukungan, motivasi, dan nasihat yang selama ini telah

dicurahkan, semoga kita dapat dipertemukan kembali sebagai orang yang

sukses dengan pekerjaan yang ditekuni.

15. Seluruh kader dan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (PMII KOMFAKSYAHUM)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu dalam

merasakan sebuah proses dan pengalaman dalam keorganisasian kepada

penulis.

Page 10: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

x

16. Seluruh Anggota Ikatan Warga Alumni Tanwiriyyah (IKAWARTA) yang

telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

17. Seluruh Anggota Himpunan Mahasiswa Alumni Darut Tafsir (HIMADA)

yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

18. Seluruh kawan-kawan Kuliah Kerja Nyata, yakni KKN SEMARAK

DELAPAN, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Seluruh kawan-kawan Perkopian Komplek Palem Raya (PKPR),

diantaranya sahabat Fadhli Naufal, Faiz Watsiqul Umam, Daffa Aditya,

Syariful Alam S. Siradj, Lukman Hakim, Adly, Novaldi Ferdiansyah,

Andika Dwi Febrian, Muhammad Reza dan Hasby yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

20. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan Alhamdulillahirabbil

„Alamiin dan Terima Kasih yang sebesar-besarnya. Besar harapan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya,

ȃmȋn yȃ Rabbal ȃlamȋn.

Jakarta, 26 Januari 2020 M

2 Jumadil Akhir 1441 H

M. Rifqi Adjomi

Page 11: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.. ................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK......... ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI...... ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ...................................................... 8

C. Perumusan Masalah ................................................................................. 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9

E. Tinjauan Studi Terdahulu ......................................................................... 10

F. Metode Penelitian..................................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TEORI PEMBUKTIAN ......................................... 15

A. Teori Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana ....................................... 15

1. Pembuktian Menurut Hukum Acara Pidana ...................................... 15

2. Macam-Macam Pembuktian .............................................................. 19

B. Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana ........................................... 21

C. Kedudukan Saksi dalam Hukum Acara Pidana ....................................... 22

D. Kedudukan Saksi Ahli/Keterangan Ahli Menurut Hukum Acara Pidana 24

E. Teori Pembuktian Menurut Hukum Acara Pidana Islam ......................... 26

1. Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana Islam................................. 26

2. Dasar Hukum Pembuktian ................................................................. 29

3. Saksi Ahli dalam Hukum Acara Pidana Islam ................................... 30

4. Kedudukan Saksi Dalam Hukum Acara Pidana Islam ....................... 32

BAB III REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK

DALAM KASUS PERZINAAN MENURUT HUKUM POSITIF ...................... 36

Page 12: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

xii

A. Pandangan Hukum Positif Mengenai Alat Bukti Elektronik Rekaman

Video ........................................................................................................ 36

B. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik dalam Persidangan ........... 39

C. Kedudukan Rekaman Video Sebagai Alat Bukti Tindak Pidana

Perzinaan Menurut Pandangan Hukum Pidana Positif ............................ 42

BAB IV KEDUDUKAN BUKTI ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI

TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT RUU-KUHAP DAN HUKUM

PIDANA ISLAM ...................................................................................................... 44

A. Alat Bukti Elektronik Dalam Rancangan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana ............................................................................... 44

B. Kedudukan Bukti Elektronik (Rekaman Video) Dalam Fiqh Jinayah .... 47

C. Kedudukan Bukti Elektronik (Rekaman Video) Menurut Pandangan

Hukum Islam ............................................................................................ 50

D. Analisis Penulis Tentang Alat Bukti Elektronik (Rekaman Video) ........ 54

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 58

A. Simpulan................................................................................................... 58

B. Rekomendasi ............................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 61

Page 13: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepatnya telah

membawa dunia memasuki era baru yang lebih cepat dari yang pernah

dibayangkan sebelumnya. Perkembangan ini membawa perubahan dalam berbagai

bidang kehidupan manusia. Berkembangnya alat-alat telekomunikasi, elektronik,

dan telematika. Semua teknologi tersebut tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan masyarakat Indonesia sekarang. Perkembangannya seakan memaksa

masyarakat untuk selalu siap menerima dan mengikutinya.

Penggunaan sistem dan alat elektronik telah menciptakan suatu cara

pandang baru dalam menyikapi perkembangan teknologi. Perubahan paradigma

dari paper based menjadi electronic based. Dalam perkembangannya, electronic

based semakin diakui keefisienannya, baik dalam hal pembuatan, pengolahan,

maupun dalam bentuk penyimpanan.1 Dengan semakin berkembangnya teknologi

tersebut maka berpengaruh dengan semakin beragamnya tindak pidana yang ada

di tengah masyarakat. perkembangan masyarakat yang sangat cepat

mengharuskan adanya kemampuan hukum untuk beradaptasi dengan kemampuan

yang ada.

Sehingga anggapan bahwa hukum selalu tertinggal dari perubahan

masyarakat bisa di bantah. Tindak kejahatan susila seperti kasus zina,2 merupakan

suatu perbuatan yang tercela. Semua norma di masyarakat menganggap bahwa

perbuatan tersebut merupakan suatu pelanggaran. Tindak pidana zina dianggap

sebagai perbuatan kotor dan tercela dan dalam konteks agama merupakan

perbuatan yang harus dikenakan hukuman had.3

Zina ialah perbuatan

1 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, cet. ke-1 (Jakarta: Raja Grafindo

persada), hlm. 447.

2 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, cet. ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),

hlm. 6-8.

3 Abdul al-Qadir Audah, al-Ťasyrȋ‟ al-Jinȃi al-Islȃmi (Beirut: Dȃr al-Kitâb al-Arabȋ), hlm

79.

Page 14: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

2

bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan

pernikahan (perkawinan) atau perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang

terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya atau seorang

perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan

suaminya.4

Mengenai kekejian zina ini, Muhammad Ali As-sabuni berpendapat

“persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan

melalui (pada) vagina di luar nikah dan bukan nikah syubhat”. Kemudian Al-

Khatib Al-Syarbini mengatakan zina termasuk dosa-dosa besar yang paling keji,

Sanksi nya juga sangat berat karena mengancam kehormatan dan hubungan

nasab.5 Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwasannya perbuatan zina itu

termasuk perbuatan yang diharamkan oleh agama, tidak satu agama pun yang

menghalalkannya.

Semakin berkembangnya teknologi di Indonesia maka alat bukti yang bisa

digunakan dalam pembuktian kasus perzinaan semakin canggih. Dapat kita lihat

diberbagai kasus persidangan bahwa rekaman video atau bukti elektronik sudah

mulai dapat di jadikan alat bukti dalam kasus tindak pidana perzinaan. Sementara

itu alat bukti yang sah menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 Tentang Kitab

Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 184 ayat (1) KUHAP,

adalah 1) Keterangan saksi; 2) Keterangan ahli; 3) Surat; 4) Petunjuk; dan 5)

Keterangan terdakwa.6

Alat bukti dalam Hukum pidana Islam menurut Usman Hasyim dan Ibnu

Rachman adalah yaitu: 1) Syahâdah (saksi) 2) Al-Iqrâr (pengakuan) 3) Alqarȃin

(Tanda-tanda) 4) Maklumatul Qadli (Pengetahuan Hakim) 5) Al-Kitabah

(Tulisan/surat) 6) Al yamin (Sumpah). Dari alat-alat bukti tersebut hanya ada tiga

yang bisa digunakan dalam pembuktian tindak pidana perzinaan, yaitu pengakuan

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI), hlm. 1136.

5 Muhammad Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)

cet. Ke-1 hlm. 18.

6 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184

Page 15: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

3

(iqrār), kesaksian (syahādah) dan petunjuk (qarȋnah).7 Tindak pidana perzinaan

dalam hukum Islam hukuman dapat ditetapkan dan dilaksanakan dengan salah

satu dasar-dasar penetapan hukuman yaitu pengakuan pihak tertuduh itu sendiri

dan persaksian orang lain. Pengakuan merupakan dasar utama bagi penetapan

hukuman.

Sedangkan dalam hal persaksian tindak pidana perzinaan dalam hukum

islam harus memenuhi empat saksi. Kaitannya dengan alat bukti qarȋnah, dalam

perkembangan teknologi ditemukan penggunaan bukti elektronik seperti rekaman

video yang dapat dikategorikan dalam alat bukti qarȋnah. Dimana bukti elektronik

ini setidaknya mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap para praktisi

hukum dalam mencapai suatu kebenaran perkara baik dalam perkara perdata

maupun pidana.

Dalam tindak pidana perzinaan seringkali terungkap karena beredarnya

bukti elektronik seperti rekaman video. Tentunya ini bisa dijadikan alat bukti yang

kuat namun harus melalui proses pemeriksaan dan identifikasi terlebih dahulu

yaitu apakah hasil rekaman video itu benar-benar asli atau rekayasa. Disini

diperlukan orang yang ahli dalam bidang telematika.

Kedudukan alat bukti elektronik maupun rekaman video sendiri dalam

hukum pidana Indonesia masih belum jelas statusnya. Walaupun didalam pasal

184 KUHAP jelas bahwa bukti elektronik atau yang dimaksud dengan rekaman

video tidak dapat diajukan sebagai alat bukti. Namun dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menurut pasal

5 ayat (1) yaitu :

“Bahwa keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

mengikat dan diakui sebagai alat bukti yang sah untuk memberikan kepastian

hukum terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik,

terutama dalam pembuktian dan hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang

dilakukan melalui Sistem Elektronik”

Dengan demikian melihat pasal di atas rekaman video jelas bisa dijadikan

alat bukti yang sah. Kemudian dalam RUU-KUHAP juga dirancangkan akan

diakomodirnya pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan

7 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 41.

Page 16: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

4

pidana. Menurut pasal 177 RUU-KUHAP ayat (1) Alat bukti yang sah

mencakup: a) Barang bukti ; b) Surat-surat; c) Bukti elektronik; d) Keterangan

seorang ahli; e) Keterangan seorang saksi; f) Keterangan terdakwa; dan g)

pengamatan Hakim.

Klasifikasi mengenai alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan

pidana telah ditentukan muatannya dalam UU ITE. Menurut penjelasan pasal 177

ayat (1) huruf c RUU-KUHAP yang dimaksud dengan “bukti elektronik” adalah

informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik

dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, termasuk setiap rekaman data atau

informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan

dengan atau tanpa bantuan suatu sarana baik yang tertuang di atas kertas, benda

fisik apapun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik yang berupa

tulisan, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang

memiliki makna.8

Setelah kita mengetahui bagaimana alat bukti elektronik dalam pandangan

hukum positif yang sudah mengukuhkan bahwa ternyata alat bukti elektronik itu

sudah ditetapkan sebagai alat bukti yang nyata atau alat bukti yang sah di

persidangan. kemampuan teknologi untuk merekam dapat menunjang dan

membantu proses pembuktian tentu tidak dapat diragukan lagi. Tidak seperti

ingatan manusia yang berubah-ubah dalam memberikan keterangan sesuai kondisi

tertentu di bawah tekanan mental dan fisik. Maka mengenai hal ini dapat

dihubungkan dengan salah satu tujuan Hukum Acara Pidana yaitu untuk mencari

dan menemukan kebenaran materil yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari terjadinya suatu tindak pidana. Rekaman video memiliki kelebihan dalam

memberikan petunjuk karena didalamnya terdapat teknologi yang dapat

digunakan untuk merekam semua kejadian-kejadian baik hal yang terkecil

sekalipun. Tidak seperti ingatan manusia yang dapat berubah-ubah memberikan

keterangan sesuai dengan kondisi ingatan dan situasi kondisi tertentu dibawah

tekanan mental dan fisik.

8

Darus harizona, “Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut

Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit

Television)”. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol. 7. No. 1, Juni 2018.

Page 17: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

5

Dalam hal ini rekaman video dapat dijadikan oleh penyidik sebagai bukti

permulaan dalam proses penyidikan untuk menentukan tersangkanya yaitu

sebagai bukti petunjuk. Meskipun tidak mutlak menjadi bukti petunjuk, karena

petunjuk harus dipersesuaikan dengan alat bukti lain agar dapat digunakan oleh

hakim dalam proses persidangan untuk menjatuhkan pidana. Petunjuk hanya dapat

diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. Terlebih jika

diperhatikan pada Pasal 188 ayat (1) KUHAP yang mengatakan bahwa penilaian

atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu

dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan

pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati

nuraninya. Pengertian petunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal 188 KUHAP ayat

(1) yaitu:

“Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena

persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana

itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa

pelakunya”.

Sedangkan menurut M. Yahya Harahap memberikan pengertian petunjuk

dengan menambah beberapa kata, petunjuk ialah suatu “isyarat” yang dapat

“ditarik dari suatu perbuatan, kejadian atau keadaan” dimana isyarat tadi

mempunyai “persesuaian” antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat tadi

mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari isyarat yang

bersesuaian tersebut “melahirkan” atau “mewujudkan” suatu petunjuk yang

“membentuk kenyataan” terjadi suatu tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.

Berdasarkan pengertian petunjuk yang disampaikan oleh M Yahya Harahap,

apabila dikiatkan dengan rekaman video bisa menjadi petunjuk apabila memiliki

persesuaian dengan bukti lain. Rekaman video dapat memiliki persesuaian dengan

bukti lain, karena rekaman video dapat memperlihatkan dan menghubungkan

keterangan yang ada sehingga timbul suatu kenyataan melalui hasil rekaman yang

bisa memperkuat bukti lain misalnya, keterangan saksi bisa dibenarkan melalui

rekaman video tersebut.

Namun bagaimanakah dengan hukum islam. Seperti yang diketahui bahwa

Hukum Islam bertujuan untuk memenuhi kepentingan kebahagian, kesejahteraan

Page 18: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

6

dan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini, rekaman video bisa

menjadi salah satu alat untuk tujuan Hukum Islam tersebut, apabila rekaman video

tersebut mampu merekam dengan resolusi gambar yang baik. Dalam hal ini

apabila seseorang dituduh melakukan tindak pidana perzinaan maka diperlukan

pembuktian secara adil. Oleh sebab itu, rekaman video berperan sebagai suatu

petunjuk apakah terdapat suatu tindak pidana, namun sebagai petunjuk sendiri

harus ditentukan oleh hakim dengan arif dan bijaksana mengenai apakah bisa atau

tidak menjadi petunjuk didalam persidangan menurut Hukum Acara pidana.

Apakah hukum islam mengakui adanya alat bukti elektronik? Menurut

Abduh Malik dalam bukunya Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam Dan

KUHP.9 Pada kasus perzinahan, yang biasa terjadi dengan menggunakan kamera

atau media elektronik lainnya, karena itu diperlukan bantuan teknologi lain untuk

mengetahui keaslian atau kepalsuan video atau gambar yang dilihat jadi

kebenaran yang diperoleh amat bergantung kepada kecanggihan alat lain untuk

meneliti kebenarannya. Dengan demikian tingkat kebenaran gambar yang

diperoleh tidak cukup meyakinkan dan tidak langsung dipercaya. Beliau

menyimpulkan bahwa pembuktian dengan menggunakan rekaman video atau

media elektronik lainnya bisa di sahkan apabila sudah meneliti terlebih dahulu

dengan menggunakan alat elektronik yang lebih canggih.

Pembuktian merupakan salah satu tahapan yang menjadi prioritas yang

harus dipenuhi dalam penyelesaian suatu tindak pidana. hal ini karena dalam

penyelesaian sengketa pidana terdapat kemaslahatan serta akan menolak

kemudaratan, karena dengan pembuktian menghidarkan seseorang yang tidak

bersalah dihukum, hal ini sesuai dengan kaidah Fiqh Jinayah :

با ث إ د رء ا انحد د با نشه

Artinya: “Hindari lah hukuman Had jika terdapat syubhat”10

Bukti dalam kaidah Hukum Acara menurut syariat Islam dalam

pembuktian ini lah yang digunakan sebagai Hujjah (alasan Hukum) berdampak

9 Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam Dan Kuhp, (Jakarta:

PT. Bulan Bintang. 2003), hlm. 133.

10 Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah, (Jakarta: Radar Jaya Offset), hlm. 77.

Page 19: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

7

kepada terkena atau tidaknya hukuman, serta dalam menghidarkan dalam perkara

syubhat, alat bukti dan barang bukti dalam Hukum Islam tidak memiliki

perbedaan karena dalam Hukum Islam segala sesuatu yang menerangkan dan

menjelaskan yang Haq (kebenaran) ialah Al Bayyinah sebagai pembuktian.11

Sedangkan penggunaan rekaman video didalam Fiqh Jinayah dapat

dijelaskan di dalam proses pembuktian Fiqh Jinayah yaitu merupakan sesuatu hal

yang sangat penting, sebab pembuktian merupakan esensi dari suatu persidangan

guna mendapatkan kebenaran yang mendekati kesempurnaan. Al-Bayyinah adalah

sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang haq (benar)

di depan majelis hakim, baik berupa keterangan, saksi dan berbagai indikasi yang

dapat dijadikan pedoman oleh majelis hakim untuk mengembalikan hak kepada

pemiliknya. Mengenai alat bukti rekaman video seperti yang telah diketahui

bahwa didalam Hukum Acara Pidana ditindak pidana umum dijadikan sebagai

petunjuk yang harus di persesuaikan dengan alat bukti lain, sedangkan di dalam

tindak pidana khusus rekaman video dijadikan sebagai alat bukti elektronik. Hal

ini tidak berbeda dengan Hukum Islam bahwa rekaman video di jadikan sebagai

petunjuk.

Meskipun dalam perkara pidana bahasannya masih sedikit. Edmon

Makarim mengemukakan bahwa keberadaan alat bukti elektronik masih sangat

rendah. Dalam mengemukakan alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah

dan berdiri sendiri, harus dapat menjamin bahwa rekaman atau data berjalan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Melihat kondisi yang demikian, maka

butuh pengkajian mengenai permasalahan alat bukti dalam tindak pidana

perzinaan, apakah alat elektronik atau audio visual dapat dijadikan alat bukti lain

dalam tindak pidana perzinaan didalam hukum Islam maupun dalam hukum

positif.12

11

Darus Harizona, “Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut

Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam” (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit

Television)”. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol. 7. No. 1, Juni 2018

12 Edmon Mukarim, Pengantar hukum telematika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm.

456

Page 20: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

8

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Identifikasi Masalah 1.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah

diatas, penulis mengidentifikasi beberapa pokok permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Rekaman video sebagai bukti elektronik dalam tindak pidana

perzinaan menurut rancangan kitab Undang-undang hukum acara

pidana.

b. Komparasi antara hukum Islam dan hukum Positif mengenai rekaman

video sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan.

c. Tinjauan hukum Islam mengenai alat bukti elektronik dalam tindak

pidana perzinaan.

d. Kekuatan rekaman video sebagai alat bukti elektronik dalam tindak

pidana perzinaan menurut hukum acara pidana dan hukum Islam.

e. Teknologi memberi warna baru untuk mengungkap kebenaran

khususnya dalam tindak pidana perzinaan.

Pembatasan Masalah 2.

Mengingat begitu banyaknya permasalahan yang ada dalam

pembahasan tindak pidana perzinaan, maka penulis membatasi ruang lingkup

skripsi ini hanya pada pokok masalah yang akan dikaji yaitu: 1). kedudukan

alat bukti elektronik seperti rekaman video dalam tindak pidana perzinaan

menurut rancangan kitab Undang-undang hukum acara pidana dalam pasal

177 ayat (1) huruf c RUU KUHAP yaitu “bukti elektronik”. 2). Tinjauan

hukum pidana islam mengenai rekaman video sebagai alat bukti elektronik

tindak pidana perzinaan. Sehingga pembatasan masalah yang akan dibahas

tidak keluar dari sasaran yang akan dicapai.

Page 21: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

9

C. Perumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan batasan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka perlu

adanya penyusunan atau perumusan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena itu

penulis merumuskan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

a. Bagaimana pandangan hukum positif mengenai alat bukti elektronik

dalam tindak pidana perzinaan?

b. Bagaimana komparasi antara hukum pidana Islam dan hukum Positif

mengenai rekaman video sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan yang telah di kemukakan

diatas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pandangan hukum positif RUU-KUHAP

mengenai alat bukti rekaman video dalam tindak pidana perzinaan.

b. Untuk menganalisis kajian komparatif mengenai alat bukti audio visual

dalam tindak pidana perzinaan menurut hukum Islam dan hukum

positif, untuk dicari persamaan dan perbedaan dalam alat bukti

tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk

penulis sendiri maupun bagi masyarakat umum tentunya. Adapun manfaat

yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Sebagai sumbangan sederhana pemikiran dan informasi seputar kajian

hukum pidana Islam dan hukum Positif, serta komparasi antara kedua

hukum tersebut, khususnya mengenai kedudukan rekaman video

sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan.

Page 22: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

10

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi Positif bagi praktisi hukum

dalam upaya merangsang penggalian hukum yang sesuai dengan

keadilan.

E. Tinjauan Studi Terdahulu

Mendukung penelaahan yang lebih komprehensif penulis melakukan

kajian awal terhadap literatur pustaka atau karya-karya yang mempunyai relevansi

terhadap topik yang akan diteliti. Telaah pustaka yang akan dilakukan oleh

penulis adalah dari berbagai karya ilmiah selain berbentuk buku yang berbentuk

jurnal, dan skripsi-skripsi yang sudah ada. Berikut pemaparannya:

Darus Harizona dalam penelitiannya yang berjudul, “Kekuatan Bukti

Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut Hukum Acara Pidana dan

Hukum Islam (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit Television)”

berkesimpulan bahwa Kedudukan rekaman gambar CCTV, menurut sistem

pembuktian hukum acara pidana dalam Pasal 181 KUHAP. Dalam prakteknya

didapati sebagai alat bukti, namun bukanlah alat bukti yang berdiri sendiri tetapi

alat bukti yang ditentukan oleh hakim. Hakim dalam menetukan keputusannya

berdasarkan ukuran yuridis, filosofis dan sosiologis yaitu secara arif dan

bijaksana.13

Syaibatul Hamdi dalam penelitiannya yang berjudul, “Bukti Elektronik

Dalam Sistem Pembuktian Pidana” berkesimpulan bahwa Pengaturan alat bukti

elektronik di dalam Hukum Acara Pidana secara spesifik belum dapat ditemukan

dalam KUHAP. Namun, terkait dengan berkembangnya zaman dan

berkembangnya tindak pidana, maka pengaturan alat bukti elektronik dinilai

penting.14

Muhammad Hilmi Farid, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam skripsinya yang berjudul “Kekuatan

13

Darus harizona, “Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut

Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit

Television)”. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol. 7. No. 1, Juni 2018

14 Syaibatul hamdi, “Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Pidana” Jurnal Ilmu

Hukum. Vol. 1. No. 4, November 2013

Page 23: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

11

Alat Bukti Elektronik Dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif”

Secara tegas di skripsi tersebut memaparkan tentang kekuatan bukti-bukti

elektronik yang tertuang dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik dan hukum Islam.

Berdasarkan acuan dari beberapa bahan penelitian yang telah

dikemukakan di atas, di sini penulis mencoba untuk membandingkan dan

menambahkan. Penulis mencoba membandingkan dari beberapa alternatif alat

bukti, yaitu alat bukti elektronik seperti rekaman video yang dijadikan sebagai alat

bukti tindak pidana perzinaan menurut perspektif hukum pidana Islam dan hukum

positif. Disisi lain, penulis juga melihat dalam RUU-KUHAP telah dirancangkan

akan diakomodirnya pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam

persidangan pidana yang kebanyakan dari penelitian di atas belum ada yang

mebahasnya. khususnya mengenai sistem atau alat elektronik yaitu rekaman

video.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut

metode penelitian, yang dimaksud dengan metode penelitian adalah cara

meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai

suatu tujuan.15

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah library research (penelitian

kepustakaan yang terkait dengan obyek penelitian), yaitu penelitian yang

menggunakan buku-buku, internet, dan lain sebagainya yang memuat materi-

materi terkait yang dibahas sebagai sumber datanya.16

15

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Bumi

Pustaka, 1997), hlm. 1.

16 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 9.

Page 24: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

12

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif - komparatif. Deskriptif yaitu memaparkan

dan mendeskripsikan objek penelitian secara sistematis.17

Penelitian ini berupaya

untuk mengidentifikasi kemudian memaparkan data mengenai rekaman video atau

alat elektronik sebagai alat bukti perzinaan, baik dalam hukum Islam maupun

hukum positif. Sedangkan komparatif adalah penelitian dengan membandingkan

dua objek kajian sehingga dapat memberikan pandangan baru dan menjelaskan

unsur-unsur dari pandangan objek tersebut.18

Dalam hal ini penyusun berusaha

untuk membandingkan kedudukan rekaman video sebagai alat bukti dalam kasus

perzinaan menurut perspektif hukum positif dan hukum pidana islam dengan

melihat keabsahan dan kekuatan rekaman video sebagai alat bukti di dalam kedua

hukum tersebut. sebagai alat bukti perzinaan, baik dalam hukum Islam maupun

hukum positif. Sedangkan komparatif adalah penelitian dengan membandingkan

dua objek kajian sehingga dapat memberikan pandangan baru dan menjelaskan

unsur-unsur dari pandangan objek tersebut Dalam hal ini penyusun berusaha

untuk membandingkan kedudukan audio visual sebagai alat bukti dalam kasus

perzinaan menurut perspektif hukum Islam dan hukum positif dengan melihat

keabsahan dan kekuatan audio visual sebagai alat bukti didalam kedua hukum

tersebut.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif- yuridis, yaitu penelitian yang mencakup tentang asas-asas hukum,

sistematika hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum, dan taraf sinkronisasi

hukum. Menurut Bernard Arif Sidharta normatif-yuridis adalah penelitian yang

mencakup kegiatan memaparkan, mensistematiskan, dan mengevaluasi hukum

positif yang berlaku di dalam suatu masyarakat, dan diupayakan untuk

17

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, cet. ke-1 (Jakarta: Raja Grapindo

Persada, 2007), hlm. 35-38.

18Anton Bakker dan Ahmad Zubeir, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta:

Kanisius, 1990), hlm. 85-87.

Page 25: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

13

menemukan penyelesaian yuridis terhadap masalah hukum.19

Pendekatan ini

penyusun gunakan untuk memahami kedudukan rekaman video sebagai alat bukti

tindak pidana perzinaan di dalam hukum positif dan hukum pidana islam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu bahan data primer berupa al-Qur‟an, Hadits, KUHAP, dan

undang-undang yang membahas tentang bukti elektronik sebagai alat bukti

tindak pidana perzinaan. Bahan sekunder berupa kitab ushul fiqh, buku-buku,

dan artikel yang membahas tentang rekaman video sebagai alat bukti elektronik.

Kemudian bahan data tersier berupa kamus-kamus yang dapat menjelaskan

tentang arti, maksud, dan istilah yang terkait dengan pembahasan.

5. Analisis data

Adapun analisis data yang digunakan dalam pembahasan dengan

metode induktif komparatif. Induktif adalah metode analisis dengan

menampilkan pernyataan yang bersifat khusus dan kemudian di tarik

kesimpulan bersifat umum. Metode induktif digunakan untuk menganalisis data

dengan pembahasan kedudukan audio visual sebagai alat bukti perzinaan.

Sedangkan komparatif digunakan untuk menentukan persamaan dan perbedaan

antara kedua hukum tersebut mengenai kedudukan audio visual sebagai alat bukti

tindak pidana perzinaan.

G. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini mudah di pahami, maka penulis membagi penulisan

menjadi lima bab, yaitu:

BAB I Merupakan bab pendahuluan memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah tujuan penelitian,

manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

19

Sulistyo Irianto dkk, Metode Penelitian Hukum, cet. Ke-1 (Jakarta: Obor, 2009), hlm.

142.

Page 26: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

14

BAB II Pada bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum tentang

pembuktian dan alat bukti. sehingga dari pembahasan ini bisa melihat gambaran

umum mengenai pengertian dasar hukum pembuktian dan macam-macam alat

bukti dalam hukum positif dan hukum pidana islam.

BAB III Pada bagian ini peneliti membahas tentang penggunaan rekaman

video sebagai alat bukti elektronik dalam kasus perzinaan menurut hukum positif.

BAB IV Pada bab ini peneliti membahas mengenai analisis komparatif

tentang kedudukan rekaman video sebagai alat bukti elektronik tindak pidana

perzinaan menurut RUU-KUHAP dan hukum pidana islam. Untuk melihat

persamaan dan perbedaan kedudukan rekaman video sebagai alat bukti dalam

kasus perzinaan. Persamaan dan perbedaan itu dilihat dari legalitas dan

kekuatan rekaman video sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan dalam hukum

Islam dan Positif, serta melakukan analisis perbandingan dua hukum tersebut.

BAB V Memuat simpulan yang berisi jawaban dari pokok permasalahan

dan saran-saran.

Page 27: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TEORI PEMBUKTIAN

Teori Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana A.

1. Pembuktian Menurut Hukum Acara Pidana

Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian dalam

perkara perdata. Dalam pembuktian perkara pidana (hukum acara pidana)

adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materil, yaitu kebenaran sejati atau

yang sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam perkara perdata (hukum

acara perdata) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil, artinya

hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang

berperkara. Jadi hakim dalam mencari kebenaran formal cukup membuktikan

dengan ‛preponderance of evidence‟, sedangkan hakim pidana dalam mencari

kebenaran materil, maka peristiwanya harus terbukti (beyond reasonable

doubt)1

Pembuktian secara bahasa (terminologi), menurut kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah suatu proses perbuatan, cara membuktian, suatu

usaha menentukan benar atau salahnya si terdakwa di dalam sidang

pengadilan.2 Dalam hal ini pembuktian merupakan salah satu unsur yang

penting dalam hukum acara pidana. dimana menentukan antara bersalah atau

tidaknya seorang terdakwa di dalam persidangan.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo, bahwa pembuktian adalah

mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran adalah suatu

peristiwa, sehingga dapat diterima oleh akal terhadap kebenaran peristiwa

tersebut. Dalam hukum acara pidana, acara pembuktian adalah dalam rangka

mencari kebenaran materiil dan KUHAP yang menetapkan tahapan dalam

mencari kebenaran sejati yaitu melalui:

a. Penyidikan.

1

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Yogyakarta: Rangkang

Education, 2013), hlm. 241.

2 Ebta Setiawan, arti atau makna pembuktian‛ dalam http:// KBBI.web.id/arti atau makna

pembuktian. diakses pada 10 Maret 2017.

Page 28: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

16

b. Penuntutan.

c. Pemeriksaan di persidangan.

d. Pelaksanaan, pengamatan, dan pengawasan.

Sehingga acara pembuktian hanyalah merupakan salah satu fase atau

prosedur dalam pelaksanaan hukum acara pidana secara keseluruhan. Yang

sebagaimana diatur di dalam KUHAP.3 Menurut J.C.T. Simorangkir, bahwa

pembuktian adalah usaha dari yang berwenang untuk mengemukakan kepada

hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang

bertujuan agar supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk

memberikan keputusan seperti perkara tersebut. Sedangkan menurut Darwan,

bahwa pembuktian adalah pembuktian bahwa benar suatu peristiwa pidana

telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakaukannya, sehingga harus

mempertanggungjawabkannya.

Menurut Sudikno Mertokusumo menggunakan istilah membuktikan,

dengan memberikan pengertian, sebagai berikut:4

a. Kata membuktikan dalam arti logis, artinya memberi kepastian yang

bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak

memungkinkan adanya bukti-bukti lain.

b. Kata membuktikan dalam arti konvensional, yaitu pembuktian yang

memberikan kepastian, hanya saja bukan kepastian mutlak melainkan

kepastian yang nisbi atau relatif, sifatnya yang mempunyai tingkatan

tingkatan:

1) Kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka, maka kepastian

ini bersifat intuitif dan disebut conviction intime.

2) Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal, maka disebut

conviction raisonnee.

3 Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-Alat Bukti (Jakarta: Ghalia,

1983), hlm. 12.

4 Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-Alat Bukti (Jakarta: Ghalia,

1983), hlm. 14.

Page 29: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

17

3) Kata membuktikan dalam arti yuridis, yaitu pembuktian yang

memberi kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu

peristiwa yang terjadi.

Hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana yang

mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang

dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara yang mengajukan bukti

tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai

suatu pembuktian. Adapun sumber-sumber hukum pembuktian adalah,

sebagai berikut:

a. Undang-undang.

b. Doktrin atau ajaran.

c. Yurisprudensi.5

Kekuatan pembuktian dalam hukum acara pidana terletak didalam

Pasal 183 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana, yang berbunyi :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada sesorang kecuali

apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa seorang hakim dalam

memutuskan suatu perkara pidana harus berdasarkan minimal dua alat bukti

yang sah. Apabila sebaliknya maka terdakwa tidak dapat diajutuhi hukuman

atas tindakannya.

Menurut Andi Hamzah, teori dalam sistem pembuktian, yakni sebagai

berikut:

a. Sistem atau teori berdasarkan Undang-undang secara positif (positive

wetteljik bewijstheorie).

b. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja

(conviction intime).

5 Hari Sasongko dan Lili Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana untuk

Mahasiswa dan Praktisi (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 10.

Page 30: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

18

c. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan

yang logis (laconviction raisonnee).

d. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan Undang-undang secara

negatif (negatief wettellijk bewijs theotrie).

Adapun pembahasan lebih lanjut mengenai keempat teori

dalam sistem pembuktian hukum acara pidana, sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh pakar ahli hukum pidana, yakni sebagai berikut:

a. Pembuktian menurut undang-undang secara positif (positive

wetteljik bewijstheorie).

Menurut Simons, bahwa sistem atau teori pembuktian berdasar

undang-undang secara positif (positif wettelijke bewijs theorie). “untuk

menyingkirkan semua pertimbangan subjektif hakim dan mengikat

hakim secara ketat menurut peraturan pembuktian yang keras”.6

b. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja (conviction intime)

Merupakan suatu pembuktian dimana proses-proses

menentukan salah atau tidaknya terdakwa semata-mata ditentukan oleh

penilaian keyakinan hakim. Seorang hakim tidak terikat oleh macam-

macam alat bukti yang ada, hakim dapat memakai alat bukti tersebut

untuk memperoleh keyakinan atas kesalahan terdakwa, atau

mengabaikan alat bukti dengan hanya menggunakan keyakinan yang

disimpulkan dari keterangan saksi dan pengakuan terdakwa.7

c. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim secara logis (conviction

raisonnee)

Bahwa suatu pembuktian yang menekankan kepada keyakinan

seoranng hakim berdasarkan alasan yang jelas. Jika sistem pembuktian

conviction intime memberikan keluasan kepada seorang hakim tanpa

adanya pembatasan darimana keyakinan tersebut muncul, sedangkan

pada sistem pembuktian conviction raisonnee merupakan suatu

6

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Yogyakarta: Rangkang

Education, 2013), hlm. 245.

7 Tolib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuan di

Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), hlm. 171.

Page 31: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

19

pembuktian yang memberikan pembatasan keyakinan seorang hakim

haruslah berdasarkan alasan yang jelas. Hakim wajib menguraikan dan

menjelaskan atas setiap alasa-alasan apa yang mendasari keyakinannya

atas kesalahan seorang terdakwa.

d. Pembuktian berdasarkan Undang-undang secara negatif (negatief

wettellijk bewijs theotrie).

Merupakan suatu percampuran antara pembuktian conviction

raisonnee dengan system pembuktian menurut undang-undang secara

positif. Rumusan dari sitem pembuktian ini adalah, salah atau tidaknya

seorang terdakwa ditentukan keyakinan hakim yang didasarkan kepada

cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

Adapun alat bukti yang sah sebagaimana diatur didalam pasal 184

ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana, yakni sebagai berikut:

a. Keterangan saksi.

b. Keterangan ahli.

c. Surat.

d. Petunjuk.

e. Keterangan terdakwa.

Kelima alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang

sama dalam persidangan acara pidana. tidak ada pembedaan antar masing-

masing alat bukti satu sama lain. Urutan sebagaimana yang diatur didalam

pasal tersebut hanyalah urutan sebagaimana dalam pemeriksaan

persidangan.

2. Macam-Macam Pembuktian

Bukti res upsa loquiter adalah fakta berbicara atas dirinya sendiri. Dan

bukti res upsa loquiter ada tiga macam, yaitu:

1. Barang hasil kejahatan dan penipuan.

Jika suatu barang berada dalam kekuasaan seseorang lalu indikasi-

indikasi yang nyata menunujukkan barang tersebut hasil kejahatan atau

Page 32: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

20

penipuannya, maka pengakuan orang yang menguasainya sebagai barang

miliknya tidak dapat diterima.

2. Barang itu diketahui milik sah orang yang menguasainya.

Jika diketahui sesuatu barang yang berada dalam kekuasaan seseorang

sebagai miliknya yang sah, maka gugatan orang terhadapnya tidak diterima.

Jika kita mempertimbangkan lamanya waktu kedaluwarsa, maka Ibnu

Qayyim, Ibnu Wahab, Ibnu Abdul Hakim, dan Ashbagh, menentukan bahwa

lamanya waktu kedaluwarsa itu sepuluh tahun.

3. Bukti Res Upsa Loquiter Yang Mengandung Dua Kemungkinan.

Bukti res upsa loquiter ada yang mengandung dua kemungkinan, yaitu

kemungkinan ia milik sah pihak yang menguasainya, dan kemungkinan

penguasaannya iru dilakukan secara melawan hukum. Dalam hal yang

demikian, maka gugatan dapat didengar berdasarkan bukti-bukti yang

diajukan oleh penggugat. Dan jika tidak ada bukti lawan yang lebih kuat,

maka barang itu ditetapkan milik penggugat, karena syari'at tidak mengubah

barang yang berada dalam kekuasaan seseorang yang diakui oleh adat dan

oleh rasa hukum masyarakat setempat dinyatakan sebagai miliknya, untuk

dinyatakan sebagai miliknya yang tidak sah.

Muncullah suatu sistem yang bukan berdasarkan keyakinan Individu

seorang hakim yang bebas menentukan putusan buat terdakwa. Teori ini

disebut teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis.

Dalam teori ini terdapat suatu system, di mana hakim dapat memutuskan

seseorang bersalah berdasarkan alat-alat bukti yang berlandaskan kepada

peraturan pembuktian tertentu.

Jadi dalam hal ini putusan hakim tersebut dijatuhkan dengan suatu

motivasi.8 Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas

karena hakim bebas untuk menyebutkan alasan-alasan keyakinannya. Sistem

ini kemudian terpecah menjadi dua jurusan, antara lain:

8

Hendrastanto Yudowidagdo, Kapita Selekta Hukum Acara Pidana di Indonesia,

(Jakarta: Melton Putra, 1987), hlm. 240.

Page 33: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

21

1. Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang

logis.

2. Sistem pembuktian yang logis berdasarkan Undang-Undang secara

negatif.

Kedua jurusan tersebut jelas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan

hakim telah dibatasi dengan suatu ketentuan tidak bebas seperti dalam sistem

sebelumnya, sehingga tidak memberi kesempatan kepada terdakwa untuk

membela hak asasinya sebagai tersangka. Dimana batasan-batasan tersebut

dapat dibedakan, antara lain:

1. Batasan kekuasaan yang berpangkal tolak pada keyakinan yang

berdasarkan alasan logis.

2. Batasan kekuasaan yang berpangkal tolak pada keyakinan berdasarkan

kepada Undang-Undang.

Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana B.

Hukum pembuktian merupakan seperangkatan kaidah hukum yang

mengatur tentang pembuktian, yakni segala proses dengan menggunakan alat-alat

bukti yang sah, dan dilakukan dengan tindakan-tindakan dengan prosedur khusu

guna mengetahui fakta-fakta yuridis di persidangan, sistem yang dianut dalam

pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta

kewenangan hakim menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian.9

Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses

pemeriksaan sidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan nasib terdakwa.

Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentunkan dengan undang-

undang “tidak cukup” membuktikan kesalahan yang di dakwakan kepada

terdakwa, terdakwa “dibebaskan” dari hukuman sesuai pasal 191 (1) KUHAP

yang berbunyi: Jika pengadilan berpendapat bahwa hasil pemeriksaan di sidang

kesalahan terdakwa atas perbuatannya yang didakwakan kepadanya tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa di putus bebas.

9 Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di Indonesia

(Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011) hlm. 21.

Page 34: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

22

Sebaliknya, kalau kesalahan dakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti

yang sebut dalam pasal 184, terdakwa dinyatakan “bersalah”. Kepadanya akan

dijatuhkan hukuman, yang sesuai dengan pasal 193 (1) KUHAP yang berbunyi:

jika pengadilan yang berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh

karena itu, hakim harus hati-hati, cermat, dan matang menilai serta

mempertimbangkan nilai pembuktian. Meneliti sampai dimana batas minimum

“kekuatan pembuktian” atau bewijs kracht dari setiap alat bukti yang disebut

dalam pasal 184 KUHAP. Tujuan dan kegunaan pembuktian bagi para pihak yang

terlibat dalam proses pemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut:

1. Bagi penuntut umum, pembuktian adalah merupakan usaha untuk

meyakinkan hakim, yakni berdasarkan alat bukti yang ada agar menyatakan

seorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan.

2. Bagi terdakwa atau penasihat hukum, pembuktian adalah merupakan usaha

sebaliknya untuk meyakinkan hakim, yakni berdasarkan alat bukti yang ada

agar menyatakan seorang terdakwa dibebaskan atau dilepaskan dari tuntunan

hukum atau meringankan pidananya. Untuk itu, terdakwa atau penasihat

hukum jika mungjin harus mengajukan alat-alat bukti yang menguntungkan

atau meringankan pihaknya. Biasanya, bukti tersebut bukti kebalikan.

3. Bagi hakim, atas dasar pembuktian tersebut, yakni dengan adanya alat-alat

bukti yang ada dalam persidangan, baik yang berasal dari penuntut umum

maupun penasihat hukum atau terdakwa dibuat atas dasar untuk memuat

keputusan.10

Kedudukan Saksi dalam Hukum Acara Pidana C.

Pengertian keterangan saksi sebagaimana yang diatur di dalam pasal 1 ayat

(27) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Bahwa

“keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa

keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia

10

Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di

Indonesia (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011) hlm. 25.

Page 35: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

23

lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuan itu”

Sebagaima yang telah dijelaskan diatas bahwa diakatakan sebagai seorang saksi

memiliki tiga kriteria yakni:11

1) dengar sendiri.

2) lihat sendiri.

3) alami sendiri.

Sebagai alat bukti, tidak semua keterangan saksi dapat di nilai sebagai alat

bukti dalam suatu persidangan, terdapat syarat-syarat tertentu agar keterangan

saksi dapat di nilai sebagai alat bukti di dalam persidangan untuk membuat

ketarangan dalam suatu perkara. Adapun syarat-syarat tersebut yakni sebagai

berikut:

1) dinyatakan di dalam sidang pengadilan secara langsung.

2) keterangan tersebut diberikan di bawah sumpah.

3) keterangan seorang saksi bukan saksi, bahwa pada prinsipnya KUHAP

mensyaratkan lebih dari seorang saksi, akan tetapi prisip ini dapat

disimpangi apabila keterangan seorang saksi tersebut didukung oleh alat

bukti yang lainnya.

4) Dalam hal keterangan saksi yang berdiri sendiri tentang suatu kejadian

atau keadaan dapat dinilai sebagai alat bukti apabila keterangan para saksi

tersebut saling terkait dan berhubungan satu dengan lainnya.

5) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan saksi lainnya.

6) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lainnya.

7) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya

dapat mempengaruhi atau tidaknya keterangan itu dipercaya patut

dipertimbangkan oleh hakim dalam menilai keterangan saksi.

Saksi menurut sifatnya dalam sidang pembuktian dapat dibagi menjadi dua

golongan , yaitu sebagai berikut:12

11

Tinjau lebih dalam Pasal 1 ayat (2) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana. 12

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Yogyakarta: Rangkang

Education, 2013), hlm. 254-255.

Page 36: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

24

a) Saksi a charge (saksi yang memberatkan terdakwa) Saksi ini adalah saksi

yang telah dipilih dan diajukan oleh penuntut umum, dengan keterangan

atau kesaksian yang diberikan akan memberatkan terdakwa, sebagaimana

yang diatur di dalam Pasal 160 Ayat (1) Huruf C Undang-undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

b) Saksi a de charge (saksi yang meringankan atau mengutungkan terdakwa)

Saksi ini dipilih atau diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa atau

penasihat hukum, yang mana keterangan atau kesaksian yang diberikan

akan meringankan atau mengutungkan terdakwa, sebagaimana yang diatur

di dalam Pasal 160 Ayat (1) Huruf C Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Kedudukan Saksi Ahli/ keterangan ahli menurut Hukum Acara Pidana D.

Kehadiran seorang ahli dalam memberikan keterangan suatu penyidikan

terjadinya tindak pidana menjadi sangat penting dalam semua tahap-tahap

penyidikan, baik dalam tahap penyelidikan, penindakan, pemeriksaan maupun

penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Tanpa kehadiran seorang ahli

dalam memberikan atau menjelaskan suatu masalah akandapat dibayangkan

bahwa penyidik akan mengalamai kesulitan dalam usaha mengungkap suatu

tindak pidana, terutama tindak pidana berdimensi tinggi.

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang

memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang

suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan suatu perkara (Pasal 1 Ayat

28 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana).

Pengaturan dalam Kitab Undang Hukum Acara Pidana tidak mensyaratkan dalam

mengkualifikasi sebagai ahli, namun beberapa pasal dalam KUHAP telah

mengkualifikasikan.13

Kedudukan keterangan ahli sebagai alat bukti tersebut sama dengan

kedudukan saksi lainnya, yakni sebagai alat bukti yang sah menurut undang-

13

Tolib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuan

di Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), hlm. 176.

Page 37: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

25

undang. Penentuan sebagai seorang ahli dalam persidangan ditentukan diputuskan

oleh hakim dengan proses pemeriksaan pendahuluan.14

Menurut A Nasution bahwa pengertian tentang ahli tidak harus merujuk

pada sesorang yang memperoleh pendidikan khusus atau orang-orang yang

mempunyai ijazah tertentu. Setiap orang menurut hukum acara pidana dapat

diangkat sebagai ahli, asal saja mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang

khusus mengenai sesuatu hal, atau memiliki pengetahuan atau pengalaman

tentang hal tersebut.15

Seorang ahli forensik tidak mesti menyaksikan atau mengalami peristiwa

secara langsung suatu tindak pidana, akan tetapi berdasarkan keahlian,

ketrampilan, pengalaman maupun pengetahuan yang ia miliki dapat memberikan

keteranganketerangan sebab akibat suatu peristiwa atau fakta tertentu dari alat

bukti yang ada, kemudian menyimpulkan pendapatnya untuk membantu membuat

terangnya suatu perkara.

Dalam hal saksi ahli tanpa dasar yang sah menolak untuk bersumpah atau

berjanji, maka pemeriksaan tetap dilakukan, sedangkan saksi ahli dengan surat

penetapan hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan

Negara paling lama 14 hari (Pasal 161 ayat (1) dan (2) KUHAP). Sesuai ketentuan

pasal ini keterangan ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji tidak dapat

dianggap sebagai alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam pasal 184 ayat

(1) huruf b KUHAP, tetapi hanyalah keterangan yang dapat menguatkan

keyakinan hakim.

Persyaratan dan kriteria sebagai seorang saksi ahli tidak diatur lebih lanjut

dalam KUHAP. Seseorang dapat menjadi saksi ahli apabila mempunya keahlian

khusus dibidangnya, keahlian khusus tersebut dapat diperolehnya baik itu dari

pendidikan formal ataupun dari pendidikan non formal, nantinya pertimbangan

hakim berdasarkan pertimbangan hukum yang menentukan seseorang tersebut

14

Harrys Pratama dan Usep Saepullah, Hukum Acara Pidana Khusus (Penundaan

Eksekusi Mati Bagi Terpidana Mati di Indonesia, Kasus Tipikor, Narkoba, Teroris, Pembunuhan,

dan Politik) (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm. 235.

15 Tolib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuan

di Indonesia), hlm. 176.

Page 38: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

26

dapat dikatakan menjadi saksi ahli. Namun biasanya, latar belakang pendidikan

dan sertifikasi yang dimiliki seseorang serta pengalaman yang dimilikinya dapat

menjadi pertimbangan oleh hakim. Sebagai contoh hakim akan

mempertimbangkan seseorang dapat dikatakan sebagai saksi ahli digital forensik

apabila ia mempunyai sertifikasi di bidang digital forensik dan banyak berurusan

di dunia digital forensik tersebut. Debra Shinder mengungkapkan beberapa faktor

dan kriteria yang harus dimiliki oleh saksi ahli, antara lain adalah:

1) Gelar pendidikan tinggi atau pelatihan lanjutan di bidang tertentu.

2) Mempunyai spesialisasi tertentu.

3) Pengakuan sebagai guru, dosen, atau pelatih di bidang tertentu.

4) Lisensi Profesional, jika masih berlaku.

5) Ikut sebagai keanggotan dalam suatu organisasi profesi, posisi

kepemimpinan dalam organisasi tersebut lebih bagus.

6) Publikasi artikel, buku, atau publikasi lainnya, dan bisa juga sebagai

reviewer. Ini akan menjadi salah satu pendukung bahwa saksi ahli

mempunyai pengalaman jangka panjang.

7) Sertifikasi teknis.

8) Penghargaan atau pengakuan dari industri. Namun apabila kehadiran

seorang saksi ahli dalam persidangan tersebut kapabilitasnya atau hasil

keterangan ahlinya diragukan oleh salah satu pihak, maka pihak tersebut

dapat mengajukan keberatan kepada hakim untuk selanjutnya berdasarkan

penilaian hakim untuk menerima keberatan tersebut atau tidak. Dan jika

keberatan tersebut diterima, maka harus dicari saksi ahli lain yang lebih

mempunyai kapabilitas tersebut. Oleh karena itu, pemilihan seorang saksi

ahli harus selektif sehingga hasil kesaksiannya tidak diragukan.

Teori Pembuktian Menurut Hukum Acara Pidana Islam E.

Pembuktian Dalam Hukum Acara Pidana Islam 1.

Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Islam disebut juga dengan

al-bayyinah, secara etimologi berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menjelaskan yang hak (benar). Al-bayyinah di

Page 39: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

27

definisikan oleh para ulama fiqh sesuai dengan pengertian etimologisnya,

secara terminologi adalah membuktikan suatu perkara dengan mengajukan

alasan dan memberikan dalil sampai kepada batas meyakinkan.

Menurut Hasbi As-Shidiqiy, membuktikan suatu perkara adalah:

“memberikan keterangan dan dalil hingga dapat menyakinkan orang lain”.16

Menurut Sobhi Mahmasoni yang ditulis oleh Anshoruddin, yang dimaksud

dengan membuktikan suatu perkara adalah: “Mengajukan alasan dan

memberikan dalil sampai kepada batas yang meyakinkan”. Yang dimaksud

menyakinkan ialah apa yang menjadi ketetapan atau keputusan atas dasar

penelitian dan dalil-dalil itu.17

Karena itu hakim harus mengetahui apa yang

menjadi gugatan dan mengetahui hukum allah terhadap gugatan itu, sehingga

keputusan hakim benar-benar mewujudkan keadilan.

Menurut Roihan yang di maksud dengan membuktikan suatu perakara

adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang

dikemukakan di muka persidangan dalam suatu perkara.18

Dalam sistem

pembuktian, yaitu pengaturan tentang macam- macam alat bukti yang boleh

dipergunakan, penguraian alat bukti dan cara-cara bagaimana alat bukti

tersebut dipergunakan dan bagaimana hakim harus membentuk

keyakinannya.19

Dimana hakim agar dapat menyelesaikan perkara yang

diajukan kepadanya dan penyelesaian itu memenuhi tuntutan keadilan, maka

wajib mengetahui hakekat dakwaan atau gugatan, dan mengetahui hukum

Allah terhadap kasus tersebut.

Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah alat bukti adalah bukti yang

diajukan di depan pengadilan untuk menguatkan gugatan. Untuk memberikan

dasar kepada hakim akan kebenaran peristiwa yang didalilkan para pihak yang

16

Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), hlm. 129. 17

Anshoruddin, Hukum Pembuktian menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 114.

18 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: Raja Grafindo, 2015),

hlm. 144.

19 Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana (Surabaya:

Sinar Wijaya, 1996), hlm. 7.

Page 40: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

28

dibebani pembuktian diwajibkan mengajukan alat-alat bukti untuk

membuktikan peristiwa-peristiwa di muka persidangan. Suatu persengketaan

atau perkara tidak bisa diselesaikan tanpa adanya alat bukti, artinya kalau

gugatan penggugat tidak berdasarkan bukti maka perkara tersebut akan

diputus juga oleh hakim tetapi dengan menolak gugatan karena tidak terbukti.

Menurut Nashr Fariid washil yang dikutip oleh Anshoruddin macam-

macam alat bukti ada sebelas dengan urutan sebagai berikut:

a. Pengakuan.

b. Saksi.

c. Sumpah.

d. Pengambilan sumpah.

e. Penolakan sumpah.

f. Tulisan.

g. Saksi ahli.

h. Qorinah.

i. Pendapat ahli.

j. Pemeriksaan setempat.

k. Permintaan orang yang bersengketa.

Sedangkan menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah macam-macam

alat bukti ada dua puluh eman dengan urutan sebagai berikut:20

a. Fakta yang berbicara atas dirinya sendiri yang tidak memerlukan

sumpah.

b. Pengingkaran penggugat atas jawaban tergugat.

c. Fakta yang berbicara atas dirinya sendiri disertai sumpah

pemegangnya.

d. Pembuktian dengan penolakan sumpah belaka.

e. Penolakan sumpah dan sumpah yang dikembalikan.

f. Saksi satu orang laki-laki tanpa sumpah penggugat.

g. Saksi satu orang laki-laki dengan sumpah dengan sumpah penggugat.

20

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam. (Jakarta: Sinar Grafika,

2005), hlm. 194-365.

Page 41: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

29

h. Keterangan saksi satu orang laki-laki dan dua orang perempuan.

i. Keterangan saksi satu orang laki-laki dan penolakan tergugat untuk

bersumpah.

j. Keterangan saksi/ dua orang perempuan dan sumpah penggugat.

k. Saksi dua orang perempuan tanpa sumpah.

l. Saksi tiga orang laki-laki.

m. Saksi empat orang laki-laki.

n. Kesaksian budak.

o. Kesaksian anak-anak di bawah umur (sudah mumayyiz).

p. Kesaksian orang yang fasiq.

q. Kesaksian orang non muslim.

r. Bukti pengakuan.

s. Pengetahuan hakim.

t. Berdasarkan berita mutawatir.

u. Berdasarkan berita tersebar (khobar istifadloh).

v. Berdasarkan berita orang perorangan.

w. Bukti tulisan.

x. Berdasarkan indikasi-indikasi yang nampak.

y. Berdasarkan hasil undian.

z. Berdasarkan penelusuran jejak.

Dasar Hukum Pembuktian 2.

Dalam hukum Islam terdapat banyak ayat al-Qur'an sebagai landasan

berpijak tentang pembuktian. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Artinya : “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-

orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)

seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,

Page 42: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

30

supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya”. (QS. Al-

Baqarah : 282)

Dan firman Allah SWT:

Artinya : "kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada

mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu)

bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu)".

(QS. An-Nisa' : 6)

Firman Allah SWT:

Artinya : "dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil

diantara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.”

(Q.S Ath-Thalaq : 2)21

Saksi Ahli Dalam Hukum Acara Pidana Islam 3.

Saksi Ahli adalah setiap pendapat orang yang mempunyai keahlian

dalam bidang tertentu, dan hakim boleh meminta bantuan kepadanya dalam

berbagai masalah yang dihadapi agar lebih terang dan memperoleh kebenaran

yang meyakinkan. Lalu menurut pendapat lain Saksi Ahli ialah kesaksian

mengenai sesuatu yang khusus diketahui oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dan

kedokteran seperti mengenai luka yang telah terbelah sampai menampakkan

tulang, dan yang serupa, kemudian obat-obatan yang hanya diketahui oleh

para dokter, obat-obatan hewan yang hanya diketahui oleh para dokter hewan,

dan lain sebagainya. Maka, dalam hal-hal tersebut, kesaksian satu orang ahli

21

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika Offset), hlm. 231.

Page 43: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

31

dibidangnya dapat diterima, apabila tidak didapati yang selainnya. 22

Sedangkan menurut Roihan A. Rasyid Saksi Ahli merupakan bantuan dari

orang ketiga, yaitu dari orang yang ahli pada bidangnya untuk memperoleh

kejelasan objektif bagi hakim, atas peristiwa yang dipersengketakan dalam

suatu perkara.

Inisiatif untuk meminta bantuan seorang pendapat ahli atau beberapa

orang pendapat ahli, bisa datang dari hakim atau dari orang yang berperkara,

misalnya untuk menetapkan harga tanah dan nilainya, dan atas keterangan nya

wajib disumpah dimuka hakim. Misalnya pendpat ahli di bidang Hukum,

kedokteran, di bidang teknologi, di bidang pertanian, tanaman, tanah dll.

Keterangan saksi ahli diberikan secara lisan di depan sidang tetapi ada

pula yang diberikan secara tertulis yang kemudian dibacakan di depan sidang.

Karena dibacakan di depan sidang maka statusnya sama dengan keterangan

lisan di depan sidang. Hasil pemeriksaan dokter misalnya, biasanya selalu

diberikan dengan tertulis dan ditandatangani oleh tim. Jika hakim setuju

dengan pendapat ahli tersebut maka pendapat itu diambil alih oleh hakim dan

dianggap sebagai pendapatnya sendiri. Jadi pendapat saksi ahli tersebut, hakim

bebas menilai pendapat ahli yang disetujui, lalu di jadikan sebagai pendapat

hakim itu sendiri, dapat dijadikan dasar pemutus. Itulah sebabnya keterangan

ahli dijadikan sebagai salah satu alat bukti.

Dasar hukum terhadap perlunya meminta keterangan pendapat ahli,

telah terjadi pada masa Rasulullah Saw, beliau senang mendengarnya dan

bahkan memberitahukannya kepada Aisyah (isterinya) seperti diriwayatkan

dalam kitab Shahih Muslim sebagai berikut:

الله عائشت ع ا اانج د دلم رض ع عه له الله الله صهرسه سهى عهي را , يسر

حبرق ج حر انى فقال . اساريره سزا أ ج د يه ه نج ان فرا زي دا اهسايت دلم عه

22

Ibnu Qayyim Al- Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam (Jakarta: Sinar Grafika,

2005), hlm. 227.

Page 44: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

32

ا عهي ت ا بدث رء سا غطيا اد فطي , أاداي ا ي الا ا داو بعضه د فقال د ا

( يسهى را) بع ض 23

Artinya: “Dari Aisyah, dia berkata: Rasulullah saw menemuiku dan

nampak air mukanya memancarkan kegembiraan yang sangat dalam,

kemudian beliau bersabda: “Wahai Aisyah, tidaklah kamu melihat si

pembantai landak (ahli menelusuri jejak) telah masuk dan melihat Usmah dan

Zaid berbaring, ketika dia melihat keduanya terbaring dengan kepala tertutup

kain dan kakinya terbuka, dia berkata, telapak kaki- telapak kaki ini,

sebagiannya dari sebagian yang lain”. (H.R. Muslim)

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa penelusuran jejak telapak

kaki adalah memberi faedah ketetapan nasab, sehingga Rasulullah Saw, sangat

bergembira mendengar ucapan pendapat ahli penelusuran jejak telapak kaki

tersebut, dan ini merupakan pengakuan beliau serta merestui kesaksiannya.

Sekiranya penelusuran jejak telapak kaki perkara bathil, tentu beliau tidak akan

mengakuinya dan tidak pula merestuinya.

Dasar Hukum mengenai perlunya meminta keterangan atau pendapat

ahli dalam Al-Qur‟an surat An- Nahl ayat 43 berbunyi:

Artinya: ”Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-

orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada

orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Kedudukan Saksi Dalam Hukum Acara Pidana Islam 4.

Saksi atau al-shahâdah yaitu orang yang mengetahui atau melihat,

yaitu orang yang diminta hadir dalam suatu persidangan untuk memberikan

keterangan yang membenarkan atau menguatkan bahwa peristiwa itu terjadi.

23

Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dâr al-Muassat al-Risâlah, t.th), no.

Hadits. 1275, hlm. 365.

Page 45: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

33

Kesaksian dalam Hukum Peradilan Acara Islam dikenal dengan

sebutan al-shahadah, menurut bahasa antara lain artinya:

a. Pernyataan atau pemberitaan yang pasti.24

b. Pemberitahuan seseorang tentang apa yang ia ketahui dengan lafadz

“aku menyaksikan” atau “aku telah menyaksikan” (asyhadu atau

shahadtu).

Sedangkan menurut syara‟ kesaksian adalah pemberitaan yang pasti

yaitu ucapan yang keluar yang diperoleh dengan penyaksian langsung atau

dari pengetahuan yang diperoleh dari orang lain karena beritanya telah

tersebar. Definisi lain juga dpat dikemukakan dengan pemberitaan akan hak

seseorang atas orang lain dengan lafat kesaksian di depan sidang pengadilan

yang diperoleh dari penyaksian langsung bukan karena dugaan atau

perkiraan. Lalu Ibnu Imam Taqiyuddin Abi Bakar dalam kitab Kifayatul

Akhyar menyatakan bahwa syahadah adalah khabar atau sesuatu yang telah

dilihat.25

Menurut istilah fuqaha bayyinah dengan syahadah sama artinya

yaitu kesaksian, tetapi Ibnu Qoyyim mengartikan bayyinah dengan segala

yang dapat menjelaskan perkara, Memberikan kesaksian asal hukumnya

fardhu kifayah, artinya jika dua orang telah memberikan kesaksian maka

semua orang telah gugur kewajibannya. Dan jika semua orang menolak tidak

ada yang mau untuk menjadi saksi maka berdosa semuanya, karena maksud

kesaksian itu adalah untuk memelihara hak.26

Hukumnya dapat beralih

menjadi fardhu „ain, jika tidak ada lagi orang lain selain mereka berdua yang

mengetahui suatu kasus itu. Terhadap saksi seperti ini, jika menolak untuk

menjadi saksi, maka boleh dipanggil paksa.

24

Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum keluarga, Hukum Pembuktian menurut BW ( Jakarta:

Bina Aksara, 1986), hlm. 203. 25

Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Khifayatul Akhyar , Juz 1-2

(Semarang: Cipta Grafik, t.t), hlm. 275.

26 Anshoruddin, Hukum Pembuktian menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif ,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 74.

Page 46: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

34

Dasar hukum kewajiban menjadi saksi dalam persidangan didasarkan

dalam firman Allah Al-Baqarah ayat (2) 282 yang berbunyi:27

ا داءه إذا يا دهعه لا يأ ب انش ) ٢٧٢ انبقرة ( ….

Artinya: “Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka di panggil”

Selain itu dasar hukum untuk menjadi saksi didasarkan pada hadits

Nabi yang berbunyi:

يا ه انشادة ا ه اال د يان كبائر كخ ه اه ه ع الله عباش رض اب ع ره

Artinya: “apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai

kepadanya, bahwa ia berkata, tergolong dosa besar yaitu orang yang

menyembunyikan kesaksian".

Seseorang yang hendak memberikan kesaksian menurut Abdul Karim

Zaidan yang dikutip oleh Anshoruddin harus dapat memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Dewasa.

b. Berakal.

c. Mengetahui apa yang disaksikan.

d. Beragama islam.

e. Adil.

f. Saksi itu harus dapat melihat.

g. Saksi itu harus dapat berbicara.

Nashir Farid Wahil, menambahkan tidak adanya paksaan. Dan Sayyid

Sabiq, menambahkan pula yaitu saksi harus memiliki ingatan yang baik dan

bebas dari tuduhan negatif (tidak ada permusuhan).28

Syarat tidak adanya

paksaan bagi saksi maksudnya orang yang memberikan kesaksian atas dasar

intimidasi demi orang lain bisa mendorongnya untuk mempersaksikan hal

yang bukan pengetahuanya. Oleh karenanya dapat mempengaruhi

kepercayaan terhadap kesaksiasnnya.

27

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 28

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Semarang: Cipta Grafik, 2008), hlm. 63.

Page 47: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

35

Anshoruddin mengungkapkan masalah saksi yang hanya dianggap

penting saja antara lain:

a. Saksi satu orang laki-laki tanpa dikuatkan dengan sumpah salah satu

pihak berperkara.

b. Saksi satu orang laki-laki dikuatkan dengan sumpah.

c. Saksi non muslim.

d. Saksi istifadlah (berita tersebar atau testimonium de auditu).

e. Saksi wanita.

Page 48: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

36

BAB III

REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM

KASUS PERZINAAN MENURUT HUKUM POSITIF

A. Pandangan Hukum Positif Mengenai Alat Bukti Elektronik Rekaman

Video

1. Pengertian Alat Bukti Elektronik

Perkembangan teknologi tidak mengurangi perkembangan tindak pidana.

Justru dengan adanya teknologi setiap tindak pidana dapat dilakukan hampir

disetiap kesempatan. Pengaturan regulasi hukum terkait tindak pidana bidang

elektronik atau yang disebut dengan cyber crime, masih dirasa sangat minim.

Bahkan interpretasi dilakukan dengan mengaitkan beberapa aturan hukum yang

lama. Rapin Mudiardjo menyebutkan bahwa penggunaan data elektronik

sebagai alat bukti di pengadilan nampaknya masih dipertanyakan validitasnya.

Dalam praktek pengadilan di Indonesia, penggunaan data elektronik sebagai alat

bukti yang sah memang belum biasa digunakan. Padahal di beberapa negara,

data elektronik dalam bentuk e-mail sudah menjadi pertimbangan bagi hakim

dalam memutus suatu perkara (perdata maupun pidana).1 Kiranya, tidak perlu

menunggu lama agar persoalan bukti elektronik, termasuk e-mail, untuk

mendapatkan pengakuan secara hukum sebagai alat bukti yang sah di

pengadilan, Dalam penjelasan UU ITE, paragraf kedua menegaskan Saat ini

telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau

hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan

untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan

dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika.

Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of

information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum

mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan

1 Syaibatul hamdi, “Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Pidana,” Jurnal Ilmu

Hukum. Vol. 1. No. 4, November 2013

Page 49: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

37

melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup

lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi

berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat

secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika

terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara

elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan

perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.2

2.Pengertian Alat Bukti Rekaman Video

Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah penerapan teknologi

perekam video dalam pengungkapan tindak pidana. Kamera perekam (bahasa

Inggris: Camera Recorder, disingkat Camcorder) adalah sebuah alat elektronik

yang menggabungkan kamera video dan perekam video ke dalam satu unit.

Tampaknya tidak ada aturan khusus yang mengatur nama dari alat ini. Dari segi

pemasaran alat ini diberi nama camcorder atau camera recorder (kamera

perekam), namun jika dilihat dari konten serta fungsinya alat ini lebih dikenal

dengan kamera perekam video. Dalam rangka untuk membedakan kamera

perekam dengan alat lain yang memiliki fungsi sebagai perekam video, seperti

ponsel dan kamera digital, kamera perekam umumnya diidentifikasi sebagai

perangkat portabel, dengan aplikasi pengambil dan perekam video sebagai

fungsi utamanya.

Penerapan teknologi ini merupakan kemajuan dari penegakan hukum

dan salah satu wujud Asas Presumption of Innocent yang diartikan sebagai Asas

Praduga Tidak Bersalah artinya, seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada

putusan pengadilan yang menyatakan bersalah dan mempunyai kekuatan hukum

tetap, dengan adanya rekaman video tersebut, akan membuat penyidik lebih

yakin bahwa sesorang tersebut bersalah dan sebagai bukti permulaan yang

cukup, sehingga meminimalisir penyelewengan Asas Presumption of Innocent.

Dalam penegakan hukum di Indonesia dikenal mengenai alat bukti yang diatur

2 Syaibatul hamdi, “Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Pidana,” Jurnal Ilmu

Hukum. Vol. 1. No. 4, November 2013

Page 50: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

38

didalam beberapa undang-undang yang bernafaskan pidana khusus (lex spesialis

derogat legi generali), misalnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang khusus tersebut sudah

diatur mengenai alat bukti rekaman data elektronik ini, namun bagaimana

dengan tindak pidana umum yang acara pidananya menggunakan KUHAP.

Pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa alat bukti yang diterima

oleh Pengadilan dalam pembuktian bersifat limitatif terhadap hal-hal sebagai

berikut :

a. Keterangan saksi.

b. Keterangan ahli.

c. Surat.

d. Petunjuk.

e. Keterangan terdakwa.

Selain alat bukti yang ditetapkam undang-undang tersebut, alat bukti

apapun tidak sah. Maka dari itu, dengan diakomodasinya penggunaan dokumen

elektronik sebagai alat bukti dalam Undang-Undang yang bersifat khusus atau

lex spesialis derogat legi generali. Misalnya dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

Merupakan langkah maju dalam penegakan hukum di Indonesia. Sayangnya,

ketentuan tersebut khusus (Lex Specialist) diperuntukkan bagi tindak pidana

yang diatur dalam undang-undang tersebut. Sehingga alat bukti rekaman, video,

sms, email, dan lain-lain tidak bisa digunakan untuk pembuktian tindak pidana

umum. Melihat dari realitanya, maka hasil rekaman video tindak kejahatan.

Tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti didalam peradilan umum, karena

didalam pasal 184 ayat 1 KUHAP telah diatur alat bukti secara secara limitatif,

sehingga hasil rekaman video hanya dapat digunakan sebagai alat bukti petunjuk

untuk melengkapi alat bukti lain yang tidak dapat berdiri sendiri, yang dipakai

hakim sebagai alat bukti petunjuk. Terhadap alat bukti petunjuk dituntut

kecermatan dan ketelitian seorang hakim di dalam memberikan penilaiannya,

Page 51: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

39

terutama terhadap ada atau tidak adanya persesuaian antara suatu kejadian atau

keadaan yang berkaitan dengan tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan

jaksa penuntut umum (JPU). Sudah tentu untuk kesempurnaan pembuktian

melalui bukti elektronik (electronic evidence) sehingga hakim memiliki

keyakinan atas terjadinya suatu tindak pidana dan seseorang adalah pelakunya,

hakim memerlukan bantuan seorang ahli (keterangan ahli), kecuali pelaku

tersebut mengakuinya bahwa suara dan orang didalam gambar yang

diperdengarkan dimuka sidang pengadilan adalah suara dirinya.3 Setelah hakim

memiliki keyakinan, maka hakim akan menjatuhkan pidana kepada terdakwa

sesuai dengan perbuatanya.

B. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik dalam Persidangan

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, alat bukti

yang sah ialah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan

terdakwa, dan dengan sistem pembuktian negatife wetterlijke dalam persidangan

pidana. Maka, ketentuan tersebut menempatkan hakim sebagai pemutus perkara

bahwa dalam membuktikan suatu tindak pidana diharuskan ada dua alat bukti

yang disertai dengan keyakinan hakim. Klasifikasi mengenai alat elektronik

sebagai alat bukti dalam persidangan pidana telah ditentukan muatannya dalam

UU ITE. Kemudian dalam RUU-KUHAP juga direncanakan akan diakomodirnya

pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan pidana. Menurut

penjelasan pasal 177 ayat (1) huruf c RUU KUHAP yang dimaksud dengan “bukti

elektronik” adalah informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan

secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, termasuk setiap

rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar yang

dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana baik yang tertuang di

atas kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun yang terekam secara

elektronik yang berupa tulisan, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka,

atau perforasi yang memiliki makna.

3

Alat Bukti Rekaman dalam http://www.tokoh indonesia.com/publikasi/article/322

opini/2434- rekaman-perkara-korupsi.diunduh kamis 19 Desember 2019 pukul 16:15.

Page 52: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

40

Andi Hamzah menjelaskan bahwa yang termasuk alat bukti surat,

diantaranya yaitu pesan pendek melalui SMS (Short Message Services), surat

elektronik (e-mail) dan data dalam VCD serta CD, seperti halnya keterangan

saksi, alat bukti surat tidak dapat berdiri sendiri kecuali diperkuat dengan alat

bukti lain. Jadi tidak serta merta alat bukti surat elektronik (e-mail) karena tidak

ditegaskan secara spesifik sehinggatidak bisa diterima sebagai alat bukti yang sah

di pengadilan. Secara hukum, sepanjang tidak ada penyangkalan terhadap isi dari

dokumen, surat elektronik (e-mail) tersebut harusnya diterima layak bukti tulisan

konvensional, Untuk kesempurnaan pembuktian melalui bukti elektronik

(electronic evidence) sehingga hakim memiliki keyakinan atas terjadinya suatu

tindak pidana dan seseorang adalah pelakunya, hakim memerlukan bantuan

seorang ahli (keterangan ahli), kecuali pembicara dalam rekaman tersebut

mengakuinya bahwa suara yang diperdengarkan di muka sidang pengadilan

adalah suara dirinya sendiri.

Dalam praktik hukum, penggunaan alat perekam dan hasil rekaman telah

merupakan bagian dari proses projustisia perkara pidana.4 Di dalam KUHAP tidak

diatur mengenai hasil rekaman sebagai alat bukti (Pasal 184) kecuali keterangan

saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Di dalam UU

No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi ditegaskan, setiap orang dilarang

melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan

telekomunikasi dalam bentuk apa pun (Pasal 40) kecuali untuk keperluan proses

peradilan pidana rekaman pembicaraan melalui jaringan telekomunikasi tidak

dilarang (Pasal 42 ayat [2]). Dalam UU No. 20 Tahun 2001 Perubahan atas UU

No. 31 Tahun l999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi hasil rekaman

termasuk alat bukti petunjuk, Pasal 26 A UU tersebut memperluas bukti petunjuk,

termasuk alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau

disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, dan

dokumen, yaitu setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan

atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,

4 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Cetakan kedua, (Jakarta: Sinar Grafika,

2002)

Page 53: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

41

baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas maupun yang

terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,

foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.5

Pada perkara Cybercrime alat bukti yang digunakan adalah alat bukti yang

dihasilkan dan mengandung unsur teknologi informasi. Informasi dan atau

dokumen elektronik dapat dianggap sebagai alat bukti elektronik selain memang

ditentukan sebagai perluasan alat bukti pada hukum acara yang berlaku

berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE,

juga terhadap alat-alat bukti tersebut dapat dilakukan penafsiran secara

ekstensif/diperluas, sehingga informasi dan atau dokumen elektronik termaksud

kekuatan hukum yang sama dengan alat bukti pada perkara pidana biasa

sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP, Penilaian atas kekuatan pembuktian

dari suatu petunjuk sepenuhnya diserahkan kepada hakim setelah mengadakan

pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati

nuraninya (Pasal 188 ayat 3).

Pembentuk UU memasukkan ketentuan ayat (3) tersebut karena alat bukti

petunjuk merupakan alat bukti yang masih memerlukan alat bukti lain untuk

kesempurnaan pembuktian. Kesempurnaan pembuktian dimaksud tersirat dalam

KUHAP (Pasal 183) yang menegaskan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan

pidana kepada seorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dari dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar telah

terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Selain itu, terhadap

alat bukti petunjuk dituntut kecermatan dan ketelitian seorang hakim di dalam

memberikan penilaiannya, terutama terhadap ada atau tidak adanya persesuaian

antara suatu kejadian atau keadaan yang berkaitan dengan tindak pidana yang

menjadi dasar dakwaan jaksa penuntut umum (JPU). maka untuk kesempurnaan

pembuktian melalui bukti elektronik (electronic evidence), hakim harus memiliki

keyakinan atas terjadinya suatu tindak pidana, dalam hal ini agar hakim memiliki

keyainan maka hakim memerlukan bantuan seorang ahli (keterangan ahli), kecuali

5 Syaibatul hamdi, “Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Pidana,” dalam Jurnal

ilmu hukum. Vol. 1. No. 4, November 2013.

Page 54: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

42

pembicara dalam rekaman tersebut mengakuinya bahwa suara yang

diperdengarkan di muka sidang pengadilan adalah suara dirinya.

C. Kedudukan Rekaman Video Sebagai Alat Bukti Tindak Pidana

Perzinaan Menurut Pandangan Hukum Pidana Positif

Tindak kejahatan susila seperti kasus zina,6 merupakan suatu perbuatan

yang tercela. Semua norma di masyarakat menganggap bahwa perbuatan tersebut

merupakan suatu pelanggaran. Tindak pidana zina dianggap sebagai perbuatan

kotor dan tercela dan dalam konteks agama merupakan perbuatan yang harus

dikenakan hukuman hadd.7 Dalam tindak pidana perzinaan seringkali terungkap

karena beredarnya bukti elektronik seperti rekaman video. Tentunya ini bisa

dijadikan alat bukti yang kuat namun harus melalui proses pemeriksaan dan

identifikasi terlebih dahulu yaitu apakah hasil Audio visual itu benar-benar asli

atau rekayasa. Disini diperlukan orang yang ahli dalam bidang telematika.

Dalam hukum Positif sendiri, alat bukti yang dapat digunakan dalam

sebuah tindak pidana tertera dalam KUHAP pasal 184 ayat 1 menyatakan bahwa

alat bukti yang sah dalam perkara pidana keterangan saksi, keterangan ahli, surat,

petunjuk dan keterangan terdakwa.8 Posisi rekaman video atau bisa kita sebut

dengan audio visual dalam KUHAP sendiri tidak dapat diajukan sebagai alat

bukti, KUHAP juga tidak mengatur bagaimana legalitas print out (hasil cetak)

sebagai alat bukti atau tata cara perolehan dan pengajuan informasi elektronik

sebagai alat bukti. Mengingat bahwa dari rekaman tesebut dapat direkayasa.

Rekaman video sendiri masuk kedalam alat bukti elektronik. Dalam pasal

1 angka 4 Undang-Undang No. 19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik berbunyi sebagai berikut:

Dokumen elektronik adalah berupa dokumen elektronik dan informasi

elektronik yang merupakan hasil produksi dari alat-alat elektronik., yaitu setiap

informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirim, diterima, atau disimpan

6 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, cet. ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),

h. 6-8.

7 Abd al-Qadir Audah, At-Tasyr‟i al-Jinai al-Islami (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, t,t.),

I:79.)

8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184

Page 55: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

43

dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang

dapat dilihat, ditampilkan, dan atau didengar melalui komputer atau system

elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,

rancangan, foto, atau sejenisnya, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi

yang memiliki makna atau arti, dan hanya dipahami oleh yang mampu

memahaminya.9

Undang-undang diatas menjelaskan bahwa dalam pembuktian di dalam

persidangan dengan alat bukti elektronik termasuk rekaman video yang bisa kita

sebut juga dengan audio visual sangat berkaitan erat dengan keterangan ahli.

Selain karena adanya undang-undang yang mengatur, keterangan seorang ahli

seakan tidak dapat terlepas dari bukti elektronik termasuk visualisasi suara atau

rekaman video karena kerumitan memahami dan sistem alat bukti tersebut.

Sehingga dapat dipastikan untuk zaman sekarang aparatur hukum di pengadilan

masih kesulitan dengan hal itu.

Berkenaan dengan hukum pembuktian dalam proses peradilan baik dalam

perkara pidana maupun perdata, akibat kemajuan teknologi khususnya teknologi

informasi, ada suatu persoalan bagaimana kedudukan produk teknologi.

Khususnya catatan elektronik, sebagai alat bukti sebagai contoh, pengguna

teleconference dalam persidangan oleh beberapa kalangan di pandang sebagai

terobosan hukum atau penemuan hukum karena pengguna teknologi ini belum

diatur dalam KUHAP. Namun keresahan diatas nampaknya hilang karena sudah

disahkannya undang-undang mengenai informasi dan Transaksi Elektronik, yang

menguatkan bahwa alat bukti elektronik adalah sah diajukan dipersidangan.

Setelah kita mengetahui bagaimana alat bukti elektronik dalam pandangan

hukum positif yang sudah mengukuhkan bahwa ternyata alat bukti elektronik itu

sudah di tetapkan sebagai alat bukti yang nyata atau alat bukti yang sah di

persidangan. kemampuan teknologi untuk merekam dapat menunjang dan

membantu proses pembuktian tentu tidak dapat diragukan lagi. Tidak seperti

ingatan manusia yang berubah-ubah dalam memberikan keterangan sesuai kondisi

tertentu dibawah tekanan mental dan fisik. Maka mengenai hal ini dapat

dihubungkan dengan salah satu tujuan Hukum Acara Pidana yaitu untuk mencari

9 Undang-Undang No. 19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal

1 angka 4

Page 56: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

44

dan menemukan kebenaran materil yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari terjadinya suatu tindak pidana. Rekaman video memiliki kelebihan dalam

memberikan petunjuk karena didalamnya terdapat teknologi yang dapat

digunakan untuk merekam semua kejadian-kejadian baik hal yang terkecil

sekalipun. Tidak seperti ingatan manusia yang dapat berubah-ubah memberikan

keterangan sesuai dengan kondisi ingatan dan situasi kondisi tertentu dibawah

tekanan mental dan fisik.

Peristiwa yang cukup menyita perhatian masyarakat sembilan tahun yang

lalu adalah beredarnya video zina antara Ariel vokalis band Peterpan dengan artis

Luna Maya. Tidak lama kemudian, video Ariel yang sama juga beredar namun

dengan wanita yang berbeda, yaitu artis Cut Tari. Keaslian video itu sudah

dibuktikan oleh ahli telematika waktu itu, yaitu Roy Suryo. Pertanyaannya, kalau

syariat Islam diterapkan, apakah video itu bias dijadikan sebagai saksi pengganti

dari empat orang laki-laki sebagaimana yang terdapat dalam nash? Berangkat dari

analisis masalah inilah penulis merasa perlu untuk mengkaji dan meneliti

permasalahan yang berkaitan dengan judul penulis.

Page 57: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

45

BAB IV

ANALISIS KEDUDUKAN BUKTI ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT

BUKTI TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT RUU-KUHAP DAN

HUKUM PIDANA ISLAM

Alat Bukti Elektronik Dalam Rancangan Kitab Undang Undang Hukum A.

Acara Pidana

Saat ini hukum pidana Indonesia belum mengatur tentang kekuatan bukti

elektronik pada proses pembuktian di persidangan. Ketika bukti elektronik

dihadirkan di persidangan akan mengundang perdebatan mengenai bagaimana

teknis penilaian terhadap bukti elektronik tersebut. Belum adanya undang-undang

yang mengatur teknis penilaian bukti elektronik maka hakim diharapkan mampu

menentukan teknis penilaian terhadap kekuatan bukti elektronik.

Ketentuan mengenai alat bukti elektronik belum diatur secara khusus

dalam KUHAP, sehingga hakim harus melakukan penemuan hukum untuk

mencegah terjadinya kekosongan hukum. Hakim sebagai aparat penegak hukum

yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tidak boleh menolak perkara

yang diajukan kepadanya dengan alasan undang-undangnya tidak lengkap atau

tidak jelas, sehingga hakim dapat menggunakan metode argumentasi karena

KUHAP belum mengatur secara khusus mengenai ketentuan bukti elektronik.1

Hakim sebagai aparat penegak hukum yang memiliki wewenang untuk

melakukan penemuan hukum dapat menginterpretasikan bukti elektronik sebagai

perluasan dari alat bukti surat atau petunjuk yang merupakan alat bukti yang sah

menurut Pasal 184 KUHAP. Pada saat bukti elektronik dinyatakan oleh hakim

sebagai perluasan dari alat bukti surat atau petunjuk, maka bukti elektronik dapat

dikatakan sebagai alat bukti yang sah dan dapat dihadirkan di persidangan.

Kemudian dalam RUU-KUHAP juga dirancangkan akan diakomodirnya

pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan pidana. Menurut

pasal 177 RUU-KUHAP ayat (1) Alat bukti yang sah mencakup: a) Barang bukti

1 Wisnubroto Widiartana, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2005), hlm. 29.

Page 58: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

46

; b) Surat-surat; c) Bukti elektronik; d) Keterangan seorang ahli; e) Keterangan

seorang saksi; f) Keterangan terdakwa; dan g) pengamatan Hakim.

Menurut penjelasan pasal 177 ayat (1) huruf c RUU-KUHAP yang

dimaksud dengan “bukti elektronik” adalah informasi yang diucapkan, dikirim,

diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa

dengan itu, termasuk setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat,

dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu

sarana baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun

yang terekam secara elektronik yang berupa tulisan, gambar, peta, rancangan,

foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.2

Setelah kita mengetahui bagaimana alat bukti elektronik dalam pandangan

hukum positif yang sudah mengukuhkan bahwa ternyata alat bukti elektronik itu

sudah di tetapkan sebagai alat bukti yang nyata atau alat bukti yang sah di

persidangan. kemampuan teknologi untuk merekam dapat menunjang dan

membantu proses pembuktian tentu tidak dapat diragukan lagi. Tidak seperti

ingatan manusia yang berubah-ubah dalam memberikan keterangan sesuai kondisi

tertentu dibawah tekanan mental dan fisik. Maka mengenai hal ini dapat

dihubungkan dengan salah satu tujuan Hukum Acara Pidana yaitu untuk mencari

dan menemukan kebenaran materil yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari terjadinya suatu tindak pidana. Rekaman video memiliki kelebihan dalam

memberikan petunjuk karena didalamnya terdapat teknologi yang dapat

digunakan untuk merekam semua kejadian-kejadian baik hal yang terkecil

sekalipun. Tidak seperti ingatan manusia yang dapat berubah-ubah memberikan

keterangan sesuai dengan kondisi ingatan dan situasi kondisi tertentu dibawah

tekanan mental dan fisik.

Dalam penilaian mengenai keabsahan bukti elektronik yang dihadirkan

dalam persidangan, hakim mengacu pada keterangan ahli untuk

mempertimbangkan dan menjamin keabsahan bukti elektronik tersebut. Ahli

sebagai orang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk

2 Darus harizona, “Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut

Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam” (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit

Television)”. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol. 7. No. 1, Juni 2018.

Page 59: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

47

membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan,

memberikan pendapatnya kepada hakim mengenai sah atau tidaknya alat bukti

yang dihadirkan ke persidangan tersebut. Ketika ahli menyatakan bahwa alat bukti

tersebut adalah sah, maka hakim dapat mengakui bahwa alat bukti tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.3

Kedudukan Bukti Elektronik (Rekaman Video) dalam Fiqh Jinayah B.

Seperti yang diketahui bahwa Hukum Islam bertujuan untuk memenuhi

kepentingan kebahagian, kesejahteraan dan keselamatan hidup didunia dan

diakhirat. Dalam hal ini, rekaman video bisa menjadi salah satu alat untuk tujuan

Hukum Islam tersebut, karena rekaman video mampu merekam dengan resolusi

gambar yang baik. Dalam hal ini apabila seseorang dituduh melakukan tindak

pidana maka diperlukan pembuktian secara adil. Oleh sebab itu, rekaman video

dapat berperan sebagai suatu petunjuk apakah terdapat suatu tindak pidana, namun

sebagai petunjuk sendiri harus ditentukan oleh hakim dengan arif dan bijaksana

mengenai apakah bisa atau tidak menjadi petunjuk di dalam persidangan menurut

Hukum Acara pidana.4 meskipun demikian alat bukti Rekaman video harus diteliti

lebih dahulu apakah terdapat rekayasa di dalam rekaman video tersebut agar bisa

digunakan menjadi bukti yang sah dalam proses pembuktian dipersidangan

sebagaimana penelitian terdahulu jelaskan. Sedangkan penggunaan rekaman video

di dalam Fiqh Jinayah dapat dijelaskan didalam proses pembuktian fiqh jinayah

yaitu merupakan sesuatu hal yang sangat penting, sebab pembuktian merupakan

esensi dari suatu persidangan guna mendapatkan kebenaran yang mendekati

kesempurnaan (Al- Bayyinah) adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menjelaskan yang haq (benar) didepan majelis hakim, baik berupa

keterangan, saksi dan berbagai indikasi yang dapat dijadikan pedoman oleh

majelis hakim untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya. Pembuktian

3

Hari Sasangka, Rosita Lily, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Bandung:

Mandar Maju, 2003), hlm. 35.

4Darus harizona, “Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan Menurut

Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam” (Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit

Television)”. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol. 7. No. 1, Juni 2018

Page 60: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

48

merupakan salah satu tahapan yang menjadi prioritas yang harus dipenuhi dalam

penyelesaian suatu sengketa pidana. hal ini karena dalam penyelesaian sengketa

pidana terdapat kemaslahatan serta akan menolak kemudaratan, karena dengan

pembuktian menghidarkan seseorang yang tidak bersalah di hukum, hal ini sesuai

dengan kaidah Fiqh Jinayah:

با ث إ د رء ا انحد د با نشه

Artinya: “Hindari lah hukuman Had jika terdapat syubhat”5

Bukti dalam kaidah Hukum Acara menurut syariat Islam dalam

pembuktian ini lah yang digunakan sebagai Hujjah (alasan Hukum) berdampak

kepada terkena atau tidaknya hukuman, serta dalam menghidarkan dalam perkara

syubhat, alat bukti dan barang bukti dalam Hukum Islam tidak memiliki

perbedaan karena dalam Hukum Islam segala sesuatu yang menerangkan dan

menjelaskan yang Haq (kebenaran) ialah Al Bayyinah sebagai pembuktian.

Mengenai alat bukti rekaman video seperti yang telah diketahui bahwa di dalam

Hukum Acara Pidana ditindak pidana umum dijadian sebagai petunjuk yang harus

di persesuaikan dengan alat bukti lain, sedangkan di dalam tindak pidana khusus

rekaman video di jadikan sebagai alat bukti elektronik. Hal ini tidak berbeda

dengan Hukum Islam bahwa rekaman video di jadikan sebagai petunjuk. Menurut

pandangan Muhammad Az-Zuhaili, qarȋnah mengalami perkembangan sesuai

dengan kondisi dan situasi juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Contoh-contoh qarȋnah antara lain; analisa, sidik jari, foto, rekaman suara,

rekaman suara dan gambar seperti rekaman video, sidik jari genetis, DNA dan

lain-lain Az-Zuhaili berpendapat bahwa qarȋnah hanya sebagai sarana pelengkap

ketika hakim tidak bisa menemukan bukti-bukti lain yang jelas, atau ketika bukti-

bukti yang ada tidak mencukupi atau memuaskan. Dengan demikian, qarinah

selalu bergandengan dengan alat bukti utama, fungsinya untuk lebih memperkuat

dan meyakinkan. Hal ini tidak terlepas dari kurang meyakinkannya rekaman

5 Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah, (Jakarta: Radar Jaya Offset), hlm. 77.

6 Hasyim Ustman, Teori pembuktian Menurut Fiqh Jinayah Islam, (Yogyakarta : Andi

Offset, 1981), hlm. 51.

Page 61: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

49

video. Sedangkan dalam memvonis sebuah kasus, apalagi dalam kasus pidana

harus didasarkan kepada bukti yang meyakinkan.6 Persoalan ini, sejalan dengan

kaidah yang dikutip dari hadits lebih baik salah memaafkan dari pada salah

menghukum. Al Qarȃin atau Qarinah diambil dari kata muqaranah (penyertaan).

Dalam Thuruqul Qadla Pentujuk itu bisa kuat atau lemah, dan bisa ketingkatan

pasti. Ukuran dalam menetapkannya, ialah kepada kuat pikiran, kecerdasan dan

kebajikan. Sedangkan secara istilah dapat diartikan tanda-tanda yang merupakan

hasil kesimpulan hakim dalam menangani berbagai kasus melalui ijtihad. Al-

majalah al-adliyah mempergunakan Qarȋnah sebagai bukti. Berbeda dengan Az-

Zuhaili, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian

definisi bayyinah. Qarȋnah atau rekaman video, menurut Ibnu Qayyim dapat

dijadikan sebagai alat bukti dalam berbagai kasus baik perdata maupun pidana.

Lebih lanjut Ibnu Qayyim menegaskan bahwa jika hakim mengabaikan qarȋnah

sebagai alat bukti, maka ia telah melukai rasa keadilan dan telah melakukan

kesalahan yang sangat fatal. Penggunaan alat bukti qarȋnah itu sendiri

dikemukakan dalam al-Qur‟an, dalam kisah nabi Yusuf dengan putri Zulaikha

tentang bagaimana alat bukti petunjuk berperan untuk membuktikan dakwaan

berbuat tidak senonoh yang dituduhkan Zulaikha kepada yusuf. Dalam hal ini

yang menjadi petunjuk adalah robekan baju di bagian punggung Yusuf. Dalam

suatu sengketa anak antara dua orang ibu yang sama-sama mengaku bahwa anak

tersebut adalah miliknya. Kemudian kasus ini dibawa kapada nabi Daud dan

kemudian nabi Daud memutuskan anak itu untuk yang lebih tua.sulaiman yang

hadir pada saat itu meminta sebilah pisau dan mengatakan akan membelah anak

tersebut menjadi dua. Melihat hal itu ibu yang lebih muda memilih membiarkan

anak tersebut diberikan kepada yang lebih tua. Melihat hal ini kemudian anak itu

diputuskan milik ibu yang lebih muda. Dalam hal ini yang menjadi qarȋnah dan

menjadi bukti kebohongan adalah teganya seorang ibu akan kematian anaknya,

padahal sebelumnya mereka bersengketa tentang hak siapa anak tersebut. Anak

yang disengketakan tersebut diberikan oleh Sulaiman kepada ibu yang lebih muda

karena sikapnya yang menunjukkan bahwa dialah ibu yang berhak terhadap anak

6 Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm 25.

Page 62: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

50

itu. Keberadaan alat bukti qarȋnah itu sendiri sering dilalaikan oleh pihak-pihak

yang bersengketa maupun pihak pengadilan. Dari paparan diatas penulis dapat

disimpulkan bahwa dalam menyikapi kedudukan rekaman video didalam Fiqh

jinayah, rekaman video dapat dijadikan alat bukti pendukung yaitu sebagai

petunjuk yang menguatkan bukti lain, serta dengan pengertian kata bayyinah yang

bermakna bukti memiliki medan makna yang sangat luas bukan hanya manusia

sebagai saksi atau alat bukti. Namun juga bermakna segala sesuatu yang bisa

menunjukan kebenaran suatu peristiwa atau tindakan. Serta penggunaan rekaman

video juga harus diteliti oleh ahli apakah terdapat rekayasa atau tidak agar bisa

menjadi petunjuk.

Kedudukan Bukti Elektronik (Rekaman Video) Menurut Pandangan C.

Hukum Islam

Secara global hukum Islam dibentuk dengan tujuan untuk menjamin

dan kemaslahatan manusia. Untuk merealisir kemaslahatan tersebut Islam

memiliki dua sumber hukum pokok berupa nas al-Qur‟an dan as-Sunnah.

Kedua sumber hukum Islam ini sesungguhnya memuat prinsip dan aturan hidup

yang komprehensif dan berlaku secara universal. Tetapi dengan berjalannya

waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan itu berpengaruh dengan tataran

praktis hukum Islam. Maka dari itu dengan adanya perubahan tersebut, Islam

harus mulai bisa menyesuaikan diri dengan kondisi zaman. Dengan adanya

perubahan tersebut hukum Islam membuka peluang untuk memperbaharui aturan,

tetapi dengan syarat bahwa pembaharuan tersebut tidak keluar dari aturan nas

al-Quran dan as-Sunnah.

Pembaharuan tersebut yang terpenting bertujuan untuk menciptakan

kemaslahatan umat manusia. Upaya pembaharuan tersebut pernah dilakukan

oleh Umar Ibn Khattab, beliau pernah mengadakan penyimpangan terhadap

asas legalitas di dalam hukum potong tangan pada masa paceklik. Umar bukan

bermaksud untuk mengkhianati hukum Allah SWT, Melainkan semangat untuk

menangkap ruh-ruh syari‟at Islam dengan pemahaman kontekstual.

Page 63: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

51

Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Beliau

tidak menghukum orang yang bersalah secara absolute (letterlijk), melainkan

lebih bersifat kondisiona.7

Dalam proses peradilan, seorang hakim dalam

memutus suatu perkara harus benar-benar menjunjung tinggi keadilan, sehingga

putusannya bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Alat bukti sendiri

merupakan unsur penting di dalam pembuktian persidangan. Karena hakim

menggunakannya sebagai bahan pertimbangan untuk memutus perkara. Alat bukti

sendiri adalah alat atau upaya yang diajukan pihak berperkara yang digunakan

hakim sebagai dasar dalam memutus perkara. Sedangkan dari pihak berperkara

alat bukti adalah alat atau upaya yang digunakan untuk meyakinkan hakim

dimuka sidang pengadilan. Sedangkan dilihat dari segi pengadilan yang

memeriksa perkara, alat bukti adalah alat atau upaya yang bisa digunakan hakim

untuk memutus perkara.8

Perkembangan teknologi yang terjadi dalam masyarakat saat ini

mengharuskan terjadinya perubahan dalam tatanan sistem hukum pidana, baik

hukum Islam maupun hukum positif. Guna memberikan respon tuntutan

masyarakat saat ini, termasuk mengenai kedudukan rekaman video sebagai alat

bukti. Dalam hukum Islam sendiri yang dapat dijadikan alat bukti dalam tindak

pidana perzinaan hanya ada tiga yaitu pengakuan (iqrȃr), kesaksian (syahādah)

dan petunjuk (qarȋnah). Dari beberapa alat bukti tersebut yang menjadi pokok

bahasan dalam skripsi ini adalah alat bukti qarȋnah. Orang sering menyebut alat

bukti qarȋnah dalam persangkaan (vermoeden) atau dalam lingkungan peradilan

umum disebut dengan petunjuk-petunjuk (aanwijzingen), sedangkan Hasbi ash-

Shidieqy mengartikan qarȋnah sebagai tanda-tanda yang dapat menimbulkan

keyakinan.9

7

Makhrus Munajat, Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta:

Cakrawala, 2006), hlm. 93-95.

8 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan hukum positif, cet.

Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 25.

9 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara, (Bandung: Al-Ma‟arif , t,t.)

hlm. 134

Page 64: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

52

Wahbah az-Zuhaili berpendapat bahwa qarȋnah hanya sebagai sarana

pelengkap ketika hakim tidak bisa menemukan bukti-bukti lain yang jelas, atau

ketika bukti- bukti yang ada tidak mencukupi atau memuaskan. Dengan demikian,

qarȋnah selalu bergandengan dengan alat bukti utama, fungsinya untuk lebih

memperkuat dan meyakinkan. Hal ini tidak terlepas dari kurang meyakinkannya

rekaman video. Sedangkan dalam memvonis sebuah kasus, apalagi dalam kasus

pidana harus didasarkan kepada bukti yang meyakinkan. Persoalan ini, sejalan

dengan kaidah yang dikutip dari hadits lebih baik salah memaafkan dari pada

salah menghukumi. Al-qarȃin atau qarȋnah diambil dari kata muqaranah

(penyertaan). Dalam Thuruqul Qadla Petunjuk itu bisa kuat atau lemah, dan bisa

ketingkatan pasti. Ukuran dalam menetapkannya, ialah kepada kuat pikiran,

kecerdasan dan kebajikan. Sedangkan secara istilah dapat diartikan tanda-tanda

yang merupakan hasil kesimpulan hakim dalam menangani berbagai kasus

melalui ijtihad. Al-majalah al-adliyah mempergunakan qarȋnah sebagai bukti.

Berbeda dengan Az-Zuhaili, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sebagaimana telah

dijelaskan pada bagian definisi bayyinah. Qarȋnah atau rekaman video, menurut

Ibnu Qayyim dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam berbagai kasus baik perdata

maupun pidana. Lebih lanjut Ibnu Qayyim menegaskan bahwa jika hakim

mengabaikan qarȋnah sebagai alat bukti, maka ia telah melukai rasa keadilan dan

telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.10

Jika dilihat dari macam-macam alat bukti yang termasuk dalam alat

bukti dalam kasus perzinaan, audio visual seperti rekaman video dapat diqiyaskan

dalam alat bukti qarȋnah. Di sini yang digunakan adalah qiyas musawi, yaitu qiyas

hukum yang ditetapkan pada furu‟ sebanding dengan hukum yang ditetapkan

pada asal. Sesuai dengan qiyas itu, rekaman ini mempunyai „illat hukum yang

sama dengan qarȋnah, yaitu sama-sama membaca petunjuk-petunjuk atau

tanda-tanda. Hanya saja rekaman video lebih bersifat spesifik yakni membaca

petunjuk-petunjuk atau indikator-indikator dalam rekaman-rekaman. Alat bukti

qarȋnah sendiri dalam tindak pidana perzinaan dapat dijadikan bukti petunjuk.

10

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, Cet ke-2 (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 79.

Page 65: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

53

Dengan adanya audio visual atau rekaman video, bisa dijadikan bukti yang kuat

setelah melalui proses pemeriksaan. Pada proses selanjutnya alat bukti al-khibrah

memegang peranan penting, karena untuk memeriksa audio visual atau rekaman

video tersebut tentunya diperlukan seorang ahli telematika yang bisa memeriksa

apakah rekaman video tersebut tidak direkayasa. Meskipun qarȋnah merupakan

alat bukti namun tidak semua qarinah dapat dijadikan alat bukti. Qarȋnah yang

dapat dijadikan sebagai alat bukti yaitu qarȋnah tersebut harus jelas dan

meyakinkan sehingga tidak bisa dibantah oleh manusia normal yang berakal.

Kriteria lainnya adalah semua qarȋnah menurut Undang-Undang dilingkungan

peradilan sepanjang tidak jelas-jelas bertentangan dengan hukum islam. Qarȋnah-

qarinah yang demikian merupakan qarȋnah wadihah saja, tanpa didukung oleh

bukti lainnya. 11

Dalam al-Qur‟an sendiri terdapat kisah pembuktian dengan menggunakan

alat bukti qarȋnah. Dalam surat Yusuf (12) ayat 26-29. Menceritakan tentang

Nabi Yusuf yang difitnah oleh Zulaikha yang menuduh Yusuf melakukan

perbuatan mesum dengannya saat suaminya pergi. Dalam riwayat ini dijelaskan

bagaimana kebohongan Zulaikha dibuktikan dengan qarȋnah mempunyai peranan

yang sangat penting dalam tindak pidana, dimana petunjuk yang ada bisa

diposisikan sama dengan kesaksian karena memberikan indikasi yang kuat. Ibn al-

Qayyim pernah mengungkapkan bahwa qarȋnah sebagai alat bukti sama

kedudukannya dengan saksi.12

Pembuktian dengan menggunakan audio visual

adalah salah satu langkah merespon perkembangan zaman, dimana format

qarinah telah termaktub dalam Al-Qur‟an dan As-sunnah dapat di aktualisasikan

agar bersifat responsive terhadap perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan

kaidah ushul fiqih:

13الأزيابخغير لايكرحغيرالأحكاو

11

Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet. Ke-3 (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 1994), hlm. 175-176

12 Muhammad Salam Madkur, al-Qada Fil Islam, ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), hlm.

121. 13

Asjmuni Abdurrahman, Qaidah-qaidah Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm.

107.

Page 66: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

54

Artinya: “Tidak diingkari perubahan hukum karena perubahan zaman.”

Kaidah ushul fiqh tersebut mengindikasikan bahwa setiap perubahan masa,

menghendaki kemaslahatan yang sesuai dengan masa itu. Hal ini mempunyai

pengaruh besar terhadap pertumbuhan suatu hukum yang didasarkan pada

kemaslahatan itu. Karena bagaimana pun juga hukum mampu mengakomodasi

problematika seiring dengan perkembangan zaman.

Analisis Penulis Tentang Alat Bukti Elektronik (Rekaman video) D.

Dalam menyikapi perihal tentang suatu media elektronik dapat dijadikan alat

bukti adalah suatu hal yang mutlak adanya, penulis berpendapat bahwa bukti

elektronik atau visualisasi yang berisi rekaman video tersebut haruslah terlihat

sama seperti apa yang telah diklaim atau dikatakan. Penulis berpendapat

bahwasannya keaslian mengenai rekaman video khususnya dalam tindak pidana

perzinaan tentunya ini bisa dijadikan alat bukti yang kuat namun harus melalui

proses pemeriksaan dan identifikasi terlebih dahulu yaitu apakah hasil rekaman

video itu benar-benar asli atau hasil rekayasa. Oleh karena itu, untuk mengetahui

hal tersebut disini diperlukan orang yang ahli dalam bidang telematika.

Penulis berpandangan bahwa ternyata alat bukti elektronik itu sama halnya

dengan bukti nyata (real avidence) walaupun dengan itu harus melalui proses

pemeriksaan dan identifikasi terlebih dahulu apakah suatu rekaman tersebut

memang bukan hasil dari rekayasa. Kemudian diperkuat lagi yaitu dengan cara

memperdengarkan keterangan para saksi, mendengarkan keterangan ahli dan

menunjukan rekaman video atau bukti elektronik tersebut. Hingga bukti itu sah

kebenarannya, dan sah dijadikan alat bukti berupa media elektronik.

Setelah kita mengetahui bagaimana alat bukti elektronik dalam pandangan

hukum positif yang sudah mengukuhkan bahwa ternyata alat bukti elektronik itu

sudah di tetapkan sebagai alat bukti yang nyata atau alat bukti yang sah di

persidangan. Menyikapi kedudukan alat bukti elektronik maupun rekaman video

sendiri dalam hukum pidana Indonesia telat di perkuat dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menurut pasal

5 ayat (1) yaitu :

Page 67: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

55

“Bahwa keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

mengikat dan diakui sebagai alat bukti yang sah untuk memberikan kepastian

hukum terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik,

terutama dalam pembuktian dan hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang

dilakukan melalui Sistem Elektronik.”

Dengan demikian melihat pasal diatas rekaman video jelas bisa dijadikan alat

bukti yang sah. Kemudian dalam RUU-KUHAP juga dirancangkan akan

diakomodirnya pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan

pidana. Menurut pasal 177 RUU-KUHAP ayat (1) Alat bukti yang sah

mencakup: a) Barang bukti ; b) Surat-surat; c) Bukti elektronik; d) Keterangan

seorang ahli; e) Keterangan seorang saksi; f) Keterangan terdakwa; dan g)

pengamatan Hakim. Klasifikasi mengenai alat elektronik sebagai alat bukti dalam

persidangan pidana telah ditentukan muatannya dalam UU ITE. Menurut

penjelasan pasal 177 ayat (1) huruf c RUU-KUHAP yang dimaksud dengan

“bukti elektronik” adalah informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau

disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu,

termasuk setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau

didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana baik

yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun yang

terekam secara elektronik yang berupa tulisan, gambar, peta, rancangan, foto,

huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.

Penulis berpandangan bahwa Rekaman video memiliki kelebihan dalam

memberikan petunjuk karena di dalamnya terdapat teknologi yang dapat

digunakan untuk merekam semua kejadian-kejadian baik hal yang terkecil

sekalipun. Tidak seperti ingatan manusia yang dapat berubah-ubah memberikan

keterangan sesuai dengan kondisi ingatan dan situasi kondisi tertentu dibawah

tekanan mental dan fisik. Pengertian petunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal

188 KUHAP yang merumuskan bahwa: “Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau

keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak

pidana dan siapa pelakunya. Sedangkan menurut M. Yahya Harahap memberikan

pengertian petunjuk dengan menambah beberapa kata, petunjuk ialah suatu

Page 68: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

56

“isyarat” yang dapat “di tarik dari suatu perbuatan, kejadian atau keadaan” dimana

isyarat tadi mempunyai “persesuaian” antara yang satu dengan yang lain maupun

isyarat tadi mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari

isyarat yang bersesuaian tersebut “melahirkan” atau “mewujudkan” suatu

petunjuk yang “membentuk kenyataan” terjadi suatu tindak pidana dan

terdakwalah pelakunya. Berdasarkan pengertian petunjuk yang disampaikan oleh

M Yahya Harahap, apabila dikaitkan dengan rekaman video bisa menjadi

petunjuk apabila memiliki persesuaian dengan bukti lain. Rekaman video dapat

memiliki persesuaian dengan bukti lain, karena rekaman video dapat

memperlihatkan dan menghubungkan keterangan yang ada sehingga timbul suatu

kenyataan melalui hasil rekaman yang bisa memperkuat bukti lain misalnya,

keterangan saksi bisa dibenarkan melalui rekaman video tersebut.14

Hukum Islam dalam menyikapi pembuktian tindak pidana perzinaan telah

mempunyai beberapa konsep alat bukti yaitu pengakuan (iqrār), kesaksian

(syahādah) dan petunjuk (qarȋnah). Dari ketiga konsep alat bukti tersebut ada satu

yang bisa dikategorikan sebagai alat bukti qarȋnah (petunjuk). Sedangkan Hasbi

Ash-Shidieqy mengartikan qarȋnah sebagai tanda-tanda yang dapat menimbulkan

keyakinan. Dalam hal ini, rekaman video bisa menjadi salah satu alat untuk tujuan

Hukum Islam tersebut, apabila rekaman video tersebut mampu merekam dengan

resolusi gambar yang baik. Dalam hal ini apabila seseorang dituduh melakukan

tindak pidana perzinaan maka diperlukan pembuktian secara adil. Oleh sebab itu,

rekaman video berperan sebagai suatu petunjuk apakah terdapat suatu tindak

pidana, namun sebagai petunjuk sendiri harus ditentukan oleh hakim dengan arif

dan bijaksana mengenai apakah bisa atau tidak menjadi petunjuk didalam

persidangan menurut Hukum Acara Pidana.

Dalam proses peradilan, seorang hakim dalam memutus suatu perkara harus

benar-benar menjunjung tinggi keadilan, sehingga putusannya bisa

dipertanggung-jawabkan secara hukum. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

14

Syaibatul hamdi, “Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Pidana” Jurnal Ilmu

Hukum. Vol. 1. No. 4, November 2013

Page 69: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

57

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S An-Nisa: 58)

Seorang hakim harus memperhatikan bukti-bukti yang ada sehingga dalam

memberikan putusan tidak akan ada sebuah kesalahan dan benar benar

memberikan suatu putusan yang adil. Dari ketiga konsep diatas maka penulis

beranggapan dengan dalil-dalil yang telah diperkuat dalam Bab-Bab sebelumnya,

bahwa ternyata tiga alat bukti tersebut secara dan meyakinkan untuk bisa diterima

khususnya dalam tindak pidana perzinaan. Menyikapi kedudukan rekaman video

dalam Hukum Islam dapat dijadikan alat bukti pendukung, yaitu sebagai petunjuk

yang menguatkan bukti lain. Serta dengan pengertian kata bayyinah yang

bermakna bukti memiliki medan makna yang sangat luas bukan hanya manusia

sebagai saksi atau alat bukti. Namun juga bermakna segala sesuatu yang bisa

menunjukan kebenaran suatu peristiwa atau tindakan. Dalam hal ini, penggunaan

rekaman video juga harus diteliti oleh ahli apakah terdapat rekayasa atau tidak,

agar bisa menjadi petunjuk. Bukti yang harus diteliti secara mendetail ini

tercantumkan dalam Al-Qur‟an yaitu firman Allah dalam surat Al-hujurat ayat 6:

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas berbuatan itu” (Q.S Al-Hujurât: 6)

Page 70: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

58

BAB V

PENUTUP

Simpulan A.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh penulis dapat dipaparkan dalam bab

yang telah dijelaskan sebelumnya, mengenai rekaman video sebagai alat bukti

elektronik Tindak Pidana perzinaan dalam RUU-KUHAP dan Hukum Pidana

Islam maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pandangan Hukum Positif mengenai rekaman video sebagai alat bukti tindak

pidana perzinaan bisa diterima sebagai alat bukti, seperti pemaparan yang

penulis paparkan dalam pembahasan bab sebelumnya. Klasifikasi mengenai

alat bukti elektronik telah ditentukan muatannya dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menurut

pasal 5 ayat (1). Kemudian dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana juga dirancangkan akan diakomodirnya pengaturan alat elektronik

sebagai alat bukti dalam persidangan pidana menurut pasal 177 ayat (1) huruf c

yaitu “Bukti Elektronik”. Dengan demikian setelah kita mengetahui pasal di

atas bahwasannya dalam pandangan hukum positif yang sudah mengukuhkan

ternyata alat bukti elektronik itu sudah di tetapkan sebagai alat bukti yang

nyata atau alat bukti yang sah dalam persidangan. Hanya saja belum tertulis

dalam KUHAP, melainkan sebagai perluasan dari alat bukti yang sah menurut

KUHAP.

2. Komparasi antara Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif mengenai alat bukti

rekaman video dalam tindak pidana perzinaan, dari segi keabsahan, alat bukti

elektronik (rekaman video) sah sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan

dalam hukum islam dan hukum positif. keduanya tidak bisa dipisahkan lagi

dengan alat bukti pendapat ahli. Karena kerumitan dalam memahami dan

menganalisa keaslian dari rekaman video. Maka kedua hukum tersebut

membutuhkan keahlian dari seorang profesional dalam bidang tersebut. Titik

tekan perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif mengenai rekaman

video sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan adalah pijakan dasar dalam

Page 71: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

59

penetapan hukum. Dalam hukum islam menggunakan metode qiyas, sedangkan

hukum positif berdasarkan Undang-undang.

Letak persamaan perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif

mengenai alat bukti rekaman video. Pertama, persamaan yang

memperbolehkan rekaman video sebagai alat bukti tindak pidana perzinaan,

dalam hukum islam pembuktian dengan menggunakan rekaman video dalam

tindak pidana perzinaan dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk qarinah.

Sedangkan dalam hukum positif dijelaskan dalam pasal 184 KUHAP yang

didukung oleh pasal 5 ayat (1) undang-undang nomor 19 tahun 2016 tentang

informasi dan transaksi elektronik. Kemudian dalam RUU-KUHAP juga

dirancangkan akan diakomodirnya pengaturan alat elektronik sebagai alat bukti

dalam persidangan pidana. Menurut pasal 177 RUU-KUHAP ayat (1) huruf c

yaitu “Bukti elektronik”. Kedua, perbedaan dalam hal sumber yang signifikan

antara hukum islam dan hukum positif mengenai rekaman video sebagai alat

bukti tindak pidana perzinaan yaitu bahwa hukum Islam bersumber kepada

wahyu Allah dengan menggunakan metode qiyas, sedangkan hukum positif

bersumber kepada realita kehidupan masyarakat berdasarkan undang-undang.

Serta ada perbedaan yang mendasar lagi, yaitu hukum Islam dan hukum positif

berbeda dalam menganut sistem pembuktian.

Rekomendasi B.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merekomendasikan kepada aparat penegak

hukum baik dari pihak kepolisian, kejaksaan, maupun kehakiman agar lebih

ditingkatkan lagi kesadaran hukumnya dalam menangani kasus-kasus khususnya

tindak pidana perzinaan. Pembuktian perzinaan, baik menurut hukum positif dan

hukum Islam, sampai sekarang belum ada yang proses sampai persidangan karena

dalam membuktikan suatu tindak pidana perzinaan itu sulit apalagi dalam hukum

positif yang cara pembuktiannya sama dengan pembuktian tindak pidana yang

lain. Banyak terjadi peristiwa perzinaan yang sangat merugikan masyarakat, akan

tetapi masyarakat kita menganggap itu hal yang biasa, padahal dalam segi hukum

itu merupakan tindak pidana yang pelakunya dapat dijatuhi hukuman yang sangat

Page 72: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

60

berat. Apalagi dalam segi hukum islam yang hukumannya tidak bisa dirubah sama

sekali, karena semua itu hukum Allah. Oleh karena itu penulis merekomendasikan

kepada seluruh aparat penegak hukum untuk lebih ditingkatkan lagi dalam

menangani kasus-kasus khususnya tindak pidana perzinaan.

.

Page 73: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

61

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan.

Buku:

Audah, Abdul Qadir. (1992). al-Tasyri' al-Jina'i al-Islami. Beirut: Dar al-Kitab al-

Arabi.

Anshoruddin. (2004). Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan

Hukum Positif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Afandi, Ali. (1986). Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian

Menurut BW. Jakarta: Bina Aksara.

Alfitra, (2011) Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan

Korupsi di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Husaini Al, Imam Taqiyuddin. (1996). Khifayatul Akhyar. Semarang: Cipta

Grafika.

Jauziyah Al, Ibnu Qayyim. (2005). Hukum Acara Peradilan Islam. Jakarta: Sinar

Grafika.

Abdurrahman, Asjmuni. (1976). Qaidah-Qaidah Fiqh . Jakarta: Bulan Bintang.

Bakker, Anton & Ahmad Zubeir. (1990). Metodologi Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius.

Effendi, Tolib. (2014). Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan

Pembaharuan di Indonesia). Malang: Setara Press.

Hadi, Sutrisno. (1990). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamzah, Andi. (2002). Hukum Acara Pidana Indonesia . Jakarta: Sinar Grafika.

Hamzah, Andi. (2014). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Irfan, Muhammad Nurul & Masyrofah. (2013). Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah.

Irianto, sulistyo Dkk. (2009). Metode Penelitian Hukum . Jakarta: Obor.

Malik, Muhammad Abduh. (2003). Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan

Kuhp. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Muslih, Ahmad Wardi. (2005). Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Makarim, Edmon. (2005). Pengantar Hukum Telematika. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Page 74: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

62

Madkur, Muhammad Salam. (1993). Al-Qada Fil Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Munajat, Makhrus. (2006). Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam.

Yogyakarta: Cakrawala.

Narboko, Cholid & Abu Achmadi. (1997). Pengantar Penelitian Hukum . Jakarta:

Bumi Pustaka.

Prodjohamidjojo, Martiman. (1983). Sistem Pembuktian dan Alat-Alat Bukti .

Jakarta: Ghalia.

Pratama, Harrys & Usep Saepullah. (2016). Hukum Acara Pidana Khusus

(Penundaan Eksekusi Mati Bagi Terpidana Mati di Indonesia, Kasus

Tipikor, Narkoba, Teroris, dan Politik). Bandung: Pustaka Setia.

Rasyid, Roihan A. (2015). Hukum Pembuktian Dakam Perkara Pidana . Jakarta:

Raja Grafindo.

Sunggono, Bambang. (2007). Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sasangko, Hari & Lili Rosita. (2003). Hukum Pembuktian Dalam Perkara

Pidana. Bandung: Mandar Maju.

Sofyan, Andi. (2013). Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Yogyakarta:

Rangkang Education.

Shiddieqy, Hasbi Ash. (2006). Peradilan dan Hukum Acara Islam. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Sabiq, Sayyid. (2008). Fiqh Sunnah . Semarang : Cipta Grafik.

Sasangka, Hari & Lili Rosita. (1996). Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana.

Surabaya: Sinar Wijaya.

Ustman, Hasyim. (1981). Teori Pembuktian Menurut Fiqh Jinayah Islam.

Yogyakarta: Andi Offset.

Widiartana, Wisnubroto. (2005). Pembaharuan Hukum Acara Pidana. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Yudowidagdo, Hendrastanto. (1987). Kapita Selekta Hukum Acara Pidana

Indonesia . Jakarta : Melton Putra.

Peraturan Perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana No 1 Tahun 1946 (KUHP)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Page 75: PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO SEBAGAI ALAT BUKTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51159/1/RIFQI A… · norma dan dapat menggambarkan perbandingan pembuktian tindak

63

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP)

Jurnal:

Harizona, D. (2018). Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di Pengadilan

Menurut Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam. Jurnal Intelektualita

Keislaman, Sosial dan Sains, Vol.7. No. 1.

Hamdi, S. (2013). Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Pidana. Jurnal Ilmu

Hukum, Vol. 1. No. 4.

Karya Ilmiah:

Farid, Muhammad Hilmi. (2012). Skripsi: "Kekuatan Bukti Alat Bukti Elektronik

dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif" Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Harizona, Darus. (2018). Jurnal: "Kekuatan Bukti Elektronik Sebagai Bukti di

Pengadilan Menurut Hukum Acara Pidana dan Hukum Islam

(Penggunaan Rekaman Gambar closed Circuit Television) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Palembang.

Fitriana, Dana. (2013). Skripi: "Rekaman Video Sebagai Alat Bukti Perzinaan

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif" Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.