10
459 PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN LAMA BAGI PERUSAHAAN PMAjPMDN ________ Oleh : Drs. Rasidi, M.A. _______ _ La tar belakang Untuk sekedar bahan perbandingan, kiranya ada baiknya jika kita sejenak melihat kembaIi hal yang melatar-be- lakangi ketentuan-ketentuan lama me- ngenai penanaman modal. Sebagaimana dimaklumi Undang- Undang No.1 tahun 1967 ten tang Pe- nanaman Modal Asing dikeluarkan pada permulaan Orde Baru, malahan sebelum dimulainya Repelita yang pertama. J ika kita perhatikan konsiderans Undang-Undang terse but dapat kita Ii- hat bahwa yang mendasari dikeluar- kannya Undang-Undimg tentang Pena- naman Modal Asing terse but antara lain sebagai berikut : I. Bahwa kit a mempunyai kekuatan ekonomi potensiil yang belum di- olah menjadi kekuatan ekonomi rill, berupa sum ber daya alam dan penduduk yang besar jumlahnya. 2. Bahwa penanaman modal , penggu- naan tehnologi, peningkatan ke- trampilan serta penam bahan ke- mampuan management dapat di- manfaatkan untuk mengolah ke- kuatan ekonomi potensiil tadi men- jadi riil. 3. Bahwa kemampuan membangun sendiri tidak boleh menim bulkan keseganan untuk memanfaatkan po- tensi-potensi modal, teknologi dan skill dari luar negeri, mala han ha- rus dapat memanfaatkannya untuk mempercepat pembangunan ekono- mi, khususnya dalam bidang-bidang yang belum dapat dilaksanakan oleh potensi Indonesia sendiri tanpa mengakibatkan ketergantungan dari potensi luar negeri tersebut. Undang-Undang ini dimaksudkan untuk menghilangkan keragu-raguan para pemilik . modal asing untuk me- nanam modal di Indonesia, mengingat pada masa-masa sebelumnya modal asing sepertinya tidak dikehendaki berada di Indonesia. Hal ini tercer- min dari tindakan-tindakan nasionali- sasi perusahaan milik asing di Indone- sia, sehingga dalam Undang-Undang No.1 tahun 19 67 dicantumkan secara khusus pasal ten tang nasionalisasi. De- mikian juga ada pasal khusus yang mengatur s ema cam jaminan transfer atas nilai investasi, biaya dan hasil investasi dalam valuta asing. Di sam ping itu kegiatan ekonomi hampir s epenuhnya dikuasai pemerin- tah melalui badan usaha milik negara at au daerah di mana sampaipun pa- brik roti dan kue-kue diurus badan usaha semacam ini, sedangkan kegiat- an swasta praktis tidak mendapat du- kungan sarna sekali. Dalam rangka ke luar dari keadaan inilah, maka dalam tahun 1968 Peme- rintah mengeluarkan Undang-Undang NO.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri, dengan tujuan

PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

459

PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN LAMA BAGI PERUSAHAAN PMAjPMDN

________ Oleh : Drs. Rasidi, M.A. _______ _

La tar belakang Untuk sekedar bahan perbandingan,

kiranya ada baiknya jika kita sejenak melihat kembaIi hal yang melatar-be­lakangi ketentuan-ketentuan lama me­ngenai penanaman modal.

Sebagaimana dimaklumi Undang­Undang No.1 tahun 1967 ten tang Pe­nanaman Modal Asing dikeluarkan pada permulaan Orde Baru , malahan sebelum dimulainya Repelita yang pertama.

J ika kita perhatikan konsiderans Undang-Undang terse but dapat kita Ii­hat bahwa yang mendasari dikeluar­kannya Undang-Undimg tentang Pena­naman Modal Asing terse but antara lain sebagai berikut :

I. Bahwa kit a mempunyai kekuatan ekonomi potensiil yang belum di­olah menjadi kekuatan ekonomi rill, berupa sum ber daya alam dan penduduk yang besar jumlahnya.

2. Bahwa penanaman modal, penggu­naan tehnologi, peningkatan ke­trampilan serta penam bahan ke­mampuan management dapat di­manfaatkan untuk mengolah ke­kuatan ekonomi potensiil tadi men­jadi riil.

3. Bahwa kemampuan membangun sendiri tidak boleh menim bulkan keseganan untuk memanfaatkan po­tensi-potensi modal , teknologi dan skill dari luar negeri, mala han ha­rus dapat memanfaatkannya untuk

mempercepat pembangunan ekono­mi , khususnya dalam bidang-bidang

• yang belum dapat dilaksanakan oleh potensi Indonesia sendiri tanpa mengakibatkan ketergantungan dari potensi luar negeri tersebut.

Undang-Undang ini dimaksudkan untuk menghilangkan keragu-raguan para pemilik . modal asing untuk me­nanam modal di Indonesia , mengingat pada masa-masa sebelumnya modal asing sepertinya tidak dikehendaki berada di Indonesia . Hal ini tercer­min dari tindakan-tindakan nasionali­sasi perusahaan milik asing di Indone­sia, sehingga dalam Undang-Undang No.1 tahun 1967 dicantumkan secara khusus pasal ten tang nasionalisasi. De­mikian juga ada pasal khusus yang mengatur semacam jaminan transfer atas nilai investasi, biaya dan hasil investasi dalam valuta asing.

Di sam ping itu kegiatan ekonomi hampir sepenuhnya dikuasai pemerin­tah melalui badan usaha milik negara at au daerah di mana sampaipun pa­brik roti dan kue-kue diurus badan usaha semacam ini, sedangkan kegiat­an swasta praktis tidak mendapat du­kungan sarna sekali.

Dalam rangka ke luar dari keadaan •

inilah, maka dalam tahun 1968 Peme-rintah mengeluarkan Undang-Undang NO.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri, dengan tujuan

Page 2: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

460

an tara lain untuk mendorong sektor swasta berperan serta dalam pemba­ngunan dan mengembalikan keduduk­an pengusaha swasta pemilik modal sebagai kekuatan ekonomi yang sekali­gus mengim bangi penanam modal asing di Indonesia .

Modal swasta dalam negeri disti-•

mulir dalam usaha-usaha yang pro-duktif dengan fasilitas khusus pemu­tihan modal.

Dalam pada itu, peranan bad an usaha milik negara berangsur-angsur di­kurangi . melalui pengurangan jumlah dan usaha peningkatan mutunya, dan pada dasarnya hanya dibenarkan ber­gerak dalam bidang-bidang yang diper­lukan masyarakat (public utility com­panies) dan bidang-bidang yang cukup feasible sehingga tidak menjadi beban anggaran negara.

Sejak diundangkannya Undang-Un­dang No.1 tahun 1967 dan Undang­Undang No.6 tahun 1968, investasi PMA yang disetujui berjumlah 974 proyek dengan jumlah investasi US. $.12.483,5 juta dan 4 .214 proyek PMDN dengan jumlah investasi Rp. 12.027,4 milyar.

Perkembangan dalam ± 17 tahun

Pada tahun 1970 terjadi suatu per­ubahan pelaksanaan dari kebijaksanaan investasi, di J.l1ana fasilitas perpajakan bagi investasi digolongkan I)lenjadi 2

,

golongan yaitu investasi yang diprio-ritaskan dan investasi yang tidak prio­ritas. Berdasarkan Undang-Undang No . ,

11/1970 dan Undang-Undang No.l21 1970, investasi yang diprioritaskan mendapat fasilitas Tax Holiday, se-

c dangkan yang tidak diprioritaskan mendapat Investment Allowance. Se­belum dikeluarkannya kedua Undang­Undang tersebut , semua investasi yang disetujui Pemerintah mendapat Tax Holiday .

Hukum 'dan Pembangunan

Dasar pemikiran dari perubahan fa­silitas itu, di samping Pemerintah me­mang menyadari adanya investasi yang perlu diprioritaskan dan karenanya perlu ditunjang dengan fasilitas perpa­jakan, juga karena pada masa-masa sebelumnya ternyata bahwa fasilitas justru telah terlalu menguntungkan usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding), investasinya tidak besar, dan prosesnya sederhana . Akibatnya ada perusahaan yang investasinya kern bali kurang dari 4 tahun , dan bagi pemilik perusahaan-perusahaan jenis ini tidak sukar untuk berpikiran yang menjurus ke arah pem bu baran yang secepatnya ; atau tidak terlalu perduli at as kelang­sungan usahanya.

Mengingat tujuan dari pemberian fasilitas fiskai, baik perpajakan mau­pun bea masuk adalah untuk mem­bantu saat-saat permulaan daTi suatu usaha baru dalam rangka meringankan

' biaya inisial, biaya produksi dan un­tuk memperkenalkan produk barunya di pasaran, di sam ping meringankan tekanan likwiditasnya, maka sesung­guhnya fasilitas itu harus dapat mem­bantu investasi yang besar dan tidak ,

'quick yielding, yang kebanyakan ter-masuk dalam proyek yang diprioritas­kan. Fasilitas Tax Holiday untuk je­nis-jenis usaha begini tidak selamanya menguntungkan , lebih-lebih bagi usaha yang tidak menghasilkan laba pad a tahun-tahun permulaan produksi ko­mersiilnya . Perusahaan-perusahaan de­mikian mendapat fasilitas Tax Holiday tanpa betul-betul menikmati fasilitas Tax Holiday-nya.

Dalam banyak hal, fasilitas Invest­ment Allowance, digabung dengan hak perusahaan untuk mengadakan kon­pensasi kerugian, dapat lebih meng­untungkan bagi perusahaan daripada fasilitas Tax Holiday.

Sebagai contoh sederhana, perusa­haan yang mendapat TH 2 tahun , te-

Page 3: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

Perbandingan UU Pajak

tapi mengalami kerugian dalam 2 ta­hun pertama, tidak akan menikmati fasilitas TH 2 tahun tersebut , dan ha­nya berhak untuk mengkompensasikan kerugiannya secara tidak terbatas. Se­dangkan perusahaan yang mendapat IA berhak untuk mengkonpensasikan , kerugiannya dalam 2 tahun t adi di­tam bah allowance 20% dari investasi yang diperkenankan , dengan keun­tungan tahun-tahun berikutnya secara tidak terbatas.

Atas dasar pemikiran ini jika me­mang yang didorong adalah proyek yang memerlukan investasi besar dan tidak mungkin menghasilkan lab a pada tahun-tahun permulaan, fasilitas IA akan lebih mencapai sasarannya dari­pada fasilitas TH .

Dalam rangka menghidupkan dan mendorong usaha swasta untuk ikut berperan aktif dalam pem bangunan ekonomi, telah dikeluarkan pula ber­bagai ketentuan dan kebijaksanaan un­

tuk menghidupkan pasar modal. Pasar modal di Indonesia mengemban 2 ' fungsi yaitu meningkatkan partisipasi - , aktif masyarakat dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan sekaligus mempercepat proses pengik ut sertaan anggota ma­syarakat dalam pemilikan saham per­usahaan .

Dalam pemilikan saham terjadi pula perubahan kebijaksanaan. Perusahaan PMA , yang pada permulaan berlaku­nya Undang-Undang No.1 t ahun 1968 diperkenankan untuk 100% dimiliki modal asing , sejak tahun 1974 diha­ruskan berbentuk usaha patungan (joint venture) dengan modal nasional minimal 20%. Modal nasional ini harus ditingkatkan secara bertahap sehingga dalam 10 ta­hun sejak produksi ko mersiil modal

nasional telah mencapai 51 %.

Un tuk ;nd ustri kayu lapis 5 1 % modal

461

nasional harus sudah mulai pada saat pendirian perusahaan.

Dalam Daftar Skala Prioritas Pena-.

naman Modal yang diterbitkan tiap tahun oleh BKPM senantiasa dapat terlihat penekanan-penekanan dan prioritas bidang-bidang usaha yang di­harapkan akan dimasuki usaha swasta dengan pengutamaan pada bidang-bi-

dang yang dapat menampung banyak tenaga kerja, mendorong perkembang­an daerah dan memproduksi barang untuk ekspor. Demikian pula ada ke­tentuan-ketentuan yang mensyaratkan ikut sertanya golongan ekonomi lemah

,

dan koperasi.

Undang-undang Perpajakan Bam dan Sarana Pendukungnya

,

Manfaat dari perkembangan pena­naman modal sebagai akibat dikeluar­kannya Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang PMA dan Undang-Un­dang No.6 tahun 1968 tentang PMDN sudah dapat dirasakan oleh kit a se­muanya. Pengaruhnya terasa kepada pertumbuhan ekonomi, pengembangan daerah dalam batas-batas tertentu, pe­nyediaan kebutuhan rakyat, penyedia­an lapangan kerja, peningkatan ke­t rampilan , penerimaan negara, dan efek gandanya di berbagai bidang. Sejak awal Pelita III sampai dengan

September 1983 misalnya penerimaan pajak dari sektor PMA dan PMDN dan berjumlah Rp . 1,6 trilyun .

Dengan harga minyak tidak sebaik tahun-tahun terdahulu , sudah jelas bahwa Pemerintah lebih mengandalkan penerimaan negara , pada penerimaan pajak , sehingga semua ketentuan yang dapat mengurangi penerimaan pajak wajar mendapat penelaahan kern bali. Sistim perpajakan yang baru berinti-

kan kesederhanaan , menunjang peme-rataan dan memberikan kepastian . De­ngan perkataan lain . peraturan perpa-

Sep tember 1984

Page 4: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

462

Jakan yang lama ternyata tidak cukup sederhana untuk mencapai unsur ke­pastian dan pemerataan.

Ketentuan baru perpajakan, yang pada dasarnya mengandung unsur pe­nurunan tarif, penyederhanaan prose­dur dan tidak memberikan pengecua­lian-pengecualian, . jika digabung de­ngan usaha lainnya untuk menyeder­hanakan perijinan, diyakini dapat menciptakan iklim berusaha yang le-

bih untuk menggairahkan investasi yang lebih merata.

Sekedar perbandingan Setelah menengok ke belakang me­

ngenai perkembangan penanaman mo­dalam kaitannya dengan perpajakan,

. baiklah kita melihat apa pengaruh dari ketentuan pajak yang baru dari perusa­haan-perusahaan PMA dan PMDN. Pertama-tama saya in gin mengatakan bahwa tidak mudah untuk memban­dingkan ketentuan pajak lama de­ngan ketentuan pajak baru khusus bagi perusahaan PMA dan PMDN, karena setelah diundangkanhya Undang-Un­dang No.6, 7 dan 8 tah\1n 1983 prak­tis tidak ada perbedaan dari segi per­pajakan antara· perusahaan PMA/ PMDN baru dengan perusahaan non PMA/PMDN.

Dengan demikian dapat dikatakan bah­wa perusahaan PMA dan PMDN ter­bagi menjadi 2 golongan:

a . generasi pertama, yaitu perusahaan PMA/PMDN yang telah mendapat persetujuan sebelum tanggal 1 J a­nuari 1984.

b. generasi kedua, yaitu perusahaan PMA/PMDN yang mendapat perse­tujuan setelah 1 J anuari 1984.

Baiklah kita lihat apa saja pengaruh perubahan Undang-Undang Perpajakan terakhir ini khususnya terhadap per­usahaan dan pemilik perusahaan PMA/ •

Hukum dan Pembangunan

PMDN. Ada baiknya kita mengu~angi menginventarisasi fasilitas fiskal apa yang dapat diperoleh perusahaan yang

. mendapat persetujuan Pemerintah da- · lam rangka PMA dan PMDN.

Berdasarkan Undang-Undang No.1 ta­hun 1967 juncto No.II tahun 1970 dan Undang-Undang No.6 tahun 1968 juncto No.12 tahun 1970 beserta ke­tentuan-ketentuan pelaksanaannya,

. permohonan yang mendapat persetu­juan dari Pemerintah dapat memper­oleh fasilitas fiskal sebagai berikut :

1. Pembebasan Bea Meterai Modal : - 1 permil dari modal disetor

. - Yz permil dari modal ditempat­kan.

2. Pembebasan Bea Balik Nama atas akte pendaftaran kapal yang per­tama.

3. Pemutihan modal untuk pemilik perusahaan PMDN dan peserta In­donesia dalam perusahaan PMA.

4. Pajak Perseroan: a. Pembebasan Pajak (Tax Holiday)

untuk proyek yang diprioritas­kan Pemerintah , minimum 2 ta­hun, maksimum 6 tahun sejak produksi komersiil perusahaan.

b. Keringanan pajak (Investment Allowance) untuk proyek non prioritas, yang besarnya 20% da­ri jumlah investasi dalam 4 ta­hun @ 5 % setahun.

c. Kompensasi kerugian : 1. Setiap kerugian dalam sesuatu

tahun dapat dikurangkan dari laba dalam waktu 4 tahun.

2. Kerugian yang diderita dalam 6 tahun pertama sejak pendi­rian perusahaan dapat diku­rangkan dari laba tahun-tahun berikutnya tanpa batas wak­tu.

d. Penghapusan dipercepat: Dapat dilakukan menurut pilih-

Page 5: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

Perbandingan UU.Pajak

an perusahaan pada sesuatu ta­hun da1am jangka waktu 4 tahun sejak penge1uaran, yang besar- . nya:

- 10% untuk bangunan tetap - 25 % untuk prasarana dan a1at

perusahaan.

5. Pembebasan Pajak Dividend (20%) se1ama masa Tax Holiday atau 2 ta­hun untuk perusahaan yang men­dapat Investment Allowance.

6. Pembebasan MPO-impor: a. Untuk yang mempero1eh Tax

Holiday: 1. Impor mesin dan per1engkap­

an. 2. Impor bahan baku.

b. Untuk yang mempero1eh Invest­ment Allowance, hanya untuk impor mesin-mesin dan per1eng­kapan.

7. Keringanan 50% Pajak at as Bunga (PBDR) atas bunga pinjaman ' dari 1uar negeri.

8 . Keringanan Pajak Perseroan dan PBDRj berdasarkan Peraturan Pe­merintah No.2/1981 yang be1um ada pengaturan pe1aksanaannya.

9. Pembebasan at au Keringanan Bea Masuk dan PPn-impor untuk barang modal (mesin dan per1engkapan).

10.Pembebasan at au keringanan Bea Masuk dan PPn-impor untuk bahan baku, bahan penolong dan suku ca­dang.

Berdasarkan Undang-Undang No.7 ta­hun 1983 tentang Pajak Penghasi1an diadakan pencabutan pasa1-pasal da1am Undang-Undang No.1 tahun 1967 juncto No.11 tahun 1970 dan Undang­Undang No.6 tahun 1968 juncto Un­dang-Undang ' No.1 2 tahun 1970 me­ngenai ketentuan-ketentuan terse but di atas kecua1i fasilitas: Pembebasan bea meterai modal, Pembebasan Bea Balik Nama atas kapa1, dan Pembebas-

463

an/keringanan bea masuk untuk ba­rang modal dan bahan baku/peno1ong. Pertanyaan logis yang timbu1 sebagai akibat dike1uarkannya Undang-Undang No.7 tahun 1983 tersebut ada1ah 'Apa­kah dengan demikian masih ada per­bedaan antara perusahaan PMA/PMDN dan perusahaan non PMA/PMDN dari segi fasi1itas fiskal".

Bagi perusahaan yang mendapat perse­tujuan Pemerintah sete1ah 1 Januari 1984 jadi sete1ah berlakunya Undang­Undang No.7 tahun 1983, fasilitas yang masih dapat diperoleh ada1ah se­bagai berikut:

1. Pembebasan Bea Meterai Modal.

2. Pembebasan Bea Balik Nama atas kapal.

3. Pem bebasan bea masuk untuk ba-. rang-barang modal yang 1angsung diperlukan untuk produksi dan ke­ringanan bea masuk untuk barang modal yang tidak 1angsung berkait­an dengan produksi.

4. Pembebasan bea masuk untuk ba­han baku/peno1ong yang tarip bea masuknya kurang dari 5% dan keri­nganan untuk yang tarif bea ma­suknya 1ebih dari 5%.

Di sam ping itu untuk perusahaan PMA tetap ber1aku ketentuan Undang-Un­dang No.1 tahun 1967 mengenai ja­minan transfer, jaminan nasiona1isasi dan insentip non-fiska1 1ainnya. Jadi dari segi fasilitas, itu1ah yang mem­bedakan perusahaan-perusahaan PMDN/PMA yang baru dari perusaha­an non PMA/PMDN.

Kecuali itu perusahaan terse but rnern­punyai posisi yang sarna dengan per­usahaan non PMA/PMDN dari segi perpajakan. Dengan dernikian perusa­haan-perusahaan diharapkan untuk

. mengadakan perhitungan usaha yang betu1-betu1 rnatang tanpa rnendasarkan pernanjaan fasilitas, dan rnenganggap

September 1984

Page 6: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

464

fasilitas yang tersisa sebagai kemung­kinan mendapat keuntungan tambahan

• saja. Untuk itu perlu diciptakan prakon­disi berupa iklim berusaha yang be­nar-benar lebih baik.

Jika kita telah mencoba melihat posisi perusahaan PMAjPMDN yang baru dengan berlakunya Undang-Un­dang Perpajakan yang baru, khusus­nya Undang-Undang No.7 tahun 1983 yang mencabut pasal-pasal dalam Un­dang-Undang ten tang penanaman mo­dal, akan lain lagi gam baran yang kita peroleh mengenai perusahaan PMAj PMDN yang termasuk generasi per­tama, yaitu perusahaan yang telah mendapat persetujuan Pemerintah se­belum I Januari 1984. P,erusahaan PMAjPMDN yang term a­suk generasi pertama ini terdiri dari:

a. Perusahaan yang telah habis fasili­tasnya.

b. Pemsahaan yang masih menikmati fasilitas.

c. Perusahaan yang belum atau baru sebagian merealisir proyeknya .

Bagi perusahaan yang te1ah habis fa­silitasnya, keluarnya Un dang-Un dang baru tentang perpajakan je1as meru­pakan keuntungan karena tarif pajak baru yang 1ebih ringan , di sam ping usahanya tidak harus menghadapi ter-1a1u banyak perusahaan baru yang posisinya lebih baik karena menda­pat fasi1itas. Perusahaan yang masih menikmati fa~

silitas lama, mendapat keuntungan ganda dari dike1uarkannya Undang-Un­dang perpajakan yang baru. Pertama karena fasilitas yang ( te1ah diberikan akan tetap berlaku sampai selesainya masa fasilitas. Kedua karen a begitu fasilitas habis, perusahaan dapat lang­sung menikmati tarif pajak yang baru dan sega1a kemudahannya. Bagi me­reka seolah-olah mendapat durian run-

Hukum dan Pembangunan

tuh. Bagi perusahaan yang belum mereali­sir proyeknya, dikeluarkannya Un­dang-Undang perpajakan yang baru

merupakan insentip untuk segera me-realisir proyeknya , di mana perusaha­an akan mendapat fasilitas berdasar­Ran ketentuan lama dan begitu fas i­litas 3e1esai akan dapat menikmati tarif pajak yang telah diturunkan.

Bagi yang mendapat Investment A l­lowance masalah tarif pajak yang baru sudah dapat langsung diberlakukan. Sebaliknya BKPM akan mengadakan pengaturan penegasan, jika proyeknya

tidak direalisir sampai batas waktu yang ditetapkan Pemerintah, fasilitas yang telah diberikan akan dicabu t kern bali. Untuk' itu BKPM akan me­ngeluarkan surat untuk mengingatkan masing-masing proyek mengenai tahap­tahap penyelesaian proyek sebagai­mana tercantum dalam Surat Perse­tujuan Tetap (SPTjSPP) yang harus be­tul-betul dipatuhi. Dari gambaran di atas ternyata Un­dang-Un dang Perpajakan yang baru memberikan keuntungan bagi perusa­haan PMAjPMDN generasi pertama. Bagi perusahaan ' generasi pertama ini

. -. rasanya tidak perlu Jagi ada usaha khusus untuk mendorong mereka me­ngem bangkan usahanya. Kondisi yang telah diciptakan Pemerintah sudah cu­kup bagi mereka untuk mengadakan

. . investasi perluasan lebih lanjut. Tapi bagaimana dengan usaha baru yang termasuk generasi kedua. Biasa­nya mereka mempertanyakan fasilitas­fasilitas beriku t ini:

, 1. Pemutihan Modal:

• •

Undang-Undang No.7 tahun 1983 mencabut pasaJ 9 Undang-Undang No.6 tahun 1968 yang menjadi dasar pem berian fasilitas pemutihan modal bagi pemilik modal yang me­nanamkan . modalnya dalam saham

Page 7: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

Perbandingan UU Pajak

perusahaan PMDN dan peserta na­sional dalam saham perusahaan PMA. Pemutihan seperti dimaksud dalam pasal 9 Undang-Undang No .6 tahun 1968 tersebut dari sudut fiskal ber-

.

arti pem be basan dari pengusutan asal-usulnya, dan modal terse but ti-

. dak akan dijadikan dasar untuk me­ngenakan at au meninjau kembali pajak. Kesempatan untuk pemutih­an terse but semula terbuka sepan­jang 5 tahun sejak berlakunya Un­dang-Undang No.6 tahun 1968 dan berakhir tanggal 2 Juli 1973. Se­lanjutnya masa berlakunya diper­panjang, terakhir diperpanjang sam­pai dengan 31 Maret 1984. Fasilitas pemutihan modal merupa­kan fasilitas yang menarik, lebih­lebih pada masa permulaan dike­luarkan Undang-Undang No.6 ta­hun 1968 , di mana fasilitas ini te­lah berhasil mendorong pemilik-pe­milik uang panas dan dana yang tidak jelas asal usulnya untuk me­nanamkannya dalam bidang-bidang yang produktip sesuai dengan yang dikehendaki Pemerintah. Tetapi ke­tentuannya sendiri memungkinkan bahwa dana yang sudah putihpun

masih tetap tidak terkena pajak , jika ditanam dalam perusahaan ba-

ru , sehingga sudah lain dari tujuan-nya semula. Oleh karena itu fasili­tas pemutihan modal dipersingkat masa berlakunya sampai dengan tanggal 31 Desember 1983 dan di­anggap sebagai fasilitas yang berle­bihan.

2. Reinvestasi Laba eks pasal 14 Un­dang-Und3ftg No.6 tahun 1968

Pasal ini mem beri lemungkinan ba-, . gian laba perusahaan yang ditanam kembali dalam bidang usaha yang diset uj ui Pemerintah dikecualikan da lam perhitungan laba yang dike-

465

nakan pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan dan berlaku se­lama jangka waktu 5 tahun setelah berakhirnya Tax Holiday. Perusahaan PMDN yang mengguna­kan pasal ini dapat tidak memba­yar Pajak Perseroan lagi sampai 5 tahun sejak Tax Holiday-nya habis, jika menggunakan 1abanya untuk reinvestasi. Pasal ini telah dicabut dengan Un­dang-Undang No.7 tahun 1983, ka­rena pasal ini memungkinkan fasili­tas pembebasan pajak yang berke-

• panJangan.

3. Fasilitas Tax Holiday dan Invest­ment Allowance

Fasilitas Tax Holiday dan Invest­ment Allowance termasuk fasilitas yang dicabut dengan Undang-Un­dang No.7 tahun 1983. Fasilitas ini diberikan dengan maksud seba­gai daya tarik , agar pada saat-saat permulaan perusahaan menghasil­kan laba" pemegang saham dapat menikmati penuh atau sebagian be­sar keuntungannya atau memung­kinkan perusahaan dapat menggu­nakan 1aba untuk memperluas usa­hanya atau memperkuat posisi li­kwiditas perusahaan . Fasilitas ini digantikan dengan pe­nurunan tarif Pajak Penghasilan dari 45% menjadi 35%, yang bagairnana­pun harus diakui tidak lebih meng­untungkan daripada fasilitas Tax Holiday atau Investment Allowan­ce. Tetapi memang Undang-Undang Pajak Penghasilan yang baru tidak berniat untuk menguntungkan sua­tu kelompok saja , malah sebalik­nya ingin menciptakan pemerataan dalam kemungkinan berusaha dan pembayaran pajak.

4 . Sistim Penyusutan:

Undang-Undang No .7 tahun •

,., . . ...... .... ..

Page 8: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

466

1983 mengatur cara penyusutan yang diperkenankan dengan meng­golongkan harta dalam 4 golongan: (maaf kalau mengulang-ulang)

Golongan I: harta bukan bangunan dengan masa manfaat maksimum 4 ta­hun, penyusutan 50% dari nilai sisa tiap tahun.

Golongan 2: hart a bukan bangunan dengan masa manfaat lebih dari 4 tahun tetapi tidak lebih dari 8 tahun, penyusutan 25% dari nilai sisa tiap tahun

Golongan 3: harta bukan bangunan dengan masa manfaat lebih dari 8 tahun penyusutan 10% dari nilai sisa tiap tahun.

Bangunan: penyusutan 5% tiap tahun dari nilai perolehan.

Atas dasar cara penyusutan ini:

Golongan 1: penyusutan dalam 4 tahun = 93,7 5% nilai sisa dalam 4 tahun

Golongan 2: penyusutan dalam 8 tahun nilai sisa dalam 8 ta-hun

Golongan 3 : penyusutan dalam 20

t tahun nilai sisa dalam 20 tahun ,

Bangunan: penyusutan dalam 20

-- 6,25%

-- 89 ,99%

- 10,01 % -

- 87,82% -

- 12,18% -

tahun = 100% nilai sisa dalam 20 tahun 0% --

Menteri Keuangan telah menetapkan hart a mana yang termasuk masing-ma-

Hukum dan Pembangunan

sing golongan, di mana ditentukan alat perusahaan di bidang pertanian , perkebunan, perikanan dan peternakan disusutkan dalam lebih dari 20 tahun , kecuali alat-alat untuk penyiapan ta­nah yang dapat disusutkan dalam 8 ta­hun .

Dalam ketentuan lama, penyusutan . .

untuk alat perusahaan di bidang terse-but di atas berkisar antara 16 hingga 25 tahun. Untuk bidang perindustrian , pertam­bangan dan pengangkutan, penyusqtan

kebanyakan lebih dari 20 tahun (go­longan 3), sedangkan ' dengan ' k~ten­tuan lama penyusutan ditetapkan 8 hingga 12 tahun. Untuk bangul).an , penyusutan dengan cara baru selesai dalam 20 tahun, se­dang dengan cara lama 15 sampai 40 tahun. Cara penyusutan baru ternyata mem­percepat penyusutan untuk bangunan dan alat pengangkutan ringan tetapi memperlambat penyusutan untuk alat­alat perusahaan di bidang perindus­trian, pertam bangan dan pengangkutan berat. Penetapan penggolongan harta yang dapat ditetapkan dengan kepu­tusan Menteri Keuangan, mempunyai arti penetapan besarnya % penyusutan bagi peralatan terse but dan berarti pula pembebanan penyusutan . sebagai biaya perusahaan dalam perhitungan laba kena pajak. Sistim penyusutan dari nilai sisa dengan % tetap memberi kesempatan pem bebanan biaya pada tahun-tahun perm ulaan penggunaan mesin/peralatan . Makin besar % penyu­sutan makin besar pembebanan tahun­tahun permulaan. Pembebanan penyu­sutan yang besar pada tahun-tahun permulaan . dapat mengakibatkan per­usahaan tidak usah membayar pajak pada tahun-tahun permulaan. ' Meskipun demikian hal ini tidak sarna dengan fasilitas Tax Holiday, karena cara ini hanya merupakan penggeser-

Page 9: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

, ,

Perbandi~gan UU Pajak

an dari pem bayaran pajak ke tahun­tahun yang lebih kemudian, Dengan demikian, jika dikehendaki cara pe­nyusutan ini dapat digunakan untuk mem bantu investasi pada tahun-tahun permulaan tanpa mengurangi peneri­maan pajak secara keseluruhan. Darikorespondensi yang masuk , semen­tara dapat diketahui bahwa bagi per­usahaan PMA dan PMDN yang meng­adakan perluasan proyeknya, sesuai dengan yang diperkirakan , perubahan fasilitas perpajakan tidak terlalu ber­pengaruh atas keputusan untuk mem­perluas usahanya. Apalagi kalau per­luasan itu dapat dibiayai keseluruhan­nya dengan modal pinjaman, sehingga pem utihan modal tidak jadi masalah.

Bagi penanam modal asing dalam suatu usaha patungan, hilangnya fasilitas Tax Holiday diperkirakan ti­dak akan ' dirasakan terlalu berat jika dapat digantikan dengan tarif pajak yang lebih rendah dan prinsip penyu­sutan berdasarkan declining balance method, asalkan diikuti dengan prose­dur perpajakan yang sederhana , mudah dilaksanakan dan ditunjang dengan pe-

, . nyederhanaan perijinan di segal a bi-dang.

a. Aplikasi baru :

467

Bagi para pemilik modal dalam ne­geri yang telah putih, pada dasamya tidak ada alasan untuk tidak mena­namkan modalnya baik baru maupun perluasan pada bidang-bidang yang menjadi prioritas. Meskipun demikian, untuk sementara Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1983 tentang Peniadaan Penyusutan Perpajakan terhadap depo­sito berjangka dan tabungan lainnya jika dikehendaki dapat dipergunakan. Mengenai bagaimana pengaruh per­ubahan ketentuan perpajakan atas pi­rah penanaman moeal, barangkali baru dapat dilihat dengan lebih jelas setelah

,

6 bulan, lebih-lebih mengingat bahwa fasilitas pajak bukan satu-satunya ba­han pertimbangan pemilik modal un­tuk menanamkan modalnya. Iklim ber­usaha yang lebih baik sebagai hasil penyederhanaan perijinan juga akan ditunggu pelaksanaannya. , Tetapi seke­dar gambaran ada baiknya kal?u pad a kesempatan ini dikemukakan angka­angka aplikasi per I Maret 1984, jadi dalam 2 bulan setelah berlakunya Un­dang-Undang perpajakan yang baru. Dari 1 lanuari 1984 sampai dengan 1 ' Maret 1984 telah masuk aplikasi di BKPM sebagai berikut :

PMDN : 40 proyek , nilai investasi Rp. 405 ,9 milyar PMA : 1 proyek, nilai investasi Rp. 7 ,8 milyar

lumlah : 41 proyek , nilai investasi Rp . 413 ,7 milyar

b . Aplikasi perluasan: PMDN : 24 proyek, nilai investasi Rp . 244,2 milyar PMA : 4 proyek , nilai investasi Rp. 68 ,8 milyar

Jumlah : 28 proyek,nilaiinvestasi Rp . 3 13 ,0 milyar

lumlah Dllai investasi : Rp . 726,7 mllyar

Sebagai bahan perbandingan: , ..

1983 nilai investasi PMA/PMDN : Rp. 10.007,6 milyar ,

1982 nilai investasi PMA/PMDN : Rp. 4.673 ,7 milyar

September 1984

"

..

.. ,

Page 10: PERBANDINGAN KETENTUAN PERPAJAKAN BARU DAN …

468

J adi dibandingkan dengan investasi 1 tahun dalam tahun 1983 dan 1982 , aplikasi 2 bulan dalam tahun 1984 =

7,26% dari .investasi tahun 1983 15,55% dari investasi tahun 1982 ,

sehingga tidak terlalu jelek dibanding­kan dengan angka investasi tahun 1982.

Demikianlah aps yang dapat saya kemukakan mengena~ sekedar perban­dingan sebagai akibat dikeluarkannya Undang-Undang perpajakan yang baru, khususnya yang ada kaitannya dengan fasilitas perusahaan PMDN/PMA.

Sudan jelas kiranya bahwa dengan Undang-Undang perpajakan yang baru, tiap usaha untuk mengadakan inves­tasi, baik dalam proyek yang sarna se­kali baru maupun dalam rangka per­luasan yang sudah ada, para pengusaha harus betul-betul mendasarkan usaha­nya pada perhitungan business yang matang tanpa menyimdarkan diri pada

{ •

Hukum dan Pembangunan

fasilitas. Untuk itu akan diusahakan tercipta­nya iklim berusaha yang lebih baik, melalui penyederhanaan perij in an

. ' baik yang menyangkut jumlah per-•• • IJman maupun prosedur, jangka waktu berlakunya perijinan, dan informasi mengenai tata cara perijinan.

Jika dengan kondisi dan iklim ber­usaha yang suliah tercipta baik, dan perusahaan sudah membuat perhitung­an yang cermat dan efisien dalam se­suatu bidang usaha yang diprioritas­kan Pemerintah, dengan demikian sa­ngat diperlukan, tetapi perhitungannya tidak mungkin untuk melaksanakan­nya, mungkin perusahaan dapat meng­ajukan suatu saran jalan ke luar yang mungkin dapat dipertim bangkan daa­lam batas-batas ketentuan peraturan yang berlaku. BKPM bersedia menampung saran-sa­ran yang demikian.

,

co

REP. SINAR HARAPAN