18
Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel Mata Kuliah : Metode Penelitian REFIVIA AUDIE CALCRINA 041414253013 MASTER STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA TAHUN 2015

Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

Mata Kuliah : Metode Penelitian

REFIVIA AUDIE CALCRINA 041414253013

MASTER STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

TAHUN 2015

Page 2: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

1

Penelitian dilakukan karena pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan manusia yang terbatas akan suatu hal serta besarnya rasa ingin tahu manusia yang menyebabkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan dan ketidakpuasan akan apa yang telah dimiliki dan diketahui oleh manusia. Oleh sebab itu, muncullah penelitian-penelitian terbaru akan suatu hal disetiap tahun, bulan atau bahkan tiap minggunya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ketidak puasan manusia. Dalam menyusun sebuah laporan penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu yang digunakan sebagai alat atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data yang valid guna mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mengetahui dan memahami apa itu pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik-teknik pengumpulan data. Menyusun instrumen pengumpulan data dan penelitian dilakukan setelah peneliti memahami apa yang menjadi variabel penelitiannya. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data (kualitatif dan kuantitatif). Karena tujuan akhir dari suatu ilmu atau pengetahuan adalah pengembangan dan pengujian teori. Sehingga apa yang diteliti oleh peneliti akan bermanfaat dan mampu mengembangkan serta menguatkan teori-teori yang telah ada sebelumnya. 1. PENGUMPULAN DATA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar (1996) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan. Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dari pengertian masing-masing kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Maka dari pengertian dan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data dan instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan

Page 3: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

2

data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis. 1.1 DATA KUANTITATIF

Menurut Burhan Bungin (2005) menyebutkan bahwa Data kuantitatif lebih mudah dimengerti bila dibandingkan dengan jenis data kualitatif. Data kuantitatif biasanya dapat dijelaskan dengan angka-angka. Data seperti ini biasanya hasil transformasi dari data kualitatif yang memiliki perbedaan berjenjang. Namun ada juga data kuantitatif murni yang keberadaannya sudah dalam bentuk kuantitatif. Contoh:

Tabel 1 Data Kuantitatif Murni

Data Kuantitatif Data Kuantitatif yang Ditransformasikan Data Kuantitatif Murni

Pandai Kurang pandai Tidak pandai

3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 Sumber: Bungin, 2005

Semua data kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, baik inferensial ataupun noninferensial. Hal ini paling menonjol yang melekat pada sifat data kuantitatif, yaitu dapat dihitung secara kuantitatif.

1.1.1 Data Nominal Data nominal yaitu data yang memiliki ciri nominal, yaitu data hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah menurut kategori. Seperti umpamanya menurut kategori jenis, sifat, atau kondisi yang bervariasi menurut banyak atau frekuensinya (Bungin, 2005). Contoh: bagaimana komposisi perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan dalam menonton acara Cek & Ricek yang ditayangkan di salah satu stasiun TV.

1.1.2 Data Kontinum Dikatakan data kontinum karena data ini memiliki gejala kontinum, gejala tersebut dapat bervariasi menurut tingkatan atau berjenjang (Bungin, 2005). Contoh: Tingkat IQ anak yang lahir melalui operasi sesar adalah 99, 100, 101, 102, atau 110, 111, 112, 113, 114, dan seterusnya. Data kontinum dapat dibedakan sebagai berikut:

A. Data Ordinal Data ordinal menunjukkan data dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri. Penentuan posisi tidak memerhatikan jarak anatara data kuantitatif yang satu dengan yang lain. Pada prinsipnya pemberian angka yang lebih besar atau lebih kecil pada suatu jenjang kategori yang diinginkan, tidak menjadi persoalan selama ada konsekuensi atau kesepakatan (Bungin, 2005). Contoh: kita dapat memberikan nilai 5 untuk jawaban sangat cantik, dan nilai 0 untuk jawaban sangat tidak cantik atau sebaliknya, yang sangat cantik diberi angka 0 dan sangat tidak cantik diberi angka 5.

Page 4: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

3

B. Data Interval Data interval adalah data yang punya ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu (Bungin, 2005). Contoh: mengklasifikasikan kelompok pendapatan per hari pekerja di sektor pelabuhan.

Tabel 2 Data Interval Kelompok Pendapatan Sektor Informal

Kelompok Pekerja Besaran Pendapatan Per Hari Bakul rokok Tukang parkir Portiere

15.000-20.000 20.000-25.000 25.000-30.000

Sumber: Bungin, 2005

C. Data Rasio Jika sebuah data memiliki titik nol absolut, maka data tersebut disebut sebagai data rasio. Dengan kata lain rasio memiliki semua ciri dari data interval dan ditambah pula mempunyai titik nol absolut sebagai titik permulaan (Bungin, 2005). Contoh: jika mengukur berat dalam skala rasio, data ons memiliki titik nol yang mutlak ada, begitu pula skala gram. Rasio antara setiap 2 berat tidak tergantung kepada unit pengukuran. Apabila kita menentukan berat 2 benda yang berbeda, bukan saja dengan pon, tetapi juga dengan gram, maka kita akan menemukan bahwa rasio kedua berat tersebut dengan pon adalah sama rasionya dengan gram.

1.2 DATA DAN SUMBER DATA 1.2.1 Data Primer

Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer diperoleh dari sumber data primer, yaitu sumber pertama dimana seduah data dihasilkan (Bungin, 2005). Contoh: penelitian tentang pengaruh fokus tema siaran TV terhadap tingkat rating siaran tersebut, kemudian mengambil data langsung kepada pemirsa acara TV tersebut, maka itu artinya peneliti telah menggunakan sumber data primer.

1.2.2 Data Sekunder Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari sumber data sekunder, yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Karena sesuatu dan lain hal, peneliti tidak atau sukar memperoleh data dari sumber data primer, dan mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi sehingga sukar data itu di dapat langsung dari sumber data primer (Bungin, 2005). Contoh: Meneliti kebiasaan belajar murid SD, kemudian mengambil data penelitian dari guru atau orang tua murid, berarti sumber data yang digunakan itu adalah sumber data sekunder. Guru dan orang tua disebut sebagai sumber data sekunder karena data penelitian diperoleh dari orang yang mungkin mengetahui data tersebut, bukan dari murid itu sendiri. Data sekunder diklasifikasikan menjadi (Bungin, 2005):

Page 5: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

4

A. Internal Data Tersedia tertulis pada sumber data sekunder. Contoh: pada data perusahaan dapat berupa faktur, laporan penjualan, pengiriman; laporan hasil riset yang lalu; dan sebagainya.

B. Eksternal Data Data yang diperoleh dari sumber luar. Contoh: data sensus dan data register, serta data yang diperoleh dari badan atau lembaga yang aktivitasnya mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan/dalam berbagai masalah.

1.3 RAGAM METODE PENGUMPULAN DATA Sugiyono (2012) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Bungin, 2005). Pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa metode, antara lain (Bungin, 2005):

1.3.1 Metode Angket Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas Sugiyono (2012). Metode angket sering disebut sebagai metode kuesioner. Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah dikirim, angket dikirim kembali atau di kembalikan ke petugas atau peneliti. Bentuk umum dari sebuah angket terdiri dari: bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian angket; bagian identitas berisikan identitas responden, seperti nama, alamat umur, pekerjaan, jenis kelamin, dan sebagainya; bagian isi angket. Dari bentuk isi inilah kemudian angket dibedakan menjadi beberapa bentuk seperti (Bungin, 2005): A. Angket Langsung Tertutup

Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut (Bungin, 2005). Contoh: “Apakah saudara hadir pada rapat terakhir pemegeng saham, di

Page 6: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

5

perusahaan saudara?” (...) 1) Ya (...) 2) Tidak

B. Angket Langsung Terbuka Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti (Bungin, 2005). Contoh: “Coba jelaskan secara singkat, bagaimana pendapat Anda tentang peristiwa pemogokan yang dilakukan oleh karyawan di perusahaan Anda, beberapa hari lalu.” ......................................................................................................................................................................................................................................................................

C. Angket Tak Langsung Tertutup Bentuk angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping itu alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih (Bungin, 2005). Contoh: “Menurut pengamatan Anda selaku salah satu karyawan di perusahaan saudara, pimpinan saudara memiliki ciri-ciri tertentu berikut ini: (jawaban boleh lebih dari satu, asal sesuai dengan hasil pengamatan saudara). (...) 1) memiliki sikap ramah dan edukatif terhadap bawahan (...) 2) berwibawa terhadap sesama karyawan (...) 3) bersikap jujur dan sportif (...) 4) memiliki disiplin kerja yang tinggi (...) 5) memiliki hubungan luas dengan sesama karyawan (...) 6) selalu berusaha bersikap bijaksana terhadap sesama karyawan.

D. Angket Tak Langsung Terbuka Bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai (Bungin, 2005). Contoh: “Sebutkan keistimewaan yang paling menonjol dari sifat-sifat yang dimiliki oleh pimpinan saudara sehingga perusahaan saudara menjadi maju” ......................................................................................................................................................................................................................................................................

Page 7: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

6

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari Metode Angket (Bungin, 2005), diantaranya: Kelebihan Metode Angket

Apabila digunakan semestinya, metode angket memiliki kelebihan, sebagai berikut: 1) Metode angket membutuhkan biaya yang relatif murah. 2) Pengumpulan data lebih mudah, terutama responden yang terpencar-

pencar. 3) Pada penelitian dengan sampel diatas 1000, penggunaan metode ini

sangatlah tepat. 4) Walaupun metode ini digunakan pada sampel yang relatif besar, tapi

penggunaannya dapat berlangsung serempak. 5) Metode ini relatif membutuhkan waktu yang sedikit. 6) Jika metode dilakukan dengan menggunakan jasa pos, maka relatif tidak

membutuhkan atau tidak terikat pada petugas pengumpul data. 7) Jika metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya

terbatas pada fungsi menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi atau dijawab oleh responden. Kemampuan teknis dalam menggali dan atau mencatat data seperti metode lain tidak dibutuhkan disini.

Kekurangan Metode Angket Kekurangan metode angkat, diantaranya (Bungin, 2005): 1) Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang bisa baca dan

tulis saja, sedangkan pada responden yang tidak mampu baca tulis, metode angket tidak berguna sama sekali.

2) Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betul-betul mampu mewakili peneliti dalam pengumpulan data. Karena tuntutan yang demikian, menyusun formulasi angket membutuhkan waktu yang lama, termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket tersebut.

3) Penggunaan metode angket menyebabkan peneliti terlalu banyak tergantung atau membutuhkan kerjasama dengan objek penelitian.

4) Kemungkinan pada kasus tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan beberapa poin pertanyaan, maka peneliti tidak dapat memperbaiki dengan cepat, akhirnya mempengaruhi jawaban responden.

5) Kadang kala orang lain di sekitar responden ikut memengaruhinya pada saat pengisian angket, hal ini menyebabkan jawaban responden tidak objektif lagi.

6) Responden dapat menjawab seenaknya, atau kadang kala bersifat main-main atau berdusta. Hal itu mungkin sekali terjadi terutama kalau angket bersifat anonymous (tanpa nama dan alamat responden di lembaran angket).

1.3.2 Metode Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

Page 8: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

7

jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media seperti telepon) (Sugiyono, 2012). Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Inti dari metode wawancara ini bahwa di setiap penggunaan metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara (Bungin, 2005). Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Sedangkan, Responden adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara, ia diperkirakan menguasai data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2005). Materi pewawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang baik memiliki pembukaan, isi, dan penutup. Pembukaan wawancara adalah kata-kata “tegur sapa” seperti: nama ibu/bapak siapa, alamatnya dimana, dan sebagainya. Isi wawancara yaitu pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian. Sedangkan penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Penutup wawancara, antara lain: saya kira sampai disini wawancara kita, terima kasih atas bantuan bapak/ibu, serta biasanya diisi dengan janji untuk bertemu wawancara pada waktu yang lainnnya (Bungin, 2005). A. Bentuk-Bentuk Wawancara

1) Wawancara Sistematik Adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara menyiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan daftar pertanyaan, dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks. Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalnnya wawancara (Bungin, 2005). Pada kondisi tertentu, pedoman wawancara terasa amat penting bagi pewawancara. Hal ini disebabkan beberapa fungsi berikut (Bungin, 2005): Pedoman wawancara berfungsi membimbing alur wawancara terutama

mengarah tentang hal-hal yang harus ditanyakan. Dengan pedoman wawancara dapat dihindari kemungkinan melupakan

beberapa persoalan yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Page 9: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

8

Mampu meningkatkan kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah wawancara jenis ini dapat meyakinkan orang lain tentang apa yang dilakukannya, karena dapat dipertanggungjawabkan secara tertulis.

2) Wawancara Terarah Wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, namun kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara (Bungin, 2005).

B. Melaksanakan Wawancara yang Baik

Beberapa faktor utama yang harus diperhatikan dalam wawancara, yaitu: bagaimana kemampuan wawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi wawancara, dan bagaimana kesiapan responden (Bungin, 2005).

Gambar 1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Wawancara

C. Perlengkapan Wawancara Wawancara dapat menggunakan alat bantu atau perlengkapan wawancara seperti tape recorder, bolpoin, pensil, block-note, karet penghapus, stopmap plastik, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat ijin, dan daftar responden, bahkan peta lokasi (Bungin, 2005). Teknik penggunaan alat-alat bantu wawancara ini menjadi otoritas pewawancara, yang digunakan berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan kondisi yang ada (Bungin, 2005).

SITUASI WAWANCARA Waktu Tempat Kehadiran orang lain Sikap masyarakat

ISI WAWANCARA Peka untuk ditanyakan Sukar untuk ditanyakan Sumber kekhawatiran

PEWAWANCARA Karakteristik sosial Ketrampilan berwawancara Motivasi Rasa aman

RESPONDEN Karakteristik sosial Kemampuan menangkap

pertanyaan Kemampuan menjawab

pertanyaan

Page 10: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

9

1.3.3 Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non participant observation). Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Bungin, 2005). Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam berarti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2005). Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Bungin, 2005): 1) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara

sistematik 2) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan 3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan

proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.

4) Pengamatan dapat di cek dan di kontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.

A. Bentuk-Bentuk Observasi 1) Observasi Langsung

Pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan”. Observasi langsung dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu (Bungin, 2005): Observasi Berstruktur

Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau aktivitas apa yang akan diamati, yang relevan dengan masalah atau tujuan penelitian karena pada pengamatan, peneliti telah terlebih dahulu mempersiapkan materi pengamatan dan instrumen yang akan digunakan. Observasi berstruktur, biasanya disebut dengan pengamatan sistematik, dimana peneliti secara lebih leluasa dapat menentukan perilaku apa yang akan diamati pada awal kegiatan pengamatan, agar permasalahan dapat dipecahkan.

Page 11: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

10

Observasi Tidak Berstruktur Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pengamat harus mampu secara priadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pengamat harus menguasai “ilmu” tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati. Dengan demikian akan membantu lebih banyak pekerjaannya dalam mengamati objek yang baru.

Observasi Eksperimental Penentuan gejala perbedaan antara dua kelompok yang berbeda dalam menerima atau menolak suatu gejala yang lain. Untuk membuktikan perbedaan-perbedaan itu, kadang kala peneliti tidak ingin terlibat dalam dinamika dan kompleksitas gejala atau situasi yang ia selidiki. Walaupun demikian peneliti merasa perlu untuk mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga gejala tersebut dapat diukur sesuai dengan tujuan penelitian, serta dikendalikan untuk menghindari dan mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor yang tidak diharapkan memengaruhi situasi itu.

Observasi Partisipasi Pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Pengamat betul-betul meyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka.

Observasi Kelompok Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

B. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Observasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan, yaitu (Bungin, 2005): 1) Hal-hal apa yang hendak diamati

Pengamat harus mengamati kembali kepada masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

2) Bagaimana mencatat pengamatan Setiap yang dilihat hendaknya dicatat karena sekedar mengamati dapat mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang telah diamatinya. Hal ini disebabkan kemampuan pengamatan seseorang lebih lemah dari yang seharusnya diingat, serta kemampuan ini pun berbeda satu dari yang lainnya. Ada beberapa kesulitan dalam mencatat hasil pengamatan, yaitu: Apabila peristiwa yang hendak diamati berlangsung amat cepat. Pencatatan biasanya mengganggu konsentrasi pengamat karena harus

membagi perhatian Objek pengamatan menunjukkan sikap mengubah diri, bahkan

keberatan apabila tahu dirinya sedang diamati dan dicatat.

Page 12: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

11

3) Alat bantu pengamatan Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan, diperlukan beberapa alat bantu antara lain: kamera, tape rekorder, maupun pembantu atau penerjemah.penggunaan alat bantu harus diseleksi sedemikian rupa baik kualitas maupun teknis penggunaannya sehingga secara teknis mekanik alat-alat tersebut tidak merugikan pengamat.

4) Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati Menjaga sedemikian rupa kondisi dalam masyarakat tetap berlangsung wajar, serta dibina hubungan harmonis dan saling kerjasama antara pengamat dan objek pengamatan, maka yang harus dilakukan adalah dengan menghubungi key person (tokoh masyarakat). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecurigaan anggota masyarakat atau objek pengamatan. Pada keadaan tertentu, masyarakat sulit diberikan alasan tentang keberadaan pengamat, maka cara “penyamaran” dapat dilakukan sebagai alternatif.

Beberapa kesulitan umum dalam metode observasi, terutama yang terjadi pada pengamat dan objek pengamatan, antara lain (Bungin, 2005): 1) Amat sering pengamat tertangkap dalam subjektivitasnya tanpa disadari ataupun

mengetahui jalan keluarnya. 2) Kadang pula pengamat terbawa situasi yang diamati sehingga melupakan

fungsinya yang utama. 3) Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat, terutama kalau

gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya. 4) Sering bahwa pelaksanaan observasi menjadi terganggu, akibat dari munculnya

peristiwa lain yang tak terduga. 5) Pelaksanaan observasi amat terbatas oleh berlangsungnya gejala tersebut, dan ini

sangat menyulitkan karena ada beberapa gejala yang berlangsungnya amat cepat atau sekejap mata, tetapi ada gejala lain yang berlangsungnya sangat lama.

6) Kadang kala tanpa disadari bahwa pengamat mencampuradukkan antara data observasi dengan pendapat pribadi atau persepsi pribadi pengamat.

1.3.4 Dokumentasi Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2005). Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya (Bungin, 2005). Dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu (Bungin, 2005): 1) Autobiografi 2) Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial. 3) Kliping

Page 13: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

12

4) Dokumen pemerintah maupun swasta 5) Cerita roman dan cerita rakyat 6) Film, mikrofilm, foto, dan sebagainya.

2. POPULASI

Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Menurut Hartono (2011), populasi dengan karakteristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja. Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005). Populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan menjadi (Bungin, 2005): Populasi Terbatas

Populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif. Contoh: jumlah murid SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa, terdiri dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.

Populasi Tak Terhingga Populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karenanya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan secara kualitatif. Contoh: jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap jumlah gelandangan yang ada sekarang, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah gelandangan di waktu yang akan datang.

Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka polpulasi dapat dibedakan menjadi (Bungin, 2005): Populasi Homogen

Keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya. Ciri yang menonjol dari populasi homogen, tidak ada perbedaan hasil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda. Contoh: tukang emas, apabila hendak mencoba kadar emas sebuah cincin, cukup hanya dengan mengetes beberapa bekas gosokan cincin tersebut, karena sifat emas adalah homogen.

Page 14: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

13

Populasi Heterogen Keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, individu anggota populasi memiliki sifat yang bervariasi sehingga memerlukan penjelasan terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Populasi juga dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya: apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanyalah rumah tangga yang bekerja sebagai nelayan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh nelayan dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran (Bungin, 2005). Ada beberapa sifat populasi, yang kalau tidak terjadi tumpang tindih satu dengan yang lainnya, maka terlihat sifat-sifat berikut (Bungin, 2005): Populasi Berstrata

Sifat populasi ini terdiri dari unit-unit yang sifatnya berstrata (berlapis). Unit populasi adalah golongan-golongan, kelompok-kelompok, dan sebagainya yang memiliki sifat bertingkat atau berlapis yang jelas. Sifat strata dari suatu populasi selalu mengelompokkan unit-unit populasi dalam tingkatan atau lapisan yang paling tidak dua lapisan yaitu lapisan bawah dan lapisan atas. Contoh: suatu penelitian yang berpopulasi pedagang di kota Surabaya, pedagang-pedagang tersebut dapat dibagi menjadi: pedagang kecil, pedagang, menengah, dan pedagang besar.

Gambar 2 Populasi Berstrata

Populasi Area Sifat populasi area adalah amat mudah ditentukan, asalkan penelitian mengetahui batas-batas area tersebut. Contoh: penelitian yang menggunakan pembatasan suatu area dilihat dari pembatasan sistem pemerintahan, maka unit populasi adalah dukuh, desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya.

Gambar 3 Populasi Area

Page 15: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

14

Populasi Cluster Populasi ini menunjukkan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada. Contoh: populasi umat beragama adalah umat beragama kristen, katolik, hindu, budha, dan islam.

Gambar 4 Populasi Cluster

Populasi dengan Beraneka Sifat

Kesulitan awal yang dihadapi pada populasi ini adalah pada saat mengadakan pemantauan terhadap keanekaragaman populasi. Sekilas, populasi terlihat berstrata, karena memang unit-unit populasi berstrata. Akan tetapi jika diamati lebih jauh lagi sebenarnya tidak berstrata saja, melainkan merupakan rumpun-rumpun tertentu, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa unit-unit populasi memiliki wilayah-wilayah tertentu.

3. PENETAPAN SAMPEL Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut. Keuntungan melakukan penelitian sampel adalah: Peneliti tidak repot harus meneliti populasi, cukup hanya meneliti sampelnya saja. Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari

peneliti pada saat diambil datanya. Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Menghindari hal-hal yang destruktif Penelitian tidak bisa dilakukan dengan mengguakan populasi sebagai sumber data. Sampel total yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian. Sedangkan sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi. Sampel yang dapat menjamin ketepatan kesimpulan adalah sampel yang benar-benar representatif (Bungin, 2005).

Page 16: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

15

Gambar 5 Sampel Representatif

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sampel dalam suatu penelitian, yaitu (Bungin, 2005): Derajat Keseragaman (degree of homogenity) populasi. Populasi homogen cenderung

memudahkan penarikan sampel, sampai pada menentukan besar kecil sampel yang dibutuhkan. Semakin homogen populasi, maka semakin besar kemungkinan penggunaan sampel dalam jumlah kecil. Pada populasi heterogen, kecenderungan menggunakan sampel besar kemungkinan sulit dihindari, karena sampel harus dipenuhi oleh wakil-wakil unit populasi. Oleh karena itu, semakin kompleks atau semakin tinggi derajat keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitian.

Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi. Selain mengenal derajat keberagaman populasi, peneliti juga harus mampu mengenal ciri-ciri khusus populasi yang sedang atau akan diteliti.

Presisi (kesaksamaan) yang dikehendaki penelitian. Faktor ini biasanya merupakan kebutuhan yang muncul pada penelitian survei atau penelitian kuantittatif lainnya. Populasi penelitian amat besar, sehingga derajat kemampuan peneliti dalam mengenal sifat-sifat populasi amat rendah. Untuk menghindari kebiasaan sampel, maka dilakukan jalan pintas yaitu dengan memperbesar jumlah sampel. Oleh karenanya, apabila suatu penelitian menghendaki derajat presisi yang tinggi, maka merupakan keharusan dari penelitian itu menggunakan sampel dalam jumlah yang besar, karena derajat presisi menentukan besar kecil sampel. Presisi juga tergantung pada tenaga, biaya, dan waktu, karena untuk mencapai derajat presisi yang tinggi, peneliti harus mengeluarkan banyak tenaga, biaya maupun waktu untuk melayani sampel yang besar. Apabila tenaga, biaya, dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin dapat mengambil sampel dalam jumlah besar dan ini berarti presisi akan menurun.

Penggunaan teknik sampling yang tepat. Penggunaan teknik sampling juga harus betul-betul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif. Salah penggunaan teknik sampling, berarti salah pula dalam memperoleh sampel.

A. Ukuran Sampel

Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan populasinya maka jumlah sampel semakin sedikit, begitu juga sebaliknya. Adapun

Sampel

Populasi

Page 17: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

16

penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010) adalah sebagai berikut: Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan

lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau

regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50

Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. Penetapan ukuran sampel dari populasi dapat juga menggunakan rumus Slovin, dimana penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi kesalahan pengambilan sampel populasi. Rumus perhitungan besaran sampel (Bungin, 2005):

푛 = 푁

푁(푑)2 + 1

Keterangan : n : Jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi d : Nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau α = 0,1

Contoh perhitungannya sebagai berikut:

푛 = ( , )

= ,

= 97,84 Dengan demikian maka dari jumlah populasi 4540 diperoleh ukuran sampel sebesar 97,84 atau 98 sampel penelitian. Persoalan kemudian adalah bagaimana memperoleh sebanyak sampel itu dari populasi sebesar 4540 itu. Jawabannya adalah bagaimana kita menunjuk (menarik) sampel yang representatif, karena itu maka akan dijelaskan pada metode sampling.

B. Beberapa Metode Sampling

Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif (Bungin, 2005). Dalam penelitian sosial, paling tidak terdapat dua rancangan sampel penelitian yaitu (Bungin, 2005): 1) Rancangan Sampel Probabilitas (Probability Sampling Design)

Merupakan penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu dengan yang lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel, unit-unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan

Page 18: Pengumpulan Data Populasi dan Sampel.pdf

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

17

ini disebut sampling acakan (random sampling). Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi: Simple random sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Proportionate stratified random sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Disproportionate stratified random sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

Cluster sampling Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.

2) Rancangan Sampel NonProbabilitas (NonProbability Sampling Design) Penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas, artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2005). Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

Sampling kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Sampling incidental Yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peenliti dapat digunakan sebagai sampel.

Sampling purposive Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sampling jenuh Yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunkan sebagai sampel.

Snowball sampling Yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.