Upload
khrisnanto-hamzah-nugroho
View
194
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN BISFOSFONAT PADA TERAPI
METASTASIS BONE DISEASE (MBD)
REFERAT STASE MST II
Oleh :
Asep Santoso
Pembimbing:
dr. Mujaddid Idulhaq,Sp.OT, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD.DR.MOEWARDI - RS. ORTHOPAEDI PROF.DR.R. SOEHARSO
SURAKARTA
2013
0
DAFTAR ISI
BAB I METASTASIS BONE DISEASE …....…....……………………2
I.1.Epidemiologi .................……..…………………………………………2
I.2.Pemeriksaan Fisik.......... ..……….........……………………………….2
I.3.Pemeriksaan Penunjang ...…………......……………………………….3
I.4.Manajemen umum MBD ...……………......…………………………...5
BAB II MEKANISME AKSI BISFOSFONAT ....…..………………..9
II.1.Mekanisme Aksi Kimia.................................. …………......……..…11
II.2.Efek Bisfosfonat pada Osteoklast dan Prekursore Osteoklas..….…...15
BAB III EFEK ANTI TUMOR BISFOSFONAT..……....…….….....17
III.1. Efek Bisfosfonat pada Adhesi Sel tumor………….........…....….....17
III.2. Efek Bisfosfonat pada Invasi Sel tumor.......……….……………....17
III.3. Efek Bisfosfonat pada Proliferasi dan Survival Sel tumor .……......18
III.4. Efek Bisfosfonat pada Angiogenesis ...............………………….....18
III.5. Efek Bisfosfonat pada Angiogenesis ................................................18
III. 6. Bisfosfonat pada Karsinoma Payudara.............................................19
III.7. Bisfosfonat pada Karsinoma Prostat..................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................27
1
BAB I
METASTASIS BONE DISEASE
I.1 EPIDEMIOLOGI
Pada pasien berusia lebih dari 50 tahun metastasis ke tulang lebih sering terjadi
dibandingkan keganasan primer dari tulang itu sendiri. Lokasi yang paling sering terjadinya
metastasis tulang adalah pada vertebra, pelvis, femur proksimal, dan humerus. Penyebaran
biasanya melalui aliran darah, tetapi kadang-kadang, tumor visceral menyebar secara
langsung ke tulang yang berdekatan (misalnya pelvis atau costa). Metastasis biasanya
osteolitik, dan sering terjadi fraktur patologis. Resorbsi tulang terjadi karena efek langsung
dari sel-sel tumor atau dari tumor-derived faktor yang menstimulasi aktivitas osteoklastik.
Lesi osteoblastic jarang terjadi, biasanya terjadi pada karcinoma prostat. Metastasis ke tulang
yang paling sering dari karsinoma payudara, selanjutnya berurutan karsinoma prostat, ginjal,
paru-paru, tiroid, buli dan traktus gastrointestinal. Sekitar 10 persen dari kasus, tumor primer
tidak ditemukan. 1,2
I.2 PEMERIKSAAN FISIK 1,2
Kejadian metastasis tulang dapat diketahui melalui pencatatan riwayat penyakit yang
akurat, melakukan pemeriksaan fisik rinci, dan permintaan untuk pencitraan yang sesuai.
Riwayat nyeri harus menyertakan keterangan tentang nyeri yang harus dinilai oleh dokter,
seperti : onsetnya , radiasi, faktor pemicu dan yang meringankan nyeri, laporan pasien akan
intensitas nyerinya,. Terdapat beberapa metode untuk menggambarkan intensitas nyeri,
diantaranya: Numerical Rating Scale (yang paling umum digunakan), Visual Analog Scale ,
Iowa Pain Termometer Scale dan Face Pain Scale.
Nyeri pada MBD onsetnya bertahap, secara progresif menjadi semakin hebat, dan
biasanya nyeri bersifat lokal dan sering muncul di malam hari dan/atau saat weight-
bearing.MBD mayoritas berasal dari kanker payudara, paru-paru, prostat, tiroid dan ginjal.
Lokasi penyebaran pada skeletal yang paling umum diantaranya vertebra, pelvis, kosta,
tengkorak, humerus dan femur.
Meskipun sekitar 80% dari metastasis mengenai multilevel vertebral, tetapi cenderung
lebih sering ditemui pada regio torakal, diikuti oleh lumbosacral dan cervikal. Nyeri yang
berlokasi di daerah occipital atau nuchae menjalar ke posterior tengkorak dan mengalami
eksaserbasi saat leher dalam keadaan fleksi, dapat berhubungan dengan destruksi atlas (C1).
2
Nyeri yang mengarah pada regio interscapular dapat berhubungan dengan sindrom C7-T1
akibat invasi tumor dari vertebra. Nyeri di crista iliaka atau sacroiliac joint bisa berasal dari
level T12 atau L1, sedangkan rasa nyeri di daerah bokong atau paha belakang yang
bertambah ketika berbaring dan pulih ketika berdiri mungkin merupakan nyeri alih segmen
sakral. Rasa nyeri yang meningkat dengan cepat dan menjalar pada band-like fashion di
sekitar dada atau perut bisa menunjukkan kompresi epidural yang merupakan suatu keadaan
emergensi oncologic / neorologis. Kompresi spinal cord biasanya disertai oleh kehilangan
sensorik, reflek abnormal reflek, kelemahan, dan disfungsi otonom.Nyeri pada pangkal paha
atau lutut bisa berasal dari sendi paha .
Karakteristik nyeri pada MBD dapat somatik (muskuloskeletal), neuropatik (dengan
protopathicand atau fitur epicritic, disebabkan oleh iritasi atau kerusakan saraf akibat
serangan tumor) atau nyeri campuran yang lebih sering terjadi (Buga S dan Sarria JE, 2012).
Beberapa deposit secara klinis tidak memberikan gejala dan ditemukan secara kebetulan
pada saat pemeriksaan x-ray atau bone scanning, atau setelah fraktur patologis. Jika tidak
ada riwayat dan petunjuk klinis yang mengarah pada karsinoma primer, biopsi pada daerah
fraktur sangat penting. Gejala hypercalcaemia dapat terjadi (dan sering luput) pada pasien
dengan skeletal metastasis. Diantaranya anoreksia, mual, haus, polyuria, nyeri perut, lemah
dan depresi. Pada anak-anak umur dibawah 6 tahun, lesi metastasis yang paling sering dari
adrenal neuroblastoma.
I.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1,2
A. Foto Rontgen Polos
Umumnya skeletal deposit berupa osteolytic dan muncul sebagai rarified area di
daerah medula atau moth-eaten appearance pada korteks. Kadang –kadang dapat menjadi
penanda destruksi tulang, dengan atau tanpa fraktur patologis. Deposito osteoblastik dicurigai
sebagai karsinoma prostat; pelvis dapat menunjukkan peningkatan densitas yang harus
dibedakan dengan Paget’s disease atau limfoma
3
Gambar 1. Contoh Gambaran rontgen polos Metastasis tulang 10
B. Bone Scan 1
Scanning tulang dengan radionukleotida, biasanya yang digunakan 99mTc-methylen
diphosponate (99mTc-MDP). Distribusi radioaktifitasnya direkam dengan menggunakan
kamera gamma. Radionukleotida diabsorbsi ke dalam kalsium hidroksiapatit yang
dipengaruhi oleh peningkatan aliran darah lokal dan aktiftas osteoblastik. Merupakan metode
yang paling sensitif (95%) untuk mendeteksi deposit metastasis pada tulang, namun
spesifisitasnya kurang. Perubahan degenerative, infeksi, dan fraktur dapat menjadi positif
palsu. Oleh karena itu diperlukan pencitraan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa. Pada
pemeriksaan awal dilakukan pemeriksaan foto plain, jika hasilnya terlihat normal namun
kecurigaan terhadap metastasis masih ada, pemeriksaan CT atau MRI dianjurkan. Pada
metastasis yang osteolitik murni dan berkembang secara cepat, bone turnover labil, atau
lokasinya avaskuler (cold spot), mungkin diagnosa terhadap lesi tersebut tidak dapat
ditegakkan dengan radioscintigraphy.
4
Gambar 2. Contoh gambaran Bone Scan metastasis tulang 10
C. Pemeriksaan Laboratorium
ESR dapat meningkat dan konsentrasi hemoglobin biasanya rendah. Konsentrasi
serum alkali fosfatase sering meningkat, dan pada karsinoma prostat acid fosfatase juga
meningkat. Pasien dengan kanker payudara dapat diskrening dengan pemeriksaan tumor
marker associated antigen 1
I.4. Manajemen umum MBD 1,2,3
Manajemen MBD dan interfensi biasanya bersifat individual. Pada algoritma berikut
dijelaskan mengenai manajemen MBD pada vertebral dan non vertebral. Kebanyakan pasien
ditangani secara paliatif, dan tujuan dari penanganan adalah untuk mengurangi nyeri,
meningkatkan fungsi, dan mencegah komplikasi seperti kompresi spinal cord dan fraktur
patologis. Kombinasi pemberian analgetik / manajemen nyeri, penanganan sistemik,
radioterapi, dan penanganan operatif dengan pendekatan multidisiplin dapat memberikan
peluang untuk tercapainya tujuan dari penanganan pada masing-masing pasien. Terapi medis
5
termasuk penggunaan bisphosponat dan RANKL inhibitor. Manajemen nyeri
dipertimbangkan penggunaannya sesuai kebutuhan akan analgetik (NSAIDs, opioid,
kortikosteroid).
Gambar 3. Algoritma Penanganan Metastasis pada Spine 3
6
Gambar 4. Algoritma penanganan non-vertebral bone metastasis 10
External-beam radiation therapy (EBRT) merupakan terapi paliatif yang paling sering
digunakan dan merupakan pilihan yang tepat untuk pasien dengan gejala lokal metastasis
skeletal. Radioterapi dapat mengurangi nyeri dengan menghancurkan sel tumor dan
membantu proses osifikasi pada lesi litik. Sementara stereotactic body radiation therapy
(SBRT) merupakan alat yang digunakan untuk penanganan pasien dengan vertebral
metastasis dan secara khusus dapat membantu seting reirradiation. Teknologi ini dapat
memberikan dosis radiasi high ablation melalui penggunaan radiasi pada target yang tepat
dengan dosis minimal pada spinal cord melalui teknik penyesuaian yang tinggi
Kadang-kadang, pengobatan radikal (kombinasi kemoterapi, radioterapi dan
pembedahan) yang diberikan pada deposit sekunder soliter, juga memberi manfaat bagi lesi
primer dan dianggap sebagai terapi kuratif. Hal ini terutama untuk renal cell carcinoma
soliter, metastasis tumor payudara dan tiroid; Tapi pada sebagian besar kasus, dan pada kasus
7
sekunder multipel, sepenuhnya diberikan pengobatan simtomatik. Untuk alasan itu, pencarian
tumor primer secara teliti dapat dihindari, meskipun mungkin ada manfaatnya untuk tumor
yang memerlukan manipulasi hormonal
2.7 Prognosis1
Bauer (1995) telah membuat kriteria yang berguna untuk menilai prognosis :
Tabel 1. Kriteria positif Bauer’s untuk survival 1
Kemampuan survival pada 1 tahun adalah sebagai berikut :
1. Pasien dengan 4 atau 5 kriteria bauer’s, 50 persen masih hidup.
2. Pasien dengan 2 atau 3 kriteria bauer’s, 25 persen masih hidup.
3. Pasien dengan hanya 1 atau tidak ada kriteria, mayoritas bertahan selama kurang dari
6 bulan dan tidak ada yang hidup setelah 1 tahun.
8
BAB II
MEKANISME AKSI BISFOSFONAT
Sejak ditemukan beberapa abad lalu, lebih dari 1000 bifosfonat telah disintesis dan
lebih dari selusin bifosfonat telah dicobakan pada manusia. Saat ini terdapat 7 bifosfonat
yang telah disetujui oleh FDA. Mekanisme aksi bifosfonat dapat dibagi menjadi 2 kelompok
utama yaitu: kelompok Nitrogen dan Non-nitrogen. Kelompok non-nitrogen seperti
etidronate dan Clodronate dimetabolisme menjadi nonhydrolyzable analogues of adenosine
triphosphate (ATP). Bifosfonat melekat pada komponen mineral dari tulang yang dilekati
osteoklast pada proses mineralisasi-resorpsi normal. Karena osteoklas memiliki aktivitas
endositik yang tinggi, pada fase akhir osteoklast akan meresorbsi mineral dan bifosfonat yang
melekat serta analog ATP. Akumulasi ATP analog yang sitotoksik intraselular akan
menyebabkan inhibisi fungsi osteoklas dan memacu apoptosis. Modifikasi lebih lanjut dari
gugus amin menghasilkan bifosfonat yang lebih poten yang disebut Biifosfonat mengandung
Nitrogen, tipe ini meliputi pamidronate, zoledronic acid, alendronate, and risedronate. Efek
obat ini bekerja melalui intracellular mevalonate pathway . 2,7
Gambar. 5. Struktur kimia Bisfosfonat 7
9
Tabel 2. Bisfosfonat yang banyak digunakan. 7
Mevalonate pathway merupakan pathway yang bertanggung jawab dalam produksi
kolesterol. Pathway ini juga merupakan target dari obat-obat penurun kolesterol (golongan
statin). Prekursor kolesterol farnesyl diphosphate (FPP) dan geranylgeranyl diphosphate
(GGPP) dalam pathway ini. FPP dan GGPP disebut sebagai isoprenoid lipids yang berperan
dalam transfer grup lipid ( farnesyl atau geranylgeranyl) menuju residu cysteine dari sebuah
protein. Proses ini disebut sebagai protein prenylation. Bifosfonat mengandung Nitrogen
menghambat fenilasi protein dan pembentukan GTPase. Mevalonate pathway juga terdapat
pada banyak sel spesifik lainnya. Hal ini menjelaskan miskonsepsi sebelumnya yang
menjelaskan bahwa bifosfonat hanya bekerja spesifik pada osteoklast. Osteoklast dapat
menimbulkan efek secara langsung pada osteoklast matur, prekursor osteoklast atau
osteoblast.
10
Gambar 6. Kemungkinan mekanisme aksi Bisfosfonat 2
II.1.MEKANISME AKSI KIMIA
A. Bisfosfonat Nitrogen menginhibisi Enzim FPP Sintase
Saat telah jelas terbukti bahwa aksi bisfosfonat tipe nitrogen terjadi pada
mevalonate pathway. Secara spesifik tipe bisfosfonat ini (zoledronate, minodronate,
risedronate, ibandronate, incadronate ,alendronate, pamidronate) adalah inhibitor dari
enzim farnesyl diphosphate synthase (FPP synthase), sebuah enzim pada salah satu
cabang pada pathway mevalonate. Enzim tersebut berperan pada frenilasi protein.
Fenilasi dibutuhkan untuk fungsional dari suatu protein. Terlebih lagi, terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan menginhibisi FPP sintase dan potensi
antiresorptif secara invivo, dimana zolendronat dan minodronat merupakan inhibitor
FPP yang paling kuat (perhatikan tabel dibawah).
11
Gambar 7. Mevalonat pathway 7
Gambar 8. Mekanisme aksi Bisfosfonat mengandung Nitrogen 2
12
Tabel 3. Potensi beberapa macam Bisfosfonat 2
B. Bisfosnate non-nitrogen dimetabolisme menjadi Analog ATP 2
Karena bisfosfonat non-nitrogen (clodronate dan etidronate) tidak menginhibisi FPP
sintase, tidak mempengaruhi mevalonate pathway atau menginhibisi fenilasi protein,
bisfosfonat ini memiliki aksi kimia yang berbeda. Studi sebelumnya menyebutkan bahwa
clodronat dan etidronat mempengaruhi beberapa proses metabolisme antara lain glikolisis,
produksi laktat, oksidasi asam lemak, adenylate cyclase dan phosphohydrolase yang akhirnya
menginhibisi osteoklast dalam meresorpsi tulang. Ditemukan bahwa clodronat dan
bisfosfonat non-nitrogen lainnyadapat dimetabolisme menjadi methylene-containing (AppCp-
type) analog dari ATP. Hal ini tidak terjadi pada bisfosfonat mengadung nitrogen. Akumulasi
analog ATP akan menyebabkan inhibisi beberapa enzim intraselular yang memiliki efek
buruk pada fungsi sel dan survival.
.
13
Gambar 9. Komparasi struktur Bisfosfonat terhadap ATP 2
Gambar. 10. Mekanisme aksi bisfosfonat Non-Nitrogen 2
14
II.2. EFEK TERHADAP SEL OSTEOKLAST DAN PREKURSOR OSTEOKLAST
A. Efek terhadap Osteoklast 2,9
Bisfosfonat memiliki afinitas yang tinggi terhadap mineral hidroksiapatite, sehinggga
obat ini akan banyak terdapat pada area resorpsi. Osteoklast dapat melakukan endositosis
langsung terhadap bisfosfonat, hal ini mendukung data bahwa bisfosfonat memiliki efek
langsung terhadap osteoklast. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bisfosfonat
memiliki efek langsung terhadap osteoklast pada berbagai spesies. Rowe dkk menemukan
bahwa bisfosfonat clodronate, etidronate dan pamidronate, dapat menyebabkan perubahan
degeneratif , retraksi, kondenssasi dan fragmentasi pada osteoklast tikus secara invitro dan
invivo. Penelitian lain menyebutkan hal yang sama terjadi pada osteoklast kelinci secara
invitro dan invivo. Bisfosfonat menginduksi apoptosis osteoklas melalui aktivasi caspase-3,
caspase-mediated cleavage Mst- I,dan apoptosis-promoting kinase. Sel yang mengalami
apoptosis akan kehilangan kemampuan adhesi. Bisfosfonat dapat merusak sitoskeleton dari
oasteoklast yang menyebabkan hilangnya cicin aktin. Struktur adhesi ini merupakan struktur
yang unik pada osteoklast dan sangat penting pada proses resorpsi tulang.
Gambar 11. Efek langsung Bisfosfonat pada Osteoklast 2
B. Efek terhadap Prekursor Osteoklast
Bisfosfonat dapat secara tidak langsung menghambat resoprsi tulang dengan cara
menghambat pembentukan osteoklast. Efek inhibisi tersebut tergantung pada perlekatan
bifoafonat terhadap mineral tulang, bifosfonat tidak mencegah migrasi proliferasi atau
15
migrasi prekursor osteoklast pada permukaan tulang. Kebutuhan akan adanya perlekatan
bifosfonat-mineral agar terjadi efek antisoteoklastogenik juga dibuktikan oleh van Beek dkk,
disebutkan bahwa sumsusm tulang yang diisolasi dari tulang panjang tikus yang diteapi
dengan alendronat invivo dapat tetap membentuk osteoklast saat dilakukan kultur secara
exvivo. Sebaliknya bifosfonat non-nitrogen pada konsentrasi rendah seperti pamindronat dan
olpadronat dapat meningkatkan resorpsi osteoklastik,dimana jumlah osteoklast secara
transien meningkat pada fase awal pasca pemberian bifosfonat. Efek pradoksikal tersebut
mungkin akibat peningkatan transie dari hormon paratiroid akibat respon inhibisi resorpsi
atau stimulasi histidine decarboxylase dan release dari histidine oleh sel sumsum tulang.
Namun kesimpulan akhir menunjukan bahwa beberapa penelitian membuktikan bahwa
bisfosfonat dapat menginhibisi resorpsi pada konsentrasi dimana bisfosfonat tidak
mempengaruhi pembentukan osteoklast, hal ini menunjukan bahwa bisfosfonat lebih
berperan pada osteoklast dibandingkan prekursor osteoklast. 2,9
16
BAB III
EFEK ANTI TUMOR BISFOSFONAT
III.1. Efek Bisfosfonat pada adhesi sel Tumor 2
Kanker payudara dan prostat dapat melekat secara erat terhadap mineral tulang.
Terapi pemberian bisfosfonat(pamidronate, alendronate, ibandronate) diketahui dapat
menyebabkan inhibisi adhesi sel karsinoma payudara terhadap tulang. Adapun potensi
bisfosfonat dalam menghambat adhesi sel tumor adalah sebagai berikut ibandronate >
Risedronate > Pamidronate > Clodronate. Mekanisme bisfosfonat dalam menyebabkan
inhibisi adhesi belum sepenuhnya difahami. Diketahui bahwa tidak terjadi perubahan
ekspresi integrin (faktor adhesi) pada osteoklast yang mendapat terapi bisfosfonat. Namun
ada juga studi yang menyebutkan bahwa dengan adanya pengaruh pada pathway mevalonat
maka akan terjadi gangguan fenilasi protein yang berperan dalam proses adhesi. Akan terjadi
modulasi afinitas integrin dan atau aktivasi Prenilasi GTPase.
III.2. Efek Bisfosfonat pada Invasi Sel tumor
Invasi sel tumor adalah bagian yang sangat penting pada terjadinya metastasis. Proses
tersebut memerlukan migrasi sel dan lokalisasi aktivitas proteolitik permukaan sel. Dari
beberapa enzim protease yang paling berperan dalam sel invasi adalah matrix
metalloproteinases (MMPs). Pre treatmen sel karsinoma payudara dengan beberapa
bisfosfonat (clodronate, risedronate, ibandronate, zoledronic acid) menyebabkan inhibisi
invasi sel tumor secara invivo dengan potensi zoledronic acid > ibandronate ~ risedronate >
clodronate. Mekanisme inhibisi invasi sel tumor juga tetap terkait dengan pathway
mevalonat. Selain itu deketahui juga bahwa bisfosfonat dapat menghambat enzim MMPs.
Secara umum ditemukan bahwa gugus fosfonat dari bisfosfonat menghambat MMPs dengan
cara mengikat Zinc. Oleh karena itu bisfosfonat menghambat invasi sel dengan 2 cara yaitu:
pada konsentrasi rendah (10- 8- 1O-6 M), bisphosphonates akan menginhibisi mevalonate
pathway, sebaliknya pada konsentrasi tinggi (10-4 M), akan menginhibisi aktivitas enzim
MMPs.
17
III.3. Efek Bisfosfonat pada Proliferasi dan Survival sel Tumor
Bisfosfonat secara invitro diketahui dapat menginhibisi proliferasi sel myeloma,
karsinoma payudara dan prostat. Kemungkinan efek tersebut terjadi secara spesifik pada tiap
tipe sel. Apapun mekanismenya , inhibisi proliferasi berkaitan dengan induksi sitostasis dan
atau apoptosis. Selain itu, apoptosis terkait dengan bisfosfonat berhubungan dengan
penurunan ekspresi protein antiapoptosis Bcl-2, berhubungan dengan release enzim
Sitokrom-C Mitokondrial serta aktivasi Caspase-3.
III.4. Efek Bisfosfonat pada pembentukan metastasis
Beberapa studi menunjukan bahwa bisfosfonat (clodronate, pamidronate, risedronate,
ibandronate, zoledronic acid) menginhibisi pembentukan lesi osteolitik yang diinduksi
myeloma, karsinoma payudara dan prostat. Analisis histomorfometrik menunjukan bahwa
bisfosfonat menurunkan jumlah osteoklast dan peningkatan apoptosis osteoklast. Studi lain
menunjukan bahwa osteoprotegerin juga menginhibisi osteolisis terinduksi karsinoma
payudara dan prostat. Pamidronat dan Zolendronat meningkatkan produksi osteoprotegerin
(OPG) oleh osteoblast. Penemuan ini menunjukan bahwa upregulasi osteoprotegerin dapat
menurunkan jumlah osteoklast. Risedronate, ibandronate dan zoledronic acid secara
signifikan menurunkan metastasis karsinoma payudara pada hewan coba. Kombinasi
bisfosfonat dan agen antikanker lainnya (doxorubicin, paclitaxel) selain menginhibisi
metastasis tulang juga menginhibisi metastasis soft tissue.
III.5. Efek Bisfosfonat pada Angiogenesis
Angiogenesis sangat penting pada pertumbuhan metastasis. Pemberian bisfosfonat
(c1odronate, risedronate, ibandronate, zoledronic acid) pada sel endotel dapat menurunkan
proliferasi, menginduksi apoptosis dan menurunkan capillary- like tube formation.
Clodronate, Ibandronate dan zoledronic acid tidak hanya terakumulasi di tulang tapi juga
terakumulasi didalam prostat. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa terapi bisfosfonat
kombinasi dengan ibandronate atau zoledronic acid menginduksi reduksi 50% revaskularisasi
prostat dibandingkan kelompok yang mendapat testosteron saja. Pada penelitian lain
disebutkan bahwa pemberian zoledronic acid pada tikus menyebabkan inhibisi angiogenesis.
Ditemukan juga bahwa Pamidronat menurunkan jumlah vascular endothelial growth factor
(VEGF) pada pasien dengan metastasis tulang.
18
III.6. Bisfosfonat pada manajemen Metastasis Tulang Karsinoma Payudara 2,4,5,6
Sekitar 69-73% karsinoma payudara akan mengalami metastasis pada tulang. Pasien
dengan metastasis tulang dapat bertahan hidup sebanyak 20% sampai dengan 5 tahun. Pasien
dapat mengalami Bone pain, fraktur patologis, kompressi spinal cord dan hiperklasemia.
Sekitar 16% pasien dengan metastasis tulang akan menglami fraktur patologis yang
memerlukan intervensi. Oleh karena beben tersebut telah banyak dilakukan penelitian
penggunaan bisfosfonat pada karsinoma payudara.
.
a. Bisfosfonat generasi Pertama (Etidronate dan Clodronate)
Etidronate telah diinvestigasi sejak tahun 1980an pada terapi paget disease,
osteoporosis dan malignan hiperkalsemia. Etidronat ditemukan menginhibisi mineralisasi
tulang. Osteomalacia yang dihasilkan membuat etidronat tidak cocok untuk penggunaan
jangka panjang. Pada sebuah penelitian Non-randomized trial terhadap pasien dengan
metastasis tulang karsinoma payudara yang diterapi dengan etidronat. Pada penelitian
tersebut ditemukan 71 % pasien dilaporkan mengalami penurunan intensitas nyeri. Durasi
respon terjadi antara 2-8 minggu dengan follow up maksimum 8 minggu. Clodronat
dilaporkan memiliki potensi 10 kali lipat dibanding etidronat dalam inhibisi aktivitas
Osteoklas. Sebuah penelitian randomised, double-blind,placebo-controlled trial
membandingkan clodronat oral 1600mg/hari dengan placebo pada pasien metastasis tulang
karsinoma payudara. Pasien yang menerima clodronat secara signifikan mengalami episode
hiperklasemia yang lebih rendah dan insidensi fraktur vertebra lebih rendah dibanding
kontrol. Namun terapi dengan clodronat tidak meningkatkan survival. Penelitian lebih lanjut
oleh Untch dkk melakukan menyebutkan bahwa Randomised, multicentre study
membandingkan oral Clodronate 2400mg/hari, i.v. c1odronate 900mg tiap 3 minggu dan i.v.
pamidronate 60 mg tiap 3 minggu. Pada studi tersebut tidak ada perbedaan signifikan dari
ketiga kelompok pada angka kejadian fraktur patologis. 89%pasien yang mengkonsumsi
clodronat oral mengalami penurunan nyeri dibanding 80% pasien pada kelompok Pamidronat
i.v dan 72% pada Clodronat i.v .Oral clodronat memberikan efek samping paling banyak
yaitu 6,41%.
19
b. Bisfosfonat generasi kedua (Pamidronate)
Pamidronate diketahui memiliki potensi 100 lebih kuat dibanding etidronat. Efikasi
etidronat pada terapi metastasis tulang akibat karsinoma payudara telah banyak diteliti di
Eropa. Didapatkan bahwa pamidronat iv dapat menurunkan gejala akibat metastasis tulang.
Suatu penelitian randomised trial pada penggunaan jangka panjang pamidronat oral
300mg/hari. Pada follow up 14 bulan didapatkan 70% pasien mengalami penurunan epidose
hiperklasemia, fraktur patologis lebih rendah dan nyeri tulang yang lebih rendah. Pamidronat
juga menurunkan angka kebutuhan akan radioterapi pada komplikasi skeletal. Peneliti
menyimpulkan bahwa pamidronat aman dan efektif dalam menurunkan morbiditas skeletal
pada pasien karsinoma payudara.
Penelitian lain suatu randomised studi menelaah pamidronat 600mg/hr pada pasien
metastasis tulang karsinoma payudara. Sebanyak 81 pasien mendapat pamidronat 600
mg/hari namun akhirnya diturunkan menjadi 300mg/hari akibat komplikasi gastrintestinal,
sedangkan sisa 52 pasien mendapatkan pamidronat 300mg/hari. Didapatkan bahwa angka
kejadian hiperkalsemia, nyeri tulang berat dan impending fraktur turun menjadi 65%, 30%
dan 50% saat dibandingkan dengan kontrol. Namun pamidronat tidak secara signifikan
menurunkan survival.
c. Bisfosfonat generasi tiga (Zolendronate)
Zolendronate adalah bisfosfonat generasi baru dengan potensi 500-1000 lebih kuat
dibanding pamidronate secara in vitro dan in vivo. Dosis yang efektif dalam menurunkan
hiperklasemia akibat malignansi adalah 0.02 mg/kg dan 0.04 mg/kg. Selain itu juga
disebutkan bahwa pemberian zolendronat secara iv infus dapat ditoleransi sampai 16 mg.
Sebuah penelitian randomised, double-blind Phase II trial membandingkan zolendronate dan
pamidronate pada pasien dengan multiple myeloma atau breast cancer. Pasien dirandomisasi
untuk mendapatkan zolendronat sebanyak 0,4 mg, 2,0 mg atau 4,0 mg yang diberikan secara
infus dalam 5 menit atau pamidronat 90 mg infus dalam 2 jam. Peneliti menyimpulkan bahwa
2-4 mg zolendronat infus selama 5 menit sama efektif dengan pamidronat 90 mg infus 2 jam
dalam meningkatkan densitas mineral tulang dan mencegah komplikasi skeletal. Profil
keamanan antara zolendronat dan pamidronat tidak terdapat perbedaan.
20
Tabel 4. Peran bisfosfonat pada karsinoma payudara 4
Tabel 5. Overview trial Bisfosfonat pada Karsinoma Payudara 4
21
Tabel 6. Bisfosfonat pada berbagai Metastasis Tulang 4
III.7. Bisfosfonat pada manajemen Karsinoma Prostat 2,5
Bisfosfonat banyak diteliti penggunaanya pada pasien dengan lesi osteolitik akibat
karsinoma payudara atau multiple myeloma. Bisfosfonat juga terbukti dapat menurunkan
marker biokimia tumor pada pasien dengan lesi osteoblastik akibat karsinoma payudara.
Walaupun sampai saat ini bisfosfonat gagal untuk membuktikan reduksi komplikasi skleletal
akibat metastasis karsinoma prostat pada penelitian randomised, placebocontrolled trials
(Table 30.1). Pada pasien dengan hormone-refractory prostate cancer (HRPC) dan nyeri
tulang disimpulkan intravenous etidronate (5 mgjkg) diikuti oral etidronate (400 mg/hari)
tidak memiliki efek signifikan pada level nyeri atau penggunaan analgesik dibanding kontrol.
Pamidronat juga telah ditelitipenggunaanya pad pasien karsinoma prostat. Pada
sebuah studi multicentre, randomized, placebo-controlled trial, 236 pasien dengan metastasis
tulang akibat karsinoma prostat diterapi dengan intravenous (i.v.) pamidronate (90mg) atau
placebo setiap 3 minggu dan selama 9 bulan. Pamidronat tidak terbukti menurunkan secara
signifikan insidensi skeletal even dan hanya sedikit memiliki efek pada nyeri. Penelitian
dengan menggunakan Zolendronic acid juga telah dilakukan. Pada pasien (n=643) dengan
hormone-refractory prostate cancer (HRPC) dan metsatsis tulang dirandomisasi untuk
mendapatkan: 4mg zoledronic acid (n=214); 8mg zoledronic acid (n=221); atau placebo
22
(n=208). Pada kelompok 8 mg, akhirnya diturunkan menjadi 4 mg karena konsen pada
keamanan renal. Zolendronic acid secara signifikan lebih efektif dibandingkan placebo.
Terapi dengan zolendronic acid 4 mg menyebabkan reduksi proporsi komplikasi skleletal
(33% vs. 44% placebo; p=0.021) atau fraktur patologis (13% vs. 22% placebo; p=0.015).
Zoledronic acid menurunkan nyeri tulang secara signifikan dibanding placebo .
Gambar 12. RCT Pamidronat pada Metastasis karsinoma prostat 2
Gambar. 13. RCT Zolendronic acid pada Metastasis tulang Karsinoma Prostat 2
23
Tabel 7. Resume RCT pada Karsinoma Prostat 4
Tabel 8. Resume studi Bisfosfonat generasi awal 5
24
Tabel 9. Resume studi Bisfosfonat generasi kedua 5
25
Tabel 10. Resume studi Bisfosfonat generasi ketiga 5
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L. dkk. 2010. Apleys System of Orthopaedics and Fractures, Metastatic
Bone Disease, Edisi 9. Hodder Arnold. London.,
2. Capanna R et al. 2005. Textbook of bone Metastases. John Wiley and Sons. West
Sussex.
3. J. Sybil Biermann, Ginger E. Holt, Valerae O. Lewis, Herbert S. Schwartz and
Michael J. Yaszemski. Metastatic Bone Disease: Diagnosis, Evaluation, and
Treatment. J Bone Joint Surg Am. 2009;91:1518-1530.
4. B. Petrut et al. primer of bone metastases management in breast cancer patient
current oncology—volume 15, supplement Copyright © 2008 Multimed
5. Luis Costa* and Pierre P Major. 2009.Effect of bisphosphonates on pain and quality
of life in patients with bone metastases www.nature.com/clinicalpractice
6. R. E. Coleman Review Bisphosphonates in breast cancer Academic Unit of Clinical
Oncology, Yorkshire Cancer Research Centre, Weston Park Hospital, Sheffield,
UKAnnals of Oncology 16: 687–695, 2005
7. Carol D. Morris and Thomas A. Einhorn. Bisphosphonates in Orthopaedic Surgery J
Bone Joint Surg Am. 2005;87:1609-1618. doi:10.2106/JBJS.D.03032
8. Wong RKS, Wiffen PJ. Bisphosphonates for the relief of pain secondary to bone
metastases (Review) The Cochrane Library. 2009, Issue 4
9. Laurence l. brunton, Goodman & gilman's the pharmacological basis of therapeutics -
11th Ed. (2006)
10. Greenspan, Adam.1997.Differential diagnosis in orthopaedic oncology /
Adam Greenspan, Gernot Jundt, Wolfgang Remagen.—2nd ed
27