Upload
vuongdang
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET
MELALUI PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA SISWA
KELAS V SD N JUWOK 2 SUKODONO SRAGEN
TAHUN 2011/2012
Oleh :
GIYOTO
NIM. X 7111504
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET
MELALUI PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA SISWA
KELAS V SD N JUWOK 2 SUKODONO SRAGEN
TAHUN 2011/2012
Oleh :
GIYOTO
NIM. X 7111504
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Giyoto, NIM X 7111504. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA SISWA KELAS V SDN JUWOK 2 TAHUN 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD N Juwok 2 Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan model siklus. Siklus yang dilakukan terdiri dari siklus I dan siklus II, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Juwok 2. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Juwok 2 pada materi gaya magnet meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal sebesar Nilai Awal 50; pada Siklus I masih 50; dan pada Siklus II naik menjadi 70. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada Nilai Awal 17 siswa atau 65,38%, Siklus I 21 siswa atau 80,76% dan setelah dilakukan refleksi tidak ada siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 70), dan pada tes Siklus II menjadi 100% .
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan: ” Penggunaaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Juwok 2 dapat meningkatkan kemampuan memahami materi tentang gaya magnet”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Giyoto, NIM X 7111504. ENHANCEMENT OF LEARNING STYLE MAGNET MATERIALS IPA contextual APPROACH TO STUDENTS IN CLASS V SDN JUWOK 2 YEAR 2011/2012. Thesis, Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. University of Surakarta March eleventh, in June 2012.
The purpose of this study is to improve learning outcomes of Natural Sciences of magnetic force through a contextual approach to grade V SD N Juwok 2 District Sukodono, Sragen.
Form of research is classroom action research (PTK) with the model cycle. Cycle consisted of cycles I and II siklus, each cycle consisting of four stages, namely planning, implementation, observation and reflection. As a research subject is a class V Elementary School students Juwok 2. Data collection technique used observation and tests. Techniques of data analysis using an interactive model analysis technique which consists of three components, namely the reduction of data analysis, presentation of data, and drawing conclusions or verification.
Science learning outcomes Elementary School fifth grade students
Juwok 2 in the material increases with the applied magnetic force model of contextual learning whether viewed from the aspect of cognitive, affective and psikomotoriknya. It can be seen from the average grade is also an increase in the Initial Value of Initial Value 50; the cycle I was 50, and in Cycle II rose to 70. For students thoroughly studied (exhaustiveness value 70) on the Initial Value 17 students or 65.38%, Cycle I 21 students or 80.76%, and after reflection there are no students who did not complete (test scores below 70), and the test cycle II to 100%.
Based on the above findings can be summed up: "The use of a contextual approach in teaching science to elementary school students in grade V Juwok 2 can enhance the ability to understand the material of the magnetic force".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Setiap apa yang diusahakan dengan niat baik, insyaAlloh akan ada kebaikan dan
manfaat yang baik dalam hasilnya.”
(Penulis)
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."
(Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-7).
“Yakin dalam setiap awal pekerjaan adalah kunci dalam keberhasilan.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
© Istriku tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tak pernah lekang
oleh waktu dan selalu mendoakan, memberikan motivasi, dorongan,
bimbingan dengan tulus ikhlas.
© Anak-anakku terkasih yang senantiasa memberi semangat yang besar dalam
hidupku, terimakasih atas dukungannya dan motivasi yang selalu kalian
berikan.
© Rekan-rekan S1 PGSD dan Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Peningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Magnet
Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SD N Juwok 2, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sragen. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juni 2012 Ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
4. Drs. sukarno, M.Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga selesainya
skripsi ini.
5. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
PERSETUJUAN……………………………………………………….................
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………........
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………….. ......
HALAMAN ABSTRACT .....................................................................................
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….............
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….............
HALAMAN PENGANTAR………………………………………………...........
DAFTAR ISI... ................................................................................................. ......
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...........
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..........
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….......
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
C. Pembatasan Masalah............................................................................
D. Perumusan Masalah ............................................................................
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ …..
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………………
A. Kajian Pustaka ……………………………………………….…………..
1. Hasil Belajar …………………………………………………………
2. Pembelajaran IPA di SD …………………………………………….
3. Pendekatan Kontekstual ……………………………………………..
B. Kerangka Berfikir ………………………………………………………..
C. Hipotesis Tindakan …………………………………………………........
ii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
viv
xv
xvi
1
1
4
4
4
5
5
6
6
6
16
22
28
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN …………………………………........
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………........
B. Subyek Penelitian………………………………………...........................
C. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………………...
D. Sumber Data ………………………………………..................................
E. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………………….............
F. Tehnik Validitas Data ……………………………………………………
G. Tehnik Analisis Data ……………………………………….....................
H. Indikator Kinerja ………………………………………...........................
I. Prosedur Penelitian ………………………………………........................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………..
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………………...
B. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian ………………………………....
C. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………………..
D. Pembahasan ……………………………………………………………...
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................................
A. Simpulan ....................................................................................................
B. Implikasi ....................................................................................................
C. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
LAMPIRAN
30
30
30
31
31
31
32
33
35
35
39
39
39
55
61
65
65
66
67
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal kegiatan Penelitian ……………………………………………..
Tabel 2. Distribusi frekuensi nilai awal hasil belajar IPA siswa kelas V ……….
Tabel 3. Hasil nilai awal ………………………………………………………...
Tabel 4. Distribusi frekuensi nilai awal hasil belajar IPA siklus I ……………...
Tabel 5. Hasil nilai siklus I ……………………………………………………...
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai awal hasil belajar IPA siklus II …………….
Tabel 7. Hasil tes kognitif siswa kelas V SD N Juwok 2 ………………………
Tabel 8. Distribusi frekuensi nilai awal hasil belajar IPA siswa kelas V SD N
Juwok 2 nilai awal dan siklus I ………………………………………..
Tabel 9. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa nilai awal dan siklus I ……
Tabel 10. Frekuensi nilai hasil belajar IPA awal, siklus I dan siklus II ………….
Tabel 11. Hasil tes kognitif siswa kelas V SD N Juwok 2, nilai awal, siklus I dan
Siklus II ………………………………………………………………..
Tabel 12. Hasil tes kognitif siswa kelas V SD N Juwok 2, nilai awal, siklus I dan
Siklus II ………………………………………………………………..
30
40
40
46
47
53
54
57
57
59
60
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model kerangka berpikir ……………………………………………
Gambar 2. Model analisis interaktif ……………………………………………
Gambar 3. Prosedur penelitian tindakan kelas …………………………………
Gambar 4. Grafik frekuensi nilai awal hasil belajar IPA kelas V SD N Juwok 2
Gambar 5. Grafik frekuensi nilai siklus I hasil belajar IPA kelas V SD N
Juwok 2 …………………………………………………………….
Gambar 6. Model pembuatan magnet secara induksi ………………………….
Gambar 7. Model pembuatan magnet secara gosokan …………………………
Gambar 8. Model pembuatan magnet secara elektromagnetik …………………
Gambar 9. Grafik nilai siklus I siswa kelas V SD N Juwok 2 …………………
Gambar 10. Grafik frekuensi nilai hasil belajar IPA siswa SD N JUwok 2 nilai
awal, siklus I dan siklus II …………………………………………
Gambar 11. Grafik frekuensi nilai hasil belajar IPA siswa SD N JUwok 2 nilai
awal, siklus I dan siklus II ………………………………………….
Gambar 12. Grafik frekuensi hasil tes kognitif nila awal, siklus I dan siklus II …
29
34
35
41
46
49
50
50
53
57
59
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator energi dan perubahannya ………………………………..
Lampiran 2. Panduan wawancara untuk guru …………………………………..
Lampiran 3. Panduan wawancara untuk siswa ………………………………….
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I ………………………
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II ……………………..
Lampiran 6. Lembar soal siklus I ……………………………………………….
Lampiran 7. Kunci jawaban soal siklus I ………………………………………..
Lampiran 8. Lembar soal siklus II ………………………………………………
Lampiran 9. Kunci jawaban soal siklus II ………………………………………
Lampiran 10 Aktifitas guru dalam pembelajaran siklus I ………………………
Lampiran 11. Hasil observasi belajar afektif siswa siklus I …………………….
Lampiran 12. Hasil observasi belajar psikomotorik siswa siklus I ……………...
Lampiran 13. Aktifitas guru dalam pembelajaran siklus II ……………………..
Lampiran 14. Hasil observasi belajar afektif siswa siklus II ……………………
Lampiran 15. Hasil observasi belajar psikomotorik siswa siklus II …………….
Lampiran 16. Deskriptor lembar observasi aktifitas guru dalam pembelajaran ...
Lampiran 17. Deskriptor penilaian aktivitas siswa ……………………………..
Lampiran 18. Daftar nilai hasil belajar siswa awal pembelajaran ………………
Lampiran 19. Daftar nilai hasil belajar siswa siklus I …………………………..
Lampiran 20. Daftar nilai hasil belajar siswa siklus I …………………………..
Lampiran 21. Foto kegiatan pembelajaran sebelum tindakan siklus ……………
Lampiran 22. Foto kegiatan pembelajaran siklus I ……………………………..
Lampiran 23. Foto kegiatan pembelajaran siklus I ……………………………..
70
71
72
73
78
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
95
96
98
100
102
104
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung suatu proses
pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang
berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan
dilaksanakan dengan baik. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila
terjadi perubahan tingkah laku siswa.
Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang
optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik,
mental, maupun emosional. Tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang
diharapkan dari pembelajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari
pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran diharapkan mampu membentuk
manusia yang berkualitas hanya dapat dipenuhi oleh dunia pendidikan. Upaya
pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak
anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber
Daya Manusia yaitu penguasaan IPA.
Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan
kualitasnya adalah IPA. Sekolah Dasar merupakan tempat pertama siswa
mengenal konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima
siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah
yang lebih tinggi di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Guru dapat menggali pengetahuan dari siswa yang
bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam
penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk
memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat
hubungan antara materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam
kehidupan sehari-hari.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran
IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa
serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang
belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga fakta penemuannya
dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang
lain”. Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan
kurang disukai siswa dan dianggap IPA sulit untuk dipelajari.
Pada kenyataannya, hasil observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti di kelas V SD Negeri Juwok 2 pada tanggal 9 Januari 2012 dan data
hasil ulangan materi gaya magnet, prestasi belajar siswa masih rendah.
Terdapat siswa tuntas sebanyak 17 siswa dengan persentase 65, 38 % dan 12
siswa yang belum tuntas dengan persentasi 34, 42 %.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa dibanding mata pelajaran lain
karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan
siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal
datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di
rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini
membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan
sehingga pembelajaran kurang menarik. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, kemudian
menghafalkan materi dan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan
mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran IPA kurang diminati siswa, karena mata pelajaran IPA sulit
dipelajari
2. Rendahnya prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA
3. Pembelajaran IPA selama ini kurang menarik
Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang
perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada
pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa
makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil
dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa
sepenuhnya untuk merumuskan suatu konsep.
Solusi untuk mengatasi akibat belum optimalnya hasil belajar siswa
kelas V SDN Juwok 2, maka penulis berupaya menerapkan model
pembelajaran Kontekstual sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang
bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Menurut Blanchard (2001) dalam Triyanto (2007) menyatakan
bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga negara Indonesia.
Artinya pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk
menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bertitik tolak daripada latar belakang masalah di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “Peningkatkan Hasil Belajar IPA dengan
Materi Gaya Magnet melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V
SD N Juwok 2 Sukodono, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas antara lain:
1. Mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa.
Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari.
2. Hasil ulangan siswa SDN Juwok 2 pada mata pelajaran IPA khususnya
materi gaya magnet, prestasi belajar siswa masih rendah.
3. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan
siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.
4. Pembelajaran yang pasif menjadikan siswa berada pada rutinitas yang
membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya permasalahan di atas, maka penelitian ini perlu
dibatasi pada :
1. Pembelajaran IPA dengan materi gaya magnet.
2. Peningkatkan hasil belajar IPA kelas V SD.
3. Penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
4. Tempat penelitian di SD Negeri Juwok 2 Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sragen pada siswa kelas IV.
5. Waktu penelitian pada semester II tahun ajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran IPA kelas V SD N
Juwok 2 tentang gaya magnet, maka rumusan masalah dari penelitian adalah:
Apakah penggunaan pendekatan konstektual dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPA tentang gaya magnet bagi siswa kelas V
SD N Juwok 2, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen?.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam tentang gaya magnet melalui pendekatan kontekstual pada
siswa kelas V SD N Juwok 2 Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam pembelajaran IPA tentang
materi gaya magnet sehingga pemahaman siswa mengenai konsep IPA
yang dipelajari menjadi lebih baik.
2. Bagi Guru
Memiliki keterampilan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran IPA
khususnya dengan pendekatan kontekstual.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka
perbaikan dalam pembelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Fudyartanto (2002) dalam Baharudin dan Nur W
(2007:13) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini usaha untuk mencapai kepandaian
atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti,
dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Morgan dkk (1986) dalam Baharudin dan Nur W (2007:14),
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman.
Belajar suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau suatu pengartian. (H.C. Witherington dalam
Aunurrahman 2009:35)
Para ahli secara umum mendefinisikan bahwa belajar sebagai
suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman.
Pendapat beberapa ahli tentang pengertian belajar sebagai berikut :
1. Morris L. Biege
Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang
tidak diwariskan secara genetis. Perubahan itu terjadi pada pemahaman,
perilaku, persepsi, motivasi yang bercampur secara sistematis.
2. Marle J. Moskowitz dan Arhur R.Orgel
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman
dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawah
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
sejak lahir. Perilaku dapat diramalkan bukan dari apa yang kita ketahui
tentang sifat-sifat umum dari sistem syaraf seseorang, melainkan dari apa
yang kita ketahui tentang pengalaman yang khusus dan unik dari orang
tersebut.
3. James O.Whittaker
Belajar sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui
latihan atau pengalaman. Lebih jauh James O.Whittaker menyatakan
bahwa perubahan fisik, perubahan karena kematangan perubahan perilaku
karena kelelahan, akibat sakit dan akibat obat tidak termasuk belajar.
4. Aaron Quinn Sartain dkk
Belajar sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.
Perubahan akibat dari cara merespon suatu sinyal, cara menguasai suatu
keterampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek.
5. W.S Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasikan perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang
baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.( http://indramunawar.blogspot.com/2012/06/hasil-belajar-
pengertian-dan-definisi.html.)
Belajar menurut Abdilah (2002) dalam Aunurrahman (2009:35),
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Belajar adalah
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
secara keseluruhan sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Ciri-ciri Belajar
Jika kita simpulkan pandangan definisi belajar, kita menemukan
beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut :
Pertama, belajar menunjukkan sesuatu aktivitas pada dan
seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita
pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam
bentuk aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang
dalam melakukan semua kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek
jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu
kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan
jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya
meskinpun mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan
secara intensif. Dari aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas
seseorang yang merupakan cerminan dari belajar, walaupun diri individu
tersebut tidak secara nyata memahaminya.
Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau
obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-
pengalaman baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh sebelumnya akan
tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan
lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan
keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guru lebih mendalami sesuatu
yang menjadi perhatian. Sebagai contoh, ketika seseorang anak
meperhatikan bagaimana seorang pemanjat tebing melakukan aktifitasnya.
Semakin kuat interaksi individu tersebut dengan obyek, maka akan
semakin besar pula perhatian dan dorongan individu untuk memahami
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemanjat tebing tersebut. Oleh
sebab itu, di dalam proses pembelajaran bilamana guru berhasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menumbuhkan hubungan yang intensif dengan siswa dalam proses
pembelajaran, maka akan terjadi interaksi yang semakin kokoh dan pada
giliranya memungkinkan siswa semakin terdorong untuk memahami atau
mengetahui lebih mendalam sesuatu yang dipelajari. Sebaliknya ketika
interaksi indivisu dengan lingkungan semakin lemah, maka dorongan
mental untuk mendalami sesuatu menjadi sumber belajar juga akan
semakin lemah. Dalam keadaan ini akan semakin sulit bagi individu untuk
mendapatkan dorongan guna memperoleh pengalaman atau pengetahuan
yang diharapkan.
Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,
akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu
perubahan yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu
perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut
dapat di amati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan
berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, sebagai contoh setelah
seorang siswa mengikuti dengan cermat pembahasan tetang cara-cara
memasang peralatan elektronik pada sebuah perabot, untuk selanjutnya
tanpa bimbingan dan arahan, siswa tersebut maupun melakukan dengan
benar. Melalui penayanggan sebuah acara di televisi tetang
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. (Oemar Hamalik
dalamhttp://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-
dan-definisi.html, 8 Feb 2012).
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain: 1) kognitif, 2) afektif,
3) psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Dari ketiga ranah tersebut
tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga
harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Hasil belajar dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard
Kingsley membagi 3 macam hasil belajar, yaitu : 1) Keterampilan dan
kebiasaan, 2) Pengetahuan dan pengertian dan 3) Sikap dan cita-cita.
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan
dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa
karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang yang akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Menurut Fudyartanto (2002) dalam Baharudin dan Nur W (2007:13)
menyatakan bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Di sini usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan
belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu.
Morgan dkk (1986:47) belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengartian.
(Aunurrahman (2009:35)
Belajar menurut Abdilah (2002) dalam Aunurrahman (2009:35),
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur.
1) Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku,
dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya
penambahan pengetahuan saja.
2) Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada
keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi
sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan lainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar.
Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku,
tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
4) Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat reflek atau perilaku yang
bersifat naluriah
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah aktifitas yang mengahasilkan perubahan tingkah laku sebagai akibat
interaksi dengan lingkungan yang sifatnya sedikit banyak permanent yang
meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai – nilai. Dengan demikian
keberhasilan belajar dapat diketahui melaui perubahan tingkah laku pada
individu yang belajar sesuai dengan tujuan belajar.
d. Aspek-Aspek Hasil Belajar
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut :
a. Aspek Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang
terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan
evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan
materi pokok tersebut.
Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan
intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan
evaluasi. Klasifikasi tujuan kognitif oleh Bloom (1956) domain kognitif
terdiri atas enam bagian sebagai berikut:
1) Ingatan/recall
Mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang
sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang
sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan
benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Pemahaman
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu
tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang
rendah.
3) Penerapan
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan
tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada
pemahaman.
4) Analisis
Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor penyebab dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek
pemahaman maupun penerapan.
5) Sintesis
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur dan bentuk baru.
Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.
6) Evaluasi
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-
nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang tinggi.
b. Aspek Afektif
Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap,
derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek
afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan
kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam
penilaiannya.Klasifikasi tujuan afektif terbagi dalam lima kategori sebagai
berikut:
1) Penerimaan
Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuanm emperhatikan dan
memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan
merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian respon
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi
tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3) Penilaian
Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak,
atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi ‘sikap’ dan ‘apresiasi’.
4) Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam falsafah hidup.
5) Karakterisasi
Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga, tingkah laku menjadi lebih
konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini
bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi
siswa.
c. Aspek Psikomotor
Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada
keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian
dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
oleh siswa bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai teknik
praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.
Klasifikasi tujuan psikomotor terbagi dalam lima kategori sebagai
berikut:
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberikan
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan
kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk
global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan
sesuatu menurut petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi
dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-
kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat
urutan yang tepat dengan mencapai yang diharapkan atau konsistensi
internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan
secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi
dalam domain psikomotorik.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Pembelajaran IPA di SD
1) Hakikat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”.
Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata
bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan ( Maridi, dkk, 2005:2). Jadi Ilmu
Pengetahuan Alam atau Science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam mini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam.
New Lollegiate Dictionary (1981) dalam Maridi, dkk (2005:2)
menyatakan natural science Knoledge with the physical and its phenomena,
yang artinya Ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan
gejala-gejalanya. Sedangkan di dalam purnell’s : Concise Dictionary of
Science (1983) dalam Maridi, dkk (2005:2) tercantum definisi “Science the
broad field of human knowledge, acuired by sistematic observation and
experiment, and explained by means of rules, law, principles, theories, and
hypotheses”, yang artinya Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan
manusia yang luas yang didapat dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
IPA dikatakan terjadi dari dua unsur, hasil IPA dan cara kerja
memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-
hukum, prinsip-prinsip, klasifikasi, struktur dan lain sebagainya. Cara kerja
memperoleh hasil itu disebut proses IPA. Dalam proses IPA terkandung cara
kerja, sikap dan cara berpikir, kemajuan IPA yang pesat disebabkan oleh
proses ini. Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering
berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil
yang diharapkan. Sikap itu dikenal dengan nama sikap ilmiah.
Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan
dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses,
dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar
mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.
1) IPA Sebagai Produk
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin disebut juga sebagai
produk IPA. Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan
kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-
abad. Bentuk Ilmu pengetahuan Alam sebagai produk adalah fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA. Jika ditelaah lebih
lanjut maka fakta-fakta merupakan hasil dari kegiatan empirik IPA
sedangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA
merupakan hasil kegiatan analitik.
Yang disebut fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
betul terjadi dan sudah diinformasikan secara objektif. Contoh-contoh
fakta : atom Hidrogen mempunyai satu electron, merkurius adalah planet
yang terdekat dengan matahari, ular termasuk golongan reptilia.
Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta
IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada
hubungannya. Berikut ini merupakan adalah contoh-contoh konsep IPA :
semua zat tersusun atas partikel-partikel, makhluk hidup dipengaruhi
oleh lingkungan, materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap
dan melepaskan energi.
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-
konsep IPA. Contohnya : Udara dipanaskan memuai, adalah prinsip-
prinsip yang berhubungan dengan konsep-konsep udara, panas dan
pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan
memuai. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi
induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ilmuan prinsip
merupakan diskripsi yang paling tepat tenyang objek atau kejadian.
Prinsip dapat berubah bila obserfasi baru dilakukan, sebab prinsip
bersifat tentatif (bersifat sementara).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Hukum-hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima
meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena mengalami pengujian –
pengujian yang lebih keras dari pada prinsip, maka hukum alam bersifat
lebih kekal, hukum kekekalan energi misalnya berkata bahwa dalam
suatu interaksi tidak ada yang diciptakan maupun dimusnakan, tetapi
hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Dalam tahun 1905,
sesudah hukum kekekalan energi dirumuskan Eintain menunjukkan
bahwa energi dapat diciptakan dari materi kondisi khusus. Penemuan ini
dinyatakan dalam persamaan einstain yang kekal: E = m.c2. Hal ini
hukum kekekalan energi harus diperluas.
Teori alamiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori
merupakan model, atau gambaran yang dibuat para ilmuan untuk
menjelaskan gejala alam. Seperti halnya prinsip dan hukum alam,
teoripun dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan
teori tersebut. Contoh : Model atom yang sepeti susunan tata surya
dengan elektron berputar pada orbitnya disekitar intinya tumbang dan
digantikan oleh teori kuantum yang menggambarkan elektron seperti
awan bermuatan negatif meliputi inti atom.
2) IPA Sebagai Proses
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh
para ilmuwan, diantaranya ialah : mengamati, mengukur, menarik
kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat
grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan
eksperimen.
Pengertian mengamati didalam IPA adalah proses mengumpulkan
informasi mempergunakan semua alat pengindera atau mempergunakan
instrumen untuk membantu alat pengindera. Mengamati adalah proses
emperik di dalkam IPA. Bahkan dapat dikatakan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam dimulai dari pengamatan terhadap alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Penarikan kesimpulan (inferensi) adalah kesimpulan setelah
melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Jadi inferensi mencakup tiga komponen, yaitu : observasi
yang merupakan pernyataan-pernyataan yang dibuat mempergunakan
semua alat pengindera dan alat bantu pengindera, pengetahuan
sebelumnya atau pengetahuan yang diorganisasikan secara mental dalam
struktur kognitif atau disebut juga skemata, dan kesimpulan.
Keterampilan proses IPA berikutnya adalah melakukan penelitian
atau penyelidikan kemudian menginterprestasikan hasil penelitian dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Terlaksanaya penelitian
adalah suatu proses yang rumit, terdiri dari beberapa langkah yang
sederhana. Diantaranya yang penting adalah bekerja dengan variabel.
Ada tiga macam variabel dalam suatu penelitian, yaitu variabel bebas,
variabel tergantung, dan variabel terkontrol ( terkendali) ; variabel bebas
adalah variabel yang dengan disengaja dimanipulasi oleh si peneliti,
variabel tergantung adalah variabel yang berubah-ubah dalam penelitian
sebagai akibat dari perubahan-perubahan variabel bebas, sedangkan
variabel terkontrol adalah variabel yang sengaja dibuat konstan dalam
penelitian agar tidak mengacaukan penelitian.
.Merumuskan hipotesa adalah menyusun suatu pernyataan
berdasarkan alasan-alasan atau pengetahuan, yang merupakan jawaban
sementara untuk masalah. Hipotesa ini bersifat tentatif dan diuji apakah
hipotesa dapat diterima atau ditolak.
Mengiterprestasikan data adalah menganalisa data yang diperoleh
dan menyusunnya dengan cara menentukan pola keterhubungan pada
data secara keseluruhan. Membuat pengukuran-pengukuran adalah
membuat observasi - observasi kuantitatif dengan jalan membandingkan
dengan alat-alat ukur standar. Memprediksi adalah membuat ramalan
akan kejadian atau kondisi yang diharapkan dalam bagian selanjutnya
akan diuraikan secara rinci mengenahi ketrampilan proses IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Pengembangan Sikap
Beberapa sikap ilmiah itu adalah : (1) objektif terhadap fakta,
artinya tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang, (2) tidak
tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
menyokong kesimpulan itu, (3) berhati terbuka, artinya
mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain sekalipun
pendapat atau penemuan itu bertentangan dengan penemuan sendiri,
(4) tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat, (5) bersifat hati-
hati, dan (6) ingin msenyelidiki.
The Liang Gie (2000) dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:16),
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan (science) adalah kumpulan sistematis
dari pengetahuan.
IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain”. ( Abdullah (1998:18) dalam http://juhji-science-sd.blogspot.com
/2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html diakses 7 Februari 2012)
JS. Sukardjo, dkk (2005:1), menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau
secara sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis tentang gejala alam.
Science is continuing effort to disciver and increase human knowledge and understanding though disciplined research. Using controlled methods, scientist collect observable evidence of natural or social phenomena, record measurable data relating to the observations, and analize this information to contruct theoretical explanations of how things work. The method of scientific research include the generation of hypotheses about how phenomena work, and experimentation that tests these hypotheses under controled conditions. Scientists are also expected to publish their information so other scientists can do similar experments to double-check their conclusions. The result of this prosses enable betther understanding of past event, and better ability to perdict future event of the same kind as those that have been tested ( Parkin, 1991) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/. )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Yang artinya ilmu pengetahuan adalah usaha yang melanjutkan dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan manusia untuk melakukan
penelitian. Penggunaan metoda dikendalikan, ilmuwan mengumpulkan bukti
yang tampak tentang gejala sosial atau alami, merekam data terukur
berkenaan dengan pengamatan, dan analize informasi ini ke penjelasan [yang]
teoritis bagaimana hal-hal bekerja. Metode tentang penelitian ilmiah meliputi
pembuatan hipotesis tentang bagaimana pekerjaan gejala, dan percobaan yang
menguji hipotesis ini di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Ilmuwan juga
diharapkan untuk menerbitkan informasi mereka, ilmuwan lain dapat
melakukan serupa experments untuk cek sekali lagi kesimpulan mereka. Hasil
prosses ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik dari peristiwa masa
lampau, dan kemampuan lebih baik ke peristiwa masa depan yang telah diuji
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Ilmu
Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya
dengan bersikap almiah.
2) Tujuan IPA
Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa: 1)
Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4)
Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 7) Menghargai berbagai macam
bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini,
2007: 40).
2) Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah
Dasar menurut Sri Sulistyorini (2007:40) meliputi aspek-aspek :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda atau materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan
gas
c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan sebagai mata pelajaran sejak
kelas IV, sedang kelas I sampai kelas III diberikan secara tematik dengan
pelajaran yang lain.
3. Pendekatan Konstektual
a. Pengertian Pendekatan
Wardani (2001:6.4) mengemukakan bahwa pandekatan (approach)
adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan hakikat bahasa,
hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa yang diajarkan. Pendekatan
bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu tidak dipersioalkan atau tidak
perlu dibuktikan lagi.
Lebih lanjut Brown (2009:9) memperjelas konsep pembelajaran
dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu: (1)
pembelajaran menyangkut hal praktis, (2) pembelajaran adalah penyimpanan
informasi, (3) pembelajaran adalah penyusunan organisasi, (4) pembelajatran
memerlukan keaktifan dan kesadaran , (5) pembelajaran relatif permanen, (6)
pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
Mulyasa (2003:100) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007)
menjelaskan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali factor
yang mempegaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach), (http://www.google.co.id_ Desember
2011)
Pengertian pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah - semua
tampak kemerah-merahan. (Ujang Sukandi (2003:39) dalam
http://banjar.wordpress.com/2011/09/10/pendekatanpembelajaran).
Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah seperangkat asumsi atau pandangan guru tentang hakikat
bahasa yang diajarkan kepada siswa dalam suatu proses interaksi belajar-
mengajar di kelas yang fasilitasi guru dengan dengan baik (materi, metode,
media, evauasi) ssehingga pencapaian tujuan pembelajaran (bahasa) bisa
dicapai.
b. Pendekatan Konstektual
Menurut Blanchard dalam Triyanto (2007:110) menyatakan bahwa
pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga.
University of washington dalam Triyanto (2007:107), Pengajaran
kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai
dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia
nyata atau masalah masalah yang disimulasikan.
Menurut Blanchard dalam Triyanto (2007:101) menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan
yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
Menurut Triyanto (2007:105), Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (
Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bawa
pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk
menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
c. Strategi Pendekatan Konstektual
Menurut Triyanto (2007:105-115), Pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (
Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Adapun penjelasan tiap-tiap komponen tersebut di atas diantaranya
sebagai berikut :
1) Konstruktivisme (contruktivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi
pendekatan kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta. Konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan member
makna melalui pengetahuan nyata.
Dengan demikian siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-
ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak siswa sendiri.
Esensi dan teori ini bahwa siswa harus menemukan dan
mentranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan bila
perlu informasi itu menjadi milik sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima”
pengetahuan.
Dalam pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih
diutamakan dari pada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan itu dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
artinya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur
pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah struktur
pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan dengan hasil pengalaman baru.
2) Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
barbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menemukan sendiri. Untuk itu guru harus merancang kegiatan menemukan
apapun materi pembelajaran.
Untuk merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan
menemukan ini, ada empat langkah yang dapat diikuti antara lain: 1)
merumuskan masalah, 2) mengamati dan mengobservasi, 3) menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan
karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
para pembaca, teman sekelas, guru kelas audien lainnya.
3) Bertanya (Questioning)
Questioning atau bertanya merupakan strategi utama utama dalam
pendekatan kontekstual. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran
bermanfaat untuk : 1) menggali informasi, 2) mengecek pemahaman
siswa, 3) membangkitkan respon pada siswa, 4) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)
untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4) Masyarakat belajar ( learning community )
Konsep learning community atau masyarakat belajar menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Dengan demikian, hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman,
antar kelompok, antara yang tahu dan yang belum tahu baik diruang kelas,
juga dengan orang yang ada diluar kelas, maupun yang menjadi anggota
masyarakat belajar. Untuk itu, pembelajaran selalu disarankan dalam
kelompok- kelompok belajar yang anggotanya bersifat heterogen sehingga
yang pandai dapat membimbing yang lemah, yang tahu dapat
membimbing yang belum tahu, yang cepat menangkap dan mendorong
yang lambat, yang mempunyai gagasan dapat memberi usulan pendapat,
dan seterusnya. Jadi learning community ini dapat terwujud apabila dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pembelajaran itu terjadi proses komunikasi dua arah. Sehingga dalam
pembelajaran itu tidak ada pihak yang di mana dalam komunikasi, dan
tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan.
5) Permodelan
Yang dimaksud permodelan dalam pembelajaran kontekstual ini
adalah bahwa dalam pembelajaran baik itu berkaitan dengan pengetahuan
ataupun keterampilan diperlukan model yang biasa ditiru oleh siswa.
Permodelan ini dapat berkenaan dengan cara mengerjakan atau melakukan
sesuatu. Dalam pendekatan ini guru bukannya satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dapat pula model didatangkan
dari luar kelas tergantung materi yang diperlukan permodelannya.
6) Refleksi (reflection)
Refleksi atau (reflection) merupakan cara berfikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di
masa lalu. Siswa mengandalkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian, refleksi ini merupakan respon
terhadap apa yang baru saja diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Artinya
pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas sedikit demi sedikit dalam hal
ini, guru berkewajiban membantu siswa dengan menciptakan hubungan
antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan
baru, sehingga siswa merasakan manfaat pengetahuan yang baru saja
diperoleh. Jadi, yang menjadi kunci dalam refleksi ini adalah bagaimana
menciptakan agar pengetahuan yang baru itu dapat mengendap pada benak
siswa.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)
Penilaian atau assessment yaitu proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar ini perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila
data yang dikumpulkan guru dapat segera mengambil langkah yang tepat
untuk perkembangan belajar ini perlu diketahui oleh guru agar dapat
memastikan bahwa siswa teleh mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru dapat segera mengambil
langkah yang tepat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi pada siswa.
Untuk itu, assessment ini dilakukan sepanjang proses, bukan hanya pada
akhir periode baik semester akhir, melainkan assessment ini dilakukan dan
secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan secara proses, bukan
hanya dari hasil. Untuk itu penilaian tidak hanya oleh guru, tetapi dapat
pula dilakukan teman siswa.
B. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di awal pembelajaran masih
banyak siswa yang belum memahami materi energi dan kegunaanya. Siswa
masih terlihat tidak aktif dalam pembelajaran. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya guru kurang mengoptimalkan dalam proses
pembelajaran, metode atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran
kurang tepat sehingga siswa sangat bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Guru masih menggunakan metode yang monoton dengan ceramah, pemberian
tugas tanpa melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu perlu adanya pembenahan dalam pembelajaran yang
berlangsung. Dengan menggunkaan pendekatan kontekstual ini dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademik siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penggunaan pendekatan konstektual dapat menarik perhatian siswa,
membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar serta membatu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang materi gaya magnet.
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotifasi
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan.
Kerangka berfikir dari penelitian tindakan kelas tergambar pada
gambar berikut :
Gambar 1. Model Kerangka berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Dalam hal ini yang menjadi hipotesis dari penelitian tindakan kelas
yang akan dilakukan adalah melalui penggunaan pendekatan konstekstual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang gaya
magnet pada siswa kelas V SD N Juwok 2, Kecamatan Sukodono, Kabupaten
Sragen.
AWAL
PROSES TINDAKAN
Guru belum memakai pendekatan konstektual
pada pembelajaran
Pemahaman siswa rendah
Guru telah menggunakan pendekatan konstektual pada pembelajaran IPA
Dengan pendekatan konstektual yang
optimal pemahaman siswa pada pembelajaran IPA dapat optimal sesuai target yang diharapkan
Dengan pendekatan konstektual yang optimal maka dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada pembelajaran IPA tentang energi dan perubahannya
AKHIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODOLOGI PENELITAIN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Juwok 2
Sragen. Dengan alasan SD tersebut merupakan tempat peneliti mengajar
sehingga memudahkan melaksanakan penelitian.
2) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai bulan Januari
sampai bulan April pada semester II tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari
tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan penelitian. Waktu tersebut
dirinci dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian
No Kegiatan Januari Februari Maret April
1 Penyusunan proposal xxx
2 Ijin Penelitian xxx
3 Kegiatan Penelitian xxx xxx
4 Mengumpulkan data xxx xxx
5 Analisis data xxx
6 Membuat laporan xxx
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan pada siswa kelas V SD N Juwok 2, Kec.
Sukodono, Kab. Sragen tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 26 anak
terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Kelas V merupakan
kelas dengan nilai IPA paling rendah dibanding kelas-kelas lain. Hal ini
mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan pendekatan konstektual untuk meningkatkan hasil belajar IPA
kelas V.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Bentuk dan Stategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Data yang diperoleh serta dikumpulkan berupa data yang langsung
tercatat dari kegiatan peneliti di lapangan sehingga bentuk model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan
pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah
penelitain tindakan kelas.
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah
strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti
hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut : a)
Perencanaan, b) Tindakan, c) Pengamatan dan d) Refleksi.
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari :
1. Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas V, Kepala Sekolah dan
pihak lain yang berhubungan.
2. Sumber data sekunder yaitu arsip atau dokumen, nilai hasil belajar
siswa, dan lembar observasi.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang akan dilaksanakan oleh peneliti
adalah dengan cara :
a) Pengamatan
Observasi/observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa
dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung
dengan atau tanpa alat bantu (Sarwiji Suwandi, 2008:46). Observasi
dilakukan oleh penliti dan pengamat (guru kelas). Pengamatan ditujukan
kepada guru dan siswa kelas V SD N Juwok 2 tentang aktivitas
pembelajaran IPA materi gaya magnet. Observasi dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk
menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
b) Dokumen
Dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan catatan
sekolah mengenai kegiatan pembelajarn yang dilakukan guru dan siswa.
Digunakan untuk memeproleh data berupa nama siswa kelas V, data nilai
siswa, dan sejarah perkembangan SD N Juwok 2. Selain itu, saat proses
pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto.
c) Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, keterampilan,
pengetahuan, penguasaan dan sebagainya. Teknik pengumpulan data
penelitian ini berupa soal-soal yang disajikan ini guna mengetahui hasil
atau nilai yang dicapai siswa dalam IPA. Peneliti menggunakan tes awal,
tes proses, tes akhir untuk membandingkan hasil tes siswa.
F. Tehnik Validitas Data
Suharsimi Arikunto (2008:128) menuliskan bahwa di dalam
penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data
yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur
atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan
triangulasi data dan triangulasi metode.
Adapun ynag dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.
2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data
sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda.
Misalnya wawancara dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan
data yang berbeda ini untuk menguji kemantapan informasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
G. Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model
interaktif ( Miles dan Huberman, 1984 ) dalam ( Slamet dan Suwarto, 2007 :
112), yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian
data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabtraksi data kasar yang ada dalam catatan
lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.
Data reduksi adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
Dalam reduksi data yang diperoleh dari hasil obsrvasi yang ditulis dalam
bentuk data, dikumpulkan, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok
kemudain dicari polanya.
b. Penyajian Data (Display Data)
Sajian data adalah sutu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian
data, maka akan dimengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan
untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan pengertian tersebut.
c. Penarikan kesimpulan
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data
agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis
yang terdapat dalam reduksi data maupun penyaian data diambil dari suatu
simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap
mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada siklus I, dan
simpulan terakhir yaitu pada siklus II. Simpulan yang pertama sampai
dengan terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi
untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
Langkah-langkah analisis antara lain :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun data yang berguna
untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan antar kasus.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau
kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
7. Merumuskan implikasi kebijaksanaan sebagai bagian dari pengembangan
dalam laporan akhir penelitian.
Pengumpulan data
Reduksi data Sajian data
Penarikan simpulan/verivikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
H. Indikator Kinerja
Penelitian ini berbentuk PTK, istilah dalam Bahasa Inggris adalah
Classroom Action Research (CAR). I.G.A.K Wardani (2006:13) penelitian
kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu aksi
yang dilakukan di kelas. PTK adalah penelitiann yang dilakukan oleh guru di
kelas di tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktek dan proses pembelajaran. Dalam PTK ini digunakan
pendekatan konstekstual dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
tentang gaya magnet pada kelas V SD N Juwok 2 tahun pelajaran 2011/2012.
Maka dalam penelitian tindakan kelas ini, indikator keberhasilannya
adalah apabila 90% dari jumlah siswa kelas V dapat memperoleh nilai di atas
KKM (70).
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
?
Refleksi Pelaksanaan
Refleksi Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Rancangan Siklus I
1). Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan
observasi terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru
dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran
yang berlangsung, penggunaan metode, model, strategi serta media
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berdasarkan pengamatan dan
pencatatan terhadap proses pembelajaran masih terdapat sebagian
besar siswa kelas V yang masih enggan untuk menyampaikan
pendapat, ide maupun gagasannya secara lisan.
Urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kompetensi dasar serta indikator yang sesuai dengan
materi gaya magnet.
b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Menyiapkan media pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan
e. Membuat lembar observasi siswa dan guru untuk melihat
bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas V SD N juwok 2.
f. Membuat lembar penilaian untuk kerja siswa.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam
sekali pertemuan di ruang kelas V SD N Juwok 2, pertemuan
berlangsung selama 2x35 menit. Pada tahap ini peneliti bertindak
sebagai observer.
3) Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan proses pembelajaran atau pelaksanaan
tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan:
a) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
b) Keaktifan siswa dalam menikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru.
d) Kemampuan siswa dalam bertanya dan belajar aktif pada saat proses
pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
Tahap ini peneliti bersama kepala sekolah menganalisis hasil
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian. Hasil yang
diperoleh pada pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA tentang
gaya magnet pada siswa kelas V SD N Juwok 2 dijadikan langkah
untuk melakukan tindakan siklus II.
2. Rancangan siklus II
Pada rancangan siklus 2 ini tindakan diambil dari hasil yang telah
dicapai pada siklus 1 sebagai usaha perbaikan.
Langkah-langkah yang dilaksanakan peneliti antara lain :
1) Perencanaan ulang
a) Mengidenifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan pada
permasalahan yang muncul dari siklus I.
b) Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang
gaya magnet.
c) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
d) Merancang skenario pembelajaran model kontekstual.
e) Merancang tes siklus 2 dan kunci jawaban.
f) Membuat lembar observasi.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dan
perencanaan yang dipersiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA.
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dengan skenario yang telah dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Observasi
Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan:
a) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
b) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
c) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru.
d) Kemampuan siswa dalam bertanya dan belajar aktif pada saat
proses pembelajaran.
4) Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan tahap observasi serta pencapaian indikator
keberhasilan. Hasil pengamatan pada pengamatan siklus 2 dikumpulkan
untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti dan observer. Hal tersebut
ditandai dengan perubahan sebagai berikut :
a. Pada saat pembelajaran siswa lebih aktif
b. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran
c. Pembelajaran lebih bermakna
d. Siswa yang kurang jelas pada siklus kedua, pada siklus ketiga lebih
jelas dan paham.
e. Siswa antusias dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti berlangsung di
kelas V SD N Juwok 2 Kecamatan Sukodono. Sekolah Dasar Negeri Juwok 2
tepatnya berada di dukuh Juwok, Kelurahan Juwok, Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sragen. SD N Juwok 2 dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang
membawahi 6 guru kelas, 1 guru PAI, 1 guru olah raga, 1 penjaga sekolah dan
157 siswa.
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Juwok 2
belum melaksanakan pembelajaran Kontekstual khususnya pembelajaran
IPA kelas V pada materi konsep energi dan perubahannya, sehingga hasil
belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester. Untuk mengantisipasi
hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V, maka peneliti
menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan pembelajaran Kontekstual.
B. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian
1. Tindakan siklus 1
Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (2x35 menit)
dan dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2012. Adapun tahapan yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam tindakan perencanaan ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas V SDN
Juwok 2 mata pelajaran IPA tentang Gaya Magnet. Berdasarkan data
hasil pengamatan langsung tanggal 8 Februari 2012 terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran IPA masih terdapat banyak kekurangan, antara
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (respon siswa kurang), pembelajaran yang dilakukan
guru masih bersifat monoton artinya guru masih menggunakan
metode ceramah tanpa mengajak siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga membuat siswa banyak yang bosan. Aktivitas
siswa dalam pembelajaran masih sangat kurang, hal ini dibuktikan
dengan ada beberapa siswa yang enggan dan bermalas-malasan ketika
guru melakukan pembelajaran. Selain itu hasil belajar siswa juga
masih banyak yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Nilai prestasi belajar kognitif siswa diperoleh dari tes objektif
yang telah diujicobakan terhadap siswa kelas V SD N Juwok 2. Dari
10 item soal pilihan ganda ternyata valid atau memenuhi syarat untuk
dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi. Hasil Nilai Awal materi
gaya magnet dapat pada lampiran 18.
Berdasarkan pada lampiran 18 dapat diketahui ada beberapa siswa
yang masih mendapat nilai di bawah nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal
70). Dari 26 siswa di atas ada 9 anak yang mendapat nilai di bawah KKM. Hal
ini membuktikan bahwa pada pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus
hasil belajar siswa belum dapat dikatakan mencapai keberhasilan.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
Nomor Interval Nilai Nilai Awal
Frekuensi Prosentase
1 41-50 3 11,5%
2 51-60 6 23,1%
3 61-70 9 34,6%
4 71-80 5 19,2%
5 81-90 3 11,5%
6 91-100 - 0%
Jumlah 26 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan tabel 2 maka dapat digambarkan grafik, sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Frekuensi
41-5051-6061-7071-8081-9091-100
Gambar 4. Grafik Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
Dari data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas V SDN Juwok 2 sebanyak 26 siswa ada 17 siswa atau
65,38% siswa yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal.
Sebanyak 9 siswa atau 34,62% memperoleh nilai di bawah batas nilai
ketuntasan yaitu 70.
Tabel 3. Hasil Nilai Awal
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 50
Nilai tertinggi 90
Rata-rata nilai 69,23
Siswa belajar tuntas 65,38%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Analisis hasil evaluasi dari Nilai Awal siswa diperoleh nilai
rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 69,23
di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan
dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 70. Sedangkan
besarnya persentase siswa tuntas pada materi gaya magnet sebesar
65,38%, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai
lebih dari 75%. Dari hasil analisis Nilai Awal tersebut, maka
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi
belajar, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran, khususnya untuk
materi pokok gaya magnet.
Dari hasil Nilai Awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara
bahwa penguasaan materi gaya magnet oleh siswa kelas V SDN Juwok 2
masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban
yang kurang dari 70% memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu
paham pada beberapa indikator belajar materi pokok gaya magnet.
b. Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan, direncanakan
secara teliti oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan guru
pengampu untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan.
Peneliti menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengetahui hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa selama proses
pembelajaran dan observasi keterampilan mengajar guru dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, sedangkan
sebagai alat evaluasinya guru dan peneliti membuat soal ulangan
berbentuk soal pilihan ganda dan isian untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi gaya magnet.
Dalam tahapan ini guru menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menyampaikan materi gaya magnet dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual.
Pada pertemuan pelaksanaan tindakan siklus I materi IPA
adalah tentang sumber energi dan perubahannya dengan indikator : a)
Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak
magnetis. b) Siswa dapat Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam
menembus beberapa benda melalui percobaan, c) Siswa dapat
Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-
hari, d) Siswa dapat membuat magnet.
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa
bersama dan mengabsen siswa, guru memberikan apersepsi
“Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi
yang diharapkan?”
Kegiatan inti guru menjelaskan tentang gaya magnet, muali
dari sejarah ditemukannnya magnet, macam-macam magnet, membuat
magnet sampai benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang
mengguankan magnet. Guru mengajak siswa melakukan kegiatan
percobaan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya magnet,
macam-macam magnet dan kegunaan magnet dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dengan alat dan
bahan yang sehari sebelumnya diminta guru untuk membawa yaitu
paku payung, klip kertas dari besi, saputangan, kertas, karet
penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, selembar karton,
selembar mika, kardus, pensil, penggaris. Siswa mengambil satu
persatu benda yang dibawa kemudian meletakkannya di dekat magnet
yang disediakan oleh guru. Beberapa siswa melihat dan mengamati
benda mana sajakah yang dapat ditarik magnet dan yang tidak dapat
ditarik oleh magnet. Setelah itu guru mengajak siswa untuk
melakukaan percobaan tentang cara-cara membuat magnet yaitu
dengan cara gosokan, elektromagnetis dan induksi. Setelah itu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru serta
menuliskan rangkuman di buku tulis masing-masing.
Dalam kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi dengan membagikan
soal pada siswa dan siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru
yang terdiri dari 20 soal yaitu 10 soal pilihan ganda dan 10 soal isian.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama
ketika melakukan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual serta mengamati keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi dalam siklus 1 diperoleh hasil observasi
sebagai berikut :
a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik.
b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi
pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna
meningkatkan motivasi siswa.
c) Guru cukup dalam bertanya jawab pada siswa pada saat pembelajarn
berlangsung.
d) Guru cukup baik dalam memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum jelas.
e) Guru masih kurang dalam memberikan teguran secara tegas pada
siswa yang kurang memperhatikan pelajaran sehingga dalam
pengkondisian kelas kurang.
f) Guru masih kurang dalam memberi motivasi kepada siswa yang belum
mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik
h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
j) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati
oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
2) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil belajar
afektif siswa sebagai berikut :
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan
peningkatan.
b) Perhatikan siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang
disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.
c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d) Siswa aktif dalam pembelajaran.
e) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan
pertanyaan dan pendapat.
f) Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompok.
g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas
individu atau tugas kelompok.
h) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas
observasi masih kurang.
Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil belajar
psikomotorik siswa sebagai berikut :
a) Siswa sudah memasuki kelas pada waktu guru datang.
b) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis.
c) Siswa sudah dengan segera membentuk kelompok diskusi tanpa harus
diperintah oleh guru.
d) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan
mengenai pelajaran yang belum jelas.
e) Siswa sudah terlihat akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 5
siswa yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II
untuk materi gaya magnet dengan menindak lanjuti Siklus I. Hasil refleksi
selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan pada lampiran 19 yaitu nilai hasil belajar siswa pada
siklus I, didapatkan distribusi frekuensinya diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 4 . Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
(Siklus I)
Nomor Interval Nilai Nilai Awal
Frekuensi Prosentase
1 41-50 1 3,8%
2 51-60 1 3,8%
3 61-70 7 26,9%
4 71-80 10 38,5%
5 81-90 4 15,4%
6 91-100 3 11,5%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel 4 maka dapat digambarkan grafik, sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
Frekuensi
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 5. Grafik Frekuensi Nilai Siklus I Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I pada
pembelajaran IPA tentang gaya magnet pada siswa kelas V SDN Juwok 2
sebanyak 26 siswa ada 21 siswa atau 80,76% siswa yang memperoleh nilai di
atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 5 siswa atau 19,23%
memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 70.
Tabel 5. Hasil Nilai Siklus I
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 50
Nilai tertinggi 100
Rata-rata nilai 76,15
Siswa belajar tuntas 80,76%
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes
Siklus I tabel 6 dan 7 siswa yang tuntas belajar pada Nilai Awal hanya
terdapat 17 Siswa atau 65,38% dan siswa yang tuntas belajar di Siklus I
sebesar 21 siswa atau 80,76% sehingga dapat disimpulkan bahwa persentasi
hasil tes siswa yang tuntas naik 15, 38% (80,76% - 65,38%) dengan nilai batas
tuntas 70. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat Nilai Awal
sebesar 50 dan pada Siklus I masih tetap 50. Untuk nilai tertinggi terdapat
kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada Nilai
Awal sebesar 69,23 naik menjadi 76,15. Nilai tersebut sudah di atas rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah.
Dalam penelitian tindakan kelas Siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
1) Bagi Guru
a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada
saat proses belajar mengajar.
b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang.
d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah
menjawab pertanyaan dengan benar.
e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik.
f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas.
2) Bagi Siswa
a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami perbedaan cara
pembuatan magnet.
b) Beberapa siswa kesulitan memahami cara-cara membuat magnet.
c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun
masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
2. Tindakan siklus 1I
Pada Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2012. Adapun
tahapan yang dilakukan pada Siklus II meliputi :
a. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perancanaan sebagai
berikut :
1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Lebih mengoptimalkan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran.
3) Memberikan pengulangan pada materi tentang gaya magnet.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual dilaksanakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II materi IPA adalah
tentang sumber energi dan perubahannya dengan indikator : a)
Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak
magnetis. b) Siswa dapat Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
menembus beberapa benda melalui percobaan, c) Siswa dapat Memberi
contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari, d) Siswa
dapat membuat magnet.
Kegiatan awal dimulai dari berdoa bersama, mengabsen siswa,
guru memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan kepada siswa untuk
menyebutkan macam-macam magnet dan cara-cara membuat magnet.
Guru merangsang motivasi siswa dengan melakukan percobaan
tentang benda-benda yang dapat ditarik magnet dan yang tidak dapat
ditarik oleh magnet. Guru mambagi siswa menjadi 5 kelompok dengan
masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. Dalam hal ini guru
membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Siswa menyiapkan
benda-benda yang dibutuhkan dalam percobaan, antara lain : magnet
batang, peniti, paku payung, klip kertas dari besi, saputangan, kertas, karet
penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, selembar karton, selembar
mika, kardus, pensil, penggaris. Denganbantuan table pengamatan siswa
melakukan percobaan dengan mendekatkan magnet pada masing-masing
benda yang telah disiapkan. Kemudian siswa mengelompokkan benda apa
saja yang ditarik oleh magnet dan benda yang tidak dapat ditarik megnet.
Guru menjelaskan bahwa benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet
disebut dengan benda magnetis dan benda yang tidak dapat ditarik oleh
magnet disebut dengan benda non magnetis.
Setelah itu siswa juga melakukan percobaan untuk mengetahui
cara-cara membuat magnet.
1. Membuat magnet dengan cara induksi.
Gambar. 6 Model pembuatan magnet secara induksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Membuat magnet dengan cara gosokan
Gambar. 7 Model pembuatan magnet secara gosokan
3. Membuat magnet dengan cara elektro magnetis
Gambar. 8 Model pembuatan magnet secara elektromagnetik
Guru menjelaskan secara singkat menjelaskan tentang cara
pembuatan gaya magnet dan siswa melakukan percobaan sendiri melalui
arahan yang diberikan oleh guru. Siswa dapat menemukan cara dan
mengetahui secara mandiri tentang cara membuat magnet tanpa arahan
berupa ceramah yang monoton dari guru. Siswa diberi kesempatan untuk
membedakan cara-cara membuat magnet melalui percobaan dan
menggambarkan di buku tugas masing-masing.
Di dalam kegiatan akhir pembelajaran, guru mengadakan
evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Guru membagikan soal
yang terdiri daro 10 soal pilihan ganda dan 10 soal isian. Setelah siswa
selesai mengerjakan soal evaluasi, guru segera mengadakan penilaian
terhadap hasil pekerjaan siswa. Dari hasil penilaian inilah dapat diketahui
apakah ketuntasan belajaran siswa pada pelaksanaan siklus II sudah
berhasil atau belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama
proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar dengan model
pembelajaran kontekstual pada materi energi dan perubahannya.
1) Hasil observasi guru.
a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik.
b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi
pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna
meningkatkan motivasi siswa.
c) Guru sudah baik dalam bertanya jawab pada siswa yang duduk di
bagian depan dan belakang, untuk yang dibagian tengah kurang
diperhatikan.
d) Guru cukup baik dalam memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum jelas.
e) Guru sudah baik dalam memberikan teguran secara tegas pada siswa
yang kurang memperhatikan pelajaran sehingga dalam pengkondisian
kelas kurang.
f) Guru sudah baik dalam memberi motivasi kepada siswa yang belum
mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik
h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas-kelas.
i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik.
j) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati
oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
2. Hasil observasi siswa.
Dari data observasi pada Siklus II di peroleh data hasil belajar
afektif siswa sebagai berikut :
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah tinggi.
b) Perhatian siswa sudah meningkat dalam memperhatikan pelajaran
yang disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.
c) Keberanian siswa maju ke depan kelas sudah mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d) Siswa sudah menerapkan hasil pelajaran dengan biak.
e) Keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan
pendapat.
i) Siswa terlihat bersemanagn dalam kegiatan pembelajaran yang
berlangsung.
j) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik
Dari data observasi pada Siklus II diperoleh data hasil belajar
psikomotorik siswa sebagai berikut :
a) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik
dan sistematis.
c) Siswa segera membentuk kelompok diskusi.
d) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
e) Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan Siklus II selesai dilakukan diketahui kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan berdasarkan pada
lampiran 20 dapat dikemukakan pada table berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
(Siklus II)
Nomor Interval Nilai Siklus II
Frekuensi Prosentase
1 41-50 0 0%
2 51-60 0 0%
3 61-70 7 20,9%
4 71-80 7 20,9%
5 81-90 8 30,8%
6 91-100 4 15,4%
Jumlah 26 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dari tabel 6 dapat dibuat grafik sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
41-5051-6061-7071-8081-9091-100
Gambar 9. Grafik Nilai Siklus II Kelas V
Dari analisa data frekuensi nilai hasil belajar IPA Siklus II pada tabel 8
dan 9 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 41-50 dan 51-60
tidak ada, siswa yang mendapat nilai 61-70 sebanyak 7 siswa atau 20,9%,
siswa mendapat nilai 71-80 sebanyak 7 siswa atau 20,9%, siswa yang
memperoleh nilai 81-90 sebanyak 8 siswa atau 30,8%, dan siswa yang
memperoleh nilai 91-100 sebanyak 4 siswa atau 15,4%.
Tabel 7. Hasil Tes Kognitif Siswa Kelas V
Keterangan Nilai Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 50 50 70
Nilai tertinggi 90 100 100
Rata-rata nilai 69,23 76,15 83,46
Siswa belajar tuntas 65,38% 80,76% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Nilai Awal 50; pada Siklus I
naik menjadi 50 dan pada Siklus II naik lagi menjadi 70
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Nilai Awal sebesar 90; pada
Siklus I naik menjadi 100; dan pada Siklus II tetap menjadi 100.
3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal sebesar
69,23; Siklus I 76,15; dan pada Siklus II 80,76.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada Nilai Awal 17 Siswa
atau 65,38%, Siklus I menjadi 21 siswa atau 80,76% setelah dilakukan
refleksi terdapat 5 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 70),
namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat
dari presentase ketuntasan siswa. Pada tes Siklus II kembali meningkat
menjadi 26 siswa atau 100%.
Dari data di atas diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan dan
penurunan indikator penilaian yang terjadi pada Nilai Awal, tes Siklus I dan
tes Siklus II. Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan kegiatan belajar
mengajar lebih efektif, sebab siswa lebih banyak mengeluarkan pendapat,
tidak hanya mendengar menyimak dan mencatat. Siswa diberi kesempatan
berdiskusi, melakukan percobaan dan mendemonstrasikan hasil percobaan,
siswa juga diberi penguatan dan pujian sehingga lebih termotivasi belajar.
Dalam penelitian tindakan kelas Siklus II sudah mengalami banyak
peningkatan.
1) Bagi guru
a) Guru dapat meningkatkan perhatian siswa pada proses pembelajaran.
b) Guru sudah menegur siswa yang kurang memperhatikan proses
pembelajaran.
c) Guru meningkatkan interaksi dengan siswa.
d) Guru sudah memberi bimbingan individu/kelompok.
e) Guru sudah memberi pujian dan perayaan bagi siswa yang menjawab
pertanyaan dengan baik dan kelompok yang bekerja atau melakukan
kegiatan dengan baik dan kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Bagi siswa
a. Sebagian besar siswa sudah paham mengenai gaya magnet.
b. Siswa mampu menyebutkan contoh dan manfaat dari gaya magnet.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil
peningkatan hasil belajar IPA pada konsep gaya magnet dengan menggunakan
model pembelajaran Kontekstual. Pada Siklus I disampikan kompetensi dasar
Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan
(gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) dengan indikator: a)
Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak
magnetis. b) Siswa dapat Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam
menembus beberapa benda melalui percobaan, c) Siswa dapat Memberi
contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari, d) Siswa dapat
membuat magnet.
Perkembelajaran dengan pendekatan kontekstual sedikit mengalami
kesulitan karena adanya ketidak kompakan dalam kelompok. Selama
melaksanakan percobaan hanya beberapa siswa tertentu yang aktif, selain itu
keberanian siswa maju ke depan untuk mendemonstrasikan dan
mempresentasikan hasil percobaan masih kurang. Kegiatan berikutnya guru
lebih memperhatikan dan membimbing siswa sehingga mereka dapat bekerja
sama dengan baik serta memberi motivasi agar lebih berani mempresentasikan
hasil percobaan di depan kelas.
Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi
dari sikap dan perilaku siswa pada Siklus I dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Hasil belajar dilihat dari segi afektif adalah
a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup.
b. Perhatikan siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang
disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.
c. Siswa sudah menghargai guru yang mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik namun perlu
ditingkatkan.
e. Hasrat dan keberanian bertanya siswa cukup.
f. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan.
g. Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas
observasi masih kurang.
h. Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.
2. Hasil belajar dilihat dari segi psikomotorik adalah :
a) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b) Siswa mau menyiapkan kebutuhan belajar.
c) Mau mencatat dan merangkum hasil pelajaran meskipun masih
menunggu instruksi guru.
d) Siswa sudah berani mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
e) Siswa mulai mencoba akrab dan berkomunikasi dengan guru.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SDN Juwok 2 Nilai Awal dan Siklus I
No Interval
Nilai
Awal No
Interval
Nilai
Siklus I
F % F %
1 41-50 3 11,5% 1 41-50 1 3,8%
2 51-60 6 23,1% 2 51-60 1 3,8%
3 61-70 9 34,6% 3 61-70 7 26,9%
4 71-80 5 19,2% 4 71-80 10 38,5%
5 81-90 3 11,5% 5 81-90 4 15,4%
6 91-100 - 0% 6 91-100 3 11,5%
Jumlah 26 100% Jumlah 26 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari Tabel 8, maka dapat dibuat Grafik sebagai berikut :
a. Grafik Frekuensi Nilai Awal b. Grafik Frekuensi Siklus I
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Frekuensi
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Frekuensi
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 10. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SDN Juwok 2 Nilai Awal dan Siklus I
Tabel 9. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa Nilai Awal dan Siklus I
Keterangan Nilai Awal Siklus I
Nilai terendah 50 50
Nilai tertinggi 90 100
Rata-rata nilai 69,23 76,15
Siswa belajar tuntas 65,38% 80,76%
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar kognitif siswa
Siklus I dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
15,38% (80,76% - 65,38% ) dengan nilai batas tuntas 70 ke atas, siswa yang
tuntas belajar di Siklus I sebesar 80,76% yang semula pada Nilai Awal
hanya terdapat 65,38% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah
yang diperoleh siswa pada saat Nilai Awal sebesar 50 dan pada Siklus I 50.
Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai
rata-rata kelas yang pada Nilai Awal sebesar 69,23 naik ada tes Siklus I
menjadi 76,15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus II dengan materi gaya
magnet. Pembelajaran menggunakan media nyata, melakukan percobaan
yang lebih kompleks dan pemberian pertanyaan. Situasi kelas yang kondusif
dengan penggunaan metode pembelajaran pendekatan kontekstual. Dari data
penelitian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Setelah pelaksanaan
tindakan Siklus II ditemukan perkembangan hasil belajar siswa baik hasil
belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik.
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
1) Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
2) Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
3) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
4) Siswa aktif dalam pembelajaran.
5) Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
6) Kerjasama dalam kelompok meningkat.
7) Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
8) Siswa sudah berani mempresentasikan hasil observasi ke depan kelas
2. Perkembangan hasil balajar psikomorik siswa sebagai berikut :
a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh.
c. Mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis.
d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai
bahan pelajaran yang masih belum jelas.
e. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 10. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SDN Juwok 2 Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II
No Interval
Nilai Awal
No Interval
Nilai Siklus I
No Interval
Nilai Siklus II
F % F % F %
1 41-50 3 11,5% 1 41-50 1 3,8% 1 41-50 0 0%
2 51-60 6 23,1% 2 51-60 1 3,8% 2 51-60 0 0%
3 61-70 9 34,6% 3 61-70 7 26,9% 3 61-70 7 20,9%
4 71-80 5 19,2% 4 71-80 10 38,5% 4 71-80 7 20,9%
5 81-90 3 11,5% 5 81-90 4 15,4% 5 81-90 8 30,8%
6 91-
100 - 0%
6 91-
100 3 11,5%
6 91-
100 4 15,4%
Jumlah 26 100% Jumlah 26 100% Jumlah 26 100%
Dari tabel 10 dapat dibuat grafik sebagai berikut :
a. Grafik Frekuensi Nilai Awal b. Grafik Frekuensi Siklus I
0
2
4
6
8
10
Frekuensi
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-1000
2
4
6
8
10
Frekuensi
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
c. Grafik Frekuensi Siklus II
0
2
4
6
8 41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 11. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SDN Juwok 2 Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 11. Hasil Tes Kognitif Siswa Kelas V SDN Juwok 2
Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II
Keterangan Nilai Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 50 50 70
Nilai tertinggi 90 100 100
Rata-rata nilai 69,23 76,15 83,46
Siswa belajar tuntas 65,38% 80,76% 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa
pada Siklus I 50; dan pada Siklus II naik menjadi 70. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada tes Siklus I 100 tetap menjadi 100. Nilai rata-rata kelas
juga terjadi peningkatan yaitu pada tes Siklus I 76,15; naik pada Siklus II
83,46, siswa belajar tuntas pada Siklus I 80,76%, pada Siklus II naik 100%.
Setelah dilakukan refleksi II semua siswa sudah mencapai ketuntasan.
1721
26
0
5
10
15
20
25
30
Nilai Awal Siklus I Siklus II
belajar tuntas
Gambar 12. Grafik Hasil Tes Kognitif Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II Siswa
Kelas V SDN Juwok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Nilai Awal 50; pada
Siklus I masih tetap 50; dan pada Siklus II naik menjadi 70.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Nilai Awal sebesar 90;
pada Siklus I naik menjadi 100; dan pada Siklus II maih tetap 100.
3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal
sebesar 69,23, Siklus I 76,15; dan pada Siklus II 83,46.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada Nilai Awal
17 siswa atau 65,38%, Siklus I 21 siswa atau 80,76% setelah
dilakukan refleksi secara keseluruhan sudah meningkat hasil
belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada
tes Siklus II menjadi 100%.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
Siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru
dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.
Prosentase hasil belajar kognitif afektif dan psikomotorik siswa
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat,
mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu
mendemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan
menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan
kreatis siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun
menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar IPA
siswa kelas V SDN Juwok 2 meningkat. Berdasarkan peningkatan hasil
belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus Ini.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada Siklus I dan II dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Juwok 2, baik hasil
belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran.
e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil observasi ke depan kelas.
2. Perkembangan hasil belajar psikomorik siswa sebagai berikut :
a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh.
c. Mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis.
d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai
bahan pelajaran yang masih belum jelas.
e. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
f. Segera membentuk kelompok diskusi.
g. Akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
h. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa
3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.
Pada Siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan
dengan siswa menerima materi gaya magnet. Proses pembelajaran
disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti
dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari
memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan dan percobaan untuk
memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi,
tugas individual yang diakhiri dengan LKE. Setelah dilaksanakan Siklus I dan
dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih
ada 5 siswa memperoleh nilai kurang dari 70 atau siswa yang tuntas 80,76%
dan nilai rata-rata siswa 76,15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk
memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang
disampaikan tentang gaya magnet. Kegiatan belajar mengajar disampaikan
dengan strategi terencana sebagaimana Siklus I dan kegiatan pembelajaran
dilaksanakan lebih optimal. Hasil Siklus II menunjukkan peningkatan hasil
belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 83,46, siswa belajar tuntas mencapai
100% atau tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah batas nilai
ketuntasan.
Tabel 12. Hasil Tes Kognitif Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II siswa
kelas V SDN Juwok 2
Keterangan Nilai Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 50 50 70
Nilai tertinggi 90 100 100
Rata-rata nilai 69,23 76,15 83,46
Siswa belajar tuntas 65,38% 80,76% 100%
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Nilai Awal 50; pada
Siklus I masih 50; dan pada Siklus II naik menjadi 70.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Nilai Awal sebesar 90;
pada Siklus I naik menjadi 100; dan pada Siklus II masih tetap 100.
3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal
sebesar 69,23; Siklus I 76,15; dan pada Siklus II 83,46.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada Nilai Awal 17
siswa atau 65,38%, Siklus I 21 siswa atau 80,76% dan setelah
dilakukan refleksi tidak ada siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan
dibawah 70), dan pada tes Siklus II menjadi 100% .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
5) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa meningkat, baik hasil belajar kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Dengan demikian penggunaan pendekatan
pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA konsep gaya
magnet dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN
Juwok 2 Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kontekstual
pada siswa kelas V SD Negeri Juwok 2 Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2011/2012, maka dapat dianalisis kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Juwok 2 pada materi
gaya magnet meningkat dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas juga
terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal sebesar Nilai Awal 50;
pada Siklus I masih 50; dan pada Siklus II naik menjadi 70. Untuk
siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada Nilai Awal 17 siswa
atau 65,38%, Siklus I 21 siswa atau 80,76% dan setelah dilakukan
refleksi tidak ada siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah
70), dan pada tes Siklus II menjadi 100% .
2. Cara meningkatkan hasil belajar IPA dapat menggunakan
pendekatan pembelajaran Kontekstual dengan cara mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: 1) konstruktivisme (Constructivisme)
yaitu dengan membangun pengetahuan siswa sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong, 2) menemukan ( Inquiri) yaitu
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri, 3) bertanya (Questioning) berfungsi untuk mendorong,
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, 4)
masyarakat belajar (Learning Community) bertujuan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, 5)
pemodelan (Modeling) dalam pembelajaran baik itu berkaitan
dengan pengetahuan ataupun keterampilan diperlukan model yang
biasa ditiru oleh siswa, dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment) yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa .
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini
didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Model yang dipakai dalam
penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2012 sedangkan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2012. Siklus II dilaksanakan untuk
mengulang materi yang belum berhasil dan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada siklus I.
Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini
dilaksanakan berdaur ulang dalam beberapa siklus samapi kegiatan
pembelajaran memberikan hasil yang maksimal. Sebelum melaksanakan
tindakan dalam tiap siklus perlu adanya perencanaan. Perencanaan ini selalu
memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pokok gaya magnet mendapatkan respon positif dari
siswa. Hal tersebut dapat ditinjau dari pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar IPA siswa
karena pendekatan pembelajaran kontekstual melibatkan interaksi antara siswa
dan lingkungan, kebebasan bertanya dan berpendapat, pujian dan perayaan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
guru saat siswa berhasil melakukan kegiatan dengan baik dan melibatkan unsur
musik dalam pembelajaran.
Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam
mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan
dengan prestasi dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran dan media yang
tepat bagi siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di
samping itu, perlu penelian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan
atau menjaga dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada hakikatnya dapat
digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang
sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa,
yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin.
C. Saran
1. Bagi Sekolah
Penelitian Tindakan Kelas membantu dalam meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan hasil belajar materi gaya magnet diharapkan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan
pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian
disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat
yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual.
d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan pembelajaran
kontekstual.
3. Bagi Siswa
a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide
atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari
hari.