Upload
rhidayati1
View
1.236
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENGOLAHAN PENAKAR HUJAN TIPE HELLMAN BULAN
JULI – AGUSTUS 2010 DI STAKLIM SICINCIN
Diajukan Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
OLEH
RAHMI HIDAYATI
84138/2007
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
RINGKASAN
RAHMI HIDAYATI : PENGOLAHAN PENAKAR HUJAN TIPE
HELLMAN BULAN JULI – AGUSTUS 2010 DI
STAKLIM SICINCIN
Penakar hujan tipe Hellman merupakan penakar hujan recording yang
mempunyai kemampuan untuk merekam data hujan yang terjadi lengkap dengan
waktu terjadinya hujan. Data hujan diperoleh dari pias hujan yang dipasang pada
selinder jam di dalam penakar hujan tipe Hellman.
Dari pembacaan pias hujan, diketahui hari-hari terjadinya hujan pada bulan
Juli dan bulan Agustus 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek kerja lapangan ini yang berjudul “Pengolahan Penakar Hujan
Tipe Hellman Bulan Juli – Agustus 2010 di Staklim Sicincin”.
Laporan ini membahas tentang pengolah alat penakar hujan di Staklim
Sicincin yaitu penakar hujan jenis Hellman. Data yang di dapat berupa rekaman
data curah hujan pada pias Hellman. Data pada pias tersebut diolah sehingga
diketahui waktu-waktu hujan di Staklim Sicincin pada bulan Juli – Agustus.
Penulis membuat laporan ini guna memenuhi persyaratan dalam
melaksanakan praktek kerja lapangan dan sebagai pelaporan kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan selama praktek kerja lapangan serta hasil yang telah
diperoleh selama proses tersebut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam kelancaran penulisan laporan praktek kerja lapangan ini. Terima
kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Drs. H. Asrul, M.A selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.
2. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA.
3. Bapak Drs. Mahrizal, M.Si selaku pembimbing penulis dalam mata kuliah
Praktek Kerja Lapangan.
4. Bapak Edi Siswantoro, S.Si selaku Kepala Staklim Sicincin.
5. Bapak Sayadi, SP selaku Kasi Observasi Staklim Sicincin yang telah
menjadi pengawas penulis selama Praktek Kerja Lapangan.
6. Bapak Rizky A Saputra, SP sebagai pembimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan.
7. Kedua orang tua penulis (mama dan papa) yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis dengan tidak henti-hentinya.
8. Seluruh Bapak dan fungsional Staklim Sicincin yang tidak bisa penulis
sebutkan namanya satu persatu, atas segala pengetahuannya dalam
pengamatan, cara-cara membaca alat, mengirim data, mengolah data
sehingga data tersebut dapat disampaikan dan dimengerti oleh masyarakat.
9. Semua staff di Staklim Sicincin atas kerja sama dan bantuannya terhadap
penulis dalam menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan ini.
10. Teman-teman seperjuang yang berjuang bersama-sama dalam
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini (Elsi dan Ises).
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Padang, Desember 2010
Rahmi Hidayati
84138
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Prakter kerja lapangan merupakan salah satu dari mata kuliah fisika yang
termasuk mata kuliah perilaku berkarya. Dengan adanya praktek kerja lapangan
ini, kami sebagai mahasiswa diharapkan bisa mempraktekkan ilmu yang telah di
dapat di universitas salama masa kuliah. Selain itu, dengan adanya praktek kerja
lapangan ini, diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat belajar hal-hal baru dari
tempat mereka melaksanakan praktek kerja lapangan.
Banyak tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat PKL mahasiswa
Jurusan Fisika dengan bidang konsentrasi Geofisika, seperti dibeberapa BMKG.
Dalam hal ini penulis memilih tempat PKL di BMKG Sicincin atau lebih dikenal
dengan Stasiun Klimatologi (Staklim) Sicincin.
Kita sadari atau tidak, cuaca dan iklim sangat berpengaruh dalam
kehidupan kita. Kita telah mengetahui bahwa keadaan cuaca selalu berubah-ubah
dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, cuaca diartikan sebagai
keadaan atmosfer pada suatu wilayah yang sempit dalam kurun waktu yang
singkat. Sedangkan iklim adalah keadaan atmosfer pada suatu wilayah yang luas
dalam kurun waktu yang lama.
Dari beberapa tipe unsur cuaca, yang lebih sering kita perhatikan adalah
curah hujan. Di Staklim Sicincin ada dua jenis alat untuk menakar hujan yang
digunakan yaitu penakar hujan biasa dan penakar hujan Hellman. Setelah
melakukan PKL di Staklim Sicincin, penulis telah mengetahui bahwa penakar
hujan Hellman bisa merekam waktu hujan dan jumlah hujan. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk membahas tentang “Pengolahan Penakar Hujan Tipe
Hellman Bulan Juli – Agustus di Staklim Sicincin” ini. Adapun hasil dari
pengolahan penakar hujan tipe Hellman ini adalah waktu terjadinya hujan di
Staklim Sicincin.
B. Deskripsi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
BMKG adalah sebuah Lembaga Non Kementrian , dipimpin oleh seorang
Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
4. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data
dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
6. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
7. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
8. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
9. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
14. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
17. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.
Adapun visi dan misi dari BMKG adalah sebagai berikut :
1. Visi
Terwujudnya BMKG yang tanggap dan mampu memberikan pelayanan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal guna
mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan
aktif di tingkat internasional.
2. Misi
a. Mengamati dan memahami fenomena Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
udara dan Geofisika.
b. Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara
dan Geofisika yang handal dan terpercaya
c. Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
d. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
1. Sejarah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh
Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca
dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama
Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan
Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun
1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta,
sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan
menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk
penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua. Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk
melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi
dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai
anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau
WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan,
dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan
Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1965, namanya
diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di
bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di
bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan
menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun
2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen.
Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Bentuk dan struktur BMKG sama halnya dengan yang digunakan pada
instansi lainnya. Dalam menjalankan tugasnya instansi ini dipimpin oleh seorang
KASLIM (Kepala Stasiun Klimatologi) yang bertanggung jawab terhadap seluruh
bidang yang ada pada instansi ini.
Seorang KASLIM dalam melaksanakan operasional instansi dibantu oleh
berberapa staf yang bertanggung jawab terhadap seksinya masing-masing yaitu :
a. Tata usaha yang bertanggung jawab terhadap administrasi kantor seperti
surat menyurat, keuangan, dan lain sebagainya.
b. Bagian analisa yang bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan
analisa data-data yang dikirim ke Balai Wilayah I.
c. Kelompok tenaga teknis yang bertanggung jawab terhadap data-data
klimatologi yang ada di Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Sicincin.
d. Kelompok pengamat yang bertanggung jawab terhadap pengaturan jadwal
pengamatan di Staklim BMKG Sicincin.
e. Kelompok komunikasi dan peralatan yang bertanggung jawab terhadap
pengiriman informasi data ke Balai Wilayah I melalui sistem komunikasi
yang ada dan bertanggung jawab terhadap kondisi peralatan yang ada di
Staklim tersebut.
3. Aktivitas di Staklim Sicincin
Pengamatan cuaca dan iklim sangat besar pengaruhnya dalam berbagai
sektor kehidupan, oleh karena itu setiap provinsi yang tersebar di Indonesia telah
memiliki suatu badan yang menangani masalah tersebut dalam hal ini adalah
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Ada 5 (lima) lokasi
BMKG yang terdapat di Sumatera Barat yaitu :
a. Stasiun Maritim Teluk Bayur
b. Stasiun Tabing Padang
c. Stasiun Sicincin (Staklim Sicincin)
d. Stasiun Geofisika Padang Panjang
e. GAW Koto Tabang Bukittinggi (stasiun pemantau atmosfer global)
BMKG memiliki 5 (lima) Balai Besar yang masing-masing membawahi
sejumlah Stasiun BMKG yaitu :
a. Balai Besar Wilayah I Medan
b. Balai Besar Wilayah II Ciputat
c. Balai Besar Wilayah III Denpasar
d. Balai Besar Wilayah IV Makassar
e. Balai Besar Wilayah V Jayapura
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika merupakan badan yang
bertugas mengadakan penelitian dan pelayanan meteorologi dan meliputi masalah
iklim, cuaca, kualitas udara, dan lain sebagainya. Dalam Badan ini dikumpulkan
data yang berasal dari seluruh stasiun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
yang salah satunya adalah Staklim Sicincin untuk daerah Sumatera Barat.
Informasi ini didistribusikan melalui televisi dan juga media masa yang
dilengkapi dengan prakiraan cuaca perwilayah dan dikirim ke instansi-instansi
pengguna di provinsi tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Staklim Sicincin antara lain adalah
pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim. Agar tercapainya pelayanan yang
bermutu, maka diperlukan berbagai macam data unsur klimatologi yang akurat
dan tepat waktu dari pengamatan staklim. Hasil dari pengamatan tersebut
kemudian diubah kedalam sandi sinop untuk kemudian dikirim ke Balai Wilayah
I. Data-data yang telah diperoleh juga dikumpulkan untuk dianalisa oleh Staklim
Sicincin sendiri guna memberikan informasi kepada masyarakat dan instansi-
instansi yang membutuhkan. Dengan demikian, di instansi inilah data-data cuaca
dan iklim di proses, mulai dari pengamatan, pengumpulan data, pengolahan data,
dan analisanya.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Mekanisme Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dilaksanakan mulai dari tanggal 5
Juli 2010 sampai 5 Agustus 2010 bertempat di Staklim Sicincin. Pada minggu
pertama, penulis diperkenalkan dengan alat-alat yang digunakan di Staklim
Sicincin, cara pembacaan alat, cara pengambilan data, dan cara pengiriman data
dengan menggunakan CMSS (Computer Message Switching System). Setelah
perkenalan dengan alat-alat obsevasi, penulis bertugas mendampingi petugas
observasi untuk bersama-sama melakukan obervasi pada setiap jamnya. Jam
operasi di BMKG Sicincin yaitu 15 jam, mulai dari jam 07.00 – 22.00 setiap
harinya.
Pada minggu kedua dan seterusnya, penulis masih diberi tugas untuk
mendampingi petugas observasi disamping diberi tugas-tugas lainnya, seperti
pengumpulan data observasi dan pengolahannya.
B. Jadwal Praktek Kerja Lapangan
Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, praktek kerja lapangan ini
dimulai pada tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan tanggal 5 Agustus 2010, yaitu
pada masa liburan semester genap 2009 – 2010 dari hari Senin sampai hari Jum’at
(jadwal terlampir). Jika mendampingi petugas observasi, jam kerjanya mulai dari
pukul 07.00 sampai dengan 18.00 WIB. Jika bertugas di kantor, jam kerjanya
mulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB.
C. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, Hambatan, dan Penyelesaiannya
1. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Staklim Sicincin merupakan salah satu Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika yang salah satu tugasnya yaitu mengamati unsur-unsur cuaca.
Pengamatan dilakukan setiap harinya dengan alat-alat yang terdapat dalam taman
alat di staklim tersebut. Sebagai mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja
Lapangan di Staklim Sicincin, kami juga bertugas untuk mendampingi observer
dalam mengamati unsur-unsur cuaca dengan jam tugas yang telah diatur
sebelumnya.
a. Unsur-Unsur Cuaca yang Diamati dan Taman Alat di Staklim Sicincin
Unsur-unsur cuaca yang diamati di Staklim Sicincin antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Keadaan cuaca
2) Penyinaran matahari
3) Intensitas matahari
4) Suhu udara
5) Kelembaban udara
6) Tekanan udara
7) Penguapan
8) Curah hujan
9) Kecepatan dan arah angin
Gambar 1. Taman alat di Staklim Sicincin
Seperti halnya disetiap BMKG, di Staklim Sicincin juga terdapat taman
alat yang ditunjukkan pada Gambar 1. Di taman alat inilah alat-alat untuk
mengamati unsur-unsur cuaca di atas di letakkan. Taman alat ini dikelilingi pagar
untuk menjaga keamanan dari alat
yang terlihat pada Gambar 1, taman alat dilengkapi dengan lampu untuk
penerangan pengamatan di malam hari. Di dalam taman ditanami rumput
kemudian dibuat jalan setapak yang menghubungkan satu ala
Taman alat yang terdapat di Staklim Sicincin terdiri dari :
1) Sangkar meteorologi (sangkar Stevenson)
Sangkar meteorologi (sangkar Stevenson) berbentuk kotak, berkaki empat
dan terbuat dari kayu jati agar kuat. Sangkar diberi cat berwarna putih
untuk mencegah penyerapan cahaya matahari. Seperti yang terlihat pada
Gambar 2, sangkar diberi ventilasi sehingga
sirkulasi udara.
Gambar 3. Psychrometer
termometer bola basah, (C) termometer bola kering, (D)
termometer maksimum, (E)
nan dari alat-alat yang ada di dalam taman tersebut. Seperti
yang terlihat pada Gambar 1, taman alat dilengkapi dengan lampu untuk
penerangan pengamatan di malam hari. Di dalam taman ditanami rumput
kemudian dibuat jalan setapak yang menghubungkan satu alat dengan alat lainnya.
Taman alat yang terdapat di Staklim Sicincin terdiri dari :
Sangkar meteorologi (sangkar Stevenson)
Gambar 2. Sangkar meteorologi
Sangkar meteorologi (sangkar Stevenson) berbentuk kotak, berkaki empat
dan terbuat dari kayu jati agar kuat. Sangkar diberi cat berwarna putih
untuk mencegah penyerapan cahaya matahari. Seperti yang terlihat pada
Gambar 2, sangkar diberi ventilasi sehingga memunkinkan terjadinya
Psychrometer standard terdiri dari (A) piche evaporimeter, (B)
termometer bola basah, (C) termometer bola kering, (D)
termometer maksimum, (E) termometer minimum
alat yang ada di dalam taman tersebut. Seperti
yang terlihat pada Gambar 1, taman alat dilengkapi dengan lampu untuk
penerangan pengamatan di malam hari. Di dalam taman ditanami rumput
t dengan alat lainnya.
Sangkar meteorologi (sangkar Stevenson) berbentuk kotak, berkaki empat
dan terbuat dari kayu jati agar kuat. Sangkar diberi cat berwarna putih
untuk mencegah penyerapan cahaya matahari. Seperti yang terlihat pada
memunkinkan terjadinya
standard terdiri dari (A) piche evaporimeter, (B)
termometer bola basah, (C) termometer bola kering, (D)
Sangkar tersebut berfungsi untuk menem
seperti yang terlihat pada Gambar 3.
termometer bola kering, termometer bola basah, termometer maksimum,
termometer minimum, dan piche evaporimeter. Selain itu, sangkar juga
digunakan untuk me
dan kelembaman udara.
2) Cup counter anemometer
Cup counter anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata
rata serta arah angin. Cup counter anemometer yang terdapat di Staklim
Sicincin terdiri dari
dan dengan ketinggian 10 meter seperti yang terlihat pada Gambar 4. Cup
counter nemometer dengan ketinggian 2 meter hanya dapat mengukur
kecepatan angin, dilengkapi dengan layar untuk menampilkan kecepata
anginnya. Sedangkan cup counter anemometer dengan ketinggian 10 m
dapat mengukur berapa kecepatan angin dan besar arah angin tersebut.
Seperti yang diperlihatkan Gambar 4, cup counter anemometer tersebut
terdiri dari tiga mangkuk yang dipasang simetris y
ada angin.
Gambar 4. Cup counter anemometer dengan tinggi (a) 2 m dan (b) 10 m
Sangkar tersebut berfungsi untuk menempatkan psychrometer
seperti yang terlihat pada Gambar 3. Psychrometer tersebut terdiri dari
termometer bola kering, termometer bola basah, termometer maksimum,
termometer minimum, dan piche evaporimeter. Selain itu, sangkar juga
digunakan untuk menempatkan thermo hygrograph untuk mencatat suhu
dan kelembaman udara.
Cup counter anemometer
Cup counter anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata
rata serta arah angin. Cup counter anemometer yang terdapat di Staklim
Sicincin terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu dengan ketinggian 2 (dua) meter
dan dengan ketinggian 10 meter seperti yang terlihat pada Gambar 4. Cup
counter nemometer dengan ketinggian 2 meter hanya dapat mengukur
kecepatan angin, dilengkapi dengan layar untuk menampilkan kecepata
anginnya. Sedangkan cup counter anemometer dengan ketinggian 10 m
dapat mengukur berapa kecepatan angin dan besar arah angin tersebut.
Seperti yang diperlihatkan Gambar 4, cup counter anemometer tersebut
terdiri dari tiga mangkuk yang dipasang simetris yang akan berputar jika
a b
Gambar 4. Cup counter anemometer dengan tinggi (a) 2 m dan (b) 10 m
psychrometer standar,
tersebut terdiri dari
termometer bola kering, termometer bola basah, termometer maksimum,
termometer minimum, dan piche evaporimeter. Selain itu, sangkar juga
untuk mencatat suhu
Cup counter anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-
rata serta arah angin. Cup counter anemometer yang terdapat di Staklim
2 (dua) jenis yaitu dengan ketinggian 2 (dua) meter
dan dengan ketinggian 10 meter seperti yang terlihat pada Gambar 4. Cup
counter nemometer dengan ketinggian 2 meter hanya dapat mengukur
kecepatan angin, dilengkapi dengan layar untuk menampilkan kecepatan
anginnya. Sedangkan cup counter anemometer dengan ketinggian 10 m
dapat mengukur berapa kecepatan angin dan besar arah angin tersebut.
Seperti yang diperlihatkan Gambar 4, cup counter anemometer tersebut
ang akan berputar jika
Gambar 4. Cup counter anemometer dengan tinggi (a) 2 m dan (b) 10 m
3) Panci penguapan
Panci penguapan berfungsi untuk menentukan besarnya penguapan. Panci
penguapan tersebut terbuat dari besi atau logam yang tahan
bagian dasar dari panci tersebut dibuat pondasi dari kayu sehingga posisi
panci kuat dan tidak mudah goyang.
Gambar 5. Panci penguapan
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa di dalam panci penguapan ini terdapat
still well (berbentuk selinder dan mempunyai 3 (tiga) kaki) yang berisi
hook gauge (berbentuk seperti kail pancing),
perubahan tinggi air di dalam panci. Selain itu, juga terdapat
thermometer untuk mengukur suhu maksimum dan minimum air kemudian
di dekat panci terdapat cup counter anemometer 2 meter.
4) Campbell Stokes
Pada Gambar 6 dapat dilihat gambar Campbell Stokes yang terbuat dari
bola kaca pejal yang di bawahnya diletakkan pias khusus. Cam
Stokes berfungsi untuk menentukan waktu dan lamanya penyinaran
matahari. Sinar yang melewati bola kaca menjadi terpusat atau terfokusnya
sehingga sinar matahari tersebut tepat mengenai pias khusus dan
meninggalkan jejak berupa pias yang terbakar. Pan
sinar matahari yang terfokus pada pias.
Panci penguapan
Panci penguapan berfungsi untuk menentukan besarnya penguapan. Panci
penguapan tersebut terbuat dari besi atau logam yang tahan karat. Pada
bagian dasar dari panci tersebut dibuat pondasi dari kayu sehingga posisi
panci kuat dan tidak mudah goyang.
Gambar 5. Panci penguapan
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa di dalam panci penguapan ini terdapat
(berbentuk selinder dan mempunyai 3 (tiga) kaki) yang berisi
(berbentuk seperti kail pancing), digunakan untuk mengukur
perubahan tinggi air di dalam panci. Selain itu, juga terdapat
untuk mengukur suhu maksimum dan minimum air kemudian
di dekat panci terdapat cup counter anemometer 2 meter.
Campbell Stokes
Pada Gambar 6 dapat dilihat gambar Campbell Stokes yang terbuat dari
bola kaca pejal yang di bawahnya diletakkan pias khusus. Cam
Stokes berfungsi untuk menentukan waktu dan lamanya penyinaran
matahari. Sinar yang melewati bola kaca menjadi terpusat atau terfokusnya
sehingga sinar matahari tersebut tepat mengenai pias khusus dan
meninggalkan jejak berupa pias yang terbakar. Panah C menunjukkan
sinar matahari yang terfokus pada pias.
Panci penguapan berfungsi untuk menentukan besarnya penguapan. Panci
karat. Pada
bagian dasar dari panci tersebut dibuat pondasi dari kayu sehingga posisi
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa di dalam panci penguapan ini terdapat
(berbentuk selinder dan mempunyai 3 (tiga) kaki) yang berisi
untuk mengukur
perubahan tinggi air di dalam panci. Selain itu, juga terdapat floating
untuk mengukur suhu maksimum dan minimum air kemudian
Pada Gambar 6 dapat dilihat gambar Campbell Stokes yang terbuat dari
bola kaca pejal yang di bawahnya diletakkan pias khusus. Campbell
Stokes berfungsi untuk menentukan waktu dan lamanya penyinaran
matahari. Sinar yang melewati bola kaca menjadi terpusat atau terfokusnya
sehingga sinar matahari tersebut tepat mengenai pias khusus dan
ah C menunjukkan
Gambar 6. Campbell Stokes (A) bola pejal (B) pias khusus (C) sinar
matahari yang terfokus pada pias khusus
Pias khusus untuk Campbell Stokes terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu pias
lengkung panjang
lurus (dipasang tanggal 1 Maret
Oktober), dan pias lengkung pendek (dipasang tanggal 11 April
Agustus).
5) Barograf dan barometer
Gambar 7. Alat pengu
Pada Staklim Sicincin, alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya
tekanan udara ada dua jenis yaitu barograph dan barometer seperti yang
terlihat pada Gambar 7. Barograf adalah alat pengukur tekanan udar
Gambar 6. Campbell Stokes (A) bola pejal (B) pias khusus (C) sinar
matahari yang terfokus pada pias khusus
Pias khusus untuk Campbell Stokes terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu pias
lengkung panjang (dipasang tanggal 11 Oktober – 28/29 Februari), pias
lurus (dipasang tanggal 1 Maret – 10 April dan tanggal 1 September
Oktober), dan pias lengkung pendek (dipasang tanggal 11 April
Barograf dan barometer
a b
Gambar 7. Alat pengukur tekanan udara (a) barograf dan (b) barometer
Pada Staklim Sicincin, alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya
tekanan udara ada dua jenis yaitu barograph dan barometer seperti yang
terlihat pada Gambar 7. Barograf adalah alat pengukur tekanan udar
Gambar 6. Campbell Stokes (A) bola pejal (B) pias khusus (C) sinar
Pias khusus untuk Campbell Stokes terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu pias
28/29 Februari), pias
10 April dan tanggal 1 September – 10
Oktober), dan pias lengkung pendek (dipasang tanggal 11 April – 31
kur tekanan udara (a) barograf dan (b) barometer
Pada Staklim Sicincin, alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya
tekanan udara ada dua jenis yaitu barograph dan barometer seperti yang
terlihat pada Gambar 7. Barograf adalah alat pengukur tekanan udara
secara otomatis karena besar tekanan udara pada tempat itu akan langsung
tercatat pada pias. Pias barograf ini diganti setiap hari pada pagi harinya.
Sedangkan barometer merupakan alat pengukur tekanan udara yang juga
bisa sekaligus mengukur suhu tempat
6) Termometer tanah
Termometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah. Termometer
tanah ini terdiri dari termometer tanah berumput dan termometer tanah
gundul. Seperti yang terlihat pada Gambar 8, termometer tanah berumput
digunakan untuk mengukur su
tersebut sedangkan termometer tanah gundul digunakan untuk mengukur
suhu tanah dengan keadaan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman. Hasil
pengukuran suhu tanah pada kedua keaadaan ini berguna di dalam bidang
pertanian.
Gambar 8. Termometer tanah (a) berumput dan (b) gundul
Kedalaman pengukuran termometer tanah ini yaitu pada kedalaman 0, 2, 5,
10, 20, 50, dan 100 cm.
100 cm harus memakai sebuah tabung silinder
termometer agar mudah melakukan pembacaan
dilengkapi dengan parapin agar suhu tidak berubah ketika termometer
diangkat ke atas dan dibaca.
secara otomatis karena besar tekanan udara pada tempat itu akan langsung
tercatat pada pias. Pias barograf ini diganti setiap hari pada pagi harinya.
Sedangkan barometer merupakan alat pengukur tekanan udara yang juga
bisa sekaligus mengukur suhu tempat itu.
Termometer tanah
Termometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah. Termometer
tanah ini terdiri dari termometer tanah berumput dan termometer tanah
gundul. Seperti yang terlihat pada Gambar 8, termometer tanah berumput
digunakan untuk mengukur suhu tanah dengan terdapat rumput pada tanah
tersebut sedangkan termometer tanah gundul digunakan untuk mengukur
suhu tanah dengan keadaan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman. Hasil
pengukuran suhu tanah pada kedua keaadaan ini berguna di dalam bidang
a b
Gambar 8. Termometer tanah (a) berumput dan (b) gundul
Kedalaman pengukuran termometer tanah ini yaitu pada kedalaman 0, 2, 5,
10, 20, 50, dan 100 cm. Untuk pengukuran yang kedalamannya 50 dan
100 cm harus memakai sebuah tabung silinder untuk menempat
ermometer agar mudah melakukan pembacaan dan termometernya
dilengkapi dengan parapin agar suhu tidak berubah ketika termometer
diangkat ke atas dan dibaca.
secara otomatis karena besar tekanan udara pada tempat itu akan langsung
tercatat pada pias. Pias barograf ini diganti setiap hari pada pagi harinya.
Sedangkan barometer merupakan alat pengukur tekanan udara yang juga
Termometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah. Termometer
tanah ini terdiri dari termometer tanah berumput dan termometer tanah
gundul. Seperti yang terlihat pada Gambar 8, termometer tanah berumput
hu tanah dengan terdapat rumput pada tanah
tersebut sedangkan termometer tanah gundul digunakan untuk mengukur
suhu tanah dengan keadaan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman. Hasil
pengukuran suhu tanah pada kedua keaadaan ini berguna di dalam bidang
Gambar 8. Termometer tanah (a) berumput dan (b) gundul
Kedalaman pengukuran termometer tanah ini yaitu pada kedalaman 0, 2, 5,
Untuk pengukuran yang kedalamannya 50 dan
untuk menempatkan
dan termometernya
dilengkapi dengan parapin agar suhu tidak berubah ketika termometer
7) Gun bellani
Gun bellani berfungsi untuk mengukur intensitas penyinaran matahari.
Pembacaannya dilakukan dua kali yaitu pada saat diangkat pertama kali
kemudian setelah dibalik dan dikembalikan.
a b
Gambar 9. Gun bellani (a) dilihat dari atas dan (b) dilihat dari samping
Pemasangan alat gun bellani ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar
9. Sebagai pondasinya dibuat sebuah tabung selinder yang diletakkan
dalam tanah kemudian gun bellani tersebut ditempatkan di dalamnya.
8) Penakar hujan
Penakar hujan berfungsi untuk mengukur curah hujan yang turun
kepermukaan tanah. Penakar hujan yang dipakai di Staklim Sicincin yaitu
penakar hujan biasa (OBS) dan penakar hujan tipe Hellman seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 10. Penakar hujan OBS adalah penakar hujan
non recording yang mana untuk mengetahui berapa curah hujannya kita
harus membuka keran penakar tersebut kemudian mengukurnya dengan
gelas ukur. Sedangkan penakar hujan tipe Hellman adalah penakar hujan
recording yang mana curah hujan langsung terekam pada pias yang
dipasang pada badan alat tersebut.
a b
Gambar 10. Penakar hujan (a) tipe OBS dan (b) tipe Hellman
9) High Volume Air Sampler
Gambar 11. High volume air sample
High Volume Air Sampler (HVA Sampler) yang terlihat pada Gambar 11
berfungsi untuk pengambilan sampel partikel debu yang mengambang di
udara (alat kualitas udara). Melalui alat ini kita dapat mengetahui kualitas
udara di Staklim Sicincin sehingga kita dapat memantau kualitas udaranya.
b. Pengamatan-Pengamatan di Staklim Sicincin
Pengamatan di Staklim Sicincin dilakukan setiap harinya mulai dari pukul
07.00 – 22.00 WIB yaitu selama 15 jam. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan
ada yang dibukukan dan ada yang ditulis kedalam sandi sinop. Ada 4 buah buku
pengamatan yaitu buku penguapan, Fklim71, AGM 1A, dan AGM 1B.
Buku penguapan diisi pada pukul 07.17. Parameter yang dicatat pada buku
penguapan ini antara lain adalah penguapan pada panci penguapan, kecepatan
angin pada cup counter anemometer dekat panci, suhu air, curah hujan, intensitas
cahaya matahari pada gun bellani, penguapan pada piche, kemudian kecepatan
angin pada cup counter anemometer 2 meter.
Buku Fklim71 diisi pada pukul 07.17, 13.17, dan 18.17 WIB. Parameter-
parameter yang dicatat adalah temperatur minimum, temperatur maksimum,
temperatur bola basah dan bola kering, kelembaban, curah hujan (jika ada),
penyinaran matahari, tekanan permukaan, cup counter anemometer 2 meter, arah
dan kecepatan angin 10 meter, dan cuaca khusus (jika ada).
Buku AGM 1A diisi pada pukul 07.17, 13.17, dan 18.17 WIB. Parameter-
parameter yang dicatat di dalam buku ini adalah temperatur minimum, temperatur
maksimum, temperatur bola basah dan bola kering, kelembaban, cup counter
anemometer 2 meter, arah dan kecepatan angin 10 meter, penyinaran matahari,
hujan (jumlah hujan per waktu pengamatan dan total hujan), uji pengamatan
(termometer bola kering dengan termometer minimum dan maksimum), keadaan
cuaca (pada jam 07.00, 14.00, dan 24 jam yang lalu).
Buku terakhir adalah buku AGM 1B yang diisi pada pukul 07.47, 13.47,
dan 17.47 WIB. Buku ini diisi dengan temperatur bola basah dan bola kering,
kelembaban, temperatur air pada panci penguapan, cup counter anemometer 2
meter, arah dan kecepatan angin 10 meter, hujan, temperatur tanah gundul dan
temperatur tanah berumput.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selain pengamatan yang
dibukukan ada juga pengamatan yang diubah kedalam sandi sinop. Pengamatan
yang dibukukan dilakukan pada waktu-waktu tertentu sedangnya pengamatan
sinop dilakukan setiap jam. Pengiriman data pengamatan sinop dilakukan pada
jam-jam penting dimulai dari 07.00 WIB (± 10 menit) sampai pukul 22.00 WIB (±
10 menit) dengan selang waktu 3 jam.
Pada waktu serah terima tugas dari dinas operasional sebelumnya
(observer dibagi dua shif yaitu shif pagi dan shif sore), observer mencek semua
peralatan dan menandatangani log book (buku laporan). Jika ada alat dalam
kondisi rusak maka pengamatan dilakukan secara manual. Peralatan yang rusak
dilaporkan kepada atasan langsung pada kesempatan pertama. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengamatan adalah sebagai berikut :
1) Mengamati keadaan cuaca (present weather).
2) Membaca termometer bola kering (BK) dan bola basah (BB).
3) Membaca termometer minimum.
4) Membaca termometer maksimum.
5) Mengamati panci penguapan.
6) Mengganti pias Campbell Stokes (pagi).
7) Membaca anemometer.
8) Membuat catatan khusus jika terjadi perubahan cuaca yang bermakna di
luar jam-jam pengamatan contohnya jika terjadi hujan dan perubahan arah
angin lebih dari 20 knot.
9) Memperhatikan pengisian pengenal data curah hujan.
10) Memperhatikan pengisian data jumlah curah hujan, hujan tersebut untuk 3
(tiga) jam yang lalu atau 6 (enam) jam yang lalu.
11) Memperhatikan jenis awan yang berpengaruh pada penyandian dan
banyaknya jenis dan tinggi dasar awan.
12) Membaca barometer atau barograf.
13) Menyandi keseluruhan unsur-unsur diatas kedalam buku penyandian.
14) Mencek kembali berita sinop yang telah disandi.
15) Mencek waktu pengiriman tepat pada jam pengiriman sinop dan harus
dikirim ke Balai Besar Wilayah I Medan.
16) Mengisi log book untuk menyerahkan tugas operasional pada petugas
berikutnya.
2. Hambatan dalam Pelaksaan Praktek Kerja Lapangan dan
Penyelesaiannya
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan yang telah dilakukan, tidak
selamanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Dalam mendampingi observer
melakukan pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca sikap disiplin sangat
diutamakan. Pengamatan dilakukan pada ± 10 menit jam pengamatan, setelah itu
data dikirim. Data sinop tersebut sangat diharapkan dikirim tepat pada waktunya
dan tidak ada kesalahan dalam penulisan dan pengirimannya karena data tersebut
berisi informasi-informasi. Jika penulisan dari hasil pengamatan tersebut keliru
maka penafsirannya juga akan menjadi keliru.
Dalam melakukan apapun, pasti selalu ada pengalaman pertama. Penulis
pun juga demikian dalam pelaksaan praktek kerja lapangan ini. Saat pertama
mendampingi observer, penulis hanya mengamati dan mencatat apa yang
dilakukan observer. Kemudian penulis diberi tugas untuk melakukan pengamatan
dan pengiriman sendiri dengan tetap diawasi oleh observer yang bertugas.
Hal yang menjadi hambatan dalam pelaksaan praktek kerja lapangan ini
salah satunya adalah dalam pengamatan. Hambatannya yaitu dalam pengamatan
terhadap visibilitas, jumlah dan jenis awan, serta bagian awan yang menutupi
langit. Dalam melakukan penyandian, penulis juga kadang kala pernah keliru.
Kekeliruan-kekeliruan tersebut kemudian dapat diatasi berkat bantuan dari
pembimbing dan obsever yang telah menjelaskan kepada para penulis.
BAB III
PENGOLAHAN PENAKAR HUJAN TIPE HELLMAN
BULAN JULI – AGUSTUS DI STAKLIM SICINCIN
A. Tinjauan Kondisi Riil
Staklim Sicincin merupakan stasiun klimatologi yang lebih fokus dalam
menangani cuaca. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu unsur
cuaca tersebut adalah curah hujan. Untuk mengetahui curah hujan diperlukan alat
yang bisa menakar hujan tersebut.
Selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan, penakar hujan yang
digunakan di Staklim Sicincin ada dua jenis yaitu penakar hujan biasa (OBS) dan
penakar hujan tipe Hellman. Penakar hujan biasa ini bekerja dengan cara
menampung hujan kemudian pengukurannya dilakukan dengan mengukur
intensitas hujan yang tertampung dengan gelas ukur. Sedang penakar hujan tipe
Hellman mempunyai kelebihan dapat merekam data hujan yang tertampung
sehingga dapat diketahui kapan hujan dimulai dan kapan berhentinya serta
intensitasnya.
1. Prinsip Kerja Penakar Hujan Tipe Hellman
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penakar hujan tipe Hellman
berkerja dengan menggunakan prinsip pelampung. Jika hujan turun, air hujan
akan masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corong yang ada di atas,
air yang masuk kedalam tabung mengakibatkan pelampung beserta tangkainya
terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang
bergerak mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias yang
diletakkan/digulung pada jam berbentuk selinder. Penunjukkan pena pada pias
sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila pena telah
menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung akan keluar melalui gelas siphon
yang bentuknya melengkung menuju tempat penampungan air yang berada di
dasar penakar hujan.
Seiring dengan keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan
turunnya pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil menggores pias
berupa garis lurus vertikal. Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti dan
akan menunjuk pada posisi nol, yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan
turun.
2. Pengkalibrasian Penakar Hujan Tipe Hellman
Pengkalibrasian ini bertujuan untuk tidak terjadi kesalahan pengurukuran
oleh penakar hujan tersebut sehingga data curah hujan yang didapat tidak keliru.
Pengkallibrasian penakar hujan tipe Helllman tersebut dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Setelah pias sebelumnya diambil dari selinder jam, pias yang baru dipasang
pada selinder jam tersebut dengan menjepitkan pias pada selinder jam. Jika
pada hari sebelumnya terjadi hujan, maka pena seharusnya tidak menunjuk
pada posisi nol.
b. Untuk mengembalikan posisi tangkai pena sehingga menunjuk pada posisi
nol, air dimasukkan secukupnya secara perlahan-lahan melalui corong
sehingga air keluar melalui gelas siphon.
c. Setelah diperoleh posisi tangkai pena tepat pada posisi nol, langkah
selanjutnya adalah memempatkan posisi tangkai pena pada posisi
maksimum yaitu 10 mm.
d. Hal ini dilakukan dengan cara menuangkan air sebanyak 10 mm ke dalam
corong penakar hujan secara perlahan-lahan sehingga jarum sampai pada
posisi maksimum pada pias.
e. Setelah posisi pena pas pada posisi mínimum dan maksimum, perlu dicoba
untuk menuangkan kembali air sebanyak 10 mm beberapa kali ke dalam
corong dan apabila hasilnya baik, maka alat siap dioperasikan.
f. Jika goresan tinta pada pena telah memudar di kertas pias, maka perlu
meneteskan tinta ke ujung pena tersebut.
B. Tinjauan Literatur
1. Siklus Hidrologi
Menurut Hidayati, siklus hidrologi adalah siklus/daur air dalam berbagai
bentuk, meliputi proses evaporasi dari lautan dan badan-badan berair di daratan
(sungai, danau, vegetasi dan tanah lembab) ke udara sebagai reservoir uap air,
proses kondensasi ke dalam bentuk awan atau bentuk-bentuk pengembunan lain
(embun, frost/ibun putih, kabut), kemudian kembali lagi ke daratan dan lautan
dalam bentuk presipitasi (termasuk hujan). Selain proses evaporasi (termasuk
transpirasi), kondensasi dan presipitasi, siklus ini juga mencakup proses transfer
uap air, dan peresapan air tanah.
Gambar 12. Siklus hidrologi
Berdasarkan Gambar 12 di atas, dapat dilihat bahwa panas matahari
menyebabkan air dari laut, danau dan yang dikandung oleh tumbuh-tumbuhan
mengalami proses menguapan (panah ke atas). Setelah mengalami penguapan, uap
air tersebut oleh angin dibawa ke lembah dan ke puncak pengunungan yang
kemudian menurunkan hujan dan salju. Presipitasi yang turun di pegunungan
meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Air di permukan mengalir di sungai
kembali ke laut, proses itu berulang secara terus-menerus sehingga menjadi suatu
siklus.
2. Hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan
(wikipedia). Sebagian besar hujan dihasilkan oleh udara yang naik dan mengalami
penurunan suhu (Hidayati,1995:116). Hujan dapat dikelompokkan berdasarkan
sifat-sifatnya. Sifat-sifat hujan yang bisa dipakai sebagai dasar pengelompokkan
adalah:
a. Jumlah besarnya hujan yang dinyatakan dalam mm.
b. Waktu dan lamanya curah hujan yang dinyatakan dalam menit atau jam.
c. Intensitas curah hujan yang dinyatakan oleh besarnya curah hujan dalam
satu satuan waktu (mm/menit atau mm/jam). (Zawirman, 2006:64)
Curah hujan (dalam satuan mm) merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir (Hartono, 2006). Berdasarkan intensitas curah hujan, hujan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat curah hujan dan intensitas curah hujan
Sifat curah hujan Intensitas curah hujan
(mm/jam)
Hujan ringan < 0.5
Hujan sedang 0.5 – 4.0
Hujan lebat > 4.0
(Muhadi, 2010)
Pada Tabel 1 tersebut, intensitas curah hujan dibawah 0.5 mm/jam
merupakan kelompok hujan dengan sifat curah hujannya ringan. Untuk hujan
yang bersifat sedang, intensitas curah hujannya lebih tinggi daripada hujan ringan,
range intensitas curah hujannya 3.5 mm/jam mulai dari 0.5 mm/jam sampai 4.0
mm/jam. Intensitas dengan nilai lebih besar dari 4.0 mm/jam dikelompokkan ke
dalam sifat hujan yang lebat.
Kita telah mengetahui bahwa hujan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan intensitas curah hujannya. Akan tetapi, bagaimana kita
mengetahui bahwa hujan tersebut termasuk hujan dengan sifat ringan, sedang atau
lebat. Dalam hal ini, penakar hujan (alat untuk menakar jumlah curah hujan)
sangat berperan.
Secara garis besar, penakar hujan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
penakar hujan non recording dan penakar hujan recording. Penakar hujan yang
termasuk kedalam penakar hujan non recording adalah penakar hujan tipe
Observatorium (OBS). Penakar hujan tipe Hellman termasuk kedalam jenis
penakar hujan otomatis (recording). Prinsip kerja penakar hujan tipe ini
menggunakan prinsip pelampung. Jumlah hujan yang jatuh tercatat pada kertas
pias yang dipasang pada badan alat.
3. Deskripsi Penakar Hujan Tipe Hellman
Penakar hujan tipe Hellman memiliki bentuk badan berupa selinder, luas
permukaan corong penakarnya 200 cm2 dan beratnya ± 14 kg (Prasetyo, 2008)
dengan tingginya antara 100 - 120 cm (Hartono, 2006). Jika pintu penakar hujan
dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat seperti Gambar 13.
Pengamatan curah hujan dengan menggunakan penakar hujan Hellman
lebih mudah karena pengamat hanya perlu mengganti pias setiap hari pada pukul
07.00 WIB. Untuk pengamatan setiap jamnya, pengamat hanya perlu membuka
pintu penakar hujan dan melihat selisih goresan pena dalam satu jam tetapi hal ini
biasanya jarang dilakukan.
Gambar 13 di bawah merupakan gambar dari penakar hujan tipe Hellman
pada saat pintu dibuka. Dapat kita lihat pada bagian atas penakar, yang
ditunjukkan oleh panah A, terdapat mulut corong yang berfungsi sebagai jalan
masuk butiran hujan ke dalam penakar. Pias dijepitkan pada jam berbentuk
selinder pada setiap jam 07.00 WIB. Jika ada hujan turun, butir hujan akan masuk
melewati corong ke dalam tabung yang dilengkapi pelampung sehingga
menggerakkan tangkai pelampung yang juga terhubung dengan tangkai pena.
Gambar 13. Penakar hujan tipe
Hellman
4. Penempatan Penakar Hujan Tipe Hellman
Penempatan penakar hujan harus memperhatikan beberapa faktor. Secara
umum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah (Prasetyo, 2008) :
a. Tempat terbuka, bebas dari hambatan seperti bangunan, pepohonan dan
lain-lain. Jarak ideal sebuah alat penakar hujan dari penghambat adalah 2x
ketinggian penghambat.
b. Efek angin, sebaiknya disekeliling alat dipasangkan penahan angi
data yang didapat
mengelilingi alat tetapi tidak boleh telalu dekat dan ketinggiannya tidak
boleh terlalu tinggi dari alat.
c. Ketinggian alat, b
bersangkutan. BMG menetapkan ketinggian alat
cm diatas permukaan tanah berumput tipis.
d. Cat, sebaiknya menggunakan warna putih/chrome untuk mengurangi efek
penguapan.
e. Pelindung alat, apabila alat dianggap perlu untuk dikelilingi pagar,
ketinggian pagar tidak boleh melebi
Gambar 13. Penakar hujan tipe
Hellman
Keterangan :
A. Mulut corong
B. Lebar corong
C. Jam berbentuk selinder tempat
meletakkan pias
D. Tangkai pelampung
E. Tangkai pena
F. Tabung berisi pelampung
G. Pintu penakar hujan
H. Ember penampung air hujan
Penempatan Penakar Hujan Tipe Hellman
Penempatan penakar hujan harus memperhatikan beberapa faktor. Secara
hal yang harus diperhatikan adalah (Prasetyo, 2008) :
Tempat terbuka, bebas dari hambatan seperti bangunan, pepohonan dan
Jarak ideal sebuah alat penakar hujan dari penghambat adalah 2x
ketinggian penghambat.
ebaiknya disekeliling alat dipasangkan penahan angi
data yang didapat lebih akurat. Penahan angin harus diletakkan
mengelilingi alat tetapi tidak boleh telalu dekat dan ketinggiannya tidak
boleh terlalu tinggi dari alat.
Ketinggian alat, biasanya disesuaikan dengan kebutuha n
BMG menetapkan ketinggian alat penakar hujan adalah 120
cm diatas permukaan tanah berumput tipis.
sebaiknya menggunakan warna putih/chrome untuk mengurangi efek
apabila alat dianggap perlu untuk dikelilingi pagar,
ketinggian pagar tidak boleh melebihi tinggi alat (biasanya cukup 1 m).
Jam berbentuk selinder tempat
Tabung berisi pelampung
Ember penampung air hujan
Penempatan penakar hujan harus memperhatikan beberapa faktor. Secara
Tempat terbuka, bebas dari hambatan seperti bangunan, pepohonan dan
Jarak ideal sebuah alat penakar hujan dari penghambat adalah 2x
ebaiknya disekeliling alat dipasangkan penahan angin agar
harus diletakkan
mengelilingi alat tetapi tidak boleh telalu dekat dan ketinggiannya tidak
ya disesuaikan dengan kebutuha negara
penakar hujan adalah 120
sebaiknya menggunakan warna putih/chrome untuk mengurangi efek
apabila alat dianggap perlu untuk dikelilingi pagar, maka
(biasanya cukup 1 m).
Penakar hujan juga tidak boleh dipasang pada lahan yang yang miring, di
puncak bukit, atau di atas atap. Letak permukaan corong penakar harus benar-
benar datar.
C. Hasil dan Analisa
Data curah hujan yang dihasilkan oleh penakar hujan tipe Hellman tecatat
pada kertas pias. Data yang tercatat pada kertas pias tersebut berupa goresan tinta
pena yang menunjukkan jumlah hujan dan waktu hujan. Pias hujan pada Gambar
14 di bawah merupakan sepenggal dari pias hujan yang tercatat pada tanggal 8
Agustus 2010 yang mana pada tanggal tersebut hujan terjadi pada malam hari
mulai dari pukul 21.00 WIB.
Gambar 14. Pias curah hujan tanggal 8 Agustus 2010
Dapat dilihat pada contoh pias di atas, angka-angka yang terletak pada
bagian atas menunjukkan waktu. Garis horizontal menunjukkan skala jumlah
hujan yang tercatat sedangkan goresan dengan tinta biru adalah jumlah hujan yang
tercatat tersebut.
1. Pengolahan Penakar Hujan Tipe Hellman pada Bulan Juli
Pada bulan Juli, terdapat 16 hari yang turun hujan dengan total jumlah
hujannya 338.2 mm. Dapat dilihat pada Gambar 15, dari 16 hari terjadinya hujan
terdapat 2 hari yang curah hujannya menonjol yaitu pada tanggal 6 dan pada
tanggal 11 Juli.
Gambar 15. Grafik curah hujan bulan Juli 2010
Jika dilihat perbandingan curah hujan dari Gambar 15, rata-rata curah
hujannya rendah. Curah hujan yang paling tinggi pada bulan tersebut adalah pada
tanggal 6 Juli 2010 dengan curah hujan yang terekam pada pias adalah 106.4 mm
dan selanjutnya pada tanggal 11 Juli 2010 yaitu 83.5 mm. Pada tanggal 6 Juli
2010, hujan terjadi hampir pada setiap jam. Hujan dimulai dari pukul 08.00 WIB
kemudian behenti setelah dua jam. Hujan dimulai kembali pada jam 12.00 – 15.00
WIB dan sempat juga berhenti selama satu jam. Hujan pada jam berikutnya baru
berhenti setelah 12 jam yaitu berhenti pada jam 04.00 WIB pada tanggal 7 Juli.
Oleh karena pias Hellman dibuka dan dipasang setiap jam 07.00 WIB,
maka data yang terekam mulai dari pukul 00.00 WIB tercatat dalam pias tanggal
sebelumnya. Seperti data hujan tanggal 6 Juli 2010, data yang terekam lewat jam
00.00 WIB terkam sebagai data hujan tanggal 6 Juli 2010 bukan terekam sebagai
data tanggal 7 Juli 2010.
Untuk data hujan tanggal 11 Juli 2010, hujan terjadi hanya dalam beberapa
jam saja dengan curah hujan yang cukup besar. Hujan dimulai jam 13.00 WIB dan
berhenti pada jam 15.00 WIB dengan curah hujan 30.0 mm kemudian pada jam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
Tanggal
berikutnya 26.4 mm. Hujan kembali terjadi pada malam harinya dengan curah
hujan lebih rendah.
Pias dari penakar hujan tipe Hellman dapat merekam waktu terjadinya
hujan. Seperti yang terlihat pada Gambar 14, angka yang terdapat pada bagian
atas pias menunjukkan waktu terjadinya hujan. Intensitas curah hujan setiap jam
pada waktu terjadinya hujan diperoleh dengan menghitung selisih jumlah hujan
dalam selang waktu satu jam.
Gambar 16. Grafik waktu hujan pada bulan Juli
Waktu-waktu terjadinya hujan pada bulan Juli dan intensitas curah
hujannya dapat dilihat pada Gambar 16. Pada gambar di atas dapat diketahui
bahwa pada jam 13 – 14 WIB terjadi hujan dengan intensitas curah hujan paling
tinggi pada bulan Juli. Intensitas curah hujan pada waktu tersebut adalah 85.3
mm/jam yang mana hujan dengan intensitas ini tergolong jenis hujan lebat.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
07
-0
8
08
-0
9
09
-1
0
10
-1
1
11
-1
2
12
-1
3
13
-1
4
14
-1
5
15
-1
6
16
-1
7
17
-1
8
18
-1
9
19
-2
0
20
-2
1
21
-2
2
22
-2
3
23
-2
4
00
-0
1
01
-0
2
02
-0
3
03
-0
4
04
-0
5
05
-0
6
06
-0
7
Inte
nsi
tas
Cu
rah
Hu
jan
(m
m/j
am
)
Waktu Hujan
Gambar 17. Grafik waktu hujan dalam tiga periode waktu pada bulan Juli
Jika waktu hujan dikelompokkan menjadi tiga periode waktu yaitu jam 07
– 13, 13 – 18 dan 18 – 07 maka kita dapat mengetahui kapan hujan sering turun.
Hujan dapat turun pada pagi hari (07 – 13), siang dan sore hari (13 – 18) atau pada
malam hari (18 – 07). Dapat dilihat pada Gambar 17, hujan paling banyak turun
pada siang dan sore hari dibulan Juli dengan jumlah hujannya 150.8 mm dan
intensitas curah hujan pada sore itu adalah 30.16 mm/jam. Hujan dengan
intensitas curah hujan ini termasuk kedalam kategori hujan lebat. Pada pagi hari
intensitas curah hujan mencapai 16.2 mm/jam yang mana intensitas curah hujan
ini juga tegolong kedalam kategori hujan lebat. Di malam harinya, intensitas curah
hujan turun sampai 6.4 mm/jam tetapi intensitas curah hujan ini masih tergolong
kedalam hujan lebat.
97.2
150.8
90.2
16.230.16
6.442857143
0
20
40
60
80
100
120
140
160
07 - 13 13 - 18 18 - 07
Periode Waktu
Jumlah Hujan (mm) Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
Gambar 18. Grafik intensitas curah hujan maksimum dalam periode waktu pada
bulan Juli
Pada Gambar 18 digambarkan intensitas curah hujan maksimum pada
bulan Juli. Intensitas curah hujan maksimum paling tinggi terjadi pada 15 menit
pertama terjadinya hujan adalah 170 mm/jam kemudian pada 5 menit terjadinya
hujan adalah 120 mm/jam. Pada 10 menit pertama terjadinya hujan, intensitas
curah hujan maksimumnya 113.4 mm/jam dan dari 30 menit pertama terjadinya
hujan sampai pada 12 jam terjadinya hujan, intensitas curah hujan maksimum
pada bulan Juli terus menurun. Jika kita perhatikan, nilai intensitas curah hujan
maksimum pada bulan Juli 2010 ini semuanya tergolong kedalam hujan lebat
karena intensitas curah hujan maksimumnya lebih besar dari 4 mm/jam. Dalam
waktu 12 jam, nilai intensitas maksimum pada bulan Juli ini adalah 9.28 mm/jam.
2. Pengolahan Penakar Hujan Tipe Hellman pada Bulan Agustus
Pada bulan Agustus 2010, hujan turun selama 19 hari. Lebih banyak 3 hari
turun hujan pada bulan Agustus daripada bulan sebelumnya yaitu bulan Juli 2010.
Total jumlah hujan pada bulan Agustus ini adalah 344.3 mm.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
5 menit 10 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120
menit
6 jam 12 jam
Inte
nsi
tas
Cu
rah
Hu
jan
(m
m/j
am
)
Periode Waktu
Gambar 19. Grafik curah hujan bulan Agustus 2010
Dapat dilihat pada grafik, curah hujan pada bulan Agustus cenderung
merata dibandingkan dengan pada bulan Juli dengan puncak curah hujan paling
tinggi pada tanggal 19 Agustus 2010. Curah hujan pada tanggal 19 Agustus
tersebut adalah 65.4 mm. Hujan pada tanggal ini terjadi selama 11 jam dimulai
pada jam 08.00 – 02.00 WIB.
Gambar 20. Grafik waktu hujan pada bulan Agustus
05
10152025303540455055606570
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
Tanggal
0
5
10
15
20
25
30
35
40
07
-0
8
08
-0
9
09
-1
0
10
-1
1
11
-1
2
12
-1
3
13
-1
4
14
-1
5
15
-1
6
16
-1
7
17
-1
8
18
-1
9
19
-2
0
20
-2
1
21
-2
2
22
-2
3
23
-2
4
00
-0
1
01
-0
2
02
-0
3
03
-0
4
04
-0
5
05
-0
6
06
-0
7
Inte
sita
s C
ura
h H
uja
n (
mm
/ja
m)
Waktu Hujan
Waktu-waktu terjadinya hujan pada bulan Agustus 2010 ini dapat dilihat
pada Gambar 20. Pada gambar tersebut dapat dilihat dari intensitas curah
hujannya bahwa hujan terjadi hampir pada setiap jam pada bulan Agustus. Nilai
rata-rata intensitas curah hujan pada bulan ini adalah 14.3458 mm/jam. Intensitas
paling tinggi terjadi pada jam 00 – 01 WIB dengan nilai intensitas curah hujannya
35.1 mm/jam yang tergolong pada jenis hujan lebat. Intensitas ini lebih rendah
dari pada intensitas yang terjadi pada bulan Juli tetapi pada bulan Agustus ini
curah hujannya lebih merata dibandingkan dengan bulan Juli.
Gambar 21. Grafik waktu hujan dalam tiga periode waktu pada bulan Agustus
Waktu-waktu terjadinya hujan pada bulan Agustus ini juga bisa
dikelompokkan menjadi tiga periode waktu yaitu pagi hari (07 – 13), siang dan
sore hari (13 – 18) dan malam hari (18 – 07). Dari Gambar 21 dapat dilihat bahwa
hujan paling sering terjadi sore hari dan malam hari. Pada malam hari jumlah
hujannya adalah 177.35 mm dengan intensitas 12.6679 mm/jam sedangkan pada
siang dan sore hari jumlah hujan yang terekam adalah 108.85 dengan intensitas
21.77 mm/jam. Intensitas curah hujan yang terjadi pada siang dan sore hari lebih
besar dari pada yang terjadi pada malam hari. Berdasarkan ketiga periode waktu
58.1
108.85
177.35
9.68333333321.77
12.66785714
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
07 - 13 13 - 18 18 - 07
Jumlah Hujan (mm) Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
tersebut, intensitas curah hujan pada bulan Agustus ini termasuk kedalam hujan
lebat.
Gambar 22. Grafik intensitas curah hujan maksimum dalam periode waktu pada
bulan Agustus
Pada Gambar 22 digambarkan intensitas curah hujan maksimum pada
bulan Agustus. Intensitas curah hujan maksimum paling tinggi pada 5 menit
pertama terjadinya hujan adalah 60 mm/jam kemudian pada 10 menit terjadinya
hujan adalah 57 mm/jam. Pada 15 menit berikutnya, intensitas curah hujan
maksimum paling tinggi adalah 42.8 mm/jam. Jika kita perhatikan, nilai intensitas
curah hujan maksimum pada bulan Agustus 2010 ini berkiras dari 5 – 60 mm/jam.
Pada gambar dapat juga kita lihat bahwa semakin ke kanan, harga intensitas curah
hujan maksimumnya semakin rendah. Dalam waktu 12 jam, intensitas curah hujan
maksimum paling tingginya adalah 4.97 mm/jam. Dengan demikian dapat kita
ketahui bahwa hujan yang terjadi pada bulan Agustus ini mempunyai intensitas
curah hujan maksimum pada 5 menit pertama terjadinya hujan.
0
10
20
30
40
50
60
70
5 menit 10 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120 menit 6 jam 12 jam
Inte
nsi
tas
Cu
rah
Hu
jan
(m
m/j
am
)
Periode Waktu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan ini dapat disempulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Penakar hujan tipe Hellman merupakan penakar hujan otomatis
(recording) dengan pias sebagai alat rekamnya. Penakar hujan tipe
Hellman ini dapat merekan waktu terjadinya hujan dan jumlah hujan yang
turun. Penakar hujan ini berkerja dengan menggunakan prinsip pelampung.
2. Dari data hujan bulan Juli 2010 dapat disimpulkan bahwa hujan sering
terjadi pada bulan ini. Pada jan 13 – 14 WIB intensitas curah hujannya
merupakan intensitas paling tinggi pada bulan Juli yaitu 85.3 mm/jam
yang mana hujan dengan intensitas ini tergolong jenis hujan lebat. Hujan
paling sering terjadi pada waktu siang dan sore hari (13 -18 WIB).
Intensitas curah hujan maksimum paling tinggi terjadi pada 15 menit
pertama.
3. Dari data hujan bulan Agutus 2010 dapat disimpulkan bahwa hujan juga
sering terjadi pada bulan ini. Pada jan 00 – 01 WIB intensitas curah
hujannya merupakan intensitas paling tinggi pada bulan Agustus yaitu 35.1
mm/jam yang mana hujan dengan intensitas ini tergolong jenis hujan lebat.
Hujan paling sering terjadi pada waktu malam hari (18 -07 WIB).
Intensitas curah hujan maksimum paling tinggi terjadi pada 5 menit
pertama.
B. Saran
Dalam mengolah data curah hujan, Staklim Sicincin mengumpulkan data-
data hujan yang berasal dari pos-pos pengamatan hujan di berbagai daerah. Pada
pos-pos pengamatan hujan tersebut, penakar hujan yang digunakan umumnya
adalah penakar hujan tipe OBS. Untuk lebih memudahkan dan lebih telitinya
observer dalam mengambil data hujan, penulis menyarankan untuk menambah
penakar hujan tipe Hellman pada pos-pos pengamatan hujan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hartono.2006. Penakar Hujan. BMKG : Jakarta
Hidayati, Rini. 1995. Pembentukan Awan dan Hujan. IPB : Bogor
Muhadi. 2010. Meterologi Synoptik. AMG : Jakarta
Prasetyo, Budi.2008. Penakar Hujan Jenis Hellman. BMKG : Jakarta
Wikipedia. 2010. Hujan. http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan. Diakses tanggal 29
September 2010
Zawirman. 2006. Dasar-Dasar Meteorologi/Klimatologi. UNP : Padang