Upload
ihda-silvia
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 1/7
PENGHIDU
Membrane Mukosa Olfaktorius
Sel reseptor olfaktorius terletak dibagian mukosa hidung yang khusus, yaitu membrane mukosa
olfaktorius yang berpigmen kekuningan. Pada anjing dan hewan lain dengan indra penghiduyang sangat berkembang (hewan makrosmatik), cakupan daerah membrane ini luas; pada hewan
mikrosmatik membrane ini kecil. Pada manusia daeraj ini luasnya 5 cm2
berada di atap rongga
hidung dekat septum. Membrane ini mengandung sel-sel penunjang dan sel-sel calon reseptor
penghidu. Diantara sel ini terdapat 10-20 juta sel reseptor. Setia reseptor penghidu adalah
neuron, dan di tubuh, membrane mukosa olfaktorius merupakan system saraf yang terletak
paling dekat dengan dunia luar. Setiap neuron memiliki dendrite pendek tebal dengan ujung
melebar yang disebut batang olfaktorius. Dari batang ini, timbul tonjolan silia yang merebak
kepermukaan mucus. Silia adalah prosesus tidak bermielin sengan panjang 2µm dan garis tengah
0,1µm. untuk setiap neuron terdapat 10-20 silia. Akson neuron reseptor penghidu menembus
lamina kribiformis tulang etmiod dan masuk ke bulbus olfaktorius.
Gambar : (a) lokasi (b) struktur mukosa olfaktorius (Vander - Human Physiology - The Mechanism of Body
Function, 8th ed (McGraw-Hill 2001)
Neuron penghidu, seperti reseptor pengecapan, tidak seperti neuron lainnya, selalu diperbarui
dengan waktu paruh beberapa minggu. Perbaruan sel olfaktorius ini merupakan proses yang
diatur, dana ada bukti bahwa pada proses ini, protein morfogenik tulang (bone morphogenic
protein, BMP) member pengaruh inhibisi. BMP merupakan golongan factor pertumbuhan yang
sebelumnya disebutkan sebagai zat perangsang (promotor) pertumbuhan tulang, tetapi sekarng
diketahui bekerja pada bermacam-macam jaringan tubuh selama pertumbuhan, termasuk
berbagai sel saraf.
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 2/7
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 3/7
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 4/7
Ambang dan Daya Diskriminasi (Pembedaan) Penghidu
Reseptor penghidu hanya member jawaban terhadap zat-zat yang bersentuhan dengan epitel
penghidu dan larut dalam lapisan tipis mucus yang melapisinya. Ambang penghidu untuk zat-zat
tertentu memperlihatkan kepekaan yang luar biasa terhadap beberapa zat. Selain itu, daya
diskriminasi juga sangat luar biasa. Manusia dapat mengenali lebih dari 10.000 jenis bau-bauan.Di pihak lain, daya menentukan perbedaan intensitas terhadap bau adalah buruk. Kosentrasi zat
berbau harus harus berbeda sekitar 30 % sebelum terdeteksi adanya perbedaan. Arah asal suatu
bau mungkin didasarkan perbedaan kecil dari waktu kedatangan molekul zat yang bersangkutan
ke dua lubang hidung.
Molekul penghasil bau umumnya berukuran kecil, mengandung atom karbon 3-4 sampai 18-20,
dan molekul dengan jumlah atom karbon sama, tetapi dengan konfigurasi struktur berbeda
memiliki bau yang berbeda. Zat yang sangat berbau biasanya memiliki sifat relative mudah larut
dalam air dam lemak.
Tranduksi Rangsang
Dalam tahun-tahun terakhir ini, system penghidu mendapat perhatian yang sangat besar karena
kenyataan alam yang menarik, yaitu bagaimana suatu organ indra yang sederhana seperti mukosa
penghidu dan representasinya di otak, yang tampaknya tidak begitu kompleks, dapat
membedakan lebih dari 10.000 macam bau. Jawaban pertama untuk pertanyaan ini adalah bahwa
terdapat bermacam-macam reseptor bau, dan yang kedua adalah bahwa glomerulus olfaktorius ,
tempat proyeksi sel reseptor, berperan sebagai penentu ciri.
Mencit memiliki sekitar 1000 jenis reseptor penghidum dan jumlah pada manusia juga
sebanding. Semua reseptor penghidu dikaitkan dengan protei G heterotrimetik. Sebagian bekerja
melalui adenilil siklase dan AMP-siklik, dan yang lain bekerja melalui fosfolipase C dan hasil-
hasil hidrolisis fosfatidilinositol. Sebagian besar membuka kanal kation yang menyebabkan arus
masuk Ca2+
dan Na+.
Meskipun ada 1000 reseptor yang berbeda, manusia dapat membedakan sepuluh kali jumlah itu.
Oleh karena itu, harus ada mekanisme tambahan. Tampaknya mekanisme ini terjadi
diglomerolus olfaktorius yang bekerja sebagai penentu ciri (festure detector ) yang meneruskan
pola-pola berbeda ke korteks. Tiap glomerolus olfaktorius menerima masukan hanya dari satu
jenis reseptor olfaktorius. Namun, tiap reseptor olfaktorius dapat menjawab atas beberapa zat
berbau, dan satu jenis zat berbau dapat dikenali oleh beberapa reseptor. Oleh karena itu, tiap zat
berbau menghasilkan pola glomerolus yang berbeda. Bukti dari hipotesis ini didapat pada tikus
dengan teknik pencitraan optis, yaitu zat berbau yang hanya sedikit bebeda strukturnya tetapi
berbeda baunya akan menggiatkan gabungan glomerulus yang berbeda.
Pada glomerolus olfaktorius terdapat inhibisi lateral oleh sel periglomerolus dan sel granula. Hal
ini akan mempertajam dan memfokuskan rangsang penghidu. Selain itu, lapangan potensial
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 5/7
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 6/7
Organ Vomeronasal
Pada binatang pengerat dan golongan mamalia lainya, rongga hidung mengandung daerah
membrane olfaktorius lain yang terletak disepanjang septum nasalis dalam organ vomeronasal
yang sangat berkembang. Organ ini berkaitan dengan persepsi bau yang berperas sebagai
feromon. Reseptornya berproyeksi ke bulbus olfaktorius asesorius dan akan terutama menuju kearea-area di amigdala dan hipotalamus yang berkaitan dengan reproduksi dan prilaku makan.
Masukan vomeronasal mempunyai pengaruh yang besar pada fungsi-fungsi ini. Organ
vomeronasal ini mempunyai sekitar 30 reseptor bau berlekuk (serpentine) yang sangat berbeda
strukturnya dari epitel olfaktorius yang umum.
Organ ini tidak begitu berkembang pada manusia, tetapi ada daerah membrane mukosa
olfaktorius yang secara anatomi dan biokimia terpisah pada lekuk yang terdapat di sepertiga
anterior septum nasalis, yang tampaknya merupakan homolog. Ada bukti bahwa pada manusia
terdapat feronom, dan ada hubungan erat antara penghidu dan fungsi seksual. Iklan-iklan
parfume merupakan bukti nyata. Indra penghidu dikatakan lebih tajam pada wanita dari padapria, dan pada wanita terjadi peningkatan pada saat ovulasi. Penghidu dan juga pengecapan
memiliki kemampuan unik membangkitkan ingatan jangka panjang, suatau kenyataan yang
sering ditulis para novelis dan dibuktikan oleh para ahli psikologi eksperimental.
Mengendus (Sniffing )
Bagian rongga hidung yang mangandung reseptor penghidu kurang mendapat ventilasi. Setiap
menarik napas, sebagian besar udara umumnya bergerak tanpa hambatan melalui konka, dan
hanya sebagian kecil udara melewati membrane mukosa olfaktorius akibat arus pusar. Arus
pusar ini mungkin terjadi akibat konveksi sewaktu udara dingin mencapai permukaan mukosayang hangat. Jumlah udara yang melewati daerah ini sangat meningkat saat mengendus
(sniffing ), suatu tindakan kontraksi bagian bawah nares di septum untuk membantu mengarahkan
arus udara ke atas. Mengendus adalah suatu respon semirefleks yang biasanya terjadi apa bila
ada bau baru yang menarik.
Peran Serat Nyeri di Hidung
Ujung-ujung saraf bebas dari banyak serat nyerin. Trigeminus di temukan di membrane mukosa
olfaktorius. Ujung-ujung ini dirangsang oleh zat merangsang, dan komponen rangsang ini
merupakan zat bau khas seperti peppermint, mentol, dan klorinyang dihantarkan oleh n.
trigeminus. Ujung-ujung ini juga berperan menimbulkan bersin, keluarnya air mata, inhibisi
napas, dan respon reflex lain terhadap zat rangsang lain di hidung.
Adaptasi
Secara umum diketahui apabila seseorang secara terus menerus terpajan bau tertentu (bahkan bau
yang paling tidak mengenakkan), presepsi bau akan menurun dan akhirnya menurun dan
8/7/2019 penghidu Agus. doc
http://slidepdf.com/reader/full/penghidu-agus-doc 7/7
akhirnya berhenti. Fenomena yang kadang-kadang bermanfaat ini disebabkan oleh adaptasi, atau
desensitisasi, yang relative cukup cepat terjadi pada system penghidu. Adaptasi ini sepesifik
untuk bau tertentuyang sedang tercium, dan ambang untuk bau lain tidak berubah. Proses ini
sebagian terjadi di pusat dan nampaknya berhubungan dengan hiperpolarisasi neuon korteks.
K elainan Penghidu
Kelainan penghidu antara lain anosmia (hilangnya daya penghidu), hiposmia (berkurangnya
kepekatan penghidu), dan disosmia (distorsi daya penghidu). Pada manusia telah telah ditemukan
beberapa lusin jenis anosmia yang berbeda; kelainan-kelaina ini diperkirakan desebabkan oleh
tidak adanya atau gangguan fungsi salah satu dari banyak kelompok reseptor bau. Ambang
penghidu meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan lebih dari 75% orang berusia di atas
80 tahun mengalami gangguan mengidentifikasi bau.
Sumber :
� Despopoulos, Agamemnon. Et al. Color Atlas of Physi olog y 5th
Ed . New York :
Thieme 2003
� Essent i al H i stolog y, 2nd
ed i t i on
� Ganong, William F. Buku Ajar F i si ologi Kedok teran ed i si 20. Jakarta : EGC. 2002
� Greenstein, Ben. Color Atlas of Neurosci ences, Neuroanatomy and
Neurophysi olog y. New York : Thieme. 2000
� Vander. H uman Physi olog y - The Mechani sm of Body F unct i on, 8th
ed . New York :
McGraw- Hill. 2001