Upload
doanhanh
View
266
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN PENGHUBUNG
PELABUHAN BAGENDANG - SAMPIT
KALIMANTAN TENGAH
URAIAN SINGKAT
Pelabuhan Multipurpose Bagendang Sampit merupakan pelabuhan sungai yang
terletak Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Struktur dermaga
Pelabuhan Bagendang Multipurpose didesain sebagai dermaga petikemas dan general cargo.
Untuk memenuhi kebutuhan arus barang dan bongkar muat yang semakin meningkat tiap
tahun sehingga perlu untuk dibangun dermaga baru. Struktur dermaga didesain ulang untuk
tipe kapal barang (general cargo) dan kapal petikemas yang berukuran 5.000 DWT.
Dalam proyek akhir dermaga tersebut direncanakan meliputi perencanaan dimensi
dan penulangan elemen struktur plat dan balok baik dermaga dan trestle, perencanaan
struktur sandar dan tambat (fender dan bolder) serta pondasi. Struktur atas dermaga (plat
lantai, balok dan pile cap) digunakan beton bertulang cor setempat dengan karakteristik
mutu beton cf = 25 MPa. Struktur bawah dermaga menggunakan tiang pancang baja. Posisi
pemasangan tiang pancang ini direncanakan agar mampu menahan gaya vertikal dan
horisontal. Dalam perencanaan struktur dermaga ini, sistem struktur dianalisis dengan
menggunakan program SAP 2000 dengan model tiga dimensi. Penulangan struktur dan
stabilitas struktur (terhadap retak dan terhadap pengaruh lendutan) dikontrol berdasarkan
Tata Cara Peraturan Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung SNI 2847-2002 dan BMS
(1992).
Dari hasil proyek akhir ini diharapkan mahasiswa dapat mendesain dermaga yang
dapat menampung kapal dermaga petikemas 5000 DWT sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
1
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan, dimana pelayaran memiliki peran yang sangat
penting untuk menghubungkan transportasi antar pulau baik dalam kegiatan sosial, ekonomi,
pemerintahan, pertahanan keamanan dan sebagainya. Pelabuhan sebagai prasarana angkutan
laut sangat dibutuhkan karena berfungsi sebagai pintu gerbang komersial untuk mendukung
kegiatan pendistribusian barang dari satu wilayah ke wilayah tertentu. Di propinsi Kalimantan
Tengah terdapat beberapa kota salah satunya adalah Sampit . Sampit merupakan daerah
dengan sumber daya alam yang cukup besar, memiliki potensi yang harus dimanfaatkan
secara optimal untuk mendukung perekonomian daerah, terutama dalam era otonomi
daerah dan rencana pengembangan kawasan.
Pelabuhan Sampit merupakan pelabuhan yang melayani kegiatan bongkar muat
petikemas , penumpang , curah kering dan curah cair yang berperan strategis menunjang
kegiatan arus lalu lintas transportasi angkutan laut dan sebagai penggerak dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian pada khususnya Daerah Sampit dan sekitarnya.
Tetapi saat ini kegiatan bongkar muat petikemas direlokasi dari Pelabuhan Sampit ke
Pelabuhan Bagendang, salah satu penyebabnya adalah terbatasnya kapasitas tambat yaitu 125
m. Pelabuhan Bagendang sendiri merupakan pengembangan dari Pelabuhan Kota Sampit .
Dalam pengembangan Pelabuhan Bagendang tahap pertama sudah dibangun fasilitas
infrastruktur tambat ukuran 120mx25m, jembatan penghubung 60mx10m dan lapangan
penumpukan seluas 10.000 m2. Seiring meningkatnya arus bongkar muat petikemas di
Pelabuhan Bagendang PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) akan melakukan pengembangan
infrastruktur tahap kedua yaitu dengan membangun infrastruktur tambat ukuran 120mx25m
dan jembatan penghubung 60m x 7m.
Dalam Proyek Akhir ini, penulis akan membahas bagaimana merancang struktur
Fasilitas Tambat dan Jembatan Penghubung (Tahap II) Pelabuhan Bagendang Sampit dengan
menggunakan acuan pembebanan sesuai RSNI 2005 Standar Pembebanan Untuk Jembatan.
Dimana perilaku struktur fasilitas tambat dan jembatan penghubung lebih mirip seperti
perilaku struktur jembatan yaitu sifat pembebanan yang terjadi pada saat penggunaan (pasca
contruction) yang mana beban yang bekerja bersifat dinamis/bergerak.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
2
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Dalam Proyek Akhir ini, Perencanaan Struktur Fasilitas Tambat (Tahap II) Pelabuhan
Bagendang Sampit Kalimantan Tengah dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
- Nama Dermaga = Dermaga Multipurpose Pelabuhan Bagendang
- Type Dermaga = Dermaga Konstruksi Terbuka (Deck On Pile)
- Bobot Kapal Rencana = 5.000 DWT
- Ukuran Dermaga = 120 m x 25 m
- Ukuran Trestle = 60 m x 7 m
- Struktur = Beton Cast in Situ
- Struktur Pondasi = Tiang Pancang Baja
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pelabuhan Bagendang Sampit
LOKASI PERENCANAAN
DERMAGA
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
3
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 1.2 Layout Dermaga Multipurpose Bagendang Sampit
1.2. Perumusan Masalah
Adapun dari gambaran umum terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan
antara lain :
1. Bagaimana merencanakan struktur fasilitas tambat yang dapat menampug kapal
dengan kapasitas 5000 DWT ?
2. Bagaimana merencanakan struktur jembatan penghubung akibat beban yang
bekerja di atas jembatan penghubungan?
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya bidang perencanaan yang akan timbul dalam penyusunan tugas
akhir dan keterbatasan waktu maupun disiplin ilmu yang dikuasai, maka perlu dipakai
batasan permasalahan yang meliputi :
1. Perhitungan struktur dititik beratkan pada struktur fasilitas tambat dan jembatan
penghubung.
2. Perumusan yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada sehingga tidak ada
penurunan rumus.
3. Desain struktur dilakukan adalah untuk mengetahui dimensi, analisis struktur dan
kontrolnya.
4. Tidak meninjau metode pelaksanaannya dan analisa anggaran biaya.
LAMPU HIGH MAST LAMPU HIGH MAST
Sungai Mentaya
Tepi Sungai
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
4
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
1.4. Tujuan
Tujuan dari penyusunan proyek akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari alternaif model struktur yang sederhana dan aman terhadap beban yang
bekerja pada fasilitas tambat dan jembatan penghubung.
2. Membuat desain detail struktur fasilitas tambat yang mampu menampung kapal
dengan kapasitas 5000 DWT dan seluruh beban yang terjadi di atas fasilitas
tambat.
3. Membuat desain detail struktur jembatan penghubung mampu menampung
seluruh beban yang terjadi di atas jembatan penghubung.
1.5. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari proyek akhir perencanaan struktur fasilitas
tambat pelabuhan Bagendang, adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan ilmu lebih dalam tentang perencanaan fasilitas tambat.
2. Dapat merencanakan fasilitas tambat dan jembatan penghubung yang bisa
menampung kapal dengan kapasitas 5000 DWT.
3. Sebagai bahan referensi dalam merencanakan struktur fasilitas tambat dan
jembatan penghubung bagi pembaca.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
5
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Kapal
Dalam merencanakan dimensi dermaga, maka diperlukan spesifikasi data kapal dengan
muatan terbanyak yang akan bersandar di dermaga. Kapasitas kapal tidak boleh melebihi
kapasitas rencana dermaga, supaya kapal yang akan bersandar dapat beropersi dengan baik
dalam ruang lingkup pelabuhan, dan tidak merusak fasilitas dan struktur dermaga.
Gambar.2.1 Kapal Meratus Borneo
Berdasarkan data regiser kapal BKI
Tipe kapal : Kapal container (Container ship)
Kapasitas Angkut (DWT) : 5103 Ton
Panjang Kapal (Loa) : 109 M
Lebar Kapal (Breadth) : 16.4 M
Sarat (Draft) : 6.5 M
2.2 Penetapan Tata Letak (Layout) dan Dimensi
Perencanaan tata letak dan dimensi ini meliputi layout dermaga, elevasi dermaga dan
dimensi dermaga.
2.2.1 Perencanaan Layout Dermaga
Perencanaan layout yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah layout yang diusulkan
oleh perusahaan pemilik sesuai masterplan Pelabuhan Bagendang Sampit – Kalimantan
Tengah.
2.2.2 Dimensi Dermaga
2.2.2.1 Panjang Dermaga
Dalam perhitungan kebutuhan panjang dermaga digunakan kapal rencana sesuai
dengan fungsi dermaga . Secara prinsip menurut Standard design Criteria for Ports in
Indonesia (1984) bab 7.1.1 halaman 29, panjang dermaga rencana adalah
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
6
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Lp = Loa + 10 m atau Loa + 10%........................................... (2-1)
dimana :
Lp = panjang dermaga (m)
Loa = panjang kapal (m)
2.2.2.2 Lebar Dermaga
Lebar dermaga tidak ditentukan secara khusus, tetapi direncanakan sesuai dengan
kebutuhan operasional dalam memperlancar proses bongkar muat barang atau penumpang
dengan aman, lancar dan cepat. Lebar dermaga juga disesuaikan dengan kebutuhan
operasional angkutan darat yaitu perputaran truk.Lebar dermaga antara 15 sampai 50 m.
2.2.2.3 Elevasi Apron
Pengertian apron pada dermaga adalah daerah pengalihan kegiatan angkutan laut ke
angkutan darat. Dalam perencanaan ini penentuan elevasi lantai dermaga ditentukan oleh
keadaan pasang surut dan jenis kapal rencana. Berdasarkan Standard design Criteria for
Ports in Indonesia (1984) Tabel 7.2, ditentukan besar elevasi lantai dermaga diatas HWLS
(Highest Level Water Sping) berdasarkan besarnya pasang surut air laut dan kedalaman
rencana sebagai berikut :
Tabel 2.1 Elevasi dermaga diatas HWL
Pasang surut
Terbesar 3m
atau lebih
Pasang surut
kurang dari 3 m
Dermaga untuk kapal yang
memerlukan kedalaman > 4.5 m 0.5 – 1.5 m 1.0 - 2.0 m
Dermaga untuk kapal yang
memerlukan kedalaman < 4.5 m 0.3 1.0 m 0.5 - 1.5 m
Berdasarkan ketentuan tabel 2.1, penetuan elevasi apron dengan kedalaman rencana 4.5 atau
lebih dan besar air surut kurang dari 3 m adalah 1.0 – 2.0 m diatas HWL.
2.2.2.4 Kedalaman Perairan
Penentuan kedalaman air rencana pada perencanaan dermaga Bagendang ini
berdasarkan Standard design Criteria for Ports in Indonesia (1984), pasal 6.2.5 adalah (1.05
– 1.15) x sarat maksimum.
2.3 Pembebanan
Pada struktur dermaga, beban – beban yang bekerja meliputi beban – beban vertikal dan
beban horizontal.
2.3.1 Beban Vertikal
2.3.1.1 Beban mati
Beban mati adalah berat sendiri dari komponen struktur yang secara permanen dan
konstan membebani selama waktu hidup konstruksi. Perhitungan ini tergantung dari berat
Kedalaman
Pasang surut
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
7
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
volume dari jenis komponen – komponen tersebut. Komponen – komponen itu diantaranya:
beban plat, balok , poer, boulder dan fasilitas lainya diatasnya.
1. Beban plat lantai kendaraan
2. Berat finishing (5cm)
3. Beban balok memanjang dan melintang
4. Beban poer
5. Beban boulder
6. Beban Fasilitas lainya
2.3.1.2 Beban hidup merata akibat muatan (operasional)
Adalah beban hidup akibat muatan yang dianggap merata di atas dermaga yang
ditentukan berdasarkan beban muatan yang akan ditimbun diatas struktur plat lantai dermaga
berdasarkan Standard design Criteria for Ports in Indonesia, (1984), pasal V.2 Tabel 5.3. hal.
16 sebesar 4 t/m2 untuk petikemas pada saat normal dan 2 t/m2 pada saat keadaan gempa..
Selain itu beban hidup merata juga disebabkan oleh genangan air hujan (t=5cm).
2.3.1.3 Beban hidup Terpusat
Merupakan beban titik yang bekerja di dermaga yang diakibatkan oleh tekanan roda
dari peralatan bongkar muat yang digunakan pada dermaga. Peralatan yang digunakan dan
pembebannanya sebagai berikut :
a. Beban Petikemas
Beban petikemas bermuatan penuh yang ditumpuk sebanyak 2 tier(tumpuk) yang
terletak dalam blok penumpukan dalam berbagai posisi. Beban maksimum petikemas
refrigenerated 40’ dalam 2 tier adalah 68 ton yang bertumpu pada 4 kaki sehingga setiap
kaki menrima beban 17 ton.
b. Beban Truk Container
Beban terpusat akibat muatan T roda kendaraan BMS Bridge Management System
section 2 Bridge Loads pasal 2.3.4,. Beban truk T adalah beban yang diakibatkan oleh
kendaraan semitrailer yang mempunyai susunan berat as seperti terlihat dalam Gambar 2.1.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
8
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
..
Gambar 2.2. Model Pembagian beban truk
a’ = Lebar kerja manfaat arah memanjang
b’ = Lebar kerja manfaat arah melintang
Gambar 2.3. Model Penyebaran beban akibat roda kendaraan
a’ = 20
b’ = 50
5
3
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
9
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
c. Beban Container Crane
Alat bongkar muat yang digunakan adalah container crane. Beban terpusat pada balok
diakibatkan oleh penggunaan Alat Container Crane dengan berat 900 Ton bertumpu pada 32
roda yang terdiri 16 roda pada sisi laut (sea side) dan 16 roda pada sisi darat (land side). Roda
ini bertumpu pada rel yang menyatu dengan balok crane. untuk dan beban per roda dari data
spesifikasi brosur container crane dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini. Sedangkan untuk
jarak antar roda rel dapat dilihat pada data lampiran.
Gambar 2.4. Gambar Container Crane (Gantry Crane)
Gambar 2.5. Gambar Detail Bogie Container
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
10
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tabel 2.2. Beban Roda Container Crane
1. Maximum in service wheel loads
with maximum in service wind ( 16 m/s), boom down
Lokasi roda Jumlah roda Beban per
roda Total beban
Land side wheels 16 28 448 ton
Sea side wheels 16 34 544
ton
+
Total 992 ton
2. Maximum out of service wheel loads
with maximum out of service wind ( 36 m/s), boom up
Lokasi roda Jumlah roda Beban per roda Total beban
Land side wheels 16 40 640 ton
Sea side wheels 16 25 400
Ton
+
Total 1040 ton
Berdasarkan Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities in
Japan (OCDI 2002) pasa115.3.4 untuk beban akibat beban alat bongkar muat diambil beban
kondisi maksimal pada saat alat berada di atas dermaga. Untuk jarak antar as roda 1 meter dan
1.4 meter antar as bogie. Dengan data tersebut perilaku penyebaran beban roda container
crane disederhanakan seperti pada gambar 2.5 sampai gambar 2.7.
Gambar 2.6. Gambar detail jarak roda dan penyebaran
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
11
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 2.7. Gambar permodelan beban terpusat as roda
2.3.2 Beban Horisontal
2.3.2.1 Beban Tumbukan Kapal
Beban tumbukan kapal pada struktur akan diabsorbsi oleh fender yang dipasang
sepanjang dermaga dan letaknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat menyerap energi
benturan kapal yang harus mampu ditahan oleh bangunan dermaga. Untuk mengetahui gaya
tumbukan kapal harus direncanakan sistem fender yang akan dipasang pada dermaga
tersebut. Dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Energi bertambat efektif
Energi bertambat efektif dihitung dengan rumus pada Standard Design Criteria for Ports
in Indonesia (1984), hal. 10. Rumus ini digunakan dengan mempertimbangkan metode
merapat kapal serta jenis fender yang akan digunakan, sehingga rumus yang dipakai adalah :
kg
VWWE
2
).21( 2 ................................................................. (2-2)
dengan :
E = energi tambat kapal
V = kecepatan merapat kapal (m/s)
G = percepatan gravitasi (m/s2) = 9,8 m/s2
W = Virtual Weight (KN)
Gambar 2.8. container crane
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
12
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
K = faktor eksentrisitas = 0,5
Untuk menentukan kecepatan bertambat (V) menggunakan. Standard Design Criteria for
Port in Indonesia (1984) adalah Tabel 2.3 Kecepatan Tambat
TONNAGE ( General Cargo )
BERTHING VELOCITY ( m /s )
GRT DWT Moderat Difficult Favorable Up to 1.000 Up to 541 0,45 0,25 0,20 Up to 5.000 Up to 2705 0,35 0,20 0,15
Up to
10.000 Up to 5410 0,20 0,15 0,10
Larger Ship Larger Ship 0,15 0,10 0,10
b. Energi Bertambat Kapal
a. Displacement weight (W1) (Design Marine Fender Bridgestones)
DWTW
34
1 .................................................................... (2-3)
dengan :
W1 = Displacement weight (ton)
DWT = Dead Weight Tonnage kapal rencana (ton)
b. Additional weight (W2) (Design Marine Fender Bridgestones) Menurut rumus
Stelson Mavils, additional weight yaitu :
wxLxxDW 22 4 ...............................................................(2-4)
dengan :
W2 = additional weight (KN)
D = sarat penuh maksimum (m)
L = panjang kapal (m)
w = berat isi air laut (1,025 t/m3)
c. Virtual weight (W) (Design Marine Fender Bridgestones)
21 W WW ..................................................................... (2-5)
dengan :
W1 = Displacement weight (ton)
W2 = additional weight (KN)
W = Virtual Weight (KN)
d. Faktor Eksentrisitas (Design Marine Fender Bridgestones)
21
1
rd
k
...................................................................... (2-6)
dengan :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
13
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
d = jarak titik tengah kapal dengan titik terjauh sentuh kapal dengan dermaga
dengan garis dermaga (m)
r = jari – jari girasi antara garis vertikal melalui titik tengah kapal dengan garis
horisontal kapal (m).
e. Penentuan Tipe dan Dimensi Fender
Tipe dan dimensi fender rencana harus memenuhi syarat, yaitu :
E (energi bertambat efektif) (ton) < n x Efender (ton)
f. Jarak fender
Spasi fender arah horisontal menurut New Selection of Fender, Sumitomo, pasal
5-1 rumus 9.1 adalah :
2222 hrrl .............................................................. (2-7)
dengan :
L = jarak maksimum antara fender (m)
r = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h = tinggi fender
Gambar 2.9. Instalansi fender
Dalam perhitungan fender, biasanya radius (r) tidak diketahui. Akan tetapi kita dapat
menggunakan panjang (L) dan lebar (B) kapal untuk menghitung jarak antar fender dengan
menggunakan rumus New Selection of Fender, Sumitomo, pasal 5-1 rumus 9.2 di bawah ini :
h
B
LBhl
8222
2
.............................................................. (2-8)
Jadi dipakai jarak antar fender 5 meter.
dengan :
2l = jarak spasi fender
h = tebal fender
B = lebar kapal
L = panjang kapal
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
14
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Apabila data jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak diketahui, maka persamaan
beriku dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghitung
Kapal barang dengan bobot 500 – 50.000 DWT
Log r = - 1,055 + 0,650 log (DWT)
Kapal tanker dengan bobot 5.000 – 200.000 DWT
Log r = - 0,113 + 0,440 log (DWT)
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi
kedalaman air seperti diberikan dalam tabel berikut : Tabel 2.4 Jarak antara fender
Pada konstruksi dermaga yang memakai sistem plat lantai diatas tiang, direncanakan fender
ditempatkan pada gelagar melintang yang ditumpu langsung tiang pancang agar gaya
bertambat kapal dapat diteruskan langsung ke pondasi tiang. Maka jarak fender ditetapkan 5
m (dipasang sesuai jarak tiap portal memanjang).
g. Perkiraaan jumlah fender yang menerima benturan kapal :
= panjang bidang sentuh kapal + 1 fender
Jarak portal
Dimana panjang bidang sentuh secara praktis dapat ditentukan dengan persamaan 1/12
L s/d 1/10 L. Dengan memperhitungkan operasional dermaga, maka fender yang
diperhitungkan untuk menerima benturan sandar kapal hanya satu fender saja. Jarak antar
fender mengikuti jarak balok melintang dermaga.
h. Penentuan Elevasi Fender
Elevasi Tepi Atas Fender
tg
xHHhi masks
........................................................(2-9)
dengan :
hi = jarak atas fender (m)
H = tebal fender (m)
maks = susut kemiringan tebal fender (0)
i. Elevasi Tepi Bawah
Penentuan elevasi tepi bawah fender yaitu :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
15
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Elevasi tepi bawah = El. Top of fender – Lfender
j. Penentuan energi yang diserap fender (Efender)
a. Energi yang diserap fender (Efender)
xLs2
EE ijin
.................................................................. (2-10)
dengan :
Eijin = Energi yang diserap fender (KNm)
E = Energi yang bertambat efektif (KNm)
Ls = panjang bidang sentuh (m)
k. Gaya reaksi tiap fender (R)
Rijin= 'LsL
Rn .................................................................(2-11)
dengan :
Rijin = reaksi tiap fender (KN)
Rn = karakteristik fender rencana (ton/m)
Nilai Rn ditentukan berdasarkan kurva karakteristik fender rencana
L = panjang fender
Ls = panjang bidang sentuh kapal pada fender (m)
2.3.2.2 Beban Bertambat Kapal (Mooring Force)
Kekuatan boulder ditentukan berdasarkan pengaruh gaya akibat angin dan arus yang
bekerja pada kapal yang sedang bertambat. Arah angin yang berhembus meninggalkan
dermaga akan menyebabkan gaya tarikan kapal pada boulder. Apabila cuaca sangat buruk,
kapal tidak dapat bertambat untuk lego jangkar, sehingga kekuatan boulder ditentukan atas
dasar kecepatan angin dan arus maksimum yang diijinkan.Gaya tambat kapal akibat pengaruh
angin
a. Tekanan angin (P)
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 diketahui Tekanan
angin untuk bangunan dekat pantai sebesar 40 kg/m2, sedang kecepatan arus dominan yaitu
dari arah 30° dengan kecepatan 0,307 m/s.
b. Gaya akibat pengaruh angin (R)
Gaya angin dihitung menurut Design Manual Marine Fender Design-33, yaitu :
R = 0,5xρxCxU2x(Acos2θ+B sin2θ)............................................. (2-12)
dengan :
R = gaya angin (kg)
ρ = berat jenis udara (0,123 kg.sec2/m4)
C = koefisien angin = 0,9 + 0,4 = 1,3
U = kecepatan angin (m/s)
A = luas bagian depan/frontal kapal di atas permukaan angin (m2)
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
16
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
B = luas bagian samping / lateral kapal di atas permukaan angin (m2).
θ = sudut arah angin terhadap sumbu kapal
c. Gaya tambat kapal akibat pengaruh arus
Akibat arus dihitung menurut Technical Standards for Port and Harbour Facilities in Japan
(2002) pasal 2.2.3.4, yaitu :
Dianggap arah arus datang menuju haluan kapal.
2f 0.0014xSxV R ................................................................... (2-13
dengan :
Rf = gaya arus maksimum (kN)
S = luas permukaan basah (m2)
D = Daerah di bawah garis sarat kapal
= Loa x 1/3D (full load draft)
Vt = kecepatan arus (m/s)
.
Dianggap arah arus datang menuju sisi kapal
xBxCxVpR 205.0 ................,...................................................(2-14)
dengan :
R = gaya arus maksimum (kg)
P0 = berat jenis air laut (1,03 t/m3)
C = Koefisien Tekanan air
Vt = kecepatan arus (m/s)
B = Sisi diperkirakan daerah lambung bawah permukaan air (m2)
d. Menentukan posisi boulder pada dermaga
Penentuan posisi boulder berdasarkan ketentuan Standard Design Criteria for Ports in
Indonesia (1984), Tabel 7.5 hal. 33 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.10. koefisien tekanan arus
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
17
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tabel 2.5. Ketentuan Penetapan Boulder
e. Menentukan Kapasitas Bollard
Berdasarkan tabel 2.21 dari OCDI, Technical Standarts and Commentaries for Port and
Harbour Facilities in Japan 2002, maka didapatkan kapasitas bollard yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.6. Gaya tarik kapal
Gross Tonnage of Ship ( GT )
Tractive Force on Bollard (ton)
200 < GT ≤ 500 15
500 < GT ≤ 1000 25 1000 < GT ≤ 2000 25 2000 < GT ≤ 3000 35
Gross Tonnage of Ship
( GT )
Tractive Force on Bollard (ton)
3000 < GT ≤ 5000 35 5000 < GT ≤ 10000 50
10000 < GT ≤ 20000 70
20000 < GT ≤ 50000 100 50000 < GT ≤ 100000 100
f. Perencanaan dimensi boulder
Menghitung reaksi – reaksi yang bekerja pada boulder untuk menentukan luas angker
boulder dan menentukan diameter angker boulder dengan menggunakan rumus :
4
1
Asd
.....................................................................................(2-15)
dengan :
d = diameter boulder (mm)
As = luas angker boulder (mm3)
Menentukan tebal plat boulder dengan menggunakan rumus :
D
Mt
61
....................................................................................(2-16)
Gross Tonnage of
Ship (GT)
Max. Spacing
of Bollard (m)
Min. Number
of Instalation
per Berth
1001 - 2000 10 – 15 4
2001 - 5000 20 6
5001 – 20000 25 6
20001 - 50000 35 8
50001 - 100000 45 8
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
18
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
g. Menentukan panjang penjangkaran baut boulder
Panjang penjangkaran baut boulder menurut BDM PPTJ pasal 5.9.2 bahwa nilai yang
diperhitungkan untuk panjang penyaluran dalam tarikan yaitu dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
b
b
sy
tsf dxkfcda
AbfkkL 1
21
. 25'2
...
......................................................(2-17)
dengan :
k1 = 1,0 k2 = 2,4
Ab = luas penampang batang tulangan
db = diameter tulangan
2a = dua kali selimut pada batang tulangan, atau jarak bersih antara
berdekatan yang mengembangkan tegangan, nilai mana lebih kecil.
2.3.2.3 Beban Gempa
Beban Gempa merupakan salah satu beban horisontal yang bekerja pada struktur
dermaga dan trestel. Pengaruh beban gempa pada struktur dermaga dan trestel yang
diterima oleh tiap portal yang diteruskan ke pondasi.
Adapun ketentuan yang digunakan dalam perencanaan pembebanan beban gempa di
sesuaikan dengan Rancangan Standar Nasional Indonesia, Perencanaan Jembatan
Terhadap Beban Gempa (RSNI3-2013). Dan struktur direncanakan dengan metode Sistem
Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) dengan analisa gempa respons spektrum.
Prosedur perencanaan beban gempa adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai PGA, Ss, S1, untuk gempa 7% dalam 75 tahun (1000 tahun)
a. Nilai percepatan puncak dibatuan dasar (PGA)
Gambar 2.3. Peta percepatan puncak di batuan dasar (PGA) untuk probalilitas terlampui
7% dalam 75 tahun (RSNI) Gempa Jembatan hal.14)
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
19
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
b. Nilai parameter respons spektral percepatan gempa untuk T=0,2 dtk (Ss)
Gambar 2.4. Peta respon spektra percepatan 0.2 detik di batuan dasar untuk probalilitas
terlampui 7% dalam 75 tahun
c. Nilai Lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon dinamik
spesifik (S1)
Gambar 2.5. Peta respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar untuk probalilitas
terlampui 7% dalam 75 tahun
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
20
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Berdasarkan RSNI3-2013 Pembebanan Gempa untuk Jembatan tabel Kelas Situs
hal.18
Tabel 2.7 Kelas situs(RSNI Gempa Jembatan hal.18)
Berdasarkan RSNI3-2013 Pembebanan Gempa untuk Jembatan tabel Kelas Situs
hal.18. Penentuan kelas situs berdasarkan nilai Nrata-rata. Dengan melihat data borlog
tanah, Nilai Nrata-rata dapat ditentukan.
Menentukan nilai FPGA/Fa
Tabel 2.8. Faktor Amplifikasi untuk periode 0 detik dan 0.2 detik (FPGA/Fa) (RSNI Gempa
Jembatan hal.19)
Dari gambar 2.3 diperoleh nilai PGA dimasukan tabel 2.8, dengan interpolasi didapat
nilai FPGA
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
21
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Menentukan nilai Fv
Tabel 2.9. Faktor Amplifikasi untuk periode 1 detik (Fv) (RSNI Gempa Jembatan hal.19)
Dari gambar 2.4 diperoleh nilai S1 dimasukan tabel 2.13, dengan interpolasi didapat nilai
Fv
Menentukan nilai SD1 = Fv x S1 .................................. (2-18)
Menentukan respons spektrum rencana
Gambar 2.6. Bentuk tipikal respons spektra di permukaan tanah (RSNI gempa jembatan
hal.20)
Menentukan nilai As = FPGA x PGA ........................... (2-19)
Menentukan nilai SDS = FA x Ss ........................... (2-20)
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
22
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tabel 2.10. Faktor modifikasi respons (R) untuk bangunan bawah
Tabel 2.11. Faktor modifikasi respons (R) untuk hubungan antar elemen struktur
2.3.2.4 Spring Konstan
Beban atau reaksi lapisan dibawah permukaan tanah dalam arah mendatar. Dengan
mencari nilai koefisien k, dengan langkah – langkah sebagai berikut :
Spring konstan (kv) dihitung dari rumus yang diambil dari Mekanika Tanah dan
Teknik Pondasi, Suyono S, Kazuto Nakazawa hal. 109 dengan persamaan, sebagai
berikut :
10
28*NEo ……………………...……… (2-21)
4/3..2,00 DEk o ……………………………(2-22) 2/1* ykokx ………………………………….. (2-23)
Spring konstan = kx * D * Li …… ……….… (2-24)
Dimana :
ko = modulus reaksi horisontal yang harganya konstan sepanjang tiang terbenam.
k = koefisien reaksi tanah dibawah permukaan dalam arah mendatar.
y = besarnya pergeseran yang akan dicari (cm) = 1 cm
Eo = modulus deformasi tanah pondasi, Eo = 28 N
N = nilai diambil dari percobaan penetrasi standar (standar penetrasi test) sepanjang l m.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
23
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Li = panjang tiang yang dihitung
D = diameter tiang (cm)
2.3.3 Kombinasi Pembebanan
Di dalam Standard Design Criteria For Port in Indonesia, Januari (1984) tidak mengatur
cara kombinasi pembebanan tetapi hanya mengatur besarnya beban-beban yang bekerja.
Sedangkan pada Technical Standards For Port and Harbour Facilities in Japan (1980), pasal
8.3 ayat 1 disebutkan bahwa beban gempa, angin dan gaya tarik boulder dianggap sebagai
beban pada kondisi khusus, yaitu beban sementara. Dalam perencanaan ini dipergunakan
beberapa kombinasi beban sebagai berikut :
1. COMBO 1 = 1.3D+2L
2. COMBO 2 = 1.3D+2C+2L
3. COMBO 3 = 1.3D+2C+2B
4. COMBO 4 = 1.3D+2C+2L+2M
5. COMBO 5 = 1D+0,5L±SL
6. COMBO 6 = 1D+1C±SL+1M
7. COMBO 7 = 1D
8. COMBO 8 = 1D+1L
9. COMBO 9 = 1D+1C
10. COMBO 9 = 1D+1L+1C
11. COMBO 10 = 1D+1C+1B
12. COMBO 11 = 1D+1C±SL
13. COMBO 12 = 1D+1C+0,5L±SL
dimana :
DL = Dead Load (beban mati)
SL = Seismic Load (beban gempa)
BL = Berthing Load (beban benturan)
LL = Live Load (beban hidup)
ML = Mooring Load (beban tambat)
WL = Wave Load (beban gelombang)
CL = Crane Load (beban Container Crane)
2.4 Dimensi Struktur
Struktur Dermaga terdiri dari truktur atas (Pelat, Balok memanjang dan balok melintang)
dan struktur bawah ( Poer dan Tiang pancang).
2.4.1 Dimensi Struktur Atas
2.4.1.1 Dimensi Pelat
Perhitungan kekuatan plat lantai dermaga terlentur berdasarkan Panduan
Perencanaan Teknik Jembatan BMS 1992 Tabel 5.2 hal.5-4, harus mempunyai tebal
minimum (D) :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
24
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
ts ≥ 200 mm ....................................................................................(2-25)
ts ≥ 100 + 40 L mm........................................................................(2-26)
dengan :
ts = tebal plat lantai (mm)
L = bentang plat lantai antara pusat tumpuan (m)
2.4.1.2 Dimensi Balok
Pada struktur dermaga Bagendang ini direncanakan terdapat balok yang terletak
dibawah plat lantai yang berupa balok melintang dan balok memanjang. Dalam perencanaan
balok melintang dan balok memanjang ini digunakan 2 dua metode pendekatan yaitu Bridge
Design Manual BMS part 3 section 5 hal 5-4 dan metode keretakan akibat beban yang
bekerja melebihi beban rencana (beban ultimate).
a. Metode BMS
Tinggi efektif gelegar (balok melintang dan balok memanjang) dengan kekakuan memadai
direncanakan dengan ketentuan sebgai berikut :
D > 165 + 0.066 L …………...................................................(2-27)
Dengan :
D = tinggi gelagar (balok melintang dan memanjang )
L = panjang gelagar (balok melintang dan memanjang )
Tinggi gelegar menerus adalah 90% dari tingi bentang sederhana diatas
b. Metode kontrol kelangsingan balok
Berdasarkan Peraturan Panduan Perencanaan Teknik Jembatan BMS 1992 pasal 6.5.8.2
hal.6-4, kontrol kelangsingan minimum balok atau gelagar digunakan rumus sebagai berikut : ��
����< 240
����
�................................................................................(2-28)
��
����< 600 .......................................................................................(2-29)
Dengan :
Lt = jarak antar pengekang melintang (mm)
beff = lebar balok (mm)
D = tinggi total balok (mm)
2.4.2 Dimensi Struktur Bawah
2.4.2.1 Dimensi Tiang Pancang
Jenis pondasi pada struktur bangunan bawah dermaga direncankan menggunkan
tiang pancang baja. Dalam perencanaan dimensi tiang pancang dilakukan cara coba-coba
(trial and error) dengan menggunkan program SAP 2000 dicari kemungkinan model struktur
yang mengalami defleksi terkecil, dengan mempertimbangkan :
Model struktur potongan melintang
Susunan tiang pancang
Banyak sedikitnya tiang pancang
Modifikasi tiang pancang
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
25
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Penentuan lokasi penjepitan tiang pancang merupakan asumsi panjang penjepitan tiang
pancang yang akan digunakan dalam input program SAP 2000.
enentuan lokasi penjepitan tiang pancang merupakan asumsi panjang penjepitan tiang
pancang yang akan digunakan dalam input program SAP 2000. Panjang penjepitan (lo)
dihitung dari rumus L.Y Chang (Standard teknis untuk Sarana – Sarana Pelabuhan di Jepang,
Maret 1995 hal.142-144) diperoleh rumusan sebagai berikut :
� = ����
���.
�................................................................................................(2-30)
��� =�
�(����� �� ��
����+ �)........................................................................(2-31)
��� =�
�(����� �� ��
����)................................................................................(2-32)
kh=0.15 N........................................................................................(2-33)
Keterangan :
E = Modulus elastisitas tiang = 2 x 10�( kg/cm²)
I = Momen inersia tiang (�� �)
H = Tinggi pembebanan
kh = modulus reaksi horisontal yang harganya konstan sepanjang tiangterbenam diperoleh
dari Technical Standards For Port and Harbour Facilities in Japan 1980 hal. 214
D = diameter tiang (cm)
Untuk memperhitungkan pengaruh teknik baik selama pemancangan maupun saat memikul
beban permanen, diambil persyarat teknis menurut Technical Standards For Port and Harbour
Facilities in Japan 1980 sebagai berikut :
7060D
Ltekuk ....................................................................... (2-34)
dengan:
L = panjang tiang yang berpengaruh tekuk (mm)
D = panjang diameter tiang (mm)
2.4.2.2 Dimensi Pile Cap ( Poer)
Poer (pile cap) yang berfungsi untuk sebagai kontruksi penahan eksentrisitas di
lapangan. Penentuan ini dimensi poer dalam perencanaan nya mengandalkan kekakuan pile
cap. Sedangkan dalam pemasangan tiang pancang diperhitungkan pengaruh korosi.
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan BMS 1992 Pasal 4.5.7.9 hal.4-40 adalah daerah
pasang surut derajat korosi untuk perencanaan dapat digunakan dua kali 0.08 mm.
2.5 Analisa Struktur Dan Penulangan
Analisa struktur dermaga, meliputi analisa struktur plat dan penulangan, analisa
struktur balok dan penulangannya, kontrol stabilitas plat dan balok, penulangan poer dan
shear ring dan perhitungan daya dukung struktur bawah yang secara lebih detail diberikan di
bawah ini.
2.5.1 Analisa Struktur Plat
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
26
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Analisa struktur Plat dengan menggunakan program SAP 2000 untuk mendapatkan
gaya-gaya yang bekerja pada struktur (momen lapangan dan momen tumpuan arah x dan y).
2.5.1.1 Penulangan Plat Lantai Dermaga.
Kekuatan plat lantai terlentur direncanakan menggunakan tulangan rangkap dengan
penulangan lentur. Penulangan plat dermaga dan trestel dihitung dengan mengambil gaya
momen terbesar dari kombinasi beban yang dianalisa dengan SAP 2000.
Baja tulangan ϕ< 13 mm, fy = 240Mpa
Baja tulangan ϕ >= 13 mm, fy =400Mpa
Mn = Mu/φ ........................................................................... (2-35)
m =fy/0.85.fc' ........................................................................ (2-36)
Rn =Mn
b. d2 ............................................................................. (2-37)
Rasio tulangan minimum :
ρmin =1.4/fy ..................................................................... (2-38)
���� = �,��.��.���
��. �
���
������� ……………………. (2-39)
ρb =0,75 ρmax ................................................................... (2-40)
Ast = ρ. b. d .......................................................................... (2-41)
Cek kemampuan nominal :
T =Ast .fy ............................................................................ (2-42)
a =T/ (0.85 .fc' . b) .................................................. (2-43)
φMn = φ.T x ( d- a/2) ........................................................... (2-44)
2.5.1.2 Kontrol Stabilitas Plat Lantai Dermaga
Kontrol Stabilitas pada Plat meliputi tinjauuan terhadap retak dan lendutan sebagai
berikut :
Kontrol stabilitas Retakan
Kontrol stabilitas Retakan pada plat bertulang terlentur Berdasarkan Peraturan
Perencanaan Teknik Jembatan, BMS (1992) pasal 5.3 adalah bahwa retakan
pada pelat yang terlentur, bisa dianggap terkendali bila jarak pada titik berat ke
titik berat tulangan pada masing-masing arah tidak melampaui harga terkecil
dari D atau 300 mm. Maksudnya adalah tulangan yang berdiameter kurang dari
setengah diameter tulangan terbesar pada penampang harus diabaikan.
Kontrol stabilitas Lendutan
Batas Lendutan berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS
(1992) pasal 5.3 lendutan untuk plat dan gelagar harus dibatasi sedemikian
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Lendutan akibat pengaruh tetap (lawan lendut atau lendutan) adalah dalam
batas yang wajar, yaitu :
0 < Δ < L/300 .............................................................(2-45)
dengan :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
27
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Δ = lendutan yang terjadi
2. Lendutan pada beban hidup layan, termasuk kejut, yaitu :
Δ < L/800 (untuk bentang ) .........................................(2-46)
Δ < L/400 (untuk kantilever) .......................................(2-47)
3. Lendutan Sesaat dan Lendutan jangka Panjang
Berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS (1992) pasal 5.3,
lendutan sesaat ditentukan sebagai berikut :
- Menentukan Lendutan sesaat dari analisa struktur SAP. 2000 akibat
pengaruh beban tetap dan sementara
- Menentukan lendutan jangka panjang berdasarkan Peraturan Perencanaan
Teknik Jembatan, BMS (1992) pasal 5.3, untuk menentukan nilai jangka
panjang (ΔLT) pada pelat bertulang (dan gelagar) lendutan sesaat akibat
beban tetap maupun sementara yang ditinjau dengan nilai pengali Kcs dengan
ketentuan sebagai berikut :
1,2 2,0 Kcs8,0
Ast
Asc
….................................................(2-48)
Dengan Asc/Ast pada gelagar menerus diambil pada tengah bentang.
2.5.2 Analisa Struktur Balok
Analisa struktur dermaga dengan menggunakan program SAP 2000 untuk
mendapatkan gaya aksial, geser, momen, defleksi dan rotasi yang terjadi pada struktur
dermaga yang kemudian akan digunakan untuk mengetahui daya kekuatan dan daya layan
Balok.
2.5.2.1 Penulangan pada Balok
Penulangan diperhitungkan terhadap lentur, geser, torsi dan lendutan yang terjadi
dengan beban yang sesungguhnya serta kontrol letak pada penampang balok.
a. Penulangan Lentur
Penulangan lentur balok dilakukan dengan cara yang sama dengan penulangan
lentur plat sebgai berikut:
Mn = Mu/φ ................................................................... (2-49)
Ast = ρ. b. d ................................................................... (2-50)
Cek kemampuan nominal :
T =Ast .fy ..................................................................... (2-51)
a =T/ (0.85 .fc' . b) ....................................................... (2-52)
φMn = φ.T x ( d- a/2) .................................................... (2-53)
b. Penulangan Geser
Perencanaan terhadap geser didasarkan mengacu pada SNI Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton Untuk Gedung SNI 2847-03-2002, pasal 13.
��� ≥ �� ...................................................................... (2-54)
Dan Vn adalah gaya geser terfaktor yang dihitung menurut :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
28
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
�� = �� + �� .............................................................. (2-55)
Sedangkan Vc adalah kuat geser yang disumbangkan oleh beton yang dihitung
menurut :
�� = �
�. ���′. �� . � ............................................... (2-56)
Perencanaan tulangan geser pada dasarnya dibagi atas beberapa kondisi sebagai
berikut :
Cek kondisi :
Kondisi 1 :
Vu ≤ φ Vc ....................................................................... (2-57)
Tidak perlu tulangan geser
Kondisi2:
0,5φ.Vc < Vu ≤ φ.Vc ..................................................... (2-58)
Tulangan geser minimum
Kondisi3:
φ.Vc < Vu ≤ φ.(Vc +Vsmin)............................................ (2-59)
Tulangan geser minimum
V�(m in) = �.�� .�
�
Kondisi4:
φ.(Vc+Vsmin) < Vu ≤ φ.(Vc +�
������� . �)................... (2-60)
Perlu tulangan geser
V�(m in) = �.�� .�
�
Kondisi5:
φ.( .(Vc +�
������� . �) < Vu ≤ φ(Vc +
�
������� . �...... (2-61)
Perlu tulangan geser
V�(m in) = �.�� .�
�
Kondisi6:
Vs > �
������� . �............................................................ (2-62)
Perlu Perbesar Penampang
Perhitungan tulangan geser :
Vs = Vn – Vc ......................................................................... (2-63)
�� = ��.��.�
� ........................................................................ (2-64)
�����
� =
���
�+
��
� ................................................................... (2-65)
Sedangkan nilai Av total minimum adalah :
�� + 2 �� = 75. ���′�� .�
����.��� …………………………..(2-66)
dan nilai Av + 2 At tidak boleh kurang dari :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
29
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
�
� ��
�
��� ............................................................................ (2-67)
Kontrol spasi :
S maksimum : d/4 dan ≤ 300mm …………………………… (2-68)
c. Penulangan Terhadap Torsi
Tu dapat diabaikan jika lebih kecil dari : � ����
�� �
����
���� ..................................................................... (2-69)
Kontrol Dimensi penampang :
����
�. ��
�
+ ���.��
�.�. ���� ��
≤ � ���
�. �+
�
����′�……………….... (2-70)
....................................... (2-71)
Tulangan Puntir tambahan untuk menahan geser harus direncanakan dengan
menggunakan persamaan :
�� = �. �� . ��. ���
� . cot � ........................................................ (2-72)
Tulangan puntir tambahan untuk tulangan memanjang :
�� =��
� �ℎ .
���
��� . ���� � ..................................................... (2-73)
Sedangkan tulangan puntir memanjang tidak boleh kurang dari :
����� = � ���′ . ���
�� ��� − �
��
�� �ℎ .
���
��� ..................................... (2-74)
Luas tulangan tambahan kemudian disebar merata ke 4 sisi balok.
2.5.2.2 Kontrol Stabilitas Balok
Kontrol retakan Balok
Retak pada pla t terjadi disebabkan oleh momen yang bekerja pada plat tersebut,
untuk menghindari bahaya retak pada plat tersebut perlu dilakukan kontrol retak pada balok
yang mempunyai lebar 800mm dan tinggi 1000 mm. Berdasarkan Peraturan Perencanaan
Teknik Jembatan, BMS (1992) pasal 6.7.4.1. sampai 6.6.3.10 hal 6-83 adalah bahwa retakan
pada balok bertulang bisa dianggap terkendali bila :
1. Jarak tulangan dari pusat ke pusat (s’) dekat muka yang tertarik dari balok tidak
melebihi 200 mm ( s’ < 200 mm ).
2. Jarak dari tepi atau dasar balok ke pusat tulangan memanjang ( dc’ ) jangan lebih dari
100 mm (dc’ < 100 mm).
Kontrol Lendutan Balok
Berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS (1992) pasal 6.7.4.1.
sampai 6.6.5.4. Lendutan pada balok diangggap memenuhi persyaratan yang ada bila
perbandingan dengan tinggi efektif tidak lebih besar dari harga yang ditentukan berikut ini :
0,85 .β1. fc' .
fy�
600
600 + ���
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
30
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3/1
..2 .
./1
fed
cefefef
Fk
EbLk
d
L
……........………………...…..……….(2-75)
dengan :
Δ / L ef = batas lendutan yang dipilih sesuai dengan pasal 6.2.2.3 yaitu L / 800
F d.e.f = beban rencana efektif untuk setiap unit panjang , diambil sebesar :
F d.e.f = ( 0,1 + Kcs ) W + q ………….................…………….....(2-76)
Dengan :
W = Beban mati dan q beban hidup .
K1 = Lef / (b.d3) = 0,045 untuk penampang segi empat.
K2 = konstanta lendutan untu balok menerus dimana pada bentang yang berdekatan
perbandingan bentang panjang dan bentang pendek tidak melampaui 1,2 dan tidak ada
bentang tepi yang lebih panjang dari bentang tengah , nilai K2 = diambil sebesar 1/384
untuk bentang tengah dan 1/385 untuk bentang tepi.
2.5.3 Penulangan Poer
Penulangan pada poer (pile cap) adalah penulangan dengan menggunakan rumus sesuai dengan metode penulangan plat dan balok dermaga.
2.5.3.1 Penulangan pada Shear Ring
Shear Ring merupakan alat pemersatu bahan beton (balok poer) dengan baja (tiang pancang). Langkah-langkah penulangan pada shear ring adalah sebagai berikut :
a. Menentukan kekuatan beton di dalam tiang
�� = 0.85 ∙ ��′ ∙ � ∙ �…………………………......(2. 71)
� = �
�∙ � ∙ (� − 2 ∙ �)�………………………….…(2.72)
� < �� (OK)……………………………….………(2.73) Dimana : Vc = Kekuatan Beton (Ton) P = Gaya yang terjadi pada tiang di ambil dari output SAP 2000 (ton) A = Luas penampang tiang pancang (mm2)
b. Menentukan luas tulangan yang di salurkan dari struktur atas.
As����� = �������∙��������
�� ��������………………………..….(2.74)
������� = � ∙ �� ∙�
�∙ �…………………………….(2.75)
������� > ������� (��)……………………...….(2.76) Dimana : n = Jumlah taksiran tulangan D = Diameter taksiran tulangan (mm)
c. Menentukan panjang penyaluran dari struktur atas.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
31
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Nilai yang diperhitungkan untuk panjang penyaluran dalam tekan yaitu dihitung dengan rumus sebagai berikut:
��� = �� ∙��
�����′�……………………………….….(2.77)
d. Menentukan pengait base plate di dasar beton
P = (A� ∙ T� ∙ Bj Beton)+ (A� ∙ t� ∙ BJ Baja)…(2.78)
Ap = �
��∙
�
�…………………………………….(2.79)
= ��∙��
π…………………………………...(2.80)
Dimana : At = Luas penampang tiang (mm2) Tc = Tebal tiang pancang (mm) Bj Baja = Berat jenis baja (7850 kg/m3) Bj Beton = Berat jenis beton (2500 kg/m3) n = Jumlah pengait Tb = Tebal base plate (mm) = Diameter kebutuhan pengait (mm)
2.5.3.2 Kontrol Kekuatan Ring
Penentuan kekuatan ring menggunakan persamaan sebagai berikut ;
V shear ring = n x luas penampang shear ring 0,85……..................(2-81)
dengan :
n = jumlah banyaknya shear ring
Kontrol retak beton
Vc > Vu Ok! Tidak retak.........................................................(2-82)
Kontrol kekuatan las
(keliling las x tebal las) x e x n..................................................(2-83)
dengan :
n = jumlah banyaknya shear ring
Luas panjang penyaluran dari tiang ke struktur atas (beton) secara praktis dihitung
sebagai berikut :
A tiang x fsy tiang = Ast perlu x fsy tulangan......................(2-84)
Panjang penyaluran (ld)
b
b
sy
tsf dxkfcda
AbfkkL 1
21
. 25'2
...
....………...................................(2-85)
dengan :
k1 = 1,0
k2 = 2,4
Ab = luas penampang batang tulangan
Db = diameter tulangan
2a = dua kali selimut pada batang tulangan, atau jarak bersih antara
berdekatan yang mengembangkan tegangan, nilai mana lebih kecil.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
32
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2.5.4 Perhitungan Daya Dukung Struktur Bawah
2.5.4.1 Perhitungan Daya Dukung Vertikal Tiang Pancang
Perhitungan tiang pancang (pondasi) meliputi :
1. Pembebanan
Berdasarkan hasil perhitungan struktur utama dengan menggunakan program SAP
2000, maka dapat dihitung gaya-gaya yang bekerja pada tiang pancang tegak dan
miring.
2. Data tanah
Dari hasil penyelidikan tanah dengan Standard Penetration Test (SPT), diperoleh data-
data yang diperlukan untuk perhitungan daya dukung tiang pancang.
3. Perhitungan Daya dukung tanah menggunakan perumusan dari Mekanika Tanah dan
Teknik Pondasi (2000) hal.99-107 Ir. Suyono Sosro Darsono karena jenis tanah yang
dominan di Pelabuhan Bagendang Sampit adalah tanah lunak dengan rumus sebagai
berikut :
a. Daya dukung ujung tiang pancang tentukan nilai L/D Dimana : L = Panjang Penetrasi tiang D = Diameter Tiang Diperoleh : ��
�
Daya dukung ujung Tiang : Qd x A…………………………………….....(2.86)
b. Gaya Geser Maskimum Dinding Tiang
Ra = �
�R� ………………………………......(2.87)
Ra = �
�(Rp + Rf)…………………………....(2.88)
Rf = ∑ �i ∙ U……………………………...…(2.89)
�i = �
�≤ 10…………………………...….…(2.90)
Dimana : n = Faktor keamanan, disini dipakai sesuai dengan Technical Standards For Port
and Harbour Facilities in Japan Ra = Daya dukung yang diijinkan Ru = Dukung batas pada tanah pondasi ( ton ) Rp = Luas penampang tiang N = Nilai SPT Rf = Gaya geser dinding tiang ( ton ) Fi = Intensitas Gaya Geser Maksimum dinding tiang U = keliling tiang
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
33
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tabel 2.12. Tabel perkiraan qd untuk tiang yang dicor ditempat
Tabel 2.13. Intensitas gaya geser dinding tiang
2.5.4.2 Perhitungan Daya Dukung Akibat Beban Horisontal
Daya dukung horisontal dihitung berdasarkan beban pergeseran normal yang diijinkan
pada kepala tiang, yaitu pergeseran paling maksimum pada ujung tiang. Bila besarnya
pergeseran normal sudah ditetapkan, maka daya dukung mendatar yang diijinkan dapat
ditentukan berdasarkan Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Suyono S, Kazuto
Nakazawa, dengan persamaan berikut ini :
�� = � ��. ��
�� �� . �� ............................................................................... (2-96)
dengan :
Ha = kapasitas daya dukung horisontal tiang
E = modulus elastisitas bahan
I = momen inersia penampang
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
34
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
δ = pergeseran normal (diambil sebesar 1 cm)
k = koefisien reaksi tanah dasar
= ko. y-0,5 ................................................................................. (2-97)
ko = 0,2 Eo. D-3/4 ( nilai k apabila pergeseran diambil sebesar 1 cm) .... (2-98)
y = besarnya pergeseran yang dicari
Eo = modulus elastisitas tanah
= 28 N ....................................................................................... (2-99)
h = tinggi tiang yang menonjol di atas permukaan tanah
β = ��.�
� � �
��
................................................................................. (2-100)
2.5.4.3 Safety Faktor Daya Dukung Tiang
Digunakannya angka keamanan dalam menentukan daya dukung tiang pancang
dimaksudkan untuk mengantisipasi kesukaran – kesukaran dalam menentukan sifat –sifat
tanah ditempat dan didekat tiang pancang setelah tiang pancang tersebut dipancang atau
diberlakukan dengan cara lain. Angka keamanan daya dukung tiang pancang menurut
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Ir. Suyono adalah sebagai berikut :
Tabel 2.12. Angka Keamanan
Kekuatan tiang menahan beban vertikal dihitung menurut peraturan PPBBI Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, pasal 4.1.1, sehingga kekuatan tiang baja dihitung
dengan persamaan :
�� ≥ ��
� .......................................................................................... (2-101)
Dengan :
�� = tegangan ijin baja
N = gaya tekan pada tiang
A = Luas Penampang tiang
2.5.5 Perhitungan Turap
Konstruksi turap dapat dogolongkan berdasarkan jenis dinding turapnya sebagai berikut
a. Turap dengan tiang tegak dan papan turap
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
35
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
b. Turap yang terbuat dari deretan tiang-tiang
c. Turap dari beton yang dicor ditempat, sehingga merupakan tembok dibawah tanah
Dalam merencanakan turap baja syarat-syarat perencanaan ditetapkan berdasarkan data
survai, kemudian sebagai labgkah permulaan diperkirakan bentuk penampang bendungan.
Kemudian dihitung beban yang bekerja. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Ciri-ciri topografi dilapangan
b. Tanah pondasi
c. Syarat hidrolis
2.5.5.1 Tekanan tanah
Tekanan tanah yang dipakai untuk menghitung penampang papan turap, turap baja,
waling, penompang dan lainnya. Tekanan tanh yang dipakai untuk menghitung bagian-bagian
konstruksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 2.7. Pembagian tanah yang digunakan untuk menghitung penampang bagian
konstruksi
Tekanan tanah yang bekerja pada dinding turap, tanpa mengindahkan tekstur tanah,
dianggap akan menambah kedalaman tanah dan koefisien tekanan lateral dianggap sesuai
dengan gambar dibawah ini
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
36
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 2.8. Tekanan tanah yang dipakai untuk menghitung penampang bagian
konstruksi
Tekanan tanah yang dipkai untuk mengitung penampang tiang penopang wailing dapat
dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 2.9. Tekanan tanah yang dipakai untuk menghitung penampang penopang dan
wailing
Dengan memperhatikan perbedaan antara tanah pondasi yang berpasir dengan tanah
pondasi yang kohesif, maka sulit sekali membuat perbedaan yang jelas antara kedua jenis
tanah tersebut. Ada beberapa kriteria untuk menentukannya. Salah satu kriteria tersebut
menyebutkan, bila index plastisitas tanah pondasi lebih besar dari batas index plastisitas
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
37
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
sebesar 10, maka tanah pondasi dianggpa kohesif, dan apabila lebih kecil dari batas index
dianggap sebagai tanah bepasir.
Tekanan tanah yang dipakai untuk mengitung stabilitas papan turap dan turap baja,
dipakai persamaan tekanan berikut ini
Dimana :
Pa : tekanan tanah aktif (t/m2)
Pp : tekanan tanah pasif (t/m2)
q : beban yang harus ditahan (t/m2)
γ : berat volume tanah dibawah air (t/m3)
h : jarak dari permukaan tanah (m)
ϕ : sudut geser dalam untuk tanah (0)
c : kohesi tanah ((t/m2)
2.5.5.2 Tekanan air
Tekanan air yang bekerja pada dinding turap yang kedap air seperti turapa, disalurkan
menurut pola segitiga seperti yang diperlihatkan dalam gambar dibawah ini
Gambar 2.10. Tekanan air yang bekerja pada turap baja
Tinggi muka iar yang diperkirakan untuk perencanaan adalah tinggi muka air
maksimum yang diperkirakan selama pelaksanaan pekerjaan dan merupakan tinggi muka air
tanah untuk dinding turap.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
38
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2.5.5.3 Perencanaa panjang pemancangan
Gambar 2.11. Titik penumpu virtuil dan dalam kesetimbangan
Panjang pemancangan adalah bagian tiang pancang yang dipancangkan, ditekan
ketempat galian bersmaan dengan waktu galian dilakukan. Supaya keadaan ini dpat dicapai,
panjang pemancangan tiang harus cukup supaya tekanan pasir dapat bekerja. Cara
kesetimbangan batas, dimana panjang pemancangan dapat diperoleh dengan menyelidiki
keimbangan antara momen akibat tekanan aktif (Ma) dan akibat tekanan pasif (Mp), diukur
dari penompang yang paling bawah pada kedalamn tertentu.
Ma = Mp
Pa x ya = Pp x yp
Dimana :
Ma : momen tekanan aktif
Mp : momen tekanan pasif
Pa : tekanan tanah akftif
Pp : tekanan tanah pasif
Ya : jarak tekanan aktif
Yb : jarak tekanan pasif
Panjang pemancangan turap diperkirakan 1,2 kali dalamnnya keseimbanagan.
Sedangkan untuk turap baja diperkirakan 1,2 kali dalamnya keseimbangan tetapi panjang
pemancangan sebaiknya lebih dari 3 m.
2.5.5.4 Perhitungan penampang
Penampang turap harus direncanakan sedemikian rupa sehingga aman terhadap lenturan
akibat tekanan tanah. Perhitungan penampang ini tidak berkaitan langsung dengan dalamnya
pemancangan.
Panjang bentang untuk momen lentur dianggap sebagai jaeak antara penompang
terbawah setelah penggalian selesai atau penompang terbawah tepat sebelum pemasangan
dilakukan dan merupakan titik tumpuan perkiraan belaka untuk setiap keadaan.
Tahanan dinding tiang pada bagian tekanan pasif bekerja bila didalamnya keseimbangan
telah diperoleh dari perhitungan stabilitas untuk menentukan panjang pemancangan tiang.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
39
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tekanan tanah dan teknan air bekerja sebagai beban. Tekanan tanah yang bekerja pada
bagian turap yang terpancang didalam tanah tidak boleh diabaikan karena tekanan ini sangat
besar. Arah tekanan tanah aktif, tekanan tanah ini, termasuk pada bagian bawah galian,
bekerja sebagai tekanan tanah pada bagian terpancang.
Momen inersia luas dan modulus penampang yang dipakai untuk menghitung tegangan
dan lendutan turap biasa baja diperkirakan sebesar 60% dari harga per meter lebar dengan
mempertimbangkan kekakuan turap.
2.5.6 Perhitungan Catwalk
2.5.6.1 Struktur lentur
2.5.6.1.1 Lentur sederhana profil simetri
Tegangan lentur pada penampang profil yang mempunyai minimal satu sumbu simetri
dan dibebani pada pusat gesernya, dapat dihitung dengan persamaan berikut :
dengan dan
sehingga
dimana :
f : tegangan lentur
Mx , My : momen lentur arah x dan arah y
Sx , Sy : modulus penampang arah x dan y
Ix , Iy : momen inersia arah x dan y
cx , cy : jarak dari titik berat ke tepi arah x dan y
2.5.6.1.2 Balok terkekang lateral
Tahanan balok dalam desain LRFD harus memenuhi persyaratan :
Dimana :
Φb = 0,9
Mn = tahanan momen nominal
Mu = tahanan momen ultimate akibat beban terfaktor
Dalam perhitungan tahanan momen nomial dibedakan penampak kompak, tak kompak
dan lagsing. Batasan tersebut sebagai berikut :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
40
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 2.18.Tahanan momen nominal penampang kompak dan tak kompak
a. Penampak kompak
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak
Dimana :
Mp : tahanan momen plastis
Z : modulus plastis
Fy : kuat leleh
b. Penampang tak kompak
Tahanan momen nominal pada saat λ = λr
Dimana
Fy : tahanan leleh
Fr : tegangan sisa
S : modulus penampang
Besarnya tegangan sisa fr = 70 Mpa untuk penampang gilas panas, dan 115 Mpa
untuk penampang yang dilas.
Bagi penampang tak kompak yang mempunyai λp < λ < λr , maka besarnya tahanan
momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear, sehingga diperoleh :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
41
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Dimana :
λ : kelangsingan penampang balok (= b/2tf)
λr, λp : tabel 7.5-1 peraturan baja
untuk balok-balok hibrida dimana fyf > fyu, maka perhitungan Mr harus didasarkan
pada nilai terkecil antara (fyf – fr) dengan fyu
Modulus plastis profil
Gambar 2.19.Modulus plastis profil
2.5.6.1.3 Lendutan balok
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 membatasi besarnya lendutan yang timbul pada
balok. Dalam pasal ini disyaratkan lenduan maksimum untuk balok pemikul dinding
atau finishing yang getas adalah sbesar L/360, sedangkan untuk balok biasa lendutan
tidak boleh lebih dari L/240. Pembatasan ini dimasudkan agar balok memberikan
kemampuan layanan yang baik. Besar lendutan pada beberapa jenis pembebanan balok
sebagai berikut :
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
42
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 2.20.Lendutan pada jenis pembebanan balok
2.5.6.2 Sambungan
Berdasarkan AISC LRFD pasal 5.3, jenis alat sambung baja terdiri dari:
- Baut,mur, dan ring
- Alat sambung mutu tinggi
- Las
- Penghubung geser jenis paku yang dilas
- Baut Angker
Salah satu cara yang digunakan adalah pengelasan, cara lain ialah menggunakan alat
penyambung seperti paku keling dan baut. ( Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid 1 –
Charles G. Salmon ).
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
43
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2.5.6.2.1 Sambungan las
Sambungan las terdiri dari :
1. Las Tumpul
Las tumpul (groove weld) terutama dipakai untuk menyambung batang struktur yang
bertemu dalam satu bidang. Karena las tumpul bisanya ditujukan untuk menyalurkan
semua batang yang disambungnya.
Gambar 2.21 Jenis Las Tunpul
2. Las Sudut
Las sudut (fillet weld) bersifat ekonomis secara keseluruhan, mudah dibuat, dan
mampu beradaptasi, serta merupakan jenis las yang banyak dipakai dibandingkan
dengan jenis las dasar yang lain. Las ini umumnya memerlukan lebih sedikit presisi
dalam pemasangan karena potongannya saling bertumpangan (overlap), sedang las
tumpul memerlukan kesejajaran yang tepat dan tertentu antara potongan. Las sudut
terutama menguntungkan untuk pengelasan di lapangan, dan untuk menyesuaikan
kembali batang atau sambungan yang difabrikasi dengan toleransi tertentu tetapi
tidak cocok dengan yang dikehendaki.
Gambar 2.22 Pemakaian Las Sudut
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
44
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Las Baji dan Pasak
Las baji dan pasak dapat dipakai secaratersendiri pada sambungan. Manfaat utama
las baji dan pasak ialah menyalurkan gaya geser pada sambungan lewatan bila
ukuran sambungan membatasi panjang yang tersedia untuk las sudut atau las sisi
yang lain. Las baji dan pasak juga berguna untuk mencegah terjadinya tekuk pada
bagian yang saling bertumpang.
Gambar 2.23 Kombinasi Las Baji dan Pasak dengan Las Sudut
2.5.6.2.2 Sambungan Baut
Ada dua jenis baut yang biasa dipakai pada konstruksi baja. Yang pertama adalah baut
biasa yang dipakai pada struktur ringan yang menahan beban statis atau untuk menyambung
batang-batang sekunder. Jenis yang kedua adalah baut mutu tinggi, pada waktu pemasangan
dikencangkan sedemikian rupa sehingga menahan suatu tekanan yang besar dan bisa menjepit
dengan keras bagian-bagian struktur yang disambung (Perencanaan Konstruksi Baja Untuk
Insinyur dan Arsitek 1– Rene Amon, Bruce Knobloch, Atanu Mazumder). Untuk sambungan
pada jembatan Malangsari ini akan digunakan baut mutu tinggi.
Gambar 2.24 Sambungan Baut
Alat sambung yang digunakan adalah baut mutu tinggi (HTB) yang perencanaannya
berdasarkan AISC – LRFD.
Kekuatan geser baut (LRFD 13.2.2.1 )
Vd = φf x Vn
Di mana → Vn = r1 x buf x Ab
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
45
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Keterangan :
r1 = Untuk baut tanpa ulir pada bidang geser ( = 0,5 )
r1 = Untuk baut dengan ulir pada bidang geser ( = 0,4 )
φf = Faktor reduksi kekuatan untuk fraktur ( = 0,75 )
buf = Tegangan tarik putus baut.
Ab = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir.
Kekuatan tumpu (LRFD 13.2.2.4 )
Rd = φf x Rn
Di mana → Rn = 2,4 x db x tp x fu
Keterangan :
φf = Faktor reduksi kekuatan untuk fraktur ( = 0,75 )
db = Diameter baut nominal pada daerah tak berulir.
tp = Tebal pelat.
fu = Tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau pelat.
Gaya yang bekerja adalah gaya geser maksimum antara gelagar memanjang dengan
melintang. (Lihat perencanaan gelagar memanjang)
Pu = 2
1 x [(Qd x λ) + (QL x λ) + P1]
Kebutuhan Baut :
n = Vd
Pu
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan (Pasal 13.4 AISC, LRFD) : (d = 2,0
cm)
3d ≤ S ≤ 15tp
1,5d ≤ S1 ≤ (4tp + 100) atau 200 mm
1,25db ≤ S2 ≤ 12tp atau 150 mm
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
50
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB III
METODOLOGI
Dalam perencanaan struktur fasilitas tambat ini ada beberapa tahap yang akan
dikerjakan. Tahap pertama yaitu, penetapan dimensi dermaga dan dimensi elemen struktur.
Penetapan dimensi dermaga meliputi penetapan panjang, lebar, dan elevasi dermaga yang
mengacu pada Standard design Criteria for Ports in Indonesia (1984). Ada beberapa hal
dalam penetapan dimensi elemen struktur yaitu elemen plat dan balok, poer dan tiang pancang
Tahap kedua adalah perencanaan pembebanan yang meliputi beban vertikal dan beban
horisontal. yang termasuk beban vertikal yaitu beban mati dan beban hidup. Sedangkan beban
horisontal terdiri dari beban tumbukan kapal, beban tambat kapal, beban gempa, dan beban
gelombang. Dalam perencanaan pembebanan ini berdasarkan peraturan Standard Design
Criteria for Ports in Indonesia (1984) dan RSNI Standar Pembebanan Untuk Jembatan
(2005).
Tahap ketiga adalah penulangan elemen struktur plat dan balok. Perencanaan
penulangan berdasarkan peraturan SNI 2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Banguna Gedung .Tahap keempat adalah daya dukung pondasi. Dalam perhitungan
daya dukung pondasi, pembebanan diperoleh dari permodelan struktur dan perhitungan
daya dukung tiang pancang berdasarkan hasil penyelidikan tanah (SPT).
3.1. Pengumpulan Data
Dalam melakukan perencanaan struktur fasilitas tambat diperlukan data yang akan
digunakan pre eliminari design. Data tersebut meliputi :
1. Data Bathymetri
2. Data topografi
3. Data arus dan pasang surut
4. Data kapal.
5. Data angin .
6. Data tanah.
7. Jenis dermaga.
3.2. Spesifikasi Dermaga
1. Pembangunan fasilitas tambat baru dengan konstruksi beton cast in situ.
2. Dimensi 120 x 25 m2. Panjang dermaga ini disesuaikan dengan panjang kapal
berdasarkan desain kriteria.
3. Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang baja.
4. Direncanakan dapat disandari kapal 5000 DWT.
5. Pasang surut :
- Pasang surut tertinggi (HWS) : + 3,10 m
- Pasang surut terendah (LWS) : + 0,00 m
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
51
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3.3. Analisa Perencanaan Struktur
Analisa perencanaan struktur dermaga meliputi :
Syarat teknis perencanaan
Syarat-syarat teknis perencanaan meliputi data perencanaan data bahan, jenis-
jenis bahan yang bekerja pada struktur serta kombinasi beban.
Perencanaan Dimensi struktur
Langkah awal pada perencanaan struktur dermaga adalah merencanakan
dimensi struktur. Dimana perencanaan dimensi ini meliputi dimensi dermaga, tebal
plat, dimensi balok memanjang, balok crane, balok melintang, dimensi poer, dan
tiang pancang.
1. Perencanaan tebal plat dermaga
2. Dimensi balok melintang
3. Dimensi balok memanjang
4. Dimensi balok Crane
5. Dimensi tiang pancang rencana
6. Dimensi poer
Pembebanan
Beban-beban yang bekerja pada struktur dermaga meliputi beban horisontal
dan vertikal dan kombinasi keduanya
1. Beban Vertikal
- Beban merata
- Beban terpusat
2. Beban Horisontal
- Beban benturan kapal (berthing force)
- Beban tambatan kapal (mooring force)
- Beban gempa
3. Kombinasi pembebanan
Perencanaan fender
Fender merupakan bantalan yang menahan benturan antara kapal dengan
dermaga ketika kapal merapat.
1. Perhitungan energi tambat
2. Jarak fender
3. Pemilihan fender
4. Elevasi fender dan gaya reaksi fender
Perencanaan boulder
Boulder merupakan alat yang berfungsi menahan kapal ketika kapal bersandar
atau tambat di dermaga agar tetap pada posisinya.
1. Gaya tambat kapal
2. Perhitungan boulder
3. Pemasangan boulder
4. Permodelan Struktur dan beban
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
52
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Analisa struktur
Analisa struktur dermaga menggunakan program SAP 2000 untuk
mendapatkan gaya-gaya yang bekerja pada struktur dermaga dan momen yang
bekerja pada plat dan balok.
Penulangan dan kontrol stabilitas struktur
Penulangan meliputi plat, balok memanjang, balok melintang, balok anak, dan
poer. kontrol stabilitas diperlukan untuk menjamin perilaku struktur yang memadai
pada kondisi beban kerja.kontrol meliputi kontrol terhadap retak dan lendutan
Perencanaan tiang pancang
Perencanaan tiang pancang meliputi perhitungan daya dukung tiang akibat
beban vertikal dan horisontal serta perhitungan faktor keamanan tiang pancang.
3.4. Penulisan Laporan
Tugas akhir merupakan bentuk karya ilmiah, maka dalam pembuatan tugas akhir
diperlukan laporan yang penulisannya disusun secara sistematis dan terperinci.
3.5. Penggambaran Struktur
Setelah perhitungan struktur selesai, maka dilakukan penggambaran struktur yang
dilakukan menggunakan autocad.
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
53
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Data Bathymetri, Data Topografi, Data Arus & Pasang surut, Data Angin, Data Tanah, Data Alat Bongkar Muat
Beban Profil Sendiri
Beban Merata (Beban Operasional)
Beban Terpusat - Beban Petikemas - Beban Truck - Beban Container Crane
Kec.Kapal Merapat
- Beban Angin - Beban Arus
Permodelan Beban dan Struktur
A
Perhitungan Beban Vertikal
Beban Mati
Beban Hidup
Perhitungan Beban Horisontal
Beban Tambat
Beban Gempa
Beban Sandar
START
Pengolahan Data
Perencanaan Dimensi Struktur
Pengumpulan Data
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
54
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
TIDAK
OK
Analisa Struktur
Kontrol
Penampang
A
Finish
Perhitungan Penulangan
Perhitungan Pondasi
Tiang pancang
Balok Crane
Poer Balok
Induk&Anak Plat
Gambar Rencana
PR
OP
OS
AL
PR
OY
EK
AK
HIR
P
ER
EN
CA
NA
AN
ST
RU
KT
UR
FA
SIL
ITA
S T
AM
BA
T D
AN
JE
MB
AT
AN
PE
NG
HU
BU
NG
PE
LA
BU
HA
N B
AG
EN
DA
NG
SA
MP
IT –
K
AL
IMA
NT
AN
TE
NG
AH
5
5 P
RO
GR
AM
LA
NJU
T J
EN
JAN
G D
IPL
OM
A 4
TE
KN
IK S
IPIL
F
AK
UL
TA
S T
EK
NIK
SIP
IL D
AN
PE
RE
NC
AN
AA
N
INS
TIT
UT
TE
KN
OL
OG
I S
EP
UL
UH
NO
PE
MB
ER
BA
B I
V
JAD
WA
L P
ER
EN
CA
NA
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N T
UG
AS
AK
HIR
12
34
56
78
91
011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
26
2728
1B
AB
I P
EN
DA
HU
LU
AN
2B
AB
II
TIN
JAU
AN
PU
ST
AK
A
3B
AB
III
ME
TO
DO
LO
GI
4B
AB
IV
DIM
EN
SI
DE
RM
AG
A
Pen
etap
an T
ata
Let
ak
>U
kura
n D
erm
aga
>E
leva
si A
pro
n
>Ja
rak
Por
tal
Pen
etap
an D
imen
si
>T
ebal
Pla
t D
erm
aga
>D
imen
si B
alok
>T
iang
Pan
cang
>D
imen
si P
oer
5B
AB
V
PE
MB
EB
AN
AN
Beb
an V
erti
kal
Beb
an H
oris
onta
l
6B
AB
VI
AN
AL
ISIS
ST
RU
KT
UR
An
alis
is S
tru
ktu
r
Mod
el S
tru
ktu
r
>M
odel
str
ukt
ur P
lat
>M
odel
Str
uktu
r D
erm
aga
>O
utpu
t S
truk
tur
Pen
ula
nga
n d
an K
ontr
ol S
tab
ilit
as D
erm
aga
>P
enul
anga
n d
an K
ont
rol
Sta
bili
tas
Pla
t
>P
enul
anga
n d
an K
ont
rol
Sta
bili
tas
Bal
ok
>P
enul
anga
n P
oer
Per
hit
un
gan
Sh
ear
Rin
g
Per
hit
un
gan
Day
a D
uk
un
g S
tru
ktu
r B
awah
>D
aya
Du
kung
Bat
as P
onda
si
>P
erh
itun
gan
Day
a D
uku
ng T
iang
Pan
cang
>K
ekua
tan
Tia
ng P
anca
ng
7B
AB
VII
PE
NU
TU
P
Kes
impu
lan
dan
Sar
an
Daf
tar
Pus
taka
Gan
bar
Des
ain
Sid
ang
Pro
yek
Ak
hir
min
ggu
kem
ingg
u ke
min
ggu
ke
min
ggu
kem
ingg
u ke
Tab
el 4
.1 T
abel
Ren
cana
Keg
iata
n P
enge
rjaa
n T
ugas
Akh
ir
JUN
IJU
LI
No
K
egia
tan
JA
NU
AR
IF
EB
RU
AR
IM
AR
ET
AP
RIL
M
EI
min
ggu
ke
min
ggu
ke
PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR FASILITAS TAMBAT DAN JEMBATAN
PENGHUBUNG PELABUHAN BAGENDANG SAMPIT – KALIMANTAN TENGAH
56
PROGRAM LANJUT JENJANG DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1984, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia (PPBBI), Yayasan lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Bangunan Gedung (PPIUG), Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan :
Bandung.
DepartemenPekerjaanUmumDirjenBinaMarga, 1992, Peraturan Perencanaan Teknik
Jembatan Bridge Management System (BMS), Jakarta
Maritime Development Programme Directorate General of Sea Communications, 1984
Standard Design Criteria for Port in Indonesia, Jakarta.
Bureau of Ports and Harbours, Ministry of Transport, 1980, Technical Standards For
Port and Harbour Facilities in Japan. Japan
Japan International Cooperation Agency, 1995, Standar Teknis Untuk Sarana –
Sarana Pelabuhan di Jepang, Jakarta
The Overseas Coastal Area Delevopment Institute Of Japan, 2002, Technical
Standards And Commentaries for Port And Harbour Facilities Of Japan, Japan
Triatmodjo. Bambang, 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset
Triatmodjo. Bambang, 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset
Kramadibrata. Soedjono, 2002, Perencanaan Pelabuhan, Bandung : ITB
Ir.Sosrodarsono. Suyono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Jakarta :